BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Industri manufaktur yang"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Perusahaan Pabrik Gula Kwala Madu merupakan Indusri manufakur yang memproduksi gula. PT. Perkebunan Nusanara II merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Indusri pangan yang dibuuhkan oleh masyaraka banyak. Bahan baku uama pembuaan gula adalah ebu yang idak jauh dari pabrik, sedangkan bahan ambahan unuk pembuaan gula adalah air, susu kapur, Gas belerang, floculan dan asam phospa. Pabrik Gula Kwala Madu memproduksi gula benuk krisal dan gula ees yang dapa dijual ke pabrik kecap. Produk gula yang dihasilkan hanya memenuhi kebuuhan dalam negeri saja, khususnya di daerah Pulau Sumaera. Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu berada di Kwala Begumi, Kecamaan Saba, Kabupaen Langka, kira-kira 36 km dari Koa Medan. Lokasi ini jauh dari keramaian penduduk dan cukup deka dengan lokasi bahan baku yaiu Perkebunan ebu yang berada di sekiar pabrik. Terdapa 4 komponen dasar merupakan kerangka dalam memberikan definisi dari suau srukur organisasi, yaiu: 1. Srukur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian ugasugas sera anggung jawab kepada individu maupun bagian-bagian pada sau organisasi. 2. Srukur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan laporan yang dieapkan secara resmi dalam suau organisasi

2 3. Srukur organisasi juga meneapkan sisem hubungan dalam organisasi, yang memungkinkan ercapainya komunikasi, koordinasi dan penginegrasian segenap kegiaan organisasi, baik kearah verikal maupun horizonal. 4. Srukur organisasi meneapkan pengelompokan individu menjadi bagian organisasi. II.2 Pengerian Bahan Baku Menuru M. Alan Jayaamaja, bahan baku adalah bahan yang dipergunakan dalam proses produksi pada periode bersangkuan. Bahan baku yang akan dielii Penulis di Pabrik Gula Kwala Madu adalah bahan baku penolong. Unuk bahan baku uama dalam pembuaan gula adalah ebu yang ergolong kepada genus saccharum. Tebu dapa umbuh di daerah ropis sampai pada keinggian 1400 m dpl. Perumbuhan dan kualias anaman ebu dipengaruhi oleh : - Keadaan iklim - Keadaan anah - Pengairan - Pembibian - Penyaki ebu - Cara penanaman ebu - Pemakaian pupuk Tanaman ebu dipanen seelah anaman memiliki kadar gula yang cukup inggi (umur bulan). Tebu yang dipanen menunggu diperas selama maksimal 24 jam, apabila lebih dari 24 jam maka akan erjadi perubahan rasa ebu menjadi asam dan kadar sukrosa berkurang.unuk bahan baku penolong dalam proses produksi dan merupakan komposisi produk adalah sebagai beriku :

3 1. Susu Kapur ( CaOH 2 ) Susu kapur dibua dari pembakaran bau kapur sehingga berubah menjadi kapur ohor, kemudian disiram dengan air panas, sehingga menghasilkan susu kapur. Pemberian susu kapur berujuan unuk pemurnian air nira. Air panas berasal dari proses kondensasi uap evaporaor, yaiu air bersih dengan emperaur 60 0 C yang berfungsi sebagai: - Pelaru kapur yang mempercepa erjadinya laruan susu kapur (Ca(OH) 2 ) - Air imbibisi pada sasiun gilingan unuk meningkakan nira - Siraman pada saringan hampa udara - Kapur ohor dijadikan susu kapur unuk menaikkan PH nira 9,0 9,5. Dalam pembenukan susu kapur, kapur ohor diemulsikan dalam air sampai suau deraja kepekaan erenu. Di PG Sulfiasi, susu kapur disiapkan dengan kepekaan seara gr CaO/lier. Susu kapur bila diberikan kepada nira akan bereaksi dengan asam dan kooran sehingga erjadi peneralan dan pembenukan endapan yang mudah dipisahkan. Menuru P3GI (Pusa Peneliian Perkebunan Gula Indonesia), kapur ohor dikaakan baik apabila memenuhi keenuan sebagai beriku : Tabel II.1 Sandar Kapur Tohor Parameer Persenase Kadar CaO % Za Tak Laru dalam HCl Maks. 2 % Asam Kiesel Maks. 2 % Oksida besi dan aluminium Maks. 2 % Oksida magnesium Maks. 2 % Sulfa Maks. 0.2 %

4 2. Gas Sulfi (SO 2 ) Gas sulfi diperoleh dari pembakaran belerang dalam abung belerang, dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja dinyalakan, kemudian selanjunya dialirkan ke udara kering. Tujuan pemberian gas sulfi adalah: - Meneralkan kelebihan air kapur pada nira yang erkapur, sehingga ph mencapai 7,2 7,4 dan membanu erbenuknya endapan Ca(SO 3 ) 2 - Memucakan warna laruan nira kenal berpengaruh pada warna gula. Pemurnian sulfiasi dilakukan dengan menggunakan Ca(OH) 2 dan gas SO 2. Penambahan Ca(OH) 2 pada nira menah dilakukan unuk mendapakan basa pada nira, karena pengendapan kooran yang dibawa nira lebih banyak. Kelebihan Ca(OH) 2 akan dineralkan gas SO 2 yang berasal dari pembakaran belerang pada. Macam-macam sulfiasi : a. Sulfiasi Asam Nira menah disulfiasi pendahuluan dengan gas sulfa ph rendah (6,5) dengan neralisasi penambahan susu kapur hingga mencapai ph 7 7,2. b. Sulfiasi Neral Nira menah diambah susu kapur hingga ph 8 8,5, kemudian dialiri gas sulfi hingga ph 7 7,2. c. Sulfiasi Basa Nira menah diberi susu kapur sampai ph 10,5 kemudian kelebihan susu kapur ini dineralkan dengan gas sulfi (SO 2 ) hingga ph 7-7,2.

5 3. Cousic Soda (NaOH) NaOH digunakan unuk pembersihan (skrap) berfungsi sebagai pelunak kerak-kerak yang erbenuk sehingga idak menghalangi proses pindah panas dalam nira. 4. Floculan Penambahan floculan adalah dengan membenuk flok dari parikel kooran erlaru yang erdapa pada nira sehingga lebih mudah disaring. 5. Phospa (PO 4 ) Pemberian phospa berujuan unuk meningkakan kadar phospa yang erdapa pada nira yang kadarnya lebih kecil dari 300 ppm. Jika kadar phospa lebih dari 300 ppm maka idak perlu diambahkan phospa. 6. Buckom Manfaa buckom anara lain adalah sebagai pengawe pada nira yang belum diolah, memisahkan buiran gula dengan yang lain, sehingga krisal gula lebih mudah dipisahkan. II.3 Pengerian dan Fungsi Persediaan Persediaan dierjemahkan dari kaa invenory yang merupakan imbunan barang (bahan baku, komponen, produk seengah jadi, aau produk akhir, dll) yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safey aau buffer-sock) unuk manghadapi kelangkaan pada saa proses produksi sedang berlangsung. Rangkui menyaakan bahwa persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang erdapa dalam perusahaan unuk proses produksi, sera barang-barang jadi aau produk yang disediakan unuk

6 memenuhi perminaan dari konsumen aau pelanggan seiap waku.baroo menyaakan bahwa persediaan adalah bahan menah, barang dalam proses (work in process), barang jadi, bahan pembanu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam anisipasinya erhadap perminaan. Dari beberapa definisi di aas, dapa disimpulkan bahwa persediaan adalah maerial yang berupa bahan baku, barang seengah jadi, aau barang jadi yang disimpan dalam suau empa dimana barang ersebu menunggu unuk diproses. Ada beberapa fungsi pening persediaan yang diadakan mulai dari benuk bahan menah sampai menjadi barang jadi anara lain: 1. Menghilangkan resiko keerlambaan daangnya bahan baku. 2. Menghilangkan resiko dari bahan yang berkualias idak baik 3. Menganisipasi bahan - bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapa digunakan bila bahan iu idak ada di pasaran. 4. Memperahankan sabilias operasi perusahaan. 5. Mencapai penggunaan mesin yang opimal. 6. Memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan, dengan menjamin keersediaan oupu. 7. Membua pengadaan sesuai dengan penggunaan aau penjualannya. Dalam penyediaan bahan baku, erdapa biaya biaya yang dikeluarkan yaiu: A. Biaya Pemesanan (Ordering Cos - Cr) Biaya pemesanan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan unuk seiap kali pemesanan. Yang ermasuk dalam biaya pemesanan adalah biaya pemeriksaan, biaya adminisrasi yang berhubungan dengan pemesanan bahan.

7 B. Biaya Penyimpanan (Carrying Cos - Cc) Biaya penyimpanan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan karenapersediaan yang disimpan di gudang. Biaya ini melipui: - Biaya Sewa Gudang Sejumlah uang yang harus dikeluarkan unuk menyewa empa menyimpan barang persediaan selama periode penyimpanan. - Biaya Asuransi Biaya unuk mengasuransikan barang yang disimpan unuk menjaga hal hal yang idak diinginkan, seperi kebakaran. - Biaya Kerusakan dan Penyusuan Biaya yang imbul akiba kerusakan dan penyusuan barang yang dapa mengurangi nilai karena bera berkurang aau hilang. C. Biaya Kehabisan Persediaan (Shorage Cos- K) Adanya biaya kehabisan persediaan erjadi karena adanya kekurangan dan keidakersediaan persediaan bahan pada saa dibuuhkan. Yang ermasuk dalam biaya kehabisan persediaan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan karena dilakukannya pemesanan darura. Pada beberapa siuasi erenu, bukan idak mungkin erjadi kehabisan persediaan, arinya kemungkinan erjadinya bahwa perminaan idak dapa dipenuhi dengan persediaan aau produksi yang ada. Hal demikian sering merupakan seuau yang idak dikehendaki sehingga harus dianisipasi dan sejauh mungkin dihindari. Namun demikian, idak semua kasus kehabisan persediaan merupakan sesuau yang idak diinginkan, ada kalanya siuasi ersebu memang dikehendaki dliha dari sudu ekonomi.

8 Gambar II.1 Hubungan Anar Biaya Persediaan II.4 Pencaaan Persediaan Persediaan yang dimiliki perusahaan harus diperiksa agar jumlah persediaan sesuai dengan kebuuhan produksi. Unuk iu perlu dilakukan pencaaan persediaan. Pencaaan persediaan dibagi menjadi: A. Sisem Pencaaan Perpeual (Perpeual Invenory Mehod) Pencaaan perpeual yaiu pencaaan aas ransaksi persediaan yang dilaksanakan seiap waku, baik erhadap pemasukan maupun erhadap pengeluaran persediaan. Dalam meode ini pencaaan persediaan dilakukan dalam karu persediaan yang menggambarkan persediaan sebenarnya. Meode ini diujukan unuk barang yang bernilai inggi dan yang mudah dicaa pemasukan dan pengeluarannya di gudang. B. Sisem Pencaaan Fisik (Physical Invenory Mehod) Sisem ini menggunakan meode pencaaan secara fisik perusahaan yang hanya mencaa ransaksi pembelian persediaan saja. Dalam meode ini, pencaaan persediaan dalam karu persediaan hanya dilakukan pada saa

9 erjadi penambahan persediaan dari kegiaan pembelian. Meode ini diujukan eruama unuk barang yang bernilai rendah dan unuk barang yang secara eknis suli dicaa pemakaiannya. II.5 Jenis Jenis Persediaan Berdasarkan kegiaan usaha yang dijalankan, seiap perusahaan memiliki jenis persediaan yang berbeda baik perusahaan manufakur, dagang maupun jasa. Jenis persediaan menuru Freddy Rangkui adalah: 1. Jenis jenis persediaan menuru fungsinya: - Bach Sock / Lo Size Invenory - Flucuaion Sock - Anicipaion Sock 2. Jenis jenis persediaan menuru jenis dan posisi barang: - Persediaan bahan baku - Persediaan bagian produk aau yang dibeli - Persediaan bahan pembanu aau penolong - Persediaan barang seengah jadi aau barang dalam proses - Persediaan barang jadi T. Hani Handoko menyaakan bahwa ada beberapa jenis persediaan, seiap jenisnya mempunyai karakerisik khusus, ersendiri dan cara pengelolaannya yang berbeda-beda. Menuru jenisnya, persediaan dapa dibedakan aas :

10 1. Persediaan Bahan Menah (Raw Maerials) Persediaan bahan menah dapa diperoleh dari sumber alam aau dibeli dari supplier dan aau dibua sendiri oleh perusahaan unuk digunakan dalam proses produksi selanjunya. 2. Persediaan Bahan Penolong (Supplies) Persediaan bahan pembanu aau penolong yaiu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, eapi idak merupakan bagian aau komponen barang jadi. 3. Persediaan Barang dalam Proses (Work in Process) Persediaan barang dalam proses yaiu persediaan barang yang merupakan keluaran dari bagian proses produksi aau yang elah diolah menjadi suau benuk, namun perlu diproses lebih lanju menjadi barang jadi. 4. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods) Persediaan barang jadi yaiu persediaan barang-barang yang elah diproses aau diolah dalam pabrik dan siap unuk dijual aau dikirim kepada pelanggan. II.6 Pengendalian Persediaan dengan Meode Economic Order Quaniy (EOQ) Apabila persediaan bahan baku kurang, maka kegiaan produksi idak maksimal bahkan apabila persediaan idak ada dalam waku lama kegiaan produksi bisa berheni. Sebaliknya, apabila persediaan bahan baku erlalu banyak maka erjadi penumpukan yang menyebabkan bahan baku idak segar dan idak bias diproses. Dalam ilmu pengeahuan, meode pengendalian persediaan bahan

11 baku yang lazim dipakai adalah meode Economic Order Quaniy (EOQ). Menuru Prof. Dr. Bambang Riano, EOQ adalah jumlah kuanias barang yang dapa diperoleh dengan biaya minimal, aau sering dikaakan juga sebagai jumlah pembelian yang opimal. Sedangkan menuru Drs. Agus Ahyadi, EOQ adalah jumlah pembelian bahan baku yang dapa memberikan minimalnya biaya persediaan. Dari dua pendapa ersebu, dapa disimpulkan bahwa EOQ adalah suau meode yang digunakan unuk mengopimalkan pembelian bahan baku yang dapa menekan biaya. Penggunaan meode EOQ dapa membanu suau perusahaan dalam menenukan jumlah uni yang dipesan dengan biaya pemesanan dan biaya persediaan seminimal mungkin. Meode ini memiliki karakerisik sebagai beriku: 1. Jumlah barang yang dipesan pada seiap pemesanan selalu konsan 2. Perminaan konsumen, biaya pemesanan, biaya ransporasi dan waku bersifa konsan 3. Harga per uni barang adalah konsan dan idak mempengaruhi jumlah barang yang akan dipesan. 4. Pada saa pemesanan barang, idak erjadi kehabisan barang aau back order yang menyebabkan perhiungan menjadi idak epa. 5. Biaya penyimpanan per uni perahun konsan.

12 Gambar II.2 Grafik Economic Order Quaniy Rumus EOQ : Dimana : EOQ = Economy Order Quaniy R = Jumlah Persediaan yang Dibuuhkan 1 Periode Waku S = Biaya Pemesanan iap 1 kali Pemesanan P = Harga Pembelian per Sauan Beli L = Biaya Pemeliharaan / Penyimpanan dalam Gudang Dari karakerisiknya, meode EOQ memiliki kelebihan sebagai beriku : 1. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang oupu nya elah memiliki sandard dan diproduksi secara masal. 2. Dapa mengaasi keidakpasian dalam penggunaan safey-sock. 3. Dapa menjadi dasar penukaran (rade-off) anara biaya penyimpanan (saving cos) dan biaya pemesanan (se-up cos) Di sisi lain, meode EOQ juga memiliki kekurangan sebagai beriku :

13 1. Meode ini mengasumsikan daa bersifa eap. 2. Perubahan harga idak diperhiungkan karena diasumsi harga konsan. 3. Diasumsikan bahwa persediaan dapa diperoleh dengan lead ime yang eap. II.7 Model Persediaan Sais dan Dinamis Proses produksi di suau pabrik digambarkan sebagai suau sisem yang erdiri dari inpu proses dan oupu. Inpu berupa bahan baku diolah menjadi oupu. Unuk menjamin koninuias produksi diperlukan persediaan. Berdasarkan sifa dan frekuensi pemesanan, model persediaan erdiri dari : 1. Model Persediaan Sais Pada model ini pemesanan hanya dilakukan sau kali unuk kebuuhan erhadap jangka waku erenu. Model persediaan sais di bagi dua yaiu : a. Model persediaan sais mengandung resiko, pada model ini pada disribusi kebuuhan bahan dikeahui. b. Model persediaan sais mengandung keidakpasian, pada model ini pola disribusi kebuuhan bahan idak dikeahui. 2. Model Persediaan Dinamis Model persediaan ini dilakukan beberapa kali pemesanan yang koninu. Model ini erbagi 2 yaiu: a. Model persediaan dinamis dengan kebuuhan erenu Kuanias pemesanan dan periode pemesanan adalah eap dan pada model ini idak dia adakan persediaan keamanan, karena jumlah kebuuhan dapa

14 dikeahui dengan pasi, jika dikeahui :Kebuuhan sau ahun = D; Jumlah bahan dipesan = x; uni harga bahan per uni = C; biaya penyimpanan = Cc, biaya pemesanan = Cr. Sehingga jumlah pemesanan dengan biaya pemesanan = D/x. Cr pemesanan, raa- raanya = x/2 maka biaya penyimpanan adalah x/2. ccc maka oal cos adalah : Toal Cos (TC) = Dcr x + X.cC.c 2 Toal biaya minimum diperoleh jika :.. ( 1 ) d (Tc) dx y = C 1 X 1 + C 2 x sehingga dy dx = -C x 2 + C 2 dy dx = C 1 X 2 + C 2 = 0 dy dx = 0 dtc = DCr + ccc dx X 1 2 dimana dtc dx = 0 dtc dx + ccc 2 = 0 : DCr = ccc X 1 2 Maka diperoleh EOQ : Xo = 2DCr ccc...( 2 ) Dimana : Xo = Ukuran pemesanan opimal D Cr C Cc = Kebuuhan selama 1 Tahun = Biaya Pemesanan = Harga bahan per Uni = Biaya Penyimpanan Unuk mencari periode waku pemesanan dan iik pemesanan kembali digunakan rumus : = 12.Xo D...( 3 ) Re- order Poin (Rp) = T.Xo.,,,.( 4 ) b. Model persediaan dinamis mengandung Resiko

15 Pada model ini jumlah kebuuhan bahan bervariasi unuk seiap periode. Unuk mengaasi flukuasinya pemakaian bahan dan menjaga erjadinya kehabisan bahan maka perlu dilakukan persediaan keamanan. - Periode waku pemesanan raa raa () = 12.Xo/D - Pemesanan dalam waku sau ahun sebanyak = 12/ - Biaya persediaan keamanan = W. c. Cc - Biaya akiba kehabisan persediaan = Cr + 0,01.C. X. T - Probilias kehabisan persediaan adalah R+W F (y)dy... ( 5 ) Kurva disribusi dapa digunakan seperi gambar di bawah ini : Gambar II.3 Kurva Disribusi Normal (Probabilias Kehabisan Persediaan) Maka biaya akiba kehabisan persediaan : 12 R+W F (y)dy..( 6 ) Jadi oal biaya persediaan per ahun (TC) adalah :

16 Biaya pemesanan + biaya Penyimpanan + biaya persediaan keamanan. Dengan demikian : TC = 12.Cr + Xo.cCc 2 + W. c. Cc + 12 K + R+W F (y)dy... ( 7 ) Dikeahui persamaan ( 7 ) TC = 12.Cr + Xo.cCc 24 + W. c. Cc + 12 K + R+W F (y)dy... ( 8 ) Persamaan (8) merupakan fungsi variable dan W. Fungsi akan minimum bila : TC TC 12 TC = 0 dan = 0 w = 12Cr + 12Cr + D.cCc K [1 F (f(w)] 2 [Cr + K {1- F {R + W }} = d.ccc 2 = TC w D.cCc 24 [Cr + K {1- F {R + W }} ( 9 ) 12K = ccc - f {R + W }= 0 = 12K f {R + W }= ccc = 12Kf (R+W ) ccc ( 10 ) Dari persamaan ( 9 ) dan persamaan ( 10 ) diperoleh harga : [f ( R + W) ] 2 = 2.cCc [Cr+K {1 F (R+W )] DK 2...( 11 ) Unuk f ( R + W) = disribusi normal dari kebuuhan selama lead ime. Harga f (R+W) diperoleh dengan asumsi bahwa f ( R + W) = 1 dimana asumsi ini berlaku jika nilai ccc.cr berlawanan yaiu bila K >>>, maka nilai 1- f ( R + W) <<< selanjunya harus dienukan ordina yang dinyaakan dengan f ( R + W) Harga ersebu di aas akan opimal diperoleh apabila ruas kanan persamaan ( 11 ) sama dengan ruas kiri. Tiap bahan dicari, ccc, Cr, K dan D dikeahui lanas

17 dimasukkan kedalam persamaan ( 11 ). Dilakukan cara Trial dan Error unuk mendapakan harga yang seimbang. Unuk ordina f (R + W) dipakai rumus : f (R + W ) = 1.f (Z). ( 12 ) σy Dengan menggunakan able, ordina dari probabilias disribusi normal = f (Z) dapa dikeahui. Sehingga keika hasil seimbang, maka dapa dihiung jumlah persediaan keamanan dengan persamaan : W = Z σy... ( 13 ) Dimana : W = Persediaan bahan baku. Z = Luas daerah dibawa kurva normal dari 0 sampai Z ( Table ). σy = Sandar deviasi selama kurva ancang ancang. Bila pemakaian raa-raa per ahun X maka reorder poinnya adalah : Reorder poin = T. X + W dimana T = lead ime II.8 Uji Normalias Uji normalias dilakukan unuk mengeahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu aau residual memiliki disribusi normal. Dalam uji dan F diasumsikan bahwa rseidual mengikui disribusi normal. Unuk mengeahui bahwa residual erdisribusi secara normal aau idak yaiu dengan analisis grafik dan uji saisik. 1. Analisis Grafik, yaiu normalias diliha dari penyebaran daa (iik) pada sumbu diagonal dari grafik aau dengan meliha hisogram dari residualnya.

18 Dasar pengambilan kepuusan menuru Ghozali yaiu : a. Jika daa menyebar disekiar garis diagonal dan mengikui arah garis diagonal aau grafik hisogramnya menunjukkan pola disribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalias. b. Jika daa menyebar jauh dari diagonal dan idak mengikui arah garis diagonal aau grafik hisogram idak menunjukkan pola disribusi normal, maka model regresi idak memenuhi asumsi normalias. 2. Analisis Saisik, yaiu dengan menggunakan uji Kolmogorov - Smirnov (K-S). Menuru Suliyano, dasar pengambilan kepuusan sebagai beriku: a. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z Z abel, aau nilai signifikansi variabel residual > α, maka daa residual erdisribusi normal. b. Jika nilai Kolmogorov-Smirnov Z > Z abel, aau nilai signifikansi variabel residual < α, maka daa residual erdisribusi idak normal. II.9 Uji Chi Square Uji Chi Square adalah pengujian hipoesis mengenai perbandingan anara nilainya didapa dari hasil percobaan (o) dan nilainya dapa dihiung secara eoriis (e). Nilai χ² adalah nilai kuadra karena iu nilai χ² selalu posiif. Chi Square disebu juga dengan Kai Kuadra. Uji Chi Square adalah salah sau uji saisik non paramerik yang cukup sering digunakan dalam peneliian yang menggunakan dua variabel, dimana skala daa kedua variabel adalah nominal aau unuk menguji perbedaan dua aau lebih proporsi sampel. Uji ini dierapkan pada kasus dimana akan diuji apakah frekeuensi yang akan diamai (daa observasi) unuk membukikan aau ada perbedaan secara nyaa aau idak

19 dengan frekuensi yang diharapkan. Chi Square adalah eknik analisis yang digunakan unuk menenukan perbedaan frekuensi observasi (Oi) dengan frekuensi ekspekasi aau frekuensi harapan (Ei) suau kaegori erenu yang dihasilkan, uji ini dapa dilakukan pada daa diskri aau frekuensi. Uji χ² dapa digunakan unuk : a. Uji Kecocokan = Uji kebaikan-suai = Goodness of fi b. Uji Kebebasan c. Uji beberapa proporsi Rumus χ² : k 2 χ 2 i i = ( o e ) e i= 1 i Dimana : k o i e i : banyaknya kaegori/sel, 1,2... k : frekuensi observasi unuk kaegori ke-i : frekuensi ekspekasi unuk kaegori ke-i (kaikan dengan frekuensi ekspekasi dengan nilai/perbandingan dalam H 0 ) Deraja Bebas (db) = k 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Persediaan (Invenory) Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan aau digunakan unuk dijual pada periode mendaang, yang dapa berbenuk bahan baku yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, BAB II LANDASAN TEORI.1. Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakian, dan barang jadi yang ada dalam sisem produksi pada suau waku erenu. (Elsayed, 1994, p63).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin)

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin) ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.01 Vol.04 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN BAHAN BAKU DI INDUSTRI MANUFAKTURING PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR - MEDAN SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA 050803021 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. Silvia Reni Yeni,MSi Nip : 195924081987022001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universias Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, anggal 20 desember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pusaka 2.1.1 Teknik Indusri Teknik indusri adalah suau rekayasa yang berkaian dengan desain, pembaruan, dan insalasi dari sisem erinegrasi yang melipui manusia, maerial,

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK

KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS. Wulan Fatin Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 ABSTRAK KLASIFIKASI DOKUMEN TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEANS Wulan Fain Nasyuha¹, Husaini 2 dan Mursyidah 3 1,2,3 Teknologi Informasi dan Kompuer, Polieknik Negeri Lhokseumawe, Jalan banda Aceh-Medan

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR

MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR i MONOGRAF EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL IRIANI UPN VETERAN JAWA TIMUR ii Judul: EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci