Optimasi Support Vector Regression (SVR) Menggunakan Algoritma Improved-Particle Swarm Optimization (IPSO) untuk Peramalan Curah Hujan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Optimasi Support Vector Regression (SVR) Menggunakan Algoritma Improved-Particle Swarm Optimization (IPSO) untuk Peramalan Curah Hujan"

Transkripsi

1 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer e-issn : X Vol. 1, No. 11, November 217, hlm hp://j-piik.ub.ac.id Opimasi Suppor Vecor Regression (SVR) Menggunakan Algorima Improved-Paricle Swarm Opimizaion (IPSO) unuk Peramalan Curah Hujan Husin Muhamad 1, Imam Cholissodin 2, Budi Darma Seiawan 3 1,2,3 Program Sudi Teknik Informaika/Ilmu Kompuer Universias Brawijaya 1 husin.muh@oulook.com, 2 imamcs@ub.ac.id, 3 s.budidarma@ub.ac.id Absrak Perubahan iklim yang erjadi dikarenakan oleh pemanasan global menyebabkan perubahan pola curah hujan. Mengeahui pola curah hujan sanga pening bagi beberapa akivias dan pekerjaan yang ada. Maka dari iu diperlukan peramalan curah hujan unuk mengeahui pola curah hujan yang akan mendaang. Salah sau meode peramalan yang sering digunakan adalah Suppor Vecor Regression. Namun, meode ersebu masih memiliki kekurangan yaiu pada penenuan nilai parameer yang epa. Maka diperlukan algorima opimasi unuk membanu menenukan nilai parameer SVR yang epa. Peneliian ini berujuan unuk melakukan peramalan curah hujan pada daerah Pujon, Malang dengan menggunakan meode Suppor Vecor Regression yang diopimasi dengan Improved-Paricle Swarm Opimizaion. Opimasi meode SVR dilakukan unuk mendapakan nilai parameer SVR yang paling opimal. Parameer SVR yang diopimasi adalah clr (konsana learning rae), C (kompleksias), λ (koefisien Hessian), ε (error rae) dan σ (koefisien kernel). Peramalan curah hujan bulan Januari dasarian perama pada ahun 27 sampai 215 yang dilakukan dengan menggunakan IPSO-SVR menghasilkan nilai RMSE sebesar dibandingkan dengan menggunakan meode SVR yang menghasilkan RMSE sebesar Hal ersebu menunjukkan bahwa meode SVR yang diopimasi dengan menggunakan IPSO lebih baik dibandingkan dengan meode SVR yang belum diopimasi. Kaa kunci: Peramalan, curah hujan, Suppor Vecor Regression, Improved-Paricle Swarm Opimizaion. Absrac Climae change ha happens because of global warming also cause change in rainfall paerns. Knowing rainfall paerns is really imporan for some aciviy and works. So, rainfall forecasing is needed o undersand he rainfall paerns in he fuure. One of he mehod used in forecasing is Suppor Vecor Regression. Bu, SVR sill has weakness in deermining he righ values for he parameers. So, an opimizaion algorihm is needed o help deermining he values of he parameers in SVR. The purpose of his research is o do rainfall forecasing in Pujon area, Malang using Suppor Vecor Regression ha s been opimized by Improved-Paricle Swarm Opimizaion. Opimizaion of SVR is done for geing he opimal values of SVR s parameers. The opimized SVR s parameers are clr (learning rae consans), C (complexiy), λ (Hessian s coefficien), ε (error rae) dan σ (kernel s coefficien). The rainfall forecasing for he firs en days of January from 27 unil 215 by using IPSO-SVR resuled value of in RMSE compared o using only SVR which resuled value of in RMSE. This proved ha opimizaion of SVR using IPSO is beer compared o using he unopimized SVR. Keywords: Forecasing, rainfall, Suppor Vecor Regression, Improved-Paricle Swarm Opimizaion. 1. PENDAHULUAN Indonesia erleak dianara dua benua dan dua samudera sera dilewai oleh garis khaulisiwa. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah peremuan sirkulasi uara-selaan (meridional) yang dikenal sebagai Sirkulasi Fakulas Ilmu Kompuer Universias Brawijaya 1142 Hadley dan sirkulasi imur-bara (zonal) yang dikenal sebagai Sirkulasi Walker (Achmad, e al., 213). Perubahan iklim yang erjadi dikarenakan oleh pemanasan global menyebabkan perubahan anara lain erjadinya kenaikan inggi permukaan lau, kenaikan suhu udara dan perubahan pola curah hujan.

2 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer 1143 Perencanaan peranian menjadi kurang opimal dikarenakan kondisi flukuasi curah hujan yang idak menenu dalam beberapa ahun erakhir (Mukid, 213). Fenomena El-Nino dan La-Nina juga menjadi salah sau penyebab perubahan iklim di Indonesia. Menuru Boer (23), Indonesia elah mengalami kekeringan aau curah hujan di bawah raa-raa sebanyak 43 kali sejak ahun Sebuah inovasi eknologi enang peramalan curah hujan sanga dibuuhkan menginga kondisi curah hujan Indonesia yang sanga flukuaif unuk menunjang akivias dan pembangunan di berbagai bidang (Mulyana, 214). Peramalan (forecasing) dapa dilakukan dengan dua pendekaan. Pendekaan yang perama adalah pendekaan saisik dan pendekaan yang kedua adalah pendekaan kecerdasan buaan (AI). Peramalan dengan pendekaan saisik erdiri dari meode perimbangan, meode regresi, meode kecenderungan, meode inpu oupu, dan meode ekonomerika (Suprano, 2). Meode regresi adalah salah sau meode peramalan yang sering digunakan karena dapa diaplikasikan unuk peramalan dengan daa yang memiliki variabel yang banyak. Proses kompuasi pada meode regresi dapa menjadi lama karena meode regresi adalah meode yang memiliki keerganungan anara variasi dan relasi dari iap variabel (Abraham & Ledoler, 25). Peramalan dengan pendekaan yang kedua adalah pendekaan kecerdasan buaan (AI). Salah sau eknik peramalan AI adalah dengan menggunakan Suppor Vecor Regression (SVR). Suppor Vecor Regression (SVR) adalah hasil pengembangan Suppor Vecor Machine (SVM) dengan meode regresi sehingga dapa digunakan unuk peramalan layaknya meode regresi pada pendekaan saisik. Namun, Suppor Vecor Regression (SVR) memiliki parameer yang idak dienukan sehingga susah unuk menenukan parameer yang opimal. Makridakis dan Hibon (2) menyaakan bahwa menggabungkan beberapa model menjadi sau dapa meningkakan hasil akurasi peramalan. Maka, perlu dilakukan penggabungan meode SVR dengan meode lain unuk menenukan parameer yang opimal (Kavousi-Fard e al., 214). Terdapa beberapa meode opimasi yang dapa menyelesaikan permasalahan opimasi. Salah saunya adalah peneliian yang dilakukan oleh Chen e al. (212) dalam meramalkan suhu pada ransformer lisrik. Pada peneliian ini, peramalan dilakukan dengan SVR yang diopimasi dengan meode Paricle Swarm Opimizaion (PSO) yang menghasilkan nilai Roo Mean Square Error (RMSE) sebesar,92. Nilai ersebu lebih kecil dibandingkan dengan nilai RMSE meode SVR sebesar 1,142 dan meode ANN sebesar 1,37. Peneliian lain mengenai opimasi Suppor Vecor Regression (SVR) menggunakan Paricle Swarm Opimizaion (PSO) yaiu dari Hsieh (211). Peneliian ini menggunakan meode SVR-PSO unuk peramalan harga saham dengan hasil keluaran nilai RMSE sebesar 49,1. Sedangkan jika menggunakan meode SVR, nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 49,27. Selain nilai RMSE yang lebih kecil, waku kompuasi yang dibuuhkan unuk meode SVR-PSO pada peneliian ini yaiu 164 deik lebih cepa dibandingkan dengan meode SVR yang membuuhkan waku kompuasi 1252 deik. Hal yang menyebabkan waku kompuasi yang lebih cepa adalah keepaan koefisien yang digunakan sehingga jumlah ierasi yang dilakukan idak erlalu banyak. Berdasarkan peramalan curah hujan dan penjelasan singka mengenai Suppor Vecor Regression (SVR) dan meode Paricle Swarm Opimizaion (PSO) yang sudah diuraikan, maka dirancang peneliian yang menggabungkan kedua meode yaiu Opimasi Suppor Vecor Regression (SVR) menggunakan Improved- Paricle Swarm Opimizaion (IPSO) unuk Peramalan Curah Hujan. Implemenasi yang dilakukan adalah menggabungkan meode Suppor Vecor Regression (SVR) unuk melakukan peramalan curah hujan, sedangkan meode Improved-Paricle Swarm Opimizaion (IPSO) digunakan unuk melakukan opimasi erhadap parameer yang ada pada SVR sehingga diharapkan hasil peramalan dengan akurasi yang inggi. Peneliian ini diharapkan dapa membanu masyaraka pada umumnya unuk membanu mengaasi permasalahan peramalan curah hujan di Indonesia yang flukuaif. 2. DASAR TEORI 2.1 Penjelasan Daase Daa yang digunakan pada peneliian ini adalah daa curah hujan daerah Pujon Malang yang didapa dari Badan Meeorologi Klimaologi & Geofisika Sasiun Klimaologi Karangploso Malang. Daa yang digunakan dibagi menjadi dua bagian yaiu daa raining

3 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer 1144 dan daa esing. Daa ersebu ersusun dari curah hujan perdasarian dari ahun 2 sampai 215 dengan sauan milimeer kubik. 2.2 Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau proses memprediksikan keadaan pada masa yang akan daang dengan menggunakan informasi yang ada di masa lalu. Peramalan diperlukan unuk memperkirakan kuanias, kualias, waku dan lokasi yang dibuuhkan pada masa yang akan daang. Dalam melakukan peramalan, hasil yang didapakan idak selalu epa sesuai dengan kenyaaan. Salah sau cara unuk menenukan ukuran kesalahan secara saisik yaiu dengan Roo Mean Squared Error (RMSE) yang diunjukkan pada Persamaan 1. RMSE = MSE = n =1 e 2 n 2.3 Suppor Vecor Regression (SVR) (1) Unuk mengaasi permasalahan klasifikasi, Vladimir Naumovich Vapnik mengenalkan meode Suppor Vecor Machine (SVM) pada ahun 1995 (Cores & Vapnik, 1995). Kemudian, unuk mengaasi kasus regresi dikembangkan meode Suppor Vecor Regression (SVR) yang menghasilkan oupu daa berupa bilangan riil aau koninyu (Ju & Hong, 213). Meode SVM memeakan masukan vekor dengan cara non linier ke dalam ruang fiur berdimensi inggi yang kemudian dierapkan pada SVR (Cores & Vapnik, 1995). Unuk menangani kasus regresi, Vijayakumar dan Wu (1999) mengenalkan algorima sekuensial unuk SVR sehingga dapa memberikan solusi yang opimal dan waku kompuasi yang lebih cepa dibandingkan dengan SVR konvensional. Langkah-langkah ersebu adalah sebagai beriku: Langkah 1: Inisialisasi parameer SVR yang akan digunakan dianaranya clr, C, ε, λ dan jumlah ierasi maksimum. Selain iu, inisialisasi α i dan α i (unuk inisialisasi awal, diberikan nilai ). Langkah 2: Membenuk Mariks Hessian dengan menggunakan Persamaan 2. R ij = K(x, x i ) + λ 2 unuk i, j = 1,2,, l (2) R ij = Mariks Hessian baris kei kolom ke-j K(x, x i ) = fungsi kernel λ = variabel skalar l = jumlah daa Langkah 3: Melakukan proses sequenial learning yang erdiri dari: 1. Menghiung nilai error (E) yang diunjukkan pada Persamaan 3. l E i = y i j=1 (α j α j ) R ij (3) E i = nilai error ke-i y i = nilai akual α j, α j = Lagrange Mulipliers R ij = Mariks Hessian baris ke i kolom ke-j 2. Menghiung δα i dan δα i dengan menggunakan Persamaan 4. δα i = min {max [γ(e i ε), α i ], C α i } δα i = min {max [γ( E i ε), α i ], C α i } (4) γ = nilai Learning Rae E i = nilai error ke-i ε = nilai kerugian C = nilai kompleksias α i, α i = Lagrange Mulipliers 3. Menghiung nilai Lagrange Mulipliers dengan menggunakan Persamaan 5. α i = α i + δα i α i = α i + δα i (5) α i, α i = Lagrange Mulipliers Langkah 4: Mengulang proses sequenial learning pada langkah keiga hingga mencapai jumlah ierasi maksimum aau memiliki kondisi berheni yaiu max ( δα i ) < ε dan max ( δα i ) < ε. Langkah 5: Jika daa memenuhi persyaraan (α i α i ) idak sama dengan, maka dapa disebu sebagai suppor vecor. Langkah 6: Melakukan pengujian dengan menggunakan Persamaan 5. l i=1 (5) f(x) = (α i α i )(K(x, x i ) + λ 2 ) α i, α i = Lagrange Mulipliers

4 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer 1145 K(x, x i ) = fungsi kernel λ = variabel skalar l = banyak daa Langkah 7: Selesai. 2.4 Improved-Paricle Swarm Opimizaion (IPSO) Paricle Swarm Opimizaion (PSO) adalah meode opimasi global yang diperkenalkan oleh Kennedy dan Eberhar pada ahun 1995 berdasarkan peneliian erhadap perilaku kawanan burung dan ikan. Seiap parikel dalam Paricle Swarm Opimizaion memiliki kecepaan parikel bergerak dalam ruang pencarian dengan kecepaan yang dinamis disesuaikan dengan perilaku hisoris mereka. Oleh karena iu, parikel memiliki kecenderungan unuk bergerak menuju daerah pencarian yang lebih baik selama proses pencarian. Improved-Paricle Swarm Opimizaion (IPSO) merupakan pengembangan dari algorima opimasi Paricle Swarm Opimizaion (PSO) unuk mencegah konvergensi dini. Pada algorima PSO konvensional, konvergensi parikel erjadi sanga cepa, namun pergerakan dari parikel yang ada hanya erjadi pada area lokal opimal dan global opimal (Yan e al., 213). Dalam algorima IPSO erdapa beberapa proses sebagai beriku (Cholissodin & Riyandani, 216): 1. Inisialisasi a. Inisialisasi kecepaan awal Pada ierasi ke-, dapa dipasikan bahwa nilai kecepaan awal semua parikel adalah. b. Inisialisasi posisi awal parikel Pada ierasi ke-, posisi awal parikel dibangkikan dengan Persamaan 6. x = x min + rand[,1] (x max x min ) (6) x = posisi parikel x min = baas bawah posisi x max = baas aas posisi c. Inisialisasi pbes dan gbes Pada ierasi ke-, pbes akan disamakan dengan nilai posisi awal parikel. Sedangkan gbes dipilih dari sau pbes dengan finess eringgi. 2. Updae kecepaan Zou e al. (215) menambahkan λ sebagai fakor konvergen yang dileakkan di depan bobo inersia, λ = sin 3 α dan α = [, π/8].unuk melakukan updae kecepaan, digunakan Persamaan 7. v i,j = λ. w. v i,j + c 1. r 1 (Pbes i,j x i,j ) + c 2. r 2 (Gbes g,j x i,j ) (7) v i,j = kecepaan parikel i dimensi j pada ierasi ke- λ = fakor konvergen w = bobo inersia c 1, c 2 = koefisien akselerasi r 1, r 2 = random [,1] Pbes i,j = posisi pbes i dimensi j x i,j Gbes g,j pada ierasi ke- = posisi parikel i dimensi j pada ierasi ke- = posisi gbes g dimensi j pada ierasi ke- 3. Updae posisi dan hiung finess Unuk melakukan updae posisi, digunakan Persamaan 8. x +1 i,j = x i,j x i,j +1 + λ. w. v i,j (8) = posisi parikel i dimensi j pada ierasi ke- v i,j = kecepaan parikel i dimensi j pada ierasi ke- λ = fakor konvergen w = bobo inersia 4. Updae pbes dan gbes Dilakukan perbandingan anara pbes pada ierasi sebelumnya dengan hasil dari updae posisi. Finess yang lebih inggi akan menjadi pbes yang baru. pbes erbaru yang memiliki nilai finess eringgi akan menjadi gbes yang baru.

5 Raa-raa Finess Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI Proses opimasi Suppor Vecor Regression menggunakan algorima Improved-Paricle Swarm Opimizaion unuk peramalan curah hujan diunjukkan pada Gambar 1. Mulai Daa curah hujan Kemudian perhiungan yang digunakan sebagai finess parikel adalah nilai error (RMSE) dari peramalan dengan menggunakan SVR yang diunjukkan pada Persamaan 9. finess = 1 1+RMSE (9) Normalisasi Daa 4. PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Pengujian dan Analisis Jumlah Ierasi IPSO Kondisi berheni Ya Hasil peramalan curah hujan Selesai Tidak Gambar 1. Diagram Alir Proses Peramalan dengan IPSO-SVR Langkah-langkah yang dilakukan dalam implemenasi anara lain: 1. Implemenasi opimasi Suppor Vecor Regression (SVR) menggunakan Improved-Paricle Swarm Opimizaion (IPSO) unuk peramalan curah hujan ke dalam bahasa pemrograman Java. 2. Oupu yang diperoleh berupa hasil peramalan dan RMSE. Represenasi parikel yang digunakan dalam IPSO adalah parameer SVR yang akan diopimasi. Parikel dalam IPSO diunjukkan pada Tabel 1. Tujuan dari pengujian jumlah ierasi adalah unuk mendapakan jumlah ierasi IPSO yang paling opimal. Daa yang digunakan adalah curah hujan bulan Januari dasarian perama ahun 24 sampai 215 yang erbagi menjadi daa laih dan daa uji. Hasil pengujian diunjukkan pada Gambar 2 sedangkan baas parameer yang digunakan adalah sebagai beriku: Baas nilai parameer clr :.1.1 Baas nilai parameer C : 1 2 Baas nilai parameer ε :.1.1 Baas nilai parameer λ : 1 67 Baas nilai parameer σ :.1 2,7,6,5,4,3,2,1 Pengujian Jumlah Ierasi IPSO Jumlah Ierasi Gambar 2. Grafik pengujian jumlah ierasi IPSO Tabel 1. Represenasi parikel IPSO Parikel clr C ε λ σ Berdasarkan Gambar 2 didapakan bahwa jumlah ierasi yang semakin banyak mengindikasikan nilai finess yang semakin baik

6 Raa-raa Finess Raa-raa Finess Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer 1147 dan menunjukkan jumlah ierasi yang dibuuhkan unuk mencapai konvergensi. Konvergensi diunjukkan seelah mencapai ierasi 5 idak ada perubahan finess yang signifikan pada ierasi-ierasi selanjunya. Namun, pada pengujian yang elah dilakukan, didapakan jumlah ierasi IPSO paling opimal adalah sejumlah 5 ierasi. Dengan menggunakan daa dan baas parameer yang sama, dilakukan pengujian jumlah ierasi SVR yang berujuan unuk mengeahui jumlah ierasi erbaik dari SVR. Hasil pengujian diunjukkan pada Gambar 3. Pengujian Jumlah Ierasi SVR,2,18,16,14,12,1,8,6,4, Jumlah Ierasi Gambar 3. Grafik pengujian jumlah ierasi SVR Berdasarkan Gambar 3 didapakan bahwa hasil finess cenderung meningka semakin banyaknya ierasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak ierasi pada SVR, akan semakin baik pula proses pelaihan yang erjadi di dalam SVR. Sehingga akan menghasilkan nilai finess yang semakin baik pula. Pada percobaan yang dilakukan, didapakan jumlah ierasi erbaik yaiu 1 ierasi. Pengujian Jumlah Parikel IPSO,25,2,15,1, Jumlah Parikel Gambar 4. Grafik pengujian jumlah parikel IPSO Berdasarkan Gambar 4 diunjukkan bahwa nilai finess cenderung naik sesuai dengan naiknya jumlah parikel. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah parikel, semakin banyak pula peluang yang dihasilkan oleh parikel secara acak. Hal ersebu enu akan menaikkan kemungkinan proses IPSO-SVR mendapakan nilai finess yang inggi. Pada percobaan yang dilakukan didapakan jumlah parikel yang paling opimal adalah Pengujian dan Analisis Baas Parameer SVR Pengujian yang dilakukan adalah menguji beberapa variasi baas aas dan baas bawah dari parameer SVR. Tujuan dari pengujian ini adalah unuk mendapakan baas aas dan baas bawah paling opimal dari parameer SVR. Pengujian ini erdiri dari pengujian clr, C, ε, λ dan σ. Hasil pengujian clr diunjukkan pada Gambar Pengujian dan Analisis Jumlah Parikel Tujuan dari pengujian jumlah parikel adalah unuk mendapakan jumlah parikel IPSO yang paling opimal. Daa yang digunakan adalah curah hujan bulan Januari dasarian perama ahun 24 sampai 215 yang erbagi menjadi daa laih dan daa uji. Hasil pengujian diunjukkan pada Gambar 4.

7 Raa-raa Finess Raa-raa Finess Raa-raa Finess Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer 1148 Pengujian Baas Parameer clr,6,5,4,3,2,1 Baas Parameer Gambar 5. Grafik pengujian baas parameer clr Berdasarkan Gambar 5 diunjukkan bahwa nilai finess cenderung urun mengikui baas parameer yang semakin lebar. Hal ersebu menunjukkan bahwa baas parameer yang semakin kecil akan menghasilkan finess yang semakin baik. Pada percobaan yang dilakukan, parameer clr sebagai parikel IPSO akan bergerak sesuai dengan baas parameer yang digunakan dan baas parameer yang paling opimal adalah.1 1. Pengujian parameer selanjunya adalah parameer C. Dengan menggunakan parameer dan daa yang sama, dilakukan pengujian unuk mendapakan baas parameer C yang paling opimal. Hasil pengujian diunjukkan pada Gambar 6. Pengujian Baas Parameer C,6,5,4,3,2,1 Berdasarkan Gambar 6 diunjukkan nilai finess semakin inggi mengikui baas parameer yang semakin lebar. Hal ersebu menunjukkan bahwa baas parameer yang semakin lebar akan menghasilkan finess yang semakin baik. Pada percobaan yang dilakukan, parameer C sebagai parikel IPSO akan bergerak sesuai dengan baas parameer yang digunakan dan baas parameer yang paling opimal adalah 1-5. Pengujian parameer selanjunya adalah parameer ε. Dengan menggunakan parameer dan daa yang sama, dilakukan pengujian unuk mendapakan baas parameer ε yang paling opimal. Hasil pengujian diunjukkan pada Gambar 7. Pengujian Baas Parameer ε,8,7,6,5,4,3,2,1 Baas Parameer Gambar 7. Grafik pengujian baas parameer ε Berdasarkan Gambar 7 diunjukkan nilai finess cenderung inggi mengikui baas bawah yang semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai ε akan menghasilkan nilai finess yang inggi. Pada percobaan yang dilakukan, parameer ε sebagai parikel IPSO akan bergerak sesuai dengan baas parameer yang digunakan dan baas parameer yang paling opimal adalah.1.1. Pengujian parameer selanjunya adalah parameer λ. Dengan menggunakan parameer dan daa yang sama, dilakukan pengujian unuk mendapakan baas parameer λ yang paling opimal. Hasil pengujian diunjukkan pada Gambar 8. Baas Parameer Gambar 6. Grafik pengujian baas parameer C

8 Raa-raa Finess Raa-raa Finess Raa-raa Finess Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer 1149 Pengujian Baas Parameer λ,8,7,6,5,4,3,2,1 Baas Parameer Gambar 8. Grafik pengujian baas parameer λ Berdasarkan Gambar 8 diunjukkan nilai finess cenderung menurun mengikui baas bawah yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai λ akan menghasilkan nilai finess yang inggi. Pada percobaan yang dilakukan, parameer λ sebagai parikel IPSO akan bergerak sesuai dengan baas parameer yang digunakan dan baas parameer yang paling opimal adalah.1 2. Pengujian parameer selanjunya adalah parameer σ. Dengan menggunakan parameer dan daa yang sama, dilakukan pengujian unuk mendapakan baas parameer σ yang paling opimal. Hasil pengujian diunjukkan pada Gambar 9. Pengujian Baas Parameer σ,8,7,6,5,4,3,2,1 Baas Parameer Gambar 9. Grafik pengujian baas parameer σ Berdasarkan Gambar 9 diunjukkan nilai finess cenderung urun mengikui baas aas yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil nilai σ akan menghasilkan nilai finess yang inggi. Pada percobaan yang dilakukan, parameer σ sebagai parikel IPSO akan bergerak sesuai dengan baas parameer yang digunakan dan baas parameer yang paling opimal adalah Pengujian dan Analisis Jumlah Fiur SVR Pengujian jumlah fiur SVR ini berujuan unuk mendapakan jumlah fiur SVR yang paling opimal. Daa yang digunakan adalah curah hujan bulan Januari dasarian perama ahun 24 sampai 215 yang erbagi menjadi daa laih dan daa uji. Hasil pengujian diunjukkan pada Gambar 1. Pengujian Jumlah Fiur SVR,9,8,7,6,5,4,3,2, Jumlah Fiur SVR Gambar 1. Grafik pengujian jumlah fiur SVR Berdasarkan Gambar 1 diunjukkan finess dari proses peramalan dengan IPSO-SVR cenderung naik hingga jumlah fiur 8 dan kemudian urun. Hal ini menunjukkan bahwa unuk melakukan peramalan curah hujan, daa selama 8 ahun sebelumnya akan menghasilkan peramalan dengan ingka keakuraan yang inggi. Pada percobaan yang dilakukan, jumlah fiur SVR erbaik yang digunakan adalah 8 dengan finess sebesar Analisis Global Hasil Pengujian Berdasarkan dari hasil pengujian yang elah dilakukan didapakan parameer-parameer dengan nilai finess erbaik. Pada pengujian jumlah ierasi IPSO didapakan jumlah ierasi erbaik adalah 5 sedangkan jumlah ierasi erbaik unuk SVR adalah 1. Selain iu juga didapakan jumlah parikel erbaik pada IPSO adalah sejumlah 4 parikel. Pengujian lain yang dilakukan adalah pengujian baas parameer SVR yaiu clr, C, ε,

9 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer 115 λ dan σ. Baas parameer SVR juga digunakan sebagai baas posisi dari parikel IPSO parikel ersebu bergerak. Baas parameer clr yang menghasilkan finess erbaik adalah.1.1, unuk baas parameer C yang menghasilkan finess erbaik adalah 1 5, unuk baas parameer ε yang menghasilkan finess erbaik adalah.1.1, unuk baas parameer λ yang menghasilkan finess erbaik adalah.1 2, unuk baas parameer σ yang menghasilkan finess erbaik adalah.1 1. Kemudian pengujian selanjunya adalah pengujian jumlah fiur SVR yang didapakan jumlah fiur erbaik adalah 8. Dengan menggunakan semua parameer yang paling opimal berdasarkan pengujian yang dilakukan, finess yang didapakan adalah Unuk mengukur perbedaan ingka keakuraan dari IPSO-SVR dan SVR dilakukan percobaan dengan menggunakan daa curah hujan bulan Januari dasarian 1 pada ahun 27 sampai 215. Hasil dari percobaan yang dilakukan diunjukkan pada Tabel 2 sera pada Gambar 11 dan Gambar Tabel 2. Perbandingan IPSO-SVR dan SVR Meode RMSE IPSO-SVR SVR Peramalan Curah Hujan dengan IPSO-SVR Daa Akual Hasil Peramalan Gambar 11. Grafik peramalan dengan IPSO-SVR Peramalan Curah Hujan dengan SVR Daa Akual Hasil Peramalan Gambar 12. Grafik peramalan dengan SVR 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil peneliian mengenai peramalan curah hujan dengan menggunakan meode Suppor Vecor Regression yang diopimasi dengan Improved-Paricle Swarm Opimizaion, maka dapa diambil kesimpulan bahwa meode Improved-Paricle Swarm Opimizaion (IPSO) dapa digunakan unuk mengopimasi parameer Suppor Vecor Regression (SVR). Pada peneliian ini, parameer SVR yang diopimasi adalah clr, C, ε, λ dan σ. Unuk mendapakan nilai parameer SVR yang paling opimal, langkah perama yang dilakukan adalah membangkikan nilai parameer SVR secara acak sebagai parikel pada IPSO. Kemudian perhiungan finess dari parikel ersebu adalah dengan menggunakan SVR. Seelah proses SVR dan IPSO sesuai jumlah ierasi yang dienukan, maka akan didapakan parameer SVR yang paling opimal. Parameer SVR yang paling opimal ersebu dapa digunakan unuk meramalkan curah hujan dengan ingka keakuraan yang inggi. Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan daa curah hujan bulan Januari dasarian perama ahun 24 sampai 215, didapakan baas parameer erbaik dari clr =.1.1, C = 1 5, ε =.1.1, λ =.1 2 dan σ =.1 1. Sehingga didapakan nilai finess erbaik dari peramalan ersebu yaiu Peneliian mengenai peramalan curah hujan ini masih memiliki banyak kekurangan. Kekurangan ersebu dapa dikembangkan menjadi peneliian yang lebih baik. Saran yang dapa diberikan unuk peneliian selanjunya yaiu diharapkan pada peneliian selanjunya

10 Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer 1151 peramalan curah hujan dengan menggunakan SVR dapa diopimasikan dengan algorima opimasi selain IPSO. Saran lain adalah proses opimasi yang dilakukan masih dapa dikembangkan dengan menambahkan seleksi kernel yang ada pada SVR. 6. DAFTAR PUSTAKA Abraham, B. & Ledoler, J., 25. Saisical Mehods for Forecasing. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc. Achmad, A., Indrabayu & Fikha, 213. Kecerdasan Buaan Hybrid unuk Prediksi Curah Hujan. Prosiding Hasil Peneliian Fakulas Teknik UNHAS. Vol. 7. Boer, G.J. & Yu B., 23. Dynamical Aspecs of Climae Sensiiviy. Geophysical Research Leer, [e-journal] 3(1135). Tersedia melalui : Wiley Online Library <hp://onlinelibrary.wiley.com/doi/1.1 29/22GL16549/full> [Diakses 15 Januari 217] Chen, W., Su, X., Chen, X., Zhou, Q. & Xiao, H., 212. Combinaion of Suppor Vecor Regression wih Paricle Swarm Opimizaion for Ho-spo Temperaure Predicion of Oil-immersed Power Transformer. Elecrical Review, 88, pp Cholissodin, I. & Riyandani, I., 216. Swarm Inelligence, Fakulas Ilmu Kompuer, Universias Brawijaya, Malang. Cores, C. & Vapnik, V., Suppor-vecor Neworks. Machine Learning, 2(3), pp Hsieh, H.I., Lee, T.P. & Lee, T.S., 211. A Hybrid Paricle Swarm Opimizaion and Suppor Vecor Regression Model for Financial Time Series Forecasing. Inernaional Journal of Business Adminisraion, Vol.2, No.2. Ju, F.Y. & Hong, W.C., 213. Applicaion of Seasonal SVR wih Chaoic Graviaional Search Algorihm in Elecriciy Forecasing. Applied Mahemaical, 37, pp Kavousi-Fard, A., Same, H. & Marzbani, F., 214. A New Hybrid Modified Firefly Algorihm and Suppor Vecor Regression Model for Accurae Shor Term Load Forecasing. Exper Sysems wih Applicaions, 41, pp Makridakis, S. & Hibon, M. 2. The M3- Compeiion: resuls, conclusions and implicaions. Inernaional Journal of Forecasing, 16, pp Mukid, M.A., Aji, H.W. & Erfiani, 29. Kinerja Regresi Proses Gaussian Unuk Pemodelan Kalibrasi Peubah Ganda Pada Daerah Idenifikasi Spekra Infra Merah Senyawa Akif. Prosiding Seminar Nasional Saisika IX ITS. Surabaya, 7 November 29. Mulyana, E., 214. Hubungan Anara Enso dengan Variasi Curah Hujan di Indonesia. Jurnal Sains & Teknologi, 3, pp.1-4. Suprano J., 2. Saisika Teori dan Aplikasi. Jakara : Erlangga. Wu, J. & Chen, E., 21. A Novel Hybrid Paricle Swarm Opimizaion for Feaure Selecion and Kernel Opimizaion in Suppor Vecor Regression. 21 Inernaional Conference on Compuaional Inelligence and Securiy, pp Yan, X., Wu, Q., Liu, H. & Huang, W., 213. An Improved Paricle Swarm Opimizaion Algorihm and Is Applicaion. Inernaional Journal of Compuer Science Issues, 1(1), pp

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Optimasi Fuzzy Time Series Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization Untuk Peramalan Jumlah Penduduk Di Kabupaten Probolinggo

Optimasi Fuzzy Time Series Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization Untuk Peramalan Jumlah Penduduk Di Kabupaten Probolinggo Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 8, Agusus 218, hlm. 2791-2799 hp://j-piik.ub.ac.id Opimasi Fuzzy Time Series Menggunakan Algorima Paricle Swarm Opimizaion

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer Vol. 2, No. 5, Mei 2018, hlm. 1856-1865 e-issn: xxx-xxx hp://j-piik.ub.ac.id Klasifikasi Keminaan Menggunakan Algorime Exreme Learning Machine dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED

PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED PREDIKSI BEBAN LISTRIK MENGGUNAKAN KERNEL RIDGE REGRESSION DENGAN PERTIMBANGAN DUMP POWER DAN ENERGY NOT SERVED Wahyuda 1, Budi Sanosa 2, Nani Kurniai 3 1 Teknik Indusri Universias Mulawarman-Samarinda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 9, Juni 2017, hlm. 842-848 hp://j-piik.ub.ac.id Opimasi Muliple Travelling man Problem Pada Pendisribusian Air Minum

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

Penentuan Kelayakan Lokasi Wifi.Id Corner Dengan AHP-PSO (Studi Kasus: Telkom Kota Kediri)

Penentuan Kelayakan Lokasi Wifi.Id Corner Dengan AHP-PSO (Studi Kasus: Telkom Kota Kediri) Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hlm. 21-28 hp://-piik.ub.ac.id Penenuan Kelayakan Lokasi Wifi.Id Corner Dengan AHP-PSO (Sudi Kasus:

Lebih terperinci

Optimasi Komposisi Makanan Bagi Penderita Hipertensi Menggunakan Metode Particle Swarm Optimization

Optimasi Komposisi Makanan Bagi Penderita Hipertensi Menggunakan Metode Particle Swarm Optimization Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Kompuer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 10, Okober 2017, hlm. 1158-1166 hp://j-piik.ub.ac.id Opimasi Komposisi Makanan Bagi Penderia Hiperensi Menggunakan

Lebih terperinci

KOMPARASI METODE PERAMALAN AUTOMATIC CLUSTERING TECHNIQUE AND FUZZY LOGICAL RELATIONSHIPS DENGAN SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING

KOMPARASI METODE PERAMALAN AUTOMATIC CLUSTERING TECHNIQUE AND FUZZY LOGICAL RELATIONSHIPS DENGAN SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Komparasi Meode Peramalan (Beik E.) KOMPARASI METODE PERAMALAN AUTOMATIC CLUSTERING TECHNIQUE AND FUZZY LOGICAL RELATIONSHIPS DENGAN SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Beik Endaryai 1, Rober Kurniawan 2 1,2

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit

Kombinasi Fitting Sinusoids dan Metode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Permintaan Kredit Kombinasi Fiing Sinusoids dan Meode Dekomposisi dalam Memprediksi Besar Perminaan Kredi (Sudi Kasus: Koperasi Simpan Pinjam X Salaiga, Jawa Tengah) Rahayu Prihanini Fakulas Teknologi Informasi Universias

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Platform MK di PT X Menggunakan Metode ARIMA, Neural Network, dan Hibrida ARIMA-Neural Network

Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Platform MK di PT X Menggunakan Metode ARIMA, Neural Network, dan Hibrida ARIMA-Neural Network D-378 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (26) 2337-3520 (23-928X Prin) Pemodelan Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Plaform MK di PT X Menggunakan Meode ARIMA, Neural Nework, dan Hibrida ARIMA-Neural

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER

ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER ANALISIS CRITICAL ROOT VALUE PADA DATA NONSTATIONER Abdul Aziz Dosen Jurusan Maemaika Fakulas Sains Teknologi Universias Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail : abdulaziz_uinmlg@yahoo.com

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PERAMALAN VOLUME PENGGUNAAN AIR BERSIH DENGAN METODE WINTERS EPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENENTUKAN VOLUME

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI

ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 009 XV-1 ANALISIS PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM KOSPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INTERVENSI Muhammad Sjahid Akbar, Jerry Dwi Trijoyo

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

Pemulusan Eksponensial dengan Metode Holt Winter Additive Damped

Pemulusan Eksponensial dengan Metode Holt Winter Additive Damped Pemulusan Eksponensial dengan Meode Hol Winer Addiive Damped Hurul in 1),Dr. Erna Tri Herdiani, M.Si 2), Andi Kresna Jaya, S.Si., M.Si 3) Program Sudi Saisika Jurusan Maemaika FMIPA Unhas Jln. Perinis

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON * PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB

Lebih terperinci

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih.

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih. 1 Peramalan Volume Produksi Air Bersih di PDAM Kabupaen Bojonegoro berdasarkan Jumlah Pelanggan dan Volume Konsumsi Air Fasha Aulia Pradhani dan Adaul Mukarromah Jurusan Saisika, FMIPA, ITS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA SEMARANG DENGAN FEEDFORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA QUASI NEWTON BFGS DAN LEVENBERG-MARQUARDT

PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA SEMARANG DENGAN FEEDFORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA QUASI NEWTON BFGS DAN LEVENBERG-MARQUARDT Jurnal PRESIPIASI Volume 3 No Sepember 007 PREDIKSI CURAH HUJAN KOA SEMARANG DENGAN FEEDFORWARD NEURAL NEWORK MENGGUNAKAN ALGORIMA QUASI NEWON BFGS DAN LEVENBERG-MARQUARD Budi Warsio 1), Sri Sumiyai )

Lebih terperinci

Peramalan Outflow Uang Pecahan di Jawa Timur Menggunakan Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR)

Peramalan Outflow Uang Pecahan di Jawa Timur Menggunakan Generalized Space Time Autoregressive (GSTAR) JURNA SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (16) 7-5 (1-98X Prin) D-59 Peramalan Ouflow Uang Pecahan di Jawa Timur Menggunakan Generalized Space Time Auoregressive (GSTAR) Rahmah Safiri, Seiawan, dan Imam Safawi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu

Penentuan Pelebaran Window Time Optimal Pada Data Deret Waktu 1 Penenuan Pelebaran Window Time Opimal Pada Daa Dere Waku (1) Nursya`bani Hendro Prabowo dan (2) Raden Mohamad Aok Deparemen Saisika, Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Insiu Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Saisika, Vol. 2, No. 2, November 24 PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Sri Wahyuni, 2 Farikhin, Iswahyudi Joko Suprayino Program Sudi Saisika

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016)

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014 JULI 2016) Prosiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-602-622-20-9 hal 935-950 November 206 hp://jurnal.fkip.uns.ac.id PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

Metode Regresi Linier

Metode Regresi Linier Modul 1 Meode Regresi Linier Prof. DR. Maman Djauhari A PENDAHULUAN nalisis regresi linier, baik yang sederhana maupun yang ganda, elah Anda pelajari dalam maa kuliah Meode Saisika II. Dengan demikian

Lebih terperinci

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh:

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI. Oleh: Arikel Skripsi TINGKAT KEBUGARAN JASMANI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan Unuk Memenuhi Sebagian Syara Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci