BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:64) Suyadi Prawirosentono (2004:2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:64) Suyadi Prawirosentono (2004:2)"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peneltan Guna dapat bersang dalam era perdagangan bebas yang ddukung oleh teknolog nformas dan komunkas yang tumbuh pesat, perusahaan dharuskan berusaha untuk menngkatkan mutu produknya guna dapat bersang d pasar bebas. Selan strateg harga jual guna menngkatkan volume penjualannya, setap perusahaan dtuntut memfokuskan perhatannya pada mutu dar produk yang dhaslkan. Kemajuan teknolog nformas membuat konsumen lebh krts terhadap mutu produk yang akan dbelnya. Oleh karena tu apabla perusahaaan dapat menghaslkan produk yang bermutu sesua dengan spesfkas yang dngnkan oleh konsumen, maka volume penjualan akan nak dan hal n berkatan langsung dengan pendapatan operas perusahaan. Menurut Fandy Tjptono dan Anastasa Dana (2003:64) mengemukakan bahwa dalam era perdagangan bebas sebagamana telah dsepakat dalam kerangka NAFTA (North Amerca Free Trade) tahun 1992, Un Eropa yang menerapkan Standar ISO bag produk-produk ndustr d seluruh Eropa, AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003, dan APEC (Asa Pasfc Economc Corporaton), setap perusahaan harus menghadap persangan ketat dengan seluruh perusahaan-perusahaan dar seluruh duna. Sehngga dengan demkan, duna seolah-olah tanpa batas dan persangan akan sangat ketat sejalan dengan kemajuan teknolog nformas, hal n mengakbatkan setap perusahaan dharuskan memlk keunggulan pada setap produk yang telah dhaslkan. Menngkatnya ntenstas persangan dan jumlah pesang juga menuntut setap perusahaan untuk selalu memperhatkan kebutuhan dan kengnan konsumen serta berusaha memenuh apa yang mereka harapkan dengan cara yang lebh memuaskan darpada yang dlakukan para pesang. Menurut Suyad Prawrosentono (2004:2) faktor utama yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu dar produk tersebut, sehngga setap perusahaan yang ngn tetap

2 bertahan hdup dalam suatu persangan atau perdagangan bebas dharuskan terus menerus melakukan pengembangan terhadap produknya tersebut. PT. Pndad (Persero) merupakan Badan Usaha Mlk Negara (BUMN) sebaga salah satu pelaku ekonom d Indonesa yang memlk karakterstk tersendr, tdak hanya menyangkut kepemlkan oleh Negara, tetap peran yang dembannya sebaga busness entty yang melaksanakan fungs komersal sekalgus juga sebaga agent of development. PT. Pndad (Persero) harus berupaya menngkatkan kemandran dan profesonalsme dengan melakukan novas secara berkesnambungan serng dengan kemajuan teknolog dan nformas. Upaya tersebut juga akan mencakup penngkatan produktvtas dan efsens operas perusahaan. Upaya penngkatan efsens untuk segala aspek proses produks perlu dtangan dan dkembangkan secara mantap dan terkendal, sehngga dapat membantu poss yang kompettf produk Indonesa d pasaran nternasonal. PT. Pndad (Persero) sebaga sebuah perusahaan yang bergerak d bdang nstalas ndustr, yang memproduks senjata, amuns, generator, mesn perkakas, ar brake, produk cor, produk tempa, pengat rel, mesn derek kapal, peralatan mesn, motor elektrk, dan pemutus arus, tdak lepas dar berbaga hambatan yang tdak dapat dkendalkan sepert faktor tekns dan non tekns serta sumber daya yang kurang memada. Pendapatan operasonal perusahaan berupa hasl penjualan produk setap tahunnya berfluktuas, hal n dkarenakan perencanaan baya mutu dan pelaksanaan proses produks yang kurang cermat serta kurangnya pengawasan sehngga berdampak langsung terhadap pendapatan operasonal perusahaan. Dengan perencanaan baya mutu dan pelaksanaan proses produks yang cermat, serta dlakukan pengawasan secara berkesnambungan maka akan memperendah baya kegagalan nternal dan eksternal yang mungkn terjad. Hal n akan berdampak langsung terhadap pendapatan operasonal perusahaan. Penuls memlh PT. Pndad (Persero) sebaga objek peneltan karena pendapatan operasonal yang berupa penjualan bersh produk perusahaan selama kurun waktu 6 tahun mengalam kenakan dan penurunan. Dketahu pada tahun 2000 pendapatan operasonal mencapa Rp , jka dbandngkan

3 dengan tahun 2001, pendapatan operasonal tahun 2001 mengalam penngkatan sebesar Rp atau sebesar 12,29%. Tahun 2001 pendapatan operasonal mengalam penngkatan sebesar Rp , jka dbandngkan dengan tahun 2002, pendapatan operasonal tahun 2002 mengalam penurunan sebesar Rp atau sebesar 9,24%. Pendapatan operasonal tahun 2002 mencapa Rp , jka dbandngkan dengan tahun 2003, pendapatan operasonal tahun 2003 mengalam penngkatan sebesar Rp atau sebesar 18,88%. Tahun 2003 pendapatan operasonal mencapa Rp , jka dbandngkan dengan tahun 2004, pendapatan operasonal tahun 2004 mengalam penngkatan sebesar Rp atau sebesar 60,76%. Pendapatan operasonal tahun 2004 mencapa Rp Tahun 2005 merupakan pendapatan operasonal terbesar selama 6 perode yatu tahun 2000 s/d 2005, pendapatan operasonalnya mencapa Rp , jka dbandngkan dengan tahun 2004, pendapatan operasonal perusahaan pada tahun 2005 mengalam penngkatan sebesar Rp atau sebesar 26,20%. Untuk mencpatakan mutu produk yang prma, maka dperlukan upaya penngkatan mutu yang berkesnambungan yang harus ddukung oleh seluruh unsur dalam suatu perusahaan. Tentunya upaya penngkatan mutu n memerlukan suatu sumber daya yang salah satunya berupa baya. Baya tersebut merupakan baya mutu. Baya mutu dapat dbedakan menjad empat jens, yatu baya penlaan (apprasal cost), baya pencegahan (preventon cost), baya kegagalan nternal (nternal falure cost), dan baya kegagalan eksternal (external falure cost). Menurut Nasuton (2005:178) untuk memperoleh baya mutu optmum, maka perhatan terhadap komponen yang dapat dkendalkan manajemen yatu baya penlaan dan baya pencegahan harus mendapatkan prortas, karena baya pencegahan dan baya penlaan akan menngkat serng dengan penngkatan mutu, sebalknya dengan penngkatan tersebut baya kegagalan akan menurun. Baya mutu dpergunakan untuk dapat mempertahankan bahkan menngkatkan mutu produk. Menurut Nasuton (2005:172), baya mutu selalu

4 dkatkan dengan kegatan yang dlakukan karena mungkn atau telah dhaslkan produk-produk yang memlk mutu jelek atau buruk. Semakn buruk mutu produk yang dhaslkan suatu perusahaan, maka semakn banyak dperlukan baya untuk memperbaknya. Baya-baya yang dkeluarkan perusahaan dalam usaha untuk menngkatkan dan mengendalkan produk yang dhaslkan dduga berdampak terhadap efektvtas pendapatan operas. Menurut Nasuton (2005:299), salah satu kunc sukses agar dapat bersang d pasar global adalah kemampuan untuk memenuh dan melampau standarstandar yang berlaku. Untuk menngkatkan mutu dar suatu produk, perusahaan dharapkan menerapkan Total Qualty Management (TQM) serta usaha-usaha lannya atau berupaya untuk mendapatkan sertfkas ISO 9002 yang merupakan standar mutu yang daku secara Internasonal. Dar hasl peneltan pendahuluan d atas, dapat dlhat bahwa pendapatan operasonal dar tahun ke tahun mengalam fluktuas serng dengan berubahnya baya mutu. Dengan menngkatnya penjualan dharapkan perusahaan akan memperoleh pendapatan operasonal yang lebh tngg. Selama kurun waktu 6 tahun perusahaan telah melakukan berbaga kebjakan terutama dalam upaya penngkatan mutu produk. Salah satu kebjakan yang dambl adalah mengntensfkan kegatan pengendalan atas mutu produk. Penuls melakukan peneltan n dlham dar peneltan sebelumnya yang telah dlakukan oleh mahasswa Unverstas Padjajaran Bandung, Parlndungan Slalah pada bulan Januar tahun 2006, dengan judul Pengaruh Baya Mutu Terhadap Efektvtas Pendapatan Operasonal Perusahaan, objek peneltan pada PT. INTI (Persero), dengan kesmpulan kedua subkategor baya mutu, yatu baya pengendalan dan baya kegagalan memlk pengaruh yang berbeda terhadap tngakat pendapatan operasonal perusahaan. Peneltan tersebut menjad sumber nspras bag penuls untuk melakukan peneltan n. Sedangkan perbedaan peneltan yang penuls lakukan dengan peneltan yang telah dlakukan sebelumnya adalah pada objek peneltan serta metode peneltan yang dgunakan.

5 Berdasarkan latar belakang peneltan tersebut, maka penuls tertark untuk melakukan peneltan dan menyajkannya dalam skrps dengan judul : Pengaruh Baya Mutu Terhadap Efektvtas Pendapatan Operasonal Perusahaan. 1.2 Identfkas Masalah Berdasarkan latar belakang peneltan yang durakan d atas, maka dapat ddentfkaskan beberapa permasalahan sebaga berkut : 1. Bagamana pengklasfkasan baya mutu pada Dvs Mesn Industr dan Jasa PT. Pndad (Persero). 2. Bagamana pendapatan operasonal pada Dvs Mesn Industr dan Jasa PT. Pndad (Persero). 3. Apakah baya mutu berpengaruh terhadap efektftas pendapatan operasonal perusahaan pada Dvs Mesn Indstr dan Jasa PT. Pndad (Persero). 1.3 Maksud dan Tujuan Peneltan Adapun maksud dan tujuan peneltan n dmaksudkan untuk mengetahu beberapa hal sebaga berkut : 1. Untuk mengetahu klasfkas baya mutu pada Dvs Mesn Industr dan Jasa PT. Pndad (Persero). 2. Untuk mengetahu pendapatan operasonal perusahaan pada Dvs Mesn Industr dan Jasa PT. Pndad (Persero). 3. Untuk mengetahu pengaruh baya mutu terhadap efektftas pendapatan operasonal perusahaan pada Dvs Mesn Industr dan Jasa PT. Pndad (Persero). 1.4 Kegunaan Peneltan Melalu peneltan n dharapkan dapat memberkan manfaat bag berbaga phak, antara lan : 1. Bag perusahaan Sebaga masukan yang postf untuk perusahaan mengena pentngnya baya mutu untuk mencptakan mutu produk yang bak dalam rangka mencapa

6 kepuasan konsumen (customer satsfacton), serta sebaga sumbangan masukan dalam menentukan kebjakan selanjutnya yang berkatan dengan baya mutu dan efektftasnya terhadap pendapatan operasonal perusahaan. 2. Bag penuls Peneltan n dharapkan dapat menambah pengetahuan mengena baya mutu dan hubungannya dengan efektftas pendapatan operasonal perusahaan. 3. Bag phak lan Untuk memberkan gambaran mengena baya mutu serta pengaruhnya terhadap efektftas pendapatan operasonal perusahaan. 1.5 Kerangka Pemkran Dalam perusahaan yang bergerak d bdang nstalas ndustr, menghaslkan output dengan harga terjangkau merupakan tujuan perusahaan secara umum, karena dengan output yang demkan dapat menngkatkan penjualan sehngga kelangsungan hdup perusahaan dapat terus berjalan dengan bak. Secara umum pendapat n mungkn dterma, tetap pada kenyataannya untuk dapat menngkatkan penjualan sehngga pendapatan perusahaan pun kut menngkat serng dengan menngkatnya penjualan tdak hanya mengandalkan harga yang murah, akan tetap harus memperhatkan mutu dar output yang dhaslkan tersebut. Menurut Fand Tjptono dan Anastasa Dana (2003:65), d era globalsas tuntutan akan produk yang bermutu semakn tngg, oleh karena tu perusahaan yang ngn memenangkan persangan, salah satu kuncnya adalah mutu. Untuk dapat mencegah terjadnya mutu produk yang rendah maka dbutuhkan suatu baya yang tdak sedkt jumlahnya. Setap jumlah rupah yang dkeluarkan untuk mencegah terjadnya mutu yang rendah, bukan merupakan tndakan yang merugkan bag perusahaan, melankan akan dapat menmbulkan keuntungan dalam jangka panjang. Karena dengan mutu yang bak, maka produk perusahaan akan semakn dpercaya oleh konsumen. Menurut para pakar mutu, suatu perusahaan dengan program pengelola mutu yang berjalan dengan bak, baya mutunya tdak lebh

7 besar dar 2,5% dar penjualan. Setap perusahaan dapat menyusun anggaran untuk menentukan besarnya standar baya mutu setap kelompok atau elemen secara ndvdual sehngga baya mutu total yang danggarkan tdak lebh dar 2,5% dar penjualan. Perusahaan harus beran melakukan nvestas pada program penngkatan mutu walaupun melbatkan baya ddalamnya, karena penngkatan mutu pada akhrnya akan mampu mengurang baya yang dakbatkan oleh produk bermutu rendah. Selanjutnya baya-baya yang berhubungan dengan mutu produk n dklasfkaskan sebaga baya mutu. Baya mutu merupakan baya yang dhubungkan dengan produk bermutu rendah. Menurut Mulyad (2001:73) mengena defns baya mutu adalah : Baya yang terjad karena adanya atau kemungknan adanya mutu produk yang rendah. Sedangkan menurut Hongren, Datar, dan Foster (2000:677) juga mengemukakan bahwa baya mutu adalah : The cost of qualty (COQ) refer to cost ncurred to prevent, or cost arsng as a result of, the producton of a low qualty product. These cost focus on conformance qualty and are ncurred n all busness functons of the value chan. Cost of qualty are classfed four categores : 1. preventon cost, 2. apprasal cost, 3. nternal falure cost, 4. eksternal falure cost. Baya mutu sangat berguna dalam mencapa proses produks yang efektf dan efsen, karena jka perusahaan terlanjur menghaslkan produk bermutu rendah maka bukan mustahl akan dperlukan baya yang lebh besar pula. Oleh karena tu, menurut Hansen dan Mowen (2000:14) ketka perusahaan menambah baya pencegahan dan penlaan serta menurunkan baya produk yang tdak sesua dengan standar akan menghaslkan produk yang bermutu tngg sehngga dapat menngkatkan pendapatan perusahaan. Pada prnspnya, baya mutu dterapkan d perusahaan dalam rangka menjaga dan menngkatkan mutu sehngga dharapkan dapat menghaslkan produk yang sesua dengan standar perusahaan atau kengnan konsumen. Dengan

8 penngkatan mutu n, perusahaan berharap dapat menngkatkan pendapatan operasonalnya. Pengaruh Baya Mutu Terhadap Efektftas Pendapatan Operasonal Baya pencegahan dan baya penlaan dsebut cost of conformance (baya kesesuaan), yatu semua baya yang dkeluarkan untuk memastkan produk atau jasa memenuh kebutuhan konsumen. Sementara tu, baya kegagalan nternal dan baya kegagalan eksternal dsebut cost of non conformance (baya ketdaksesuaan). Menurut Bambang Harad (2002:390), baya mutu sama dengan jumlah cost of conformance dan cost of non conformance. Untuk menurunkan baya kegagalan nternal dan baya kegagalan eksternal yang merupakan cost of non conformance adalah dengan cara menngkatkan cost of conformance. Yang pada akhrnya baya mutu akan lebh rendah. Menurut Nasuton (2005:177), perusahaan mengngnkan agar baya mutu turun namun dapat mencapa mutu yang lebh tngg, setdak-tdaknya sampa dengan ttk tertentu. Jka standar kerusakan nol dapat dcapa, perusahaan mash harus menanggung baya pecegahan dan baya penlaan. Standar kerusakan nol merupakan standar yang mungkn saja tdak tercapa sepenuhnya, namun banyak bukt yang menunjukkan bahwa standar tersebut dapat dcapa dengan hasl yang mendekat ke standar yang dtentukan tersebut. Menurut Nasuton (2005:2), cr-cr produk yang bermutu tngg apabla memlk sejumlah kestmewaan atau kekhususan, yang berbeda dar produk pesang dan mampu memenuh harapan atau tuntutan sehngga dapat memuaskan konsumen atau pelanggan atas penggunaan produk tersebut. Mutu yang lebh tngg memungknkan perusahaan menngkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersang dengan pesang, menngkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat djual dengan harga yang lebh tngg. Menurut Nasuton (2005:42), keuntungan yang ddapatkan perusahaan karena menyedakan produk yang bermutu tngg akan menngkatkan volume penjualan dan baya yang dkeluarkan akan lebh rendah, dmana gabungan

9 keduanya akan berdampak terhadap pendapatan operasonal yang pada akhrnya juga akan menngkatkan kemampuan perusahaan untuk merealsaskan pendapatan yang telah drencanakan dalam rencana anggaran kerja perusahaan atau dengan kata lan menngkatkan efektftas pendapatan. Berdasarkan pemkran tersebut, penuls mengemukakan hpotess sebaga berkut : 1. Baya pengendalan memlk pengaruh sgnfkan terhadap efektftas pendapatan operasonal. 2. Baya kegagalan memlk pengaruh sgnfkan terhadap efektftas pendapatan operasonal. Untuk lebh jelasnya kerangka pemkran n dapat dgambarkan dalam sebuah bagan kerangka pemkran sebaga berkut : Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemkran

10 1.6 Metodolog Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah explanatory research dengan jens peneltan stud kasus. Menurut Sujoko Effer, Stevanus Had Darmadj, dan Yulawat Tan (2004 :9) dsebutkan bahwa explanatory research yatu suatu metode yang bertujuan untuk menngkatkan pemahaman tentang sebuah fenomena yang telah dketahu what, who, dan how-nya. Sebuah fenomena yang telah dketahu terjadnya dan memlk deskrps yang detal dapat dtelt lebh lanjut untuk mendapatkan penjelasan, tentang alasan mengapa terjad (fokus untuk menjawab why). Karena tu, peneltan n mencar penyebab dan alasan d balk sebuah fenomena. 1.7 Operasonalsas Varabel Peneltan n menggunakan beberapa varabel peneltan sebaga berkut : Baya mutu (X), sebaga varabel bebas yang keberadaannya tdak dpengaruh oleh varabel lan, namun sebalknya varabel n mempengaruh varabel lan. Pendapatan operasonal, sebaga varabel tdak bebas (Y) : yatu varabel yang keberadaannya dpengaruh oleh varabel lan. Bagan Operasonalsas Varabel Varabel Konsep Varabel Indkator Skala Pengukuran Baya Mutu (Cost Of Qualty) (X) Pendapatan Operas (Y) Baya mutu adalah baya yang berhubungan dengan pencptaan, pengklasfkasan, perbakan dan pencegahan kerusakan. Baya mutu dapat dkelompokkan ke dalam empat golongan yatu baya pencegahan, baya penlaan, baya kegagalan nternal dan baya kegagalan eksternal. Pendapatan adalah penngkatan jumlah aktva atau penurunan kewajban yang tmbul dar penyerahan barang dan jasa atau aktvtas lannya. Pendapatan yang berasal dar kegatan utama perusahaan dsebut pendapatan usaha, sedangkan pendapatan yang dperoleh dar kegatan d luar kegatan utama perusahaan dsebut pendapatan lanlan. Baya pengendalan, dan Baya kegagalan Hasl penjualan produk. Raso Raso

11 1.8 Penetapan Hpotess Hpotess yang akan duj dalam peneltan n berkatan dengan ada atau tdaknya pengaruh yang sgnfkan dar varabel ndependent (X) terhadap varabel dependen (Y). Oleh karena tu pengujan yang dlakukan adalah pengujan hpotess null (Ho) yang menyatakan bahwa korelas tdak berart atau tdak sgnfkan. Sedangkan hpotess alternatfnya (Ha) menyatakan bahwa koefsen korelasnya berart atau sgnfkan. Hpotess alternatf n juga merupakan hpotess peneltan dar penelt. Adapun perumusan Ho dan Ha adalah sebaga berkut : Ho1 : Baya mutu (pengendalan) tdak berpengaruh secara sgnfkan terhadap efektftas pendapatan operasonal perusahaan. Ha1 : Baya mutu (pengendalan) berpengaruh secara sgnfkan terhadap efektftas pendapatan operasonal perusahaan. Ho2 : Baya mutu (kegagalan) tdak berpengaruh secara sgnfkan terhadap efektftas pendapatan operasonal perusahaan. Ha2 : Baya mutu (kegagalan) berpengaruh secara sgnfkan terhadap efektftas pendapatan operasonal perusahaan Pemlhan Uj Statstk Ddalam pemlhan dan perhtungan statstk n akan dgunakan teknk analss korelas. Analss korelas adalah suatu analss untuk mengatas sampa kuat lemahnya hubungan varabel X sebaga varabel ndependen, yatu baya mutu dan varabel Y sebaga varabel dependen, yatu pendapatan operasonal perusahaan. Apabla antara varabel X dan Y yang masng-masng mempunya skala pengukuran sekurang-kurangnya nterval dan hubungannya merupakan hubungan lner, maka keeratan hubungan antara kedua varabel dsebut dengan korelas pearson yang d ber smbol r yx yang rumusnya: r yx = { n X 2 n X Y ( X X 2 ) }{ n Y Y 2 ( Y ) 2 }

12 Keterangan : r yx = Koefsen Korelas Perason n = Banyaknya sampel yang dtelt x = Nla varabel ndependen y = Nla varabel dependen Art koefsen korelas terletak antara -1 dan -1 r yx +1, adalah: r yx = 1 menunjukkan hubungan lner postf sempurna antara X dan Y, dalam art semakn besar harga X semakn besar pula harga Y, atau semakn kecl harga X semakn kecl pula harga Y. r yx = -1 Menunjukkan hubungan lner negatf sempurna antara X dan Y, dalam art semakn besar harga X semakn kecl harga Y, atau semakn kecl harga X semakn besar harga Y. r yx = 0 menunjukkan tdak ada hubungan lner antara X dan Y. Setelah d ketahu koefsen korelasnya, sebaga panduan menganalsa seberapa besar hubungan dan apakah terdapat hubungan antara dua varabel yang duj menggunakan pedoman nla korelas, yatu : Tabel 1.1 Interpretas terhadap koefsen korelas Interval Koefsen Tngkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat Kuat 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugyono (2005:216) Menguj Keberartan koefsen Korelas Setelah dperoleh nla r yang menyatakan besarnya pengaruh hasl tersebut harus duj lebh lanjut, yatu dengan melakukan uj sgnfkans untuk mengetahu apakah hubungan antara varabel X dengan varabel Y tersebut benar-benar nyata (sgnfkan). Hpotess statstknya adalah:

13 H o 1 : b1 = 0 ; Baya mutu (pengendalan) tdak berpengaruh terhadap pendapatan operasonal perusahaan H a 1 : b1 0 ; Baya mutu (pengendalan) berpengaruh terhadap pendapatan H o 2 : b2 = 0 operasonal perusahaan ; Baya mutu (pengendalan) tdak berpengaruh terhadap pendapatan operasonal perusahaan H a 2 : b2 0; Baya mutu (pengendalan) berpengaruh terhadap pendapatan operasonal perusahaan Tngkat sgnfkans dperoleh dengan menggunakan statstk uj t. Rumus untuk uj t adalah: t = r n r Keterangan : t = Tngkat sgnfkans r = Koefsen Korelas Pearson r 2 (n-2) = Koefsen Determnas = Derajat Kebebasan Menentukan Penermaan dan Penolakan Hpotess nol (Ho) Bla - t tabel < t htung < t tabel, maka H o d terma Bla - t htung < - t tabel dan t htung > dar t tabel, maka H o d tolak Selanjutnya nla t hasl perhtungan tersebut dbandngakan dengan nla t dar tabel dstrbus dengan derajat kebebasan (dk) sebesar n-2. Gambar 1.2 Kurva t Dstrbus (Uj Dua Phak) Sumber: Sugyono (2005:94)

14 1.8.4 Analss Koefsen Determnas Analss determnas dlakukan dengan menggunakan koefsen determnas (R 2 ) yang dgunakan adalah menguj pengaruh antara varabel X terhadap varabel Y. Analss n juga dgunakan untuk melhat keeratan hubungan antara varabel X dengan Y, kurang bak jka dlhat dar r yx karena r yx hanya menyatakan erat atau tdak erat. Interpretas yang lebh lengkap adalah melalu koefsen determnas. Koefsen determnas adalah kuadrat koefsen korelas yang menyatakan besarnya persentase perubahan Y yang bsa dterngkan oleh X melalu hubungan Y dengan X sehngga dapat dperoleh rumus koefsen determnas, yatu: Kd 2 = r yx x 100% Keterangan : Kd = koefsen determnas r yx = koefsen korelas Pearson Karena sudah dketahu bahwa 0 r 2 1, maka tentu koefsen determnas tdak pernah negatf dan palng besar sama dengan Penetapan Tngkat Sgnfkans Tngkat sgnfkans yang dgunakan dalam peneltan n adalah 0,05. Artnya, kemungknan kebenaran hasl penarkan kesmpulan mempunya probabltas 95% atau tolerans kemelesetan 5%. Tngkat sgnfkans α = 0,05 serng dgunakan dalam lmu sosal untuk menunjukan bahwa korelas kedua varabel cukup nyata Penarkan Kesmpulan Penarkan kesmpulan dlakukan berdasarkan pengujan hpotess dan krtera-krtera yang dtetapkan oleh teor yang berkatan dengan masalah yang dtelt. Nla t yang ddapat (t htung) kemudan dbandngkan dengan nla t (tabel) yang dperoleh dar tabel harga t. Adapun krtera yang dgunakan untuk

15 menentukan penermaan atau penolakan hpotess null (Ho) adalah sebaga berkut: Ho dterma (Ha dtolak) jka : - t tabel < t htung < t tabel Ho dtolak (Ha dterma) jka : - t htung < - t tabel dan t htung > t tabel Artnya, bahwa hpotess null dterma jka nla t htung lebh kecl dar t tabel. Bla hpotess null dterma, maka tdak terdapat pengaruh yang sgnfkan baya mutu terhadap pendapatan operasonal perusahaan. 1.9 Lokas dan Waktu Peneltan Untuk memperoleh data dan menjawab masalah yang akan dtelt penuls mengadakan peneltan pada PT. Pndad (Persero) yang beralamat d Jalan Gatot Subroto No. 517 Bandung. Adapun waktu peneltan n dlakukan pada tanggal pertengahan agustus 2007 sampa dengan selesa.

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN

PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN 1 PENGARUH ARUS KAS OPERASI TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT DAN BANTEN Pembmbng: Surtkant, SE., M.S Penuls: Ecatarna Febola Annsa Program Stud Akuntans Fakultas Ekonom Unverstas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu korelasional dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu korelasional dan 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Jens peneltan yang dlakukan oleh penuls yatu korelasonal dan verfkatf yatu suatu metode yang dgunakan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOAL : Suatu Peneltan dlakukan untuk menelaah empat metode pengajaran, yatu Metode A (ceramah d kelas), Metode B (mengajak dskus langsung dengan sswa), Metode C (ceramah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB 73 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan n adalah nla tambah sektor pertanan untuk PDRB Jawa Barat berupa data tme seres perode 1985-005. selan tu penuls memlh varabel yang mempengaruhnya

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

A. Soal 1 yg dikerjakan seharian tadi ttg regresi tunggal MENGHITUNG REGRESI LINEAR SEDERHANA

A. Soal 1 yg dikerjakan seharian tadi ttg regresi tunggal MENGHITUNG REGRESI LINEAR SEDERHANA 009 T u g a s a p l k a s S t a t s t k P a g e 1 A. Soal 1 yg dkerjakan seharan tad ttg regres tunggal MENGHITUNG REGRESI LINEAR SEDERHANA Persamaan umum regres lnear sederhana adalah : Ŷ = a + bx Contoh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci