Pemodelan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Propinsi Kalimantan Selatan dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemodelan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Propinsi Kalimantan Selatan dengan Pendekatan Geographically Weighted Regression (GWR)"

Transkripsi

1 Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, Oktober 06 ISBN Pemodelan Tngkat Kesejahteraan Penduduk Propns Kalmantan Selatan dengan Pendekatan Geographcally Weghted Regresson (GWR) De Sr Susant*, Aprda Sska Lesta, Yuana Sukmaaty Program Stud Matematka, FMIPA, Unverstas Lambung Mangkurat (UNLAM) Kampus UNLAM Jl. Ahmad Yan, Km. 36, Banjarbaru *E-mal: ds_susant@unlam.ac.d Abstrak Geographcally Weghted Regresson (GWR) adalah salah satu metode yang cukup efektf untuk mengestmas data yang memlk spatal heterogenty (ketdakseragaman dalam lokas/spasal). Pada dasarnya, parameter model dalam GWR dapat dhtung pada lokas pengamatan dengan varabel dependen dan satu atau lebh varabel ndependen yang telah dukur d tempat-tempat yang lokasnya dketahu. Penggunaan matrks pembobot yang besarnya tergantung pada kedekatan antar lokas, atau dengan kata lan semakn dekat suatu lokas, bobot pengaruhnya akan semakn besar. Dalam paper n, dlakukan pengembangan Geographcally Weghted Regresson (GWR) dalam memodelkan kesejahteraan penduduk d Provns Kalmantan Selatan. Saat menggunakan pembobot adaptve b-square kernel dperoleh baha hanya varabel 3 (tga) varabel yang berpengaruh secara spasal terhadap tngkat kemsknan penduduk Provns Kalmantan Selatan, yakn tngkat melek huruf penduduk (X ), angka partspas sekolah (X 3 ) dan persentase balta kekurangan gz (X 5 ). Kata Kunc : Geographcally Wegthed Regresson (GWR), fungs pembobot, kemsknan Pendahuluan Tngkat kesejahteraan penduduk antar daerah mencakup berbaga aspek kehdupan yang sangat luas, namun tdak semua aspek-aspek tersebut yang dapat dukur. Menurut Badan Pusat Statstk (BPS, 000), kesejahteraan penduduk suatu layah dapat dukur melalu ndkator kependudukan, kesehatan, penddkan dan ketenagakerjaan. Kalmantan Selatan merupakan salah satu provns d Indonesa dengan luas layah ,5 km dan jumlah penduduk 3,9 juta ja memlk kepadatan penduduk sektar 0 ja/km. Jka dbandngkan dengan layah provns lan yang ada d Pulau Kalmantan, dmana kepadatan penduduk Provns Kalmantan Barat sebesar 3 ja/km, Provns Kalmantan Tengah sebesar sebesar 6 ja/km, Provns Kalmantan Tmur sebesar 6 ja/km dan Provns Kalmantan Utara sebesar 8 ja/km, Provns n merupakan provns dengan kepadatan penduduk tertngg. Akan tetap, sebaran dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota d Provns Kalmantan Selatan mash belum merata. Tngkat kepadatan penduduk merupakan ndkas aal terhadap kemampuan suatu layah dalam memberkan kesejahteraan terhadap penduduknya. Kota Banjarmasn memlk kepadatan penduduk palng tngg sebesar 967,79 ja/km, sedangkan Kabupaten Kotabaru merupakan layah yang kepadatan penduduknya palng rendah sebesar 33,38 ja/km. Selan dar kepadatan penduduknya, kesejahteraan dapat dlhat dar banyaknya penduduk mskn. Kabupaten Balangan memlk jumlah penduduk mskn palng rendah, sedangkan Kota Banjarmasn merupakan layah yang jumlah penduduk msknnya palng tngg. Namun, jka dlhat dar persentase penduduk msknnya Kota Banjarmasn merupakan layah dengan persentase terendah kedua setelah Kabupaten Banjar, sedangan Kabupaten Balangan merupakan layah dengan persentase tertngg ketga setelah Kabupaten Hulu Sunga Selatan dan Kabupaten Hulu Sunga Selatan. In menunjukkan baha kasus kemsknan n dapat dpandang sebaga suatu fenomena dar keheterogenan spasal, yang basanya dtunjukkan dengan kecenderungan masyarakat mskn mengelompok pada suatu layah tertentu. Keragaman geografs yang mempengaruh kemsknan dan besarnya tngkat kemsknan serng dsebabkan oleh faktor-faktor dengan dmens spasal, sepert sumbangan sumber daya alam dan akses untuk layanan sepert kesehatan dan penddkan. Pengukuran kemsknan d Indonesa dlaksanakan oleh Badan Pusat Statstk (BPS) menggunakan pendekatan konsep kemampuan memenuh kebutuhan dasar (basc needs approach). Alhasl, kemsknan dpandang sebaga ketdakmampuan dar ss ekonom untuk memenuh kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang dukur dar ss pengeluaran (BPS, 008). Dalam menjelaskan pola hubungan antara persentase penduduk mskn yang dpengaruh oleh beberapa varabel pengukur kemsknan dapat dengan menggunakan kurva regres. Pendekatan 84

2 Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, Oktober 06 ISBN kurva regres yang serng dgunakan adalah pendekatan regres parametrk, yang dasumskan bentuk kurva regres dketahu (sepert lner, kuadratk, kubk) dan resdual harus dentk, ndependen, homogentas dan berdstrbus normal. Namun, dalam menentukan strateg penanggulangan kemsknan, pada dasarnya akan lebh efektf jka dlakukan dengan pendekatan spasal, yang berart perlu ada upaya pendekatan analss yang melbatkan unsur lokas (spasal) untuk mengolah data kesejahteraan penduduk. Anseln (998) menyatakan karena dalam pengamatan d suatu lokas bergantung pada pengamatan d lokas lan yang berdekatan (neghbourng) sehngga segala sesuatu adalah salng berhubungan, dmana sesuatu yang lebh dekat akan lebh berpengaruh darpada sesuatu yang jauh. Anseln & Gets (99) menyatakan baha untuk mendapatkan nformas pengamatan yang dpengaruh oleh ruang atau lokas dapat dlakukan langkah analss menggunakan metode spasal. Geographcally Weghted Regresson (GWR) adalah salah satu metode yang cukup efektf untuk mengestmas data yang memlk spatal heterogenty (ketdakseragaman dalam spasal) (Leung, Me & Zhang, 000). Ide dasar GWR adalah baha parameter dapat dhtung dmanapun pada area stud dengan varabel dependen dan satu atau lebh varabel ndependen yang telah dukur d tempat-tempat yang lokasnya dketahu. Dalam GWR dgunakan unsur matrks pembobot yang besarnya tergantung pada kedekatan antar lokas. Semakn dekat suatu lokas, bobot pengaruhnya akan semakn besar. Untuk tu dalam peneltan n, akan mengembangkan Geographcally Weghted Regresson (GWR) dalam memodelkan kesejahteraan penduduk d Provns Kalmantan Selatan. Pemerntah Indonesa memlk beberapa model kesejahteraan dan kemsknan: msalnya, Badan Pusat Statstk (BPS) yang mengukur kemsknan dengan fokus konsums dan Badan Koordnas Keluarga Berencana Nasonal (BKKBN) yang berfokus pada kesejahteraan keluarga. Lembaga-lembaga nternasonal, sepert Unted Natons Development Programme (UNDP) juga memperhatkan su pengembangan manusa, yang ddefnskan sebaga harapan hdup, tngkat melek huruf, penddkan, dan tngkat daya bel per kapta. Sehngga memaham kesejahteraan dan kemsknan merupakan langkah pertama untuk mengurang kemsknan. Dar berbaga peneltan mengena kesejahteraan yang telah dlakukan mengndkaskan baha banyak sekal faktor yang mempengaruh kesejahteraan penduduk sehngga perlu dlakukan dentfkas faktor yang palng berpengaruh agar nantnya dapat dgunakan untuk perencanaan pembangunan sehngga pembangunan lebh terarah pada penngkatan kesejahteraan masyarakat. Guna melhat karakterstk kesejahteraan penduduk dan melhat faktor yang palng berpengaruh pada suatu layah maka perlu dbuat suatu pemodelan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhnya, dan selanjutnya dlakukan evaluas ketepatan klasfkas penduduk mskn berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh. Berdasarkan permasalahan yang tersebut d atas, dan mash terbuka luasnya kesempatan untuk melakukan peneltan lanjut berkatan dengan pemodelan penduduk mskn maka fokus permasalahan dalam paper n adalah menentukan bagamana model kemsknan suatu layah yang ddasarkan pada dmens kesehatan, sosal, ekonom dan penddkan berbass Geographcally Weghted Regresson (GWR). Tnjauan Pustaka. Geographcally Weghted Regresson (GWR) Data spasal mempunya pengertan sebaga suatu data yang mengacu pada poss, obyek, dan hubungan d antaranya dalam ruang bum. Poss lokas dar suatu pengamatan memungknkan adanya hubungan dengan pengamatan lan yang berdekatan. Hubungan antar pengamatan tersebut dapat berupa persnggungan antar pengamatan maupun kedekatan jarak antar pengamatan. Adanya efek spasal merupakan hal yang serng terjad antara suatu layah dengan layah lannya. Efek spasal yang terjad antar layah dapat dbag menjad dua jens, yatu spatal dependence dan spatal heterogenety (Anseln & Gets, 99). Pada analss spasal, serngkal data dgambarkan dalam suatu unt geografs tertentu dan destmas menggunakan satu persamaan regres global. Hal tersebut berakbat pada terbentuknya estmas parameter global yang dasumskan untuk dterapkan secara sama pada setap area peneltan (Zhao, Cho & Lu, 005). GWR adalah salah satu metode yang dgunakan untuk mengestmas data yang memlk spatal heterogenety (keragaman spasal). GWR akan menghaslkan estmas parameter lokal, dmana masng-masng area peneltan akan memlk parameter yang berbeda (Brunsdon, Fotherngham & Charlton, 998). Pada model GWR, dasumskan baha masng-masng lokas pengamatan dalam satu layah terregonal memlk koordnat spasal. Koordnat spasal pada lokas pengamatan ke- dlambangkan dengan ( u, v ). Persamaan umum GWR (Fotherngham, Brunsdon & Charlton, 00) adalah sebaga berkut: p ( u, v ) + Σ β ( u, v ) x + ε,, n y = β j j,..., mana 0 = = y adalah nla varabel dependen pada d 85

3 Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, Oktober 06 ISBN pengamatan ke-, x j adalah nla varabel ndependen ke-j pada pengamatan ke-, β ( u, ) 0 v adalah konstanta/ntercept pada pengamatan ke-, β u, v adalah nla fungs varabel j ( ) ndependen x j pada pengamatan ke-, p adalah jumlah varabel ndependen, ( u, v ) adalah ttk kordnat lokas pengamatan ke-, dan ε adalah random error yang dasumskan berdstrbus N (0, ) dengan ( ) T σ I ε = ε ε,..., dan I, ε n adalah matrks denttas. Parameter yang dhaslkan pada model GWR akan berbeda-beda pada masng-masng lokas, sehngga terdapat sebanyak n k parameter yang harus destmas, dmana n adalah jumlah lokas pengamatan dan k = p + adalah jumlah paramater pada masng-masng lokas pengamatan. Untuk mengestmasnya, dgunakan metode Weghted Least Squares (WLS) yatu dengan memberkan penmbang/pembobot yang berbeda pada setap lokas pengamatan.. Fungs Pembobot Spasal Matrks pembobot spasal pada GWR merupakan matrks pembobot yang berbass pada kedekatan lokas pengamatan ke- dengan lokas pengamatan lannya tanpa adanya hubungan yang dnyatakan secara eksplst (Fotherngham et.al., 00). Beberapa fungs pembobot spasal dgunakan untuk menggambarkan hubungan antara lokas pengamatan ke- dengan lokas pengamatan lannya. Salah satu cara untuk mengatas masalah dskontnutas pada pembobot adalah dengan cara membentuk sebaga fungs kontnu dar d. j Salah satu fungs yang serng dgunakan adalah fungs adaptve kernel yang memlk banddth yang berbeda pada masng-masng lokas pengamtan, dantaranya fungs adaptve gaussan kernel yang dusulkan oleh Brunsdon et al. (998): d j = j exp h dmana h adalah parameter non negatf yang basa dsebut sebaga banddth. Nla pembobot dar suatu data akan mendekat jka jaraknya berdekatan atau berhmptan dan akan semakn mengecl sehngga mendekat nol jka jaraknya semakn jauh. Salah satu alternatf pembobot lan adalah fungs adaptve b-square kernel yang dusulkan oleh Brundson et al (998): j dj j = h 0 untuk d j < h untuk lannya yang merupakan fungs pembobot kontnu dan menyerupa fungs gaussan sampa jarak sejauh h dar lokas pengamatan ke- dan bernla nol untuk lokas data yang memlk jarak lebh besar darpada h. h merupakan banddth yang menunjukkan jumlah atau propors dar observas untuk dmasukkan pada estmas regres d lokas pengamatan ke-..3 Penentuan Banddth Estmas parameter pada GWR sebagan bergantung pada fungs pembobot yang dplh (Charlton & Fotherngham et.al., 009). Pada fungs pembobot adaptve gaussan kernel tampak baha jka nla d bertambah besar maka nla bobotnya mendekat 0 atau model yang dhaslkan akan mendekat model Ordnary Least Square (OLS). Jka nla d menunjukkan jarak terjauh antar lokas pengamatan, maka model yang dhaslkan akan sama dengan model OLS yatu yang dsebut dengan Model Regres Global.. Jka nla banddth (h) mendekat tak terhngga, maka pembobot ( ) yang dhaslkan antar lokas pengamatan akan mendekat angka satu, sehngga parameter yang dduga akan seragam dan model GWR yang dhaslkan akan mendekat model OLS. Sebalknya, jka nla banddth semakn kecl, pendugaan parameter akan semakn tergantung pada lokas pengamatan yang memlk jarak yang dekat dengan lokas pengamatan ke, sehngga nla varans yang dhaslkan akan semakn besar. Permasalahan yang harus dselesakan adalah bagamana menentukan nla banddth atau fungs pembobot yang tepat pada pemodelan GWR. Ada beberapa metode yang dapat dgunakan untuk pemlhan banddth. Salah satu metode untuk mengatas masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan cross valdaton (CV) yang dusulkan oleh Brunsdon et al (998) sebaga berkut: CV n = Σ = ( y yˆ ( h) ) ˆ dmana y ( h) adalah nla predks y (ftted value) dengan pengamatan ke- dkeluarkan dar proses predks. Dengan metode tersebut, pada saat nla banddth (h) sangat kecl, model akan dkalbras hanya pada sampel yang berdekatan dengan lokas pengamatan ke-, bukan pada pada lokas pengamatan ke- tu sendr. Banddth yang optmum dperoleh jka nla CV yang dhaslkan adalah yang palng mnmum (Fotherngham et.al., 00). j 86

4 Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, Oktober 06 ISBN Pemlhan Model Terbak Matrks pembobot yang dhaslkan dar beberapa fungs pembobot yang berbeda akan menghaslkan model GWR yang berbeda pula. Untuk melhat model yang terbak, maka dlakukan menggunakan nla R (Fotherngham et.al., 00): R dmana TSS RSS = TSS TSS merupakan total sum of squares RSS yang sudah dber pembobot geografs dan merupakan resdual sum of squares yang sudah dber pembobot geografs: TSS RSS n j ( y y) = Σ dan = n j= j = Σ j j ( y y ) j ˆ j Model terbak merupakan model yang memlk nla R terbesar. Hasl dan Pembahasan 3. Gambaran Umum Provns Kalmantan Selatan Provns Kalmantan Selatan terletak antara 4 o o 33 8 Bujur Tmur dan o 49 o 0 4 Lntang Selatan. Provns Kalmantan Selatan terletak d bagan selatan Pulau Kalmantan dengan batas-batas: sebelah barat dengan Provns Kalmantan Tengah, sebelah tmur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jaa dan sebelah utara dengan Provns Kalmantan Tmur. Lokas n (Gambar ) cukup strategs untuk menjadkan layah Kalmantan Selatan sebaga layah perdagangan, sehngga konds n memperbesar kemungknan terjadnya penambahan jumlah penduduk akbat mgras. Gambar. Peta Kalmantan Selatan dan Pembagan Wlayah Kota/Kabupaten Jumlah penduduk provns n pada tahun 04 sebesar ja dengan luas layah ,5 km. Rncan jumlah penduduk setap kota dan kabupaten tersaj dalam Tabel. Jumlah penduduk yang begtu besar dan terus bertambah setap tahun tdak dmbang dengan pemerataan penyebaran penduduk. Selama n sebagan besar penduduk mash terpusat d Kota Banjarmasn, karena lokasnya yang cukup memada sebaga pusat perdagangan. Tngkat kepadatan Kota Banjarmasn menunjukkan nla palng tngg yatu sebesar 9.67 orang per km. Dbandngkan dengan tngkat kepadatan Propns Kalmantan Selatan pada umumnya nla tersebut jauh lebh tngg dengan raso sebesar :88. Melalu data sebaran kepadatan penduduk d atas dapat dasumskan baha pemerataan kesejahteraan penduduk d layah Kalmantan Selatan juga tdak merata. Hal n dapat dtunjukkan melalu penyebaran tngkat kemsknan pada setap kota dan kabupaten. Berdasarkan data Badan Pusat Statstk tahun 04, rata-rata angka melek huruf sebesar 95,468% dan rata-rata partspas sekolah untuk anak usa 7- tahun sebesar 97,9% yang cukup besar, dapat dkatakan baha tngkat penddkan d provns n cukup tngg. Kesmpulan n sejalan dengan besarnya rata-rata angka putus sekolah yang rendah pula, yakn hanya sebesar 3,746%. Dar seg kesehatan, dapat dlhat baha besar rata-rata angka kematan bay sebesar 5,00% dengan angka kematan bay terbesar berada d Kabupaten Barto Kuala dan angka kematan bay terendah berada d Kabupaten Tanah Laut. Sedangkan rata-rata persentase balta kekurangan gz d Propns Kalmantan Selatan sebesar 6,4% dengan persentase terendah sebesar 7,040% berada d Kabupaten Tanah Laut dan persentase tertngg sebesar 35,550% berada d Kabupaten Banjar. D bdang ketenagakerjaan, rata-rata angka partspas kerja sudah cukup tngg, yakn sebesar 7,830% sedangkan tngkat pengangguran terbuka cukup kecl, yakn hanya 5,9%. In menunjukkan kesejahteraan dalam pekerjaan sudah tngg. Rata-rata persentase penduduk mskn Provns Kalmantan Selatan hanya sebesar 5,78% dar total penduduk atau sebesar ja menunjukkan baha perlu kajan lebh lanjut mengena ndkator kesehatan, penddkan, ketenagakerjaan serta kependudukan tersebut dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap tngkat kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dalam konteks spasal. Berdasarkan gambaran secara deskrptf, nla varans setap data varabel cukup besar. Hal n mengndkaskan adanya keragaman data yang cukup besar yang dakbatkan karena lokas yang berbeda-beda. Konds tersebut dnyatakan dengan adanya heterogentas spasal pada data. Jka 87

5 Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, Oktober 06 ISBN dlakukan analss menggunakan analss regres pada data, maka model yang tepat adalah model Geographcally Weghted Regresson (GWR). 3. Model Geographcally Weghted Regresson (GWR) Selanjutnya akan dbentuk model GWR untuk mengukur faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tngkat kesejahteraan penduduk Kalmantan Selatan. Tngkat Kesejahteraan Penduduk sebaga varabel respon akan dakl oleh data ndeks gars kemsknan pada setap kabupaten/kota. Gambar menunjukkan pola sebaran kemsknan pada setap kota/kabupaten d Provns Kalmantan Selatan yang terlhat berbeda-beda secara spasal. Perbedaan arna yang menonjol mengndkaskan perbedaan tngkat kemsknan pada setap daerah. Semakn gelap arna yang dtamplkan maka semakn tngg tngkat kemsknan yang terukur pada layah tersebut. Berdasarkan Gambar dapat dtunjukkan baha tngkat kemsknan tertngg terletak pada layah yang memlk kepadatan penduduk tertngg dan layah kabupaten yang baru terbentuk yatu Kabupaten Tanah Bumbu. BPS (008) menyatakan baha terdapat (dua) komponen untuk mengukur tngkat kemsknan yatu komponen nternal dan komponen eksternal. Komponen nternal antara lan konds tempat tnggal ketersedaan fasltas kebershan dan kecukupan kebutuhan sandang pangan. Sedangkan komponen eksternal antara lan kebjakan pemerntah dan kesehatan balta. Kemsknan juga tdak lag dpandang sebaga mnmnya kemampuan ekonom tetap juga dakbatkan adanya kegagalan memperoleh hak-hak dasar antara lan terpenuhnya kebutuhan kesehatan, penddkan dan pekerjaan yang layak bak bag lak-lak maupun perempuan. Sejalan dengan hal tersebut, model GWR akan dbangun berdasarkan 9 (semblan) varabel predktor yang dduga berpengaruh terhadap tngkat kemsknan (Y). Varabel pengaruh yang terkat dengan tngkat penddkan yakn tngkat melek huruf (X ), angka putus sekolah d usa 7-5 tahun (X ), angka partspas sekolah d usa 7- tahun (X 3 ). Sedangkan varabel angka kematan bay (X 4 ) dan persentase balta kekurangan gz (X 5 ) dgunakan untuk menunjukkan tngkat kesehatan penduduk. Pemenuhan kebutuhan ekonom keluarga dakl oleh varabel angka partspas tenaga kerja (X 6 ) dan tngkat pengangguran terbuka (X 7 ). Sedangkan faktor lngkungan dtunjukkan dengan varabel kepadatan penduduk (X 8 ) dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga (X 9 ). Setap varabel akan damat pada setap kota/kabupaten untuk menyatakan keberagaman spasal. Adapun langkah-langkah untuk membangun model n dmula dengan memlh banddth optmum untuk mendapatkan elemen matrks pembobot selanjutnya dlakukan pendugaan parameter model. Langkah berkutnya adalah menguj hpotess untuk mengetahu tngkat sgnfkans model yang dperoleh. Selanjutnya mendeskrpskan dugaan koefsen model GWR pada setap lokas melalu peta tematk sebaga dasar nterpretas penyebaran tngkat kesejahteraan d layah Kalmantan Selatan. Gambar. Pola sebaran kemsknan d layah Kalmantan Selatan Dalam menentukan banddth optmum terdapat beberapa pembobot yang dapat dplh untuk pemodelan GWR. Namun, peneltan n dbatas hanya pada penggunaan pembobot adaptve gaussan kernel dan fungs adaptve b-square kernel. Banddth optmum dperoleh dengan memlh nla Cross Valdaton (CV) yang rendah dan mempertmbangkan pengujan model yang menunjukkan hasl sgnfkan. Dar hasl pengolahan data menggunakan Softare GWR4, rentang nla banddth dperoleh melalu proses tral error pemlhan nla sngle banddth sebesar 3 hngga 3. Rekaptulas analss data pada nla banddth yang berbeda-beda tertera pada Tabel. Banddth optmum yang terplh adalah sebesar dengan nla CV sebesar 3,008 dan R sebesar Nla banddth n dplh karena menghaslkan proses pengujan model yang sgnfkan. Berdasarkan hasl pemlhan banddth, dperoleh model GWR yang palng sgnfkan adalah model dengan varabel bebas banyaknya penduduk yang bsa membaca atau melek huruf (X ), angka partspas sekolah d usa 7- tahun (X 3 ) dan persentase balta kekurangan gz (X 5 ) yang secara sgnfkan berpengaruh terhadap varabel respon Y yatu tngkat kemsknan atau persentase penduduk mskn. Dapat dsmpulkan baha tdak semua varabel memberkan pengaruh secara spasal terhadap tngkat kemsknan, hanya varabel 3 (tga) varabel tersebut yang berpengaruh 88

6 Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, Oktober 06 ISBN secara spasal terhadap tngkat kemsknan penduduk. Dengan kata lan, faktor penddkan dan kesehatan yang memberkan pengaruh kuat terhadap tngkat kemsknan setap daerah. Fungs Kernel Adaptve Gaussan Adaptve B-Square Tabel. Proses Pemlhan Sngle Banddth Optmal Model CV R dth Opt Band mum Y vs X 7,749 0,993 3 X 9 Y vs X, 4,6 0,399 X 3, X 5, X 6, X 7 Y vs X, X 3, X 5, 3,6 0,34 3 X 6 Y vs X 4, X 5, X 7,8 0,658 Y vs X, X 3, X 5 3,85 0,89 3 Y vs X X 9 Y vs X, X 3, X 5, X 6, X 7 Y vs X, X 3, X 5, X 6 Y vs X 4, X 5, X 7 Y vs X, X 3, X 5 3,69 3,84 3,56 0,908 3,008 0,997 0,686 0,63 0,740 0,535 3 Hasl Uj ANOVA GWR Terma Terma Terma Terma Terma Terma Terma Terma Terma Tolak Setelah dperoleh nla banddth yang optmum langkah selanjutnya adalah menentukan matrk pembobot. Elemen matrk pembobot dengan menggunakan fungs adaptve gaussan kernel adalah: dj j = exp Sedangkan elemen matrk pembobot dengan menggunakan fungs adaptve b-square kernel adalah dj, dj < j = , dj lannya Matrk pembobot n kemudan dgunakan untuk mengestmas parameter tap kabupaten dan kota. Model GWR mampu menjelaskan data spasal yang tdak stasoner dalam parameter. Untuk melhat sgnfkans model GWR dengan pembobot adaptve b-square kernel perlu dlakukan uj kesesuaan model. Statstk uj yang dgunakan adalah statstk uj F dengan bentuk hpotessnya sebaga berkut: : Tdak terdapat perbedaan antara Regres Global dengan GWR H : Terdapat perbedaan antara Regres Global dengan GWR Selanjutnya dlakukan analss varans untuk menark kesmpulan tentang hpotess mana yang sejalan dengan data hasl pengamatan. Hasl analss varans dsajkan pada Tabel. Tabel. Analss Varans (Anova) GWR dengan Pembobot Adaptve Gaussan Kernel Sumber Keragaman Global Resdual GWR Improvement GWR Resdual SS DF MS F-ht F-tab (α=0 %) 4,95 9,000 3,575 3,6 3,463 7,438 6,858,08 6,99 0,99 Dar hasl uj kesesuaan model (goodness of ft) dperoleh nla F-htung yang lebh besar dar F-tabel dengan taraf sgnfkans (α) sebesar 0%, sehngga keputusan dambl untuk menolak hpotess nol. Dar pengujan hpotess n dapat dsmpulkan baha ada perbedaan antara model regres global dengan model regres lokal GWR dengan menggunakan pembobot adaptve b-square kernel. Dengan kata lan, faktor geografs berpengaruh secara sgnfkan terhadap persentase penduduk mskn dan faktor-faktor yang mempengaruhnya yatu banyaknya penduduk yang bsa membaca atau melek huruf (X ), tngkat partspas sekolah (X 3 ) dan persentase balta kekurangan gz (X 5 ). Tabel 3. Penduga Koefsen Model GWR Adaptve B-Square Kernel dengan Sngle Banddth Optmum Setap Kabupaten/Kota d Provns Kalmantan Selatan No Kabupaten /Kota Tanah Laut Kotabaru Banjar Barto Kuala Tapn Hulu Sunga Selatan Hulu Sunga Tengah Hulu Sunga Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Kota Banjarmasn Kota Banjarbaru b 0 b b 3 b 5-7,765 6,359 7,038-8,86-8,3-8,375-8,407-8,55-8,55-7,940-8,59-8,9-8,00-0,78 0,085 0,09-0,84-0,85-0,85-0,86-0,88-0,88-0,80-0,88-0,8-0,8 0,9-0,78-0,93 0,30 0,304 0,305 0,306 0,309 0,309 0,96 0,309 0,99 0,96-0,00-0,099 89

7 Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, Oktober 06 ISBN Hal n dperjelas dengan nla koefsen setap varabel yang memlk perbedaan cukup tajam antar satu kota/kabupaten dengan kota/kabupaten lannya. Nla-nla koefsen setap varabel atau dugaan parameter model dsajkan dalam Tabel 3. Setelah dlakukan uj kesesuaan model, maka perlu dlakukan pengujan parameter secara parsal. Pengujan n dmaksudkan untuk mengetahu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persentase penduduk mskn d setap kabupaten/kota. Adapun bentuk hpotessnya adalah: : (, ) 0; =,,..., 8 β k u v = k H : palng sedkt ada satu (, ) 0; k =,,...,8 Secara umum besarnya parameter yang dhaslkan berbeda-beda nlanya d setap lokas peneltan. Namun demkan, secara statstk perbedaan n tdaklah cukup berart sehngga dapat dkatakan baha varabel X, X 3, dan X 5 mempunya pengaruh yang hampr sama terhadap persentase d semua lokas peneltan. Adapun nla statstk t-htung untuk masng-masng parameter untuk tap lokas dapat dlhat d lampran. Jka dlhat nla t-htung, hampr sebagan besar nla parameter yang dhaslkan sgnfkan sepert terlhat d lampran. Gambar 3, 4 dan 5 menunjukkan pola sebaran dugaan koefsen model GWR, daerah dengan arsran lebh gelap menunjukkan nla koefsen negatf yang artnya pertambahan nla varabel bebas akan menurunkan nla varabel respon. Sedangkan arsran lebh terang menunjukkan nla koefsen postf yang artnya pertambahan nla varabel bebas akan menakkan nla varabel respon. β k u v Kabupaten Banjar, varabel n memberkan pengaruh yang tdak sgnfkan. Hal n kemungknan dsebabkan karena luasnya layah kabupaten sehngga pemerataan kesejahteraan penduduk tdak sembang dengan ketersedaan sarana penddkan. Sejalan dengan pengaruh angka partspas sekolah yang dapat dlhat pada Gambar 4. Pengaruh yang bermakna hanya pada Kabupaten Kotabaru dan Banjar, dmana penngkatan tngkat partspas sekolah memberkan pengurangan terhadap tngkat kemsknan. Gambar 4. Vsualsas koefsen parameter b 3 dar model pada setap Kota/Kabupaten d layah Kalmantan Selatan Sedangkan pengaruh sgnfkan varabel persentase balta kekurangan gz terhadap tngkat kemsknan hanya terjad d kabupaten dan kota yang memlk kepadatan penduduk tngg (tampak pada Gambar 5). Koefsen yang dperoleh bernla postf yang artnya semakn tngg persentase balta kekurangan gz akan menunjukkan terjadnya penambahan tngkat kemsknan d layah-layah tersebut. Pada layah Kabupaten Banjar dan Kotabaru koefsen yang dperoleh untuk varabel tersebut memberkan koefsen yang tdak bermakna atau bernla postf. Gambar 3. Vsualsas koefsen parameter b dar model pada setap Kota/Kabupaten d layah Kalmantan Selatan Pada Gambar 3 secara umum dapat dnterpretaskan baha menngkatnya jumlah penduduk yang bsa membaca atau melek huruf akan menurunkan tngkat kemsknan d layah tersebut. Kecual d Kabupaten Kotabaru dan Gambar 5. Vsualsas koefsen parameter b 5 dar model pada setap Kota/Kabupaten d layah Kalmantan Selatan 90

8 Prosdng Semnar Nasonal MIPA 06 Peran Peneltan Ilmu Dasar dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan Jatnangor, Oktober 06 ISBN Adanya perbedaan dugaan parameter model yang cukup tajam antar kabupaten, maka dapat dlakukan pengelompokkan kabupaten/kota menjad kelompok. Kelompok pertama beranggotakan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Kotabaru dengan model GWR sebaga berkut: Y = X 0.86X 3 0. X 5 Sedangkan kelompok kedua beranggotakan Kabupaten lannya dengan model GWR sebaga berkut: Y = X X X 5 Kesmpulan Berdasarkan hasl pemlhan banddth, dapat dsmpulkan baha hanya varabel 3 (tga) varabel tersebut yang berpengaruh secara spasal terhadap tngkat kemsknan penduduk Provns Kalmantan Selatan, yakn tngkat melek huruf penduduk (X ), tngkat partspas sekolah (X 3 ) dan persentase balta kekurangan gz (X 5 ). Dengan kata lan, faktor penddkan dan kesehatan yang memberkan pengaruh kuat terhadap tngkat kemsknan setap kabupaten/kota. Setelah dperoleh nla banddth yang optmum langkah selanjutnya adalah menentukan matrk pembobot. Elemen matrk pembobot dengan menggunakan fungs adaptve gaussan kernel adalah: dj j = exp Sedangkan elemen matrk pembobot dengan menggunakan fungs adaptve b-square kernel adalah dj, dj < j = , dj lannya Matrk pembobot n kemudan dgunakan untuk mengestmas parameter tap kabupaten dan kota. Selan tu, ada perbedaan antara model regres global dengan model regres lokal GWR dengan menggunakan pembobot adaptve b-square kernel. Dengan kata lan, faktor geografs berpengaruh secara sgnfkan terhadap persentase penduduk mskn dan faktor-faktor yang mempengaruhnya yatu banyaknya penduduk yang bsa membaca atau melek huruf (X ), tngkat partspas sekolah (X 3 ) dan persentase balta kekurangan gz (X 5 ). Adanya perbedaan dugaan parameter model yang cukup tajam antar kabupaten, maka dapat dlakukan pengelompokkan kabupaten/kota menjad kelompok. Kelompok pertama beranggotakan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Kotabaru dengan model GWR sebaga berkut: Y = X X X Sedangkan kelompok kedua beranggotakan 5 kabupaten/kota lannya dengan model GWR sebaga berkut: Y = X X + X Pada peneltan berkutnya perlu dlakukan pengamblan data dengan skala yang lebh besar untuk menngkatkan akuras dalam proses pendugaan model GWR. Daftar Pustaka Anseln, L., 988, Spatal Econometrcs: Methods and Models, Kluer Academc Publshers, Dordrecht. Anseln, L., Gets, A., 99, Spatal Statstcal Analyss and Geographc Informaton Systems, The Annals of Regonal Scence 6(). Badan Pusat Statstk. 000., Pedoman Surve Sosal Ekonom Nasonal 000, Badan Pusat Statstk, Jakarta. Badan Pusat Statstk. 008., Analss dan Penghtungan Tngkat Kemsknan 008, Badan Pusat Statstk, Jakarta. Brunsdon, C., Fotherngham, A.S., Charlton, M., 998, Geographcally Weghted Regresson: a Method for Explorng Spatal Nonstatonarty, Geographcal Analyss, Vol 8, Charlton, M., Fotherngham, A.S., 009, Geographcally eghted regresson: Whte Paper, Natonal Centre for Geocomputaton. Fotherngham, A.S., Brunsdon, C., Charlton, M., 00, Geographcally Weghted Regresson: The Analyss of Spatally Varyng Relatonshps, John Wley & Sons, Ltd., West Sussex, England. Leung, Y. Me, C.L. dan Zhang, W.X Statstcal Tests for Spatal Non-Statonarty Based on the Geographcally Weghted Regresson Model. Envronment and Plannng A. Vol. 3, 9-3. Zhao, F., Cho, L.F., L, M.T.,Lu X., 005, A Transt Rdershp Model Based on Geographcally Weghted Regresson and Servce Qualty Varables, Lehman Center for Transportaton Research, Florda Internatonal Unversty. 5 9

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA BUTA HURUF MELALUI GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION: STUDI KASUS PROPINSI JAWA TIMUR

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA BUTA HURUF MELALUI GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION: STUDI KASUS PROPINSI JAWA TIMUR ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA BUTA HURUF MELALUI GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION: STUDI KASUS PROPINSI JAWA TIMUR Andyono; Rokhana Dw Bekt; Edy Irwansyah Computer Scence Department, School

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

ANALISIS DATA SPASIAL MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (Studi Kasus Data PDRB per Kapita di Provinsi Jawa Timur)

ANALISIS DATA SPASIAL MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (Studi Kasus Data PDRB per Kapita di Provinsi Jawa Timur) ANALISIS DATA SPASIAL MENGGUNAKAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (Stud Kasus Data PDRB per Kapta d Provns Jawa Tmur) Wahyu Sr Lestar ), Gandh Pawtan ), Mndra Jaya 3) ) Mahasswa Program Magster

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Harapan Hidup Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah Dengan Metode Geographically Weighted Regression

Pemodelan Angka Harapan Hidup Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah Dengan Metode Geographically Weighted Regression Pemodelan Angka Harapan Hdup Propns Jawa Tmur dan Jawa Tengah Dengan Metode Geographcally Weghted Regresson Oleh : Lus Frdal (13732) Dosen Pembmbng : Dr. Purhad, M. Sc BACK LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 575-584 Onlne d: http://ejournal-s1.undp.ac.d/ndex.php/gaussan PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

Penerapan Model Geographically Weighted Poisson Regression pada Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah

Penerapan Model Geographically Weighted Poisson Regression pada Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah The 6 th Unversty Research Colloquum 017 Unverstas Muhammadyah Magelang Penerapan Model Geographcally Weghted Posson Regresson pada Jumlah Kematan Ibu d Provns Jawa Tengah Isca Yuntasar1, Sr Sulstjowat

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DAN ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DALAM PEMODELAN KETIMPANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DAN ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DALAM PEMODELAN KETIMPANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH PERBANDINGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DAN ORDINARY LEAST SQUARE (OLS) DALAM PEMODELAN KETIMPANGAN DI PROVINSI JAWA TENGAH La Mftakhul Janah 1, TanWahyu Utam 2 1, emal: lamftakhul7@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

S - 21 PEMODELAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI SURABAYA BERDASARKAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL SEMIPARAMETRIK

S - 21 PEMODELAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI SURABAYA BERDASARKAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL SEMIPARAMETRIK S - 21 PEMODELAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI SURABAYA BERDASARKAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL SEMIPARAMETRIK Marsa Rfada 1, Nur Chamdah 2, Toha Safudn 3 1,2,3 Departemen Matematka, Fakultas Sans

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 193-204 Onlne d: http://ejournal-s1.undp.ac.d/ndex.php/gaussan PEMODELAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION (GWLR) DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN: Prosdng Semnar Nasonal Matematka, Statstka, dan Aplkasnya 7 3 September 7, Samarnda, Indonesa ISBN: 978-6-53--3 Pemodelan Geographcally Weghted Regresson (GWR) Dengan Fungs Kernel Adaptve Gaussan Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method

Model Regresi Variabel dengan Metode Selisih Mutlak. Moderating Variable Regression Model with an Absolute Difference Method Model Regres Varabel dengan Metode Selsh Mutlak Moderatng Varable Regresson Model wth an Absolute Dfference Method Desy Ika Rachmawat 1, Des Yunart, dan Darnah And Nohe 3 1 Mahasswa Program Stud Statstka

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag

BAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag BAB IV APLIKASI Pada bagan n akan dbahas bagamana contoh mengestmas parameter model yang dasumskan memlk karaterstk spasal lag sekalgus spasal error. Estmas dlakukan dengan menggunakan software Evews 3

Lebih terperinci

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL

ESTIMASI PARAMETER PADA REGRESI SEMIPARAMETRIK UNTUK DATA LONGITUDINAL Abstrak ESIMASI PARAMEER PADA REGRESI SEMIPARAMERIK UNUK DAA LONGIUDINAL Msal y merupakan varabel respon, Lls Laome Jurusan Matematka FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar 933 e-mal : lhs@yahoo.com X adalah

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Pemodelan Geographically Weighted Regression (GWR) Pada Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah

Pemodelan Geographically Weighted Regression (GWR) Pada Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Statstka, Vol. 3, No., November 015 Pemodelan Geographcally Weghted Regresson (GWR) Pada Tngkat Kemsknan d Provns Jawa Tengah Monca Frda Agustna 1, Rochd Wasono, Moh. Yamn Darsyah 3 1,,3) Program Stud

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN WONOSOBO DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN WONOSOBO DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION JURNAL GAUSSIAN, Volume, Nomor, ahun 3, Halaman 59-68 Onlne d: http://eournal-s.undp.ac.d/ndex.php/gaussan ANALISIS FAKOR-FAKOR INGKA KEMISKINAN DI KABUPAEN WONOSOBO DENGAN PENDEKAAN GEOGRAPHICALLY WEIGHED

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadap era globalsas yang penuh tantangan, aparatur negara dtuntut untuk dapat memberkan pelayanan yang berorentas pada kebutuhan masyarakat dalam pemberan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur

Pemodelan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produksi Padi di Jawa Timur D-414 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Prnt) Pemodelan Faktor-Faktor yang Memengaruh Produks Pad d Jawa Tmur Ajeng D. P. Sar dan Wwek Setya Wnahju Jurusan Statstka, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PROVINSI JAWA BARAT DENGAN REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS (RTG)

MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PROVINSI JAWA BARAT DENGAN REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS (RTG) MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) PROVINSI JAWA BARAT DENGAN REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS (RTG) OKTAVIANI PRIHATININGSIH DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan : Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel atau lebih dari dua variabel independen X 1, X 2, X 3,...,X i terhadap satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel atau lebih dari dua variabel independen X 1, X 2, X 3,...,X i terhadap satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analss Regres Berganda Analss regres berganda adalah suatu metode untuk meramalkan nla pengaruh dua varabel ndependen atau lebh terhadap satu varabel dependen. Lebh mudahnya

Lebih terperinci

Pemodelan Jumlah Kasus Penyakit Tetanus Neonatorum di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Geographically Weighted Zero-Inflated Poisson Regression (GWZIPR)

Pemodelan Jumlah Kasus Penyakit Tetanus Neonatorum di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Geographically Weighted Zero-Inflated Poisson Regression (GWZIPR) JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol., No., () (98X Prnt) D9 Pemodelan Jumlah Kasus Penyakt etanus Neonatorum d Jawa mur ahun dengan Geographcally Weghted ZeroInflated Posson Regresson (GWZIPR) Rath Kumala Puspa

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

Metode Estimasi Kemungkinan Maksimum dan Kuadrat Terkecil Tergeneralisasi pada Analisis Pemodelan Persamaan Struktural

Metode Estimasi Kemungkinan Maksimum dan Kuadrat Terkecil Tergeneralisasi pada Analisis Pemodelan Persamaan Struktural Jurnal Graden Vol. 11 No. 1 Januar 015 : 1035-1039 Metode Estmas Kemungknan Maksmum dan Kuadrat Terkecl Tergeneralsas pada Analss Pemodelan Persamaan Struktural Dan Agustna Jurusan Matematka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagan besar peneltan-peneltan bdang statstka berhubungan dengan pengujan asums dstrbus, bak secara teor maupun praktk d lapangan. Salah satu uj yang serng dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI)

REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) REGRESI LINIER SEDERHANA (MASALAH ESTIMASI) PowerPont Sldes byyana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 9 Bandung, Telp. 0 013163-53 Hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Zero-Inflated Poisson (ZIP) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sorong Selatan

Pemodelan Regresi Zero-Inflated Poisson (ZIP) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sorong Selatan Semnar Hasl Tugas Akhr Pemodelan Regres Zero-Inflated Posson (ZIP) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruh Penyakt Tuberkuloss (TBC) d Kabupaten Sorong Selatan Oleh : Nur Setyanngrum 1307100078 Pembmbng

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Nopember 05 ISSN 085-789 Pemodelan Regres Varabel Moderas Dengan Metode Sub-Group Regresson Modelng of Moderatng Varable wth a Method of Sub Group Rsna Septawat, Des

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI POISSON MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN Yayuk Listiani NRP Dr. Purhadi, M. Sc.

PEMODELAN REGRESI POISSON MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN Yayuk Listiani NRP Dr. Purhadi, M. Sc. PEMODELAN REGRESI POISSON PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN 007 Yayuk Lstan NRP 06 00 068 DOSEN PEMBIMBING Dr. Purhad, M. Sc. JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci