III. KERANGKA TEORI Model Pembangunan Dua Sektor. Industrialisasi pertanian merupakan media transmisi yang tepat bagi proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA TEORI Model Pembangunan Dua Sektor. Industrialisasi pertanian merupakan media transmisi yang tepat bagi proses"

Transkripsi

1 III. KERANGKA TEORI 3.1. Model Pembangunan Dua Sektor Industralsas pertanan merupakan meda transms yang tepat bag proses transformas struktural suatu perekonoman subssten ke perekonoman modern. Hal n tdak terlepas dar model pembangunan ekonom dua sektor yang pertama drumuskan oleh Lews (1954) yang selanjutnya dkembangkan oleh Rans (1964). Menurut model pembangunan dua sektor Lews perekonoman terdr dar dua sektor, yatu: (1) sektor tradsonal yatu sektor pertanan subssten yang surplus tenaga kerja, dan (2) sektor ndustr perkotaan modern yang tngkat produktvtasnya tngg dan menjad penampungan transfer tenaga kerja dar sektor tradsonal. Model Lews memfokuskan pada terjadnya proses penyerapan surplus tenaga kerja yang memberkan kontrbus terhadap output sektor pertanan ke sektor ndustr dmana dasumskan sektor ndustr memlk teknk novas untuk memanfaatkan surplus tenaga kerja. Asums dasar model surplus tenaga kerja tersebut adalah transfer tenaga kerja dar sektor pertanan ke sektor ndustr terjad tanpa mengakbatkan penurunan output sektor pertanan. Hal n dapat dartkan produk margnal tenaga kerja d sektor pertanan adalah nol sehngga dengan berkurangnya tenaga kerja, output sektor pertanan tdak akan berkurang. Dalam merumuskan modelnya Lews mengasumskan pula bahwa keuntungan sektor modern dar selsh upah dnvestaskan kembal seluruhnya dan tngkat upah d sektor ndustr perkotaan dasumskan konstan dan jumlahnya dtetapkan melebh tngkat rata-rata upah dsektor pertanan. Oleh karena tu laju dar proses transfer tenaga kerja tersebut dtentukan oleh tngkat nvestas dan akumulas modal secara keseluruhan d sektor modern. Pada tngkat upah sektor ndustr yang konstan, kurva penawaran tenaga kerja perdesaan danggap elasts sempurna.

2 49 Sepanjang nla produk margnal tenaga kerja pertanan berada d bawah tngkat upah sektor ndustr, maka nla oputput sektor pertanan yang hlang dar tenaga kerja yang pndah, akan lebh rendah dar upah d sektor ndustr. Sektor pertanan tdak dapat bersang dengan sektor ndustr, sampa surplus tenaga kerja dhlangkan dan nla produk margnal tenaga kerja menngkat lebh tngg dar tngkat upah. Dengan produk magnal tenaga kerja pertanan yang rendah, sektor ndustr dapat menark tenaga kerja sektor pertanan tanpa ada perubahan baya. Sektor ndustr akan terus menyerap tenaga kerja sampa pada ttk dmana tngkat upah sama dengan nla produk margnal tenaga kerja sektor ndustr. Karena model Lews mengasumskan bahwa keuntungan sektor ndustr dar selsh upah dnvestaskan kembal seluruhnya, maka kurva produk margnal tenaga kerja akan bergeser ke luar dan menngkatkan penyerapan tenaga kerja. Pergeseran kurva produk margnal tenaga kerja tersebut akan menngkatkan raso tenaga kerja terhadap modal, perluasan ndustr dan penngkatan penyerapan tenaga kerja. Proses pertumbuhan sepert durakan d atas dsebut sebaga pertumbuhan berkesnambungan (self-sustanng growth) dar sektor ndustr dan perluasan kesempatan tenaga kerja tersebut dasumskan akan terus berlangsung sampa semua surplus tenaga kerja perdesaan dserap habs oleh sektor ndustr. Tenaga kerja tambahan yang berkutnya hanya dapat dtark dar sektor pertanan tradsonal dengan baya yang lebh tngg. Dengan demkan ketka tngkat upah dan penyerapan tenaga kerja d sektor ndustr terus mengalam pertumbuhan, maka kemrngan kurva penawaran tenaga kerja berslope postf. Transformas struktural perekonoman akan terjad dar perekonoman pertanan tradsonal ke perekonoman ndustr yang modern. Model pertumbuhan dua sektor Lews pada kenyataannya mengandung beberapa kelemahan karena asums-asums yang dgunakan, khususnya untuk sebagan besar negara

3 50 berkembang (Todaro, 2000). Kelemahan pertama menyangkut renvestas modal dmana model tersebut mengasumskan bahwa tngkat pengalhan tenaga kerja dan pencptaan kesempatan kerja dsektor ndustr sebandng dengan tngkat akumulas modal. Namun fenomena menunjukkan bahwa sebagan besar renvestas justru dlakukan untuk mengembangkan ndustr dengan teknolog yang hemat tenaga kerja. Dengan demkan penyerapan tenaga kerja dar sektor pertanan tradsonal akan berjalan lamban. Belum lag kenyataan bahwa akumulas modal tdak seluruhnya dtanamkan kembal d dalam neger. Pelaran modal (captal flght) ke luar neger serng terjad karena alasan faktor keamanan d dalam neger. Kelemahan kedua menyangkut asums surplus tenaga kerja yang terjad d perdesaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kelangkaan tenaga kerja pertanan d perdesaan sudah mula drasakan, sementara pengangguran banyak terjad d perkotaan. (Donaldson, 1984; Kao et al., 1964) Kelemahan ketga menyangkut asums tentang pasar tenaga kerja yang kompettf d sektor ndustr sehngga menjamn upah rl d perkotaan yang konstan sampa pada suatu ttk dmana surplus tenaga kerja habs terpaka. Pada kenyataannya upah d pasar tenaga kerja d sektor ndustr cenderung menngkat dar waktu ke waktu bak secara absolut maupun rl. Dengan beberapa kelemahan tersebut, maka konsep pembangunan dengan berbass pada perubahan sektoral sepert dalam model Lews memerlukan beberapa penyempurnaan sesua dengan fenomena ekonom yang ada. Dalam hal n Fe dan Rans (1964) memperbak kelemahan model Lews dengan penekanan pada masalah surplus tenaga kerja yang tak terbatas dar model Lews. Penyempurnaan tersebut terutama pada pentahapan perubahan tenaga kerja, dmana model Fe-Rans membag tahap perubahan transfer tenaga kerja dar sektor pertanan tradsonal ke sektor ndustr menjad tga tahap berdasarkan pada produktvtas marjnal tenaga kerja dengan tngkat upah danggap konstan dan dtetapkan secara eksogenus (Sukrno, 1985).

4 51 Tahap pertama tenaga kerja dasumskan melmpah sehngga produktvtas marjnal tenaga kerja mendekat nol. Dalam hal n surplus tenaga kerja yang dtransfer dar sektor pertanan tradsonal ke sektor ndustr memlk kurva penawaran elasts sempurna. Pada tahap n walaupun terjad transfer tenaga kerja, total produks d sektor pertanan tdak menurun, produktvtas tenaga kerja menngkat dan sektor ndustr tumbuh karena tambahan tenaga kerja dar sektor pertanan. Dengan demkan transfer tenaga kerja menguntungkan kedua sektor ekonom. Tahap kedua adalah konds dmana produk margnal tenaga kerja sudah postp namun besarnya mash lebh kecl dar tngkat upah. Artnya setap pengurangan satu satuan tenaga kerja d sektor pertanan akan menurunkan total produks. Pada tahap n transfer tenaga kerja dar sektor pertanan ke sektor ndustr memlk baya mbangan postp, sehngga kurva penawaran tenaga kerja memlk elaststas postp. Transfer tenaga kerja terus terjad yang mengakbatkan penurunan produks, namun penurunan tersebut mash lebh rendah dar besarnya tngkat upah yang tdak jad dbayarkan. D ss lan karena surplus produks yang dtawarkan ke sektor ndustr menurun sementara permntaan menngkat yang dakbatkan oleh adanya penambahan tenaga kerja, maka harga relatf komodtas pertanan akan menngkat. Tahap ketga adalah tahap komersalsas d kedua sektor ekonom. Pada tahap n produk margnal tenaga kerja sudah lebh tngg dar tngkat upah. Produsen pertanan mula mempertahankan tenaga kerjanya. Transfer mash akan terjad jka novas teknolog d sektor pertanan dapat menngkatkan produk margnal tenaga kerja. Sementara karena adanya asums pembentukan modal d sektor ndustr d renvestas, permntaan tenaga kerja d sektor n juga akan terus menngkat.

5 Teor Pembangunan Ekonom: Pertumbuhan vs Ketdakmerataan Esens pembangunan selan penngkatan pertumbuhan ekonom, mengandung mplkas yang lebh luas yatu perubahan fundamental struktur ekonom dan sosal masyarakat yang kesemuanya mempengaruh gaya dan kualtas hdup masyarakat. Terdapat dua perubahan struktural yang terpentng yatu pertama, penngkatan pangsa sektor ndustr yang dkut dengan penurunan pangsa sektor pertanan terhadap produks nasonal yang juga bermplkas terhadap penngkatan urbansas dan banyaknya penduduk yang bekerja d sektor ndustr dbandngkan dengan bekerja d sektor pertanan. Kedua adalah perubahan pola konsums dmana masyarakat lebh banyak membelanjakan pendapatan mereka ke barang-barang tahan lama dbandngkan barang-barang kebutuhan pokok (Glls et al., 1987). D negara-negara maju orentas pembangunan telah bergeser dar pertumbuhan ekonom ke usaha yang lebh memperhatkan kualtas hdup. Sedangkan d negara-negara mskn dan negara yang sedang berkembang, perhatan utama dtujukan kepada masalah dstrbus pendapatan dan kemsknan. Masalah ketdakmerataan pendapatan dan kemsknan sampa sekarang mash tetap menjad pembahasan terutama d negara-negara berkembang. Dampak dar pembangunan ekonom terhadap golongan mskn mash menjad perdebatan. Sebagan berasums bahwa menngkatnya pendapatan per kapta akbat pembangunan akan menjadkan setap orang lebh sejahtera. Apabla sekelompok masyarakat belum memperoleh manfaat, hal tu hanya masalah waktu sampa manfaat pembangunan tersebut betul-betul menetes kepada mereka. Namun sebalknya ada phak lan tetap meragukan apakah dampak pembangunan betulbetul dapat dnkmat oleh kelompok mskn. Secara umum hubungan antara pertumbuhan dan pemerataan dapat dnyatakan melalu Gambar 2. Gambar tersebut menunjukkan pendapatan masyarakat dbedakan menjad dua, yatu pendapatan kelompok kaya (50 persen populas dengan pendapatan

6 53 tertngg) dan pendapatan kelompok mskn (50 persen pupulas dengan pendapatan lebh rendah). Dstrbus awal berada d ttk L yang bas kepada kelompok kaya. Kebjakan dlakukan agar dstrbus mengarah pada gars pemerataan pendapatan. Namun kebjakan redstrbus pada umumnya juga akan mengubah total pendapatan. Kebjakan yang mengakbatkan dstrbus pendapatan berada d wlayah A adalah kebjakan yang tdak dngnkan karena kelompok kaya akan menjad mskn dan kelompok mskn menjad semakn mskn. Pada wlayah B, kelompok mskn akan memperoleh manfaat yang lebh rendah dbandng kerugan yang dalam kelompok kaya sehngga total pendapatan menurun. Rp Pendapatan L D Pemerataan gol kaya sempurna C B A Sumber : Kaslwal (1995) Rp Pendapatan gol mskn Gambar 2. Pertumbuhan Pendapatan vs Ketdakmerataan Jka redstrbus bergerak ke wlayah C, yatu datas gars pendapatan konstan, terdapat peluang mengalam pertumbuhan dkut pemerataan karena total pendapatan menngkat. Pada wlayah D, redstrbus akan mengalam pareto superor karena masngmasng kelompok memperoleh penngkatan pendapatan.

7 54 Perbedaan teor pembangunan yang terkat dengan masalah dstrbus pendapatan dapat dbedakan menurut dua alran ekonom, yatu alran Klask (Orthodox) dan alran Strukturals Alran Klask Alran n menggunakan konsep Adam Smth 1 tentang proses pembangunan yang berpegang pada konsep kesembangan alokas sumberdaya dan konsep pasar bebas dmana harga menjad acuan dalam proses pertukaran. Perbedaan konds antar sektor akan menyebabkan pertukaran dan alokas sumberdaya secara efsen tanpa ada campur tangan pemerntah (konsep pasar bebas) hngga mencapa konds pareto optmal. Pertukaran tersebut pada hakekatnya merupakan proses pembangunan (Herrck dan Kndleberger, 1988; Arndt, 1987; Glls et al., 1987; Djojohadkusumo, 1994 dan Delarnov, 1995). Aspek dstrbus pendapatan dbahas dengan penekanan pada masalah pembagan hasl produks antara pemlk modal dan pemlk tanah. Lews membahas aspek ketdakmerataan (nequalty) melalu model ekonom dua sektor. Dengan menggunakan konsep-konsep mahzab Klask dan teor Malthus Lews mengasumskan tenaga kerja terseda dengan jumlah berlebh dan pada tngkat upah subssten yang tetap. Teor n menyatakan bahwa ketdakmerataan pendapatan akan muncul pada awalnya dan akan menghlang setelah dcapa hasl pembangunan. Ada dua alasan menngkatnya ketdakmerataan pendapatan pada awal pertumbuhan. Pertama, kontrbus pemlk kaptal menngkat pada saat peran sektor modern menngkat sehngga menngkatkan kesenjangan pendapatan antara pemlk modal dan buruh. Kedua, kesenjangan dstrbus buruh sendr juga menngkat dengan bertambahnya tenaga kerja (namun mash dalam jumlah yang mash sedkt) yang pndah dar tngkat upah sektor subssten ke tngkat upah sektor modern yang lebh tngg. Namun ketdakmerataan tersebut berubah manakala seluruh 1 Pengkutnya dantaranya Davd Rcardo, Jean B. Say dan Stuart Mll

8 55 surplus tenaga kerja dserap oleh sektor modern yang menyebabkan tenaga kerja berubah menjad faktor produks yang langka. Tngkat upah kemudan menngkat yang pada akhrnya akan menurunkan tngkat ketdakmerataan sekalgus mengurang tngkat kemsknan. Setap orang akan memperoleh manfaat apabla mereka menunggu proses pembangunan tersebut berlangsung sampa selesa. Penngkatan sementara dalam ketdakmerataan pendapatan hanya merupakan baya untuk memperoleh manfaat proses pembangunan tersebut. Tanpa adanya campur tangan pemerntah pemerataan akan terjad dengan sendrnya pada saat negara telah mencapa tngkat pembangunan dan pendapatan per kapta yang tngg. Teor datas konssten dengan konsep pemkran Kuznets (1955) yang dtuangkan dalam bentuk kurva U terbalk, yatu sewaktu pendapatan per kapta nak, ketdakmerataan mula muncul dan mencapa maksmum pada saat pendapatan berada pada tngkat menengah dan kemudan menurun sewaktu telah dcapa tngkat pendapatan yang sama dengan karakterstk negara ndustr. Penngkatan pertumbuhan dmungknkan dengan berkembangnya sektor pemmpn (leadng sector). Ketdakmerataan pendapatan akan memburuk pada tahap awal dsebabkan upah buruh mash relatf rendah. Dengan demkan pertumbuhan tdak banyak memberkan manfaat bag golongan mskn atau golongan buruh. Namun dengan semakn menngkatnya pendapatan per kapta, maka permntaan terhadap sarana publk (transportas, komunkas, penddkan dsb) juga menngkat. Konds n akan memunculkan trckle-down effect bag golongan mskn dengan menngkatnya upah buruh melalu sektor lan. (Glls et al., 1987; Todaro, 2000). Menurut Hogendorn (1992) fenomena kurva Kuznets tersebut dapat dlhat pada masyarakat, dmana dstrbus pendapatan yang merata pada awalnya djumpa d sektor pertanan. Namun begtu sebagan masyarakat berpndah ke sektor ndustr yang memlk upah lebh tngg, maka ketdakmerataan pendapatan masyarakat segera muncul

9 56 Konsep dstrbus pendapatan menurut Lews tersebut memunculkan beberapa argumen tandngan. Pertama, ketmpangan mencptakan konds dmana hanya orang-orang kaya yang bsa mengnvestaskan kembal sebagan besar pendapatannya untuk memperoleh hasl yang lebh besar lag, sementara orang-orang mskn membelanjakan pendapatannya untuk barang konsums. Semakn lama hal n akan mencptakan ketmpangan lag yang semakn lebar. Kedua, ketadaan akses nvestas golongan mskn secara akumulatf akan menyebabkan rendahnya pertumbuhan GNP dbandngkan apabla terdapat pemerataan pendapatan yang lebh besar. Ketga, asums hasl produks golongan kaya akan dnvestaskan kembal secara emprs meragukan. Yang terjad adalah pengalhan modal ke luar neger karena alasan keamanan dan tnggnya tngkat konsums barang-barang mewah oleh golongan kaya. Keempat, rendahnya taraf hdup golongan mskn mengakbatkan rendahnya produktvtas ekonom mereka yang secara akumulatf mengakbatkan rendahnya pertumbuhan ekonom nasonal (Todaro, 2000) Alran Strukturals 2 Sesua dengan namanya, teor Strukturals memfokuskan pada masalah struktur atau komposs makroekonom dengan sektor produksnya, juga komposs tenaga kerja dan nvestas yang merupakan nput produks. Pendekatan terhadap pembangunan ekonom dpandang sebaga transs yang dtanda oleh suatu transformas yang mengandung perubahan mendasar pada perubahan ekomom yang dsebut sebaga perubahan struktural. Perubahan struktural tersebut merupakan masa ketdaksembangan yang dapat menyebabkan kesenjangan penyesuaan yang panjang (Arndt, 1987; Glls et al., 1987; Herrck dan Kndleberger, 1988 dan Djojohadkusumo, 1994). Alran Strukturals skepts terhadap efektftas mekansme kekuatan harga dan meyakn bahwa perencanaan dan 2 Pemkr Strukturalsme bukan mewakl suatu mahzab pemkran yang homogen karena walaupun alran tersebut sebaga manstream, tetap memlk banyak perbedaan dalam gars haluan maupun pendekatan (Djojohadkusumo,1994). Pemkr ekonom menurut mahzab n banyak sekal, tetap yang terkenal sebag penganut faham kaptals dengan pondas strukturalsme dantaranya A.G. Frank (Arndt, 1987)

10 57 kontrol pemerntah dapat menanggulang kegagalan pasar. Oleh karena tu pembangunan ekonom negara-negara kurang maju tdak dapat dserahkan kepada mekansme kekuatan pasar, tetap pemerntah harus mengambl peranan aktf dengan menjalankan kebjakan untuk menanggulang ketmpangan yang melekat pada keadaan ketdaksembangan tersebut agar sstem pasar dan perkembangan harga dapat berjalan secara memada Berbeda dengan alran Klask yang percaya bahwa pemerataan pendapatan akan terjad dengan sendrnya dengan menngkatnya pendapatan per kapta, alran Strukturals menganggap bahwa masalah dstrbus pendapatan dan pemerataan harus dlakukan melalu ntervens pemerntah. Dalam hal n terdapat dua pendekatan ekstrm dalam mencapa pertumbuhan dan pemerataan, yatu Alran Ekstrm (Radkal) Kanan atau alran yang menganut faham kaptals yang memfokuskan pada pertumbuhan ( grow frst, then redstrbute ) dan Alran Ekstrm Kr atau alran yang menganut faham Sosals, yang memfokuskan pada masalah pemerataan ( redstrbute frst, then grow ). Sebaga alternatf dar dua alran ekstrm tersebut, terdapat satu strateg yang beralran moderat untuk mencapa pertumbuhan dan pemerataan secara bersama, yatu redstrbus dengan pertumbuhan ( redstrbuton wth growth /RWG ) yang dkembangkan oleh Bank Duna (Glls et al., 1987). Sasaran pembangunan ekonom bag alran ekstrm kanan bukan mengarah pada pemerataan yang lebh besar melalu mekansme trckle-down, tetap melalu pemusatan pendapatan pada masyarakat yang telah kaya. Produks datur secara efsen, kemudan baru dredstrbus untuk memperoleh dstrbus pendapatan yang dngnkan melalu transfer atau pajak yang dyakn tdak akan mendstors ekonom. Namun alran n telah gagal. Contoh emprs kegagalan tersebut adalah kebjakan pembangunan ekonom d

11 58 Brazl 3, dmana pertumbuhan ekonom menngkat sangat cepat namun dserta dengan tngkat ketdakmerataan sangat tngg dan perkembangan pengurangan tngkat kemsknan yang sangat lambat. Pemlkan aset sangat terkonsentras, akses terhadap penddkan sangat tdak merata, pembangunan ndustr maupun pertanan dutamakan pada skala usaha besar dan teknolog padat kaptal. Sebalknya alran Ekstrm Kr memlk kebjakan redstrbute frst, then grow. Pemerntah mengambl alh pemlk modal dan pemlk tanah dengan membagkan aset mereka ke produsen skala kecl, yang serngkal melalu sstem pemlkan bersama. Kebjakan tersebut membawa dua dampak terhadap dstrbus pendapatan. Pertama, dampak secara langsung, yatu tngkat kemerataan pendapatan akan segera menngkat secara nyata. Kedua adalah dampak dalam jangka panjang. Apabla usaha-usaha berskala lebh kecl dan melalu pemlkan bersama tersebut dapat menghaslkan keuntungan besar dan dkelola secara efsen dan produktf, maka efek redstrbus tersebut akan menngkat. Namun apabla tdak dkelola secara produktf, pemlk awal akan kehlangan aset mereka dan pemlk baru tdak akan memperoleh manfaat secara proporsonal. Negara yang termasuk dalam alran n adalah negara-negara Un Sovet dan RRC 4. Kebjakan pembangunan berbass ndustr yang dlakukan Un Sovet adalah adalah mengambl alh kekayaan yang seharusnya menjad hak masyarakat secara umum terutama petan dan menekan konsums yang haslnya dnvestaskan kembal ke sektor produktf. Dengan kebjakan tersebut ketdakmerataan pendapatan masyarakat memang mengecl karena hasl pendapatan dambl oleh pemerntah. 3 Inda memlk pola pemerataan yang sama dengan Brazl yang memlk wlayah dengan pertumbuhan sangat tngg, sepert Punjab dan Bombay, tetap sebalknya juga banyak wlayah-wlayah yang sangat mskn. 4 Cna, meskpun merupakan negara lebh mskn dbandng Un Sovyet, namun memlk pola pemerataan yang lebh bak, dengan cara menyembangkan ndustr-ndustr besar dengan ndustr-ndustr kecl yang padat tenaga kerja namun tanpa melakukan penghematan terhadap kebutuhan pokok masyarakat sepert yang dlakukan oleh Un Sovet.

12 59 Strateg mencapa pertumbuhan dan pemerataan pendapatan dewasa n mengalam pergeseran paradgma, karena dua alran ekstrm yang telah durakan datas kurang dsuka. D banyak negara penganut alran ekstrm kanan, meskpun terjad pertumbuhan pesat, masalah kemsknan dan ketdakmerataan pendapatan juga mash menjad masalah besar. Argumen bahwa ketmpangan pendapatan merupakan konds sementara yang tak terelakkan guna mencapa akumulas kaptal, memang memungknkan terakumulasnya tabungan dan nvestas yang lebh besar sehngga mencptakan laju pertumbuhan yang lebh cepat dan pada akhrnya mencptakan pendapatan nasonal dan pendapatan per kapta tngg untuk dredstrbuskan ke masyarakat melalu program-program perpajakan dan subsd. Namun bla waktu dstrbus tba, setap usaha pendstrbusan kembal pendapatan akan menurunkan laju pertumbuhan secara tajam. Karena perlambatan danggap negatf, maka saat pendstrbusan terpaksa dtunda dan terjad penundaan secara terus menerus. Dengan kata lan, pertumbuhan ekonom akan terus melaju sementara ketmpangan pendapatan tdak membak. Sementara negara-negara penganut alran ekstrm kr pada umumnya mengalam tngkat pertumbuhan yang rendah, karena setap usaha redstrbus akan menurunkan stok modal yang pada akhrnya menurunkan laju pertumbuhan. Oleh karena tu harus ada cara, bagamana manfaat pertumbuhan ekonom dapat ddstrbuskan sehngga dstrbus pendapatan menngkat sepanjang waktu dengan menngkatnya pertumbuhan. Konsep tersebut dkembangkan oleh World Bank, dnamakan redstrbus dengan pertumbuhan atau redstrbuton wth growth/ RWG (Chenery and Syrqun, 1975; Glls et al., 1987). Hanya melalu penngkatan GNP akan ada sesuatu yang berart untuk bsa ddstrbuskan. Dstrbus tdak dapat dharapkan sebaga produk sampngan dar pertumbuhan melankan harus dcptakan dar unsur kebjakan. Ide dasar dar RWG adalah kebjakan pemerntah harus mempengaruh pola pembangunan sedemkan rupa sehngga produsen

13 60 berpendapatan rendah (yang pada umumnya berlokas terutama d sektor pertanan dan ndustr perdesaan berskala kecl) akan melhat peluang untuk menngkatkan pendapatan. Terdapat tujuh nstrumen kebjakan yang dapat dgunakan untuk mencapa tujuan tersebut (Glls et al., 1987) yatu : (1) mengubah harga tenaga kerja dan kaptal untuk member dorongan pada tenaga kerja tdak berpenddkan, (2) melakukan redstrbus aset melalu nvestas yang memungknkan dmlk oleh kelompok mskn, (3) melalu penddkan untuk menngkatkan pengetahuan dan ketramplan, (4) menerapkan pajak progresf, (5) melengkap sarana publk untuk kebutuhan makanan pokok penduduk mskn, (6) melakukan ntervens pada pasar komodt untuk membantu produsen dan konsumen, dan (7) mengembangkan teknolog baru yang membuat pekerja berpendapatan rendah lebh produktf Strateg Pembangunan Ekonom Melalu Industralsas Dalam proses transformas struktur ekonom menuju ndustralsas, pemerntah mempunya peran pentng dalam mengatur strateg yang mengarah pada keunggulan komparatf. Menurut Anggarwal dan Tamr (1990) tndakan yang harus dlakukan pemerntah adalah dengan mengubah harga relatf tenaga kerja dan modal sehngga dalam jangka panjang mengubah propors harga faktor. Dengan kata lan pemerntah berusaha mengubah keunggulan kompartf dar produk yang ntensf tenaga kerja menjad ntensf modal. Hal n dcapa melalu tahapan sebaga berkut. Tahap pertama adalah tahap substtus mpor. Peran pemerntah melalu ntervens pasar untuk mengubah harga-harga relatf melalu tarfkas atau melalu pembatasan kuanttatf mpor. Tahap substtus mpor bukan bertujuan untuk mencptakan keunggulan komparatf produk yang dhaslkan, tetap mempengaruh propors harga faktor. Pada tahap n pemerntah lebh memegang peranan sementara sektor korporas tnggal mengkut, karena pemerntahlah yang mencptakan proft bag sektor korporas melalu proteks tarf. Tahap kedua adalah tahap promos

14 61 ekspor. Pada tahap n produks berada dalam pasar yang dproteks sedangkan penjualan ekspor berada pada pasar kompettf. Transs dar bentuk proteks ke pasar yang bebas serngkal tdak mudah. Tahap promos ekspor juga dcrkan semakn berkurangnya peran pemerntah terhadap sektor korporas. Tahap berkutnya adalah tahap nvestas asng secara langsung. Pada tahap n pemerntah hanya sebaga partner pasf. Motvas utama pada tahap n adalah untuk mempertahankan serta ekspans pasar ekspor. D Indonesa strateg pembangunan ndustr dapat dgolongkan menjad tga kelompok. Pertama adalah strateg ndustralsas substtus mpor yang berorentas ke dalam (nward lookng) dan pada pemenuhan pasar dalam neger. Kedua adalah strateg ndustralsas yang berorentas ekspor (export-led ndustralzaton strategy) yang berorentas keluar (outward lookng). Ketga adalah strateg ndustralsas dengan sektor pertanan sebaga sektor pemmpn, dsebut Agrcultural-Demand-Led Industralzaton (ADLI Strategy). Relevans kedua strateg terdahulu dalam membangktkan ekonom negara berkembang mash dalam perdebatan. Perdebatan seputar keunggulan dan kelemahan dua strateg tersebut dan peranannya dalam penngkatan kesejahteraan masyarakat dan dstrbus pendapatan Kebjakan Substtus Impor Dalh melakukan strateg substtus mpor ddasarkan pada alasan bahwa secara hstors perdagangan berlangsung sebaga mekansme ketmpangan nternasonal yang merugkan negara berkembang dan menguntungkan negara maju. Ketmpangan tersebut muncul karena semakn lebarnya nla tukar perdagangan (Term of Trade/TOT) antara komodtas pertanan dar negara-negara berkembang dengan komodtas ndustr dar negara-negara maju. Hal tersebut datas dengan membangun ndustr substtus mpor yang dproteks melalu fasltas bea masuk terhadap bahan-bahan mentah dan barang-barang modal. Sebaga alasan utama penerapan strateg substtus mpor adalah untuk mencukup

15 62 kebutuhan domestk dalam jangka panjang dan menghemat devsa melalu penggantan barang-barang mpor dengan produks dalam neger. Oleh karena tu pembangunan ndustr substtus mpor melandaskan pada argumen ndustr muda (nfant ndustry argument) dmana ndustr semacam n dlakukan hanya untuk kasus negara-negara yang baru berkembang dalam upaya mengatas keterbatasan mereka sampa dapat tumbuh bersang secara efektf d pasar nternasonal (Chacholades, 1990). Gambar 3 menerangkan, pada konds awal, Kurva Kemungknan Produks (KKP) dnyatakan sebaga kurva UV dengan TOT duna konstan pada L 1 P 1, produks berada d P 1 dan konsums d C1. Dengan adanya proteks dan subsd terhadap ndustr substtus mpor, KKP akan bergeser keluar ke kurva U 1 V dan produks menngkat ke P2 dan konsums ke C2 yang menunjukkan terjadnya pertumbuhan ekonom. Salah satu cr strateg ndustr substtus mpor yang dlakukan d negara-negara berkembang adalah bersfat padat modal sehngga perannya dalam penyerapan tenaga kerja sangat mnmal. Hal n sebaga konsekuens dar adanya dstors dalam harga relatf faktor produks, terutama faktor modal dan tenaga kerja, yang tmbul akbat kebjakan pemberan fasltas bea masuk dan perlndungan tarf terhadap faktor modal sehngga membuat harga relatf faktor modal menjad lebh murah dar harga relatf tenaga kerja. Dengan demkan proses pembangunan melalu strateg ndustralsas substtus mpor akan menghaslkan penngkatan produk-produk ndustr yang bas ke arah padat modal Dengan kebjakan tersebut maka ndustr yang berkembang adalah ndustr padat modal skala menengah dan besar sementara ndustr kecl dan ndustr rumah tanggga yang banyak terdapat d perdesaan tdak akan dapat bersang d pasaran. Fasltas subsd dan proteks banyak dnkmat oleh pemlk modal sementara buruh sebaga faktor produks utama pada ndustr-ndustr kecl d perdesaan tdak banyak memperoleh manfaat dan

16 U 2 P 2 63 Produk substtus mpor L 2 L 1 C 2 C 1 U 1 P 1 0 V Produk lokal Gambar 3. Argumen Industr Muda (The Infant Industry Argument) Sumber: Chacholades (1990) memunculkan kesenjangan antara ndustr besar dan menengah dengan ndustr kecl d perdesaan. Dengan demkan strateg substtus mpor tersebut pada hakkatnya merupakan proses redstrbus pendapatan yang menguntungkan pemlk modal yang dpandang sebaga pencpta surplus (Glls et al., 1987; Arf, 1990; Todaro, 2000). Dapat dkatakan pembangunan ekonom melalu strateg substtus mpor pada dasarnya lebh berorentas kepada pertumbuhan dbandng pemerataan. Menurut Krugman dan Obsteld (1991) negara-negara yang menerapkan strateg Industr Substtus Impor tdak menyebabkan negara-negara menjad lebh maju karena pada dasarnya tdak memlk keunggulan komparatf d sektor ndustr. Pengembangan bass ndustr domestk untuk beberapa negara justru mengakbatkan stagnas pendapatan per kapta, bukan perekonoman yang tnggal landas (takeoff). Sebaga contoh adalah negara-negara Inda, Argentna, Meksko, Brazl dan Pakstan.

17 64 Kebjakan substtus mpor d Indonesa dnla tdak akan mendorong pengembangan sektor agrondustr. Industr pertanan (agrondustr) adalah ndustr yang sebagan besar merupakan ndustr menengah dan berskala kecl yang dbangun dengan teknolog padat tenaga kerja serta memlk keterkatan yamg kuat dengan sektor pertanan. Kebjakan substtus mpor menjadkan agrondustr menjad nferor yang kalah bersang dengan ndustr padat modal dan cenderung akan memperlambat pengembangan transformas ekonom perdesaan Hal n ddasarkan pada beberapa argumen. Pertama, ndustr substtus mpor umumnya bersfat footloose ndustry yang memlk keterkatan kebelakang (backward lnkage) lemah karena menggunakan sebagan besar bahan baku mpor sehngga penngkatan kapastas produks dalam neger tdak menambah permntaan efektf dalam neger dalam jumlah yang sama. Kedua, komposs produks ndustr substtus mpor lebh banyak menghaslkan barang-barang konsums sekunder yang dkonsums oleh seluruh strata masyarakat dbandngkan barang-barang produktf yang dapat menstmulr penngkatan kapastas produks ndustr pertanan. Ketga, ndustr substtus mpor adalah ndustr padat modal sehngga penyerapan surplus tenaga kerja perdesaan kecl Kebjakan Promos Ekspor Kebjakan Substtus Impor pada kenyataannya tdak dapat mendorong pembangunan ekonom perdesaan dan pengembangan agrondustr, bak dlhat dar keterkatannya dengan sektor pertanan maupun penyerapan tenaga kerja. Strateg tersebut juga telah menyebabkan tekanan devsa nasonal semakn berat karena menngkatnya mpor barang modal. Sementara tu pasar dalam neger telah jenuh dengan barang-barang konsums yang selam n dproduks. Konds tersebut menyebabkan pemerntah pada tahun 1980-an mengambl kebjakan untuk menggalakkan ekspor barang-barang ndustr untuk tujuan langsung yang berorentas ekspor dengan membuka nvestas asng.

18 65 Pertmbangan pemerntah melakukan strateg Promos Ekspor dantaranya adalah strateg tersebut memungknkan tercptanya arus modal nternasonal dan jarngan pertukaran ketramplan, teknolog dan manajemen. Strateg tersebut juga akan mencptakan kesempatan kerja lebh besar dbandngkan dengan strateg substtus mpor (Glls et al., 1987; Azs, 1989). D ss lan mengalrnya arus modal nternasonal ke negara-negara berkembang karena: (1) modal nternasonal mencar daerah nvestas d negara-negara dmana upah buruh mash murah, dan (2) adanya teknolog pada proses produks untuk barang-barang tertentu yang memungknkan pembagan kerja nternasonal (nternasonal dvson of labour) dbawah suatu atap produks (Arf, 1990). Oleh karena d negara berkembang nla tenaga kerja lebh rendah dbandngkan negara maju (pentransfer modal dan teknolog), untuk mempertahankan daya sang maka teknolog tersebut d realokas ke negara berkembang. Strateg promos ekspor dengan demkan berada dalam lngkaran bsns multnasonal yang bersfat footlose ndustry dengan model prncple-agent, dmana prncplenya tetap berada d negara penyeda teknolog sedangkan agent-nya d negara berkembang. Dengan demkan pertmbangan realokas ndustr tersebut bukan ddorong oleh faktor bahan baku, melankan dengan pertmbangan terutama tenaga kerja murah dan tuntutan lngkungan yang rendah. Mekansme strateg promos ekspor adalah melalu kebjakan perdagangan luar neger yang netral, yang mengandung pengertan suatu lberalsas perdagangan. Pembatasan mpor barang jad yang dlakukan untuk merangsang perkembangan ndustr substtus mpor danggap suatu hal yang menmbulkan dstors alokas sumber-sumber ekonom, karena negara akan kehlangan peluang untuk mengambl manfaat dar keunggulan komparatf (comparatve advantage) dar produks yang dapat dekspor. Oleh karena tu nt dar kebjakan promos ekspor adalah untuk menakkan ekspor dengan memberkan perangsang pada sektor ekspor dan bersamaan dengan tu dlakukan

19 66 lberalsas mpor untuk menghlangkan dstors dalam alokas sumberdaya ekonom. Kebjakan tersebut dapat dkatakan merupakan kebjakan yang ddasarkan pada pemkran klask atau neoklask yang berlandaskan pada konsep perdagangan bebas. Dengan demkan bag negara-negara pengekspor, dasar teor melakukan strateg promos ekspor adalah mengambl manfaat dar keuntungan komparatf tenaga kerja melalu perdagangan nternasonal. Teor Keunggulan Komparatf memlk mplkas bahwa negara akan mengekspor secara ntensf produk yang menggunakan faktor produks yang melmpah dan mengmpor produk yang memerlukan faktor produks yang relatf langka. Menurut Klen (1971), sumber keunggulan komparatf suatu negara dalam memproduks suatu produk baru ada dua macam, yatu: (1) keunggulan komparatf dar faktor pengetahuan (learnng factor) dsebut sebaga keunggualan dnams, dan (2) keunggulan komparatf dalam proses produks dengan memanfaatkan tenaga kerja dan atau modal yang dsebut sebaga keunggulan stats. Dalam pelaksanaan strateg Promos Ekspor, Indonesa sebaga negara berkembang memlk keunggulan stats berupa tenaga kerja sementara negara-negara maju penyeda teknolog memlk keunggulan dnams teknolog Implkas teor keunggulan komparatf tersebut djelaskan melalu Gambar 4. Sebelum melakukan perdagangan, suatu negara (yang dasumskan memlk kelmpahan sumberdaya tenaga kerja) memperoleh utltas terbesar dengan memproduks dan mengkonsums d ttk A Slope pada ttk A tersebut menunjukkan term of trade (TOT) produk yang ntensf tenaga kerja relatf terhadap produk yang ntensf kaptal. Jka d negara lan memlk sumberdaya kaptal yang lebh bak dbandngkan sumberdaya tenaga kerja, maka TOT produk yang ntensf tenaga kerja akan lebh tngg dbandngkan produk yang ntensf modal. Jka yang dmpor adalah barang modal dan teknolog, maka setelah perdagangan, kemampuan produks menngkat ke ttk B dan selan tu dapat mengkonsums kedua

20 67 barang d ttk C yang merupakan persnggungan antara TOT duna dengan kurva ndferen yang baru, yang lebh tngg dbandng ttk semula d A. Negara akan dapat mengekspor sebesar BD dan mengmpor barang modal dan kaptal sebesar CD. Dengan memanfaatkan keunggulan komparatf berupa tenaga kerja dalam melakukan perdagangan, maka dapat dcapa pertumbuhan produks dan konsums yang lebh tngg Barang mpor (padat kaptal) TOT duna C A TOT sebelum perdagangan D B Barang ekspor (padat tenaga kerja) Gambar 4. Keuntungan Perdagangan melalu Konsep Keunggulan Komparatf Sumber: Glls et al.(1987) Untuk menampung masuknya perusahaan-perusahaan mancanegara yang akan mengekspor barang-barang yang sudah drakt, negara-negara berkembang membuka kawasan perdagangan bebas (free trade zones) atau kawasan proses ekspor (export procesng zones). Dalam prakteknya penermaan yang dhaslkan oleh perusahaanperusahaan ekspor hanya berupa nla ekvalen pembayaran terhadap pekerja-pekerja lokal dan pembelan-pembelan lokal oleh perusahaan tersebut, karena ekspor yang dlakukan

21 68 sebetulnya merupakan subcontractng export dar perusahaan luar neger kepada aflasnya d negara-negara lan Dengan demkan manfaat nla ekspor yang dnkmat negara-negara tersebut sangat mnmal. Meskpun pencptaan tenaga kerja secara langsung cukup besar karena operas perusahaan bersfat padat karya tetap penggunaan nput lokal secara umum tdak berart sehngga keterkatan dengan ekonom lokal sangat kecl (Aref, 1990; Krugman dan Obsteld, 1991; Pack dan Westpal, 1986). Satu-satunya manfaat yang cukup nyata terhadap perekonoman lokal adalah pembayaran upah terhadap pekerja-pekerja lokal, namun untuk setap pekerja pembayaran tersebut relatf rendah karena sebagan besar tenaga kerja terdr dar pekerja-pekerja wanta yang dalam soal upah umumnya mengalam dskrmnas. Oleh karena syarat utama pelaksanaan operas perusahaan promos ekspor adalah upah buruh yang rendah, maka tdak akan ada kenakan upah rl buruh ndustr karena akan mempertngg baya produks sehngga mengurang daya sang barang-barang ndustr yang dekspor. Oleh karena tu nsentf bag perusahaan ekspor pada dasarnya menmbulkan proses redstrbus pendapatan yang menguntungkan bag kelompok pemodal, sepert halnya pada ndustr substtus mpor (Glls et.al,. 1987; Aref, 1990).. Mekansme kerja strateg ndustralsas promos ekspor cenderung memerlukan adanya hubungan kedekatan antara pengusaha dan pemerntah setempat sehngga bag pemerntah serngkal sult untuk bertndak obyektf. Hal n cenderung menyuburkan rent seekng dan menmbulkan dstors harga (Glls et al., 1987) Strateg Agrcultural-Demand-Led Industralzaton Bak strateg Substtus Impor maupun strateg Promos Ekspor dpandang tdak berhasl dgunakan sebaga pendekatan pembangunan d negara-negara yang sedang

22 69 berkembang. Hal n ddasarkan pada dua faktor, yatu pertama, kedua proses ndustralsas tersebut tdak terntegras dengan sektor pertanan yang menjad sumber penghdupan sebagan besar masyarakat. Kedua, kedua strateg tersebut menghaslkan redstrbus pendapatan yang cenderung menguntungkan pemlk modal. Atas dasar tersebut strateg ndustralsas yang sesua dkembangkan d negara-negara berkembang haruslah ndustralsas yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan masyarakat luas dan menngkatkan pendapatan masyarakat luas serta memberkan efek postf terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Mengngat sebagan besar masyarakat d negara-negara berkembang berada d sektor pertanan, maka strateg ndustralsas yang sesua adalah strateg yang mentkberatkan program pembanguan d sektor pertanan dan menjadkan sektor pertanan sebaga penggerak pembangunan sektor ndustr dan sektor-sektor lan. Strateg tersebut dnamakan strateg Agrcultural Demand-Led Industralzaton (ADLI Strategy). Ide dasar strateg ADLI dkemukakan oleh Adelman (1984). Pengertan strateg tersebut dkemukakan sebaga berkut: The development strategy consst of publc nvestment programme desgned to nduce a progressve downward shft n the supply curve of the domestc agrcultural sector. The argument n favour of ths strategy rest both on ts lnkage effect, n creatng a domestc mass market for ndustral product through ntermedate and fnal demand lnkages, and on ts dstrbutonal mpact, poor members of socety. The proposed strategy s stmultanously a growth programme, and employment programme snce agrculture s consderably more labour ntensve than even labour-ntensve manufacturng, a basc needs, food securty and ncome dstrbuton programe and ndustralzaton programme. 5 Dapat dsmpulkan bahwa starteg ndustralsas ADLI merupakan program nvestas masyarakat untuk mendorong kurva supla produk pertanan menjad lebh elasts. Permntaan dalam neger dkembangkan melalu pembangunan sektor pertanan sehngga sektor pertanan menjad pasar yang efektf untuk produk-produk sektor ndustr melalu keterkatan permntaan barang-barang antara (ntermedate demand) dengan permntaan 5 Adelman, Beyond Export-Led Growth. Insttuton and Development Strateges. The Selected Essay of Adelman, 1995, hal 291.

23 70 akhr (fnal demand). Proses pembangunan ndustr melalu strateg ADLI bukan hanya merupakan proses pembangunan yang ddasarkan atas teknolog padat karya dengan sektor pertanan sebaga sektor pemmpn yang akan mencptakan pertumbuhan serng dengan perluasan kesempatan kerja, namun juga merupakan program ndustralsas yang dapat mendukung program ketahanan pangan dan pemerataan pendapatan. Dengan uraan demkan, jelas bahwa strateg ADLI merupakan strateg ndustralsas yang akan dapat mendukung pengembangan sektor agrondustr. Paradgma baru pembangunan pertanan menempatkan strateg Agrcultural Demand-Led Industralzaton (ADLI) sebaga strateg ndustralsas yang mentkberatkan program pembangunan d sektor pertanan dan menjadkan sektor pertanan sebaga penggerak pembangunan sektor ndustr dan sektor-sektor lan (Adelman, 1984; DeJanvry, 1984). Strateg n berperan pentng dalam menngkatkan produktvtas pertanan melalu penngkatan nvestas dan novas teknolog, serta menngkatkan pendapatan masyarakat d perdesaan. Mengacu teor keterkatan, keterkatan ke belakang merangsang nvestas pada ndustr yang mensupla nput, dan keterkatan ke depan mendorong nvestas untuk tahapan produks lebh lanjut. Penngkatan produktvtas pertanan melalu keterkatan ke belakang akan menstmulus permntaan nput pertanan (pupuk, pestsda dan benh unggul) dan barang-barang kaptal (jarngan rgas, mesn pertanan, transportas dan nfrastruktur lan) serta menngkatkan permntaan tenaga kerja. Sedangkan keterkatan ke depan akan mendorong pengembangan ndustr yang menggunakan bahan baku sektor pertanan yatu sektor agrondustr. Penngkatan kesempatan kerja bukan hanya d sektor pertanan, juga akan mencptakan kesempatan kerja non pertanan maupun jasa. Melalu keterkatan ke depan, nvestas d sektor pertanan tersebut akan menstmulus nvestas d sektor ndustr pengolahan pertanan dan ndustr non pertanan lan serta jasa. D ss lan penngkatan

24 71 produktvtas pertanan akan menngkatkan pendapatan rumah tangga yang pada akhrnya menstmulus penngkatan konsums pangan, bak bahan pangan prmer maupun olahan serta konsums non pertanan lan. Oleh karena tu kunc keberhaslan strateg ADLI adalah keterkatan yang kuat antara sektor pertanan dengan sektor ndustr pengolahan pertanan dan keterkatan dengan ndustr pemasok nput sektor pertanan. D negara-negara yang sedang berkembang, konsums domestk merupakan faktor utama pertumbuhan ekonom, dan mengngat sebagan besar penduduk tnggal dan bekerja d sektor pertanan dan menggantungkan hdup mereka d sektor pertanan, maka strateg ADLI merupakan strateg pembangunan pertanan yang memanfaatkan kekuatan permntaan rumah tangga perdesaan dalam rangka menngkatkan barang ndustr dan jasa yang padat tenaga kerja. Dalam hal n sektor agrondustr atau ndustr pengolahan yang berbass pertanan serta sektor pertanan prmer merupakan sektor andalan pembangunan pertanan melalu strateg ADLI. Menurut Adelman (1984) strateg ADLI memlk potens untuk bsa mencapa pertumbuhan yang sama cepat dengan strateg Export- Led, tetap memlk kelebhankelebhan lan, yatu menghaslkan tngkat penyerapan tenaga kerja yang lebh tngg, dstrbus pendapatan yang lebh bak, menghaslkan Balance of Payment (BOP) yang lebh bak serta mengurang kemsknan. Ide dasar strateg ADLI adalah keterkatan antar sektor yang telah dkemukakan sebelumnya oleh Hrschman (1958). Hrschman memandang sektor pertanan tdak memlk keterkatan yang kuat (khususnya katan ke belakang) untuk dapat menstmulr pembentukan kaptal sehngga sektor pertanan tdak dapat djadkan sebaga sektor andalan. Pandangan Hrschman tentang sektor pertanan yang hanya berdasarkan atas keterkatan produk tersebut menempatkan sektor pertanan sebaga sektor yang pasf dan nferor.

25 72 Perbedaan konsep keterkatan yang dkembangkan oleh Adelman melalu strateg ADLI dengan konsep keterkatan sektor sebelumnya (Hrchman, 1958; Panchamukt, 1975; Bulmer dan Thomas, 1982) adalah bahwa penekanan keterkatan pada strateg ADLI bukan hanya melalu keterkatan produk tetap juga pada keterkatan konsums dan nvestas. Rans (1984), De Janvry (1984), Snger (1979), Mellor (1976) dan Adelman (1984) menyatakan bahwa sektor pertanan memlk potens untuk menghaslkan permntaan yang menstmulr ndustralsas. Pemkran tersebut kemudan dtegaskan oleh Adelman (1984) melalu konsep strateg ADLI yang mengutamakan penngkatan produkvtas pertanan melalu novas teknolog dan penngkatan nvestas dalam upaya menngkatkan pendapatan rumah tangga perdesaan. Tujuan ndustralsas menurut konsep ADLI dcapa bukan hanya melalu penngkatan output tetap juga dengan memperluas permntaan domestk terhadap barangbarang antara dan konsums akhr yang dproduks oleh ndustr domestk. Keterkatan antara nput antara dengan konsums akhr akan memperluas permntaan domestk terhadap barang-barang antara yang dproduks oleh sektor pertanan dan lebh lanjut akan mendorong nvestas pada ndustr pengolahan. Dengan memfokuskan pada keterkatan produks, pendapatan dan konsums secara bersama-sama, strateg ADLI bertujuan untuk menngkatkan ekonom berpendapatan rendah menuju jalur pertumbuhan yang lebh merata dan berkelanjutan. Berdasarkan penjabaran konsep ADLI tersebut, sektor pertanan prmer dapat dsebut sebaga dasar atau fondas sedangkan sektor agrondustr sebaga plar bag pengembangan strateg ADLI. Strateg ADLI dmplementaskan melalu nvestas nfrastruktur d sektor pertanan prmer dan agrondustr bak secara fsk maupun kelembagaan melalu dsemnas teknolog pertanan yang sesua dan melalu kegatan peneltan dan pengembangan (research and development) yang dfokuskan pada produks pangan skala

26 73 kecl. Dua tujuan kebjakan yatu mengatas hambatan teknolog dan nsttus pada produks pangan sektor pertanan, merupakan nt dar strateg ADLI (Snger, 1979; Adelman, 1984; Mellor, 1986). Mekansme strateg ADLI adalah dengan mendorong permntaan output ndustr melalu penngkatan permntaan nput ndustr dan melalu penngkatan konsums barangbarang ndustr, khususnya ndustr pangan oleh petan. Oleh karena tu kunc keberhaslan strateg ADLI adalah pada pengaruh keterkatan antara sektor pertanan dengan sektor agrondustr. Model smulas yang dlakukan oleh Adelman (1984) d beberapa negara ndustr baru (NICs) sepert Korea menunjukkan bahwa strateg ADLI berhasl menngkatkan pertumbuhan ekonom, penyerapan tenaga kerja, ndustralsas dan memperbak BOP selan juga berhasl menngkatkan dstrbus pendapatan dan menngkatkan supla kebutuhan bahan pokok bag masyarakat mskn maupun kaya. Dalam konteks ndkator ekonom sepert tersebut strateg ADLI mengunggul strateg ndustr export-led growh. Keberhaslan strateg ADLI mensyaratkan beberapa asums, pertama: (1) adanya keterkatan yang kuat antar sektor, (2) supla produk pertanan maupun ndustr bersfat responsf, dan (3) ketersedaan teknolog pertanan yang sesua secara spesfc dengan komodtas yang dkembangkan, keadaan lahan dan klm setempat. Kedua, manajemen nla tukar pertanan dlakukan secara hat-hat sehngga dapat dperoleh penngkatan pendapatan dan keuntungan petan dengan adanya penngkatan produktvtas pertanan tersebut. Ketga, pengaturan pemlkan lahan sedemkan rupa sehngga petan responsf terhadap nsentf harga dan adops teknolog pertanan lebh lanjut Selan tu keberhaslan strateg ADLI juga mensyaratkan bahwa penngkatan pendapatan rumah tangga golongan rendah lebh banyak dalokaskan untuk penngkatan konsums produk olahan pertanan sehngga akan mendorong penngkatan produk agrondustr yang lebh lanjut akan

27 74 mengakseleras nvestas sektor agrondustr, dan penngkatan produktvtas pertanan dlakukan dengan menggunakan teknolog padat tenaga kerja sehngga berdampak pada penngkatan penyerapan tenaga kerja (Adelman dan Vogel, 1990). 3.4 Kerangka Pemkran Menurut Todaro (2000) negara-negara yang sedang berkembang memlk karakterstk dantaranya: (1) tngkat kehdupan yang rendah yang dcermnkan terutama oleh tngkat pendapatan rendah atau tngkat kemsknan yang tngg, akses terhadap penddkan yang rendah, serta sarana dan fasltas kesehatan dan perumahan yang buruk, (2) tngkat pengangguran yang tngg, dan (3) tngkat produktvtas yang rendah. Oleh karena tu tujuan pembangunan nasonal adalah bagamana mengatas keterbatasan tersebut dengan cara mendorong pertumbuhan ekonom yang pada akhrnya dapat mengurang tngkat kemsknan Pertumbuhan ekonom merupakan persyaratan utama (neccesery condton) untuk mengurang kemsknan. Namun dengan hanya memacu pertumbuhan ekonom saja bukanlah persyaratan yang cukup (suffcent condton) untuk mengatas masalah kemsknan karena akan memunculkan trade off terhadap pemerataan yang cenderung buruk (Kuznets, 1955). Pertumbuhan ekonom akan kehlangan makna bag golongan mskn apabla dbareng dengan menngkatnya ketdakmerataan. Atau dengan kata lan jka manfaat dar pertumbuhan tersebut lebh banyak mengarah pada golongan kaya dan keadaan golongan mskn tdak bertambah bak atau bahkan cenderung lebh buruk. Alur pkr katan antara pengembangan sektor agrondustr terhadap penngkatan output, penurunan kemsknan dan dstrbus pendapatan dsajkan dalam Gambar 5. Paradgma lama pembangunan ekonom d Indonesa dlakukan melalu program penngkatan produks nasonal. Kebjakan n dlakukan karena pada awal Pelta I produks pertanan prmer mengalam kekurangan. Oleh karena tu paradgma pembangunan pertanan lebh

28 75 menekankan pada aspek penngkatan produks. Sektor pertanan prmer dalam hal n menjad prme mover pembangunan pertanan karena perannya sebaga sumber penyerapan tenaga kerja, sumber pendapatan sebagan besar masyarakat maupun sumber penyeda bahan baku sektor ndustr maupun sektor jasa. KEBIJAKAN PEMERINTAH SEKTOR PERTANIAN prme mover Pangsa PDRB turun equalty Transformas ekonom eo SEKTOR INDUSTRI padat modal Pangsa PDRB nak nequalty SEKTOR AGROINDUSTRI keterkatan ke depan dan ke belakang nla tambah Output Kesempatan kerja Kemsknan Dstrbus pendapatan TUJUAN PEMBANGUNAN NASIONAL Gambar 5. Alur Pkr Peneltan: Pengembangan Sektor Agrondustr

29 76 Melalu strateg tersebut produks pertanan prmer menngkat secara nyata sekalgus dperoleh pemerataan pendapatan pada tngkat yang moderat (Booth, 2000). Namun keberhaslan pembangunan ekonom tdak selamanya dapat bergantung pada sektor pertanan prmer. Ketka penngkatan produks prmer terjad secara melmpah (over supply), maka muncul tekanan harga sehngga penngkatan produks tdak dkut dengan penngkatan pendapatan produsen. Upaya terus memacu pertumbuhan ekonom melalu penngkatan produks prmer justru akan menngkatkan resko kerugan dsampng terkendala oleh semakn terbatasnya sumberdaya, terutama lahan. Pangsa sektor pertanan prmer terhadap pendapatan nasonal terus mengalam penurunan. D ss lan proses transformas struktur ekonom terus berlangsung. Pembangunan sektor ndustr berjalan cepat dan proses ndustralsas lebh mengarah pada ndustrndustr padat modal dan padat teknolog yang terbatas dalam penyerapan tenaga kerja. Strateg tersebut memang berhasl menngkatkan pertumbuhan ekonom tetap dbareng dengan munculnya trade off terhadap ketdakmerataan pendapatan (nequalty) yang secara bertahap mengalam penngkatan 6. Strateg ndustralsas sepert tersebut juga menmbulkan kesenjangan (gap) dalam penguasaan teknolog bag pekerja-pekerja kurang berpenddkan dan ketramplan sehngga sumberdaya tenaga kerja sektor pertanan (dmana sebagan besar berpenddkan dan berketramplan rendah) akan terlempar dar pasar tenaga kerja. Berdasarkan pengalaman emprs tersebut, maka harus ada paradgma baru pembangunan ekonom yang mengakar pada tujuan pembangunan nasonal yang bukan hanya semata-mata berorentas pada penngkatan output, namun juga berorentas pada penurunan kemsknan serta pemerataan dstrbus pendapatan. Salah satu strateg pengembangan sektor pertanan yang mendukung proses ndustralsas adalah melalu 6 Dar data BPS (1999), perbedaan antara pendapatan rumah tangga buruh tan dan golongan atas d kota mula menngkat setelah tahun 1990 dan mencapa tertngg tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA PENDAHULUAN Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 27/03/20 27/03/20 2 27/03/20 3 Ekonom Makro : Mempelajar mekansme bekerjanya perekonoman secara keseluruhan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional

III. KERANGKA TEORI Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional 41 III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Teor Pembangunan Ekonom Regonal Untuk melhat knerja perekonoman suatu wlayah atau suatu propns basanya dgunakan ndkator-ndkator makroekonom, sepert penngkatan pendapatan

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang semakn berkembang n, duna usaha dan ndustr mengalam kemajuan yang pesat, khususnya d bdang ndustr. Kemajuan perekonoman d Indonesa tdak terlepas dar

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Euphrasa Susy Suhendra Unverstas Gundarma Jl. Margonda Raya 100, Depok Emal : susys@staff.gunadarma.ac.d ABSTRAK Dalam tga dekade

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 30 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Ekonom Rumahtangga Petan Rumahtangga merupakan salah satu unt pengamblan keputusan mengena pendapatan dan penggunaannya untuk konsums. Dalam teor ekonom, masalah

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1 THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-11 Page 1 Page 2 Page 3 Page 4 Fakta d USA 1950 2001 2010 Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL Hag, Syaful Had, dan Erm Tety hagcasper@gmal.com / 085265459684 Fakultas Pertanan Unverstas Rau ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

Menggugat Kinerja Profesor

Menggugat Kinerja Profesor Haran Kompas, 11 November 2015 Menggugat Knerja Profesor Jumlah profesor d negara kta terlalu sedkt. Itu pun sebagan dnla kurang berkualtas dan tdak produktf. Hal n terkuak dalam Semnar Nasonal Keprofesoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Perlaku Rsko Produks Ells (1988) menyatakan bahwa perlaku petan dalam menghadap rsko dkategorkan menjad tga yatu rsk averse, rsk neutral, dan rsk taker. Penjelasan mengena

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 46 III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTEI 3.. Kerangka Teor 3... Tabel Input-Output, Perekonoman Wlayah dan Industr Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dkenal sejak pertengahan abad ke-8,

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA

PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA d Indonesa (Achmad Zan) 1 PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA (The Influencng Level of Import Sugar Prce, Domestc Sugar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analss Regres Berganda Analss regres adalah suatu analss statstk yang memanfaatkan hubungan antara dua varable atau lebh (Soejoet, 1986). Tujuan dar anals regres yatu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penulis melaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat surat izin penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Peneltan Penuls melaksanakan peneltan terlebh dahulu membuat surat zn peneltan yang dtujukan pada SMK Neger 1 Cmah, dengan waktu pelaksanaan peneltan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Keywords : Reksadana Syariah, Reksadana Konvensional, Nilai Asset Bersih

Keywords : Reksadana Syariah, Reksadana Konvensional, Nilai Asset Bersih REKSADANA SYARIAH VS REKSADANA KONVENSIONAL: ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TAHUN 2010 2016 Harza Hasym Fakultas Ekonom dan Sosal UIN Sultan Syarf Kasm Rau E-mal: harzahasym@un-suska.ac.d Abstrak

Lebih terperinci