Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab III Analisis Faktor Knowledge Management"

Transkripsi

1 Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir untuk mengembangkan model KM. Bab III juga menjelaskan proses analogi antara konsep SI dengan konsep KM yang ditujukan untuk mengidentifikasi langkah-langkah penerapan dan pengembangan KMS. Berdasarkan dari tujuan penyusunan Bab III, dapat disimpulkan langkah-langkah analisis yang dilaksanakan. Langkah-langkah analisis diilustrasikan pada gambar III-1. Kajian Literatur mengenai KM Identifikasi Faktor-faktor berpengaruh pada KM Kajian Konsep SI Dan Konsep KM Identifikasi Komponen yang Membangun KM Analogi Konsep SI dengan Konsep KM Mengembangkan Model KM Identifikasi Langkah Penerapan KMS Gambar III-1. Langkah analisis faktor knowledge management Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab II, dapat diidentifikasikan faktor-faktor berpengaruh pada penerapan dan pengembangan KM, seluruh faktor-faktor 34

2 35 berpengaruh pada KM dianalisis untuk menemukan atau mengidentifikasikan komponen yang membangun KM. Komponen yang membangun KM ini berfungsi sebagai landasan berpikir untuk mengembangkan model KM. Model KM menjelaskan peranan dari setiap komponen KM dan keterkaitan antar komponen. Untuk mengidentifikasikan langkah-langkah penerapan dan pengembangan KMS, dilakukan proses analogi antara konsep SI sebagai source analog dan konsep KM sebagai target analog, jika dari proses analogi diperoleh hasil bahwa konsep KM dapat dianalogikan dengan konsep SI, maka langkah penerapan dan pengembangan KMS diidentifikasikan berdasarkan langkah penerapan dan pengembangan SI. Proses analogi membutuhkan kajian pada kedua konsep. Kajian konsep ini ditujukan untuk memahami esensi dari kedua konsep dengan cara menjawab pertanyaan apa (what), mengapa (why) dan bagaimana (how) serta ruang lingkup (scope), dengan menjawab keempat pertanyaan dasar ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dari kedua konsep tersebut. Tidak sembarang hal dapat dianalogikan dengan sembarang hal yang lain, karena ada sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Prasyarat-prasyarat itu adalah : kemiripan (similarity), struktur (structure), dan tujuan (purpose). III. 1. Analisis Konsep Sistem Informasi Peranan konsep sistem informasi dalam proses analogi adalah sebagai source analog pada proses analogi antara konsep sistem informasi dengan konsep KM. Analisis konsep sistem informasi ditujukan untuk memahami esensi dari konsep sistem informasi, sehingga dapat dilakukan proses analogi terkait dengan prasyarat analogi. Analisis konsep sistem informasi dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan dasar yaitu apa, mengapa, bagaimana, dan ruang lingkup. Berdasarkan definisi dari sistem informasi yang dikemukakan oleh Turban serta UKAIS (dijelaskan pada sub bab II.6.5.1), serta karakteristik sistem informasi menurut Turban, didapatkan hasil kajian pemahaman konsep sistem informasi. Tabel III-1 menyajikan pemahaman konsep sistem informasi.

3 36 Pertanyaan Dasar Tabel III-1. Tabel Kajian Sistem Informasi Hasil Kajian Pemahaman Konsep SI What Why How Scope Sistem informasi adalah aktifitas mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk kegunaan tertentu dengan menggunakan alat bantu teknologi Sistem infromasi dibangun dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang paling umum adalah memproses data menjadi informasi dan pengetahuan yang berguna untuk mencapai competitive advantage. Untuk mengembangkan sistem informasi perlu dibangun sebuah pedoman (guide) yang biasanya disebut arsitektur SI. Arsitektur SI yang dibangun harus selaras dengan strategi bisnis organisasi. Elemen-elemen sistem informasi mencakup : a. Manusia b. Organisasi c. Proses-proses yaitu mengumpulkan, memproses, menganalisis, menyimpan dan menyebarkan informasi atau pengetahuan. d. Menggunakan teknologi sebagai alat bantu III. 2. Analisis Faktor Pendukung KM dan Konsep KM Tujuan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi KM ini adalah untuk menemukan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kesuksesan penerapan KM atau kondisi pendukung kesuksesan penerapan KM. Faktor-faktor yang ditemukan dari hasil analisis ini akan dijadikan landasan berpikir untuk mengembangkan model KM. Untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan penerapan KM digunakan teknik penelitian kualitatif yang bersifat interpretatif, dimana penelitian diusahakan untuk memahami fenomena melalui makna dari teks atau analog teks. Faktor pendukung atau kondisi pendukung KM dikemukakan oleh dua penulis, yaitu Bose dan Sangkala (2007). Berikut masing-masing faktor atau komponen yang dikemukakan :

4 37 Menurut Bose dalam Rasooli (2007), KM memiliki tiga komponen utama yaitu : a. Manusia (people) yang dimaksud dengan komponen manusia dalam hal ini adalah pelaku atau actor yang melaksanakan proses pengelolaan pengetahuan. b. Proses-proses metode untuk mengakuisisi menciptakan, mengelola, berbagi dan transfer pengetahuan. c. Teknologi mekanisme yang menyimpan dan menyediakan akses data, informasi, dan pengetahuan yang telah diakuisisi oleh pelaksana proses pengelolaan pengetahuan. Sedangkan menurut Sangkala (2007), KM memiliki tiga faktor yang berpengaruh. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Kondisi Sosial Dalam pengelolaan pengetahuan orang atau anggota organisasi memiliki peranan yang paling penting dimana anggota organisasi dianggap sebagai modal utama atau knowledge worker. b. Kondisi Organisasi Kondisi organisasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah organisasi pembelajar (Learning Organization). Organisasi yang memiliki karakter pembelajar menjadi penting karena organisasi pembelajar yang akan mampu melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru. c. Kondisi Teknologi Tujuan utama teknologi informasi dan komunikasi dalam memfasilitasi proses berbagi dan penciptaan pengetahuan adalah untuk menghubungkan orang dengan orang lain atau untuk mengeksplisitkan pengetahuan tacit.

5 38 Disini terdapat dua jenis komponen yang mempengaruhi KM. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari masing-masing konsep, maka faktor masingmasing konsep dikaji lebih lanjut dalam tabel III-2. Tabel III-2. Hasil Perbandingan komponen KM Komponen Penulis Bose (2001) Sangkala (2007) Manusia Proses Organisasi Teknologi Berdasarkan tabel III-2, makna komponen kondisi sosial yang dikemukakan oleh Sangkala memiliki artian yang sama dengan komponen people yang dikemukakan oleh Bose. Pada tabel III-2 terlihat perbedaan komponen proses dan komponen organisasi, dimana Bose mencantumkan komponen proses sebagai komponen KM dan Sangkala mencantumkan komponen organisasi dalam komponen KM. Perbedaan komponen ini sebenarnya bukan perbedaan yang saling bertolak belakang, perbedaan komponen ini bahkan merupakan perbedaan yang saling melengkapi. Pada dasarnya setiap organisasi pasti melakukan proses pengelolaan pengetahuan, umumnya perbedaan proses pengelolaan pengetahuan terkait dengan efektifitas, efisiensi serta sistematisasi proses, maka faktor yang mempengaruhi KM dapat disempurnakan menjadi People, Organisasi pembelajar, Proses pengelolaan pengetahuan dan Teknologi. Tujuan mendasar KM adalah mendorong terciptanya pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut memberi kemampuan kepada organisasi untuk senantiasa memiliki daya saing. Pengetahuan, pengalaman, dan kreatifitas anggota organisasi akan terbentuk bila anggota organisasi diberi kesempatan untuk melakukan pembelajaran (learning). Dengan bertujuan untuk menciptakan kondisi

6 39 kondusif untuk melakukan pembelajaran bagi anggota organisasi, maka yang harus dipersiapkan adalah organisasinya dengan harapan dapat memberikan stimulasi kepada anggota organisasi untuk dapat berkolaborasi yang pada akhirnya bertujuan untuk mendukung proses penciptaan dan berbagi pengetahuan. Bentuk organisasi yang paling tepat sebagai landasan KM adalah organisasi pembelajar (learning organization). Organisasi pembelajar secara sistematis didefinisikan sebagai organisasi yang belajar sekuat tenaga, secara kolektif dan secara terus-menerus mengubah dirinya agar lebih baik dalam mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan pengetahuan bagi kesuksesan organisasi (Sangkala, 2007). Pada hakekatnya KM merupakan proses pengelolaan pengetahuan yang ditujukan untuk penciptaan pengetahuan organisasi dimana anggota organisasi (People) sebagai pelaku utama atau actor dan didukung oleh nilai-nilai organisasi pembelajar (Learning Organization) serta menggunakan alat bantu teknologi untuk mempermudah proses KM, maka secara detail komponen KM adalah : a) People Manusia atau anggota organisasi yang melakukan proses akuisisi, sharing dan proses penciptaan pengetahuan. b) Organisasi pembelajar Kondisi organisasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah organisasi pembelajar (Learning Organization). Organisasi yang memiliki karakter pembelajar menjadi penting karena organisasi pembelajar yang akan mampu melahirkan pengetahuan-pengetahuan baru. c) Proses pengelolaan pengetahuan Metode untuk mengakuisisi, menciptakan, mengorganisir, membagi dan transfer pengetahuan.

7 40 d) Teknologi Tujuan utama teknologi informasi dan komunikasi dalam memfasilitasi proses berbagi dan penciptaan pengetahuan adalah untuk menghubungkan orang dengan orang lain atau untuk mengeksplisitkan pengetahuan tacit. Selanjutnya, berdasarkan definisi KM yang telah dijelaskan pada sub bab II.1.1, dan analisis faktor pendukung atau faktor yang berpengaruh terhadap inisiatif penerapan dan pengembangan KMS didapat kajian mengenai pemahaman KM. Hasil kajian tersebut disajikan dalam tabel III-3. Pertanyaan Dasar Tabel III-3. Hasil Kajian Konsep KM Hasil Kajian Pemahaman Konsep KM What KM adalah proses pengelolaan pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai dan menghasilkan keunggulan bersaing atau kinerja prima. Why KM berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan individual anggota organisasi untuk dijadikan pengetahuan organisasi yang bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada vitalitas dan kesuksesan perusahaan. How Menggunakan pedoman atau blueprint pengembangan dan penerapan, serta pengoperasian KMS di organisasi. Scope Elemen-elemen yang mempengaruhi KM adalah sebagai berikut : a) People b) Organisasi, c) Proses, d) Dan teknologi

8 41 III. 3. Analogi Antara Konsep SI dengan Konsep KM Untuk dapat menggunakan konsep metode pengembangan sistem informasi sebagai dasar metode pengembangan KM, maka perlu dibuktikan terlebih dahulu bahwa konsep sistem informasi dapat dianalogikan dengan konsep KM. Hal ini menuntut bahwa prasyarat-prasyarat analoginya terpenuhi. Prasayarat analogi tersebut adalah kemiripan antara konsep SI dengan konsep KM, kesesuaian struktur konsep SI dengan konsep KM. III Kemiripan Antara Konsep SI dengan Konsep KM Prasyarat pertama adalah kemiripan atau similarity. Berdasarkan hasil analisis kedua konsep didapatkan kemiripan antara kedua konsep tersebut adalah sebagai berikut : 1) Baik sistem informasi maupun KM sama-sama merupakan proses pengumpulan, penyusunan, penyimpanan, dan pengaksesan informasi untuk kegunaan tertentu dengan memanfaatkan teknologi informasi. 2) Kesuksesan pengembangan sistem informasi maupun KM tergantung pada keselarasan terhadap strategi organisasi. Pengembangan sistem informasi maupun KM bukan merupakan pengembangan sekali jalan, pengembangan SI maupun KM merupakan pengembangan yang bersifat berkesinambungan, sehingga diperlukan pedoman berupa blueprint ataupun arsitektur pengembangan. Dalam buku KM Konsep, Arsitektur dan Implementasi, Paul L. Tobing menekankan bahwa pengembangan KM bukan ditujukan untuk KM itu sendiri, KM diimplementasikan untuk mendukung keberhasilan strategi perusahaan. Sehingga sukses implementasi KM dapat dilihat dari sejauh mana kontribusi KM dalam mendukung pencapaiaan target-target perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. III Kesesuaian Struktur Antara Konsep SI dengan Konsep KM Dengan terbuktinya terdapat kemiripan antara konsep sistem informasi dengan konsep KM, maka langkah berikutnya adalah memenuhi prasyarat kedua, yaitu struktur. Untuk memenuhi prasyarat ini, maka harus dapat dilakukan pemetaan

9 42 satu-ke-satu antara konsep sistem informasi dengan konsep KM. Setelah memperoleh prinsip-prinsip dasar dari konsep sistem informasi maupun konsep KM, maka kini kedua konsep tersebut dibandingkan untuk dapat memperoleh kesimpulan, apakah kedua konsep tersebut dapat dipetakan satu-ke-satu. Hasil kesesuaian kedua konsep ini dapat dilihat pada tabel III-4. Tema Pembanding What Why How Tabel III-4. Tabel Hasil Kesesuaian Konsep SI dengan Konsep KM Konsep SI aktifitas mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk kegunaan tertentu dengan menggunakan alat bantu teknologi memproses data menjadi informasi dan pengetahuan yang berguna untuk mencapai competitive advantage. Untuk mengembangkan sistem informasi perlu dibangun sebuah pedoman (guide) yang biasanya disebut arsitektur SI. Arsitektur SI yang dibangun harus selaras dengan strategi bisnis organisasi. Konsep KM proses pengelolaan pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai dan menghasilkan keunggulan bersaing atau kinerja prima. berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan individual-individual anggota organisasi untuk dijadikan pengetahuan organisasi yang bertujuan untuk memberikan memberikan kontribusi kepada kesuksesan perusahaan. Diperlukan pedoman atau blueprint penerapan dan pengembangan KMS. Paul. L. Tobing menekankan dalam buku KM KM diimplementasikan untuk mendukung keberhasilan strategi perusahaan (Paul. L. Tobing 2007) Scope Elemen-elemen sistem informasi mencakup : a. Manusia b. Organisasi c. Proses-proses d. Teknologi sebagai alat bantu Elemen-elemen yang mempengaruhi KM adalah sebagai berikut : a) People b) Organisasi, c) Proses, d) Dan teknologi 3) Dari tabel III-4, berdasarkan dari tema perbandingan dari keempat butir menunjukkan bahwa konsep sistem informasi dan konsep KM memang

10 43 memiliki tingkat kesamaan yang tinggi sehingga dapat dipetakan satu-kesatu, yaitu kedua konsep baik konsep sistem informasi maupun konsep KM sama-sama merupakan proses pengumpulan, penyusunan, penyimpanan, dan pengaksesan informasi untuk kegunaan tertentu dengan memanfaatkan teknologi informasi. Kesuksesan penerapan kedua konsep ini tergantung kepada keselarasan dengan strategi bisnis organisasi, dan kedua konsep ini terdiri dari empat elemen yang sama yaitu people, organisasi, proses dan teknologi. III Tujuan Analogi Antara Konsep SI dengan Konsep KM Prasyarat ketiga, yakni purpose, berimplikasi bahwa pemikiran secara analogi juga dipengaruhi dari tujuan analogi itu sendiri. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengembangkan langkah-langkah atau tahapan penerapan KM. Berdasarkan dari hasil analogi butir pertama dan kedua, membuktikan bahwa adanya kemiripan antara konsep sistem informasi dan konsep KM, sehingga secara otomatis tahapan penerapan pada konsep sistem informasi juga dapat digunakan pada tahapan pengembangan KM. Pada akhirnya hasil dari analogi antara konsep sistem informasi dengan konsep KM menunjukkan bahwa pengembangan KM berdasarkan konsep SI adalah merupakan hal yang layak (feasible). III. 4. Identifikasi langkah penerapan dan pengembangan KM Berdasarkan proses analogi antara konsep sistem informasi dengan konsep KM yang membuktikan bahwa adanya kemiripan antara konsep sistem informasi dengan konsep KM, maka tahapan penerapan sistem informasi dapat digunakan untuk dijadikan dasar usulan tahapan penerapan KM. Dengan berlandaskan pada langkah-langkah tahapan penerapan sistem informasi (dijelaskan pada sub bab II.6.5.2) yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan penerapan KM, didapatkan langkah-langkah sebagai berikut :

11 44 (1) Mengidentifikasi kesempatan (oppurtunity) pemanfaatan KM. (2) Menganalisis kondisi organisasi. (3) Mendesain arsitektur KMS. (4) Implementasi. (5) Pengukuran. Tahapan-tahapan penerapan KM akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi kesempatan (opportunity) pemanfaatan KM Kunci kesuksesan dari penerapan KM adalah keselarasan antara strategi KM dengan strategi bisnis organisasi. Oleh karena itu, aktifitas yang perlu dilakukan dalam tahapan ini adalah sebagai berikut a) Menyelaraskan strategi KM dengan strategi bisnis organisasi. b) Mengidentifikasikan manfaat apa saja yang dapat ditawarkan dari penerapan KM dengan mengacu pada strategi bisnis organisasi. 2. Menganalisis kondisi organisasi Tahapan kedua ini bertujuan untuk memahami kondisi organisasi saat ini agar dapat memahami secara komprehensif kondisi organisasi saat ini. Analisis kondisi organisasi terkait dengan kinerja pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan yang telah dilaksanakan saat ini (as is). Analisis kondisi organisasi ini juga ditujukan untuk mengetahui harapan atau ekspektasi dari anggota organisasi terkait dengan pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan di masa yang akan datang (to be), dengan membandingkan antara kinerja proses pengetahuan saat ini serta informasi harapan-harapan terkait bagaimana pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan dimasa yang akan datang, dapat dirumuskan strategi peningkatan efektifitas, efisiensi serta sistematisasi proses pengelolaan pengetahuan. 3. Mendesain Arsitektur KMS Tujuan penyusunan arsitektur KMS ini adalah sebagai blueprint yang berfungsi untuk menyediakan landasan bagi pengembangan serta pengoperasian KMS. Hal penting yang perlu diperhatikan pada desain

12 45 arsitektur KMS ini adalah bagaimana mekanisme KM akan dijalankan pada organisasi. Mekanisme KM ini terkait dengan empat komponen KM yaitu people, proses, learning organization serta teknologinya. Komponen proses terkait dengan menetapkan aktifitas apa saja yang harus dilakukan. Komponen teknologi terkait dengan penetapan teknologi apa yang harus digunakan untuk membantu proses KM. Umumnya penentuan teknologi ini tergantung dari bentuk pengetahuan yang akan dikelola, jika pengetahuan yang tersedia lebih banyak dalam bentuk pengetahuan tacit maka teknologi pendukung lebih ditekankan pada media virtual. 4. Implementasi Tahapan implementasi ini bertujuan untuk menjalankan atau menerapkan KMS dengan berpedoman pada arsitektur KMS yang telah di desain pada tahap ketiga. 5. Pengukuran Tahapan pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi dari penerapan KMS. Hasil pengukuran ini dapat digunakan untuk menjadi feed back atau umpan balik terhadap kesempurnaan penerapan KMS. Pendekatan yang dapat digunakan dalam tahapan pengukuran ini ada berbagai macam. Berikut beberapa pendekatan pengukuran yang dapat digunakan antara lain : a) Balanced Scorecard BSC yang dikembangkan Kaplan dan Norton pada awal tahun 1990an merupakan pendekatan yang semakin banyak digunakan di berbagai perusahaan untuk mengukur performansi organisasi, dan merupakan salah satu metode yang diadopsi secara luas dalam KM. Keunggulan dari pendekatan BSC di dalam konteks KM adalah, BSC secara langsung menghubungkan learning ke performansi proses, yang selanjutnya akan terhubung ke performansi organisasi secara keseluruhan.

13 46 b) Skandinavia Navigator Skandinavia navigator adalah sebuah tool untuk evaluasi soft asset dari suatu organisasi, seperti sistem manajemen pelaporan yang membantu manajer memvisualisasi dan mengembangkan indikator-indikator yang merefleksikan aset-aset intangible. Langkah-langkah penerapan dan pengembangan KMS diilustrasikan pada gambar III-2 dari usulan tahapan pengembangan KM. Identifikasi Pemanfaatan KM Pengukuran Implementasi Disain Arsitektur KMS Analisa Kondisi Organisasi Gambar III-2. Langkah Penerapan dan Pengembangan KMS III. 5. Pengembangan Model KM Model KM ini menggambarkan keterkaitan antar komponen, dimana komponenkomponen menjadi landasan inisiatif penerapan KM. Secara singkat keterkaitan antar komponen ini dapat dideskripsikan sebagai berikut KM merupakan proses pengelolaan pengetahuan organisasi dimana anggota organisasi (People) sebagai pelaku utama atau actor dan didukung oleh budaya organisasi pembelajar (Learning Organization) serta menggunakan alat bantu teknologi untuk mempermudah proses KM, tujuan akhirnya adalah tercipta pengetahuanpengetahuan baru yang menjadi modal utama untuk mencapai competitive advantage. Komponen proses pengelolaan pengetahuan diadopsi dari lima peranan KM yang dikemukakan oleh Tsoukas dan Vladimirou (dijelaskan pada sub bab II.2).

14 47 Elemen (sub komponen) dari komponen proses pengelolaan pengetahuan yaitu proses akuisisi pengetahuan, proses utilisasi pengetahuan, proses adaptasi pengetahuan, proses distribusi pengetahuan, dan proses penciptaan pengetahuan. Untuk elemen komponen teknologi KM diadopsi dari elemen teknologi KM yang dikemukakan oleh Tiwana (dijelaskan pada sub bab II.3), yaitu teknologi jaringan, teknologi collaborative tool serta teknologi repository. KM terkait dengan budaya berbagi pengetahuan antar anggota organisasi, karena itu pada model KM perlu ditambahkan komponen organisasi pembelajar terkait dengan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Elemen (sub komponen) organisasi pembelajar ini diadopsi dari disiplin learning organization yang dikemukakan oleh Peter Senge (dijelaskan pada sub bab II.4) yaitu disiplin personal mastery, disiplin berbagi visi, disiplin model mental, disiplin berpikir sistemik dan disiplin tim pembelajar. Model proses pengelolaan pengetahuan menggambarkan keterhubungan (relationship) antar empat komponen yang membangun KM, yaitu komponen people sebagai pelaksana proses pengelolaan pengetahuan, komponen proses pengelolaan pengetahuan sebagai esensi dari KM, komponen teknologi pendukung yang memfasilitasi proses pengelolaan pengetahuan, serta komponen disiplin organisasi pembelajar sebagai komponen yang memotivasi anggota organisasi untuk melaksanakan proses pengelolaan pengetahuan. Model proses pengelolaan pengetahuan (selanjutnya disebut sebagai model knowledge management) diilustrasikan pada gambar III-3. Berdasarkan dari gambar III-3 model KM terlihat jelas peranan masing-masing komponen, sehingga dapat diambil kesimpulan untuk membangun sistem pengelolaan pengetahuan (KMS) komponen yang membangun KM merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka mensukseskan pengelolaan pengetahuan.

15 48 Mendukung Pelaksanaan Pengetahuan Organisasi Menghasilkan Proses KM Teknologi Akuisisi Jaringan Strategi Bisnis Organisasi Mengarahkan Utilisasi Adaptasi Memfasilitasi Collaborative Platform Distribusi Penciptaan Repository Melaksanakan Anggota Organisasi (People) Memotivasi Learning Organization Personal Mastery Berbagi visi Mental Models Berpikir Sistemik Team Learning Gambar III-3. Model Knowledge Management Penjelasan model dijelaskan berdasarkan peranan masing-masing komponen, yaitu sebagai berikut : a. Anggota organisasi melaksanakan proses KM Beberapa waktu yang lalu, organisasi lebih memfokuskan pada bagaimana meningkatkan kualitas proses bisnis organisasi, hal ini tidak sepenuhnya salah, yang menjadi permasalahannya adalah proses bisnis yang handal dapat dengan mudah ditiru oleh organisasi kompetitor, sehingga organisasi kehilangan keunggulan bersaing (competitive advantage). Pada era pengetahuan ini, sebaiknya organisasi tidak hanya mengandalkan penciptaan proses bisnis yang handal atau sumber daya tangible lainnya tetapi juga melengkapi dengan sumber daya pengetahuan (intangible). Esensi dari KM adalah bagaimana mengelola pengetahuan sehingga memungkinkan terciptanya pengetahuan baru sebagai modal mencapai keunggulan bersaing, hal ini mengharuskan kesadaran dari

16 49 seluruh anggota organisasi sebagai ujung tombak pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengembangan KM bukanlah untuk KM itu sendiri, KM diimplementasikan untuk mendukung keberhasilan strategi organisasi, sehingga kunci sukses penerapan KM adalah keselarasan antara KM dengan strategi bisnis organisasi, sehingga dapat diambil kesimpulan strategi bisnis organisasi mengarahkan proses pengelolaan pengetahuan terkait dengan pengetahuan apa saja yang perlu dikelola. b. Teknologi memfasilitasi pelaksanaan proses KM Pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan tidak lepas kaitannya dengan teknologi informasi sebagai komponen yang memfasilitasi pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan. Proses KM terkait dengan proses akuisisi pengetahuan, proses penciptaan pengetahuan dan proses distribusi pengetahuan, sehingga dapat diambil kesimpulan peranan teknologi informasi adalah sebagai media penyimpanan pengetahuan serta media komunikasi yang menghubungkan antar anggota organisasi. Pengelolaan konten pengetahuan yang masih bersifat tacit, salah satu cara teknis selain yang bersifat pendekatan pengelolaan SDM, adalah melalui proses kodifikasi. Tujuan kodifikasi adalah untuk membuat pengetahuan organisasi (organizational knowledge) ke dalam suatu bentuk yang membuat pengetahuan tersebut dapat diakses oleh personil yang membutuhkannya. Secara harfiah kodifikasi artinya mengubah pengetahuan menjadi kode-kode yang membuat pengetahuan tersebut lebih teratur, eksplisit, dapat dipindahkan dan semudah mungkin dimengerti. Perlu dipahami, bahwa kodifikasi tacit knowledge, bukan berarti mengubah tacit knowledge menjadi explicit knowledge, karena hal itu sulit bahkan tidak mungkin dilakukan secara efektif untuk jenis-jenis knowledge tertentu, seperti pengetahuan musisi dan atlit. Sehingga kodifikasi untuk tacit knowledge adalah bagaimana menyediakan suatu tuntunan bagi anggota organisasi untuk dapat mengidentifikasi dimana atau siapa yang memiliki

17 50 knowledge tertentu. Bentuk kodifikasi diistilahkan secara beragam, seperti yellow pages, expert network, expert locator atau knowledge map. c. Disiplin organisasi pembelajar memotivasi anggota organisasi Anggota organisasi (people) merupakan ujung tombak yang melaksanakan proses pengelolaan pengetahuan, hal ini menuntut kesadaran atau motivasi seluruh anggota organisasi untuk senantiasa selalu meningkatkan kompetensinya serta memiliki budaya berbagi pengetahuan. Disiplin organisasi pembelajar merupakan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seluruh anggota organisasi. Komponen Disiplin organisasi pembelajar berperan sebagai komponen yang memotivasi anggota organisasi untuk mau ikut berperan serta dalam rangka pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan. Disiplin organisasi pembelajar diadopsi dari butir-butir disiplin learning organization yang dikemukakan oleh Peter senge, yaitu disiplin personal mastery, disiplin berbagi visi, disiplin model mental, disiplin berpikir sistemik serta disiplin tim pembelajar. d. Proses KM menghasilkan pengetahuan organisasi Esensi dari KM adalah bagaimana mengelola pengetahuan organisasi sehingga memungkinkan terciptanya pengetahuan baru sebagai modal mencapai keunggulan bersaing bagi organisasi. Langkah-langkah pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan diadopsi dari pernyataan lima peranan pengetahuan (roles of knowledge) yang dikemukakan oleh Tsoukas dan Vladimirou (dijelaskan pada sub bab II.2). Proses pengelolaan pengetahuan dimulai dari proses akuisisi pengetahuan, proses penciptaan pengetahuan melalui mekanisme proses utilisasi dan proses adaptasi pengetahuan yang telah diakuisisi, dan proses distribusi pengetahuan kepada seluruh anggota organisasi sehingga menghasilkan pengetahuan organisasi. Secara alamiah strategi bisnis membentuk pengetahuan, tetapi sebaliknya strategi bisnis idealnya juga dapat dibentuk oleh pengetahuan. Strategi akan menentukan pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mensukseskan strategi itu sendiri. Tetapi ketika muncul pengetahuan yang baru maka pengetahuan yang baru itu juga dapat

18 51 mengubah, atau paling tidak mempertanyakan apakah strategi yang telah diambil masih relevan atau tidak. III. 6. Penentuan Objek Studi Kasus Seperti yang telah dikemukakan pada sub bab III.3, komponen yang membentuk KM terdiri dari empat komponen yaitu komponen people, organisasi pembelajar, proses pengelolaan pengetahuan dan teknologi. Secara singkat keterkaitan antar empat komponen ini dapat di deskripsikan sebagai berikut KM merupakan proses pengelolaan pengetahuan organisasi dimana anggota organisasi (People) sebagai pelaku utama atau actor dan didukung oleh nilai-nilai organisasi pembelajar (Learning Organization) serta menggunakan alat bantu teknologi untuk mempermudah proses KM, tujuan akhirnya adalah tercipta pengetahuanpengetahuan baru yang menjadi modal utama untuk mencapai competitive advantage." Terkait dengan rumusan masalah butir ketiga (sub bab I.2.) yaitu bagaimana menerapkan knowledge management system pada organisasi, sehingga perlu dilakukan penelitian studi kasus yang ditujukan untuk mengembangkan arsitektur KMS sebagai landasan pengoperasian KMS serta perumusan strategi peningkatan proses pengelolaan pengetahuan. Untuk mempermudah pelaksanaa penelitian studi kasus, dipilih salah satu komponen sebagai objek penelitian studi kasus. Komponen yang dipilih adalah komponen yang dirasa memiliki prioritas tertinggi atau dengan kata lain komponen yang dipilih adalah komponen yang dapat menggambarkan apa sebenarnya KM tersebut. Oleh karena itu dalam sub bab ini empat komponen KM akan dikaji ulang untuk menentukan komponen mana yang sesuai untuk dilakukan studi kasus. Berdasarkan dari peranan masing-masing komponen dalam KM (sub bab III.5) dimana peranan komponen anggota organisasi sebagai pelaksana proses pengelolaan pengetahuan, komponen disiplin organisasi pembelajar sebagai nilainilai yang memotivasi anggota organisasi melaksanakan proses pengelolaan pengetahuan, serta komponen teknologi berperan sebagai fasilitator pelaksanaan proses pengelolaan pengetahuan. Ketiga komponen bermuara pada satu komponen

19 52 yaitu komponen proses pengelolaan pengetahuan, sehingga dapat disimpulkan komponen proses pengelolaan pengetahuan merupakan komponen inti dari KMS. Berdasarkan kesimpulan komponen proses pengelolaan pengetahuan sebagai komponen inti dari KMS serta asumsi bahwa setiap organisasi pasti melakukan proses pengelolaan pengetahuan, maka objek penelitian studi kasus difokuskan pada komponen proses pengelolaan pengetahuan.

Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang Dalam buku The Third Wave, Alvin toffler dalam Triyono (2008) menyatakan sejarah perkembangan peradaban manusia dibagi dalam tiga era, yaitu era manual, era mesin

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang ditunjang oleh perkembangan teknologi yang pesat, inovasi tiada henti, dan perkembangan pengetahuan menuntut perusahaanperusahaan bersaing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN -33- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah. Pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan atau langkah studi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yaitu Balanced Scorecard untuk Pengukuran Performansi Knowledge

BAB II LANDASAN TEORI. yaitu Balanced Scorecard untuk Pengukuran Performansi Knowledge - 9 - BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai seluruh dasar teori yang akan berkaitan dengan kegiatan Tugas Akhir. Dasar teori yang ada akan menjadi acuan untuk melanjutkan analisis

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Sejarah perkembangan peradaban manusia dibagi dalam tiga era, yaitu era manual, era mesin industri dan era pengetahuan (Alvin Toffler dalam Triyono, 2008). Saat ini perkembangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ARSITEKTUR KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM Studi Kasus: PT. Pos Kanwil V Jabar TESIS

PERANCANGAN ARSITEKTUR KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM Studi Kasus: PT. Pos Kanwil V Jabar TESIS PERANCANGAN ARSITEKTUR KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM Studi Kasus: PT. Pos Kanwil V Jabar TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh TEUKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pengetahuan merupakan aset utama yang dimiliki organisasi dan melekat pada setiap individunya. Pengetahuan adalah sumber yang sangat bernilai bagi organisasi karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Analisa SWOT Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah Knowledge Management (KM) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1986, dalam konferensi manajemen Eropa yaitu APQC (American Productivity and Quality Center).

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Departemen Keuangan sebagai lembaga negara yang berfungsi melaksanakan kebijakan fiskal sangatlah vital bagi terselenggaranya hampir semua aspek perekonomian

Lebih terperinci

Arsitektur Knowledge Management

Arsitektur Knowledge Management Arsitektur Knowledge Management Aloysius Airlangga Bajuadji, S.Kom, M.Eng Tujuan & Definisi Arsitektur KM Tujuan penyusunan arsitektur KM adalah untuk menyediakan kerangka dan landasan bagi pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perputaran informasi, persaingan global dan kemajuan dalam bidang teknologi informasi yang cepat menjadikan lingkungan bisnis sebagai lingkungan yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini perkembangan teknologi informasi (IT) telah berkembang dengan pesat, dengan banyak membawa perubahan-perubahan besar yang berpengaruh pada dunia bisnis.

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur Strategi t & Pengukuran Manajemen Pengetahuan Apa yang bisa diukur Apa yang bisa diukur tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur 1 Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini dunia sedang meninggalkan era mesin industri menuju era pengetahuan. Pada era pengetahuan saat ini, setiap perusahaan bersaing untuk menunjukkan keunggulan

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan yang cepat berubah dengan percepatan (acceleration) yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997:419) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di antara perusahaan, akibatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di antara perusahaan, akibatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan paradigma dari persaingan global saat ini menjadi persaingan tinggi di antara perusahaan, akibatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna menghadapi tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut organisasi baik swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna menghadapi tuntutan perubahan dan berupaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. competitive advantage dalam persaingan bisnis. Penerapan sistem teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. competitive advantage dalam persaingan bisnis. Penerapan sistem teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi yang muncul dewasa ini mencerminkan semakin bertambahnya pengetahuan dan kecerdasan manusia dari masa ke masa. Seiring dengan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

KNOWLEDGE ACQUISITION PADA KNOWLEDGE BASED ECONOMY ERA

KNOWLEDGE ACQUISITION PADA KNOWLEDGE BASED ECONOMY ERA KNOWLEDGE ACQUISITION PADA KNOWLEDGE BASED ECONOMY ERA oleh : Fitrasani, S.T a1_luv17@yahoo.com ABSTRAK Era ekonomi berbasiskan pengetahuan yang berawal pada tahun 1990 ketika kecenderungan usaha berubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami konsep dasar mengenai penangkapan dan kodifikasi pengetahuan. Mengetahui teknik-teknik untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Derasnya arus globalisasi serta kompleksitas yang dinamis membawa konsekuensi kepada perubahan lingkungan strategik serta tuntutan pada stakeholder penyelenggara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah Sakit Umum Sari Mutiara adalah Rumah Sakit dengan status kelas B yang berdiri tahun 1962. Rumah sakit ini memiliki kapasitas hunian 375 tempat tidur dan tenaga

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: Armiastho Adi Saputro P056100132.35E MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Knowledge merupakan bagian dalam kehidupan sosial manusia modern. Selain itu, dalam sebuah organisasi, peran knowledge yang dimiliki secara keseluruhan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah dalam pengaruh penerapan manajemen pengetahuan terhadap kinerja karyawan PT Semen Padang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah dan sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap organisasi membutuhkan panduan agar perjalanannya terarah, seperti halnya suatu peta dalam satu perjalanan. Peta yang baik akan menuntun organisasi untuk mencapai

Lebih terperinci

Dari e-learning Menuju e-knowledge

Dari e-learning Menuju e-knowledge Dari e-learning Menuju e-knowledge Atik Dwi Utami Magister Chief Information Officer Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Ditjen. Perbendaharaan Departemen Keuangan RI atik_dwi@students.itb.ac.id,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah meningkatkan persaingan dan memicu perkembangan di segala bidang. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus mampu melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru. Seorang manusia memiliki dorongan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan memiliki strategi dalam perencanaannya dan implementasi dari strategi tersebut memiliki beragam alat ukur dalam mengevaluasinya sehingga apakah sudah

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Latar Belakang. Kondisi Operasi Pabrik PT Pupuk Kaltim

BAB I Pendahuluan. Latar Belakang. Kondisi Operasi Pabrik PT Pupuk Kaltim BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut maka setiap perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan Menurut Bergeron dalam Sangkala (2007) data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor sosiologis, teknologi, ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang didapat dari penjualan produk. Mengejar laba setinggi-tingginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rias Andriati dalam artikel majalah SWA,16 Agustus 2010 menyatakan bahwa seringkali perusahaan hanya berorientasi pada laba, yaitu keuntungan yang didapat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks. Kompleksitas bisnis tersebut terjadi dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, intensitas kompetisi dan persaingan ketat antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut meningkatkan kompetensinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan

I. PENDAHULUAN. kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jatuhnya nilai rupiah beberapa tahun belakangan ini menjadi hal kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Strategi dan Pengukuran Knowledge Management Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Memahami lebih jelas mengenai strategi knowledge management. Memahami lebih detail dari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan juga merupakan sumber daya yang strategis untuk semua tipe

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan juga merupakan sumber daya yang strategis untuk semua tipe BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini diakui sebagai aset penting yang harus dimiliki bersama dengan sumber daya tradisional lainnya seperti uang dan bahan baku [1]. Pengetahuan juga

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 4

01/10/2010. Pertemuan 4 Pertemuan 4 Tahap pertama dalam siklus KM Terintegrasi Menangkap atau mengekstrak pengetahuan tacit Mengorganisasi atau mengkodekan pengetahuan explicit Perlu dibedakan antara menangkap/identifikasi pengetahuan

Lebih terperinci

Pertemuan 6. Tujuan Pembelajaran

Pertemuan 6. Tujuan Pembelajaran Penangkapan dan Kodifikasi Pengetahuan Pertemuan 6 Tujuan Pembelajaran 1. Mengenali konsep dan terminologi dasar yang berkaitan dengan penangkapan dan kodifikasi pengetahuan 2. Mengetahui teknik teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang ketenagalistrikan. Kegiatan utamanya adalah memproduksi kabel listrik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi yang melanda semua negara termasuk Indonesia sangat. mempengaruhi kinerja organisasi maupun perusahaan-perusahaan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi yang melanda semua negara termasuk Indonesia sangat. mempengaruhi kinerja organisasi maupun perusahaan-perusahaan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi yang melanda semua negara termasuk Indonesia sangat mempengaruhi kinerja organisasi maupun perusahaan-perusahaan oleh sebab adanya perubahan lingkungan

Lebih terperinci

Bartholomew (2008:14) mengungkapkan bahwa intangible assets seperti pengetahuan

Bartholomew (2008:14) mengungkapkan bahwa intangible assets seperti pengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan semakin ketatnya persaingan bisnis baik bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, mendorong para pelaku usaha untuk memiliki strategi di organisasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran pengetahuan pada era globalisasi dan teknologi seperti sekarang ini menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan merupakan aset berharga

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah dalam penulisan tugas akhir ini dibagi dalam beberapa tahap yaitu : 1. Tahap Studi Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah, pengertian dan penalaran konsep diperlukan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan makna konsep yang dipakai sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, manajemen. mampu bersaing dan berkembang dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, manajemen. mampu bersaing dan berkembang dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memasuki lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya teknologi telekomunikasi di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara telekomunikasi

Lebih terperinci

Nur Annisa Istiqomah ( ) Dosen Pembimbing : Naning Aranti W. ST., MM. Arief Rahman ST., M.Sc.

Nur Annisa Istiqomah ( ) Dosen Pembimbing : Naning Aranti W. ST., MM. Arief Rahman ST., M.Sc. Nur Annisa Istiqomah (2507100133) Dosen Pembimbing : Naning Aranti W. ST., MM. Arief Rahman ST., M.Sc.... Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

Lebih terperinci

ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM KEUANGAN PADA PERWAKILAN BPK RI DI KENDARI

ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM KEUANGAN PADA PERWAKILAN BPK RI DI KENDARI ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM KEUANGAN PADA PERWAKILAN BPK RI DI KENDARI Veronika Dewi Puspitayani dan Aris Tjahyanto Program Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat dalam merebut pasar mengharuskan perusahaan atau organisasi melakukan berbagai inovasi baru dalam merebut hati para konsumen dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir PT. Tawada Graha yang menjadi obyek dari tulisan kami menjalankan bisnis mereka secara tradisional. Tidak ada perencanaan strategis jangka panjang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi publik, diperlukan pengelolaan pengetahuan, di samping

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi publik, diperlukan pengelolaan pengetahuan, di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kemampuan bersaing bagi organisasi bisnis atau organisasi publik, diperlukan pengelolaan pengetahuan, di samping pengelolaan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY

BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis dari konsep belajar sebagai proses knowledge management. Selain itu, akan dijabarkan pula konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan kemajuan dunia informasi, teknologi, dan industri telah mendorong setiap organisasi perusahaan untuk memasuki babak baru. Persaingan yang kompleks.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan salah satu indikator suksesnya pembangunan suatu bangsa sehingga diperlukan adanya suatu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK

BAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK BAB I PENGANTAR MANAJEMEN PROYEK Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama BAB V PENUTUP Semua analisa dan pembahasan didasarkan pada dokumen dan data yang diperoleh dari penggalian informasi dari staf tersebut mendukung hubungan antara penerapan model penilaian kinerja staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan menggunakan sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.1.1 Observasi di PT Pertamina Gas Pada tahap ini, dilakukan pengamatan langsung ke Departemen Sumber daya manusia PT Pertamina Gas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber, yakni informasi finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial

BAB I PENDAHULUAN. sumber, yakni informasi finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pengukuran kinerja perusahaan menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen untuk melakukan evaluasi terhadap performa perusahaan dan perencanaan tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Oleh karena itu, sistem kinerja yang sesuai sangat diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Oleh karena itu, sistem kinerja yang sesuai sangat diperlukan oleh 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Didalam sistem pengendalian manajemen, Pengukuran kinerja pada suatu perusahaan menjadi hal yang sangat penting bagi manajemen dalam melakukan evaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kehidupan dunia usaha dihadapkan pada persaingan yang semakin tajam diantara para pelaku ekonomi. Persaingan ini terjadi sebagai akibat perkembangan dunia

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Manusia: Manajemen Kinerja

Manajemen Sumber Daya Manusia: Manajemen Kinerja 33 Manajemen Sumber Daya Manusia: Manajemen Kinerja Agung Satiya Putrajati PENDAHULUAN P erusahaan dimanapun berada pastilah membutuhkan suatu manajemen dalam menjalankan aktivitas bisnis yang dijalankan.

Lebih terperinci

MASALAH & TANTANGAN. 6. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK.

MASALAH & TANTANGAN. 6. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan IPTEK. MASALAH & TANTANGAN 1. Tingkat pendidikan masyarakat relatif masih rendah. 2. Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya terakomodasi dalam pembangunan pendidikan. 3. Kesenjangan tingkat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 350 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1. Kesimpulan Dalam bab ini digambarkan kesimpulan tentang temuan penelitian, hasil analisis penelitian, dan fenomena yang relevan untuk diungkap sebagai bagian penting

Lebih terperinci

Farah Esa B

Farah Esa B ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENILAIAN KINERJA (Studi Kasus pada RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Kab. Wonogiri) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom KNOWLEDGE MANAGEMENT Perangkat Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Tools) Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Agar mahasiswa mengerti perangkat manajemen pengetahuan apa saja yang dapat diterapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT United Tractors,Tbk perwakilan Bandung merupakan distributor peralatan berat terbesar dan terkemuka di Indonesia, menyediakan produk-produk dari merek ternama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien sehingga visi perusahaan dapat tercapai. Sebagai konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien sehingga visi perusahaan dapat tercapai. Sebagai konsekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya kinerja perusahaan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan persaingan. Ditambah lagi dengan adanya era pasar bebas, menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KINERJA CRA (CUSTOMER RELATION ASSISTANCE) DI PT. BANK X

ANALISIS EFEKTIVITAS TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KINERJA CRA (CUSTOMER RELATION ASSISTANCE) DI PT. BANK X ANALISIS EFEKTIVITAS TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KINERJA CRA (CUSTOMER RELATION ASSISTANCE) DI PT. BANK X Eduart Wolok Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan nasional merupakan alat untuk meningkatkan kualitas bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan nasional merupakan alat untuk meningkatkan kualitas bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan alat untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia apalagi pada jaman globalisasi seperti sekarang ini. Pendidikan mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Terdapat satu contoh kasus pemasaran yang seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti, kita pastinya pernah didatangi oleh seorang sales

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis sebagai akibat dari efek globalisasi dan perkembangan teknologi informasi mengharuskan para pelaku bisnis menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembangan sedemikian rupa sehingga melewati batas-batas wilayah dan antar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.... i ii iii iv v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 20 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci