ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL"

Transkripsi

1 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL Hag, Syaful Had, dan Erm Tety / Fakultas Pertanan Unverstas Rau ABSTRACT The purpose of ths research s to analyze dynamcs export compettveness of Indonesa s and Malaysa s palm ol n Internatonal market. And to analyze export performance of Indonesa s and Malaysa s palm ol n Internatonal market. The data used n the study was tme seres of obtaned from varous sources such as FAO, MPOB, BPS, Drjenbun Deptan, and Ol World. The result of ths research are, dynamc export compettveness of Indonesa s palm ol have mprovement n exportng market of palm ol n the world, especally n Asan and Europe, except n case of palm ol n some Europe state. Effect of standard growth Indonesa and Malaysa have postve value. Indonesa s palm ol more compettve compared by Malaysa n Asan, but n Europe, Malaysa s palm ol more compettve compared by Indonesa. Ths matter s shown by negatve value from effect of market dstrbuton and effect of resdual. Compettveness of Indonesa and Malaysa for palm ol product can be told above average of the world, because the ndex RCA more than one. Then, the value of rato net Export and Total Trade Indonesa and Malaysa also showed a postve value whch means that Indonesa and Malaysa s an exporter of palm ol. Keywords: Palm Ol Export, Constant Market Share, Revealed Comparatve Advantage. PENDAHULUAN Indonesa mempunya keunggulan komparatf (comparatve advantage) sebaga negara agrars dan martm. Keunggulan komparatf tersebut merupakan dasar perekonoman yang perlu ddayagunakan melalu pembangunan ekonom sehngga menjad keunggulan bersang (compettve advantage). Salah satu potens Indonesa sebaga negara agrars adalah banyaknya masyarakat yang bekerja pada sektor pertanan. Salah satu sektor pertanan yang menjad keunggulan Indonesa adalah sektor perkebunan khususnya komodt kelapa sawt. Kelapa sawt merupakan salah satu komodtas perkebunan penyumbang devsa negara dan juga banyak menyerap tenaga kerja. Selan tu, peranannya membantu perekonoman Indonesa cenderung menngkat dar tahun ke tahun dlhat dar perkembangan ekspor mnyak sawt. Negara pesang utama mnyak sawt Indonesa adalah Malaysa. Bahkan produks dan mutu mnyak sawt Malaysa lebh bak. Namun, perkembangan ekspor mnyak sawt Malaysa dperkrakan akan tertahan oleh adanya keterbatasan sumberdaya lahan dan tnggnya tngkat upah pekerja. Sedangkan

2 Indonesa mash mempunya potens untuk berkembang karena dukungan lahan potensal yang mash terseda dan mash terdapat peluang untuk penngkatan produktvtas. Namun, Indonesa juga menghadap kendala dalam pengembangan ekspor karena kurangnya dukungan supportng ndustres, yatu ndustr jasa (pelabuhan, transportas, lembaga peneltan) dan ndustr logstk (pupuk, bahan kma, alat berat). Sementara tu, Malaysa pun tdak berdam dr dan terus menngkatkan produktvtas kebunnya, d sampng mereka mengembangkan dengan sungguh-sungguh ndustr produk turunan mnyak sawt yang bernla lebh tngg (Dtjen Bna Produks Perkebunan, 2004 dalam Hasbuan, 2005). Pada tahun 2009, Indonesa merupakan negara produsen mnyak sawt terbesar d duna dengan jumlah produks sebesar 20,6 juta ton, kemudan dkut dengan Malaysa dengan jumlah produks 17,57 juta ton. Produks kedua negara n mencapa 85% dar produks mnyak sawt duna sebesar 45,1 juta ton (Ol World, 2010 dalam Haryana, 2010). Tnggnya produks mnyak sawt Indonesa merupakan Peluang yang perlu dmanfaatkan dan dkembangkan d era globalsas n melalu penanganan serus, bukan saja oleh Pemerntah (pusat, provns dan kabupaten/kota) tetap yang lebh pentng lag melalu snerg kekuatan yang ada d masyarakat, sehngga Indonesa dapat berdaya sang dbandngkan pesang utamanya yatu Malaysa pada tahun yang akan datang. Adapun tujuan dar peneltan n adalah (1) Menganalss dnamka daya sang ekspor mnyak sawt Indonesa dan Malaysa d pasar nternasonal dan (2) Menganalss penamplan ekspor (export performance) mnyak sawt Indonesa dan Malaysa d pasar nternasonal. Ruang lngkup dan keterbatasan peneltan n adalah peneltan n membandngkan daya sang antara Indonesa dan Malaysa, pemlhan negara Malaysa sebaga negara perbandngan dalam analss n ddasarkan pada pertmbangan bahwa negara tersebut merupakan salah satu negara pengekspor mnyak sawt terbesar duna. Dalam peneltan n tdak memperhatkan aspek kebjakan antara Indonesa dan Malaysa, karena kebjakan yang dterapkan masng-masng negara terhadap komodt mnyak sawt sangat berbeda. Data yang dgunakan dar tahun 1995 sampa tahun 2009, penentuan tahun analss selama 15 tahun ddasarkan pada pertmbangan bahwa selama jangka waktu 15 tahun dapat menunjukkan perkembangan daya sang yang sgnfkan dalam perdagangan nternasonal. TINJAUAN PUSTAKA Teor Daya Sang Keunggulan adalah adanya kelebhan yang melekat pada suatu komodt yang dhaslkan suatu negara dbandngkan dengan komodt serupa yang dproduks d negara lan. Ada beberapa faktor yang menjadkan suatu komodt mempunya keunggulan tertentu, yatu faktor alam (keunggulan absolut), faktor manajemen produks yang mengakbatkan penggunaan baya produks yang rendah dan faktor penggunaan teknolog akan mencptakan keunggulan komparatf (Amr, 2000 dalam Rfa dan Tarumun, 2005). Daya sang ekspor suatu komodtas adalah kemampuan suatu komodtas untuk memasuk pasar luar neger yang kemudan memlk kemampuan untuk mempertahankan pasar tersebut. Daya sang suatu komodtas dapat dukur atas

3 perbandngan pangsa pasar (market share) komodt tersebut pada konds pasar yang tetap (Amr, 2000 dalam Rfa dan Tarumun, 2005). Kemudan Martn et. al. (1991) dalam Rfa dan Tarumun (2005) mengemukakan bahwa daya sang merupakan kemampuan suatu komodtas untuk memberkan keuntungan secara terus-menerus dan kemampuan memperbak pangsa pasar (market share). Oleh sebab tu pengukuran daya sang dapat dlakukan dengan pendekatan keuntungan dan pangsa pasar. Pengukuran daya sang dapat juga dlhat dar raso orentas ekspor bersh yatu perbedaan ekspor dan mpor ndustr tertentu, yang dekspreskan sebaga persentase rata-rata produks dan konsums domestk. Tanda pengukuran tersebut menunjukkan apakah ndustr tersebut merupakan netexportr atau net-mportr, dan ukuran absolut tersebut mengndkaskan kepentngan perdagangan secara relatve (Rfa dan Tarumun, 2005). Analss daya sang dapat dlakukan dengan menggunakan pendekatan : 1. Constant Market Share (CMS) yang dkembangkan oleh Rchardson, yang mengukur dnamka tngkat daya sang ekspor, yang menggambarkan efek pertumbuhan ekspor, sehngga dapat dketahu apakah ekspor suatu komodtas mengalam penngkatan (expansons) atau penurunan (contracton) d pasaran duna yang ddasarkan pada pangsa (share) pasar perode sebelumnya. CMS menggambarkan pertumbuhan ekspor dengan tga efek komposs, yatu (1) Efek pertumbuhan standar (growth effect) yang mengambarkan keuntungan yang dperoleh suatu negara dar kegatan ekspor yang dlakukan akbat pertumbuhan perdagangan komodtas tersebut d pasar duna, (2) Efek dstrbus pasar (dstrbuton market effect) yang menunjukkan kemampuan memfokuskan dan mempercepat pertumbuhan pasar ekspor suatu komodtas dar suatu negara, dan (3) Efek ssa (resdual effect) yang menggambarkan daya sang komodtas suatu negara d pasar ekspor. 2. ndeks Revealed Comparatve Advantage (RCA) yang dkembangkan oleh Ballasa, yang menggambarkan penamplan ekspor suatu komodtas dar suatu negara terhadap total ekspor negara tersebut dan terhadap total ekspor duna. Kemudan ndeks spesalsas perdagangan (net ekspor / total trade) menggambarkan keunggulan suatu negara pada suatu komodtas yang menyatakan suatu negara sebaga eksportr atau mportr (Kusar dan Fatmah, 1995; Laursen, 1998; Edwards, 2000; Cha dan Rethmuller, 1999; Kumar dan Vadya, 1999; Mahmood, 2000 dalam Rfa dan Tarumun 2005). Konsep Ekspor Ekspor adalah kegatan yang menyangkut produks barang dan jasa yang dproduks d suatu batas negara tetap untuk dkonsumskan oleh konsumen d luar batas negara tersebut. Kegatan produks barang dan jasa d negara produsen telah mendorong terbentuknya suatu proses pembentukan pendapatan masyarakat dar anggota-anggota masyarakat yang terlbat d dalamnya. Pengusaha yang memproduks barang dan jasa yang kemudan menjualnya ke luar batas negaranya akan memperoleh devsa atau pembayaran d dalam bentuk mata uang atau valuta asng atas taghan-taghannya (Markusen,et al. 2002). Bla pendapatan yang dhaslkan oleh para eksportr suatu negara tu lebh besar darpada baya-baya yang dkeluarkan untuk pembayaran pembelanpembelan atas barang dan jasa yang dmpor suatu perode tertentu, maka kelebhan tersebut dsebut net ekspor. Implkas dar net ekspor tersebut dapat

4 mendorong proses pembentukan pendapatan masyarakat ke arah suatu tngkat yang lebh tngg (Markusen,et al. 2002). Net ekspor n juga serng dsebut sebaga Net Foregn Investment. Dsebut demkan sebab pada dasarnya a mempunya dasar pengertan yang sama dengan nvestas, yatu bahwa nvestas tu senantasa mempunya mplkas kedepan terhadap penngkatan proses produks dan pembentukan pendapatan masyarakat. Perbedaan dengan Net Domestc Foregn Investment adalah pada ruang lngkupnya. Net Foregn Investment mencptakan taghan-taghan kepada phak pembel d luar neger, sehngga pada glrannya dapat mencptakan captal nflow (arus dana luar neger) yang dbutuhkan d dalam neger tetap mash belum bsa dproduks dalam neger. Pengaruh dar faktor-faktor eksternal yang ada dmasng-masng negara partner dagang tu dapat bersfat one-to-one, yatu kalau pengaruh tu bekerja secara terbatas antara satu negara dengan negara lannya, atau multple yatu kalau pengaruh tu bekerja secara ganda (Tryfno, 2006). Dengan demkan, pembahasan atas ekspor mencakup dua dmens, yatu permasalahan yang terjad d dalam neger dan permasalahan yang terjad d luar batas negara. Ekspor dapat dlhat sebaga ssa atau resdual dar total produks nasonal setelah dkurang dengan kebutuhan total untuk konsums dalam neger. Ekspor akan lebh tepat dsebut sebaga ssa yang dapat dekspor atau exportable surplus. Model ekspor n hanya berlaku bla Total Produks Nasonal perode saat n lebh besar dar konsums dalam neger pada perode sekarang. Ketentuan lannya adalah total produks nasonal tdak sama dengan konsums dalam neger. Dalam hal kelapa sawt, perbedaan harga yang tngg antara pasar domestk dan pasar nternasonal merupakan faktor pendukung adanya ekspor secara besarbesaran ke pasar nternsonal. Maka adanya ekspor kelapa sawt membentuk perdagangan nternasonal yang bersfat blateral yatu perdagangan dengan melbatkan dua negara atau perdagangan multlateral yang melbatkan banyak negara (Tryfno, 2006). Mnyak sawt (CPO) Crude Palm Ol (CPO) berasal dar buah segar kelapa sawt yang ddapatkan dengan cara mengekstrak buah sawt tersebut. Selan berupa mnyak sawt sebaga produk utama, proses n pula menghaslkan produk sampngan berupa tandan kosong yang basanya dolah menjad kompos, serat perasan, lumpur sawt/sold, dan bungkl kelapa sawt. Buah kelapa sawt yang bermutu akan menghaslkan rata-rata 22 persen mnyak kelapa sawt. Potens produks mnyak kelapa sawt untuk setap hektarnya adalah 5,28 ton per tahun yang dapat dar 24 ton tandan buah segar (TBS). Mnyak kelapa sawt banyak dgunakan sebaga bahan baku makanan. Bahan makanan yang berbahan baku kelapa sawt antara lan : mnyak goreng, margarn, lemak nabat untuk susu dan es krm, serta mash banyak lannya. Sebaga bahan makanan, mnyak kelapa sawt memlk dua aspek kualtas. Aspek kualtas pertama berhubungan dengan kadar dan kualtas asam lemak bebas (FFA, Free Fatty Acd), serta kelembaban dan kadar kotor yang terkandung dalam mnyak kelapa sawt tersebut. Aspek kualtas yang kedua berhubungan dengan aroma, rasa, kejernhan serta kemurnan dar produk. Mnyak kelapa sawt yang bermutu prma (specal qualty) mengandung asam lemak bebas (FFA) tdak lebh dar dua persen pada saat pengapalan untuk dekspor atau dmpor. Sedangkan untuk kualtas standar mnyak kelapa sawt

5 mengandung tdak lebh dar lma persen asam lemak bebas (Semangun et all, 2005). Perdagangan Internasonal Perdagangan nternasonal adalah pertukaran barang dan jasa maupun faktor-faktor lan yang melewat perbatasan suatu negara, dan memberkan dampak terhadap perekonoman domestk maupun global. Dalam melakukan perdagangan nternasonal, suatu negara memlk dua alasan: pertama, tap negara memlk keunggulan yang berbeda dalam menghaslkan suatu barang atau jasa. Karenanya akan lebh menguntungkan apabla masng-masng negara berspesalsas pada keunggulannya yang secara relatf adalah lebh bak dbandngkan negara lan. Kedua, melalu perdagangan maka mereka dapat mencapa skala ekonom dalam berproduks. Apabla setap negara memproduks barang dalam jumlah yang lebh besar (tdak hanya untuk mencukup kebutuhan domestknya, tetap juga untuk dperdagangkan ke luar neger) maka baya yang dkeluarkan dalam berproduks pun akan relatf lebh rendah. Dengan perdagangan tu pula, akan lebh efsen bag suatu negara dbandngkan jka harus memproduks semua barang sendr (Markusen,et al. 2002). Perdagangan Internasonal sebaga perdagangan antar atau lntas negara, yang mencakup ekspor dan mpor. Perdagangan nternasonal dbag menjad dua kategor yatu perdagangan barang (fsk) dan perdagangan jasa. Perdagangan jasa antara lan terdr dar baya transportas, perjalanan (travel), asurans, pembayaran bunga, dan remttance sepert gaj tenaga kerja Indonesa (TKI) d luar neger, dan pemakaan jasa konsultan asng d Indonesa serta fee atau royalty teknolog (lsens) (Tambunan, 2003). Perdagangan nternasonal dapat terjad karena setap negara dengan negara mtra dagangnya mempunya beberapa perbedaan, dantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, klm, penduduk, sumber daya manusa, spesfkas tenaga kerja, konfguras geografs, teknolog, tngkat harga, struktur ekonom, socal dan poltk, dan lan sebaganya. Perbedaan tersebut berkatan dengan perbedaan dalam tngkat kapastas produks secara kuanttas, kualtas, dan jens produksnya. Dar perbedaan tersebut, maka atas dasar kebutuhan yang salng menguntungkan terjadlah perdagangan nternasoanl (Halwan, 2005). Perdagangan nternasonal mempunya pengaruh yang cukup besar bag perekonoman nasonal. Jka pendapatan nasonal dengan pendekatan pengeluaran (expendture approach) adalah : GNP = C + I + G + ( X M ), dmana X adalah nla ekspor dan M adalah nla mpor, maka: Jka X M > 0, maka X > M, berart negara tersebut merupakan net export postf, dapat dkatakan negara dengan poss neraca pembayaran luar neger surplus, sehngga GNP nak. Jka X M < 0, maka X < M, berart negara tersebut merupakan net export negatf, dkatakan negara dengan poss neraca pembayaran luar neger defst, sehngga GNP menurun.

6 P P 2 Excess Demand E 2 S 0 Excess Supply P 0 E 0 S 1 P 1 E 1 D0 D 1 Penjelasan: 0 Q 0 Q 1 Q 2 Sumber: Sukrno, 2004 Gambar 1. Kesembangan Perdagangan Internasonal Jka tdak ada perdagangan nternasonal, maka barang yang dtawarkan dpasarkan domestk sepenuhnya adalah produks dalam neger, dengan kesembangan pada E 0 dengan harga P 0 dan ttk kesembangan S 0 dan D 0 pada Q 0. Jka pada tngkat harga P 0 produks terus dlakukan (dtunjukkan pergeseran S 0 ke S 1 ) mengakbatkan volume produks domestk nak (Q 0 ke Q 1 ), sementara permntaan domestk tdak berubah, maka akan terjad over-supply d pasar domestk. Maka sesua dengan hukum ekonom kelebhan produks (Q 0 Q 1 ) tersebut mendorong terjadnya penurun harga (P 0 ke P 1 ), sehngga kesembangan S-D ada pada E 1. Jka perdagangan luar neger dlakukan, yatu dengan mengekspor kelebhan produks tersebut, maka permntaan pasar produk tersebut semakn luas (karena ekspor merupakan permntaan terhadap produk domestk) maka terjad penngkatan permntaan (dtunjukkan oleh pergeseran D 0 ke D 1 ). Jka permntaan menngkat, sedangkan produks domestk tdak berubah (tetap S 0 ), maka akan mendorong kenakan harga menjad P 2, sehngga akhrnya produks domestk akan terdorong nak menjad Q 2 dan harga cenderung kembal lag menjad P 0. Dengan demkan penngkatan permntaan akbat terjadnya perluasan pasar suatu produk karena adanya kegatan perdagangan akan dapat menguntungkan produsen domestk suatu negara dengan menngkatnya perolehan harga jual produk. Namun, manajemen dalam proses proses produks tetap harus menjad perhatan, karena produks yang melmpah akan dapat mendorong terjadnya penurunan harga dalam keadaan permntaan yang tdak menngkat (Sukrno, 2004). METODE PENELITIAN Peneltan n dlaksanakan selama 8 bulan terhtung mula bulan November 2011 sampa dengan bulan Jun Data yang dgunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data sekunder bersumber dar hasl publkas ataupun data yang dkeluarkan oleh phak-phak terkat, sepert FAO, MPOB, BPS, Drjenbun Deptan, Ol World serta sumber-sumber publkas lannya yang terkat.

7 Analss Data 1. Analss Constant Market Share (CMS) Dnamka daya sang ekspor yang menggambarkan pengukuran efek pertumbuhan dalam analss CMS dgunakan formulas yang dgunakan oleh Kumar dan Vadya (1999) dalam Rfa dan Tarumun (2005), dengan formulas sebaga berkut: 0 0 XO S. XWO S. XO S. XWO XO. j 0 j j Keterangan: XO = perubahan total ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) dar tahun sekarang dan tahun sebelumnya S 0 = share ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) pada pasar mnyak sawt duna tahun sebelumnya XWO = perubahan total ekspor mnyak sawt duna dar tahun sekarang dan tahun sebelumnya 0 S j = share ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) pada negara j, tahun sebelumnya XO j = perubahan ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) d negara j dar tahun sekarang dan tahun sebelumnya 1 XO j = jumlah ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) ke negara j pada tahun sekarang S j = perubahan share ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) d negara j Bahagan pertama dar sebelah kanan persamaan menunjukkan efek pertumbuhan standar, yang mengukur perubahan (penngkatan atau penurunan) ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) akbat perubahan pertumbuhan ekspor mnyak sawt duna. Bahagan kedua menunjukkan efek dstrbus pasar, yang menggambarkan perkembangan pasar ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) pada berbaga negara. Bahagan ketga merupakan efek resdual yang menggambarkan daya sang ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) yang tdak dakbatkan oleh efek pertumbuhan standar dan dstrbus pasar, akan tetap daya sang akbat keunggulan mutu produk atau harga. Daya sang ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) akan djelaskan oleh komposs ketga efek berkut: Apabla efek pertumbuhan standar bernla postf, maka faktor utama yang mengakbatkan penngkatan ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) adalah pertumbuhan ekspor mnyak sawt duna. Apabla efek dstrbus pasar yang bernla postf mengndkaskan pertumbuhan ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) dtentukan oleh pertumbuhan ekspor pada negara-negara yang mengalam pertumbuhan mpor mnyak sawt yang tngg, atau pasar ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) mengalam perkembangan. j 1 j S j

8 Apabla efek resdual yang bernla postf mengndkaskan daya sang ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) akbat keunggulan mutu, harga atau aspek lannya adalah kuat, sedangkan apabla efek resdual bernla negatf mengndkaskan daya sang ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) lemah dlhat dar aspek mutu dan harga serta aspek lannya. 2. Analss Revealed Comparatve Advantage (RCA) RCA akan menggambarkan penamplan ekspor (export performance) mnyak sawt, yang merupakan perbandngan antara pangsa ekspor mnyak sawt (Indonesa atau Malaysa) terhadap pangsa ekspor mnyak sawt duna. Indeks RCA menunjukkan keunggulan komparatf atau keunggulan daya sang ekspor dar suatu negara dalam suatu komodtas tertentu (Rfa dan Tarumun, 2005). Apabla ndeks RCA ekspor mnyak sawt lebh dar satu (>1), berart ekspor mnyak sawt Negara tersebut mempunya keunggulan komparatf datas ratarata duna. Apabla ndeks RCA ekspor mnyak sawt kurang dar satu (<1), berart ekspor mnyak sawt Negara tersebut mempunya daya sang yang lebh rendah dar rata-rata duna. Formulas untuk mendapatkan ndeks RCA adalah: Indeks Keterangan: RCA XO XWO X t XW t XO = nla ekspor mnyak sawt negara (US$) X t = nla total ekspor negara (US$) XWO = nla ekspor mnyak sawt duna (US$) XW t = nla total ekspor duna (US$) = Indonesa / Malaysa Untuk mengetahu spesalsas perdagangan suatu negara apakah memlk keunggulan atau tdak dalam aktftas perdagangan mnyak sawt duna, akan tergambar dar perubahan persentase raso ekspor bersh (net export) mnyak sawt dengan total perdagangan mnyak sawt pada negara tersebut. Nla raso net ekspor dengan total perdagangan berksar antara +1 dan 1 (Rfa dan Tarumun, 2005). Apabla raso tersebut bernla postf berart negara tersebut mempunya nla ekspor mnyak sawt yang lebh besar dar nla mpor mnyak sawt pada total perdagangan mnyak sawt d negara tersebut. Untuk mendapatkan nla raso tersebut dformulaskan dengan: NE TT Keterangan: XO XO MO MO NE/TT = raso Net Export dan Total Trade mnyak sawt negara XO = nla ekspor mnyak sawt negara MO = nla mpor mnyak sawt negara = Indonesa / Malaysa

9 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perkembangan Areal Tanam Kelapa Sawt Menurut data FAO, selama perode 1995 hngga 2009, rata-rata laju pertumbuhan areal tanam kelapa sawt Indonesa sebesar 11 % per tahun sedangkan rata-rata laju pertumbuhan areal tanam kelapa sawt Malaysa sebesar 4,3 % per tahun, selan tu luas areal tanam kelapa sawt d Negara ssa juga menunjukkan penngkatan yang cukup sgnfkan, dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 9,7 % per tahun. 2. Perkembangan Produks Mnyak Sawt Menurut data FAO, selama perode 1995 hngga 2009, rata-rata laju pertumbuhan produks mnyak sawt Indonesa sebesar 11,6 % per tahun dan ratarata laju pertumbuhan produks mnyak sawt Malaysa sebesar 6,2 % per tahun sedangkan rata-rata laju pertumbuhan produks mnyak sawt Negara ssa sebesar 4,9 % per tahun. 3. Perkembangan Produktftas Mnyak Sawt Menurut data FAO, selama perode 1995 hngga 2009, rata-rata laju pertumbuhan produktftas mnyak sawt Indonesa sebesar 0,74 % per tahun dan rata-rata laju pertumbuhan produktftas mnyak sawt Malaysa sebesar 1,94 % per tahun sedangkan Negara ssa mengalam penurunan pertumbuhan produktftas sebesar 4,16 % per tahun. 4. Perkembangan Ekspor Mnyak Sawt Menurut data FAO, selama perode 1995 hngga 2009, rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor Indonesa sebesar 23,9 % per tahun dan rata-rata laju pertumbuhan volume ekspor Malaysa sebesar 5,6 % per tahun sedangkan ratarata laju pertumbuhan volume ekspor Negara ssa sebesar 12,3 % per tahun. Selan volume ekspor, nla ekspor mnyak sawt juga mengalam penngkatan. Rata-rata laju pertumbuhan nla ekspor mnyak sawt Indonesa sebesar 25,2 % per tahun dan rata-rata laju pertumbuhan nla ekspor mnyak sawt Malaysa sebesar 9,3 % per tahun sedangkan rata-rata laju pertumbuhan nla ekspor mnyak sawt Negara ssa sebesar 11,4 % per tahun. 5. Analss CMS Mnyak Sawt Analss dnamka daya sang ekspor mnyak sawt Indonesa menunjukkan bahwa daya sang mnyak sawt Indonesa d pasar Asa lebh kuat dbandngkan mnyak sawt asal Malaysa, sedangkan daya sang mnyak sawt Indonesa d pasar Eropa lebh lemah dbandngkan mnyak sawt asal Malaysa. Menguatnya daya sang mnyak sawt Indonesa d pasar Asa dduga dsebabkan oleh adanya perbedaan harga hngga US$ 5/ton dengan harga mnyak sawt Malaysa yang lebh tngg (Subraman, 2005 dalam Amrul, 2010). Sedangkan melemahnya daya sang mnyak sawt Indonesa d pasar Eropa dduga dsebabkan oleh standarsas mutu mnyak sawt asal Indonesa yang belum memenuh kengnan konsumen Eropa, sepert pencantuman kandungan kadar logam dalam klasfkas mutu mnyak sawt yang dekspor, sedangkan Malaysa telah memenuh ketentuan n. Selan tu faktor lan adalah adanya kampanye

10 negatf yang dprakarsa oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) d negaranegara Eropa yang menyebarkan su negatf terhadap mnyak sawt Indonesa sepert su pengrusakan hutan dan global warmng. Analss Constant Market Share (CMS) tahun , menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor mnyak sawt Indonesa lebh tngg dar pertumbuhan ekspor mnyak sawt duna kecual tahun 1996, 1998, 2001, 2003 dan 2007, yang dtunjukkan oleh devas postf antara pertumbuhan ekspor CPO Indonesa dan duna. Sedangkan, pertumbuhan ekspor mnyak sawt Malaysa lebh tngg dar pertumbuhan ekspor mnyak sawt duna kecual tahun 1997, 1999, 2000, 2002, 2004, 2005, 2006, 2008 dan 2009, yang dtunjukkan oleh devas postf antara pertumbuhan ekspor CPO Malaysa dan duna. Pertumbuhan ekspor mnyak sawt Indonesa pada tahun , lebh banyak memanfaatkan peluang ekonom penngkatan pertumbuhan perdagangan mnyak sawt d pasar duna kecual pada tahun 1996, 1998, dan 2007, yang dtunjukkan oleh efek pertumbuhan standar yang bernla postf. Begtu juga dengan pertumbuhan ekspor mnyak sawt Malaysa pada tahun , lebh banyak memanfaatkan peluang ekonom penngkatan pertumbuhan perdagangan mnyak sawt d pasar duna kecual pada tahun 1997, 1998, 2000, 2004, 2007 dan 2009, yang dtunjukkan oleh efek pertumbuhan standar yang bernla postf. Tabel 1. Analss Efek Pertumbuhan Standar Mnyak sawt Indonesa dan Malaysa tahun Tahun Pertumbuhan Ekspor Mnyak Sawt (%) Devas Efek Pertumbuhan Standar Indonesa Malaysa Duna Indonesa Malaysa Indonesa Malaysa ,4 15,5 11,7-12,1 3,8-0,1 10, ,5-5,5 8,4 69,1-13,9 11,4-3, ,2-2,7-15,5-34,6 12, , ,8 31,4 91,7-13,6 17,4 12, ,6-5,2 3,1 21,5-8,3 5,9-3, ,3 22,9 20,5-1,2 2,4 5,6 13, ,2 4,5 10,3 18,9-5,8 8,4 2, ,8 15,6 12,1-11,2 3,5 0,3 8, ,6-2,4 11,7 23,9-14,1 10,8-1, ,8 11,9 13,6 6,2-1,8 7,3 5, ,6 7,7 11,9 4,7-4,2 6,4 3, ,7-8,4-12,6-14,1 4,2-10,8-3, ,8 8,7 27,3 31,5-18,6 19,9 4, ,4-1,5 5, ,2-0,65 Sumber : FAO, 2011 (dolah) Efek dstrbus pasar serta efek resdual (ssa) Indonesa d pasar Asa lebh bak dbandngkan Malaysa, yang dlhat dar banyaknya nla postf. Hal n mengndkaskan pertumbuhan ekspor mnyak sawt Indonesa dtentukan oleh pertumbuhan ekspor negara d Asa yang mengalam pertumbuhan mpor mnyak sawt yang tngg, atau pasar ekspor mnyak sawt Indonesa d Asa mengalam perkembangan. Serta, keunggulan mnyak sawt Indonesa dsebabkan oleh perbedaan harga yang murah dbandngkan Malaysa.

11 Tabel 2. Analss Efek Dstrbus Pasar dan Efek Resdual Mnyak Sawt Indonesa dan Malaysa d Pasar Asa tahun Efek Dstrbus Pasar Efek Resdual (Ssa) Country Indonesa Malaysa Indonesa Malaysa Chna 0,689 1, , ,16 Pakstan 6,851-0, , ,5 Japan 0 0,37-3, ,17 Inda -0,433-0, , ,86 Rep Korea 0,075 0,071 87, ,84 Vetnam 120,491 13, , ,69 Iran , , ,43 UAE 1,681 3, , ,11 Hongkong 0,191-0, , ,19 Phlppnes 4,089 1, , ,29 Jordan 18,071-0, , ,8 Saud Araba -0,001-0,007-0, ,66 Other Asa 0,09 0, , ,89 Sumber : Ol World, FAO, MPOB (berbaga terbtan), 2011 (dolah) Tabel 3. Analss Efek Dstrbus Pasar dan Efek Resdual Mnyak Sawt Indonesa dan Malaysa d Pasar Eropa tahun Country Efek Dstrbus Pasar Efek Resdual (Ssa) Indonesa Malaysa Indonesa Malaysa Russa 1,1377 0, , ,66 Germany 1,8568 0, , ,35 Turkey 0,9463 0, , ,44 Netherland 0,4426 0, , ,66 Belgum -0,0003 0, , ,99 Italy 1,0802 0, , ,91 France 0,2358 1, ,98 399,02 Ukrane 7,4756 0, , ,13 UK 0,0233-0, , ,14 Denmark 0,0085 0,2917 0,14 850,49 Poland -0,0026 0, ,94 10,72 Sweden -0, ,176-0, ,92 Span -0,1169 0, , ,57 Greece 3,2892 0, , ,22 Romana 0,0831 6,02-38,56 412,77 Other Europe 0,4278 0, , ,19 Sumber : Ol World, FAO, MPOB (berbaga terbtan), 2011 (dolah)

12 Efek dstrbus pasar serta efek resdual (ssa) Malaysa d pasar Eropa lebh bak dbandngkan Indonesa, yang dlhat dar banyaknya nla postf. Hal n mengndkaskan pertumbuhan ekspor mnyak sawt Malaysa dtentukan oleh pertumbuhan ekspor negara d Eropa yang mengalam pertumbuhan mpor mnyak sawt yang tngg, atau pasar ekspor mnyak sawt Malaysa d Eropa mengalam perkembangan. Serta, keunggulan mnyak sawt Malaysa dsebabkan oleh Keunggulan mutu dbandngkan Indonesa. Serta adanya su negatf yang melemahkan Indonesa. 6. Analss RCA Mnyak Sawt Analss RCA menunjukkan bahwa Indonesa dan Malaysa memlk penamplan ekspor yang kuat dalam perdagangan mnyak sawt duna, yang dndkaskan oleh ndeks RCA ekspor mnyak sawt Indonesa dan Malaysa yang lebh besar dar satu (>1), yang berart ekspor mnyak sawt asal Indonesa dan Malaysa mempunya comparatve advantage datas rata-rata duna. Tabel 4. Analss Revealed Comparatve Advantage (RCA) Mnyak Sawt Indonesa dan Malaysa d Pasar Eropa tahun Indeks RCA NE/TT (%) Tahun Indonesa Malaysa Indonesa Malaysa ,21 45,27 0, , ,35 44,54 0,862 0, ,88 41,53 0, , ,56 52,01 0, , ,64 42,01 0, , ,54 36,89 0, , ,73 39,33 0, , ,22 38,19 0, , ,69 41,26 0, , ,41 36,69 0, , ,31 34,9 0, , ,74 33,78 0, , ,95 37,53 0,9997 0, ,74 33,74 0, , ,55 31,58 0, ,85822 Sumber : FAO, 2011, dolah. Keterangan : Angka tebal menunjukkan nla ndeks tertngg Perbandngan penamplan ekspor mnyak sawt Indonesa dan Malaysa menunjukkan bahwa pada tahun 1995 hngga 2003, penamplan ekspor mnyak sawt Indonesa lebh rendah dar mnyak sawt Malaysa, yang dtunjukkan oleh ndeks RCA Malaysa yang lebh besar dar Indonesa. Sedangkan, pada tahun 2004 hngga 2009, penamplan ekspor mnyak sawt Indonesa lebh tngg dar mnyak sawt Malaysa, yang dtunjukkan oleh ndeks RCA Indonesa yang lebh besar dar Malaysa. Raso net ekspor dan total perdagangan mnyak sawt menunjukkan bahwa Indonesa dan Malaysa sama-sama negara net eksportr, yang dtunjukkan oleh

13 raso net ekspor dan total perdagangan mnyak sawt yang bernla postf. Dengan demkan hasl analss ndkator daya sang yang dgunakan dalam peneltan, menunjukkan bahwa mnyak sawt Indonesa memlk daya sang yang kuat dalam perdagangan mnyak sawt duna, tetap mash lebh rendah dar daya sang mnyak sawt Malaysa. KESIMPULAN Kesmpulan Kesmpulan yang dapat dambl dar peneltan n adalah: 1. Dnamka tngkat daya sang Indonesa dan Malaysa telah mengalam penngkatan yang sgnfkan dalam ekspor dan pangsa pasar mnyak sawt d duna terutama d benua Asa dan Eropa. 2. Efek pertumbuhan standar ekspor mnyak sawt Indonesa dan Malaysa bernla postf kecual dalam beberapa tahun. Hal n mengndkaskan bahwa pada perode tersebut pertumbuhan ekspor mnyak sawt Indonesa dan Malaysa lebh banyak memanfaatkan pertumbuhan ekspor mnyak sawt duna. 3. Mnyak sawt Indonesa lebh berdaya sang dbandngkan mnyak sawt Malaysa d Benua Asa, sedangkan mnyak sawt Malaysa lebh berdaya sang dbandngkan mnyak sawt Indonesa d Benua Eropa. 4. Penamplan ekspor mnyak sawt Indonesa cenderung lebh rendah dbandngkan Malaysa. Indeks RCA mnyak sawt Indonesa dbawah Malaysa, akan tetap penamplan ekspor mnyak sawt Indonesa sangat kompettf dengan mnyak sawt Malaysa. 5. Nla rata-rata ndeks spesalsas perdagangan (raso Net Export dan Total Trade) mnyak sawt Indonesa dan Malaysa juga menunjukkan nla yang postf yang artnya Indonesa dan Malaysa adalah negara eksportr mnyak sawt. Saran Saran yang dapat dberkan dar peneltan n adalah: 1. Pemerntah sebaknya menetapkan kebjakan yang bertujuan untuk menngkatkan daya sang mnyak sawt Indonesa d pasar nternasonal terutama dbandngkan dengan Malaysa mengngat pertumbuhan ekspor, dstrbus pasar dan daya sang yang postf. 2. Dperlukan peneltan lebh dalam mengena daya sang mnyak sawt Indonesa terutama mengena raso penngkatan kecepatan daya sang mnyak sawt Indonesa sehngga dapat dketahu apakah Indonesa mampu mengunggul negara-negara pesang sepert Malaysa. 3. Dperlukan peneltan lebh dalam analss daya sang mnyak sawt d benua Amerka, Afrka dan d negara bagan lannya.

14 DAFTAR PUSTAKA Amrul Rfn Daya Sang Ekspor Mnyak Kelapa Sawt Indonesa. Dakses tanggal 1 Februar Halwan, Hendra Ekonom Internasonal dan Globalsas Ekonom (Eds Kedua). Ghala Indonesa. Bogor. Haryana, Arf Kebjakan dan Strateg Dalam Menngkatkan Nla Tambah dan Daya Sang Kelapa Sawt Indonesa Secara Berkelanjutan dan Berkeadlan. Drektorat Pangan dan Pertanan, BAPPENAS. Jakarta. Hasbuan, Akmaluddn Prospek Perkebunan Indonesa Dalam Pembangunan Ekonom Nasonal. Oras Ilmah. Unverstas Sumatera Utara. Medan. Markusen, James R Internatonal Trade, Theory and Evdence. New York. McGraw Hll. Rfa, Ahmad SP,MP dan Tarumun, Suard Dr, MSc Perdagangan Internasonal. Unr Press. Pekanbaru. Semangun, A, Gonarsyah, I Pasar Mnyak Sawt Duna dan Katannya dengan Ekspor Mnyak Sawt Indonesa. Jurnal. Bogor. Sukrno, Sadono Makroekonom Teor Pengantar. PT RajaGrafndo Persada. Jakarta. Tambunan, Tulus Perdagangan Internasonal dan Neraca Pembayaran: teor dan temuan emprs. PT Pustaka LP3ES Indonesa. Jakarta. Tryfno Strateg Pengembangan Industr Hlr Kelapa Sawt. INDEF. Jakarta.

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

THE ANALYSIS OF INDONESIA S TRADE PATTERN WITH SOME ASIA COUNTRIES: INTRA-INDUSTRY TRADE (IIT) APPROACH

THE ANALYSIS OF INDONESIA S TRADE PATTERN WITH SOME ASIA COUNTRIES: INTRA-INDUSTRY TRADE (IIT) APPROACH MPRA Munch Personal RePEc Archve THE ANALYSIS OF INDONESIA S TRADE PATTERN WITH SOME ASIA COUNTRIES: INTRA-INDUSTRY TRADE (IIT) APPROACH Muhammad Afd Nzar and Heru Wbowo 2007 Onlne at https://mpra.ub.un-muenchen.de/66323/

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonom merupakan masalah perekonoman dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonom merupakan fenomena pentng yang dalam duna hanya dua abad belakangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci

DAYA SAING PRODUK OLAHAN PERTANIAN: UBIKAYU, PISANG DAN JERUK

DAYA SAING PRODUK OLAHAN PERTANIAN: UBIKAYU, PISANG DAN JERUK Daya Sang Produk Pertanan DAYA SAING PRODUK OLAHAN PERTANIAN: UBIKAYU, PISANG DAN JERUK Muchjdn Rachmat dan Sr Nuryant PENDAHULUAN Pembangunan pertanan menuntut produk yang dhaslkan berdaya sang d pasar

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara) ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Stud kasus d 3 kecamatan d Kabupaten Halmahera Utara) Polteknk Perdamaan Halmahera ABSTRACT ISSN : 1907-7556 The research amed to determne (1) coconut

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

DAYA SAING EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

DAYA SAING EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 DAYA SAING EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Dahla Nauly Fakultas Pertanan Unverstas Muhammadyah Jakarta Jl. KH. Ahmad Dahlan, Crendeu. E-mal: dahla.nauly@yahoo.co.d

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA d Indonesa (Achmad Zan) 1 PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA (The Influencng Level of Import Sugar Prce, Domestc Sugar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional

III. KERANGKA TEORI Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional 41 III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Teor Pembangunan Ekonom Regonal Untuk melhat knerja perekonoman suatu wlayah atau suatu propns basanya dgunakan ndkator-ndkator makroekonom, sepert penngkatan pendapatan

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT

Ermi Tety, Evy Maharani, dan Muhammad Setiawan. Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT Pekbs Jurnal, Vol.4, No.1, Maret 2012: 34-43 ANALISIS TRANSMISI HARGA TANDAN BUAH SEGAR (TBS) DARI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) Ke PETANI SWADAYA DI KELURAHAN SOREK SATU KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:64) Suyadi Prawirosentono (2004:2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:64) Suyadi Prawirosentono (2004:2) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneltan Guna dapat bersang dalam era perdagangan bebas yang ddukung oleh teknolog nformas dan komunkas yang tumbuh pesat, perusahaan dharuskan berusaha untuk menngkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci