III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS"

Transkripsi

1 46 III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTEI 3.. Kerangka Teor 3... Tabel Input-Output, Perekonoman Wlayah dan Industr Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dkenal sejak pertengahan abad ke-8, khususnya oleh Francos Quesnay pada tahun 758 dengan Tableau De'economque-nya. emula Quesnay hanya mengkonstruks model makro ekonom I-O khususnya antara petan dan buruh (farmers and laborers), tuan tanah (landowners) dan phak lannya (others, sterle class). Leon Walras pada tahun 877 dengan general equlbrum membuatnya menjad lebh ternc melalu pemsahan sektor yang lebh bak dan jelas. Perkembangan Tabel Input-Output menuju bentuk yang mendasar Tabel Input-Output modern adalah Tabel I-O yang dkembangkan oleh Leontef pada tahun 947. Tujuan Leontef mengembangkan Tabel I-O adalah untuk menjelaskan besarnya arus nterndustr dalam hal tngkat produks dalam tap-tap sektor. aat n, analss I-O telah berkembang luas menjad model analss standar untuk melhat struktur keterkatan perekonoman nasonal, wlayah dan antar wlayah, serta dmanfaatkan untuk berbaga peramalan perkembangan struktur perekonoman. Menurut Ncholson (200), model kesembangan umum dar Walras menjelaskan adanya dua lembaga ekonom yatu rumah tangga dan perusahaan. D antara kedua lembaga tersebut terjad, penawaran barang-barang jad (fnal good) dar perusahaan dan permntaan terhadap barang-barang jad oleh rumahtangga, tetap secara bersamaan terjad permntaan terhadap faktor-faktor produks dar perusahaan terhadap rumah tangga. Apabla jumlah yang dmnta sama dengan jumlah yang dtawarkan, maka kesembangan umum tercapa.

2 47 Konsep dasar Model Input-Output Leontef adalah: () struktur perekonoman tersusun dar berbaga sektor atau ndustr yang satu sama lan bernteraks melalu transaks jual bel, (2) output suatu sektor djual kepada sektor lannya untuk memenuh permntaan akhr rumah tangga, pemerntah, pembentukan modal dan ekspor, (3) nput suatu sektor dbel dar sektor-sektor lannya, dan rumah tangga dalam bentuk jasa dan tenaga kerja, pemerntah dalam bentuk pajak tdak langsung, penyusutan, surplus usaha dan mpor, (4) hubungan nput-output bersfat lner, (5) dalam suatu kurun waktu analsa selama satu tahun, total nput sama dengan total output, dan (6) suatu sektor terdr dar satu atau beberapa perusahaan. uatu sektor hanya menghaslkan suatu output yang dhaslkan oleh suatu teknolog. Model dasar Tabel Input-Output dsajkan pada Tabel 5. Tabel nput-output dgunakan untuk: () memperkrakan dampak permntaan akhr terhadap output, nla tambah, mpor, dan penyerapan tenaga kerja d berbaga sektor produks, (2) menyusun proyeks varabel-varbel ekonom makro, (3) menganalss perubahan harga, (4) mengetahu sektor-sektor yang pengaruhnya palng domnan terhadap pertumbuhan ekonom dan sektor-sektor yang pengaruhnya palng domnan terhadap pertumbuhan perekonoman nasonal, (5) melhat komposs penyedaan dan penggunaan barang dan jasa, terutama dalam analss terhadap kebutuhan dan kemungknan substtusnya, dan (6) melhat konsstens dan kelemahan berbaga data statstk yang pada glrannya dapat dgunakan sebaga landasan perbakan, penyempurnaan dan pengembangan lebh lanjut (BP, 2000). Model nput-output juga dapat dgunakan untuk berbaga tujuan, antara lan sebaga: () analss struktural yang melukskan hubungan permntaan dan penawaran pada tngkat kesembangan, (2) alat evaluas pengaruh ekonom pada nvestas masyarakat terhadap perekonoman wlayah dan nasonal, (3) alat peramalan dan perencanaan melalu mekansme tertentu, (4) alat analss regonal

3 48 dan nterregonal, (5) analss dampak antar sektor ekonom, tenaga kerja, pendapatan, dan lan-lan, (6) analss kepekaan dan uj kelayakan, (7) bersama-sama dengan metode lnear programmng dapat dgunakan untuk tujuan perencanaan, dan (8) bersama-sama dengan analss comparatve cost, untuk analss ndustral kompleks dalam suatu rangkaan analss ekonom regonal (BP, 2000). Tabel 5. Model Dasar Tabel Input-Output ektor 2 J N C G I E Input j n C G I E Antara 2 2 2j 2n C 2 G 2 I 2 E 2 2 I j C G I E.. Input Prmer Total Output N n nj nn Cn Gn In En n W W W j W n C W G W I W E W W T T T j T n C T G T I T E T T j n C G I E Impor M M M j M n C M G M I M - M Total Input j n C G I E Keterangan :,j : ektor ekonom, =,2,...n, dan j =,2,...n j : Total output sektor yang dpergunakan sebaga nput sektor j : Total ouput sektor, j total nput sektor j, untuk sektor yang sama (=j), total output sama dengan total nput ( = j ). C : Pengeluaran konsums rumah tangga terhadap output sektor G : Pengeluaran pemerntah yatu belanja rutn dan pembangunan terhadap output sektor. I : Pengeluaran pembentukan modal tetap netto (nvestas) dar output sektor, output, ouput sektor yang menjad barang modal. E : Ekspor barang dan jasa sektor, output sektor yang dsekpor/ djual ke luar wlayah, permntaan wlayah eksternal terhadap output sektor. Y : Total permntaan akhr terhadap output sektor (Y =C +G +I +E ) W j : Balas jasa rumah tangga yatu upah dan gaj dar sektor j, nla tambah sektor j yang dalokaskan sebaga upah dan gaj anggota rumah tangga yang bekerja d sektor j. T j : Pendapatan pemerntah yatu pajak dar sektor j, nla tambah sektor j yang menjad pendapatan asl daerah dar sektor j. j : urplus usaha sektor j, nla tambah sektor j yang menjad surplus usaha M j : Impor sektor j, komponen nput produks sektor j yang dperoleh/ dbel dar luar wlayah.

4 49 ecara sederhana, tabel nput output pada Tabel 5 terdr dar : pemntaan antara, permntaan akhr, nput antara, nput prmer, total nput dan total output. Berdasarkan Tabel 5, terlhat bahwa pada sektor, output sebesar dalokaskan sebesar, 2, 3 dan 4 berturut-turut kepada sektor, 2, 3 dan 4, sebaga permntaan antara, serta F yatu konsums rumahtangga, pengeluaran pemerntah, nvestas, dan ekspor, untuk memenuh permntaan akhr. Alokas output secara keseluruhan dapat drumuskan ke dalam bentuk persamaan aljabar sebaga berkut : = F = F2 2 = F3 3 Persamaan datas selanjutnya dtuls kembal sebaga berkut : a = + a2 + a3 + F a = a a3 2 + F2 2 a = a a Dmana a = / dan menyatakan koefsen (teknk) secara langsung. Dalam j j j bentuk matrks persamaan dapat dnyatakan sebaga berkut : A + F = (3.) Dmana : [ α ] merupakan matrks koefsen, menyatakan matrks total dan F j menyatakan matrks permntaan akhr. Persamaan 3. dapat dnyatakan sebaga berkut : = ( I A). F (3.2) Tabel nput-output sederhana dapat dbag menjad empat bagan yatu kuadran I, II, III dan IV. Menurut Bendavd (99), pembagan tabel nput-output ke dalam empat kuadran tersebut sangat pentng untuk memaham ketergantungan ekonom dan gambaran holstk masng-masng sektor.

5 50 Kuadran Antara (kuadran I) atau ntermedate quadrant dsebut juga kuadran nterndustr atau kuadran prosesng, yatu suatu matrks dalam tabel nput-output yang menunjukkan transaks antar sektor produks atau ndustr dalam perekonoman. Menurut Bendavd (99), analss nput output berbeda dengan perhtungan sosal, dmana pendapatan dan nla tambah sudah dalam permntaan akhr (fnal demand). Kuadran n merupakan sumber yang membedakan antara sstem perhtungan sosal (msalnya pendapatan dan pengeluaran) nasonal atau regonal dengan perhtungan sosal lannya, karena transaks antara yang menyebabkan tmbulnya perhtungan ganda terhadap nla output transaks. Analss keterkatan antar sektor atau ketergantungan ekonom berttk tolak dar kuadran n sehngga kuadran n menjad suatu bagan terpentng dalam model nput-output. Dar kuadran n pula akan dapat dsusun matrks koefsen nput yang merupakan dasar analss lnkages, yatu perbandngan antara penggunaan nput antara dengan nla output dar sektor yang bersangkutan atau dengan kata lan kuadran antara (kuadran I) memlk peranan pentng karena kuadran nlah yang menunjukkan antara sektor ekonom dalam melakukan proses produksnya. Kuadran antara menunjukkan keterkatan antar sektor perekonoman. Keterkatan n pentng untuk melhat perubahan output suatu sektor terhadap pendapatan, ketenagakerjaan dan output sektor-sektor lannya. Kuadran pemntaan akhr (kuadran II) atau fnal demand quadrant menunjukkan penjualan barang dan jasa yang dproduks oleh sektor-sektor perekonoman untuk memenuh permntaan akhr. Isan sel pada kuadran II ada dua jens, yatu: () transaks permntaan akhr, dan (2) komponen penyedaan pada masng-masng sektor produks. Permntaan akhr terdr dar enam komponen, yatu pengeluaran konsums rumahtangga, pengeluaran konsums pemerntah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, ekspor barang dan ekspor jasa.

6 5 Jumlah permntaan merupakan jumlah permntaan antara dtambah dengan jumlah permntaan akhr. Isan sepanjang bars pada kuadran II memperlhatkan komposs permntaan akhr terhadap suatu sektor produks dan bagamana komposs penyedaannya. edangkan san sepanjang kolom menunjukkan dstrbus masng-masng komponen permntaan akhr dan penyedaan menurut sektor. ecara umum komponen permntaan akhr yang terdr dar pengeluaran rumahtangga, pengeluaran pemerntah, pembentukan modal, perubahan stok, dan ekspor merupakan ss pengeluaran dalam sstem perhtungan nasonal atau merupakan komponen perhtugan gross domestc regonal product dar ss pengeluaran. Kuadran nput prmer (kuadran III) atau prmary nput quadrant dsebut juga dengan kuadran nla tambah yang menunjukkan pembelan nput yang dhaslkan dluar sstem produks oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Isan kuadran III terdr dar sel-sel nla tambah bruto atau nput prmer. Nla tambah bruto terdr dar upah dar gaj, surplus usaha/penyusutan, pajak tak langsung dan subsd. Isan sepanjang bars pada kuadran III menunjukkan dstrbus pencptaan masng-masng komponen nla tambah bruto menurut sektor. edangkan san sepanjang kolom menunjukkan komposs pencptaan nla tambah bruto oleh masng-masng sektor menurut komponennya. Dalam banyak analss, nla tambah bruto yang dhaslkan oleh masngmasng sektor pada umumnya dkonverskan ke produk domestk regonal bruto. Untuk keperluan n maka nla tambah bruto sektor perdagangan terlebh dahulu harus dtambah pajak penjualan mpor dan bea masuk. D sampng melalu nla tambah bruto, dapat juga dturunkan dar permntaan akhr, yatu jumlah seluruh permntaan akhr dkurang dengan mpor barang dan mpor jasa.

7 52 Kuadran nput prmer permntaan akhr (kuadran IV) atau kuadran nput prmer permntaan akhr menunjukkan transaks langsung antara kuadran nput prmer dan permntaan akhr tanpa melalu sstem produks atau kuadran antara. Umumnya kuadran IV n jarang terdapat dalam tabel nput-output. Tabel transaks menggambarkan tentang arus (flow) komodt barang dan jasa yang dnyatakan dalam nla uang dantara sektor-sektor dalam satuan waktu dan sstem ekonom tertentu. Penjualan dan pembelan dantara sektor ekonom dproyekskan dalam suatu matrks yang terdr dar bars dan kolom, pada suatu sektor tertentu ke sektorsektor lannya serta kepada konsumen akhr, sepert dtunjukkan pada Tabel 5. Pembelan sektor tertentu terhadap output sektor lannya serta pembelan faktor-faktor produks prmer (nla tambah bruto ddstrbuskan menurut kolom). edangkan san angka menurut bars memperlhatkan bagamana output suatu sektor dalokaskan unruk memenuh permntaan antara dan permntaan akhr. Isan angka menurut kolom menunjukkan permntaan nput antara maupun nput prmer yang dsedakan oleh nput-nput lan untuk melaksanakan proses produks. Menurut Kuncoro (2004b), analss tabel nput-output dapat dpergunakan untuk mengukur struktur dan perlaku ndustr. Untuk mengetahu struktur ndustr dgunakan analss keterkatan antarsektor ke depan dan ke belakang dan analss konsentras ndustr. Perlaku ndustr dpergunakan analss angka pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja. Analss perlaku (conduct) merupakan salah satu elemen dasar analss klask yang dkenal pada ekonom ndustr. Perlaku perusahaan-perusahaan dalam suatu ndustr tdak pernah lepas dar struktur ndustr dan pasar yang dhadap oleh masng-masng perusahaan. Menurut Mller and Blar (985), ada tga angka pengganda yang dpergunakan untuk mengestmas efek dar perubahan eksogen guna mengukur perlaku ndustr, yatu :

8 53 Output Multpler (Efek Pengganda Output) Rumus efek pengganda output adalah sebaga berkut : O j = n = α (3.3) j dmana : j Oj α = nomor bars = nomor kolom = efek pengganda sektor j = elemen dalam matrks Leontef nvers Income Multpler (Efek Pengganda Pendapatan) Rumus efek pengganda pendapatan adalah sebaga berkut : dmana : n H j = a n =... α j (3.4) = Hj a α = efek pengganda pendapatan = koefsen pendapatan = elemen dalam matrks Leontef nvers Employment multpler (Efek pengganda tenaga kerja) E = n j W n + = α (3.5) j dmana: Ej w α = efek pengganda tenaga kerja = koefsen tenaga kerja = elemen dalam matrks Leontef nvers Rasmussen (956) mengukur keterkatan antarsektor berdasarkan penjumlahan kolom (atau bars) pada matrx nvers Leontef, (I A) -. Keterkatan ke

9 belakang dan keterkatan ke depan menurut metode n masng-masng dukur dengan cara : 54 n R BL j = g = j (3.6) dan, n R FL j = g j= j (3.7) D mana R BL j dan R FL j berturut-turut menunjukkan ukuran keterkatan ke belakang dan keterkatan ke depan untuk metode Rasmussen, sedangkan g uj adalah elemen pada matrks nvers Leontef, (I A) -. Oleh karena model Rasmussen menggunakan matrks nvers Leontef, maka ukuran keterkatan antarsektor yang dperoleh bsa dkatakan merupakan ukuran keterkatan secara tdak langsung, yang menghtung dampak tdak langsung dar suatu sektor dalam perekonoman. Rasmussen (956) juga memberkan dua jens ukuran ndeks lannya yang dsebut : () kemampuan penyebaran (power of dsperson), dan (2) kepekaan penyebaran (senstvty of dsperson). Dengan dua ndeks n kta bsa melakukan perbandngan besarnya derajad keterkatan antarsektor, yang nantnya bsa dtentukan sektor-sektor mana saja yang dapat djadkan sebaga sektor kunc atau sektor pemmpn dalam pembangunan ekonom. a j = n = j n g j j g j (3.8) dan, β j = n g = j n j j g j (3.9)

10 Dar persamaan 3.8 dan 3.9, α j menunjukkan ndeks daya penyebaran dar sektor j 55 dalam perekonoman, dan β merupakan ndeks derajat kepekaan dar sektor. edangkan g adalah elemen matrks nvers Leontef, G = (-A) -. Invers Leontef dpergunakan untuk multpler (angka pengganda), bak pengganda output, pendapatan rumah tangga (RT) dan tenaga kerja. Analss keterkatan dpergunakan untuk mengukur keterkatan antara sektor pertanan dan ndustr. alah satu syarat perlu (necessary condton) agar dapat mencapa transformas struktural dar pertanan ke ndustr manufaktur adalah adanya keterkatan sektor pertanan dan sektor ndustr yang tangguh. Katan yang palng sesua menuju ndustr yang tangguh adalah pengolahan produk-produk pertanan ke dalam pengembangan sektor agrondustr Konsentras pasal dan Kekuatan Aglomeras Konsentras spasal merupakan pengelompokan setap ndustr dan aktvtas ekonom secara spasal berlokas pada suatu wlayah tertentu (Fujta et al., 999). Defns tersebut melengkap pandangan Krugman (99) yang menyatakan bahwa konsentras spasal merupakan aspek yang dtekankan dar aktvtas ekonom secara geografs dan sangat pentng penentuan lokas ndustr. Krugman (99) menyatakan bahwa dalam konsentras aktvtas ekonom secara spasal, ada tga hal yang salng terkat yatu nteraks antara skala ekonom, baya transportas, dan permntaan. Untuk mendapatkan dan menngkatkan kekuatan skala ekonoms, perusahaan-perusahaan cenderung berkonsentras secara spasal dan melayan seluruh pasar dar suatu lokas. edangkan untuk memnmumkan baya transportas, perusahaan cenderung berlokas pada wlayah yang memlk permntaan lokal yang besar, akan tetap permntaan lokal yang besar cenderung berlokas d sektar terkonsentrasnya aktvtas ekonom. elanjutnya, Fujta et al. (999) menjelaskan

11 56 bahwa pada dasarnya, pemkran tentang terjadnya aglomeras ddasar oleh pentngnya hasl yang menngkat akbat skala ekonom dan baya transportas, serta keterkatan ke belakang dan keterkatan ke depan yang besar merupakan argumentas logs yang dapat menjelaskan terjadnya aglomeras. Menurut Agnger and Hansberg (2003), konsentras spasal merupakan regonal share yang menunjukkan dstrbus lokasonal dar suatu ndustr. edangkan spesalsas ndustr ddefnskan sebaga dstrbus share ndustr dar suatu wlayah. Pada wlayah terspesalsas, konsentras spasal menunjukkan tngkatan aktvtas dan dstrbus lokasonal dar ndustr pada wlayah tersebut. Adanya spesalsas, konsentras spesal d ndustr utama relatf lebh tngg dar pada konsentras spesal d luar ndustr utama. Dengan demkan, kontrbus ndustr utama pada suatu wlayah menmbulkan dstrbus spasal yang cenderung terkonsentras pada suatu wlayah. uatu ndustr yang terpesalsas atau ndustr utama akan cenderung terkonsentras pada wlayah secara spasal. Dasar analss pada peneltan n bersumber pada dua ndkator yang merupakan dasar dalam penyusunan ndeks spesalsas dan konsentras spasal sepert yang dkemukakan oleh Kuncoro (2000) yang menggunakan PDRB yatu: dmana : s s PDRB V = (3.0) PDRB V = pangsa dar PDRB subsektor Agrondustr s d kota atau kabupaten terhadap PDRB sektor ndustr manufaktur kabupaten atau kota secara keseluruhan. = kota atau kabupaten d Provns Lampung s = subsektor ndustr/ agrondustr berdasarkan klasfkas IIC

12 57 Berdasarkan pendapat yang dkemukakan Agnger and Hansberg (2003), kontrbus PDRB subsektor ndustr manufaktur s d kabupaten atau kota terhadap PDRB kabupaten secara keseluruhan dapat menunjukkan subsektor ndustr manufaktur apa yang merupakan spesalsas sektor dan kabupaten. s s PDRB V = (3.) PDRB pesalsas pada tngkatan yang lebh luas dlambangkan oleh s V yang merupakan pangsa dar PDRB subsektor agrondustr s terhadap PDRB sektor agrondustr Provns Lampung secara keseluruhan. V s menunjukkan subsektor agrondustr yang merupakan spesalsas dar sektor agrondustr. Penggunaan data PDRB dalam menganalss spesalsas ddasarkan pada peneltan Kuncoro (2000). PDRB = (3.2) PDRB dmana : = konsentras spesal PDRB = PDRB subsektor d kota/ kabupaten PDRB = PDRB subsektor d seluruh provns Pada ss lan, Agnger and Hansberg (2003) menyatakan bahwa konsentras dapat ddefnskan sebaga regonal pangsa yang menunjukkaan dstrbus lokasonal dar suatu ndustr. Konsentras spesal yang dlambangkan menunjukkan kontrbus PDRB subsektor s d kota/ kabupaten terhadap PDRB subsektor s d seluruh Provns Lampung. Penggunaan data PDRB pada konsentras spasal berdasarkan peneltan yang dlakukan joberg and joholm (200). PDRB = (3.3) PDRB dmana :

13 58 = kontrbus kabupaten/ kota terhadap agrondustr Provns Lampung Perbandngan nla antara daerah = (..n) menunjukkan dstrbus lokasonal agrondustr d Provns Lampung. alah satu pendekatan yang palng serng dgunakan adalah menganalss spesalsas daerah adalah Locaton Quotent (LQ), yang juga dsebut Koefsen Hoover-Balassa (Lafourcade and Mon, 2003). Pendekatan n menyatakan bahwa spesalsas relatf (agrondustr) pada suatu wlayah terjad apabla spesalsas ndustr pada suatu wlayah lebh besar dar pada spesalsas ndustr pada wlayah agregat (Kuncoro, 2000). dmana : V LQ = = (3.4) V LQ V = Locaton Quotent atau Koefsen Hoover-Balassa = pangsa subsektor agrondustr s d kabupaten/ kota terhadap ndustr provns V = pangsa sektor agrondustr kabupaten/ kota terhadap agrondustr provns = kontrbus subsektor agrondustr d kabupaten/ kota terhadap agrondustr provns = kontrbus sektor agrondustr kabupaten/ kota terhadap agrondustr provns Apabla V > V atau > maka LQ > ; Apabla V < V atau > maka LQ <. Nla LQ >, menunjukkan bahwa subsektor s terspesalsas secara relatf d wlayah. Menurut Bendhavd (99), subsektor s merupakan subsektor unggulan yang layak untuk dkembangkan d wlayah dan

14 demkan pula sebalknya apabla LQ < maka subsektor s bukan merupakan subsektor unggulan daerah tersebut. Pada ss lan, Krugman (99) menyatakan tentang perbedaan struktur ndustr pada suatu wlayah dengan struktur ndustr pada suatu wlayah lan maupun seluruh wlayah akan mempengaruh daya sang wlayah yang menjad standar. Hasl penlaan menunjukkan tngkat spesalsas wlayah yang danalss. Oleh karena tu, dalam menganalss spesalsas suatu daerah dgunakan ndkator yang dgunakan oleh Krugman (99) yatu Indeks spesalsas regonal atau K PEC. Km (999) menyatakan bahwa nla yang menjad ukuran K PEC berksar antara nla nol dan dua. Nla nol menunjukkan bahwa adanya kesamaan struktur ndustr antara wlayah yang danalss dengan wlayah yang djadkan benchmark. Nla dua menunjukkan tdak adanya kesamaan struktur antara wlayah yang danalss sehngga masng-masng wlayah yang dnalss terspesalsas pada ndustr unggulan masng-masng. 59 dmana : K PEC N = V = V (3.5) K PEC = ndeks spesalsas regonal. V = pangsa subsektor agrondustr s d kabupaten/ kota terhadap agrondustr d tngkat provns V = pangsa sektor agrondustr kabupaten/ kota terhadap agrondustr provns K PEC atau ndeks spesalsas regonal menunjukkan tngkatan spesalsas suatu wlayah bla dengan wlayah lan dengan wlayah bersama sebaga benchmark. Dalam konteks Provns Lampung, yang menjad benchmark dalam menganalss K PEC pada adalah struktur agrondustr Provns Lampung. K PEC bernla dua

15 60 apabla struktur agrondustr pada wlayah memlk tdak memlk kesamaan dengan struktur agrondustr d Lampung secara keseluruhan. K PEC bernla nol apabla persamaan struktur agrondustr daerah sama dengan struktur agrondustr Lampung secara keseluruhan. K PEC wlayah bernla lebh besar darpada satu sampa dengan lebh kecl sama dengan dua menunjukkan bahwa wlayah lebh terspesalsas darpada wlayah lan d Lampung. Pendekatan lan untuk menganalss konsentras spasal adalah Indeks Herfndahl yang dlambangkan H yang menunjukkan dstrbus lokas pada subsektor s d wlayah tertentu. Nla H berksar antara nol dan satu, semakn tngg H maka dstrbus lokas semakn tdak merata dan ndustr manufaktur pada subsektor cenderung terkonsentras pada wlayah tertentu. M 2 H = = ( ) (3.6) dmana : H = dstrbus lokas pada subsektor s d wlayah tertentu = konsentras spasal subsektor s d kabupaten/ kota Ellson and Glaeser (997) menganalss konsentras spasal dengan menggunakan ndeks yang berbass tenaga kerja : M ( s ) g EG = = 2 (3.7) dmana : g EG = Indkator Gn Lokasonal s = kontrbus subsektor agrondustr d kabupaten/ kota terhadap agrondustr provns = kontrbus sektor agrondustr kabupaten/ kota terhadap agrondustr provns

16 6 Indkator n menunjukkan tngkat spesalsas suatu sektor dan konsentras spasal antara beberapa wlayah. Indeks yang dkembangkan dar g EG telah dgunakan oleh Ellson and Glaeser (999) untuk menganalsa konsentras spasal dar ndustr manufaktur d Amerka erkat, berdasarkan analsa yang telah dlakukan berkesmpulan bahwa pada ndustr yang terspesalsas, konsentras spasal terjad karena natural advantage dan knowledge spllover (dsebut juga Marshal-Arrow-Romer atau MAR eksternaltas). Akan tetap sangat sult untuk mengukur dorongan dar knowledge spllover terhadap konsentras spasal. Oleh karena tu, Ellson and Glaeser (999) mengemukakan tentang kontrbus natural advantages berdasarkan factor endowment yang secara smultan mempengaruh dan mendorong skala ekonom nternal perusahaan. Ellson and Glaeser (999) membangun ndkator untuk mereflekskan kontrbus dar natural advantages dan knowledge spllover, yatu : dmana : H = H f GEG γ (3.8) EG f γ EG = Indeks Ellson dan Glaeser G EG = besarnya kekuatan aglomeras f H = ndeks Herfndahl Indkator tersebut dbangun dar persamaan (3.9) dan (3.20) G EG g = M ( ) = EG 2 (3.9) dmana : G EG = besarnya kekuatan aglomeras g EG = ndeks konsentras spasal

17 62 = kontrbus kabupaten/ kota terhadap agrondustr provns G EG atau yang basa dsebut dengan raw concentraton menunjukkan besarnya kekuatan aglomeras yang mendorong konsentras spasal dan dsusun berdasarkan persamaan (3.7) L ( ) 2 Z f H = (3.20) f = H f merupakan frm sze Herfndahl yang menunjukkan dstrbus tenaga kerja pada ndustr, sedangkan Z f adalah frm sze yang dkalkulas berdasarkan pangsa tenaga kerja frm terhadap tenaga kerja ndustr. Lafourcade and Mon (2003) menggunakan H sebaga proxy untuk menggantkan H f dengan memaka data PDRB (salah unsurnya adalah upah tenaga kerja ) dmana : M M H = = ( ) 2 (3.2) H = Indeks Herfndahl = konsentras spasal subsektor s d kabupaten/ kota Oleh karena tu, dengan menggant H f dengan H maka persamaan (3.8) akan berubah menjad: dmana : GEG H γ EG = (3.22) H γ EG = Indeks Ellson dan Glaeser G EG = besarnya kekuatan aglomeras H = Indeks Herfndahl Berdasarkan pengamatan emprs yang dlakukan oleh Ellson dan Glaeser, γ EG menunjukkan pengaruh natural advantage dan knowledge spllover terhadap konsentras spasal dar ndustr. Ellson and Glaeser (997) menyatakan bahwa standar pengukuran dar ndeks tersebut berdasarkan beberapa perhtungan emprs

18 63 adalah: d bawah 0.02 menunjukkan dspers spasal dan d atas 0.05 menunjukkan terjadnya aglomeras yang kedua-duanya dsebabkan oleh pengaruh natural advantage dan knowledge spllover Keterkatan Model Input-Output dan Ekonometrka Ada tga strateg yang dpergunakan dalam menggabungkan model nputoutput dan ekonometrka yatu () embeddng, (2) lnkng, dan (3) couplng. Perbedaan utama ketga strateg n terletak pada rezm ntegras dan struktur ntegras tenaga kerja. Rezm ntegras berhubungan dengan sfat dasar dan kuatnya nteraks antara model nput-output dan ekonometrka, nteraks antar model dapat berupa sstem persamaan rekursf atau smultan. truktur ntegras terdr atas persamaan matemats dan metode solus optmal yang dplh. truktur tersebut dapat bersfat kompost dan modular. truktur kompost menyatakan bahwa kedua model d dalam sekuensal persamaan lnear dan atau non-lnear yang kemudan dselesakan dengan algortma teras yang tepat. edangkan struktur modular menunjukkan bahwa suatu model dapat djalankan sampa konvergen sebaga subsekuensal kemudan bernteraks dengan sub-sekuensal model yang lan. Integras model dengan strateg embeddng, ddomnas oleh model ekonometrka, sedangkan model nput-output hanya bersfat memberkan nformas keterkatan antar sektor-sektor perekonoman. Akbatnya rezm ntegrasnya tdak bersfat rekursf dan smultan karena satu model lebh berpengaruh dar model yang lan. truktur ntegras dar strateg dar strateg embeddng n bersfat kompost. Dalam strateg lnkng, model nput-output tdak terlalu tergantung dengan model ekonometrka. Rezm ntegras dar strateg n bersfat rekursf karena satu model dgunakan sebaga nput atau nformas bag model yang lan secara rekursf (satu arah). trateg ntegras Model I-O dan Ekonometrka dapat dlhat pada Gambar 4.

19 64 umber : Rey, 999 Gambar 4. trateg Integras Model I-O dan Ekonometrka trateg yang terakhr adalah couplng, strateg n menggambarkan eratnya hubungan dan kuatnya nteraks antara model nput-output dan ekonometrka. Model n memandang satu kesatuan antara model nput-output dan ekonometrka, yang dhubungkan oleh permntaan akhr. trateg ntegras couplng, terdr dar atas beberapa bagan yang salng tumpah tndh, mrp sepert embeddng, sedangkan bagan lan mrp dengan strateg lnkng. tud-stud yang menggunakan model ntegras nput-output dan ekonometrka banyak dlakukan d Amerka erkat. trateg ntegras embeddng dgunakan oleh Glemon and Lane (990) untuk Kentucky. trateg ntegras lnkng dgunakan oleh Kng et al. (977) untuk Oho. edangkan strateg ntegras couplng dgunakan oleh Conway Jr. (990) untuk Washngton dan Isralevch et al. (996) untuk Chcago.

20 Kerangka Pemkran Peran Agrondustr dalam Perekonoman Wlayah Provns Lampung Agrondustr merupakan pengolahan produk berbass pertanan. Agrondustr terdr dar agrondustr hulu (upstream agrobusness) yatu subsektor ndustr yang menghaslkan sarana produks pertanan, dan agrondustr hlr (downstream agrobusness) yatu subsektor ndustr yang mengolah hasl-hasl pertanan. Agrondustr merupakan merupakan subsstem agrbsns yang berperan untuk menngkatkan nla tambah subsstem produks pertanan. Agrondustr merupakan salah satu sektor yang berpotens menjad leadng sector dalam perekonoman nasonal atau regonal. Indkator suatu sektor menjad leadng sector antara lan memlk pangsa yang besar dalam perekonoman secara keseluruhan, pertumbuhan dan nla tambah yang relatf tngg; dan memlk keterkatan ke depan dan ke belakang (forward and backward lnkages) yang cukup besar. Pada tahun 2005, agrondustr d Provns Lampung memberkan kontrbus terhadap total output sebesar 28%, sementara sektor pertanan berkontrbus sebesar 27%. Agrondustr mempunya keterkatan ke belakang (hulu) sangat besar karena menggunakan nput dar bahan baku sektor pertanan. ektor pertanan d Provns Lampung merupakan sektor yang berkontrbus besar setelah sektor agrondustr. Agrondustr mempunya keterkatan ke depan (hlr) besar karena outputnya dpergunakan sebaga nput ndustr atau sektor lan. Keterkatan ndustr merupakan salah satu proses yang mendorong terjadnya aglomeras. Aglomeras agrondustr d Provns Lampung terjad karena poss wlayah provns dekat dengan kawasan megapoltan Jabotabek dan adanya ekspor langsung ke pasar nternasonal melalu Pelabuhan Panjang dan pelabuhan khusus yang

21 66 dbangun oleh ndustr. elan ndustr berorentas ekspor, juga berkembang ndustr berbass bahan baku yang tersebar d wlayah sentra produks pertanan. elan keterkatan, agrondustr juga memberkan dampak pengganda bag output sektoral, pendapatan rumah tangga sektoral, dan kesempatan kerja sektoral. Angka pengganda output menghtung output total yang tercpta dar satu unt uang permntaan akhr. Karena output sektor-sektor agrondustr yang palng besar, maka keterkatan antarsektor dan dampak pengganda agrondustr dalam perekonoman wlayah Provns Lampung menjad lebh besar dbandngkan sektor lan Konsentras pasal, Klaster dan Kekuatan Aglomeras Konsentras spasal merupakan pengelompokan setap ndustr dan aktvtas ekonom secara spasal yang berlokas pada suatu wlayah tertentu. Klaster adalah konsentras spasal dar ndustr-ndustr yang sama atau sejens. Aglomeras merupakan berkumpulnya atau terkonsentrasnya suatu kegatan ekonom pada suatu wlayah atau area tertentu yang memberkan manfaat bag kegatan sektor ekonom. Aglomeras merupakan suatu proses yang menyebabkan ndustr berkonsentras secara spasal. uatu ndustr yang terpesalsas atau ndustr utama (share besar) akan cenderung terkonsentras pada wlayah secara spasal. Agrondustr d Provns Lampung merupakan sektor utama atau ndustr yang terspesalsas sehngga cenderung terkonsentras secara spasal Aglomeras menmbulkan manfaat bag pembangunan wlayah yatu pergerakan barang, pergerakan sumberdaya manusa, dan kemudahan nformas. Pada beberapa ndustr yang lokasnya berdekatan, commutng cost untuk memudahkan pergerakan barang d antara ndustr tersebut menjad lebh murah. Pasar tenaga kerja menjad lebh besar d kawasan ndustr yang teraglomeras, nformas mengena ketenagakerjaan menjad lebh banyak, sedangkan baya lan yang dtmbulkan adalah baya hdup, commutng, dan baya lannya.

22 67 Kekuatan aglomeras dsebabkan oleh natural advantage dan knowledge spllover. Natural advantage bag sektor agondustr d Provns Lampung ddukung ketersedaan bahan baku dan sarana nfrastruktur penunjang. edangkan faktor knowledge spllover dtunjang oleh semakn menngkatnya derajat penddkan pekerja Penghematan Akbat Aglomeras d ektor Agrondustr Aglomeras muncul karena para pelaku ekonom berupaya mendapatkan penghematan aglomeras (agglomeraton economes), bak karena penghematan lokas maupun penghematan urbansas, dengan mengambl lokas yang salng berdekatan satu sama lan. Penghematan aglomeras merupakan fungs dar sejumlah barang-barang kaptal, skala ekonom, bahan baku, upah tenaga kerja dan jumlah pekerja. Interaks dalam aglomeras ndustr mencermnkan adanya sstem nteraks antara pelaku ekonom, antar perusahaan dalam ndustr yang sama, antar perusahaan dalam ndustr yang berbeda, ataupun antar ndvdu, perusahaan dan rumah tangga. Faktor-faktor yang menentukan ouput agrondustr d Provns Lampung yang beraglomeras (agglomeraton economes) adalah kaptal, bahan baku, upah tenaga kerja, energ, penghematan akbat lokas, dan penghematan akbat urbansas. Penghematan akbat lokalsas terjad jka baya produks dar perusahaan secara ndvdu menurun sebaga akbat dar menngkatnya jumlah output dar wlayah perkotaan. alah satu alasan mengapa penghematan akbat lokalsas akan menngkatkan produktvtas karena alasan tenaga kerja, d mana pada daerah ndustr tertentu, tenaga dengan keahlan yang dbutuhkan oleh ndustr tersebut berkumpul dan memudahkan ndustr dalam mencar tenaga kerja sesua kebutuhan sehngga menurunkan baya pencaran.

23 68 Penghematan akbat urbansas merupakan keuntungan-keuntungan yang bcrsfal eksternal bag ndustr, terutama drasakan d daerah perkotaan. Aglomeras yang bersfat penghematan akbat urbansas akan mempengaruh aktftas ekonom wlayah perkotaan/metropoltan karena pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja (kepadatan penduduk) mencermnkan pertumbuhan ekonom daerah. Masuknya unsur penghematan akbat aglomeras ke dalam fungs produks menyebabkan terjadnya kenakan penggunaan nput. Akbatnya, output akan terdorong nak dengan derajat yang lebh tngg dbandng kenakan nput tu sendr, sehngga penghematan akbat aglomeras akan membawa dampak postf bag perekonoman wlayah Dampak Kebjakan Ekonom d ektor Agrondustr terhadap Perekonoman Wlayah Guna mewujudkan struktur perekonoman yang sembang, kebjakan ekonom d sektor agrondustr memlk beberapa sasaran menark pembangunan sektor pertanan, mencptakan nla tambah, mencptakan lapangan pekerjaan, menngkatkan penermaan devsa, dan menngkatkan pembagan pendapatan. Agar agrondustr dapat berperan sebaga penggerak utama perekonoman, persyaratan yang harus dpenuh adalah: berlokas d pedesaan, terntegras vertkal ke bawah, mempunya katan nput-output yang besar dengan ndustr lannya, dan padat tenaga kerja. esua dengan permasalahan mendesak yang dhadap, serta terbatasnya kemampuan sumberdaya pemerntah, maka kebjakan ekonom d sektor agrondustr sejalan dengan fokus utama kebjakan pengembangan ndustr. Kebjakan ekonom tersebut dtetapkan pada sub-sektor yang memenuh krtera sebaga berkut: () menyerap banyak tenaga kerja, (2) memenuh kebutuhan dasar dalam neger (sepert makanan-mnuman dan obat-obatan), (3) mengolah hasl

24 69 pertanan dalam art luas (termasuk perkanan) dan sumber-sumber daya alam lan dalam neger, dan (5) memlk potens pengembangan ekspor. Kebjakan ekonom pada sektor agrondustr berupa stmulus ekonom, bak penngkatan pengeluaran pemerntah, penngkatan nvestas maupun penngkatan ekspor akan menngkatkan output sektor agrondustr. Pendapatan regonal yang dmodfkas dar rumus Keyness merupakan penjumlahan konsums, nvestas, pengeluaran pemerntah dan selsh antara ekspor dan mpor. Dalam analss nput-output, ada tga hal yang berpengaruh terhadap output atau pertumbuhan ekonom yatu nvestas, pengeluaran pemerntah, dan ekspor. Pengeluaran pemerntah (goverment expendture) merupakan pembelan barang dan jasa yang merupakan njeks terhadap perekonoman wlayah. Pengeluaran pemerntah dalam pengembangan agrondustr berupa program pengembangan produktvtas agrondustr, penyedaan nfrastruktur dan pengembangan kawasan. Investas agrondustr dperlukan untuk menngkatkan stok kaptal guna menngkatkan kapastas produks. Penngkatan nvestas dlakukan melalu penambahan pabrk agrondustr dan penngkatan kapastas produks. Penngkatan ekspor d Provns Lampung akan dapat menngkatkan pertumbuhan regonal karena sebagan besar produk agrondustr berorentas ekspor. Kebjakan pengeluaran pemerntah, penngkatan nvestas dan penngkatan ekspor dtujukan untuk menngkatkan knerja perekonoman wlayah dalam penngkatan output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja. Dampak kebjakan ekonom pada sektor agrondustr melalu keterkatan antarsektor akan menngkatkan pertumbuhan output sektor ekonom lannya. Penngkatan output akan mendorong penngkatan permntaan tenaga kerja, bak tenaga kerja sektor agrondustr maupun non sektor agrondustr, serta permntaan terhadap modal yang dpenuh oleh rumah tangga dan perusahaan. Hal n akan

25 70 PEREKONOMIAN WILAYAH EKTOR AGROINDUTRI Kontrbus/ Pangsa Keterkatan Antarsektor Pengganda PENGHEMATAN AGLOMERAI Penghematan Lokalsas Penghematan Urbansas Industr Beraglomeras (Klaster) pasal Industr Tdak Beraglomeras/ (Klaster) KEBIJAKAN EKONOMI Pengeluaran Pemerntah Investas Ekspor KINERJA MENINGKAT Output Pendapatan Rumah Tangga Kesempatan Kerja Gambar 5. Kerangka Pemkran Peneltan

26 7 berdampak lebh lanjut pada penngkatan pendapatan rumah tangga dan perusahaan. Proses n akan terus berlangsung melalu efek pengganda. Keterkatan antarsektor dan dampak pengganda agrondustr yang beraglomeras dalam perekonoman wlayah Provns Lampung lebh besar dar pada keterkatan antarsektor dan dampak pengganda sektor lan. Oleh karena tu, kebjakan yang menngkatkan knerja perekonoman wlayah dalam hal output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja sektoral adalah kebjakan gabungan pengeluaran pemerntah, penngkatan nvestas dan penngkatan ekspor dtujukan pada sektor agrondustr yang beraglomeras. Kerangka pemkran yang menghubungkan peran agrondustr dalam perekonoman wlayah, aglomeras ndustr dan dampak kebjakan ekonom dapat dlhat pada Gambar Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran, maka dsusun hpotess yatu :. Konstrbus, keterkatan antarsektor dan dampak pengganda agrondustr dalam perekonoman wlayah Provns Lampung lebh besar darpada peranan, keterkatan antarsektor dan dampak pengganda non agrondustr. 2. Terjad konsentras spasal dan aglomeras pada sektor agrondustr. 3. Faktor-faktor yang menentukan ouput ndustr yang beraglomeras adalah kaptal, bahan baku, upah tenaga kerja, energ, penghematan akbat lokalsas (localzaton economes) dan penghematan akbat urbansas (urbanzaton economes). 4. Kebjakan yang menngkatkan knerja perekonoman wlayah dalam hal output, pendapatan rumah tangga, dan kesempatan kerja sektoral adalah kebjakan gabungan pengeluaran pemerntah, penngkatan nvestas dan penngkatan ekspor pada sektor agrondustr yang beraglomeras.

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 72 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokas Peneltan Peneltan n mengambl lokas d Provns Lampung, yang ddasarkan atas beberapa pertmbangan, yatu: (1) Provns Lampung memlk aktvtas agrondustr yang domnan dbandngkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat 6 0 36-7 0 03 Lntang Selatan dan 108 0 03-108

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional

III. KERANGKA TEORI Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional 41 III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Teor Pembangunan Ekonom Regonal Untuk melhat knerja perekonoman suatu wlayah atau suatu propns basanya dgunakan ndkator-ndkator makroekonom, sepert penngkatan pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 42 III METODE PENELITIAN 31 Kerangka Pemkran Wlayah perbatasan merupakan wlayah yang unk karena aktvtas masyarakatnya selalu dpengaruh oleh negara lannya sebagamana dkemukakan Bappenas (2005) bahwa permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin *

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin * J. Bjak dan Rset Sosek KP. Vol.2 No.1, 2007 35 KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT Oleh: Rsna Yusuf dan Tajern * ABSTRACT Kajan n bertujuan mengetahu sejauhmana

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Sederhana SNSE Matrks SNSE dapat menggambarkan keterkatan antar sektor, dstrbus pendapatan (factoral dstrbuton dan ncome dstrbuton), dan pengaruh dar konsums,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV TRIP GENERATION

BAB IV TRIP GENERATION BAB IV TRIP GENERATION 4.1 PENDAHULUAN Trp Generaton td : 1. Trp Producton 2. Trp Attracton j Generator Attractor - Setap tempat mempunya fktor untuk membangktkan dan menark pergerakan - Bangktan, Tarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA PENDAHULUAN Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 27/03/20 27/03/20 2 27/03/20 3 Ekonom Makro : Mempelajar mekansme bekerjanya perekonoman secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci