Ragam Inovasi Pendukung Pertanian Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ragam Inovasi Pendukung Pertanian Daerah"

Transkripsi

1 Agro novasi Ragam Inovas Pendukung Pertanan Daerah Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan Jl. Ragunan No.29 Pasar Mnggu Jakarta Selatan

2 2 AgronovasI Pupuk Organk dar Lmbah Organk Sampah Rumah Tangga Pupuk organk adalah nama kolektf untuk semua jens bahan organk asal tanaman dan hewan yang dapat drombak menjad hara terseda bag tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk. 060/2/2006, tentang pupuk organk dkemukakan bahwa pupuk organk adalah pupuk yang sebagan besar atau seluruhnya terdr atas bahan organk yang berasal dar tanaman dan atau hewan yang telah melalu proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau car yang dgunakan mensupla bahan organk untuk memperbak sfat fsk, kma, dan bolog tanah. Defns tersebut menunjukkan bahwa pupuk organk lebh dtujukan kepada kandungan C-organk atau bahan organk darpada kadar haranya; nla C-organk tulah yang menjad pembeda dengan pupuk anorgank. Pemberan bahan organk merupakan salah satu cara untuk memperbak kualtas lahan, meskpun kandungan hara dar bahan organk umumnya lebh rendah dbandng pupuk kma. Sebaga contoh unsur hara makro dar ssa tanaman berksar antara 0,7 2 persen ntogen, 0,07 0,2% fosfor dan 0,9 1,9 persen kalum, sedang pupuk kandang 1,7 4 persen ntrogen, 0,5 2,3 persen fosfor dan 1,5 2,9 persen kalum. Secara keseluruhan bahan organk memlk potens yang lengkap untuk memperbak sfat fsk, kma dan bolog tanah. Manfaat bahan organk secara fsk memperbak struktur dan menngkatkan kapastas tanah menympan ar. Secara kmaw menngkatkan daya sangga tanah terhadap perubahan ph, menngkatkan kapastas tukar katon, menurunkan fksas P dan sebaga reservor unsur hara sekunder dan unsur mkro. Secara bolog, merupakan sumber energ bag mkroorgansme tanah yang berperan pentng dalam proses dekomposs dan pelepasan unsur hara dalam ekosstem tanah (Sanchez, 1976). Potens sampah organk, terutama dar daerah perkotaan berpenduduk padat sangat tngg. Sebagan besar sampah dar pemukman (rumah tangga) berupa sampah organk, yang proporsnya dapat mencapa 78%. Sampah organk n umumnya bersfat bodegradable, yatu dapat terura menjad senyawa-senyawa

3 AgronovasI yang lebh sederhana oleh aktvtas mkroorgansme tanah. Penguraan dar sampah organk n akan menghaslkan mater yang kaya akan unsur-unsur yang dbutuhkan oleh tumbuhan, sehngga sangat bak dgunakan sebaga pupuk organk. Sedang bahan baku pembuatan pupuk organk berasal dar lngkungan setempat cukup banyak dan murah (Sulstyawat et al., 2009). Mendaur ulang lmbah perkotaan dar sampah rumah tangga menjad pupuk organk (kompos) pentng untuk mengurang dampak pencemaran oleh adanya sampah. Dampak pencemaran oleh sampah tersebut antara lan pencemaran ar yang dsebabkan oleh ar sampah (leachate), pencemaran udara yang dsebabkan oleh udara berbau busuk, pencemaran oleh adanya sampah yang bsa memberkan efek sampng menjalarnya wabah penyakt (Sudradjat, 2006). Syarat Mutu Berdasarkan syarat mutu yang dtetapkan dalam Permentan No 28/Permentan/ SR.130/5/2009 tentang persyaratan tekns mnmal pupuk organk, ndkator yang dgunakan adalah ph, kandungan C-organk (Walkley & Black), N-total (Kjeldahl), C/N raso, unsur makro dan mkro. C/N raso sudah memenuh standar pupuk organk yang telah dpersyaratkan yakn <25,0, sedang C-organk dalam pupuk padat mnmal 15%. Kecepatan dekomposs bahan organk dtunjukkan oleh perubahan mbangan C/N. Selama proses mneralsas, mbangan C/N bahan-bahan yang banyak mengandung N akan berkurang menurut waktu. Kecepatan kehlangan C lebh besar darpada N, sehngga dperoleh mbangan C/N yang lebh rendah (10-20). Apabla kandungan C/N sudah mencapa angka tersebut, artnya proses dekomposs sudah mencapa tngkat akhr. Nsbah C/N yang bak antara dan akan stabl pada saat mencapa perbandngan 15. Nsbah C/N yang terlalu tngg mengakbatkan proses berjalan lambat karena kandungan ntrogen yang rendah. C/N raso akan mencapa kestablan saat proses dekomposs berjalan sempurna. C-organk zat arang atau karbon yang terdapat dalam bahan organk merupakan sumber energ bag mkroorgansme. Dalam proses pencernaan oleh mkroorgansme terjad reaks pembakaran antara unsur karbon dan oksgen menjad kalor dan karbon doksda (CO 2 ). Karbon doksda n dlepas menjad gas, kemudan unsur ntrogen yang terura dtangkap mkroorgansme untuk membangun tubuhnya. Pada waktu mkroorgansme n mat, unsur ntrogen akan tnggal bersama kompos dan menjad sumber nutrs bag tanaman. Kandungan C-organk yang dpersyaratkan untuk memenuh pupuk organk menurut Permentan No. 28/ Permentan/SR.130/5/2009 yatu mengandung C-organk d atas 12%. Manfaat Kompos sampah rumah tangga merupakan pupuk organk yang dperoleh dar hasl pelapukan lmbah organk sampah organk hasl perlakuan manusa (rumah tangga). Perlakuan kompos melbatkan penambahan mkroorgnsme dekomposer atau aktvator ke dalam bahan. Manfaat kompos dar sampah rumah tangga adalah: 1. Menghemat baya pemakaan lahan tempat pembuangan akhr (TPA) lebh dar 50%, karena seluruh sampah organk dolah lag dan dmanfaatkan untuk kebutuhan pertanan dalam skala luas. 3

4 4 AgronovasI 2. Pengolahan sampah organk tdak mencemar lngkungan, sehngga polus ar, tanah dan udara dapat berkurang. 3. Sampah organk yang dolah secara bak dapat memberkan sumber pendapatan dan lapangan pekerjaan untuk ndustr pupuk organk. 4. TPA dapat djadkan tempat sekolah lapang yatu mempelajar bagamana cara mengelola sampah yang bak (Zanal et al., 2008). 5. Secara keseluruhan bahan organk memlk potens yang lengkap untuk memperbak sfat fsk, kma dan bolog tanah. Manfaat bahan organk secara fsk memperbak struktur dan menngkatkan kapastas tanah menympan ar. Secara kmaw menngkatkan daya sangga tanah terhadap perubahan ph, menngkatkan kapastas tukar katon, menurunkan fksas P dan sebaga reservor unsur hara sekunder dan unsur mkro. Secara bolog, merupakan sumber energ bag mkroorgansme tanah yang berperan pentng dalam proses dekomposs dan pelepasan unsur hara dalam ekosstem tanah. Kandungan Hara Sampah rumah tangga tdak dapat langsung dberkan untuk memupuk tanaman, tetap harus mengalam proses pengomposan terlebh dahulu. Beberapa alasan sampah rumah tangga perlu dkomposkan sebelum dmanfaatkan sebaga pupuk tanaman, antara lan : (1). Apabla tanah mengandung cukup udara dan ar, penguraan bahan organk berlangsung cepat, sehngga mengganggu pertumbuhan tanaman; (2). Penguraan bahan segar hanya sedkt sekal memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah; (3). Struktur bahan organk segar sangat kasar dan daya serap terhadap ar kecl, sehngga bla langsung dbenamkan akan menyebabkan tanah remah: (4). Pembuatan kompos dengan memanfaatkan sampah rumah tangga merupakan cara penympanan bahan organk sebelum dgunakan sebaga pupuk. Pupuk organk dar lmbah sampah rumah tangga dengan berbaga macam dekomposer dan bahan campuran lannya yang telah dhaslkan dlakukan analss kma sepert yang dsajkan pada Tabel 1. Dar hasl analss telah dketahu status ph, kandungan C-organk, C/N raso, unsur makro dan mkro lannya. Tolok ukur kualtas pupuk organk yang dhaslkan adalah kandungan C-organk, C/N raso dan N-total. Hasl analss dar kompos sampah rumah tangga yang dproduks oleh BPTP Jawa Tmur menunjukkan kandungan C-organk berksar 15,41-18,89, C/N- raso berksar 11,8812,04-18,29, dan N-total berksar 0,58-1,57%. Dar uj laboratorum dketahu bahwa pupuk organk sampah rumah tangga dengan dekomposer Prom dtambah dengan pupuk kandang, dedak, dan tetes mengandung C-organk yang tngg. Menurut Zanal et al. (2008), zat arang atau karbon yang terdapat dalam bahan organk merupakan sumber energ bag mkroorgansme. Dalam proses pencernaan oleh mkroorgansme terjad reaks pembakaran antara unsur karbon dan oksgen menjad kalor dan karbon doksda (CO2). Karbon doksda n dlepas menjad gas, kemudan unsur ntrogen yang terura dtangkap mkroorgansme untuk membangun tubuhnya. Pada waktu mkroorgansme n mat, unsur ntrogen akan tnggal bersama kompos dan menjad sumber nutrs bag tanaman. Hal n berart pupuk organk n selan sebaga sumber hara (melepaskan unsur hara terutama N dalam waktu relatf cepat) juga dapat dgunakan sebaga sumber bahan organk tanah.

5 No. AgronovasI Tabel 1. Hasl Analss Kma Bahan Organk Berbahan Baku Sampah Rumah Tangga dengan Menggunakan Berbaga Macam Dekomposer/Aktvator 4 Mnggu Setelah Inkubas Komposs ph C-organk (%) N-total (%) Analss C/N rato P 2 O 5 (%) K 2 O (%) 5 Na Ca Mg 1. Lmbah organk (sampah 8,4 18,17 1,57 13,56 1,09 1,39 0,48 4,06 0,58 rumah tangga) 100%+ Prom 2. Lmbah organk (sampah 8,3 15,41 1,56 12,04 1,06 1,67 0,48 4,86 0,83 rumah tangga) 100%+ EM-4 3. Lmbah organk (sampah 8,0 18,89 1,29 17,33 1,09 1,22 0,46 5,33 0,63 rumah tangga) 100% + Prom + Pupuk kandang + Dedak + Tetes 4. Lmbah organk (sampah 7,9 18,11 1,29 16,46 1,05 1,17 0,41 4,50 0,57 rumah tangga) 100% + EM-4 + Pupuk kandang + Dedak + Tetes 5. Lmbah organk (sampah rumah tangga) 100% + SuperDegra + Pupuk kandang + Dedak + Tetes 6,9 15,46 0,99 16,27 0,77 2,13 0,54 3,18 0,47 Sumber : Laboratorum Tanah Bala Pengkajan Teknolog Pertanan Jawa Tmur, Malang, Nla krts raso C/N suatu bahan organk untuk terjadnya dekomposs adalah d bawah 30, d atas nla tersebut bahan organk akan sult terdekomposs (Stevenson, 1986 dan Handayanto, 1995). Besarnya C/N rato menunjukkan mudah tdaknya bahan organk terdekomposs. Raso C/N tngg menunjukkan adanya bahan tanah lapuk yang relatf banyak (msalnya selulosa, lemak dan lln), sebalknya semakn kecl nla raso C/N menunjukkan bahwa bahan organk semakn mudah terdekomposs. Dengan pengomposan nsbah bahan organk dapat mencapa 20 sampa 15, sehngga menurunnya nsbah C/N berart ketersedaan ntrogen bag tanaman menngkat. Tngkatan nsbah C/N optmum mempunya rentang antara (kandungan N sektar 1,4 1,7%) yang ternyata deal untuk dekomposs maksmum karena tdak akan terjad pemebebasan ntrogen melalu mneralsas dar ssa-ssa organk d atas jumlah yang dbutuhkan oleh mkroorgansme. Nsbah C/N yang bak antara dan akan stabl pada saat mencapa perbandngan 15. Nsbah C/N yang terlalu tngg mengakbatkan proses berjalan lambat karena kandungan ntrogen yang rendah. C/N raso akan mencapa kestablan saat proses dekomposs berjalan sempurna. Menurut Djuarnan et al. (2009), Nsbah C/N yang bak antara dan akan stabl pada saat mencapa perbandngan 15. Nsbah C/N yang terlalu tngg mengakbatkan proses berjalan lambat karena kandungan ntrogen yang rendah. C/N raso akan mencapa kestablan saat proses dekomposs berjalan sempurna. Faktor Kunc Sebelum membuat kompos ada beberapa hal yang perlu dperhatkan, yatu

6 6 AgronovasI komposs bahan, reaks kmaw, tempat dan waktu yang menunjang pembuatan kompos. Saat pembuatan kompos terjad berbaga perubahan yang dlakukan oleh jasad-jasad renk. Perubahan tersebut dpengaruh oleh : 1. Susunan Bahan Bahan kompos dar campuran berbaga macam bahan tanaman, proses penguraannya relatf lebh cepat darpada yang berasal dar tanaman sejens. 2. Ukuran bahan Semakn kecl ukuran bahan asalnya, semakn cepat proses penguraan bahan. Ukuran deal potongan bahan mentah sektar 4 cm. Jka potongan terlalu kecl tmbunan menjad padat sehngga tdak ada srkulas udara. 3. Suhu optmal Pengomposan berlangsung optmum pada suhu o C. 4. Derajat keasaman atau ph pada tumpukan kompos Derajat keasaman (ph) bahan baku kompos dharapkan berksar 6,5 8,0, agar proses penguraan berlangsung cepat, ph dalam tumpukan kompos tdak boleh terlalu rendah (asam). Oleh sebab tu bahan kompos perlu dtabur dengan kapur atau abu. 5. Kandungan Ar dan Oksgen (O ) 2 Kadar ar bahan mentah yang deal 50-70%. Jka tumpukan kompos kurang mengandung ar, bahan akan bercendawan. Hal n merugkan, karena proses penguraan bahan berlangsung lambat. Dan tdak sempurna. Aktvtas perombakan secara aerob memerlukan oksgen. 6. Kandungan Ntrogen (N) Semakn banyak kandungan senyawa ntrogen, semakn cepat bahan terura karena jasad-jasad renk memerlukan senyawa N untuk perkembangannya. 7. C/N-raso Raso C/N merupakan faktor palng pentng dalam proses pengomposan. Hal n dsebabkan proses pengomposan tergantung dar kegatan mkroorgansme yang membutuhkan karbon sebaga sumber energ dan pembentuk sel dan ntrogen untuk membentuk sel. Besarnya nla raso C/N tergantung dar jens sampah. Proses pengomposan yang bak akan menghaslkan C/N yang deal sebesar Jka raso C/N tngg, aktvtas bolog mkroorgansme akan berkurang. Selan tu dperlukan beberapa sklus mkroorgansme untuk menyelesakan dengan degradas bahan kompos, sehngga waktu pengomposan akan lebh lama dan kompos yang dhaslkan akan memlk mutu rendah. Jka C/N-raso terlalu rendah, kelebhan ntrogen (N) yang tdak dpaka oleh mkroorgansme tdak dapat dasmlas dan akan hlang melalu volatsas sebaga ammona. Pembuatan Pupuk Organk Komposs pupuk organk yang dbuat dar bahan baku lmbah organk sampah rumah tangga dapat memperbak kesuburan tanah dan menngkatkan produktvtas tanaman, melput : (1). Lmbah organk sampah rumah tangga (mudah busuk, mudah terura, dan mudah hancur) sepert ssa makanan, ssa kan, sayur-sayuran, kult buah dan lan-lan sebanyak kg/4-5 gerobak sampah; (2). Aktvator/Dekomposer terdr dar mkroorgansme bersfat multfungs yang berhubungan dengan penggunaan mkroba perombak bahan organk dan

7 AgronovasI mempunya kemampuan menngkatkan efsens pemakaan pupuk N, P, dan K dan efsens perombakan bahan organk tanah, menjaga kesembangan hara dan berkelanjutan produktvtas tanah. Aktvator/Dekomposer sebanyak EM-4 sebanyak 400 ml atau Prom sebanyak 300 gram. (3). Kotoran kambng untuk mempercepat dekomposs bahan organk yang berasal dar lmbah organk. Kotoran kambng dharapkan dapat menyupla mkroba dan selanjutnya sebaga meda tumbuh mkroba tersebut, sehngga kecepatan dekomposs dapat dtngkatkan. Pupuk kandang dar kotoran kambng sebanyak 30 kg. (4). Tetes (molasses) mempunya komposs yang pentng yatu TSAI (Total Sugar as Invert) yatu gabungan dar sukrosa dan gula reduks. Kadar TSAI dalam tetes berksar antara 50-65%. Angka TSAI sangat pentng dalam proses fermentas, karena semakn besar TSAI akan semakn menguntungkan. Tetes sebanyak 1 lter kemudan dsramkan ke bahan sampah sebanyak kg/4-5 gerobak sampah; (5). Dedak (pad) mempunya kandungan gz yang dengan komposs bahan kerng 86,5%; Abu 8,7%; Proten kasar 10,8%; Serat kasar 1,5%; Lemak 5,1%; Ca 0,2% dan P 2,5% dan mempercepat proses dekomposs. Dedak sebanyak 5 kg kemudan dsramkan ke bahan sampah sebanyak kg/4-5 gerobak sampah; a. Pemlahan dan Pencacahan Sampah Rumah Tangga Pemlahan sampah, sampah dar warga dplah menjad sampah organk yatu sampah yang dapat dkomposkan (mudah busuk, mudah terura, dan mudah hancur) sepert ssa makanan, ssa kan, sayur-sayuran, kult buah dan lan-lan. Sampah anorgank yatu sampah yang tdak dapat dkomposkan : kaleng, plastk, gelas, logam, dan lan-lan; (2). Pencacahan, yatu sampah yang sudah dplah (organk) dcacah (Gambar 1 dan 2). b. Proses Pengomposan Teknk pengomposan dlakukan dengan sstem aerobk dengan cara pengepresan yatu sampah dplah, dambl yang organk, kemudan (yang besar) dcacah, dber dekomposer dan bahan-bahan lannya (pupuk kandang, bekatul dan tetes), daduk, 7 Gambar 1. Pemlahan sampah Gambar 2. Pencacahan

8 8 AgronovasI dmasukkan ke dalam cetakan /pengepresan dengan ukuran panjang = 180 cm; lebar = 120 cm dan tngg 60 cm. Pengepres dbuat dar trplek/playwood atau papan, pada kedua ss atas dber jnjngan dar kayu, bagan atas dan bawah dbarkan terbuka. Hanya bagan sampng yang dtutup rapat dengan papan atau playwood. Teknk n dapat dlakukan d manapun, meskpun lahannya sempt. Volume sampah yang dpres akan menyusut terus hngga menjad kompos. Besaran kompos yang dhaslkan tergantung pada jens sampahnya. Pembalkan sampah dlakukan secara rutn yatu tap 3-4 har sekal. Pada proses pembalkan berkutnya, volume sampah menyusut. Dengan demkan dua ple yang ada adapat daqjadkan dalam satu ple. Artmya cara n berguna untuk mengefektfkan lahan, apalag kalau poss pengomposan d tengah-tengah pemukman. Pengelolaan sampah rumah tangga juga dapat dlakukan secara ndvdu maupun kelompok masyarakat. Melalu pengelolaan sampah rumah tangga menjad lebh bermanfaat dan membantu mengurang volume sampah kota serta mengurang beban pengelolaannya. Tahap-tahap proses pengomposan sampah rumah tangga sebaga berkut : (1). Menmbang pupuk kandang sebanyak 30 kg kemudan dsramkan ke bahan sampah sebanyak kg/4-5 gerobak sampah; (4). Menmbang dedak sebanyak 5 kg kemudan dsramkan ke bahan sampah sebanyak kg/4-5 gerobak sampah; (2). Mencampurkan tetes sebanyak 1 lter dan melarutkan Aktvator/Dekomposer EM-4 sebanyak 400 ml atau Prom sebanyak 300 gram ke dalam 6 lter ar bersh, daduk sampa rata, dsramkan pada sampah yang sudah dplah dengan kapastas kg/4-5 gerobak sampah; (3). Pencetakan, sampah daduk sampa rata baru dcetak pada pencetak yang telah dsedakan sesua kebutuhan (ukuran cetakan ± 180 x 120 x 60 cm), kemudan dnjak - njak; (4). Selanjutnya dber ppa PVC atau bambu, dan dber lubang sebaga rongga udara; (5). Pengukuran suhu dlakukan setap har dengan menggunakan thermometer alkohol selama ± 1-2 ment yang dtancapkan pada sampah yang telah dcetak dengan suhu sesua ketentuan, har ke -3 pertama ukuran suhu (<50 o C) tumpukan dbalk dan dsram, har ke-6 ukuran suhu (< 50 o C) tumpukan dbalk dan dsram, har ke-9 kuran suhu (< 50 o C) tumpukan dbalk dan dsram, har ke-13 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50 o C) tumpukan dbalk dan dsram, har ke-16 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50 o C) tumpukan dbalk, har ke-19 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50 o C) tumpukan dbalk. Proses pematangan sesua pelaksanaan d lapangan yatu har atau sebaga lanjutan pelaksanaan proses pelapukan dan pematangan lanjutan dengan ukuran suhu (<50 o C/55 o C), dbalk tanpa dsram; (6). Har ke-21 sampa har ke-28 pendngnan dlanjutkan dengan penghamparan sampa pupuk benar-benar kerng; (7). Setelah sampah kerng dlanjutkan dengan pengayakan untuk menghaslkan kompos halus; (8). Pengemasan dalam kantong plastk. Tahapan Pembuatan Pupuk Organk

9 dar Lmbah Organk Sampah Rumah Tangga : AgronovasI 9 Pemlahan Sampah Pencacahan Penmbangan pupuk kandang Melarutkan Aktvator/Dekomposer yang akan dsramkan ke sampah Penyraman dedak dan pupuk kandang ke sampah Pencetakan Pengayakan Penjemuran Pengemasan Gambar Proses Pembuatan Pupuk Organk dar Lmbah Organk Sampah Rumah Tangga dan Aplkas Pupuk Organk Sampah Rumah Tangga pada Sayuran (Saw) Gambar 3. Penmbangan dedak Gambar 4. Penmbangan dedak

10 10 AgronovasI Gambar 5. Pengadukan sampah Gambar 6. Pupuk dar sampah rumah tangga sap dcetak Gambar 7. Pencetakan Gambar 8. Pengnjakan pupuk dar sampah rumah tangga Gambar 9. Pengukuran tngg tumpukan Gambar 10. Pembalkan

11 AgronovasI 11 Gambar 11. Tumpukan pupuk organk yang sap 12. Penjemuran djemur Gambar 13. Pengemasan kompos Gambar 14. Pengemasan Gambar 15. Tanaman saw dengan aplkas Gambar 16. Panen saw pupuk Kontak Person Amk Krsmawat dan Rka Asnta Bala Pengkajan Teknolog Pertanan Jawa Tmur Jl. Raya Karangploso KM.4 Malang, Indonesa Telp , , Fax Emal: Webste Jatm.ltbang.deptan.go.d

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI INDUSTRI KECIL PENGOLAHAN TAHU SECARA BIOFILTRASI MENGGUNAKAN ENCENG GONDOK (Eichhornia crassipes (Mart.

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI INDUSTRI KECIL PENGOLAHAN TAHU SECARA BIOFILTRASI MENGGUNAKAN ENCENG GONDOK (Eichhornia crassipes (Mart. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI INDUSTRI KECIL PENGOLAHAN TAHU SECARA BIOFILTRASI MENGGUNAKAN ENCENG GONDOK (Echhorna crasspes (Mart.) Solms) Poppy Arsl, Supryanto ABSTRAK Sebagan besar ndustr tahu merupakan

Lebih terperinci

Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik,

Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab n durakan mengena hasl peneltan serta analssnya. Rangkuman hasl peneltan dsampakan dalam bentuk tabel dan grafk, sedangkan data detal hasl peneltan dan perhtungan Laboratorum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebutuhan Bahan Bakar Mnyak (BBM) sebaga sumber energ setap harnya semakn menngkat, sedangkan cadangan energ mnyak bum (fosl) semakn menps. Menurut majalah kompas

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menmbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Model Pengembangan Peneltan n merupakan jens peneltan pengembangan yang dkenal dengan stlah Research and Development ( R& D ). Menurut Sukmadnata (2005:164), peneltan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

INDEKS KUALITAS UDARA

INDEKS KUALITAS UDARA INDEKS KUALITAS UDARA Untuk menyatakan konds kualtas udara d suatu tempat dapat dlakukan dengan ndeks kualtas udara. Indeks kualtas udara dbuat untuk memberkan kemudahan mengetahu konds kualtas udara amben

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci