BAB II 2. DASAR TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II 2. DASAR TEORI"

Transkripsi

1 BAB II 2. DASAR TEORI 2.. DAKTILITAS STRUKTUR DAN FAKTOR REDUKSI GEMPA 2... Daktltas [9] Kemampan sebah strktr ata komponen ntk menahan respon nelastk, termask lendtan terbesar dan menerap energ, dsebt daktltas. Gambar 2. Hbngan Beban-Lendtan Pada dasarna daktltas dbag atas beberapa jens. Hal n terjad karena adana beberapa pengertan ang tmbl. Pengertan daktltas dapat dtnja dar tga jens metode perhtngan. Daktltas dapat dtnja dar seg tegangan (stran), Lengkngan (crvatre), dan Lendtan (dsplacement). a. Daktltas Tegangan (Stran Dctlt) Pengertan dasar dar daktltas adalah kemampan dar materal/ strktr ntk menahan tegangan plasts tanpa penrnan ang drasts dar tegangan. Dapat dlhat pada Gambar 2..,daktltas tegangan dapat dberkan dengan hbngan 7

2 μ = (2.) Dmana adalah total tegangan ang terjad dan adalah tegangan pada saat leleh. Daktltas ang sangat berpengarh pada strktr dapat tercapa pada panjang tertent pada salah sat bagan dar strktr tersebt. Jka tegangan nelastk dbatas dengan panjang ang sangat pendek, maka akan terjad penambahan ang besar pada daktltas tegangan. Daktltas tengangan merpakan daktltas ang dmlk oleh materal ang dgnakan. b. Daktltas Lengkngan (Crvatre Dctlt) Pada mmna smber ang palng berpengarh dar lendtan strktr nelasts adalah rotas pada sambngan plasts ang palng potensal. Sehngga, n sangat bergna ntk menghbngkan rotas per nt panjang (crvatre) dengan moment bendng jng. Daktltas lengkngan maksmm dapat dtnjkan sebaga berkt, φ m μ φ = (2.2) φ Dmana φm adalah lengkngan maksmm ang akan tmbl, dan φ adalah lengkngan pada saat leleh. Crvatre dctlt n merpakan daktltas ang dberkan oleh penlangan strktr. Yeld Crvatre. Penentan daktltas rencana dapat dlhat dar hbngan daktltas dan faktor redks. Hbngan tersebt dapat dvaraskan dengan pendekatan hbngan gaa strktr dan lendtan pada keadaan elestoplasts ata blnear. Hal n menebabkan krva Gambar 2. dapat dbah menjad krva Gambar

3 Gambar 2.2 Defns dar Crvatre Dctlt In berart bahwa eld crvatre φ tdak perl pertepatan dengan ttk leleh pertama dar gaa regang, dmana pada mmna berada pada pada ttk ang lebh rendah φ ' (Gambar 2.2 (a)), pada kenataanna jka gaa ddstrbskan d selrh bagan sepert ang terjad pada kass kolom. Untk kass mm n, eld crvatre pertama dberkan pada Gambar 2.2.(b) dtnjkan dengan φ ' = ( d c ) φ ' sepert ang (2.3) Dmana = f Es dan c adalah jarak dar lar ke natral-axs. Dengan mengekstrapolars lnear ke Momen M, sepert Gambar 2.2.(a), eld crvatre φ dtnjkan sebaga, M φ = φ ' (2.4) M ' Jka potongan tersebt memlk raso gaa ang tngg, ata gaa axal terpsat ang besar, gaa tekan tengangan ang terjad dapat terjad sebelm leleh pertama terjad. Untk kass sepert n eld crvatre dapat dberkan sebaga 9

4 c φ ' = (2.5) c Dmana c dambl sebesar 0,005. Untk hbngan antara φ dan φ ' dengan M ' = 0,75M dapat dtnjkan sebaga : φ =,33 φ' (2.6) Maxmm Crvatre. Crvatre maksmm ang ada pada potongan, ata Ultmate Crvatre ang lebh mm dsebtkan, akan dkontrol oleh copresson stran maksmm cm pada serat terlar. Berdasar pada grafk Gambar 2.2.(c), crvatre n dapat dtlskan sebaga φ = m cm c Dmana c adalah jarak gars netral pada saat ltmate. (2.7) Factors Affectng Crvatre Dctlt. Ada beberapa faktor ang mempengarh crvatre dctlt. Pada penlsan n tdak akan dbahas secara mendalam. Faktor tama dar crvatre dctlt n adalah ltmate compresson stran cm. Parameter lanna adalah axal force, compresson strength, dan renforcement eld strength. Axal Force. Sepert ang dlhat pada Gambar 2.2.(b) dan (c), keberadaan gaa aksal dapat menngkatkan tngg dar daerah tekan bak pada pelelehan pertama c 2 dan pada ltmate c 2. Pada saat tekanan dengan konds tanpa gaa aksal ( c dan c ), gaa aksal mengkatkan nla φ, dan menrnkan nla φ. Sehngga, gaa tekan aksal dapat sangat meredks kapastas daktltas pada bagan tersebt. Sebaga haslna, memperkecl selmt beton sangat dharapkan pada bagan bawah kolom daktl. Kesmplanna, keberadaan gaa tekan aksal dapat menngkatkan kapastas daktltas. Compresson Strength. Menngkatna kat tekan pada beton ata bata adalah lawan dar efek gaa aksal: jarak gars netral pada saat leleh dan ltmate keda-dana dredks, sehngga terjad redks eld crvatre dan pengkatan ltmate crvatre. Oleh karena t, 0

5 penngkatan kat tekan adalah cara ang efesen ntk menngkatkan kapastas daktltas. Renforcement Yeld Strength. Jka permntaan gaa regangan dlakkan dengan pengredksan daerah gaa dar kat leleh tertngg, ltmate crvatre tdak akan terpengarh jka tdak tegangan baja melebh kekatan tegangan ltmate terrendah. Bagamanapn jga, penambahan tegangan leleh bertambah. berart eld crvatre akan Untk menngkatkan crvatre dctlt, hal ang dapat dlakkan adalah dengan memperkat tlangan tekan ata memperlemah tlangan tark. Jka dlhat dar Gambar 2.2, dengan memperlemah tlangan tark, maka akan mempercepat terjadna leleh pertama. Hal lan ang dapat dlakkan adalah dengan menambahkan tlangan geser. c. Daktltas Lendtan (Dsplacement Dctlt) Daktltas lendtan basana dgnakan pada evalas strktr ang dberkan gaa gempa. Daktltas ddefnskan oleh raso dar total lendtan ang terjad dengan lendtan pada awal ttk leleh (eld pont). μ Δ = > (2.8) Dmana = + p. Lendtan pada ttk leleh ( ) dan pada ttk plastk ( p ) penh adalah komponen-komponen dar total lendtan jng lateral sepert pada Gambar 2.3.(f). Untk sebah strktr portal, basana total defleks dambl pada bagan teratas (atap), sepert pada Gambar 2.4. Walapn pada nantna perhtngan faktor redks akan dlhat dar hbngan smpangan dengan tngg dar bangnan tersebt, kesalahan μ Δ pada bagan atap dapat dnormalkan dengan perbandngan pendekatan ang telah dbat. Pada saat perancangan, hars dperhatkan daktltas dhbngkan dengan maksmm antspas lendtan = (Gambar 2.). Sehngga, tdak terlal dperhatkan m lendtan ang terjad antar lanta. In mngkn dapat dlhat pada Gambar 2.4

6 bahwa daktltas lendtan pada bagan atap sepert ang dbandngkan. Pada kenataanna kejadan n sangat berpengarh. Terjad perbedaan daktltas pada keda kejadan n. Gambar 2.4 jga mennjkan bahwa kapastas daktltas lendtan μδ pada strktr sepert t akan sangat berpengarh pada kemampan plasts sambngan pada jng balok ata kolom. Hal n menntt kemampan daktltas pada kolom dan balok secara ndvdal. Lendtan sampa ttk leleh pada kantlever, sepert pada Gambar 2.3.(f), dasmskan mengalam eld crvatre pada bagan dasarna. In adalah pendekatan ang palng realstk dan pentng, karena nla absolt dar lendtan maksmm m = μδ jga perl devalas dan dhbngkan dengan tngg strktr dmana lendtan terjad. Gambar 2.3 Hbngan Momen, Crvatre, dan Lendtan Pada Model Kantlever 2

7 2 (a) = 2 (b) Gambar 2.4 Defleks Pada strktr, ketka respon gempa ang terjad melebh beban rencana maka keadaan deformas nelasts hars tercapa. Ketka strktr mamp ntk merespon keadaan nelasts tanpa penrnan kemampan ang derasts, maka hal n akan dsebt dalam keadaan daktal. Keadaan daktl ang semprna terjad pada saat deal elastc/ perfectl plastc (elastoplastc) Faktor Redks Gempa Faktor Redks Gempa R merpakan faktor ang dgnakan dalam dsan strktr. Nla R dpengarh oleh beberapa faktor, at daktltas, redndans, dan kat lebh materal dan beban. Inelastc tme-hstor analss dar sstem sngle-degree-of-freedom dengan kekatan (strength) krang dar hbnganna dengan gaa respon elasts dtnjkan oleh sebah faktor R dan dengan hsteretc loop (sepert Gambar 2.5.), mengndkaskan sfat ang konssten berdasarkan pada perode alam strktr tersebt [9]. 3

8 Gambar 2.5 Hsteretc Loop Untk strktr ang mempna perode alam lebh besar dar respon spektra elasts T m (lhat Gambar 2.6), T > T m, maka smpangan maksmm ang dterma sstem nelasts akan sebandng dengan smpangan pada sstem elasts dengan kekakan ang sama, tetap dengan kekatan ang tdak terbatas. Sehngga hbngan antara daktltas dan faktor redksna dapat dtlskan sebaga μ= R. Hal n dsebt jga prnsp persamaan lendtan (eqaldsplacement prncple). Gambar 2.6 Pengarh Perode dalam Gaa Redks Datltas Jka perode ang dalam strktr sangat kecl (katakan T < 0,2 s), maka smpangan ang dalam strktr akan sangat kecl. Pada kenataanna walapn sangat smpangan sangat kecl, tetap strktr jga akan tetap menerma percepatan tanah. Sehngga strktr hars tetap drencanakan ntk dapat menerma percepatan tanah. Hbngan antara daktltas dan faktor redksna dapat dtlskan sebaga R =. Hal n basa dsebt sebaga prnsp persamaan kecepatan (eqal-acceleraton prncple). Untk keadaan dmana perode alam 4

9 berada d antara da keadaan d atas, maka hbngan antara daktltas dan faktor redks dtnjkan sebaga 2 μ= ( R + )/2. Hbngan n dtrnkan dar persamaan energ, sehngga serng dsebt sebaga prnsp persamaan energ (eqal-energ prncple). Hal d atas dapat dsmplkan, Faktor redks berdasarkan hbngan dengan daktltas strktr dan perode alamna : Contoh, Untk strktr Long-perod : R = μ Untk strktr Short-perod : R = 2μ (2.9) (2.0) Untk strktr Zero-perod : R = (2.) Gambar 2.7 Tpkal nelastc acceleraton response spectra Gambar 2.7 mennjkan tpkal nelastc acceleraton response spectra, dengan redaman elasts 5% dengan pncak pada perode 0,35s. Untk nla R pada T > 0,7 s dan T = 0 s, maka persamaan d atas dapat dgnakan. Untk 0>T > 0,7 s, maka persamaan R= + ( μ ) T/0,7 dapat dgnakan. Faktor redndas jga salah sat faktor ang mempengarh nla R. Redndans merpakan kelebhan gaa tahan ang dpna strktr statk tak tent. Faktor kat lebh (overstrength factor) dsebabkan oleh materal ang dgnakan dan faktor pembebanan (load factor). Kat lebh ang dakbatkan oleh materal dsebabkan oleh kat materal (nomnal strength) ang dgnakan basana memlk kekatan ang lebh besar dar kat rencana (actal strength). 5

10 Untk baja, overstrength factor basa jga dsebabkan oleh sfat baja ang memlk stran hardenng. Pada SNI, nla faktor kat lebh sdah dtotalkan, at sebesar, f =,6 []. Sehngga hbngan antara nla R, faktor kat lebh, dan daktltas adalah R =μ f (2.2) Dengan demkan, nla R menrt memlk rentang,,6 R=µ f R m. Nla R =,6 adalah faktor redks gempa ntk strktr gedng ang berperlak elastk penh. Sedangkan R m adalah faktor redks gempa maksmm ang dapat dkerahkan oleh strktr ang bersangktan. Nla R berdasarkan daktltas dapat dlhat pada Tabel 2.. Tabel 2. Parameter daktltas strktr gedng (SNI ) Taraf knerja strktr gedng μ R Elastk penh,0,6,5 2,4 2,0 3,2 2,5 4,0 Daktal parsal 3,0 4,8 3,5 5,6 4,0 6,4 4,5 7,2 5,0 8,0 Daktal penh 5,3 8, Faktor Redks Gempa Pada Dal Sstem Faktor Redks gempa R pada sstem ang mempna da sbsstem datr d Standar Nasonal Indonesa (SNI) dan Internatonal Bldng Code (IBC) SNI [] Pada Peratran Perencanaan Ketahanan Gempa Untk Bangnan Gedng (SNI ), dnatakan bahwa : Apabla dalam arah pembebanan gempa akbat pengarh Gempa Rencana sstem strktr gedng terdr dar beberapa jens sbsstem 6

11 strktr gedng ang berbeda, faktor redks gempa representatf dar strktr gedng t ntk arah pembebanan gempa tersebt dapat dhtng sebaga nla rata-rata berbobot dengan gaa geser dasar ang dpkl oleh masng-masng jens sbsstem sebaga besaran pembobotanna menrt persamaan : R V = s Vs Rs (2.3) D mana R s adalah nla faktor redks gempa masng-masng jens sbsstem strktr gedng dan, V s adalah gaa geser dasar ang dpkl oleh masng-masng jens sbsstem strkt gedng tersebt, dengan penjmlahan melpt selrh jens sbsstem strktr gedng ang ada. Metode n hana boleh dpaka, apabla raso antara nla-nla faktor redks gempa dar jens-jens sbsstem strktr gedng ang ada tdak lebh dar,5. Hal n dapat daplkaskan pada strktr gedng ang mempna sbsstem ang berdeda. Dalam masalah n, akan dgnakan da sbsstem dalam sat strktr, at sstem portal dan sstem dndng geser/ dndng strktr. Keda sbsstem n, sesa dengan peratran SNI , harslah menggnakan propors d atas ntk mencar nla R gabngan dar sstem tersebt. Nla-nla R berdasarkan SNI dapat dlhat pada Table 2.2. Sstem dan sbsstem strktr gedng 4. Sstem ganda, terdr dar: ). Rangka rang ang memkl selrh beban gravtas 2). Pemkl beban lateral berpa dndng geser ata rangka bresng dengan rangka pemkl momen. Rangka pemkl momen hars drencanakan secara terpsah mamp memkl sekrang-krangna 25% dar selrh beban lateral 3). Keda sstem hars drencanakan ntk memkl secara bersama-sama selrh beban lateral dengan memperhatkan nteraks / sstem ganda. 7. Sbsstem Tnggal: (Sbsstem strktr bdang Table 2.2 Nla R dar sstem ganda dan tnggal. (SNI ) Uraan sstem pemkl beban gempa μ μ R m f. Dndng geser a. Beton bertlang dengan SRPMK beton bertlang 5,2 8,5 2,8 b. Beton bertlang dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 c. Beton bertlang dengan SRPMM beton bertlang 4,0 6,5 2,8 2. RBE baja a. Dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8 b. Dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 3. Rangka bresng basa a. Baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5 2,8 b. Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 c. Beton bertlang dengan SRPMK beton bertlang (tdk tk zona 5 & 6) 4,0 6,5 2,8 d. Beton bertlang dengan SRPMM beton bertlang (tdk tk zona 5 & 6) 2,6 4,2 2,8 4. Rangka bresng konsentrk khss a. Baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5 2,8 b. Baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8. Rangka terbka baja 3,4 5,5 2,8 2. Rangka terbka beton bertlang 5,2 8,5 2,8 7

12 ang membentk strktr gedng secara keselrhan) 3. Rangka terbka beton bertlang dengan balok beton pratekan (bergantng pada ndeks baja total) 5,2 8,5 2,8 4. Dndng geser beton bertlang berangka daktal penh 4,0 6,5 2,8 5. Dndng geser beton bertlang berangka daktal parsal 3,3 5,5 2, Internatonal Bldng Code (IBC) 2000 [5] Pada perataran Internatonal Bldng Code 2000, pasal ntk bangnan ang mempna da sbsstem ata lebh, dnatakan bahwa Untk selan sstem ganda dan sstem dndng geser nteraktf, dmana kombnas dar sstem strktr ang berbeda drencanakan ntk menahan gaa lateral dalam arah ang sama, nla R ang dgnakan ntk dsan dalam arah tersebt tdak boleh lebh besar dar nla salah sat sstem ang dgnakan dalam arah ang sama. Pengecalan : Untk rangka rngan, bangnan flexble daphragm, gempa wlaah I dan bangnan da tngkat ata lebh rendah : element penahan djnkan ntk drancang menggnakan nla terkecl R ntk strktr ang berbeda ang ada pada setap smb tahanan tnggal. Nla R ang dgnakan ntk dsan daphragma dalam strktr tersbt tdak boleh lebh besar dar nla terkecl pada sstem dalam arah ang sama. Hal n mengngkapkan bahwa, ntk strktr ang mempa da ata lebh sbsstem pada strktrna, maka akan dgnakan nla R terkecl dantara sbsstem ang ada. Pengamblan nla terkecl danggap lebh aman TEORI DINAMIKA STRUKTUR Pada bagan n akan dbahas teor-teor dasar tentang Dnamka strktr ang membant pembatan skrps n. 8

13 2.2.. Respon Strktr Inelasts Metode Integras Nmerk Newmark [][2] Ada beberapa metode nmerk ang dapat dgnakan dalam mengerjakan analsa respon dnamk dar SDF sstem. Penggnaan metode nmerk dalam pengerjaan sebah metode harslah memenh beberapa sarat. Pengerjaan tersebt hars : Akrat Konvergen Stabl Dapat daplkaskan pada kompter Metode Integras Nmerk Newmark adalah metode wakt bertahap (tmesteppng Methods) ang mempna persamaan dasar sepert dbawah n, ( ) ( ) = + γ Δ t + γ Δt + + ( ) ( 0,5 )( ) ( ) (2.4) = Δ t + β Δ t + β Δt + (2.5) Parameter β dan γ mendefnskan varas percepatan selama pertambahan wakt ang dtentkan dan menetkan stabltas dan keakratan metode n. Pada mmna pemlhan nla ntk γ adalah ½ dan 6 β 4 tergantng dar cara pandang, termask ketepatan. Da jens metode Newmark ang serng dgnakan adalah : Metode Percepatan Rata-Rata (average acceleraton) Pada metode percepatan rata-rata dasmskan bahwa percepatan ang terjad adalah percepatan ang telah drata-ratakan. Sehngga tdak ada ). perbahan percepatan d setap waktna ( ( ) = ( ) t t + n Metode Percepatan Lner (lnear accelaraton) Pada Metode percepatan lnear, percepatan ang dgnakan ters berbah berdasarkan wakt. Sehngga membentk sebah grafk lnear. Untk melhat perbedaan pada keda metode n, Tabel 2.3 dapat membant ntk membandngkanna. 9

14 Tabel 2.3 Average Acceleraton and Lnear Acceleraton Methods Average Acceleraton + + Lnear Acceleraton t t t + τ t 2 + τ 2 Δt + = + ( + + ) 2 τ = 2 τ + τ t ( τ ) = ( + ) ( τ ) = + ( ) τ Δt + 2 τ 2Δt t t + τ t ( τ ) = + ( + + ) ( τ ) = + τ+ ( ) + = + ( + ) Δt ( ) ( ) ( τ ) = + τ+ + ( ) 2 ( Δt ) ( ) ( ) 2 = + Δ t τ τ 2 6Δt + + = + Δ t + Δ t

15 Metode ang dgnakan dalam program Matlab adalah metode percepatan rata-rata konstan dengan nla β = ¼ dan γ = ½. Karena pada pembahasan skrps n percepatan ang dberkan adalah percepatan gempa ang berlang-lang dan tdak lnear (non-lnear), maka metode ang akan dgnakan adalah Newmark s Method Nonlnear Sstems. Hbngan Non-Lnear f S dan dapat dlhat pada Gambar 2.8. Metode Newmark dsebt stabl bla, Δt Tn π 2 γ 2 β (2.6) Untk γ=, β= konds d atas menjad, Δt T n 2 4 f S (f ) S + k T k sec ( f S ) (f ) S ( ) + Gambar 2.8 Hbngan non-lnear f S dan Langkah-langkah perhtngan metode Newmark ntk sstem non-lnear : Kass : a. Average Acceleraton Method ( γ=, β= ) 2 4 b. Lnear Acceleraton Method ( γ=, β= ) A. Perhtngan Data Awal 2 6 2

16 p c ( f S ) = m Menetkan nla t 3. γ a = m + c β Δt β dan γ b= m+δt c 2β β B. Perhtngan teras ntk setap tngkat wakt,. Δ pˆ = Δ p + a + b 2. Menetkan kekakan tangensal k 3. kˆ = k + c+ m βδt βδ ( t) 2 4. Δ dtentkan dar k dan Modfed Newton Raphson γ γ γ 5. Δ = Δ +Δt βδt β 2 β 6. γ Δ = Δ βδ βδt 2β ( t) 2 Δ pˆ menggnakan prosedr teras 7. Δ + = + Δ, = +Δ +, = +Δ + C. Penglangan ntk tngkat wakt selanjtna, dgant dengan +. Ulang langkah B. sampa B.7 ntk langkah selanjtna Metode Integras Nmerk Newton - Raphson Metode Modfed Newton-Raphson merpakan salah sat metode ang palng cepat dalam mencapa konvergens ntk penelesaan persamaan nonlnear. Persamaan dasar ang dgnakan adalah ( ) ( ) R R P f n+ = n+ = n+ = 0 (2.7) Persamaan tersebt dapat dnatakan dalam ekspans deret Talor dengan mengambl da sk pertamana at R n n + n n+ + ( + ) ( + ) R R (2.8) Dmana merpakanhtngan ntegras ang dmla dar 22

17 = n+ n (2.9) Dan R P = = K T (2.20) Dengan K T adalah matrks Jacoban ata dalam strktr dkenal sebaga matrks kekakan ang berhbngan dengan arah tangensal. Dengan mendstrbskan persamaan d atas, maka dperoleh KT n = R n + = +Δ = + + n+ n n n+ n Δ = n k = k n (2.2) (2.22) (2.23) Walapn mamp konvergen dengan cepat, metode n memerlkan wakt komptas ang relatf lama karena pada setap teras hars dhtng nvers matrks kekakan ang bar. Untk t metode n dsemprnakan dengan membat matrks kekakan K T tetap sama dengan teras sebelmna, sehngga metrks kekakan tdak perl dnvers tap kal teras. Metode n sangat efektf dalam menganalsa strktr bertngkat banak. Langkah-langkah perhtngan metode teras Modfed Newton-Raphson : a. Perhtngan data awal = 0 + f = ( f ) 0 s s b. Perhtngan Iters. k Δ =ΔR Δ 2. T j j j = +Δ j j j + + Δ f = f f + k k Δ 3. s s ( T T) j j j Δ =Δ kt = k j + R p 4. Δ R = ΔR Δ f j + j j Penerapan metode nemerk pada sstem non-lnear n, tent saja memerlkan beberapa batasan. Batasan-batasan mm dar program n adalah,. Ketka deformas ( ) berada dbawah deformas batas leleh sbsstem ( ) dan sbsstem 2 ( 2 ), maka Kekakan strktr (K) ang dgnakan adalah Kekakan total strktr (K = K +K 2 ). 23

18 2. Jka deformas ( ) berada d atas deformas sbsstem ( ), tetap berada d bawah deformas sbsstem 2 ( 2 ), maka Kekakan ang dgnakan adalah Kekakan sbsstem 2 (K = K 2 ). 3. Jka deformas ( ) berada d atas deformas sbsstem dan sbsstem 2, maka Kekakan strktr menjad 0 (K = 0). 4. Ketka percepatan (a) berbah tanda menjad mns (-), maka Kekakan strktr ang dgnakan adalah Kekakan total strktr (K = K +K 2 ) Generalsas SDoF Dengan Metode Ralegh-Rtz [] Metode ang palng mm dalam menederhanakan jmlah derajat kebebasan (DoF) dan dalam mencar pendekatan ke perode natral terendah adalah metode Ralegh-Rtz. Metode n merpakan penambahan dar metode Ralegh ang dlakkan oleh W. Rtz pada tahn 909. Persamaan mm sebah sstem dengan N derajat kebebasan ang dberkan gaa p(t) = s p(t) adalah () m + c + k = sp t (2.24) Dalam metode Ralegh, lendtan dar sebah strktr dekspreskan sebaga t ( ) z ( ) = ψ dmana ψ adalah bentk vektor ang dgnakan. Pada metode Ralegh-Rtz, lendtan dtnjkan sebaga kombnas lnear dar beberapa bentk vektor ψ j : j j j (2.25) j= () = () ψ =ψ () t z t z t Dmana z j (t) adalah koordnat ang dmmkan, dan Rtz vektor ψ j j =, 2,..., j merpakan vektor lnear berdasarkan keadaan batasan geometr ang dberkan. Vektor-vektor n dplh berdasarkan pendekatan sstem ang akan danalsa. Dengan mensbtts persamaan 2.25 ke persamaan 2.24, ddapat persamaan bar sepert berkt ( ) mψ z+ cψ z + kψ z= sp t (2.26) Setap bagan akan dmanplas dengan mengalkan ψ T, sehngga 24

19 Dmana ( ) mz + cz + kz = Lp t (2.27) m T =ψ mψ k = ψ kψ T T c =ψ cψ T L = ψ s (2.28) Sstem Strktr Portal Strktr ang pada mmna past akan menggnakan sstem portal. Portal terdr dar tga elemen, at balok, kolom, dan lanta penahan. Ttk dmana ketga elemen tersebt bertem dsebt sambngan kak (Rgd Jont) [9]. Sstem strktr portal dgnakan bla beban gravtas lebh domnan dar pada beban lateral akbat gaa gempa dan angn. Sstem strktr portal terdr dar elemen-elemen balok dan kolom ang salng terhbng pada sambngan ang kak. Sat portal mempna elemen-elemen ang dhbngkan pada nodalnodalna. Strktr portal lentr 2D (da dmens) memlk tga derajat kebebasan, Degree of Freedom (DoF ), ntk setap nodal, at dsplacement horzontal, vertkal, dan rotas (2 DoF translas dan DoF rotas). Hal n dapat dlhat pada Gambar 2.. Gambar 2.9 Derajat kebebasan pada Portal Model strktr denga tngkat ang tngg ata ang memlk lanta ang banak, tentna akan memlk kesltan dalam memodelsaskan DoF ang ada. Jka setap nodal memlk 3 DoF dan setap lanta memlk nodal ang sama, 25

20 maka ntk mempermdah pekerjaan dapat dgnakan metode penederhanaan Ralegh Rtz. a. Massa Massa menmblkan gaa nersa pada strktr portal. Matrks massa pada strktr portal dapat dformlaskan ke dalam da bentk matrks Massa Konssten (Consstent Mass Matrx) dan matrks Massa Tergmpal (Lmped Mass Matrx). b. Kekakan Matrks kekakan elemen menghbngkan gaa dan perpndahan pada koordnat lokal nodal elemen, sedangkan matrks kekakan sstem menghbngkan gaa dam perpndahan pada koordnat global nodal sstem. Sfat matrks kekakan sstem ang dperoleh adalah smetrs dan mempna jalr sk ang tdak sama dengan nol (Banded Matrx). c. Redaman Terdapat da jens redaman ang dapat dgnakan dgnakan ntk menformlaskan redaman strktr, at : redaman vskos (Vscos Dampng) dan redaman kekakan kompleks (Complex Stffness Dampng). Redaman vskos memberkan formlas ang mdah apabla dbandngkan dengan formlas redaman kekakan kompleks, tetap tdak memberkan gambaran ang sebenarna dar redaman strktr (tertama dalam defns kehlangan energ per skls ang bergantng kepada frekens respon). Sedangkan redaman kekakan kompleks memberkan formlas ang slt, tetap lebh menggambarkan keadaan redaman pada strktr Dndng Geser / Dndng Strktr Pada saat kebthan secara fngsonal mengjnkan, penahanan terhadap gaa lateral dapat dtanggng oleh dndng strktr ang ada, dapat terbat dar beton mapn bat bata. Penggnaan shear wall pada sebah strktr sangat mengntngkan, karena shear wall sangat efesen dalam menahan gaa lateral. Sstem n dgnakan apabla gaa lateral akbat gempa ata angn lebh domnan dar pada gaa gravtas. Dndng penmp n memkl hampr selrh beban lateral, beban gravtas jga dtahan oleh dndng n sebaga Dndng Strktral. 26

21 Untk bangnan sampa lanta 20 penggnaan shear wall bsa jad sebah plhan ang bak. Untk bangnan dengan lanta lebh dar 30 lanta, shear wall menjad sangat pentng dengan perhtngan ekonom dan kontrol lendtan lateral. Sepert ang sdah dketah bahwa krtera dasar dar perancangan sebah strktr adalah kekakan, kekatan, dan daktltas. Dndng strktr memlk kemampan ang bak dalam ketga krtera tersebt. Keberadaan dndng strktr dapat menngkatkan kekakan sstem strktr. Hal n dapat meredks lendtan ang terjad akbat gaa gempa dengan arah gerak ang sama dengan shear wall. D wlaah gempa Indonesa d bawah Wlaah Gempa 3 dan 4, tdak dtntt detal spesal ntk dndng strktral n. Dndng strktral n rnthna dsebabkan oleh momen lentr dengan terjadna send plasts pada kakna, dmana nla momen lelehna dapat mengalam penngkatan terbatas akbat pengerasan regangan. Raso antara tngg dan lebar dndng geser tdak krang dar 2 dan lebarna tdak boleh krang dar,5 meter. Gambar 2.0 Sstem dndng penmp Pembebanan lateral dan reaks ang terjad pada shear wall dapat dlhat pada Gambar 2.0. Untk analsa daktltas pada sstem dndng geser, kapastas daktltas lendtan akan bergantng pada kapastas rotas dar send plasts d dasar. Parameter ang tama ang mempengarh daktltas pada dndng adalah panjang dar send plansts l p (Gambar 2.3). Panjang dar send plasts akan sangat dpengarh oleh panjang dndng geser l w, momen graden pada dasar (sepert gaa geser), dan gaa aksal ang dterma. Pada mmna panjang dar send l p l plasts tersebt 0,3 l 0,8. Besarna p l basa akan dsebt sebah raso A w r w 27

22 dar sebah dndng. Nla dar crvatre dctlt dan dsplacement dctlt akan ters menngkat dengan menngkatna nla dar raso A r. Nla daktltas pada dndng geser dbatas oleh daerah tekan pada penampang dndng tersebt. Sehngga besarna daerah tekan pada sebah member dar strktr hars dperhatkan. Berdasarkan j ang dlakkan oleh Unverst of Calforna, Berkele, nla rata-rata dar crvatre berksar dar 0,045 l w sampa 0,076 daktltas lendtan μ Δ = 9. l ntk dndng dengan l = 94 ndengan raso w w Sstem Ganda Pada bagan sebelmna, telah dbahas masalah strktr rangka/ portal dan dndng strktr. Pada beberapa strktr gedng, keda strktr n banak dgnakan bersama. Sstem Ganda (Dal Sstems) ata hbrd strctre terjad jka gaa lateral ang terjad dtahan oleh kombnas dar stktr portal dan dndng strktr. Sstem ganda menggabngkan kentngan dar keda sbsstem tersebt. Rangka ang daktal dgabngkan dengan dndng, dapat menghaslkan penerap energ ang bak, tertama pada bangnan tngkat tngg. Pada ss lan, dengan kekakan ang besar ang dmlk dndng, kontrol terhadap smpangan lanta pada saat gempa dapat dlakakkan dengan bak, dan mekans lendtan ang tdak bak pada send d kolom ( sepert Gambar 2.4 (b)) dapat dhndarkan. Pada saat beban lateral bekerja, rangka akan berdeformas searah dengan model gaa geser, dndng akan berlak sepert kantlever dengan arah ang sama dengan model gaa geser (Gambar 2.(b) dan (c)). Lendtan gabngan dar keda sstem n akan mengakbatkan sebah lendtan ang lebh kecl tertama pada lanta-lanta bagan bawah. Modal dar pembagan penahanan terhadap gaa lateral antara dndng dan rangka pada sstem ganda sangat dpengarh oleh karakterstk respon dnamk dan perencanaan send plasts pada saat gempa, dan n mngkn akan sangat berbeda dengan cara penganalsaan secara elasts. Pada ss lan, analsa pendstrbsan gaa pada sstem gabngan n adalah sat hal ang hars dperhatkan. Penentan propors n hars dlakkan dengan benar sesa dengan strktr ganda ang akan dgnakan. 28

23 Ada beberapa kombnas ang dapat dgnakan pada pembentkan sstem ganda n. Penempatan dan pemodelan dar gabngan sstem rangka dan dndng geser n menjad salah sat faktor tama dalam analss sstem ganda n. Banak peneltan ang dlakkan ntk ntk mendapatkan sstem ang bak. Hal n akan dsesakan dengan kebthan strktr ang dperlkan. Gambar 2. Lendtan Akbat Gaa Lateral Pada Rangka, Dndng, dan Sstem Ganda Modelsas kekakan pada persoalan n akan dhbngkan secara paralel saat penganalsaanna (Gambar 2.2). Dengan demkan, kekakan dar keda sstem n dapat dlhat secara langsng hbnganna dengan lendtan ang akan terjad pada sebah strktr. g shear wall k c m Portal k 2 Gambar 2.2 Modelsas Kekakan Pada Strktr Ganda 29

24 Model Inelasts-Nonlnear Sat sstem strktr akan danalss secara dnamk terlebh dahl hars dsederhanakan ata dmodelsaskan dengan membentk sat sstem Massa- Pengas-Peredam ata sstem dengan sat derajat kebebasan. Hal n dlakkan ntk mempermdah menganalsa strktr tersebt. Pada sebah sstem strktr ang palng sederhana, sstem strktr dengan sat derajat kebebasan (Sngle Degree of Freedom), pemodelan dapat dlakkan sepert Gambar 2.3 []. Dalam hal n Pegas dan Peredam danggap tdak bermassa, Massa padat (rgd), dan sema gerakan dlakkan dalam smb x-axs. (a) (b) c k m p(t) c k mg m mg p(t) Gambar 2.3 Mass-Sprng- Damper Sstem Pada gambar d atas dapat dlhat, massa (m) bekerja sebaga gaa, gaa ang dtmblkan oleh tahanan elasts pegas ( f S pegas, dan gaa ang dtmblkan oleh tahanan peredam ( f D dapat dselesakan sesa hkm keda Newton. = k ) dmana k adalah kekakan = c ). Sehngga 30

25 m + f + f = p() t ata m + c + k = p() t D S (2.29) Strktr ang akan dsmlaskan pada tlsan n adalah strktr ang mempna da jens kekakan ang berbeda. Sehngga akan tmbl da besaran fs dan f S 2. Maka persamaan 2.29 akan berbah menjad : m + f + f ( f + f ) = m ( t) D S S S2 gempa (2.30) (a) (b) M shear wall g(t) Portal g shear wall Portal f S c f Gambar 2.4 Modelsas Sstem Da Jens Sbsstem S 2 m Pada dagram hbngan non-lnear f S dan ang akan ddapatkan berpa gabngan dar dagram hbngan non-lnear f S dan ntk strktr shear wall dengan dagram hbngan non-lnear f S dan ntk strktr portal. (a) (b) f S f S2 a b k k a a k 2 k b 2 b Gambar 2.5 Dagram ntk Shear Wall dan Portal 3

26 Dar Gambar 2.5 dapat dlhat f S dar strktr Shear Wall dan Portal, maka f S gabngan dar keda strktr tersebt dapat dangap sebaga f S = a+ b, dmana a =. b 32

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA

PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA PENGGUNAAN STRUKTUR BRESING KONSENTRIK TIPE X UNTUK PERBAIKAN KINERJA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TERHADAP BEBAN LATERAL AKIBAT GEMPA Sr Haryono Dan Arumnngsh Dah Purnamawant Abstrak Peneltan n dlakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

Misalkan S himpunan bilangan kompleks. Fungsi kompleks f pada S adalah aturan yang

Misalkan S himpunan bilangan kompleks. Fungsi kompleks f pada S adalah aturan yang Fngs Analtk FUNGSI ANALITIK Fngs sebt analtk ttk apabla aa sema ttk paa sat lngkngan Untk mengj keanaltkan sat ngs kompleks w = = + gnakan persamaan Cach Remann Sebelm mempelejar persamaan Cach-Remann

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan,

Lebih terperinci

Pengenalan Pola/ Pattern Recognition

Pengenalan Pola/ Pattern Recognition Pengenalan Pola/ Pattern Reognton Dasar Pengenalan Pola Imam Cholssodn S.S., M.Kom. Dasar Pengenalan Pola. The Desgn Cyle. Collet Data 3. Objet to Dataset 4. Featre Seleton Usng PCA Menghtng Egen Vale

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Kekakuan Balok (Beam) BAB ANAISIS STRUKTUR BAOK Struktur beam merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) ang lurus (a ) d mana pada setap ttk smpulna danggap berperlaku

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3

STUDI KOMPARASI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN STRUKTUR BALOK DAN KOLOM PORTAL 3 LANTAI SISTEM ELASTIS PENUH DAN DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Smposum Nasonal RAPI XII - 2013 F UMS ISSN 1412-9612 SUDI KOMPARASI KEBUUHAN MAERIAL PADA PERENANAAN SRUKUR BALOK DAN KOLOM PORAL 3 LANAI SISEM ELASIS PENUH DAN DAKAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Bud Setawan

Lebih terperinci

Vektor Kendali Permainan Dinamis LQ Non-Kooperatif Waktu Tak Berhingga

Vektor Kendali Permainan Dinamis LQ Non-Kooperatif Waktu Tak Berhingga Semnar Nasonal eknolog Informas Komnkas dan Indstr (SNIKI) 8 ISSN : 85-99 Pekanbar 9 November 6 Vektor Kendal Permanan Dnams LQ Non-Kooperatf Wakt ak Berhngga Nlwan Andraja UIN Sltan Syarf Kasm Ra Pekanbar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR BAB II DASAR TEORI.1 KONSEP PEMILIHAN STRUKTUR Desan struktur harus memperhatkan beberapa aspek, dantaranya : 1. Aspek Struktural (kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek n merupakan aspek yang harus dpenuh

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

81 Bab 6 Ruang Hasilkali Dalam

81 Bab 6 Ruang Hasilkali Dalam 8 Bab Rang Haslkal Dalam Bab RUANG HASIL KALI DALAM Rang hasl kal dalam merpakan rang ektor yang dlengkap dengan operas hasl kal dalam. Sepert halnya rang ektor rang haslkal dalam bermanfaat dalam beberapa

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S)

EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) EFEK SOFT STOREY PADA RESPON DINAMIK STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG TINGKAT TINGGI (199S) Antonus 1 dan Aref Wdhanto 2 1 Jurusan Teknk Spl Unverstas Islam Sultan Agung - Jl. Raya Kalgawe Km.4, Semarang

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT

ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Raharja, S., Suryanta, R., Djauhar, Z./ Analss Tegangan Bdang/ pp. 58 76 ANALISIS TEGANGAN BIDANG (PLANE STRESS) DINDING GESER (SHEAR WALL) GEDUNG BERTINGKAT Sondra Raharja Mahasswa Magster Teknk Spl Unverstas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Perencanaan Strktr Atap Atap merpakan strktr ang paling atas dari sat bangnan gedng. Direncanakan strktr atap ang dignakan adalah strktr baja. Alasan penggnaan baja sebagai bahan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Dasar-dasar Aliran Fluida

Dasar-dasar Aliran Fluida Dasar-dasar Alran Fluda Konsep pentng dalam alran fluda Prnsp kekealan massa, sehngga tmbul persamaan kontnutas Prnsp energ knetk, persamaan persamaan alran tertentu Prnsp momentum, persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan metode statstka ang dgunakan untuk meramalkan sebuah varabel respon Y dar satu atau lebh varabel bebas X, selan tu juga dgunakan untuk

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Dengan derajat bebas (pu-1) =(p-1)+(pu-p) (pu-1)=(p-1)+p(u-1) Sebagai contoh kita ambil p=4 dan u=6 maka tabulasi datanya sebagai berikut:

Dengan derajat bebas (pu-1) =(p-1)+(pu-p) (pu-1)=(p-1)+p(u-1) Sebagai contoh kita ambil p=4 dan u=6 maka tabulasi datanya sebagai berikut: X. ANALISIS RAGAM SEDERANA Jka erlakan yang ngn dj/dbandngkan lebh dar da(p>) dan ragam tdak dketah maka kta bsa melakkan j t dengan jalan mengj erlakan seasang dem seasang. Banyaknya asangan hotess yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA http://starto.sta.ugm.ac.d PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Ordnar Derental Equatons ODE Persamaan Derensal Basa http://starto.sta.ugm.ac.d Acuan Chapra, S.C., Canale R.P., 990, Numercal Methods or Engneers,

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

ROOTS OF Non Linier Equations

ROOTS OF Non Linier Equations ROOTS OF Non Lner Eqatons Metode Bag da (Bsecton Method) Metode Regla Fals (False Poston Method) Metode Grak Iteras Ttk-Tetap (F Pont Iteraton) Metode Newton-Raphson Metode Secant Sols Persamaan Kadrat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI (2.1) Keterangan: i = jumlah derajat kebebasan q i. = koordinat bebas yang digeneralisasi Fq i = gaya yang digeneralisasi

BAB II DASAR TEORI (2.1) Keterangan: i = jumlah derajat kebebasan q i. = koordinat bebas yang digeneralisasi Fq i = gaya yang digeneralisasi BAB II DASAR TEORI. Metode Elemen Hngga Sstem Rotor Dnamk [7] Pemodelan elemen hngga sstem rotor dnamk dkembangkan berdasarkan konsep energ. Persamaan energ knetk, energ regangan, dan kerja maya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah

STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Direct-Displacement Based Design Studi Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertingkat Rendah STUDI PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN: Metode Drect-Dsplacement Based Desgn Stud Kasus pada Rangka Beton Bertulang Bertngkat Rendah Yosafat Aj Pranata Jurusan Teknk Spl, Unverstas Krsten Maranatha Jl.

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky

241 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN EFEK REDISTRIBUSI MOMEN Wiryanto Dewobroto dan Petrus Ricky x 40 ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM MODIFIKASI YANG DIPERKUAT LAPIS CFRP... 93 Ida Bagus Ra Wdarsa dan Ida Bagus Dharma Gr 41 ANALISIS PERKUATAN BALOK BAJA DENGAN MEMPERHITUNGKAN

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci