KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2

3 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

4 Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat Telp. : Fax : imamdwi_k@bi.go.id petrus_ee@bi.go.id greis_dris@bi.go.id indria_s@bi.go.id freddy_f@bi.go.id indratama@bi.go.id

5 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilainilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilainilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilainilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu trust and integrity, professionalism, excellence, public interest, coordination dan team work. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugastugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

6

7 KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonoian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. I Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihakpihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunianya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Mataram, Agustus 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Ttd Bambang Himawan Deputi Direktur i

8

9 INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 EKONOMI MAKRO REGIONAL Indeks Harga Konsumen Kota Mataram Kota Bima Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Kota Mataram Kota Bima PDRBharga konstan (miliar Rp) 4, , , , , , ,359,14 5,270,07 5,062,44 5,129,56 Pertanian 1, , , , , , ,492,73 1,282,06 1,210,22 1,267,07 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran , Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) PERBANKAN Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Kredit Lokasi Bank (Rp triliun) Loan to Deposit Ratio NPL gross (%) Bank Umum : Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp triliun) Loan to Deposit Ratio NPL (%) ii

10 INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Bank Perkreditan Rakyat : Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio NPL (%) SISTEM PEMBAYARAN Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 2, , , , , , , Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,694 2,723 2,763 2,945 2,560 2,774 2, Ratarata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) Ratarata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1, , , , , , , Volume Kliring Kredit (lembar) 32,247 32,410 31,828 36,479 36,443 37,106 37,271 39,005 32,734 38,055 Ratarata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) Ratarata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) iii

11 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Indikator Ekonomi dan Moneter...ii Daftar Isi... iv Daftar Grafik... vi Daftar Tabel...x Daftar Gambar... xi Ringkasan Eksekutif... xii Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat Kondisi Umum Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Sisi Penawaran Pertanian Pertambangan Perdagangan, Hotel dan Restauran Boks 1 Perkembangan Permasalahan Tambang terkait UU Minerba Boks 2 Kajian Pariwisata Provinsi NTB Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat Kondisi Umum Inflasi Berdasarkan Komoditas Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau Perumahan, Listrik, Air dan Gas Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transport, Komunikasi dan Jasa Inflasi Periodikal Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Provinsi Nusa Tenggara Barat iv

12 Kota Mataram Kota Bima Boks 3 Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Pengendalian Inflasi Semester I Bab 3 Perkembangan Perbankan Kondisi Umum Perkembangan Bank Umum Aset Dana Pihak Ketiga Kredit Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat Bab 4 Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Transaksi Pembayaran Secara Tunai Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai Boks 4 Penukaran Uang Provinsi NTB Menjelang Lebaran Bab 5 Perkembangan Keuangan Daerah Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan APBD di Provinsi NTB Realisasi Belanja APBD di Provinsi NTB Keuangan Pemerintah Pusat di Provinsi NTB Bab 6 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Umum Tingkat Kemiskinan Indikator Pembangunan Manusia dan Optimisme Masyarakat Nilai Tukar Petani Bab 7 Prospek Ekonomi Dan Harga Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat v

13 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB (ADHB) Tahunan dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB dan Nasional Tahunan 1 Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional... 1 Grafik 1.3 Penyerapan Anggaran... 3 Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB Tw II Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor... 4 Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Konsumsi... 5 Grafik 1.8 Indeks Keyakinan Konsumen... 5 Grafik 1.9 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri... 6 Grafik 1.10 Pagu Belanja Modal Pemerintah 2014 dan Realisasi Investasi Triwulan II Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi Semen di Provinsi NTB Triwulan II Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi... 7 Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan Keluar... 8 Grafik 1.14 Perkembangan Volume Ekspor Impor... 8 Grafik 1.15 Perkembangan Arus Penumpang Angkutan Udara... 8 Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Impor (dalam juta)... 8 Grafik 1.17 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar Berdasarkan Volume... 9 Grafik 1.18 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar Berdasarkan Estimasi Nilai (Rp)... 9 Grafik 1.19 Porsi PDRB Sektoral Dengan dan Tanpa Tambang Grafik 1.20 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahunan 4 Komoditas Penyumbang Ekonomi Terbesar Grafik 1.21 PDRB Sektor Pertanian Grafik 1.22 Produksi Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai NTB Grafik 1.23 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor Pertanian Triwulan II Grafik 1.24 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Triwulan II Grafik 1.25 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan Triwulan II Grafik 1.26 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga dibanding PDRB Pertambangan 13 Grafik 1.27 Harga Kosentrat dan Komoditas Internasional Emas, Perak dan Tembaga Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan Grafik 1.29 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Pertumbuhannya Grafik 1.30 Aktivitas Pengiriman Komoditas Pangan Keluar Provinsi NTB Grafik 1.31 Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel Berbintang Grafik 1.32 Tingkat Penghunian Kamar dan RataRata Lama Menginap Hotel Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran Grafik 1.34 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor PHR Triwulan II Grafik Boks 1.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2014 terkait Penghentian Operasi PT NNT Grafik Boks 1.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral tahun Grafik Boks 2.1 Pertumbuhan Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk Grafik Boks 2.2 Tingkat Hunian Hotel Berbintang vi

14 Grafik Boks 2.3 Rasio Klasifikasi Hotel di Bali Grafik Boks 2.4 Rasio Klasifikasi Hotel di NTB Grafik Boks 2.5 Estimasi Model Struktural Pengaruh Gambaran Tempat Tujuan Wisata Terhadap Perilaku Wisatawan Grafik Boks 2.6 Ramalan PDRB Tahun Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kumulatif Provinsi NTB dan Nasional Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Bahan Makanan Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Bahan Makanan 27 Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Sandang Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Kesehatan Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Komoditas Kesehatan Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Grafik2.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Pendidikan, Rekerasi dan Olahraga Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Transport, Komunikasi dan Jasa Grafik 2.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Komoditas Transport, Komunikasi dan Jasa Grafik 2.19 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasrkan Komoditas Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB Grafik 2.23 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram Grafik 2.24 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram Grafik 2.25 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima Grafik 2.26 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima Grafik Boks 3.1 Ringkasan Aktivitas Bulanan TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat Grafik Boks 3.2 Proyeksi Inflasi Provinsi Nusa Tenggara Barat Hingga Akhir Tahun Grafik 3.1 Indikator Utama Perbankan vii

15 Grafik 3.2 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan Grafik 3.3 Perkembangan LDR dan NPL Grafik 3.4 Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.5 Porsi Aset Per Kelompok Bank Grafik 3.6 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Grafik 3.7 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit (yoy) Grafik 3.11 Kredit Per Jenis Penggunaan Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (Tahunan) Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (Triwulanan) Grafik 3.14 Proporsi Kredit Sektoral Grafik 3.15 Perkembangan Kredit Sektoral Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit per Kabupaten/Kota (Rp triliun) Grafik 3.17 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.18 Perkembangan NPL UMKM Grafik 3.19 Perkembangan Penyaluran KUR di NTB Grafik 3.20 Pertumbuhan KUR di NTB Grafik 3.21 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah Grafik 3.22 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) Grafik 3.23 Proporsi DPK Perbankan Syariah di NTB Grafik 3.24 Perkembangan DPK Perbankan Syariah di NTB Grafik 3.25 Pembiayaan Perbankan Syariah di NTB Grafik 3.26 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di NTB Grafik 3.27 Financing to Deposits Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah NTB Grafik 4.1 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, milyar) Grafik 4.2 Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, milyar) Grafik 4.3 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan Grafik 4.4 Perkembangan Transaksi Non Tunai Grafik 4.5 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 4.6 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement Grafik Boks 4.1 Komposisi Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan Grafik Boks 4.2 Penukaran Uang Selama Bulan Ramadhan Grafik 5.1 Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB Tahun Grafik 5.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB Triwulan II Grafik 5.3 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi Triwulan II Grafik 5.4 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTB Grafik 5.5 Realisasi Belanja Pemerintah Kabuapten/Kota dan Provinsi Triwulan II Grafik 5.6 Realisasi Belanja APBD Pemerintah/Kota di Provinsi NTB Grafik 5.7 Simpanan Pemerintah Kabupaten, Kota dan Provinsi dalam Perbankan di Provinsi NTB viii

16 Grafik 5.8 Alokasi Simpanan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTB Grafik 5.9 Realisasi Penerimaan Pendapatan dan Belanja Negara di Provinsi NTB Triwulan II Grafik 5.10 Rincian Realisasi Belanja Negara di Provinsi NTB Triwulan II Grafik 6.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi NTB Grafik 6.2 Perkembangan Garis Kemiskinan Provinsi NTB Grafik 6.3 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi NTB Grafik 6.4 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi NTB Grafik 6.5 Indeks Pembangunan Manusia Tiap Provinsi di Indonesia Grafik 6.6 Indeks Pembangunan Manusia Kab/Kota Provinsi NTB Grafik 6.7 Indikator Pengembangan Manusia Wilayah Balnusra dan Indonesia Grafik 6.8 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Provinsi NTB Grafik 6.9 NTP Provinsi NTB Januari 2012November 2013 (2007 =100) dan November 2013 Juni 2014 (2012 = 100) Grafik 7.1 Korelasi Pertumbuhan Ekonomi PDRB Triwulan dengan Peramalan SKDU Grafik 7.2 Peramalan PDRB NTB Tahunan dengan Tambang dan Tanpa Tambang Grafik 7.3 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Ekonomi secara Triwulanan.. 69 Grafik 7.4 Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektor Ekonomi Secara Tahunan. 69 Grafik 7.5 Prospek Inflasi Triwulan III Grafik 7.6 Indeks Ramalan Perubahan Harga Survei Konsumen ix

17 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 PDRB Sisi Permintaan Triwulan II Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran Tabel Boks 1.1. Perbandingan Tarif Bea Keluar Sebelum dan Sesudah Peraturan Relaksasi Ekspor Tabel Boks 2.1 Lokasi Wisata Pulau Lombok Tabel Boks 2.2 Proyeksi Peran Pariwisata terhadap Perekonomian menurut WTCC Tabel Boks 2.3 Fasilitas KEK Tabel Boks 2.4 Perbandingan PDRB Batam dengan PDB Nasional Tabel 2.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum di Nusa Tenggara Barat Tabel 5.1.Rincian Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi NTB Triwulan II Tabel 5.2 Rincian Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi NTB Triwulan II Tabel 5.3 Rincian Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat Provinsi NTB x

18

19 DAFTAR GAMBAR Gambar Boks 4.1 Posisi Distribusi Uang Provinsi NTB Gambar 7.1 Proyeksi Curah Hujan Triwulan III xi

20

21 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Ekonomi dan Perbankan Realisasi PDRB di Provinsi NTB di triwulan II 2014 mencapai 15,02 trilyun meningkat sebessar 5,19% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Lembaga non profit dan rumah tangga mampu menggerakan konsumsi di triwulan II sehingga mengalami kenaikan 3,23% Setelah perlambatan di triwulan I, pada triwulan II terjadi kenaikan aktivitas investasi sebesar 0,97%(qtq) Makro Ekonomi Regional Peningkatan produksi pertanian dan kenaikan aktivitas perdagangan menjadi pendorong utama peningkatan realisasi PDRB Provinsi NTB di triwulan II 2014, namun dibanding tahun sebelumnya pertumbuhan relatif melambat yang disebabkan oleh adanya larangan ekspor konsentrat yang menurunkan realisasi ekspor hingga lebih dari 50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB lebih didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan sebesar 3,87% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Secara triwulanan, seluruh pengeluaran mengalami kenaikan kecuali aktivitas ekspor yang mengalami penurunan signifikan. Aktifitas impor mengalami kenaikan lebih disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan menjelang hari raya. Total konsumsi di Provinsi NTB triwulan II 2014 mengalami kenaikan sebesar 3,23% (yoy) dibanding tahun sebelumnya yang disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran lembaga non profit dan konsumsi rumah tangga. Total konsumsi energi di Provinsi NTB pada triwulan II 2014 mencapai 1,2 trilyun rupiah, dengan pangsa terbesar merupakan konsumsi BBM dengan konsumsi mencapai 887 miliar rupiah. Aktivitas investasi mengalami kenaikan pada triwulan II 2014 sebesar 0,97% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya namun menurun sebesar 0,96% (yoy) dibanding investasi tahun sebelumnya. Realisasi ijin investasi pada triwulan II 2014 meningkat signifikan hingga 91,05% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan investasi pemerintah yang mengalami kenaikan hingga 132,04% (qtq) tau setara dengan 800 milyar rupiah. Dibanding tahun sebelumnya, realisasi investasi xii

22 mengalami sedikit penurunan. Nilai ekspor NTB di triwulan II 2014 turun tajam hingga 44,59% Adanya larangan ekspor mineral menurunkan total ekspor sebesar 44,59% menjadi 1,13 trilyun rupiah. (qtq) dibanding triwulan sebelumnya terutama disebabkan oleh pelarangan ekspor mineral sesuai UU Minerba. Di sisi lain, data ekspor komoditas pangan antar pulau mengalami kenaikan seiring dengan adanya panen raya. Kegiatan impor komoditas juga mengalami penurunan hingga 52,91% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, seiring dengan adanya penurunan ekspor di triwulan II 2014 yang mencapai 86,58% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi NTB non tambang pada triwulan II 2014 mampu bertumbuh sebesar 4,63% (qtq) lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi total provinsi NTB yang tumbuh 1,33% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Sektor pertanian masih menjadi kontributor utama penggerak ekonomi provinsi NTB dengan pangsa sebesar 25,79% terhadap perekonomian. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi sebesar 18,94% terhadap perekonomian dan sektor jasajasa berkontribusi sebesar 14,59%, menggantikan kontribusi sektor pertambangan yang terus mengalami penurunan kontribusi. Inflasi Provinsi NTB di Triwulan II 2014 lebih tinggi daripada inflasi nasional Perkembangan Inflasi Inflasi Provinsi NTB di Triwulan II 2014 masih menunjukkan tren rendah. Rendahnya inflasi NTB sepanjang triwulan II 2014 terutama disebabkan oleh adanya panen raya padi di bulan April Selain itu, adanya panen hortikultura seperti cabe, bawang merah, tomat mampu menahan kenaikan harga komoditas. Secara tahunan, inflasi Provinsi NTB hingga akhir triwulan II 2014 mencapai 6,75% (yoy) sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang mencapai 6,70%. Hingga semester , inflasi di kota Mataram relatif terkendali bahkan berada di peringkat 17 kota dengan inflasi terendah di Indonesia. Namun demikian, kondisi sebaliknya justru terjadi pada Kota Bima yang justru menjadi kota dengan inflasi tertinggi ke18 dari total 82 kota perhitungan inflasi di Indonesia. Berdasarkan pendekatan disagregasi, inflasi di triwulan II 2014 masih disebabkan oleh xiii

23 inflasi administered price. Inflasi makanan jadi, minuman dan tembakau sepanjang triwulan II 2014 terus mengalami kenaikan. Adanya kenaikan harga bahan bakar rumah tangga dan kenaikan listrik menjadi penyebab utama kenaikan harga bahan makanan seiring dengan peningkatan biaya produksi. Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa mengalami inflasi triwulanan terbesar kedua dengan nilai hingga 1,75% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh adanya kenaikan ongkos angkutan udara seiring dengan adanya kenaikan airport tax di bandara internasional lombok dan letusan gunung Sangiang Api Mataram mengalami deflasi 0,08%(qtq) yang salah satunya disebabkan oleh panen raya dan peningkatan tangkapan ikan. Inflasi triwulanan Kota Mataram pada triwulan II mencapai 0,08% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Deflasi yang terjadi lebih disebabkan oleh terjadinya deflasi komoditas volatile food seiring dengan adanya panen raya padi, panen hortikultura dan meningkatnya tangkapan ikan. Sepanjang triwulan II 2014, Kota Bima justru mengalami inflasi yang relatif tinggi dengan inflasi mencapai 1,54% (qtq) jauh di atas inflasi nasional yang hanya sebesar 0,57% (qtq). Tingginya inflasi lebih disebabkan oleh tingginya kenaikan harga administered price terutama kenaikan ongkos angkutan udara dan tingginya inflasi pada komoditas volatile food. Kondisi perbankan masih menunjukkan adanya pertumbuhan walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan perbankan secara umum (bank umum dan BPR) pada triwulan II2014 di Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari indikator utama perbankan yaitu total asset, DPK dan kredit, walaupun pertumbuhan kredit perbankan (kredit lokasi proyek dan kredit lokasi bank) tidak setinggi triwulan sebelumnya. Kualitas penyaluran kredit perbankan di NTB mengalami sedikit penurunan yang tercermin dari naiknya Non Performing Loan (NPL). Perkembangan bank umum menunjukkan perlambatan yang terindikasi dari pertumbuhan aset dan kredit yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan Dana Pihak xiv

24 Transaksi keuangan secara tunai di Provinsi NTB mengalami kondisi net outflow. Ketiga (DPK) meningkat dengan jenis tabungan masih mendominasi DPK dengan pangsa sebesar 53,25% atau senilai Rp8,28 trilyun. Pertumbuhan kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II2014 mengalami sedikit perlambatan. Berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar disalurkan untuk sektor PHR sebesar Rp6,85 trilyun (58,02%), kemudian disusul sektor pertambangan sebesar Rp2,84 trilyun (24,09%). Berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota, penyaluran kredit terbesar adalah di Kota Mataram dengan nominal sebesar Rp 7,47 trilyun (31,30%). Pertumbuhan kredit UMKM dan KUR juga mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya. Perkembangan Bank Umum Syariah (BUS) di Nusa Tenggara Barat menunjukkan perlambatan yang tercermin dari aset dan pembiayaan yang mengalami pelambatan dibanding triwulan sebelumnya dikarenakan pelambatan pembiayaan investasi. Kualitas pembiayaan syarah mengalami penurunan yang tercermin dari NPF yang naik dari 2,13% menjadi 2,66%. Indikator kinerja utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Nusa Tenggara Barat pada Triwulan II2014 menunjukkan peningkatan yang tercermin dari dua indikator utama BPR yakni DPK meningkat dari sebelumnya 13,25% (yoy) menjadi 14,42% (yoy) dan kredit yang mengalami pertumbuhan. Percepatan pertumbuhan kredit terutama berasal dari sektor listrik listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh sebesar 137,61% (yoy), sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 30,88% (yoy). Pada triwulan II2014 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada trend net outflow. Pada triwulan II2014, jumlah aliran uang tunai yang masuk (cash inflow) ke Bank Indonesia yang salah satunya berasal setoran perbankan di NTB tercatat sebesar 978,35 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan lalu dengan nominal tercatat sebesar 1,59 trilyun. Jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) tercatat sebesar 1,51 trilyun atau tumbuh positif sebesar 17,20% (yoy). Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di Kantor Bank Indonesia Provinsi NTB menunjukkan peningkatan. xv

25 Realisasi pendapatan pemerintah di Provinsi NTB mencapai 7,24 trilyun sedangkan realisasi belanja mencapai 6,63 trilyun Jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan lebih dikarenakan adanya pertambahan penduduk dengan prosentase yang sama. Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II2014 menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Kinerja Keuangan Daerah Realisasi pendapatan di provinsi NTB sampai dengan triwulan II 2014 mencapai 7,24 trilyun rupiah atau sebesar 48,3% dari target pendapatan yang direncanakan. Sedangkan dari postur belanja pemerintah, realisasi belanja pemerintah di provinsi NTB pada triwulan II mencapai 6,63 trilyun rupiah. Realisasi pendapatan dan belanja pemerintah provinsi lebih rendah daripada pencapaian pada triwulan yang sama pada tahun 2013 dimana pemerintah provinsi mampu mencapai 46,49% dari target capaian pendapatan serta 40,92% dari target penyerapan anggaran. Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten dengan realisasi pendapatan daerah paling besar yaitu sebesar 870 milyar rupiah atau 50.1% dari target yang ditetapkan. Kota Mataram memliki pendapatan asli daerah (PAD) tertinggi dengan nilai sebesar 113 milyar rupiah atau 20,43% dari total pendapatan daerah kabupaten/kota tersebut. Realisasi penyerapan anggaran pada triwulan II 2014 provinsi NTB hanya sebesar 32,7% dari anggaran yang direncanakan, angka ini lebih rendah daripada kinerja triwulan yang sama pada tahun 2013 yang mampu mencapai 40,92%. Realisasi belanja pemerintah pusat pada triwulan II 2014 masih menunjukkan penyerapan yang relatif rendah yaitu sebesar 29,89% dari total anggaran yang disediakan namun telah meningkat signifikan dibanding penyerapan pada triwulan pertama yang hanya sebesar 9,12%. Kesejahteraan Masyarakat Jumlah penduduk miskin di provinsi NTB mengalami sedikit kenaikan dibanding semester sebelumnya. Namun demikian, secara persentase jumlah penduduk miskin posisi bulan Maret 2014 relatif tetap sebesar 17,25%. xvi

26 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTB saat ini berada pada posisi kedua terakhir dari 33 provinsi di Indonesia. Rendahnya IPM Provinsi NTB terutama disebabkan oleh tingkat harapan hidup yang relatif rendah dan tingkat buta huruf yang relatif tinggi. Pertumbuhan ekonomi Indikator Provinsi NTB kesejahteraan di triwulan di III Provinsi Pertumbuhan NTB menunjukkan ekonomi 2014 diperkirakan adanya Provinsi tren NTB peningkatan. di triwulan II mengalami penurunan 2014 diperkirakan dibanding triwulan mengalami kenaikan sebelumnya. dibanding triwulan sebelumnya. Terdapat potensi pelambatan pertumbuhan Pertumbuhan sektor pertanian. ekonomi Provinsi NTB di triwulan II 2014 diperkirakan Perayaan mengalami Idul Fitri kenaikan dan Idul Adha dibanding diproyeksi triwulan akan meningkatkan sebelumnya. inflasi pada triwulan III 2014 Inflasi di triwulan II 2014 diperkirakan mengalami pelambatan dibanding triwulan sebelumnya. Prospek Ekonomi Triwulan III2014 Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB di triwulan III 2014 diperkirakan mengalami sedikit penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan ekonomi terutama disebabkan oleh tidak beroperasinya PT NNT. Meskipun demikian, kondisi ekonomi tanpa tambang masih menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan adanya peningkatan aktivitas ekonomi menyambut hari raya Idul Fitri. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi diramalkan akan mengalami penurunan 5,63% ±1 (yoy). Penurunan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh berhentinya pengoperasian tambang PT NNT yang disebabkan rendahnya pengiriman konsentrat ke PT Smelting. Potensi El Nino sebenarnya dapat berpeluang meningkatkan hasil tangkapan ikan seiring dengan adanya peningkatan konsentrasi klorofil di pantai barat dan selatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Jawa. Prospek Inflasi Triwulan III 2014 Inflasi di triwulan III 2014 diperkirakan mengalami kenaikan seiring dengan adanya persiapan Hari Raya Idul Fitri dan persiapan menjelang Idul Adha. Karakter inflasi di Provinsi NTB sangat rentan dipengaruhi oleh adanya perayaan keagamaan. Komoditas yang berpotensi mengalami kenaikan inflasi adalah komoditas daging sapi seiring dengan adanya hari raya Idul Fitri dan persiapan menjelang Idul Adha, serta komoditas daging ayam dan telur seiring dengan adanya kebijakan pengurangan stok daging secara nasional. xvii

27 MAKRO EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT BAB I PDRB NTB(ADHB) mencapai 15,02 Trilyun dengan pertumbuhan 2,93% secara tahunan Pertanian menyumbang 29,05% dari total PDRB diikuti dengan perdagangan 21,34(exclude tambang) Kredit konsumsi pada triwulan II tumbuh sebesar 17,82%(qtq) dan 5,89%(yoy) Net ekspor pada Tw II mencapai 763 Milyar rupiah dibanding 509 Milyar di Tw I mencapai pertumbuhan negatifnamun secara nominal nilai PDRB(ADHB) pada triwulan ini merupakan yang terbesar dalam Arus bongkar muat di pelabuhan lembar tumbuh 7,88% pada Tw 2 dibanding 25,75% pada Tw 1 Kantor Bank Indonesia Mataram Jl. Pejanggik No. 2, Mataram Telp. (0370) , (0370)

28

29 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2 Trilyun Triwulan II 2014 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT 1.1 KONDISI UMUM Peningkatan produksi pertanian dan kenaikan aktivitas perdagangan di triwulan II 2014 menjadi pendorong utama peningkatan realisasi PDRB Provinsi NTB di triwulan II 2014, namun dibanding tahun sebelumnya pertumbuhan relatif melambat yang disebabkan oleh adanya larangan ekspor konsentrat yang menurunkan realisasi ekspor hingga lebih dari 50%. Dampak larangan ekspor konsentrat terkait UU Minerba mulai dirasakan pengaruhnya pada triwulan II 2014 yang ditandai oleh dirumahkannya 80% karyawan PT NNT. Tidak diperbolehkannya ekspor ke luar negeri membuat nilai ekspor secara triwulanan mengalami penurunan hingga 44,59% (qtq) dan secara tahunan menurun hingga 55,46% (yoy). Adanya penurunan ekspor tersebut menghambat pertumbuhan ekonomi yang biasanya mengalami kenaikan signifikan di triwulan II seiring dengan adanya panen raya tanaman bahan makanan di bulan April 2014 serta peningkatan aktifitas perdagangan dan pariwisata dalam rangka persiapan menyambut hari raya Idul Fitri serta libur panjang sekolah. Grafik 1.1 PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB dan Nasional Tahunan Grafik 1.2 Perbandingan Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw *** 2014*** PDRB NTB (ADHB) Kiri Growth (yoy) Kanan Growth Non Tambang (yoy) Kanan Growth Nas (yoy) Kanan (2.00) (7.00) (12.00) 2011* 2012** 2013*** 2014*** NTB NTB tanpa Tambang Nasional Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Pertumbuhan ekonomi secara tahunan hanya tumbuh sebesar 2,93% dan secara triwulanan hanya bertumbuh sebesar 1,33% (qtq) lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan II dalam 2 tahun terakhir. Pencapaian ini lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang mampu bertumbuh 5,12% (yoy). Penurunan ekspor konsentrat tembaga menjadi penyebab utama pelambatan ekonomi Provinsi Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 1

30 NTB selain juga masih menurunnya realisasi investasi di provinsi NTB. Potensi penurunan daya beli akibat dari dirumahkannya karyawan PT. NNT belum terjadi di triwulan II 2014 dikarenakan pelaksanaannya baru dilakukan pada bulan Juni Berdasarkan nilai nominal, realisasi PDRB Provinsi NTB triwulan II 2014 mencapai 15,02 trilyun rupiah. Tanpa tambang tembaga pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB triwulan II 2014 masih mampu bertumbuh hingga 5,19% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding capaian nasional yang tumbuh sebesar 5,12% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi juga mampu tumbuh sebesar 4,63% (qtq), lebih besar dibanding pertumbuhan PDRB nasional yang hanya sebesar 2,47% (qtq). Tingginya pertumbuhan ekonomi NTB non tambang di triwulan II 2014 lebih menunjukkan karakter perekonomian NTB yang memang cenderung mengalami peningkatan cukup tinggi pada saat panen raya, dan menjelang hari raya. Tingginya pertumbuhan ekonomi non tambang juga menunjukkan kondisi fundamental ekonomi yang masih relatif bagus. 1.2 SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB lebih didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan sebesar 3,87% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Realisasi investasi masih cenderung stabil walaupun sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Adanya larangan ekspor mineral tambang membuat stok mineral tambang mengalami kenaikan signifikan. Nilai ekspor mengalami penurunan hingga 55,46% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Secara kumulatif, hingga semester , penurunan ekspor telah mencapai 56,52% (ctc), dengan penyumbang penurunan ekspor terbesar terjadi di triwulan II 2014 yang mengalami penurunan hingga 44,59% (qtq). Besarnya penurunan ekspor mineral tembaga selain disebabkan oleh tidak adanya komoditas yang diekspor, juga disebabkan oleh adanya batasan pengiriman domestik mineral tambang yang tidak lebih besar dari 20% kapasitas terpasang PT Smelting. Periode Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Tabel 1.1 PDRB Sisi Permintaan Triwulan II 2014 yoy 2014*** 2012* 2013** Tw.1 Tw.2 Bobot yoy qtq ctc Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 26, , , , Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba (LNP) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 10, , , , (2.46) Pembentukan Modal Tetap Bruto 15, , , , (0.96) 0.97 (2.30) Perubahan Stok (4,926.67) (2,479.91) , (248.89) 2, (658.23) Ekspor 13, , , , (55.46) (44.59) (56.52) Impor 12, , , , NTB 49, , , , (2.67) Nasional 8,241,864 9,084,001 2,404,000 2,480, Net Ekspor 1, (1,061.28) (1,166) (2,518) (2.29) Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 2

31 Trilyun Triwulan II 2014 Secara triwulanan, seluruh pengeluaran mengalami kenaikan kecuali aktivitas ekspor yang mengalami penurunan signifikan. Pertumbuhan cukup besar terjadi pada meningkatnya persediaan terutama mineral tembaga seiring dengan adanya larangan ekspor tambang. Dengan adanya larangan ekspor, kapasitas gudang mineral PT NNT sudah mencapai kapasitas maksimal sejak akhir Mei 2014 yang membuat PT NNT harus merumahkan karyawannya. Kenaikan persediaan PT NNT tampak dari peningkatan perubahan stok yang meningkat hingga lebih dari 1,2 trilyun rupiah. Pengeluaran pemerintah juga mulai meningkat seiring dengan meningkatnya belanja hibah serta mulai terealisasinya belanja modal dan barang pemerintah. Konsumsi rumah tangga menunjukkan pertumbuhan walaupun relatif kecil. Relatif tingginya impor lebih disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan menjelang hari raya. Tingginya impor berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi apabila tidak diimbangi oleh peningkatan produksi ataupun konsumsi. Pada triwulan II 2014, Provinsi NTB mengalami net impor hingga 2,5 trilyun rupiah yang berpotensi menekan perekonomian dalam jangka panjang Konsumsi Total konsumsi di Provinsi NTB triwulan II 2014 mengalami kenaikan sebesar 3,23% (yoy) dibanding tahun sebelumnya yang disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran lembaga non profit dan konsumsi rumah tangga. Pengeluaran pemerintah hanya bertambah 0,71% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, padahal di tahun 2014 terdapat kenaikan DIPA konsumsi pemerintah hingga 13% dibanding tahun sebelumnya. Rendahnya konsumsi pemerintah tampak dari total realisasi belanja konsumsi yang masih berada di kisaran 36% lebih rendah dibanding realisasi tahun sebelumnya. Realisasi konsumsi pemerintah tertinggi terjadi pada anggaran belanja APBD provinsi dengan pencapaian hingga 37,16%, disusul oleh realisasi belanja kabupaten kota yang mencapai 36,65%. Grafik 1.3 Penyerapan Anggaran Grafik 1.4 Konsumsi Energi di Provinsi NTB Tw II APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten DIPA 2013 DIPA 2014 % Realisasi Listrik LPG BBM Tw I 2014 Tw II 2014 Sumber: KPPN, Biro Keuangan Prov. NTB, diolah Sumber: Pertamina dan PLN, diolah Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 3

32 Miliar Triwulan II 2014 Berdasarkan total jumlah uang yang dibelanjakan, total konsumsi energi di Provinsi NTB pada triwulan II 2014 mencapai 1,2 trilyun rupiah, dengan pangsa terbesar merupakan konsumsi BBM dengan konsumsi mencapai 887 miliar rupiah. Dibanding triwulan sebelumnya, konsumsi listrik mengalami kenaikan tertinggi hingga 23,39% (qtq), disusul kenaikan konsumsi BBM yang mencapai 11,65% (qtq) dan LPG sebesar 7,93% (qtq). Konsumsi listrik masih menunjukkan adanya kenaikan seiring dengan adanya penambahan pelanggan. Namun demikian, adanya pemadaman listrik bergilir seiring dengan adanya perawatan berkala pembangkit berpengaruh terhadap pelambatan pertumbuhan penyaluran listrik dibanding tahun sebelumnya yang disebabkan oleh adanya kekurangan pasokan listrik hingga 18 MW. Indikator pembelian kendaraan bermotor juga masih menunjukkan adanya kenaikan sebesar 9,47% (yoy) walaupun menunjukkan tren melambat sejak triwulan IV Penjualan mobil masih menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi dengan pertumbuhan mencapai 17,44% (yoy). Namun demikian, secara triwulanan, penjualan mobil justru mengalami penurunan 11,03% dibanding triwulan sebelumnya Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Sumber: PLN, diolah Konsumsi Listrik RT (juta kwh) growth(% yoy)kanan growth(% qtq)kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II (5.00) (10.00) (15.00) Grafik 1.6 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Sumber: Dispenda NTB, diolah Kredit konsumsi masih menunjukkan pertumbuhan yang menunjukkan cukup besarnya daya beli masyarakat.total kredit konsumsi di NTB pada triwulan II 2014 mencapai 12 trilyun. Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit Provinsi NTB mampu bertumbuh hingga 17,82% (yoy). Sepanjang triwulan II 2014, kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan tinggi hingga 5,89% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya I II III IV I II III IV I II III IV I II Total Motor 2014 Mobil growth total (%,yoy)kanan growth motor (%,yoy)kanan growth mobil (%,yoy)kanan (20) (40) Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 4

33 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Triwulan II , , , , , , , Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Konsumsi Kredit Konsumsi (Rp miliar)kiri Growth (%yoy)kanan Growth (%qtq)kanan 17.82% 5.89% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Grafik 1.8 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Namun demikian hasil survei konsumen menunjukan adanya penurunan optimisme keyakinan konsumen dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan keyakinan konsumen terutama disebabkan oleh menurunnya keyakinan akan ketersediaan lapangan kerja, seiring dengan banyaknya pemberitaan tentang kemungkinan perumahan karyawan PT NNT Investasi Aktivitas investasi mengalami kenaikan pada triwulan II 2014 sebesar 0,97% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya namun dibanding investasi tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar0,96% (yoy). Total realisasi investasi triwulan II 2014 mencapai 4,27 trilyun rupiah. Peningkatan investasi lebih disebabkan oleh mulai terealisasinya rencana investasi yang dilakukan pemerintah hingga lebih dari dua kali lipat dibanding triwulan sebelumnya serta peningkatan realisasi investasi swasta berupa mulai terealisasinya pembangunan fisik investasi swasta terutama di bidang kepariwisataan. Berdasarkan data BKPM, realisasi ijin investasi di Provinsi NTB pada triwulan II 2014 mengalami kenaikan yang signifikan hingga 91,05% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan investasi pemerintah yang mengalami kenaikan hingga 132,04% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya walaupun dibanding tahun sebelumnya, realisasi investasi mengalami sedikit penurunan. Peningkatan investasi swasta dialami baik oleh PMA maupun PMDN seiring dengan dilakukannya pembangunan proyek. Total realisasi ijin investasi swasta pada triwulan II 2014 mencapai 2,95 trilyun rupiah terutama disebabkan oleh meningkatnya realisasi ijin investasi PMA yang mencapai 2,79 trilyun. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 5

34 Trilyun Triwulan II 2014 Grafik 1.9 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri 4, , , , , , , , ,951 I II III IV I II III IV I II III IV I II Total PMDN PMA (kanan USD) Grafik 1.10 Pagu Belanja Modal Pemerintah 2014 dan Realisasi Investasi Triwulan II APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten DIPA 2013 DIPA 2014 % Realisasi Sumber: BKPM, diolah Sumber : Biro Keuangan, KPPN Wilayah NTB, diolah Total realisasi investasi pemerintah pada triwulan II 2014 mencapai 800 miliar rupiah atau mengalami kenaikan hingga 132% (qtq) dari realisasi triwulan sebelumnya. Capaian realisasi investasi tertinggi diraih oleh investasi pemerintah pusat yang mencapai 534 miliar atau 23,72% dari target investasi tahun Di tingkat pemerintah kota/kabupaten, realisasi investasi tertinggi diraih oleh pemerintah kabupaten Lombok Tengah dengan total realisasi investasi mencapai 42,55% dari target. Tingginya investasi disebabkan oleh tercapainya realisasi investasi tanah yang mencapai 212,06% dari target diikuti oleh realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan yang mencapai 40,95% dari target. Semakin cepat pencapaian realisasi menunjukkan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan di wilayahnya. Adapun pencapaian realisasi investasi terendah diraih oleh pemerintah provinsi NTB dengan realisasi investasi sebesar 11,82% dari target. Sedangkan investasi konstruksi cenderung melambat yang tampak dari penjualan semen yang mengalami penurunan. Dibanding triwulan sebelumnya, penjualan semen di triwulan II 2014 untuk Provinsi NTB mengalami penurunan 23,99% (qtq). Dibanding tahun sebelumnya, penjualan semen mengalami penurunan 7,07% (yoy) dan secara kumulatif mengalami penurunan hingga 8,58% (ctc). Hal ini menunjukkan sentimen investor terkait pembangunan fisik masih relatif rendah seiring dengan adanya potensi ketidakpastian politik sepanjang pelaksanaan pemilihan legislatif dan presiden. Namun demikian, setelah pemilihan legislatif, terlihat tingkat keyakinan investor meningkat sehingga mulai dilakukan ground breaking beberapa proyek swasta, seperti rencana pembangunan Lombok City Center dengan total investasi mencapai 1 trilyun, atau pembangunan Condotel Amarsvati yang total dari dua proyek tersebut bisa menambah 800 kamar hotel, mall dan rumah sakit dengan kapasitas 150 kamar. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 6

35 Grafik 1.11 Realisasi Konsumsi semen di Provinsi NTB Triwulan II , , , , ,000 50,000 Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%,yoy)kanan Pertumbuhan (%qtq)kanan Pertumbuhan (%ctc)kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II (10) (20) (30) 3, , , , , , Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi Kredit Investasi (Rp miliar)kiri) Growth (yoy %)Kanan Growth (qtq %)Kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 20% Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Progres beberapa proyek pemerintah dan BUMN juga terus menunjukkan peningkatan. Proyek bendungan Pandan Duri saat ini sudah mencapai 95% penyelesaian dan akan mulai beroperasi pada triwulan III Pemanjangan runway bandara di Bima dan Sumbawa juga sudah berjalan disertai dengan peningkatan kapasitas apron untuk mengejar persiapan menjelang tahun Pelebaran jalur Lembar Sekotong juga sudah dikerjakan dengan lebar dari 4,5 meter menjadi tujuh meter. PT Angkasa Pura saat ini juga sedang melakukan perbaikan lahan parkir dan paving, pembuatan meeting point serta pembuatan pagar ganda sebagai persiapan investasi besar tahun 2015 dan Pembangunan kawasan mandalika masih dalam tahap pembuatan jalan tembus 4 km dan pengerasan jalan baru akan dilakukan triwulan III Pembangunan Jalan By Pass BIL II juga sudah dilakukan ground breaking walaupun dalam pelaksanaan pembuatan jalan mengalami penolakan dari warga. Kredit investasi di Provinsi NTB triwulan II 2014 mengalami penurunan sebesar 2,73% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhan kredit investasi juga mengalami pelambatan menjadi hanya sebesar 14,27% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, melambat dibanding capaian triwulan I 2014 yang mampu bertumbuh 35,38% (yoy). Penurunan kredit lebih disebabkan oleh berkurangnya total hutang debitur besar terutama di Kabupaten Sumbawa Ekspor Impor Nilai ekspor NTB di triwulan II 2014 turun tajam hingga 44,59% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya menjadi hanya 1,13 trilyun rupiah. Penurunan ekspor terutama disebabkan oleh pelarangan ekspor mineral sesuai UU Minerba. Di sisi lain, data ekspor komoditas pangan antar pulau mengalami kenaikan seiring dengan adanya Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 7

36 Thousands Milyar (Rp) Triwulan II 2014 panen raya. Total Ekspor pangan dan pengiriman mineral tembaga ke smelting pada triwulan II 2014 sebesar 1,5 trilyun rupiah dengan rincian 763 milyar berupa estimasi nilai ekspor komoditas pangan antar pulau dan 733 milyar berupa nilai pengiriman konsentrat tembaga ke PT Smelting. Total nilai ekspor pangan mengalami kenaikan hingga 44,48% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya namun berkurang 16,90% (yoy) dibanding nilai ekspor tahun sebelumnya. Berdasarkan data PT Newmont, total pengiriman konsentrat mineral tembaga di triwulan II 2014 mengalami sedikit penurunan sebesar 2,08% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya dan mengalami penurunan 49,98% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Grafik 1.13 Arus Komoditas Pangan Masuk dan keluar Grafik 1.14 Perbandingan Nilai Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding Ekspor NTB 1,200 7,000 1, I II III IV I II 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 2,276 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Keluar Masuk Net Ekspor Sumber: BKP Provinsi NTB, diolah Sales Newmont ekspor Sumber : PT NNT dan BPS, diolah Arus wisatawan masuk Provinsi NTB di triwulan II 2014 mengalami kenaikan cukup besar sesuai dengan ritme kunjungan wisata di Provinsi NTB. Kenaikan wisata berpotensi meningkatkan pendapatan ekspor jasa pariwisata hingga ratusan miliar per triwulan. Kenaikan kunjungan wisatawan tampak dari tingginya pertumbuhan arus penumpang udara baik datang maupun berangkat dari Provinsi NTB yang tumbuh hingga 12,42% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Grafik 1.15 Perkembangan Arus Penumpang Angkutan Udara Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Impor (dlm juta) ,000 1,500 1,000 1,279 1,609 1,807 eksport Import Net Eksport 1, (10.00) (20.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II Total Domestik Internasional Growth (% qtq) Growth (% yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV (199) Tw I Tw II (210) Sumber: BPS Prov NTB dan Angkasa Pura 1, diolah Sumber : Cognos BI, diolah Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 8

37 Ribu ton Miliar Triwulan II 2014 Kegiatan impor komoditas juga mengalami penurunan hingga 52,91% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, seiring dengan adanya penurunan ekspor di triwulan II 2014 yang mencapai 86,58% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Rendahnya impor terutama disebabkan oleh berhentinya aktivitas tambang, sehingga kegiatan pembelian peralatan tambang juga ditunda atau bahkan dihentikan. Adanya larangan ekspor mineral membuat neraca perdagangan internasional Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam 2 triwulan terakhir mengalami net impor. Grafik 1.17 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar Berdasarkan Volume (8.83) (15.82) (25.75) Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw (10.00) (20.00) (30.00) Barang LHS Bongkar LHS Muat LHS Growth (qtq) RHS Grafik 1.18 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Lembar Berdasarkan Estimasi Nilai (Rp) 30 EKSPOR IMPOR NET EKSPOR (370) (559) 30 (547) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 88 (482) (610) (471) Sumber : Pelindo III, diolah Sumber: Pelindo III, diolah Berbeda dengan nilai impor PDRB yang mengalami kenaikan sebesar 3,97% (qtq), arus bongkar muat di pelabuhan lembar justru mengalami penurunan baik secara kuantitas maupun nominal. Peningkatan impor kemungkinan besar lebih disebabkan oleh moda pengiriman barang masuk Provinsi NTB yang lebih banyak menggunakan angkutan penyebarangan ASDP dan penggunaan pelabuhan lebih digunakan untuk pengiriman pupuk, semen dan komoditas bahan pangan. Adapun estimasi komoditas impor tercatat baik dari arus bongkar muat di pelabuhan lembar, impor kendaraan dan impor luar negeri sebesar 1,4 trilyun, jauh lebih kecil dari nilai impor PDRB yang sebesar 3,6 trilyun. Tidak adanya pencatatan komoditas masuk melalui penyeberangan laut membuat perhitungan nominal komoditas yang masuk sulit dilakukan. 1.3 SISI PENAWARAN Pertumbuhan ekonomi NTB non tambang pada triwulan II 2014 mampu bertumbuh sebesar 4,63% (qtq) lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi total provinsi NTB yang tumbuh 1,33% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi provinsi NTB masih mampu bertumbuh sebesar 2,93% (yoy) sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa tambang bertumbuh sebesar 5,19% (yoy). Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 9

38 Grafik 1.19 Porsi PDRB Sektoral Dengan dan Tanpa Tambang Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasajasa (5) (10) Grafik 1.20 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahunan 4 Komoditas Penyumbang Ekonomi Terbesar Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2 NTB Pertanian Perdagangan, Hotel & Restoran 2013*** 2014*** Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah NTB tanpa Tambang Pertambangan dan Penggalian Jasajasa Sektor pertanian masih menjadi kontributor utama penggerak ekonomi provinsi NTB dengan pangsa sebesar 25,79% terhadap perekonomian, sedikit meningkat dibanding kontribusi sektor pertanian pada triwulan I 2014 sebesar 25,34%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berkontribusi sebesar 18,94% terhadap perekonomian dan sektor jasajasa berkontribusi sebesar 14,59%, menggantikan kontribusi sektor pertambangan yang terus mengalami penurunan kontribusi terhadap perekonomian. Tanpa sektor tambang, kontribusi pertanian meningkat menjadi 29,05% terhadap perekonomian, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 21,34% dan sektor jasajasa dengan kontribusi sebesar 16,43%. Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran Periode yoy 2014*** Tw.1 Tw.2 Bobot yoy qtq Pertanian 12, , , , Pertambangan dan Penggalian 9, , , , (9.58) (16.97) Industri Pengolahan 1, , Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan 4, , , , Perdagangan, Hotel & Restoran 8, , , , Transportasi & Komunikasi 3, , , , Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2, , Jasajasa 6, , , , NTB 49, , , , NTB tanpa Tambang 41, , , , Nasional 8,241, ,081, ,401,248 2,480, Berdasarkan pertumbuhan ekonomi tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB pada triwulan II 2014 cenderung mengalami pelambatan dibanding pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ekonomi hanya terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran seiring dengan meningkatnya kegiatan wisata dan perdagangan. Sektor pertanian dan jasajasa tidak bertumbuh sebesar pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Bahkan sektor pertambangan justru mengalami penurunan Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 10

39 Ribu ton Triliun Triwulan II 2014 pertumbuhan dikarenakan melambatnya proses produksi konsentrat dan penghentian operasi tambang sejak tanggal 6 Juni Berdasarkan pertumbuhan triwulanan, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan ekonomi kecuali sektor pertambangan yang memang mengalami penghentian operasi. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dialami sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,85% (qtq), diikuti oleh pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa keuangan dengan pertumbuhan sebesar 5,27% (qtq), sektor pertanian sebesar 4,70% (qtq) dan sektor listrik, gas dan air bersih dengan pertumbuhan sebesar 4,14% (qtq) Pertanian Nilai tambah sektor pertanian pada triwulan II 2014 sebesar 3,87 trilyun, meningkat 4,70% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Adanya panen raya padi dan jagung menjadi penyebab utama meningkatnya pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Hasil panen 3 komoditas utama bahan makanan yaitu padi, jagung dan kedelai pada triwulan II 2014 mampu menghasilkan omset hingga 3,44 trilyun, belum termasuk komoditas tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Pada triwulan II 2014 juga terdapat panen komoditas sayuran dan kondisi cuaca yang baik mampu meningkatkan hasil tangkapan ikan sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian. Grafik 1.21 PDRB Sektor Pertanian Grafik 1.22 Produksi Tanaman Pangan Padi, Jagung dan Kedelai NTB (5.00) (10.00) (15.00) Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw * 2012* 2013** 2014*** I II III IV I II III IV I II (20.00) Pertanian Kanan Growth (qtq %)Kiri Growth (yoy %)Kiri Growth (ctc %)Kiri Padi Jagung Kedelai Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah Dalam rangka meningkatkan nilai tambah peternakan, pemerintah menjajaki penjualan daging sapi olahan dengan meningkatkan kapasitas rumah potong hewan (RPH) dan membangun RPH baru seperti di Barabali yang saat ini sudah disediakan lahan seluas 5,5 ha ditambah 2 ha bila diperlukan. Adapun peningkatan produksi daging unggas saat Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 11

40 ini masih terkendala pasokan pakan yang masih disuplai dari pulau Jawa, serta permasalahan tangkapan ikan yang terkendala oleh minimnya stok es di Bima. Walaupun potensi gangguan El Nino berada pada level sedang, laporan kekeringan sudah terjadi di daerah seperti Lombok Tengah yang menyampaikan telah terjadi ancaman kekeringan hingga tujuh ribu hektar dan daerah lain seluas ratusan hektar. Banyaknya sawah yang masih hanya bisa ditanami sekali setahun sekiranya dapat diatasi dengan pembangunan saluran tersier serta perbaikan saluran tersier yang mengalami kerusakan seperti perbaikan saluran irigasi di bendungan batu bulan. Grafik 1.23 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor Pertanian Triwulan II Grafik 1.24 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Triwulan II 2014 Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)kiri Growth (%yoy)kanan Growth (%qtq)kanan 400% 300% 200% 100% 0% Tabel 1. Kegiatan Usaha Tabel 2. Harga Jual Tabel 3. Tenaga Kerja Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II I II III IV I II III IV I II III IV I II % Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha, realisasi kegiatan usaha di sektor pertanian pada triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan yang diikuti oleh pelemahan harga jual komoditas pertanian. Kebutuhan tenaga kerja sedikit meningkat mengikuti kenaikan kegiatan usaha yang dilakukan. Penyaluran kredit sektor pertanian masih terus mengalami penurunan. Penurunan kredit dikarenakan adanya perbaikan performa kredit setelah mengalami kredit macet yang cukup besar di periode sebelumnya. Saat ini, NPL sektor pertanian sebesar 2%, turun dibanding NPL triwulan sebelumnya yang mencapai 3,31% Pertambangan Kinerja sektor pertambangan pada triwulan II 2014 mengalami penurunan cukup besar yang disebabkan oleh penghentian operasional tambang seiring dengan penuhnya stok konsentrat di gudang. Sebagai konsekuensi, PT NNT harus merumahkan 80% karyawannya atau kurang lebih sebanyak karyawan agar dapat menghemat biaya operasional. Penghentian aktivitas operasi pada bulan Juni 2014 tersebut berdampak pada penurunan produksi pertambangan hingga 16,97% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, atau turun sebesar 9,58% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan penjualan dialami oleh Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 12

41 Triliun Triwulan II 2014 komoditas tambang non konsentrat tembaga. Namun demikian, dikarenakan nilai tambah produksi yang hanya sebesar 368 miliar membuat kenaikan produksi komoditas non tambang konsentrat tidak mampu menahan penurunan produksi karena penurunan produksi konsentrat. Saat ini, PT NNT telah mengajukan gugatan arbitrase kepada pemerintah agar mendapatkan putusan sela untuk dapat melakukan ekspor mineral tambang. PT NNT berharap bisa mengurangi posisi stok konsentrat yang saat ini penuh, sehingga kebijakan perumahan karyawan dapat dihindari serta mengurangi kerugian yang timbul. Saat ini, penjualan PT NNT hanya mengandalkan pengiriman ke PT Smelting dengan pengiriman maksimal sebesar 20% dari kapasitas PT Smelting. Grafik 1.25 PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan Triwulan II 2014 Grafik 1.26 Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga dibanding PDRB Pertambangan , (10.00) (20.00) (30.00) (40.00) Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw * 2012* 2013** 2014*** ,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 1,685 1,441 (50.00) Pertambangan Kanan Growth (qtq %)Kiri Growth (yoy %)Kiri Growth (ctc %)Kiri ADHB Value Produksi Tambang Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: diolah Total produksi PT NNT saat ini hanya sebesar 1,44 trilyun, turun 29,40% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang sebanyak 2,04 trilyun. Harga komoditas emas dan perak masih mengalami penurunan harga, sedangkan harga tembaga mulai kembali pulih. Total penyaluran kredit pertambangan relatif tetap seiring dengan lesunya bisnis di sektor pertambangan. Grafik 1.27 Harga konsentrat dan komoditas Internasional Emas, Perak dan Tembaga Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan Konsentrat (US/ton) Emas (US/Onz) Perak US sen/onz) Tembaga (US/ton) RHS ,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)kiri I II III IV I II III IV I II 70000% 60000% 50000% 40000% 30000% 20000% 10000% 0% 10000% Sumber: PT Newmont dan Bloomberg, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 13

42 Milyar (Rp) Triliun Triwulan II 2014 Berdasarkan perkembangan terbaru, saat ini pemerintah telah mengeluarkan keputusan menteri keuangan tentang insentif ekspor bagi perusahaan yang memiliki komitmen membangun smelter Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) mengalami pertumbuhan ekonomi tahunan yang cukup besar hingga 8,61% (yoy) dibanding tahun sebelumnya atau tumbuh hingga 7,85% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tingginya pertumbuhan perdagangan lebih disebabkan oleh adanya panen raya padi dan jagung serta peningkatan aktivitas ekonomi menjelang hari raya Idul Fitri. Total nilai tambah sektor perdagangan hotel dan restoran mencapai 2,84 trilyun di triwulan II Peningkatan perdagangan komoditas pangan sejalan dengan adanya peningkatan kegiatan ekspor komoditas pangan keluar NTB yang mengalami kenaikan hingga di atas 40%. Adanya aktivitas liburan sekolah mampu meningkatkan kunjungan wisatawan sepanjang triwulan II Grafik 1.29 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Pertumbuhannya Grafik 1.30 Aktivitas Pengiriman Komoditas Pangan Keluar Provinsi NTB , Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw , (5.00) 2011* 2012* 2013** 2014*** 0.50 I II III IV I II (10.00) PHR Kanan Growth (qtq %)Kiri Growth (yoy %)Kiri Growth (ctc %)Kiri Keluar Masuk Net Ekspor Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Badan Ketahanan Pangan, diolah Tingginya aktivitas pariwisata tampak dari tingginya peningkatan kunjungan wisata baik turis domestik maupun turis asing. Dibanding tahun sebelumnya, total kunjungan wisatawan mengalami kenaikan hingga 27,61% (yoy). Peningkatan kunjungan terutama adalah berasal dari wisatawan asing hingga 50,09% (yoy) dibanding tahun sebelumnya selain dikarenakan adanya penambahan penerbangan internasional langsung ke Bandara Internasional Lombok, juga disebabkan oleh menariknya destinasi wisata di Lombok. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 14

43 Trilyun Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May ribu Triwulan II Grafik 1.31 Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel Berbintang Total DN LN Growth (% qtq) kanan Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Grafik 1.32 Tingkat Penghunian Kamar dan RataRata Lama Menginap Hotel RLM Bintang (RHS) kanan TPK Bintang (%LHS) Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah RLM Non Bintang (RHS) kanan TPK Non Bintang (%LHS) Tingkat penghunian kamar (TPK) sepanjang triwulan II 2014 juga mengalami kenaikan sesuai dengan karakter kunjungan wisatawan luar negeri yang mulai mengalami kenaikan di triwulan II. Liburan sekolah juga mampu meningkatkan tingkat penghunian kamar (TPK) terutama di bulan Juni Peningkatan TPK menunjukkan pertumbuhan kunjungan wisata yang lebih tinggi dibanding penambahan investasi hotel dan kamar baru di Provinsi NTB, hal inimenunjukkan masih cukup menariknya investasi pariwisata di Provinsi NTB. Adapun ratarata lama menginap mengalami sedikit penurunan. Tingginya pertumbuhan pariwisata selayaknya diikuti dengan peningkatan pelayanan umum terutama di daerah destinasi wisata. Pembenahan fasilitas umum destinasi wisata dan pengelolaan sampah kiranya dapat menjadi prioritas utama dalam pembenahan destinasi wisata di Provinsi NTB. Ketika sarana dan prasarana umum terpenuhi, maka industri pariwisata akan berkembang dengan sendirinya. Untuk itu, pemerintah provinsi NTB telah menganggarkan dana sebesar 14 miliar dari APBD untuk penataan 36 titik obyek wisata. Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran Grafik 1.34 Realisasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Sektor PHR Triwulan II Kredit Sektor PHR (Rp trilyun)kiri Growth (yoy%)kanan Growth (qtq%)kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II % 80% 60% 40% 20% 0% 20% Tabel 1. Kegiatan Usaha Tabel 2. Harga Jual Tabel 3. Tenaga Kerja Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 15

44 Penyaluran kredit sektor PHR masih mengalami pertumbuhan hingga 17,57% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, namun pertumbuhannya relatif melambat dalam dua tahun terakhir. Total penyaluran kredit perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi NTB hingga triwulan II 2014 mencapai 6,85 trilyun. Pelambatan pertumbuhan kredit lebih disebabkan oleh masalah pelambatan pertumbuhan DPK, sehingga bank menjadi lebih hatihati menyalurkan keterbatasan dana yang dimiliki. Secara triwulanan, penyaluran kredit perdagangan, hotel dan restoran mengalami kenaikan hingga 5,48% (qtq) guna penambahan modal usaha menjelang hari Raya Idul Fitri. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 16

45 PERKEMBANGAN PERMASALAHAN TAMBANG TERKAIT UU MINERBA Pada tanggal 1 Juli 2014, PT NNT mengajukan gugatan arbitrase internasional atas larangan ekspor yang dilakukan pemerintah terkait UU minerba. Dalam gugatan yang diajukannya, PT Newmont menyatakan maksudnya untuk memperoleh putusan sela yang mengizinkan PT Newmont untuk dapat melakukan ekspor konsentrat tembaga agar kegiatan tambang Batu Hijau dapat dioperasikan kembali. Dengan adanya larangan ekspor tersebut, PT NNT terpaksa harus merumahkan karyawan pada 6 Juni 2014 disebabkan oleh persediaan konsentrat yang sudah penuh. Rendahnya daya tampung PT Smelting menjadi penyebab utama penutupan produksi dikarenakan dengan daya tampung terbatas, PT NNT masih harus membagi pasokan dengan PT Freeport. Dengan adanya gugatan tersebut, pemerintah memutuskan untuk tidak melanjutkan negosiasi relaksasi ekspor hingga gugatan tersebut dicabut. Pemerintah juga menolak status kahar yang ditetapkan PT NNT dan meminta perusahaan untuk kembali beroperasi selambatlambatnya 90 hari sejak penolakan pemerintah secara resmi ditandatangani. Sebagai langkah hukum, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 78 tahun 2014 yang ditandatangani pada tanggal 24 Juli 2014 yang berisi bahwa akan dibentuk sebuah Tim Kuasa Hukum yang akan menangani gugatan ini dan melakukan pengajuan gugatan balik arbitrase pemerintah RI terhadap PT Newmont. Pemerintah Indonesia juga akan menggugat PT Newmont karena secara sepihak telah menghentikan produksi dengan alasan force majeure tanpa persetujuan dari pemerintah. Bagi Perekonomian NTB, penghentian operasi PT NNT yang menyumbang pangsa hingga lebih dari 15% bagi perekonomian berpotensi menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Apabila hingga akhir tahun PT NNT tetap tidak beroperasi, maka pertumbuhan ekonomi diprediksi akan mengalami penurunan 12% dibanding tahun Perekonomian NTB tidak mengalami penurunan yang tajam lebih dikarenakan proses penghentian operasi tambang yang baru terjadi pada bulan Juni, sehingga masih terdapat hasil produksi yang dapat dijual hingga akhir tahun Relatif tumbuhnya perekonomian di sektor yang lain juga masih mampu menopang potensi penurunan produksi tambang yang diperkirakan dapat mencapai 38% dibandingkan tahun sebelumnya. Grafik Boks 1.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2014 terkait Penghentian Operasi PT NNT Grafik Boks 1.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral tahun (2.00) (4.00) (3.15) (1.48) (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) (25.00) (30.00) (35.00) (1.48) 5.41 NTB NTB tanpa Tambang (40.00) (38.36) BOKS 1: PERKEMBANGAN PERMASALAHAN TAMBANG TERKAIT UU MINERBA 17

46 Sumber: Ramalan Bank Indonesia Provinsi NTB, Sumber: Ramalan Bank Indonesia Provinsi NTB, diolah diolah Dampak dari penghentian operasi dan perumahan karyawan diperkirakan akan lebih dirasakan pada semester kedua 2014 seiring dengan adanya penurunan daya beli akibat dari PHK sejumlah karyawan outsource yang mencapai orang maupun pemotongan gaji karyawan tetap yang dimiliki. Selain itu, juga akan terjadi penurunan investasi tambang. Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah berusaha untuk menemukan solusi terbaik bagi perekonomian, dan pada tanggal 25 Juli 2014 pemerintah akhirnya mengeluarkan peraturan tentang relaksasi ekspor untuk perusahaanperusahaan yang berkomitmen membangun smelter di dalam negeri. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan menteri keuangan (PMK) no. 75 / PMK.011/2012 tentang penetapan barang ekspor yang dikenakan bea keluar dan tariff bea keluar. Tabel Boks 1.1 Perbandingan Tarif Bea Keluar Sebelum dan Sesudah Peraturan Relaksasi Ekspor Tarif Bea Keluar Lama Komoditas 2014 Konsentrat Tembaga > 15% Tarif Bea Keluar Baru Sumber : Kementrian Keuangan, diolah Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 25% 30% 40% 50% 60% Komoditas 2014 Sem 1 Sem 2 Sem 1 Sem 2 Tahap 1 7.5% 7.5% 7.5% 7.5% 7.5% Tahap 2 5% 5% 5% 5% 5% Tahap 3 0% 0% 0% 0% 0% Dalam peraturan tersebut disampaikan bahwa pemerintah akan memberikan kelonggaran tarif keluar apabila perusahaan memiliki komitmen untuk membangun fasilitas pemurnian dan atau melakukan kerjasama pembangunan fasilitas pemurnian dengan perusahaan lain. Adapun pemberian kelonggaran tarif tergantung dari tahapan pembangunan smelter pemurnian yang dalam peraturan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu Sebagai berikut : Tahap 1 : Apabila tingkat kemajuan pembangunan sampai dengan 7,5% termasuk di dalamnya penempatan jaminan kesungguhan akan dikenakan tarif keluar sebesar 7,5%. Tahap 2 : Tingkat kemajuan lebih dari 7,5% sampai dengan 30% akan dikenakan tarif keluar sebesar 5% Tahap 3 : Tingkat kemajuan lebih dari 30% dibebaskan dari tarif keluar Dengan adanya relaksasi ekspor tersebut, PT NNT sebenarnya berhak mendapatkan fasilitas relaksasi yang diberikan oleh pemerintah dikarenakan saat ini PT NNT sudah mendapatkan surat persetujuan ekspor dan menjadi salah satu eksportir terdaftar untuk komoditas mineral. Namun demikian, dikarenakan masih berlangsungnya gugatan arbitrase, dan masih terdapat beberapa poin addendum kontrak karya yang belum disetujui, maka kegiatan ekspor masih belum dapat dilakukan. Diharapkan, selambatlambatnya triwulan IV 2014, permasalahan gugatan arbitrase dapat diselesaikan beserta dengan addendum kontrak karya yang masih berlangsung, agar tekanan pertumbuhan ekonomi dapat dihindari. BOKS 1: PERKEMBANGAN PERMASALAHAN TAMBANG TERKAIT UU MINERBA 18

47 Kajian Pariwisata Provinsi NTB Sejak selesai dibangunnya Bandara Internasional Lombok tingkat kunjungan wisatawan asing di NTB terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan kunjungan yang mencapai 27% (yoy). Pertumbuhan tersebut merupakan tertinggi kedua di Indonesia setelah Bandara Adi Sumarmo Solo. Namun tingkat kunjungan yang tinggi tersebut tidak diikuti dengan penuhnya tingkat hunian hotel berbintang hanya sebesar 53,24% pada bulan Juni 2014, lebih rendah daripada ratarata nasional sebesar 55,40% dan Bali sebagai peersprovince sebesar 62,10%.Rendahnya okupansi lebih disebabkan oleh meningkatnya investasi pembangunan hotel dikarenakan prospek pariwisata NTB yang memang menjanjikan. Grafik Boks 2.1 Pertumbuhan Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk Grafik Boks 2.2 Tingkat Hunian Hotel Berbintang Sumber : BPS Diolah Sumber : BPS Diolah Dengan jumlah hotel bintang di Provinsi NTByang hanya berjumlah 331 hotel, dengan 40,18% yang termasuk hotel bintang 3 ke atas dibandingbali yang memiliki 3224 hotel dengan 65,88% merupakan hotel bintang 3 ke atas, maka potensi kenaikan okupansi dalam masa depan relatif besar mengikuti pertumbuhan pariwisata NTB yang bertumbuh cukup signifikan. Dari data di atas walaupun dengan jumlah hotel yang 9,7x lebih banyak namun mampu memiliki tingkat hunian yang lebih baik. Rasio antara masingmasing klasifikasi hotel tersebut dapat dilihat pada data dibawah. 11% Grafik Boks 2.3 Rasio Klasifikasi Hotel di Bali Rasio Hotel di Bali 9% 10% Grafik Boks 2.4 Rasio Klasifikasi Hotel di NTB Rasio Hotel di NTB 20% 17% 3% 14% 36% 25% 20% 20% 15% Bintang 5 Bintang 4 Bintang 3 Bintang 2 Bintang 1 Non Bintang Bintang 5 Bintang 4 Bintang 3 Bintang 2 Bintang 1 Non Bintang Boks 2: Kajian Pariwisata Provinsi NTB 19

48 Sumber : Booking.com diolah Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki banyak potensi keragaman lokasi wisata dengan karakter destinasi yang unik. Badan Koordinasi Penanaman Modal(BKPM) sendiri menyebutkan ada 25 lokasi wisata potensial yang masih terbatas pada pulau lombok, objek wisata tersebut antara lain : Sumber : BKPM, diolah Tabel Boks 2.1 Lokasi Wisata Pulau Lombok Daftar Potensi Wisata Pulau Lombok 1. Pantai Senggi Dan Sekitarnya 10. Gunung Pengsong 19. Pantai Selong Belanak 2. Taman Narmada 11. Pantai Cemara 20. Pemandian Aik Bukak 3. Taman Wisata Suranadi 12. Gili Tangkong 21. Air Terjun Benang Stokel 4. Padang Golf Golong 13. Gili Gede Sekotong 22. Air Terjun Benang Kelambu 5. Pantai Meninting 14. Gili Asahan Sekotong 23. Perkebunan Kopi Persil 6. Pemandian Aik Nyet 15. Pantai Kuta 24. Rute Trekking Danau Segara Anak 7. Hutan Sesaot 16. Pantai Aan 25. Bendungan Batujai 8. Gili Nanggu Sekotong 17. Teluk Gerupuk 9. Sentra Gerabah Banyumulek 18. Pantai Mawun Data yang dirilis BKPM tersebut masih belum mengakomodir potensi wisata daerah lain seperti pulau Sumbawa. Apabila potensi wisata tersebut mampu dioptimalkan maka penerimaan daerah dari sektor PHR akan meningkat. Hasil penelitian World Travel and Tourism Council (WTTC) menyatakan bahwa pariwisata memiliki peran penting dalam peningkatan GDP. Dalam satu dekade kedepan WTTC memproyeksi kontribusi pariwisata terhadap GDP total dunia akan mengalami peningkatan dari 2,9% pada 2013 menjadi 3,1% pada Selain itu investasi modal pada bidang pariwisata akan meningkat dari $754,6 milliar USD pada 2013 menjadi $1310,9 milliar USD pada Data lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ; Tabel Boks 2.2 Proyeksi Peran Pariwisata terhadap Perekonomian menurut WTCC Jenis Kontribusi Milliar USD % dari total Pertumbuhan Milliar USD % dari total Pertumbuhan Kontribusi Langsung terhadap GDP 2155,4 2,90% 4,30% 3379,3 3,10% 4,20% Kontribusi Total terhadap GDP 6990,3 9,50% 4,30% 10965,1 10,30% 4,20% Kontribusi Langsung terhadap Angkatan Kerja ,40% 2,20% ,70% 2,00% Kontribusi Total terhadap Angkatan Kerja ,90% 2,50% ,20% 2,40% Investasi Modal 754,6 4,40% 5,80% 1310,9 4,90% 5,10% Dilain pihak pariwisata di Nusa Tenggara Barat umumnya serta Lombok Tengah khususnya akan mendapatkan dorongan dengan adanya proyek Provincial Road Improvement and Maintenance(PRIM) yang berlangsung selama dua tahap, tahap 1 mulai 2013 sampai Juni 2015 serta tahap 2 mulai Juli 2015 sampai Program ini akan mempergunakan kontribusi Hibah Infrastruktur AustraliaIndonesia untuk mendorong peningkatan pemeliharaan dan tata kelola pemerintahan yang baik terkait dengan jalan provinsi. Proyek ini menganggarkan dana sebesar 130 Boks 2: Kajian Pariwisata Provinsi NTB 20

49 juta dollar Australia dan sebagian proses lelang proyeknya telah berjalan.melalui prosedur pemerintah yang ada, PRIM akan meningkatkan cara pemerintah provinsi mengelola dan memelihara jaringan jalan dan mendorong pengawasan publik terhadap efektivitas perencanaan dan penyelenggaraan pemeliharaan. Mulai dibenahinya sebagian masalah infrastruktur yang ada melalui adanya bandara internasional yang baru serta potensi kualitas jalan yang meningkat seharusnya membuat daya tarik dari NTB sebagai daerah tujuan wisata juga meningkat. Chen dan Tsai (2007) memiliki temuan yang menyatakan bahwa gambaran mengenai tempat tujuan wisata memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap niat perilaku wisatawan untuk berkunjung kembali maupun merekomendasikan tempat wisata tersebut ke orang lain. Maka dengan semakin baiknya gambaran mengenai tempat wisata yang ada maka potensi peningkatan kunjungan yang ada juga semakin tinggi. Untuk 2014 sendiri proyeksi Bank Indonesia akan penerimaan daerah dari sektor Perdagangan, hotel & Restoran mencapai 18,39% dari total PDRB. Jumlah yang seharusnya bisa ditingkatkan mengingat kendala yang terjadi pada berhenti operasinya PT. Newmont Nusa Tenggara yang harus disubstitusi oleh sektor lain. Dengan berhentinya operasi Newmont maka proyeksi pendapatan APBD untuk tahun 2014 harus mengalami penyesuaian mengingat pendapatan dari sektor pertambangan akan berkurang. Grafik Boks 2.5 Estimasi Model Struktural pengaruh gambaran tempat tujuan wisata terhadap perilaku wisatawan. Grafik Boks 2.6 Ramalan PDRB tahun 2014 Sumber : Jurnal Terkait Sumber : Data Ramalan Bank Indonesia Pemerintah sendiri tidak tinggal diam untuk meningkatkan daya tarik dari NTB sebagai tujuan wisata, salah satunya ialah melalui BUMN pada sektor pariwisata yaitu IndonesianTourism Development Corporation (ITDC).ITDC sendiri merupakan pengembang yang berhasil mengembangkan Nusa Dua menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik. Ini ditunjukkan dengan berhasilnya BTDC meningkatkan tingkat hunian hotel 42,41% pada 2003 menjadi 69,70% pada 2013 lebih tinggi dari ratarata hunian di Bali. Kesuksesan dalam mengembangkan Nusa Dua tersebut akhirnya membuat pemerintah menunjuk BTDC sebagai pengembang kawasan wisata Mandalika pada 2008 menggantikan PT. Pengembangan Pariwisata Lombok. Sejak 2011 BTDC Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 21

50 menerbitkan obligasi tiga tahap untuk mendanai investasi pada infrastruktur dasar sebesar 2,2 triliun rupiah. Namun rencana ini tidak semulus yang direncanakan mengingat saat ini ada 135 hektar lahan dari total 1175 hektar lahan yang direncanakan belum jelas masalah pembebasan lahannya. Lahan sebesar 135 hektar tersebut diklaim oleh beberapa pihak padahal BTDC telah mengantongi Hak Guna Bangunan atas lahan tersebut. Masalah ini terjadi karena undangundang agraria yang saat ini ada belum mampu mengakomodir. Bahkan dalam undangundang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria jangka waktu maksimal Hak Guna Bangunan adalah 50 tahun, sedangkan dalam kontrak kerjasama pemanfaatan lahan dimandalika tersebut ialah selama 180 tahun. Pada bulan Juli 2014 pemerintah akhirnya menerbitkan PP No. 52 Tahun 2014 tentang penetapan Mandalika Resort sebagai Kawasan Ekonomi Khusus(KEK).Dengan pengakuan Mandalika sebagai KEK tersebut maka banyak fasilitas khusus yang dapat diberikan oleh pemerintah. Fasilitas tersebut menjadi daya tarik baik bagi investor yang hendak menanamkan modalnya di Mandalika maupun kepada calon wisatawan yang hendak menikmati liburan di sana. Fasilitas tersebut antara lain : Fasilitas Fiskal Setiap wajib pajak yang berusaha di KEK diberikan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh). Dapat diberikan tambahan fasilitas PPh sesuai karakteristik Zona. Fasilitas perpajakan juga dapat diberikan dalam waktu tertentu berupa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Terdapat fasilitas kepabeanan dan cukai di dalam KEK serta penyerahan barang ke luar daerah pabean lain Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas kepabeanan, cukai, dan PPN diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP). Setiap wajib pajak yang berusaha di KEK diberikan insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu, pemerintah darah dapat memberikan kemudahan lain. Tabel Boks 2.3 Fasilitas KEK Fasilitas Non Fiskal Di KEK diberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Badan Usaha yang telah memperoleh tanah di lokasi yang sudah ditetapkan sebagai KEK berdasarkan Peraturan Pemerintah diberikan hak atas tanah. Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perijinan usaha, kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhanan, dan keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberika fasilitas keamanan, yang ditetapkan seuai dengan peraturan peundangundangan. Di KEK tidak diberlakukan ketentuan yang mengatur bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, kecuali yang dicadangkan untuk UMKM dan koperasi. Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 22

51 KEK sendiri pertama kali diterapkan kepada Batam, Bintan, dan Karimun pada tahun 2006, sejak ditunjuk sebagai KEK pertumbuhan perekonomian di sana meningkat tajam. Dari data yang ada pertumbuhan ekonomi Batam dari tahun 2008 sampai dengan 2012 selalu di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Berikut data BPS perbandingan antara PDRB Batam dengan PDB Nasional : Tabel Boks 2.4 Perbandingan PDRB Batam dengan PDB Nasional Indonesia Batam Tahun PDB PDB Pertumbuhan PDRB PDRB Rasio PDRB adhk* adhb* adhk* adhb* atas PDB Pertumbuhan , ,69 6,01% 24,87 38,26 0,77% 7,18% , ,20 4,63% 26,08 40,97 0,73% 4,86% , ,85 6,22% 28,11 47,3 0,73% 7,77% , ,19 6,49% 30,13 52,62 0,71% 7,20% 2012** 2618, ,44 6,26% 32,17 57,65 0,70% 6,78% * dalam trilyun rupiah ** data sementara Dari data di atas dapat dilihat bahwa dengan penetapan Mandalika sebagai KEK akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Lombok Tengah khususnya dan NTB pada umumnya. Untuk itu peran dari masyarakat dianggap penting dalam mendukung akselerasi ekonomi yang ada. Dengan adanya akselerasi ekonomi tersebut maka angka kemiskinan juga akan berkurang, angka kemiskinan di Lombok Tengah pada 2013 ialah 16,71% di atas angka kemiskinan nasional 11,47%. Selain itu diharapkan dengan diterbitkannya KEK tersebut maka akan dibuat produk hukum turunan dari PP tersebut untuk memaksa pihak terkait segera menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga mampu mempercepat proses pembangunanmandalika Resort. Dengan selesainya permasalahan yang ada maka potensi yang ada dapat menjadi realisasi dalam bentuk peningkatan infrastruktur dan pendapatan daerah yang semakin besar. Boks 1: PerkembanganPerberasan di Provinsi NTB 23

52

53 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT BAB II Secara tahunan, inflasi NTB hingga akhir triwulan II 2014 mencapai 6,75%(yoy) sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang mencapai 6,70% Hingga semester I 2014, inflasi Mataram berada peringkat 17 dengan inflasi terendah nasional Berdasarkan pendekatan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan II 2014 masih disebabkan inflasi administered price Harga komoditas bahan makanan justru mengalami penurunan pada triwulan II 2014 Inflasi NTB masih menunjukkan tren rendah sepanjang triwulan II yang salah satunya disebabkan panen raya padi pada April 2014 Kelompok komoditas bahan makanan di triwulan II 2014 mengalami deflasi sebesar 2,40%(qtq) Kantor Bank Indonesia Mataram Jl. PejanggikNo. 2, Mataram Telp. (0370) , (0370)

54

55 jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may Triwulan II 2014 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT KONDISI UMUM Inflasi Provinsi NTB di Triwulan II 2014 masih menunjukkan tren rendah. Rendahnya inflasi NTB sepanjang triwulan II 2014 terutama disebabkan oleh adanya panen raya padi di bulan April 2014 yang mampu menjadi peredam utama inflasi di triwulan II Selain itu, adanya panen hortikultura seperti cabe, bawang merah, tomat mampu menahan kenaikan harga komoditas. Bahkan pada bulan Mei, inflasi kota Mataram dapat mengalami deflasi walaupun di saat yang sama sedang terjadi libur cukup panjang memperingati perayaan Waisak, Galungan dan Kuningan serta Nabi Muhammad SAW. Inflasi baru mengalami kenaikan cukup besar di bulan Juni dipicu oleh libur sekolah dan awal puasa, sehingga terjadi lonjakan permintaan menjelang puasa dan peningkatan kunjungan wisata. Secara tahunan, inflasi Provinsi NTB hingga akhir triwulan II 2014 mencapai 6,75% (yoy) sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang mencapai 6,70%. Namun demikian, secara kumulatif selama semester , inflasi Provinsi NTB sebesar 1,60 (ytd) masih relatif di bawah inflasi ratarata nasional dengan inflasi mencapai 1,99% (ytd). Hingga triwulan II 2014, kinerja inflasi triwulanan masih dapat dijaga yang tampak dari capaian nilai inflasi yang selalu lebih rendah dibanding nasional. Pada triwulan II 2014, capaian inflasi triwulanan hanya sebesar 0,25% (qtq) lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 0,57% selama triwulan II Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB dan Nasional Inflasi Tahunan Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Provinsi NTB dan Nasional NASIONAL NTB Inflasi Bulanan (1.00) Nasional NTB (2.00) Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 24

56 jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may Triwulan II 2014 Hingga semester , inflasi di kota Mataram relatif terkendali bahkan berada di peringkat 17 kota dengan inflasi terendah di Indonesia. Namun demikian, kondisi sebaliknya justru terjadi pada Kota Bima yang justru menjadi kota dengan inflasi tertinggi ke18 dari total 82 kota perhitungan inflasi di Indonesia. Rendahnya inflasi Kota Mataram terutama lebih disebabkan oleh cukup terjaganya pasokan bahan makanan sehingga sepanjang triwulan II 2014, inflasi komoditas bahan makanan justru mengalami penurunan. Kenaikan cukup tinggi justru terjadi pada kenaikan harga makanan jadi seiring dengan adanya penyesuaian harga jual. Tingginya inflasi di Kota Bima lebih disebabkan oleh tingginya ongkos transportasi dan bahan makanan sepanjang triwulan II 2014 yang lebih disebabkan oleh adanya kenaikan biaya angkutan udara, dan meletusnya gunung Sangiang Api yang mengganggu rantai pasokan komoditas. Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Kumulatif Provinsi NTB dan Nasional Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB dan Nasional Inflasi Tahun Dasar Nasional NTB Inflasi Triwulanan (2.00) Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah (2.00) (4.00) Nasional Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah NTB Berdasarkan pendekatan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan II 2014 masih disebabkan oleh inflasi administered price yang disebabkan oleh adanya kenaikan biaya transportasi angkutan udara antara lain berupa kenaikan airport tax di bandara internasional Lombok dan kenaikan biaya avtur. Adanya letusan gunung Sangiang Apijuga menyebabkan kenaikan biaya transportasi ke Bima seiring dengan ditundanya penerbangan selama seminggu. Penurunan inflasi justru terjadi pada komoditas volatile food seiring dengan adanya panen raya komoditas padi dan hortikultura. Komoditas inti masih mengalami kenaikan namun relatif tidak signifikan. 2.2 INFLASI BERDASARKAN KOMODITAS Setelah mengalami kenaikan tertinggi di triwulan sebelumnya, harga komoditas bahan makanan justru mengalami penurunan di triwulan II Adanya panen raya dan tidak adanya lonjakan permintaan dinilai mampu menjaga harga bahan makanan Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 25

57 dan komoditas lain. Kenaikan tertinggi terjadi pada komoditas makanan jadi seiring dengan adanya penyesuaian harga menyusul adanya kenaikan harga bahan bakar dan listrik rumah tangga. Komoditas transportasi juga mengalami kenaikan cukup tinggi sepanjang triwulan II 2014 hingga 1,75% yang disebabkan oleh adanya kenaikan biaya avtur, airport tax serta gangguan penerbangan karena letusan gunung sangiang api. Hingga semester , inflasi masih relatif terkendali dengan nilai sebesar 1,60% (ytd). Rendahnya inflasi terutama disumbang oleh penurunan harga bahan makanan yang justru mengalami penurunan sebesar 1,18% dibanding akhir tahun Kenaikan tertinggi tetap disumbang oleh komoditas makanan jadi dan transportasi seiring dengan adanya kenaikan komoditas administered price. INFLASI KOMODITAS Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Tabel 2.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Provinsi NTB IHK 2014 mtm 2014 Tw II 2014 Apr Mei Jun Apr Mei Jun qtq ytd yoy NASIONAL (0.02) UMUM (0.37) BAHAN MAKANAN (2.16) (0.83) 0.59 (2.40) (1.18) 6.22 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG (0.13) (0.03) 0.05 (0.11) KESEHATAN (0.22) PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA (0.01) TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Dibanding tahun sebelumnya, inflasi kelompok komoditas transportasi dan makanan jadi menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan nilai inflasi masingmasing sebesar 10,97% dan 8,24% (yoy). Kenaikan harga makanan jadi disebabkan oleh adanya kenaikan transportasi, listrik dan bahan bakar yang juga cukup tinggi, sehingga pedagang juga meningkatkan harga makanan untuk menyesuaikan kenaikan biaya produksi. Kenaikan harga bahan makanan mulai menunjukkan adanya penurunan seiring dengan terkendalinya pasokan. Inflasi komoditas kesehatan dan pendidikan relatif terjaga seiring dengan adanya program pemerintah, sehingga penetapan harga menjadi sangat tergantung kebijakan pemerintah, sedangkan rendahnya kenaikan harga sandang lebih disebabkan oleh terjaganya persaingan sehingga harga relatif stabil untuk menjaga keunggulan persaingan di pasar Bahan Makanan Kelompok komoditas bahan makanan di triwulan II 2014 justru mengalami deflasi sebesar 2,40% (qtq). Turunnya harga lebih disebabkan oleh adanya panen raya padi di bulan April serta panen hortikultura yang berlangsung di triwulan II Adanya libur panjang di bulan Mei 2014 tidak terlalu meningkatkan harga di Kota Mataram seiring dengan Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 26

58 inflasi Triwulan II 2014 tersedianya pasokan. Kenaikan harga bahan makanan justru terjadi di Kota Bima pada bulan tersebut dikarenakan adanya kenaikan harga tomat sayur, bandeng, daging ayam ras dan ayam hidup dengan kenaikan yang cukup tinggi. Kenaikan harga bahan makanan di bulan Juni lebih disebabkan oleh adanya persiapan menjelang puasa dan kenaikan permintaan selama liburan anak sekolah. Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Bahan Makanan jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun mtm ytd yoy qtq Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Bahan Makanan Bumbu bumbuan Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Buah buahan Kacang kacangan Padipadian, Umbiumbian dan Hasilnya Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Daging dan Hasilhasilnya Sayursayuran Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasilhasilnya Apr14 May14 Jun14 Arah pergerakan inflasi bahan makanan masih menunjukkan tren menurun dengan penurunan terbesar di bulan April 2014 hingga 2,16% seiring dengan adanya panen raya padi, bumbubumbuan dan ikan diawetkan. Pada bulan Mei masih terjadi deflasi dengan penyumbang utama komoditas bumbubumbuan terutama cabe rawit dan bawang putih serta komoditas ikan diawetkan. Pada bulan Juni, sebagian besar komoditas bahan makanan mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi pada komoditas bumbubumbuan lebih karena penyesuaian harga kembali setelah mengalami penurunan dalam dua bulan sebelumnya, serta kenaikan harga telur, susu dan hasilhasilnya seiring dengan naiknya harga komoditas tersebut di Jawa. Dengan ketergantungan impor dari Bali dan Jawa hingga 90%, maka harga telur sangat rentan terhadap kenaikan harga di daerah lain. Berdasarkan fluktuasi kenaikan dan penurunan harga, inflasi komoditas bahan makanan relatif cukup stabil. Kota Mataram memiliki fluktuasi harga yang lebih rendah dibanding Kota Bima lebih disebabkan oleh lebih mudahnya jalur distribusi produsen pangan yang sebagian besar berada di Pulau Lombok dibanding Kota Bima yang banyak mengimpor dari Lombok dan daerah lainnya Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau Inflasi makanan jadi, minuman dan tembakau sepanjang triwulan II 2014 terus mengalami kenaikan. Adanya kenaikan harga bahan bakar rumah tangga dan Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 27

59 inflasi Triwulan II 2014 kenaikan listrik menjadi penyebab utama kenaikan harga bahan makanan seiring dengan peningkatan biaya produksi. Kenaikan harga tembakau dan minuman selain dikarenakan oleh adanya peningkatan ongkos angkutan, juga lebih disebabkan oleh adanya penyesuaian harga atas kenaikan cukai rokok. Secara triwulanan, makanan jadi, minuman dan tembakau mengalami inflasi sebesar 2,07% (qtq), terbesar dibanding inflasi kelompok komoditas yang lain. Secara kumulatif hingga semester , inflasi kelompok komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau telah mencapai sebesar 4,76% (ytd) dan dibanding tahun sebelumnya, telah terjadi inflasi hingga sebesar 8,24% (yoy). Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol Tembakau dan Minuman Beralkohol mtm ytd yoy qtq Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Berdasarkan komoditas pembentuknya, inflasi kelompok komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau di triwulan II lebih didorong oleh tingginya inflasi pada komoditas tembakau dan minuman beralkohol yang mengalami inflasi hingga 4,21% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Adanya kenaikan biaya tembakau serta kenaikan cukai rokok dan BBM di tahun sebelumnya membuat perusahaan rokok melakukan penyesuaian harga secara bertahap setiap bulannya. Inflasi komoditas makanan jadi triwulan II 2014 sebesar 1,66% (qtq) seiring dengan masih adanya penyesuaian harga beberapa komoditas, dan inflasi minuman tidak beralkohol mencapai 0,78%. Dibanding tahun sebelumnya, komoditas makanan jadi masih mengalami tekanan inflasi tertinggi yaitu sebesar 16,63% terutama disebabkan oleh pengaruh kenaikan BBM dan harga gas yang tinggi, sehingga penjual serentak melakukan penyesuaian harga baik di Kota Mataram maupun kota Bima. Dengan harga dasar penjualan yang relatif sudah tinggi, kenaikan harga yang cukup besar tersebut cukup menarik UMKM baru untuk berjualan makanan jadi yang tampak dari menjamurnya warung di pinggir jalan di Kota Mataram dan Bima. Pertumbuhan pedagang makanan baru diharapkan masih akan tumbuh agar tercipta persaingan yang lebih Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 28

60 inflasi Triwulan II 2014 kompetitif yang diharapkan dapat menekan kenaikan harga yang terjadi. Dibandingkan daerah lain di Indonesia, terlebih di Jawa, jumlah pedagang makanan jadi di Kota Mataram masih relatif minim sehingga peluang mendapatkan keuntungan masih relatif besar Perumahan, Listrik, Air dan Gas Kenaikan harga kelompok komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas di triwulan II 2014 relatif tumbuh moderat sebesar 0,37% (qtq). Inflasi disebabkan oleh meningkatnya biaya upah pembantu mengikuti adanya kenaikan UMK provinsi NTB. Selain itu, adanya kenaikan biaya toiletris juga mampu menyumbang inflasi komoditas penyelenggaraan rumah tangga, sedangkan komoditas lainnya relatif mengalami kenaikan harga yang rendah. Dibanding tahun sebelumnya, inflasi kelompok komoditas perumahan, listrik, air dan gas mengalami inflasi sebesar 6,67% terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga gas rumah tangga dan tarif listrik yang mengalami inflasi hingga 22,96% (yoy). Tingginya inflasi terutama lebih disebabkan oleh tingginya inflasi tahun sebelumnya yang disebabkan oleh adanya kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga gas dan anomali kenaikan gas karena penggunaan untuk omprongan tembakau. Hingga semester , inflasi kelompok komoditas ini mencapai 1,71% (ytd) dengan penyumbang utama inflasi adalah komoditas bahan bakar, penerangan dan air dengan inflasi mencapai 5,92 (ytd). Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Perumahan, Listrik, Air dan Gas jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga mtm ytd yoy qtq Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sandang Kelompok komoditas sandang mempertahankan status sebagai kelompok komoditas dengan harga yang relatif tetap dibanding triwulan sebelumnya. Sepanjang triwulan II 2014, inflasi kelompok komoditas ini justru mengalami penurunan sebesar 0,11% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Secara kumulatif hingga semester , inflasi komoditas Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 29

61 inflasi Triwulan II 2014 sandang hanya sebesar 0,14% (ytd) dibanding akhir tahun 2013, menjadikan inflasi komoditas sandang sebagai komoditas terendah kedua penyumbang inflasi NTB setelah komoditas bahan makanan. Secara tahunan, inflasi yang terjadi hanya bertumbuh sebesar 1,22% jauh dibanding kenaikan harga komoditas yang lain. Rendahnya inflasi lebih disebabkan oleh banyaknya pedagang sandang baik di Kota Mataram ataupun Bima, sehingga pelaku usaha lebih berusaha menjaga tingkat persaingan dengan tidak menaikkan harga dan meningkatkan kualitas produk. Banyaknya pedagang yang ada sangat menguntungkan konsumen dalam mendapatkan barang yang berkualitas dengan harga terjangkau, sehingga daya beli masyarakat dapat terjaga. Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Komoditas Sandang Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Sandang SANDANG Sandang Wanita Barang Pribadi dan Sandang Lain Sandang Lakilaki Sandang Anakanak jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun mtm ytd yoy qtq Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Kesehatan Inflasi komoditas Kesehatan mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya walaupun masih dalam nilai yang rendah. Dibanding triwulan sebelumnya, inflasi komoditas kesehatan meningkat hingga 1% (qtq). Kenaikan harga lebih disebabkan oleh adanya kenaikan harga sabun mandi serta peralatan toiletris yang lain seiring dengan adanya penyesuaian harga jual oleh produsen sebagai dampak dari kenaikan UMK, tarif listrik dan ongkos angkut. Biaya obatobatan di triwulan II 2014 justru mengalami penurunan inflasi sebesar 0,63% setelah triwulan sebelumnya mengalami inflasi yang cukup tinggi. Secara kumulatif hingga semester 1, inflasi komoditas kesehatan hanya sebesar 1,44% (ytd) dan dibandingkan tahun sebelumnya hanya bertumbuh sebesar 2,27% (yoy). Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 30

62 inflasi inflasi Triwulan II 2014 Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Kesehatan Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Kesehatan KESEHATAN Jasa Kesehatan Obatobatan Jasa Perawatan Jasmani Perawatan Jasmani dan Kosmetika jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun mtm ytd yoy qtq Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Inflasi pada kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga di triwulan II 2014 relatif terjaga walaupun pada bulan Juni terjadi inflasi pada komoditas perlengkapan/ peralatan pendidikan namun relatif rendah kurang dari 1%. Berdasarkan pola komoditas, inflasi biasanya baru akan terjadi pada bulan Juli seiring dengan adanya even kenaikan sekolah dan atau pendaftaran siswa baru untuk jenjang TK hingga SMU. Adanya peningkatan kebutuhan peralatan sekolah tidak terlalu meningkatkan harga lebih disebabkan oleh adanya promosi penjualan oleh produsen yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan mereka. Secara tahunan, inflasi komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga hanya mengalami kenaikan sebesar 2,08% dan menjadi inflasi tahunan terendah kedua setelah inflasi komoditas sandang. Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Grafik 2.16 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun mtm ytd yoy qtq Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Olahraga Rekreasi Pendidikan Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Kursuskursus / Pelatihan Perlengkapan / Peralatan Pendidikan Apr14 May14 Jun14 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 31

63 inflasi Triwulan II Transport, Komunikasi dan Jasa Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa mengalami inflasi triwulanan terbesar kedua dengan nilai hingga 1,75% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tingginya inflasi lebih disebabkan oleh adanya kenaikan ongkos angkutan udara seiring dengan adanya kenaikan airport tax di bandara internasional lombok dan adanya letusan gunung Sangiang Api yang membuat penerbangan ke Bima mengalami penghentian sementara dan berdampak pada mahalnya harga tiket pesawat jurusan Bima. Secara tahunan, inflasi komoditas transportasi, komunikasi dan jasa mencapai 10,97% (yoy) dan menjadi komoditas dengan inflasi tahunan tertinggi di Provinsi NTB. Tingginya inflasi lebih disebabkan oleh tingginya kenaikan tiket angkutan udara ke Bima yang mengalami kenaikan cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya, sedangkan kenaikan angkutan udara di Kota Mataram lebih disebabkan oleh adanya kenaikan ongkos airport tax bandara. Grafik 2.17 Perkembangan Inflasi Bulanan, Kumulatif dan Tahunan Komoditas Transport, Komunikasi dan Jasa Grafik 2.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas Transport, Komunikasi dan Jasa jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K Transpor Komunikasi Dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan mtm ytd yoy qtq Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah 2.3 INFLASI PERIODIKAL INFLASI TRIWULANAN Inflasi Provinsi NTB di triwulan II 2014 sebesar 0,25% (qtq) lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 0,57%. Rendahnya inflasi Provinsi NTB lebih disebabkan oleh terjadinya deflasi bahan makanan hingga 2,4%, sehingga mampu menyumbang rendahnya inflasi di Provinsi NTB. Inflasi tertinggi terjadi pada komoditas makanan, minuman dan tembakau seiring dengan adanya kenaikan bahan bakar gas rumah tangga dan kenaikan tarif listrik. Komoditas transportasi, komunikasi dan jasa menyumbang inflasi terbesar kedua dengan nilai inflasi sebesar 1,75% (qtq) yang disebabkan oleh kenaikan ongkos angkutan udara. Nilai inflasi di atas 1% lainnya hanya terjadi pada kenaikan biaya Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 32

64 kesehatan yang lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditas perawatan jasmani dan kesehatan seiring dengan adanya kenaikan harga sabun mandi. Adapun komoditas lainnya mengalami inflasi kurang dari 1% (0.50) Tw I Tw II Grafik 2.19 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas Nasional NTB Tw III Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw IV I II III IV I II III IV I II III IV I II TRANSPOR,KOMUNIKAS I DAN JASA K PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA BAHAN MAKANAN KESEHATAN 0.11 MAKANAN 2.07 JADI, MINUMAN, ROKO K & TEMBAKAU 0.37 SANDANG PERUMAHAN,AIR,LISTRI K,GAS & BB Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Secara umum, tekanan inflasi yang cukup tinggi baru terjadi di bulan Juni seiring dengan adanya libur panjang sekolah dan dimulainya bulan puasa yang meningkatkan permintaan barang dan jasa. Pada bulan April secara total bahkan terjadi deflasi seiring dengan adanya panen raya padi yang mampu menyumbang deflasi bahan makanan serta penurunan harga sandang dan pendidikan. Pada bulan Mei, harga bahan makanan masih mengalami deflasi seiring dengan adanya panen komoditas hortikultura berupa bawang merah dan cabe serta meningkatnya hasil tangkapan ikan yang mampu menurunkan harga ikan diawetkan dan ikan segar. Kenaikan harga yang cukup tinggi terjadi pada komoditas daging dan hasilhasilnya seiring dengan adanya kenaikan harga ayam pedaging di pasar. Harga obatobatan juga mengalami penurunan setelah mengalami kenaikan di bulan April Pada bulan Juni, harga daging ayam menjadi penyumbang penurunan harga terbesar seiring dengan kembalinya harga ke level normal. Tingginya tangkapan ikan juga mampu menurunkan harga ikan segar. Namun secara keseluruhan, Inflasi di bulan Juni cenderung mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok komoditas makanan jadi dan tembakau Inflasi Tahunan Secara tahunan, Inflasi Provinsi NTB mencapai 6,75% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang sebesar 6,70% (yoy). Tingginya inflasi Provinsi NTB secara tahunan lebih disebabkan oleh tingginya inflasi akibat kenaikan BBM di tahun sebelumnya, sehingga masih membawa dampak ikutan hingga triwulan II Secara kumulatif hingga semester , inflasi provinsi NTB hanya sebesar 1,60% (ytd) relatif lebih rendah dibanding inflasi nasional yang sebesar 1,99% (ytd). Tingginya inflasi lebih disebabkan Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 33

65 oleh masih persisten tingginya Inflasi pada kelompok komoditas transportasi dan komunikasi. Hal ini selain dikarenakan kenaikan BBM tahun sebelumnya, juga disebabkan oleh adanya kenaikan harga avtur dan airport tax bandara internasional Lombok yang berdampak pada kenaikan harga tiket angkutan udara. Harga bahan makanan yang hingga akhir tahun 2013 menjadi penyumbang inflasi tertinggi berangsur mulai mengalami penurunan harga dan dibanding tahun sebelumnya, inflasi komoditas bahan makanan hanya sebesar 6,22% (yoy) jauh menurun dibanding akhir tahun 2013 yang masih sebesar 12,56% (yoy). Panen komoditas padi dan hortikultura menjadi penyebab utama penurunan harga komoditas bahan makanan Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi NTB Berdasarkan Komoditas UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec jan feb mar apr may jun Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Komoditas makanan, minuman dan tembakau justru menjadi komoditas dengan inflasi terbesar kedua setelah inflasi pada komoditas transportasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan biaya produksi akibat dari kenaikan harga gas rumah tangga dan kenaikan tarif dasar listrik. Inflasi komoditas makanan jadi, minuman dan tembakau mencapai 8,24% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan inflasi komoditas perumahan, air, listrik dan bahan bakar sendiri mengalami inflasi sebesar 6,67% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Inflasi pada komoditas sandang mengalami inflasi tahunan terendah dibanding komoditas yang lain seiring dengan ketatnya persaingan di pasar yang membuat pedagang enggan untuk menaikkan harga, sedang rendahnya inflasi kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olah raga serta kesehatan lebih didorong oleh adanya program bantuan operasional sekolah dan adanya program BPJS yang membantu menjaga kestabilan biaya pendidikan dan ongkos kesehatan. Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 34

66 2.4 DISAGREGASI INFLASI Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di triwulan II 2014 terutama disebabkan oleh tingginya inflasi administered price yang naik hingga 2,18% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Dibanding tahun sebelumnya, komoditas administered price mengalami inflasi hingga 13,60% (yoy), hal ini lebih disebabkan oleh adanya rentetan kebijakan menaikkan harga yang dimulai dari meningkatnya harga BBM tahun yang lalu, meningkatnya harga tarif dasar listrik, biaya avtur hingga naiknya biaya bahan bakar rumah tangga. Adanya kenaikan biaya airport tax juga meningkatkan inflasi administered price pada triwulan II Hingga semester , inflasi administered price sudah mencapai 5,17% (ytd) jauh lebih tinggi dibanding inflasi volatile food yang justru mengalami deflasi sebesar 1,30% (ytd). Grafik 2.21 Disagregasi Inflasi Bulanan Provinsi NTB Grafik 2.22 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi NTB UMUM administered price core inflation volatile food UMUM administered price core inflation volatile food jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may 0.00 jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Secara tahunan, inflasi komoditas volatile food sebesar 5,96% (yoy) lebih tinggi dibanding inflasi inti yang sebesar 4,65%. Tingginya inflasi volatile food lebih disebabkan oleh pengaruh kenaikan inflasi volatile food di tahun sebelumnya. Secara triwulanan, inflasi volatile food justru mengalami penurunan sebesar 1,28% (qtq). Inflasi inti relatif stabil dengan nilai inflasi kurang dari 5% per tahun. Berdasarkan data bulanan, terjadinya deflasi di bulan April lebih disebabkan oleh adanya deflasi volatile food karena panen raya padi dan deflasi pada komoditas inti yang disebabkan oleh turunnya biaya tempat tinggal, minuman tak beralkohol dan turunnya inflasi barang sandang lainnya. Deflasi kedua komoditas tersebut masih terjadi pada bulan Mei sedangkan pada bulan Juni semua komoditas mengalami inflasi. Inflasi administered price terutama disebabkan oleh adanya inflasi akibat kenaikan cukai rokok dan tembakau terutama di bulan Juni 2014 serta meningkatnya biaya transportasi khususnya angkutan udara terutama di bulan Mei Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 35

67 2.4.2 Kota Mataram Inflasi triwulanan Kota Mataram pada triwulan II mencapai 0,08% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Deflasi yang terjadi lebih disebabkan oleh terjadinya deflasi komoditas volatile food seiring dengan adanya panen raya padi, panen hortikultura dan meningkatnya tangkapan ikan. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram sebesar 6,20% masih relatif tinggi lebih dikarenakan oleh tingginya inflasi pada bulan Juli 2013 seiring dengan adanya kenaikan BBM yang masih berpengaruh hingga akhir semester Adapun pengaruh kenaikan BBM baru akan hilang pada bulan Juli 2014 sesuai dengan metode perhitungan inflasi. Rendahnya inflasi Kota Mataram terlihat dari besar inflasi kumulatif selama semester yang hanya 1,31% (ytd), jauh lebih rendah dibanding ratarata inflasi nasional yang sebesar 1,99% (ytd). Grafik 2.23 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Mataram Grafik 2.24 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Mataram UMUM administered price core inflation volatile food UMUM administered price core inflation volatile food jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may 0.00 jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Kota Bima Sepanjang triwulan II 2014, Kota Bima justru mengalami inflasi yang relatif tinggi dengan inflasi mencapai 1,54% (qtq) jauh di atas inflasi nasional yang hanya sebesar 0,57% (qtq). Tingginya inflasi lebih disebabkan oleh tingginya kenaikan harga administered price terutama kenaikan ongkos angkutan udara dan tingginya inflasi pada komoditas volatile food. Tingginya inflasi pada komoditas volatile food menunjukkan adanya gangguan pasokan pada komoditas tersebut yang sebagian besar didapatkan dari luar Kota Bima terlebih dari Pulau Lombok. Adapun sumber inflasi volatile food yang lain adalah adanya kenaikan harga ikan segar yang disebabkan oleh penurunan hasil tangkapan ikan serta meningkatnya harga daging ayam. Peran TPID dalam mengidentifikasi sumber inflasi daerah dirasa penting agar permasalahan atas gangguan pasokan dapat segera diatasi. Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 36

68 Grafik 2.25 Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Bima Grafik 2.26 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Bima UMUM administered price core inflation volatile food UMUM administered price core inflation volatile food jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may 0.00 jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Secara tahunan, inflasi Kota Bima mencapai 8,94% (yoy) jauh lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang sebesar 6,70%. Secara kumulatif, inflasi Kota Bima juga relatif tinggi dengan nilai inflasi mencapai 2,75% (ytd) terutama disebabkan oleh tingginya inflasi administered price yang mencapai 8,98% (ytd) dalam enam bulan terakhir. Pengendalian inflasi perlu dilakukan pada komoditas yang bisa dikendalikan pemerintah berupa monitoring pasokan bahan pangan baru kemudian membangun sentimen positif akan ketersediaan pasokan volatile food tersebut. Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 37

69 Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Pengendalian Inflasi Semester I 2014 Realisasi inflasi Provinsi NTB pada semester mencapai 1,60%, angka tersebut lebih rendah 0,39% dari inflasi nasional yang sebesar 1,99%. Kabupaten/kota dengan pencapaian inflasi paling rendah pada semester ialah kota Mataram yang merupakan kota dengan inflasi paling rendah nomor 17 seindonesia. Namun di lain pihak kota Bima memiliki inflasi tertinggi ke 18 dari total 82 kota perhitungan inflasi di Indonesia. Grafik Boks 3.1 Ringkasan Aktivitas Bulanan TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat Percepatan Raskin Pengendalian Jumlah ternak keluar Program KRPL Pembuatan road map dan Program kerja pertemuan dengan pemain besar Pembuatan SOP Rapat Diusulkan festival tomat program kampung ternak KK program gemar makan ikan Persiapan operasi pasar Kondisi pasokan relatif aman Januari Maulid Nabi Februari Cuaca Buruk Maret Awal Panen April Panen Raya Mei Libur panjang Juni Libur Sekolah, aw al puasa Proyeksi BI (0.07) (0.24) 0.87 BA Ramalan TPID (0.20) (0.35) BB Ramalan TPID (0.30) (0.45) Realisasi Inflasi (0.38) (0.37) rekayasa tanam cabe program tanaman pangan lestari Update data komoditas masuk dan keluar mingguan Sudah disusun program kerja TPID Percepatan Raskin Sumber : hasil rapat TPID, Diolah Penguatan Program KRPL dan kampung ternak Pembentukan TPID Kabupaten Penyelarasan Visi Misi Menginisiasi Pertukaran data Memperkuat kajian peta perdagangan Mengusulkan Trans Balinusra Percepatan penyaluran raskin Operasi pasar jelang puasa Pasar murah Penerapan resi gudang Pada awal tahun TPID melakukan berbagai langkah untuk mengendalikan volatilitas harga yang selain disebabkan oleh Perayaan Maulid nabi juga disebabkan oleh adanya cuaca buruk. Langkah tersebut antara lain melakukan proyeksi inflasi yang dilakukan setiap bulan. Atas hasil proyeksi tersebut TPID melakukan aksi yang diperlukan untuk mencegah semakin tingginya inflasi. Langkah lain yang dilakukan TPID untuk melakukan stabilisasi harga ialah melalui program kawasan rumah tangga pangan lestari dengan melakukan penyebaran dan penanaman bibit cabe di masingmasing rumah tangga untuk mengurangi permintaan cabe di pasar. Selain itu TPID juga menyepakati pembentukan roadmap dan program kerja setiap tahun. Boks 2 : Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol Volatilitas Inflasi 38

70 Di Provinsi NTB saat ini telah terbentuk 9 TPID dari total 10 kabupaten/kota yang terdapat di NTB.Adapun TPID yang belum terbentuk di Provinsi NTB adalah di kabupaten Sumbawa Barat.. Pada semester II 2014 dengan asumsi tidak ada kenaikan harga BBM inflasi diperkirakan akan mencapai 5,03%. Adanya kenaikan tarif dasar listrik serta perayaan Idul Fitri dan Idul Adha diproyeksikan akan meningkatkan inflasi bahan makanan. Selain itu proyeksi tingginya kunjungan wisatawan pada akhir 2014 juga memiliki pengaruh terhadap pencapaian inflasi sampai dengan semester II Grafik Boks 3.2 Proyeksi Inflasi Provinsi Nusa Tenggara Barat Hingga Akhir tahun Tantangan Inflasi Ke depan : Kenaikan harga TDL 2x Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha Perayaan Galungan dan Kuningan Tingginya permintaan di akhir tahun Pencapaian Inflasi Semester Tantangan Inflasi Semester Jan14 Feb14 Mar14 Apr14 May14 Jun14 Jul14 Aug14 Sep14 Oct14 Nov14 Dec14 Ramalan BI Realisasi Juni + Ramalan Ramalan TPID Sumber : TPID Provinsi NTB, Bank Indonesia Boks 2 : Peran TPID Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Mengontrol Volatilitas Inflasi 39

71 PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB III Aset perbankan di NTB tumbuh sebesar 21,13%(yoy) pada triwulan II 2014 LDR lokasi proyek menurun dari triwulan I 2014 sebesar 162,18% menjadi sebesar 152,80% pada triwulan II 2014 DPK pada triwulan II sebesar 15,54 trilyun atau tumbuh sebesar 19,22% Secara umum pada triwulan II 2014 perkembangan perbankan menunjukkan peningkatan yang tercermin dari indikator utama perbankan Kredit lokasi proyek tumbuh 22,47%(yoy) sedikit melambat dibanding triwulan I yang sebesar 26,27% Aset perbankan Syariah tumbuh 18,60%(yoy) dibanding triwulan I sebesar 15,00% Kantor Bank Indonesia Mataram Jl. PejanggikNo. 2, Mataram Telp. (0370) , (0370)

72

73 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1. KONDISI UMUM Perkembangan perbankan secara umum (bank umum dan BPR) pada triwulan II 2014 di Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan, yang tercermin dari indikator utama perbankan yaitu total aset, DPK dan kredit, walaupun pertumbuhan kredit perbankan (kredit lokasi proyek dan kredit lokasi bank) tidak setinggi triwulan sebelumnya. Aset perbankan di NTB mampu tumbuh sebesar 21,13% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 20,31% (yoy). DPK mampu tumbuh sebesar 19,04% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 17,45% (yoy). Kredit perbankan NTB berdasarkan lokasi proyek 1 dan lokasi bank 2, menunjukkan pertumbuhan walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya. Kredit lokasi proyek tumbuh 22,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2014 yang sebesar 30,33% (yoy). Kredit lokasi bank tumbuh 15,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 22,82% (yoy). Percepatan pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang tidak diiringi dengan percepatan pertumbuhan penyaluran kredit berdampak pada penurunan LDR. LDR lokasi proyek menurun dari triwulan I 2014 sebesar 162,18%, menjadi sebesar 152,80%. LDR lokasi bank juga menurun dari triwulan sebelumnya 134, 50% menjadi 127,17%. Kualitas penyaluran kredit perbankan di NTB mengalami sedikit penurunan yang tercermin dari naiknya Non Performing Loan (NPL). Tingkat kredit bermasalah atau NPL, mengalami kenaikan baik berdasarkan lokasi proyek dan lokasi bank, masingmasing menjadi sebesar 1,75% dan 2,06%. NPL tersebut masih dalam batas aman karena di bawah ketentuan Bank Indonesia yakni maksimum 5% PERKEMBANGAN BANK UMUM Perkembangan bank umum menunjukkan pelambatan yang terindikasi dari pertumbuhan aset dan kredit yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari LDR juga mengalami penurunan. 1 Kredit lokasi proyek adalah kredit yang bersumber dari perbankan secara Nasional untuk penggunaan di wilayah Nusa Tenggara Barat. 2 Kredit lokasi bank adalah kredit yang bersumber dari perbankan yang berkantor di wilayah Nusa Tenggara Barat Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 40

74 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum di Nusa Tenggara Barat Indikator Bank Umum Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Aset (Rp Juta) 19,912,268 20,948,188 21,911,051 22,741,283 24,587,229 25,462,907 Pertumbuhan tahunan (yoy) 18.65% 17.91% 18.18% 14.89% 23.48% 21.55% Pertumbuhan triwulanan (qtq) 0.60% 5.20% 4.60% 3.79% 8.12% 3.56% DPK (Rp Juta) 12,441,913 13,036,742 13,931,277 14,142,630 14,006,341 15,542,267 Pertumbuhan tahunan (yoy) 16.07% 12.52% 15.60% 14.51% 12.57% 19.22% Pertumbuhan triwulanan (qtq) 0.74% 4.78% 6.86% 1.52% 0.96% 10.97% Kredit Lokasi Proyek (Rp Juta) 18,184,758 19,491,390 20,843,079 22,670,008 22,962,673 23,870,794 Pertumbuhan tahunan (yoy) 32.18% 30.81% 33.80% 32.23% 26.27% 22.47% Pertumbuhan triwulanan (qtq) 6.07% 7.19% 6.93% 8.77% 1.29% 3.95% Kredit Lokasi Bank (Rp Juta) 16,002,514 17,034,196 17,734,632 18,377,482 18,917,705 19,735,844 Pertumbuhan tahunan (yoy) 26.21% 23.67% 22.67% 19.94% 18.22% 15.86% Pertumbuhan triwulanan (qtq) 4.44% 6.45% 4.11% 3.62% 2.94% 4.32% LDR Lokasi Proyek % % % % % % LDR Lokasi Bank % % % % % % Sumber : Bank Indonesia, diolah Rp Milyar 35,000 Grafik 3.1 Indikator Utama Perbankan Grafik 3.2 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan %, yoy 40% 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Aset DPK Kredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi Bank Sumber : Bank Indonesia, diolah 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw G Aset (yoy) G DPK (yoy) G Kredit Lok. Proyek (yoy) G Kredit Lok. Bank (yoy) Sumber : Bank Indonesia, diolah % % % % 80.00% 30.00% 20.00% Grafik 3.3 Perkembangan LDR dan NPL LDR Lokasi Proyek NPL Lokasi Proyek LDR Lokasi Bank NPL Lokasi Bank Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 2.00% 1.80% 1.60% 1.40% 1.20% 1.00% 0.80% 0.60% 0.40% 0.20% 0.00% Sumber : Bank Indonesia ASET Pertumbuhan aset mengalami pelambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014, total aset bank umum tumbuh sebesar 21,55% (yoy), mengalami pelambatan dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 23,48% (yoy). Secara nominal, total aset bank umum di NTB mencapai Rp25,46 trilyun. Berdasarkan kelompok bank, bank Pemerintah Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 41

75 (Persero dan BPD) memiliki pangsa terbesar dengan nominal Rp18,79 trilyun (73,79%), disusul bank swasta sebesar Rp6,59 trilyun (25,87%) dan bank asing sebesar Rp88,27 milyar (0,35%). 25,000 20,000 Grafik 3.4 Perkembangan Aset Bank Umum Rp Milyar 35,000 Aset G Aset (yoy) G Aset (qtq) kanan 30,000 30% 20% 10% Grafik 3.5 Porsi Aset Per Kelompok Bank Bank Asing dan campuran 0.35% Bank Swasta 25.87% 15,000 10,000 5,000 0% 10% 20% Bank Pemerintah 73.79% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Sumber : Bank Indonesia, diolah 30% Sumber : Bank Indonesia, diolah Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014, jumlah DPK tercatat sebesar Rp15,54 trilyun atau tumbuh sebesar 19,22% (yoy). Pertumbuhan ini meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 12,57% (yoy). Secara kuartalan, DPK juga mengalami pertumbuhan sebesar 10,97% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi. Peningkatan dana pada triwulan laporan terutama bersumber dari giro Pemerintah Daerah untuk APBD tahun ,000 30,000 25,000 20,000 15,000 Grafik 3.6 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Rp Milyar DPK G DPK (yoy) G DPK (qtq) kanan 30% 20% 10% 0% 10,000 5,000 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw % 20% 30% Sumber : Bank Indonesia, diolah Berdasarkan jenis simpanan, jenis tabungan masih mendominasi DPK dengan pangsa sebesar 53,25% atau senilai Rp8,28 trilyun. Deposito dan giro memiliki pangsa masingmasing sebesar 28,82% dan 17,93% atau senilai Rp4,48 trilyun dan Rp 2,79 trilyun. Berdasarkan pertumbuhan tahunan, giro dan deposito tumbuh sebesar 39,60% (yoy) dan 23,02% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mampu tumbuh sebesar 3,63% (yoy) dan 19,88% (yoy). Simpanan jenis tabungan mengalami pelambatan Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 42

76 pertumbuhan dari triwulan sebelumnya sebesar 14,21% (yoy) menjadi 11,85% (yoy) pada triwulan laporan. Berdasarkan pertumbuhan kuartalan, giro mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 30,98% (qtq), disusul oleh deposito sebesar 23,02% (qtq), dan tabungan sebesar 11,85% (qtq). Pertumbuhan kuartalan giro yang merupakan milik Pemerintah Daerah, diperkirakan berasal dari dana APBD tahun ,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Grafik 3.7 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan Rp Milyar giro tabungan deposito Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy) Sumber : Bank Indonesia, diolah Grafik 3.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq) 50% 60% 40% 50% 40% 30% 30% 20% 20% 10% 10% 0% 10% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw % 10% 20% 30% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw % G DPK (yoy) G giro (yoy) G tabungan (yoy) G deposito (yoy) 40% G DPK (qtq) G giro (qtq) G tabungan (qtq) G deposito (qtq) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah KREDIT Pertumbuhan kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II 2014 mengalami sedikit pelambatan. Pada triwulan II 2014, kredit lokasi proyek tumbuh sebesar 22,47% (yoy) atau sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 26,27% (yoy). Nilai kredit yang disalurkan sampai dengan triwulan II 2014 mencapai Rp23,87 trilyun, tumbuh sebesar 3,95% (qtq) dibandingkan triwulan I Tren pelambatan kredit yang berlanjut pada triwulan laporan sebagai dampak peningkatan suku bunga kredit perbankan untuk semua jenis penggunaan. Naiknya suku bunga simpanan, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 43

77 khususnya giro dan deposito pada triwulan laporan, menjadi salah satu penyebab meningkatnya suku bunga kredit. Tren pelambatan kredit sesuai dengan arahan kebijakan Bank Indonesia yang dilakukan guna menekan laju inflasi dan depresiasi nilai tukar Rupiah. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit konsumsi masih mendominasi dengan nominal sebesar Rp12,07 trilyun (50,55%). Porsi selanjutnya adalah modal kerja dan investasi yang masingmasing sebesar Rp8,81 trilyun (36,92%) dan Rp2,99 trilyun (12,53%). Grafik 3.10 Pertumbuhan Kredit (yoy) Grafik 3.11 Kredit Per Jenis Penggunaan Rp Milyar 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 %,yoy 30% 20% 10% 0% Rp Milyar 14,000 12,000 10,000 8,000 Modal Kerja Investasi Konsumsi 10,000 10% 6,000 5,000 20% 4,000 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 30% 2, Kredit Lokasi Proyek Kredit Lokasi Bank G Kredit Lok. Proyek (yoy) G Kredit Lok. Bank (yoy) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Pelambatan kredit pada triwulan laporan terutama terjadi pada kredit investasi yang hanya tumbuh sebesar 14,28% (yoy), jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 35,36% (yoy). Dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan kredit investasi tercatat mengalami tren penurunan. Pada triwulan berjalan, kredit modal kerja juga mengalami pelambatan menjadi 32,96% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 38,16% (yoy). Pelambatan kredit masih bisa ditahan dengan kredit konsumsi yang sedikit meningkat dari 16,68% (yoy) menjadi 17,77% (yoy) pada triwulan laporan. Secara triwulanan, total kredit mengalami pertumbuhan sebesar 3,95% (qtq). Pertumbuhan ini terutama berasal dari kredit konsumsi dan modal kerja yang masingmasing tumbuh sebesar 5,90% (qtq) dan 3,95% (qtq). Sedangkan kredit investasi, mengalami kontraksi sebesar 2,71% (qtq). Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 44

78 120% 100% 80% 60% 40% 20% Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan (Tahunan) %, yoy 140% Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (Triwulanan) %, yoy 25% 20% 15% 10% 5% 0% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw G Kredit Lokasi Proyek G Kredit Modal Kerja (yoy) G Kredit Investasi (yoy) G Kredit Konsumsi (yoy) 0% 5% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw G Kredit Lokasi Proyek G Kredit Modal Kerja (qtq) G Kredit Investasi (qtq) G Kredit Konsumsi (qtq) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar disalurkan untuk sektor PHR sebesar Rp6,85 trilyun (58,02%), kemudian disusul sektor pertambangan sebesar Rp2,84 trilyun (24,09%). Penyaluran kredit per sektor ekonomi belum sepenuhnya mengikuti potensi utama Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB. Sektor utama Provinsi NTB yakni sektor pertanian hanya mendapatkan kredit sebesar Rp293,30 milyar (2,48%). Nilai tersebut jauh lebih rendah dibandingkan sektor utama lainnya yakni sektor PHR dan sektor pertambangan. Lambatnya penyaluran kredit untuk sektor pertanian dikarenakan relatif tingginya risiko kredit di sektor pertanian dibandingkan sektor lainnya yang tercermin dari NPL sebesar 2,00%. Grafik 3.14 Proporsi Kredit Sektoral Grafik 3.15 Perkembangan Kredit Sektoral 3% 2% 3% 4% Rp Milyar 8,000 7,000 Pertanian Pertambangan PHR Jasajasa 24% 6,000 5,000 58% 2% 0% 4,000 3,000 4% 2,000 1,000 Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Transportasi dan Komunikasi Jasajasa Pertambangan Listrik, gas dan air PHR Keuangan dan Jasa Perusahaan 0 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Berdasarkan wilayah Kabupaten/Kota, penyaluran kredit terbesar adalah di Kota Mataram dengan nominal sebesar Rp 7,47 trilyun (31,30%). Proporsi terbesar selanjutnya adalah di wilayah Kabupaten Sumbawa sebesar Rp4,62 trilyun (19,37%), Kabupaten Lombok Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 45

79 Timur sebesar Rp2,61 trilyun(10,94%) dan Kabupaten Lombok Tengah Rp2,52 trilyun (10,57%). Berdasarkan pertumbuhannya, Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa mencapai pertumbuhan tertinggi yakni masingmasing sebesar 79,61% (yoy) dan 45,54% (yoy) yang bersumber dari kredit sektor pertambangan. Grafik 3.16 Proporsi Penyaluran Kredit per Kabupaten /Kota (Rp trilyun) Kab. Lombok Barat Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur Kab. Sumbawa Kab. Bima Kab. Dompu Kab. Sumbawa Barat Kab. Lombok Utara Kota Mataram Kota. Bima Sumber : Bank Indonesia, diolah KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) Pertumbuhan kredit UMKM juga mengalami pelambatan dari triwulan sebelumnya sebesar 18,23% (yoy) turun menjadi 16,56% (yoy). Sampai dengan triwulan II 2014, kredit yang disalurkan untuk UMKM di wilayah NTB mencapai Rp7,22 trilyun. Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM mengalami pelambatan sejak pertengahan tahun Pada triwulan II 2014, NPL kredit UMKM meningkat menjadi 2,76%, dari sebelumnya sebesar 2,46%. Grafik 3.17 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.18 Perkembangan NPL UMKM Rp Milyar 8, % 7, % 6, % 5, % 4, % 3,000 2, % 1, % % Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Kredit UMKM G Kredit lokasi proyek kanan G Kredit UMKM yoy Rp Milyar 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Kredit UMKM NPL UMKM kanan 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

80 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Pertumbuhan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) triwulan II 2014 menunjukkan pelambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Plafon KUR yang disiapkan oleh bank umum pelaksana KUR di Nusa Tenggara Barat hingga periode laporan mencapai Rp1,83 trilyun dengan jumlah debitur mencapai debitur. Plafon KUR yang disalurkan tumbuh sebesar 32,50% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 44,71% (yoy). Jumlah outstanding kredit atau baki debet adalah sebesar Rp970 milyar, atau tumbuh sebesar 42,74% (yoy). Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 48,29% (yoy). 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Grafik 3.19 Perkembangan Penyaluran KUR di NTB Rp Milyar Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Plafon Baki Debet Jumlah Debitur Sumber : Bank Indonesia, diolah 3.3. PERBANKAN SYARIAH Ribu Debitur %, yoy Grafik 3.20 Pertumbuhan KUR di NTB Pertumbuhan (%,yoy) Pertumbuhan (%,qtq) kanan Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Sumber : Bank Indonesia, diolah Perkembangan Bank Umum Syariah (BUS) di Nusa Tenggara Barat menunjukkan pelambatan yang tercermin dari aset dan pembiayaan. Aset perbankan syariah tumbuh sebesar 18,60% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 25,00% (yoy). Pembiayaan juga mengalami pelambatan pertumbuhan dari triwulan I 2014 sebesar 25% (yoy) menjadi 17,48% (yoy). Pelambatan BUS tertahan oleh peningkatan pertumbuhan dana yang mencapai 26,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 16,89% (yoy). Secara nominal, aset perbankan syariah triwulan II 2014 sebesar Rp2,00 trilyun, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 1,94 trilyun. Pembiayaan dan dana masingmasing sebesar Rp1,95 trilyun dan Rp918,16 milyar. %, qtq Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 47

81 Grafik 3.21 Indikator Perbankan Syariah Grafik 3.22 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy) Rp Milyar 2,500 2,000 1,500 1,000 %, yoy 70% 60% 50% 40% 30% 20% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw Aset Dana Kredit % 0% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw G Asset sya (yoy) G Dana sya (yoy) G Kredit sya (yoy) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah DPK syariah yang didominasi oleh tabungan meningkat seiring dengan peningkatan tabungan yang signifikan yakni dari 12,65% (yoy) menjadi 27,19% (yoy) pada triwulan laporan. Deposito mengalami pelambatan pertumbuhan dari 34,89% (yoy) menjadi 32,48% (yoy). Kontraksi giro perbankan syariah mengalami penurunan, dari triwulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 10,84% (yoy) menjadi kontraksi sebesar 4,58% (yoy). Berdasarkan pangsanya, simpanan dalam bentuk tabungan masih mendominasi dengan nominal sebesar Rp651 milyar (70,98%), disusul deposito sebesar Rp231 milyar (25,21%) dan giro sebesar Rp35 milyar (3,82%). Grafik 3.23 Proporsi DPK Perbankan Syariah di NTB Grafik 3.24 Perkembangan DPK Perbankan Syariah di NTB 25.21% Giro Tabungan Deposito 3.82% %, yoy G Giro (yoy) G Tabungan (yoy) 100% G Deposito (yoy) G Dana sya (yoy) 80% 60% 40% 70.98% 20% 0% 20% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw % Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank umum Syariah mengalami pelambatan dari 25,00% (yoy) menjadi hanya 17,48% (yoy), yang terutama bersumber dari pelambatan pembiayaan investasi. Pembiayaan investasi yang mengalami kontraksi sebesar 28,66% (yoy), melambat secara signifikan dibandingkan triwulan I 2014 yang masih tumbuh positif sebesar 30,25% (yoy). Berdasarkan nominal, pembiayaan investasi pada triwulan II 2014 sebesar Rp253 milyar, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp406 milyar. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48

82 Pembiayaan modal kerja juga mengalami pelambatan dari 49,46% (yoy) menjadi 41,12% (yoy). Pelambatan pembiayaan tertahan oleh pembiayaan konsumsi yang masih tumbuh 25,62% (yoy), meningkat dari sebelumnnya sebesar 14,44% (yoy). Berdasarkan pangsa nominal, pembiayaan konsumsi mencapai Rp1,18 trilyun (60,27%), disusul kemudian pembiayaan modal kerja sebesar Rp522 milyar (26,75%) dan pembiayaan investasi sebesar Rp253 milyar (12,97%). Grafik 3.25 Pembiayaan Perbankan Syariah di NTB Grafik 3.26 Perkembangan Pembiayaan Syariah di NTB Modal Kerja Investasi Konsumsi %, yoy 100% 26.75% 80% 60% 60.27% 12.97% 40% 20% 0% 20% 40% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw G Modal Kerja (yoy) G Investasi (yoy) G Konsumsi (yoy) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Kualitas pembiayaan syariah mengalami penurunan yang tercermin dari NPF yang naik dari 2,13% menjadi 2,66%. Fungsi intermediasi perbankan syariah yang tercermin dari Financing to Deposits Ratio (FDR) mengalami penurunan seiring dengan peningkatan dana dan penurunan pembiayaan. Grafik 3.27 Financing to Deposits Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah NTB % 250% LDR NPF kanan % 3.00% 200% 2.50% 150% 2.00% 1.50% 100% 1.00% 50% 0.50% 0% Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw % Sumber : Bank Indonesia, diolah 3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT Indikator kinerja utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Nusa Tenggara Barat pada Triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan yang tercermin dari dua indikator utama BPR Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 49

83 yakni dana dan kredit yang mengalami pertumbuhan masingmasing sebesar 14,42% (yoy) dan 14,45% (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dana dan kredit pada triwulan I 2014 yang masingmasing sebesar 13,25% (yoy) dan 11,69% (yoy). Di sisi lain, aset BPR mengalami pelambatan pertumbuhan dari 15,76% (yoy) pada triwulan I 2014, turun menjadi sebesar 14,47% (yoy) pada triwulan II Secara nominal, pada triwulan II 2014, aset, dana dan kredit BPR mengalami peningkatan menjadi masingmasing sebesar Rp1,51 trilyun, Rp586,25 milyar, dan Rp774,01 milyar. Petumbuhan DPK meningkat dari sebelumnya 13,25% (yoy) menjadi 14,42% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan DPK, deposito mengalami peningkatan pertumbuhan dari 11,95% (yoy) menjadi 14,73% (yoy). Tabungan melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,35% (yoy) menjadi 14,16% (yoy) pada triwulan II Semua jenis penggunaan kredit BPR mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit investasi tumbuh paling tinggi yakni sebesar 49,29% (yoy) dan meningkat dibandingkan triwulan I 2014 yang sebesar 44,19% (yoy). Kredit modal kerja juga mengalami peningkatan sebelumnya 11,11% (yoy) menjadi 12,65% (yoy). Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat dari 7,76% (yoy) menjadi 11,51% (yoy). Berdasarkan pangsa perjenis penggunaan, kredit BPR didominasi oleh kredit modal kerja yang mencapai Rp458,01 milyar (59,17%), disusul kredit konsumsi senilai Rp255,71 milyar (33,04%) dan kredit investasi sebesar Rp60,30 milyar (7,79%). Berdasarkan sektor ekonomi, percepatan pertumbuhan kredit terutama berasal dari sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh sebesar 137,61% (yoy), sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 30,88% (yoy). Beberapa sektor lainnya seperti sektor keuangan dan jasa perusahaan mengalami kontraksi sebesar 26,23% (yoy), sektor pertanian dan sektor bangunan juga mengalami kontraksi masingmasing sebesar 1,99% (yoy) dan 1,70% (yoy). Berdasarkan pangsa per sektor ekonomi, kredit BPR didominasi oleh kredit sektor PHR yang mencapai Rp404,14 milyar (77,16%), disusul sektor jasajasa senilai Rp43,05 milyar (8,22%) dan sektor pertanian sebesar Rp41,83 milyar (7,99%). Sedangkan sektor lainnya relatif kecil dengan nominal dibawah Rp25 milyar. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK mengakibatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 121,46% menjadi sebesar 132,03% pada triwulan II Peningkatan penyaluran kredit oleh BPR disertai dengan perbaikan kualitasnya. Hal ini tercermin dari penurunan NPL dari triwulan sebelumnya sebesar 10,46%, turun menjadi sebesar 10,01% pada triwulan laporan. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

84

85 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG BAB IV Setoran perbankan di NTB pada triwulan II 2014 tercatat sebesar 978 milyar rupiah Cash outflow triwulan ini sebesar 1,51 trilyun rupiah dibandingkan pada triwulan lalu yang sebesar 718 milyar Total pemusnahan uang pada triwulan ini sebesar 226 milyar rupiah Perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow Transaksi kliring triwulan II mencapai 1,82 trilyun rupiah dibanding triwulan I sebesar 1,74 trilyun Jumlah warkat kliring yang diproses pada triwulan II mencapai 39,01 ribu lembar Kantor Bank Indonesia Mataram Jl. PejanggikNo. 2, Mataram Telp. (0370) , (0370)

86

87 BAB 4 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 4.1. Transaksi Pembayaran Secara Tunai Pada triwulan II2014 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada trend net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat. Cash outflow tercatat sebesar 1,51 trilyun sedangkan cash inflow tercatat sebesar 978 milyar menyebabkan terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai 535 milyar. Grafik 4.1 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, milyar) Sumber : KPw BI Prov. NTB Pada triwulan II2014, jumlah aliran uang tunai yang masuk (cash inflow) ke Bank Indonesia yang salah satunya berasal setoran perbankan di NTB tercatat sebesar 978,35 milyar, lebih rendah dibandingkan triwulan lalu dengan nominal tercatat sebesar 1,59 trilyun. Disisi lain, secara tahunan uang tunai yang masuk tercatat mengalami kenaikan sebesar 23,81% (yoy). Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) tercatat sebesar 1,51 trilyun atau tumbuh positif sebesar 17,20% (yoy), lebih tinggi dibanding Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 51

88 pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh negatif sebesar 21,84% (yoy) dengan nominal sebesar 718,97 trilyun. Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di Kantor Bank Indonesia Provinsi NTB menunjukkan peningkatan. Selama triwulan II2014, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 51,48 milyar atau tumbuh positif sebesar 4,59% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu sebesar 4,21% (yoy) atau tercatat sebesar 45,83 milyar. Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 49,89 milyar atau tumbuh sebesar 7,42% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tumbuh positif sebesar 6,90% (yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami penurunan atau tumbuh negatif sebesar 42,78% (yoy) yaitu sebesar 1,58 milyar. Grafik 4.2 Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, milyar) Grafik 4.3 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB 4.2. Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat yang terdata di Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II 2014 menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS) 1, dari sebesar 2,44 trilyun pada triwulan lalu 1 Hanya transaksi RTGS melalui Bank Indonesia antara lain kegiatan perkasan, tidak termasuk transaksi RTGS melalui perbankan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 52

89 menjadi 2,83 trilyun pada triwulan II2014. Sementara itu transaksi secara kliring juga menunjukkan peningkatan pada triwulan II2014 transaksi tercatat mencapai 1,82 trilyun (triwulan I2014 sebesar 1,74 trilyun). Grafik 4.4 Perkembangan Transaksi Non Tunai Sumber : KPw BI Prov. NTB Sepanjang triwulan II2014, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,82 trilyun atau tumbuh positif sebesar 18,62 % (yoy), lebih tinggi dibanding dengan triwulan I 2014 yang tumbuh positif sebesar 11,29% (yoy). Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang diproses sepanjang triwulan II2014 juga menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 39,01 ribu lembar dibanding triwulan sebelumnya sebanyak 38,20 ribu lembar atau tumbuh positif sebesar 5,12% (yoy). Grafik 4.5 Perkembangan Transaksi Kliring Sumber : KPw BI Prov. NTB Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 53

90 Sepanjang triwulan II2014, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS melalui Bank Indonesia Provinsi NTB 2 tercatat sebanyak 2,83 trilyun yang tumbuh positif sebesar 12,04% (yoy), meningkat dibanding triwulan I2014 (2,44 trilyun) yang tumbuh sebesar 3,90% (yoy). Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan penurunan, dari lembar pada triwulan I2014 menjadi lembar pada periode laporan. Grafik 4.6 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement Grafik 4.8 Temuan Uang Palsu Pada Perbankan NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB Sepanjang triwulan II2014 jumlah uang palsu yang terdapat di perbankan NTB mengalami penurunan. Jumlah uang palsu yang berhasil dicatat oleh Bank Indonesia Mataram mencapai secara nominal mencapai Rp13,20 juta (146 lembar) Berdasarkan jenis pecahannya, temuan uang palsu pada triwulan II2014 didominasi pada uang pecahan Rp ,00 dengan nominal mencapai Rp11,80 juta. Sebagai antisipasi dan menekan peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia secara berkelanjutan melakukan sosialisasi ciriciri keaslian uang rupiah dengan menggunakan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) kepada masyarakat NTB. 2 Hanya transaksi RTGS melalui Bank Indonesia antara lain kegiatan perkasan, tidak termasuk transaksi RTGS melalui perbankan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang 54

91 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH BAB V Realisasi pendapatan provinsi, kabupaten dan pemerintah pusat masingmasing 41,6%, 51,9%, dan 41,3% Sedangkan realisasi belanja pemerintah provinsi mampu merealisasikan 32,7%, kabupaten 33% dan pusat 29,9% Secara total realisasi pendapatan di provinsi NTB sebesar 7,2T dan belanja 6,6T Net ekspor pada Tw II mencapai 763 Milyar rupiah dibanding 509 Milyar di Tw I Pada tahun pemilu ini realisasi belanja pemerintah provinsi pada tw II 2014 lebih baik daripada realisasi belanja lebih baik daripada tw II 2009 Arus bongkar muat di pelabuhan lembar tumbuh 7,88% pada Tw 2 dibanding 25,75% pada Tw 1 Kantor Bank Indonesia Mataram Jl. Pejanggik No. 2, Mataram Telp. (0370) , (0370)

92

93 Trilyun Realisasi (%) Triwulan II 2014 BAB 5 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 5.1 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan di provinsi NTB sampai dengan triwulan II 2014 mencapai 7,24 trilyun rupiah atau sebesar 48,3% dari target pendapatan yang direncanakan. Realisasi tersebut 70,26% disumbang oleh pendapatan pemerintah kabupaten/kota, 16,44% oleh provinsi NTB, dan pemerintah pusat sebesar 13,29%. Porsi realisasi pendapatan pemerintah kabupaten/kota tersebut berbanding lurus dengan pencapaian atas perencanaan yang ada, pemerintah kabupaten/kota mampu mencapai 51,9% atas rencana pendapatan sebesar 9,8 trilyun rupiah pada tahun ini. Pemerintah pusat dan provinsi sendiri mampu meraih pendapatan sebesar 41,3% dan 41,6% dari rencana pendapatan yang ditetapkan Sedangkan dari postur belanja pemerintah, realisasi belanja pemerintah di provinsi NTB pada triwulan II mencapai 6,63 trilyun rupiah. Angka tersebut merupakan 31,8% dari anggaran belanja yang telah direncanakan. Pemerintah kabupaten/kota menyumbang 50,66% dari total realisasi belanja tersebut, sedangkan pemerintah pusat dan provinsi masingmasing menyumbang 35,38% dan 13,96%. Pemerintah kabupaten/kota selain memiliki kinerja realisasi pendapatan yang paling baik, juga berkinerja terbaik dalam realisasi belanjanya. Realisasi belanja kabupaten/kota telah mencapai 33,01% di atas realisasi belanja pemerintah provinsi sebesar 32,71% dan pemerintah pusat 29,89%. Grafik 5.1 Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB Tahun 2014 Grafik 5.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah di Provinsi NTB Triwulan II DIPA 2013 DIPA 2014 Realisasi Tw I 2014 DIPA 2013 DIPA 2014 Realisasi Tw I 2014 PROVINSI NTB TOTAL KABUPATEN ALOKASI APBN Pendapatan Belanja % PENDAPATAN % BELANJA Sumber : Kementrian Keuangan, Biro Keuangan, diolah Sumber : Biro Keuangan dan Ditjen Perbendaharaan Negara Wilayah NTB, diolah Perkembangan Keuangan Daerah 56

94 Trilyun Miliar Triwulan II REALISASI PENDAPATAN APBD DI PROVINSI NTB Dari target pendapatan sebesar 12,67 trilyun rupiah pada triwulan II ini pemerintah kota/kabupaten dan provinsi NTB berhasil merealisasikan pendapatan sebesar 6,28 trilyun atau sebesar 49,6% dari target yang ditentukan. Pencapaian tersebut lebih baik dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Angka tersebut dapat dicapai melalui transfer pemerintah pusat dana perimbangan berupa Dana Alokasi Umum(DAU) yang telah mencapai 4,12 trilyun atau 50% dari target. Hal tersebut terjadi lebih karena penyaluran rutin pemerintah. Selain itu transfer pemerintah pusat lain seperti Dana Penyesuaian juga telah mencapai 49,7%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih didominasi oleh pajak daerah yaitu sebesar 61% dibandingkan total PAD. Adapun pangsa PAD terhadap seluruh realisasi pendapatan adalah 13%, meningkat 524 milyar rupiah dari triwulan sebelumnya. Grafik 5.3 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi Triwulan II 2014 Grafik 5.4 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ,000 1,500 1, Pendapatan Daerah Realisasi Pendapatan Pendapatan Provinsi Realisasi % PENDAPATAN Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah Realisasi pendapatan dan belanja pemerintah provinsi tersebut lebih rendah daripada pencapaian pada triwulan yang sama pada tahun 2013 dimana pemerintah provinsi mampu mencapai 46,49% dari target capaian pendapatan serta 40,92% dari target penyerapan anggaran. Turunnya realisasi pendapatan daerah ini salah satunya disebabkan oleh tingginya target penerimaan pajak yang meningkat sebesar 51,6% dibandingkan triwulan tahun Meskipun dari realisasi nominalnya mengalami peningkatan sebesar 56 milyar dibandingkan realisasi triwulan II Sedangkan penyerapan anggaran yang relatif rendah disebabkan penyerapan anggaran pada pos belanja modal yang belum maksimal. Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten dengan realisasi pendapatan daerah paling besar yaitu sebesar 870 milliar rupiah atau 50.1% dari target yang ditetapkan. Namun berdasarkan persentase target, maka Lombok Tengah merupakan kabupaten dengan Perkembangan Keuangan Daerah 57

95 pencapaian terbaik dengan 57,7% diikuti oleh Kota Mataram dengan 57,6% dan Kota Bima dengan 56,8%. Realisasi pendapatan yang tinggi itu dapat diraih terutama disebabkan oleh telah terealisasinya DAU sebesar 58,33% untuk kabupaten Lombok Tengah, Lombok Timur dan Kota Bima. Sedangkan untuk kota Mataram sendiri disebabkan oleh PAD lainlain yang telah mencapai 177,54% dari target yang telah ditetapkan. Selain memiliki persentase realisasi pendapatan tertinggi kedua kota Mataram juga memliki pendapatan asli daerah (PAD) tertinggi dengan nilai sebesar 113 milyar rupiah atau 20,43% dari total pendapatan daerah kabupaten/kota tersebut. Kabupaten/kota yang memiliki realisasi persentase PAD tertinggi kedua ialah Kota Bima yang mencapai 59,24% dari rencana PAD tahun Tingginya PAD di sini menunjukkan seberapa baik sebuah daerah mampu menggerakan ekonomi di daerahnya sendiri sehingga semakin tingginya porsi PAD terhadap total pendapatan maka semakin rendah ketergantungan daerah tersebut atas pendapatan transfer pemerintah. Tabel 5.1 Rincian Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi NTB Triwulan II 2014 NO URAIAN APBD REALISASI ANGGARAN TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD Real KAB Tw II 2014 Real NTB Tw II 2014 REAL Total Tw II 2014 I. PENDAPATAN 1.1. Pendapatan Asli Daerah 890,617 1,144,588 2,035, , , , Pajak Daerah 256, ,074 1,184, , , , Retribusi Daerah 289,174 13, , ,057 6, , Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipi 92,241 93, ,528 13,790 13, Lainlain Pendapatan Asli Daerah 252, , , ,560 33, , PENDAPATAN TRANSFER 8,687,766 1,680,998 10,363,764 4,676, ,868 5,454, Transfer Pem.Pusat Dana Perimbangan 7,465,226 1,215,276 8,680,502 4,005, ,233 4,551, Bagi Hasil Pajak 450, , , ,507 47, , Bagi Hasil Bukan Pajak 33,368 14,501 47,869 15,400 8,402 23, Dana Alokasi Umum 6,271, ,390 7,252,370 3,635, ,195 4,125, Dana Alokasi Khusus 709,066 54, , , , Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 972, ,722 1,438, , , , Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian 972, ,722 1,438, , , , Transfer Pemerintah Provinsi 249, , , , Pendapatan Bagi Hasil Pajak 244, , , , Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 1.3 LAINLAIN PENDAPATAN YANG SAH 229,626 37, , Pendapatan hibah 85,635 37, , Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya 28,032 28, JUMLAH PENDAPATAN 9,808,009 2,863,555 12,666,564 5,092,224 1,191,796 6,284, Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah Perkembangan Keuangan Daerah 58

96 Trilyun Miliar Triwulan II REALISASI BELANJA APBD DI PROVINSI NTB Penyerapan belanja provinsi dan kabupaten/kota pada triwulan II 2014 mencapai 32,94% dari perencanaan. Belanja operasional memiliki pangsa sebesar 82,61% dari total realisasi, sedangkan belanja modal memiliki porsi 10,83% kemudian diikuti oleh transfer bagi hasil ke desa 6,4%. Dari jumlah belanja operasi sebesar 3,54 trilyun sebesar 2,52 trilyun merupakan dari pos belanja pegawai. Realisasi penyerapan anggaran pada triwulan II 2014 provinsi NTB hanya sebesar 32,7% dari anggaran yang direncanakan, angka ini lebih rendah daripada kinerja triwulan yang sama pada tahun 2013 yang mampu mencapai 40,92%. Pencapaian ini disebabkan oleh realisasi belanja modal yang hanya mencapai 11,82% menunjukkan realisasi pembangunan belum maksimal. Disisi lain belanja barang juga belum sesuai dengan perencanaan di mana hanya mampu menyerap 26,21% dari total anggaran. Rendahnya belanja modal disebabkan belum optimalnya belanja aset berupa tanah yang berkorelasi positif dengan belanja gedung dan bangunan. Masingmasing keduanya hanya mampu merealisasikan belanja sebesar 4,36% dan 5,52%. Pemerintah Kabupaten/Kota tidak jauh berbeda dengan provinsi hanya mampu menyerap sebesar 33,01% dari total anggaran yang direncanakan. Pos belanja operasional mampu merealisasikan sebesar 36,69% sedangkan belanja modal hanya mampu menyerap 19,13% dari anggaran yang telah ditetapkan. Belanja operasional didominasi oleh belanja pegawai dengan realisasi sebesar 39,37% sedang dari pos belanja modal yang pencapaian atas targetnya masih rendah ialah belanja gedung dan bangunan serta belanja aset lain yang masingmasing sebesar 10,22% dan 8,09%. Grafik 5.5 Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi Triwulan II 2014 Grafik 5.6 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ,000 1,500 1, Belanja Daerah Realisasi Belanja % BELANJA Belanja Provinsi Realisasi Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi NTB, diolah Perkembangan Keuangan Daerah 59

97 Realisasi belanja kabupaten Lombok Tengah meraih pencapaian tertinggi dengan 40,1% diikuti oleh Kota Bima dengan 36,2% dan Sumbawa Barat dengan 34,32%. Tingginya belanja pemerintah daerah Lombok Tengah merupakan bentuk komitmen kabupaten terkait akan perkembangan ekonomi daerahnya. Tingginya pencapaian yang diperoleh Kabupaten Lombok Tengah salah satunya disebabkan oleh belanja pegawai, belanja tanah dan transfer bagi hasil ke desa masingmasing sebesar 40,9%, 212,06% dan 40,65% dari yang direncanakan. Selain itu yang signifikan ialah belanja jalan, irigasi dan jaringan yang dilakukan Lombok Tengah sebesar 40,95 persen atau sebesar 48 Milliar rupiah. Salah satu investasi jalan yang dilakukan pemda Lombok Tengah ialah pelebaran jalan lajur dua dari Praya menuju Kodim Bajal yang memakan anggaran 42 Milliar rupiah. Tabel 5.2 Rincian Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi NTB Triwulan II 2014 NO URAIAN APBD REALISASI ANGGARAN Real KAB TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD TOTAL KAB TOTAL PROV TOTAL APBD Tw II 2014 Real NTB Tw II 2014 REAL Total Tw II 2014 II. BELANJA 2.1 BELANJA OPERASI 7,934,824 1,868,987 9,803,811 2,911, ,439 3,544, Belanja Pegawai 5,809, ,385 6,451,735 2,287, ,159 2,528, Belanja Barang 1,594, ,953 1,947, ,051 92, , Belanja Bunga 9,640 9,640 4,128 4, Belanja Subsidi Belanja Hibah 184, , ,098 58, , , Belanja Bantuan Sosial 125,309 60, ,284 20,445 5,308 25, Belanja Bantuan Keuangan 210,934 65, ,068 90,732 7,000 97, BELANJA MODAL 2,125, ,540 2,623, ,474 58, , Belanja Tanah 122,094 11, ,434 46, , Belanja Peralatan dan Mesin 215,956 50, ,941 49,226 15,671 64, ,2,3 Belanja Gedung dan Bangunan 554, , ,526 56,667 14,462 71, Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 644, , , ,493 27, , Belanja Aset Tetap Lainnya 23,829 1,284 25,113 1, , Belanja Aset Lainnya 1,966 1, BELANJA TAK TERDUGA 37,258 9,000 46,258 4,990 4, Belanja Tidak Terduga 37,258 9,000 46,258 4,990 4, TRANSFER TRANSFER BAGI HASIL KE DESA 92, , ,615 40, , , Bagi Hasil Pajak 3, , ,552 15, , , Bagi Hasil Retribusi 3, , Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 85,976 85,976 24,798 24, JUMLAH BELANJA 10,190,055 2,834,205 13,024,260 3,363, ,955 4,290, SURFLUS/DEFISIT (382,046) 29,350 (357,696) 1,728, ,841 1,993,773 Sumber : Biro Keuangan ProvinsiNTB, diolah Sepanjang triwulan II 2014 dana pemerintah pusat dan daerah NTB yang terdapat di perbankan ialah sebesar 2,79 trilyun rupiah, meningkat 37,4% dibanding triwulan I 2014 dan meningkat 51,4% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan DPK tersebut disebabkan oleh adanya penyaluran dana transfer untuk Kabupaten Kota yang belum dibelanjakan sehingga DPK kabupaten dan kota mengalami kenaikan sebesar 760 milliar rupiah atas triwulan I Mayoritas dana pemerintah telah disimpan dalam bentuk giro, kemudian diikuti oleh deposito dan tabungan. Perkembangan Keuangan Daerah 60

98 Trillions Triwulan II 2014 Grafik 5.7 Simpanan Pemerintah Kabupaten, Kota dan Provinsi dalam Perbankan di Provinsi NTB Grafik 5.8 Alokasi Simpanan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi NTB (64.2) (66.7) (69.8) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II PUSAT PROVINSI KOTA KABUPATEN Sumber : Bank Indonesia, diolah (6.4) Growth qtq Growth yoy Dana Pemerintah Giro Tabungan Deposito DPK PUSAT 213,979 6,582 24, ,036 PROVINSI 196, , ,177 KOTA 149,782 1, , ,827 KABUPATEN 1,458,697 14, ,500 1,713,934 TOTAL 2,019,376 24, ,548 2,792,974 Sumber : Bank Indonesia, diolah Pertumbuhan ini melanjutkan tren yang terjadi di mana akan ada pelambatan pertumbuhan simpanan pemerintah pada triwulan II. Simpanan pemerintah di bank dalam tiga tahun berturutturut mencapai pertumbuhan lebih dari 100% pada triwulan I kemudian diikuti dengan perlambatan pertumbuhan pada triwulan ke II. Namun secara triwulanan pertumbuhan simpanan pada triwulan II 2014 sendiri merupakan yang paling besar dalam triwulan yang sama dalam lima tahun terakhir. Tingginya simpanan tersebut dilain pihak menunjukkan kurang efektifnya pemerintah dalam membelanjakan pendapatan yang didapat. 5.4 KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI PROVINSI NTB Terjadi peningkatan realisasi pendapatan pada triwulan II 2014 sebesar 20,75% daripada triwulan sebelumnya menjadi 963 Milyar rupiah. Penerimaan ini disumbang sebagian besar oleh pos pajak sebesar 88%. Di lain pihak pos pendapatan negara bukan pajak masih jauh dari yang diharapkan, seperti pos penerimaan dari sumber daya alam yang hanya 115 juta rupiah. Sedangkan PNBP lainnya hanya mengalami peningkatan pendapatan 1,32% dari triwulan pertama tahun Perkembangan Keuangan Daerah 61

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2013

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III211 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2017 Agustus 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Fungsi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I 200 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I200 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci