BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Ratna Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hierarki Data, Informasi dan Pengetahuan [BEL08] Russell Ackoff memaparkan mengenai keterkaitan data, informasi, dan pengetahuan dengan menjelaskan bahwa kandungan dalam pikiran manusia dapat diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu data (fakta mentah atau simbol), informasi (kumpulan data terolah yang memiliki makna), knowledge (kumpulan yang tepat mengenai suatu informasi, ditujukan untuk kegunaan tertentu), understanding (proses interpolatif berdasarkan probabilitas), dan wisdom (suatu proses ekstrapolatif, nondeterminatif,dan tidak berdasarkan suatu probabilitas) [BEL08]. Terhadap kelima kategori tersebut, Bellinger, et al. menggambarkan keterhubungan antara satu dengan lainnya melalui Gambar II-1 berikut. Gambar II-1 Hierarki DIKW [BEL08] 2.2 Knowledge Menurut Davenport, pengetahuan merupakan gabungan yang berubah-ubah dari suatu pengalaman, nilai, informasi kontekstual, wawasan ahli dan dasar institusi yang menyediakan lingkungan dan framework untuk mengevaluasi dan II-1
2 II-2 menghasilkan pengalaman dan informasi baru. Pengetahuan berasal dan diaplikasikan di dalam pikiran orang yang mempunyai pengetahuan tersebut. Dalam organisasi, pengetahuan sering tertanam tidak hanya di dalam dokumen atau tempat penyimpanan, tetapi juga pada rutinitas, proses, praktik, dan norma organisasi.[dav98] Pengetahuan adalah informasi yang actionable. Actionable mengandung arti relevan, bahwa informasi yang relevan, tersedia pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, ada konteks yang tepat, dan dengan cara yang tepat sehingga setiap orang dapat mengolah informasi tersebut untuk mengambil keputusan pada setiap menit. Pengetahuan adalah sumber kunci dalam pengambilan keputusan, perancangan, perencanaan, perkiraan, diagnosa, analisa, evaluasi dan penilaian intuitif. [TIW00] Tacit Knowledge dan Explicit Knowledge Ikujiro Nonaka (1994) mengklasifikasikan pengetahuan menjadi dua bentuk/jenis, yaitu pengetahuan explicit (explicit knowledge) dan pengetahuan tacit (tacit knowledge) [ALA01]. Pengetahuan explicit adalah pengetahuan yang tertulis, terarsip, tersebar (cetak maupun elektronik) dan bisa digunakan sebagai bahan referensi atau pembelajaran bagi orang lain. Sedangkan pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang dipahami oleh seseorang di dalam pikirannya dan belum direpresentasikan layaknya pengetahuan explicit. Pengetahuan tacit ini merupakan sesuatu yang diketahui dan dialami oleh seseorang namun sulit untuk diungkapkan secara jelas dan lengkap [WID05]. Pemisahan antara pengetahuan dan infomasi, serta antara yang tacit dan articulated (eksplisit) diilustrasikan oleh Stenmark seperti yang tampak pada gambar II-2. Pengetahuan dapat dipahami sebagai sesuatu yang tacit dari tradisi dan pengalaman manusia, sedangkan informasi adalah bagian kecil dari pengetahuan yang dapat diartikulasikan [STE02].
3 II-3 Gambar II-2 Perbedaan Konsep Informasi dan Pengetahuan [STE02] Aliran Pengetahuan Aliran pengetahuan terdiri atas sekumpulan proses atau aktivitas di mana data, informasi, pengetahuan ataupun meta-pengetahuan diubah dari kondisi atau state yang satu ke kondisi yang lain [TRI07]. Model mengenai aliran pengetahuan kemudian disebut sebagai General Knowledge Model (GKM) seperti yang tampak pada gambar II-3. Gambar II-3 General Model Knowledge [NEW99] Berdasarkan [NEW99] aliran pengetahuan dibagi menjadi empat area utama, yaitu: creation, retention, transfer, dan utilization. Secara alami, proses-proses dalam GKM bersifat rekursif. Pada setiap proses terdapat proses dan siklus aliran pengetahuan yang lebih dalam [SAM08]. 1. Knowledge Creation Proses ini merupakan kegiatan penciptaan pengetahuan baru, terkait erat dengan aktivitas pengembangan (development), perolehan (discovery), dan penangkapan (capture) pengetahuan.
4 II-4 2. Knowledge Retention Proses ini terkait dengan aktivitas pemeliharaan dan penyimpanan di dalam sistem, bertujuan untuk menjaga dan memelihara keberlangsungan hidup pengetahuan di dalam sistem. 3. Knowledge Transfer Pada proses ini terjadi pemindahan pengetahuan dari satu pihak ke pihak lain melalui cara-cara, seperti: komunikasi, penerjemahan, konversi, pengubahan dan pemilahan. Pemindahan pengetahuan dapat terjadi pada berbagai level, yaitu: antar individual, antara individual dengan kelompok, antar kelompok, dan antara kelompok dengan organisasi. Pemindahan pengetahuan ditujukan sebagai proses untuk menyebarkan pengetahuan ke berbagai pihak di lingkup organisasi. Oleh sebab itu, dalam beberapa literatur, terminologi knowledge transfer dapat juga dipahami sebagai knowledge sharing (penyebaran pengetahuan). 4. Knowledge Utilization Proses ini merupakan kegiatan pemanfaatan atau penerapan pengetahuan yang telah ada. 2.3 Knowledge Management Terdapat beragam macam pendapat dan pemahaman mengenai konsep knowledge management (KM). Definisi yang cukup baik untuk memberikan gambaran mengenai KM dapat ditinjau dari pendapat beberapa ahli berikut ini: 1. KM merupakan proses dari penciptaan, validasi, presentasi, distribusi dan aplikasi pengetahuan (Bhatt [KAN07]). 2. KM merupakan proses untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan dan teknik pada suatu organisasi (Sijing[SIJ]). 3. KM merupakan pengelolaan eksplisit dan sistematik dari pengetahuan yang vital dan proses yang terkait dengan pengetahuan seperti membuat (creating), mengumpulkan (gathering), mengorganisasikan (organising), penyebaran (difussion), penggunaan (use), dan exploitation dalam mencapai tujuan organisasi (Skyrme [JAS]).
5 II-5 4. KM merupakan proses dari menciptakan, mendapatkan, menangkap, membagi, dan menggunakan pengetahuan, dimanapun pengetahuan itu ditempatkan, untuk meningkatkan pembelajaran, dan performansi dalam organisasi (Swan [JAS]). 5. KM dapat dijelaskan sebagai langkah-langkah sistematik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Tjakraatmadja [TJA06]) Tujuan KM Menurut Davenport dan Prusak [ALA01], proyek KM dapat memiliki satu dari tiga tujuan berikut ini: 1. untuk menjadikan pengetahuan tersedia dan mempublikasikan peran dari pengetahuan di suatu organisasi, baik melalui pemetaan (maps), yellow pages, dan hypertext tools. 2. untuk mengembangkan sebuah budaya intensif dengan menggalakkan perilaku berbagi pengetahuan (knowledge sharing), mencari, atau mengkontribusikan pengetahuan secara proaktif. 3. untuk membangun sebuah infrastruktur yang berkaitan dengan pengetahuan, tidak hanya dalam bentuk sistem secara teknis, melainkan juga jaringan yang dapat menghubungkan orang-orang melalui ruang, waktu, alat, dan memungkinkan interaksi Model SECI Ikojiru Nonaka (1994) memberikan suatu model yang digunakan untuk melakukan pengelolaan suatu pengetahuan yang terdiri dari empat proses yaitu Socialization, Externalization, Combination, dan Internalization (SECI) [BEC06, GRA06]. Keempat proses tersebut dapat dilihat pada Gambar II-4.
6 II-6 Gambar II-4 Diagram SECI Nonaka [GRA06]. Pada diagram SECI milik Nonaka dapat dipahami bahwa adanya keterkaitan antara pengetahuan tacit dengan pengetahuan eksplisit dan juga KM dapat terjadi dengan adanya interaksi antara kedua jenis pengetahuan tersebut. 1. Proses socialization merupakan proses yang paling dasar dalam melakukan penyebarluasan suatu pengetahuan. Pada proses socialization terjadi interaksi sosial antar individu sehingga terjadi interaksi antar pengetahuan tacit, umumnya bentuk proses socialization adalah diskusi, cerita, ataupun sharing (berbagi) pengalaman. 2. Proses externalization merupakan proses pengubahan/penerjemahan pengetahuan dalam bentuk tacit menjadi pengetahuan yang eksplisit (nyata), umumnya dalam bentuk tulisan ataupun gambar. Proses externalization tersebut dapat membantu pengubahan pengetahuan tacit seseorang ke dalam bentuk pengetahuan eksplisit yang dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain. 3. Proses combination terjadi penyebarluasan dan/atau pengembangan dari pengetahuan-pengetahuan eksplisit yang telah ada. Pengetahuan yang telah terdokumentasikan dapat disebarluaskan melalui suatu pertemuan dalam bentuk dokumen ataupun melalui suatu proses pendidikan atau pelatihan. Pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menggabungkan
7 II-7 dan/atau mengolah berbagai pengetahuan dapat juga mencakup data dan/atau informasi yang telah ada sehingga didapatkan ataupun dihasilkan suatu pengetahuan yang baru. 4. Proses internalization, terjadi perubahan pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit, umumnya dilakukan melalui proses belajar dan/atau penelitian yang dilakukan ataupun pengalaman yang dilalui oleh setiap individu Tahap KM Road Map [TIW00] Amrit Tiwana mendefinisikan rencana KM dalam 10 Tahap KM Road Map yang akan memandu keseluruhan proses dari pembuatan strategi, analisis, perancangan, pengembangan dan implementasi dari KMS pada sebuah perusahaan atau organisasi. Tahap-tahap tersebut dibagi dalam 4 fase, yitu: A. Fase Evaluasi Infrastruktur 1. Menganalisa infrastruktur yang telah ada Pada tahap pertama ini dilakukan analisis terkait teknologi yang sudah terdapat sebelumnya dalam perusahaan yang akan mengimplementasikan KMS, sehingga KMS dapat dibangun berdasarkan infrastruktur yang telah ada. 2. Menyelaraskan KM dan Strategi Bisnis Pelaksanaan tahap kedua membantu terciptanya hubungan antara pengembangan rancangan KMS menuju level strategi bisnis dan pendorongan strategi bisnis turun pada level perancangan sistem. B. Fase Analisis, Perancangan dan Pembangunan KM System 3. Merancang Infrastruktur KM Pemilihan komponen infrastruktur yang membangun arsitektur KMS dilakukan pada tahap ini. 4. Mengaudit aset pengetahuan dan sistem yang ada Pada tahap ini dilakukan analisis dan audit terhadap pengetahuan yang akan dikelola dan pengetahuan apa saja yang sudah terdapat pada perusahaan atau organisasi yang akan mengimplementasikan KMS.
8 II-8 5. Merancang tim KM Perancangan sebuah tim yang akan membangun dan mengimplementasikan KM dilakukan pada tahap ini. 6. Membuat cetak biru (Blueprint) KM Pada tahap ini tim KM yang telah dibentuk pada tahap sebelumnya mendefinisikan cetak biru KM yang menyediakan sebuah rencana pembangunan KMS secara berkala dan berkembang. 7. Membangun KMS Tahap berikutnya adalah membangun sebuah sistem kerja KM berbasiskan teknologi dalam bentuk sebuah aplikasi KMS. C. Fase Deployment 8. Menjalankan KMS (deployment) menggunakan Result-driven Incremental Methodology Pada tahap ini dilakukan KMS deployment yakni implementasi KMS secara menyeluruh pada perusahaan atau organisasi. 9. Mengelola perubahan, budaya dan struktur penghargaan Tahap ini dilakukan untuk mendorong keberlangsungan pelaksanaan dari KMS. D. Fase Evaluasi 10. Mengevaluasi kinerja, mengukur ROI, dan memperbaiki KMS secara bertahap Pada tahap ini dilakukan pengukuran nilai bisnis dari KM. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari 10 Tahap KM Roadmap. 2.4 Knowledge Management System KMS merupakan sistem dari KM. Alavi dan Leidner mendefinisikan knowledge management system (KMS) sebagai suatu sistem berbasis teknologi informasi yang dikembangkan untuk mendukung dan meningkatkan proses penciptaan, penyimpanan/pengambilan-kembali, pemindahan/penyebarluasan, dan penggunaan pengetahuan organisasi [ALA01].
9 II Framework KMS Framework adalah sekumpulan ide dan asumsi untuk mengorganisasi proses pemikiran terhadap suatu obyek yang dapat berupa benda atau situasi. Framework mengidentifikasi topik yang harus dipertimbangkan dan menunjukkan bagaimana topik tersebut saling berhubungan. Framework biasanya memuat sederetan tahapan atau dimensi atas sesuatu dan mengelompokkan ide, asumsi atau proses pada masing-masing tahapan atau dimensi tersebut. Dengan adanya framework, maka pemahaman atas suatu objek dapat dibangun lebih baik dan mencakup berbagai aspek Knowledge Management System Framework Fokus pada Manusia pada Organisasi Pembelajar Roni Sambiangga mengusulkan sebuah rancangan framework KM yang ditujukan untuk dapat memberikan pemahaman mengenai KMS dengan berdasarkan pada adanya interaksi antar manusia dan penggunaan teknologi di dalamnya [SAM08]. KMS framework beserta keterkaitan antar komponen-komponen di dalamnya dapat dilihat pada Gambar II-5. Gambar II-5 Knowledge Management System framework [SAM08] Komponen-komponen yang terdefinisi dalam framework tersebut adalah sebagai berikut:
10 II Manusia 2. Proses Pengetahuan 3. Artefak Pengetahuan 4. Teknologi 5. Lingkungan Pembelajaran Secara lengkap pemaparan mengenai komponen-komponen dari KMS Framework ini dapat dilihat pada Tugas Akhir: Perancangan Knowledge Management System Framework Fokus Pada Manusia Pada Organisasi Pembelajaran[SAM08] Penerapan Teknologi pada KMS Pemanfaatan teknologi informasi kini sudah mencakup berbagai aspek kehidupan dan salah satunya dapat diterapkan dalam upaya untuk mendukung proses KM. Identifikasi peran teknologi dalam KMS dilakukan berdasarkan proses-proses aliran pengetahuan yang terdapat pada GKM. [SAR07] 1. Knowledge Creation Teknologi yang dapat berperan dalam penciptaan pengetahuan baru, khususnya dalam hal konversi dari pengetahuan tacit ke pengetahuan tacit baru lainnya dia antaranya adalah videoconferencing, electronic discussion groups, dan . Sedangkan teknologi yang mendukung konversi dari pengetahuan eksplisit ke pengetahuan eksplisit baru lainnya di anataranya adalah knowledge-discovery dan data-mining. 2. Knowledge Retention Teknologi yang dapat diterapkan pada knowledge retention adalah basis data atau data warehouse yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pengetahuan eksplisit dari organisasi. 3. Knowledge Transfer Dengan teknologi informasi, komunikasi dapat lebih mudah terjadi, akses yang cepat juga membantu dalam penyebarluasan pengetahuan yang ada. Bentuk teknologi yang menunjang knowledge transfer di antaranya adalah electronic bulletin boards, discussion forum, knowledge directories.
11 II Knowledge Utilization Teknologi dapat mendukung knowledge application dengan menanamkan pengetahuan pada rutinitas organisasi. Prosedur yang tertanam pada budaya kerja dapat ditanamkan ke dalam teknologi informasi sehingga sistem nantinya akan menjadi contoh norma dalam organisasi. Sedangkan menurut Becerra-Fernandez dan Sabherwal (2006) KM dipahami terdiri dari proses-proses discovery (penemuan), capture (penangkapan), sharing (penyebarluasan), dan application (penggunaan) pengetahuan. Oleh karenanya, penggunaan teknologi untuk mendukung proses KM dibedakan menjadi empat jenis sistem, yaitu [BEC06]: 1. Knowledge-discovery systems Sistem ditujukan untuk mendukung proses penemuan ataupun pengembangan pengetahuan dari informasi dan/atau data atau perpaduan dari pengetahuan yang telah ada. 2. Knowledge-capture systems Sistem ditujukan untuk mendapatkan pengetahuan yang terdapat pada manusia ataupun entitas yang terdapat di dalam organisasi. 3. Knowledge-sharing systems Sistem ditujukan untuk mendukung proses penyebarluasan pengetahuan dan komunikasi antar individu sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ataupun diskusi pengetahuan. 4. Knowledge-application systems Sistem ditujukan untuk pemanfaatan dan penggunaan pengetahuan sehingga dapat membantu proses atau aktivitas yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi Arsitektur KMS Arsitektur KMS menurut Amrit Tiwana (2000), terdiri dari 7 (tujuh) layer seperti yang ditujukkan pada Gambar II-6. Diantaranya adalah antarmuka, akses dan autentikasi, collaborative intelligence dan filtering, aplikasi, middleware,
12 II-12 transportasi, dan repositori. Penjelasan dari masing-masing layer dapat dilihat pada Tabel II-1. Gambar II-6 Arsitektur KMS [TIW00]
13 II-13 Tabel II-1 Deskripsi Layer pada Arsitektur KMS Nama Layer Layer 1: Antarmuka Layer 2: Akses dan Autentikasi Layer 3: Collaborative Intelligence dan Filtering Layer 4: Aplikasi Layer 5: Transportasi Layer 6: Middleware dan Legacy Integration Layer 7: Repositori Penjelasan Layer ini memindahkan informasi dari dan ke KMS. Merupakan layer yang menghubungkan pengguna yang menggunakan KMS. Layer ini mengautentikasi validitas pengguna dan hak aksesnya dalam KMS. Keamanan dan akses yang dibatasi merupakan bagian dari layer ini. Layer ini berguna di saat organisasi ingin melakukan standardisasi pada satu platform, jika sebelumnya organisasi menggunakan platform yang berbeda-beda. Alasan dari standardisasi pada umumnya adalah kemudahan pelatihan, perawatan, atau untuk pengembangan selanjutnya. Layer ini merupakan tempat dimana segala aplikasi yang digunakan untuk mendukung knowledge process berada. Aplikasi yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dalam melaksanakan proses bisnis agar aliran pengetahuan di dalamnya mengalir. Layer ini mendefinisikan transportasi data antar aplikasi dilakukan. Transportasi data dapat terjadi jika infrastruktur jaringan pada organisasi sudah tersedia. Layer ini merupakan tempat dimana intelligence dari KMS berada. Proses yang menambahkan tags dan meta tags ke dalam elemen pengetahuan, sama ada dengan mekanisme otomasi atau prosedur manual, dilakukan pada layer ini. Layer ini merupakan tempat data disimpan, mulai dari data operasional, basis data diskusi, arsip dari forum, dokumen digital, dan lain sebagainya. 2.5 Sistem Human Computer Interaction (HCI) Interaksi manusia komputer atau Human-Computer Interaction (HCI) adalah suatu studi, perencanaan, dan perancangan mengenai aktivitas bekerja bersama antara manusia (user) dan suatu sistem berbasis komputer [HCI08]. Dalam konteks rekayasa interaksi, sistem HCI dipandang sebagai solusi, yaitu proses interaksi yang terjadi di antara pengguna dengan sistem interaktif [SAS99] seperti yang terlihat pada gambar II-7.
14 II-14 Gambar II-7 Sistem HCI [SAS99] Pada sistem HCI, perancangan interaksi merupakan proses perancangan produk yang interaktif untuk mendukung manusia dalam kegiatan sehari-hari. Sifat interaktif yang dimaksudkan tidak hanya mencakup pada aspek tampilan antarmuka produk saja, tetapi meliputi semua aspek yang memilik sisi interaksi dari produk tersebut, termasuk di dalamnya pada aspek fungsionalitas sebagai produk yang ditujukan untuk mendukung manusia dalam kegiatan sehari-hari. Terdapat dua fase utama dalam melakukan perancangan interaksi [SAS99], yaitu: 1. Fase kreatif Fase ini diawali dengan tahap pencarian domain yang lebih spesifik dari universe of discourse yang luas. Pada fase ini juga diidentifikasikan peran (role) dari setiap pengguna (who) yang berinteraksi dengan produk interaktif yang dirancang. 2. Fase perancangan Pada fase ini dilakukan pemodelan task (komponen aktivitas) yang terdiri dua tahap, yaitu (user) task analysis dan task design, dan pada task design terdapat juga dua tahap di dalamnya, yaitu task synthesis dan task optimation lihat Gambar II-8. Task adalah urutan instruksi sebagai satuan unit kerja.
15 II-15 Gambar II-8 Pemodelan Task [SAS99] a. Task Analysis Tahapan pertama dari pemodelan task (kerja) adalah mendefinisikan kerja yang harus dilakukan pengguna dan pemahaman begaimana seorang pengguna melakukan pekerjaannya. Pendefinisian task dapat dilakukan dengan membuat pohon task itu sendiri sehingga terlihat level dari task tersebut. b. Task Design Setelah proses analisis kerja, maka selanjutnya adalah perancangan kerja. Hakikat dari perancangan kerja adalah mengalokasikan kerja bagi pengguna (user task) dan sistem (system task). Setiap user harus memiliki minimal satu system task dan demikian juga untuk setiap system task harus memiliki minimal satu user task [SAS99]. Langkah awal dari perancangan kerja adalah sintesis kerja, dimana akan menghasilkan problem solving task dan interaction task di sisi pengguna dan di sisi sistem. Problem solving task pengguna adalah pekerjaan mental yang dilakukan pengguna sebagai manusia dan dari sistem adalah kerja perangkat lunak secara internal [SAS99]. Himpunan dari interaction task di sisi pengguna dan interaction task di sisi sistem membentuk konsep dialog dan interaksi pada perangkat lunak. Selanjutnya adalah optimasi kerja yang bertujuan untuk membentuk task yang efektif untuk digunakan dalam pengembangan perangkat lunak dan membentuk kemampuan dalam menyiapkan modul perangkat lunak ulang [SAS99].
16 II Pengetahuan Persepakbolaan Pemain Terdapat empat jenis pengetahuan yang dibutuhkan oleh pemain sepakbola, yaitu Coaching, Fitness. Skill & Techniques, dan Strategy of Decision-making[EXP09]. Jenis pengetahuan Coaching merupakan jenis pengetahuan terkait pelatihan, di mana di dalamnya termasuk drill, passing & play, team tactic, fundamental strategy. Sedangkan jenis pengetahuan Fitness merupakan pengetahuan sehubungan dengan kebugaran dan kesehatan seorang pemain, di dalamnya termasuk pengetahuan tentang speed & agility (kecepatan), aerobic fitness (latihan aerobik), anaerobic (latihan anaerobik), dan muscles (kekuatan otot). Jenis pengetahuan Skill & Techniques terkait dengan kemampuan seorang pemain untuk melakukan gerakan mekanis tertentu, termasuk di dalamnya ball control (kontrol bola), kicking (menendang), heading (menyundul), tackling (menekel), goalkeeping (menjaga gawang), dribbling (menggiring), shooting (menembak), turning (membalik arah), defending (menjaga lawan). Jenis pengetahuan Strategy of Decision-making adalah pengetahuan terkait strategi permainan sebuah tim, di dalamnya termasuk finishing (strategi penyelesaian), passing (strategi pemberian bola), dribbling (strategi penggiringan), control (strategi pengontrolan), finishing runs (strategi penyelesaian lari), clearance (strategi penjagaan jarak), support (strategi penyokongan antar pemain dalam satu tim).
BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management
BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh
Lebih terperinciBAB III ANALISIS. 3.1 Analisis KMS
BAB III ANALISIS Pada bab ini pertama-tama akan dilakukan analisis terhadap KMS sebagai suatu sistem dan hal-hal terkait di dalamnya, dilanjutkan dengan analisis terkait klub sepakbola di Indonesia, dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas beberapa konsep dan pengetahuan yang dipelajari dari berbagai sumber literatur untuk mendapatkan pemahaman dasar terkait dengan pengetahuan, proses pengelolaan
Lebih terperinciMODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG)
MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) Andreas Eko Wijaya Program Studi Teknik Informatika, STMIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Knowledge management (KM) dapat dijelaskan sebagai langkah-langkah sistematik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk menciptakan nilai dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan
Lebih terperinciKnowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ
Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com
Lebih terperinciBAB IV PERANCANGAN. IV.2 Komponen Knowledge Management System Framework
BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dipaparkan rancangan KMS framework dengan fokus pada manusia pada organisasi pembelajar beserta penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat pada framework tersebut,
Lebih terperinciKNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :
KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama
Lebih terperinciBAB V PERANCANGAN MOXIE
BAB V PERANCANGAN MOXIE Bab ini berisi penjabaran dari hasil perancangan Moxie. Pembahasan pada bab ini mencakup perancangan arsitektur dan model skenario untuk Moxie. Model skenario merupakan produk dari
Lebih terperinciBAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY
BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis dari konsep belajar sebagai proses knowledge management. Selain itu, akan dijabarkan pula konsep
Lebih terperinciBAB V STUDI KASUS. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus yang Dipilih
BAB V STUDI KASUS Pada bab ini dipaparkan mengenai studi kasus yang ditujukan untuk melakukan uji coba sebagai validasi terhadap KMS framework fokus pada manusia pada organisasi pembelajar yang telah dihasilkan.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI KMS KLUB SEPAKBOLA
BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI KMS KLUB SEPAKBOLA 4.1 Analisis Aplikasi KMS untuk Klub Sepakbola Subbab ini bertujuan mendefiniskan spesifikasi aplikasi KMS Spesifikasi tersebut menjadi dasar
Lebih terperinciPEMBANGUNAN APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM KLUB SEPAKBOLA
PEMBANGUNAN APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM KLUB SEPAKBOLA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh : Twindania Namiesyva / 135 05 086 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Manajemen Pengetahuan atau Knowledge Management (KM)
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1. 1. Penelitian Terkait Penelitian Manajemen Pengetahuan atau Knowledge Management (KM) telah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari
Lebih terperinciBAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE
BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang
Lebih terperinciDari e-learning Menuju e-knowledge
Dari e-learning Menuju e-knowledge Atik Dwi Utami Magister Chief Information Officer Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Ditjen. Perbendaharaan Departemen Keuangan RI atik_dwi@students.itb.ac.id,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini dunia sedang meninggalkan era mesin industri menuju era pengetahuan. Pada era pengetahuan saat ini, setiap perusahaan bersaing untuk menunjukkan keunggulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT United Tractors,Tbk perwakilan Bandung merupakan distributor peralatan berat terbesar dan terkemuka di Indonesia, menyediakan produk-produk dari merek ternama
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yaitu Balanced Scorecard untuk Pengukuran Performansi Knowledge
- 9 - BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai seluruh dasar teori yang akan berkaitan dengan kegiatan Tugas Akhir. Dasar teori yang ada akan menjadi acuan untuk melanjutkan analisis
Lebih terperinciEKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
Hal IIB - 355 EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Amelia Kurniawati 1, Luciana Andrawina 2, Firmansyah Wahyudiarto 3, Andy Surya Setiawan 4 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan juga merupakan sumber daya yang strategis untuk semua tipe
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini diakui sebagai aset penting yang harus dimiliki bersama dengan sumber daya tradisional lainnya seperti uang dan bahan baku [1]. Pengetahuan juga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.
Lebih terperinciBAB I PERSYARATAN PRODUK
BAB I PERSYARATAN PRODUK 1.1 Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dalam era globalisasi terjadi dengan sangat cepat. Kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan(knowledge) semakin
Lebih terperinciBab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System
Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi
Lebih terperinciUSABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,
Lebih terperinciKnowledge Management Tools
Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Knowledge Management System Pada point ini membahas mengenai landasan teori knowledge management system yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan penulisan ini. 2.1.1.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menerangkan langkah-langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari proses pengumpulan data hingga tahap presentasi Tugas Akhir. Berikut adalah alur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini perkembangan teknologi informasi (IT) telah berkembang dengan pesat, dengan banyak membawa perubahan-perubahan besar yang berpengaruh pada dunia bisnis.
Lebih terperinciBab III Analisis Faktor Knowledge Management
Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir
Lebih terperinciBAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV.
BAB V STUDI KASUS Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus Studi kasus dipilih adalah forum
Lebih terperinciBAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1 Implementasi KMS Klub Sepakbola Pada bab ini akan dibahas mengenai konfigurasi minimal implementasi KMS Klub Sepakbola berdasarkan Knowledge Management System Framework
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Knowledge atau pengetahuan sendiri adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, sehingga Knowledge yang ada menjadi sebuah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Jenis Knowledge Terdapat dua jenis knowledge yang terdapat pada perusahaan, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge adalah knowledge
Lebih terperinciDunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer
Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Organization Services Berdiri sejak tahun 1991, Dunamis merupakan mitra berlisensi dari FranklinCovey - sebuah organisasi global yang
Lebih terperinciGaris-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)
Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Judul Matakuliah Bobot Matakuliah Kode Matakuliah : Management : 3 SKS : Deskripsi Matakuliah Kompetensi Umum Text Book Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Latar Belakang. Kondisi Operasi Pabrik PT Pupuk Kaltim
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut maka setiap perusahaan
Lebih terperinciPerancangan Knowledge Management System Pengelolaan Proyek di CV. Metric Design
Perancangan Knowledge Management System Pengelolaan Proyek di CV. Metric Design Robi Tanzil Ganefi 1, Ana Hadiana 2 Imelda 3 1 UNIKOM Jl. Dipatiukur No. 112-114-116 Bandung 40132 2 LIPI Jl. Cisitu No.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir.
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan tentang landasan teori yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan tugas akhir. 2.1 Knowledge Knowledge adalah informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan, dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang
Lebih terperinciKNOWLEDGE ACQUISITION PADA KNOWLEDGE BASED ECONOMY ERA
KNOWLEDGE ACQUISITION PADA KNOWLEDGE BASED ECONOMY ERA oleh : Fitrasani, S.T a1_luv17@yahoo.com ABSTRAK Era ekonomi berbasiskan pengetahuan yang berawal pada tahun 1990 ketika kecenderungan usaha berubah
Lebih terperinciKnowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci
Knowledge Conversion Pada Kegiatan Registrasi Praktikum Di Laboratorium Fakultas Rekayasa Industri IT Telkom Dengan Menggunakan Metode Seci Fachmi Fachrudin 1) Amelia Kurniawati ST., MT. 2) Murahartawaty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Riau atau yang sering disebut dengan Sekretariat Bakorluh Provinsi Riau adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan
Lebih terperinciROADMAP IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT
ROADMAP IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT Agus Mulyanto Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jl Marsda Adi Sucipto, Yogyakarta 55281 Telp
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan informasi menjadi sangat penting dan. kebutuhan pokok bagi setiap orang. Bagi masyarakat, banyak aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan informasi menjadi sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Bagi masyarakat, banyak aspek kehidupan yang sangat bergantung
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengetahuan (Knowledge) Dalam konteks teknologi informasi, pengetahuan dibedakan dengan data dan informasi. Data adalah sekumpulan fakta, pengukuran-pengukuran yang kemudian akan
Lebih terperinciAplikasi Pengetahuan
Aplikasi Pengetahuan Pertemuan 6 Tujuan yang ingin dicapai KM: 1. Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi 2. Inovasi untuk melakukan hal-hal secara lebih efektif 1 Esensi Pengetahuan Inti
Lebih terperinciPERANCANGAN APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT MULTIMEDIA PADA PROSES PRODUKSI VIDEO PEMBELAJARAN STUDI KASUS DI BPMTV SURABAYA
PERANCANGAN APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT MULTIMEDIA PADA PROSES PRODUKSI VIDEO PEMBELAJARAN STUDI KASUS DI BPMTV SURABAYA Djoko Purnomo, Fajar Baskoro Magister Manajemen Teknologi - Manajemen Teknologi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengetahuan. Dalam membicarakan pengetahuan sangatlah abstrak, karena pengetahuan mempunyai arti yang sangat dalam dan lebih luas dari data atau informasi. Menurut
Lebih terperinciPENERAPAN LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN PADA INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI
PENERAPAN LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN PADA INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI Nanang Kurnia Wahab Program Studi Manajemen Informatika, AMIK Tri Dharma Pekanbaru Jalan Jenderal Sudirman
Lebih terperinciBab V Perancangan Model Ensiklopedia
Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab perancangan model ensiklopedia berisi pemetaan elemen dalam lingkungan kolaborasi ke dalam ensiklopedia. Pemetaan ini menghasilkan sebuah ensiklopedia lingkungan
Lebih terperinciPerancangan Cetak Biru Teknologi Informasi
Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi Budi Daryatmo STMIK MDP Palembang budi_daryatmo@yahoo.com Abstrak: Pengelolaan TI perlu direncanakan dan dituangkan dalam bentuk cetak biru TI sehingga organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas merupakan intuisi akademis yang memiliki karakteristik yang sama dengan organisasi pembelajaran. Dimana dalam organisasi ini banyak subsub kegiatan yang
Lebih terperinciSistem E-Learning Berbasis Knowledge Management Pada SMK Generasi Madani Cibinong
Sistem E-Learning Berbasis Knowledge Management Pada SMK Generasi Madani Cibinong Salman Alfarisi Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Matematika dan IPA Universitas Indraprasta PGRI Email
Lebih terperinciPenerapan Knowledge Management System (KMS) Berbasis Web Studi Kasus Bagian Teknisi dan Jaringan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya
Penerapan Knowledge Management System (KMS) Berbasis Web Studi Kasus Bagian Teknisi dan Jaringan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya Winda Kurnia Sari 1, Ken Ditha Tania 2 1,2 Jurusan Sistem Informasi
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA KARYA AKHIR
UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM: STUDI KASUS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA KARYA AKHIR SUPRIANTO 1206194966 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI
Lebih terperinciSharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan
18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM
PENGEMBANGAN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK LAYANAN PERAWATAN PRODUK MEDIS DAN PERALATAN LABORATORIUM: STUDI KASUS PADA PT.MULTIMEDILAB KARYAMANDIRI Sejati Waluyo Program Studi Magister Ilmu Komputer,
Lebih terperinciMEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017
MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017 1. Integritas dan wawasan kebangsaan 2. Pembekalan isu strategis 3.Organisasi Berkinerja Tinggi 4. Diagnostic Reading 5. Penjelasan Proyek Perubahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian, faktor yang menonjol
Lebih terperinciPembahasan DESAIN APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT UNTUK PELAYANAN PASIEN STUDI KASUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 7/21/2011 KRISTOFEL SANTA
DESAIN APLIKASI KNOWLEDGE MANAGEMENT UNTUK PELAYANAN PASIEN STUDI KASUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KRISTOFEL SANTA 9109.205.503 Pembahasan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Lebih terperinciKRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL
KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL Siswa di drill sampai KO Berasumsi bahwa keterampilan akan ditransfer ke suatu permainan Membosankan, pengulangan, peraturan ketat Mengalami kegagalan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan. Bagian pendahuluan akan terdiri dari : 1. Penjelasan mengenai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi menyebabkan perusahaan harus terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat meningkatkan keunggulan kompetitif.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. ABSTRAK... iii. PROLOG... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii PROLOG... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL... xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciKNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:
KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: Armiastho Adi Saputro P056100132.35E MAGISTER MANAJEMEN
Lebih terperinciArsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.
Arsitektur Sistem Informasi Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Arsitektur Teknologi Informasi Arsitektur teknologi informasi adalah seluruh aspek meliputi piranti keras, piranti lunak, perangkat jaringan dan
Lebih terperinciKNOWLEDGE MANAGEMENT. Implementasi Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom
KNOWLEDGE MANAGEMENT Implementasi Knowledge Management Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami bagaimana cara penerapan atau implementasi knowledge management terhadap perusahaan atau organisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertanian memberikan kontribusi banyak terhadap keberlangsungan hidup masyarakat, terutama kontribusinya sebagai sumber pangan, sumber lapangan pekerjaan bagi sebagian
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Dalam mengembangkan blueprint Sistem Informasi penerapan SNP di Sekolah Menengah Atas, keseluruhan proses yang dilalui harus melalui beberapa tahapan.
Lebih terperinciMakhluk Apakah itu? Aini&Saleh. Open Resource? Apa itu? Maksudnya apa sih? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi
OPEN RESOURCE Makhluk Apakah itu? Aini&Saleh LISENSI DOKUMEN Copyleft: Digital Journal Al-Manar. Lisensi Publik. Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan maupun penyebarluasan artikel ini
Lebih terperinciKNOWLEDGE MANAGEMENT. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom
KNOWLEDGE MANAGEMENT Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi perusahaan. Membuat suatu inovasi
Lebih terperinciKnowledge Management: Konsep dan Metodologi
Knowledge Management: Konsep dan Metodologi Suparto Darudiato, Kevin Setiawan Jurusan Sistem Informasi, School of Information System, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia supartod@binus.edu,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan
BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Seluruh dasar teori yang dijelaskan akan digunakan sebagai landasan pelaksanaan tahap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu
Lebih terperinciArsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.
Arsitektur Sistem Informasi Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom. Desain Sistem "Desain sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah
Lebih terperinciSistem Pendukung Keputusan. Oleh: Ade Sarah H., M.Kom
Sistem Pendukung Keputusan Oleh: Ade Sarah H., M.Kom Topik Defenisi Sistem Defenisi Pembuatan Keputusan Tahap pembuatan keputusan Pendekatan untuk pembuatan keputusan Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan industri. Seiring dengan berjalannya
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Systems thinking merupakan pendekatan dengan cara pandang yang menganggap bahwa suatu problem merupakan satu kesatuan sistem dalam dunia yang luas. Prinsip systems
Lebih terperinciMODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DENGAN TEKNOLOGI CLOUD COMPUTING
MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM DENGAN TEKNOLOGI CLOUD COMPUTING Haris 1), Jonathan Sofian Lusa 2) 1) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Budi Luhur, Jakarta, 12260 E-mail: haris4cloud@gmail.com 2) Fakultas
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, serta pandangan pakar yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi, menyatukan pengalaman baru dan informasi. Menurut
Lebih terperinciKNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI
74 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI ABSTRAK Berbudi Bowo Laksono 1, Noor Akhmad Setiawan, Surjono Jurusan Teknik Elektro dan
Lebih terperinciESENSI PENGETAHUAN TRANSFER PENGETAHUAN. Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) 12/05/2014
Penerapan Pengetahuan (Application of Knowledge) Tujuan yang ingin dicapai KM: 1. Penggunaan kembali (reuse) pengetahuan untuk efisiensi 2. Inovasi untuk melakukan hal-hal secara lebih efektif ESENSI PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang masalah yang akan diambil dalam penelitian. Selain itu menjelaskan tentang rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Rekayasa Ulang Proses Bisnis Definisi rekayasa ulang menurut Hammer & Champy (1993) adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal atas
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI AKUNTANSI
A-18 TUGAS 1.4 - RANGKUMAN METODE, ANALISIS DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Dosen Pengajar : Drs. Joseph Munthe, M.Si., Ak Disusun Oleh: Nama : Serly Oktaviani NPM
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Knowledge adalah fakta, informasi, dan kemampuan yang diperoleh orang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Knowledge Knowledge adalah fakta, informasi, dan kemampuan yang diperoleh orang melalui pengalaman atau pendidikan (Oxford Dictionaries, 2013). Beberapa definisi tentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pemanfaatan enterprise Architecture planning (EAP) untuk perencanaan system informasi melibatkan pemahaman dan kejelasan beberapa definisi
Lebih terperinciRatna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University
Ratna Wardani Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University Hirarki Materi Pemodelan Sistem Rekayasa Informasi Rekayasa Perangkat Lunak Konsep dan Prinsip Analisis Analisis persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Universitas Telkom (disingkat Tel-U) merupakan penggabungan dari empat institusi yang berada di bawah badan penyelenggara Telkom Foundation (TF), yaitu Telkom Engineering
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Definisi sistem menurut [Jog05] adalah sebagai berikut:
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Definisi sistem menurut [Jog05] adalah sebagai berikut: Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Museum merupakan sebuah tempat pembelajaran yang menampung berbagai macam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum merupakan sebuah tempat pembelajaran yang menampung berbagai macam informasi sesuai dengan kategori koleksi yang dimiliki, seperti koleksi dan proses bisnis.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan
Lebih terperinci