IV. METODE PENELITIAN Model Ekonomi Pasar Tenaga Kerja dan Perekonomian Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODE PENELITIAN Model Ekonomi Pasar Tenaga Kerja dan Perekonomian Indonesia"

Transkripsi

1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Model Ekonomi Pasar Tenaga Kerja dan Perekonomian Indonesia Model merupakan suau penjelasan dari fenomena akual sebagai suau sisem aau proses (Kousoyiannis, 1977). Model pasar TK dan perkonomian Indonesia dibangun berdasarkan eori ekonomi dan kajian sudi erdahulu. Pada ahap awal dikaji fenomena ekonomi yang diduga akan erjadi jika pemerinah memberlakukan berbagai kebijakan keenagakerjaan. Tahapan membangun model diilusrasikan seperi pada Gambar 11. Model peneliian ini disusun dalam benuk sisem persamaan simulan yang erdiri dari 52 persamaan, yaiu 34 persamaan srukrural dan 18 persamaan idenias. Secara umum model dibagi dalam enam blok yaiu (1) Blok Pasar Tenaga Kerja, (2) Blok Fiskal, (3) Blok Penawaran Agrega, (4) Blok Perminaan Agrega, (5) Blok Moneer, dan (6) Blok Keseimbangan Makro seperi pada Tabel 10. Keerkaian peubah endogen diilusrasikan seperi pada Gambar Blok Pasar Tenaga Kerja Blok pasar TK didisagregasi berdasarkan ingka pendidikan dan sekor. Disagregasi ingka pendidikan didasarkan pada konsep bahwa hasil dari proses pekerjaan dipengaruhi oleh fakor personal aau individu TK (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007). Dalam sudi ini fakor personal TK diukur dari unsur pengeahuan yang diproksi dengan ingka pendidikan. Disagregasi sekor didasarkan pada konsep bahwa perubahan keseimbangan di pasar TK mempunyai respon yang berbeda pada seiap sekor (Sukwika, 2003).

2 69 Kebijakan Keenagakerjaan di Era Oda Masalah dan Tujuan Peneliian Teori Ekonomi Kerangka Pemikiran Sudi Terdahulu Model Pasar TK dan Perekonomian Indonesia Spesifikasi Model Peubah yang relevan Tanda dan besaran Hipoesis Sisem Persamaan Simulan Idenifikasi dan Esimasi Model Daa ime series Evaluasi/ Validasi Model Krieria Ekonomi Saisika Ekonomerika Aplikasi Model Analisis Evaluasi Kebijakan Hisoris Analisis Peramalan Gambar 11. Tahapan Membangun Model Pasar TK dan Perekonomian Indonesia

3 70 Tabel 10. Pembagian Blok Persamaan Model Pasar TK dan Perekonomian Indonesia Blok/ Persamaan Jenis Persamaan 1. Blok Pasar Tenaga kerja A. Penawaran Tenaga Kerja (1-4) (1). Penawaran TK berpendidikan rendah (2). Penawaran TK berpendidikan menengah (3). Penawaran TK berpendidikan inggi (4). Penawaran TK oal B. Perminaan Tenaga Kerja (5-20) (5). Perminaan TK berpendidikan rendah di sekor peranian (6). Perminaan TK berpendidikan rendah di sekor indusri (7). Perminaan TK berpendidikan rendah di sekor jasa (8). Perminaan TK berpendidikan rendah (9). Perminaan TK berpendidikan menengah di sekor peranian (10). Perminaan TK berpendidikan menengah di sekor indusri (11). Perminaan TK berpendidikan menengah di sekor jasa (12). Perminaan TK berpendidikan menengah (13). Perminaan TK berpendidikan inggi di sekor peranian (14). Perminaan TK berpendidikan inggi di sekor indusri (15). Perminaan TK berpendidikan inggi di sekor jasa (16). Perminaan TK berpendidikan inggi (17). Perminaan TK di sekor peranian (18). Perminaan TK di sekor indusri (19). Perminaan TK di sekor jasa (20). Perminaan TK oal C. Tingka Pengangguran (21-24) (21). Tingka pengangguran TK berpendidikan rendah

4 71 (22). Tingka pengangguran TK berpendidikan menengah (23). Tingka pengangguran TK berpendidikan inggi (24). Tingka pengangguran oal D. Upah Raa-raa (25-28) (25). Upah raa-raa sekor peranian (26). Upah raa-raa sekor indusri (27). Upah raa-raa sekor jasa (28). Upah raa-raa 2. Blok Fiskal (29-35) (29). Penerimaan pajak (30). Penerimaan pemerinah oal (31). Pengeluaran pembangunan sekor peranian (32). Pengeluaran pembangunan sekor indusri (33). Pengeluaran pembangunan sekor infrasrukur (34). Pengeluaran pembangunan sekor pendidikan dan kesehaan (35). Pengeluaran pemerinah oal 3. Blok Penawaran Agrega (36-38) (36). Nilai produksi sekor peranian (37). Nilai produksi sekor indusri (38). Nilai produksi sekor jasa 4. Blok Perminaan Agrega (39-45) (39). Konsumsi (40). Invesasi sekor peranian (41). Invesasi sekor indusri (42). Invesasi sekor jasa (43). Invesasi oal (44). Nilai ekspor (45). Nilai impor

5 72 5. Blok Moneer (46-48) (46). Perminaan Uang (47). Penawaran Uang (48). Suku bunga 6. Blok Keseimbangan Makro (49-52) (49). Perminaan agrega (50). Penawaran agrega (51). Indeks harga konsumen (52). Inflasi nasional Penawaran Tenaga Kerja (S ) Penawaran enaga kerja berpendidikan rendah SPR = a o + a 1 (W -W -1 ) + a 2 (PHK -PHK -1 ) + a 3 POP + a 4 SPR -1 + U 1... (1) Penawaran enaga kerja berpendidikan menengah SPM = b o + b 1 W + b 2 POP + b 3 GEPK -1 + b 4 SPM -1 + U 2... (2) Penawaran enaga kerja berpendidikan inggi SPT = c o + c 1 W + c 2 POP + c 3 GEPK -1 + c 4 SPT -1 + U 3... (3) Penawaran enaga kerja oal S = SPR + SPM + SPT... (4) Parameer dugaan yang diharapkan a 1, a 2, a 3 >0; 0 < a 4 <1 b 1, b 2, b 3 >0; 0 < b 4 <1 c 1, c 2, c 3 >0; 0 < c 4 <1

6 73 S UT GTR GEP Kebijakan Upah minimum Serika Buruh W TAX GEI D GEIS 1. Blok Pasar Tenaga Kerja GDPP CPI GEP GET Kebijakan pengeluaran pembanguna n unuk infrasruku r GDPI AS INF 2. Blok Fiskal GDPJ AD MS 3. Blok Penawaran Agrega 6. Blok Keseimbang an Makro IP C MD Kebijakan Suku Bunga Kasus Pemogoka II TI SB 5. Blok Moneer IJ X 4. Blok Perminaan Agrega M Gambar 12. Model Pasar TK dan Perekonomian Indonesia

7 Perminaan Tenaga Kerja (D ) Perminaan enaga kerja berpendidikan rendah di sekor peranian DPRP = d o + d 1 WP + d 2 GDPP + d 3 TKIP + d 4 DPRP -1 + U 4... (5) Perminaan enaga kerja berpendidikan rendah di sekor indusri DPRI = e o + e 1 WI + e 2 GDPI + e 3 JP + e 4 JPK + e 5 TKII + e 6 DPRI -1 + U 5... (6) Perminaan enaga kerja berpendidikan rendah di sekor jasa DPRJ = f o + f 1 (WJ -WJ -1 ) + f 2 GDPJ + f 3 PNSR + f 4 DPRJ -1 + U 6... (7) Perminaan enaga kerja berpendidikan rendah DPR = DPRP + DPRI + DPRJ + DPRL... (8) Perminaan enaga kerja berpendidikan menengah di sekor peranian DPMP = g o + g 1 WP + g 2 GDPP + g 3 TKMI + g 4 DPMP -1 + U 7... (9) Perminaan enaga kerja berpendidikan menengah di sekor indusri DPMI = h o + h 1 WI -1 + h 2 GDPI + h 3 JPK + h 4 DPMI -1 + U 8... (10) Perminaan enaga kerja berpendidikan menengah di sekor jasa DPMJ = i o + i 1 WJ + i 2 GDPJ + i 3 TKFJ + i 4 DPMJ -1 + U 9... (11) Perminaan enaga kerja berpendidikan menengah DPM = DPMP + DPMI + DPMJ + DPML... (12) Perminaan enaga kerja berpendidikan inggi di sekor peranian DPTP = j o + j 1 WP + j 2 GDPP + j 3 TKTI + j 4 DPTP -1 + U (13) Perminaan enaga kerja berpendidikan inggi di sekor indusri DPTI = k o + k 1 WI + k 2 GDPI + k 3 JPK + k 4 DPTI -1 + U (14) Perminaan enaga kerja berpendidikan inggi di sekor jasa DPTJ = l o + l 1 (WJ -WJ -1 ) + l 2 GDPJ + l 3 DPTJ -1 + U (15)

8 75 Perminaan enaga kerja berpendidikan inggi DPT = DPTP + DPTI + DPTJ + DPTL... (16) Perminaan enaga kerja sekor peranian DP = DPRP + DPMP + DPTP... (17) Perminaan enaga kerja sekor indusri DI = DPRI + DPMI + DPTI... (18) Perminaan enaga kerja sekor jasa DJ = DPRJ + DPMJ + DPTJ... (19) Perminaan enaga kerja oal D = DPR + DPM + DPT... (20) Parameer dugaan yang diharapkan d 2, d 3 > 0 ; d 1 < 0 ; 0 <d 4 < 1 e 2, e 3, e 4, e 5 > 0 ; e 1 < 0 ; 0 <e 6 < 1 f 2, f 3 >0 ; f 1 <0 ; 0<f 4 <1 g 2, g 3 > 0 ; g 1 < 0 ; 0 <g 4 < 1 h 2, h 3 > 0 ; h 1 < 0 ; 0 <h 4 < 1 i 2, i 3 >0 ; i 1 <0 ; 0<i 4 <1 j 2, j 3 > 0 ; j 1 < 0 ; 0 <j 4 < 1 k 2, k 3 > 0 ; k 1 < 0 ; 0<k 4 < 1 l 2 >0 ; l 1 <0 ; 0<l 3 < Tingka Pengangguran (UT ) Tingka pengangguran enaga kerja berpendidikan rendah UPR SPR DPR = * (21) S Tingka pengangguran enaga kerja berpendidikan menengah UPM SPM DPM = * (22) S

9 76 Tingka pengangguran enaga kerja berpendidikan inggi UPT SPT DPT = * (23) S Tingka pengangguran oal UT = UPR + UPM + UPT... (24) Upah Raa-raa (W ) Upah raa-raa sekor peranian WP = m o + m 1 UMP + m 2 KHM + m 3 DEFP + m 4 TKFP + m 5 S Upah raa-raa sekor indusri + m 6 WP -1 + U (25) WI = n o + n 1 UMI + n 2 KHM + n 3 DEFI + n 4 TKFI + n 5 S Upah raa-raa sekor jasa + n 6 WI -1 + U (26) WJ = o o + o 1 UMJ + o 2 KHM + o 3 DEFJ + o 4 TKF -1 + o 5 S + o 6 WJ -1 + U 15. (27) Upah raa-raa W = p o + p 1 (UMR -UMR -1 )+ p 2 WP + p 3 WI + p 4 (WJ -WJ -1 ) + p 5 WL + p 6 W -1 + U 16 (28) Parameer dugaan yang diharapkan m 1, m 2, m 3, m 4 > 0; m 5 < 0; 0 < m 6 < 1 n 1, n 2, n 3, n 4 > 0; n 5 < 0; 0 < n 6 < 1 o 1, o 2, o 3, o 4 > 0 ; o 5 < 0 ; 0 < o 6 < 1 p 1, p 2, p 3, p 4, p 5 > 0; 0 < p 6 < 1

10 Blok Fiskal Penerimaan pajak TAX = q 0 + q 1 AS +q 2 TAX -1 + U (29) Penerimaan pemerinah oal GTR = TAX + NTAX... (30) Pengeluaran pembangunan sekor peranian GEP = r o + r 1 (GTR -GTR -1 ) + r 2 INF -1 + r 3 (GDP / AS ) + U 18.. (31) Pengeluaran pembangunan sekor indusri GEI = s o + s 1 (GTR -GTR -1 ) + s 2 INF -1 + s 3 GRI + U (32) Pengeluaran pembangunan sekor infrasrukur GEIS = o + 1 (GTR -GTR -1 ) + 2 INF GEIS -1 + U (33) Pengeluaran pembangunan sekor pendidikan dan kesehaan GEPK = u o + u 1 (UT -UT -1 ) + u 2 GTR + u 3 INF -1 + u 4 GEPK -1 + U (34) Pengeluaran pemerinah oal GET = GEP + GEI + GEIS + GEPK + GEL... (35) Parameer dugaan yang diharapkan q 1 > 0 ; 0 < q 2 < 1 r 1, r 2, r 3 > 0 s 1, s 2, s 3 > 0 1, 2 > 0 ; 0 < 3 < 1 u 1, u 2, u 3 > 0; 0 < u 4 < Blok Penawaran Agrega Nilai produksi sekor peranian GDPP = v o + v 1 DP + v 2 DEFP + v 3 (IP -IP -1 ) + v 4 (GEP -GEP -1 ) + v 5 (GEIS -GEIS -1 ) + v 6 GDPP -1 + U (36)

11 78 Nilai produksi sekor indusri GDPI = w o + w 1 DI + w 2 DEFI + w 3 II + w 4 (GEI -GEI -1 ) + w 3 KUK + w 6 GEIS + w 7 GDPI -1 + U (37) Nilai produksi sekor jasa GDPJ = x o + x 1 (DJ -DJ -1 ) + x 2 DEFJ -1 + x 3 IJ + x 4 GEIS -1 + x 5 GDPJ -1 + U (38) Parameer dugaan yang diharapkan v 1, v 2, v 3, v 4, v 5 > 0 ; 0 < v 6 < 1 w 1, w 2, w 3, w 4, w 5 > 0; 0 < w 7 < 1 x 1, x 2, x 3, x 4 > 0 ; 0 < x 5 < Blok Perminaan Agrega Konsumsi C = y 0 + y 1 (AS /POP ) + y 2 INF + y 3 C -1 + U (39) Parameer dugaan yang diharapkan y 1 > 0 ; y 2 < 0 ; 0 < y 3 < 1. Invesasi sekor peranian IP = z o + z 1 (SB -SB -1 ) + z 2 UMR + z 3 AS -1 + z 4 (KP -KP -1 ) + z 5 DDF + z 6 IP -1 + U (40) Invesasi sekor indusri II = aa o + aa 1 (SB -SB -1 ) + aa 2 UMR + aa 3 AS + aa 4 KP + aa 5 DDF + aa 6 II -1 + U (41) Invesasi sekor jasa IJ = ab o + ab 1 SB + ab 2 UMR -1 + ab 3 AS + ab 4 KP -1 + ab 5 DDF + ab 6 IJ -1 + U (42)

12 79 Invesasi oal TI = IP + II + IJ + IL (43) Parameer dugaan yang diharapkan z 3, z 5 > 0 z 1, z 2, z 4 < 0 ; 0 < z 6 < 1 aa 3, aa 5 > 0 ; aa 1, aa 2, aa 4 < 0 ; 0< aa 6 < 1 ab 3, ab 5 > 0 ; ab 1, ab 2, ab 4 < 0 ; 0< ab 6 < 1 Nilai Ekspor X = ac 0 + ac 1 ER + ac 2 AS + ac 3 X -1 + U (44) Parameer dugaan yang diharapkan ac 1, ac 2 > 0; 0 < ac 3 < 1. Nilai Impor M = ad 0 + ad 1 ER + ad 2 AS + ad 3 M -1 + U (45) Parameer dugaan yang diharapkan ad 2 > 0; ad 1 <0 ; 0 < ad 3 < Blok Moneer Perminaan uang MD = ae 0 + ae 1 AD + ae 2 (SB -SB -1 ) + ae 3 DKE + ae 4 MD -1 + U (46) Parameer dugaan yang diharapkan ae 1, ae 3 > 0; ae 2 < 0; 0 < ae 4 < 1 Penawaran uang MS = af 0 + af 1 AD + af 2 SB + af 3 (ER -ER -1 ) + af 4 MS -1 + U (47) Parameer dugaan yang diharapkan af 1, af 2, af 3 > 0; 0 < af 4 < 1

13 80 Suku bunga SB = ag 0 + ag 1 (MS -MS -1 ) + ag 2 AD -1 + ag 3 INF -1 + ag 4 SB -1 + U (48) Parameer dugaan yang diharapkan ag 2, ag 3 > 0; ag 1 < 0; 0 < ag 4 < Blok Keseimbangan Makro Perminaan Agrega AD = C + TI + GET + X M... (49) Penawaran Agrega AS = GDPP + GDPI + GDPJ + GDPL... (50) Indeks harga konsumen CPI = ah o + ah 1 SB -1 + ah 2 W -1 + ah 3 CPI -1 + U (51) Inflasi nasional CPI CPI INF = (52) CPI 1 Parameer dugaan yang diharapkan ah 1, ah 2 > 0; 0 < ah 3 < Prosedur Analisis Unuk menjawab ujuan peneliian perama digunakan analisis deskripif. Analisis ersebu menguraikan permasalahan pokok kebijakan keenagakerjaan di era oda yang dirangkum dari lokakarya kebijakan pasar enaga kerja dan hubungan indusrial unuk memperluas kesempaan kerja yang dilaksanakan pada anggal 16 Sepember 2003.

14 Idenifikasi Model Indenifikasi model dienukan aas dasar order condiion sebagai syara keharusan dan rank condiion sebagai syara kecukupan. Menuru Kousoyiannis (1977), rumusan idenifikasi model persamaan srukural berdasarkan order condiion dienukan oleh (K - M) > (G - 1) Keerangan K = Toal peubah dalam model, yaiu peubah endogen dan peubah predeermined. M = Jumlah peubah endogen dan eksogen yang ermasuk dalam sau persamaan erenu dalam model, dan G = Toal persamaan dalam model, yaiu jumlah peubah endogen dalam model. Jika dalam suau persamaan dalam model menunjukkan kondisi sebagai beriku. ( K M ) > ( G 1 ) = maka persamaan dinyaakan eridenifikasi secara berlebih (overidenified) (K M ) = ( G 1 ) = maka persamaan ersebu dinyaakan eridenifikasi secara epa (exacly idenified ), dan (K M ) < (G 1 ) = maka persamaan ersebu dinyaakan idak eridenifikasi (unidenified). Hasil idenifikasi unuk seiap persamaan srukural haruslah exacly idenified aau overidenified unuk dapa menduga parameer-parameernya. Kendai suau persamaan memenuhi order condiion, mungkin saja persamaan iu idak eridenifikasi. Karena iu, dalam proses idenifikasi diperlukan suau syara

15 82 perlu sekaligus cukup. Hal iu diuangkan dalam rank condiion unuk idenifikasi yang menyaakan, bahwa dalam suau persamaan eridenifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan unuk membenuk minimal sau deerminan bukan nol pada order (G-1) dari parameer srukural peubah yang idak ermasuk dalam persamaan ersebu. Kondisi rank dienukan oleh deerminan urunan persamaan srukural yang nilainya idak sama dengan nol (Kousoyiannis, 1977) Model yang dirumuskan erdiri 52 peubah endogen (G), dan 71 peubah predeermined variable erdiri dari 34 peubah eksogen dan 37 lag endogenous variabel. Sehingga oal peubah dalam model (K) adalah 123, jumlah maksimum peubah dalam persamaan (M) adalah 7 peubah. Maka berdasarkan krieria order condiion maka seiap persamaan srukural yang ada dalam model adalah over idenified Meode Pendugaan Model Dari hasil idenifikasi model, maka model dinyaakan over idenified, dalam hal ini unuk pendugaan model dapa dilakukan dengan 2SLS (Two Sage Leas Squares), 3SLS (Three Sage Leas Squares). Meode pendugaan model yang digunakan adalah 2SLS, dengan beberapa perimbangan, yaiu penerapan 2SLS menghasilkan aksiran yang konsisen, lebih sederhana dan lebih mudah, sedangkan meode 3SLS dan FIML menggunakan informsi yang lebih banyak dan lebih sensiif erhadap kesalahan pengukuran maupun kesalahan spesifikasi model (Syafa a, 1999). Unuk mengeahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersamasama berpengaruh nyaa aau idak erhadap variabel endogen, maka pada seiap persamaan digunakan uji saisik F, dan unuk menguji apakah masing-masing

16 83 variabel penjelas berpengaruh nyaa aau idak erhadap variabel endogen, maka pada seiap persamaan digunakan uji saisik araf nyaa 25 persen selanjunya uji serial korelasi dengan menggunakan saisik d w (Durbin-Wason Saisics) Validasi Model Asumsi dapa mempengaruhi kebenaran suau eori (Woodhouse, 2006). Asumsi yang digunakan dalam membangun model dalam sudi ini adalah sebagai beriku 1. Upah minimum diargekan unuk buruh berpendidikan rendah, anpa pengalaman, nol masa kerja dan bersaus lajang. Diasumsikan nilai upah minimum dieapkan di aas upah keseimbangan pasar sehingga persamaan idenias ingka pengangguran dalam model menggambarkan kondisi disequilibrium pasar TK. 2. Diasumsikan upah di pasar TK kaku pada ingka erenu dan idak meningka keika perminaan TK bergeser (Sicky Wages). Akibanya, bila perekonomian melemah, kurva perminaan TK bergeser ke kiri dan erjadi Pemuusan Hubungan Kerja. Sebaliknya, bila erjadi pergeseran kurva perminaan TK ke kanan, kesempaan kerja meningka eapi ingka upah relaif idak berubah. Peningkaan upah di pasar TK disebabkan karena adanya unuan serika pekerja. 3. Kekuaan serika buruh dalam menunu kenaikan upah diproksi dengan peubah jumlah enaga kerja di sekor formal. Diasumsikan enaga kerja formal adalah pekerja dengan saus pekerjaan uama sebagi buruh eap/ karyawan/ pegawai. Semenara enaga kerja informal adalah enaga kerja dengan saus pekerjaan uama (1) berusaha sendiri anpa dibanu orang

17 84 lain, (2) berusaha sendiri dengan dibanu anggoa rumah angga, (3) pekerja bebas peranian, (4) pekerja bebas di non peranian, dan (5) pekerja idak dibayar. 4. Diasumsikan idak ada perubahan srukural selama ahun ke depan. Unuk mengeahui apakah model cukup valid unuk membua suau simulasi alernaif kebijakan maka perlu dilakukan suau validasi model, dengan ujuan unuk menganalisis sejauh mana model ersebu dapa mewakili dunia nyaa (Pindyck and Rubinfield, 1991). Krieria saisik unuk validasi nilai pendugaan model ekonomerika yang digunakan adalah Roo Means Squares Error (RMSE), (Roo Mean Squares Percen Error (RMSPE) dan Theil s Inequaliy Coefficien (U). RMSE adalah raa-raa kuadra dari perbedaan nilai esimasi dengan nilai observasi suau variabel. Jika nilai RMSE semakin kecil maka esimasi model aau variabel ersebu semakin valid. Nilai saisik RMSE adalah RMSE = ( 1/ T ) T = 1 ( Ys Ya) 2 RMSPE adalah raa-raa kuadra dari proporsi perbedaan nilai esimasi dengan nilai observasi suau variabel. Jika nilai RMSPE semakin kecil maka esimasi model aau variabel ersebu semakin valid. Nilai saisik RMSPE adalah RMSPE = ( 1/ T ) T = 1 [( Ys Ya) / Ya] 2 U adalah perbandingan RMSE dengan penjumlahan raa-raa kuadra nilai esimasi dan raa-raa kuadra nilai observasi suau model aau variabel. Nilai U

18 85 maksimum adalah sau (esimasi model aau variabel naif) dan nilai U minimum nol (esimasi model aau variabel sempurna). Jika nilai U mendekai nol maka esimasi model aau variabel ersebu semakin valid. Nilai koefisien Theil (U) berkisar anara 1 dan 0. Jika U = 0 maka pendugaan model sempurna, jika U =1 maka pendugaan model naif. Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U- Theil s dan makin besar nilai R², maka pendugaan model semakin baik. Nilai saisik U adalah U = (1/ T ) (1/ T ) T = 1 Ys T = 1 2 ( Ys Ya) + (1/ T ) 2 T = 1 Ya 2 Nilai U erdiri dari iga komponen, yaiu proporsi bias (UM), proporsi varians (US) dan proporsi kovarians. UM adalah perbandingan selisih nilai raaraa esimasi dan nilai raa-raa observasi kuadra suau model aau variabel dengan raa-raa kuadra dari selisih nilai esimasi dan nilai observasi suau model aau variabel. Menuru Pyndick and Rubinfeld [1991], suau esimasi model aau variabel dikaakan valid jika UM < 0,20 karena UM merupakan sysemaic error. Nilai saisik UM adalah UM = T (1/ T ) ( Ys Ya) = 1 2 ( Ys Ya) 2 US adalah perbandingan anara kuadra selisih sandar deviasi nilai esimasi dan sandar deviasi nilai observasi suau model aau variabel dengan raaraa kuadra dari selisih nilai esimasi dan nilai observasi suau model aau variabel. Jika nilai US semakin kecil maka esimasi model aau variabel semakin valid. Nilai saisik US adalah

19 86 US s = T (1/ T ) ( σ σ ) = 1 a ( Ys Ya) 2 UC adalah ukuran unsysemaic error dari esimasi suau model aau variabel. Semakin besar nilai UC semakin valid esimasi suau model aau variabel. Nilai saisik UC adalah UC [ 2(1 ρ) σ σ ] = T (1/ T ) = 1 s a ( Ys Ya) 2 UM + US + UC = 1 dimana T, Ys, Ys M, Ya, Ya M, σ s, σ a dan ρ masing-masing adalah jumlah observasi, nilai esimasi model, nilai raa-raa esimasi model, nilai observasi model, nilai raaraa observasi model, sandar deviasi nilai esimasi model, sandar deviasi nilai observasi model dan koefisien korelasi anara nilai esimasi dengan nilai observasi model. Validasi dilakukan dengan hasil esimaor 2 SLS Simulasi Kebijakan Simulasi kebijakan era oonomi daerah yang dilakukan adalah simulasi hisoris (ex-pos simulaion) ahun dan simulasi peramalan (ex-ane simulaion) ahun Alernaif simulasi kebijakan hisoris ahun yang dilakukan Simulasi 1 Simulasi 2 Upah minimum eap masing-masing sebesar nilai ahun 2000 (idak ada penyesuaian nilai upah minimum sejak ahun 2001). Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 1 persen, dimana kenaikan ersebu dibawah raa-raa ingka inflasi

20 87 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 Simulasi 6 Simulasi 7 Simulasi 8 Simulasi 9 Simulasi 10 Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 8.83 persen yang sama dengan raa-raa ingka inflasi Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 10 persen, dimana kenaikan ersebu lebih besar dari raa-raa ingka inflasi Penurunan kekuaan serika buruh TKFP 90 persen, TKFI 2 persen, dan TKF 2,5 persen. Penurunan kasus pemogokan 50 persen. Penurunan suku bunga 5 persen. Peningkaan pengeluaran infrasrukur 25 persen. Kombinasi simulasi 4 dan 5. Kombinasi simulasi 7 dan 8. Alernaif kebijakan simulasi peramalan ahun yang dilakukan Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 Simulasi 6 Simulasi 7 Simulasi 8 Simulasi 9 Simulasi 10 Upah minimum eap masing-masing sebesar nilai ahun 2006 (idak ada penyesuaian nilai upah minimum sejak ahun 2007). Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 1 persen, dimana kenaikan ersebu dibawah raa-raa ingka inflasi Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 6.64 persen yang sama dengan raa-raa ingka inflasi Kenaikan UMP, UMI, UMJ, dan UMR masing-masing sebesar 8 persen, dimana kenaikan ersebu lebih besar dari raa-raa ingka inflasi sebesar 8 persen. Penurunan kekuaan serika buruh TKFP 90 persen, TKFI 1.5 persen, dan TKF 2,5 persen. Penurunan jumlah kasus pemogokan dan unjuk rasa 50 persen. Penurunan suku bunga 6 persen. Peningkaan pengeluaran infrasrukur 40 persen. Kombinasi simulasi 4 dan 5. Kombinasi simulasi 7 dan 8.

21 88 Simulasi 11 Simulasi 12 Kombinasi simulasi 4, 5 dan 8. Kombinasi simulasi 6, 7 dan Defenisi Operasional Variabel Peneliian ini menggunakan variabel kualiaif dan kuaniaif. Variabel kualiaif yaiu variabel Dummy Desenralisasi Fiskal (DDF) dan Dummy Krisis Ekonomi (DKE). Variabel kuaniaif yang diukur dalam nilai rupiah, seluruhnya elah diriilkan dengan GDP deflaor ahun dasar 1990 seperi pada Tabel 11. Tabel 11. Defenisi Operasional Variabel No. Noasi Definisi Variabel Sauan A. Variabel Endogen 1. SPR Penawaran TK berpendidikan rendah 2. SPM Penawaran TK berpendidikan menengah 3. SPT Penawaran TK berpendidikan inggi 4. S Penawaran TK oal 5. DPRP Perminaan TK berpendidikan rendah di sekor peranian 6. DPRI Perminaan TK berpendidikan rendah di sekor indusri 7. DPRJ Perminaan TK berpendidikan rendah di sekor jasa 8. DPR Perminaan TK berpendidikan rendah 9. DPPMP Perminaan TK berpendidikan menengah di sekor peranian 10. DPMI Perminaan TK berpendidikan menengah di sekor indusri 11. DPMJ Perminaan TK berpendidikan menengah di sekor jasa 12. DPM Perminaan TK berpendidikan menengah 13. DPTP Perminaan TK berpendidikan inggi di sekor peranian 14. DPTI Perminaan TK berpendidikan inggi di sekor indusri 15. DPTJ Perminaan TK berpendidikan inggi di sekor jasa 16. DPT Perminaan TK berpendidikan inggi 17. DP Perminaan TK sekor peranian 18. DI Perminaan TK sekor indusri 19. DJ Perminaan TK sekor jasa

22 D Perminaan TK oal 21. UPR Tingka pengangguran berpendidikan rendah Persen/ahun 22. UPM Tingka pengangguran berpendidikan menengah Persen/ahun 23. UPT Tingka pengangguran berpendidikan inggi Persen/ahun 24. UT Tingka pengangguran oal Persen/ahun 25. WP Upah raa-raa sekor peranian Rupiah/ ahun * 26. WI Upah raa-raa sekor indusri Rupiah/ ahun * 27. WJ Upah raa-raa sekor jasa Rupiah/ ahun * 28. W Upah raa-raa Rupiah/ ahun * 29. TAX Penerimaan pajak 30. GTR Penerimaan pemerinah oal 31. GEP Pengeluaran pembangunan sekor peranian 32. GEI Pengeluaran pembangunan sekor indusri 33. GEIS Pengeluaran pembangunan infrasrukur 34. GEPK Pengeluaran pembangunan sekor pendidikan dan kesehaan 35. GET Pengeluaran pemerinah oal 36. GDPP Nilai produksi sekor peranian 37. GDPI Nilai produksi sekor indusri 38. GDPJ Nilai produksi sekor jasa 39. C Konsumsi 40. IP Invesasi sekor peranian 41. II Invesasi sekor indusri 42. IJ Invesasi sekor jasa 43. TI Invesasi oal 44. X Nilai ekspor 45. M Nilai impor 46. MD Toal perminaan uang 47. MS Toal penawaran uang 48. SB Suku bunga nominal Persen/ahun 49. AD Perminaan agrega 50. AS Penawaran agrega 51. CPI Indeks Harga Konsumen

23 INF Inflasi nasional Persen/ahun B. Variabel Eksogen 1. DDF Dummy desenralisasi fiskal ahun >2001=1, lainnya= 0 2. DEFI Indeks harga sekor indusri 3. DEFP Indeks harga sekor peranian 4. DEFJ Indeks harga sekor jasa 5. DPML Perminaan TK berpendidikan menengah di sekor lainnya 6. DPRL Perminaan TK berpendidikan rendah di sekor lainnya 7. DPTL Perminaan TK berpendidikan inggi di sekor lainnya 8. DKE Dummy krisis ekonomi ahun 1997 dan 1998=1, ahun lainnya= 0 9. ER Nilai ukar rupiah erhadap dolar AS Rp./$US 10. GDPL Nilai produksi sekor lainnya 11. GEL Pengeluaran pembangunan sekor lainnya 12. GR Perumbuhan ekonomi Persen/ahun 13. GRI Perumbuhan sekor indusri Persen/ahun 14. IL Invesasi oal sekor lainnya 15. JP Jumlah perusahaan besar dan sedang dalam indusri Perushn/ ahun 16. JPK Jumlah penyelesaian kasus hubungan indusri Kasus/ ahun 17. KHM Kebuuhan hidup minimum Rupiah/ ahun * 18. KUK Kredi usaha kecil 19. NTAX Penerimaan pemerinah di luar pajak 20. PHK Jumlah PHK Orang/ahun 21. PNSR Jumlah PNS berpendidikan rendah 22. POP Jumlah penduduk Indonesia 23. TAX Nilai penerimaan pajak 24. TKF Jumlah TK di sekor formal 25. TKIP Jumlah TK di sekor informal peranian 26. TKFP Jumlah TK di sekor formal peranian 27. TKMI Jumlah TK berpendidikan menengah di sekor informal 28. TKFJ Jumlah TK di sekor formal jasa 29. TKTI Jumlah TK berpendidikan Tinggi di sekor

24 UMI Upah minimum indusri Rupiah/ ahun * 31. UMJ Upah minimum jasa Rupiah/ ahun * 32. UMP Upah minimum peranian Rupiah/ ahun * 33. UMR Upah Minimum Raa-raa Rupiah/ ahun * 34. WL Raa-raa upah sekor lainnya Rupiah/ ahun * Keerangan * nilai diriilkan dengan GDP deflaor ahun dasar Jenis dan Sumber Daa Sudi ini menggunakan daa sekunder ime series ahunan dari ahun 1980 sampai dengan ahun Sumber daa sekunder berasal dari Badan Pusa Saisisk, Bank Indonesia, Libang Kompas, Deparemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Noa Keuangan Deparemen Keuangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Dirjen Bina Hubungan Keenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja. Sumber daa isuisu kebijakan era oda berasal dari laporan hasil lokakarya kebijakan pasar enaga kerja yang dilaksanakan oleh Lembaga Peneliian SMERU dan Bappenas pada anggal 16 Sepember 2003 di Surabaya.

VI. HASIL ESTIMASI MODEL PASAR TENAGA KERJA DAN PEREKONOMIAN MAKRO. Hasil estimasi yang terdapat dalam bab ini merupakan hasil akhir setelah

VI. HASIL ESTIMASI MODEL PASAR TENAGA KERJA DAN PEREKONOMIAN MAKRO. Hasil estimasi yang terdapat dalam bab ini merupakan hasil akhir setelah VI. HASIL ESTIMASI MODEL PASAR TENAGA KERJA DAN PEREKONOMIAN MAKRO Hasil estimasi yang terdapat dalam bab ini merupakan hasil akhir setelah mengalami berkali-kali respesifikasi. Hasil ini telah dianggap

Lebih terperinci

DAMPAK PERMASALAHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA OTONOMI DAERAH

DAMPAK PERMASALAHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA OTONOMI DAERAH DAMPAK PERMASALAHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA OTONOMI DAERAH (The Impact of Industrial Relation Issues on Indonesian Economy in The Era of Regional Autonomy) Evi Lisna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus, Ph.D

Muhammad Firdaus, Ph.D Muhammad Firdaus, Ph.D DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FEM-IPB 010 PENGERTIAN GARIS REGRESI Garis regresi adalah garis yang memplokan hubungan variabel dependen (respon, idak bebas, yang dipengaruhi) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Model dan Daa yang akan digunakan Meodologi yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sudi lieraur, pengolahan daa sekunder dengan menggunakan perangka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilakukan lebih kurang 1 bulan di lapangan yaiu anggal 01 15 Agusus, 01 15 Sepember 2014 dan dilanjukan di Laboraorium Pembangunan Ekonomi Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN perpusakaan.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Indonesia dengan periode ahun 984 sampai dengan ahun 0. Peneliian ini memfokuskan pada fakor-fakor

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data digolongkan ke dalam tiga blok, yaitu: (1) blok

IV. METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data digolongkan ke dalam tiga blok, yaitu: (1) blok IV. METODE ENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Daa Daa yang dikumpulkan merupakan daa dere waku periode 1980-2008. Jenis dan sumber daa digolongkan ke dalam iga blok, yaiu: (1) blok makroekonomi, (2) blok

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB II LA DASA TEORI

BAB II LA DASA TEORI 9 BAB II LA DASA TEORI.7 Daa Mining Yang dimaksud dengan Daa Mining adalah proses menghasilkan informasi yang valid, komprehensif, dan dapa diolah kembali dari daabase yang massive, dan menggunakannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA Rusiadi Dosen Fakulas Ekonomi dan Bisnis Universias Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneliian ini, penulis akan menggunakan life cycle model (LCM) yang dikembangkan oleh Modigliani (1986). Model ini merupakan eori sandar unuk menjelaskan perubahan dari

Lebih terperinci

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia

Pengaruh variabel makroekonomi..., 24 Serbio Harerio, Universitas FE UI, 2009Indonesia BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 3.1 Variabel-Variabel Peneliian 3.1.1 Variabel dependen Variabel dependen yang digunakan adalah reurn Indeks Harga Saham Gabungan yang dihiung dari perubahan logarima naural IHSG

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance.

1999 sampai bulan September Data ini diperoleh dari yahoo!finance. 7 999 sampai bulan Sepember 8. Daa ini diperoleh dari yahoo!finance. Meode Langkah-langkah pemodelan nilai harian IHSG secara garis besar dapa diliha pada Lampiran dengan penjelasan sebagai beriku:. Melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pertimbangan telah diperhitungkan pemerintah dalam menetapka n nilai subsidi

III. METODE PENELITIAN. pertimbangan telah diperhitungkan pemerintah dalam menetapka n nilai subsidi III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pikir Proses peneapan besaran subsidi harga lisrik melalui proses yang panjang anara pemerinah dan Dewan Perwakilan Rakya (DPR-RI). Berbagai perimbangan elah diperhiungkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELTIAN A. Populasi Populasi dalam peneliian ini adalah seluruh perusahaan konsumsi yang erdafar di Bursa Efek Indonesia selama ahun 2006-2008. Beriku ini adalah 30 perusahaan yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

PEMODELAN PDRB PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN

PEMODELAN PDRB PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN PEMODELAN PDRB PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN Risna Yasina A., Dr. Ir. Seiawan, MS, dan Muhammad Sjahid Akbar, MSi Mahasiswa Jurusan Saisika FMIPA-ITS, Dosen Jurusan Saisika

Lebih terperinci