BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis yang dilakukan terhadap pengetahuan dan pemahaman dasar mengenai proses KM. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan pemahaman bahwa KM didasari oleh adanya interaksi sosial, organisasi pembelajar dalam konteks KM, pemahaman KM sebagai suatu sistem, identifikasi kebutuhan serta pendefinisian komponen KMS framework fokus pada manusia pada organisasi pembelajar. III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management Bila memperhatikan kembali pemahaman mengenai pengetahuan dalam Tabel II-1 pada subbab II.1 khususnya berdasarkan definisi yang disampaikan Standards Australia, dapat dipahami bahwa suatu pengetahuan sangat terkait erat dengan manusia. Hal senada juga disampaikan oleh Bellinger, et al. melalui hierarki DIKW lihat subbab II.1.1 bahwa keterkaitan dan perubahan antara data, informasi, knowledge, dan wisdom ditentukan oleh tingkat understanding. Lebih lanjut, dapat diperhatikan bahwa understanding merupakan suatu proses yang hanya dapat terjadi dalam diri manusia. Proses belajar manusia yang dilakukan dalam kesehariannya merupakan proses yang berbasis pada kegiatan sosial, yang kemudian disebut sebagai proses pembelajaran sosial lihat subbab II.4. Proses pembelajaran sosial merupakan proses yang berdasarkan adanya interaksi antar manusia (interaksi sosial) dalam kehidupan sehariharinya. Lebih lanjut, proses belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bentuk alami dari proses untuk mengelola pengetahuan [TRI07]. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa interaksi sosial yang dilakukan antar manusia merupakan hal yang mendasari KM. Seperti yang dinyatakan oleh Newman pada subbab II.2.1 bahwa untuk mengelola suatu pengetahuan, pengelolaan dilakukan terhadap proses atau perilaku yang terkait dengan pengetahuan, bukan terhadap pengetahuan tersebut secara langsung. Kemudian, pada model SECI milik Nonaka pada subbab II.2.2 dipahami bahwa pengetahuan III-1

2 III-2 sangat terkait dengan manusia dan juga tindakan manusia tersebut terhadap pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, interaksi sosial dapat dipahami sebagai tindakan manusia yang ditujukan untuk mengelola pengetahuan. Bila diperhatikan lebih lanjut, interaksi sosial merupakan proses yang tidak hanya menyebarluakan tetapi juga untuk meningkatkan pengetahuan manusia hal tersebut sesuai dengan definisi pengetahuan yang digunakan. Proses interaksi sosial dilakukan melalui proses tatap muka ataupun komunikasi dalam keseharian manusia. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan serta berkembangnya peradaban manusia, penemuan dan kemajuan teknologi telah memiliki peran dalam interaksi sosial yang dilakukan oleh manusia. Berikut ini dijelaskan mengenai peran manusia dan teknologi dalam proses interaksi sosial. III.1.1 Peran Manusia dalam Interaksi Sosial Dalam interaksi sosial, secara sederhana dapat diperhatikan bahwa setiap individu akan berinteraksi dengan individu lain dalam kesehariannya. Lebih lanjut, sebagai makhluk sosial setiap individu dapat melakukan interaksi dengan beberapa individu lainnya dalam suatu konteks tertentu sehingga terbentuk suatu kumpulan individu (komunitas). Dengan demikian, secara umum, dapat diperhatikan bahwa pada setiap interaksi antar individu yang terjadi dalam suatu komunitas akan terjadi proses penyebarluasan (sharing) pengetahuan di dalamnya. Hubungan antara individu dengan komunitas tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar III-1. Gambar III-1 Hubungan individu dan komunitas dalam sharing pengetahuan. Berdasarkan hubungan tersebut, dapat diperhatikan peran yang dimiliki oleh setiap individu yang tergabung dalam komunitas, yaitu sebagai pengguna atau sebagai sumber pengetahuan yang dibutuhkan.

3 III-3 1. Individu sebagai pengguna pengetahuan dapat dilihat dalam tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut; setiap individu akan betindak berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 2. Individu sebagai sumber pengetahuan dapat diperhatikan pada proses interaksi yang terjadi. Melalui interaksi yang terjadi akan terdapat pertukaran pengetahuan antar individu; pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadi pengetahuan baru bagi individu lain. Lebih lanjut, bila diperhatikan juga pada hubungan antara individu dan komunitas, maka berdasarkan proses penyebarluasan pengetahuan yang terjadi, terdapat siklus aliran pengetahuan dengan mengacu pada GKM (subbab II.2.1) dengan adanya knowledge sharing antar individu dalam komunitas, knowledge creation dan knowledge retention di dalam diri individu, kemudian disebarluaskannya kembali pengetahuan melalui proses knowledge sharing yang memungkinkan adanya knowledge utilization oleh individu lain dalam komunitas. III.1.2 Peran Teknologi dalam Interaksi Sosial Perkembangan teknologi informasi kini telah banyak berperan dalam mendukung kegiatan dalam kehidupan manusia. Dengan semakin berkembangnya kehidupan manusia, maka semakin luas pula wilayah interaksi sosial yang dapat dilakukan oleh manusia. Terkait dengan hal tersebut, teknologi berperan sebagai teknologi pendukung (supporting technology), khususnya terkait dengan proses komunikasi. Lebih lanjut, pemberdayaan teknologi tersebut dapat mendorong terjadinya koneksi (connections), komunikasi (communications), percakapan (conversations), dan kolaborasi (collaborations) [SKY07] Gambar III-2. Gambar III-2 Tingkatan pemberdayaan teknologi [SKY07]. Dalam pemberdayaan teknologi tersebut, setiap tingkatan atas sangat bergantung pada tingkatan yang berada bawahnya. Terkait dengan penyebarluasan pengetahuan, pada tingkatan terbawah pemberdayaan teknologi dibutuhkan untuk memungkinkan

4 III-4 terjalinnya koneksi antara sesama manusia ataupun dengan sumber pengetahuan lain sehingga dapat terjadi komunikasi. Kemudian pada tingkatan berikutnya, komunikasi yang baik dapat mendukung terciptanya percakapan sehingga memungkinkan terjadi suatu bentuk kolaborasi dalam proses pembelajaran. Melalui tingkat pemberdayaan teknologi tersebut maka memungkinkan terbentuknya proses kolaborasi, sebagai salah satu bentuk dari interaksi sosial, yang melintasi batas ruang/tempat (place) dan waktu (time). Dalam hal ini, dimungkinkan adanya proses kolaborasi dalam waktu yang bersamaan disebut sebagai proses kolaborasi secara sinkron (synchronous), ataupun sebaliknya yakni pada waktu yang berbeda disebut sebagai proses kolaborasi secara asinkron (asynchronous) serta proses kolaborasi pada tempat yang berbeda-beda (distributed). Pada Tabel III-1 dapat dipahami jenis kolaborasi yang memungkinkan dengan adanya dukungan teknologi informasi, yaitu: a. Kolaborasi synchronous terjadi pada tempat yang sama dan waktu yang sama, misalnya diskusi, forum, meeting rooms, dsb. b. Kolaborasi asynchronous terjadi pada tempat yang sama tetapi pada waktu yang berbeda, misalnya information board, bulletin board system, dsb. c. Kolaborasis distributed synchronous terjadi pada tempat yang berbeda tetapi dalam waktu yang sama, misalnya video conference, instant messenger, dsb. d. Kolaborasi distributed asynchronous terjadi pada tempat yang berbeda dan pada waktu berbeda, misalnya , voice mail, dsb. Tabel III-1 Jenis proses kolaborasi berdasarkan waktu dan tempat [ABD05] Place Time Same Different Same Synchronous Asynchronous Different Distributed Synchronous Distributed Asynchronous III.2 Organisasi Pembelajar dalam Konteks Knowledge Management Bila memperhatikan definisi organisasi pembelajar yang disampaikan oleh Garvin lihat subbab II.4.1 dan penjelasan KM oleh Holm, Bhatt, dan Tjakraatmadja lihat subbab II.2 maka terdapat keterkaitan antara konsep organisasi pembelajar dan konsep pengelolaan pengetahuan. Pemaparan oleh Holm dan Bhatt selaras dengan pemaparan

5 III-5 oleh Garvin terkait dengan penjelasan aktivitas dalam organisasi pembelajaran, sedangkan pemaparan oleh Tjakraatmadja menjelaskan mengenai tujuan dari KM dalam organisasi pembelajar. Pada dasarnya pemaparan KM oleh Holm dan Bhatt sejalan dengan proses-proses pada aliran pengetahuan dalam GKM, yaitu knowledge creation, retention, sharing, dan utilization lihat subbab II.2.1. Aktivitas utama organisasi pembelajar milik Garvin dapat dipetakan terhadap proses-proses pada aliran pengetahuan dalam GKM lihat Tabel III-2 sehingga dapat dipahami organisasi pembelajar sebagai suatu bentuk organisasi yang mendukung KM di dalamnya. Tabel III-2 Pemetaan antara aktivitas utama organisasi pembelajaran terhadap general knowlege model No. Aktivitas Utama Organisasi Pembelajar (David Garvin) 1 Pemecahan masalah secara sistematis; dengan menggunakan pola pikir sistem (system thinking) dan metode ilmiah dalam mendiagnosa suatu masalah, bekerja berdasarkan fakta yang ada dan juga penggunaan pendekatan statistik dalam mengelola data dan memberikan suatu kesimpulan. 2 Penggunaan ataupun uji coba pendekatanpendekatan (approaches) baru menjamin terjadinya inovasi, kreativitas, serta suatu dorongan untuk berani mengambil risiko. 3 Pembelajaran terhadap pengalaman atau sejarah melakukan indentifikasi pengalaman (keberhasilan dan/atau kegagalan) di masa lalu sebagai proses pembelajaran dan perbaikan untuk masa yang akan datang. 4 Pembelajaran terhadap best practices dan pengalaman orang lain. 5 Penyebarluasan pengetahuan secara cepat dan efisien di dalam organisasi dapat berupa suatu bentuk laporan, tugas dinas, rotasi anggota, pelatihan, dsb. General Knowledge Model [NEW00] Knowledge creation Knowledge utilization Knowledge creation Knowledge utilization Knowledge creation Knowledge retention Knowledge utilization Knowledge utilization Knowledge transfer Pemetaan aktivitas organisasi pembelajar terhadap aliran pengetahuan dalam GKM pada Tabel III-2 dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pada aktivitas nomor 1, proses knowledge utilization diperhatikan dalam pemecahan masalah secara sistematis sehingga didapatkan suatu kesimpulan, sebagai hasil dari knowledge creation.

6 III-6 b. Pada aktivitas nomor 2, penggunaan suatu pendekatan-pendekatan (approaches) merupakan bentuk dari knowledge utilization. Adanya suatu inovasi dan kreativitas menunjukkan terjadinya knowledge creation pada aktivitas organisasi. c. Pada aktivitas nomor 3, suatu pembelajaran dapat dipahami sebagai bentuk knowledge utilization dan knowledge creation, kemudian dilakukan knowledge retention sebagai upaya pembelajaran dan perbaikan di masa yang akan datang. d. Pada aktivitas nomor 4, pembelajaran terhadap best practices ataupun pengalaman orang lain, dipahami sebagai knowledge utilization terhadap pengetahuan yang sudah ada. e. Pada aktivitas nomor 5, penyebarluasan pengetahuan merupakan bentuk dari knowledge transfer. Marquardt [KIN99] menjelaskan bahwa salah satu subsistem yang dapat mendasari organisasi pembelajar adalah proses pembelajaran (learning) lihat subbab II.4.2. Pada subsistem yang dimaksudkan tersebut, proses pembelajaran dalam organisasi pembelajar dapat diperhatikan sebagai proses yang bertingkat dari proses pembelajaran pada tingkat individu, proses pembelajaran pada tingkat grup sampai dengan proses pembelajaran pada tingkat organisasi. Proses pembelajaran individu secara sederhana merupakan proses belajar yang dilakukan oleh individu dan ditujukan untuk kebutuhan individu itu sendiri, umumnya melalui proses belajar mandiri, wawasan, dan observasi. Pembelajaran grup merupakan proses pembelajaran yang terjadi dalam suatu grup, dapat berupa proses kerja tim, kolaborasi, pelatihan, dsb. Pembelajaran organisasi merupakan proses belajar yang didasari adanya komitmen yang menyeluruh dalam perusahaan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan produktivitas [KIN99]. Pembelajaran bertingkat mulai dari tingkat individu, grup, dan organisasi yang disampaikan oleh Marquardt dapat digambarkan berdasarkan pada model SECI milik Nonaka Gambar III-3 dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Proses Socialization. Dapat dipahami bahwa pengetahuan (tasit) terdapat dalam pikiran seorang individu dan umumnya disebarluaskan melalui kontak langsung/tatap muka antar individu. Pada proses socialization ini, individu (i) dalam organisasi saling berinteraksi langsung dan berbagi (sharing) pengetahuan antara satu dengan lainnya. 2. Proses Externalization. Setelah adanya berbagi pengetahuan dalam proses socialization, pengetahuan seorang individu (i) telah disebarluaskan dan mulai

7 III-7 dipahami oleh berbagai individu yang terkumpul dan membentuk suatu grup (g). Dengan demikian, pengetahuan individu dapat didokumentasikan dan dapat dipelajari serta dipahami sebagai pengetahuan grup. 3. Proses Combination. Pengetahuan (eksplisit) yang telah dimiliki dari berbagai grup (g) dapat dikumpulkan dan digabungkan/diintegrasikan sehingga dapat menjadi sebuah pengetahuan bersama yang dapat mendukung organisasi (o) secara menyeluruh. 4. Proses Internalization. Pengetahuan yang dimiliki kemudian dapat dipelajari oleh individu (i) melalui proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan dalam konteks grup (g) ataupun organisasi (o). Dalam lingkungan pembelajaran organisasi, pengetahuan tasit dapat dipahami sebagai suatu pengetahuan yang masih dimiliki oleh (individu) anggota organisasi dengan berlandaskan pada hasil pembelajaran, suatu pengalaman, dan kepercayaan/keyakinan (beliefs), sedangkan pengetahuan eksplisit dapat dipahami sebagai suatu pengetahuan yang telah divalidasi (validated), diketahui, dan dipahami bersama dalam organisasi tersebut. Legend i: individual g: group o: organization Gambar III-3 Pembelajaran organisasi dalam Model SECI [GRU05]. Berdasarkan ilustrasi pembelajaran bertingkat tersebut, proses pembelajaran sampai dengan tingkat organisasi dapat dipahami sebagai akumulasi proses pembelajaran individu yang saling berinteraksi dalam organisasi sehingga tercipta proses berbagi pengetahuan antar anggota organisasi yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan kerja organisasi. Lebih lanjut perlu dipahami bahwa proses pembelajaran organisasi memiliki karakteristik yang sama dengan proses pembelajaran individu, hanya saja

8 III-8 berbeda pada tingkat kompleksitasnya; proses pembelajaran organisasi terjadi karena terdapatnya penyampaian dan penerimaan (penyebarluasan) pengetahuan antar anggota organisasi; dan proses pembelajaran organisasi dimotivasi dengan adanya lingkungan pembelajaran yang kondusif [TJA06]. III.3 Knowledge Management sebagai Suatu Sistem Terkait dengan pemahaman terhadap sistem, Alter menjelaskan bahwa sistem adalah sebuah kumpulan dari komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tujuan [ALT02, hal.8]. Berdasarkan definisi tersebut, pada prinsipnya terdapat karakteristik suatu sistem yang tertuang pada faktor-faktor sebagai berikut: 1. Komponen merupakan entitas penyusun sebuah sistem; suatu ssistem tidak akan berjalan tanpa adanya komponen tersebut. Komponen dalam sistem dapat berupa benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus. 2. Interaksi antar komponen, merupakan hubungan yang terdapat antara komponen yang satu dan yang lainnya dalam sistem. 3. Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai melalui interaksi antar komponen. 4. Lingkungan dipahami sebagai tempat dan kondisi penerapan/keberadaan sistem tersebut. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa suatu sistem bersifat dedicated (ditujukan) untuk suatu lingkungan tertentu. III.3.1 Pendefinisian sistem Pada pelaksanaan tugas akhir ini, pemahaman yang digunakan terhadap KM adalah bahwa KM merupakan sebuah konsep yang mencakup proses penciptaan, penyimpanan, penyebarluasan, dan penggunaan pengetahuan. Suatu konsep akan dapat menjadi kenyataan melalui penerapannya ke dalam suatu sistem. Dalam hal ini, sistem penerapan konsep KM disebut sebagai Knowledge Management System (KMS). Definisi KMS yang banyak disampaikan oleh beberapa penulis umumnya sangat terkait erat dengan penerapan teknologi informasi, salah satunya definisi KMS yang disampaikan oleh Alavi dan Leidner, seperti yang dijelaskan pada subbab II.3. Pendefinisian tersebut mengisyaratkan seolah-olah hanya teknologi yang berperan dalam sistem yang ditujukan untuk melakukan pengelolaan terhadap pengetahuan.

9 III-9 Berdasarkan hal tersebut, dalam tugas akhir ini, KMS dipahami dengan fokus pada manusia pada organisasi pembelajar. Pendekatan tersebut ditujukan untuk memahami KMS dengan lebih ditekankan pada aspek manusia, sehingga diharapkan didapatkan pemahaman KMS yang mencakup aspek manusia dan aspek teknologi di dalamnya. Fokus pada manusia pada organisasi pembelajar didapatkan bahwa pemberdayaan pengetahuan oleh manusia didasarkan adanya interaksi antar manusia, dalam hal ini khususnya terkait dengan suatu lingkungan organisasi pembelajar. Dengan memahami pemaparan sebelumnya dan juga dengan mengadopsi definisi yang telah disampaikan oleh Alavi dan Leidner, pemahaman KMS yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk mendukung dan meningkatkan proses penciptaan, penyimpanan, penyebarluasan, dan penggunaan pengetahuan berdasarkan adanya proses interaksi manusia dan juga penggunaan teknologi di dalamnya. Dalam hal ini, pemahaman dasar mengenai sistem pada KMS adalah dengan memperhatikan keterlibatan dan peran manusia serta keterkaitannya dengan teknologi yang digunakan, atau dengan kalimat lain, KMS tidak hanya difokuskan pada aspek teknologi, tetapi juga perlu melibatkan aspek manusia di dalamnya [EIS02, DEL04, WII04, AKH05, GRA06]. III.3.2 Komponen sistem Untuk mendefinisikan komponen KMS fokus pada manusia pada organisasi pembelajar, dilakukan dengan memperhatikan komponen KMS yang telah diusulkan oleh Setiarso pada subbab II.3 dan juga terkait dengan subsistem organisasi pembelajar yang disampaikan oleh Marquardt pada subbab II.4.2. Pendefinisian terhadap komponen KMS fokus pada manusia pada organisasi pembelajar dilakukan dengan mengadopsi usulan komponen-komponen KMS yang disampaikan oleh Setiarso. Terhadap usulan komponen KMS tersebut akan dikaitkan dengan subsistem organisasi pembelajar. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pada pemahaman bahwa konsep mengenai organisasi pembelajar menjadi model lingkungan sistem yang mendukung terlaksananya KM. Adapun pemaparannya adalah sebagai berikut:

10 III Komponen Manusia Pada penjelasan mengenai komponen Manusia yang disampaikan oleh Setiarso lebih ditekankan pada jabatan/pekerjaaan anggota organisasi secara struktural. Jika dikaitkan dengan subsistem organisasi pembelajar milik Marquardt, maka dapat terkait dengan subsistem Organisasi dan Manusia. Dengan memperhatikan bahwa KMS merupakan sistem yang berdasarkan adanya interaksi sosial, maka dalam hal ini komponen Manusia dipahami sebagai aktor utama yang berperan dalam sistem. 2. Komponen Proses Pada penjelasan yang disampaikan oleh Setiarso proses dalam KMS merupakan penerapan model SECI milik Nonaka. Terhadap subsistem organisasi pembelajar milik Marquardt, maka subsistem Pembelajaran dan Pengetahuan dapat dikaitkan dengan komponen Proses. Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, digunakan istilah Proses Pengetahuan, dengan mengadopsi aliran pengetahuan pada GKM. 3. Komponen Teknologi Mengenai komponen Teknologi, terdapat keselarasan antara penjelasan oleh Setiarso dan Marquardt yaitu pemberdayaan teknologi untuk mendukung terlaksananya KM. Hal tersebut juga sesuai dengan peran teknologi dalam interaksi sosial lihat subbab III Komponen Isi (Content) Setiarso menekankan mengenai komponen ini terkait dengan penyediaan database dan dokumen yang dibutuhkan oleh anggota (karyawan) organisasi untuk menjalankan tugas. Terkait dengan penjelasan oleh Marquardt, maka komponen Isi menyangkut mengenai sumber daya pengetahuan dalam organisasi. Dalam hal ini, digunakan istilah Artefak Pengetahuan. Keterkaitan dari pemaparan empat komponen di atas dapat digambarkan melalui Tabel III-3 berikut. Tabel III-3 menunjukkan keterkaitan antara usulan komponen KMS oleh Setiarso, subsistem organisasi pembelajar oleh Marquardt, dan komponen KMS yang digunakan dalam konteks tugas akhir ini.

11 III-11 Tabel III-3 Keterkaitan komponen KMS Usulan Komponen KMS (B. Setiarso) Komponen Manusia Komponen Proses Subsistem Organisasi Pembelajar (M. Marquardt) Subsistem Organisasi Subsistem Manusia Subsistem Pembelajaran Komponen KMS yang digunakan Manusia Proses Pengetahuan Subsistem Pengetahuan Komponen Teknologi Subsistem Teknologi Teknologi Komponen Isi (Content) Subsistem Pengetahuan Artefak Pengetahuan III.3.3 Interaksi Interaksi antar komponen yang terjadi digambarkan pada Gambar III-4 berikut. Gambar III-4 Interaksi antar komponen KMS Pada Gambar III-4 tersebut, digambarkan bahwa Manusia melakukan Proses Pengetahuan untuk menghasilkan Artefak Pengetahuan. Dalam melakukan Proses Pengetahuan, juga dapat digunakan Artefak Pengetahuan yang telah dihasilkan sebelumnya. Penggunaan Teknologi ditujukan untuk mendukung Proses Pengetahuan. III.3.4 Tujuan Tujuan dari KMS dapat diperhatikan berdasarkan definisi KM yang disampaikan oleh Tjakraatmadja [TJA06] lihat subbab II.2. Dengan demikian dapat dipahami bahwa dari definisi yang diberikan tersebut, tujuan dari suatu KMS adalah untuk mendukung manusia dalam melakukan proses KM (penciptaan, penyimpanan, penyebarluasan, dan penggunaan pengetahuan) untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan daya kompetitif yang dimilikinya.

12 III-12 III.3.5 Lingkungan Berdasarkan pada pemahaman mengenai organisasi pembelajar dalam subbab III.2, dapat diperhatikan bahwa proses pembelajaran sebagai bentuk proses KM dipengaruhi oleh lingkungan (lingkungan pembelajaran). Dengan demikian, lingkungan penerapan sistem dapat mempengaruhi keberhasilan sistem. Dalam hal ini, lingkungan yang dimaksudkan dalam penerapan KMS adalah lingkungan pembelajaran tempat manusia melakukan interaksi sosial sebagai proses pembelajaran. III.4 Identifikasi Kebutuhan Knowledge Management System Berdasarkan pendefinisian KMS yang terdapat pada subbab III.3, maka KMS yang dalam konteks tugas akhir ini didasarkan pada pemahaman interaksi sosial dan juga konsep organisasi pembelajar. Terkait dengan hal tersebut, dapat dipahami mengenai karakteristik interaksi sosial sebagai proses pembelajaran manusia dan konsep organisasi pembelajar sebagai model lingkungan pembelajaran. Dengan demikian, pemahaman tersebut dapat diidentifikasikan sebagai kriteria kebutuhan (requirement) KMS dengan fokus pada manusia pada organisasi pembelajar. Karakteristik yang diperhatikan dipaparkan sebagai berikut: 1. Aktivitas utama organisasi pembelajar merupakan aktivitas yang ditujukan sebagai KM. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat terlaksana dalam lingkungan yang kondusif untuk melakukan proses belajar dan penyebarluasan pengetahuan lingkungan pembelajaran. 2. Proses belajar manusia pada dasarnya merupakan proses dalam konteks sosial. Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa proses belajar melibatkan dua atau lebih individu yang saling berinteraksi. 3. Dalam proses penciptaan ataupun penyebarluasan pengetahuan melibatkan penggunaan bersama sumber pengetahuan yang dibutuhkan. 4. Penyebarluasan pengetahuan antar individu dapat terlaksana berlandaskan adanya kepercayaan (trust) dan kesamaan perhatian atau minat (common concern). 5. Beragamnya proses pembelajaran, akan mempengaruhi bentuk komunikasi, interaksi, dan kolaborasi antar individu dalam suatu komunitas.

13 III-13 Dengan memperhatikan pemaparan di atas, maka kebutuhan KMS dengan fokus pada manusia pada organisasi pembelajar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kebutuhan untuk komunikasi dikarenakan pada dasarnya proses belajar merupakan proses dalam konteks interaksi sosial. Dengan adanya komunikasi yang baik maka memungkinkan terciptanya hubungan yang baik antar individu sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan serta kesamaan tujuan. 2. Kebutuhan proses penyimpanan dan pengaksesan sumber pengetahuan. Suatu pengetahuan perlu untuk disimpan dikarenakan dapat digunakan atau dibutuhkan untuk masa yang akan datang, selain itu suatu pengetahuan yang telah tercipta akan lebih bermanfaat apabila dapat disebarluaskan dan digunakan bersama. 3. Kebutuhan teknologi untuk mendukung proses KM sebagai sarana pendukung (supporting technology) sehingga memungkinkan adanya kemudahan serta proses yang lebih efektif dan efisien. Dalam hal ini, teknologi dapat ditujukan untuk mendukung khususnya untuk proses komunikasi dan penyimpanan serta penggunaan sumber pengetahuan. Lebih lanjut, berdasarkan kebutuhan yang telah dijelaskan, perlu diperhatikan mengenai system precondition dan system enablers. Kedua hal tersebut menjadi hal-hal yang akan menunjang keberlangsungan dan keberhasilan KMS. III.4.1 System Preconditions Beberapa prekondisi yang mendasari terselenggaranya proses KM adalah sebagai berikut: 1. Adanya kesamaan perhatian atau minat (common concern) sehingga dapat menumbuhkan kesamaan tujuan. Kesamaan minat dan tujuan antar individu dapat menciptakan suatu lingkungan interaksi individu (komunitas). 2. Adanya sikap saling percaya (trust) satu dengan lainnya yang muncul dari kesamaan tujuan dan minat yang dimiliki. Lebih lanjut kesamaan tujuan tersebut dapat mendorong terbentuknya kerja sama yang efektif. 3. Adanya komunikasi yang baik berlandaskan pada sikap saling percaya sehingga dapat tercipta budaya saling berbagi (sharing) dan pembelajaran yang efektif serta lingkungan pembelajaran yang kondusif.

14 III-14 III.4.2 System Enablers Enabler pada KMS framework fokus pada manusia pada organisasi pembelajar dapat dipahami sebagai sarana yang akan mendukung pengelolaan pengetahuan. Enablers yang dimaksudkan adalah sebagai berikut: 1. Sarana komunikasi yang memungkinkan untuk menghubungkan antar individu walaupun berada pada lokasi yang berbeda. Sarana komunikasi dapat dipergunakan untuk berbagai hal, misalnya memungkinkan terjadinya pertukaran informasi ataupun sebagai sarana untuk penyebarluasan pengetahuan. 2. Sarana untuk melakukan proses interaksi antar individu sehingga dapat memungkinkan terciptanya proses pembelajaran ataupun bentuk kolaborasi. Dalam hal ini dapat dipahami adanya pemberdayaan sarana komunikasi yang digunakan tidak hanya sebatas untuk pertukaran informasi tetapi juga sampai pada tahap kerjasama jarak jauh. 3. Sarana untuk penyimpanan dan pengaksesan sumber pengetahuan yang memungkinkan untuk menyimpan suatu pengetahuan dan kemudian dapat diambil kembali ataupun diakses oleh individu lain sebagai sumber pengetahuan yang dibutuhkan. Sarana ini merupakan sarana yang mendukung penyebarluasan (sharing) pengetahuan. III.5 Pendefinisian Komponen Konseptual Knowledge Management System Framework Perancangan KMS framework dengan fokus pada manusia pada organisasi pembelajar dilakukan berdasarkan kebutuhan yang telah diidentifikasikan sebelumnya pada subbab III.4. Framework dipahami sebagai suatu struktur kognitif yang digunakan untuk mengelola pemikiran mengenai suatu domain tertentu. Dalam framework digambarkan konsep-konsep yang bersinggungan dengan domain dan memberikan arahan mengenai keterkaitan antara konsep-konsep tersebut sehingga dapat memberikan suatu pemahaman dasar mengenai domain yang sedang dibahas [DAV06]. Berdasarkan pemaparan mengenai KMS dengan fokus pada manusia pada organisasi pembelajar, dalam konteks tugas akhir ini perancangan framework ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai keterkaitan konsep KM dan konsep organisasi pembelajar sebagai suatu sistem (KMS) berdasarkan interaksi sosial. Dalam melakukan

15 III-15 pendefinisian komponen framework, akan didasarkan pada penjelasan pada subbab III.3 dan III.4. Komponen yang terdapat dalam rancangan KMS framework menggambarkan komponen-komponen yang terdapat dalam KMS serta keterkaitan antara komponenkomponen KMS tersebut. Pemaparan mengenai pendefinisian komponen dalam KMS framework adalah sebagai berikut: 1. Manusia Pemahaman mengenai manusia bisa menjadi sangat luas karena manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks. Dalam perancangan framework ini, komponen Manusia yang dimaksudkan difokuskan berdasarkan perannya dalam interaksi sosial. Dengan demikian Manusia dipandang sebagai individu dan komunitas dengan memiliki perannya masing-masing. 2. Proses Pengetahuan Proses Pengetahuan merupakan proses yang dilakukan terhadap pengetahuan berdasarkan pada aliran pengetahuan pada GKM seperti yang telah dipaparkan pada subbab II Artefak Pengetahuan Artefak Pengetahuan dipahami sebagai suatu representasi dari pengetahuan yang digunakan untuk ataupun yang dihasilkan pada proses pengetahuan. 4. Teknologi Teknologi dipahami sebagai teknologi yang digunakan untuk mendukung dan membantu proses pengetahuan yang dilakukan oleh manusia. 5. Lingkungan Pembelajaran Lingkungan pembelajaran dipahami sebagai lingkungan tempat penerapan KMS. Dalam hal ini, didasari pada pemahaman bahwa sistem bersifat dedicated, sehingga lingkungan pembelajaran dipahami sebagai lingkungan yang mendasari dan menunjang terlaksananya penerapan KMS.

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Komponen Knowledge Management System Framework

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Komponen Knowledge Management System Framework BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dipaparkan rancangan KMS framework dengan fokus pada manusia pada organisasi pembelajar beserta penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat pada framework tersebut,

Lebih terperinci

BAB V STUDI KASUS. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus yang Dipilih

BAB V STUDI KASUS. V.1 Deskripsi Umum Studi Kasus yang Dipilih BAB V STUDI KASUS Pada bab ini dipaparkan mengenai studi kasus yang ditujukan untuk melakukan uji coba sebagai validasi terhadap KMS framework fokus pada manusia pada organisasi pembelajar yang telah dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas beberapa konsep dan pengetahuan yang dipelajari dari berbagai sumber literatur untuk mendapatkan pemahaman dasar terkait dengan pengetahuan, proses pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang yang mendasari tugas akhir, rumusan masalah, tujuan, dan batasan-batasan dalam tugas akhir serta metodologi yang digunakan selama pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yaitu Balanced Scorecard untuk Pengukuran Performansi Knowledge

BAB II LANDASAN TEORI. yaitu Balanced Scorecard untuk Pengukuran Performansi Knowledge - 9 - BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai seluruh dasar teori yang akan berkaitan dengan kegiatan Tugas Akhir. Dasar teori yang ada akan menjadi acuan untuk melanjutkan analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY

BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis dari konsep belajar sebagai proses knowledge management. Selain itu, akan dijabarkan pula konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan dan industri. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hierarki Data, Informasi dan Pengetahuan [BEL08] Russell Ackoff memaparkan mengenai keterkaitan data, informasi, dan pengetahuan dengan menjelaskan bahwa kandungan dalam pikiran

Lebih terperinci

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG)

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG) Andreas Eko Wijaya Program Studi Teknik Informatika, STMIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta ditunjang inovasi di berbagai bidang kehidupan. Setelah era efisiensi

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN MOXIE

BAB V PERANCANGAN MOXIE BAB V PERANCANGAN MOXIE Bab ini berisi penjabaran dari hasil perancangan Moxie. Pembahasan pada bab ini mencakup perancangan arsitektur dan model skenario untuk Moxie. Model skenario merupakan produk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini perkembangan teknologi informasi (IT) telah berkembang dengan pesat, dengan banyak membawa perubahan-perubahan besar yang berpengaruh pada dunia bisnis.

Lebih terperinci

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System Penulisan bab IV ini ditujukan untuk menjelaskan tahapan perancangan arsitektur KMS melalui studi kasus serta menjelaskan tahapan perumusan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manajemen pengetahuan (knowledge management) merupakan proses untuk mengoptimalisasi kekayaan intelektual yang dapat dilihat dari kinerja karyawan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Knowledge management (KM) dapat dijelaskan sebagai langkah-langkah sistematik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk menciptakan nilai dan meningkatkan

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

Dari e-learning Menuju e-knowledge

Dari e-learning Menuju e-knowledge Dari e-learning Menuju e-knowledge Atik Dwi Utami Magister Chief Information Officer Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Ditjen. Perbendaharaan Departemen Keuangan RI atik_dwi@students.itb.ac.id,

Lebih terperinci

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Hal IIB - 355 EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Amelia Kurniawati 1, Luciana Andrawina 2, Firmansyah Wahyudiarto 3, Andy Surya Setiawan 4 Fakultas

Lebih terperinci

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer Dunamis Organization Services Berdiri sejak tahun 1991, Dunamis merupakan mitra berlisensi dari FranklinCovey - sebuah organisasi global yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, untuk menambah daya saing dan mempertahankan posisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, untuk menambah daya saing dan mempertahankan posisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis, untuk menambah daya saing dan mempertahankan posisi dalam pasar tidaklah mudah. Diperlukan analisis pasar dan pengalaman baik berbentuk fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Knowledge Management 2.1.1 Pengertian data, informasi, knowledge dan wisdom Sebelum munculnya manajemen pengetahuan (Knowledge Management) perbedaan antara data, informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika perubahan dan ketidakpastian. Untuk dapat bertahan hidup, bersaing, dan berhasil suatu organisasi

Lebih terperinci

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS SISTEM BELAJAR MENGAJAR ON-LINE Pembelajaran on-line adalah pembelajaran yang menggunakan internet untuk menyampaikan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan juga merupakan sumber daya yang strategis untuk semua tipe

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan juga merupakan sumber daya yang strategis untuk semua tipe BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan saat ini diakui sebagai aset penting yang harus dimiliki bersama dengan sumber daya tradisional lainnya seperti uang dan bahan baku [1]. Pengetahuan juga

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang Dalam buku The Third Wave, Alvin toffler dalam Triyono (2008) menyatakan sejarah perkembangan peradaban manusia dibagi dalam tiga era, yaitu era manual, era mesin

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. 3.1 Analisis KMS

BAB III ANALISIS. 3.1 Analisis KMS BAB III ANALISIS Pada bab ini pertama-tama akan dilakukan analisis terhadap KMS sebagai suatu sistem dan hal-hal terkait di dalamnya, dilanjutkan dengan analisis terkait klub sepakbola di Indonesia, dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, serta pandangan pakar yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi, menyatukan pengalaman baru dan informasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menerangkan langkah-langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari proses pengumpulan data hingga tahap presentasi Tugas Akhir. Berikut adalah alur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Knowledge Management System Pada point ini membahas mengenai landasan teori knowledge management system yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan penulisan ini. 2.1.1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah meningkatkan persaingan dan memicu perkembangan di segala bidang. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu teknik yang banyak diminati perusahaan untuk mengelola asset pengetahuannya. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Universitas Telkom (disingkat Tel-U) merupakan penggabungan dari empat institusi yang berada di bawah badan penyelenggara Telkom Foundation (TF), yaitu Telkom Engineering

Lebih terperinci

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ Dimas Setiawan 1, Dana Indra Sensuse 2 1,2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok Indonesia 1 dimas_setiawan.mailbox@yahoo.com

Lebih terperinci

[KAN08] Kanagasabapathy, K.A., Radhakrishnan, R., Balasubramanian, Dr.S. Empirical Investigation of Critical Success Factor and Knowledge Management

[KAN08] Kanagasabapathy, K.A., Radhakrishnan, R., Balasubramanian, Dr.S. Empirical Investigation of Critical Success Factor and Knowledge Management DAFTAR REFERENSI [AKH05] Akhavan, P., Jafari M., dan Fathian, M. Exploring Failure-Factors Of Implementing Knowledge Management Systems In Organizations. Iran University of Science and Technology. 2005.

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagian besar perusahaan termasuk perusahaan konsultan kontruksi bertujuan untuk tumbuh dan sukses dalam bisnis mereka. Pertumbuhan adalah aspek penting

Lebih terperinci

Knowledge Management Tools

Knowledge Management Tools Knowledge Management Tools Ada beberapa faktor yang dapat memotivasi sebuah organisasi untuk membentuk manajemen formal dan pengetahuan sistematis, termasuk keinginan atau kebutuhan untuk : i. mendapatkan

Lebih terperinci

WORKGROUP COMPUTING DAN GROUPWARE

WORKGROUP COMPUTING DAN GROUPWARE WORKGROUP COMPUTING DAN GROUPWARE Sebagai tugas mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi oleh Chusnul Chotimah (06.2012.1.06017) Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Bagi kebanyakan orang, istilah workgroupcomputing

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (TOMP) KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PERPUSTAKAAN

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (TOMP) KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PERPUSTAKAAN TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (TOMP) KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PERPUSTAKAAN Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso M.Sc Oleh : RINJANI YUSNI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pengetahuan disimpan di dalam otak individu atau di-encode (diubah dalam 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Knowledge Pengetahuan dalam Kusumadmo (2013), adalah penggunaan informasi dan data secara penuh yang dilengkapi dengan potensi ketrampilan, kompetensi, ide, intuisi, komitmen,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengetahuan. Dalam membicarakan pengetahuan sangatlah abstrak, karena pengetahuan mempunyai arti yang sangat dalam dan lebih luas dari data atau informasi. Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan Menurut Bergeron dalam Sangkala (2007) data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI 74 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI ABSTRAK Berbudi Bowo Laksono 1, Noor Akhmad Setiawan, Surjono Jurusan Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Aktivitas kolaborasi memberikan dampak yang signifikan dalam usaha kolektif manusia. Aktivitas ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari sejumlah besar area

Lebih terperinci

MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017

MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017 MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017 1. Integritas dan wawasan kebangsaan 2. Pembekalan isu strategis 3.Organisasi Berkinerja Tinggi 4. Diagnostic Reading 5. Penjelasan Proyek Perubahan

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan atau knowledge merupakan sumber inovasi yang dibutuhkan oleh organisasi maupun perusahaan untuk bertahan dan berkembang [1], [2]. Supaya efektif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jumlah Mesin Bagian Online Produksi Key Facility BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan, dan tenaga kerja dalam suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang

Lebih terperinci

COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO

COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO COMMUNITY OF PRACTICE AND KNOWLEDGE ON THE GO MEKANISME PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN COMMUNITY OF PRACTICE (OFFLINE DAN ONLINE) 1 PENDAHULUAN 1.1 DEFINISI COP PLN mendefinisikan CoP sebagai berikut: Sekumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, fitur dan layanan teknologi komunikasi sudah demikian maju. Teknologi komunikasi dapat membawa seorang individu melintasi batas ruang dan waktu

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

JURNAL KHATULISTIWA INFORMATIKA, VOL. 2 NO. 1 JUNI 2014

JURNAL KHATULISTIWA INFORMATIKA, VOL. 2 NO. 1 JUNI 2014 PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB (Studi Kasus Konsultasi Tugas Akhir Mahasiswa) Daniel Oktodeli Sihombing Program Studi Manajemen Informatika, AMIK BSI Pontianak Jl. Abdurahman Saleh

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Saat ini penggunaan ICT untuk kegiatan belajar dan mengajar menjadi salah satu ciri perkembangan masyarakat modern. ICT dapat dimaknakan sebagai

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Drucker (1997), pengetahuan penting untuk meningkatkan produktivitas serta harus diperhatikan dan di kelola. Sejalan dengan hal tersebut maka Brown dan Duguid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI SATRIYO ADHY Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang satriyo@undip.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan pengetahuannya. Kedua hal tersebut berperan penting dalam. mampu bersaing dengan lingkungan baru.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan pengetahuannya. Kedua hal tersebut berperan penting dalam. mampu bersaing dengan lingkungan baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pesat dalam berbagai aspek kehidupan khususnya teknologi dan pengetahuan menciptakan persaingan dari setiap individu maupun organisasi. Manusia

Lebih terperinci

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK

USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2016, pp. 437~445 437 USABILITY KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS WEB PADA PT. MEGA KONSTRUKSI NEW PONTIANAK Windi Irmayani Komputerisasi Akuntansi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Khusus 2.1.1 Pengertian Knowledge Management Menurut Dalkir (2007, p4), KM dari sudut pandang business perspective pengelolaan pengetahuan merupakan aktivitas bisnis

Lebih terperinci

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA PENDAHULUAN Kunci kemajuan suatu bangsa sesungguhnya tidak hanya ditentukan oleh potensi dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi

Lebih terperinci

2004. h. 194. 2 Robert B Denhardt, Theories of Public Organization (fifth edition), Belmont:,Thomson Wadworth, 2008, h. 190.

2004. h. 194. 2 Robert B Denhardt, Theories of Public Organization (fifth edition), Belmont:,Thomson Wadworth, 2008, h. 190. 1 ORGANISASI BERKINERJA TINGGI Pendahuluan Keberadaan dan kelangsungan hidup suatu organisasi ditentukan oleh konteksnya. Jika suatu organisasi tidak berhasil memenuhi kebutuhan konteksnya maka organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah Knowledge Management (KM) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1986, dalam konferensi manajemen Eropa yaitu APQC (American Productivity and Quality Center).

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Knowledge adalah informasi yang telah disusun agar mudah dimengerti dan berguna untuk pemecahan masalah dan dapat digunakan untuk bahan mengambil keputusan (Liebowitz

Lebih terperinci

Model DKIW dalam Berbagi Pengetahuan

Model DKIW dalam Berbagi Pengetahuan Model DKIW dalam Berbagi Pengetahuan ISSN : 2442-8337 Asri Pertiwi Program Studi Sistem Informasi, STIMIK ESQ Jl. TB Simatupang Kavling 1, Cilandak, Jakarta Selatan 12560 Email: asri.pertiwi@esqbs.ac.id

Lebih terperinci

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab perancangan model ensiklopedia berisi pemetaan elemen dalam lingkungan kolaborasi ke dalam ensiklopedia. Pemetaan ini menghasilkan sebuah ensiklopedia lingkungan

Lebih terperinci

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan

Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan. analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan 18 2. Mengadakan sharing vision secara periodik Sharing vision mempunyai penekanan membangun dan mengasah kemampuan analisis setiap individu. Oleh karena itu, data dan informasi kondisi perusahaan yang

Lebih terperinci

Perancangan Knowledge Management System Framework

Perancangan Knowledge Management System Framework Perancangan Knowledge Management System Framework Fokus Pada Manusia Pada Organisasi Pembelajar LAPORAN TUGAS AKHIR disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh: RONI SAMBIANGGA / 13502025 PROGRAM

Lebih terperinci

MODEL INTERAKSI DALAM E-LEARNING

MODEL INTERAKSI DALAM E-LEARNING MODEL INTERAKSI DALAM E-LEARNING Rahmi Eka Putri Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas e-mail : rahmi230784@gmail.com Abstrak E-Learning atau electronic learning

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengetahuan (Knowledge) Dalam konteks teknologi informasi, pengetahuan dibedakan dengan data dan informasi. Data adalah sekumpulan fakta, pengukuran-pengukuran yang kemudian akan

Lebih terperinci

M-Learning : Alternatif Media Pembelajaran di LPTK

M-Learning : Alternatif Media Pembelajaran di LPTK M-Learning : Alternatif Media Pembelajaran di LPTK Ida Sriyanti Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unsri Jln. Palembang-Prabumulih Km. 32 Inderalaya OI (Sum-Sel) ida_sriyanti@yahoo.com Abstrak Pemanfaatan

Lebih terperinci

Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management

Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management Tri Joko Wibowo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Serang Raya, Taman, Drangong,

Lebih terperinci

ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X

ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X ANALISA IMPLEMENTASI SHARING KNOWLEDGE UNTUK MENUJU PENCIPTAAN BUDAYA SHARING KNOWLEDGE DI PERUSAHAAN X Dessi Dharmasinta Universitas Atma Jaya Jakarta Abtrak: Salah satu dampak yang paling penting dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis yang dinamis membuat perusahaan harus mampu melakukan adaptasi terhadap lingkungan yang baru. Seorang manusia memiliki dorongan dan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Jenis Knowledge Terdapat dua jenis knowledge yang terdapat pada perusahaan, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit knowledge adalah knowledge

Lebih terperinci

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY (Sumber : Hilmi Aulawi, Rajesri Govindaraju, Kadarsah Suryadi, Iman Sudirman) Fakultas Teknologi Industri, Program

Lebih terperinci

Analisis Meningkatkan Kinerja Dosen Menggunakan Knowledge Management System

Analisis Meningkatkan Kinerja Dosen Menggunakan Knowledge Management System Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Analisis Meningkatkan Kinerja Dosen Menggunakan Knowledge Management System I Gusti Ayu Desi Saryanti 1, Ni Luh Gede Pivin

Lebih terperinci

Kurikulum Berbasis TIK

Kurikulum Berbasis TIK PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penerapan teknologi baru di berbagai organisasi. Teknologi informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penerapan teknologi baru di berbagai organisasi. Teknologi informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini terus mendorong terciptanya kebutuhan terhadap penerapan teknologi baru di berbagai organisasi. Teknologi informasi merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge

I. Pendahuluan. Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge I. Pendahuluan A. Latar Belakang Kebutuhan untuk membangun dukungan manajemen pengetahuan (Knowledge management) semakin tinggi. Pengetahuan merupakan bagian penting yang menentukan kekuatan bertahan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertukaran informasi di dunia maya ini dapat juga diterapkan pada proses belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. pertukaran informasi di dunia maya ini dapat juga diterapkan pada proses belajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka proses belajarpun mengalami perubahan. Adanya media internet memudahkan kita untuk dapat mengakses ke berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Pengetahuan Manajemen pengetahuan sebenarnya sudah diterapkan sejak ratusan tahun lampau (Hansen, 1999). Dahulu orang-orang yang memiliki keahlian dalam suatu bidang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan Manajemen Pengetahuan merupakan sistem yang memungkinkan perusahaan menyerap pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas para stafnya untuk perbaikan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini secara umum berisi tentang paparan latar belakang diadakannya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian KM Menurut Laudon (2010: 98), KM adalah seperangkat proses bisnis yang dikembangkan dalam organisasi untuk menciptakan, menyimpan, memindahkan, dan menerapkan pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk siswa menjadi manusia yang penuh optimis, berani, tampil, berperilaku kooperatif, dan kecakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) merupakan sebuah. knowledge dalam organisasi atau perusahaan, sehingga knowledge dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) merupakan sebuah. knowledge dalam organisasi atau perusahaan, sehingga knowledge dapat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, mendorong terciptanya kebutuhan penerapan teknologi baru di organisasi dan perusahaan. Teknologi informasi merupakan

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 5.1 Implementasi KMS Klub Sepakbola Pada bab ini akan dibahas mengenai konfigurasi minimal implementasi KMS Klub Sepakbola berdasarkan Knowledge Management System Framework

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Latar Belakang. Kondisi Operasi Pabrik PT Pupuk Kaltim

BAB I Pendahuluan. Latar Belakang. Kondisi Operasi Pabrik PT Pupuk Kaltim BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut maka setiap perusahaan

Lebih terperinci