METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian"

Transkripsi

1 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat Lntang Selatan dan Buur Tmur. Kabupaten Maalengka memlk 26 kecamatan dengan luas wlayah sebesar ha. Lokas peneltan secara spasal dapat dlhat pada Gambar 2. Waktu peneltan mula dar penyusunan proposal sampa penulsan tess dlaksanakan pada bulan Me 2011 sampa dengan Januar 2012 Gambar 2. Peta Lokas Peneltan 3.2. Jens Data dan Tehnk Penarkan Contoh (Samplng Tehnque) Jens data terdr dar data sekunder dan data prmer. Data sekunder dperoleh dar berbaga lteratur dan dar Dnas Pertanan dan Perkanan Kabupaten Maalengka, Dnas Pertanan Tanaman Pangan Provns Jawa Barat, Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Maalengka, Badan Pusat

2 34 Statstk Kab. Maalengka, Badan Pusat Statstk Provns Jawa Barat serta datadata lan dar nstans terkat. Data sekunder tersebut melput data PDRB Kabupaten/Kota per sektor se- Jawa Barat Tahun 2005 dan 2009, data luas tanam, luas panen, produks dan umlah pohon komodtas pertanan Kabupaten/Kota se-jawa Barat Tahun 2005 dan 2009, Peta tanah, Landsystem, RTRW Kab. Maalengka, tabel nput-output Kabupaten Cams tahun 2008, data harga komodtas tanaman bahan makanan. Data prmer melput data hasl kusoner dar para responden. Data prmer dperoleh melalu penyebaran kuesoner untuk mengetahu pendapat responden mengena prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka. Responden yang dmaksud adalah seluruh stakeholder yang terlbat dalam pembangunan subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka yang terdr dar : unsur-unsur pemerntah daerah melput Bappeda, Dnas Pertanan dan Perkanan, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (BP4K), bagan pembangunan dan bagan perekonoman Setda Kabupaten Maalengka, Dnas Bna Marga dan Cpta Karya, dan Dnas Koperas Usaha Kecl Menengah, Perndustran dan Perdagangan (KUKMPERINDAG); unsur perbankan dwakl oleh Bank Rakyat Indonesa (BRI); unsur masyarakat melput petan dan tokoh tan; unsur swasta melput para pengusaha yang bergerak d bdang pengolahan dan pemasaran hasl pertanan subsektor tanaman bahan makanan. Rncan lengkap mengena responden dsakan pada Tabel 3. Tehnk samplng yang dpaka untuk menentukan responden adalah purposve samplng dengan umlah responden keseluruhan sebanyak 21 orang. Pada prnspnya responden dplh sedemkan rupa yang memlk pemahaman bak tentang perkembangan pembangunan sektor pertanan khususnya subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka (expert). Responden dmnta pendapatnya mengena prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan melalu metode Analtycal Herarchy Process (AHP) yang memlk struktur herark terdr dar 4 level. Pada level 2, responden yang dgunakan sebanyak 18 orang yang terdr dar 8 orang dar unsur pemerntahan, 5 orang dar tokoh tan dan 5 orang dar unsur swasta. Adapun pada level 3 dan 4 dgunakan responden sebanyak 21 orang. Tambahan 3 responden

3 35 merupakan perwaklan dar petan untuk komodtas pad dan kedela 1 orang, agung 1 orang dan mangga 1 orang. Tuuan, ens, sumber data, cara pengumpulan, analss data serta output yang dharapkan, dsakan pada Tabel 4. Tabel 3. Rncan Data Calon Responden No. Asal Responden Jumlah (orang) 1. Unsur Pemerntah : a. Bappeda Kabupaten Maalengka b. Dnas Pertanan dan Perkanan Kabupaten Maalengka c. BP4K Kabupaten Maalengka d. Bagan Pembangunan Setda Kabupaten Maalengka e. Bagan Perekonoman Setda Kabupaten Maalengka f. Dnas Bna Marga dan Cpta Karya g. Dnas KUKMPERINDAG h. BRI 2. Unsur Masyarakat Petan dan Tokoh Tan 8 3. Unsur Swasta Pengusaha yang bergerak d bdang pengolahan dan 5 pemasaran hasl pertanan Jumlah Responden Bahan dan Alat Bahan yang dgunakan dalam peneltan n adalah data-data sekunder dan prmer. Data sekunder melput data berbentuk laporan tercetak dan laporan dgtal yang merupakan data tabular maupun peta-peta Kabupaten Maalengka. Data prmer merupakan data hasl kuesoner dan wawancara d lapangan. Alat analss yang dgunakan terdr dar beberapa software, dantaranya adalah software GAMS, ArcGs 9.3, dan Mcrosoft Offce program Excel.

4 36 36 Tabel 4. Tuuan, Jens, Sumber, Teknk Analss Data dan Output yang dharapkan No. Tuuan Jens Data Sumber Data 1. Mengetahu konds dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan saat n. Teknk Analss Data Output yang dharapkan a. Mengetahu konds dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan Kab. Maalengka d wlayah Prop. Jabar b. Mengetahu komodtas subsektor tanaman bahan makanan Kab. Maalengka yang menad bass dan memlk keunggulan komparatf & kompettf 2. Mengetahu peran subsektor tanaman bahan makanan 3. Mengetahu komodtas ungulan subsektor tanaman bahan makanan 4. Mengetahu prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan 5. Menyusun arahan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan dalam pengembangan wlayah Data PDRB per sektor Kab./Kota d Jabar Tahun 2005 dan 2009 Data luas tanam, luas panen produks dan umlah pohon komodtas subsektor tanaman bahan makanan Kab./Kota d Jabar Tahun 2005 dan 2009 Tabel Input-Ouput Kabupaten Maalengka 2009 (hasl RAS dar Tabel I-O Cams 2008), PDRB Kab. Maalengka Tahun 2009, Harga Komodtas Tanaman Bahan Makanan. Nla LQ, SSA, keterkatan antar sektor dan multpler effect BPS LQ, SSA Konds dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan Kab. Maalengka saat n d Wlayah Prop. Jabar Dnas Tanaman Pangan Prop. Jabar BPS, Dnas Pertanan dan Perkanan Kab. Maalengka Hasl analss LQ, SSA dan tabel nput-output LQ, SSA Analss Input- Output Potens komodtas subsektor tanaman bahan makanan Unggulan Kabupaten Maalengka d wlayah Prop. Jabar Backward/Fordward Lnkage, Multpler Effect. Komodtas unggulan subsektor tanaman bahan makanan komodtas Kuesoner Pendapat responden AHP Perseps Stakeholder tentang prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan Data komodtas unggulan, peta Tanah 1: , landsystem 1: , RTRW, Landuse, keterkatan antar sektor dan multpler effect komodtas tanaman bahan makanan. Hasl analss potens dan konds sektor pertanan saat n, hasl analss Input-Output Bala Besar Sumberdaya Lahan, Bappeda Kab. Maalengka Deskrptf dan sntess hasl analss Arahan pengembangan subsektor tanaman bahan makanan dalam pengembangan wlayah

5 Bagan Alr Peneltan Peneltan dlakukan dengan menganalss beberapa permasalahan, yatu : 1). Konds dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan saat n, yang melput analss bass ekonom subsektor tanaman bahan makanan dan komodtaskomodtas subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka dbandngkan dengan subsektor tanaman bahan makanan dan komodtas-komodtas subsektor tanaman bahan makanan yang ada d Kabupaten/Kota lannya d Jawa Barat, 2). Peran subsektor tanaman bahan makanan Kabupaten Maalengka dalam perekonoman wlayah d Kabupaten Maalengka yang melput keterkatan komodtas-komodtas tanaman bahan makanan dengan sektor-sektor lannya serta multpler effect yang dtmbulkannya dan 3). Menentukan komodtas unggulan subsektor tanaman bahan makanan berdasarkan hasl analss LQ, SSA dan analss tabel nput-output, 4). Perseps stakeholder mengena prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka. Untuk mengetahu konds dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan Kabupaten Maalengka saat n, dlakukan dengan menggunakan metode analss Locaton Quotent (LQ) dan Shft Share Analyss (SSA). Pertama, analss LQ dan SSA dlakukan untuk mengetahu poss dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan Kabupaten Maalengka dbandngkan dengan sektor-sektor perekonoman lannya d cakupan wlayah yang lebh luas, dalam hal n sektor-sektor perekonoman Kabupaten/Kota d Provns Jawa Barat. Analss dlakukan dengan menggunakan data PDRB Kabupaten/Kota per sektor Tahun 2009 untuk analss LQ, sedangkan analss SSA menggunakan dua ttk tahun yatu tahun 2005 dan Kedua, analss LQ dan SSA dlakukan untuk mengdentfkas komodtas-komodtas subsektor tanaman bahan makanan yang menad bass Kabupaten Maalengka apabla dbandngkan dengan komodtas-komodtas yang dmlk oleh Kab./Kota lannya d wlayah Propns Jawa Barat. Analss dlakukan dengan menggunakan data luas tanam, luas panen dan produks untuk komodtas tanaman pangan dan sayur-sayuran serta data umlah pohon dan produks untuk komodtas buah-buahan. Untuk analss yang kedua n uga dlakukan dengan menggunakan data Tahun 2009

6 38 untuk analss LQ serta data tahun 2005 dan tahun 2009 untuk analss SSA. Hasl analss LQ dan SSA merupakan ndkas keunggulan dan daya sang subsektor tanaman bahan makanan dan komodtas-komodtasnya d Kabupaten Maalengka dbandngkan dengan sektor-sektor perekonoman dan komodtas-komodtas sebsektor tanaman bahan makanan lannya d wlayah Propns Jawa Barat. Keterkatan komodtas-komodtas subsektor tanaman bahan makanan dengan sektor-sektor lannya serta multpler effect yang dtmbulkan terhadap ouput, total nla tambah, pendapatan dan paak danalss dengan menggunakan tabel nputoutput Kabupaten Maalengka. Tabel nput-output Kabupaten Maalengka dperoleh dengan metode RAS dar tabel nput-output Kabupaten Cams Tahun Analss keterkatan antar sektor dan nla multpler effect n dlakukan untuk mendapatkan gambaran mengena peran subsektor tanaman bahan makanan dalam perekonoman wlayah d Kabupaten Maalengka. Untuk mengetahu komodtas subsektor tanaman bahan makanan yang menad unggulan Kabupaten Maalengka, dlakukan analss deskrptf terhadap hasl analss potens dan konds serta hasl analss keterkatan dan multpler effect komodtas subsektor tanaman bahan makanan. Perseps para stakeholder mengena prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan ddentfkas dengan menggunakan kuesoner dan haslnya danalss dengan metode AHP. Selanutnya dar hasl analss potens dan konds subsektor tanaman bahan makanan saat n, hasl analss peran subsektor tanaman bahan makanan dalam perekonoman wlayah, analss komodtas unggulan dan hasl analss perseps stakeholder mengena prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka akan dsusun untuk memberkan nformas dan arahan bag pembangunan subsektor tanaman bahan makanan dalam pengembangan wlayah d Kabupaten Maalengka. Selan tu, untuk memberkan arahan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan secara spasal dtambahkan pula nformas mengena kesesuaan lahan sebaga arahan lokas pengembangan komodtas unggulan subsektor tanaman bahan makanan. Adapun tahapan pelaksanaan dar peneltan n dapat dlhat dalam bagan alr peneltan yang dsakan pada Gambar 3.

7 39 PDRB per sektor Kab/Kota d Jabar Luas Tanam/Luas Panen/Produks Komodtas Tabama Kab/Kota d Jabar Tabel nput output Kab. Cams Tahun 2008, Data PDRB Kab. Maalengka Tahun 2009 Luas Panen, Produks Perseps Stakeholder Analss LQ dan SSA Konds dan Potens daya sang Subsektor Tabama Kab. Maalengka d wlayah Jabar Analss LQ dan SSA Potens Komodtas Subsektor Tabama Unggulan Kabupaten Maalengka Metode RAS Tabel nput-output Kabupaten Maalengka Tahun 2009 Analss Tabel Inputoutput AHP Konds dan Potens Subsektor serta Komodtas Tabama Peta Tanah dan Peta Landsystem, RTRW, Landuse Peran, Keterkatan Komodtas Subsektor Tabama dengan sektor lan dan Multpler effect Peta Kesesuaan Lahan Dan Ketersedaan Lahan Peta Arahan Pengembangan Komodtas Unggulan Komodtas Unggulan Subsektor Tabama Prortas Pembangunan Subsektor Tabama ARAHAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KAB. MAJALENGKA Gambar 3. Bagan alr peneltan. 39

8 Teknk Analss Data Tehnk analss data yang dgunakan dalam peneltan n dkatkan dengan tuuan peneltan adalah : analss LQ dan SSA untuk mengetahu konds dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka saat n; analss Input-Output untuk mengetahu peran subsektor tanaman bahan makanan yang melput keterkatan komodtas-komodtas subsektor tanaman bahan makanan dengan sektor-sektor lan serta multpler effectnya; Analytcal Herarcy Process (AHP) dgunakan untuk mengetahu prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka dan hasl ketganya dgunakan untuk menyusun arahan pembangunan subsektor tanaman bahan makanan dalam pengembangan wlayah d Kabupaten Maalengka Analss Konds dan Potens Daya Sang Subsektor Tanaman Bahan Makanan Analss konds dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan dlakukan dengan metode LQ dan SSA. Metode n dlakukan untuk mengetahu sektor bass, keunggulan komparatf dan kompettf subsektor tanaman bahan makanan dan komodtas-komodtasnya d Kabupaten Maalengka dbandngkan dengan cakupan wlayah yang lebh luas, dalam hal n kabupaten/kota yang ada d Jawa Barat. Hasl analss n menunukkan ndkas daya sang subsektor tanaman bahan makanan dan komodtas-komodtasnya yang dmlk Kabupaten Maalengka dbandngkan dengan wlayah lan d Propns Jawa Barat Analss Locaton Quotent (LQ) Analss dengan model LQ n dgunakan untuk melhat sektor bass atau non bass pada suatu wlayah perencanaan sehngga dapat dgunakan untuk mengdentfkas sektor dan komodtas unggulan atau mengdentfkas keunggulan komparatf suatu sektor/komodtas d suatu wlayah. Metode analss LQ pada peneltan n. menggunakan data PDRB per sektor dan data luas tanam, luas panen serta produks untuk komodtas tanaman pangan dan sayur-sayuran, sedangkan untuk tanaman buah-buahan menggunakan data umlah pohon dan produks. Analss dlakukan terhadap seluruh komodtas subsektor tanaman

9 41 bahan makanan d Kabupaten/Kota d Jawa Barat. Metode LQ drumuskan sebaga berkut : Dmana : LQ IJ X X X X LQ : Indeks kuosen lokas kabupaten untuk sektor/komodtas. X : PDRB/Luas Tanam/Luas Panen/Produks masng-masng sektor/komodtas d kabupaten. X. : PDRB/Luas Tanam/Luas Panen/Produks total d kabupaten. X. : PDRB/Luas Tanam/Luas Panen/Produks total sektor/komodtas d Jawa Barat. X.. : PDRB/Luas Tanam/Luas Panen/Produks total seluruh sektor/ komodtas d Jawa Barat. IJ. J / / I... Krtera penlaan dalam penentuan ukuran deraat bass/keunggulan komparatf adalah ka nla ndeks LQ lebh besar atau sama dengan satu (LQ 1), maka sektor tersebut merupakan sektor bass/unggulan, sedangkan apabla nlanya kurang dar satu (LQ<1), berart sektor yang dmaksud termasuk ke dalam sektor non bass pada kegatan perekonoman wlayah Kabupaten Maalengka Shft Share Analyss (SSA) Shft Share Analyss merupakan salah satu analss untuk memaham pergeseran struktur aktvtas d suatu lokas tertentu yang dbandngkan dengan suatu referens (cakupan wlayah yang lebh luas) dalam dua ttk waktu, uga menelaskan kemampuan berkompets (compettveness) aktvtas tertentu d suatu wlayah tertentu serta menelaskan knera aktvtas tertentu d wlayah tertentu. Gambaran knera n dapat delaskan dar 3 komponen hasl analss, yatu : 1. Komponen Lau Pertumbuhan Total (komponen regonal share). Komponen n menyatakan pertumbuhan total wlayah pada dua ttk waktu yang menunukkan dnamka total wlayah.

10 42 2. Komponen Pergeseran Proporsonal (komponen proportonal shft). Komponen n menyatakan pertumbuhan total aktvtas tertentu secara relatf, dbandngkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wlayah yang menunukkan dnamka sektor/aktvtas total dalam wlayah. 3. Komponen Pergeseran Dferensal (komponen dfferental shft). Ukuran n menelaskan bagamana tngkat kompets (compettveness) suatu aktvtas tertentu dbandngkan dengan pertumbuhan total sektor/aktvtas tersebut dalam wlayah. Komponen n menggambarkan dnamka (keunggulan/ketakunggulan) suatu sektor/aktvtas tertentu d sub wlayah tertentu terhadap aktvtas tersebut d sub wlayah lan. Persamaan SSA adalah sebaga berkut : dmana : a : Komponen share b : Komponen proportonal shft c : Komponen dfferental shft, dan X.. : Nla total aktvtas dalam total wlayah X. : Nla total aktvtas tertentu dalam total wlayah X : Nla aktvtas tertentu dalam unt wlayah tertentu t 1 : Ttk tahun akhr : Ttk tahun awal t 0 SSA X.. ( t1) 1 X.. ( t0) X X. ( t1). ( t0) X.. ( t X.. ( t 1) 0) X X ( t1) ( t0) a b c X X. ( t1). ( t0) Metode SSA yang dlakukan dalam peneltan n hanya mengambl komponen dfferental shft. Hal n dlakukan karena ngn benar-benar melhat tngkat kompets (compettveness) suatu aktvtas tertentu dbandngkan dengan pertumbuhan total sektor/aktvtas tersebut dalam wlayah tanpa ada pengaruh dar pertumbuhan total wlayah (regonal share) maupun pertumbuhan sektoral (proportonal shft) Analss Peran Subsektor Tanaman Bahan Makanan Analss peran subsektor tanaman bahan makanan dlakukan dengan menggunakan analss Input-Output (I-O). Analss nput-output secara tekns

11 43 dapat menelaskan karakterstk struktur ekonom wlayah yang dtunukkan dengan dstrbus sumbangan sektoral serta keterkatan sektoral perekonoman wlayah. Selan tu, analss nput-output dapat dgunakan untuk menentukan sektor/komodtas unggulan pada perekonoman Kabupaten Maalengka. Tabel nput-output yang dgunakan dalam peneltan n adalah tabel nputoutput Kabupaten Maalengka Tahun 2009 sebanyak 28x28 sektor yang dturunkan dar tabel nput-output Kabupaten Cams Tahun 2008 sebanyak 45x45 sektor. Asums yang dgunakan adalah bahwa terdapat kemrpan struktur ekonom antara Kabupaten Maalengka dengan Kabupaten Cams sebaga Kabupaten tetangga. Metode yang dgunakan untuk mendapatkan tabel nput-output Kabupaten Maalengka 2009 dar Tabel nput-output Kabupaten Cams 2008 adalah dengan metode RAS. Untuk melakukan RAS, tabel nput-output Kabupaten Cams 2008 (45x45) sektor dagregas terlebh dahulu menad 28x28 sektor. Proses agregas dlakukan untuk menyesuakan umlah sektor yang terdapat dalam tabel nputoutput Kabupaten Cams 2008 dengan umlah klasfkas sektor (lapangan usaha) yang terdapat pada data PDRB Kabupaten Maalengka Tahun Untuk mengurakan subsektor tanaman bahan makanan menad beberapa komodtas, yatu : pad, agung, ub kayu, buah-buahan dan sayur-sayuran, sesua dengan tabel nput-output Kabupaten Cams 2008 dperlukan data PDRB masngmasng komodtas tersebut. Data PDRB masng-masng komodtas tersebut dperoleh berdasarkan hasl perkalan antara umlah produks dengan harga (d tngkat petan) komodtas tanaman bahan makanan yang kemudan dproporskan terhadap data PDRB subsektor tanaman bahan makanan. Untuk komodtas tanaman pangan, buah-buahan dan sayura-sayuran lannya yang memlk share kecl terhadap PDRB subsektor tanaman bahan makanan dtamplkan dalam bentuk komodtas bahan makanan lannya. Sektor-sektor perekonoman hasl agregas dan penyesuaan dengan tabel nput-output Kabupaten Cams 2008, yang akan dgunakan menad sektor-sektor dalam Tabel I-O Kabupaten Maalengka tahun 2009 dtamplkan pada Tabel 5.

12 44 Tabel 5 Sektor-sektor Perekonoman Tabel I-O Kabupaten Maalengka Tahun 2009 (28 sektor) Kode Kode Sektor I-O I-O Sektor 1 Pad 15 Bangunan 2 Jagung 16 Perdagangan Besar dan Eceran 3 Ub Kayu 17 Hotel 4 Buah-buahan 18 Restoran 5 Sayur-sayuran 19 Angkutan Jalan Raya 6 Bahan Makanan Lannya 20 Jasa Penunang Angkutan 7 Tanaman Perkebunan 21 Komunkas 8 Peternakan dan Hasl-haslnya 22 Bank dan Lembaga Keuangan Lannya 9 Kehutanan 23 Sewa Bangunan 10 Perkanan 24 Jasa Perusahaan 11 Pertambangan dan Penggalan 25 Pemerntahan Umum dan Pertahanan 12 Industr Pengolahan 26 Jasa Sosal Kemasyarakatan 13 Lstrk 27 Jasa Hburan dan Rekreas 14 Ar Bersh 28 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Sumber : Hasl Analss (2011) Untuk melakukan metode RAS, dperlukan data PDRB Kabupaten Maalengka Tahun 2009, total nput Kabupaten Maalengka 2009 dan matrks koefsen teknolog tabel nput-output dasar (tabel nput-output Kabupaten Cams 2008). Data-data tersebut merupakan data yang telah dagregas menad 28 sektor. Matrks koefsen teknolog dgunakan untuk menduga tabel nput-output Kabupaten Maalengka tahun 2009 yang berukuran 28x28 sektor. Total nput Kabupaten Maalengka 2009 dduga dengan nla PDRB sektoral Kabupaten Maalengka Tahun 2009 berdasarkan propors dar total nput Kabupaten Cams 2008 dengan PDRB sektoral Kabupaten Cams Selan tu, dperlukan pula data total mpor, total PDRB dan total permntaan akhr Kabupaten Maalengka Tahun Data total mpor Kabupaten Maalengka Tahun 2009 dperoleh dar hasl analss LQ terhadap PDRB sektoral Kabupaten Maalengka dengan PDRB sektoral Jawa Barat. Asums yang dgunakan adalah ka nla LQ lebh besar dar satu menunukkan surplus sektor dalam art beberapa produknya dapat dekspor ke daerah lan. Sebalknya, ka nla LQ kurang dar satu maka produknya harus ddatangkan (dmpor) dar daerah lan. Adapun data total permntaan akhr dperoleh dar penumlahan nla total PDRB sektoral dengan total mpor Kabupaten maalengka

13 45 Tahun Selanutnya, setelah data-data tersebut sudah terseda maka sap d RAS dengan menggunakan software GAMS dengan prnsp teras. Tahapan metode RAS dtamplkan pada Gambar 4. Tabel Input Output Kabupaten Cams Tahun 2008 (45X45 sektor) Proses Agregas menad Tabel Input Output Kabupaten Cams Tahun 2008 (28X28 sektor) Matrks Koefsen Tekns Tabel Input Output Kabupaten Cams Tahun 2008 (28X28 sektor) Kabupaten Maalengka 2009 (28X28 sektor) PDRB Kab. Maalengka 2009 Total nput dugaan Kab. Maalengka 2009 berdasarkan propors Data PDRB dan Total Input Kabupaten Cams 2008 Data total mpor Data Permntaan Akhr Metode RAS Sumber : Dadops dan dmodfkas dar Sumunarngtyas 2010 Tabel Input Output Kabupaten Maalengka Tahun 2009 (28X28 sektor) Gambar 4. Tahapan metode RAS Hasl dar metode RAS adalah tabel nput-output Kabupaten Maalengka Tahun Data yang dperoleh secara langsung dar hasl metode RAS adalah nput antara masng-masng sektor (tabel I-O kuadran I), total nput/output 28 sektor, total mpor 28 sektor dan permntaan akhr 28 sektor. Untuk mendetlkan data nput prmer (nla tambah) menad upah dan ga, surplus usaha, penyusutan dan paak tak langsung maka ddekat dengan nla propors upah dan ga, surplus usaha, penyusutan dan paak tak langsung terhadap total nput prmer (nla tambah) dar tabel nput-output dasar (Tabel I-O Kabupaten Cams 2008). Struktur dasar tabel nput-output wlayah dgambarkan pada Tabel 6.

14 46 Tabel 6. Struktur Dasar Tabel Input-Output Input Output Permntaan Internal Wlayah Permntaan Eksternal Permntaan Antara Permntaan Akhr Wlayah 1 2 n C G I E Total Output 1 X 11 X 1 X 1n C 1 G 1 I 1 E 1 X 1 Input Internal Wlayah Input Antara Nla Tambah Input Eksternal Wlayah 2 X 21 X 2 X 2n C 2 G 2 I 2 E 2 X 2 : X C G I E X : n X n1 X n X nn C n G n I n E n X n W W 1 W W n C W G W I W E W W T T 1 T T n C T G T I T E T T S S 1 S S n C S G S I S E S S M M 1 M n C M G M I M - M Total Input X 1 X X n C G I E X Sumber : Rustad et al Keterangan : : sektor ekonom X X X C G I E Y W T S : banyaknya output sektor yang dgunakan sebaga nput sektor : total output sektor : total output sektor ; untuk sektor yang sama (=), total output sama dengan total nput : permntaan konsums rumah tangga terhadap output sektor : permntaan konsums (pengeluaran belana rutn) pemerntah terhadap output sektor : permntaan pembentukan modal tetap netto (nvestas) dar output sektor ; output sektor yang menad barang modal : ekspor barang dan asa sektor, output sektor yang dekspor/dual ke luar wlayah, permntaan wlayah eksternal terhadap output sektor : total permntaan akhr terhadap output sektor ( Y=C+G+I+E) : pendapatan (upah dan ga) rumah tangga dar sektor, nla tambah sektor yang dalokaskan sebaga upah dan ga anggota rumah tangga yang bekera d sektor : pendapatan pemerntah (Paak Tak Langsung) dar sektor, nla tambah sektor yang menad pendapatan asl daerah dar sektor : surplus usaha sektor, nla tambah sektor yang menad surplus usaha

15 47 M : mpor sektor, komponen nput produks sektor yang dperoleh/dbel dar luar wlayah Analss yang dlakukan terhadap tabel I-O adalah analss keterkatan antar sektor dan angka pengganda sektoral (multpler effect). Analss n dlakukan berdasarkan hasl perhtungan koefsen tekns (matrks A) dan nvers matrks Leontef (matrks B) yang dperoleh dar perhtungan tabel I-O. Selanutnya matrk tersebut dolah kembal sehngga dperoleh data mengena keterkatan sektoral dan angka pengganda (multpler). Koefsen teknolog sebaga parameter yang palng utama dalam analss I-O secara matemats dformulaskan dengan rumus sebaga berkut : d mana : a atau a : raso antara banyaknya output sektor yang dgunakan sebaga nput sektor ( atau dsebut pula sebaga koefsen nput. Beberapa parameter tekns yang dperoleh melalu analss I-O adalah : 1. Katan langsung ke belakang (drect backward lnkage) (B ) yang menunukkan efek permntaan sektor pertanan terhadap perubahan tngkat produks sektor-sektor yang menyedakan nput antara bag sektor tersebut secara langsung. Katan langsung ke belakang secara matemats drumuskan sebaga berkut : X X X a. X n B a untuk mengukur secara relatf (perbandngan dengan sektor lannya) terdapat ukuran normalzed * B yang merupakan raso antar katan langsung ke belakang sektor dengan rata-rata backward lnkage sektor-sektor lannya yang dformulaskan dengan rumus sebaga berkut : B * n B B n. B B

16 48 2. Katan langsung ke depan (drect forward lnkage) (F ) yang menunukkan banyaknya output sektor pertanan yang dpaka oleh sektor-sektor lan. Katan langsung ke depan (F ) dhtung dengan rumus sebaga berkut : F n x x a Sementara tu, Normalzed F atau * F drumuskan sebaga berkut : F * 1 n F F nf F 3. Katan ke belakang langsung dan tdak langsung (ndrect backward lnkage) ( ) yang menunukkan pengaruh tdak langsung dar kenakan permntaan akhr satu unt sektor pertanan yang dapat menngkatkan total output seluruh sektor perekonoman, dhtung dengan rumus sebaga berkut : n BL b d mana b adalah elemen-elemen matrks B atau (I-A) -1 yang merupakan matrks Leontef. 4. Katan ke depan langsung dan tdak langsung (ndrect foreward lnkage) (FL ), yatu peranan sektor pertanan dapat memenuh permntaan akhr dar seluruh sektor perekonoman, dhtung dengan rumus sebaga berkut : FL b 5. Daya sebar ke belakang atau ndeks daya penyebaran (backward power of dsperson) (β ) menunukkan kekuatan relatf permntaan akhr sektor pertanan dalam mendorong pertumbuhan produks total seluruh sektor perekonoman, dhtung dengan rumus sebaga berkut : 1 n b b n b b

17 49 6. Kepekaan terhadap sgnal pasar permntaan akhr atau ndeks daya kepekaan (foreward power of dsperson) (. ) menunukkan sumbangan relatf sektor pertanan dalam memenuh permntaan akhr keseluruhan sektor perekonoman yang dformulaskan dengan rumus sebaga berkut : 1 n b b 7. Multpler adalah koefsen yang menyatakan kelpatan dampak langsung dan tdak langsung dar menngkatnya permntaan akhr sektor pertanan sebesar satu unt terhadap produks total semua sektor ekonom suatu wlayah. Jensens multpler dantaranya dabarkan dengan rumus sebaga berkut : a. Output multpler, merupakan dampak menngkatnya permntaan akhr suatu sektor terhadap total output seluruh sektor d suatu wlayah yang dformulaskan sebaga berkut : 1 X ( I A). F d b. Total value added multpler atau PDRB multpler adalah dampak menngkatnya permntaan akhr suatu sektor terhadap penngkatan PDRB. Dasumskan Nla Tambah Bruto (NTB) atau PDRB berhubungan dengan output secara lner yang dapat dformulaskan sebaga berkut : V vˆ. X dmana V : matrks NTB vˆ : matrks dagonal koefsen NTB X : matrks output, X = (I-A) -1.F d c. Income multpler, yatu dampak menngkatnya permntaan akhr suatu sektor terhadap penngkatan pendapatan rumah tangga d suatu wlayah secara keseluruhan. Income multpler dapat dhtung dengan rumus : W wˆ. X

18 50 dmana W : matrks ncome ŵ : matrks dagonal koefsen ncome X : matrks output, X = (I-A) -1.F d d. Tax multpler, yatu dampak menngkatnya permntaan akhr suatu sektor terhadap penngkatan paak tak langsung. Tax multpler dapat dhtung dengan rumus : T tˆ. X dmana T : matrks umlah tenaga kera tˆ : matrks dagonal koefsen Tax X : matrks output, X = (I-A) -1.F d Analss nput-output (I-O) memberkan nformas yang pentng bag perencanaan pembangunan daerah. Hasl analss nput-output yang melput keterkatan ke depan, keterkatan ke belakang, keterkatan ke depan langsung dan tdak langsung, keterkatan ke belakang langsung dan tdak langsung, ndeks daya penyebaran, ndeks daya kepekaan serta multpler effect dapat memberkan nformas mengena keterkatan antar sektor perekonoman dan potens dampak ganda bag berbaga ndkator pembangunan. Oleh karena tu, hasl analss nputoutput dapat dgunakan sebaga ndkator pengembangan wlayah. Perkembangan suatu wlayah salah satunya dtentukan oleh perkembangan aktvtas-aktvtas sektor perekonomannya. Hasl analss berbaga nla keterkatan sektor perekonoman dalam analss nput-output dapat menad ndkator perkembangan aktvtas perekonoman suatu wlayah yang pada akhrnya dapat memberkan gambaran mengena perkembangan/pembangunan suatu wlayah. Selan tu, analss nput-output n uga dapat memberkan arahan dalam menetapkan sektor-sektor prortas dalam pembangunan wlayah. Analss multpler effect dapat menad ndkator pengembangan wlayah karena dapat dgunakan untuk melhat pertumbuhan dan pemerataan pembangunan ekonom suatu wlayah. Msalnya, analss keterkatan komodtaskomodtas tanaman bahan makanan dengan sektor-sektor lannya dapat menad

19 51 ndkator pengembangan perekonoman wlayah karena dapat mengetahu hubungan antar komodtas tanaman bahan makanan dengan sektor lannya dan bagamana solus untuk menngkatkan keterkatan tersebut dalam rangka menngkatkan perekonoman wlayah. Income multpler dapat menad ndkator pengembangan wlayah karena dapat melhat besarnya penngkatan pendapatan masyarakat yang berart teradnya penngkatan keseahteraan dan penurunan kemsknan. Dengan demkan, hasl analss keterkatan antar sektor dan multpler effect n dapat menawab su-su strategs yang dsebutkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Maalengka khususnya mengena su kemsknan Analss Komodtas Unggulan Subsektor Tanaman Bahan Makanan Analss komodtas unggulan subsektor tanaman bahan makanan dlakukan secara deskrptf berdasarkan hasl analss konds, potens daya sang dan peran subsektor tanamaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka yang telah dlakukan pada tahap sebelumnya. Penetapan komodtas unggulan dlakukan dengan menganalss potens komodtas-komodtas subsektor tanaman bahan makanan pada level makro, meso dan mkro. Pada level makro dlakukan sntess dar hasl analss LQ dan SSA (dfferental shft) yang membandngkan komodtas subsektor tanaman bahan makanan yang ada d Kabupaten Maalengka dengan komodtas subsektor tanaman bahan makanan yang ada d Kabupaten/Kota lannya d Jawa Barat. Dar hasl sntess n akan dperoleh beberapa komodtas subsektor tanaman bahan makanan yang merupakan komodtas bass serta memlk keunggulan secara komparatf dan kompettf dar berbaga aspek yang dnla yatu luas tanam, luas panen, umlah pohon dan produks. Pada level meso dlakukan sntess dar hasl analss tabel nput-output Kabupaten Maalengka Tahun Pada level n bertuuan untuk melhat tngkat keterkatan dan multpler effect komodtas-komodtas subsektor tanaman bahan makanan dalam perekonoman wlayah Kabupaten Maalengka. Dar hasl sntess n akan dperoleh beberapa komodtas yang memlk keterkatan dan nla multpler effect yang lebh besar dbandngkan komodtas subsektor tanaman

20 52 bahan makanan lannya. Pada level mkro dlakukan analss terhadap angka luas panen dan produks pada Tahun Analss n dlakukan untuk mengetahu komodtas apa saa yang menad plhan masyarakat dalam berusahatan. Selan tu luas panen dan produks uga merupakan resultante kesesuaan tumbuh dengan konds agroekolog serta memenuh krtera unggul dar ss penawaran. Selanutnya, berdasarkan penlaan dar setap level krtera tersebut dlakukan sntess untuk memlh komodtas yang menad unggulan. Dalam penentuan komodtas unggulan, komodtas subsektor tanaman bahan makanan dkelompokkan menad tga yatu kelompok komodtas tanaman pangan, buahbuahan dan sayuran-sayuran. Komodtas yang akan dtetapkan sebaga komodtas unggulan adalah komodtas yang memenuh krtera unggul d setap levelnya Analss Prortas Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan Makanan Analss prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan dlakukan dengan menggunakan Analytcal Herarchy Process (AHP). Pengamblan keputusan atau kebakan akan lebh mudah bla menggunakan model kebakan karena merupakan saan sederhana mengena aspek terplh dar stuas problematk ddasar atas tuuan-tuuan khusus. Ada beberapa model yang dapat dgunakan dalam merumuskan kebakan namun masng-masng model memfokuskan perhatan pada aspek yang berbeda. Salah satu model analss data yang dapat dgunakan untuk menelaah kebakan adalah AHP. Model n banyak dgunakan pada pengamblan keputusan dengan banyak krtera perencanaan, alokas sumberdaya dan penentuan prortas strateg yang dmlk pengambl keputusan dalam stuas konflk. Dalam perkembangannya metode n tdak saa dgunakan untuk penentuan prortas plhan dengan banyak krtera (multkrtera) tetap dalam penerapannya telah meluas sebaga metode alternatf untuk menyelesakan bermacam-macam masalah. Hal n dmungknkan karena metode AHP dapat dgunakan dengan cukup mengandalkan ntus atau perseps sebaga masukan utamanya, namun ntus atau perseps tersebut harus datang dar orang yang mengert permasalahan, pelaku dan pembuat keputusan yang memlk cukup nformas dan memaham masalah keputusan yang dhadap.

21 53 Langkah awal dar proses n adalah mernc tuuan/permasalahan kedalam komponen-komponen dan kemudan datur ke dalam tngkatan-tngkatan hrark. Hrark yang palng atas dturunkan ke dalam beberapa set krtera/elemen, sehngga dperoleh elemen-elemen spesfk yang mempengaruh alternatf pengamblan keputusan. Setelah hrark tersusun, langkah selanutnya adalah menentukan prortas elemen-elemen pada masng-masng tngkatan. Kemudan dbangun set matrksmatrks perbandngan dar semua elemen pada suatu tngkat hrark dan pengaruhnya terhadap elemen pada tngkatan yang lebh tngg untuk menentukan prortas serta mengkonvers penlaan komparatf ndvdu ke dalam pengukuran skala raso. Penentuan tngkat kepentngan pada tap hrark dlakukan dengan teknk perbandngan berpasangan (parwse comparson) yang menghaslkan suatu matrks perngkat relatf untuk masng-masng tngkat hrark. Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Maalengka Pad Jagung Kedela Mangga Psang Melno Subsstem Agrbsns Hulu Subsstem Usahatan Subsstem Agrbsns Hlr Subsstem Jasa Layanan Pendukung SDM Sapras Kelembagaan Gambar 5. Struktur hrark untuk penentuan prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka Struktur hrark yang dbangun dalam peneltan n bertuuan untuk menentukan prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka. Gambaran dar struktur hrark yang akan dtelt dapat

22 54 dlhat pada Gambar 5. Struktur hrark tersusun atas 4 level. Level 1 merupakan tuuan yang ngn dcapa dar kegatan d level 2, 3 dan 4. Level 2 merupakan tahapan untuk menentukan komodtas unggulan yang menad prortas untuk dkembangkan dalam rangka pencapaan tuuan d level 1. Level 3 merupakan tahapan untuk menentukan subsstem mana yang dprortaskan untuk mendukung level 2. Level 4 merupakan tahapan untuk menentukan aspek pendukung mana yang menad prortas untuk mendukung level 2 dan 3. Faktor-faktor pada level 2, 3 dan 4 dnla dengan cara perbandngan berpasangan. Msalnya untuk perbandngan pada level 2 yatu pemlhan komodtas unggulan, mana yang lebh pentng antara pengembangan komodtas pad dan agung, antara komodtas pad dan kedela, antara komodtas unggulan pad dan mangga dan seterusnya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada level 3 dapat delaskan sebaga berkut : 1. Subsstem Agrbsns Hulu, menunukkan kegatan ekonom yang menghaslkan sarana produks prmer dan perdagangan sarana produks pertanan sepert ndustr pembbtan/perbenhan, pupuk, obat-obatan, alat dan mesn pertanan, dll. 2. Subsstem Usahatan menunukkan kegatan ekonom yang menggunakan sarana produks pertanan untuk menghaslkan komodtas pertanan prmer. 3. Subsstem Agrbsns Hlr menunukkan kegatan ekonom yang mengolah komodtas pertanan prmer menad produk-produk olahan bak berupa produk ntermedate maupun produk akhr beserta kegatan perdagangannya. 4. Subsstem Jasa Layanan Pendukung, menunukkan kegatan yang menghaslkan dan menyedakan asa yang dbutuhkan sepert perbankan, transportas, peneltan dan pengembangan, layanan nformas agrbsns, kebakan pemerntah, penyuluhan dan konsultas, dll. Faktor-faktor yang berpengaruh pada level 4 dapat delaskan sebaga berkut : 1. Faktor SDM menunukkan pengetahuan dan keteramplan dar para pelaku kegatan pertanan. Sumberdaya Manusa (SDM) sebaga pelaku utama aktvtas pertanan melput petan, dan pelaku pengolahan serta pemasaran hasl pertanan.

23 55 2. Faktor Sarana Prasarana (Sapras) menunukkan fasltas pendukung yang berupa sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran kegatan pembangunan pertanan. 3. Faktor Kelembagaan menunukkan organsas dan norma-norma yang berlaku d dalam kegatan pertanan. Kelembagaan menad pentng karena dapat menngkatkan poss tawar petan. Untuk memperoleh bobot dar tap-tap krtera AHP dgunakan perbandngan berpasangan (parwse comparson) dengan skala 1 sampa 9. Nla bobot 1 menggambarkan sama pentng, n berart bahwa atrbut yang sama skalanya nla bobotnya 1, sedangkan nla bobot 9 menggambarkan kasus atrbut yang palng absolut dbandngkan yang lannya. Tabel skala perbandngan berpasangan menurut Saaty (2008) dsakan pada Tabel 7. Tabel 7 Skala Perbandngan Berpasangan Tngkat Defns Kepentngan 1 Kedua elemen sama pentngnya 3 Elemen yang satu sedkt lebh pentng dar elemen yang lan 5 Elemen yang satu lebh pentng dar elemen yang lan 7 Elemen yang satu elas lebh pentng dar elemen yang lan Penelasan Dua elemen mempunya pengaruh yang sama besar terhadap tuuannya Pengalaman dan penlaan sedkt mendukung satu elemen dbandng elemen yang lan Pengalaman dan penlaan sangat kuat mendukung satu elemen dbandng yang lan Satu elemen dengan kuat ddukung dan domnan terlhat dalam praktek 9 Elemen yang satu mutlak lebh pentng dar elemen yang lan Bukt yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lan memlk tngkat penegasan tertngg yang mungkn menguatkan Nla n dberkan bla ada komprom dantara dua plhan 2,4,6,8 Nla-nla antara dua nla pertmbangan yang berdekatan Kebalkan Recprocals Jka untuk aktvtas mendapat satu angka bla dbandngkan dengan aktvtas, mempunya nla kebalkan bla dbandngkan dengan Sumber: Saaty 2008

24 Penyusunan Arahan Pembangunan Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam Pengembangan Wlayah Arahan pengembangan subsektor tanaman bahan makanan dalam pengembangan wlayah d Kabupaten Maalengka akan dsusun berdasarkan hasl dar analss sebelumnya yang melput hasl analss konds dan potens daya sang subsektor tanaman bahan makanan yang dlakukan berdasarkan analss Locaton Quotent (LQ) dan Shft Share Analyss (SSA), analss peran subsektor tanaman bahan makanan yang dlakukan dengan menggunakan analss nputoutput, analss penentuan komodtas unggulan serta analss prortas pembangunan subsektor tanaman bahan makanan d Kabupaten Maalengka dengan menggunakan Analytcal Herarchy Process (AHP). Selanutnya hasl analss tersebut dpadukan dengan analss kesesuaan dan ketersedaan lahan untuk tga komodtas unggulan terplh sehngga dperoleh lokas arahan untuk pengembangan komodtas tersebut. Analss kesesuaan dan ketersedaan lahan untuk komodtas unggulan dlakukan melalu pengolahan peta dengan sstem nformas geografs. Analss kesesuaan lahan dperoleh dengan mengolah data peta tanah dan peta landsystem dengan persyaratan tumbuh masng-masng komodtas unggulan. Krtera persyaratan tumbuh mengacu pada krtera yang dtetapkan oleh Pusat Peneltan dan Pengembangan Tanah dan Agroklmat (2003) yang dsakan pada Lampran dan 18. Kesesuaan lahan dtetapkan pada tngkat ordo. Pada tngkat ordo kesesuaan lahan dbedakan atas ordo S (Sesua) dan ordo N (Tdak Sesua). Lahan yang tergolong ordo S adalah lahan yang dapat dgunakan dalam angka waktu yang tdak terbatas. Lahan yang tergolong ordo N adalah lahan yang mempunya kesultan atau faktor pembatas/penghambat yang berat sehngga tdak dapat dgunakan untuk tuuan penggunaan tertentu (Storus, 2004; Hardowgeno dan Wdatmaka, 2007). Selanutnya, peta kesesuaan lahan dtumpangtndhkan dengan peta penggunaan lahan (landuse) dan RTRW untuk mengetahu lokas-lokas lahan yang memlk krtera sesua berdasarkan hasl evaluas kesesuaan dan terseda untuk pengembangan suatu komodtas karena belum dalokaskan untuk penggunaan lan ataupun telah dalokaskan untuk penggunaan lahan pertanan

25 57 serta telah sesua dengan arahan tata ruang wlayah Kabupaten Maalengka. Evaluas kesesuaan dan ketersdaan lahan tersebut dgunakan untuk mendapatkan peta arahan pengembangan komodtas unggulan yang sesua dan terseda. Adapun tahapan pengolahan data untuk analss kesesuaan dan ketersedaan lahan untuk arahan pengembangan komodtas unggulan dapat dlhat pada Gambar 6. Peta Tanah dan Landsystem Persyaratan Tumbuh Komodtas Unggulan Peta Kesesuaan Lahan Peta Landuse Dan RTRW Overlay Peta Lahan Sesua dan Terseda Gambar 6. Tahapan analss kesesuaan dan ketersedaan lahan untuk arahan pengembangan komodtas unggulan Pertanan bag penduduk Kabupaten Maalengka memlk peranan pentng karena selan merupakan salah satu bentuk warsan budaya dar para leluhur uga merupakan sumber mata pencaharan sebagan besar penduduk, penyeda utama kebutuhan pangan masyarakat dan ndustr serta penyembang ekosstem lngkungan hdup. Oleh sebab tu maka pelaksanaan pembangunan pertanan harus dlaksanakan dengan bak dan terencana. Pembangunan sektor pertanan d Kabupaten Maalengka perlu terus dtumbuhkembangkan dengan dupayakan fokus pada pengembangan komodtaskomodtas yang memlk keunggulan komparatf dan kompettf agar mampu bersang dengan komodtas-komodtas pertanan dar wlayah lannya. Dar hasl analss konds dan potens sektor pertanan akan dsusun arahan ens-ens

26 58 komodtas unggulan dan wlayah-wlayah yang berpotens untuk pengembangan komodtas tersebut. Selan tu kebakan penngkatan keterkatan sektor pertanan dengan sektor-sektor lannya perlu dlakukan dalam rangka pengembangan wlayah. Hal n sealan dengan pendapat Rustad et al., (2009) yang menyatakan bahwa keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkatan fungsonal yang snergs antara sektor perekonoman sehngga setap kegatan pembangunan sektoral dlaksanakan dalam kerangka pembangunan wlayah. Peran sektor pertanan dalam pengembangan wlayah uga dapat terlhat dar nla multpler effect yang dcptakan sektor n, msalnya, multpler effect pendapatan dapat menggambarkan peran sektor pertanan dalam penngkatan pendapatan masyarakat yang dalam hal n bermplkas terhadap penngkatan keseahteraan masyarakat sedangkan multpler effect tenaga kera dapat memberkan gambaran peran sektor pertanan dalam penyerapan tenaga kera yang bermplkas terhadap penurunan tngkat pengangguran. Dar hasl analss nput-output akan dsusun arahan untuk penngkatan peran sektor pertanan dalam pengembangan wlayah d Kabupaten Maalengka. Paradgma pembangunan ke depan darahkan sebesar-besarnya kepada penngkatan peran dan partspas masyarakat serta menuntut adanya perubahan peran pemerntah yatu semula berperan sebaga pelaku sekarang menad fasltator, akselerator dan regulator pembangunan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk menentukan prortas pembangunan sektor pertanan d Kabupaten Maalengka dlakukan dengan melbatkan peran dan partspas masyarakat. Berdasarkan pada hal-hal tersebut datas maka pembangunan sektor pertanan d Kabupaten Maalengka perlu darahkan agar mampu berkontrbus secara optmal dalam pengembangan wlayah terutama bag pertumbuhan ekonom dan penngkatan keseahteraan masyarakatnya.

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 42 III METODE PENELITIAN 31 Kerangka Pemkran Wlayah perbatasan merupakan wlayah yang unk karena aktvtas masyarakatnya selalu dpengaruh oleh negara lannya sebagamana dkemukakan Bappenas (2005) bahwa permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM

VI. PEMODELAN SISTEM VI. PEMODELN SISTEM 6. Konfguras Model Model strateg pengembangan klaster agrondustr unggulan daerah drancang dalam bentuk perangkat lunak Sstem P enunjang Keputusan (SPK berbass komputer yang dber nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH (Lanjutan 2)

BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH (Lanjutan 2) BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAAH (Lanjutan 2) 4.3.1 Analss Shft Share Dgunakan untuk: 1. mengetahu knerja perekonoman kabupaten (wlayah) 2. pergeseran struktur, poss relatve sector-sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam. Development of Strategic Area Growing Fast (KSCT) Pagar Alam City

Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam. Development of Strategic Area Growing Fast (KSCT) Pagar Alam City Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam Development of Strategc Area Growng Fast (KSCT) Pagar Alam Cty Dw Wdarsh *) Fakultas Ekonom dan Bsns, Unverstas Muhammadyah Rau,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag

BAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag BAB IV APLIKASI Pada bagan n akan dbahas bagamana contoh mengestmas parameter model yang dasumskan memlk karaterstk spasal lag sekalgus spasal error. Estmas dlakukan dengan menggunakan software Evews 3

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Sederhana SNSE Matrks SNSE dapat menggambarkan keterkatan antar sektor, dstrbus pendapatan (factoral dstrbuton dan ncome dstrbuton), dan pengaruh dar konsums,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan dlaksanakan d kawasan PT. Kencana Sawt Indonesa (KSI), Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat sebaga lokas pengamatan dan pengamblan data. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subek, Waktu dan Jens Peneltan Pada bagan n akan dbahas tentang tempat peneltan, waktu peneltan dar perencanaan sampa penulsan hasl peneltan, serta ens peneltan n.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmah Wdya Teknk Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK PERANCANGAN PRODUK LEMARI KABINET Rcky Yulanton Prhandaa, Dan Retno Sar Dew * Jurusan Teknk Industr, Fakultas Teknk,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output Peranan Sektor Parwsata dalam Pertumbuhan Ekonom Makro Propns Bal dengan Pendekatan Input-Output E. Susy Suhendra 1 Toto Sugharto 2 Teddy Oswar 3 Fakultas Ekonom, Unverstas Gunadarma, Jakarta 1 (susys@staff.gunadarma.ac.d),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Euphrasa Susy Suhendra Unverstas Gundarma Jl. Margonda Raya 100, Depok Emal : susys@staff.gunadarma.ac.d ABSTRAK Dalam tga dekade

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Semnar Nasonal Inovas Dan Aplkas Teknolog D Industr 2017 ISSN 2085-4218 ITN Malang, 4 Pebruar 2017 PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Helza

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci