PEMODELAN MATEMATIS DISTRIBUSI SUHU TIGA DIMENSI PADA PROSES PEMBUATAN TABLET EFFERVESCEN SARI BUAH 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN MATEMATIS DISTRIBUSI SUHU TIGA DIMENSI PADA PROSES PEMBUATAN TABLET EFFERVESCEN SARI BUAH 1"

Transkripsi

1 PEMODELAN MAEMAIS DISRIBUSI SUHU IGA DIMENSI PADA PROSES PEMBUAAN ABLE EFFERVESCEN SARI BUAH Ansa Bud Rahado 3 Zuhed Noo 3 dan Rochmad 4 ABSRAK Pembuatan tablet effevescen dlauan dengan memampatan butan-butan d dalam cetaan. Abat pemampatan tesebut tead gesean d tt snggung pemuaan butan sehngga tmbul panas. uuan peneltan n adalah membuat model matemats untu mempeds enaan suhu d tt snggung pemuaan butan bebentu bola selama pengepesan pada pembuatan tablet effevescen sa buah. Bahan yang dgunaan adalah ganula masa aspatam poletlen glol asam stat dan natum babonat. Vaabel yang damat adalah dstbus suhu pada butan selama pengepesan. Hasl peneltan menunuan bahwa tead enaan suhu d pemuaan butan da 85 o C menad 49 o C. Pada onds n penyusun tablet yatu asam stat yang meml suhu g palng endah 3 o C dduga telah mengalam pelelehan lebh awal sehngga dapat befungs sebaga bahan peeat. Suhu d pemuaan aan tedstbus secaa ondus e seluuh bagan butan. Dstbus suhu pada 6 poss tempat teadnya gesean meml pofl yang sama aena bentunya smets. Kata unc: model matemats dstbus suhu tablet effevescen Dsampaan dalam Gela enolog dan Semna Nasonal en Petanan 008 d Juusan en Petanan Faultas enolog Petanan UGM Yogyaata 8-9 Novembe 008 Dosen d Faultas Petanan UNRAM Mataam 3 Dosen d Faultas enolog Petanan UGM Yogyaata 4 Dosen d Faultas en UGM Yogyaata Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008

2 A. PENDAHULUAN Penggunaan model matemats untu menyelesaan pemasalahan etenan engneeng poblem sudah lama denal dan ah-ah n penggunaannya seman luas. Hal n dsebaban oleh tesedanya ompute yang seman canggh dengan haga teangau. Dengan menggunaan pogam ompute htungan-htungan yang dahulu danggap tda feasble seaang menad feasble. Sehngga cuup bealasan apabla dalam bdang etenan model matemats danggap sebaga bahasa language. Banya seal pestwa yang dapat ddeat atau despesan dengan model matemats Sedawan dan Pasetya 997. Untu menelasan pestwa yang sebenanya menggunaan model matemats selan dpeluan penguasaan onsep-onsep matemata uga dpeluan emampuan bemanas dan emampuan menyedehanaan asums-asums tehadap eadan yang sesungguhnya. Dengan adanya asums-asums tesebut maa model matemats tda besfat satu awaban tetap besfat open-ended. Jawaban yang aan dca adalah awaban yang cuup deat dengan pestwa sebenanya. Penyelesaan model matemats pada umumnya dapat dtempuh dua tahapan. Petama penyusunan pesamaan-pesamaan matemata yang bsa mendeat poses yang dtnau dan Kedua metode penyelesaannya dapat dtempuh dengan caa analts atau pendeatan nume. Pendeatan nume dapat dselesaan dengan bebaga caa antaa lan dengan metode beda hngga fnte dffeence methods. Dstbus suhu d dalam butan selama pengepesan pada pembuatan tablet effevescen sa buah tda dapat damat secaa langsung aena uuannya yang sangat ecl. Hal n hanya bsa dpeds dengan menggunaan model matemats. Pemodelan secaa matemats dapat menghaslan data yang vald dan dapat dpetanggungawaban secaa lmah Gunn d. 987 Fewald 99 Hastut d. 00. Bedasaan efeens yang ada belum dtemuan peneltan yang telah mengungap tentang dstbus suhu da pemuaan butan yang mengalam gesean pada pembuatan tablet effevescen. Sementaa salah satu penyebab teadnya peeatan anta butan tablet adalah adanya bahan yang meleleh d pemuaan butan abat enaan suhu pada saat pengepesan. Kaena hal n sult duu secaa langsung maa dgunaan pendeatan model matemats untu mempeds enaan suhu tesebut. Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008

3 Dengan deman peneltan n betuuan untu mempeds dstbus suhu pada butan bebentu bola selama pengepesan pada pembuatan tablet effevescen sa buah. uuan n dapat tecapa melalu pengembangan model matemats untu mengestmas dstbus suhu pada butan selama pentabletan. B. MEODE PENELIIAN. Pengembangan Model Matemats Pengembangan model matemats untu mempeds dstbus suhu pada butan dsusun bedasaan asums-asums sebaga beut: a. ablet ted da patel-patel padat bebentu bola dan beuuan seagam. b. Campuan bahan besfat homogen. c. Panas ens denstas dan ondutvtas bahan tetap tda meupaan fungs suhu. d. da tead peubahan bentu dan volume butan abat adanya teanan. e. da tead pepndahan massa. f. Suhu awal butan seagam dan sama dengan suhu lngungan. g. Eneg panas hanya beasal da gesean anta tt snggung butan. Bedasaan asums-asums tesebut d atas neaca panas dsusun pada elemen volum sepet yang dtunuan oleh Gamba yang dapat dtuls dalam bentu pesamaan: q dengan V A a-a adalah: q q A q A q A q A q A Vρc p t A sn A sn A dan sn.lau alan panas yang masu pada elemen volum aah sumbu A Lau alan panas yang masu pada elemen volum aah vetal adalah: q A Lau alan panas yang masu pada elemen volum aah hosontal adalah: q sn A 3 4 Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 3

4 pesamaan: Hasl subttus pesamaan 3 dan 4 e dalam pesamaan aan dpeoleh sn sn sn α t 5 y sn d q q d q q d q q z x Gamba. Neaca panas pada elemen volum bola. Intal condton IC dan bounday condton BC pesamaan 5 adalah: IC: Pada semua poss t awal 85 o C untu t 0 BC: Pada t > 0 dan 0; 0 Poss pemuaan yang mengalam gesean pada 6 tt sepet yang dtunuan oleh Gamba dengan BC da pesamaan 5 adalah: Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 4

5 q fc q fc q fc q fc q fc q fc Gamba. Poss pemuaan butan yang mengalam eneg gesean q fc Pada R dan 0 untu 0 π Pada R dan π / untu 0 Pada R dan π / untu π / Pada R dan π / untu π Pada R dan π / untu 3π / Pada R dan π untu 0 π dengan q fc adalah mc p b t q Fc D lua poss d atas pada R untu semua dan adalah 0. Dengan 6 tt yang mengalam gesean dan mendapat eneg yang sama besa q fc satu but patel bola dapat dpandang ted da 8 elemen yang smets. Apabla penyelesaan pesamaan 5 dbelauan hanya pada elemen smets yang volumenya /8 bagan volume bola sepet yang dtunuan oleh Gamba maa tambahan BC adalah: Pada 0 R dan 0 π/ untu 0 q A0 0 sn Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 5

6 Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe Pada 0 R 0 sn q / / untu 0 dan 0 π π A 3 Pada 0 R 0 q / / untu 0 dan 0 π π A Pesamaan dfeensal dan BC yang telah tesusun aan dselesaan secaa nume metode beda hngga pendeatan esplst. Bedasaan pesamaan 5 dpeoleh pesamaan nume sebaga beut: [ ] M M sn sn cos sn cos [ ] [ ] sn sn 6 Dalam hal n poss dan menunuan poss dan dengan dan tα M Pesamaan 6 hanya belau pada poss 3... R-; 3... N-; dan 3... NP- sehngga untu menghtung dstbus suhu pada poss pemuaan butan R dgunaan pesamaan: [ ] N N N M M sn N N sn cos sn cos [ ] [ ] N N sn sn 7 Dstbus suhu pada poss 0 pusat butan dhtung dengan pesamaan: { } M M 0 0 8

7 Dstbus suhu pada poss sumbu butan aan dhtung dengan pesamaan: M M Dstbus suhu pada pemuaan butan tt snggung yang mengalam gesean aan dhtung dengan pesamaan: M NR M NR NR NR Penyelesaan metode beda hngga pendeatan esplst aan mempeoleh hasl yang stabl apabla memenuh pesyaatan: sn tα tα tα Kaena yang damat pada obsevas adalah suhu ata-ata sedangan suhu hasl smulas meupaan fungs poss dan maa suhu ata-ata hasl smulas pelu dhtung dengan pesamaan: ht ρ Cp π π R V ρ Cp sn d d d 0 dv Pesamaan dselesaan dengan metode apezodal Rule. Pada model yang dauan n lau eneg panas q fc da watu e watu dhtung dengan data pengamatan yang dapat ddeat dengan pesamaan: b a e q fc 9 0 ~ t 3 ~ Pesamaan 3 dapat dtuls menad: t b t t e Ae a ~ 4 Pesamaan 4 analog dengan pesamaan: ln b ln A t 5 t Plot antaa ln b dengan lama pengepesan t membean uve gas luus dan t nla meupaan emngan uva. Dengan deman q fc da watu e watu dapat dhtung dengan pesamaan: Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 7

8 q fc b mc 6 p t dengan t b Ae t SAR Input Data : awal PI R KB RHO CP MB WO DELIME Konstanta : NDA NIME NRDA DA NPDA DELR DEL DELPI ALFA Read Data : Suhu Obsevas Menghtung q fc : Pesamaan 6 Menghtung Dstbus Suhu : Pusat: Pes 8 engah: Pes 6 Pemuaan: Pes 7 Sumbu: Pes 9 t Snggung: Pes 0 Watu NO YES SELESAI Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 8

9 Gamba 3. Dagam al pehtungan dstbus suhu.. Dagam Al Dagam al pehtungan dstbus suhu dsaan pada Gamba Output Pogam Output da pogam n adalah dstbus suhu secaa ondus pada butan bebentu bola tga dmens. Output n dapat beubah sesua dengan nput yang dbean sehngga dengan nput yang bevaas aan ddapatan output yang bevaas pula. Hasl pehtungan da smulas n aan dbandngan dengan data obsevas yang dpeoleh da laboatoum. 4. Watu dan empat Peneltan Watu peneltan belangsung da bulan Apl sampa dengan Septembe 006. Peneltan dlasanaan d laboatoum Reayasa PAU UGM dan laboatoum enolog Famas Faultas Famas UGM. 5. Bahan dan Alat Peneltan Bahan yang dgunaan dalam peneltan n ted atas dua elompo yatu bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama adalah ganula masa sedangan bahan tambahan food addtve ted atas aspatam poletlen glol PEG natum babonat dan asam stat. Alat yang dgunaan adalah otay vacuum evapoato ayaan yle tmbangan Satous sepeangat cetaan temomete temoopel tpe K Unvesal estng Instument me Zwc se SA/0.5 dan dehumdfe Sanyo. 6. Pesapan Sampel Sebelum pentabletan bahan-bahan yang dgunaaan telebh dahulu dcampu secaa meata pada onds RH uang 40%. Ganula masa telebh dahulu dcampu dengan aspatam dan dadu hngga tecampu ata. Natum babonat dmasuan dadu hngga ata selanutnya dtambahan asam stat dan dadu hngga tecampu ata. Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 9

10 Pencampuan teah adalah penambahan PEG sedt dem sedt sambl dadu hngga dpeoleh campuan yang homogen. 7. ata Caa Peneltan Bahan tablet yang sudah dcampu dmasuan e dalam cetaan emudan dmampatan dengan menggunaan gaya teanan. Pentabletan dlauan dengan vaas gaya teanan yatu dan 5000 N. Setap pecobaan dulang sebanya lma al. Untu menamn elancaan peneltan telebh dahulu dlauan albas alat dan u oentas atau peneltan pendahuluan. Pengamblan data peubahan suhu butan selama pengepesan duu dengan temoopel. emoopel dpasang d dalam cetaan yang uungnya besentuhan dengan butan sehngga pada saat pengepesan peubahan suhu dapat tedetes. Pengamatan suhu beah apabla gaya teanan masmum sudah tecapa. 8. Analss Data Data pengamatan dstbus suhu yang dpeoleh da espmen d laboatoum dgunaan untu menvaldas model matemats. Valdas model matemats dlauan dengan metode alat ata-ata yatu data peds dstbus suhu duang dengan data obsevas dbag dengan data peds dstbus suhu dalan 00%. Model matemats dataan vald a nla alat ata-ata uang da 0%. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasl pengamatan dstbus suhu pada butan selama poses pentabletan pada bebaga pelauan gaya teanan dsaan dalam Gamba 4. Dstbus suhu dgambaan sebaga hubungan antaa watu dengan suhu pada bebaga pelauan gaya teanan. Pada Gamba 4 telhat bahwa suhu awal butan seagam dan tead enaan seng dengan betambahnya watu pengepesan. Bedasaan Gamba 4 uga menunuan bahwa pengauh gaya teanan yang bebeda aan membean pengauh yang bebeda. Seman besa gaya teanan yang dgunaan enaan suhu uga seman tngg. Hal tesebut cuup bealasan aena pembean gaya teanan yang tngg beat teanan yang dtema oleh butan uga seman besa sehngga enaan suhu yang tmbul uga seman besa. Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 0

11 40 Gaya ean 5000 N Gaya ean 4000 N Gaya ean 3000 N Gaya ean 000 N Gaya ean 000 N 38 Suhu oc Watu Det Gamba 4. Hasl pengamatan dstbus suhu ata-ata pada butan selama poses pentabletan pada vaas gaya teanan. Kenaan suhu tetngg tead eta gaya teanan masmum telah tecapa dan suhu menad onstan setelah tda tead lag gesean-gesean anta butan. Pada saat gaya teanan sudah masmum dduga telah tead penggabungan dfuson anta butan sehngga poostas anta butan seman ecl. Dengan beuangnya poostas maa denstas tablet effevescen sa buah seman menngat. Suhu oc Gaya ean 5000 N Obs Gaya ean 5000 N Ped Gaya ean 4000 N Obs Gaya ean 4000 N Ped Gaya ean 3000 N Obs Gaya ean 3000 N Ped Gaya ean 000 N Obs Gaya ean 000 N Ped Gaya ean 000 N Obs Gaya ean 000 N Ped Watu Det Gamba 5. Dstbus suhu obsevas ata-ata dan dstbus suhu peds ata-ata pada bebaga gaya teanan. Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008

12 Pofl suhu yang tetea pada Gamba 5 menunuan dstbus suhu ata-ata hasl obsevas dan dstbus suhu ata-ata hasl smulas pada bebaga pelauan gaya teanan. Da gamba tesebut telhat bahwa gaf dstbus suhu hasl pehtungan hamp behmptan dengan dstbus suhu hasl obsevas. Hal n menunuan bahwa model matemats yang telah dembangan dapat menelasan dengan ba pestwa dstbus suhu yang dtnau. Pada Gamba 5 uga telhat bahwa mespun dstbus suhu ata-ata hasl peds sedt menympang da data obsevas aan tetap data hasl pehtungan tesebut mempunya ecendungan tend yang sama dengan data obsevas. Suhu o C F5 F4 F3 F F Watu det Gamba 6. Kenaan suhu d pemuaan butan pada vaas gaya teanan. Hasl pehtungan enaan suhu d pemuaan butan selama poses pengepesan dsaan pada Gamba 6. Dengan memasuan nla suhu awal sfat fs dan tems bahan dhaslan data peds dstbus suhu d pemuaan butan selama pengepesan. Pada Gamba 6 telhat bahwa enaan suhu d pemuaan auh lebh tngg dbandng suhu ataata butan. Pada onds n asam stat yang meml suhu g palng endah 3 o C aan mengalam pelelehan meltng lebh awal sehngga dapat befungs sebaga bahan peeat bnde. Kasus sepet n uga telah dungap oleh Khallouf d. 000 bahwa bahan yang meml suhu g lebh endah da suhu penympanan aan mengalam pelelehan lebh awal. Pada Gamba 6 telhat bahwa pebedaan tebesa telhat pada pelauan F5 yatu enaan suhu ata-ata hasl obsevas sebesa 3836 o C sedangan enaan suhu ata-ata hasl peds hanya 3303 o C. Pada pelauan F enaan suhu ata-ata hasl obsevas Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008

13 sebesa 33 o C sedangan enaan suhu ata-ata hasl peds sebesa 349 o C. Fenomena n dsebaban oleh eneg panas q fc yang tmbul selama pengepesan. Seman besa nla q fc yang dgunaan untu smulas data enaan suhu ata-ata hasl peds uga seman besa. Hal lan yang dapat dungapan adalah dstbus suhu tead dengan aah tga dmens. Seman e dalam butan aah a-a butan dstbus suhu seman ecl mendeat suhu lngungan. Sedangan e aah vetal sudut dan aah hozontal sudut uga meml pola yang sama dengan aah a-a butan. Hal n sangat sesua dengan eadaan yang sesungguhnya d mana daeah-daeah yang deat dengan ss-ss yang dbe nla awal o C mendeat nla batas tesebut. Sedangan daeah d pemuaan yang mengalam gesean meml enaan suhu yang lebh tngg. Bedasaan pehtungan alat ata-ata antaa dstbus suhu hasl smulas dengan dstbus suhu hasl pengamatan dpeoleh hasl d bawah 0%. Hal n menunuan bahwa dstbus suhu peds dengan dstbus suhu obsevas mempelhatan hubungan yang eat. Dengan deman dapat dataan bahwa model matemats yang telah dembangan cuup vald dan dapat menelasan dengan ba dstbus suhu pada butan selama pembuatan tablet effevescen sa buah. D. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesmpulan Selama pengepesan pada pembuatan tablet effevescen sa buah tead gesean d pemuaan butan sehngga tmbul eneg panas yang dapat menaan suhu bahan. Suhu d pemuaan aan tedstbus secaa ondus e seluuh bagan butan. Suhu d pemuaan butan lebh tngg dbandng suhu g omponen penyusun tablet sehngga tead pelelehan yang dut dengan peeatan anta butan. Data dstbus suhu hasl smulas cuup deat dengan data pecobaan dengan alat ata-ata uang da 0%. Dengan deman model matemats yang telah dembangan cuup vald dan mampu menelasan dstbus suhu pada butan bebentu bola selama pengepesan pada pembuatan tablet effevescen sa buah. Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 3

14 . Saan Pelu dlauan peneltan lebh lanut dengan melauan vaas ecepatan peneanan untu mengungap pengauhnya tehadap gesean anta butan d dalam cetaan sehngga model matemats yang telah dembangan dapat membean nfomas yang lebh ompehensf. A luas pemuaan bahan m c p panas ens bahan J/g 0 C d damete butan m dq peubahan panas W d peubahan suhu o C dt peubahan watu det dx peubahan aa m F gaya tean N ndes a-a ndes sudut vetal ndes sudut hozontal b ondutvtas bahan W/m 0 C M modulus NR notas pemuaan butan nt ndes watu q lau eneg W/m qfc eneg panas W suhu bahan 0 C V volume bola m 3 a-a butan m watu det ρ denstas butan g/m 3 p DAFAR SIMBOL α panas dfusftas m /dt sudut lngaan aah hozontal ad sudut lngaan aah vetal ad µ oefsen gesean ε efsens Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 4

15 DAFAR PUSAKA Bd B. Stewat W.E. and Lghtfoot E.N. 00. anspot Phenomena. John Wley & Sons Inc. New Yo Chapa S.C. and Canale R.P Numecal Methods fo Engnees h Pesonal Compute Applcatons. McGaw-Hll Boo Company Inc. New Yo Constantndes A Appled Numecal Methods h Pesonal Computes. McGaw- Hll Boo Company New Yo. Fewald M.G. and Peteson W.R. 99. Accuacy of Model Pedctons and Reablty of Expemental Data fo Heat ansfe n Paced Bed. Chem. Eng. Sc. 43: Gunn D.J. Ahmad M.M. and Sab M.N Radal Heat ansfe to Fxed Bed a Reevaluaton. Chem. Eng. Sc. 3: Hastut S. Sedawan W.B. dan Sulstyo H. 00. Pepndahan Panas pada Paced Bed: Kondutvtas Panas Efetf dan Koefsen Pepndahan Panas Pemuaan Dndng. Meda en Heldman D.R. and Lund D.B. 00. Ganulaton echnology and ablet Chaactezaton. Macel Dece Inc. New Yo : Khallouf S El-Maslouh Y and Ratt C Mathematcal Model fo Pedcton of Glass anston empeatue of Fut Powdes. Jounal of Food Scence. 655: Mohle R Effevescent ablets dalam Phamaceutcal Dosage Foms: ablet. Vol. nd Edton Macel Dece Inc. New Yo. Sedawan W.B. dan Pasetya A Pemodelan Matemats dan Penyelesaan Nume dalam en Kma. And Offset Yogyaata. Posdng Semna Nasanal en Petanan 008 Yogyaata 8-9 Novembe 008 5

PENENTUAN HARGA OPSI UNTUK MODEL BLACK - SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

PENENTUAN HARGA OPSI UNTUK MODEL BLACK - SCHOLES MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON PEETUA HARGA OPI UTUK MODEL BLACK - CHOLE MEGGUAKA METODE BEDA HIGGA CRAK-ICOLO Rully Chatas Inda Pahmana dan Ds. umad, M. Absta Ops meupaan suatu onta antaa penual ops dengan pembel ops, dmana penual

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetan Reges dan Koelas.. Pengetan Reges Paa lmuan, eonom, psolog, dan sosolog selalu beepentngan dengan masalah peamalan. Peamalan matematyang memungnan ta meamalan nla-nla suatu

Lebih terperinci

BAB I (Minggu ke- 1,2,3) Konsep Dasar. Vektor

BAB I (Minggu ke- 1,2,3) Konsep Dasar. Vektor 5 I (Mnggu e- 1,,3) Konsep Dasa. Veto PENDHULUN Leanng Outcome: Setelah mengut ulah n, mahasswa dhaapan: Mampu menelasan pebedaan besaan sala dan veto dan mampu menelesaan setap asus nemata ang dbean.

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS. Fitriani A/09/2009 Jurusan Pendidikan Matematika UPI

METODE SIMPLEKS. Fitriani A/09/2009 Jurusan Pendidikan Matematika UPI METODE SIMPLEKS A Bentu Standa Model Pogam Lnea Pelu dngatan embal bahwa pemasalahan model pogam lnea dapat meml pembatas-pembatas lnea yang betanda,,, dan peubah-peubah eputusannya dapat meupaan peubah

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Nilai tukar Rupiah terhadap $US dari tahun 1998 s/ d 2005 (Sumber: Bank of Canada 21 Agustus 2005)

Gambar 1.1 Nilai tukar Rupiah terhadap $US dari tahun 1998 s/ d 2005 (Sumber: Bank of Canada 21 Agustus 2005) JMA, VOL 4, O2, DESEMBER, 25, 3-9 3 PEMODELA ILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MEGGUAKA HIDDE MARKOV* BERLIA SETIAWATY dan DEWI OVIYATI SARI Depatemen Matemata Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut

Lebih terperinci

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA BAB V MOEL SEERHANA ISTRIBUSI TEMPERATUR AN SIMULASINYA Model matemata yang terdapat pada bab sebelumnya merupaan model umum untu njes uap pada reservor dengan bottom water. Model tersebut merupaan model

Lebih terperinci

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE Dew Arfanty Azm, Dra.Madu Ratna,M.S. dan 3 Prof. Dr.

Lebih terperinci

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal n aan dbahas beberapa macam uuran yang dhtung berdasaran espetas dar satu peubah aca, ba dsrt maupun ontnu, yatu nla espetas, rataan, varans, momen, fungs pembangt

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok BAB II TORI DASAR II.. Analss Kelompo Istlah analss elompo pertama al dperenalan oleh Tryon (939). Ia memperenalan beberapa metode untu mengelompoan obye yang meml esamaan araterst (statsoft, 004). Kesamaan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER MODEL HIDDEN MARKOV *

PENDUGAAN PARAMETER MODEL HIDDEN MARKOV * PEDUGAA PARAMETER MODEL HIDDE MARKOV * BERLIA SETIAWATY DA LIDA KRISTIA Depatemen Matemata Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Petanan Bogo Jl Meant, Kampus IPB Damaga, Bogo 6680 Indonesa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengetan Koelas Koelas adalah stlah statstk yang menyatakan deajat hubungan lnea antaa dua vaabel atau lebh, yang dtemukan oleh Kal Peason pada awal 1900. Oleh sebab tu tekenal dengan

Lebih terperinci

Penaksiran Parameter dari Variansi Vektor pada Pengujian Hipotesis Kesamaan Matriks Kovariansi

Penaksiran Parameter dari Variansi Vektor pada Pengujian Hipotesis Kesamaan Matriks Kovariansi Vol. 3 No. 7-77 Jul 06 Penasan Paaete da Vaans Veto ada Pengujan Hotess Kesaaan Mats Kovaans Nasah Sajang Absta Vaans veto euaan salah satu uuan dses data yang ddefnsan sebaga julah da seua eleen dagonal

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Dasar Mekanika Kuantum Persamaan Schrödinger 4,7

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Dasar Mekanika Kuantum Persamaan Schrödinger 4,7 Tnauan Pustaa. Dasa Meana Kuantum.. Pesamaan Schödnge 4,7 Postulat mendasa dalam meana uantum menyataan bahwa untu setap sstem, tedapat suatu fungs gelombang,ψ, dan suatu opeato tetentu. Opeas opeato yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Untu mengetahu pla perubahan nla suatu varabel yang dsebaban leh varabel lan dperluan alat analss yang memungnan ta unut membuat perraan nla varabel tersebut pada nla

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Pengendalan Kualtas Statst Pengendalan Kualtas statst merupaan suatu metode pengumpulan dan analss data ualtas, serta penentuan dan nterpretas penguuran-penguuran

Lebih terperinci

BAB II PERPINDAHAN PANAS

BAB II PERPINDAHAN PANAS II PEPINDHN PNS.. Umum Pepndahan panas adalah pepndahan eneg yang tejad pada benda atau mateal yang besuhu tngg e benda atau mateal yang besuhu endah, hngga tecapanya esetmbangan panas. Kesetmbangan panas

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP US DOLLAR MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV. Oleh: DEWI NOVIYANTI SARI G

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP US DOLLAR MENGGUNAKAN HIDDEN MARKOV. Oleh: DEWI NOVIYANTI SARI G PEMODELA ILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP US DOLLAR MEGGUAKA HIDDE MARKOV Oleh: DEWI OVIYATI SARI G5444 DEPARTEME MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM ISTITUT PERTAIA BOGOR 6 PEMODELA ILAI TUKAR

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Usulan Penerapan Teor Marov Dalam Pengamblan Keputusan Perawatan Tahunan Pada Pt. Pupu Kujang USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG Nof Ern,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Masalah Analss regres merupaan lmu peramalan dalam statst. Analss regres dapat dataan sebaga usaha mempreds atau meramalan perubahan. Regres mengemuaan tentang engntahuan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator HUKUM GAUSS Fluks Lstk Pemukaan tetutup Hukum Gauss Kondukto dan Isolato 1 Mach 7 1 Gas gaya oleh muatan ttk - 1 Mach 7 Gas gaya akbat dpol - 1 Mach 7 Fluks Lstk Defns: banyaknya gas gaya lstk yang menembus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Winarno Surakhmad (1982:131) mengemukakan bahwa metode adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Winarno Surakhmad (1982:131) mengemukakan bahwa metode adalah 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan dpeluan untu mencapa tujuan peneltan. Wnano Suahmad (98:3) mengemuaan bahwa metode adalah meupaan caa utama yang dpegunaan untu mencapa

Lebih terperinci

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga Jurnal Graden Vol No Januar 006 : 34-38 Karatersas Matr Lesle Ordo Tga Mudn Smanhuru, Hartanto Jurusan Matemata, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Bengulu, Indonesa Dterma Desember

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN, KAPASITANSI DAN BEBAN PADA GENERATOR INDUKSI SATU FASA DENGAN MODEL RANGKAIAN EKIVALEN TIPE

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN, KAPASITANSI DAN BEBAN PADA GENERATOR INDUKSI SATU FASA DENGAN MODEL RANGKAIAN EKIVALEN TIPE AAISIS PEGARUH PERUBAHA KECEPATA, KAPASITASI DA BEBA PADA GEERATOR IDUKSI SATU FASA DEGA MODE RAGKAIA EKIVAE TIPE Am Hamzah Juusan Ten Eleto, Faultas Ten Unvestas Rau, Peanbau 28293 am_hzh@un.ac. Absta

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Semnar Nasonal Aplas Tenolog Informas 00 (SNATI 00) ISSN: 0-0 Yogyaarta, Jun 00 FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK) Sr Kusumadew Jurusan Ten Informata,

Lebih terperinci

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0.

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0. 0 3.5. PELUANG BERSYARAT Jka kta menghtung peluang sebuah pestwa, maka penghtungannya selalu ddasakan pada uang sampel ekspemen. Apabla A adalah sebuah pestwa, maka penghtungan peluang da pestwa A selalu

Lebih terperinci

UNJUK KERJA SISTEM PENUKAR KALOR TIPE CROSS FLOW PADA INSINERATOR FBC

UNJUK KERJA SISTEM PENUKAR KALOR TIPE CROSS FLOW PADA INSINERATOR FBC PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 4-426 UNJUK KERJA SISTEM PENUKAR KALOR TIPE CROSS FLOW PADA INSINERATOR FBC Supyatno, M. Affend dan Yusuf S. Utomo Pusat Peneltan Fska -

Lebih terperinci

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN Sebelum suatu Jarngan Neural Buatan (JNB) dgunaan untu menglasfasan pola, terlebh dahulu dlauan proses pembelaaran untu menentuan strutur arngan, terutama dalam penentuan nla bobot.

Lebih terperinci

Week 5. Konstanta Saluran Transmisi primer dan sekunder. Konstanta kabel koax dan kabel paralel ganda

Week 5. Konstanta Saluran Transmisi primer dan sekunder. Konstanta kabel koax dan kabel paralel ganda Week 5 Knstanta Saluan Tansms pme dan sekunde Knstanta kabel kax dan kabel paalel ganda 1 Pada pembahasan lalu: Besaan γ dan Z da sebuah saluan tansms memankan peanan pentng pada fenmena peambatan gelmbang.

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIS KENAIKAN SUHU PADA BUTIRAN SELAMA PENGEPRESAN PADA PEMBUATAN TABLET EFFERVESCEN BUAH MARKISA

MODEL MATEMATIS KENAIKAN SUHU PADA BUTIRAN SELAMA PENGEPRESAN PADA PEMBUATAN TABLET EFFERVESCEN BUAH MARKISA AGRIECH, Vol. 3, No. 4, NOVEMBER MODEL MAEMAIS KENAIKAN SUHU PADA BUIRAN SELAMA PENGEPRESAN PADA PEMBUAAN ABLE EFFERVESCEN BUAH MARKISA Mathematical Modeling of empeatue Incease in the Paticles duing Compession

Lebih terperinci

4 Departemen Statistika FMIPA IPB

4 Departemen Statistika FMIPA IPB Suplemen Responsi Petemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 4 Depatemen Statistia FMIPA IPB Poo Bahasan Sub Poo Bahasan Refeensi Watu Ui Hipotesis Tiga Contoh atau Lebih Ui Fiedman (analisis agam dua-aah

Lebih terperinci

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN Buletn Ilmah ath. Stat. dan erapannya (Bmaster) Volume 5, No. 3 (6), hal 8. INVERS DRAZIN DARI SUAU ARIKS DENGAN ENGGUNAKAN BENUK KANNIK JRDAN Eo Sulstyono, Shanta artha, Ea Wulan Ramadhan INISARI Suatu

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Matematika

Prinsip Dasar Matematika Modul Pnsp Dasa Matemata Ds. Gatot Muhsetyo, M.Sc. P PENDAHULUAN nsp dasa matemata meupaan onsep-onsep utama yang dapat dgunaan sebaga model peman dalam menjawab atau menyelesaan masalah yang seupa, yatu

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) Created by Smpo PDF Creator Pro (unregstered verson) http://www.smpopd.com Statst Bsns : BAB IV. UKURA PEMUSATA DATA. Pendahuluan Untu mendapatan gambaran yang lebh jelas tentang seumpulan data mengena

Lebih terperinci

DERET BALMER DARI ATOM HIDROGEN

DERET BALMER DARI ATOM HIDROGEN DERET BALMER DARI ATOM HIDROGEN I. Tujuan: Menentukan haga konstanta ydbeg dan spectum atom hydogen II. Teo Dasa Pengamatan menunjukan bahwa gas yang besuhu tngg memancakan cahaya dengan spectum gas yang

Lebih terperinci

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2)

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2) BB 0 Mengnterpretasan Populas arabel Kanon arabel anon secara umumnya artfsal. Ja varabel awal X ( dan X ( dgunaan oefsen anon a dan b mempunya unt propors dar hmpunan X ( dan X (. Ja varabel awal yang

Lebih terperinci

Pemodelan Lintasan Komet pada Tata Surya dengan Variasi Massa dan Posisi Ria Ananda a, Joko Sampurno a*, Boni P. Lapanporo a

Pemodelan Lintasan Komet pada Tata Surya dengan Variasi Massa dan Posisi Ria Ananda a, Joko Sampurno a*, Boni P. Lapanporo a Pemodelan Lintasan Komet pada Tata Suya dengan Vaiasi Massa dan Posisi Ria Ananda a, Joo Sampuno a*, Boni P. Lapanpoo a a Podi Fisia, FMIPA Univesitas Tanjungpua Jalan Pof. D. Hadai Nawawi, Pontiana, Indonesia

Lebih terperinci

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle Peancangan, Pembuatan dan Pengujan Omndectonal Vehcle Muljowdodo dan Cahyad Setawan Laboatoum Otomas & Sstem Manufaktu Juusan Teknk Mesn FTI ITB muljo@bdg.centn.net.d, dot@tekpod.ms.tb.ac.d Rngkasan Movng

Lebih terperinci

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK Jurusan Ten Spl dan Lngungan FT UGM U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK SENIN, 4 JANUARI 23 OPEN BOOK WAKTU MENIT PETUNJUK ) Saudara tda boleh menggunaan omputer untu mengerjaan soal- soal ujan

Lebih terperinci

BAB II DIMENSI PARTISI

BAB II DIMENSI PARTISI BAB II DIMENSI PARTISI. Defns dasar dan eteratannya dengan metrc dmenson Dalam pembahasan dmens parts, graf yang dbahas adalah graf terhubung sederhana dan tda meml arah. Sebelum mendefnsan graf yang dgunaan

Lebih terperinci

V E K T O R Kompetensi Dasar :

V E K T O R Kompetensi Dasar : MODUL PEMELJRN I V E K T O R Kompetens Dasar : 1. Mahasswa mampu memaham perbedaan besaran vetor dan salar serta memberan contohcontohna dalam ehdupan sehar-har, 2. Mahasswa mampu melauan operas penumlahan

Lebih terperinci

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum Bab III Plant Nonlnear Dengan Fase Nonmnmum Pada bagan n dbahas mengena penurunan learnng controller untu sstem nonlnear dengan derajat relatf yang detahu Dalam hal n hanya dperhatan pada sstem-sstem nonlnear

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk)

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk) Semnar Nasonal plas enolog Informas (SNI ) Yogyaarta, Jun FUZZY BCKPROPGION UNUK KLSIFIKSI POL (Stud asus: lasfas ualtas produ) Sr Kusumadew Jurusan en Informata, Faultas enolog Industr Unverstas Islam

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas Analss Senstvtas Terdr dar aa : Analss Senstvtas, bla terad perubahan paraeter seara dsrt Progra Lnear Paraetr, bla terad perubahan paraeter seara ontnu Maa-aa perubahan pasa optu: Perubahan suu tetap,

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum ewton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN ISIKA PMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Smak Petanaan! Bang A B Bentuk kuva apakah ang menunjukkan jaak tepenek ang menghubung-kan ttk A an ttk B alam bang ata

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINAT SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS

PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINAT SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS PERSAMAAN DIFFERENSIAL PARSIAL DALAM KOORDINA SILINDIRS PADA MASALAH KONDUKSI PANAS Agung Hanayanto Absta Poses pepinahan panas/enegi melalui suatu meia at paat atau ai yang tejai aena onta langsung iantaa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Varans Peneltan 3.1.1 Varabel Peneltan Peneltan n mengenal dua macam varabel yatu : 1. Varabel bebas (X) yatu : Berpr formal. Varabel terat (Y) yatu : Hasl belajar Sejarah

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.. Populas dan Sampel Populas adalah eseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngup yang ngn dtelt. Banyanya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut uuran populas, sedangan suatu nla

Lebih terperinci

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman Lucas Theorem Untu Mengatur Penympanan Memor yang Lebh Aman Hendra Hadhl Chor (135 8 41) Program Stud Ten Informata ITB Jalan Ganesha 1, Bandung e-mal: hendra_h2c_mathematcan@yahoo.com; f1841@students.f.tb.ac.d

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0

Implementasi Jaringan Saraf Tiruan Backpropagation Pada Aplikasi Pengenalan Wajah Dengan Jarak Yang Berbeda Menggunakan MATLAB 7.0 Implementas Jarngan Saraf Truan Bacpropagaton Pada Aplas Pengenalan Waah Dengan Jara Yang Berbeda Menggunaan MATLAB 7.0 Syafe Nur Luthfe Jurusan Ten Informata, Unverstas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100,

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

Perpindahan Panas Konduksi. Steady-state satu arah pada permukaan datar, silinder, dan bola

Perpindahan Panas Konduksi. Steady-state satu arah pada permukaan datar, silinder, dan bola Pepindahan Panas Konduksi Steady-state satu aah pada pemukaan data, silinde, dan bola Minggu ke- OULINE Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Kontak belaja Penganta pepindahan panas Pepindahan panas konduksi

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata Probabltas dan Statsta Dsrt Adam Hendra Brata Unform Bernoull Multnomal Setap perstwa aan mempunya peluangnya masng-masng, dan peluang terjadnya perstwa tu aan mempunya penyebaran yang mengut suatu pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belaang Analss dsrmnan merupaan ten menganalss data, dmana varabel dependen merupaan data ategor ( nomnal dan ordnal ) sedangan varabel ndependen berupa data nterval atau raso.msalnya

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MENGGUNAKAN ANALISIS SVD. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang

MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MENGGUNAKAN ANALISIS SVD. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MENGGUNAKAN ANALISIS SVD Idam Had Ahmad dan Luca Ratnasa, Juusan Matemata, FMIPA UNDIP Jl. Pof. H. Soedato, S.H., Tembalang, Semaang Abstact. Lnea equaton system,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) BAB TINJAUAN TEORITIS. Knsep Dasar Infes, Saluran Pernafasan, Infes Aut, dan Infes Saluran Pernafasan Aut (ISPA.. Infes Infes adalah masunya uman atau mrrgansme e dalam tubuh manusan dan berembang ba sehngga

Lebih terperinci

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV Bab III Reduks Ode Model Sstem PV Metode eduks ode model melalu MI telah dgunakan untuk meeduks ode model sstem I bak untuk kasus kontnu maupun dskt. Melalu metode n telah dhaslkan pula bentuk da model

Lebih terperinci

Prosedur Komputasi untuk Membentuk Selang Kepercayaan Simultan Proporsi Multinomial

Prosedur Komputasi untuk Membentuk Selang Kepercayaan Simultan Proporsi Multinomial SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Prosedur Komputas untu Membentu Selang Kepercayaan Smultan Propors Multnomal S - 11 Bertho Tantular Departemen Statsta FMIPA UNPAD bertho@unpad.ac.d

Lebih terperinci

BAB III PUNTIRAN. Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran

BAB III PUNTIRAN. Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran BAB III PUNIRAN Ba sebatang matea mendapat beban puntan, maka seat-seat antaa suatu penampang ntang penampang ntang yang an akan mengaam pegesean, sepet dtunjukkan pada Gamba 3.1(a). Gamba 3.1. Batang

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

Pendekatan Hurdle Poisson Pada Excess Zero Data

Pendekatan Hurdle Poisson Pada Excess Zero Data SEMINAR NASIONAL MAEMAIKA DAN PENDIDIKAN MAEMAIKA UNY 05 Pendeatan Hurdle Posson Pada Excess Zero Data S - 7 Def Yust Fadah, Resa Septan Pontoh Departemen Statsta FMIPA Unverstas Padadaran def.yust@unpad.ac.d

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada tanggal 12 Juni 1991 yang terletak di Km. 12 Jl. Manyar Sakti Simpang Baru

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada tanggal 12 Juni 1991 yang terletak di Km. 12 Jl. Manyar Sakti Simpang Baru BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d MTs Daul Hkmah Pekanbau yang bed kokoh pada tanggal 1 Jun 1991 yang teletak d Km. 1 Jl. Manya Sakt Smpang Bau Panam-Pekanbau

Lebih terperinci

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1)

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1) Paradgma, Vol. 13 No. 2 Agustus 2009 hlm. 189 194 MODEL REGRESI SEMIPARAMERIK SPLINE UNUK DAA LONGIUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERIA HIV Lls Laome 1) 1) Jurusan Matemata FMIPA Unverstas Haluoleo Kendar

Lebih terperinci

BAB II KONDUKSI ALIRAN STEDI SATU DIMENSI

BAB II KONDUKSI ALIRAN STEDI SATU DIMENSI BB II KONDUKSI LIRN SEDI SU DIMENSI Dndng Datar Persamaan alr : (5- Harga ndutvtas termal dasumsan nstan, tebal dndng, dan dan adalah temperatur permuaan dndng. Ja ndutvtas termal bervaras arena temperatur

Lebih terperinci

KONSTRUKSI RUANG TOPOLOGI LENGKAP

KONSTRUKSI RUANG TOPOLOGI LENGKAP KONSTRUKSI RUANG TOPOLOGI LENGKAP Sely Msdalfah Jsan Matemata FMIPA Unestas Tadlao Absta Hmpnan A mepaan semmet-semmet dpelas tedefns atas hmpnan X yang menghaslan sat eseagaman atas X yang aan membangn

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN JIMT Vol. 4 No. Jun 07 (Hal - 0) ISSN : 450 766X PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER L n (; ; t) DAN L n (;, s; t) Nujana, I W. Sudasana, dan Resnawat 3,,3 Pogam Stud Matematka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN t NOMOR: 49 BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 2007 PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 64 TAHUN 2007 TENTANG URAAN TUGAS. FUNGS DAN TATA KERJA KANTOR PERPUSTAKAAN. ARSP DAN DOKUMENTAS KABUPATEN PACTAN DENGAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM)

PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM) PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM) Rcha Agustnngsh, Drs. Lukman Hanaf, M.Sc. Jurusan Matematka, Fakultas MIPA, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Aref Rahman Hakm, Surabaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Data dan Alat Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Data dan Alat Penelitian METODE PEELITIA Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada daeah kajan d Sub DAS Kapuas Tengah d Popns Kalmantan Baat. Pengolahan dan analss data dlakukan d Laboatoum Fsk Remote Sensng dan Sstem

Lebih terperinci

PERBAIKAN AKURASI FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR IN EVERY CLASS MENGGUNAKAN FUNGSI KERNEL

PERBAIKAN AKURASI FUZZY K-NEAREST NEIGHBOR IN EVERY CLASS MENGGUNAKAN FUNGSI KERNEL Semna Nasonal Teknolog Infomas dan Multmeda 03 STMI AMIOM Yogyakata, 9 Janua 03 ISSN : 30-3805 PERBAIAN AURASI FUZZY -NEAREST NEIGHBOR IN EVERY CLASS MENGGUNAAN FUNGSI ERNEL Haunu Rosyd, Eko Pasetyo, Soffana

Lebih terperinci

Pengolahan lanjut data gravitasi

Pengolahan lanjut data gravitasi Modul 6 Pengolahan lanjut data gravtas 1. Transformas/proyes e bdang datar (metode Damney atau Euvalen Tt Massa). Pemsahan Anomal Loal/Resdual dan Anomal Regonal a. Kontnuas b. Movng average c. Polynomal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Untuk mencapa tujuan peneltan, maka dpelukan suatu metode yang tepat aga peneltan dapat dlaksanakan dengan bak. Sebagamana yang dkemukakan oleh Mohammad

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

APLIKASI BEDA HINGGA PADA PROSES STERILISASI MAKANAN KALENG

APLIKASI BEDA HINGGA PADA PROSES STERILISASI MAKANAN KALENG Souh Eas Asan Confeence on Mahemacs and Is Applcaons Poceedngs Insu enolog Sepuluh opembe Suabaya ISB 978 979 965 5 APIKASI BEDA HIGGA PADA POSES SEIISASI MAKAA KAEG uman Hanaf Madlah dan 3 Ded Adan 3

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar VI. KETIDAKPASTIAN 12 Dalam enyataan sehar-har banya masalah dduna n tda dapat dmodelan secara lengap dan onssten. Suatu penalaran dmana adanya penambahan fata baru mengabatan etdaonsstenan, dengan cr-cr

Lebih terperinci

RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE)

RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE) RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE) Intepetas pobablstk a fungs gelombang t suatu patkel telah kta pelaa yatu t yang menyatakan peluang menemukan patkel paa waktu

Lebih terperinci

IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN

IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN 69 IV. MODEL-MODEL EMPIRIS FUNGSI PERMINTAAN Dtnau dar sfat hubungan antar persamaan terdapat dua ens model persamaan yatu model persamaan tunggal dan model sstem persamaan. Model persamaan tunggal adalah

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum Newton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI I. ALIRAN AIR DALAM TANAH (POMPA K) TEORI REMBESAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN STABILITAS LERENG. Mekanika Tanah II 0

DAFTAR ISI I. ALIRAN AIR DALAM TANAH (POMPA K) TEORI REMBESAN KONSOLIDASI DAN PENURUNAN STABILITAS LERENG. Mekanika Tanah II 0 DAFTA ISI I. ALIAN AI DALAM TANAH (POMPA K II. III. IV. TEOI EMBESAN KONSOLIDASI DAN PENUUNAN STABILITAS LEENG Meania Tanah II 0 I. ALIAN AI DALAM TANAH (POMPA K DEBIT AI SUMU MENENTUKAN DI LAPANGAN Ai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN SISFO-Jurnal Sstem Informas IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN Fazal Mahananto 1), Mahendrawath ER 2), Rully Soelaman 3) Jurusan Sstem Informas,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER PENYELESIN SISTEM PESMN TK LINIE Mater Kulah: Pengantar; Iteras Satu Tt; Iteras Newton # PENGNT # erut n adalah contoh seumpulan buah persamaan ta lner smulta dengan buah varabel ang ta detahu:... ( 57...

Lebih terperinci

Medan Elektromagnetik

Medan Elektromagnetik Medan Elektromagnetk Kulah 1 Medan Magnet 19 Me 009 Dr. r Poernomo ar, T, MT 1. Medan magnet d sektar arus lstrk Oersted menentukan adanya medan magnet d sektar kawat yang berarus lstrk. Percobaan Oersted

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS LATEN (LATEN CLASS ANALYSIS) UNTUK PENGELOMPOKAN DATA KATEGORIK. Timbul Pardede FMIPA-Universitas Terbuka.

ANALISIS KELAS LATEN (LATEN CLASS ANALYSIS) UNTUK PENGELOMPOKAN DATA KATEGORIK. Timbul Pardede FMIPA-Universitas Terbuka. ANALISIS KELAS LATEN (LATEN CLASS ANALYSIS) UNTUK PENGELOMPOKAN DATA KATEGORIK Tmbul Padede FMIPA-Unvestas Tebuka tmbul@mal.ut.ac.d Dalam analss kelompok pada bdang sosal, sengkal paa penelt mengunakan

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

Inversi Tak-Linier Magnetotelurik Dua-Dimensi Menggunakan Algoritma Monte Carlo Rantai Markov

Inversi Tak-Linier Magnetotelurik Dua-Dimensi Menggunakan Algoritma Monte Carlo Rantai Markov Invers Ta-Lner Magnetotelur Dua-Dmens Menggunaan Algortma Monte Carlo Ranta Marov ugroho D. Hananto dan Ded S. Wdarto Pusat Peneltan Geotenolog Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa Komple LIPI Jl. Sangurang

Lebih terperinci