BAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. II.1 Model dan Pemodelan"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan seluruh dasar teori yang berkaitan dengan kegiatan tugas akhir. Seluruh dasar teori yang dijelaskan akan digunakan sebagai landasan pelaksanaan tahap berikutnya. Sesuai dengan judul tugas akhir, yaitu Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip Psikologis Learner-Centered, maka dasar-dasar teori yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Model dan pemodelan 2. Komunitas belajar 3. Pembelajaran learner-centered II.1 Model dan Pemodelan Model adalah suatu representasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata. Pemodelan adalah proses membangun model dari sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Pemodelan menyangkut kemampuan untuk menampilkan persoalan dan juga metodologi untuk menganalisis persoalan [SIM95]. Model tidak mungkin berisikan semua aspek sistem nyata karena banyaknya karakteristik sistem nyata yang selalu berubah, dan tidak semua faktor atau variabel relevan untuk dianalisis. Karena itu, pemodelan memerlukan usaha penyederhanaan yang kritis agar variabel relevan yang terpilih mempunyai dampak yang besar terhadap situasi keputusan yang di ambil [SIM95]. Model dapat dinyatakan representasi kualitatif dan atau kuantitatif suatu proses atau usaha yang memperlihatkan pengaruh faktor-faktornya secara signifikan dari permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, ukuran keberhasilan pemodelan bukan dilihat dari besar dan rumitnya model tetapi kecukupan jawab terhadap permasalahan yang ditinjau [SIM95]. II-1

2 II-2 II.2 Komunitas Belajar Komunitas belajar adalah kumpulan agen yang berbagi bahasa dan lingkungan bersama yang bernilai dan mengejar minat bersama yaitu belajar. [SEU02] Adanya perkembangan teknologi telah memperluas bentuk komunitas belajar sehingga tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Berikut dijelaskan beberapa pendekatan yang mendefinisikan komunitas belajar. II.2.1 Lima Model Komunitas Belajar Model komunitas belajar terus berkembang selama beberapa dekade terakhir ini. Saat ini tengah berkembang lima model komunitas belajar yang berjalan. Banyak institusi berpendapat memilih satu model tidak sebaik mengkombinasikan beberapa aspek dari dua atau tiga model. Setiap institusi memiliki misi masing-masing dan dapat merancang komunitas belajar yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Kelima model komunitas belajar itu adalah sebagai berikut: [KEL00] 1. Kelas Terhubung Model ini menghubungkan pembelajar dalam dua kelas umum. Satu kelas berbasis konten (seperti sains, matematika) dan satunya kelas aplikasi (menulis, pidato). Pengajar masingmasing kelas boleh mengajar sendiri-sendiri atau bersamaan dan mengkoordinasikan silabus dan tugas sehingga kelas mengisi satu sama lain. Model Kelas Terhubung menyediakan pengalaman bersama pada pembelajar yang fokus pada kelas berbasis konten pengetahuan yang didukung secara aktif oleh kelas keahlian. 2. Kumpulan Belajar Model Kumpulan Belajar menyerupai model kelas terhubung dengan tiga atau empat kelas yang terhubung menjadi kesatuan, seringkali merupakan keseluruhan kelas yang diambil pembelajar. Bagaimanapun, dalam kumpulan belajar, kelas-kelas biasanya berdasarkan pada satu tema, pengetahuan selama satu periode sejarah, isu, atau masalah. Tingkatan dimana tiga atau empat pengajar bekerja bersama bergantung pada institusi tetapi dapat bervariasi dari silabus umum, tugas bersama, sampai mengajar kelompok. Seringkali, kumpulan belajar memiliki komponen seminar dimana pembelajar bertemu mingguan atau dua mingguan untuk mendiskusikan aktivitas kelas dan berbagi pengalaman. Pembelajar dalam kumpulan belajar dapat juga memiliki rencana acara sosial, perjalanan lapangan, atau kegiatan membaca.

3 II-3 3. Kelompok Minat Mahasiswa Baru Kelompok Minat Mahasiswa Baru menyerupai Kelas Terhubung dimana model ini menghubungkan tiga kelas mahasiswa baru berdasarkan tema. Khususnya bagi universitas besar karena banyak program dengan model ini dapat ditawarkan bersamaan. Kelompok ini terhubung sekitar program studi akademis dan termasuk komponen pendukung dimana mahasiswa baru dapat mendiskusikan aktivitas kelas dan masalah adaptasi di kampus. 4. Federasi Komunitas Belajar Model ini adalah model komunitas belajar paling rumit karena pembelajar mengambil tiga kelas berdasarkan tema dengan tambahan tiga kredit berupa seminar yang diajar oleh Kepala Pembelajar. Kepala Pembelajar adalah profesor dari disiplin yang berbeda, yang mengikuti kelas dan memenuhi semua persyaratan kelas bersama-sama dengan pembelajar lainnya. Ia lalu berperan memimpin seminar dan mendukung pembelajar dalam mensintesis dan menggali pendapat dan sudut pandangnya pada tiga kelas yang diikuti. 5. Belajar Terkoordinasi Dalam Belajar Terkoordinasi, pengajar dan pembelajar berpartisipasi dalam aktivitas belajar penuh waktu berdasarkan tema inter-disiplin. Kurikulum ini dapat berjalan setahun penuh dan pengajar memiliki kesempatan untuk merancang ulang keseluruhan kurikulum, memberikan pengembangan profesional ekstensif bagi pengajar. Belajar Terkoordinasi memberikan 16 kredit per semester dan diajar oleh tim dari beberapa anggota pengajar dalam satu set blok setiap minggunya. Komunitas belajar ini tematis dan lingkupnya dapat luas maupun sempit. II.2.2 Komunitas Belajar sebagai Model Pembelajaran Buffington [BUF03] menyatakan, komunitas belajar adalah kumpulan orang-orang yang berinteraksi, belajar bersama, membangun hubungan, dan dalam prosesnya mengembangkan rasa kebersamaan dan komitmen saling menguntungkan. Komunitas belajar dapat dilihat sebagai model pembelajaran karena diterapkan dalam suatu kelas belajar. Penerapan bertujuan menjalankan komunitas belajar dengan benar dalam kelas belajar dengan pendekatan alur dan struktur dasar komunitas belajar.

4 II-4 Untuk membangun komunitas, anggota harus berinteraksi rutin, baik tatap muka, kelompok besar atau kecil, maupun online. Bahkan dengan adanya peluang diskusi online, anggota komunitas dapat berinteraksi lebih bebas tanpa adanya batasan sosial dan adanya peluang diawasi oleh profesor (orang yang lebih ahli). Anggota dalam komunitas belajar dapat terpilih sendiri atau didaftarkan, tetapi pengikatan yang sebenarnya bergantung pada pribadi masingmasing. Dalam komunitas yang baik, ikatan yang kuat dapat menghadapi perselisihan dan anggota dapat menggunakan konflik untuk memperdalam hubungan dan proses belajar. Komunitas belajar mendorong pembelajar dalam menjaga komunitas memajukan kecintaan pada belajar dan potensi diri pembelajar. Lingkungan belajar harus mendorong hubungan antar individu dalam masyarakat dan antara manusia dengan alam. Terdapat dua pendekatan pada struktur belajar, yaitu pertama, mentalitas atas ke bawah merepresentasikan pihak yang di atas memiliki pengetahuan dan membagikannya pada yang lain; dan kedua, pendekatan dari bawah ke atas yang menekankan pada pentingnya proses penentuan tujuan dan cara belajar dari pembelajar. Pendekatan dari bawah ke atas memberikan kendali lebih bagi pembelajar pada lingkungannya dengan potensi memimpin untuk meningkatkan hasil dan praktik pengambilan keputusan yang lebih efisien. Potensi ini diharapkan dimanfaatkan melalui komunitas belajar. Model Struktural Dasar Buffington [BUF03] menyatakan, Wenger dkk [WEN02] menyediakan model struktural dasar bagi komunitas belajar. Model ini memiliki tiga elemen fundamental sebagai berikut: 1. Domain Pengetahuan Domain memberikan dasar umum dan rasa kesamaan identitas. Domain menginspirasikan anggota untuk berkontribusi dan berpartisipasi, membimbing proses belajarnya, dan memberikan makna dari tindakannya. Tanpa komitmen pada domain, komunitas hanyalah sekelompok orang. Domain yang dibagi membuat rasa dihargai dalam badan pengetahuan dan untuk mengembangkan praktik. Domain bukanlah suatu kumpulan permasahan yang tetap tetapi berubah bersama komunitas. Domain bukanlah suatu abstraksi minat, tetapi terdiri dari isu, permasalahan, atau minat kunci yang dialami oleh anggota

5 II-5 2. Komunitas Orang Komunitas membuat bahan sosial dari belajar karena menguatkan kemauan untuk berbagi ide, membuka ketidak pedulian, menanyakan pertanyaan sulit, dan mendengarkan dengan baik. 3. Praktik Bersama Praktik adalah kerangka kerja, ide, alat, informasi, gaya, bahasa, cerita, dan dokumen yang dibagi anggota komunitas. Komunitas belajar mengeksplorasi baik badan pengetahuan yang ada maupun informasi terbaru dari suatu topik. Setiap komunitas memiliki maksud spesifik dengan membuat praktik yang terlihat melalui cara mengembangkan dan membagi pengetahuan. Praktik pengembangan yang berhasil bergantung pada keseimbangan antara aktivitas bersama dan produksi hasil seperti dokumen, alat, dan proyek. Praktik yang berhasil dibangun bersamaan dengan berkembangnya komunitas. Komunitas belajar yang memperlihatkan ketiga model struktural dasar ini dapat dijelaskan melalui kelebihan dan kekurangan, elemen pembentuk, dan aliran proses yang terjadi. 1. Kelebihan dan kekurangan komunitas belajar sebagai model pembelajaran dapat dilihat pada Tabel II-1. Tabel II-1 Kelebihan dan Kekurangan Komunitas Belajar No Kelebihan Kekurangan 1 Peluang mengembangkan produk jadi Sulitnya mengendalikan motivasi anggota 2 Intergrasi materi yang dalam Penjadwalan aktivitas 3 Interaksi antar pembelajar Hambatan mencapai persetujuan 4 Partisipasi aktif pembelajar Sulitnya mengendalikan pengaruh negatif dari luar 2. Elemen pembentuk komunitas belajar sebagai model pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Domain pengetahuan menentukan pengetahuan yang digunakan dari sumber informasi global dan kehidupan nyata pembelajar sehari-hari. b. Komunitas orang terbentuk dari kumpulan kontributor yang mandiri, berkomitmen, memiliki suatu keahlian, dan fokus pada belajar. Komunitas orang ini terbentuk dalam model naturalis dan belajar dalam situasi.

6 II-6 c. Pembelajar memiliki ciri yaitu dapat seorang pemula atau ahli, dapat berfokus pada proses atau produk, dan memiliki penekanan pada keterlibatan sosial. 3. Aliran proses yang terjadi dalam komunitas belajar sebagai model pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Proses bermula dari praktik bersama komunitas orang yang berisi proses pembangunan pengetahuan lintas disiplin. b. Proses belajar mencakup refleksi dan penilaian formatif yang berfokus untuk peningkatan kemampuan anggota melalui diskusi, kolaborasi, berbagi, dan membangun pengetahuan. c. Proses belajar memberikan timbal balik pengetahuan dalam domain pengetahuan dan pada komunitas orang. II.2.3 Kerangka Kerja Pengembangan Komunitas Belajar Komunitas belajar mengumpulkan orang untuk berbagi dalam belajar, melakukan penelitian, dan menghasilkan pengetahuan. Dalam komunitas belajar, seluruh peserta bertanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan belajar. Terlebih lagi, komunitas belajar adalah proses dimana orang-orang berkumpul untuk mencapai suatu tujuan belajar. Tujuan belajar ini dapat saja spesifik pada kelas dan aktivitas seseorang, atau dapat juga secara luas yang membimbing keseluruhan organisasi belajar mengajar. [CIR05] Berikut adalah empat pemikiran inti yang menjadi pusat dari proses komunitas belajar: [CIR05] 1. Penelitian dan belajar bersama dalam mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar bersama dimana setiap peserta berbagi tanggung jawab pada proses belajar yang terjadi dan mendorong perkembangan komunitas belajar. Jadi tidak seperti format kuliah dimana hanya yang ahli memberikan materi, tetapi praktisi menggunakan teknik belajar bersama agar pembelajar dapat berkontribusi pada tujuan belajar. 2. Hubungan antar pembelajar fungsional dan diperlukan untuk mencapai tujuan belajar. Komunitas belajar berkembang saat interaksi antar pembelajar bermakna, fungsional, dan diperlukan untuk menyelesaikan suatu aktivitas belajar.

7 II-7 3. Hubungan implisit dan eksplisit antara belajar suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain dan pengalaman hidup. Komunitas belajar berkembang saat hubungan langsung dan tidak langsung terbangun pada pengalaman dan aktivitas diluar kelas atau program yang diikuti. Hubungan ini membantu membuat konteks yang lebih luas dengan menguatkan kedudukan orang pada komunitas yang lebih besar dan pengalaman hidup. Hubungan ini juga menurunkan keterbatasan proses belajar dan individu pembelajar. 4. Lingkungan belajar tercakup di dalamnya. Komunitas belajar dikatakan berhasil saat beragam latar belakang dan pengalaman pembelajar diterima dan digunakan untuk membantu berhasil dalam belajar kolektif kelompok. Setiap saat aktivitas harus mendukung peserta meraih peserta lain yang berbeda latar belakang. Melihat keempat pemikiran inti dari proses komunitas belajar, kerangka kerja pengembangan komunitas belajar memberikan tiga tahap pengembangan komunitas belajar. Ketiga tahap ini mencerminkan kematangan komunitas belajar dilihat dari empat proses inti yang telah dikemukakan sebelumnya. Berikut penjelasan ketiga tahap tersebut : 1. Komunitas belajar dengan pemahaman yang berkembang dengan baik, sistematis, dan berjalan dalam tindakan. Praktisi meningkatkan pengetahuannya dan memahami pengaruh dari konsep pada proses belajar peserta. Ia melakukan tindakan berdasarkan pemahaman yang tinggi, mengevaluasi tindakannya, dan meningkatkan praktiknya berdasarkan data evaluasi. 2. Komunitas belajar dengan cukup pemahaman, moderat, dan tindakan yang tidak rutin. Praktisi memiliki beberapa pengetahuan dan memahami konsep berdasarkan refleksi diri dan informasi dari sumber luar. Ia memahami dalam konteks mengajar/meraih situasi dan bertindak dari pengetahuannya ini. 3. Komunitas belajar dengan sedikit pengetahuan dan sedikit tindakan. Praktisi membuat perubahan kecil untuk mengajar/meraih berdasarkan informasi terbatas dan dengan sedikit pemahaman kenapa ia membuat perubahan.

8 II-8 II.2.4 Model Referensi Komunitas Belajar Online Belajar online adalah proses yang terdapat pada persimpangan sistem sosial dan teknologi. Model yang diberikan mengambil kedua perspektif tersebut secara seimbang. Kerangka ini mencakup konsep dan bahasa dari ilmu komputer karena kebutuhan dari belajar perlu ditranslasikan pada ilmu komputer untuk dibangun sistemnya. Model referensi ini memiliki empat pandangan yang terdiri dari: 1. Pandangan komunitas Melihat rancangan dari organisasi yang komunitas belajar online 2. Pandangan implementasi Melihat rancangan interaksi dari komunitas belajar online dan sejauh mana interaksi dijalankan dalam sistem online. 3. Pandangan layanan Melihat rancangan saluran yang digunakan sebagai fitur yang menjalankan interaksi komunitas belajar online. 4. Pandangan infrastruktur Melihat rancangan teknologi pendukung yang digunakan untuk menjalankan saluran yang terdefinisi. Penjelasan Model Referensi Komunitas Belajar Online ini secara lengkap terdapat pada Lampiran A. Model dalam empat pandangan ini terdapat pada Gambar II-1.

9 II-9 Gambar II-1 Model Referensi Komunitas Belajar Online [SEU02] II.3 Pembelajaran Learner-Centered Metode pembelajaran learner-centered dapat dilihat dengan pembelajar sebagai pusat dari pembelajaran, jadi kebutuhan pembelajar diutamakan dalam belajar. Learner-centered adalah cara pandang belajar yang terfokus pada individu pembelajar, faktor keturunan, pengalaman, pola pikir, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan dengan fokus juga pada pengetahuan terbaik yang tersedia tentang belajar dan bagaimana terjadinya, dan tentang praktek mengajar yang paling efektif untuk menghasilkan tingkat motivasi, belajar, dan pencapaian tertinggi untuk semua pembelajar. Kedua fokus ini lalu memberikan informasi dan menggerakkan pengambilan keputusan pendidikan. Learner-centered adalah refleksi dari praktek prinsip-prinsip psikologis learner-centered dalam program, praktek, kebijakan, dan orang yang mendukung belajar. Prinsip psikologis learner-centered dijelaskan secara lengkap pada Lampiran B. Prinsip psikologis learner-centered berlaku pada pembelajar dan proses belajar. Prinsip ini berfokus pada faktor internal dan dalam kendali pembelajar, bukan pada kebiasaan yang

10 II-10 dikondisikan atau faktor fisiologis. Namun, prinsip ini juga melihat faktor lingkungan eksternal atau kontekstual yang berinteraksi dengan faktor internal pembelajar. [APA97] Prinsip psikologis learner-centered terdapat pada empat domain yang keseluruhan mengandung 14 prinsip. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut: Faktor Kognitif dan Metakognitif 1. Sifat dari proses belajar Belajar subjek yang kompleks menjadi paling efektif ketika belajar menjadi proses yang dilakukan dengan niat untuk membangun pemahaman dari informasi dan pengalaman. 2. Tujuan dari proses belajar Pembelajar yang berhasil, dari waktu ke waktu dan dengan dukungan dan bimbingan pembelajaran, dapat membuat representasi pengetahuan yang tepat dan bermakna. 3. Pembangunan pengetahuan Pembelajar yang berhasil dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bermakna. 4. Berpikir strategis Pembelajar yang berhasil dapat membuat dan menggunakan berbagai cara berpikir dan memahami strategi untuk mencapai tujuan belajar yang kompleks. 5. Berpikir tentang berpikir Strategi yang berderajat lebih tinggi untuk memilih dan memantau operasi berpikir memfasilitasi berpikir kreatif dan kritis. 6. Konteks dari belajar Belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan, termasuk budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran. Faktor Motivasi dan Emosi 7. Pengaruh motivasi dan emosi pada belajar Apa dan seberapa besar yang dipelajari sangat terpengaruh oleh motivasi pembelajar. Motivasi untuk belajar terpengaruh oleh kondisi emosi, kepercayaan, minat dan tujuan, dan kebiasaan berpikir individu.

11 II Motivasi intrinsik untuk belajar Kreativitas, berpikir derajat tinggi, dan rasa penasaran pembelajar berkontribusi pada motivasi untuk belajar. Motivasi intrinsik dihasilkan dari tugas yang baru dan tingkat kesulitan optimal, sesuai minat pribadi, dan memberikan pilihan dan kendali pribadi. 9. Pengaruh motivasi pada usaha Akuisisi dari pengetahuan dan ketrampilan yang kompleks memerlukan usaha lebih dari pembelajar dan praktek yang dibimbing. Tanpa motivasi, keinginan untuk melakukan usaha akan sulit tanpa paksaan. Faktor Perkembangan dan Sosial 10. Pengaruh perkembangan pembelajar pada proses belajar Dengan berkembangnya individu, ada berbagai peluang dan hambatan untuk belajar. Belajar paling efektif ketika berbagai perkembangan dalam lingkup fisik, intelektual, emosional, dan sosial diperhatikan. 11. Pengaruh sosial pada proses belajar Belajar dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain. Faktor Perbedaan Individu 12. Perbedaan individu dalam belajar Pembelajar memiliki strategi, pendekatan, dan kemampuan yang berbeda-beda dalam belajar yang bergantung pada pengalaman sebelumnya dan faktor keturunan. 13. Belajar dan keaneka-ragaman Belajar paling efektif ketika perbedaan latar bahasa, budaya, dan sosial diperhatikan. 14. Standar dan penilaian Memasang standar tinggi dan menantang dan menilai pembelajar dan kemajuan belajar, termasuk penilaian karakteristik, proses, dan hasil merupakan kesatuan dari proses belajar.

12 II-12 II.4 Rekayasa Interaksi Rekayasa interaksi menggunakan sistem interaksi manusia dan komputer sebagai solusi. Rekayasa interaksi adalah proses perancangan produk interaktif untuk mendukung manusia dalam kegiatan dan pekerjaannya sehari-hari [PRE02]. Gambar II-2 Proses Perancangan Interaksi [PRE02] Perancangan interaksi: [PRE02] 1. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna dan sistem. 2. Membuat rancangan alternatif hingga rancangan solusi akhir. 3. Mengembangkan rancangan solusi interaktif. 4. Mengevaluasi rancangan selama proses perancangannya.

13 II-13 Pemanfaatan rekayasa interaksi dalam membangun perangkat lunak dapat menggunakan pemodelan task [SAS99]. Menurut IEEE STD 610, definisi task adalah urutan instruksi sebagai satuan unit kerja. Gambar II-3 Pemodelan Task [SAS06] Task analysis bertujuan menghasilkan task pengguna sedangkan task design bertujuan mendapatkan model task yang representatif untuk rancangan perangkat lunak (sistem) dan kontribusi pengguna [SAS99]. Tahanpan-tahapan dalam dalam task analysis dan task design adalah sebagai berikut: 1. Analisis Task: a. Definisikan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan persoalan dan solusi untuk setiap pengguna. b. Uraikan ke dalam task dan sub-task untuk setiap pekerjaan pengguna. c. Klasifikasikan pengetahuan tentang setiap task dan lakukan pengorganisasian atas pengetahuan tersebut. Representasikan task dalam bentuk task<verb,noun>, verb menunjukkan aksi yang dilakukan oleh pengguna, dan noun menunjukkan objek dari aksi. Pemodelan dari task analysis menggunakan Hierarchical Task Analysis (HTA). Contoh model HTA adalah sebagai berikut: [PRE02] 0. In order to borrow a book from the library 1. Go to the library 2. Find the required book 3. Go to correct shelf and retrieve book 4. Take book to checkout counter Plan 0 : do If book isn t on the shelf expected, do Plan 2 : do If book not identified, do

14 II-14 HTA dimodelkan dalam bentuk gambar yang disebut task tree seperti pada Gambar II-4. Borrow a book from the library 0 Plan 0 Do If book isn t on the shelf expected, do Go to the library Retrieve book from Take book to Find required book shelf counter Plan 2 Do If book not identified from information available, do Access catalog Access search Indentify required Enter search criteria screen Note location book Gambar II-4 Task Analysis [PRE02] 2. Perancangan Task: a. Task synthesis, yaitu pemetaan, reduksi, dan alokasi terhadap task pengguna dan sistem. b. Task optimation, yaitu mengelola task sebagai komponen sistem ke dalam klasifikasi task generik, parametrik, dan spesifik dengan harapan model sistem optimal. Pada tahap ini telah dilakukan perancangan task untuk sistem. Task tersebut berorientasi pada penyelesaian persoalan (problem solving task) dan interaksi (interaction task), seperti pada Gambar II-5.

15 Gambar II-5 User's Tasks dan System's Tasks [SAS99] II-15

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

BAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV.

BAB V STUDI KASUS. Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV. BAB V STUDI KASUS Pada bab ini dilakukan studi kasus untuk menerapkan model komunitas belajar learnercentered hasil perancangan pada bab IV. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus Studi kasus dipilih adalah forum

Lebih terperinci

Mengidentifikasi kebutuhan dan Menetapkan persyaratan

Mengidentifikasi kebutuhan dan Menetapkan persyaratan Mengidentifikasi kebutuhan dan Menetapkan persyaratan Salah satu tujuannya adalah untuk memahami sebanyak mungkin tentang pengguna, mereka bekerja, dan konteks kerja itu, sehingga sistem yang sedang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan. I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dalam kurun

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan dan kesejahteraan bangsa ditentukan oleh kemampuannya dalam mengembangkan serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia. Pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dapat ditunjukkan dengan kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB III STANDAR PROSES

BAB III STANDAR PROSES BAB III STANDAR PROSES Bagian Kesatu Sistem Pembelajaran Pasal 11 (1) Proses pembelajaran pada Universitas Muhammadiyah Sidoarjo diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

Penyusunan Kurikulum S1 Teknik Informatika ITB Ayu Purwarianti, Ph. D.

Penyusunan Kurikulum S1 Teknik Informatika ITB Ayu Purwarianti, Ph. D. Penyusunan Kurikulum S1 Teknik Informatika ITB Ayu Purwarianti, Ph. D. 1 Informatika Organisasi pada STEI STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika) 5 Program Studi Sarjana Teknik Informatika Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah dengan terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelanggan merupakan kunci keberhasilan bisnis. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan berbagai cara untuk membuat pelanggan meningkat dan tetap setia, namun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LABORATORIUM PEMBELAJARAN PKOPO Oleh : dr. T. Rabitta Cherysse, MPH

PENGEMBANGAN LABORATORIUM PEMBELAJARAN PKOPO Oleh : dr. T. Rabitta Cherysse, MPH PENGEMBANGAN LABORATORIUM PEMBELAJARAN PKOPO Oleh : dr. T. Rabitta Cherysse, MPH Pendahuluan Organisasi harus mampu mengumpulkan praktik-praktik terbaik apabila ingin tetap bertahan, salah satunya adalah

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini tak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu universal dan konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang menyelenggarakan proses pendidikan. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB I BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam strategi dan metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip Psikologis Learner-Centered dengan Pendekatan Pemodelan Task

Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip Psikologis Learner-Centered dengan Pendekatan Pemodelan Task Pemodelan Komunitas Belajar dengan Prinsip Psikologis Learner-Centered dengan Pendekatan Pemodelan Task Studi Kasus : Forum Tugas Akhir LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

Laporan: Satu Semester Bersama Kuliah Seminar. Abstraksi

Laporan: Satu Semester Bersama Kuliah Seminar. Abstraksi Laporan: Satu Semester Bersama Kuliah Seminar Ikhlas Purwanto, ikpu50@ui.ac.id Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Abstraksi Paper ini merupakan sebuah laporan pelaksanaan kuliah seminar semester

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran. Penelitian pada umumnya dilakukan oleh pakar pendidikan,

Lebih terperinci

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) RASIONAL PROGRAM Layanan program PLS tumbuh subur dan tersebar luas di tengah masyarakat, baik program-program yang bersifat institusional, informasional,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)

TEKNIK PENYUSUNAN SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP) TEKNIK PENYUSUNAN SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP) Dr. Marzuki marzukiwafi@yahoo.co.id UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 13 May 2015 1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN Adalah suatu rancangan acara kegiatan perkuliahan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab untuk

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab untuk BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Organisasi Quality Management Center (QMC) merupakan salah satu organisasi internal yang berada di Universitas Bina Nusantara yang memiliki tanggung jawab

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN. Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester II kelas A Fakultas Hukum UR.

BAB II PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN. Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester II kelas A Fakultas Hukum UR. BAB II PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN 1. Setting Penelitian Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester II kelas A Fakultas Hukum UR. 2. Sasaran Penelitian Meningkatnya pemahaman konsep dan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA di Indonesia saat ini bertumpu pada standar proses pendidikan dasar dan menengah yang mengatur mengenai kriteria pelaksanaan pembelajaran pada satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan mendasar bagi calon perawat dalam pemahaman patofisiologi, penilaian klinis, dan prosedur keperawatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktual artinya benar-benar terjadi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktual artinya benar-benar terjadi, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Standar kelayakan isi dalam bahan ajar menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) memuat beberapa indikator salah satunya aktual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan akan pendidikan yang baik, yang mampu meningkatkan kualitas bangsa, mengembangkan karakter, memberikan keunggulan dan kemampuan berkreasi, semakin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kepada pemaparan hasil penelitian yang sudah disajikan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: Pertama, penerapan metode diskusi kelompok

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016 FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2016 Visi : Misi : "Pendidikan Program Sarjana Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia lebih banyak menekankan kepada hasil belajar berupa kognitifnya saja. Hal ini terlihat dari

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN JENJANG MAGISTER (S2) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA OLEH TIM PENYUSUN KURIKULUM PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 197 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian, temuan-temuan dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan secara umum dan kesimpulan yang mengacu pada pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

Program Studi Magister Manajemen (Penyelenggara Fakultas Ekonomi)

Program Studi Magister Manajemen (Penyelenggara Fakultas Ekonomi) Program Studi Magister Manajemen (Penyelenggara Fakultas Ekonomi) Pengelola Program Magister Manajemen Ketua Program Studi : Prof. Dr. Dwi Kartini, Spec. Lic Sekretaris Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi AKTIVITAS BELAJAR Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Untuk memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu dirumuskan secara jelas pengertian belajar. Belajar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Saat ini penggunaan ICT untuk kegiatan belajar dan mengajar menjadi salah satu ciri perkembangan masyarakat modern. ICT dapat dimaknakan sebagai

Lebih terperinci

Informatika. Penyusunan Kurikulum S1 Teknik Informatika ITB. Organisasi pada STEI 6/14/2013

Informatika. Penyusunan Kurikulum S1 Teknik Informatika ITB. Organisasi pada STEI 6/14/2013 Penyusunan Kurikulum S1 Teknik Informatika ITB Ayu Purwarianti, Ph. D. 1 Informatika Organisasi pada STEI STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika) 5 Program Studi Sarjana Teknik Informatika Sistem

Lebih terperinci

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009 REVIEW

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran dalam pendidikan sains seperti yang diungkapkan Millar (2004b) yaitu untuk membantu peserta didik mengembangkan pemahamannya tentang pengetahuan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

Strategi Blended Learning untuk Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Critical Thinking Mahasiswa di Era Digital

Strategi Blended Learning untuk Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Critical Thinking Mahasiswa di Era Digital Strategi Blended Learning untuk Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Critical Thinking Mahasiswa di Era Digital Oleh Annisa Ratna Sari, M.S.Ed BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pada

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA MENGEKSPLOR MATA KULIAH SISTEMATIK TUMBUHAN RENDAH MELALUI LESSON STUDY. Abstrak

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA MENGEKSPLOR MATA KULIAH SISTEMATIK TUMBUHAN RENDAH MELALUI LESSON STUDY. Abstrak Proceeding Seminar Nasional Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global Tahun 2012 ISBN: 978-602-18235-0-7 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA MENGEKSPLOR MATA KULIAH SISTEMATIK TUMBUHAN RENDAH MELALUI

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI Oleh SYIHABUDDIN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA VISI MPK Sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perihal karakter dan implementasi kurikulum, membuat para pemerhati pendidikan berpikir serta berupaya memberikan konstribusi yang diharapkan dapat bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suci Lestari, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suci Lestari, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan masyarakat akan terus menerus mengalami perubahan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan itu berpengaruh juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut disiapkannya penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan. Individu yang siap adalah individu yang sukses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Tim Kerja Tim kerja adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang penulis lakukan merupakan study literarur untuk mengindentivikasi suatu sarat dalam pengambilan keputusan adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Baleendah. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Bandung. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan pikiran, komunikasi verbal dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan inti institusi pendidikan dan sangat berpengaruh pada mutu pendidikan secara keseluruhan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci