DAYA SAING PRODUK OLAHAN PERTANIAN: UBIKAYU, PISANG DAN JERUK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAYA SAING PRODUK OLAHAN PERTANIAN: UBIKAYU, PISANG DAN JERUK"

Transkripsi

1 Daya Sang Produk Pertanan DAYA SAING PRODUK OLAHAN PERTANIAN: UBIKAYU, PISANG DAN JERUK Muchjdn Rachmat dan Sr Nuryant PENDAHULUAN Pembangunan pertanan menuntut produk yang dhaslkan berdaya sang d pasar global. Dbutuhkan penngkatan efsens dan mutu produk melalu perbakan sstem produks, pasca panen dan pengolahan. Era perdagangan global dtujukan untuk menghapus hambatan perdagangan berdasar prnsp lberalsas, keterbukaan pasar, harmonsas bentuk dan keseragaman standar mutu dan keamanan produk. Dnamka global dan lberalsas menyebabkan semakn tnggnya salng ketergantungan, menempatkan pasar dengan derajat persangan yang tngg sebaga acuan utama, terjadnya persangan dalam pemanfaatan teknolog tngg/canggh, tuntutan konsumen yang lebh tngg dalam kualtas produk, su lngkungan dan hak asas manusa. Tantangan yang dhadap adalah produk harus bermutu tngg dengan harga bersang, aman bag lngkungan dan sarana memada, serta mampu memperkokoh pasar domestk. Indonesa banyak memproduks dan mengekspor produk pertanan dalam bentuk segar atau prmer tetap mengmpor produk olahannya. Dalam jangka panjang hal n sangat merugkan produsen domestk karena kehlangan nla tambah. Daya sang komodt Indonesa lemah karena mash mengandalkan keunggulan komparatf dar kelmpahan sumber daya alam dan tenaga kerja tdak terddk, sehngga produk yang dhaslkan ddomnas oleh produk prmer yang bersfat natural atau resourcesbased dan unsklled-labor ntensve. Sejalan dengan dnamka pasar maka hasl olahan tradsonal masyarakat akan tertnggal dan terdesak oleh produk olahan modern. Keragaman teknolog pengolahan produk pertanan spesfk lokas merupakan kekayaan daerah yang apabla ddayagunakan akan menjad sumber kekuatan pengembangan pengolahan yang berdaya sang. Teknolog menjad faktor pentng untuk member nla tambah produk pertanan pada umumnya (Gumbra Sad dan Rachmayant, 2000). Untuk tu, kebjakan pembangunan pertanan Indonesa harus melangkah ke arah ndustralsas melalu pengembangan produk olahan, dmana ekspor produk pertanan secara bertahap harus beralh dar produk prmer ke produk olahan dan sekalgus mengurang mpor produk olahan. Pengembangan produk olahan mempunya keuntungan ganda, yatu: (a) sebaga promos ekspor dan substtus mpor, (b) mencptakan nla tambah, (c) mencptakan lapangan kerja ndustr, dan (d) menngkatkan adops teknolog. Pengembangan ndustr pengolahan pertanan harus memlk keunggulan kompettf dan komparatf serta ddukung oleh ketersedaan kualtas dan kontnutas bahan baku yang akan dolah. Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 401

2 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk Indonesa merupakan pasar terbesar d kawasan ASEAN, sehngga perlu menngkatkan efsens, mutu produk, dan daya sang yang kuat untuk merah peluang pasar domestk dan nternasonal. Oleh karena tu, dperlukan perbakan sstem produks, pascapanen dan pengolahan untuk menngkatkan nla tambah. Tga komodt pentng, yatu ubkayu, psang dan jeruk terplh sebaga komodt potensal untuk pengembangan produk olahan pertanan dalam rangka menngkatkan daya sang d era lberalsas perdagangan. Ubkayu dan jeruk menghaslkan produk substtus mpor (tepung ubkayu dan sar murn jeruk). Dsampng tu, jeruk dan psang mempunya peluang promos ekspor. Tulsan n membahas status pengembangan dan daya sang produk olahan ketga komodt tersebut. PERKEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI INDONESIA Berjalannya transformas ekonom Indonesa dtunjukkan oleh perubahan struktur PDB, kesempatan kerja, dan komposs ekspor serta mpor. Dalam tahun , peran pertanan terhadap PDB menurun dar 14,34 persen menjad 12,5 persen, sementara pada perode yang sama peran ndustr pengolahan menngkat dar 7,12 persen menjad 7,18 persen. Kontrbus PDB dar agondustr telah melebh kontrbus subsektor bahan makanan sebaga subsektor utama d sektor pertanan (Rachmat, 2013). Dalam kurun waktu tersebut, jumlah ndustr pengolahan pertanan menngkat dar 896 rbu unt menjad lebh dar 1 juta unt atau menngkat sebesar 1,96%/tahun. Penngkatan jumlah ndustr tersebut telah menngkatkan jumlah tenaga kerja yang terlbat dar 3,19 juta orang menjad 3,79 juta orang, atau menngkat sebesar 2,35%/tahun. Nla output yang dhaslkan menngkat 33,02%/tahun, sedangkan nla tambah yang dperoleh menngkat 36,35% (Tabel 1). Nla perdagangan pertanan Indonesa secara umum berada pada poss surplus, bak untuk produk segar maupun olahan. Dalam tahun 2009 surplus perdagangan produk pertanan sebesar AS$ 13,14 juta yang berasal dar surplus produk segar AS$ 9,17 juta dan surplus produk olahan AS$ 3,98 juta. Surplus perdagangan terutama berasal dar subsektor perkebunan. Dalam tahun 2009 surplus perdagangan produk perkebunan sebesar AS$ juta, terdr dar surplus produk segar AS$ 12,74 juta dan surplus produk olahan AS$ 4,90 juta. Pada subsektor tanaman pangan dan peternakan terjad defst nla perdagangan pada produk segar dan produk olahan. Pada subsektor hortkultura, defst nla perdagangan dsebabkan defst perdagangan produk segar lebh besar dar surplus nla perdagangan produk olahan. Hal n menunjukkan bahwa terjad permasalahan dalam pengembangan produk olahan d semua subsektor, terutama d subsektor tanaman pangan, hortkultura, dan peternakan. Dar keragaan pengembangan produk olahan yang ada umumnya baru kepada produk setengah jad (ntermedate product) dan belum ke arah produk akhr. 402 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

3 Daya Sang Produk Pertanan Tabel 1. Peran Industr Pengolahan Pertanan Dalam Penyerapan Tenaga Kerja, Pencptaan Output dan Nla Tambah Tahun 2004 dan 2012 Indkator Jumlah ndustr (unt) T Kerja (orang) Nla output (mlar Rp) Nla Tambah (mlar Rp) Total Industr Pengolahan Pengolahan Pertanan (33,29) (29,41) (35,32) (21, 37) Total Industr Pengolahan Pengolahan Pertanan (31,98) (28,2) (29,36) (23,65) Laju pertumbuhan (%/th) Total Industr Pengolahan Pengolahan Pertanan 2,55 1,96 2,98 2,35 42,25 33,02 31,65 36,35 Sumber: Rachmat, (2013) atas dasat Statstk Indonesa, 1995 dn 2013 ( ) prosentase pengolahan pertanan terhadap total ndustr pengolahan Dar perkembangan struktur ndustr pengolahan pertanan, dalam tahun terjad penngkatan jumlah usaha pengolahan pertanan dar unt menjad unt atau penngkatan sebesar 1,96%/tahun, dkut oleh penngkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 2,52% yatu dar 599 rbu tenaga kerja yatu dar orang menjad orang dan penngkatan nla output ndustr pengolahan pertanan menngkat rata- rata 33,02 %/th. Berdasarkan ukuran usahanya, secara umum jumlah ndustr pengolahan ddomnas (datas 92 persen) oleh ndustr skala mkro/ rumahtangga, dsusul oleh ndustr skala kecl sementara ndustr sedang besar hanya sektar 0,6 persen. Knerja ndustr pengolahan, sesua dengan skala usahanya terdapat kesenjangan antara usaha pengolahan skala mkro, kecl dan sedang besar. Dlhat dar produktvtas output per unt ndustr, juga terjad perbedaan yang menurut skala usahanya. Produktvtas output per unt ndustr kerja per unt ndustr skala mkro sebesar 0,025 mlar rupah/ndustr, dbandngkan 0,197 mlar rupah/ndustr skala kecl dan skala sedang besar 40,96 mlar rupah/ndustr (Rachmat, 2013). KONSEPSI PENINGKATAN DAYA SAING Istlah daya sang (compettveness) mempunya tafsran beragam, tdak ada defns baku yang dterma semua phak. Salah satu pemkran tentang daya sang adalah konsep/teor keunggulan komparatf (comparatve advantage) dan keunggulan kompettf (compettve advantage). Konsep keunggulan komparatf dkemukakan oleh Rcardo (1817) yang menjelaskan tentang daya sang dalam katan perdagangan antar bangsa. Menurut Rcardo, suatu negara yang mempunya produktvtas relatf lebh Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 403

4 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk tngg akan mengekspor ke negara yang produktvtasnya lebh rendah. Dengan demkan keunggulan komparatf ddasar kepada perbedaan produktvtas relatf. Keunggulan komparatf yang dkemukakan Rcardo sesungguhnya merupakan keunggulan alamah atau keunggulan absolut. Teor Heckser-Ohln (Deardorff, 1982) mendasarkan kepada kelmpahan faktor produks, dmana-negara yang memlk faktor produks yang melmpah akan memlk keunggulan komparatf. Konsep keunggulan kompettf dkembangkan oleh Porter (1998), yang ddasarkan kepada baya rendah dan dferensas produk. konsep keunggulan baya rendah berkatan dengan kemampuannya menghaslkan baya produks lebh rendah secara relatf, sedangkan konsep dferensas produk berkatan dengan kemampuan memproduks dan memasarkan produk yang unk. Porter mengemukakan adanya lma faktor yang dapat mendorong penngkatan keunggulan kompettf, yatu: (a) pencptaan teknolog baru, (b) pencptaan proses baru sesua dengan permntaan pasar, (c) pencptaan segmen pasar baru, (d) perubahan struktur baya yang lebh efsen, dan (e) perubahan peraturan yang mengubah daya sang. Berdasarkan konsep tersebut novas merupakan kunc dar terbangunnya keunggulan kompettf. Konsep /teor keunggulan komparatf dan keunggulan kompettf keunggulan komparatf ddasarkan kepada fenomena perdagangan antar bangsa, dmana ukuran utama dar perdagangan tersebut adalah ekspor. Atas dasar konsep tersebut berkembang beberapa alat analsa untuk menla tngkat daya sang komodt /produk d pasar nternasonal, antara lan: (a) Revealed Comparatve Advantage/RCA, (b) Acceleraton Rato/(AR, (c) Trade Specalst Rato /TSR), dan (d) Constant Market Share Analyss /CMSA (Lampran 1). Alat analsa lan yang juga serng dgunakan dalam mengukur daya sang adalah Domestc Resource Cost (DRC) atau Baya Sumber daya Domestk (BSD). BSD dgunakan untuk melhat apakah suatu aktvtas ekonom yang menggunakan sumber daya domestk mempunya keunggulan komparatf dan keunggulan kompettf. Apakah aktvtas ekonom yang dmaksud efsen secara ekonom dalam memanfaatkan sumber daya domestk, sehngga harga jualnya tdak melebh tngkat border prce nya. Apabla nla BSD <1 berart aktftas ekonom mempunya keunggulan komparatf, karena aktftas tersebut dnla efsen dalam pemanfaatan sumber daya domestk sehngga lebh menguntungkan untuk memproduks komodtas tersebut ddalam neger. Apabla nla BSD >1 berart aktftas ekonom tdak mempunya keunggulan komparatf, karena aktftas tersebut tdak efsen dalam pemanfaatan sumber daya domestk sehngga lebh menguntungkan untuk mpor dbandngkan memproduks ddalam neger. Apabla BSD =1 berart bersfat netral, aktftas ekonom dalam keuntungan normal. Semakn kecl nla BSD semakn efsen aktftas tersebut dalam memanfaatkan sumber daya. Pendekatan n sangat umum dgunakan untuk melhat daya sang komodtas. Tngkat daya sang atas dasar perhtungan nla keunggulan komparatf dan keunggulan kompettf datas, ddasarkan kepada asums perdagangan bebas tanda dstors dan campur tangan pemerntah. Sejalan dengan berkembangnya pola-pola perdagangan antar negara terutama dengan menguatnya sstem perdagangan dalam pola kerjasama blateral, regonal dan multlateral. Pola kerjasama tersebut 404 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

5 Daya Sang Produk Pertanan merupakan bentuk lan dar upaya penguatan perdagangan. Keberhaslan perdagangan akan sangat dtentukan oleh kekuatan pendekatan (lobby) dalam mempromoskan produk. Untuk mendukung hal tersebut, penggunaan alat analsa datas dnla belum cukup, dperlukan data dan cara lan untuk mendukung keberhaslan lobby sepert kekuatan market ntellegent, promos produk dan poltk. STATUS INDUSTRI PENGOLAHAN DAN DAYA SAING UBIKAYU Knerja Industr Pengolahan Ubkayu Dalam sepuluh tahun terakhr ( ), produks Ubkayu Indonesa menngkat dengan laju 1,97%/tahun. Penngkatan produks tersebut terutama dsebabkan oleh penngkatan produktvtas ubkayu dengan laju 2,79%/tahun, sementara luas areal tanamnya turun dengan laju -0,79%/tahun. Sentra produks ubkayu d Indonesa adalah Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Tmur, dan Sulawes Selatan. Penngkatan produks ubkayu dapat dlakukan dengan ekstensfkas dan ntensfkas, msalnya menanam varetas unggul dan teknolog buddaya modern karena sfat ubkayu mudah dtanam, fleksbel dalam usahatan dan umur panen (Saleh et al., 2009; Andbya et al., 2009). Sejalan dengan upaya ektensfkas, berdasarkan nla sumbangan ekonom komodt ubkayu (locaton quotent, LQ) pengembangan ubkayu dapat dlakukan d sepuluh provns dengan nla LQ tertngg dengan Provns Lampung. (Heryanto et al., (2009). Indonesa menduduk perngkat keempat dar 103 negara produsen ubkayu duna (9% produks duna) dan menguasa 12% luas panen duna. Tngkat produktvtas ubkayu Indonesa hanya 18,7 ton/ha, menempat perngkat ke-17 d duna, atau mencapa 77% d atas produktvtas rata-rata ubkayu d duna (10,6 ton/ha). Luas panen ubkayu terkonsentras d lma negara, yatu Ngera (32%), Kongo (19%), Brazl (18%), Thaland (14%), dan Indonesa (12%) atau 95% secara keseluruhan. Produks ubkayu duna 60% dpasok oleh lma besar produsen termasuk Indonesa. Ngera mendomnas produks dengan kontrbus 16%, dsusul Thaland 13%, Brazla 11%, Indonesa 9% dan Kongo 6%. Hanya terdapat 9 negara ekportr dan 8 negara mportr komodt ubkayu segar. Selama ekspor gaplek maupun tapoka Indonesa cenderung menurun drasts. Indonesa hanya peman kecl d pasar ekspor produk ubkayu duna. Thaland menguasa 81% pasar ekspor gaplek dan 96% tapoka. Eksportr utama gaplek yang lan adalah Vetnam yang menguasa 14 persen ekspor gaplek, dsusul Indonesa (3%). Sementara tu untuk komodt tapoka tdak ada eksportr besar sepert Thaland, bahkan kontrbus Indonesa hanya 1% dar total pasar ekspor tapoka. Bahkan Indonesa mengmpor sektar 8% dar total tapoka d duna sebanyak serapan mpor Malaysa. Importr besar untuk produk ubkayu adalah Chna (85% gaplek dan 58% tapoka). Jepang adalah salah satu mportr besar untuk tapoka yang menyerap 5%. Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 405

6 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk Ubkayu d Indonesa dgunakan sebaga sumber bahan pangan (58%), bahan baku ndustr (28%), komodt ekspor (dalam bentuk gaplek 8%), pakan (2%), dan ssanya (4%) sebaga lmbah pertanan. Sebaga bahan pangan, oleh masyarakat ubkayu banyak dolah menjad produk makanan, sepert twul, cerpng, kerpk,opak, kerupuk, tape, getuk lndr dan lannya dalam bentuk ndustr skala kecl. Menurut BPS (2008) terdapat 62 jens ndustr skala sedang dan besar yang menggunakan ubkayu dan produk olahan antara sepert tepung tapoka, gaplek dan ampas tapoka. Pemanfaatan ubkayu untuk ndustr skala sedang antara lan untuk ndustr pengolahan makanan, pat, pakan, rot, gula dan srup, mnuman, m, makaron, kertas, farmas, dan kayu. Pengolahan ubkayu sebaga bahan ndustr besar antara lan untuk bahan baku (a) dekstrn untuk tekstl, kertas perekat plywood, dan ndustr kma/farmas, (b) ctrc acd untuk makanan dan mnuman, (c) monosodum glutamate, (d) sorbtol, (e) campuran pakan, dan (f) ethanol. Tepung tapoka dan produk turunan yang dsebut polyol, merupakan bahan baku pasta gg, produk kosmetk, dan vtamn C. Produk olahan ubkayu mempunya spektrum yang luas, menghaslkan hngga 14 macam produk turunan untuk ndustr makanan, farmas, kma, bahan bangunan, kertas dan bofuel sebagamana pohon ndustrnya (Suyamto dan Wargono, 2009). Gambaran d muka menunjukkan ubkayu memlk potens ekonom dar pengembangan olahan yang luas sebagamana terangkum dalam pohon ndustrnya (Lampran 2). Secara umum pengolahan pascapanen ubkayu dgunakan untuk memproduks tepung tapoka (sebagan besar oleh pabrk besar) dan tepung cassava (Rahmat et al., 1999). Namun, produks dan nla olahan ubkayu Indonesa untuk skala sedang dan besar mash terbatas pada tepung tapoka, tepung gaplek, tepung ubkayu, gaplek, ampas tapoka, twul, dan cerpng (Statstk Industr Besar dan Sedang 2011). Produk olahan ubkayu mash domnan untuk memenuh keperluan pangan langsung sepert kerpk, opak, kerupuk, cerpng, tape dan lan-lan (Statstk Industr Kecl, 2011). Jumlah dan nla produks ndustr kecl belum semua tercatat, namun dyakn nla produksnya menngkat sgnfkan karena ddukung data emprs bahwa pengolahan ubkayu, yatu tepung tapoka, tepung mocaf (modfed cassava flour), gaplek, twul, gatot dan kerpk ubkayu menguntungkan secara fnansal (Rachmat et al., 2011). Industr twul dan cerpng telah memasuk pasar yang lebh luas (skala menengah). Rachmat et al., (2011) besar d Bltar (untuk twul dan mocaf) dan Trenggalek (untuk mocaf dan aneka snack). menunjukkan bahwa d Kabupaten Canjur, telah berkembang ndustr pengolahan cerpng berskala rumahtangga/kecl, d Kabupaten Bogor selan ndustr tapoka dan ampas juga terdapat perusahaan eksportr cerpng ubkayu dengan tujuan ke Malaysa, Flpna, Sngapura dan Australa. Industr lan sepert mocaf, twul, gatot dan gaplek berkembang d Kabupaten Malang, bahkan terdapat ndustr yang lebh besar d Bltar. Mocaf adalah sebaga barang substtus tergu berkembang dalam ndustr kulner dan dengan program percepatan penganekaragaman konsums pangan, ndustr mocaf mempunya prospek pengembangan d masa datang. Industr pengolahan tapoka dan ampas berkembang pesat dengan nla produks tertngg d antara produk olahan ubkayu lan. Hal n merupakan salah satu 406 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

7 Daya Sang Produk Pertanan mplkas Perpres No. 5/2006 dan UU Energ No. 30/2007 tentang pemanfaatan bahan bakar nabat, telah mendorong pemanfaatan ubkayu sebaga sumber bahan bakar (boetanol). Produks ubkayu Indonesa tdak dpasarkan dalam bentuk segar, melankan dalam bentuk gaplek dan tapoka. Hanya terdapat 9 negara eksportr dan 8 negara mportr komodt ubkayu segar. Selama ekspor gaplek maupun tapoka Indonesa cenderung menurun drasts (Rachmat, et al., 2011). Nla perdagangan ubkayu mash defst (BPS, 2010), namun mash mampu bersang d tngkat domestk dan nternasonal. Sampa saat n, ubkayu Indonesa dekspor ke Jepang, Korea, Chna, AS, Flpna, Malaysa, Vetnam, Sngapura, Jerman, Tawan, Inggrs dan Belanda. Ekspor ubkayu terbesar ke Korea dan Chna. Luasnya negara tujuan ekspor ke beberapa negara Asa dan Eropah menunjukkan bahwa ubkayu dan produk turunannya cukup potensal untuk pengembangan ekspor d masa datang (Adbya et al., 2009). Kualtas ubkayu petan rendah karena petan tdak memperoleh nsentf menark untuk mengolah ubkayu menjad tapoka kualtas ekspor (Dtjen P2HP, 2010). Indonesa mpor tepung ubkayu selama , tumbuh pesat tahun 1995 dan mencapa kematangan pada tahun 1996, tetap mpor kembal setelah tu. Daya sang produk tersebut relatf rendah dan pangsa pasarnya terbentuk karena efek dstrbus, bukan efek komposs d pasar. Artnya, tdak ada daya percepatan perdagangan d pasar yang dtuju dan hanya mekansme pasar (permntaan penawaran) yang mengatur pangsa pasar tepung ubkayu Indonesa d pasar nternasonal. Stuas n dsebabkan oleh pasokan tepung ubkayu d dalam neger yang mash belum tercukup, sehngga volume untuk ekspor tdak terseda lag. Bahkan tepung ubkayu hanya dekspor selama ke Chna, Malaysa dan Sngapura. Tapoka yang dproduks Indonesa dnla tdak mempunya keunggulan komparatf dan tdak terpengaruh secara sgnfkan oleh kebjakan lberalsas perdagangan (Heryanto et al.,2009). Hal n dndkaskan oleh penurunan ekspor gaplek dan tapoka selama Penurunan n dsebabkan oleh penngkatan konsums domestk, sehngga ketersedaan untuk ekspor menurun dan memang dkehendak agar nla tambah jatuh d dalam neger. Daya Sang Produk Olahan Ubkayu Salah satu ukuran kebutuhan pengembangan produk olahan pertanan dalam era lberalsas perdagangan adalah daya sang produk dalam perdagangan nternasonal. Salah satu kebjakan perdagangan nternasonal yang kut mempengaruh daya sang adalah kekutsertaan Indonesa dalam World Trade Organzaton (WTO) untuk melakukan lberalsas perdagangan sejak Selan tu Indonesa juga telah menyepakat perdagangan bebas regonal dengan negara-negara ASEAN dan Chna. Oleh karena tu, daya sang produk olahan ketga komodt yang dtelt, yatu ubkayu, psang dan jeruk, akan dlhat d dua pasar, yatu ASEAN dan duna. Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 407

8 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk Knerja perdagangan nternasonal ketga komodt tersebut dapat dlhat dar raso keunggulan komparatf (Revealed Comparatve Advantage, RCA) yang dkoreks dengan raso smetrs keunggulan komparatf (Revealed Symetrc Comparatve Advantage, RSCA), raso percepatan (Acceleraton Rato, AR), ndeks spesalsas perdagangan (Trade Specalst Rato,TSR) dan analsa pangsa pasar konstan (Constant Market Share Analyss, CMSA). Sehubungan dengan rentang raso RCA yang tdak dapat secara spesfk menjelaskan keunggulan komparatf, maka dalam pembahasan selanjutnya yang dgunakan adalah RSCA yang mempunya rentang nla antara -1 dan +1, sehngga suatu komodt dkatakan mempunya keunggulan komparatf bla nla RSCA-nya postf dan tdak mempunya keunggulan komparatf jka nla RSCA-nya negatf. Menurut wlayah persangan dagang dalam rangka lberalsas, nla RSCA gaplek Indonesa d pasar ASEAN, bak sebelum krss ekonom ( ) maupun sesudah krss ekonom ( ), bernla negatf. In berart bahwa gaplek Indonesa tdak mempunya daya sang d wlayah ASEAN dan kalah dar Thaland. Sedangkan d pasar duna, daya sang gaplek Indonesa dar sebelum krss ekonom sampa dengan tahun 2003 terus menurun, yang berart kehlangan daya sangnya d pasar nternasonal. Berdasar nla TSR selama dapat dketahu bahwa selama gaplek sebenarnya sudah berhasl mencapa tahap kematangan, namun memasuk tahun 2003 produk tersebut mengalam kemunduran dan berada pada tahap mengmpor kembal. Nla AR selama , bak d pasar ASEAN maupun duna, mempunya nla satu karena tdak ada penngkatan knerja perdagangan. Tanpa daya sang d pasar nternasonal (efek daya sang bernla nol), pergerakan pangsa pasar hanya dpengaruh oleh efek dstrbus produk dan bukan efek komposs produk. Oleh karena tu pangsa pasar gaplek Indonesa yang semula menngkat secara fluktuatf sebelum krss ekonom langsung anjlok dan tdak mempunya pangsa lag. Gaplek Indonesa sebelum krss ekonom dekspor ke Belanda, Chna, Jerman, Korea Selatan, Spanyol, Inggrs, Perancs dan Malaysa. Namun pasca krss ekonom pasar ekspornya menurun hanya d Chna, Korea Selatan, Inggrs, Malaysa dan Sngapura. Selan ke negara-negara tujuan d muka, selama Indonesa juga mengekspor gaplek ke sejumlah negara lannya namun tdak secara terus-menerus karena gaplek Indonesa tdak mempunya daya sang d negara-negara n. Produk olahan ubkayu yang lan adalah pat ubkayu atau tapoka. Berdasar nla RSCA selama d pasar ASEAN tapoka Indonesa tdak pernah mempunya daya sang (keunggulan komparatf). Sementara tu, d pasar duna selama kurun waktu yang sama daya sang produk tersebut berfluktuas dan cenderung menurun, bahkan pernah kehlangan daya sang pada tahun 2003 dan Menurunnya daya sang tapoka Indonesa tersebut dapat djelaskan oleh tahapan perkembangan produk. Nla TSR tapoka selama menunjukkan bahwa ndustr tapoka Indonesa berada dalam tahap mengmpor kembal. Artnya produks tapoka domestk tdak dapat memenuh kebutuhan konsums domestk bak untuk pangan, pakan maupun energ. Sepert halnya dengan gaplek, selama kurun waktu 408 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

9 Daya Sang Produk Pertanan yang sama, bak d pasar ASEAN maupun duna, AR tapoka bernla satu, sehngga tdak ada penngkatan daya sang dalam perdagangan nternasonal. Perkembangan pangsa pasar tapoka tdak dsebabkan oleh daya sang, tetap oleh efek dstrbus produk. Efek komposs produk mempunya pengaruh yang kecl, artnya volume ekspor bukan faktor yang menentukan pangsa pasar, sehngga d pasar ASEAN dan pasar duna pangsa pasar mengalam perkembangan yang sama yatu berfluktuas dengan kecenderungan menurun dar tahun selama Tapoka sebelum krss ekonom dekspor ke beberapa negara, yatu Chna, Malaysa, Flpna, Jepang, Korea Selatan dan Sngapura. Namun pasca krss ekonom Indonesa kehlangan pasar d Korea Selatan. Terdapat beberapa negara tujuan ekspor lan namun tdak berkelanjutan, antara lan Amerka Serkat (AS), Belanda dan Saud Araba. Meskpun Chna merupakan pasar utama tapoka Indonesa, daya sang tapoka Indonesa d negara n makn buruk dan akhrnya hlang (Dtjen P2HP, 2010). Oleh karena tu, berdasar hasl penghtungan nla export product dynamcs (EPD), tapoka Indonesa mengalam poss fallng star d AS, rsng star d Belanda dan lost opportunty d Chna (Dtjen P2HP, 2010). Selan gaplek dan pat, ubkayu juga dolah menjad tepung. Namun, perdagangan produk n lebh rendah darpada gaplek dan tapoka. Sebelum krss ekonom ( ) nla RSCA tepung ubkayu d pasar ASEAN selalu bernla negatf yang berart tdak pernah mempunya keunggulan komparatf. Sebalknya, d pasar duna produk tersebut mempunya daya sangnya namun cenderung menurun dan akhrnya hlang, bersamaan dengan hlangnya daya sang d pasar ASEAN. Berdasar nla TSR-nya, ndustr tepung ubkayu berada pada tahap mpor pada selama , lalu mengalam pengenalan kembal pada tahun 1994, tumbuh pesat pada tahun 1995 dan mencapa tahap kematangan pada tahun 1996, tetap kemudan mpor kembal pada tahun-tahun berkutnya. Perkembangan ndustr tepung ubkayu yang dramats tersebut mencermnkan bahwa pada dasarnya daya sang produk tersebut tdak ada dan pangsa pasarnya terbentuk karena efek dstrbus, bukan efek komposs d pasar. Artnya, tdak ada daya percepatan perdagangan d pasar yang dtuju dan hanya mekansme pasar (permntaan penawaran) yang mengatur pangsa pasar tepung ubkayu Indonesa d pasar nternasonal yang lebh berpengaruh. Hal n tercermn pada pergerakan pangsa pasar yang semula menngkat dengan fluktuas tajam sebelum krss, lalu anjlok dan kehlangan pangsa pasar sebaga akbat tdak adanya daya sang. Stuas n dsebabkan oleh pasokan tepung ubkayu d dalam neger yang mash belum tercukup, sehngga volume untuk ekspor tdak terseda lag. Bahkan tepung ubkayu hanya dekspor selama ke Chna, Malaysa dan Sngapura. Setelah 2005 Indonesa tdak mengekspor tepung ubkayu lag. Produk olahan ubkayu Indonesa secara umum mempunya pangsa pasar dan daya sang yang fluktuatf, khususnya untuk tapoka. Temuan n sejalan dengan Heryanto et al., (2009) yang juga menyebutkan bahwa kebjakan pemerntah untuk pengembangan ubkayu tdak member nsentf yang menguntungkan petan, sehngga kualtasnya tdak dapat dkontrol dan cenderung tdak seragam. Selan kualtas, kuanttas produks ubkayu Indonesa juga cenderung menurun, sehngga perlu Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 409

10 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk dtngkatkan untuk menutup senjang antara produks dan konsums. Menurut Saleh et al., (2009). Penngkatan produks ubkayu dapat dlakukan dengan cara ntensfkas dan ekstensfkas. Intensfkas untuk menngkatkan produktvtas ubkayu dlakukan dengan menanam varetas unggul dan menerapkan teknolog buddaya yang lebh maju. Ekstensfkas dlakukan dengan menngkatkan luas areal tanam/panen ke lahan kerng dengan berbaga jens tanah, memanfaatkan lahan tdur dan lebh menngkatkan ndeks pertanaman. STATUS INDUSTRI PENGOLAHAN DAN DAYA SAING PISANG Knerja Industr Pengolahan Psang Psang (Musa paradsaca) merupakan salah satu komodt hortkultura yang memlk potens dan peluang besar sebaga bahan dversfkas pangan, ketahanan pangan dan agrbsns d Indonesa. Dalam sepuluh tahun terakhr ( ), produks Psang Indonesa menngkat dengan laju 3,77%/tahun. Penngkatan produks tersebut terutama dsebabkan oleh penngkatan luas panen dengan laju 3,65%/tahun, dan produktvtas 2,50 %/tahun. Indonesa merupakan sepuluh besar produsen psang dar 127 negara d duna. Luas areal panen psang Indonesa berada pada perngkat ke-11 (2%) dan produksnya mencapa perngkat ke-6 (6%) duna. Pengolahan psang berpotens untuk mengantspas lmpahan psang yang menumpuk pada saat panen raya. Industr pengolahan psang d Indonesa belum berkembang, Dalam perdagangan domestk maupun nternasonal yang domnan adalah buah segar. Hampr semua jens psang dgunakan sebaga bahan baku produk olahan, sepert psang kepok puth, tanduk, nangka, ambon lumut, ambon puth, dan psang raja bulu. Psang dapat dolah menjad tepung, bubur, kerpk, sale (sale basah dan kerng), dodol dan wajk, serta berbaga jens kue-kue dan makanan rngan lan (Lampran 3). Produk tersebut sebenarnya berpotens untuk pasar ekspor, namun kendala volume dan kontnutas menyebabkan pasarnya hanya d dalam neger dan belum djumpa untuk ekspor. Indonesa mempunya lebh dar 300 varetas psang, yang palng dsuka d banyak daerah adalah psang Mas. Industr pengolahan psang d Indonesa skala usahanya mash kecl, tradsonal, tanpa pengendalan mutu terpadu, kontnutasnya rendah, dan ketergantungan bahan baku tngg. Untuk menngkatkan daya sang perdagangan nternasonal maupun mengembangkan ndustr olahan psang dperlukan penngkatan produks psang domestk secara kontnyu. Usaha agrbsns psang bak pada ss buddaya maupun pengolahan menguntungan dar ss fnansal. Psang Mas Krana palng menguntungkan dar ss buddaya dbandng psang Agung dan Embug, sedangkan pengolahan sale psang palng menguntungkan dbandngkan kerpk dan tepung psang (Rachmat et al., 2011). 410 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

11 Daya Sang Produk Pertanan Tahap perkembangan psang dar tahun mash sebaga net mportr. Selanjutnya ndustr psang memasuk tahap pengenalan pada tahun 2003, mensubsttus mpor pada tahun 2004, mengalam pertumbuhan pada tahun dan mengmpor kembal pada tahun Kontrbus Indonesa pada produks psang segar d duna bersama lma besar produsen lan, yatu Inda, Flpna, Chna, Ekuador dan Brazla mencapa 67% dengan luas panen terbesar (54%). Indonesa menjad negara net exporter psang segar karena keterbatasan teknolog pengolahan dan ketersedaan bahan baku. Tujuan ekspor psang segar sebelum krss ekonom adalah Chna, Jepang, Saud Araba, Sngapura dan Un Emrat Arab, namun setelah krss ekonom tujuan ekspor beralh ke Iran. Daya Sang Produk Olahan Psang Berdasar analsa daya sang, dketahu bahwa nla RSCA psang segar Indonesa d pasar ASEAN sebelum krss ekonom ( ) maupun sesudah krss ekonom ( ) bernla negatf. Implkasnya adalah meskpun Indonesa net exporter psang segar Indonesa tdak mempunya keunggulan komparatf d pasar tujuan ekspor. Tahap perkembangan psang dar tahun mash mengmpor kembal, dtunjukkan dengan nla TSR antara 1 dan 0. Selanjutnya ndustr psang memasuk tahap pengenalan pada tahun 2003, mensubsttus mpor pada tahun 2004, mengalam pertumbuhan pada tahun dan mengmpor kembal pada tahun Poss net exporter psang Indonesa pada dasarnya hanya dpengaruh oleh efek dstrbus produk, bukan kompossnya karena daya sang tdak mendorong pasar lebh bak, sehngga pergerakan pangsa pasarnya secara umum cenderung stagnan. Hal n dperjelas dengan besaran AR yang sama dengan satu d pasar ASEAN maupun duna, sehngga tdak ada percepatan pertumbuhan pasar. Penjelasan net exporter yang tdak berdaya sang tersebut dtunjukkan oleh knerja pangsa ekspor yang berubah secara drasts d pasar ASEAN dan duna, dmana sebelum krss menngkat tajam, namun pasca krss anjlok dan akhrnya sejak tahun 2000 psang Indonesa kehlangan pasar nternasonal. Sebenarnya, Indonesa mempunya lebh dar 300 varetas psang yang sebagan besar memlk kualtas yang sangat bak. Salah satu varetas yang palng dsuka d banyak daerah d Indonesa adalah psang Mas. Namun karena pengaturan kemasakan buah yang belum dapat dkendalkan dengan bak, maka Indonesa tdak dapat mempertahankan pangsa pasar yang ada d ASEAN maupun d duna. Berdasar penghtungan EPD, psang Indonesa adalah rsng star d kawasan Tmur Tengah, khususnya Saud Araba, namun d Belanda psang telah lost opportunty. Oleh karena tu, Indonesa harus mempertahankan dan memperbak perdagangannya d kawasan pasar baru yang menjanjkan, yatu Tmur Tengah. Meskpun d lokas peneltan dtemu beberapa ndustr pengolahan berbahan baku psang, namun skala usahanya mash kecl dan kontnutasnya rendah. Proses produks mash tradsonal, tdak ada sstem pengendalan mutu terpadu dan ketergantungan bahan baku sangat tngg. Hal Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 411

12 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk n mengndkaskan bahwa untuk menngkatkan daya sang perdagangan nternasonal maupun mengembangkan ndustr olahan psang dperlukan penngkatan produks psang domestk. STATUS INDUSTRI PENGOLAHAN DAN DAYA SAING JERUK Knerja Industr Pengolahan Jeruk Dalam sepuluh tahun terakhr ( ), produks jeruk Indonesa menngkat dengan laju 2,50%/tahun. Penngkatan produks tersebut terutama dsebabkan oleh penngkatan produktvtas ubkayu dengan laju 2,50%/tahun, sementara luas areal tanamnya turun dengan laju -2,99%/tahun. Sentra produks jeruk d Indonesa adalah Sumatera Utara, Jawa Tmur, Sumatera Selatan, Sulawes Selatan, Sulawes Barat, Kalmantan barat, Kalmantan Selatan, dan Bal (Kementeran Pertanan, 2012). Secara nasonal produks jeruk mengalam penngkatan dar tahun 2000 sampa 2007 tetap setelah tu ada kecenderungan penurunan produks sejak 2008 sampa Hampr semua bagan dar buah jeruk dapat dmanfaatkan bak kult jeruk, ampas, bj maupun segmen tanpa bj (Lampran 4). Petan umumnya tdak memkrkan tentang pascapanen dan kegatan pengolahan hasl karena modal terbatas. Pengolahan jeruk skala sedang dlakukan oleh gapoktan d Kalmantan Barat d bawah bnaan pemerntah daerah (Rachmat et al., 2011). Produk yang dhaslkan adalah jus jeruk yang dkemas dalam botol dan gelas plastk. Sementara ndustr pengolahan jeruk dalam bentuk jus dlakukan oleh skala sedang besar. Pabrk pengolahan jeruk yang memproduks sar murn jeruk drnts sejak 2005 dan dresmkan Menter Pertanan tahun 2007 d Sambas Kalmantan Barat. Berdasakan hasl analss kelayakan fnansal usaha pengolahan jus jeruk mash menguntungkan, namun karena keterbatasan modal dan skala usaha tdak dapat bersang dengan produk serupa dar perusahaan mult nasonal (Rachmat et al., 2011). Dantara 115 negara produsen jeruk d duna, Indonesa menduduk perngkat ke-10 dan berkontrbus sektar 3% dar total produks duna. Indonesa menguasa 1% luas panen jeruk duna (perngkat 13) dengan tngkat produktvtas 164% d atas ratarata produktvtas jeruk d duna (1,2 ton/ha), sedangkan Indonesa mencapa 3,1 ton/ha. Indonesa bersama lma besar produsen jeruk duna Brazla, AS, Inda, Chna dan Meksko berkontrbus pada 59% produks yang berasal dar 58% luas panen jeruk d duna d keenam negara tersebut. Meskpun menjad salah satu produsen jeruk terbesar, pada neraca perdagangan Indonesa mengalam defst dan menjad net mporter jeruk segar. Jeruk Indonesa telah banyak dekspor terutama dalam bentuk buah segar keberbaga negara (sampa 18 negara) antara lan yang terbanyak ke Un Arab Emrate (UAE), Australa, Banglades dan Belga. Akan tetap sejak Desember 2010 ekspor jeruk Indonesa banyak dalam bentuk kerng ke negara-negara tersebut. Hal n terjad 412 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

13 Daya Sang Produk Pertanan kemungknan untuk mengurang baya transportas selan pangsa pasarnya ada. Berdasar data dar BPS terjad penngkatan jumlah dan nla ekspor jeruk Indonesa sejak tahun 2009 mash termasuk rendah dengan volume tertngg selama n ton dengan nla AS$ pada bulan Me Selama n volume dan nla ekspor jeruk Indonesa jauh lebh kecl dbandngkan mpornya dar berbaga negara sepert Australa, Argentna, Thaland dan lannya. Industr olahan jeruk yang berkembang untuk pasar ekspor adalah olahan dar segmen buah tanpa bj. Olahan jeruk tersebut menurut pohon ndustrnya berupa konsentrat dan sar buah. Daya sang jeruk segar Indonesa yang rendah d pasar nternasonal dsebabkan oleh perkembangan produk yang mash dalam tahap pengenalan. Tanpa daya sang, pangsa pasar yang terbentuk selama perode dtentukan oleh efek dstrbus produk ke tujuan ekspor, bukan efek komposs produk ekspor. Daya Sang Produk Olahan jeruk Industr olahan jeruk yang berkembang untuk pasar ekspor adalah olahan dar segmen buah tanpa bj. Olahan jeruk tersebut menurut pohon ndustrnya berupa konsentrat dan sar buah. Untuk komodt jeruk segar, selama mempunya nla RSCA negatf d pasar ASEAN dan duna, bak pada perode sebelum maupun sesudah krss ekonom. Daya sang jeruk segar yang rendah d pasar nternasonal dsebabkan oleh perkembangan produk yang mash dalam tahap pengenalan. In dtunjukkan oleh nla TSR yang bernla antara -1 dan -0,5 selama dan tdak mengalam perubahan tahap daur hdup produk. Tanpa daya sang, pangsa pasar yang terbentuk selama perode dtentukan oleh efek dstrbus produk ke tujuan ekspor, bukan efek komposs produk ekspor. Pangsa ekspor jeruk segar d ASEAN menngkat selama dar tahun , lalu menurun sampa dengan tahun 1994 dan kemudan menngkat tajam pada tahun 1995 dan selanjutnya turun drasts sampa tahun Selama menngkat lag secara pesat bahkan melonjak pada tahun Pada tahun 2002 pangsa ekspor jeruk segar sedkt menurun, lalu berfluktuas dengan kecenderungan turun pada yang berlanjut hngga tahun Pasar jeruk segar d ASEAN mempunya tngkat percepatan sebesar satu, namun d pasar duna tdak ada percepatan dmana raso akseleras sebesar nol. Oleh karena tu, pangsa ekspor jeruk segar d pasar duna jauh lebh rendah darpada pasar ASEAN. Selama tujuan ekspor jeruk segar Indonesa sebagan besar adalah Malaysa dan Sngapura. Selan tu secara berkala (tdak sepanjang tahun), selama perode pasca krss, Indonesa juga mengekspor jeruk segar ke Chna. Untuk produk konsentrat jeruk, selama mempunya nla RSCA d pasar ASEAN yang selalu lebh tngg darpada d pasar duna. Namun sepanjang perode analsa kedua pasar tersebut secara umum tdak mencermnkan daya sang Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 413

14 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk konsentrat jeruk. Hanya pada tahun 2004 nla RSCA produk n d pasar ASEAN mencapa 0,2, namun setelah tu menjad negatf lag (Gambar 5.12a). Konsentrat jeruk Indonesa merupakan produk dar ndustr yang mash bay (nfant ndustry). Produk n mempunya nla TSR berksar -1 dan -0,5 selama , sehngga tdak berdaya sang. Akbatnya, pangsa pasar konsentrat jeruk bersfat fluktuatf dan hanya dpengaruh oleh efek dstrbus produk, bukan efek komposs ekspor. Apabla dcermat lebh dalam, pangsa pasar konsentrat jeruk Indonesa sebenarnya mash terbatas hanya d pasar ASEAN dan tupun mash d bawah 20 persen. Sebelum krss ekonom, pasar ekspor dar konsentrat jeruk tdak mengalam akseleras (AR = 0), namun setelah tu terjad akseleras dengan besaran satu, sehngga pangsa ekspor relatf stabl. Sebelum krss ekonom, ekspor konsentrat jeruk baru dmula pada tahun 1993 dengan tujuan Belanda, Sngapura dan Australa. Namun ekspor ke tga negara n tdak kontnu (hanya berkala), msalnya ke Australa hanya pada tahun 1993, ke Sngapura hanya pada tahun 1994 dan ke Belanda hanya selama Pasca krss ekonom, sampa dengan 2009 ekspor produk n berlangsung secara berkelanjutan walaupun dengan volume yang mash rendah ke beberapa negara, yatu Chna, Malaysa, Maladewa, Sngapura, Un Emrat Arab dan AS. Produk ekspor olahan jeruk yang lan adalah sar murn jeruk. Daya sang (nla RSCA) produk n d pasar ASEAN pada tahun 1990 rendah, tetap selama sedkt menngkat, lalu terus menurun, sehngga pada 2009 tdak mempunya daya sang lag. D pasar duna, produk n mempunya nla RSCA negatf, yang berart bahwa produk sar murn jeruk Indonesa tdak mempunya daya sang. Dar nla TSR, produk sar murn jeruk berada dalam tahap pertumbuhan yang menurun selama , lalu kembal ke tahap pengenalan sampa tahun 1998, sempat kembal tumbuh selama setahun (1999), tetap tdak dapat bersang, sehngga tetap berada dalam masa pengenalan sampa dengan tahun Akseleras pangsa pasar hanya terjad sebelum krss ( ), bak d pasar ASEAN maupun duna, dengan nla AR sebesar satu. Namun ada pasca krss ekonom, tdak ada lag akseleras pasar (nla AR sebesar nol). Perkembangan pangsa pasar sar murn jeruk Indonesa bersfat fluktuatf. Sepert halnya enam produk yang danalsa sebelumnya, perkembangan pangsa pasar produk n hanya dpengaruh oleh efek dstrbus produk, bukan efek daya sang maupun efek komposs produk. Kecenderungan pangsa ekspor produk n d ASEAN dan duna adalah sama, hanya d pasar duna pangsa ekspornya sangat rendah, atau hampr nol. Pangsa ekspor d pasar ASEAN dan duna selama menngkat, namun sampa 1995 menurun drasts. Pangsa ekspor d pasar duna selanjutnya bersfat stagnan pada poss terendah, sedangkan d pasar ASEAN mengalam sedkt fluktuas sampa dengan tahun 2000 dan selanjutnya pangsa ekspornya hlang. 414 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

15 Daya Sang Produk Pertanan Tujuan ekspor sar murn jeruk sebelum krss secara berkala adalah Belanda dan Jerman, sedangkan ke Kanada dan Sngapura hanya berlangsung selama Setelah krss ekonom, ekspor sar murn jeruk hanya terjad hngga 2004 dengan negara tujuan ekspor Sngapura dan Malaysa. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN Pengembangan produk olahan ubkayu, psang dan jeruk d Indonesa dpengaruh oleh berbaga faktor mencakup aspek tekns, ekonom dan sosal, lngkungan, dukungan nfrastruktur dan kebjakan pertanan. Aspek Tekns Faktor tekns yang mempengaruh pengembangan produk olahan ubkayu, psang dan jeruk mempunya kesamaan yatu antara lan keterbatasan penyedaan bahan baku secara berkesnambungan. Keterbatasan pasokan menyebabkan harga bahan baku tngg, sehngga baya produks menngkat dan mempengaruh kelayakan usaha untuk menghaslkan keuntungan. Kesultan memperoleh bahan pendukung, pemasaran, fluktuas harga mempengaruh penlaan kelayakan usaha. Produktvtas ubkayu d tngkat petan mash rendah (18 22 ton/ha), sementara potens produktvtas dapat mencapa ton/ha. Menurut Andbya et al., (2009), Indonesa perlu belajar pada Thaland yang menjad negara kaya berkat teknolog dan agrbsns ubkayu. Menurut Saleh et al., (2009) penngkatan produks ubkayu dapat dlakukan dengan ntensfkas dan ekstensfkas. Intensfkas dlakukan dengan menanam varetas unggul dan menerapkan teknolog buddaya maju. Ekstensfkas dlakukan dengan menngkatkan luas areal tanam/panen ke lahan kerng, dan lahan tdur. Produks psang lebh tdak menentu dbandngkan ubkayu dan jeruk karena psang tdak dbuddayakan secara ntensf oleh petan, tetap hanya sebaga tanaman selngan d kebun atau dbandaran sunga. Teknolog yang belum bsa datas adalah membuat keserempakan tngkat kematangan dan keseragaman kualtas psang, sedang dalam hal teknolog pengolahan hasl tdak ada masalah. Pengembangan olahan produk jeruk terkendala oleh ketersedaan supla bahan baku, bak dar jens jeruk sebaga bahan baku, volumen, kualtas dan kontnutas. Jens jeruk yang banyak dkembangkan d Indonesa adalah jens jeruk Sam merupakan jeruk meja untuk konsums langsung dan tdak sesua untuk olahan. Kendala produks dalam neger dhadapkan kepada permasalahan, antara lan: (a) keterbatasan sumber daya lahan dan klm, (b) ketersedaan nput dan serangan penyakt CVPD. Pengembangan jeruk d Kalmantan Barat khususnya d Kabupaten Sambas ddomnas oleh agroekosstem pasang surut. D beberapa tempat terdapat Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 415

16 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk gejala keracunan Fe (prt). Tata ar mkro dan makro yang bagus dperlukan untuk penngkatan produks. Upaya pencegahan CVPD oleh petan dengan cara menebang pohon jeruk yang kena serangan total, kemudan lahan dstrahatkan sektar dua tahun, kemudan dtanam lag dengan jeruk yang toleran CVPD. Serangan penyakt Dploda dan Phytopthora, atau busuk batang yang mula meluas akhr-akhr n agak sult dtanggulang dan cukup mahal menanggulangnya. Aspek ekonom Kelayakan fnansal merupakan aspek yang sangat pentng agar pengembangan usaha pengolahan menguntungkan. Hasl peneltan terhadap beberapa usaha tepung tapoka, tepung mocaf, gaplek, twul, gatot dan kerpk ubkayu menunjukkan analsa usaha yang menguntungkan secara fnansal Industr pengolahan hasl ubkayu sepert ndustr tepung tapoka rakyat (ITTARA, d Provns Lampung mampu menyedakan lapangan kerja cukup tngg, tngkat pengangguran dapat dtekan dan pendapatan per kapta menngkat. (Supryat et al., 2006) Sektor pengolahan ubkayu d Lampung member lapangan kerja bag 64,51% dar total pekerja sektor ndustr sedangkan tepung tapoka yang dekspor mencapa hampr 11% dar total produks (Supryat et al., 2006). Secara ekonom Industr pengolahan ubkayu berpeluang besar dan sangat menguntungkan, dmana permasalahan modal, tenaga kerja dan pemasaran relatf mudah datas dengan adanya akses kredt Bank, serta penngkatan produks dengan ntensfkas dan ektensfkas, Kelayakan usaha pengolahan psang yang menghaslkan makanan rngan (kerpk, dodol dan wajk psang dan lan-lan), dnla cukup menguntungkan. Sejauh n untuk ndustr besar sepert pabrk pengolahan tepung psang terlhat kurang berjalan pertmbangannya melput baya produks dan perolehan pendapatan, efsens usaha, baya transportas dan pemasaran hasl produk olahan. Banyak usaha pengolahan produk psang melakukan hubungan dengan berbaga phak terkat mula dar hulu (pengadaan bahan baku) hngga ke hlr (dstrbutor hngga konsumen). Kelayakan ekonom dharapkan member keuntungan usaha pengolahan suatu produk secara menyeluruh dar hulu sampa ke hlr. Pengolah kerpk psang menampung hasl produks kerpk psang dar pengrajn d sektarnya d dalam desa, terutama hasl produks dar anggota kelompok. Pengolah sale psang memperoleh bahan baku psang yang berasal dar sektar 3 orang (terkadang lebh) pengumpul, 6 orang pengrajn sebaga mtra dan beberapa pedagang penampung d Jakarta dan Jawa Barat dan sektarnya, sepert: Kunngan, Crebon, Purwakarta, Bandung, Sukabum, Taskmalaya, Garut dan lan-lan. Pengolah tepung psang, untuk memperoleh pasokan bahan baku psang, pabrk n juga melakukan kemtraan dengan sektar 114 kelompok tan d Kecamatan Cugenang dan sektarnya, d sampng mendatangkan bahan baku dar luar daerah dan luar provns. Hasl peneltan menunjukkan usaha agrbsns psang bak pada ss buddaya, maupun pengolahan menguntungkan dar ss fnansal (Rachmat et al., 2011). 416 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

17 Daya Sang Produk Pertanan Aspek Sosal dan Lngkungan Faktor sosal dan lngkungan merupakan salah satu aspek yang mempengaruh kelangsungan dan kesnambungan suatu usaha pengolahan produk dalam jangka panjang (berkelanjutan). Salah satu upaya yang dlakukan msalnya dengan: a) memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehngga mereka turut serta berperan dalam beberapa aktvtas sosal yang terkat dengan kelangsungan usaha, b) mengadakan pelathan pengolahan produk bag masyarakat d lngkungan tempat usaha, c).secara berkala mensosalsaskan aktvtas dan produk olahan hasl tempat usaha dan kegatan yang rutn dlakukan para tenaga kerja dan pelaku produks d tempat usaha, d) turut serta menjaga dan memelhara kebershan dan kelestaran lngkungan tempat usaha. Knerja ndustr pengolahan sangat dpengaruh oleh potens sumber daya alam sepert ketersedaan lahan, klm, curah hujan, ar bersh, bahan bakar mnyak (BBM), karung atau kemasan lan. Usaha pengolahan umumnya dlakukan perorangan atau merupakan usaha keluarga turun-temurun dengan manajemen ndustr tradsonal. Para pengolah/pengrajn belum bergabung dalam asosas, kecual perusahaan atau ndustr tepung tapoka skala besar atau sedang yang menerapkan manajemen profesonal. Faktor lan yang mendorong usaha pengolahan adalah pemasaran mudah dan harga menark serta jumlah pesang sedkt. Secara sosal kelembagaan pengolahan tepung tapoka tdak menemu masalah karena buddaya setempat mendukung. Pengrajn/pengolah tepung tapoka (ac) kasar basanya bermtra dengan pabrk penepungan dalam pemasaran hasl. Hasl utama dar pembuatan tepung tapoka kasar adalah tepung tapoka (ac) kasar dan hasl sampngannya adalah ampas (onggok). Bahan baku ubkayu yang telah dkupas, lmbahnya relatf tdak ada. Berbeda halnya bla bahan baku belum dkupas, muncul permasalahan pemanfaatan lmbah kult ubkayu agar tdak mencemar lngkungan. Sama halnya pabrk tapoka, yang hanya menerma bahan baku tepung tapoka kasar. Dukungan Infrastruktur Kontnutas usaha pengolahan hasl pertanan memerlukan nfrastruktur yang memada berupa transportas maupun komunkas agar bahan baku dan hasl olahan dapat mengalr secara kontnu dengan lancar dar sentra produks ke pusat pengolahan produk dan ke pusat konsumen d pasar. Suatu usaha pengolahan dapat menghaslkan produk hasl olahan bla ddukung ketersedaan dan fungs berbaga peralatan pengolahan dmula dar pengadaan bahan baku, proses pengolahan produk, pengemasan, hngga proses pendstrbusan dan pemasaran hasl produks kepada konsumen. Pengolah tepung tapoka (ac) kasar, ar bersh dperoleh dengan mudah dar sunga, mash berlmpah. Dkhawatrkan bla konvers lahan terus terjad (terutama untuk penyedaan perumahan), ketersedaan ar dan pembuangan lmbah akan menjad masalah, sehngga untuk waktu yang akan datang perlu dcarkan lokas alternatf. Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan 417

18 Daya Sang Produk Olahan Pertanan: Ubkayu, Psang Dan Jeruk Dukungan Kebjakan Kebjakan pemerntah dalam pengolahan hasl produk pertanan umumnya dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, dversfkas, penngkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kebjakan pengembangan psang d Kabupaten Canjur dmula dar melakukan regstras ulang d sentra produks, bak lahan pertanaman (areal tanam dan panen), pengembangan pengelolaan buddaya, maupun pengolahan hasl dan peluangnya (Rachmat et al., 2011). Kebjakan pengembangan ndustr pengolahan psang darahkan ke produk tepung psang dengan bantuan pemerntah dan swasta sebaga berupa bantuan permodalan (kredt lunak), peralatan/mesn pengolahan, pelathan dan penddkan teknolog pengolahan dan strateg pemasaran. PENUTUP Pengembangan ndustr pengolahan ubkayu, psang maupun jeruk menghadap kendala utama dalam penyedaan bahan baku yang kompettf dengan jumlah yang memada. Pemerntah perlu megendalkan laju mpor terkat dengan ndustr tersebut dan menngkatkan produks bahan baku maupun olahan dengan kebjakan-kebjakan yang mendukung permodalan, perjnan usaha, dan pemasaran. Peluang pasar untuk produk hasl olahan pangan (ubkayu, psang dan jeruk) d Indonesa cukup besar, sehngga apabla tdak dkelola dengan bak akan menjad ancaman dengan banyaknya negara lan untuk memasuk pasar Indonesa. Pengembagan ndustr olahan berbahan baku ubkayu, psang dan jeruk harus secara terpadu dengan buddaya produksnya. Kontnyutas penyedaan dan jamnan kualtas bahan baku ndustr pengolahan pangan (ubkayu, psang dan jeruk) harus dupayakan secara terpadu untuk menngkatkan daya sang melalu berbaga program ektensfkas, ntensfkas termasuk rekayasa genetk, varetas unggul berdaya hasl tngg dan toleran hama/penyakt utama, dan efsens usahatan maupun baya produks olahan. Ubkayu mempunya kegunaan yang banyak, dkonsums langsung menunjang dversfkas pangan, dolah menjad produk olahan setengah jad, atau dolah jad tepung tapoka. Area pertanaman dan produks ubkayu cenderung stagnas dan bahkan cenderung menurun akbat adaya konvers lahan ke penggunaan non pertanan sepert perumahan dan pembangunan kawasan ndustr sejalan dengan berkembangnya ekonom daerah. Tepung tapoka merupakan produk utama pengolahan ubkayu yang mempunya beragam katan dengan ndustr hlr bak ndustr hlr pangan (ndustr makanan), ndustr pakan dan ndustr hlr non pangan (ethanol, asam organk, senyawa kma lan). Industr dan teknolog pengolahan ubkayu telah berkembang dengan bak dan cukup prospektf dalam perdagangan bak d pasar domestk maupun pasar nternasonal. Penngkatan permntaan bahan baku ubkayu oleh ndustr pengolah dan stagnas/penurunan produks ubkayu d ss lan menyebabkan adanya persangan 418 Memperkuat Daya Sang Produks Pertanan

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL Hag, Syaful Had, dan Erm Tety hagcasper@gmal.com / 085265459684 Fakultas Pertanan Unverstas Rau ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA d Indonesa (Achmad Zan) 1 PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA (The Influencng Level of Import Sugar Prce, Domestc Sugar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

THE ANALYSIS OF INDONESIA S TRADE PATTERN WITH SOME ASIA COUNTRIES: INTRA-INDUSTRY TRADE (IIT) APPROACH

THE ANALYSIS OF INDONESIA S TRADE PATTERN WITH SOME ASIA COUNTRIES: INTRA-INDUSTRY TRADE (IIT) APPROACH MPRA Munch Personal RePEc Archve THE ANALYSIS OF INDONESIA S TRADE PATTERN WITH SOME ASIA COUNTRIES: INTRA-INDUSTRY TRADE (IIT) APPROACH Muhammad Afd Nzar and Heru Wbowo 2007 Onlne at https://mpra.ub.un-muenchen.de/66323/

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1 THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-11 Page 1 Page 2 Page 3 Page 4 Fakta d USA 1950 2001 2010 Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Menggugat Kinerja Profesor

Menggugat Kinerja Profesor Haran Kompas, 11 November 2015 Menggugat Knerja Profesor Jumlah profesor d negara kta terlalu sedkt. Itu pun sebagan dnla kurang berkualtas dan tdak produktf. Hal n terkuak dalam Semnar Nasonal Keprofesoran

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT

Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: 34-43 ANALISIS TRANSMISI HARGA TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DARI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) Ke PETANI SWADAYA DI KELURAHAN SOREK SATU KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam. Development of Strategic Area Growing Fast (KSCT) Pagar Alam City

Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam. Development of Strategic Area Growing Fast (KSCT) Pagar Alam City Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam Development of Strategc Area Growng Fast (KSCT) Pagar Alam Cty Dw Wdarsh *) Fakultas Ekonom dan Bsns, Unverstas Muhammadyah Rau,

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI Model Pembangunan Dua Sektor. Industrialisasi pertanian merupakan media transmisi yang tepat bagi proses

III. KERANGKA TEORI Model Pembangunan Dua Sektor. Industrialisasi pertanian merupakan media transmisi yang tepat bagi proses III. KERANGKA TEORI 3.1. Model Pembangunan Dua Sektor Industralsas pertanan merupakan meda transms yang tepat bag proses transformas struktural suatu perekonoman subssten ke perekonoman modern. Hal n tdak

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:64) Suyadi Prawirosentono (2004:2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:64) Suyadi Prawirosentono (2004:2) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneltan Guna dapat bersang dalam era perdagangan bebas yang ddukung oleh teknolog nformas dan komunkas yang tumbuh pesat, perusahaan dharuskan berusaha untuk menngkatkan

Lebih terperinci

DAYA SAING EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

DAYA SAING EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 DAYA SAING EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Dahla Nauly Fakultas Pertanan Unverstas Muhammadyah Jakarta Jl. KH. Ahmad Dahlan, Crendeu. E-mal: dahla.nauly@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara) ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Stud kasus d 3 kecamatan d Kabupaten Halmahera Utara) Polteknk Perdamaan Halmahera ABSTRACT ISSN : 1907-7556 The research amed to determne (1) coconut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 46 III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTEI 3.. Kerangka Teor 3... Tabel Input-Output, Perekonoman Wlayah dan Industr Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dkenal sejak pertengahan abad ke-8,

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat 6 0 36-7 0 03 Lntang Selatan dan 108 0 03-108

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI Oleh Saepudn 82351112034 Abstrak Masalah utama peneltan n adalah Pengaruh Lngkungan dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Guru Penddkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonom merupakan masalah perekonoman dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonom merupakan fenomena pentng yang dalam duna hanya dua abad belakangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menmbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Distribusi Beras, Permintaan, Pendapatan, R/C ratio

ABSTRAK. Kata Kunci : Distribusi Beras, Permintaan, Pendapatan, R/C ratio ANALISIS PERMINTAAN DAN PENDAPATAN USAHA DISTRIBUSI BERAS TANGSE CAP DUA MAWAR DI MATANGGLUMPANGDUA KABUPATEN BIREUEN (Stud Kasus UD. Langkah Baru Kota Bakt Kabupaten Pde) T.M. Nur 1), M. Zubr 2), dan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

Ragam Inovasi Pendukung Pertanian Daerah

Ragam Inovasi Pendukung Pertanian Daerah Agro novasi Ragam Inovas Pendukung Pertanan Daerah Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan Jl. Ragunan No.29 Pasar Mnggu Jakarta Selatan www.ltbang.deptan.go.d 2 AgronovasI Pupuk Organk dar Lmbah Organk

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci