BAB I BILANGAN. Bilangan Real Bilangan Cacah Bilangan Bulat Bilangan Kompleks Irasional Bilangan Nul ( Nol )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I BILANGAN. Bilangan Real Bilangan Cacah Bilangan Bulat Bilangan Kompleks Irasional Bilangan Nul ( Nol )"

Transkripsi

1 BAB I BILANGAN I. SKEMA HIERARKIS BILANGAN Bilangan non prima Bilangan asli Bilangan prima Bilangan Bulat Rasional Bilangan Real Bilangan Cacah Bilangan Bulat Bilangan Kompleks Irasional Bilangan Nul ( Nol ) II. Bilangan Imajiner PENGERTIAN BILANGAN-BILANGAN Bilangan kompleks : Sub total dari seluruh bilangan yang terdiri dari bilanganreal dan imajiner Bilangan Real : Bilangan yang nyata.. (0.02, -V3) macam-macam bilangan Bilangan Imajiner : Adalah bilangan khayal yang mempunyai akar negative Contoh : V-2, V-0,05, V-3 Simbolnya (xi) Bilangan Rasional Bilangan Irasional : Bilangan yang terbentuk dalam p/q (Dimana P & Q adalah bilangan bulat), dan bilangan desimalnya selalu berulang misalnya 1 = 0,3333 (berulang) : Bilangan yang akar bilangan rasional yang hasilnya tidak rasional

2 Misalnya : V2 V3 Tak berulang V Atau disebut juga bilangan berbentuk akar Bilangan Bulat : terdiri dari B.B + & B.B Misal : -3, -2, -1, 0,1,2,3 Bilangan Cacah : disebut juga sebagai bilangan bulat positif Bilangan Asli : yang terdiri 1,2,3 dst Bilangan Prima : bilangan yang hanya dapat dibagi dengan 1 dan bilangan itu sendiri Bilangan Non Prima : bilangan yang bukan bilangan prima III. OPERASI HITUNG PADA REAL & TURUNANNYA 1) Penjumlahan = (+) 2+3 2) Penguranngan = (-) 2-3 3) Perkalian = (X 3. ) 2*2*2 = = 23 4) Pembagian = (: ;...) 24 = = Hukum-hukum operasi pada Bilangan Real Aturannya : 1. Hukum Komulatif 2.3 = 3.2 ; 2+3 = 3+2 Tapi 2-3 # Hukum Asosiatif (2+3) +4 = 2+ (3+4) (2.3). 4 = (2.3). 4

3 3. Hukum Distributif 2 (3+4) = (2.3) + (2.4) 2 (3-4) = (2.3) (2.4) A. PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, & PERKALIAN BILANGAN IRASIONAL PENJUMLAHAN i) Va + Va = 2 Va Contoh : 1. V3 + V3 = 2 V3 2. V7 + V7 = 2 V7 ii) Va + Vb = Va + Vb ( Tetap karena bilangan pokoknya berbeda ) Contoh : V2 + V3 = V2 + V3 iii) a Vb + c Vb = (a+c) Vb Contoh : 3 V5 + 2 V5 = (3+2 V5 = 5 V5 Irasional Irasional PENGURANGAN i) Va Va = 0 Note : Va Va = (1-1) Va = 0 Va = 0 Contoh : 1. V2 V2 = 0 2. V5 V5 = 0 ii) Va Vb = Va Vb Contoh : 1. V3 V5 = V3 V5 2. V7 V3 = V7 V3

4 iii) avb cvb = (a-c) Vb contoh : 1. 5V7 2V7 = (5-2) V7 Kesimpulan : Penjumlahan dan Pengurangan irasional hasilnya selalu irasional PERKALIAN i) Va x Va = a Note : Va x Va Contoh : = Va.a = Va2 V2 x V2 = 2 = (a2) ½ V5 x V5 = 5 = a 2/2 = a 1 = a ii) Va x Vb = Vab Contoh : 1. V3. V5 = V15 2. V5. V7 = V35 iii) avb x cvb = (a.x) Vb b = (ac) (b 2 ) ½ = (ac) b 2/2 = acb atau abc Kesimpulannya : pengoperasian bilangan irasional dikali dengan irasional hasilnya bias rasional/irsaional. PEMBAGIAN I) a (Penyebutnya harus dijadikan bilangan irasional) Vb

5 Note : a = a x vb vb vb vb = a vb = a vb b b contoh : 1. 1 = 1 x V2 V2 V2 V2 = 1 V2 = 1 V V3 = V3 x V5 V5 V2 V2 = V15 = 1 V II) 1 = 1 x Va + Vb Va + Vb Va+Vb Va Vb = 1 ( Va Vb ) ( Va + Vb ) ( Va Vb ) = 1 ( Va Vb ) a ( Vab + V ab ) = Va = Vb ( Sudah Rasional ) a b contoh : 1 = 1 x V3 + V5 Va + Vb V3+V5 V4 V5 = V3 + V5 V3. V3 V5 V5

6 MENYEDERHANAKAN ANGKA 1. V20 = V4. V5 = 2 V5 2. V32 = V16. V2 = 4 V2 3. V200 = V100. V2 = 10 V2 Contoh soal : 1. 2 V2 + V8 + V V3 + V12 = 2 V2 + 2V2 + 4 V2 + 2 V4 + 2 V3 = (2+2+4) V2 + (2+2) V3 = 8 V2 + 4 V3 2. (1+3+V2) = (4-V50) + V243 = 1 + 3V2 (4-5 V2) + 9 V3 = V2 + 5 V2 + 9 V3 = V2 + 5 V2 + 9 V3 = V2 + 9 V3 3. V11 V13 = V11 V13 x V11 V13 = V11 V13 x V11 V13 = (V11 V13) (V11 V13) = (V11 + V13) (V11 V13) = 11 V143 + V V143 V = 11 V143 V = 11 2 V = 24 2 V143 = 24 2 V = V V2 2 V3 = 3 V2 2 V3 x 2 V3 + 3 V2 2 V3 3V2 2 V3 3 v2 2 V3 + 3 V2

7 = 6 V6 + 9 V4 4 V9 6 V6 4 V9 9 V4 = 9 V4 9 V9 = V9 9 V = = 6/-6 =.1 5. (V10 V8) 2 = (V10 V8) (V10 V8) = 10 V80 V = 18 2 V180 B. PENJUMLAHAN, PENGURANGAN DAN PERKALIAN PADA ALJABAR Ditulis : a x b ; a + b atau ab (maksudnya a kali b) biasanya berbentuk symbol huruf (a z) jika satu factor dalam sebuah perkalian adalah bilangan dan symbol bilangan lain disebut koefisien dari symbol. Contoh : 5 koef x dari 5x Tetapi sering juga koefisien terdiri dari symbol juga Contoh : 5q adalah koefisien x 3 dari 5 qx 3 Penjumlahan pada aljabar : Contoh = (a+b+c) + (a+b+c) = (a+b) + (b+b) + (c+) Atau A + b + c A + b + c 2a + 2b +2c

8 Pengurangan pada aljabar Contoh : (-a b + c) (a + b c) = samakan variable yang sama Perkalian pada bilangan aljabar Hitunglah : a.b 2 x a 2 b 3 = a 1+2 b 2+3 = a 3 b 5 (lihat sifat pada bilangan eksponen) latihan : 1. Hitunglah 2a 3b + 4c +2 (a-b) 2. Sederhanakanlah 3 (2-3 (2a + 4)) 4a 3. Hitunglah : 2 2. b 2 avb : untuk a = 2 : b 3 C. OPERASI HITUNG PADA PECAHAN Pecahan 1 & 3 dinamakan pembilang 4 dinamakan penyebut Berbentuk a semakin besar penyebut b semakin kecil nilai pecahan itu pecahan-pecahan yang senilai 1 = 5 didepan 1 x 5 = x 5 = 10 3 = 9 3 x 3 = x 3 = 12 Membandingkan 2 pecahan

9 7 dengan Caranya samakan penyebut dulu 7 x 7 6 x 8 8 x 7 7 x 8 49 > < Pecahan campuran Ubahlah pecahan barikut dalam bentu campuran 5 = = = = Hanya pecahan yang nilainya >1 Mencari bilangan antara dua pecahan Tentukan bilangan antara 2/5 dan 5/11 Jawab : 2 dan 5 2 x 4 5 x 5 = x x Penjumlahan : a = = 6 bukan b samakan penyebut = x

10 Pengurangan a. 5 1 = 5 1 = b. 3 x 3 1 samakan penyebut 9 4 = 5 4 x Perkalian 2 x 1 = 2 x 1 = x x 1 = 5 x 1 = x x -1 = 2 x -1 = x x 1 = 2 x -1 = 2 = x 2 2 Pembagian a. 1 : 1 = 1 x (kebalikan dari 1 = 2) = 1 x 2 1 = 1 x 2 = 2 b. 2 : 1 = 2 x c. 1 : 1 = 1 x 9 = 9 =

11 Pecahan Desimal Berasal dari kata decimus (bahasa latin) yang berarti persepuluh milsanya : = 1 = 0,1 : 1 = 0, Setiap pecahan dapat dirubah ke dalam pesilam Contoh : 2 / 5 ubahlah pecahan berikut dalam decimal 2 = 2 x 2 = 4 = 0, = 4 x 125 = = 0, x 125 = Kuncilnya : Penyebutnya harus dibuat kelipatan 10 Pecahan persen Cirinya : Pecahan yang penyebutnya berbentuk 100 Conoh : 25 / 100 : 25% Pecahan dapat diubat dalam bentuk persen begitu juga sebaliknya Contoh : 4 persen = 4 : 4 = 1 x 100 = 50% 8 8 : persen = 2 x 100 = 200% % pecahan biasa (sama juga dengan menyederhanakan bilangan) 35% : 5 = 7

12 100 : 5 10 Pecahan campuran pada bilangan persen contoh = 22 (1) % = 25 x = 25 /100 D. OPERASI HITUNG PADA BILANGAN BULAT 1. Penjumlahan a = 6 b = 5 c = 1 d = 1 2. Pengurangan a. 8 3 = 5 b. 7 3 = 10 c. 6 7 = -1 d. 7 + (-10) = 7 10 = 3 e = -9 f. -6 (-3) = = Perkalian a. 2 x 3 = 6 - x - = + b. -2 x -3 = 6 - x - = - c. 2 x -3 = -6 - x + = - d. -2 x 3 = Pembagian a. 10 : 5 : 10/2 = 2

13 b. -10 : 5 10/5 = -2 c /5 = -10/5 = -2 I. PERBANDINGAN (RATIO) Do tandai dengan bentuk pembagian atau pecahan Contoh : dari 25 orang crew kapal 10 orang adalah perwira. Berapa perbandingan banyaknya perwira dari seluru crew? Perbandingan ditulis : 10 : 25 atau 10/25 II. PROPORSI Adalah sebuah bentuk persamaan dari pasangan ratio. Dapat juga dikatakan bahwa pasangan ratio sama dengan pasangan yang lain. Proporti disebut dengan double titik dua (::) Contoh : ratio 5 : 10 = ratio 20 : 40 5 : 10 :: 20 : 40 Atau 5 : 10 = 20 : 40 5 = A. INVERSE PROPORSI (BERBALIK HARGA) Ditulis : a/b = c/d Artinya : jia nilai objek a bertambah maka nilai objek c berkurang begitu juga sebaliknya Contoh 1 : 25 orang bekerja dikapal selama 54 hari berapa harikah jika pekerjaan itu diselesaikan oleh 18 orang Jawab : Jika orangnya banyak waktu pekerjaan jadi lebih cepat ( kecil )

14 Banyaknya pekerja lama mengerjarkan (hari) x 25/18 = x/54 X = 125 hari (catatan : VARIABEL yang dinyatakan sebagai pembilang) B. DIRECT PROPORSI 10 : 20 = 25 : 50 = ½ a/b = c/d artinya : semakin besar nilai objek a semakin besar pula nilai c begitu sebaliknya contoh 2 : Seorang pekerja setiap 4 jam memperoleh upah Rp berapa upah yang diterima jika bekerja 7 jam. Jawab : Semakin banyak jam bekerja semakin besar upahnya (senilai) Banyaknya jam bekerja besarnya upah (Rp) x 4 = x 4.x = x 7 4 Catatan : VARIABEL yang dinyatakan diletakan sebagai penyebut Contoh 3 :

15 Jika ada 8 pekerja mampu merakit 2 mesin dalam 18 jam. Berapa lama waktu yang dapat diambil oleh 12 orang bekerja dengan jalur yang sama untuk merakit 5 mesin Jawab : Banyaknya pekerja banyaknya mesin yang dirakit banyaknya hari ? Pertama-tama kita buat proposi banyaknya pekerja dengan banyaknya mesin yang dapat dirakit (direct proporsi) kemudian dengan banyaknya hari (inverseproportion) 8. 5 = x = x x = X =.. hari III. VARIASI Adalah tahapan selanjutnya dari bentuk ratio lalu proporsi. Dapat dijelaskan sebagai berikut, saat suatu pertambahan quantitas tergantung pada pertambahan quantitas yang lain saling ketergantungan itu disebut direct variasi. Sebaliknya jika suatu pertambahan quantitas dapat menyebabkan berkurangnya quantitas yang lain maka variasi itu disebut : inverse viarisi : notasi untuk variasi adalah ( : = ) A = B A = Konstant B Direct Proporsi A 1 = A 2 B 1 B 2 A = 1 B

16 A 1 B 1 = A 2 B 2 Inverse proporsi Contoh : Resistance suatu tali sebanding dengan panjang tali tersebut dan berbanding terbalik dengan luasnya. Sebuah tali panjangnya 100m dengan luas 1 mm memiliki 2 ohm. Berapakah resistan suatu tali dengan bahan yang sama yang panjangnya 250 m dan luasnya 0,5 mm? Jawab : R adalah resistan tali R 1 = 2 ohm L adalah luas tali L 1 = 0,0001 m L 2 = 0,00005 m P adalah panjang tali P 1 = 100 m P 2 = 250 m Ditanya R 2 Penyelesaiannya : Karena : 1) R sebanding dengan panjang tali, maka R : = L R 1 = R 2 L 1 L 2 2) R berbanding terbalik dengan luasnya, maka : R = 1/P R 1 P 1 = R 2 P 2 L 1 L 2 Coba anda cari nila R 2 Bentuk baku Notasi Ilmiah Perhatikan bentuk decimal 0, 1 : 0,0 : 0, = x /a = _ a-n Banyaknya bilangan dibelakang koma 0,0075 = 75 x 10-4

17 : : : = 7,5 x Pertidak samaan bilangan ditandai dengan tanda pertidaksamaan Contoh : Symbol-symbol pertidaksamaan <, >, <, > A & b adalah dua bilangan bulat A = b a sama dengan b A > b dibaca a lebih dari b A < b dibaca a kurang dari b Sedangkan : A > b A < b dibaca a lebih dari satu sama dengan b dibaca a kurang dari atau sama dengan b Contoh 1 : 2 < 2-4 < 0-1 > Carilah nilai x yang memenuhi X + 2 < 3 x anggota bilangan real Jawab : X < = 3 2 X < 1 Hp = (1,2,3.) Contoh 2 : I. Pertidaksamaan linear ( pangkat terendah x 1 )

18 3x > 5 3x 5 > 5 3 x > 5 X > 5/3 Garis bilangan Hp ( X > 5/3 ) Apabila x > 5/3 Maka garis bilangannya HP { x > 5/3 } 1. -2x + 5 > 0-2x > -5 x (-) 2x < 5 X < 5/2 HP { x < 5/2 } II. Pertidaksamaan Irasional 1. V5x + 2 > 4 Syarat Va > 0 Solusi V5 x + 2 > 4 (dikali 2) = 5x + 2 > 4 2 = 5x + 2 > 16 = 5x > 14 = x > 14/5 = x > 2 4/5 Syarat Va > 0 = V5x + 2 > 0 5x + 2 > 0 5x > -2 X > -2/5

19 Garis bilangan Hp { x > 2 2/4 } 2. V7x + 3 < v3 + 7 Va Vb = (7x + 3) < (3x + 7) 7x 3x < 7 3 4x < 4 X < 1 Syarat Va > 0 V7x + 3 > 0 7x + 3 > 0 7x > -3/7 X > -3/7 Vb > 0 V3x + 7 > 0 3x + 7 > 0 3x > -7 3 > -3/7 Garis bilangan Hp {-3/7 < x < 1} Notes dalam penulisan Hp : 1 > x > -3/7 7/3 > x salah x

20 -2 < x 3. Pertidaksamaan nasional dan irasionak 15x + 3 < 0 dan V7x + 5 > 0 15x < -3 7x + 5 > 0 X < -3/15 7x > -5 X > -5/7 III. PERBANDINGAN FUNGSI KUADRAD 1. x 2 + 5x + 14 > 0 ( - ) Menjadi : X 2 5x -14 < 0 (x + 2) (x 7) < X1 = -2 X2 = 7 HP {-2 < x < 7} 2. X 2 3x < 4 dan x2 2x > 8 X 2 3x 4 <0 x 2 2x 8 > 0 (x + 2) (x 4) (x + 2) (x 4) X1 = 1 x3 = -2 X2 = 4 x4 = 4 Hp {x < -2 atau -1 < x atau x > 4} 3. (x 2) (x2 + 3x 18) > X2 25 (x 2) (x 3) (x + 6) > 0

21 (x + 5) (x 5) X1 = 2 x4 = -5 X2 = 3 x5 = 5 X3 = 06 HP {-6 < x < -5 atau x > 5} 4. X 2 < 81 X 2 81 < 0 (x +9) (x-9) X1 = -9 HP (-9 < x < 9) X2 = 9 X = -10 x = 10 ( ) = -1 = 19 = = -19 = 1-19 * * 1 =19 = 19 IV. NILAI MUTLAK X < a -a < x < a X > a x < -a atau x > a (x + 1) > 3 X + 1 < -3 x + 1 > 3 X < -3 x > 2 X < - 4 Absolut : membuat hal-hal menjadi + Contoh :

22 1. x < 5-2 < x 3 < 2 2. x 3 < 3-2 < x 3 < 2 = < x < = -1 < x < 5 3. x > 5/2 x < - 5/2 atau x > 5/2 Nilai absolut (x + 1) > 3 X + 1 < -3 / x + 1 > x 5 < 1 (dikuadratkan karena ada koefisiennnya 3) = (2x 5) 2 < 1 2 = (1x 5) < 0 = ( (2x -5) - 1) (2x -5) + 1)< 0 Font note : (2x -5) 2 +(2x -5) (2x) -5) -1 2 = (2x 6) (2x -4) < 0 X1 < -3 x = <-2 X1 = 3 x2 = 2 Hp {2 < x < 3} 5. (3x -2) > 4 (3x 2) 2 > 4 2 ((3x 2) 4) ((3x 2) + 4 ) > 0 (3x -6) (3x + 2) > 0 X1 = 2 x2 = -2/3 Hp {x < -2/3 atau x > 2} (x 2 4) (x 2 2 x -2) < 0 (x + 2) (x 2) (x + 1) (x 3) < 0 X1 = -2 x3 = -1 X2 = 2 x4 = 3

23 Hp {(-2 < x < -1) atau (2 < x < 3)} X = -3 x X = 5 =12 0 X = -1 1/2-1 ½ ½ ½ -3-1 ½ + 2 = -3 ½ = - ½ = -4 ½ 0 = ½ Aritmatika Dalam bentuk social Contoh : Pada suatu ruang muatan yang terdiri dari mobil-mobil yang akan dikirim ke daerah A jika mobil itu dibeli dengan harga Rp dan pemilik menghendaki untung Rp berapa harga jualnya? Jawab : Harga beli Rp Untung Rp Harga jual Rp.? U = J B = J = Harga spare part tipe A Rp dan dijual oleh si empunya Rp berapakah % keutungannya?

24 Jawab : Harga beli Rp Harga jual Rp Laba (untung) Rp Rp Rp Persen keuntungan = / x 100% = 10% Untuk jika Rugi jika Limpas jika Untung jika Rugi kita J > B J > B J = B J B B J Persen keuntungan = U/B x 100% Persen kerugian = R/B x 100% Persen keuntungan dari harga jual = U/J x 100%

25 Latihan BAB I Hitunglah 1. X 4. x 2. x 3 = 2. 2a. -5a 3. 3a 4 = xy. 2x 3 y 5 = 4. 3x5 y. 15 x 2 y = -9x 3 y 5. a. 3V2 + V12 V72 + V50 b. 1 / V23. 1/V2+3 c. V2 + V3 / V2 V3 d. (22 V5) (-15) 3 7. (18 8 ) (4 3) (8 4) 10. Pada musim dingin disebuah kota A suhu siang hari (pkl ) = 18 0 C 15 suhu pada malam hari (23.00) adalah -3 0 C, berapa derajat penurunan suhu : x (-5) Sederhanakanlah 13. 4/6 = /18 = 15. 7/35 = /56 = Gunakan tanda >, < atau = 17. 6/5 6/ /15 4/ /16,,, 1/5

26

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) 1 B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN Bilangan Kompleks Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) Bilangan Rasional Bilangan Irrasional Bilangan Pecahan Bilangan Bulat Bilangan Bulat

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN. Bilangan Real Bilangan Cacah Bilangan Bulat

BAB I BILANGAN. Bilangan Real Bilangan Cacah Bilangan Bulat BAB I BILANGAN I. SKEMA HIERARKIS BILANGAN Bilanan Kompleks Bilangan non prima Bilangan asli Bilangan prima Bilangan Bulat Rasional Bilangan Real Bilangan Cacah Bilangan Bulat Irasional Bilangan Nul (Nol)

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit BAB I BILANGAN Skema Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Imajiner Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan Cacah Bilangan Bulat Negatif Bilangan Asli

Lebih terperinci

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN A. Bilangan Bulat I. Pengertian Bilangan bulat terdiri atas bilangan bulat positif atau bilangan asli, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Pengertian HIMPUNAN Himpunan adalah suatu kumpulan dari sejumlah obyek. Sedangkan obyek yang ada didalamnya disebut anggota/elemen/unsur. Benda-benda yang berada di sekitar

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi Skema Himpunan Kompleks Real Rasional Bulat Cacah Asli Genap Ganjil Prima Komposit Nol Bulat Negatif Pecahan Irasional Imajiner Pengertian

Lebih terperinci

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2 Kunci Jawaban Uji Kompetensi 1.1 1. a. {, 1,0,1,,3,4} BAB I Bilangan Riil Uji Kompetensi 1. 1. a. asosiatif b. memiliki elemen penting 3. 10 Uji Kompetensi 1.3 1. a. 1 4 e. 1 35 15 c. 1 8 1 1 c. 1 4 5.

Lebih terperinci

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Untuk materi ini mempunyai 3 Kompetensi Dasar yaitu: Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar 2. Melakukan operasi

Lebih terperinci

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS MODUL 1 Teori Bilangan Bilangan merupakan sebuah alat bantu untuk menghitung, sehingga pengetahuan tentang bilangan, mutlak diperlukan. Pada modul pertama ini akan dibahas mengenai bilangan (terutama bilangan

Lebih terperinci

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b 2 SISTEM BILANGAN Perhatikan skema sistem bilangan berikut Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan bulat adalah bilangan yang

Lebih terperinci

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak BAB IV PERTIDAKSAMAAN 1. Pertidaksamaan Kuadrat. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak 86 LEMBAR KERJA SISWA 1 Mata Pelajaran : Matematika Uraian Materi

Lebih terperinci

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear Persamaan Sistem Persamaan Linear PENGERTIAN Definisi Persamaan kuadrat adalah kalimat matematika terbuka yang memuat hubungan sama dengan yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah 2. Bentuk umum

Lebih terperinci

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih Mata Pelajaran Wajib Disusun Oleh: Ngapiningsih Disklaimer Daftar isi Disklaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. Materi powerpoint

Lebih terperinci

Teori himpunan. 2. Simbol baku: dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Contoh:

Teori himpunan. 2. Simbol baku: dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Contoh: Teori himpunan Teori Himpunan adalah teori mengenai kumpulan objek-objek abstrak. Teori himpunan biasanya dipelajari sebagai salah satu bentuk: Teori himpunan naif, dan Teori himpunan aksiomatik, yang

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 03 Oktober 2016

SISTEM BILANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 03 Oktober 2016 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER SISTEM BILANGAN ILHAM SAIFUDIN Senin, 03 Oktober 2016 Universitas Muhammadiyah Jember SISTEM BILANGAN 1 Sistem Bilangan

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik. Tugas individu.

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik. Tugas individu. SILABUS NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : Matematika KELAS : X STANDAR KOMPETENSI : Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan real. KODE KOMPETENSI : ALOKASI WAKTU : 57 x 45 Kompetensi

Lebih terperinci

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN K-1 Kelas X matematika WAJIB PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan linear

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MATEMATIKA WAJIB KELAS X MATERI POKOK: PERTIDAKSAMAAN RASIONAL DAN IRASIONAL

BAHAN AJAR MATEMATIKA WAJIB KELAS X MATERI POKOK: PERTIDAKSAMAAN RASIONAL DAN IRASIONAL BAHAN AJAR MATEMATIKA WAJIB KELAS X MATERI POKOK: PERTIDAKSAMAAN RASIONAL DAN IRASIONAL A. Pertidaksamaan Rasional Pada sistem bilangan, terdapat dua jenis bilangan yaitu bilangan real dan imajiner. Jika

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN. Nur Edy, PhD.

SISTEM BILANGAN. Nur Edy, PhD. SISTEM BILANGAN Nur Edy, PhD. Sub Pokok Bahasan Bilangan riil dan sifat-sifatnya Bilangan kompleks BILANGAN REAL Sistem Bilangan Real BILANGAN REAL BILANGAN IRASIONAL BILANGAN RASIONAL BILANGAN BULAT BIL

Lebih terperinci

Modul 03 HIMPUNAN. Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang keanggotaannya didefinisikan dengan jelas.

Modul 03 HIMPUNAN. Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang keanggotaannya didefinisikan dengan jelas. Modul 03 HIMPUNAN I. Cara Menyatakan Himpunan PENGERTIAN Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang keanggotaannya didefinisikan dengan jelas. Contoh: Himpunan siswi kelas III SMU 6 tahun 1999-2000 yang

Lebih terperinci

BILANGAN PECAHAN. A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai

BILANGAN PECAHAN. A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai BILANGAN PECAHAN A. Pengertian Bilangan Pecahan dan Pecahan Senilai Bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai a b dengan a, b bilangan bulat dan b 0. Bilangan a disebut pembilang dan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN. Sistem bilangan,bilangan nyata dan khayal,hubungan perbandingan antar bilangan. Triwahyono SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI

SISTEM BILANGAN. Sistem bilangan,bilangan nyata dan khayal,hubungan perbandingan antar bilangan. Triwahyono SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI SISTEM BILANGAN Modul ke: Sistem bilangan,bilangan nyata dan khayal,hubungan perbandingan antar bilangan. Fakultas EKONOMI Triwahyono SE.MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Sistem Bilangan

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA BENTUK PANGKAT (EKSPONEN)

LEMBAR AKTIVITAS SISWA BENTUK PANGKAT (EKSPONEN) Nama Siswa Kelas PETA KONSEP: LEMBAR AKTIVITAS SISWA BENTUK PANGKAT (EKSPONEN) Latihan :. :. 3. A. PANGKAT BULAT POSITIF Jika a R dan bilangan bulat positif n, maka a n didefinisikan sbg berikut: a n =

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017 PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017 Jenis Sekolah : SMP Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Matematika Banyak soal : 25/5 Kelas : VII Pembuat Soal : Tim Kurikulum : KTSP Bentuk Soal

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMK Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Program : X (Sepuluh) / Akuntansi dan Penjualan Semester : Ganjil Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah

Lebih terperinci

BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR

BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR 1. Bilangan Berpangkat Sederhana Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui perkalian bilangan-bilangan dengan faktorfaktor yang sama. Misalkan kita temui perkalian

Lebih terperinci

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR PENGERTIAN ALJABAR Bentuk ALJABAR adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat hurufhuruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Materi Ke_2 (dua) Himpunan

Materi Ke_2 (dua) Himpunan Materi Ke_2 (dua) Himpunan 12-10-2013 OPERASI HIMPUNAN Gabungan (union), notasi U : Gabungan dari himpunan A dan himpunan B merupakan suatu himpunan yang anggota-anggotanya adalah anggota himpunan A atau

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS BAB. PENDAHULUAN KALKULUS (Himpunan,selang, pertaksamaan, dan nilai mutlak) Pembicaraan kalkulus didasarkan pada sistem bilangan nyata. Sebagaimana kita ketahui sistem bilangan nyata dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan Kuadrat Contoh : Persamaan Derajat Tinggi

Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan Kuadrat Contoh : Persamaan Derajat Tinggi Materi Matematika Persamaan dan Pertidaksamaan kuadrat Persamaan Linear Persamaan linear dengan n peubah adalah persamaan dengan bentuk : dengan adalah bilangan- bilangan real, dan adalah peubah. Secara

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN RASIONAL. Tujuan Pembelajaran

PERTIDAKSAMAAN RASIONAL. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 1 Kelas matematika PEMINATAN PERTIDAKSAMAAN RASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan rasional..

Lebih terperinci

BAB VI BILANGAN REAL

BAB VI BILANGAN REAL BAB VI BILANGAN REAL PENDAHULUAN Perluasan dari bilangan cacah ke bilangan bulat telah dibicarakan. Dalam himpunan bilangan bulat, pembagian tidak selalu mempunyai penyelesaian, misalkan 3 : 11. Timbul

Lebih terperinci

MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA

MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA 11.1. Ketentuan dan Sifat-Sifat KETENTUAN a P = a. a. a. a................. sampai p faktor (a dinamakan bilangan pokok, p dinamakan pangkat atau eksponen) SIFAT-SIFAT

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN LINEAR

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN LINEAR PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN LINEAR Persamaan linear Bentuk umun persamaan linear satu vareabel Ax + b = 0 dengan a,b R ; a 0, x adalah vareabel Contoh: Tentukan penyelesaian dari 4x-8 = 0 Penyelesaian.

Lebih terperinci

Ely Purnamasari (2008.V.I.0019) Kd. Winda Mahayanti (2008.V.I.0027) Pend. Matematika IKIP PGRI BALI

Ely Purnamasari (2008.V.I.0019) Kd. Winda Mahayanti (2008.V.I.0027) Pend. Matematika IKIP PGRI BALI Ely Purnamasari (2008.V.I.0019) Kd. Winda Mahayanti (2008.V.I.0027) Pend. Matematika IKIP PGRI BALI Indikator Standar Kompetensi Mamahami dan dapat melakukan operasi bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan

Lebih terperinci

INFORMASI PENTING. No 1 Bilangan Bulat. 2 Pecahan Bentuk pecahan campuran p dapat diubah menjadi pecahan biasa Invers perkalian pecahan adalah

INFORMASI PENTING. No 1 Bilangan Bulat. 2 Pecahan Bentuk pecahan campuran p dapat diubah menjadi pecahan biasa Invers perkalian pecahan adalah No RUMUS 1 Bilangan Bulat Sifat penjumlahan bilangan bulat a. Sifat tertutup a + b = c; c juga bilangan bulat b. Sifat komutatif a + b = b + a c. Sifat asosiatif (a + b) + c = a + (b + c) d. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK

BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK Matematika Peminatan SMA kelas X Kurikulum 2013 BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK I. Pertidaksamaan Rasional (Bentuk Pecahan) A. Pengertian Secara umum, terdapat empat macam bentuk umum

Lebih terperinci

MA5032 ANALISIS REAL

MA5032 ANALISIS REAL (Semester I Tahun 2011-2012) Dosen FMIPA - ITB E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id. August 16, 2011 Pada bab ini anda diasumsikan telah mengenal dengan cukup baik bilangan asli, bilangan bulat, dan bilangan

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN KUADRAT K-13 A. BENTUK UMUM PERSAMAAN KUADRAT

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN KUADRAT K-13 A. BENTUK UMUM PERSAMAAN KUADRAT K-13 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN KUADRAT TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan bentuk umum persamaan kuadrat..

Lebih terperinci

y

y Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Grafik Menyesaikan persamaan ax 2 +bx+c=0. Berarti menentukan nilai-nilai x bila f(x) = 0, dimana f(x) = ax 2 +bx+c. apabila grafik fungsi f(x) telah dilukis, maka

Lebih terperinci

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian. Glosarium A Akar pangkat dua : akar pangkat dua suatu bilangan adalah mencari bilangan dari bilangan itu, dan jika bilangan pokok itu dipangkatkan dua akan sama dengan bilangan semula; akar kuadrat. Asosiatif

Lebih terperinci

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D.

Bab. Bilangan Riil. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Bab I Sumber: upload.wikimedia.org Bilangan Riil Anda telah mempelajari konsep bilangan bulat di Kelas VII. Pada bab ini akan dibahas konsep bilangan riil yang merupakan pengembangan dari bilangan bulat.

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN

PERTIDAKSAMAAN PERTIDAKSAMAAN A. Pengertian 1. Notasi Pertidaksamaan Misalnya ada dua bilangan riil a dan b. Ada beberapa notasi yang bisa dibuat yaitu: a. a dikatakan kurang dari b, ditulis a b jika dan hanya jika a

Lebih terperinci

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear MATERI POKOK Persamaan dan Pertidaksamaan Linear MATERI BAHASAN : A. Persamaan Linear B. Pertidaksamaan Linear Modul.MTK X 0 Kalimat terbuka adalah kalimat matematika yang belum dapat ditentukan nilai

Lebih terperinci

2. Suku-suku sejenis Suku-suku sejenis adalah suku-suku yang mempunyai variabel dan bilangan pangkat dari variabel tersebut sama.

2. Suku-suku sejenis Suku-suku sejenis adalah suku-suku yang mempunyai variabel dan bilangan pangkat dari variabel tersebut sama. A. OPERASI BENTUK ALJABAR 1. Pengertian suku, koefisien, variabel, dan konstanta bentuk aljabar Bentuk 8x + 17 merupakan bentuk aljabar dengan x sebagai variabel, 8 sebagai koefisien, dan 17 adalah konstant

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real. dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan A ditulis ;

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real. dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan A ditulis ; 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real Himpunan dinyatakan dengan huruf kapital dan anggota himpunan dinyatakan dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan

Lebih terperinci

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa

03/08/2015. Sistem Bilangan Riil. Simbol-Simbol dalam Matematikaa 0/08/015 Sistem Bilangan Riil Simbol-Simbol dalam Matematikaa 1 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa Simbol-Simbol dalam Matematikaa 4 0/08/015 Simbol-Simbol dalam Matematikaa 5 Sistem bilangan N :

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Matematika VII ( BSE Dewi Nurhariyani)

Kumpulan Soal Matematika VII ( BSE Dewi Nurhariyani) Bilangan Bulat 1. Suhu sebongkah es mula-mula 5 o C. Dua jam kemudian suhunya turun 7 o C. Suhu es itu sekarang a. 12 o C c. 2 o C b. 2 o C d. 12 o C 2. Jika x lebih besar dari 1 dan kurang dari 4 maka

Lebih terperinci

BILANGAN. Bilangan Satu Bilangan Prima Bilangan Komposit. Bilangan Asli

BILANGAN. Bilangan Satu Bilangan Prima Bilangan Komposit. Bilangan Asli BILANGAN A. Sistem Bilangan Dalam matematika mempelajari urutan dan keberaturan di antara bilangan-bilangan merupakan suatu bagian yang sangat fundamental. Dengan ditemukannya pola dalam suatu bilangan,

Lebih terperinci

Bab1. Sistem Bilangan

Bab1. Sistem Bilangan Modul Pra Kalkulus -0. Bab. Sistim Bilangan Bab. Sistem Bilangan. Sistim Bilangan Jenis bilangan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan. Jenis bilangan yang pertama kali

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang Pertemuan 2. BAHAN AJAR ANALISIS REAL Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 0. Bilangan Real 0. Bilangan Real sebagai bentuk desimal Pada pembahasan berikutnya kita diasumsikan telah mengetahui dengan

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan

Himpunan dan Sistem Bilangan Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Dr. Wahyu Widayat H PENDAHULUAN impunan adalah bagian dari Matematika yang bahannya pernah Anda pelajari. Materi tersebut akan dibahas sehingga Anda menjadi lebih memahami

Lebih terperinci

MODUL 1. Himpunan FEB. Nur Azmi Karim, SE, M.Si. Fakultas. Modul ke: Program Studi

MODUL 1. Himpunan FEB. Nur Azmi Karim, SE, M.Si. Fakultas. Modul ke: Program Studi MODUL 1 Modul ke: Himpunan Fakultas 01 FEB Nur Azmi Karim, SE, M.Si Program Studi Penulisan Himpunan Himpunan adalah suatu kumpulan objek yang berbeda, yang mungkin merupakan suatu kelompok bilangan- bilangan

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN BULAT

SISTEM BILANGAN BULAT SISTEM BILANGAN BULAT A. Bilangan bulat Pengertian Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal, misalnya 8, 21, 8765, -34, 0. Berlawanan dengan bilangan bulat adalah bilangan riil

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5

BAB 1 PERSAMAAN. a) 2x + 3 = 9 a) 5 = b) x 2 9 = 0 b) = 12 c) x = 0 c) 2 adalah bilangan prima genap d) 3x 2 = 3x + 5 BAB PERSAMAAN Sifat Sifat Persamaan Persamaan adalah kalimat matematika terbuka yang menyatakan hubungan sama dengan. Sedangkan kesamaan adalah kalimat matematika tertutup yang menyatakan hubungan sama

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR, KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN SATU VARIABEL

SISTEM PERSAMAAN LINEAR, KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN SATU VARIABEL LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) SISTEM PERSAMAAN LINEAR, KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN SATU VARIABEL Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

Lebih terperinci

BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT

BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT BILANGAN DAN KETERBAGIAN BILANGAN BULAT A. Sistem Bilangan Dalam matematika mempelajari urutan dan keberaturan di antara bilangan-bilangan merupakan suatu bagian yang sangat fundamental. Dengan ditemukannya

Lebih terperinci

BAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar

BAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar Standar Kompetensi BAB 5 TEOREMA SISA Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil bagi dan sisa pembagian

Lebih terperinci

MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 2012

MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 2012 MODUL MATEMATIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 0 TAHUN AJARAN 0/0 MATERI PERSAMAAN KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT UNTUK KALANGAN MA AL-MU AWANAH MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 0 Jalan RH. Umar

Lebih terperinci

BILANGAN MODUL PERKULIAHAN

BILANGAN MODUL PERKULIAHAN MODUL PERKULIAHAN BILANGAN Sistem bilangan real Operasi pada bilangan bulat Operasi pada bilangan pecahan Sifat-sifat bilangan berpangkat Operasi bilangan berpangkat Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1. Oleh : Muhammad Imron H

MATEMATIKA EKONOMI 1. Oleh : Muhammad Imron H MATEMATIKA EKONOMI 1 Oleh : Muhammad Imron H UNIVERSITAS GUNADARMA 015 Universitas Gunadarma Halaman BAB I HIMPUNAN A. Pengertian Himpunan Himpunan adalah kumpulan dari objek tertentu (dinamakan unsur,

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG!!! SELAMAT BELAJAR!!!!

SELAMAT DATANG!!! SELAMAT BELAJAR!!!! SELAMAT DATANG!!! SELAMAT BELAJAR!!!! Temukan beragam artikel seputar pembelajaran matematika, soal-soal psikotes, cpns, dan info-info seputar matematika dengan mengunjungi website kami di Kunjungi website

Lebih terperinci

SMK N 1 Demak Jurusan Multimedia Kelas X Semester 1

SMK N 1 Demak Jurusan Multimedia Kelas X Semester 1 SOAL LATIHAN ULANGAN SEMESTER GASAL KELAS X MM BAB SISTEM BILANGAN REAL Himpunan-Himpunan Bilangan pada Sistem Bilangan Real. Bilangan-bilangan berikut adalah irasional, kecuali... 4 7. Bilangan-bilangan

Lebih terperinci

HAPUS SALAH SATU BILANGAN DAN BERIKAN ALASAN, KENAPA BILANGAN ITU ANDA HAPUS.

HAPUS SALAH SATU BILANGAN DAN BERIKAN ALASAN, KENAPA BILANGAN ITU ANDA HAPUS. 15, 20, 23, 25 HAPUS SALAH SATU BILANGAN DAN BERIKAN ALASAN, KENAPA BILANGAN ITU ANDA HAPUS. Dst. KESIMPULAN : (hubungkan dengan SIKAP yang harus Anda miliki untuk memilih dan memberikan alasan) PROBLEM

Lebih terperinci

BILANGAN KOMPLEKS SHINTA ROSALIA DEWI, S.SI, M.SC

BILANGAN KOMPLEKS SHINTA ROSALIA DEWI, S.SI, M.SC BILANGAN KOMPLEKS SHINTA ROSALIA DEWI, S.SI, M.SC TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu : Memahami bilangan kompleks Menggambarkan kurva pada bilangan kompleks Mengetahui Operasi Aljabar Bilangan Kompleks

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN PECAHAN

PERTIDAKSAMAAN PECAHAN PERTIDAKSAMAAN PECAHAN LESSON Pada topik sebelumnya, kalian telah mempelajari topik tentang konsep pertidaksamaan dan nilai mutlak. Dalam topik ini, kalian akan belajar tentang masalah pertidaksamaan pecahan.

Lebih terperinci

SD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016)

SD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016) 1. Perhatikan gambar berikut! SD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016) Berdasarkan gambar berikut, nilai pecahan yang dapat menunjukkan bagian yang diarsir

Lebih terperinci

matematika Wajib Kelas X PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. DEFINISI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

matematika Wajib Kelas X PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. DEFINISI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-3 Kelas X matematika Wajib PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami definisi dan solusi persamaan linear

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Ri l

Sistem Bilangan Ri l Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. Q : a q =, a, b Z, b 0 b R = Q Irasional Contoh Bil Irasional,,π

Lebih terperinci

Himpunan dari Bilangan-Bilangan

Himpunan dari Bilangan-Bilangan Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPM Bangko October 22, 2014 1 Khususnya dalam analisis, maka yang teristimewa penting adalah himpunan dari bilangan-bilangan riil, yang dinyatakan dengan R. Himpunan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN OSN 2018 KABUPATEN SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR

SOAL DAN PEMBAHASAN OSN 2018 KABUPATEN SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR SOAL DAN PEMBAHASAN OSN 08 KABUPATEN SUMBA TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR Oleh : SUKAMTO, S.Pd.,Gr Guru Matematika SMPN Kambata Mapambuhang. Suku keempat, suku ketujuh, suku kesepuluh, dan suku ke-00 suatu

Lebih terperinci

KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA BAB I Bilangan Real dan Notasi Selang Pertaksamaan Nilai Mutlak Sistem Koordinat Cartesius dan Grafik Persamaan Bilangan Real dan Notasi Selang Bilangan

Lebih terperinci

1. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan :

1. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan : BAB I BILANGAN. Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan : Bulat positif (,,, 4, 5, ) Nol : 0 Bulat Negatif (,-5,-4,-,-,-) Himpunan Bilangan bulat A = {, -4,

Lebih terperinci

LOGIKA MATEMATIKA. Dosen: Drs. Sumardi Hs., M.Sc. Modul ke: 01Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

LOGIKA MATEMATIKA. Dosen: Drs. Sumardi Hs., M.Sc. Modul ke: 01Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika Modul ke: 01Fakultas FASILKOM LOGIKA MATEMATIKA Dosen: Program Studi Teknik Informatika Drs. Sumardi Hs., M.Sc. Template Modul Himpunan 1 Tentang Abstrak Modul ini membahas pengertian himpunan, notasi-notasi,

Lebih terperinci

Silabus. Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Program : X / UMUM Semester : GANJIL

Silabus. Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Program : X / UMUM Semester : GANJIL Silabus Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Program : X / UMUM Semester : GANJIL Sandar Kompetensi:. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma Kompetensi

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 28 Agustus 2013

Hendra Gunawan. 28 Agustus 2013 MA1101 MATEMATIKA 1A Hendra Gunawan Semester I, 2013/2014 28 Agustus 2013 Siapakah Ini? 2 Hendra Gunawan Gedung Labtek III, Lt. 2, R. 208 Tel. 2502545 Pes. 208 E mail hgunawan@math.itb.ac.id Website http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan/

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Riil

Sistem Bilangan Riil Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real Q : q R a b, a, b Z, b Q Irasional Contoh Bil Irasional,, 0

Lebih terperinci

Free-download

Free-download PREDIKSI UJIAN NASIONAL TAHUN 2008/2009 I. Standar Kompetensi Menggunakan konsep operasi hitung dan sifat-sifat bilangan, perbandingan, aritmetika sosial, barisan bilangan, serta penggunaannya dalam pemecahan

Lebih terperinci

Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs

Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs ariefikhwanwicaksono@gmail.com masawik.blogspot.com @awik1212 Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya "batu kecil", untuk menghitung) adalah cabang ilmu matematika

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN 05 06 SEMSTER GENAP STANDAR KOMPETENSI 4. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. KOMPETENSI DASAR 4. Menggunakan

Lebih terperinci

Bab. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Konversi Bilangan

Bab. A. Macam-Macam Bilangan B. Operasi Hitung pada. Bilangan Riil. C. Operasi Hitung pada Bilangan Pecahan D. Konversi Bilangan Bab I Sumber: upload.wikimedia.org Bilangan Riil Anda telah mempelajari konsep bilangan bulat di Kelas VII. Pada bab ini akan dibahas konsep bilangan riil yang merupakan pengembangan dari bilangan bulat.

Lebih terperinci

Berbagai Macam Bilangan

Berbagai Macam Bilangan Berbagai Macam Bilangan Dalam matematika kita mengenal adanya berbagai macam jenis bilangan. Ada beberapa macam himpunan bilangan yang dikenal seperti bilangan bulat (integer), bilangan riil (real / floating

Lebih terperinci

BAB I OPERASI ALJABAR DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR

BAB I OPERASI ALJABAR DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR BAB I OPERASI ALJABAR DAN PEMFAKTORAN BENTUK ALJABAR Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu melakukan operasi aljabar, beberapa alternatif penyelesaian yang dihadapi oleh siswa terkait dengan

Lebih terperinci

Matakuliah Hitung Keuangan (MKMAT4221) 3/21/2016 Aswad 2016

Matakuliah Hitung Keuangan (MKMAT4221) 3/21/2016 Aswad 2016 1 Matakuliah Hitung Keuangan (MKMAT4221) Bilangan Asli (Natural); N Bilangan Bulat (Integer); Z Bilangan Rasional (Rational); Q Bilangan Real (Real); R Bilangan Kompleks (Complex); C Bilangan Irasional

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional SISTEM BILANGAN REAL Sebelum membahas tentag konsep sistem bilangan real, terlebih dahulu ingat kembali tentang konsep himpunan. Konsep dasar dalam matematika adalah berkaitan dengan himpunan atau kelas

Lebih terperinci

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR MATERI A. Persamaan dan Pertidaksamaan Nilai Mutlak A. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN YANG MEMUAT NILAI MUTLAK Dalam matematika, sesuatu yang nilainya selalu positif

Lebih terperinci

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB III. METODE SIMPLEKS BAB III. METODE SIMPLEKS 3.1. PENGANTAR Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan linear program yang memilki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyelesaikannya

Lebih terperinci

Silabus. - Membedakan berbagai jenis bilangan yang ada. Tugas individu, tugas kelompok, kuis.

Silabus. - Membedakan berbagai jenis bilangan yang ada. Tugas individu, tugas kelompok, kuis. Silabus Nama Sekolah : SMK Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Program : X / AKUNTANSI DAN PENJUALAN Semester : GANJIL Sandar Kompetensi: 1. Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep operasi bilangan

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Nama Siswa Kelas : : LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS Notasi dan Ordo Matriks Lengkapilah isian berikut! Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital, misalnya: A. PENGERTIAN MATRIKS 1) Tabel

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS DAN MANAJEMEN JILID 1

MATEMATIKA BISNIS DAN MANAJEMEN JILID 1 Bandung Arry Sanjoyo, dkk. MATEMATIKA BISNIS DAN MANAJEMEN JILID 1 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

FAKTORISASI SUKU ALJABAR

FAKTORISASI SUKU ALJABAR 1 FAKTORISASI SUKU ALJABAR Pernahkah kalian berbelanja di supermarket? Sebelum berbelanja, kalian pasti memperkirakan barang apa saja yang akan dibeli dan berapa jumlah uang yang harus dibayar. Kalian

Lebih terperinci

6/28/2016 al muiz

6/28/2016 al muiz 6/28/2016 al muiz 2013 1 Unsur-unsur dalam model matematis Varia bel Kons tanta Para meter Unsur model matematis 6/28/2016 al muiz 2013 2 Variabel adalah sesuatu yang besarnya dapat berubah, misalnya sesuatu

Lebih terperinci

BAB V BILANGAN PECAHAN

BAB V BILANGAN PECAHAN BAB V BILANGAN PECAHAN Bilangan pecahan terdiri dari pembilang dan penyebut ; a pembilang dan b penyebut 1. Macam-macam bilangan Pecahan a. Pecahan Biasa pembilangnya lebih kecil dari penyebut ; a < b,,

Lebih terperinci

PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X Created By Ita Yuliana

Lebih terperinci

Modul ke: Matematika Ekonomi. Himpunan dan Bilangan. Bahan Ajar dan E-learning

Modul ke: Matematika Ekonomi. Himpunan dan Bilangan. Bahan Ajar dan E-learning Modul ke: 01 Pusat Matematika Ekonomi Himpunan dan Bilangan Bahan Ajar dan E-learning MAFIZATUN NURHAYATI, SE.MM. 08159122650 mafiz_69@yahoo.com Selamat Datang di Perkuliahan MATEMATIKA EKONOMI 2 BUKU

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK Nama Siswa LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK : Kelas : KOMPETENSI DASAR: 3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis konsep nilai mutlak dalam persamaan dan pertidaksamaan serta

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP (SILABUS)

LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP (SILABUS) LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL SEKOLAH KELAS MATA PELAJARAN SEMESTER BILANGAN Standar Kompetensi KOMPETENSI DASAR 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat. : SMP : VII : MATEMATIKA

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami konsep dari Semigrup dan Monoid

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami konsep dari Semigrup dan Monoid BAB 2 SEMIGRUP DAN MONOID Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami konsep dari Semigrup dan Monoid Tujuan Instruksional Khusus : Setelah

Lebih terperinci