STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak"

Transkripsi

1 Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN Sofyan, Nadjamuddn Harun, Tola 3 Mahasswa Program Magster Teknk Elektro PPs Unverstas Hasanuddn Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Hasanuddn 3 Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Hasanuddn Abstrak Peneltan n bertujuan untuk :() mengetahu besarnya daya yang harus dbangktkan oleh setap pusat pembangkt dalam menanggung beban maksmum dengan baya operas palng mnmum, () mengetahu total baya operas, dan (3) mengetahu besar rug-rug daya total sstem setelah penjadwalan pembangktan. Peneltan n dlaksanakan d Unt pembagktan I Tello, Area Penyaluran dan pengaturan Beban (APB) sstem Sulsel PT PLN (Pesero) wlayah Sultanbatara. Metode yang dgunakan adalah analss deskrptf dengan ncremental producton cost (IP), yakn mengdentfkas pusat-pusat pembangkt yang beroperas saat terjadnya beban puncak. Setelah tu melakukan pengamblan data bulanan energ yang dbangktkan dan lama operas, kemudan melakukan analss regres kuadratk untuk mendapatkan nla konstanta a,b,c untuk membentuk fungs objektf dar setap pusat pembangkt. Hasl peneltan menunjukkan bahwa Daya yang harus dbangktkan oleh setap pusat pembangkt pada sstem Sulsel dalam menanggung beban Maksmum dengan baya operas palng mnmum adalah bus bakaru 6,00 MW, bus mamuju,00 MW, bus Makale 3,0 MW, bus Palopo,7 MW, bus sengkang 9,30 MW, bus suppa 6, MW, bus tello0 70,08 MW, bus Barangloe 0,00 MW, bus Tellolama 0, MW, Bus Jeneponto 0,8 MW dan Bus Bulukumba, MW. Adapun total baya operas Pusat-pusat pembangkt adalah ,39 Rp/jam. Sedangkan Besar rug-rug daya total sstem setelah penjadwalan pembangktan adalah MW. Kata kunc: Operas ekonoms, Pembangkt Pengoperasan beberapa unt pembangkt dalam suatu pusat pembangkt memerlukan manajemen yang bak. Khususnya dalam pembebanan dan jumlah daya yang harus dsumbangkan oleh suatu unt pembangkt atau suatu pusat pembangkt ke dalam sstem harus datur dengan bak. Manajemen pengoperasan yang ekonoms dapat menghemat baya produks daya terutama baya bahan bakar. Dalam pengoperasan sstem untuk keadaan beban bagamanapun, sumbangan daya dar suatu pusat pembangkt dan dar setap unt pada pusat pembangkt tersebut harus dtentukan sedemkan rupa sehngga baya daya yang dserahkan menjad mnmum (Wllam D. Stevenson, Jr. 983). Menurut daftar nventarsas mesn pembangkt tenaga lstrk yang beroperas secara terus menerus selama jam pada sstem kelstrkan Sulawes selatan terdapat sebelas pusat pemabangkt yang menyupla daya ke sstem pada saat beban puncak yang terjad pada tanggal 0 Me 00, yatu PLTA Bakaru, PLTD Suppa, PLTGU Sengkang, PLTA Bl-bl, Pembagkt Tello, PLTD Palopo dan PLTD Makale, PLTD Arena, PLTD Matekko, dan PLTD Agrego. Prortas pengoperasan unt-unt mesn pembangkt pada sstem sulsel dalam menanggung beban sstem adalah berdasarkan BPP [Baya Pokok Produks (Rp/kWh)] dar tap unt mesn pembangkt. Nla BPP dar suatu pusat pembangkt manyatakan baya bahan bakar untuk memproduks satu kwh. Dengan demkan pusat pembangkt yang mempunya BPP yang lebh rendah akan doperaskan lebh dahulu sebelum pusat pembangkt yang mempunya BPP lebh tngg. Sekarang yang menjad pertanyaan adalah apakah baya pemakaan bahan bakar n dapat dtekan (sehngga lebh kecl) dengan menggant metode penjadwalan operas? Inlah yang menjad pokok permasalahan dalam peneltan n, yakn dengan menggunakan metode penjadwalan

2 MEDIA ELEKTRIK, Volume, Nomor, Jun 00 operas unt-unt pembangkt berdasarkan Incremental Producton ost (IP). TINJAUAN PUSTAKA. Optmas Pembagkt Tenaga Lstrk Operas ekonoms adalah proses pembagan atau penjatahan beban total kepada masngmasng unt pembangkt, seluruh unt pembangkt dkontrol terus-menerus dalam nterval waktu tertentu sehngga dcapa pengoperasan yang optmal, dengan demkan pembangktan tenaga lstrk dapat dlkukan dengan cara yang palng ekonoms. Konfguras pembebanan atau penjadwalan pembangkt yang berbeda dapat memberkan baya operas pembangkt yang berbeda pula, tergantung dar karakterstk masng-masng unt pembangkt yang doperaskan. Ada beberapa metode dalam penjadwalan pembagkt dalam usaha menekan baya operas, yakn : a. Berdasarkan Umur Pembangkt Pada metode n, dengan asums bahwa untunt pembangkt yang baru mempunya efsens yang lebh tngg, maka unt-unt pembangkt yang baru dbeban sesua dengan ratng kapastasnya, dan unt-unt yang tua (efsens lebh rendah) memkul beban ssanya. b. Berdasarkan Ratng (daya Guna) Pembagkt Pembagan beban dantara unt-unt pembangkt sebandng dengan ratng kapastasnya, yatu dengan menngkatnya beban maka daya akan dcatu oleh unt yang palng berdaya guna hngga ttk daya guna maksmum unt tu dcapa. Kemudan untuk penngkatan beban selanjutnya, unt berkutnya yang palng berdaya guna akan mula beroperas pada sstem, dan unt ketga tdak doperaskan sebelum ttk daya guna maksmum unt kedua telah tercapa. c. Berdasarkan Krtera Penngkatan Baya Produks yang sama ( Equal Incremental ost) Pengurangan beban pada unt dengan baya tambahan palng tngg akan menghaslkan suatu pengurangan baya yang lebh besar darpada penngkatan baya untuk menambahkan sejumlah beban yang sama pada unt dengan baya tambahan yang lebh rendah. Pemndahan beban dar satu unt ke unt yang lan dapat menghaslkan pengurangan baya pengoperasan total sehngga baya pengoperasan tambahan dar kedua unt sama (equal ncremental cost). Dengan jalan yang sama dapat dperluas untuk pengoperasan unt pembagkt pada stasun yang mempunya lebh dar dua unt pembangkt. Jad patokan untuk pembagan beban yang ekonoms antara unt-unt d dalam suatu stasun adalah semua unt-unt pembangkt harus bekerja dengan baya pengoperasan tambahan yang sama. Jka keluaran stasun akan dnakkan, baya tambahan dengan masng-masng unt bekerja juga akan nak, tetap harus sama untuk semua unt.. Teknk Dstrbus Beban Berdasarkan Incremental Producton ost Incremental producton cost atau baya produks tambahan suatu unt untuk setap keluaran daya yang dtetapkan, adalah lmt perbandngan kenakan baya masukan produks dalam Rupah per jam terhadap kenakan keluaran daya yang bersesuaan dalam megawatt pada saat kenaakan keluaran daya mendekat nol (Wllam D. Stevenson Jr., 983). Baya produks tambahan yang mendekat kebenaran dapat dperoleh dengan menentukan baya produks yang menngkat untuk suatu selang waktu tertentu d mana keluaran daya yang dtngkatkan sedkt. Msalnya, baya tambahan pendekatan pada setap keluaran daya tertentu adalah baya tambahan dalam Rupah per jam untuk menngkatkan keluaran dengan MW. Pendstrbusan beban berdasarkan baya produks tambahan antara setap dua unt adalah pertmbangan apakah menakkan beban salah satu unt pada saat beban unt lan dturunkan dengan jumlah yang sama, akan mengakbatkan suatu kenakan atau penurunan baya total. Baya total operas melput baya bahan bakar utamanya, gaj pegawa, baya komponen-komponen pendukung, dan baya pemelharaan. Baya-baya tersebut dasumskan menjad bagan dar baya produks (Had Saadat, 999) Sebaga contoh bla suatu unt pembangkt termal keluaran dayanya adalah 300 MW, baya tambahan yang dtentukan dar suatu jens pendekatan adalah Rp.000,- per megawatt jam-nya. Maksud dar nla n adalah untuk menakkan daya unt pembangkt termal tersebut sebesar MW maka dbutuhkan baya tambahan per jam sebesar Rp.000,-Jka hendak menurunkan daya unt pembangkt termal tersebut

3 Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan sebesar MW maka terjad pengurangan baya per jam sebesar Rp.000,-. Demkanlah dasar-dasar untuk memaham dstrubus beban antara unt-unt dalam suatu pusat pembangkt yang memperhtungkan baya produks tambahan. Msalkan keluaran total suatu pusat pembangkt dcatu oleh dua unt dan pembagan beban antara kedua unt adalah sedemkan sehngga unt yang satu mempunya baya produks tambahan yang lebh tngg dar unt yang lan. Dan msalkan dlakukan pemndahan sebagan beban dar unt yang mempunya baya produks yang lebh tngg ke unt yang mempunya baya produks yang lebh rendah. Pengurangan beban pada unt yang mempunya baya produks tambahan lebh tngg akan menghaslkan suatu pengurangan baya yang lebh besar dar pada penngkatan baya untuk menambahkan sejumlah beban yang sama pada unt dengan baya tambahan yang lebh rendah. Pemndahan beban dar satu unt ke unt yang lan dapat dteruskan dengan suatu pengurangan dalam baya produks total sehngga baya-baya produks tambahan dar keuda unt tu adalah sama. Jka keluaran stasun dnakkan, baya tambahan dengan mana masng-masng unt bekerja juga akan nak tetap harus tetap sama untuk semuanya (Wllam D. Stevenson Jr.,983). 3. Perhtungan Pembagan Beban Berdasarkan Incremetal Producton ost. a. Baya Bahan Bakar sebaga Fungs Kuadrat dar Daya Aktf Dalam semua kasus prakts, baya bahan bakar dar generator dapat drepresentaskan sebaga sebuah fungs kuadrat dar daya aktf yang dbangktkan. (Had Saadat). = a + b P + c P... () Dmana: c = baya bahan bakar unt pembangkt ke- (Rp/jam) P = daya output unt pembangkt ke- (MW) a, b, dan c, adalah konstanta dar fungs kuadrat Konstanta-konstanta a, b, dan c dapat dtentukan berdasarkan data hasl percobaan atau hasl peneltan, yatu dengan mengambl beberapa data yang dperlukan untuk membangktkan daya nyata sebesar P dar unt pembangkt ke- selama selang waktu tertentu, dan a, b, dan c dapat dhtung dar sstem persamaan, å = n. a + b åpj + cåpj å å + P j = a Pj bå Pj + cå å å + 3 Pj = a Pj b åpj + cå.. () dmana j =,, 3, n, dan n = banyaknya data yang dambl. Dengan cara n konstanta a, b, dan c, serta fungs baya kuadrats tap unt pembangkt dapat dperoleh. b. Incremental Producton ost (IP) IP adalah baya tambahan yang dperlukan untuk membangktkan setap MW setap jam pada tap bus pembagkt. Turunan pertama dar persamaan () terhadap daya output, d dp P 3 j P j = c P + b (3) dsebut Incremental Producton ost (IP), yatu hubungan lnear, yang menyatakan baya tambahan yang dperlukan (Rp/jam) untuk manakkan daya output pembangkt ke- sebesar MW. Prnsp dstrbus beban yang ekonoms antara unt-unt pembangkt termal d dalam suatu pusat pembangkt adalah bahwa semua unt tu harus bekerja dengan IP yang sama, dalam hal n adalah Incremental Fuel ost (IF) yang sama. (Glover, 007). Jka keluaran pusat pembangkt akan dnakkan, baya tambahan (ncremental producton cost) dar masng-masng unt yang bekerja juga harus nak, tetap harus tetap sama untuk semuanya. c. Fungs Objektf untuk Penjadwalan Pembangktan Tujuan pembentukan fungs objektf adalah untuk memperoleh baya pembagktan total yang dperlukan untuk mensupla beban total yang harus dtanggung oleh sstem. Masalah dstrbus beban ekonoms yang palng sederhana adalah ketka rug-rug saluran transms dabakan. oleh sebab tu, model masalah tdak memperhtungkan konfguras sstem dan mpedans jarngan. pada hakkatnya, model mengasumskan bahwa sstem hanya terdr dar satu bus dengan semua pembangkt dan beban terhubung padanya sebagamana dtunjukkan secara sstemats dalam Gambar.9 berkut :

4 MEDIA ELEKTRIK, Volume, Nomor, Jun 00 yang harus dbangktkan oleh bus pembangkt selan slack bus. Persamaan pembatas yang harus dpenuh adalah: Gambar. Model Sstem yang Mengabakan Rug-Rug Saluran Transms Sejak rug-rug transms dabakan, total permntaan P D adalah penjumlahan dar semua pembangkt. Sebuah fungs baya dasumskan akan dketahu untuk tap unt. Masalahnya adalah mencar pembangktan daya nyata untuk tap-tap unt dengan demkan fungs objektf (baya total produks) sebagamana yang ddefnskan oleh persamaan t = n = n n å = = å a + b. P + c. P = () yatu jumlah baya bahan bakar unt pembangkt ke-, pembangkt ke-, sampa pembangkt ke-n harus mnmum. t adalah baya produks total, adalah baya produks dar unt ke-, P adalah daya yang dbangktkan dar unt ke-. Agar baya bahan bakar mnmum, maka harus dpenuh: d d d = l, = l,..., = l () dp dp dp artnya semua unt harus bekerja pada baya bahan bakar tambahan λ yang sama atau IP yang sama dan mnmum. d. Persamaan dan pertdaksamaan pembatas Pertdaksamaan pembatas adalah pertdaksamaan yang menyatakan bahwa daya yang dbangktkan oleh tap bus pembangkt tdak lebh kecl dar kemampuan mnmum atau tdak lebh besar dar kemampuan maksmum pembangkt. Sedangkan persamaan pembatas adalah persamaan yang menyatakan bahwa jumlah daya yang dbangktkan oleh semua bus pembangkt sama dengan jumlah beban yang harus dtanggung sstem. Jka konds tersebut tdak terpenuh maka slack bus akan menyupla semua kekurangan dar selsh daya antara jumlah daya beban total yang harus dtanggung sstem dengan jumlah daya total n å P = P = D (6) dmana P adalah daya yang dbangkt dar unt ke-, P D adalah total permntaan, dan n g adalah jumlah total unt-unt pembangkt yang terdstrbus. Selan tu ada pertdaksamaan pembatas yang juga harus dpenuh, yakn: P (mn) P P (max) =,, 3,.., n.. (7) dmana P (mn) dan P (maks) adalah kemampuan daya mnmum dan maksmum yang dapat dbangktkan oleh pembangkt ke-. e. Persamaan koordnas Berdasarkan persamaan (3) dapat dperoleh: d dp c. P + b = l atau P =.(8) b = l - c Persamaan d atas dsebut dengan persamaan koordnas. Fungsnya adalah untuk menghtung daya yang dbangktkan oleh setap pembangkt, sedangkan ג (lambda) adalah Incremental producton cost, sedangkan konstanta a,b,c adalah konstanta-konstanta pada fungs objektf. Untuk mendapatkan nla konstanta tersebut dperoleh dengan cara menyelesakan persamaan (), dmana data yang dgunakan dar persamaan tersebut dperoleh dar data sekunder yang dperoleh dar PLN berupa data daya ratarata yang dbangktkan dan baya pembangktan rata-rata perjam yang dperlukan oleh setap bus pembangkt perbulan selama. tahun. f. Perhtungan rug rug daya total akbat rug-rug pada saluran transms Jka jarak saluran transms sangat pendek dan kerapatan beban sangat tngg, rug rug jarngan dapat dabakan dan pembangktan daya yang optmal dcapa untuk seluruh unt pembangkt dengan baya produks tambahan yang sama. Akan tetap pada sstem besar yang salng ternterkoneks, dmana daya dtransmskan pada jarak yang sangat jauh ke

5 Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan area dengan tngkat kepadatan beban yang rendah, rug-rug transms merupakan faktor utama yang harus dperhtungkan dalam pembangktan optmum. Satu persamaan umum untuk memasukkan pengaruh rug-rug transms yang menyatakan rug-rug transms total sebaga fungs kuadrats dar daya output generator, dnyatakan oleh persamaan: n g b + g P + lå BjPj + Bol = l...(9) j= atau : ng æ g ö ç + B P + å Bj Pj è l ø j æ ö = b ç- B0 - (0) è ø = l j ¹ (Saadat,Had:00) Dengan menggunakan persamaan () d atas rugrug total jarngan dapat dhtung setelah optmas dlakukan. METODE PENELITIAN Gambar. Dagram alr metode IP Peneltan n dmula dengan mengamat alran daya tertngg pada tahun 00, kemudan mengdentfkas pusat-pusat pembagkt mana saja yang beropersa dalam menyupla beban yang ada. Metode yang dgunakan adalah analss deskrptf dengan ncremental producton cost (IP), yakn mengdentfkas pusat-pusat pembangkt yang beroperas saat terjadnya beban puncak. Setelah tu melakukan pengamblan data bulanan energ yang dbangktkan dan lama operas, kemudan melakukan analss regres kuadratk untuk mendapatkan nla konstanta a,b,c untuk membentuk fungs objektf dar setap pusat pembangkt. Selanjutnya dapat dlhat pada gambar dbawah n : HASIL DAN PEMBAHASAN. Sstem Kelstrkan Sulawes Selatan Sstem kelstrkan Sulawes Selatan dkelola oleh PT PLN (persero) wlayah Sulawes selatan, Sulawes Tenggara dan Sulawes Barat (sultanbatara). Sstem kelstrkan n menyedakan daya lstrk untuk kebutuhan masyarakat yang berada d provns Sulawes selatan, dan Sulawes Barat. Saat n sstem sstem kelstrkan d Sulawes Selatan dsupla oleh empat pembangkt utama, yatu : a. PLTA Bakaru yang terdr atas dua generator b. Pusat pembangkt tenaga lstrk Tello d Makassar terdr dar : - PLTD, yang terdr dar enam generator - PLTG, yang terdr dar generator - PLTU, yang terdr dar dua generator dan dua transformator daya dua kumparan. c. PLTGU Sengkang yang terdr dar tga generator d. PLTD Suppa yang terdr dar enam generator. Pusat-pusat pembangkt tersebut tersebar dan ternterkoneks melalu saluran transms dan saluran dstrbus sepert yang terlhat pada gambar 3. Jumlah bus pada sstem kelstrkan Sulsel saat n telah mencapa 37 bus yang salng ternterkoneks secara loop (melngkar), dengan total daya terpasang pada sstem sebesar 76,9 MW, sedangkan daya mampu sebesar 0 MW.. Harga bahan bakar mnyak untuk ndustr Harga bahan bakar merupakan salah satu faktor yang angat berpengaruh dalam penetuan harga energ lstrk. Hal n dsebabkan karena hamper 80 persen baya produks lstrk berasal dar harga bahan bakar. Teknk optmas dengan IP juga tdak bsal terlepas dar faktor n, karena penentuan baya pembangktan per jam dar setap bus pembangkt sangat terkat dengan konsums bahan bakar pada pusat pembangkt tersebut dan harga bahan bakar yang dpaka oleh pusat pembangkt yang sedang danalss.

6 MEDIA ELEKTRIK, Volume, Nomor, Jun 00 Dagram Harga rata-rata pertahun bahan bakar HSD dan MFO HSD MFO Gambar 3. Harga bahan bakar mnyak untuk ndustr Adapun harga bahan bakar mnyak untuk ndustr yang dgunakan dalam pengoperasan pembangkt termal dar tahun 006 hngga bulan Me 00 dapat dlhat pada gambar 3. Untuk sstem kelstrkan Sulawes Selatan, umumnya pembangkt termal yang dopersakan, mengkonsums bahan bakar berupa mnyak solar atau hgh speed desel (HSD) dan sebaga kecl menggunkan Marne fuel ol (MFO), sedangkan jens mnyak desel (MDF) tdak dgunakan. 3. Tegangan bus dan rug-rug daya sstem Tegangan bus beban tertngg terjad pada bus (pangkep 70) sebesar,033 p.u atau 7,3 kv, sedangkan tegangan terendah terjad pada bus 8 yatu bus bosowa sebesar 0.90 p.u atau kv. Teganngan pada bus 8 n turun lebh dar % atau tolerans penurunan tegangan yang dznkan oleh PLN, jad perlu upaya PLN untuk memperbak tegangan pada bus n. Daya tertngg yang mengalr dsaluran pada konds beban puncak tanggal 0 me 00 jam 9.00 wta dar saluran ke 0 (bus sengkang ke bus soppeng) sebesar 76, MW, sedangkan alran daya terendah terdapat pada saluran ke (Bus Pangkep 0 ke Tello 0) sebesar, MW. Dar hasl analss alran daya d atas juga terlhat bahwa rug-rug total sstem adalah sebesar MW.. Hasl perhtungan optmas Berdasarkan hasl analss alran daya dapat dketahu daya yang harus dbangktkan oleh taptap bus pembangkt dalam menanggung beban sstem, dar hasl perhtungan yang dlakukan dperoleh hasl sepert dtunjukkan pada gambar. Berdasarkan gambar dapat dlhat bahwa terdapat tga bus utama yang menyupla daya terbesar pada sstem saat terjadnya beban puncak yatu, bus Bakaru, bus Sengkang dan bus Tello 0, sedangkan bus yang lan menanggung beban yang terdstrbus secara merata dalam menyupla daya ke sstem. Pada bus Bakaru sebaga slack bus, terlhat bahwa daya yang dbangktkan sebelum optmas dlakukan sebesar 0,6 MW, sedangkan setelah optmas dlakukan daya yang dbangktkan mengalam kenakan menjad 6 MW. Hal n dsebabkan karena pada bus tesebut memlk baya operas yang murah karena berbahan bakar ar, sehngga kapastas dayanya doptmalkan untuk memenuh kebutuhan beban sstem dan juga berperan untuk menyupla busbus lan yang mengalam kekurangan daya. Daya yang dbagktkan [MW] Daya yang dbangktkan tap bus pembagkt sebelum dan sesudah optmas Bus Pembagkt Gambar. Daya output tap bus setelah optmas Lan halnya pada bus yang menggunakan bahan bakar mnyak, dar hasl optmas dapat dlhat bahwa daya yang dbangktkan setelah optmas sedkt lebh kecl dbadngkan dengan daya sebelum dlakukannya proses optmas. Hal n dlakukan karena pembangkt termal rata-rata memlk baya operas yang lebh mahal dbandngkan dengan pembangkt hdro.. Perhtungan baya total bus pembagkt Untuk menghtung baya total bus pembangkt, maka terlebh dahulu harus dtentukan fungs objektf dar tap-tap bus pembangkt. Adapun fungs objektf dar setap bus pembangkt adalah sebaga berkut :

7 Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan a. Bus bakaru () : = 86,3909+,7P + 0, 07P b. Bus suppa () : =,9x0 +,x0 P + 6, 37P c. Bus Makale (8) : 8 = 6,3x P8 +, 989P8 d. Bus Palopo (9) : =,78x0 -,7x0 P9 +,6x0 P9 e. Bus Sengkang () : + P 6 =,7839x0 +,00x0 P f. Bus Mamuju () : =,9x0 +,x0 P P g. Bus Tello 0 (): 7 =,36x0 +,97x0 P +, 3089P h. Bus Barang Loe (3): 3 =, ,6397P3-0, 033P3. Bus Tello Lama 0 (7): 7 7 =,6x0-8,0300x0 P7 +, 0787P7 j. Bus Jeneponto (3): - 3 =,6x0 + 6,9x0 P3,8x0 P3 k. Bus Bulukumba (3): + 3 =,90x0 + 7,06x0 P3,36x0 P3 Dengan menggunakan program MATLAB, maka fungs objektf dar tap bus pembangkt dapat dpaka untuk menghtung baya total yang dbutuhkan oleh bus pembangkt dalam membangktkan daya optmal sstem. Dar hasl perhtungan dperoleh baya total pembangktan sebesar ,39 Rp/jam. Dar angka tersebut dapat dketahu bahwa harga energ lstrk per kwh untuk sstem sulsel adalah rupah. Perbandngan hasl perhtungan dengan menggunakan metode mert order PLN dengan metode IP dapat dlhat pada gambar. Dar hasl perbandngan tersebut dapat dlhat bahwa terdapat selsh baya total pembangktan sebesar ,6 Rp/jam jka metode IP n daplkaskan, sehngga baya total pembangktan sstem dapat lebh doptmalkan. Gambar. Perbandngan Baya Tap Bus Antara Mert Order dengan Optmas IP SIMPULAN Berdasarkan hasl perhtungan yang telah dlkukan dapat dtark smpulan sebaga berkut :. Daya yang harus dbangktkan oleh tap-tap pusat pembangkt yang beroperas d wlayah SULSEL dalam menanggung beban Maksmum dengan baya operas palng mnmum adalah bus bakaru 6,00 MW, bus mamuju,00 MW, bus Makale 3,0 MW, bus Palopo,7 MW, bus sengkang 9,30 MW, bus suppa 6, MW, bus tello0 70,08 MW, bus Barangloe 0,00 MW, bus Tellolama 0, MW, Bus Jeneponto 0,8 MW dan Bus Bulukumba, MW.. Total baya operas Pusat-pusat pembangkt yang dkeluarkan dalam menanggung beban sstem adalah ,39 Rp/jam 3. Besar rug-rug daya total sstem setelah penjadwalan pembagktan adalah MW. DAFTAR PUSTAKA Almanda, Den. (998). Strateg Operas Sstem Tenaga Lstrk. hapra, Steven, Ph.D & Raymond P. anale, Ph.D.(99). Metode Numerk. Jld I. Jakarta : Penerbt Erlangga. D Stevenson, Wllam Jr.(983). Analss Sstem Tenaga Lstrk. Jakarta: Erlangga. Gen, Mtsuo & heng, Runwe. (000). Genetc Algorthms And Engneerng Optmzaton.

8 MEDIA ELEKTRIK, Volume, Nomor, Jun 00 Unted State of Amerka: John Wley & Sons Inc. Glover, J.D, dkk. (007). Power System Analyss and Desgn. Sngapore: The McGraw-Hll Book o, Inc. Imran, Al. (008). Optmas Penjadwalan Pembangktan d Antara Unt-Unt Pembangkt Termal Berdasarkan Incremental ost yang Sama. Makassar: Jurnal Meda Elektrk. Kusumadew, Sr & Purnomo, Har. (00). Penyelesaan Masalah Optmas dengan Teknk-Teknk Heurstk. Yogyakarta : Graha lmu Marsud, Djteng (006). Operas Sstem Tenaga Lstrk. Jakarta: Penerbt Graha Ilmu. Roband, Imam. (006). Desan Sstem Tenaga Modern.Yogyakarta : And Offset Saadat, Had. (00). Power System Analyss. Sngapore : The McGraw-Hll Book o, Inc. Sudjana, Prof. Dr. M.A. (00). Metoda Statstka. Bandung: Penerbt Tarsto. Wood, Allen J and Bruce F. Wollenberg. (98). Power Generaton Operaton and ontrol. New York: Power Technologes, Inc and Rensselaer Polytechnc Insttute. Walpole, Ronald E & Raymond H. Myers.(99). Ilmu Peluang dan Statstka Untuk Insnyur dan Ilmuwan. Bandung: Penerbt ITB Bandung.

9 Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan

THE STUDY OF ECONOMIC OPERATING ON ELECTRICAL POWER GENERATION IN SOUTH SULAWESI SYSTEM. Sofyan 1

THE STUDY OF ECONOMIC OPERATING ON ELECTRICAL POWER GENERATION IN SOUTH SULAWESI SYSTEM. Sofyan 1 THE STUDY OF EONOMI OERATING ON ELETRIAL OWER GENERATION IN SOUTH SULAWESI SYSTEM Sofyan 1 1 Lecturer of Bosowa olytechnc Abstrak eneltan n bertuuan untuk :(1) mengetahu besarnya daya yang harus dbangktkan

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

toto_suksno@uny.ac.d Economc load dspatch problem s allocatng loads to plants for mnmum cost whle meetng the constrants, (lhat d http://en.wkpeda.org/) Economc Dspatch adalah pembagan pembebanan pada pembangktpembangkt

Lebih terperinci

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar Jurnal Nasonal Teknk Elektro, Vol. 7, No. 1, Maret 018 p-issn: 30-949, e-issn: 407-767 Analsa Operas Ekonoms Pembangkt Termal untuk Melayan Beban Puncak Sstem Kelstrkan Sumbar Syaf * dan Kartka Ika Putr

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Peramalan Beban Listrik Untuk Penjadwalan Sistem Pembangkit

Peramalan Beban Listrik Untuk Penjadwalan Sistem Pembangkit e-jurnal Teknk Elektro dan Komputer (03) Peramalan Beban Lstrk Untuk Penjadwalan Sstem Pembangkt G. E. J. Toreh, M. Tuegeh, M. Pakdng, L. Patras Jurusan Teknk Elektro-FT. UNSRAT, Manado-955, Emal: garcatoreh@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) No. 29 ol.1 Thn. X Aprl 2008 SSN: 0854-8471 STUD HUBUNG SNGKAT UNTUK GANGGUAN TGA FASA SMETRS PADA SSTEM TENAGA LSTRK (Stud Kasus : PT. PLN Sumbar-Rau 150 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

GENERATOR SKENARIO PENGIRIMAN BAHAN BAKAR SOLAR (HSD) MENGGUNAKAN MODEL DAN ALGORITMA COMMON REPLENISHMENT EPOCH (CRE)

GENERATOR SKENARIO PENGIRIMAN BAHAN BAKAR SOLAR (HSD) MENGGUNAKAN MODEL DAN ALGORITMA COMMON REPLENISHMENT EPOCH (CRE) GENERATOR SKENARIO PENGIRIMAN BAHAN BAKAR SOLAR (HSD) MENGGUNAKAN MODEL DAN ALGORITMA COMMON REPLENISHMENT EPOCH (CRE) Muhammad Khosy n 1,2, Muh Iman Prajtno 2, Aro Isnad 3, Mochamad Haryad 4 1 Electrcal

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Penjadwalan Generator Yang Optimal Dengan Memperhatikan Keamanan Kerja Generator

Penjadwalan Generator Yang Optimal Dengan Memperhatikan Keamanan Kerja Generator E-journal Teknk Elektro dan Komputer (015), ISSN : 301-840 56 Penjadwalan Generator Yang Optmal Dengan Memperhatkan Keamanan Kerja Generator Prety Chrsty Tobuhu (1), Ir. Hans Tumalang, MT. (), Mackel Tuegeh,

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: 854-8471 STUDI ALIRA DAYA DEGA METODA FAST DECOULE (Aplkas T. L Sumbar-Rau 15 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas Andalas adang, Kampus Lmau Mans adang, Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

Abdul Rajab Andi Faharuddin Staf Pengajar Teknik Elektro Univ. Andalas, Padang. Kampus Limau Manis, Padang

Abdul Rajab Andi Faharuddin Staf Pengajar Teknik Elektro Univ. Andalas, Padang. Kampus Limau Manis, Padang PEMBAGIAN BEBAN SECARA EKONOMIS PEMBANGKIT- PEMBANGKIT LISTRIK UNIT TERMAL MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE PEMROGRAMAN DINAMIS DAN PENYELESAIAN SECARA ANALITIS Abdul Rajab And Faharuddn Staf Pengajar Teknk

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci