METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Data dan Alat Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Data dan Alat Penelitian"

Transkripsi

1 METODE PEELITIA Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada daeah kajan d Sub DAS Kapuas Tengah d Popns Kalmantan Baat. Pengolahan dan analss data dlakukan d Laboatoum Fsk Remote Sensng dan Sstem Infomas Geogafs (GIS) Fakultas Kehutanan Insttut Petanan Bogo. Pengumpulan data dmula da Septembe sampa Desembe 005, yang kemudan dlanjutkan dengan pengolahan data da bulan Desembe 005 sampa Maet 006. Data dan Alat Peneltan Data Peneltan Data yang dpelukan dalam peneltan n adalah: (1) Peta dgtal yang ted atas peta tutupan lahan, sunga, jalan, pemukman, batas DAS, batas Admnstas, sebaan HTI dan HPH, tansmgas, kebun. Data n dpeoleh da BAPLA-Dephut dan Dshut Kalba; () Data koodnat ttk panas (hotspot) Kalmantan Baat hasl pantauan satelt OAA AVHRR tahun 00, data n dpeoleh da Depatemen Kehutanan; (3) Cta Satelt Landsat 7 ETM+, cakupan wlayah Sub DAS Kapuas Tengah, Kalmantan Baat, ted atas path: 10 ow: 60, ekaman tanggal 5 Agustus tahun 00, dan path: 11 ow: 60, ekaman tanggal 0 Pebua 00; path: 11 ow: 59, ekaman tanggal 18 Me 000, dpeoleh da BAPLA-Dephut; (4) Data klm yang melput suhu (tempeatu), cuah hujan bulanan, kelembaban elatf yang dpeoleh da stasun pengamat cuaca Badan Meteoolog dan Geofska Kalmantan Baat tahun 00; (5) Datadata penunjang lannya sepet data letak goegafs dan luas wlayah stud, data penduduk dan sosal masyaakat da BPS dan Bappeda Kalmantan Baat. Alat Peneltan Alat yang dgunakan dalam peneltan n adalah beupa pesonal compute, pnte dan peangkat lunak beupa paket softwae AcVew GIS ves 31

2 3. dan ERDAS ves 8.7. Pengamblan dokumentas d lapangan, menggunakan kamea dgtal. Metode Peneltan Pelaksanaan peneltan n ted atas dua tahapan pokok, yatu: pesapan dan analss data. Pesapan Tahap pesapan n melput: pengumpulan data dgtal, wawancaa kepada ahl kebakaan hutan dan lahan, pengolahan cta Landsat 7 ETM+, pengolahan data ttk panas (hotspot) dan penentuan peubah yang bepengauh tehadap kebakaan hutan dan lahan. Pengumpulan Data Dgtal. Data dgtal pada peneltan n mencakup semua data spasal, bak vekto maupun aste. Wawancaa. Wawancaa kepada ahl kebakaan hutan dan lahan dpelukan untuk analss secaa kualtatf (expet judgement). Pengolahan cta Landsat 7 ETM+. Aga data cta dapat dovelaykan (dgabung/dmosak) dengan data vekto lannya, maka pelu dlakukan: Rektfkas. Rektfkas adalah suatu poses melakukan tansfomas data da satu sstem gd menggunakan suatu tansfomas geometk. Tansfomas geometk membantu kta mendapatkan cta dengan sstem koodnat sepet yang kta ngnkan. Pada peneltn n, cta landsat TM dkoeks menggunakan acuan peta upa bum setaa skala 1 : pada poses n dgunakan tansfomas affne dengan RMSE < 0.5 pxel. Regstas. Pengolahan data pengndeaan jauh, selan ektfkas juga dbutuhkan penyamaan poss antaa satu cta dengan cta lannya dengan mengabakan sstem koodnat da cta yang besangkutan. Penyamaan poss n kebanyakan dmaksudkan aga poss pksel yang sama dapat dbandngkan. Dalam hal n penyamaan poss cta satu dengan cta lannya untuk lokas yang sama seng dsebut egstas. 3

3 Mosak. Aga cta aeal peneltan menjad satu kesatuan yang utuh, maka cta yang telah dkoeks (ectfed) dgabungkan (dsambung). Poses n seng dsebut dengan mozackng. omalsed Dffeence Vegetaton Index (DVI). DVI dgunakan sebaga pendekatan emps untuk menla jumlah kegatan fotosntesa pada vegetas alam maupun vegetas yang dtanam. Jens vegetas dapat dketahu bedasakan kehjauannya dan nla DVI dapat menunjukkan keapatan da suatu vegetas sehngga jumlah bahan baka yang teseda pada suatu lokas kebakaan dapat dpedks. Bedasakan pehtungan dengan menggunakan umus DVI maka dhaslkan nla ndeks vegetas (Tabel 8). Peta DVI (Gamba 9). Tabel 8. Ksaan la DVI bedasakan Keapatan Vegetas o DVI Keapatan Vegetas a non vegetas vegetas keapatan endah vegetas keapatan sedang vegetas keapatan tngg omalsed Dffeence Vegetaton Mostue Index (DVMI). Kada a vegetas dgunakan sebaga pendekatan emps untuk melhat ndeks kelembaban vegetas. Kada a vegetas meupakan fakto yang behubungan dengan mudah tdaknya suatu vegetas (bahan baka) tebaka kaena kada a vegetas (bahan baka) meupakan fakto yang mempengauh laju pelepasan eneg sebaga peluang tejadnya penyalaan. la kada a atau wetness dsajkan pada Tabel 9 dan pola sebaannya dsajkan dalam Gamba 10. Tabel 9. Ksaan la DVMI bedasakan Kelas Kada A Vegetas o DVMI Kelas Kada A Vegetas Sangat Rendah Rendah Sedang Tngg Sangat Tngg 33

4 Gamba 9. Peta DVI 34

5 Gamba 10. Peta Kada A Vegetas (DVMI) 35

6 Pengolahan Data Ttk Panas (hotspot). Data ttk panas dpeoleh da hasl ekaman satelt OAA AVHRR (JICA) dpeoleh da Depatemen Kehutanan dbaca dengan peangkat lunak AcVew. Selanjutnya dlakukan tansfomas koodnat, da koodnat geogafs menjad koodnat UTM dengan datum WGS84 dan zone 49S. Dengan bantuan softwae Ac Vew maka peta sebaan hotspot pada tap komponen fsk wlayah peneltan dapat dketahu, dan selanjutnya dapat dbuat peta kepadatan hotspot. Peta kepadatan hotspot n selanjutnya akan dgunakan sebaga efeens dalam vefkas model-model spasal yang dkembangkan. Peta sebaan hotspot d sub DAS Kapuas Tengah dsajkan dalam Gamba 11. Penentuan Peubah Pembangun Model Keawanan Kebakaan Untuk membuat model keawanan kebakaan hutan dan lahan pelu dtentukan peubah yang bepengauh tehadap kebakaan hutan dan lahan d sub DAS Kapuas Tengah bak da fakto bofsk maupun fakto aktftas manusa yang bepotens menmbulkan kebakaan hutan dan lahan pada wlayah peneltan. Penentuan peubah pembangun model n pentng dlakukan untuk pembuatan model keawanan yang bak. Model yang bak adalah model yang dbangun dengan peubah yang sedkt dan bebas multkolnetas, mudah duku dan memlk nla akuas yang tngg (> 80%). Aga tdak tejad multkolnetas maka dlakukan uj kolnnetas. Uj kolnetas n beguna untuk mengetahu ada atau tdaknya multkolnetas (sfat salng mempengauh anta peubah atau vaabel). Jka salah satu peubah memlk koelas yang tngg da peubah lannya, dapat dkatakan tejad multkolnetas anta kedua peubah tesebut. la koelas anta peubah > 0.6 maka dapat dkatakan tejad multkolnetas. Adapun caa untuk menghlangkan adanya multkolnetas anta peubah adalah dengan menghlangkan salah satu peubahnya (Afn, 005). Pengujan n dlakukan tehadap atbut data spasal dengan menggunakan pogam statstk dalam peangkat lunak Ac Vew Gs 3.. Secaa umum, tejadnya kebakaan hutan dan lahan dsebabkan oleh fakto alam (bofsk) dan fakto akbat aktftas manusa (Oemjat,1986). 36

7 Gamba 11. Peta Sebaan ttk panas (hotspot) tahun 00 37

8 Peubah yang dplh untuk mewakl fakto aktftas manusa adalah jaak da jalan, jaak da sunga, jaak da pemukman dan daeah penggunaan lahan. Sedangkan cuah hujan, kelembaban, suhu, penutupan lahan (landcove), DVI, VMI (kada a vegetas) adalah fakto yang mencemnkan konds fsk wlayah. Analss Data Spasal Kajan yang dlakukan dalam analss data spasal melput poses data spasal, ovelay, manpulas, pengkelasan, skong, pembobotan dan pembuatan model sehngga menghaslkan peta keawanan kebakaan hutan dan lahan. Ovelay dlakukan pada semua data spasal peubah pembangun model (Jaya, 00). Pada peneltan n menggunakan skong dan pembobotan setap peubah untuk mengdentfkas deajat pengauhnya tehadap keawanan kebakaan hutan dan lahan, yang dlakukan dengan dua pendekatan yatu secaa kualtatf (metode ankng) dan kuanttatf (metode analss pemetaan kompost /CMA). Pembean Sko dan Bobot Menggunakan Metode Rankng Skong. Pembean sko pada masng-masng sub fakto/peubah yang mempengauh kebakaan hutan dan lahan dlakukan untuk mengkuantfkaskan data tekstual kedalam data numek. Sko dlakukan dengan petmbangan da fomulas logs uutan tngkat pengauh setap fakto. Semakn tngg pengauh suatu peubah tehadap kebakaan hutan dan lahan maka semakn besa sko yang dbekan. Pembobotan. Pembobotan yang dbekan dtentukan melalu penlaan ahl kebakaan hutan yang ada d Insttut Petanan Bogo pada Fakultas Kehutanan yang dpeoleh da hasl wawancaa. Besa-keclnya bobot setap fakto kemudan dankng bedasakan tngkat pengauhnya tehadap kebakaan hutan dan lahan. 38

9 Pembean Sko dan Bobot Menggunakan Metode CMA Penyekoan (skong). Penyekoan bedasakan metode CMA dpeoleh dengan mengetahu nfomas da luasan setap sub fakto, jumlah hotspot yang ada (obseved) pada setap sub fakto seta jumlah hotspot yang dhaapkan atau yang sehausnya ada (expected). Dalam peneltan n, hubungan sub-fakto dalam setap fakto dklasfkaskan bedasakan pesentase tejadnya hotspot dalam setap sub-fakto. Semua sko dbe skala nla antaa 0 ~ 100. Adapun pehtungan sko elatf untuk setap subfakto pada setap fakto menggunakan pesamaan sebaga bekut: la keawanan sub-fakto (x dan z ), o 100 x dan z = x... (4.1) e o e T x F e = (4.) dmana: x z o e T F adalah sko kelas (sub-fakto) bo-fsk adalah sko nla keawanan sub-fakto aktftas manusa adalah jumlah hotspot yang tedapat pada setap sub-fakto (obseved hotspot) adalah jumlah hot spot yang dhaapkan ada dalam setap sub-fakto adalah jumlah total ttk panas (hotspot) adalah pesentase daeah dalam setap sub-fakto Pembobotan. Pembobotan dalam CMA tebag atas dua yatu bobot mko dan bobot mako. Bobot mko menunjukkan bobot elatf da suatu fakto atau peubah yang meupakan bagan da pengauh bofsk wlayah dan pengauh fakto akbat aktftas manusa (sub fakto da masng-masng fakto). Bobot mko dpeoleh da hasl pebandngan da eata pesentase kepadatan hotspot da setap peubah dan total eata pesentase kepadatan hotspot suatu fakto. Adapun bobot mako adalah bobot yang menunjukkan tngkat pengauh fakto bofsk dan fakto aktftas manusa secaa keseluuhan tehadap keawanan 39

10 kebakaan hutan dan lahan. Poses pembobotan tngkat mako dpeoleh da ataata aso jumlah ttk panas (hotspot) hasl obsevas dengan jumlah ttk panas (hotspot) yang dhaapkan ada (expected). la bobot mko fakto bo-fsk dan aktftas manusa dhtung bedasakan pesamaan bekut: M w =... (4.3) M y =... (4.4) dmana: w y adalah bobot setap fakto bo-fsk adalah bobot setap fakto aktftas manusa M adalah eata pesentase kepadatan hotspot pe luasan untuk setap fakto bo-fsk; M 1 adalah total eata pesentase kepadatan hotspot pe luasan untuk semua fakto bo-fsk; bekut: adalah pesentase hotspot pe luasan untuk setap fakto aktftas manusa; adalah total pesentase ttk panas (hotspot) pe luasan untuk semua fakto aktftas manusa. Penentuan nla bobot mako dhtung bedasakan pesamaan sebaga Oh Eh M = On Oh + En Eh On En L = On Oh + En Eh... (4.5) dmana : M L Oh Eh On adalah bobot mako aspek pengauh manusa; adalah bobot mako aspek lngkungan fsk; adalah ttk panas aktual (obseved hotspot) yang damat pada aspek pengauh manusa; adalah ttk panas yang dhaapkan (expected hotspot) pada aspek lngkungan; adalah ttk panas aktual (obseved hotspot) yang damat pada aspek lngkungan; 40

11 En adalah ttk panas yang dhaapkan (expected hotspot) pada aspek lngkungan. Pemodelan Tngkat dan Zona Keawanan Kebakaan Hutan dan Lahan Pembuatan model yang dapat menentukan tngkat dan zona keawanan kebakaan hutan dan lahan dlakukan dengan dua pendekatan yatu secaa kualtatf (expet judgement) dengan metode ankng dan pendekatan kuanttatf (emps) dengan metode analss pemetaan kompost (Composte Mappng Analyss/CMA). Pembuatan Pesamaan Model dengan Metode Rankng. Bedasakan pengkelasan, penyekoan dan pembobotan maka dbuatlah suatu fomula matematk yang melbatkan semua kea ndkato atau peubah. Fomula matematk untuk metode angkng tesebut adalah sebaga bekut: V = w x (4.6) dmana : V adalah nla keawanan kebakaan w 1 adalah Bobot masng-masng peubah x 1 adalah Sko masng-masng peubah Pembuatan Pesamaan Model dengan Metode Analss Pemetaan Kompost (CMA). Model dbangun bedasakan nla sko, nla bobot mko dan nla bobot mako da fakto peubah bofsk dan aktftas manusa yang dgabungkan sehngga membentuk suatu pesamaan yang dgunakan untuk menentukan tngkat keawanan kebakaan hutan dan lahan. Pesamaannya adalah sebaga bekut: ( E w x + H y z ) V... (4.7) = dmana: E + H = 1 V E H w adalah nla keawanan gabungan; adalah bobot mako fakto bo-fsk; adalah bobot mako fakto aktftas manusa; adalah bobot mko setap fakto bo-fsk; 41

12 y x z adalah bobot mko setap fakto aktftas manusa adalah nla sko keawanan sub-fakto bo-fsk; adalah nla sko keawanan sub-fakto aktftas manusa. Bedasakan hasl pehtungan da pesamaan-pesamaan yang dgunakan untuk menentukan kelas keawanan kebakaan hutan dan lahan maka nla keawanan yang telah dpeolah dbag atas 3 tngkat esko yatu tdak awan, awan dan sangat awan. Setap kelas memlk entang nla sesua dengan konds peubahan alam (natual beak). Vefkas model (Uj Akuas) Vefkas model betujuan untuk mengetahu sebeapa tepat model yang dbuat dalam menduga tngkat dan zona kebakaan hutan dan lahan tehadap konds sebenanya. Vefkas dlakukan dengan caa membuat aea vefkas dengan luasan tetentu, efeens untuk vefkas adalah kepadatan hotspot bulan Agustus 00. Pengujan dlakukan dengan caa menampalkan polgon kepadatan hotspot (aea contoh) dengan peta model keawanan. Pengamblan contoh dlakukan secaa acak namun mewakl setap kelas keawanan. Peta sebaan ttk hotspot telebh dahulu djadkan dalam bentuk polgon kepadatan hotspot dengan menggunakan AcVew GIS ve 3. menu analyss dan plh calculate densty untuk menunjukkan jumlah hotspot pada adus 15 km dengan ukuan gd cell output 0.05 km. Hal n menunjukkan bahwa jumlah hotspot akan dhtung dalam adus 15 km yang kemudan dbag dengan luas adusnya. Pemlhan tpe kepadatan adalah kenel aga tamplan output tampak lebh halus. Aea vefkas dplh secaa acak dan teseba menuut tngkat keawanan bedasakan kepadatan hotspot, kemudan dtampalkan dengan peta model keawanan kebakaan. Akuas model dhtung bedasakan konsdens antaa tngkat keawanan kebakaan menuut kepadatan hotspot dengan tngkat keawanan menuut model dengan menggunakan matk kesalahan (confuson matx). Matks n untuk menla akuas peta yang dhaslkan. Konfus matk ted da n x n tabel kelas peta dmana kolom melambangkan peta model 4

13 sedangkan bas melambangkan peta efeens (kepadatan hotspot). Matk n dgunakan untuk menghtung akuas umum dengan pesamaan sebaga bekut: OA = dmana: = 1 x 100 % OA adalah nla valdas keseluuhan; X estmate)... (4.8) adalah Concded Value atau luasan kelas keawanan yang sama antaa model dan kepadatan ttk panas adalah total aea valdas Akuas umum basanya membekan hasl penlaan yang tngg (ove kaena hanya mempetmbangkan pksel-pksel dagonal saja, oleh kaena tu pelu dhtung dengan akuas Kappa yang mempetmbangkan seluuh elemen dalam matk. Pesamaan yang dpaka adalah sebaga bekut: x ( x + x+ ) κ = = 1 = 1... (4.9) dmana: κ x ( x + x+ ) = 1 adalah akuas kappa; adalah jumlah bas dalam eo matx; adalah jumlah pengamatan dalam bas dan column (pada dagonal utama); + x adalah jumlah bas ; x+ adalah jumlah kolom ; adalah Total jumlah pengamatan Uj Sgnfkans Pengujan n dmaksudkan untuk memlh model tebak da bebeapa model yang memlk nla akuas tngg. Uj z n dapat menjelaskan apakah suatu model bebeda nyata tehadap model lannya. Pesamaan yang dgunakan untuk uj z adalah sebaga bekut: 43

14 z = K K j σ + σ j > 1,96. (4.10) φ(1 φ ) (1 φ1)(φ 1φ φ3) (1 φ1) ( φ4 4φ ) σ = 1/ (1 φ ) (1 φ ) (1 φ ) dan: φ 1 = X / φ = = 1 φ = X X / = 1 dmana: z K, K j σ + + φ adalah nla sgnfkans 3 X ( X + + X + ) / = 1 4 = X j ( X j+ + X + ) / = 1 adalah akuas Kappa hasl vefkas model ke- dan ke-j adalah smpangan baku adalah total aea vefkas Tahapan peneltan dalam penentuan tngkat dan zone kebakaan hutan dan lahan dsajkan pada Gamba 1. 44

15 Gamba 1 Dagam al tahapan penentuan tngkat dan zona keawanan kebakaan hutan dan lahan 45

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengetan Koelas Koelas adalah stlah statstk yang menyatakan deajat hubungan lnea antaa dua vaabel atau lebh, yang dtemukan oleh Kal Peason pada awal 1900. Oleh sebab tu tekenal dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum ewton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Untuk mencapa tujuan peneltan, maka dpelukan suatu metode yang tepat aga peneltan dapat dlaksanakan dengan bak. Sebagamana yang dkemukakan oleh Mohammad

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada tanggal 12 Juni 1991 yang terletak di Km. 12 Jl. Manyar Sakti Simpang Baru

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada tanggal 12 Juni 1991 yang terletak di Km. 12 Jl. Manyar Sakti Simpang Baru BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d MTs Daul Hkmah Pekanbau yang bed kokoh pada tanggal 1 Jun 1991 yang teletak d Km. 1 Jl. Manya Sakt Smpang Bau Panam-Pekanbau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Peneltan yang Dgunakan Dalam peneltan n dlakukan poses pengumpulan data yang kemudan dlakukan analss dengan melukskan keadaan obyek peneltan pada saat sekaang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISIS KORELASI

Bab 4 ANALISIS KORELASI Bab 4 ANALISIS KORELASI PENDAHULUAN Koelas adalah suatu alat analss yang dpegunakan untuk menca hubungan antaa vaabel ndependen/bebas dengan vaabel dpenden/takbebas. Apabla bebeapa vaabel ndependen/bebas

Lebih terperinci

BAB III BAGAN CUSUM Dasar statistik bagan kendali Cumulative Sum untuk rata-rata

BAB III BAGAN CUSUM Dasar statistik bagan kendali Cumulative Sum untuk rata-rata 3 BAB III BAGAN CUSUM 3.. Dasa statstk bagan kendal Cumulatve Sum untuk ata-ata Bagan Cusum dgunakan untuk mendeteks pegesean kecl pada mean atau vaans dalam poses oleh kaena adanya penyebab khusus secaa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle Peancangan, Pembuatan dan Pengujan Omndectonal Vehcle Muljowdodo dan Cahyad Setawan Laboatoum Otomas & Sstem Manufaktu Juusan Teknk Mesn FTI ITB muljo@bdg.centn.net.d, dot@tekpod.ms.tb.ac.d Rngkasan Movng

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan dlaksanakan d kawasan PT. Kencana Sawt Indonesa (KSI), Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat sebaga lokas pengamatan dan pengamblan data. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0.

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0. 0 3.5. PELUANG BERSYARAT Jka kta menghtung peluang sebuah pestwa, maka penghtungannya selalu ddasakan pada uang sampel ekspemen. Apabla A adalah sebuah pestwa, maka penghtungan peluang da pestwa A selalu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

JURNAL DASI ISSN: Vol. 14 No. 2 JUNI 2013

JURNAL DASI ISSN: Vol. 14 No. 2 JUNI 2013 IMPLEMENTASI METODE FUZZY C-MEANS DAN TOPSIS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN JURUSAN SMA (STUDI KASUS : PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI WONOSARI) Anta Bud Hastut ), Ema Utam 2), Emha

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum Newton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN JIMT Vol. 4 No. Jun 07 (Hal - 0) ISSN : 450 766X PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER L n (; ; t) DAN L n (;, s; t) Nujana, I W. Sudasana, dan Resnawat 3,,3 Pogam Stud Matematka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

Week 5. Konstanta Saluran Transmisi primer dan sekunder. Konstanta kabel koax dan kabel paralel ganda

Week 5. Konstanta Saluran Transmisi primer dan sekunder. Konstanta kabel koax dan kabel paralel ganda Week 5 Knstanta Saluan Tansms pme dan sekunde Knstanta kabel kax dan kabel paalel ganda 1 Pada pembahasan lalu: Besaan γ dan Z da sebuah saluan tansms memankan peanan pentng pada fenmena peambatan gelmbang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

Kontrol Tracking pada Sistem Pendulum Kereta Berbasis Model Fuzzy Takagi-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modifikasi

Kontrol Tracking pada Sistem Pendulum Kereta Berbasis Model Fuzzy Takagi-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modifikasi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (15) ISSN: 337-3539 (31-971 Pnt) A-83 Kontol Tackng pada Sstem Pendulum Keeta Bebass Model Fuzzy Takag-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modfkas Nan Nu an Awab Put dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV Bab III Reduks Ode Model Sstem PV Metode eduks ode model melalu MI telah dgunakan untuk meeduks ode model sstem I bak untuk kasus kontnu maupun dskt. Melalu metode n telah dhaslkan pula bentuk da model

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

SIFAT - SIFAT MATRIKS UNITER, MATRIKS NORMAL, DAN MATRIKS HERMITIAN

SIFAT - SIFAT MATRIKS UNITER, MATRIKS NORMAL, DAN MATRIKS HERMITIAN SFT - SFT MTRKS UNTER, MTRKS NORML, DN MTRKS HERMTN Tasa bstak : Tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu pengetan dan sfat sfat da matks unte, matks nomal, dan matks hemtan. Metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOAL : Suatu Peneltan dlakukan untuk menelaah empat metode pengajaran, yatu Metode A (ceramah d kelas), Metode B (mengajak dskus langsung dengan sswa), Metode C (ceramah

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukan, guna menjawab persoalanpersoalan yang d hadap. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator HUKUM GAUSS Fluks Lstk Pemukaan tetutup Hukum Gauss Kondukto dan Isolato 1 Mach 7 1 Gas gaya oleh muatan ttk - 1 Mach 7 Gas gaya akbat dpol - 1 Mach 7 Fluks Lstk Defns: banyaknya gas gaya lstk yang menembus

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d kawasan TNTN yang berbatasan dengan perkebunan kelapa sawt PT. Int Indosawt Subur Kecamatan Uku, Kabupaten Pelalawan, Propns

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci