BAB II LANDASAN TEORI. yaitu Balanced Scorecard untuk Pengukuran Performansi Knowledge
|
|
- Yuliani Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 - 9 - BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai seluruh dasar teori yang akan berkaitan dengan kegiatan Tugas Akhir. Dasar teori yang ada akan menjadi acuan untuk melanjutkan analisis pada tahap berikutnya. Sesuai dengan judul tugas akhir ini, yaitu Balanced Scorecard untuk Pengukuran Performansi Knowledge Management System di Perusahaan, maka konsep-konsep perlu dibahas dasar teorinya meliputi: 1. Pengetahuan 2. Knowledge management system 3. Pengukuran performansi 4. Balanced scorecard 2.1 Pengetahuan (Knowledge) Seiring berkembangnya zaman disadari ada kebutuhan untuk mengelola pengetahuan, baik yang masih ada di kepala masing-masing individu, maupun yang sudah didokumentasikan. Pengetahuan yang ada di dalam suatu organisasi adalah suatu asset yang sangat berharga. Nilai lebih suatu organisasi adalah ketika ia bias mengelola pengetahuan yang ada di dalamnya dengan baik. Organisasi dapat memanfaatkan pengetahuan yang sudah ada untuk meningkatkan kinerjanya ataupun menemukan peluang dalam menyelesaikan masalah dan menciptakan inovasi. Bila tidak ada pengelolaan pengetahuan, maka pengetahuan yang ada
2 menjadi sia-sia dan tidak termanfaatkan dengan baik. Untuk memahami konsep pengetahuan yang ada digunakan sesuai konteks tugas akhir ini, di bawah ini akan dibahas mengenai hal tersebut Definisi Untuk memahami pengetahuan, maka ada beberapa definisi pengetahuan yang bisa diambil. Yang pertama adalah menurut Peter Drucker, Beliau mendefinisikan pengetahuan sebagai informasi yang mengubah sesuatu atau seseorang, hal itu terjadi ketika informasi tersebut menjadi dasar untuk bertindak, atau ketika informasi tersebut memampukan seseorang atau institusi untuk mengambil tindakan yang berbeda atau tindakan yang lebih efektif [Peter Drucker,1998] Selain definisi Deucker, konsep lain yang dapat digunakan untuk memahami pengetahuan adalah konsep hirarki Data, Informasi, Knowledge, Wisdom (DIKW) [Bellinger,2002]. Konsep ini dapat digunakan untuk memahami perbedaan antara data, informasi,pengetahuan, dan kebijaksanaan (wisdom). Hirarki DIKW diturunkan dari konsep mengenai kandungan dari intelektualitas dan mentalitas manusia yang diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu [Ackoff,1989]: (1). Data, merupakan symbol-simbol. Data itu mentah. Data bisa ditampilkan dalam bentuk apapun, berguna atau tidak. Data tidak memiliki arti. (2) Informasi, merupakan data yang diproses agar dapat dimanfaatlkan dan memiliki makna sesuai konteks penggunanya; informasi menjawab pertanyaan tentang who, what, where,dan when.
3 (3) Pengetahuan (knowledge), merupakan aplikasi dari data dan informasi, dan menjawab pertanyaan how. Pengetahuan merupakan koleksi informasi yang tepat, yaitu yang berguna. Dalam menentukan suatu informasi apakah dapat dikualifikasikan sebagai pengetahuan atau tidak, sangat ditentukan oleh kondisi yang subjektif atau konteks dimana anda berada. (4) Understanding, merupakan apresiasi why. Understanding bersifat analitis dan kognitif. Hal ini merupakan proses mengambil pengetahuan dan mensintesis pengetahuan baru dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. (5) Wisdom, merupakan evaluasi dari understanding. Transisi dari data ke wisdom digambarkan dalam bentuk hirarki DIKW seperti yang ditunjukkan oleh gambar II-I. Gambar 2.1 Hirarki DIKW
4 Setelah memahami definisi pengetahuan, berikutnya akan dibahas mengenai dua macam pengetahuan beserta definisinya. Nonaka dan Takeuchi membagi pengetahuan dalam dua hal, yakni pengetahuan tersirat (tacit) dan pengetahuan tersurat (eksplisit) [Nonaka,1995]. Berikut penjelasan mengenai kedua macam pengetahuan tersebut: 1. Tacit Pengetahuan yang terletak di otak atau melekat di dalam diri seseorang yang diperolehnya melalui pengalamanya dan pekerjaannya. 2. Eksplisit Segala bentuk pengetahuan yang sudah direkam, dan didokumentasikan, sehingga lebih mudah didistribusikan dan dikelola. Pengetahuan eksplisit dapat disimpan dalam dokumen dan artikel Knowledge Bottleneck Pada konteks knowledge management, istilah yang sering disebut-sebut terkait dengan pengetahuan dan pengelolaanya adalah knowledge bottleneck. Knowledge bottleneck dapat dipahami sebagai permasalahan-permasalahan yang terjadi terkait proses pengetahuan [Roy,2000]. Permasalahan ini menghambat prosesproses yang terjadi pada siklus pengetahuan. Penjelasan mengenai proses pengetahuan akan dibahas pada bagian berikutnya. Contoh knowledge management antara lain kesulitan komunikasi yang terjadi antar divisi, masalah transfer pengetahuan dari pegawai lama ke pegawai baru, dan lain sebagainya.
5 Knowledge management system dapat menjadi solusi untuk knowledge bottleneck. Knowledge bottleneck yang ada disetiap perusahaan berbeda. Strategi yang diterapkan untuk knowledge management system dirumuskan berdasarkan strategi perusahaan dan persoalan knowledge bottleneck yang ada di perusahaan tersebut. 2.2 Knowledge Management System (KMS) Setelah membahas mengenai pengetahuan, hal yang berikutnya akan dibahas adalah mengenai pengelolaan pengetahuan di dalam sebuah knowledge management system. seperti telah dijelaskan pada bab pendahuluan, knowledge management ditujukan untuk membuat organisasi belajar (leaerning organization) sehingga bekerja dan belajar merupakan hal yang sama dalam suatu institusi untuk meningkatkan keunggulan kompetitif berdasarkan nilai-nilai tertentu [LIPI,2007]. KMS yang dibahas pada tugas akhir ini adalah dalam konteks implementasi di perusahaan. Untuk membahas mengenai KMS, maka skema pembahasan akan dimulai dari pembahasan mengenai learning organization, konsep knowledge management, dan definisi knowledge management system itu sendiri Learning Organization Definisi yang dapat digunakan untuk memahami learning organization dinyatakan oleh Peter Senge dan David Garvin. Peter Senge mendefinisikan learning organization sebagai organisasi dimana orang-orang di dalamnya secara berkelanjutan memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-
6 benar mereka inginkan, dimana pola pikir yang luas dan baru harus dipelihara, dimana aspirasi kolektif adalah bebas, dan dimana orang-orang secara berkelanjutan belajar untuk meihat keseluruhan secara bersama-sama [Peter Senge,1990] Sedangkan David Garvin mendefinisikan learning organization dengan menggunakan pendekatan dari sisi pengetahuan. Beliau menyatakan bahwa learning organization adalah organisasi yang memiliki kemampuan dalam menciptakan, mengumpulkan, dan melakukan transfer pengetahuan, dan menyesuaikan tingkah lakunya terhadap pengetahuan dan wawasan baru [David Garvin, 1998]. Dua definisi di atas dapat menjadi bekal untuk memahami konsep learning organization yang memerlukan knowledge management system untuk membantu proses belajar di dalam organisasinya Knowledge Management (KM) Pembahasan mengenai knowledge management meliputi definisi, komponen KM, serta model untuk menjelaskan proses pengetahuan yaitu general knowledge model dan model Socialization, Externalization, Combination, Internalization (SECI).
7 Definisi Konsep mengenai knowledge management dapat digunakan sebagai bekal awal untuk memahami konsep knowledge management system. Ada dua definisi yang dapat digunakan untuk memahami apa itu knowledge management (KM). Definisi pertama menyebutkan manusia sebagai unsur utama KM. Definisi ini diambil dari American Productivity and Quality Centre (APQC). APQC mendefinisikan knowledge management sebagai pendekatan-pendekatan sistemik yang membantu muncul dan mengalirnya informasi dan pengetahuan kepada orang yang tepat pada saat yang tepat untuk menciptakan nilai. Sedangkan definisi kedua menjelaskan KM dari sudut pandang bisnis. Definisi ini diambil karena sesuai dengan judul tugas akhir yang membahas mengenai knowledge management system di perusahaan. Perusahaan merupakan oganisasi berorientasi bisnis sehingga manfaat bisnis dari KM perlu ditekankan untuk menyakinkan seluruh anggota organisasi akan manfaat pengimplementasian KM [Paul Tobing,2007]. Sesuai konteks bisnis ini, Tiwana mendefinisikan knowledge management sebagai pengelolaan pengetahuan perusahaan dalam menciptakan nilai bisnis dan menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan dengan mengoptimalkan proses penciptaan, pengkomunikasian dan pengaplikasian pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan bisnis [Tiwana,2001]
8 Komponen Knowledge Management Beberapa literatur menyatakan hal yang berbeda-beda untuk pendefinisian komponen KM. Bambang Setiarso merumuskan komponen KM pada jurnal mengenai knowledge management yang ditulisnya sebagai berikut [Bambang Setiarso,2007]: 1. Manusia Manusia mencakup orang-orang yang ditunjuk untuk mengelola KM. Mereka bertugas mendorong para karyawan untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan knowledge mereka, mengatur file, menghapus knowledge yang sudah tidak relevan dan mengatur sistem pemberian reward. 2. Proses Meliputi serangkaian proses yang mengaplikasikan konsep model SECI yang dirumuskan oleh Nonaka dan Takeuchi dalam pelaksanaannya. Model SECI akan dibahas lebih dalam pada bagian lain. 3. Teknologi Teknologi merupakan infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang berjalannya sistem knowledge management yang efektif.
9 Isi (Content) Content dari sistem knowledge management yaitu berupa database knowledge dan dokumen yang dibutuhkan karyawan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sedangkan Paul L. Tobing merancang arsitektur KM yang memiliki komponenkomponen sebagai berikut: 1. Strategi KM Strategi KM yaitu berupa visi, misi, dan tujuan strategi KM yang selaras dengan visi misi, dan tujuan strategi perusahaan. 2. Peran dan nilai proposisi KM Sebagai deklarasi kontribusi KM terhadap perusahaan. 3. Model operasi KM Komponen yang menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan merealisasikan visi, misi, tujuan strategis, dan bagaimana KM dapat menyampaikan nilai proposisi kepada perusahaan dan karyawannya. 4. Arsitektur operasi Arsitektur operasi terdiri dari sub komponen yaitu proses, teknologi, dan organisasi pada KM. Arsitektur operasi mendefinisikan proses-proses yang dibutuhkan untuk merealisasikan model operasi, unit dan kualifikasi orang
10 yang mengeksekusi, dan teknologi yang digunakan untuk mengeksekusi proses tersebut General Knowledge Model (GKM) Penjelasan mengenai proses pengetahuan yang berjalan didalam KM sangat bervariasi. Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk memahami proses ini adalah model pengetahuan umum (general knowledge model) yang dikemukakan Newman dan Conrad. Konsep ini dapat digambarkan sebagai berikut [Newman,1999]: Gambar 2.2 General Knowledge Model Pada Gambar II-2 terdapat empat proses, yaitu penciptaan pengetahuan (knowledge creation), penyimpanan pengetahuan (knowledge retention), pemindahan pengetahuan (knowledge transfer), dan penggunaan pengetahuan (knowledge utilization). Penjelasan mengenai keempat hal diatas adalah sebagai berikut:
11 a. Penciptaan pengetahuan Pada proses ini terjadi penambahan maupun koreksi dari pengetahuan yang ada pada sistem. Penambahan pengetahuan dapat diperoleh dari pengetahuan yang telah ada sebelumnya maupun tidak. b. Penyimpanan pengetahuan Pada proses ini terjadi penyimpanan pengetahuan kedalam sistem. Hal ini dilakukan agar pengetahuan dapat dipastikan selalu ada dalam sistem. Proses ini juga menjaga hubungan antara pengetahuan dengan sistem untuk keberlangsungan sistem. c. Pemindahan pengetahuan Menyangkut dengan aktifitas pemindahan pengetahuan dari satu pihak ke pihak lain. Termasuk juga dengan komunikasi, penerjemahan, konversi, penyaringan dan pengubahan/penerjemahan. Pada literature lain, pemindahan/transfer pengetahuan disebut juga dengan knowledge sharing. d. Penggunaan pengetahuan Di dalam proses ini terangkum kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aplikasi pengetahuan untuk proses bisnis Model SECI Selain konsep general knowledge model, pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami proses dalam knowledge management adalah model SECI. Pada
12 bagian sebelumnya Bambang Setiarso menyatakan bahwa serangkaian proses pada knowledge management mengaplikasikan konsep Model SECI [Bambang Setiarso,2007]. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep ini. Konsep model SECI dapat dilihat pada Gambar II-3 [Nonaka,1995]: Gambar 2.3 Model SECI Penjelasan mengenai proses di atas adalah sebagai berikut: 1. Socialization adalah proses transfer pengetahuan yang terjadi diantara orangorang yang dilakukan dengan cara mengadakan suatu pendekatan. Pada proses ini terjadi pembagian (sharing) pengetahuan dari pengetahuan tacit, misalnya melalui diskusi tatap muka. 2. Externalization merupakan proses transfer pengetahuan dari pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit. Externalization dapat dilakukan dengan menulis buku, jurnal, majalah dan lain-lain.
13 Combination merupakan proses transfer pengetahuan dari pengetahuan ekspilisit ke pengetahuan ekspilisit. Proses ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara merangkum buku dan menuliskannya. 4. Internalization merupakan proses transfer pengetahuan dari pengetahuan ekspilist ke pengetahuan tacit misalnya membaca dan mamahami isi buku Knowledge Management System (KMS) Untuk memahami apa itu KMS, definisi yang dapat digunakan adalah definisi yang dinyatakan oleh Paul L. Tobing. Menurut Paul, KMS didefinisikan sebagai mekanisme dan proses yang terpadu dalam penyimpanan, pemeliharaan, pengorganisasian informasi bisnis dan pekerjaan yang berhubungan dengan penciptaan berbagi informasi menjadi aset intelektual organisasi yang permanen. Definisi di atas sebenarnya belum dapat menjelaskan KMS yang menjadi topik dalam tugas akhir ini namun definisi ini dapat dijadikan awal untuk memahami apa itu KMS. Pada bab selanjutnya, akan dianalisis definisi serta model yang tepat dan dapat merepresentasikan KMS. 2.3 Pengukuran Performansi Pembahasan teori mengenai pengukuran performansi mencakup pengertian pengukuran itu sendiri, indicator performansi sebagai hal yang diukur, dan indicator performansi kunci (key performance indicator). Pada pembahasan di bawah ini akan dijelaskan keterhubungan antara ketiganya.
14 Pengukuran Performansi KMS telah menjadi salah satu tool manajemen yang dapat digunaka untuk menciptakan competitive advantage untuk perusahaan. Hal ini menyebabkan KMS menjadi bagian penting di perusahaan tersebut. Oleh karena itu, muncul kebutuhan untuk mengelola KM sama seperti tool manajemen lainnya yaitu dengan mengamati keberjalanan KM dan menilai dampaknya bagi tujuan bisnis perusahaan [Roy,2007] United States General Accounting Office (US-GAO) menjelaskan pengukuran performansi sebagai berikut [Shipman,1998]: Pengukuran performansi merupakan program pengamatan dan pelaporan yang berkelanjutan, yang dilakukan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran performansi biasanya dilaksanakan oleh suatu program tertentu atau pihak manajemen. Pengukuran performansi dapat ditujukan untuk tipe atau aktivitas-aktivitas program yang diadakan (proses), produk dan jasa yang dihasilkan (keluaran), dan/atau hasil dari produk dan jasa tersebut (pendapat). Pengukuran performansi berfokus pada apakah sebuah program telah mencapai tujuannya, diperlihatkan sebagai standar performansi yang dapat diukur. United Kingdom Departement of Trade and Industri mengemukakan tiga peran penting pengukuran performansi, yaitu sebagai berikut [DTI,2000]: a. Mengidentifikasi dan mengikuti kemajuan tujuan organisasi b. Mengidentifikasi peluang untuk perbaikan dan peningkatan
15 c. Membandingkan performansi terhadap standar internal dan eksternal Pengukuran performansi pada tugas akhir ini adalah dalam konteks knowledge management system (KMS). Untuk mengukur performansi KMS ini, metode yang digunakan adalah Balanced Scorecard. Metode ini biasa digunakan untuk mengukur performansi perusahaan. Sehingga ada kebutuhan untuk melakukan analisis awal yang menganalogikan antara KMS dan perusahaan Indikator Performansi Untuk mengukur performansi, ada kebutuhan untuk mendefinisikan ukuranukuran pada pengukuran tersebut. Ukuran-ukuran pada pengukuran tersebut. Ukuran-ukuran ini disebut dengan indikator performansi. Indicator performansi dapat didefinisikan sebagai sebah nilai khusus atau karakteristik yang digunakan untuk mengukur keluaran atau pengeluaran [BSC,2007]. Definisi lain mengenai indicator performansi berasal dari NCOSS yaitu sebuah ukuran dari derajat pencapaian tujuan. Indikator untuk pengukuran performansi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu [Kaplan,1996]: a. Lag indicator Merupakan indicator utama yang merefleksikan tujuan umum dari banyak strategi [Roy,2000]. Indikator ini menjelaskan sesuatu yang telah terjadi, karena itu perusahaan bereaksi pada pengukuran itu akan menjadi terlambat [Purwanto,2003]
16 b. Lead indicator Merupakan indikator unik yang berbeda untuk setiap unit bisnis, merefleksikan keunikan setiap strategi unit bisnis [Roy,2000]. Indikator ini menceritakan sesuatu mengenai masa depan [Purwanto,2003] Sebelum melakukan pengukuran performansi, maka terlebih dahulu harus merumuskan indikator-indikator yang akan diukur. Dari sekumpulan indikator ini, ada yang dapat disebut sebagai key performance indicator (KPI). Penjelasan mengenai apa itu KPI akan dibahas pada bagian selanjutnya Key Performance Indikator (KPI) Untuk mengukur performansi menggunakan BSC, hal pertama yang diperlukan adalah mendefinisian KPI. Key performance indicator merupakan pengukuran yang terkuantifikasi, telah disepakati, dan merefleksikan critical success factor dari sebuah organisasi. KPI suatu organisasi berbeda dari organisasi lainnya [Ref.F.John,2008] KPI apapun yang dipilih harus merefleksikan tujuan organisasi, mereka harus merupakan kunci kesuksesan, dan dapat terukur. Definisi dari apa dan bagaimana KPI diukur tidak sering berubah-ubah. Tujuan sebuah bagian dari KPI. KPI dapat berubah sebagaimana tujuan organisasi berubah, atau untuk lebih mendekati pencapaian tujuan. Berdasarkan pemaparan di atas, ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan KPI untuk mengukur performansi yaitu [Reh.J.John,2008]:
17 a. Pendefinisian KPI yang akan digunakan. b. Pendefinisian cara pengukuran KPI. c. Target yang harus dicapai untuk setiap KPI. KPI yang didefinisikan harus terukur. Meningkatkan keuntungan perusahaan tidak dapat digunakan sebagai KPI karena tidak terukur. Pendefinisian KPI yang tepat untuk contoh ini adalah persentase kenaikan keuntungan perusahaan dibandingkan keuntungan perusahaan tahun sebelumnya. Persentase kenaikan ini dapat diukur dari laporan keuangan perusahaan tahun ini dan tahun sebelumnya. Target yang harus dicapai untuk KPI ini adalah mencapai persentase kenaikan keuntungan sebesar 5%. 2.4 Balanced Scorecard (BSC) BSC merupakan metode yang digunakan untuk mengukur performansi KMS pada tugas akhir ini. Pembahasan mengenai BSC sangat terkait dengan empat perspektif yang tercakup di dalamnya. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai apa itu BSC, empat perspektif BSC, dan hubungan sebab akibat antar perspektif BSC Balanced Scorecard Pengukuran performansi tradisional hanya mengukur data financial. Seiring perkembangan zaman, disadari bahwa hal tersebut tidaklah sukup. Hal-hal yang tidak tercakup pada pengukuran performansi tradisional adalah mengenai
18 pemetaan proses dan peningkatan yang dirasakan oleh perusahaan maupun pelanggan [Shipman,1998] Untuk mengukur performansi suatu perusahaan diperlukan pembangunan kapabilitas kompetitif jangka panjang dengan tetap mempertahankan tujuan dari model akuntansi keuangan biaya histori [BSC,2007]. Metode pengukuran yang dapat memfasilitasi kedua hal diatas adalah balanced scorecard. Balanced scorecard melengkapi ukuran kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong kinerja masa depan. Balanced scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartunilai (scorecard) dan berimbang (balanced). Kartu nilai digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengukur kinerja yang berdasarkan apa yang direncanakan. Berimbang (balanced) memiliki makna bahwa kinerja personil diukur secara berimbang dari tiga aspek, yaitu keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern [Purwanto,2003]. Balanced scorecard merupakan sistem perencanaan strategis dan manajemen yang digunakan secara luas dalam bisnis dan industri, pemerintahan, serta organisasi non-profit di seluruh dunia untuk mengaitkan aktivitas bisnis ke dalam visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi internal, dan eksterna, serta mengamati performansi organisasi berdasarkan tujuan strategis. Gagasan mengenai balanced scorecard diawali oleh Drs. Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton. Balaced Scorecard merupakan framework untuk mengukur performansi dari sisi finansial dan non-finansial. Pengukuran terhadap
19 kedua sisi ini dapat memberikan manajer dan eksekutif sudut pandang yang lebih seimbang tentang performansi organisasional [BSC,2007] Kaplan dan Norton menjelaskan inovasi dari balanced scorecard sebagai berikut: Balanced scorecard tetap menggunakan pengukuran finansial. Namun pengukuran finansial merepresentasikan masa lalu, yaitu sebuah cerita untuk perusahaan pada era industri saat kapabilitas investasi jangka panjang dan hubungan pelanggan bukan merupakan hal penting untuk mencapai sukses. Pengukuran finansial ini tidaklah cukup, untuk panduan dan evaluasi perusahaan pada era informasi yang harus menciptakan nilai untuk masa akan datang melalui investasi pada pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi, dan invasi. Tujuan dan ukuran scorecard diturunkan dari visi dan strategi. Tujuan dan ukuran mamandang kinerja perusahaan melalui empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Empat perspektif ini menjadi kerangka kerja bagi balanced scorecard [Kaplan,1996]. Gambar II-4 menggambarkan keempat perspektif pada balanced scorecard.
20 Gambar 2.4 Perspektif Balanced Scorecard Empat perspektif dalam Balanced Scorecard [Kaplan,1996] Pada bagian sebelumnya telah dikatakan bahwa BSC mengukur performansi menggunkan empat perspektif. Penjelasan lebih lanjut mengenai keempat perspektif ini akan dibahas di bawah ini. 1. Keuangan (Finansial) BSC tetap menggunakan perspektif finansial karena ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan gambaran apakah strategi perusahaan, implementasi, dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas. Hal yang diukur adalah laba operasi, return of investment (ROI), atau nilai tambah ekonomis. Selain tujuan tersebut, perspektif finansial memiliki peran ganda sebagai berikut:
21 a. Menentukan kinerja finansial berdasarkan startegi perusahaan. b. Sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard lainnya. 2. Pelanggan (Customer) Pada perspektif ini dilakukan identifikasi segmen pelanggan dan segmen pasar. Pasar adalah tempat dimana terjadi aktivitas komersial berupa penjualan dan pembelian barang dan jasa [Princeton,2006]. Pelanggan adalah pihak yang membayar barang dan jasa. Pelanggan dan pasar yang harus dianalisis adalah yang menjadi sasaran produk dan servis yang akan ditawarkan [BSC,2007]. Setelah melakukan identifikasi pelanggan dan pasar, kemudian dilakukan serangkaian pengukuran yang terkait dengan kedua hal diatas. Kelompok atribut di bawah ini dapat digunakan untuk merumuskan indicator pengukuran pada perspektif ini. 1. Atribut produk dan jasa: Fungsionalitas, waktu, mutu, dan harga. Hal-hal ini merupakan factor pendorong kepuasan pelanggan. 2. Hubungan pelanggan 3. Citra dan reputasi 3. Proses Bisnis Internal (Internal Business Process) Indikator pengukuran pada perspektif proses bisnis internal memungkinkan manajer mengetahui seberapa baik bisnis berjalan dan apakah produk dan jasa
22 yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Sebagai tambahan untuk proses manajemen strategi, ada dua jenis proses bisnis dapat diidentifikasi, yaitu [BSC,2007]: a. Proses-proses yang berorientasi pada misi Proses yang berorientasi pada misi adalah fungsi spesial dan masalahmasalah yang ada di dalamnya b. Proses-proses pendukung Proses pendukung berulang secara alami, dan lebih mudah diukur dan dibandingkan menggunakan ukuran-ukuran umum. 4. Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth) Perspektif ini meliputi pelatihan karyawan dan sikap budaya perusahaan terkait dengan peningkatan individual dan perusahaan itu sendiri. Tujuan perspektif ini dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Menyediakan infrastruktur untuk memfasilitasi tujuan penting ketiga perspektif lainnya. b. Identifikasi yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Faktor pendukung ini: Pekerja, sistem, keselarasan, perusahaan, dan teknologi.
23 Hubungan Sebab Akibat pada Perspektif Balanced Scorecard Jika kita memiliki sejumlah indikator yang terkait dimana kinerja satu indicator menjadi indikasi kinerja yang baik di masa depan untuk indicator yang lain, maka kita telah membangun peta hubungan sebab akibat. Istilah lain yang dikenal untuk menyebut peta hubungan sebab akibat adalah peta strategis. Salah satu contoh bentuk hubungan sebab akibat dapat diperlihatkan oleh gambar peta strategis di bawah ini. Gambar 2.5 Contoh peta strategis Peta strategis pada Gambar II-5 menggambarkan hubugan sebab akibat dan hubungan leading-lagging antar perspektif. Hubungan sebab akibat diperlihatkan dengan panah dari satu perspektif ke perspektif lainnya. Awal panah menunjukkan sebab dan tujuan panah menunjukkan akibat. Hubungan leading-lagging dapat dijelaskan dengan keterurutan berdasarkan hubungan sebab akibat. Perspektif yang menjadi tujuan merupakan indicator lagging karena merupajan hasil atau
24 akibat dari perspektif sebelumnya. Tindakan yang dikenakan pada perspektif ini akan menjadi terlambat [Purwanto,2004]. Sedangkan perspektif-perspektif yang menjadi awal anak panah merupakan indicator leading karena perusahaan masih dapat memperbaiki pengukuran tersebut. Hasil perbaikan akan terlihat pada perspektif yang menjadi tujuan/akibat. Gambar diatas bukan merupakan hubungan sebab-akibat dan indikator leading-lagging satu-satunya dari keempat perspektif pada BSC melainkan hanya sebagai contoh umum saja.
BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan
-1- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang ditunjang oleh perkembangan teknologi yang pesat, inovasi tiada henti, dan perkembangan pengetahuan menuntut perusahaanperusahaan bersaing
Lebih terperinciMANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD
MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor
Lebih terperinciMANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD
MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD FOKUS PENGUKURAN BSC Fokus pengukuran BSC untuk melaksanakan proses manajemen sbb: Mengklarifikasi dan menerjemahkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
-33- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah. Pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan atau langkah studi yang dilakukan
Lebih terperinciMANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD
MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
Lebih terperinciBAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management
BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh
Lebih terperinciBab III Analisis Faktor Knowledge Management
Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini adalah menghadapi pasar persaingan (globalisasi) dan lingkungan bisnis yang cepat berubah. Oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut telah tercapai. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh semua perusahaan di era globalisasi saat ini. Kunci untuk memenangkan persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rupa sehingga agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Air adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendasar bagi semua manusia karena setiap aktivitas manusia pasti memerlukan air bersih. Tersedianya air
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang komunikasi, informasi, dan teknologi menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan Strategik
Lebih terperinciTaryana Suryana. M.Kom
Performance Management Taryana Suryana. M.Kom taryana@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Scorecard, Merupakan sebuah metrik kinerja yang digunakan dalam manajemen strategis untuk
Lebih terperinciFarah Esa B
ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENILAIAN KINERJA (Studi Kasus pada RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Kab. Wonogiri) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Dalam era globalisasi peluang pasar produk dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997:419) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor yang penting yang harus diperhartikan oleh perusahaan. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien sehingga visi perusahaan dapat tercapai. Sebagai konsekuensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya kinerja perusahaan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan persaingan. Ditambah lagi dengan adanya era pasar bebas, menuntut setiap perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia bisnis banyak mengalami perkembangan sehingga tercipta kondisi persaingan yang semakin kompetitif. Keadaan ini menuntut perusahaan untuk mempertahankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam beberapa dasarwasa ini telah terjadi perubahan yang cepat dan terus menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari era
Lebih terperinciTUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN
TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh
Lebih terperinciAdapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan pengendalian
Lebih terperinciALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN
ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI PENILAIAN KINERJA PEMBERI LAYANAN KESEHATAN (Studi Kasus pada Poliklinik dan Rumah Bersalin Rejosari Husada Delanggu Klaten) p SKRIPSI Disusun Sebagai Salah
Lebih terperinciPERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS
PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, proses dalam menghasilkan produk/jasa tersebut, sistem jual-beli yang ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rias Andriati dalam artikel majalah SWA,16 Agustus 2010 menyatakan bahwa seringkali perusahaan hanya berorientasi pada laba, yaitu keuntungan yang didapat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya era pasar bebas membawa dampak persaingan bisnis yang semakin ketat. Kondisi ini memacu dunia usaha untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek keuangannya saja. Masalah tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja perusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demikian yang dikatakan oleh Wiliam Thompson (Lord Kelvin), Dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang When you can measure what you are speking about, and express it in numbers, you know somethig aboutit; but when you cannot measure it, when you cannot express it in
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja 2.1.1. Definisi Pengukuran Kinerja Kaplan, dan Norton (1996) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai : the activity of measuring the performance of an activity
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber, yakni informasi finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pengukuran kinerja perusahaan menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembangan sedemikian rupa sehingga melewati batas-batas wilayah dan antar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem pengukuran kinerja berdasarkan laporan keuangan ini adalah kurang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penilaian kinerja suatu perusahaan hanya dititikberatkan pada laporan keuangan. Keberhasilan suatu kinerja perusahaan dapat dikatakan baik apabila perusahaan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan global saat ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam dunia bisnis, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan, perubahan dan ketidakpastian akan semakin mewarnai kehidupan lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya perekonomian, keikutsertaan berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya perekonomian, keikutsertaan berbagai komponen masyarakat di bidang ekonomi sangat dibutuhkan. Setiap orang dituntut untuk dapat memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis yang semakin kompetitif ini, tantangan yang dihadapi oleh organisasi baik yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif ini, tantangan yang dihadapi oleh organisasi baik
Lebih terperinciAKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI 1 Sistem akuntansi memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil kerja dari kegiatan tersebut, juga dalam menentukan reward
Lebih terperinciBidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS
Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm. 51-59 BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS ISNIAR BUDIARTI
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Visi dan Misi Menurut Wibisono (2006, p. 43), visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan jaman pada saat ini sebuah organisasi sektor publik dituntut untuk dapat bersaing dalam memberikan kepuasan dan peningkatan mutu layanannya dalam
Lebih terperinciFinance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards
Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Idealnya, setiap manajemen perusahaan memerlukan suatu alat ukur untuk mengetahui seberapa baik performa perusahaan. Objek yang selalu diukur adalah bagian keuangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan pada sisi keuangan (financial perspective). Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah ditetepkan untuk mencapai tujuan perusahaan. alat ukur keuangan (financial), dan non keuangan (non financial).
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA Kinerja merupakan kontribusi yang dapat diberikan oleh seseorang atau devisi untuk pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi. Kinerja dapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi
5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas jasa. Selain itu perkembangan di bidang dunia informasi saat ini begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang didalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan telekomunikasi
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Indah Pratiwi, Herrizqi Shinta, Dessy Riyasari Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol
Lebih terperinciMengenal Balanced Scorecard
Mengenal Balanced Scorecard Dewasa ini balanced scorecard secara luas telah digunakan dalam industri, bisnis dan organisasi publik untuk menyelaraskan visi dan strategi organisasi, meningkatkan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pengukuran yang diterapkan oleh perusahaan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perilaku manusia dalam suatu organisasi. Dengan adanya alat
Lebih terperinciSTRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD
STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD Banyak organisasi yang mampu merumuskan rencana strategis dengan baik, namun belum banyak organisasi yang mampu melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan global saat ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam bisnis, ditandai dengan perubahan perubahan yang serba cepat di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Tubuh manusia 65%-nya terdiri atas air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Tubuh manusia 65%-nya terdiri atas air. Bumi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan teknologi yang ada. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya. Pada saat pesawat dalam keadaan terbang, asisten juniornya menanyakan mengapa hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dapat memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan. Oleh karena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja telah menjadi topik yang menarik di banyak Negara maju. Perusahaan-perusahaan nasional maupun internasional berusaha menjadi yang terdepan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat konsitensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja merupakan penentuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Balanced Scorecard pertama kali dikembangkan pada tahun 1990 oleh ahli Amerika Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis perbankan syariah kini dirasakan semakin kompetitif, untuk itu perusahaan perbankan syariah diharuskan untuk semakin efektif dan efisien dalam mengelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada umumnya pengukuran kinerja yang dilakukan oleh suatu badan usaha hanya berorientasi pada jangka pendek dan mengandung tingkat subyektivitas yang tinggi. Di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat penulis menulis skripsi ini, sudah banyak hotel-hotel yang berdiri di
Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat penulis menulis skripsi ini, sudah banyak hotel-hotel yang berdiri di Kota Bandung, dari hotel non-bintang sampai hotel berbintang.
Lebih terperinciBALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO), TBK CABANG MAKASSAR SKRIPSI
BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT. BANK MANDIRI (PERSERO), TBK CABANG MAKASSAR SKRIPSI OLEH : HELEN SOMBOUWADIL A 311 06 609 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS HASANUDDIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang di saat ini, sehingga pelaku bisnis harus menyusun dan merancang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi mendorong kompetisi yang ketat dalam persaingan yang semakin berkembang di saat ini, sehingga pelaku bisnis harus menyusun dan merancang berbagai strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak perencanaan semakin besar kemungkinan untuk menang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin banyak perencanaan semakin besar kemungkinan untuk menang. Semakin sedikit perencanaan semakin sedikit kemungkinan untuk jaya. Jadi, bagaimana dengan
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008
PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008 SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Dengan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman diikuti juga dengan semakin banyaknya perusahaan yang tumbuh dan bersaing dengan perusahaan yang telah lebih dulu ada. Setiap pemilik perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan kinerja keuangan untuk mengukur kinerja aktiva-aktiva tidak berwujud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan secara tradisional yang hanya mengandalkan kinerja keuangan memiliki banyak kelemahan. Kelemahan yang utama adalah ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Analisa SWOT Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Keberhasilan perusahaan dapat diketahui dengan melaksanakan rencana pengukuran kinerja yang merupakan bagian dari perencanaan strategik. Pengukuran kinerja penting untuk dilaksanakan guna mengevaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis yang ada berubah dari persaingan teknologi atau industrial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan teknologi yang ada.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk kepentingan jangka panjang. Jika perusahaan tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangPenelitian Dalam perkembangan era globalisasi ini, tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan atau laba yang tinggi, akan tetapi bukan itu tujuan utama satu-satunya
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT. ABC, TBK Andreas Tri Panudju, Andi Hasryningsih Asfar, Fitri Fauziah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian dari pelaksanaan suatu program/kegiatan/kebijakan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap organisasi membutuhkan panduan agar perjalanannya terarah, seperti halnya suatu peta dalam satu perjalanan. Peta yang baik akan menuntun organisasi untuk mencapai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir PT. Tawada Graha yang menjadi obyek dari tulisan kami menjalankan bisnis mereka secara tradisional. Tidak ada perencanaan strategis jangka panjang yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan iklim kompetisi antar perusahaan semakin tajam dan ketat, juga ditambah
Lebih terperinciPENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.
JISI : JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI VOLUME 3 NO. 2 AGUSTUS 2016 PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD (BSC) DENGAN PEMBOBOTAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI PT.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing
Lebih terperinciPerancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card
Performa (2008) Vol. 7, No.2: 31-36 Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card Murman Budijanto, Dwi Lia Indriani Laboratorium Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan atau entitas didirikan dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau entitas ini beroperasi. Namun secara
Lebih terperinciPrepared by Yuli Kurniawati
BALANCE SCORECARD Prepared by Yuli Kurniawati SEJARAH BALANCE SCORECARD Pertama kali disampaikan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam artikel berjudul Balanced
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta ditunjang inovasi di berbagai bidang kehidupan. Setelah era efisiensi
Lebih terperinciSTRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN
STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Berdikari (Persero) merupakan badan usaha milik negara yang terdiri dari beberapa Satuan Badan Usaha (SBU), yaitu peternakan, logistik dan niaga. Satuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bekasi, pada awalnya berdiri adalah sebuah lembaga keuangan dengan nama BPR
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Bank Perkreditan Rakyat Danatama Indonesia yang tumbuh dan berkembang di Bekasi, pada awalnya berdiri adalah sebuah lembaga keuangan dengan nama BPR Pundi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja perusahaan khususnya PT. Telkom Indonesia,Tbk divisi cis. Dengan adanya pengukuran kinerja, perusahaan dapat melihat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD
BAB II PENINGKATAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, kinerja
Lebih terperinciSumber : Penulis (2014)
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Desain Landasan Teori Untuk mengukur kinerja dengan Balanced Scorecard, maka dibutuhkan alur untuk melihat tahapan-tahapan guna melihat proses untuk sampai
Lebih terperinci