MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN INVESTASI BAGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERIKANAN. Oleh : BAMBANG HERRY PURNOMO *) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN INVESTASI BAGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERIKANAN. Oleh : BAMBANG HERRY PURNOMO *) ABSTRAK"

Transkripsi

1 MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN INVESTASI BAGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERIKANAN Oleh : BAMBANG HERRY PURNOMO *) ABSTRAK Invesasi mempunyai peranan pening dalam menumbuhkembangkan agroindusri perikanan. Model penunjang kepuusan invesasi diperlukan dalam rangka membanu pemerinah daerah mengambil kepuusan invesasi agroindusri perikanan secara cepa dan epa. Kajian ini berujuan merancangbangun Sisem Manajemen Ahli unuk menunjang kepuusan invesasi dengan menggunakan pendekaan wilayah bagi pengembangan agroindusri perikanan dan kelembagaannya. Sisem erdiri dari 6 model, yaiu (1) fuzzy exper sysem unuk menenukan wilayah pengembangan, (2) model unuk menenukan komodias perikanan unggulan, (3) model unuk menenukan produk unggulan, (4) model unuk menenukan poensi bahan baku, (5) model analisis kelayakan finansial proyek agroindusri, dan (6) model unuk menenukan benuk kelembagaan bagi pengembangan usaha kecil perikanan. Verifikasi model dilakukan di Kabupaen Tuban, Jawa Timur. Conoh hasil verifikasi menunjukkan bahwa wilayah pengembangan yang erpilih adalah Kecamaan Palang dengan komodias uamanya ikan eri dan produk unggulannya ikan eri asin. Poensi bahan baku ikan eri pada ahun 21 yang dapa dimanfaakan oleh proyek agroindusri di wilayah ini adalah 167 on. Kajian lebih lanju yang disarankan adalah penggunaan model dinamis unuk menduga produksi ikan eri dan pengembangan inerface model penunjang kepuusan yang lebih fleksibel dan user friendly. Kaa kunci : invesasi, model, sisem manajemen ahli (SMA), agroindusri perikanan.

2 Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.3 Hal , SepemberDesember 213, ISSN PENDAHULUAN Laar Belakang Merujuk pada definisi yang diberikan Ausin (1992), maka agroindusri perikanan dapa diarikan sebagai indusri yang mengolah komodias hasil perikanan unuk meningkakan nilai ambahnya. Menuru Resosudarmo e al (23) opimalisasi usaha agroindusri perikanan dapa dicapai melalui pengembangan invesasi indusri perikanan mulai ingka hulu sampai hilir. Murillas dan Chamorro (26) menyaakan bahwa invesasi dibidang perikanan, ermasuk agroindusri, mempunyai ari mengeluarkan modal pada saa ini unuk mendapakan keunungan dan manfaa dari suau usaha perikanan di masa mendaang. Dalam koneks ini, maka perencanaan invesasi agrondusri mempunyai ari merencanakan agroindusri pada suau daerah unuk mendapakan berbagai manfaa dan keunungan bagi daerah ersebu pada masa mendaang. Saria e al (22) menyaakan bahwa seiring dengan lahirnya oonomi daerah yang diuangkan dalam UU Nomer 32 Tahun 22, maka invesasi agroindusri perikanan dapa dilaksanakan di daerah melalui kebijakan pemerinah daerah. Namun seperi yang dinyaakan oleh Fauzi (22) sering kebijakan ersebu jusru berujung pada ekploiasi sumberdaya. Ponecorvol dan Schrank (21) menilai bahwa eksploiasi ersebu disebabkan karena fakor ekonomi anpa mengindahkan keberlanjuan sunberdaya dan lingkungannya. Sebagai perencana invesasi, pemerinah daerah perlu memperimbangkan berbagai aspek yang berkaian dengan invesasi, seperi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan/ekologi (Preses dan Peersen, 24). Hal ersebu perlu dilakukan agar pengembangan agroindusri perikanan dapa berkelanjuan, arinya secara ekonomis efisien dan mengunungkan, secara ekologi sesuai dengan keersediaan sumberdaya daya alamnya dan ramah lingkungan sera secara sosial berkeadilan (Harris, 21). Sehubungan dengan hal ersebu, Hara dan Baron (27) menyaakan bahwa diperlukan kebijakan pemerinah dalam mengaur ingka invesasi dan ingka penggunaan sumberdaya yang selama ini erjadi agar sumberdaya dan akivias ekonomi masyaraka dapa erus berlangsung. Rober e al (25) menambahkan bahwa kebijakan yang dapa diambil oleh pemerinah adalah menjaga keersediaan sumberdaya perikanan agar dapa digunakan secara bersama dan berkelanjuan. Hal ini karena keberlangsungan invesasi agroindusri perikanan dan usaha perikanan masyaraka aau agroindusri skala kecil erganung sepenuhnya erhadap bahan baku sumberdaya perikanan. Oleh karena iu, Mardle dan Pascoe (22) menilai bahwa kebijakan pengauran skala indusri perikanan berdasarkan keersediaan sumberdayanya sanga diperlukan agar selalu erjadi keberlanjuan. Aau dalam ari lain jangan sampai adanya invesasi agroindusri perikanan jusru memaikan agroindusri perikanan kecil yang menjadi sumber kehidupan bagi masyaraka. Dengan demikian kebijakan invesasi pemerinah harus mencakup 2 hal, yaiu erwujudnya keberlanjuan usaha dan sumberdaya perikanan yang naninya akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi masyaraka (Harono dan Nasuion, 25). Dalam perencanaan invesasi, kebijakan pemerinah unuk menenukan wilayah dimana invesasi ersebu akan dilakukan, merupakan kepuusan yang bersifa sraegis. Menuru Dahuri (23) seiap wilayah mempunyai kekhususan dalam sumberdaya perikanan, sehingga berdasarkan hal ersebu jenis invesasi agroindusri yang dilakukan pada suau wilayah dapa berbedabeda, erganung dari poensi perikanannya. Oleh karena iu, pendekaan yang diyakini sesuai unuk digunakan dalam perumusan kepuusan invesasi adalah pendekaan wilayah. Penggunaan pendekaan wilayah dalam pengembangan agroindusri perikanan sesuai dengan kebijakan yang diamanakan oleh BAPPENAS (24) dan DKP (24). Unuk membanu para pengambil kepuusan, dalam hal ini pemerinah daerah, menilai secara epa kepuusan invesasi agroindusri perikanan diwilayahnya, maka diperlukan ala banu penunjang kepuusan invesasi. Dalam kajian ini dikembangkan model Sisem Manajemen Ahli unuk membanu menunjang kepuusan invesasi agroindusri. Verifikasi kajian dilakukan di Kabupaen Tuban, salah sau wilayah di Jawa Timur yang mempunyai sumberdaya perikanan yang poensial, unuk menilai invesasi agroindusri perikanan apa yang layak dikembangkan di daerah ersebu. Tujuan Tujuan kajian ini adalah menghasilkan Sisem Manajemen Ahli unuk menunjang kepuusan invesasi dengan menggunakan pendekaan wilayah bagi pengembangan agroindusri perikanan dan kelembagaannya. 258

3 Bambang Herry Purnomo, Model Penunjang Kepuusan Invesasi Bagi Pengembangan Agroindusri Perikanan Ruang Lingkup Ruang lingkup kajian ini adalah : a. Obyek kajian adalah agroindusri perikanan yang berbasis komodias hasil lau. b. Wilayah pengembangan unuk invesasi agroindusri perikanan adalah daerah sesuai baas adminisrasi wilayah kabupaen. c. Model yang dikembangkan digunakan unuk mengambil kepuusan invesasi agroindusri perikanan di wilayah kabupaen. Sisemaika Penulisan Paper ini erdiri dari 6 bagian. Bagian perama berisi laar belakang, ujuan dan ruang lingkup kajian. Bagian kedua adalah injauan pusaka yang memua landasan eori. Bagian berikunya adalah meodologi yang memua kerangka pemikiran dan aa laksana kajian. Bagian keempa adalah perancangan model yang berisi ahap perancangan dengan pendekaan sisem. Bagian kelima adalah hasil dan pembahasan yang berisi verifikasi model. Bagian erakhir adalah kesimpulan dan saran. TINJAUAN PUSTAKA Sisem Manajemen Ahli (Exper Managemen Sysem) Sisem Manajemen Ahli (SMA) merupakan ala banu pengambilan kepuusan bagi manajer unuk menyelesaikan masalah yang sanga kompleks. SMA merupakan pengembangan dari Sisem Pendukung Kepuusan (SPK). Pengerian SPK menuru Turban (1993) adalah sisem kompuerisasi informasi yang menggunakan auran kepuusan dan modelmodel yang diakomodasikan dengan basis daa. Srukur dasar SPK erdiri dari dua basis informasi, yaiu manajemen basis daa dan manajemen basis model. Sedangkan pengerian Sisem Pakar menuru Marimin (25) adalah perangka lunak kompuer yang menggunakan pengeahuan, faka dan eknik inferensi unuk masalah yang biasanya membuuhkan kemampuan seorang ahli. Sisem Pakar merupakan salah sau bagian dari kecerdasan buaan. Turban (1993) menjelaskan bahwa SMA merupakan inegrasi anara SPK dengan Sisem Pakar (Exper Sysem). Inegrasi ersebu dapa berupa menyaukan Sisem Pakar ke dalam komponenkomponen SPK aau membuanya secara erpisah. Inegrasi Sisem Pakar pada SPK dapa dilakukan pada basis daa, basis model, sisem dialog, maupun rekayasa sisem dan pengguna. SMA erdiri dari iga basis sumberdaya informasi, yaiu Sisem Manajemen Basis Daa (Daa Base Managemen Sysem), Sisem Manajemen Basis Model (Model Base Managemen Sysem) dan Sisem Manajemen Basis Pengeahuan (Knowledge Base Managemen Sysem). Keiga basis informasi ersebu diolah dalam uni pemrosesan erpusa yang menerima masukan dari manajemen dialog (Eriyano, 1999). Srukur Sisem Manajemen Ahli dapa diliha pada Gambar 1. Pada model yang dikembangkan, Sisem Pakar diinegrasikan dengan eknik penalaran fuzzy unuk menenukan wilayah pengembangan agroindusri. Pengeahuan pakar dimanfaakan dalam benuk auran (rules). Meode yang digunakan dalam menganalisis pengambilan kepuusan berdasarkan rules ersebu adalah Fuzzy Exper Sysem. Sisem Pakar fuzzy (Fuzzy Exper Sysem) merupakan penerapan sisem fuzzy dalam sisem pakar unuk mereprensenasikan pengeahuan pada lingkungan yang idak pasi dan idak lengkap sera sanga kompleks. Sisem ersebu merupakan pengembangan sisem pakar yang menggunakan logika fuzzy secara keseluruhan, yang melipui gugus fuzzy, auran ifhen, sera proses inferensi (Marimin, 25). Sisem Manajemen Basis Model Modelmodel Kuaniaif Pengguna Sisem Manajemen Dialog Srukur Komunikasi Sisem Manajemen Basis Daa Pengguna Sisem Manajemen Basis Pengeahuan Auran (rules); Transformasi Jawaban; Query Generaion Pengguna Gambar 1 Srukur Sisem Manajemen Ahli Pendekaan Wilayah dalam Invesasi Agroindusri Menuru UndangUndang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 wilayah adalah ruang yang merupakan kesauan geografis segenap unsur yang erkai padanya yang baas dan sisemnya dienukan berdasarkan aspek adminisraif dan aau aspek fungsional. Pendekaan wilayah merupakan cara berfikir yang 259

4 Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.3 Hal , SepemberDesember 213, ISSN selalu memandang keerpaduan anara wilayah dengan obyek yang dikaji sebagai pijakan dalam merumuskan sisem pengelolaan aas obyek ersebu. Rusiadi e al (23) menjelaskan bahwa pendekaan wilayah melandaskan aas pemahaman karakerisik dan fenomena wilayah yaiu keerkaian berbagai unsur yang erdapa didalamnya sebagai dasar dalam merumuskan dan penyusunan kebijakannya. Dengan demikian pada pendekaan ersebu, aspek kewilayahan selalu dijadikan iik olak dalam menyelesaikan seiap permasalahan. Menuru Hanafiah (1998) kebijakan pembangunan yang berdasar pada aspek kewilayahan perlu diawali dengan idenifikasi dan analisis sumberdaya wilayah sera ujuan pemanfaaannya dengan selalu memperhaikan dampak yang diimbulkan akiba pembangunan ersebu. Hal ini berari bahwa sebelum kegiaan pembangunan dilaksanakan, maka langkah awalnya adalah melakukan penaaan ruang unuk meneapkan wilayah yang sesuai bagi seiap jenis akivias pembangunan dalam rangka meminimalisasi dampak negaif dan mencegah pemborosan sumberdaya wilayah. Bodie e al (25) dan Kadariah (1986) menyaakan bahwa invesasi adalah menanamkan modal dan menggunakan sumber daya dengan ujuan unuk mendapakan keunungan dan manfaa di masa mendaang. Menuru Kemenrian Kelauan dan Perikanan (24) kebijakan invesasi perikanan eruang dalam Perauran Pemerinah Nomer 54 Tahun 24 enang Bisnis Perikanan. Bisnis perikanan adalah enias bisnis priva aau legal unuk menangkap dan membudidayakan ikan ermasuk upaya peyimpanan, pembekuan dan pengawean unuk maksud komersial. Kusumasano (1994) menjelaskan bahwa invesasi agroindusri berperan dalam mensimulasi perumbuhan perekonomian di suau daerah. Salah sau fakor kunci unuk mencapai keberhasilan invesasi agroindusri adalah keepaan dalam perencanaan invesasi. Agar ujuan invesasi ercapai, maka wilayah dimana invesasi ersebu akan dilakukan haruslah mempunyai sumberdaya yang mendukung bagi pencapaian ujuan invesasi. Berolak dari konsepsi ersebu maka invesasi agroindusri perikanan diyakini sesuai jika dikembangkan dengan pendekaan wilayah. Berbeda dengan invesasi kebanyakan indusri yang semaamaa hanya berujuan memaksimalkan aspek ekonomi saja, maka dengan menggunakan filosofi pendekaan wilayah, ujuan pengembangan dan invesasi agroindusri perikanan bukan hanya mengopimalkan aspek finansial dan ekonomi, namun eap memperimbangkan keberlanjuan sumberdaya. METODOLOGI Kerangka Pemikiran Kajian ini didasari aas pemikiran bagaimana membangun model penunjang invesasi yang dapa menjaga keberlanjuan sumberdaya perikanan sehingga memberi manfaa yang maksimal bagi invesor agroindusri, masyaraka pelaku usaha perikanan skala kecil dan pemerinah daerah. Dalam mewujudkan hal ersebu maka erdapa enam ahapan yang akan dilakukan dalam kajian ini (Gambar 2), yaiu pemilihan wilayah pengembangan, penenuan komodias dan produk unggulan, analisis poensi bahan baku komodias unggulan, analisis kelayakan finansial dan penenuan kelembagaan usaha bagi usaha perikanan skala kecil. Mulai Pendekaan Sisem Pemilihan Wilayah Pengembangan Agroindusri (Meode Fuzzy Exper Sysem) Pemilihan Komodias Perikanan Unggulan (Meode Perbandingan Ekponensial) Pemilihan Produk Unggulan (Meode Indeks Perbandingan Kinerja) Analisis Poensi Bahan Baku Meode Regresi Polinomial dan Heurisik Analisis Kelayakan Finansial (NPV, B/C Raio, IRR, PBP) Penenuan Model Kelembagaan (Meode AHP) Model Sisem Manajemen Ahli unuk Menunjang Kepuusan Invesasi Menggunakan Pendekaan Wilayah unuk Pengembangan Agroindusri Perikanan dan Kelembagaannya Selesai Gambar 2. Diagram alir ahapan kajian 26

5 Bambang Herry Purnomo, Model Penunjang Kepuusan Invesasi Bagi Pengembangan Agroindusri Perikanan Idenifikasi Sisem Seelah kebuuhan seiap pelaku sisem diidenifikasi dan dieapkan sera formulasi permasalahan dienukan, maka selanjunya dibangun diagram inpuoupu sebagai dasar dalam merancang model SMA. Diagram inpuoupu model diunjukkan pada Gambar 3. Inpu Tak Terkendali Poensi Perikanan Harga Pasar Perminaan Pasar Tingka Bunga Inpu Terkendali Kapasias Produksi Srukur Biaya Invesasi Harga produk Wilayah Invesasi Inpu Lingkungan Kebijakan Pemerinah Kondisi Sosial Budaya Klimaologi MODEL SISTEM MANAJEMEN AHLI UNTUK MENUNJANG KEPUTUSAN INVESTASI BAGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERIKANAN MANAJEMEN PENGENDALIAN Gambar 3. Diagram inpu oupu Oupu Dikehendaki Lokasi Agroindusri Komodias Unggulan Agroindusri Unggulan Poensi Bahan Baku Kelembagaan Usaha Kelayakan Finansial Oupu Tak Dikehendaki Kelangkaan Bahan Baku Kerusakan Lingkungan Persaingan idak seha Dalam diagram inpuoupu, keluaran model yang akan dibangun diunjukkan oleh oupu dikehendaki, sedangkan masukan model direpresenasikan oleh inpu erkendali. Oupu ak erkendali adalah dampak buruk akiba kinerja sisem. Selanjunya, keluaran ini menjadi inpu bagi perekayasaan inpu erkendali melalui manajemen pengendalian. Konfigurasi Model Konfigurasi model SMA yang dibangun diunjukkan pada Gambar 4. Konfigurasi model pada sisem ini erdiri dari manajemen basis daa, manajemen basis model, manajemen basis pengeahuan, sisem pengolahan erpusa dan sisem dialog. Daadaa yang digunakan unuk perhiungan model disimpan pada manajemen basis daa, daa pakar disimpan pada manajemen basis pengeahuan, sedangkan subsub model disimpan pada manajemen basis model. Kedua manajemen ini erhubung melalui sisem pengolahan erpusa. Sisem ini menerima perinah dari manajemen dialog unuk melakukan proses kalkulasi sebagaimana perinah pengguna. Daa Manajemen Basis Daa Daa Permodalan/ Srukur Biaya Daa Krieria Pemilihan Wilayah Pengembangan Daa Krieria Pemilihan Komodias Perikanan Poensial Daa Krieria Pemilihan Agroindusri Perikanan Unggulan Daa Krieria Pemilihan Kelembagaan Daa Produksi Komodias Unggulan Model Manajemen Basis Model Sub Model Komodias Perikanan Poensial Sub Model Agroindusri Perikanan Unggulan Sub Model Kelayakan Finansial Sub Model Kelembagaan Sub Model Poensi Bahan Baku Sisem Pengolahan Terpusa Sisem Manajemen Dialog Pengguna Gambar 4 Konfigurasi model yang dibangun Tabel 1 Krieria Bahan baku (BB) Sarana & prasarana (SP) Agroindusri (A) Wilayah Agroindusri (WA) Tidak Poensial 1..5 Kisaran nilai numerik seiap variabel linguisik Variabel Linguisik R S T TT KT TS T K B TP KP P Kurang Poensial Pengeahuan Manajemen Basis Pengeahuan Sisem Pakar Fuzzy Penenuan Wilayah Pengembangan Agroindusri Inerval Nilai Poensial p Gambar 6 Represenasi variabel wilayah agroindusri dengan model TFN Berdasarkan konsulasi pakar, maka dikembangkan auran unuk proses inferensi. Auran yang dikembangkan 261

6 Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.3 Hal , SepemberDesember 213, ISSN berjumlah 5 auran, sebagaimana diunjukkan Tabel 2. Tabel 2. Auran pakar unuk proses inferensi Aneseden Konsekuen IF BB = R THEN WA = TP IF SP = TT THEN WA = TP BB = T AND IF SP = TS THEN WA = P BB = S AND IF SP = KT THEN WA = KP BB = T AND IF SP = KT THEN WA = P pada Meode penalaran yang digunakan adalah MAMDANI, dengan fungsi implikasi MIN, meode agregasi MAX dan defuzzifikasi menggunakan meode cenroid. Sub Model Komodias Perikanan Unggulan Sub model ini berujuan unuk menenukan komodias perikanan unggulan di wilayah erpilih. Meode yang digunakan pada sub model ini adalah Meode Perbandingan Eksponensial (MPE) yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan spreadshee Microsof Excel. Berdasarkan rujukan pusaka dan konsulasi pakar, maka dieapkan 5 krieria pemilihan komodias unggulan, yaiu 1) Nilai ekonomis; 2) Basis agroindusri; 3) Bahan baku; 4) Peluang produksi; dan 5) Diversifikasi. Bobo krieria dienukan dengan meode perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Selanjunya dienukan skornya dengan menggunakan persamaan beriku ini. komodias yang mempunyai skor eringgi sebagai komodias unggulan Toal nilai (TN i) = dimana : m j1 (RK ) ij TKKj TN i = Toal nilai alernaif kei RK ij = Deraja kepeningan relaif krieria kej pada pilihan kepuusan i TKK j = Deraja kepeningan krieria kepuusan kej; TKK j > ; bula n = Jumlah pilihan kepuusan m = Jumlah krieria kepuusan Marimin (24) Sub Model Produk Unggulan Sub model ini berujuan unuk menenukan agroindusri unggulan berbasis komodias unggulan unuk dikembangkan pada wilayah pengembangan yang erpilih. Meode yang digunakan pada sub model ini adalah meode Indeks Perbandingan Kinerja (CPI). Program kompuer yang digunakan dalam sub model ini adalah spreadshee Microsof Excel. Unuk memilih alernaif produk unggulan, maka dieapkan 5 krieria, yaiu 1) Peluang Pasar; 2) Resiko Produk; 3) Teknologi; 4) B/C raio; dan 5) Dampak Ganda. Bobo krieria dienukan dengan meode perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Penilaian dilakukan oleh narasumber ahli dengan menggunakan skala numerik anara sampai 1. Khusus nilai B/C nilainya dieapkan berdasarkan kajian pusaka dan bukan berbenuk nilai skor. Selanjunya adalah melakukan konversi nilai dengan prinsip Comparaive Performance Indeks (CPI). Caranya adalah dengan mengkonversi nilai penilaian erkecil dari seiap krieria dengan nilai 1. Kemudian nilainilai lainnya dikonversikan menggunakan basis nilai erkecil dikalikan 1. Formula unuk konversi nilainilai krieria dan penenuan skor alernaif diunjukkan oleh persamaan beriku ini: A ij = X ij(min) x 1 / X ij (min) A (i+1.j) = (X (1+1.j) )/ X ij (min) x 1 I ij = A ij x P j I i dimana : A ij X ij (min) A (i+1.j) X (i+1.j) P j I ij I i Marimin (24) n = ( i1 I ij ) = Nilai alernaif kei krieria kej Nilai alernaif kei krieria awal = minimum kej = Nilai alernaif kei+1 krieria kej = Nilai alernaif kei+1 krieria kej = Bobo kepeningan krieria kej = Indeks alernaif kei = Indeks gabungan alernaif kei Sub Model Poensi Bahan Baku Sub model ini berujuan unuk menenukan poensi bahan baku komodias unggulan. Penenuan poensi diawali dengan memperkirakan jumlah bahan baku menggunakan eknik regresi polinomial berderaja 3 dan 4. Hasil prakiraan selanjunya digunakan unuk menenukan poensi bahan baku dengan pendekaan heurisik. Prakiraan jumlah bahan baku Teknik yang digunakan dalam memperkirakan jumlah bahan baku adalah regresi polinomial. Benuk umum regresi polinomial adalah sebagai beriku: 2 Y X X... X o 1 Noasi X merupakan variabel bebas dan Y adalah variabel idak bebas. Dalam 2 r r 262

7 Bambang Herry Purnomo, Model Penunjang Kepuusan Invesasi Bagi Pengembangan Agroindusri Perikanan model regresi polinomial yang akan digunakan, variabel Y adalah hasil perkiraan bahan baku dan X adalah variabel waku. Noasi, 1... merupakan nilai o koefisien yang diesimasi dengan menggunakan meode Leas square polinomial (Mongomery, 1991). Penenuan poensi bahan baku Poensi bahan baku dapa dienukan jika prakiraan bahan baku elah dikeahui. Selain iu komponen lain yang harus dikeahui adalah jumlah agroindusri skala kecil yang menggunakan bahan baku ersebu sera kapasias produksi raaraa dari agroindusri ersebu. Unuk menenukan poensi bahan baku maka digunakan persamaan sebagaimana beriku ini: ToJP ToJA n i1 r p1 JP i JA p i 1,2,3...,n p 1,2,3,...,r Po ToJP ( ToJA * Kap) dimana; ToJP ToJA Po Kap i p = Produksi komodias unggulan dari wilayahwilayah yang dieapkan. = Jumlah agroindusri skala kecil yang menggunakan basis komodias yang sama dengan proyek agroindusri yang akan diinvesasikan. = Poensi bahan baku = Kapasias produksi raaraa agroindusri kecil = Wilayah menghasilkan bahan baku = jumlah agroindusri skala kecil Apabila kapasias produksi dari proyek agroindusri dikeahui maka dapa dienukan jumlah agroindusri yang diperlu diinvesasikan (dibangun) pada wilayah ersebu, aau sebaliknya jusru idak perlu unuk melakukan invesasi pada wilayah ersebu karena bahan baku yang idak mencukupi. Po IF Kp Po THEN JPB Kp IF Kp Po THEN JPB dimana; Kp = Kapasias produksi dari proyek agroindusri JPB = Jumlah proyek agroindusri yang dibangun pada wilayah erpilih Sub Model Kelayakan Finansial Sub model ini berujuan unuk menilai kelayakan finansial proyek agroindusri yang akan dikembangkan. Krieria finansial yang digunakan unuk menilai kelayakan agroindusri adalah Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), Ne Benefi Cos r Raio (B/C Raio) dan Pay Back Period (PBP). Deskripsi dan persamaan maemais krieriakrieria ersebu dijelaskan sebagai beriku : NPV = Merupakan perbedaan anara nilai sekarang (presen value) dari manfaa dan biaya. Jika NPV posiif, maka invesasi layak dilakukan. IRR = Merupakan suau ingka pengembalian modal yang digunakan dalam suau proyek. Apabila nilai IRR > dari Discoun Facor, maka invesasi layak B/C raio dilakukan = Merupakan perbandingan seluruh keunungan dengan oal biaya selama ahun proyek. Jika B/C > 1, maka invesasi layak dilakukan PBP = Menunjukan periode yang diperlukan unuk menuup kembali invesasi dengan menggunakan aliran kas bersih NPV dimana : n 1 B C i B = benefi social bruo proyek ahun ke C = besarnya biaya social bruo proyek pada ahun ke = ahun ke n = umur ekonomis proyek i = ingka suku bunga yang berlaku (persen) IRR i dimana; NPV i1 NPV1 NPV 2 i NPV 1 = NPV pada suku bunga i 1 NPV 2 = NPV pada suku bunga i 2 i 1 = nilai i dengan NPV bernilai posiif i 2 = nilai i dengan NPV bernilai negaif n B C Ne B/C n 1 i C B 1 i Invesasiawal PBP Aliran kas bersih Analisa sensiivias digunakan unuk menilai seberapa jauh perubahan suau parameer erhadap kepuusan kelayakan invesasi. Analisa ini dilakukan karena 263

8 Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.3 Hal , SepemberDesember 213, ISSN semua parameer proyek mempunyai keidakpasian, apalagi unuk proyekproyek yang mempunyai umur yang panjang. (Giinger JP. 1986) Sub Model Wilayah PengembanganAgroindusri Keluaran dari sub model ini adalah wilayah yang poensial bagi invesasi agroindusri perikanan di wilayah kabupaen. Dalam sudi kasus di Kabupaen Tuban, pemilihan wilayah dilakukan disejumlah wilayah kecamaan. yang mempunyai poensi perikanan hasil lau, yaiu kecamaan Palang, Tuban, Jenu, Tambakboyo dan Bancar. Krieria pemilihan yang digunakan ercanum pada Tabel 3. Tabel 3 Krieria pemilihan wilayah Krieria Bahan baku Sarana dan prasarana Agroindusri Deskripsi Jumlah produksi hasil perikanan agrega suau wilayah dan koninuias penyediaannya Keersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki suau wilayah, seperi fasilias jalan ransporasi, pendaraan ikan, uilias (air, lisrik, elepon) Jumlah dan perkembangan agroindusri perikanan milik masyaraka yang erdapa pada suau wilayah Fuzzy exper sysem dikembangkan dengan menggunakan Tool Box Malab 6.. Inpu dari aplikasi ersebu adalah nilai numerik dengan skala sampai 1 unuk masingmasing krieria. Demikian juga oupu dari aplikasi merupakan nilai numerik dengan inerval yang sama. Semakin inggi nilai yang diberikan, maka semakin inggi pula nilai dari oupu yang berari semakin inggi pula poensi suau wilayah unuk dipilih. Aplikasi Tool Box Malab unuk sub model pemilihan wilayah diunjukkan pada Gambar 7. Pemilihan wilayah pengembangan agroindusri di Kabupaen Tuban dilakukan dengan memina penilaian narasumber ahli yang berasal dari insansi pemerinah. Pendapa kedua narasumber ersebu selanjunya dilakukan raaraa secara geomerik dan hasilnya digunakan sebagai masukan model. Hasil penilaian dan keluaran model diunjukkan pada Tabel 4. Wilayah yang paling poensial unuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan adalah Kecamaan Palang dengan nilai 73.2, sedangkan Kecamaan Tuban mempunyai nilai erendah Apabila diliha dari nilai numeriknya, maka Kecamaan Tuban adalah wilayah yang paling idak poensial dibanding wilayah lainnya. Namun berdasarkan represenasi wilayah yang dibangun dengan logika fuzzy, Kecamaan Tuban mempunyai predika yang sama dengan Kecamaan Jenu, Bancar dan Tambokboyo, dinyaakan kurang poensial. Tabel 4 Hasil penilaian dan keluaran model Wilayah Inpu Keluaran Model Bahan Baku Sarana Agroindusri Nilai Linguisik Jenu Kurang Poensial Tuban Kurang Poensial Palang Poensial Tambak Boyo Kurang Poensial Bancar Kurang Poensial Gambar 7 Aplikasi Tool Box Malab Sub Model Komodias Perikanan Unggulan Alernaif komodias yang dipilih erdiri dari empa jenis komodias, yaiu 1) ikan Tembang; 2) ikan Teri; 3) Rebon; dan 4) Rajungan. Penenuan alernaif ersebu didasarkan aas jumlah produksi dan nilai ekonomis komodias. Sedangkan krieria yang digunakan dalam pemilihan komodias unggulan diunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Krieria pemilihan komodias Krieria Nilai ekonomis Basis agroindusr i Bahan baku Peluang produksi Diversifika si Deskripsi Harga jual komodias dan poensi pasarnya Volume komodias yang elah dimanfaakan sebagai bahan baku agroindusri pada wilayah erpilih Volume dan koninuias penyediaan komodias Poensi komodias dimanfaakan oleh agroindusri Poensi komodias unuk diolah menjadi beragam produk olahan Pemilihan komodias unggulan di Kabupaen Tuban dilakukan dengan menilai seiap alernaif komodias erhadap krierianya. Penilaian dilakukan oleh dua orang narasumber ahli yang berasal dari insansi pemerinah. Hasil perhiungan yang diperoleh dengan menggunakan meode MPE diunjukkan pada Tabel 6. Pada Tabel ersebu diunjukkan bahwa komodias ikan 264

9 Bambang Herry Purnomo, Model Penunjang Kepuusan Invesasi Bagi Pengembangan Agroindusri Perikanan eri mempunyai nilai MPE yang paling inggi dibandingkan lainnya. Berikunya adalah ikan embang dan rajungan, sedangkan rebon (udang kecil) mempunyai nilai MPE erendah. Berdasarkan nilai ersebu maka ikan eri mempunyai priorias eringgi unuk dikembangkan dan menjadi komodias unggulan pada Kecamaan Palang. Tabel 6 Hasil perhiungan pemilihan unggulan Alernaif Komodias Nilai MPE Priorias Ikan Tembang Ikan Teri Rebon Rajungan Sub Model Produk Unggulan komodias Alernaif produk unggulan yang akan dikembangkan adalah 1) ikan eri basah; 2) ikan eri asin kering; dan 3) balado ikan eri. Keiga alernaif ersebu selanjunya dipilih menggunakan lima krieria sebagaimana diunjukkan oleh Tabel 7. Tabel 7 Krieria pemilihan produk unggulan Krieria Peluang Pasar Resiko Produk Teknologi B/C raio Dampak Ganda Deskripsi Harga jual produk olahan dan peluang pasarnya Resiko kerusakan produk olahan dan kesabilan harganya Kemudahaan, fleksibilias dan nilai invesasinya Perbandingan keunungan oal dibandingan seluruh biaya yang dikeluarkan Pengaruhnya erhadap akivias usaha masyaraka di sekiar seandainya agroindusri yang dipilih dilksanakan Hasil pemilihan dengan menggunakan meode Comparaive Performance Indeks (CPI) disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil perhiungan CPI unuk pemilihan produk unggulan Produk Unggulan Nilai CPI Priorias Ikan Teri basah Ikan Teri Asin Kering Balado Teri Pada Tabel 8 diunjukkan bahwa produk unggulan yang erpilih unuk dikembangkan adalah ikan eri asin kering dengan nilai CPI Priorias kedua adalah balado eri dan berikunya ikan eri basah. Berdasarkan obsevasi lapang, maka ersebu elah sesuai dengan realias yang ada di wilayah pengembangan yang erpilih, yaiu Kecamaan Palang. Di wilayah ersebu jumlah produksi ikan erinya raaraa 25.4% dari seluruh produksi perikanan. Jumlah agroindusri pengolahan eri asin kering skala kecil pada ahun 25 adalah 36 uni aau 3% dari jumlah agroindusri pengolahan eri asin di wilayah Kabupaen Tuban. Umumnya usaha ersebu masih menggunakan eknologi radisional. Poensi ersebu menggambarkan bahwa produk ikan eri asin kering elah menjadi salah sau usaha pengolahan perikanan uama dan bagi masyaraka, walaupun pemasaran produknya masih bersifa lokal. dimana : y a bx cx 2 dx y = Jumlah produksi ikan eri b = Variabel waku a = b = c = d = e = ex Oleh karena berbagai parameer yang digunakan dalam penilaian berada dalam keadaan dinamis, maka dikembangkan empa skenario dalam analisis sensiivias unuk menilai apakah dengan perubahan parameerparameer ersebu agroindusri eap layak dilaksanakan. Skenario yang dikembangan adalah sebagai beriku: Skenario A = Harga bahan baku naik 1% dan harga jual urun 1% Skenario B = Harga bahan baku naik 2% dan harga jual eap Skenario C = Harga bahan baku eap dan harga jual urun 2% Skenario D = Harga bahan baku naik 2%; harga jual naik 1% dan harga bahan bakar naik 1% Skenario E = Harga bahan baku naik 1%; kondisi lain eap Skenario F = Harga jual urun 1%; kondisi lain eap 4 265

10 Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.3 Hal , SepemberDesember 213, ISSN Sub Model Kelembagaan Berdasarkan hasil pengkajian yang mendalam, maka dapa dapa dienukan komponen besera hierarki sisemnya (Gambar 8). Srukur hierarki sisem kelembagaan erdiri dari dari aas empa jenjang. Jenjang perama adalah akor yang berperan dalam penenuan benuk kelembagaan. Jenjang kedua adalah fakor yang diperimbangkan dalam kelembagaan. Jenjang keiga adalah ujuan yang mencerminkan keadaan yang akan dicapai melalui kelembagaan yang akan dipilih. Jenjang keempa adalah alernaif, yaiu benukbenuk kelembagaan yang akan dipilih unuk pengembangan agroindusri. Nilai priorias unuk seluruh komponen diunjukkan Gambar 8. Agroindusri.435 Bahan Baku.198 Akses Modal.38 Klaser Agroindusri.289 Kelembagaan Usaha Agroindusri Perikanan Teknologi.246 Manajemen.22 KUB.362 Nelayan.395 Pasar.363 Daya Saing.29 Koperasi.22 Pemerinah.169 Modal.193 Kesinambungan.181 Senra Indusri.147 Gambar 8 Nilai priorias seluruh komponen pada semua jenjang hierarki Berdasarkan nilai prioriasnya, pada jenjang perama pelaku yang paling berperan dalam penenuan benuk kelembagaan adalah agroindusri (43.5%), berikunya adalah nelayan (39.5%) dan pemerinah (16.9%). Peranan pemerinah paling rendah dibandingkan keiga kedua pelaku lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa inisiaif dalam membangun kelembagaan lebih banyak dienukan oleh pelaku agroindusri sendiri dan nelayan, sedangkan pemerinah hanya berperan sebagai fasiliaor Pada jenjang kedua, fakor yang paling diperimbangkan dalam penenuan kelembagaan adalah pasar (36.3%), kemudian eknologi (24.6%), berikunya adalah bahan baku (19.8%) dan yang erakhir adalah modal (19.3%). Hasil ersebu menunjukkan bahwa kelembagaan harus memperimbangkan kharakerisik dari usaha kecil yang sanga berbeda dari segi pasar, eknologi, pengadaan bahan baku dan modal usaha dibandingkan indusri menengah aau besar Pada jenjang keiga, ujuan yang paling diprioriaskan dengan adanya kelembagaan ini adalah akses modal (3.8%), daya saing (29.%), kemudahan manajeman (22.%) dan kesinambungan usaha (18.1%). Hasil ersebu mempunyai ari bahwa kelembagaan yang dipilih harus mempunyai kemampuan unuk membuka akses permodalan bagi agroindusri skala kecil. Kelembagaan juga diharapkan dapa menjadi sarana bagi proses ransformasi eknologi bagi agroindusri kecil agar kualias produk yang dihasilkan meningka dan mempunyai daya saing yang inggi. Kelembagaan yang dipilih juga harus mampu memberikan keleluasaan dan kemudahan bagi para pelaku agroindusri skala kecil. Kompleksias lembaga jusru akan menyulikan dan menghamba kinerja agroindusri. Priorias erakhir adalah kemampuan kelembagaan unuk menjamin keberlangsungan usaha kecil eruama erhadap persaingan yang idak seha. Benuk kelembagaan yang paling sesuai bagi agroindusri skala kecil pada wilayah yang erpilih adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB) (36.2%), berikunya adalah klaser agroindusri (28.9%), koperasi (2.2%) dan senra indusri (14.7%). Kelompok usaha bersama merupakan benuk penaaan kelembagaan yang mendasarkan pada pola kerjasama bisnis anara keompok hulu (nelayan) dengan kelompok hilir (agroindusri). Tujuan uama KUB adalah menginegrasikan akivias bisnis dan memberdayakan ase bersama sehingga proses ransformasi eknologi, peluang pasar dan manajemen dapa berlangsung lebih efisien dan cepa. KUB dapa erdiri dari hanya beberapa pelaku kelompok hilir dan kelompok hulu yang menjalin kesepakaan bersama dalam usaha, akan eapi KUB juga dapa dibenuk oleh banyak pelaku. Oleh karena iu srukur organisasi KUB bersifa fleksibel karena dapa disesuaikan dengan kemampuan anggoa KUB. Bagi indusri kecil kelembagaan ini diyakini dapa berjalan efekif karena KUB selain mempunyai ujuan bisnis, umunya juga dilandasi dengan sifasifa persaudaraan dan kekeluargaan.. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian, maka dapa diambil beberapa kesimpulan, anara lain sebagai beriku:. a. Invesasi agroindusri perikanan diperlukan dalam rangka mengoimalkan pemanfaan sumberdaya perikanan, menumbuhkan 266

11 Bambang Herry Purnomo, Model Penunjang Kepuusan Invesasi Bagi Pengembangan Agroindusri Perikanan dan mengembangkan agroindusri perikanan. b. Keersediaan sumberdaya perikanan dan keberlangsungan agroindusri perikanan skala kecil perlu diperhaikan dalam perencanaan invesasi pada suau wilayah. Oleh karena iu diperlukan kebijakan pemerinah yang mengaur enang ingka invesasi agroindusri. c. Model penunjang kepuusan invesasi dikembangkan dalam benuk Sisem Manajemen Ahli dengan menggunakan pendekaan wilayah. Model ersebu erdiri dari enam sub model, yaiu sub model wilayah pengembangan agroindusri, sub model komodias perikanan unggulan, sub model produk unggulan, sub model poensi bahan baku, sub model kelayakan finansial dan sub model kelembagaan. d. invesasi agroindusri dengan kapasias produksi 1 on bahan baku ikan eri per hari adalah layak. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa kelembagaan usaha yang sesuai bagi pengembangan agroindusri pengolahan ikan eri asin skala kecil adalah Kelompok Usaha Bersama (KUB). Saran Kajian yang diperlukan dalam rangka mengembangkan model SMA invesasi adalah sebagai beriku: a. Membangun model dinamis unuk mengkaji jumlah produksi ikan eri. b. Aplikasi model yang dikembangkan dengan spreadshee Microsof Excel dirasakan masih mempunyai banyak keerbaasan, eruama unuk jaringan inerface dan penyimpanan daa. Oleh karena iu perlu dikembangkan program aplikasi yang berbasis bahasa kompuasi erenu agar kinerja sisem dapa lebih opimal dan fleksibel. DAFTAR PUSTAKA Ausin JE Agroindusrial Projec Analysis. Criical Design Facors. EDI Series in Economic Developmen. Balimore and London : The John Hopkins Universiy Press. BAPPENAS. 24. Taa Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan unuk Percepaan Pembangunan Daerah. Jakara: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Bodie Z. Kane A. Markus AJ. 25. Invesmen Six Ediion. Mc. New York: Mc. Graw Hill. Companies Incorporaion. Dahuri R. 23. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelauan [orasi ilmiah]. Bogor: FPIK IPB. DKP. 24. Revialisasi Perikanan. Jakara: Dinas Kelauan dan Perikanan. Diskanlu Kabupaen Tuban Laporan Tahunan. Dinas Perikanan dan Kelauan Kabupaen Tuban. Eriyano Ilmu Sisem: Meningkakan Muu dan Efekifias Manajemen. Bogor: IPB Press. Fauzi A. 22. Evaluasi Saus Keberlanjuan Pembangunan Perikanan: Aplikasi Meode Rapfish. Jurnal Pesisir dan Lauan. 4 (3). Giinger JP Analisis Ekonomi Proyekproyek Peranian. Jakara: UIPressJohns Hopkins. Hanafiah Pendekaan Wilayah dalam Pembangunan Pedesaan. Bogor: Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Peranian IPB. Harris JM. 21. A Survey of Susainable Developmen: Social and Economic Dimensions. The Global Developmen and Enviromen. Washingon, Covelo, London: Insiue Tufs Universiy Island Press. Hara M. Baron J. 27. Balancing Local Ownership wih Foreign Invesmen in a Small Island Island Fishery. Ocean & Coasal managemen. 5. Harono TT. Nasuion Z. 25. Aspekaspek Sosial Budaya dalam Kerangka Upaya Pemberdayaan masyaraka Nelayan di Indonesia. Jurnal Peneliian Perikanan Indonesia. Edisi Sosial Ekonomi. 11 (3). Kadariah Evaluasi Proyek: Analisa Ekonomi. Edisis Dua. Jakara: Lembaga Penerbi Fakulas EkonomiUI. Kemenrian Kelauan dan Perikanan. 24. Invesmen Opporuniies. Jakara: Minisry of Marine Affairs and Fisheries Republic of Indonesia. Kusumadewi K. 22. Analisis dan desain Sisem Fuzzy Menggunakan Tool Box Malab. Jakara: Graha Ilmu. Kusumasano T An Invesmen Sraegy for he Developmen of Brackiswaer Shrimp Aquaculure 267

12 Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.3 Hal , SepemberDesember 213, ISSN Indusry in Indonesia [diseraion]. Alabama: Auburn Universiy. Ma arif MS dan Tandjung. 23. Teknikeknik Kuaniaif unuk Manajemen. Jakara: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Marimin. 24. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Kepuusan Krieria Majemuk. Jakara: Grasindo. Marimin. 25. Teori dan Aplikasi Sisem Pakar dalam Teknologi Manajerial. Bogor: IPB Press. Mardle S dan Pascoe S. 22. Use of Evoluionary Mehods for Bioeconomic Opimizaion Models: An Applicaion o Fisheries. Agriculure Sysem. 66. Mongomery DC Design and Analysis of Experimens (3 rd ). New York Chicheser Brisbane Torono Singapure : John Wiley & Sons. Murillas A. Chamorro JM. 26. Valuaion and Managemen of Fishing Resources under Price Uncerainy. Journal Environmenal & Resources Economic

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN The Sraegy For Selecing The Excellen Produc and Financial Analysis of Sesame Agroindusry Luluk Sulisiyo Budi 1, M. Syamsul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Sistem

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Sistem 8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Sisem Sisem didefinisikan sebagai seperangka elemen aau sekumpulan eniy yang saling berkaian, yang dirancang dan diorganisir unuk mencapai sau aau beberapa ujuan (Manesch

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam usaha unuk memenuhi kebuuhan hidupnya manusia berupaya mengeksploiasi sumberdaya alam yang ada di sekiarnya. Keerganungan manusia erhadap sumberdaya alam elah erjadi sejak

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci