ANALISIS LOMPAT VERTIKAL TIPE SQUAT DENGAN MODEL SISTEM BENDA JAMAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS LOMPAT VERTIKAL TIPE SQUAT DENGAN MODEL SISTEM BENDA JAMAK"

Transkripsi

1 Jurnal eknk Mesn, Vol. 4, No.1, Aprl 9 67 ANALISIS LOMPA VERIKAL IPE SQUA DENGAN MODEL SISEM BENDA JAMAK D. D. Suslo 1, A. I. Mahyuddn, I. P. Nurpraseto 1 Jurusan eknk Mesn Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Fakultas eknk Mesn dan Drgantara, Insttut eknolog Bandung Kontak: And Isra Mahyuddn, andsra@yahoo.com Rngkasan. Lompat vertkal merupakan ndkator utama untuk keberhaslan atlet olah raga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan tungka bawah, sepert msalnya bola basket, bola vol, dan sepak bola. Rangka tubuh manusa dapat dmodelkan sebaga sstem benda amak -D untuk analss lompat vertkal. Analss gerak lompat vertkal tpe squat seorang subyek dapat dlakukan melalu smulas gerak model berdasarkan masukan berbaga parameter subyek yang dperoleh dar pengukuran. Hasl smulas berupa ketnggan lompat dengan menggunakan model sstem benda amak memberkan besaran yang sesua dengan perhtungan berdasarkan waktu terbang yang dperoleh dar kurva gaya reaks tanah pada platform gaya saat subyek melakukan lompat squat. Model benda amak sederhana dapat dgunakan dalam melakukan evaluas tngg lompatan maksmum untuk berbaga teknk lompatan. D sampng tu, hasl peneltan awal n dapat dgunakan untuk mengembangkan pemodelan dan analss lebh lanut, termasuk memperhtungkan pengaruh knera otot. Pengukuran yang lebh akurat dapat dperoleh dengan menggunakan sensor dan sstem data akuss yang lebh bak. Investgas lanutan dalam bdang dnamka gerak tubuh manusa akan bermanfaat bag duna keolahragaan dan rehabltas meds. Abstract. Vertcal ump s a good ndcator for success n sports that need strength and speed of lower extremty such as basketball, volleyball, and soccer. he skeletal model of human body s treated as a two dmensonal multbody system to analyze vertcal ump. he squat ump of a partcular subect could be smulated on the mult-body system model. he smulaton results n the maxmum ump heght n close agreement wth the heght obtaned va the flght tme method analyss. Hence, the smple multbody model s deemed adequate for squat ump analyss. Furthermore, the results of ths research could be used as a bass for further modelng and analyss mprovement. Advanced model should take nto account the effects of the muscles. Accurate measurement could be acheved by employng better sensors and data acquston system. Future results of nvestgaton n the area of dynamcs of human movement could serve the sport world and medcal rehabltaton program. Keywords: squat ump, mult-body system, force plate.

2 68 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto 1 Pendahuluan Gerak tubuh manusa dhaslkan oleh sstem yang terdr dar tulang, send, otot, dan saraf. Salah satu topk utama dalam analss gerak tubuh manusa adalah gerak beralan yang meskpun terlhat sederhana, namun sangat kompleks [1]. Kaan tentang gerak tubuh n banyak melbatkan pemodelan sstem benda amak []. Rav [3] melakukan analss untuk gerak mengangkat dan beralan untuk memperoleh besaran knematka dan knetk. Selan tu, analss gerak uga dlakukan berdasarkan data pengamatan secara vsual maupun pengukuran [4]. Purba [5] mengembangkan program yang dapat menganalss berbaga parameter beralan untuk analss gat manusa dengan nput berupa poss ttk pengamatan. D sampng gerak beralan, peneltan dalam bdang keolahragaan uga banyak yang mengka tentang gerakan tendangan, lar, lompat, dan lannya [4]. Suslo [6] melakukan analss lompat vertkal dengan menggunakan model benda amak rangka manusa untuk dbandngkan dengan besaran yang dperoleh secara ekspermen melalu platform gaya (force plate). Lompat vertkal merupakan salah satu gerakan tubuh yang sangat pentng bag keberhaslan beberapa cabang olah raga, antara lan: bola basket, bola vol, sepak bola, dan olah raga lan yang membutuhkan kekuatan dan kecepatan tungka bawah. Ada dua tpe lompat vertkal, yakn: squat dan countermovement. Perbedaan kedua tpe lompat n terletak pada poss awal lompatan. Lompat squat dawal dengan poss pnggul, lutut, dan pergelangan kak menekuk (flexon), selanutnya tubuh langsung ddorong bergerak ke atas, sedangkan lompat countermovement dmula dar poss tubuh lurus, bergerak ke bawah, kemudan tubuh melompat ke atas. Lompat squat dhaslkan melalu gerakan extenson pnggul yakn gerakan dengan sumbu pada pnggul yang menyebabkan sudut antara paha dan batang tubuh membesar, extenson lutut yakn gerakan dengan sumbu pada lutut yang menyebabkan sudut antara paha dan bets membesar, dan plantar flexon pergelangan kak yakn gerakan dengan sumbu pada pergelangan kak yang menyebabkan sudut antara telapak kak dan bets bertambah besar. Peranan palng besar pada lompat n adalah extenson lutut, yakn sektar 55%, selanutnya plantar flexon pergelangan kak 5%, sedangkan gerakan batang tubuh dan gerakan lengan masng-masng berperan 1% [7]. Beberapa peneltan telah dlakukan untuk mengka gerak lompat vertkal bak secara ekspermental maupun teorets. Lnthorne [8], melakukan analss lompat

3 Analss Lompat Vertkal pe Squat 69 vertkal menggunakan platform gaya, Bobert [9], memodelkan dan mensmulaskan gerak n. ulsan n bertuuan untuk memodelkan gerak lompat vertkal menggunakan sstem benda amak, selanutnya hasl pemodelan n dverfkas dengan hasl analss kurva gaya reaks tanah metode waktu terbang (flght tme) untuk menghtung tngg lompatan maksmum. pe lompat vertkal yang dmodelkan adalah lompat squat, menggunakan model rangka manusa (skeletal model). Data nput yang dgunakan untuk model sama dengan data subyek yang melakukan lompat squat d atas platform gaya. Analss dlakukan pada bdang sagttal, yakn bdang yang membag tubuh manusa menad dua bagan, kanan dan kr. Persamaan gerak model benda amak dperoleh dengan metode Kane, sedangkan penyelesaannya dlakukan dengan ntegras Runge-Kutta menggunakan perangkat lunak MALAB. Hasl pengntegrasan berupa perpndahan sudut dan translas batang selanutnya dsmulaskan untuk melhat gerak lompat vertkal model. Pemodelan Lompat Squat Sstem benda amak merupakan sebuah sstem yang tersusun dar banyak benda atau batang yang salng dhubungkan oleh sambungan (ont) sehngga membentuk satu kesatuan tunggal. Sstem n sangat sesua untuk memodelkan sstem fsk sebenarnya karena berbaga sstem yang ada d alam n sebagan besar tersusun dar banyak komponen. Perlaku dnamk sebuah sstem fsk basanya dnyatakan dalam besaran knematk dan knetk. Besaran knematk melput: poss, kecepatan dan percepatan sstem, sedangkan besaran knetk melbatkan gaya yang menyebabkan sstem tersebut bergerak. Pemodelan dengan benda amak dapat dgunakan untuk melakukan analss knematk dan knetk sebuah sstem fsk. Analss dmula dengan menggambarkan sstem sebaga batang yang salng dhubungkan oleh sambungan. Selanutnya dlakukan penomoran tap batang dengan bak agar dengan mudah dapat dsusun persamaan matemats sebaga representas sstem. Gambar 1 menyakan tubuh manusa sebaga sstem benda amak ranta terbuka beserta penomoran batang. Sstem koordnat referens n 1, n, dan n 3 adalah sstem koordnat tetap. Penomoran batang dmula dar batang yang palng dekat ke ttk asal sstem koordnat, kemudan dlanutkan ke batang berkut hngga membentuk pokok ( ). Pada cabang, penomoran dmula dar cabang yang terdekat dengan pokok, msalkan (6-7-8), (9-1), dan (11-1). Susunan model benda amak yang dbuat akan menyerupa bentuk pohon yakn pokok dan cabangnya.

4 7 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto n n 1 n Gambar 1 Struktur Sstem Benda Jamak Analss knematk dlakukan dengan menyatakan besaran knematk pada koordnat lokal masng-masng batang, yang kemudan dtransformaskan ke koordnat global atau koordnat referens yang tetap. Jka persamaan poss pusat massa tap batang pada koordnat global dketahu, maka kecepatan dan percepatan pusat massa pun dapat dperoleh dengan cara menurunkan persamaan pusat massa terhadap waktu..1 Kecepatan Pusat Massa Penurunan persamaan kecepatan pusat massa untuk sstem benda amak N batang yang salng berhubungan dlustraskan dengan mennau struktur yang terdr dar 3 batang pada sstem koordnat global R (Gambar ). ap batang dapat bergerak translas maupun rotas relatf terhadap batang lan. tk O adalah pusat koordnat lokal batang- ( = 1,, 3), dan merupakan ttk sambungan dengan batang (-1). sedangkan G adalah pusat massanya. Gambar Sstem benda amak terdr atas tga batang

5 Analss Lompat Vertkal pe Squat 71 Jka adalah vektor translas batang- terhadap batang (-1), relatf pusat massa batang-, G, dalam koordnat lokal, sedangkan r adalah poss q 1 adalah vektor poss relatf, Q +1 ( = 1,,3), yang merupakan ttk kontak sambungan batang- terhadap batang (+1), maka vektor poss pusat massa batang,, adalah: P1 1 r1 (1) P 1 q r () P atau : P q q r3 (3) P ( q ) r 1 Jka,, dan (m = 1,, 3) adalah vektor satuan yang salng tegak lurus pada pusat koordnat lokal O 1, O, dan O 3, maka vektor poss relatf yang dgunakan untuk menyatakan poss pusat massa batang, dapat dnyatakan sebaga: 1 n m n m 3 n m P (4) q q r r m m m n n m n 1 m 1 m dengan = 1,, 3 dan m = 1,, 3. (5) (6) (7) Komponen,, dan merupakan besaran skalar vektor,, dan pada koordnat lokal. Dengan demkan, vektor poss pusat massa setap batang dalam koordnat global, R, secara umum dberkan oleh: q m r m m q r P 1 n S 1, nm n m 1 q n S 1, nm atau dalam notas matrks, sebaga berkut : n m r n S nm n m (8)

6 7 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto S nm P 1, 1, S q S r S n (9) 1 1 dan adalah matrks transformas koordnat lokal batang- dan batang (-1) terhadap koordnat referens global R []. 1, S nm Kecepatan pusat massa G pada koordnat global R dperoleh dengan menurunkan vektor poss pusat massa terhadap waktu sebaga berkut: P v dp dt 1, 1, 1, ns 1 nm ns nm q ns rns nm nm (1) 1 1 d mana matrks merupakan turunan matrks transformas batang B pada kerangka referens R, yang dberkan oleh persamaan berkut : S S S (11) Matrks adalah matrks skew, dengan elemen yang mewakl kecepatan sudut, d mana elemen dagonalnya adalah nol, sedangkan elemen lannya adalah = -. Mengngat hubungan antara vektor poss dan matrks kecepatan sudut, maka kecepatan pusat massa dapat dtulskan dalam bentuk berkut: 1, v ns nm , 1, y S S y Sq S y Sr S n (1) y Vektor adalah kecepatan umum (generalzed velocty) yang berhubungan dengan matrks skew, sedangkan S,, dan adalah matrks skew vektor,, dan. q r Dengan demkan, kecepatan pusat massa batang- dapat dnyatakan dalam bentuk kompak berkut: v d mana x x W V n Sq (13) adalah vektor turunan pertama koordnat umum (generalzed coordnate) terhadap waktu x x x x.. x... (14) 1 3. p 1 3 Sr q

7 Analss Lompat Vertkal pe Squat 73 W adalah matrks transformas ke Maka, hubungan antara,, dan y x y W x y x W. menad: y Wx atau (15) Selanutnya, matrks kecepatan parsal total [V ] dapat dnyatakan sebaga : V 1 Sq S S Sq S 3 S 3 1, Sq S S Sr S S I S S ,. Persamaan Gerak Kane [4] (16) Persamaan gerak Kane untuk sstem benda amak S yang terdr dar N batang yang memlk koordnat umum seumlah n pada kerangka tetap R dapat dnyatakan sebaga: f l fl f l 1,..., n (17) l dan adalah gaya aktf dan gaya nersa umum yang dapat dnyatakan dalam notas matrk sebaga: f l N N fl V w F M 1 1 (18)

8 74 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto a x b x c x f l dengan elemen a, b, dan c adalah: (19) N a m Vw Vw I 1 N () N 1 b m Vw V w I 1 N (1) 1 dengan: N 1 c I F M m I = kecepatan sudut parsal = gaya luar total = momen luar total = massa batang = momen nersa massa ().3 Persamaan dan Gaya Kendala Sebuah sstem benda amak umumnya terkendala (constraned) agar memlk gerak ataupun besaran knematk tertentu. Kendala akan menentukan deraat kebebasan sstem benda amak. Jka sstem dnamk memlk n koordnat umum yang bebas dan m persamaan kendala, maka deraat kebebasan total sstem adalah n m. Persamaan kendala merepresentaskan sekumpulan konds geometr atau knematk sstem. Konds geometr dturunkan dar poss batang pada sstem benda amak, sedangkan konds knematk ddefnskan dengan menetapkan harga besaran knematk pada batang, msalnya dengan memberkan harga tertentu untuk kecepatan pusat massa atau kecepatan sudut batang. Jka sebuah sstem benda amak memlk n koordnat umum, dan m persamaan kendala, maka persamaan kendalanya dapat dnyatakan sebaga: d ; ( 1,..., m) (3)

9 Analss Lompat Vertkal pe Squat 75 merupakan fungs dar x 1, x,, x n dan waktu t. Persamaan (3) akan menghaslkan n gaya kendala yang bekera pada sambungan. Gaya n bersama dengan gaya lan yang bekera pada sstem benda amak akan menentukan gerakan sstem. Komponen gaya kendala sebandng dengan matrks kendala Jacob, B, dan dapat dnyatakan sebaga: f c l Komponen B (4) l adalah Lagrange undetermned multplers yang merupakan komponen gaya kendala masng-masng batang, sedangkan konstran Jacob, yang dnyatakan sebaga berkut : B B l adalah matrks l x (5) Persamaan (17), dengan adanya kendala dapat dtuls sebaga: f f B (6) l l l Persamaan (6) dapat dselesakan dengan menggunakan metode Augmented, yakn menggabungkan persamaan gerak sstem, termasuk, dan bentuk turunan persamaan kendala yang menghaslkan n + m persamaan dferensal orde dua berkut a B dengan: B y H f G g (7) H ( b y c y ) p (8) lp p lp G B y lp p (9) Integras Persamaan (7) akan menghaslkan besaran knematk sstem..4 Smulas Lompat Squat Dalam kaan lompat squat n, untuk penyederhanaan, dgunakan model rangka (skeletal model) tanpa memasukkan otot tubuh (muscle model). ubuh manusa dmodelkan sebaga sstem benda amak yang terdr dar empat batang kaku berkut :

10 76 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto - elapak kak (foot) - Bets (shank) - Paha (thgh) - Kepala-lengan-batang tubuh (head-arm-torso-ha). Anggota tubuh yang terdr dar bagan kanan dan kr sepert telapak kak, bets, dan paha pada model n danggap sebaga satu batang, karena saat melompat gerakan anggota kanan danggap sama dengan anggota kr. Model benda amak untuk smulas gerakan lompat squat dsakan pada Gambar 3. Gambar 3 Model lompat squat Batang 1 adalah telapak kak, batang menyatakan bets, batang 3 adalah paha, sedangkan batang 4 adalah kepala-lengan-batang tubuh. Massa setap batang adalah m 1, m, m 3, dan m 4. Panang batang adalah l 1, l, l 3, dan l 4, sedangkan 1,, 3, dan 4 menyatakan poss relatf batang terhadap batang sebelumnya. Sambungan A, B, dan C secara berurutan adalah pergelangan kak, lutut, dan pnggul yang dmodelkan sebaga sambungan engsel. Pemodelan knematka memerlukan koordnat umum dan persamaan konstran. Koordnat umum menggambarkan poss dan orentas model yang dplh, sedangkan persamaan konstran menyatakan gerakan model yang dngnkan. Untuk kasus model lompat squat, sumbu koordnat referens yang tetap berada pada pangkal batang 1 (ttk O) dan koordnat umum model dapat dnyatakan sebaga: θ θ θ θ x y (3) x

11 Analss Lompat Vertkal pe Squat 77 dengan matrks kecepatan umum: y θ θ θ θ x y (31) Persamaan kendala dsusun dengan memberkan berbaga batasan pada model agar menghaslkan gerak lompat squat. Batasan (kendala) pertama, ttk D yang merupakan uung batang 4 (HA) saat bergerak akan mengkut fungs knematka berkut: dengan : x D y D ( t) l. c l. c l. c l c ( t) l. s l. s l. s l s c 1 = cos ( 1) s 1 = sn ( 1) c 1 = cos ( 1 + ) s 1 = sn ( 1 + ) c 13 = cos ( ) s 13 = sn ( ) c 14 = cos ( ) s 14 = sn ( ) Kecepatan ttk D dapat dperoleh dengan menurunkan persamaan koordnat (x D, y D) d atas terhadap waktu. Batasan kedua, perpndahan sudut bets merupakan fungs waktu atau θ ω. Kendala ketga, dngnkan kecepatan sudut paha sama dengan kecepatan sudut bets dengan arah yang berlawanan, yang dapat dtuls sebaga θ θ 3. Batasan keempat adalah gerakan lompat squat dasumskan sebaga gerakan vertkal saa sehngga berlaku persamaan kendala x, dan y h ( ). Berbaga persamaan kendala tersebut dapat 1 1 y t dtulskan dalam bentuk matrks berkut: b b 11 1 b b b b b 1 x ( ) 14 D t b ( ) 4 y D t ( ) x hy t 1 1 y 1 (3) Ruas kr adalah matrks konstran Jacob dan matrks kecepatan umum, sedangkan ruas kanan adalah matrks fungs kecepatan. Elemen matrks Jacob pada Persamaan (3) adalah :

12 78 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto b 11 = l 1. s 1 + l. s 1 + l 3. s 13 + l 4. s 14 b 1 = l. s 1 + l 3. s 13 + l 4. s 14 b 13 = l 3. s 13 + l 4. s 14 b 14 = l 4. s 14 b 1 = l 1. c 1 + l. c 1 + l 3. c 13 + l 4. c 14 b = l. c 1 + l 3. c 13 + l 4. c 14 b 3 = l 3. c 13 + l 4. c 14 b 4 = l 4. c 14 sedangkan x D(t) dan y D(t) adalah komponen kecepatan uung HA (ttk D) dalam arah sumbu x dan y, adalah kecepatan sudut bets, dan h y(t) menyatakan kecepatan vertkal tubuh. Penyusunan persamaan gerak dawal dengan mengukur geometr dan nersa tubuh manusa yang dadkan model untuk memperoleh data antropometr. Mengkut Wnter [4], untuk model smulas n, panang dan dstrbus massa bagan tubuh danggap merupakan persentase dar tngg badan, H, dan massa model, m. Batang yang terdr dar anggota kanan dan kr, sepert telapak kak, bets dan paha, massanya dkalkan dua. Panang dan massa batang pada model (Gambar 3) dberkan sebaga berkut: m 1 =.,145.m ; m =.,465.m ; m 3 =.,1.m ; m 4 =,678.m ; l 1 =,8. H ; l =,46. H ; l 3 =,45. H ; l 4 =,47. H. Pusat massa masng-masng batang dasumskan terletak d tengah batang..4.1 Input Smulas Untuk penyelesaan persamaan gerak, perlu dberkan nput berupa percepatan. Saat subyek melompat dar poss squat, uung kepala (D) mengalam percepatan dalam arah sumbu x-negatf dan sumbu y-postf, sudut antara telapak kak dan bets,, membesar. Dalam hal n, dplh percepatan uung kepala arah sumbu x = - 4 m/s, arah sumbu y = 5 m/s, percepatan sudut batang, = 9 rad/s, serta percepatan vertkal uung telapak kak sebaga berkut: g t 3 h y sn( ) (33) 4 t tb

13 Analss Lompat Vertkal pe Squat 79 dmana g adalah percepatan gravtas dan t tb adalah waktu terbang (flght tme). Persamaan (33) dperoleh dar penurunan persamaan lntasan uung telapak kak yang danggap sebaga ttk bergerak bebas vertkal ke atas. Elemen matrks a, b, dan c pada Persamaan () - () dperoleh secara smbolk dengan bantuan perangkat lunak MALAB. Kemudan, Persamaan (3) dturunkan terhadap waktu untuk memperoleh persamaan kendala pada tngkat percepatan yang dgunakan untuk menyusun persamaan gerak dengan metode Augmented, sepert dberkan oleh Persamaan (7). Selanutnya, persamaan dselesakan dengan metode ntegras Runge-Kutta menggunakan perangkat lunak MALAB. Hasl yang dperoleh berupa perubahan sudut tap batang dan perpndahan translas arah vertkal..4. Verfkas Untuk verfkas model benda amak, hasl smulas berupa tngg lompat maksmum akan dbandngkan dengan tngg lompat maksmum berdasarkan waktu terbang yang dperoleh melalu ekspermen, t tb. Untuk tu, dberkan nput data subyek 1 berupa tngg badan, H = 16 cm dan massa, m = 69, kg, serta waktu melompat, t =,9 s dan waktu terbang, t tb =,45 s, yang dperoleh dar hasl ekspermen. Perhtungan massa dan panang tap batang memberkan m 1 =,1 kg; m = 6,44 kg; m 3 = 13,84 kg; m 4 = 46,9 kg; l 1 = 13,8 cm; l = 39,85 cm; l 3 = 39,69 cm; l 4 = 46,9 cm. Smulas dmula pada poss awal squat dengan sudut 1 = 16, = 65, 3 = 7, dan 4 = 6. Hasl smulas lompat squat dsakan pada Gambar 4, yang menamplkan anmas smulas model lompat tpe squat mula sampa 1 % gerakan dengan selang 1 %. Smulas menghaslkan tngg lompat maksmum yang dcapa,485 m. Dar hasl smulas terlhat bahwa koordnat umum dan persamaan kendala yang dterapkan pada model benda amak menghaslkan lompat squat yang sesua. Besaran tngg lompat maksmum akan dbandngkan dengan hasl ekspermen.

14 8 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto Gambar 4 Smulas lompat vertcal subyek 1 3 Ekspermen Lompat Squat 3.1 Susunan Ekspermen uuan ekspermen adalah memperoleh besarnya gaya reaks tanah (ground reacton force, GRF) vertkal sebaga akbat gaya berat tubuh saat melakukan lompat squat. Alat yang dgunakan adalah sebuah platform gaya (force plate), charge amplfer, dan komputer. Platform gaya akan merekam gaya reaks tanah saat subyek berada d atasnya. Susunan ekspermen untuk pengukuran gaya reaks tanah dtunukkan pada Gambar 5. Kabel low nose Kabel koaksal Platform Gaya Charge Amlfer Data akuss Komputer Gambar 5 Susunan ekspermen Platform gaya berukuran 35 x 31 x 48 mm, yang dgunakan dalam ekspermen n adalah hasl rancangan sendr yang terdr dar pelat atas dan pelat dasar, serta kolom penumpu yang terletak d antara kedua pelat tersebut. Pelat atas dan dasar terbuat dar duralumnum, sedangkan empat buah kolom penumpu terbuat dar nlon. Gaya dukur oleh transduser pezoelektrk yang dpasang d dalam kolom penumpu. Keempat sensor drangka secara paralel

15 Analss Lompat Vertkal pe Squat 81 sehngga snyal keluaran platform gaya tdak terpengaruh oleh lokas pembebanan. Platform gaya yang dgunakan dsakan pada Gambar 6. Kalbras dlakukan dengan cara mengukur besar tegangan yang dhaslkan saat platform gaya dbeban dengan besaran yang sudah dketahu. 3. Metode Ekspermen Gambar 6 Platform gaya Ekspermen melbatkan empat subyek yang masng-masng melakukan beberapa kal lompat squat untuk memperoleh lompatan maksmum. Data subyek dsakan pada abel 1. abel 1 Data subyek ekspermen Subyek 1 Subyek Subyek 3 Subyek 4 massa (kg) 69, 63 41,8 6 tngg (cm) , ,5 Kurva gaya reaks tanah vertkal dgunakan untuk menghtung tngg lompatan subyek dengan metode waktu terbang. Metode n dperoleh berdasarkan penerapan hukum kekekalan energ saat subyek tnggal landas dan mendarat, serta anggapan bahwa lompat squat adalah gerak arah vertkal saa [8], yang persamaannya dapat dtulskan sebaga berkut: y f vto yp yto g (34) gttb vto (35)

16 8 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto dengan: y f = tngg lompatan (m) v to = kecepatan tnggal landas (m/s) t tb = waktu terbang (s) 3.3 Hasl Ekspermen Setap subyek dnstrukskan untuk melakukan lompat squat, yang dmula dengan poss awal pnggul, lutut, dan pergelangan kak menekuk, selanutnya tubuh langsung ddorong bergerak ke atas tanpa ada gerakan awal ke bawah (countermovement). Kurva gaya reaks tanah vertkal subyek 1-4 dsakan pada Gambar 7 sampa 1. Besaran awal pada kurva sama dengan berat stats subyek, yang mengndkaskan subyek dalam konds dam. Selanutnya, besaran GRF langsung membesar yang sesua dengan kenyataan tubuh langsung ddorong ke atas tanpa ada gerakan awal ke bawah. Kenakan gaya reaks tanah n terad pada fase pendorongan, yakn saat telapak kak berkontak dengan tanah sampa harga maksmumnya, kemudan turun dengan cepat ketka telapak kak mula lepas landas. Pada saat n, gaya reaks vertkal tanah menad nol. Saat kak mendarat d atas platform gaya, maka gaya reaks tanah vertkal akan menngkat dengan cepat, selanutnya turun lag ketka subyek mennggalkan platform gaya. Gambar 7 Gaya reaks tanah lompat squat subyek 1

17 Analss Lompat Vertkal pe Squat 83 Gambar 8 Gaya reaks tanah lompat squat subyek Gambar 9 Gaya reaks tanah lompat squat subyek 3

18 84 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto Gambar 1 Gaya reaks tanah lompat squat subyek 4 Bentuk kurva yang dperoleh bervaras, tap besaran GRF kembal ke berat stats subyek, sepert pada Gambar 7 dan 8. Namun, dua subyek berkut mennggalkan platform gaya sebelum pengamblan data selesa sehngga besaran yang terukur turun hngga nol, sepert terlhat pada Gambar 9 dan Analss ngg Lompat Hasl Ekspermen Kurva gaya reaks tanah vertkal pada Gambar 7 sampa 1 dapat dgunakan untuk analss tngg lompatan maksmum tap subyek dengan metode waktu terbang yang dberkan pada Persamaan (34) dan (35). Waktu terbang adalah duras saat subyek berada d udara yakn saat besar gaya reaks tanah vertkal sama dengan nol. Besaran waktu terbang, t tb, yang dperoleh dar data pengukuran gaya reaks tanah menad nput untuk menghtung tngg lompat maksmum, y f, dan kecepatan tnggal landas, v to, berdasarkan Persamaan (34) dan (35). Hasl perhtungan drangkum pada abel.

19 Analss Lompat Vertkal pe Squat 85 Parameter abel Analss tngg lompat dengan metode waktu terbang Lompat Squat Sub. 1 Sub. Sub.3 Sub.4 Waktu terbang, t tb (detk),45,46,4,36 Kec. tnggal landas, v to(m/detk),73,563 1,96 1,7658 ngg lompat, y f (meter),483,595,196, Perbandngan Krtera lompat squat terbak adalah tngg lompatan maksmum yang dcapa subyek [1]. Untuk melhat apakah model benda amak dapat mempredks ketnggan maksmum n dengan bak, maka tngg maksmum yang dperoleh melalu smulas model rangka tubuh dan hasl ekspermen lompat squat dsakan bersamaan pada abel 3. ngg lompat maksmum model benda amak merupakan hasl smulas sepert durakan sebelumnya, dengan data nput subyek (abel 1) dan data waktu loncat dan waktu terbang, t tb, sepert terlhat pada Gambar 7 1 yang uga dsakan dalam abel. abel 3 Perbandngan tngg lompat hasl ekspermen dan model benda amak ngg lompat (meter) Subyek 1 Subyek Subyek 3 Subyek 4 Ekspermen,483,595,196,1589 Model,485,61,1966,1593 Dar abel 3 terlhat bahwa smulas model rangka tubuh manusa menggunakan sstem benda amak untuk lompat squat menghaslkan tngg lompatan yang sesua dengan analss hasl ekspermen menggunakan metode waktu terbang dengan perbedaan yang sangat kecl. 5 Kesmpulan Berdasarkan hasl smulas serta analss perbandngan, terlhat bahwa besaran lompat maksmum yang dperoleh mendekat dengan hasl perhtungan berdasarkan pengukuran. Untuk empat subyek yang devaluas, beda lompat

20 86 D. D. Suslo, A. I. Mahyuddn dan I. P. Nurpraseto maksmum lebh kecl dar,4%. Dapat dsmpulkan bahwa pemodelan menggunakan sstem benda amak dan model rangka tubuh yang dsusun bersama dengan koordnat umum dan persamaan kendalanyanya mampu merepresentaskan lompat vertkal tpe squat. Namun, mengngat data yang relatf sedkt, perlu dka lebh lanut pemodelan serta metode pengukuran dengan platform gaya yang dkembangkan. Selan tu, perekaman data vsual gerak melompat untuk kemudan danalss dapat menad alternatf dalam analss lompat vertkal. 6 Pustaka [1] Whttle, W. M., Gat Analyss: an Introducton, 4th ed., Butterworth Henemann, Elsever Ltd., 7 [] Amrouche, F.M.L., Computatonal Methods n Multbody Dynamcs, Prentce Hall, New Jersey, 199 [3] Rav, Smulas Gerak Manusa Beralan dan Mengangkat Dengan Sstem Benda Jamak, ugas Sarana, Program Stud eknk Mesn, IB, Bandung, 8 [4] Wnter, D.A., Bomechanc and Motor Control of Human Movement, nd ed., John Wley and Son Inc., New York., 199 [5] Purba, U. M., Pengembangan Model Sstem Benda Jamak Untuk Gerak Beralan Manusa, ugas Sarana, Program Stud Aeronotka dan Astronotka, IB, Bandung, 8 [6] Suslo, D. D., Ka Lompat Vertkal Menggunakan Platform Gaya dan Model Sstem Benda Jamak, ess Magster, Departemen eknk Mesn, IB, Bandung, 3 [7] Luhtanen, P., Jumpng, ed.ac.uk/ cs/soccer/. [8] Lnthorne, N.P., Analyss of Standng Vertcal Jump Usng a Force Platform, Amercan Journal of Physcs, Vol. 69 (11), p , 1 [9] Bobbert, M.F, Computer Smulaton of Complex Movements, n 8 eme Congres de l ACAPS-Macoln-1999-Conferences, pp. 4-6., 1999 [1] John Morrs Scentfc, Avalable Quatro Jump est,

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Kekakuan Balok (Beam) BAB ANAISIS STRUKTUR BAOK Struktur beam merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) ang lurus (a ) d mana pada setap ttk smpulna danggap berperlaku

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN : JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dagram Alr Peneltan Materal Amorph Magnetk (Fe 73 Al 5 Ga 2 P 8 C 5 B 4 S 3 ) Ekspermen DfraksNeutron (I vs 2theta) Smulas Insalsas atom secara random Fungs struktur, F(Q) Perhtungan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI (2.1) Keterangan: i = jumlah derajat kebebasan q i. = koordinat bebas yang digeneralisasi Fq i = gaya yang digeneralisasi

BAB II DASAR TEORI (2.1) Keterangan: i = jumlah derajat kebebasan q i. = koordinat bebas yang digeneralisasi Fq i = gaya yang digeneralisasi BAB II DASAR TEORI. Metode Elemen Hngga Sstem Rotor Dnamk [7] Pemodelan elemen hngga sstem rotor dnamk dkembangkan berdasarkan konsep energ. Persamaan energ knetk, energ regangan, dan kerja maya yang terdapat

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara Bab IV Pemodelan dan Perhtungan Sumberdaa Batubara IV1 Pemodelan Endapan Batubara Pemodelan endapan batubara merupakan tahapan kegatan dalam evaluas sumberdaa batubara ang bertuuan menggambarkan atau menatakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Vol. 21 No. 3 Oktober 2014 ISSN :

Vol. 21 No. 3 Oktober 2014 ISSN : Evaluas Kesalahan Pemasangan Ranta Knematk terhadap Gerak ranslas tk Pusat Putar (Uncompensatable Error) Mekansme Paralel 3-DOF Rotas Murn 3-URU Syafr 1,*), Syamsul Huda 2), Mulyad Bur 2) 1 Jurusan eknk

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

5.. Kekakuan Portal Bdang (Plane Frae) BAB 5 ANASS STRUKTUR PORTA BANG Struktur plane rae erupakan suatu sste struktur ang erupakan gabungan dar seulah eleen (batang) d ana pada setap ttk spulna danggap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

Metode Estimasi Kemungkinan Maksimum dan Kuadrat Terkecil Tergeneralisasi pada Analisis Pemodelan Persamaan Struktural

Metode Estimasi Kemungkinan Maksimum dan Kuadrat Terkecil Tergeneralisasi pada Analisis Pemodelan Persamaan Struktural Jurnal Graden Vol. 11 No. 1 Januar 015 : 1035-1039 Metode Estmas Kemungknan Maksmum dan Kuadrat Terkecl Tergeneralsas pada Analss Pemodelan Persamaan Struktural Dan Agustna Jurusan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar Vol. 3, o., -5, Jul 6 Seemngl Unrelated Regresson Penderta Penakt DBD RS. Wahdn Sudrohusodo Dan RS. Stella ars akassar A n s a Abstrak Hubungan antar varabel adalah salah satu hal ang selalu menark dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN 3.1 Model keausan Archard [15] Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci