Penjadwalan Generator Yang Optimal Dengan Memperhatikan Keamanan Kerja Generator

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penjadwalan Generator Yang Optimal Dengan Memperhatikan Keamanan Kerja Generator"

Transkripsi

1 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : Penjadwalan Generator Yang Optmal Dengan Memperhatkan Keamanan Kerja Generator Prety Chrsty Tobuhu (1), Ir. Hans Tumalang, MT. (), Mackel Tuegeh, ST., MT. (3) (1)Mahasswa ()Pembmbng 1 (3)Pembmbng Jurusan Teknk Elektro-FT, UNSRAT, Manado-95115, Emal: prety.chrsty@tobuhu.org Abstrak Untuk mengatas kekurangan pasokan energ, maka pemerntah membangun pusat pembangkt lstrk yang berdaya besar. Dalam menjalankan sstem pembangkt lstrk yang berdaya besar, kta harus melakukan pengaturan yang matang bak tu dalam pengaturan beban dan Daya. Dan tujuan akhr dar sstem pengaturan tu akan memperoleh jumlah pasokan daya dar pembangkt sama dengan besar kebutuhan daya (P demand ). Agar tujuan n tercapa, sangat pentng juga memperhatkan tngkat keamanan kerja d ss generator, agar bukan hanya pasokan daya yang tercukup namun tngkat keandalannya juga tngg. Dalam menentukan batas kemampuan kerja generator kta harus mennggunakan kurva kapabltas. Kurva kapabltas dgunakan dalam montorng pada ss pembangktan untuk memantau perubahan daya akbat perubahan daya beban.jad bukan hanya melakukan penjadwalan agar alran daya optmalnya tercapa namun, kta juga harus mengoptmalkan keamanan kerja generator agar tercapa pasokan daya yang andal dan bsa sesua dengan kebutuhan beban. besar daya atau kebutuhan daya (P demand ) pada sstem Mnahasa pada tanggal 4 November 011 pada pukul WITA adalah sebesar = MW. Untuk penjadwalan PT. PLN (Persero) dtnjau dar seg harga, pembangkt yang doperaskan secara utama sebaknya adalah PLTD Lopana dbandngkan PLTD Btung. Dar pengujan terhadap kurva kapabltas hasl smulas, letak ttk kerja yang dhaslkan sudah sesua dengan letak ttk kerja dar kurva kapabltas generator PLTD Btung. Kata kunc : Generator, Kebutuhan Daya, Kurva kapabltas, Penjadwalan generator Abstract To overcome the shortage of energy supply, then government buld Power plant wth a huge capacty. To operate a power plant system wth huge capacty, we need to do some good arrangement for load and power regulaton. And the ultmate goal of the regulatory system that wll obtan amount of supply power from power plant equals wth amount of power requrements (Pdemand). In order to make ths happen, very mportant also consder the securty level n the generator, so not only have enough supply power but also have hgh levels of relablty. In determnng the capablty lmts of a generator we have to use generator capablty curve. Capablty curve used to montorng on power generaton sde to observe the changes n power due to changes of power load. So, not only schedulng n order to acheved optmal power flow however, we also need to optmze the securty of the generator n order to acheve a relable power supply and can ft the load requrements. Amount of power or power requrements (P demand ) at Mnahasa system on November 4, 011 at 17:00 pm s = MW. For PT. PLN (Persero) schedulng n terms of prce, the man plant operated preferably a desel Lopana than desel Btung. From the capabltes curve smulaton test, workng pont from smulaton output ft wth Btung desel generator power plant capablty curve workng pont. Keywords: Capablty curve, Generator, Power requrements, Schedulng generator I. PENDAHULUAN Untuk mengatas kekurangan pasokan energ, maka pemerntah membangun pusat pembangkt lstrk yang berdaya besar. Dalam menjalankan sstem pembangkt lstrk yang berdaya besar, kta harus melakukan pengaturan yang matang bak tu dalam pengaturan beban dan Daya. Dan tujuan akhr dar sstem pengaturan tu akan memperoleh besar pasokan daya dar pembangkt sama dengan besar kebutuhan daya (P demand ). Dengan kata lan, besar pasokan daya dar pembangkt sama dengan besar beban. Agar tujuan n tercapa sangat pentng juga memperhatkan tngkat keamanan kerja d ss generator agar bukan hanya pasokan daya yang tercukup namun tngkat keandalannya juga tngg. Dalam hal n generator yang dgunakan adalah generator snkron. Generator snkron memlk sstem kelstrkan yang dlakukan secara kontnu dengan meletakan beban tertentu, sehngga yang dperlukan adalah kemampuan generator tersebut dalam supla daya. Perlu dketahu Besar daya yang dsupla harus selalu berada dbawah kemampuan maksmum generator. Jka pengoperasan berada datas kemampuan generator atau kapastas beban melebh kemampuan daya generator maka akan mengakbatkan pemanasan berlebhan pada generator tersebut. Akbat dar Pemanasan yang berlebhan adalahn kerusakan solas pada beltan-beltan rotor dan stator

2 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : generator. Oleh karena tu sangat perlu dperhatkan keamanan kerja generator dalam batasan operas yang sesua dengan kemampuan suatu generator. Dalam menentukan batas kemampuan kerja generator kta harus mennggunakan kurva kapabltas. Kurva kapabltas dgunakan dalam montorng pada ss pembangktan untuk memantau perubahan daya akbat perubahan daya beban. Jad bukan hanya melakukan penjadwalan agar alran daya optmalnya tercapa namun, kta juga harus mengoptmalkan keamanan kerja generator agar tercapa pasokan daya yang andal dan bsa sesua dengan kebutuhan beban. Berdasarkan latar belakang datas maka penuls menentukan judul Penjadwalan Generator Yang Optmal Dengan Memperhatkan Keamanan Kerja Generator. II. LANDASAN TEORI Untuk mengatas kekurangan pasokan energ, maka pemerntah membangun pusat pembangkt lstrk yang berdaya besar. Dalam menjalankan sstem pembangkt lstrk yang berdaya besar, kta harus melakukan pengaturan yang matang bak tu dalam pengaturan beban dan Daya. Dan tujuan akhr dar sstem pengaturan tu akan memperoleh besar pasokan daya dar pembangkt sama dengan besar kebutuhan daya (P demand ). Dengan kata lan, besar pasokan daya dar pembangkt sama dengan besar beban. Agar tujuan n tercapa sangat pentng juga memperhatkan tngkat keamanan kerja d ss generator agar bukan hanya pasokan daya yang tercukup namun tngkat keandalannya juga tngg. Dalam hal n generator yang dgunakan adalah generator snkron. Generator snkron memlk sstem kelstrkan yang dlakukan secara kontnu dengan meletakan beban tertentu, sehngga yang dperlukan adalah kemampuan generator tersebut dalam supla daya. Perlu dketahu Besar daya yang dsupla harus selalu berada dbawah kemampuan maksmum generator. Jka pengoperasan berada datas kemampuan generator atau kapastas beban melebh kemampuan daya generator maka akan mengakbatkan pemanasan berlebhan pada generator tersebut. Akbat dar Pemanasan yang berlebhan adalahn kerusakan solas pada beltan-beltan rotor dan stator generator. Oleh karena tu sangat perlu dperhatkan keamanan kerja generator dalam batasan operas yang sesua dengan kemampuan suatu generator. Dalam menentukan batas kemampuan kerja generator kta harus mennggunakan kurva kapabltas. Kurva kapabltas dgunakan dalam montorng pada ss pembangktan untuk memantau perubahan daya akbat perubahan daya beban. Jad bukan hanya melakukan penjadwalan agar alran daya optmalnya tercapa namun, kta juga harus mengoptmalkan keamanan kerja generator agar tercapa pasokan daya yang andal dan bsa sesua dengan kebutuhan beban. Berdasarkan latar belakang datas maka penuls menentukan judul Penjadwalan Generator Yang Optmal Dengan Memperhatkan Keamanan Kerja Generator. Sstem Tenaga Lstrk Tenaga lstrk melbatkan produks dan pengantaran energ lstrk dalam jumlah yang berkecukupan untuk menjalankan peralatan lstrk rumah tangga, perlatan perkantoran, mesn ndustr, dan menyedakan energ yang cukup untuk penerangan umum, pemanasan, memasak, dan lan-lan. Sstem tenaga lstrk merupakan sekumpulan pusat lstrk dan gardu nduk (pusat beban) yang satu sama lan dhubungkan oleh jarngan transms dan jarngan dstrbus sehngga merupakan sebuah kesatuan yang ternterkoneks. Secara umum Sstem Tenaga Lstrk terdr dar 4 sub-sstem, yatu Pembangktan/konvers, Transms, Dstrbus dan Beban. Pembangktan / konvers, yatu sub-sstem yang merubah sumber daya alam / sumber energ prmer menjad tenaga lstrk, msalnya: PLTA (Pembangkt Lstrk Tenaga Ar), PLTP (Pembangkt Lstrk Tenaga Panas Bum), PLTD (Pembangkt Lstrk Tenaga Desel), PLTU (Pembangkt Lstrk Tenaga Uap), PLTGU (Pembangkt Lstrk Tenaga Gas dan Uap), dan lan-lan. Bagan n memlk tegangan kerja 0 V 3 kv. Transms, yatu sub-sstem pengrman tenaga lstrk dar pusat pembangkt ke gardu-gardu nduk transms, bagan n dtanda oleh tegangan kerja yang tngg, msalnya: 70 kv dan 150 kv pada sstem Mnahasa. Dstrbus, yatu sub-sstem pembagan tenaga lstrk ke konsumen, bagan n dtanda oleh tegangan kerja yang menengah dan rendah msal: 0 kv, 0 V (Indonesa), 110 V (Amerka Serkat). Beban, yatu sub-sstem yang menggunakan lstrk untuk keperluan hdup, produks, pelayanan dan lan-lan. Beban lstrk secara umum memlk tegangan rendah sampa menengah, msalnya 110 V, 0 V, 6.3 kv. Optmal Power Flow (OPF) Perhtungan Optmal Power Flow (OPF) dgunakan untuk menentukan kuanttas sstem d dalam pengaturan dan operas sstem tenaga lstrk. Pertumbuhan jarngan dan tuntutan akan efsens dalam sstem kelstrkan membuat para operator d dalam pengaturan dan operas sstem tenaga lstrk terus mencar metode yang cepat dan efsen. Metode Optmal Power Flow (OPF) adalah metode untuk melakukan perhtungan kebutuhan daya (P demand ) dar beban (analsa beban) guna sebaga patokan dalam melakukan penjadwalan pembangkt secara efsen dengan tujuan memperoleh daya yang optmal untuk dsalurkan ke beban dengan memnmas baya total produks dar pembangkt namun menjaga agar sstem tetap aman dan

3 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : andal. Dengan kata lan mencar solus ekonoms dalam penjadwalan unt pembangkt berdasarkan jumlah kebutuhan daya yang dperlukan sstem. Metode OPF dapat menentukan konds operas optmal dar jarngan lstrk yang mengalam kendala dalam pegoperasan. Faktor mana yang akan dcar ttk optmal, akan drumuskan dan dselesakan dengan menggunakan algortma optmas yang sesua, sepert metode Newton-Raphson. Contoh batasan-batasan yang harus dperhatkan dalam metode OPF n yatu sepert pengaturan pembangkt lstrk dan besar pembebanan. Kta dapat memecahkan masalah OPF dar baya operas mnmum pembangkt dan kesembangan pada alran daya. Stud Alran Daya Stud alran beban atau load flow study serng kal juga dsebut stud alran daya adalah suatu stud yang mempelajar alran daya pada suatu sstem kelstrkan dar suatu ttk ke ttk lan dan tegangan pada bus-bus yang berada pada sstem tersebut. Stud alran beban merupakan penentuan atau perhtungan tegangan, arus, daya aktf, faktor daya dan daya reaktf yang terdapat pada berbaga ttk dalam suatu jarngan sstem tenaga lstrk pada keadaan pengoperasan normal, bak yang sedang berjalan maupun yang dharapkan akan terjad d masa yang akan datang (Wllam D. Stevenson, Jr., 1994:6). Stud analss alran beban dapat dhtung secara manual maupun menggunakan software computer. Metode Newton-Raphson Salah satu cara yang dpaka dalam menyelesakan perhtungan alran daya adalah metode Newton-Raphson. Metode n menerapkan deret Taylor untuk mendapatkan persamaan matematka sebaga dasar perhtungan teras yang menggunakan matrks Jacoban. Metode Newton-Raphson merupakan prosedur pendekatan berurutan berdasarkan estmas awal yang tdak dketahu dan merupakan penggunaan deret Taylor. Operas Ekonoms Sstem Tenaga Lstrk Operas ekonoms dar suatu pembangkt termal merupakan proses pembagan atau penjatahan beban total dar suatu sstem kepada masng-masng pusat pembangkt (pembangkt termal) sedemkan rupa, sehngga dperoleh jumlah baya pengoperasan semnmal mungkn. Dmana seluruh pusat-pusat dalam suatu sstem d kontrol secara terus-menerus pada saat terjad perubahan-perubahan beban, sehngga setap unt pembangkt tenaga lstrk dapat beroperas secara palng ekonoms. Karakterstk Input-Output Pembangkt Untuk menganalss permasalahan mengena operas dalam sstem tenaga, khusus masalah operas ekonoms, dperlukan dasar mengena karakterstk nput-ouput dar suatu unt pembangkt termal. Karakterstk nput-output pembangkt termal (lhat gambar 1) adalah karakterstk yang menggambarkan hubungan antara nput bahan bakar (lter/jam) dan output Gambar 1. Karakterstk Input-Output Unt Pembangkt Termal (deal) yang dhaslkan oleh pembangkt (MW). Karakterstk nput-output n menyetarakan hubungan antara nput pembangkt sebaga fungs dar output pembangkt. Input pada pembangkt termal berupa panas atau kalor dar bahan bakar untuk menghaslkan output pembangkt ( energ lstrk ), dapat dtuls dengan notas H dengan satuan MBtu/h atau L. Dapat pula dnyatakan dalam nla uang yang menyatakan besar baya yang d perlukan untuk bahan bakar, dtuls dengan notas F dan satuan Rupah/jam. Sedangkan output pembangkt adalah daya lstrk (P) yang d keluarkan oleh generator untuk memasok beban, tdak termasuk untuk keperluan pembangkt tu sendr. Satuannya (MW). Kurva baya bahan bakar dgambarkan sebaga kuadrat turunan daya aktf atau dengan persamaan polynomal tngkat dua (kuadrat) dengan persamaan : F ( P ) = α + β P + γ P (1) Keterangan : F = Pemakaan bahan bakar pembangkt termal (lter/jam) P = Daya lstrk yang dbangktkan (MW) αβγ = Parameter/ Konstanta Untuk memperoleh parameter dar α, β, dan γ dperlukan data baya F (P ) untuk mengukur P dmana perhtungannya menggunakan Least Square Method dengan persamaan : n J = α + β P + γ P F () = 1 Dmana : = 1,,3,,n (jumlah data) Karakterstk Kurva Pertambahan Baya Bahan Bakar Rata-rata (Incremental Fuel/Heat Rate Characterstc) Dar karakterstk nput-output pembangkt maka kta dapat mencar kurva pertambahan bahan bakar rata-rata ( ncremental fuel/heat rate ), yatu : d ( nput) Incremental Fuel or Heat Rate (IFR) = (3) d ( output ) F atau IFR = (4) P Dmana: ΔF = masukan / nput pada kurva karakterstk nput-ouput; ΔF = F-F1 (5)

4 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : Gambar Karakterstk Pertambahan Bahan Bakar Rata-rata (Incremental Fuel Rate) ΔP = keluaran / output pada kurva karakterstk nputoutput; ΔP = P-P1 (6) Dengan menghtung kemrngan kurva karakterstk nput-output pada gambar 1 pada setap ttk, maka karakterstk pertambahan bahan bakar rata-rata dapat dgambarkan pada gambar. Econom Dspatch Economc dspatch adalah pembagan pembebanan pada setap unt pembangkt sehngga dperoleh kombnas unt pembangkt yang dapat memenuh kebutuhan beban dengan baya yang optmum atau dengan kata lan untuk mencar nla optmum dar output daya dar kombnas unt pembangkt yang bertujuan untuk memnmalkan total baya pembangktan. Kendala pentng dalam operas sstem n adalah jumlah daya output harus sama dengan kebutuhan beban. Unt Commtment Unt commtment adalah penentuan pembangkt yang akan on lne dar sejumlah pembangkt yang sap doperaskan untuk memasok beban selama perode tertentu, karena kebutuhan beban selalu berubah sehngga pembangkt yang akan doperaskan dsesuakan dengan kebutuhan beban. Pengoperasan pusat-pusat pembangkt d dalam sstem tenaga lstrk selalu dkoordnaskan dengan tujuan agar pembebanan dar pusat-pusat pembangkt tersebut optmum (ekonoms) pada setap nterval waktu perubahan beban untuk sklus tertentu. Penjadwalan yang optmum adalah kombnas tertentu dar unt-unt yang djadwalkan (doperaskan) dengan kapastas total cukup untuk memasok beban pada nterval waktu tertentu dengan baya operas yang palng murah (ekonoms). J. Generator Snkron Generator snkron (alternator) merupakan jens mesn lstrk yang berfungs untuk menghaslkan tegangan bolak-balk dengan cara mengubah energ mekank menjad energ lstrk. Energ mekank dperoleh dar putaran rotor yang dgerakkan oleh penggerak mula (prme mover). Sedangkan energ lstrk dhaslkan dar proses nduks elektromagnetk yang terjad pada kumparan stator dan rotornya. Gambar 3 Dagram Skemats Generator Snkron Tga Fasa Konstruks Generator Snkron Gambar 3 menunjukkan secara skemats potongan melntang dar generator snkron kutub. Komponen generator snkron yat stator, rotor, dan celah udara. Tegangan Internal yang Dbangktkan Generator Snkron Tegangan pada generator snkron dperoleh dengan memutar rotor oleh penggerak mula dan dengan mengalrkan arus searah pada kumparan rotor. Dmana masukan energ mekank melalu poros rotor akan membuat rotor berputar. Sedangkan masukan energ lstrk ke kumparan rotor akan membuat rotor menjad kutub-kutub magnet sehngga dalam celah udara antara teras nt bes rotor dan teras nt bes stator akan dalr fluks magnet. Karena kumparan rotor berputar, maka fluks magnet yang dhaslkan kumparan rotor akan kut berputar. Putaran fluks magnet tu mengakbatkan fluks yang dcakup beltan stator berubah-ubah besar dan arahnya. Perubahan fluks tercakup tersebut, sesua hukum nduks Faraday, akan menmbulkan gaya gerak lstrk (tegangan nduks) pada beltan stator. Besarnya tegangan nduks yang dbangktkan pada stator dnyatakan dalam persamaan: E =. π. N. K. K. φ f (7) dmana: P P d. E = tegangan nduks [Volt] N p = jumlah beltan kawat K p = faktor langkah (faktor ksar) K d = faktor dstrbus ϕ = besar fluks magnet [weber] f = frekuens [Hz] Sstem Ekstas Generator Snkron Berdasarkan cara penyaluran arus searah pada rotor generator snkron, sstem ekstas terdr atas dua jens yatu sstem ekstas menggunakan skat (brush exctaton) dan sstem ekstas tanpa menggunakan skat (brushless exctaton). Rangkaan Ekvalen Generator Snkron Rangkaan ekvalen generator snkron 1 fasa jens rotor slnder pada konds tunak (steady state) dtunjukkan pada gambar 4.

5 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : R a jx s I a + E + _ V ϕ _ Gambar 4 Rangkaan Ekvalen Generator Snkron 1 Fasa Gambar 5 Kurva Kapabltas Dengan Batas Kestablan Keadaan Tunak Dengan asums tegangan termnal generator konstan, dan penggerak mula terkopel langsung terhadap poros generator dengan kecepatan konstan. Tegangan nternal yang dbangktkan generator berdasarkan gambar.10 dnyatakan oleh : E = V +( R + jx ) I P P a E = V +( Z ) I s a s (9) a (8) Apabla tahanan stator (R a ) dabakan, maka tegangan nternal generator (E ) menjad: E = V + jx I P Kurva Kapabltas Generator Batas ttk operas generator dnyatakan dan dvsualsaskan dalam bentuk kurva kapabltas generator. Kurva kapabltas generator memuat karakterstk dan kemampuan operas kerja generator yang melput daya aktf (MW), daya reaktf (MVAr) dan daya ratng (MVA). Dmana kurva kapabltas dgambarkan dalam sumbu PQ. Jarngan Saraf Truan Jarngan saraf truan (artfcal neural networks) atau d sngkat JST adalah sstem pemroses nformas yang memlk karakterstk mrp jarngann saraf bolog manusa. JST dbentuk sebaga pengembangan model matematka dar jarngan saraf bolog manusa. Dengan asums bahwa, Pemrosesan nformas terjad secara sederhana pada elemen prosesor, elemen tersebut dnamakan neuron, Snyal dlewatkan d antara neuron s a (10) Gambar 6 Bentuk Neuron Sederhana -neuron melalu suatu penghubung, Setap penghubung memlk pembobot tertentu dan snyal yang dkrm akan dkalkan dan Setap neuron memlk fungs aktfas (non-lner) terhadap masukan untuk menghaslkan snyal keluaran. Suatu neuron sederhana dgambarkan pada gambar 6. Pada gambar 6, neuron Y menerma masukan dar neuron x 1, x, dan x 3 dengan bobot hubungan masng-masng adalah w 1, w, dan w 3. Ketga mpuls neuron yang ada djumlahkan : net = x 1 w 1+ x w + x 3 w 3 Besar mpuls yang dterma oleh Y mengkut fungs aktvas y = f(net). Apabla nla fungs aktvas cukup kuat, maka snyal akan dteruskan. Nla fungs aktvas (keluaran model jarngan) juga dapat dpaka sebaga dasar untuk merubah bobot. Metode Constructve Backropagaton Proses terbentuknya kontruks penambahan unt tersembuny untuk metode pembelajaran constructve backropagaton terjad secara satu dem satu. Algortma pelathan constructve backropagaton yatu Insalsas, Pelathan unt tersembuny baru, dan Pembekuan unt tersembuny baru. Insalsas Insalsas, yatu pembentukan JST awal berupa JST tanpa unt tersembuny. Penmbang dar konfguras awal dhtung dengan memnmalkan jumlah dar galat kuadrat (sum of squared error / SSE). Penmbang yang telah dtemukan dbuat tetap. Pelathan unt tersembuny baru Pelathan unt tersembuny baru, yatu menghubungkan masukan ke unt baru dan sambungkan keluarannya ke unt keluaran. Seluruh penmbang yang terhubung ke unt baru datur dengan memnmalkan msse (modfed SSE). Pembekuan unt tersembuny baru Pembekuan unt tersembuny baru, yatu menetapkan secara permanen penmbang yang bernterkoneks dengan unt baru.. III. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Peneltan Tempat peneltan adalah pengamblan data yang dlakukan d PT. PLN (Persero) Area Pusat

6 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : TABEL I. DATA TEKNIS GENERATOR TABEL II. DATA TEKNIS GENERATOR III. HASIL DAN PEMBAHASAN -Pengaturan Beban (APB) sstem Mnahasa Wlayah Suluttenggo, PT. PLN (Persero) Wlayah Suluttenggo dan pembangkt-pembangkt yang adaa d sstem Mnahasa. Waktu peneltan dlakukan mula dar pengamblan data (data tekns pembangkt/generator, data saluran transms, data transformator, dan data beban) yakn sejak tanggal 18 September 014. Namun data yang dgunakan untuk peneltan n yakn tanggal 4 November 011. Data komponen lstrk sstem tenaga

7 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : TABEL III. BESAR ALIRAN BEBAN PADA SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK MINAHASA 4 NOVEMBER 011 PUKUL WITA 6 TABEL IV. KARAKTERISTIK INPUT-OUTPUT PEMBANGKIT TERMAL -lstrk Mnahasa dan Kotamobagu pada 4 tanggal November 011 dapat dlhat pada tabel I & II. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Besar Alran Beban pada saluran transms sstem tenaga lstrk Mnahasa Berdasarkan hasl Runnng program ETAP : Power Staton 4.0 dperoleh besar alran beban sepert pada Tabel III. Dar tabel III d atas dapat dlhat bahwa arah alran beban terbesar pada saluran transms sstem tenaga lstrk Mnahasa terjad pada saluran transms GI. Tomohon-GI. Telng sebesar MW + j11.86 MVAr, dsebabkan saluran transms GI. Tomohon-GI. Telng menyalurkan kebutuhan daya yang dpkul oleh GI. Ranomuut (transms GI. Ranomuut - GI. Telng), GI. Sawangan (transms GI.Sawangan- GI. Ranomuut), GI.Btung (saluran transms GI. Btung - GI. Sawangan), GI. Lkupang (saluran transms GI. Lkupang - GI. Btung), GI. Tonsealama (saluran transms GI. Tonsealama - GI. Tomohon) dan PLTP Lahendong (saluran transms PLTP Lahendong - GI. Tomohon). Dengan menggunakan Program ETAP : PowerStaton 4.0 sepert pada tamplan d atas, maka dperoleh total dar : a. Daya Aktf (P) = MW b. Daya Reaktf (Q) = 93.9 MVAr c. Daya Kompleks (S) = MVA Berdasarkan jumlah dar daya aktf (P) yatu sebesar MW yakn pada tanggal 4 November 011, pukul WITA kta dapat melakukan penjadwalan pada pembangkt termal yatu Pembangkt Lstrk Tenaga Desel (PLTD) terlebh khusus dalam peneltan n pada PLTD Lopana dan PLTD Btung, kerena pembangkt termal menggunakan bahan bakar sebaga sumber utama dalam menjalankan generator (pengoperasan) dmana baya produks lebh besar dbandngkan pembangkt hdro. Untuk pembangkt hdro, yatu Pembangkt Lstrk Tenaga Ar/Pembangkt Lstrk Tenaga Mn Hdro (PLTA/PLTM) tdak dlakukan penjadwalan karena sumber energ prmer relatf murah yatu ar sedangkan untuk penggunaan bahan bakar sangat kecl dmana hanya untuk PS (pemakaan sendr) bukan untuk menjalankan generator (pengoperasan). Karakterstk Input-Output Pembangkt Termal Sstem Mnahasa Kapastas pembangkt termal pada sstem Mnahasa terdr atas 9 unt PLTD Btung, unt PLTD Lopana, 3 unt PLTP Lahendong, unt PLTU Sulut dan 5 PLTD Sewa (Sewa Btung 1, Sewa KPM Btung, Sewa Btung 3, Sewa Manado dan Sewa KPM) dtambah PLTD Sewa Kota. Data yang dperoleh pada 4 November 011 terdapat beberapa unt pembangkt yang tdak beroperas yakn PLTD Btung unt 3 dan 8, PLTU Sulut serta PLTD Kota. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecl (Least square Method) maka akan dperoleh persamaan karakterstk nput-output dar pembangkt termal. Dengan menggunakan persamaan d bawah maka kta menentukan persamaan karakterstk nputoutput pembangkt termal : F( P) = α + β P + γ P Lter/Jam (11) Hasl persamaan karakterstk nput-output pembangkt termal bsa dlhat pada tabel IV. Persamaan Baya Bahan Bakar Pembangkt Termal Sstem Mnahasa Untuk persamaan karakterstk nput-output dkalkan dengan harga bahan bakar HSD atau MFO yatu sebesar Rp /lter. Hasl persamaan baya bahan bakar pembangkt termal bsa dlhat pada Tabel V.

8 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : TABEL V. PERSAMAAN BIAYA BAHAN BAKAR PEMBANGKIT TERMAL TABEL VII. PERSAMAAN LAJU PERTAMBAHAN BIAYA BAHAN BAKAR PEMBANGKIT TERMAL TABEL VI. PERSAMAAN LAJU PERTAMBAHAN BIAYA BAHAN BAKAR PEMBANGKIT TERMAL TABEL VIII. KOMBINASI ON/OFF UNIT PEMBANGKIT TERMAL YANG BEROPERASI (PLTD BITUNG DAN PLTD LOPANA) Persamaan Laju Pertambahan Baya Bahan Bakar (Incremental Fuel Cost) Laju pertambahan baya bahan bakar dperoleh dar turunan pertama dar persamaan karakterstk nputoutput yang dkalkan dengan harga bahan bakar. Hasl Persamaan Laju Pertambahan Baya Bahan Bakar dapat dlhat pada tabel VI. Dar laju pertambahan baya bahan bakar datas, kta dapat mengetahu urutan pembangkt termal mula dar yang palng murah sampa termahal untuk doperaskan yatu dengan melhat baya per-kwh. Kta dapat mengetahu baya per-kwh dengan mengalkan persamaan laju pertambahan baya bahan bakar tap unt dengan daya maksmalnya. Haslnya dapat dlhat pada Tabel VII. Pembagan Pembebanan dan Penjadwalan Unt Pembangkt Termal Untuk pembagan pembebanan atau panjatahan dar unt pembangkt termal dlakukan dengan menggunakan metode teras lamda. Dmana, data yang dbutuhkan yatu persamaan karakterstk baya bahan bakar pembangkt termal, kapastas maksmum dan mnmum unt pembangkt termal, dan beban lstrk (P D ) yang -dtanggung oleh setap unt pembangkt t termal untuk waktu satu har (4 jam) namun dengan selang waktu setap satu jam (01.00 sampa dengan 4.00). Setelah dketahu besar daya lstrk yang harus dbangktkan oleh pembangkt termal, kemudan dengan rumus n -1 dlakukan kombnas on/off unt pembangkt termal. Dmana n merupakan jumlah unt yang akan beroperas (PLTD Btung dan PLTD Lopana). Sehngga dperoleh n -1 = 9-1 = 511 kombnas. Kemudan kombnas on/off unt pembangkt yang akan dgunakan dalam penjadwalan adalah kombnas dengan urutan prortas sesua dengan tabel VII. Pada kombnas unt penjadwalan datas dapat dlhat sampa dengan keadaan (state) 504 dan 51 ada 8 dan 9 unt pembangkt yang beroperas. Namun pada tanggal 4 November 011 (pengamblan data) tertngg beban PLTD Btung dan PLTD Lopana yakn sebesar 8.7 MW = 8700 kw. Sehngga dalam pembagan/penjatahan unt pembangkt termal tdak sampa semua unt akan beroperas, karena dengan hanya beroperas 7 unt pembangkt maka kebutuhan beban sudah dapat terpenuh. Hal n juga dapat dlhat dar seg besar kapastas maksmum untuk tap kombnas pada tabel VIII datas. Dalam menghtung pembagan atau penjatahan beban untuk setap unt pembangkt termal, dapat

9 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : dlakukan dengan cara metode teras lamda menggunakan software Matlab. Namun dbawah n merupakan salah satu contoh dalam perhtungan manual, sebaga berkut. Pukul dengan beban kw = MW (untuk 3 unt pembangkt). Dengan mengambl salah satu contoh total beban PLTD Btung dan PLTD Lopana datas, yatu pada pukul dengan beban kw = MW. Secara manual perhtungan dapat djabarkan dengan langkah, yatu menentukan unt pembangkt yang beroperas dan menentukan nla P. Menentukan unt pembangkt yang beroperas Menentukan unt-unt pembangkt mana yang akan beroperas yang akan dtnjau berdasarkan urutan prortas, dar yang termurah hngga mahal. Berdasarkan kasus n maka kta dapat mengatur unt pembangkt yang akan beroperas yatu : PLTD Lopana unt dan unt 1 serta PLTD Btung unt 9 (P 9, P 8 dan P 7 ), dengan data unt pembangkt sebaga berkut: F 9 = P P 9 F 8 = P P 8 F 7 = P P 7 Menentukan harga lamda λ = (0) ( λ ) dengan rumus : (0) λ = (0) λ 5 5 (1) Rp = = = ( x10 ) ( x10 ) MWh Menentukan nla P P D + = 1 n = 1 β γ 1 γ Menentukan nla P dengan rumus: n P λ β = γ (13) P9 = = MW ( > P m aks) 1910, P8 = = MW ( > P m aks ) P7 = =.105 MW ( < P mn) Berdasarkan hasl nla datas (P 9, P 8 dan P 7 ) telah durutkan berdasarkan prortas utama unt yang palng murah, maka P 9 dan P 8 lebh dar P maks sehngga dset untuk dbeban maksmal sebesar P maks, yatu: P 9 = 4.0 MW dan P 8 = 4.5 MW. P D yang telah terpenuh yatu: P 9 + P 8 = 8.5 MW. Berart terjad kekurangan daya sebesar MW 8.5 MW = 7.80 MW. Untuk tu P 7 doptmalkan dengan ssa beban tersebut yatu sebesar 7.80 MW. Maka dperoleh P MW, P MW, dan P 7 = 7.80 MW, Dmana P 9, P 8 dan P 7, dan mash beroperas dalam atau sesua dengan batasannya (P mn dan P maks ). Dar tabel VIII, dapat dlhat hasl penjadwalan beban PLTD Btung dan PLTD Lopana. Pada pukul PLTD Btung dan Lopana memkul beban konstan sebesar 5.00 MW. Namun pada pukul terjad penurunan beban (sstem memkul beban rendah) sehngga kedua PLTD n memkul beban konstan sebesar 4.00 MW. Dmana pada jam n unt pembangkt yang beroperas besar (prortas) yakn PLTA/PLTM, PLTP dan PLTD Sewa. Pada pukul terjad kenakan beban menjad 6.30 MW. Kemudan pada pukul beban sstem mula menngkat, dmana terjad kenakan beban yang cukup besar menjad MW. Begtupun pada pukul beban menngkat menjad 4.80 MW. Memasuk beban puncak pada pukul beban semakn menngkat menjad 8.70 MW. Pada pukul 1.00 beban turun menjad MW dan pada pukul beban konstan turun menjad.50 MW. Berdasarkan konds datas dapat dsmpulkan bahwa PLTD Lopana unt dan 1 merupakan urutan pertama yang akan djalankan dalam urutan prortas pengoperasan generator dbandngkan PLTD Btung melhat baya bahan bakar yang lebh murah. Dan semakn besar kenakan beban dalam suatu sstem dapat mempengaruh kerja dar unt pembangkt (generator) yang artnya semakn besar kenakan beban maka unt pembangkt yang beroperas akan bertambah pula jumlah pembangkt (semakn banyak). Sehngga baya bahan bakar yang dbutuhkan bertambah pula (lebh mahal). Setelah memperoleh penjadwalan dan pembagan/penjatahan beban unt pembangkt termal, selanjutnya akan dhtung besar baya yang palng ekonoms dantara beberapa kombnas on/off unt pembangkt termal dengan menggunakan metode pemrograman dnamk. Untuk perhtungan baya bahan bakar mnmum untuk jam ke-k dan kombnas I, sepert dbawah n.

10 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : TABEL IX. HASIL PERHITUNGAN BIAYA BAHAN BAKAR MINIMUM Gambar 7 Kurva Kapabltas Generator PLTD Btung dar Plot Data PQ Gambar 8 Uj coba Kurva Kapabltas Generator PLTD Btung unt 9 K=1 (jam ke-1) I=33 F cos t (1,33) = mn[p cos t (1,33) + S cos t (0,L;1,33) + F cos t (0)] F 1 = P P 9 = (3.50) (3.50) = ,388 F = P P 8 = (1.50) (1.50) = ,37 P cos t (1,33) = F 1 + F = , ,37 = ,760 F cos t (1,33) = , = ,760 I=9 F cos t (1,9) = mn[p cos t (1,9) + S cos t (0,L;1,9) + F cos t (0)] F 1 = P P 6 = (5.00) (5.00) = , P cos t (1,9) = , F cos t (1,9) = , + 0 = , Baya termurah adalah: F cos t (1,33) = ,760 Perhtungan baya bahan bakar mnmum untuk jam ke- -4. Berdasarkan penyelesaan dynamc program, baya mnmum/termurah dapat dperoleh konds termurah dar setap jam (perjam selama 4 jam/1 har). Tabel IX merupakan hasl perhtungan baya mnmum/termurah dar pukul (1 har). perhtungan baya bahan bakar dar penulsan skrps n menghaslkan harga yang lebh murah yatu sebesar Rp ,500,- dbandngkan dengan PT. PLN (Persero) yatu dengan pengeluaran sebesar ,800,-. Hasl Pembentukan Kurva Kapabltas dengan Jarngan Saraf Truan Tamplan kurva Kapabltas Hasl Pembentukan Jarngan Saraf Truan dtunjukan pada gambar 7. Uj Coba Kurva Kapabltas Generator Hasl Smulas Uj coba terhadap kurva kapabltas hasl pelathan NN dlakukan untuk Menguj ttk kerja dar generator, Yang dalam hal n generator PLTD Btung sehngga dapat dtentukan apakah generator bekerja pada batasan yang aman atau tdak (dapat dlhat pada gambar 8). P Q = 11 MW = 8.5 MVAr

11 E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : Dar Hasl Smulas Kurva Kapabltas datas terlhat bahwa Kerja Generator Aman. Dmana Dar hasl smulas Ttk kerja generator berada dalam ttk aman. V. KESIMPULAN Setelah melakukan pengolahan data dan dbantu dengan menggunakan program ETAP: Power Staton 4.0 dapat dperoleh besar daya atau kebutuhan daya (P demand ) pada sstem Mnahasa pada tanggal 4 November 011 pada pukul WITA adalah sebesar = MW. Penjadwalan pembangkt termal yang dlakukan yatu pada pukul WITA sesua dengan jumlah beban yang beroperas yatu PLTD Btung dan PLTD Lopana adalah sebesar MW maka unt-unt pembangkt termal yang beroperas adalah PLTD Lopana unt dan 1 serta PLTD Btung unt 9 (P 9 =4.00 MW, P 8 =4.50 MW dan P 7 =7.80 MW) dmana sesua urutan prortas. Untuk penjadwalan PT. PLN (Persero) dtnjau dar seg harga, pembangkt yang doperaskan secara utama sebaknya adalah PLTD Lopana dbandngkan PLTD Btung. Sesua dengan jumlah beban dan penjadwalan maka hasl perhtungan baya bahan bakar berdasarkan urutan prortas dperoleh sebesar Rp ,500,-. Dan jka dbandngkan dengan penjadwalan PT. PLN (Persero) Wlayah Suluttenggo total baya bahan bakar sebesar Rp ,800,-. Sehngga terlhat perbedaan harga, dan dapat dkatakan peneltan n memberkan hasl yang optmum. Dalam penjadwalan PT. PLN (Persero) lebh dahulu mengutamakan PLTD Btung dsebabkan untuk Marne Fuel Ol (MFO) pada PLTD Lopana memlk kekurangan yatu Perlu pemanasan dahulu (95 C) dan Dapat menyebabkan mesn mogok bahkan rusak karena kandungan dar Marne Fuel Ol (MFO) sepert aspal (kasar). Dar pengujan terhadap kurva kapabltas hasl smulas, letak ttk kerja yang dhaslkan sudah sesua dengan letak ttk kerja dar kurva kapabltas generator PLTD Btung. DAFTAR PUSTAKA [1] A. F. Nelwan, Ir. MT. Teknk Tenaga Lstrk, Lembaga Pembnaan dan Pengembangan Penddkan (LP3), Unverstas Sam Ratulang, Manado, 007. [] C. Cekdn, Sstem tenaga lstrk, Contoh Soal dan Penyelesaan menggunakan matlab, And, Yogyakarta, 007. [3] D. Marsud, Pembangktan Energ Lstrk, Erlangga, Jakarta, 005. [4] D. W Jr. Stevenson, Analss sstem tenaga lstrk Eds keempat, Erlangga, Jakarta, [5] E. Supryad, Sstem Pengaman Tenaga Lstrk. Adcpta Karya Nusa, Yogyakarta, [6] D. W. Wnda, Optmas Penjadwalan Unt Pembangkt Thermal Pada Sstem Tenaga Lstrk Mnahasa dengan Menerapkan Metode Pemrograman Dnamk (skrps), Unverstas Sam Ratulang, Fakultas Teknk, Jurusan Teknk Elektro, Manado, 011. [7] H. Saadat, Power System Analyss, Internatonal Edton, Second Edton, 004. [8] H.T. Hasan, Belajar Sendr Dasar-Dasar Pemrograman Matlab, Gava Meda, Yogyakarta, 005. [9] J. J. Granger, D. W Jr. Stevenson, Power System Analyss, McGraw-Hll.Inc, [10] J. J. Sang, Jarngan Saraf Truan dan Pemrogramannya Menggunakan Matlab, ANDI, Yogyakarta, 004. [11] M. H. K. A. Purnomo, Supervsed Neural Networks, Graha Ilmu, Yogyakarta, 006. [1] N. Gama, V. Sartka, Laporan Kerja Praktek d PT. PLN APB Sstem Mnahasa, Manado, 011. [13] S. J. Chapman, Electrc Machnery Fundamentals, McGraw- Hll Internatonal Edton, New York, 1991.

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang

Lebih terperinci

toto_suksno@uny.ac.d Economc load dspatch problem s allocatng loads to plants for mnmum cost whle meetng the constrants, (lhat d http://en.wkpeda.org/) Economc Dspatch adalah pembagan pembebanan pada pembangktpembangkt

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN Sofyan, Nadjamuddn Harun, Tola 3 Mahasswa Program

Lebih terperinci

Peramalan Beban Listrik Untuk Penjadwalan Sistem Pembangkit

Peramalan Beban Listrik Untuk Penjadwalan Sistem Pembangkit e-jurnal Teknk Elektro dan Komputer (03) Peramalan Beban Lstrk Untuk Penjadwalan Sstem Pembangkt G. E. J. Toreh, M. Tuegeh, M. Pakdng, L. Patras Jurusan Teknk Elektro-FT. UNSRAT, Manado-955, Emal: garcatoreh@gmal.com

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar Jurnal Nasonal Teknk Elektro, Vol. 7, No. 1, Maret 018 p-issn: 30-949, e-issn: 407-767 Analsa Operas Ekonoms Pembangkt Termal untuk Melayan Beban Puncak Sstem Kelstrkan Sumbar Syaf * dan Kartka Ika Putr

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBAGIAN BEBAN PLTU SURALAYA MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION

OPTIMASI PEMBAGIAN BEBAN PLTU SURALAYA MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION OPTIMASI PEMBAGIAN BEBAN PLTU SURALAYA MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY OPTIMIZATION Suhendar 1, Ika Want Tusyan 2, Almuddn 3 1,2,3 Jurusan Teknk Elektro, Fakutas Teknk Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih pada Sistem Kelistrikan Sumatera Bagian Tengah

Pengaruh Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih pada Sistem Kelistrikan Sumatera Bagian Tengah Pengaruh Penambahan Pembangkt Lstrk Tenaga Uap (PLTU) Teluk Srh pada Sstem Kelstrkan Sumatera Bagan Tengah Heru Dbyo Laksono 1,*), M. Nasr Sonn 1), Mko Mahendra 1) 1 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk,

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci