PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN"

Transkripsi

1 PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA PENGENDALIAN TANPA SENSOR KECEPATAN Akhma Musafa 1 1 Pogam Stui Teknik Elekto, Fakultas Teknik, Univesitas Bui Luhu Jl. Cileug Raya Petukangan Utaa Jakata Selatan musafa_81@yahoo.com Abstact This pape popose a new simple metho fo estimation the oto esistance at vecto contol as compensation fo inceasing of oto esistance in sensoless inuction moto contol which esulte by inceasing of tempeatue afte moto opeate. Estimate one by compensation of eo signal between magnetization cuent obtaine by the flux moel an magnetization cuent obtaine by obseve moel using concept of IP contolle. Moel of moto mae in stato efeence fame with paamete stato cuent an oto flux, contolle is cuent vecto contol, an oto spee estimation use full oe obseve. Simulation conucte fo sensoless moto contol with constant oto esistance an sensoless moto contol with inceasing of oto esistance fo 100%, 150% an 200% vaiation. The simulation esult, it can be seen that IP estimato by Kp an Ki can wok bette fo compensation the oto esistance inceasing until 200%. KeyWos Compensation, Inceasing of oto esistance, IP estimato, Sensoless contol. S I. PENDAHULUAN uatu sistem kenali yang ieal memiliki paamete yang sama engan paamete moto. Dalam simulasi, paa umumnya moel moto ibuat engan asumsi paamete tahanan oto aalah konstan. Namun paa kenyataannya, setelah moto beopeasi, naiknya tempeatu moto apat mengakibatkan tahanan oto beubah yaitu naik betambah besa, sehingga tejai pebeaan nilai paamete tahanan oto antaa pengenali an moto[1]. Dalam pengenalian moto inuksi engan menggunakan pengenali vekto, kenaikan paamete tahanan oto yang isebabkan meningkatnya tempeatu apat mengakibatkan bebeapa keugian sepeti eksitasi kuang atau belebih an apat meusak konisi fluks an tosi moto[2]. Selain itu, kenaikan tahanan oto paa pengenalian moto inuksi tanpa senso kecepatan juga semakin mempebesa kesalahan kecepatan estimasi yang ihasilkan oleh obseve[3]. Kesalahan kecepatan estimasi akan mempengauhi konisi posisi sinkon e yang igunakan paa tansfomasi sehingga akan mempengauhi espon pengenalian secaa keseluuhan. Untuk itu ipelukan kompensasi sehingga efek kenaikan tahanan oto ini apat ikuangi atau bahkan ihilangkan. Peancangan Estimato Tahanan Roto Moto Inuksi Paa Pengenalian Tanpa Senso Kecepatan 1

2 Dalam pape ini kompensasi kenaikan tahanan oto iancang beasakan pebeaan nilai aus magnetisasi yang ipeoleh ai fluks moel an aus magnetisasi yang ipeoleh ai moel obseve engan menggunakan konsep pengenali IP. II. MODEL MOTOR INDUKSI FULL ORDER OBSERVER DAN FLUKS MODEL Paa pengenalian moto inuksi tanpa senso kecepatan, infomasi kecepatan yang akan iumpan balikkan iestimasi engan memanfaatkan infomasi aus an fluks moto menggunakan moel obseve. Obseve yang igunakan paa makalah ini aalah full oe obseve yang iletakkan paa sumbu q engan fakto gain G (g1, g2, g3, g4) yang mengacu paa [4] an inyatakan engan pesamaan keaaan beikut: R s 1 Lm Lm 1 is is q e vs g1 is is g2 t ( L s) T LLT s LL s L s 1 L m L m q T LLT LL...(1) R s 1 e vqs g2 is is g1 t ( L s) s s L s...(2) L m 1 is ( e ) q g3 i s is g4 i qs t T T...(3) L m 1 q q ( e ) g4 i s is g3 i qs t T T...(4) Kpe is qe Ki eis qe t...(5) Pesamaan fluks moel yang igunakan paa pape ini mengacu paa [4] an inyatakan sebagai beikut: T e t i e m R L p i s R L i e e t N 1 L i p i i m qs m s qsim...(6)...(7)...(8)...(9) Masukan fluks moel aalah kecepatan estimasi ai obseve engan keluaan beupa tegangan stato sumbu (Vs) an sumbu q (Vsq) seta nilai estimasi posisi e. III. PERUBAHAN TAHANAN ROTOR MOTOR INDUKSI Moel moto yang igunakan paa simulasi pengenalian tanpa senso kecepatan paa [4], [5], an [6] aalah moel moto engan nilai tahanan oto (R) tetap. Paa kenyataannya, setelah beopeasi sejalan engan betambahnya waktu, R apat mengalami peubahan yaitu kenaikan nilai tahanan oto akibat ai naiknya tempeatu. Kenaikan nilai tahanan oto akibat kenaikan tempeatu inyatakan engan pesamaan: 2 Asiton Vol. 1 No. 1 Juni 2010 Fakultas Teknik Univesitas Bui Luhu

3 t t R 1 t R R (10) engan R aalah tahanan oto aktual (), R0 aalah tahanan oto awal (), aalah koefisien suhu R (0C -1), t0 tempeatu awal R (0C) an t tempeatu akhi R (0C). Sinyal kenaikan tahanan oto paa simulasi ini ibuat engan asumsi keaaan awal tetap kemuian naik paa t=7etik an kembali ke keaaan tetap yang bau paa t=8etik, engan kemiingan (slope) iumuskan: R R 0 R Slope( s) t t et...(11) R aalah besa kenaikan tahanan oto (), t aalah lama waktu kenaikan tahanan oto (etik). IV. PERANCANGAN ESTIMATOR TAHANAN ROTOR Paa [3] an [2], kompensasi kenaikan tahanan oto apat ilakukan beasakan pesamaan tosi elektomgnetik. Paa pape ini, peneteksian efek kenaikan tahanan oto ilakukan engan caa melihat pebeaan nilai aus magnetisasi yang ipeoleh ai fluks moel an aus magnetisasi yang ipeoleh ai moel obseve sebagai sebuah fungsi kaakteistik Fef an F. Penuunan nilai aus magnetisasi estimasi yang ipeoleh ai moel obseve sebaning engan kenaikan tahanan oto paa moto. Fungsi kaakteistik Fef aalah aus magnetisasi yang ipeoleh ai fluks moel, sehingga: F ef i m R i s im t L (12) Seangkan fungsi kaakteistik F aalah aus magnetisasi yang ipeoleh ai moel obseve yang ipeoleh engan caa melakukan estimasi tehaap vaiabel moto yaitu is,, vs, vqs, an e ai pesamaan pengenali vekto. Aus magnetisasi estimasi ipeoleh melalui pembagian haga mutlak vekto fluks oto estimasi engan inuktansi magnetisasi, yaitu: F i m _ est 2 2 q Lm (13) Selisih antaa fungsi kaakteistik paa pesamaan (12) an (13) meup akan fungsi kesalahan yang apat igunakan untuk melakukan kompensasi kenaikan tahanan oto. Fungsi kesalahan ini apat inyatakan sebagai: t e Fef F (14) Peancangan Estimato Tahanan Roto Moto Inuksi Paa Pengenalian Tanpa Senso Kecepatan 3

4 Kompensasi kenaikan tahanan oto ilakukan engan menggunakan IP estimato yang akan mengestimasi sinyal kenaikan tahanan oto engan menggunakan konsep pengenali IP (Integal & Popotional). Diagam blok IP estimato sepeti itunjukkan paa Gamba 1. F ef F - t e K i s K p Gamba 1. Diagam blok IP estimato - R Dai Gamba 1 i atas, keluaan IP estimto aalah sinyal estimasi kenaikan tahanan oto R yang apat inyatakan engan pesamaan : tosi beban sangat kecil sehingga apat iabaikan (TL=0). Konstanta obseve yang igunakan aalah Kobs=1.33, engan Kp=8 an Ki=650. Simulasi ilakukan untuk pengenalian moto inuksi engan kenaikan R tanpa aanya estimato an pengenalian moto inuksi engan kenaikan R yang menggunakan estimato. Simulasi ilakukan untuk kenaikan tahanan oto 100% (s=2.9/et), 150% (s=4.35 /et) an 200% (s=5.8 /et) ai nilai awalnya, engan koefisien tempeatu tahanan oto =10C-1. Hasil simulasi pengenalian engan tahanan oto tetap itunjukkan paa Gamba 2. t R Ki e t Kp. F...(15) R Ki t Kp. F ef F F (16) V. SIMULASI DAN ANALISA HASIL SIMULASI Dalam simulasi, moto inuksi yang igunakan aalah moto inuksi oto sangka tiga fasa 220/380volt Y, 50 Hz engan paamete moto (tanpa kenaikan R) mengacu paa [5]. Konstanta pengenali aus (T) yang igunakan aalah 1x10-3, engan asumsi masukan 4 Asiton Vol. 1 No. 1 Juni 2010 Fakultas Teknik Univesitas Bui Luhu

5 Gamba 2. Hasil simulasi engan R tetap Hasil simulasi pengenalian tanpa Gamba 3. Hasil simulasi engan kenaikan R 100% estimato engan kenaikan tahanan oto 100% an 200% itunjukkan paa 3 an 4. Peancangan Estimato Tahanan Roto Moto Inuksi Paa Pengenalian Tanpa Senso Kecepatan 5

6 tunak q aalah 0 Wb, seangkan q estimasi sebesa Wb. Kecepatan Gamba 4. Hasil simulasi engan kenaikan R 200% oto hasil estimasi mampu mengikuti kecepatan oto aktual engan pesen kesalahan sebesa %, an menghasilkan kecepatan asa moto sebesa a/t (1163 pm). Dai hasil simulasi untuk ketiga vaiasi kenaikan tahanan oto i atas telihat bahwa kenaikan tahanan oto yang semakin besa semakin mempengauhi espon pengenalian. Setiap kenaikan tahanan oto sebesa 50% mengakibatkan aktual ata-ata tuun Wb (0.4366%), estimasi Dai hasil simulasi pengenalian moto inuksi tanpa senso kecepatan engan R tetap, espon is an mampu mengikuti masukan acuan. Pesen kesalahan keaaan tunak estimasi is aalah % an sebesa %. Paa konisi awal im tejai lonjakan sebesa 6.65% mencapai nilai A paa t=1.1t an mencapai keaaan tunak paa t=5.5t. Hal ini isebabkan moel moto yang igunakan alam simulasi meepesentasikan keaaan sebenanya. Setelah t=5.5t im aktual moto mampu mengikuti im pengenali engan pesen kesalahan sebesa 0.25%. Respon estimasi mampu mengikuti pengenali engan pesen kesalahan ata-ata tuun Wb (1.1905%), q estimasi ata-ata naik Wb, im aktual ata-ata tuun 0.012A (0.5985%), an pesen kesalahan estimasi ata-ata naik %. Akibat pengauh kenaikan tahanan oto tehaap kecepatan oto estimasi mengakibatkan besa kesalahan konisi posisi sinkon e semakin besa. Pebaningan pengauh kenaikan tahanan oto 100%, 150%, an 200% sepeti itunjukkan paa Tabel 1. Diagam blok pengenalian tanpa senso kecepatan engan estimato tahanan oto sepeti itunjukkan paa Gamba 5. Simulasi pengenalian engan IP estimato ilakukan untuk kenaikan tahanan oto 100%, 150%, an 200% estimasi sebesa %. Nilai keaaan 6 Asiton Vol. 1 No. 1 Juni 2010 Fakultas Teknik Univesitas Bui Luhu

7 engan hasil itunjukkan paa Gamba 6 an 7. Tabel 1. Pebaningan espon pengenalian akibat kenaikan R Respon Keaaan Tunak R Kenaikan R Tetap 100% 150% 200% Aktual (Wb) Estimasi Aktual q (Wb) Estimasi I Aktual m (A) Estimasi (a/s) % eo i s i qs e i PI - i s e iq PI - i qs u v c v DEKOPLING v cq u q v q q v v 2 3 v a v b v c PWM IM i qs i s _ est e FLUX MODEL e OBSERVER v, s v qs i m t q q Fef F i i Fef F i a i b i c et IP Estimato Gamba 5. Diagam blok pengenalian moto inuksi tanpa senso kecepatan engan estimato tahanan oto R Gamba 6. Hasil pengenalian engan IP estimato untuk kenaikan R100% Beasakan hasil pengujian yang ilakukan, konstanta IP estimato tebaik yang igunakan aalah Kp = an Ki = 0.331, kaena untuk nilai Kp an Ki yang lain apat mengakibatkan espon pengenalian beosilasi an ceneung menjai tiak stabil. Peancangan Estimato Tahanan Roto Moto Inuksi Paa Pengenalian Tanpa Senso Kecepatan 7

8 paa moto sehingga tahanan oto estimasi mampu mengikuti kenaikan yang tejai. Hasil kompensasi kenaikan tahanan oto 150% telihat mempunyai ipple yang lebih besa ibaningkan engan hasil kompensasi kenaikan tahanan oto 100%, seangkan kompensasi kenaikan tahanan oto 200% mempunyai ipple lebih besa ai paa kompensasi 100% an 150%. Hal ini isebabkan oleh semakin besanya nilai tahanan oto yang igunakan alam pehitungan. Hasil kompensasi juga mengakibatkan kesalahan yang tejai paa posisi sinkon oto e menjai semakin kecil. Pebaningan hasil kompensasi kenaikan tahanan oto 100%, 150%, an 200% sepeti itunjukkan paa Tabel 2 i bawah ini. Tabel 2. Pebaningan espon hasil pengenalian engan aanya IP estimato Gamba 7. Hasil pengenalian engan IP estimato untuk kenaikan R 200% Dai hasil simulasi engan IP estimato untuk ketiga vaiasi kenaikan tahanan oto i atas telihat bahwa secaa keseluuhan estimato mampu mengkompensasi kenaikan tahanan oto 8 Asiton Vol. 1 No. 1 Juni 2010 VI. KESIMPULAN Dai hasil simulasi an analisa apat iambil bebeapa kesimpulan sebagai beikut: 1. Semakin besa kenaikan tahanan oto, maka kesalahan keaaan tunak aus magnetisasi oto aktual tehaap Fakultas Teknik Univesitas Bui Luhu

9 acuan an kesalahan estimasi kecepatan oto juga semakin besa, sehingga menyebabkan tejainya kesalahan nilai e yang semakin besa pula. 2. Setiap kenaikan tahanan oto sebesa 50% mengakibatkan aktual tuun %, estimasi tuun %, q estimasi naik Wb, im aktual tuun %, an pesen kesalahan estimasi naik %. 3. Kompensasi kenaikan tahanan oto apat ilakukan engan melakukan kompensasi kesalahan aus hasil pebaningan antaa aus magnetisasi ai fluks moel an aus magnetisasi ai moel obseve engan konsep pengenali IP. 4. Kompensasi kenaikan tahanan oto 100%, 150% an 200% menghasilkan im aktual keaaan tunak A, fluks oto sumbu aktual Wb, fluks oto sumbu estimasi Wb, fluks oto sumbu q estimasi Wb, an pesen kesalahan kecepatan estimasi %. 5. Kompensato IP engan konstanta Kp sebesa an Ki sebesa mampu bekeja engan baik untuk mengkompensasi kenaikan tahanan oto sampai engan 200%. 6. Konstanta Kp sebesa an Ki sebesa paa kompensato IP meupakan nilai yang suah tepat kaena tebukti mampu bekeja engan baik untuk mengkompensasi kenaikan tahanan oto sampai 200% paa aplikasi sistem pengenalian kecepatan. REFERENSI [1] H. Ouai, F. Gii, Inuction Moto Robust Aaptive Contol, Poceeings of the 10th Meiteanean confeence on contol an Automation MED2002, Lisbon Potugal, [2] Y. Milou, A. Daou, Pefomance Analysis of a Fuzzy Logic Base Roto Resistance Estimato of an Iniect Vekto Contolle Inuction Moto Dive, Tuk J Elec Engin, VOL. 13, NO. 2, [3] Kubota, K. Matsue, Spee Sensoless Fiel Oiente Contol of Inuction Moto with Roto Resistance Aaptation, in Conf. Rec. Of 1993, IEEE. [4] Riwan Gunawan, Pengenalian Moto Inuksi Tanpa Senso Kecepatan Dengan Oientasi Fluks Roto Paa Pefomansi Kecepatan i lua Kecepatan Nominal, Disetasi, Univesitas Inonesia, Peancangan Estimato Tahanan Roto Moto Inuksi Paa Pengenalian Tanpa Senso Kecepatan 9

10 [5] F. Yusiva an S. Wakao, Minimum Requiement of Moto Vecto Contol Moelling an Simulation Utilizing C-Mex S- function in MATLAB/SIMULINK, IEEE. [6] Fey, Pengenali Vekto Aus an Pebaikan Kesalahan Estimasi Paa Moto Inuksi Tanpa Senso Kecepatan, Skipsi, Univesitas Inonesia, Asiton Vol. 1 No. 1 Juni 2010 Fakultas Teknik Univesitas Bui Luhu

IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI

IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI Junal ELTEK, Vol 12 No 01, Apil 2014 ISSN 1693-4024 IMPLEMENTASI DIRECT TORQUE CONTROL DALAM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI Haij Mukti K 1 Penelitian ini membahas mengenai implementasi Diect Toque

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA

BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM MULTIFASA BAB 3 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERER WM MULIFASA 3. enahuluan enelitian mengenai bentuk sinyal moulasi yang cocok untuk menghasilkan keluaan inete yang bekualitas baik telah lama ilakukan. Salah satu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INVERTER FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK PENGENDALIAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK DENGAN METODA VECTOR KONTROL

PENGEMBANGAN INVERTER FUZZY LOGIC CONTROL UNTUK PENGENDALIAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK MOBIL LISTRIK DENGAN METODA VECTOR KONTROL MAKARA, TEKNOLOG, VOLUME 1, NO. 1, APRL 008: 1-6 PENGEMBANGAN NVERTER FUZZY LOGC CONTROL UNTUK PENGENDALAN MOTOR NDUKS SEBAGA PENGGERAK MOBL LSTRK DENGAN METODA VECTOR KONTROL Ea Puwanto, M. Ashay, Subagio,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-202 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Pint) F-202 Pengatuan Kecepatan Moto Induksi Tiga Fasa Menggunakan Metode Flux Vecto Contol Bebasis Self-Tuning PI Fey Avianto dan Mochammad

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN A 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1. Analisa Sistem ejalan 3.1.1. Sejaah Peusahaan Gamba 3.1. Logo Peusahaan P Dnaplast, bk. P Dnaplast, bk aalah peusahaan ang begeak i biang pouksi botol plastik untuk memenuhi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN PENGENDALI VEKTOR ARUS DAN OBSERVER BERADA PADA SUMBU DQ

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN PENGENDALI VEKTOR ARUS DAN OBSERVER BERADA PADA SUMBU DQ UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN PENGENDALI VEKTOR ARUS DAN OBSERVER BERADA PADA SUMBU DQ SKRIPSI YOGA DWI HARYOKO 0906603423 FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG. UMUM Patial ishage (PD) meupakan fenomena peluahan muatan elektik yang bisa menjembatani sistem isolasi baik seaa sebagian maupun menyeluuh i alam suatu bahan ielektik. Fenomena

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa 27 Analisis Pengauh Penempatan Dan Peubahan Kapasito Tehadap Unjuk Keja Moto Induksi 3-Fasa Becatu 1-Fasa Hey Punomo Abstak Moto induksi 3 fasa dalam beopeasi secaa nomal mendapat catu daya 3 fasa yang

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Duplexer Mikrostrip untuk Frekuensi LTE pada band ke-7

Perancangan dan Implementasi Duplexer Mikrostrip untuk Frekuensi LTE pada band ke-7 Elkomika Teknik Eleko Itenas Vol. No. Junal Teknik Elekto Juli Desembe 3 Peancangan an Implementasi Duplexe Mikostip untuk Fekuensi LTE paa ban ke-7 ENCENG SULAEMAN, ARSYAD RAMADHAN DARLIS, R. HARIANTI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa Tanpa Sensor Kecepatan Melalui Vektor Kontrol Dengan Teknik Artificial Intelegent

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi 3 Phasa Tanpa Sensor Kecepatan Melalui Vektor Kontrol Dengan Teknik Artificial Intelegent Pengatuan Kecepatan Moto Induksi 3 Phasa Tanpa Senso Kecepatan Melalui Vekto Kontol Dengan Teknik Atificial Intelegent Gigih Pabowo ¹, Renny Rakhmawati ², Meidy Ivianto 3 1 Dosen Juusan Teknik Elekto Industi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Moto Induksi [1] Moto induksi meupakan moto listik aus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan, Penamaannya beasal dai kenyataan bahwa moto ini bekeja bedasakan

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

SELF TUNING PI PADA PENGENDALI KECEPATAN PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN KONTROL VEKTOR ARUS DAN OBSERVER DALAM SUMBU DQ

SELF TUNING PI PADA PENGENDALI KECEPATAN PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN KONTROL VEKTOR ARUS DAN OBSERVER DALAM SUMBU DQ SELF TUNING PI PADA PENGENDALI KECEPATAN PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN KONTROL VEKTOR ARUS DAN OBSERVER DALAM SUMBU DQ Raden Irwan Febriyanto (NPM : 99) Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB. ' r F -F

MUATAN LISTRIK DAN HUKUM COULOMB. ' r F -F MUATAN LISTRIK AN HUKUM COULOMB q k ' qq' ˆ - - Matei Kuliah isika asa II (Pokok Bahasan 1) MUATAN LISTRIK AN HUKUM COULOMB s. Ishafit, M.Si. Pogam Stui Peniikan isika Univesitas Ahma ahlan, 5 Muatan Listik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penahuluan Secaa umum, antena meupakan tansfomato/stuktu tansmisi ai gelombang tebimbing menuju ke gelombang uang bebas atau sebaliknya[6]. Aa bebeapa jenis

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA Bab 4 berisikan simulasi serta analisa dari hasil perancangan dan simulasi pada bab sebelumnya. Hasil perancangan dan simulasi dibagi menjadi empat sub bab dengan menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM LIMA FASA DENGAN BEBAN TERHUBUNG BINTANG

BAB 5 ANALISIS RIAK ARUS KELUARAN INVERTER PWM LIMA FASA DENGAN BEBAN TERHUBUNG BINTANG BAB 5 ANALII RIAK ARU KELUARAN INVERER PWM LIMA FAA DENGAN BEBAN ERHUBUNG BINANG 5. Penahuluan Paa bab ebelumnya telah ijelakan bahwa paa item multifaa, hubungan antaa iak au keluaan inete beban poligon

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (213) 1-6 1 Desain Sistem Kontol Menggunakan Fuzzy Gain Scheduling Untuk Unit Boile-Tubine Nonlinea Daiska Kukuh Wahyudianto, Tihastuti Agustinah Teknik Elekto, Fakultas

Lebih terperinci

MODEL INVENTORI SINGLE STOCKING POINT-SINGLE COMMODITY DENGAN TINGKAT PERMINTAAN KONSTAN LILIS SUSILAWATI

MODEL INVENTORI SINGLE STOCKING POINT-SINGLE COMMODITY DENGAN TINGKAT PERMINTAAN KONSTAN LILIS SUSILAWATI MODEL INVENTORI SINGLE STOCKING POINT-SINGLE COMMODITY DENGAN TINGKAT PERMINTAAN KONSTAN LILIS SUSILAWATI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER Sujito, Implementasi Kenali PID alam Meningkatkan Kinerja Power System Stabilizer IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER SUJITO Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA Untuk menguji hasil rancangan pengendalian motor induksi tiga fasa metode kendali torsi langsung dan duty ratio yang telah dibahas pada bab sebelumnya dilakukan simulasi dengan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRE

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRE Semina Nasional Teknologi Infomasi an Komunikasi 6 (SENTIKA 6) ISSN: 89-985 Yogyakata, 8-9 Maet 6 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN DANA RUTILAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELETRE Wilan Fauzi

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA

ANALISIS DAN SIMULASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA UNIVERSITAS INDONESIA ANAISIS DAN SIMUASI PENGATURAN TEGANGAN GENERATOR INDUKSI BERPENGUAT SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN KONVERTER AC-DC-AC PADA SIFAT BEBAN YANG BERBEDA SKRIPSI AFIAT DIRGHANTARA 0606073713

Lebih terperinci

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control

Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Kereta dengan Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (214) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Pint) B-53 Stabilisasi Pada Sistem Pendulum-Keeta Menggunakan Metode Fuzzy-Sliding Mode Contol Nioa Fatimah Tanzania, Tihastuti Agustinah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS.. Tinjauan Pustaka Realisasi Ban Pass Filte untuk fekuensi paa Long Tem Evolution (LTE) menggunakan metoe Split Ring Resonato (SRR) Metamateial belum penah iealisasikan i Inonesia,

Lebih terperinci

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF EOBAAN 4 ANGKAIAN BAND-ASS FILTE AKTIF 4. Tujuan : ) Mendemonstasikan pinsip keja dan kaakteistik dai suatu angkaian akti band-pass ilte dengan menggunakan op-amp 74. ) Band-pass ilte melewatkan semua

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

Untuk semua cinta Untuk semua cita-cita Untuk semua kasih sayang Dari kedua orangtuaku yang begitu luar biasa.

Untuk semua cinta Untuk semua cita-cita Untuk semua kasih sayang Dari kedua orangtuaku yang begitu luar biasa. Untuk semua inta Untuk semua ita-ita Untuk semua kasih sayang Dai keua oangtuaku yang begitu lua biasa. GELOBNG SOLITER INTERNL PD LIRN TUNK (Stui kasus paa luia ua lapisan Oleh: SIDH G544 PROGR STUDI

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

Implementasi Metode Kontrol ν,ω Berbasis Proporsional Integral Untuk Kontrol Gerak Mobile Robot Berpenggerak Differensial : Studi Simulasi

Implementasi Metode Kontrol ν,ω Berbasis Proporsional Integral Untuk Kontrol Gerak Mobile Robot Berpenggerak Differensial : Studi Simulasi Implementasi Metode Kontol ν,ω Bebasis Poposional Integal Untuk Kontol Geak Mobile Robot Bepenggeak Diffeensial : Studi Simulasi Ahmad Nashul Aziz, Enda Pitowano Juusan eknik Elektonika, Mekatonika Politeknik

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

OTOMASI PEMBERIAN LARUTAN NUTRISI TERHADAP MEDIA PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA. Madyana, AM, Atris Suyantohadi, Yodim Kusuma

OTOMASI PEMBERIAN LARUTAN NUTRISI TERHADAP MEDIA PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA. Madyana, AM, Atris Suyantohadi, Yodim Kusuma OTOMASI PEMBERIAN LARUTAN NUTRISI TERHADAP MEDIA PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA Mayana, AM, Atis Suyantohai, Yoim Kusuma ABSTRAK Pembeian lautan nutisi paa tanaman (selaa), secaa hioponik i tingkat petani

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC

BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC BAB 3 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK ARUS SISI AC 3.1 Pendahuluan Pada penelitian sebelumnya[7] telah dibuktikan bahwa sinyal efeensi optimum yang dapat menghasilkan iak aus keluaan yang minimum pada invete

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MIMO CDMA DENGAN SPREADING CODE YANG BERBEDA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

ANALISA KINERJA MIMO CDMA DENGAN SPREADING CODE YANG BERBEDA PADA KANAL FADING RAYLEIGH ANALISA KINERJA MIMO CDMA DENGAN SPREADING CODE YANG BERBEDA PADA KANAL FADING RAYLEIGH Ilham, Rezamal 1, Diafai Djuni, I.G.A.K. 2, Dewi Wiastuti, Ni Made Ay Esta. 3, 1 Mahasiswa juusan Teknik Elekto,

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 1).Novizon ) Uyung Gatot S Dinata. Fakultas Teknik Univesitas

Lebih terperinci

SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB. Oleh : Dody Wahjudi. Abstract

SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB. Oleh : Dody Wahjudi. Abstract SIMULASI PENGENDALIAN PENCAMPURAN TANGKI MENGUNAKAN METODE ROUTH-HURWITZ DENGAN MATLAB Oleh : Dody Wahjudi Abstact Automation contol has significant ole in human life, specifically fo science and industy.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kopling, B. Tujuan C. Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kopling, B. Tujuan C. Batasan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Lata Belakang Dalam kehiupan sehai-hai kenaaan meupakan saana tepenting alamsistem tanspotasi an sangat ibutuhkan. Ie pengembangan saana tanspotasi yang kian bekembang, menunjukkan

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

Keyword : permanent magnet, inductance, cos φ.

Keyword : permanent magnet, inductance, cos φ. RIPPLE CONTROL SIMULATION OF OUTPUT CURRENT OF CUK CONVERTER BY 6 AIR GAP AND FERRITE CORE USING APPROACH OF MAGNET NETWORK TO ELECTRICS NETWORK Bida, Mikha / 0222196 Electical Majos, Technique Faculty,

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS LOAD RESONANT & QUASI RESONANT DC - DC CONVERTERS DENGAN PSIM VERSI 4.1

SIMULASI DAN ANALISIS LOAD RESONANT & QUASI RESONANT DC - DC CONVERTERS DENGAN PSIM VERSI 4.1 IMUAI DAN ANAII OAD EONANT & QUAI EONANT D - D ONVETE DENGAN PIM VEI 4. Fitia Panji Magaanu [*], I. Agung Wasito, DHET [**], usatyo Hanoko, T,MT [**] Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Elekto Univesitas

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINAT SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINAT SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINA SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS Agung Hanayanto Absta Poses pepinahan panas/enegi melalui suatu meia at paat atau ai yang tejai aena onta langsung iantaa

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN SIMULASI DIRECT TORQUE FUZZY CONTROL (DTFC) UNTUK PERMANENT MAGNET SYNCHRONOUS MOTOR (PMSM) SEBAGAI PENGGERAK RODA KENDARAAN LISTRIK

PERANCANGAN DAN SIMULASI DIRECT TORQUE FUZZY CONTROL (DTFC) UNTUK PERMANENT MAGNET SYNCHRONOUS MOTOR (PMSM) SEBAGAI PENGGERAK RODA KENDARAAN LISTRIK PERANCANGAN DAN SIMULASI DIRECT TORQUE FUZZY CONTROL (DTFC) UNTUK PERMANENT MAGNET SYNCHRONOUS MOTOR (PMSM) SEBAGAI PENGGERAK RODA KENDARAAN LISTRIK Shinta Dwi Amelia 2281636 Jurusan Teknik Elektro FTI,

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 247 2.8. PENGUAT 2.8.. Pendahuluan Pada paagap sebelumnya telah dijelaskan bagaimana semikondukto sambungan NPN atau PNP tebentuk menjadi sebuah tansisto. Pada bebeapa angkaian elektonik tansisto seing

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S BAB II DAAR TEORI. PARAMETER Paamete digunakan untuk mempeole kaakteistik dai suatu jaingan dua pot yang beopeasi pada fekuensi tinggi. Paamete lain sepeti H, Y, dan tidak bisa meepesentasikan jaingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI

PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI Semina Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industi 2017 ISSN 2085-4218 ITN Malang, 4 Pebuai 2017 PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI Chistian Mahadhika

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

Program Komputer Berbasis Delphi untuk Analisis Perhitungan Persebaran Dosis Radiasi Pesawat Sinar-X dalam Bentuk Kurva Isodosis

Program Komputer Berbasis Delphi untuk Analisis Perhitungan Persebaran Dosis Radiasi Pesawat Sinar-X dalam Bentuk Kurva Isodosis Pogam Kompute Bebasis Delphi untuk Analisis Pehitungan Pesebaan Dosis Raiasi Pesawat Sina-X alam Bentuk Kuva Isoosis Anggata Azzantyawan, Monjo, Pobo Waseso 3,3 Juusan Teknik Fisika FT UGM Jln. Gafika

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN OLIMPIADE DAN SOLUSINYA

SOAL-SOAL LATIHAN OLIMPIADE DAN SOLUSINYA SO-SO IHN OIMPID DN SOUSINY Diamete Suut. (SOP 007) JIka iamete suut Matahai iamati oleh astonot yang mengobit planet keil Pluto paa jaak 9 S, maka besanya aalah. C. 7. 9. 0 D. 9. (SOK 009) Nebula M0 yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI I. ALIRAN AIR DALAM TANAH (POMPA K) TEORI REMBESAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN STABILITAS LERENG. Mekanika Tanah II 0

DAFTAR ISI I. ALIRAN AIR DALAM TANAH (POMPA K) TEORI REMBESAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN STABILITAS LERENG. Mekanika Tanah II 0 DAFTA ISI I. ALIAN AI DALAM TANAH (POMPA K II. III. IV. TEOI EMBESAN KONSOLIDASI DAN PENUUNAN STABILITAS LEENG Meania Tanah II 0 I. ALIAN AI DALAM TANAH (POMPA K DEBIT AI SUMU MENENTUKAN DI LAPANGAN Ai

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

Jenuh AC dan Putus AC

Jenuh AC dan Putus AC Penguat Daya Gais beban D dan A dai Penguat Emite Sekutu Kaena kapasito dianggap hubung-singkat untuk sinyal A maka tahanan beban yang dilihat oleh tansisto adalah : = R // R L Oleh kaena itu gais beban

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM E-Junal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 64-74 ISSN: 2303-175 PERHITUNGAN DA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM I GUSTI AYU KOMANG KUSUMA WARDHANI 1, I NYOMAN WIDA

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

The Production Process and Cost (I)

The Production Process and Cost (I) The Poduction Pocess and Cost (I) Yang dimaksud dengan Input (Kobanan) misalnya Mesin sebagai Kapital (Capital) dan Tenaga Keja sebagai Labou (L), sedangkan Q = Tingkat Output (Poduksi) yang dihasilkan

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DELTA PULSE WIDTH MODULATED UNTUK APLIKASI UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY

KARAKTERISTIK DELTA PULSE WIDTH MODULATED UNTUK APLIKASI UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY JAVA Jounal o Eletial and Eletonis Engineeing, Vol., No., Apil 3 3 KARAKTERISTIK DELTA PULSE WIDTH MODULATED UNTUK APLIKASI UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY Mohamad Ashai Juusan Teknik Elekto - Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Motor Induksi Dengan Pengendali Thyristor Anti-Paralel

Analisis Unjuk Kerja Motor Induksi Dengan Pengendali Thyristor Anti-Paralel Analisis Unjuk Keja Moto Induksi Dengan Pengendali Thyisto Anti-Paalel Suai 1, Bamang Sutoo 1 Juusan Teknik Elekto, Univesitas Semaang, Semaang Juusan Teknik Elekto, Univesitas Gadjah Mada, Yogyakata Astak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS VEKTOR

BAB 3 ANALISIS VEKTOR NLISIS VEKTOR.. Penahuluan Vekto meupakan suatu besaan ang mempunai aah. Vekto inatakan engan besa vekto an aahna. Penggambaan vekto begantung paa sistem kooinat ang ipilih. Paa bab sebelumna telah ibahas

Lebih terperinci