S - 21 PEMODELAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI SURABAYA BERDASARKAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL SEMIPARAMETRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "S - 21 PEMODELAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI SURABAYA BERDASARKAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL SEMIPARAMETRIK"

Transkripsi

1 S - 21 PEMODELAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI SURABAYA BERDASARKAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL SEMIPARAMETRIK Marsa Rfada 1, Nur Chamdah 2, Toha Safudn 3 1,2,3 Departemen Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Unverstas Arlangga Kampus C, Unar Jln. Mulyorejo, Surabaya 1 marsa_rfada@yahoo.com, 2 nurchamdah_unar@yahoo.co.d 3 toha_ndonesa@yahoo.com Abstrak Masalah gz buruk pada balta d Surabaya menjad perhatan khusus untuk dtangan secara serus karena hampr semua kecamatan d Surabaya dtemukan kasus balta gz buruk. Dalam peneltan n akan dkembangkan model predks seberapa besar kejadan gz buruk balta d setap kecamatan d Surabaya berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhnya dengan mempertmbangkan aspek lokas geografs (spasal) menggunakan metode regres spasal semparametrk dan selanjutnya dlakukan valdas model untuk mendapatkan model predks yang terbak dengan membandngkan nla AIC dan R 2 dar model yang terbentuk. Hasl pemodelan kejadan gz buruk balta d Surabaya berdasarkan fungs pembobot Fxed Gaussan memlk nla AIC terkecl dan R 2 tertngg, sehngga model terbak yang dgunakan dalam peneltan n yatu model regres spasal semparametrk berdasarkan pembobot Fxed Gaussan dengan ketepatan predks sebesar 85%. Faktor-faktor yang berpengaruh secara lokal adalah prosentase rumah tangga yang mendapat akses ar bersh (X 1 ), prosentase rumah tangga mskn (X 3 ), raso jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah balta (X 4 ), prosentase bay tdak mendapat ASI eksklusf (X 5 ), dan prosentase bu haml mendapat tablet Fe (X 6 ). Sedangkan prosentase Bay Berat Lahr Rendah (BBLR) (X 2 ) berpengaruh secara global. Kata kunc: Gz Buruk pada Balta, Regres Spasal Semparametrk A. PENDAHULUAN Masalah gz buruk pada balta d Surabaya menjad perhatan khusus untuk dtangan secara serus karena hampr semua kecamatan d Surabaya dtemukan kasus balta gz buruk. Data 3 tahun terakhr yang dkumpulkan Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Surabaya mempunya jumlah kasus balta gz buruk terbanyak d Jawa Tmur. Kepala Dnas Kesehatan Surabaya menyatakan bahwa hampr 50% kasus gz buruk d Surabaya dtemukan d kecamatan wlayah pnggr kota, terutama yang berada d daerah pessr. Berbaga upaya telah dlakukan, akan tetap setap tahun kecamatan d daerah tersebut memlk temuan kasus gz buruk lebh banyak darpada kecamatan lannya. Hal n menunjukkan bahwa langkah antspas dan penanggulangan kasus balta gz buruk untuk daerah yang rawan dtemukan kasus gz buruk mash belum efektf dan belum berjalan dengan bak. Rendahnya hasl antspas terhadap kasus balta gz buruk d Surabaya antara lan dsebabkan karena angka kejadan belum dapat dpredks dengan bak serta peta sebaran daerah rawan gz buruk balta yang dapat dandalkan mash belum terseda. Informas dan pemetaan Makalah dpresentaskan dalam Semnar Nasonal Matematka dan Penddkan Matematka dengan tema Penguatan Peran Matematka dan Penddkan Matematka untuk Indonesa yang Lebh Bak" pada tanggal 9 November 2013 d Jurusan Penddkan Matematka FMIPA UNY

2 daerah rawan gz buruk balta sangat dperlukan dalam menentukan daerah prortas pelaksanaan program antspas dan penanggulangan kasus balta gz buruk. Oleh karena tu, model predks dan pemetaan sebaran kejadan gz buruk pada balta d Surabaya perlu segera dbuat. Upaya perbakan gz pada balta dapat dlakukan dengan mengkaj lebh dalam mengena faktor-faktor yang mempengaruh gz balta. Faktor yang menyebabkan tmbulnya masalah gz pada balta dapat berbeda antar daerah ataupun antar kelompok masyarakat (Lestrna, 2009). Perbedaan karakterstk antar daerah akan menentukan kualtas kesehatan pada daerah tersebut sehngga faktor-faktor yang sgnfkan mempengaruh kejadan gz buruk balta antara daerah yang satu tentu akan berbeda dengan daerah yang lan. Dengan demkan aspek lokas (spasal) perlu dperhatkan dalam penentuan faktor yang sgnfkan mempengaruh kejadan gz buruk balta d suatu daerah. Peneltan d Indonesa yang mengkaj tentang faktor-faktor yang mempengaruh gz buruk balta dengan mempertmbangkan aspek spasal telah dlakukan, dantaranya Ayunn (2011), A yunn (2011) dan Lestar (2012) menggunakan model regres spasal dan menympulkan bahwa model yang mempertmbangkan aspek spasal (regres spasal) mempunya hasl predks yang lebh bak darpada regres lner basa. Peneltan-peneltan tersebut belum memperhatkan apakah varabel predktor berpengaruh secara global atau hanya secara lokal. Pada kenyataannya tdak semua varabel predktor dalam model mempunya pengaruh secara lokal. Beberapa varabel predktor dapat berpengaruh secara global, sedangkan yang lannya dapat berpengaruh secara lokal (Fotherngham, et al., 2002). Pendekatan model yang akan dkembangkan dalam peneltan n adalah model regres spasal semparametrk yang mana ada varabel predktor yang berpengaruh secara lokal dan ada varabel predktor yang berpengaruh secara global. Berdasarkan uraan d atas, maka dalam peneltan n akan dkembangkan model predks seberapa besar kejadan gz buruk balta d setap kecamatan d Surabaya berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhnya dengan mempertmbangkan aspek spasal menggunakan metode regres spasal semparametrk dan selanjutnya dlakukan valdas model untuk mendapatkan model predks yang terbak. B. PEMBAHASAN Model regres spasal atau dsebut juga dengan model Geographcally Weghted Regresson (GWR) merupakan pengembangan dar model regres lner global dmana de dasarnya dambl dar regres nonparametrk (Me et al., 2006). Model n merupakan model reges lner bersfat lokal yang menghaslkan penaksr parameter model yang bersfat lokal untuk setap ttk atau lokas dmana data tersebut dkumpulkan, sehngga setap ttk lokas geografs mempunya nla parameter regres yang berbeda-beda. Model GWR dtulskan sebaga berkut (Fotherngham et al., 2002) : y u v u v, x (1) 0 k, k 1 p dengan y : Nla observas varabel respon untuk lokas ke- u, v : Ttk koordnat letak geografs (longtude, lattude) dar lokas pengamatan ke- u, v : Koefsen regres varabel predktor ke-k pada lokas pengamatan ke- k x k k : Nla observas varabel predktor ke-k pada lokas pengamatan ke- : Error pengamatan ke- yang dasumskan dentk, ndependen dan berdstrbus Normal dengan mean nol dan varan konstan 2. Estmas parameter model GWR dlakukan dengan metode Weghted Least Squares (WLS) yatu dengan memberkan pembobot yang berbeda untuk setap lokas dmana data damat (Leung, 2000). Peran pembobot pada model GWR sangat pentng karena nla pembobot n mewakl letak data pengamatan satu dengan lannya. Dalam analss spasal, pengamatan Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 170

3 yang dekat dengan lokas u, v umumnya lebh berpengaruh pada estmas parameter pada lokas u, v darpada pengamatan yang lebh jauh. Oleh karena tu, sangat dbutuhkan ketepatan cara pembobotan (Chasco, et al., 2007). Salah satu jens fungs pembobot yang dapat dgunakan adalah fungs Kernel. Pembobot yang terbentuk dengan menggunakan fungs Kernel dantaranya adalah Fxed Gaussan, Fxed Bsquare, Adaptve Gaussan dan Adaptve Bsquare yang ddefnskan sebaga berkut : a. Fxed Gaussan : 2 d j w j u, v exp 2 h (2) b. Fxed Bsquare : dj h, untuk dj h w j u, v 0, untuk dj h (3) 2 d j c. Adaptve Gaussan : w j u, v exp 2 h ( k ) (4) 2 d. Adaptve Bsquare : 2 1 dj h ( k ), untuk dj h ( k ) w j u, v 0, untuk dj h ( k ) (5) dengan d j d menyatakan jarak Eucldean antara lokas j u u v v 2 2 j j u, dan lokas v u,, j v j, dan h menyatakan parameter non negatf yang dketahu dan basanya dsebut sebaga parameter penghalus (bandwdth). Berdasarkan model regres spasal pada persamaan (1), jka tdak semua varabel predktor mempunya pengaruh secara lokal, sebagan berpengaruh secara global, maka model yang sepert n dnamakan model regres spasal semparametrk atau dsebut juga dengan Semparametrc Geographcally Weghted Regresson (SGWR). Pada model SGWR beberapa parameter pada model GWR dasumskan konstan untuk seluruh lokas pengamatan sedangkan yang lan bervaras sesua lokas pengamatan data (Fotherngham et.al, 2002). Model SGWR dengan p varabel predktor yang bersfat global dan q varabel predktor yang bersfat lokal, dengan mengasumskan bahwa ntersep model bersfat lokal dapat dtulskan sebaga berkut: q y u, v u, v x x, 1, 2,, n 0 k k k k k1 kq1 p (6) Estmas parameter pada model SGWR dapat dlakukan dengan metode WLS sepert halnya pada model GWR (Fotherngham et al, 2002). Ada beberapa metode yang dapat dgunakan sebaga acuan dalam pemlhan model terbak, salah satunya adalah Akake Informaton Crteron (AIC) yang ddefnskan sebaga berkut : n tr( S) AIC 2 ln ˆ c n nln 2 n (7) n 2 tr ( S) dengan ˆ adalah nla estmator standar devas dar error dan S adalah matrks proyeks dmana yˆ Sy.Pemlhan model terbak dlakukan dengan menentukan model dengan nla AIC terkecl (Nakaya, et al, 2005). Pada peneltan n model regres spasal semparametrk dterapkan pada kasus kejadan gz buruk balta d Surabaya pada tahun Varabel yang dtelt yatu prosentase kejadan gz buruk balta per kecamatan d Surabaya sebaga varabel respon (Y) sedangkan varabel predktornya adalah prosentase rumah tangga yang mendapat akses ar bersh (X 1 ), prosentase Bay Berat Lahr Rendah (BBLR) (X 2 ), prosentase rumah tangga mskn (X 3 ), raso jumlah tenaga Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 171

4 kesehatan dengan jumlah balta (X 4 ), prosentase bay tdak mendapat ASI eksklusf (X 5 ), dan prosentase bu haml mendapat tablet Fe (X 6 ). Berkut n dsajkan deskrptf dar masng-masng varabel peneltan: Tabel 1. Deskrptf Data Peneltan Varabel N Mean St Dev Mnmum Maxmum Y 31 0,6619 0,4059 0,08 1,47 X , , ,01 71,81 X ,0920 3,1170 0,15 16,16 X ,8800 9,5200 3,69 39,25 X ,0126 0,3178 0,49 1,93 X , , ,23 65,57 X , , ,73 96,95 Tabel 1 menunjukkan rata-rata prosentase kejadan gz buruk balta per kecamatan d Surabaya pada tahun 2011 adalah sebesar 0,6619%, dmana prosentase kejadan gz buruk balta tertngg sebesar 1,47% ada d kecamatan Asemrowo sedangkan prosentase terendah ada d kecamatan Dukuh Paks yatu sebesar 0,08%. Hal n menunjukkan bahwa kecamatan Asemrowo seharusnya merupakan daerah prortas pelaksanaan program antspas dan penanggulangan kasus balta gz buruk guna menurunkan angka kejadan gz buruk balta d kecamatan tersebut. Rata-rata prosentase rumah tangga yang mendapat akses ar bersh adalah 29,58% dengan prosentase terendah ada d kecamatan Sukollo yatu 12,01 % dan prosentase tertngg adalah 71,81% ada d kecamatan Pakal, sedangkan keragamannya sebesar 15,23%. Hal n menunjukkan bahwa akses ar bersh d Kota Surabaya mash kurang merata d setap kecamatannya. Salah satu faktor yang memcu tngg rendahnya prosentase kejadan gz buruk balta d suatu wlayah adalah kemsknan. Rata-rata prosentase rumah tangga mskn d Surabaya sebesar 13,88%, hal n menunjukkan bahwa rumah tangga mskn yang ada d Surabaya mash relatf banyak, dmana kecamatan Smokerto memlk prosentase rumah tangga mskn tertngg yatu sebesar 39,25%. Rata-rata raso tenaga kesehatan dengan jumlah balta d Surabaya adalah sebesar 1,0126% dmana raso terendah pada kecamatan Tambaksar yatu sebesar 0,49% sedangkan raso tertngg yatu 1,93% ada d kecamatan Gubeng. Rata-rata raso tenaga kesehatan dengan jumlah balta tap kecamatan mash cenderung rendah. Hal n mengndkaskan kurangnya tenaga kesehatan d setap kecamatan. Dar peta admnstras kota Surabaya yang ada selanjutnya dlakukan deskrps data peneltan berupa peta tematk. Gambar 1. Peta Penyebaran Prosentase Kejadan Gz Buruk Balta d Surabaya Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 172

5 Gambar 1 menunjukkan bahwa prosentase kejadan gz buruk balta tertngg berada d Kecamatan Asemrowo, Kenjeran, Pakal, Tenggls Mejoyo, dan Rungkut yatu sebanyak 1,05% sampa 1,47%. Sedangkan Kecamatan Benowo, Wonocolo, Lakarsantr, Gayungan, Jambangan, Karang Plang, Dukuh Paks, Sukomanunggal, Bubutan, Sawahan dan Genteng merupakan daerah dengan prosentase kejadan gz buruk balta terendah yatu sebanyak 0.08% sampa 0.39%. Gambar 2. Peta Penyebaran Prosentase Rumah Tangga Mendapat Akses Ar Bersh Berdasarkan Gambar 2 dapat dlhat bahwa prosentase rumah tangga mendapatkan akses ar bersh tertngg terdapat d kecamatan Pakal, Dukuh Paks, Asemrowo, Lakarsantr, dan Gunung Anyar yatu antara 42,13% sampa 71,81%. Sedangkan kecamatan Benowo, Gayungan, Gubeng, Tegalsar, Bulak, Rungkut, Tambaksar, Sukollo, Wonokromo, dan Smokerto merupakan daerah yang mempunya prosentase rumah tangga yang mendapat akses ar bersh rendah yatu antara 12,01% sampa 17,59%. Gambar 3. Peta Penyebaran Prosentase Bay Berat Lahr Rendah Berdasarkan Gambar 3 dapat dlhat bahwa kecamatan yang mempunya prosentase bay berat lahr rendah tertngg adalah kecamatan Wyung yatu antara 9,83% sampa 16,16%. Sedangkan kecamatan Asemrowo, Krembangan, Pabean Cantkan, Semampr, Smokerto, Genteng, Tegalsar, Lakarsantr, Karang Plang, Gayungan, Jambangan Tenggls Mejoyo, Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 173

6 Gunung Anyar dan Mulyorejo merupakan kecamatan yang palng rendah prosentase bay berat lahr rendahnya yatu antara 0,15% sampa 1,97%. Gambar 4. Peta Penyebaran Prosentase Rumah Tangga Mskn Berdasarkan Gambar 4 dapat dlhat bahwa kecamatan yang mempunya prosentase rumah tangga mskn tertngg ada d kecamatan Pabean Cantkan, Semampr, dan Smokerto yatu antara 23,21% sampa 39,25%. Sedangkan kecamatan Benowo, Lakrsantr, Karang Plang, Jambangan, Wonocolo, Gunung Anyar, Gubeng, Mulyorejo, Tandes, dan Sukomanunggal mempunya prosentase rumah tangga mskn terendah yatu antara 3,65% sampa 8,49%. Gambar 5. Peta Penyebaran Raso Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Balta Berdasarkan Gambar 5 dapat dlhat bahwa kecamatan yang mempunya raso tenaga kesehatan dengan jumlah balta tertngg ada d kecamatan Lakarsantr dan Genteng yatu antara 1,37% sampa 1,93%. Sedangkan kecamatan Dukuh Paks, Gubeng, Pabean Cantkan, Semampr, Kenjeran, Gunung Anyar, Tambaksar, dan Mulyorejo mempunya raso tenaga kesehatan dengan jumlah balta terendah yatu antara 0,49% sampa 0,76%. Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 174

7 Gambar 6. Peta Penyebaran Prosentase Balta Tdak Mendapat ASI Eksklusf Berdasarkan Gambar 6 dapat dlhat bahwa prosentase balta tdak mendapat ASI ekslusf tertngg ada d kecamatan Benowo, Tenggls Mejoyo, Rungkut, Gunung Anyar, Bubutan, Smokerto, Tambaksar, dan Kenjeran yatu antara 50,96% sampa 65,57%. Sedangkan kecamatan Asemrowo, Sukomanunggal, dan Gayungan merupakan kecamatan yang mempunya prosentase balta yang tdak mendapat ASI eksklusf terendah yatu antara 10,23% sampa 26,19%. Gambar 7. Peta Penyebaran Prosentase Ibu Haml Mendapat Tablet Fe Berdasarkan Gambar 7 dapat dlhat bahwa prosentase bu haml mendapat tablet Fe tertngg ada d kecamatan Tandes, Sukomanunggal, Pabean Cantkan, Smokerto, Genteng, Gubeng, Mulyorejo, Wonokromo, Gayungan dan Tenggls Mejoyo yatu antara 85,94% sampa 96,95%. Sedangkan prosentase bu haml mendapat tablet Fe terendah ada d kecamatan Pakal, Sambkerep, Asemrowo, Rungkut, dan Gunung Anyar yatu antara 17,73% sampa 55,52%. Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 175

8 Setelah dlakukan analss deskrptf data, langkah selanjutnya adalah melakukan pemodelan kejadan gz buruk balta d Surabaya. Dalam pemodelan regres, varabel predktor dalam model tdak boleh salng berkorelas sehngga perlu dlakukan uj multkolnertas. Ada dua krtera yang dapat dgunakan untuk mengetahu adanya konds kolnertas antara varabel-varabel predktor. Krtera pertama adalah dengan menggunakan koefsen korelas (Pearson Correlaton). Berkut n dsajkan nla koefsen korelas yang dperoleh dengan menggunakan software MINITAB. Tabel 2. Koefsen Korelas Antar Varabel Predktor X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X p-value X p-value X p-value X p-value X p-value Tabel 2 menunjukkan bahwa semua varabel predktor pada peneltan n mempunya nla koefsen korelas yang lebh kecl dar 0,95 dan p-value kurang dar 0.05, maka dapat dsmpulkan bahwa antar varabel predktor tdak salng berkorelas. Krtera kedua yang dgunakan untuk memerksa kolnertas antar varabel predktor adalah dengan menggunakan nla Varance Inflaton Factors (VIF) pada varabel-varabel predktor. Berkut n dberkan nla VIF masng-masng varabel predktor yang dperoleh dengan menggunakan software MINITAB. Tabel 3. Nla VIF Varabel Predktor Varabel Predktor Nla VIF X 1 1,2 X 2 1,2 X 3 1,2 X 4 1,1 X 5 1,1 X 6 1,2 Nla VIF masng-masng varabel predktor pada Tabel 3 menunjukkan nla kurang dar 10, maka dapat dkatakan bahwa tdak terjad multkolnertas. Kedua krtera menunjukan hasl yang sama yatu tdak adanya kolnertas dantara varabel-varabel predktor sehngga varabel-varabel predktor pada peneltan n dapat dgunakan dalam pembentukan model regres. Sebelum melakukan pemodelan regres spasal semparametrk, pertama kal yang dlakukan adalah menyeleks varabel predktor apakah varabel predktor tersebut berpengaruh secara lokal atau global berdasarkan hasl pemodelan regres spasal. Hpotess yang dgunakan adalah sebaga berkut : H β (u, v ) = β (u, v ) = = β (u, v ), k = 1,2,,6 (varabel predktor x bersfat global) H Tdak semua β (u, v ) adalah sama, = 1,2,,31 (varabel predktor x bersfat lokal) Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 176

9 Varabel predktor x dkatakan varabel global jka x tdak sgnfkan d semua lokas. Sebalknya, varabel predktor x dkatakan varabel lokal jka x mnmal sgnfkan d satu lokas tertentu sehngga x merupakan varabel lokal. Berdasarkan hasl pemodelan regres spasal menggunakan beberapa fungs pembobot dengan software GWR4.0 dperoleh kesmpulan bahwa varabel predktor ada yang berpengaruh secara lokal dan ada yang global. Dengan demkan langkah selanjutnya adalah melakukan pemodelan regres spasal semparametrk berdasarkan varabel predktor yang sudah ddentfkas lokal dan global dengan menggunakan beberapa fungs pembobot. Krtera kebakan model yang dgunakan dalam peneltan n adalah dengan membandngkan nla AIC dan R 2 dar model yang terbentuk. Model terbak adalah model dengan nla AIC terkecl dan R 2 tertngg. Nla AIC dan R 2 yang dhaslkan model regres spasal semparametrk menggunakan fungs pembobot yang berbeda dsajkan pada Tabel 4 berkut. Tabel 4. Nla AIC dan R 2 model regres spasal semparametrk menggunakan fungs pembobot yang berbeda Jens Fungs Varabel Predktor AIC R 2 Pembobot Lokal Global Fxed Gaussan X 1, X 3, X 4, X 5, X 6 X 2 19,481 0,85 Fxed Bsquare X 4, X 5, X 6 X 1, X 2, X 3 32,825 0,67 Adaptve Gaussan X 3, X 4 X 1, X 2, X 5, X 6 60,043 0,48 Adaptve Bsquare X 1, X 4, X 5, X 6 X 2, X 3 19,913 0,82 Tabel 4 menunjukkan bahwa pemodelan kejadan gz buruk balta d Surabaya menggunakan fungs pembobot Fxed Gaussan memlk nla AIC terkecl dan R 2 tertngg, sehngga model terbak yang dgunakan dalam peneltan n untuk memodelkan kejadan gz buruk balta d Surabaya yatu model regres spasal semparametrk berdasarkan pembobot Fxed Gaussan dengan ketepatan predks sebesar 85%. Varabel predktor yang berpengaruh secara lokal adalah prosentase rumah tangga yang mendapat akses ar bersh (X 1 ), prosentase rumah tangga mskn (X 3 ), raso jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah balta (X 4 ), prosentase bay tdak mendapat ASI eksklusf (X 5 ), dan prosentase bu haml mendapat tablet Fe (X 6 ). Sedangkan prosentase Bay Berat Lahr Rendah (BBLR) (X 2 ) berpengaruh secara global. Berdasarkan hasl uj sgnfkans parameter model d setap lokas pengamatan (kecamatan), apabla dgunakan tngkat sgnfkans (α) sebesar 10% maka nla Z (/) = 1.64, sehngga dapat dperoleh hasl varabel predktor lokal apa saja yang sgnfkan mempengaruh varabel responnya d setap kecamatan. Varabel X 1 hanya sgnfkan d 1 kecamatan, yatu kecamatan Sambkerep. Varabel X 3 juga hanya sgnfkan d 1 kecamatan, yatu kecamatan Bubutan. Varabel X 4 sgnfkan d 3 kecamatan, yatu kecamatan Gubeng, Rungkut dan Mulyorejo. Varabel X 5 juga sgnfkan d 3 kecamatan, yatu kecamatan Rungkut, Gunung Anyar dan Sukollo. Sedangkan varabel X 6 sgnfkan d 4 kecamatan, yatu kecamatan Sukomanunggal, Asemrowo, Bubutan dan Krembangan. Pada lokas yang mempunya prosentase kejadan gz buruk balta tertngg d Surabaya pada tahun 2011 yatu kecamatan Asemrowo (lokas ke-3), hasl estmas parameter model regres spasal semparametrk d kecamatan Asemrowo dengan prosentase bay berat lahr rendah sebesar 1.81 (x = 1.81) dan prosentase bu haml mendapat tablet Fe sebesar (x = 48.14) adalah sebaga berkut : yˆ x x Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 177

10 Dar hasl estmas model regres spasal semparametrk untuk prosentase kejadan gz buruk balta pada tahun 2011 d kecamatan Asemrowo dapat dnterpretaskan sebaga berkut: 1. Setap kenakan prosentase bay berat lahr rendah sebesar 1 satuan maka prosentase kejadan gz buruk balta akan nak sebesar persen. 2. Setap kenakan prosentase bu haml mendapat tablet Fe sebesar 1 satuan maka prosentase kejadan gz buruk balta akan berkurang sebesar persen. Hasl estmas parameter model regres spasal semparametrk untuk setap kecamatan d Surabaya berdasarkan pembobot Fxed Gaussan dengan menggunakan software GWR4.0 selengkapnya dsajkan pada Tabel 5 berkut. Tabel 5. Hasl Estmas Parameter Model Regres Spasal Semparametrk berdasarkan Pembobot Fxed Gaussan No. Kecamatan Sukomanunggal Tandes Asemrowo Benowo Pakal Lakarsantr Sambkerep Genteng Tegalsar Bubutan Smokerto Pabean Cantkan Semampr Krembangan Bulak Kenjeran Tambaksar Gubeng Rungkut Tenggls Gunung Anyar Sukollo Mulyorejo Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 178

11 24 Sawahan Wonokromo Karangplang Dukuh Paks Wyung Gayungan Wonocolo Jambangan C. KESIMPULAN Berdasarkan hasl peneltan, dapat dambl beberapa kesmpulan sebaga berkut : 1. Hasl pemodelan kejadan gz buruk balta d Surabaya pada tahun 2011 berdasarkan fungs pembobot Fxed Gaussan memlk nla AIC terkecl dan R 2 tertngg, sehngga model terbak yang dgunakan dalam peneltan n yatu model regres spasal semparametrk berdasarkan pembobot Fxed Gaussan dengan ketepatan predks sebesar 85%. 2. Varabel predktor yang berpengaruh secara lokal adalah prosentase rumah tangga yang mendapat akses ar bersh (X 1 ), prosentase rumah tangga mskn (X 3 ), raso jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah balta (X 4 ), prosentase bay tdak mendapat ASI eksklusf (X 5 ), dan prosentase bu haml mendapat tablet Fe (X 6 ). Sedangkan prosentase Bay Berat Lahr Rendah (BBLR) (X 2 ) berpengaruh secara global. 3. Varabel X 1 hanya sgnfkan d kecamatan Sambkerep. Varabel X 3 juga hanya sgnfkan d 1 kecamatan, yatu kecamatan Bubutan. Varabel X 4 sgnfkan d 3 kecamatan, yatu kecamatan Gubeng, Rungkut dan Mulyorejo. Varabel X 5 juga sgnfkan d 3 kecamatan, yatu kecamatan Rungkut, Gunung Anyar dan Sukollo. Sedangkan varabel X 6 sgnfkan d 4 kecamatan, yatu kecamatan Sukomanunggal, Asemrowo, Bubutan dan Krembangan. D. DAFTAR PUSTAKA Ayunn, L Pemodelan Balta Gz Buruk d Kabupaten Ngaw dengan Geographcally Weghted Regresson. Surabaya : Tugas Akhr Jurusan Statstka Insttut Teknolog Sepuluh Nopember Surabaya A yunn, Q Pemodelan Gz Buruk pada Balta d Kota Surabaya dengan Spatal Autoregressve Model (SAR). Surabaya : Tugas Akhr Jurusan Statstka Insttut Teknolog Sepuluh Nopember Surabaya Chasco, C., Garca, I., dan Vcens, J Modelng spatal varatons n household dsposable ncome wth Geographcally Weghted Regresson. Munch Personal RePEc Archve Paper N Fotherngham, A.S., Brundson, C., dan Charlton, M Geographcally Weghted Regresson: the analyss of spatally varyng relatonshps. England : John Wley & Sons Ltd Kemenkes RI Profl Data Kesehatan Indonesa Tahun Jakarta : Kementran Kesehatan Republk Indonesa Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 179

12 Lestar, R.K Pemodelan Kejadan Balta Gz Buruk d Provns Jawa Tmur dengan Pendekatan Geographcally Weghted Regresson. Surabaya : Tugas Akhr Jurusan Statstka Insttut Teknolog Sepuluh Nopember Surabaya Lestrna, D Penanggulangan Gz Buruk D Wlayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Del Serdang. Medan : Tess Program Stud Ilmu Kesehatan Masyarakat Unverstas Sumatera Utara Leung, Y Statstcal Tests for Spatal Non-Statonarty Based on the Geographcally Weghted Regresson Model. Hongkong : Journal The Chnese Unversty of Hongkong. Me, C.L., Wang, N., & Zhang, W.X Testng the mportance of the explanatory varables n a mxed geographcally weghted regresson model. Envronment and Plannng A, vol. 38, pages Nakaya, T., Fotherngham, A.S., Brunsdon, C.,dan Charlton, M Geographcally Weghted Posson Regresson for Dsease Assocaton Mappng, Statstcs n Medcne. Vol 24 Issue 17, pages Yogyakarta, 9 November 2013 MS - 180

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 575-584 Onlne d: http://ejournal-s1.undp.ac.d/ndex.php/gaussan PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA

Lebih terperinci

Penerapan Model Geographically Weighted Poisson Regression pada Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah

Penerapan Model Geographically Weighted Poisson Regression pada Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah The 6 th Unversty Research Colloquum 017 Unverstas Muhammadyah Magelang Penerapan Model Geographcally Weghted Posson Regresson pada Jumlah Kematan Ibu d Provns Jawa Tengah Isca Yuntasar1, Sr Sulstjowat

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA BUTA HURUF MELALUI GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION: STUDI KASUS PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA BUTA HURUF MELALUI GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION: STUDI KASUS PROPINSI JAWA TIMUR ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA BUTA HURUF MELALUI GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION: STUDI KASUS PROPINSI JAWA TIMUR Andyono; Rokhana Dw Bekt; Edy Irwansyah Computer Scence Department, School

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Harapan Hidup Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah Dengan Metode Geographically Weighted Regression

Pemodelan Angka Harapan Hidup Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah Dengan Metode Geographically Weighted Regression Pemodelan Angka Harapan Hdup Propns Jawa Tmur dan Jawa Tengah Dengan Metode Geographcally Weghted Regresson Oleh : Lus Frdal (13732) Dosen Pembmbng : Dr. Purhad, M. Sc BACK LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

Pemodelan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Propinsi Kalimantan Selatan dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR)

Pemodelan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Propinsi Kalimantan Selatan dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR) Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, 7-8 8 Oktober 06 ISBN 978-60 60-76 76-- Pemodelan Tngkat Kesejahteraan Penduduk Propns Kalmantan

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 193-204 Onlne d: http://ejournal-s1.undp.ac.d/ndex.php/gaussan PEMODELAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION (GWLR) DENGAN

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI POISSON MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN Yayuk Listiani NRP Dr. Purhadi, M. Sc.

PEMODELAN REGRESI POISSON MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN Yayuk Listiani NRP Dr. Purhadi, M. Sc. PEMODELAN REGRESI POISSON PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN 007 Yayuk Lstan NRP 06 00 068 DOSEN PEMBIMBING Dr. Purhad, M. Sc. JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN WONOSOBO DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN WONOSOBO DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION JURNAL GAUSSIAN, Volume, Nomor, ahun 3, Halaman 59-68 Onlne d: http://eournal-s.undp.ac.d/ndex.php/gaussan ANALISIS FAKOR-FAKOR INGKA KEMISKINAN DI KABUPAEN WONOSOBO DENGAN PENDEKAAN GEOGRAPHICALLY WEIGHED

Lebih terperinci

Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ibu Hamil di Jawa Timur Dengan Menggunakan Metode Geographically Weighted Poisson Regression

Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ibu Hamil di Jawa Timur Dengan Menggunakan Metode Geographically Weighted Poisson Regression Faktor yang Mempengaruh Kematan Ibu Haml d Jawa Tmur Dengan Menggunakan Metode Geographcally Weghted Posson Regresson Rfk Arsta-1311.105.009 rfk11@mhs.statstka.ts.ac.d Pembmbng : Ir. Mutah Salamah, M.

Lebih terperinci

Pemodelan Geographically Weighted Regression (GWR) Pada Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah

Pemodelan Geographically Weighted Regression (GWR) Pada Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Statstka, Vol. 3, No., November 015 Pemodelan Geographcally Weghted Regresson (GWR) Pada Tngkat Kemsknan d Provns Jawa Tengah Monca Frda Agustna 1, Rochd Wasono, Moh. Yamn Darsyah 3 1,,3) Program Stud

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DAN ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DALAM PEMODELAN KETIMPANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DAN ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DALAM PEMODELAN KETIMPANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH PERBANDINGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DAN ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DALAM PEMODELAN KETIMPANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH La Mftakhul Janah 1, TanWahyu Utam 2 1, emal: lamftakhul7@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

Pemodelan Jumlah Kasus Penyakit Tetanus Neonatorum di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Geographically Weighted Zero-Inflated Poisson Regression (GWZIPR)

Pemodelan Jumlah Kasus Penyakit Tetanus Neonatorum di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Geographically Weighted Zero-Inflated Poisson Regression (GWZIPR) JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol., No., () (98X Prnt) D9 Pemodelan Jumlah Kasus Penyakt etanus Neonatorum d Jawa mur ahun dengan Geographcally Weghted ZeroInflated Posson Regresson (GWZIPR) Rath Kumala Puspa

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN: Prosdng Semnar Nasonal Matematka, Statstka, dan Aplkasnya 7 3 September 7, Samarnda, Indonesa ISBN: 978-6-53--3 Pemodelan Geographcally Weghted Regresson (GWR) Dengan Fungs Kernel Adaptve Gaussan Untuk

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur

Pemodelan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur D-414 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Prnt) Pemodelan Faktor-Faktor yang Memengaruh Produks Pad d Jawa Tmur Ajeng D. P. Sar dan Wwek Setya Wnahju Jurusan Statstka, Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

ANALISIS DATA SPASIAL MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (Studi Kasus Data PDRB per Kapita di Provinsi Jawa Timur)

ANALISIS DATA SPASIAL MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (Studi Kasus Data PDRB per Kapita di Provinsi Jawa Timur) ANALISIS DATA SPASIAL MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (Stud Kasus Data PDRB per Kapta d Provns Jawa Tmur) Wahyu Sr Lestar ), Gandh Pawtan ), Mndra Jaya 3) ) Mahasswa Program Magster

Lebih terperinci

MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PROVINSI JAWA BARAT DENGAN REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS (RTG)

MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PROVINSI JAWA BARAT DENGAN REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS (RTG) MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PROVINSI JAWA BARAT DENGAN REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS (RTG) OKTAVIANI PRIHATININGSIH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

Model Geographically Weighted Poisson Regression (Studi Kasus : Jumlah Kematian Bayi di Jawa Timur & Jawa Tengah Tahun 2007)

Model Geographically Weighted Poisson Regression (Studi Kasus : Jumlah Kematian Bayi di Jawa Timur & Jawa Tengah Tahun 2007) LOGO Model Geographcally Weghted Posson Regresson (Stud Kasus : Jumlah Kematan Bay d Jawa Tmur & Jawa Tengah Tahun 2007) SEMINAR HASIL TESIS Oleh : Salmon Notje Aulele Dosen Pembmbng : Dr. Purhad, M.Sc

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

PEMODELAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GENERALIZED POISSON REGRESSION

PEMODELAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GENERALIZED POISSON REGRESSION TUGAS AKHIR SS 4556 PEMODELAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GENERALIZED POISSON REGRESSION Vresa Endra Marta NRP 34 030 063 Dosen Pembmbng :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di:

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman Online di: JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 361-368 Onlne d: http://ejournal-s1.undp.ac.d/ndex.php/gaussan APLIKASI MODEL REGRESI POISSON TERGENERALISASI PADA KASUS ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA

Lebih terperinci

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method Model Regres Varabel dengan Metode Selsh Mutlak Moderatng Varable Regresson Model wth an Absolute Dfference Method Desy Ika Rachmawat 1, Des Yunart, dan Darnah And Nohe 3 1 Mahasswa Program Stud Statstka

Lebih terperinci

Regresi Linear Sederhana dan Korelasi

Regresi Linear Sederhana dan Korelasi Regres Lnear Sederhana dan Korelas 1. Model Regres Lnear. Penaksr Kuadrat Terkecl 3. Predks Nla Respons 4. Inferens Untuk Parameter-parameter Regres 5. Kecocokan Model Regres 6. Korelas Utrwen Mukhayar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 8, Nomor 1, Mei 2017 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 8, Nomor 1, Mei 2017 ISSN Jurnal EKSPONENSIAL Volume 8, Nomor 1, Me 017 ISSN 085-789 Pemodelan Geographcally Weghted Regresson (Gwr) Dengan Fungs Pembobot Adaptve Kernel Bsquare Untuk Angka Kesaktan Demam Berdarah d Kalmantan Tmur

Lebih terperinci

Spline Truncated Multivariabel pada Permodelan Nilai Ujian Nasional di Kabupaten Lombok Barat

Spline Truncated Multivariabel pada Permodelan Nilai Ujian Nasional di Kabupaten Lombok Barat Jurnal Matematka Vol. 7, No., Desember 07, pp. 3-43 ISSN: 693-394 Artcle DOI: 0.4843/JMAT.07.v07.0.p90 Splne Truncated Multvarabel pada Permodelan Nla Ujan Nasonal d Kabupaten Lombok Barat Nurul Ftryan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA

PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL BAKU, LOGNORMAL, DAN GAMMA Prosdng Semnar Nasonal Sans dan Penddkan Sans IX, Fakultas Sans dan Matematka, UKSW Salatga, 21 Jun 2014, Vol 5, No.1, ISSN :2087-0922 PERBANDINGAN MODEL DATA RESPON BERGANDA BERULANG DARI SEBARAN NORMAL

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI BERGANDA DAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PADA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TENGAH. DOI: /medstat.9.2.

PEMODELAN REGRESI BERGANDA DAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PADA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TENGAH. DOI: /medstat.9.2. p-issn 1979 3693 e-issn 477 0647 MEDIA SAISIKA 9() 016: 133-147 http://ejournal.undp.ac.d/ndex.php/meda_statstka PEMODELAN REGRESI BERGANDA DAN GEOGRAPHICALLY WEIGHED REGRESSION PADA INGKA PENGANGGURAN

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION

PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION TUGAS MATA KULIAH ANALISIS SPASIAL PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION Dosen: Dr. Sutkno Dr. Setawan Dsusun Oleh: RINDANG BANGUN PRASETYO

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

PEMODELAN GENERALIZED REGRESI POISSON PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2007

PEMODELAN GENERALIZED REGRESI POISSON PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2007 PEMODELAN GENERALIZED REGRESI POISSON PADA FAKOR-FAKOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMAIAN BAYI DI PROVINSI JAWA IMUR AHUN 007 Yayuk Lstan 1 dan Purhad 1 Mahasswa S1 Statstka IS, Dosen statstka IS 1 yayuk.yangce@gmal.com,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Zero-Inflated Poisson (ZIP) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sorong Selatan

Pemodelan Regresi Zero-Inflated Poisson (ZIP) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sorong Selatan Semnar Hasl Tugas Akhr Pemodelan Regres Zero-Inflated Posson (ZIP) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruh Penyakt Tuberkuloss (TBC) d Kabupaten Sorong Selatan Oleh : Nur Setyanngrum 1307100078 Pembmbng

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Risiko Kematian Ibu dan Kematian Bayi dengan Pendekatan Regresi Poisson Bivariat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

Analisis Faktor Risiko Kematian Ibu dan Kematian Bayi dengan Pendekatan Regresi Poisson Bivariat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 4, No., (05) 337-350 (30-98X Prnt) Analss Faktor Rsko Kematan Ibu dan Kematan Bay dengan Pendekatan Regres Posson Bvarat d Provns Jawa mur ahun 03 D39 Ind Arkand dan Wwek

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA KEMATIAN BAYI DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION. DOI: /medstat

PEMODELAN DATA KEMATIAN BAYI DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION. DOI: /medstat p-issn 1979 3693 e-issn 477 0647 MEDIA STATISTIKA 9() 016: 95-106 http://ejournal.undp.ac.d/ndex.php/meda_statstka PEMODELAN DATA KEMATIAN BAYI DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 Tabel DE-1. Luas Wilayah, Jumlah, Pertumbuhan dan menurut Kecamatan No. KECAMATAN Luas (Km2) Jumlah Tahun 2012 Pertumbuhan 2012 2012 1 SUKOMANUNGGAL 9.23 104,564 6.42 11,329 2 TANDES 11.07 97,124 3.36

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI ZERO INFLATED NEGATIVE BINOMIAL (ZINB) PADA KASUS TETANUS NEONATORUMDI PROVINSIJAWA TIMUR

PEMODELAN REGRESI ZERO INFLATED NEGATIVE BINOMIAL (ZINB) PADA KASUS TETANUS NEONATORUMDI PROVINSIJAWA TIMUR ISBN : 978.602.36.002.0 PEMODELAN REGRESI ZERO INFLAED NEGAIVE BINOMIAL (ZINB) PADA KASUS EANUS NEONAORUMDI PROVINSIJAWA IMUR Cndy Cahyanng Asut, Isman Zan 2 Mahasswa Jurusan Statstka Insttut eknolog Sepuluh

Lebih terperinci

OVERDISPERSI PADA REGRESI LOGISTIK BINER MENGGUNAKAN METODE BETA BINOMIAL

OVERDISPERSI PADA REGRESI LOGISTIK BINER MENGGUNAKAN METODE BETA BINOMIAL OVERDISPERSI PADA REGRESI LOGISTIK BINER MENGGUNAKAN METODE BETA BINOMIAL Heru Wbowo, Suyono, Wdyant Rahayu Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Neger Jakarta

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) PowerPont Sldes byyana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 9 Bandung, Telp. 0 013163-53 Hal-hal

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

Prediksi Kelainan Refraksi Berdasarkan Panjang Sumbu Bola Mata Pada Pasien Myopia Axial Melalui Regresi Bootstrap

Prediksi Kelainan Refraksi Berdasarkan Panjang Sumbu Bola Mata Pada Pasien Myopia Axial Melalui Regresi Bootstrap Predks Kelanan Refraks Berdasarkan Panjang Sumbu Bola Mata Pada Pasen Myopa Axal Melalu Regres Bootstrap Oleh: Karyam dan Qorlna Statstka UII ABSTRAKSI Peneltan n dlakukan d Rumah Sakt Mata Dr. YAP Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Data yang dgunakan dalam peneltan adalah data prmer dan data sekunder. Data prmer berupa data prmer (cross secton) Surve Khusus Tabungan dan Investas

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup

BAD V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pengelompokkan Kecamatan berdasarkan nilai skor faktor dinilai cukup BAD V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan basil analisa data dan pembahasan, serta melihat tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci