PENENTUAN BATAS WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN DATUM GEODESI NASIONAL. Sutomo Kahar *)
|
|
- Johan Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENENTUAN BATAS WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN DATUM GEODESI NASIONAL Sutomo Kahar *) Abstract According to Minister of Internal Affair regulation which is Permendagri No. Tahun 006, Peta Lingungan Laut Indonesia (LLN) must be utilized to define boundaries of province sea jurisdiction. Unfortunately, Peta Lingunan Laut Indonesia still applies Indonesia Datum 974 instead of Datum Geodesi Nasional 995. It is contrary with Permendagri No 76 Tahun 0 and UU No.4 Tahun 0 which declare the urgency of single reference datum for Indonesia region. To fit the requirement, Peta Lingungan Laut Indonesia must be transformed into official datum. This research applied two transformation formulae. There was Lauf Transformations to accomodate Dimension Transformation. Computation of transformation parameters and application of those parameters were tested at North Coast of Java from Kendal regency to Brebes regency. As calculated in MatLab software, this research concluded that Lauf transformation was good for transforming Lingungan Laut Indonesia from ID74 to DGN95. Key words: sea boundary, geodetic datum, Lauf transformation Pendahuluan Indonesia pernah mempunyai beberapa datum sebagai sistem referensi pemetaan,seja zaman pernjajahan sampai dengan tahun 974 Indonesia menggunaan Datum Genu dengan model ellipsoid Bessel 84 yang ditentuan menggunaan metode Triangulasi. Setelah tahun 974, Indonesia menggunaan Datum yang diberi nama Indonesia Datum 974 menggunaan ellipsoid referensi SNI (Sferoid Nasional Indonesia) dengan pengamatan metode Doppler. Seja tahun 995, dengan emajuan tenologi Global Potitioning System (GPS), Indonesia menetapan datum baru yaitu Datum Geodesi Nasional (DGN-95). Datum ini ditentuan dengan pengamatan GPS dan menggunaan ellipsoid referensi WGS-84. Beraitan dengan batas maritim, Datum Geodesi menjadi penting mengingat belum adanya unifiasi dalam penggunaan datum pada penentuan batas.. Hal ini disebaban oleh enyataan bahwa oordinat yang sama, tetapi datum yang berbeda aan mengacu pada posisi yang berbeda di permuaan bumi. Datum adalah seumpulan parameter yang mendefinisian suatu sistem oordinat dan menyataan posisinya terhadap permuaan bumi. Tanpa datum, oordinat titi-titi batas tersebut sebenarnya sulit untu ditentuan loasinya di lapangan. Jia Propinsi yang bertetangga mengasumsian Datum Geodeti yang berbeda untu nilai oordinat titi-titi batas, tentunya yang aan diperoleh adalah dua loasi yang berbeda untu suatu nilai titi yang sama. Pernyataan nilai oordinat dari suatusi steme system lain dapat dilauan dengan menerapan trasformasi sistem. Secara bahasa, transformasi berarti proses mengubah suatu gambar atau fungsi atau nilai menjadi gambar atau fungsi atau nilai lain. Transformasi oordinat dapat diartian sebagai proses mengubah oordinat dalam suatu system oordinat e system oordinat lain. Transformasi merupaan istilah untu mengubah *) Staf Pengajar Jurusan Teni Geodesi Faultas Teni Universitas Diponegoro sesuatu yang memang berbeda, sedangan proses untu mengubah sesuatu yang pada dasarnya sama atau dengan sumber yang sama diistilahan dengan onversi. Posisi suatutiti yang diuur dari titi referensi yang sama, bai dalam sistem geodetic maupun system oordinat proyesi yang dihasilan dari penguuran GPS pada dasar nya adalah oordinat dengan sumber atau sistem yang sama. Koordinat titi dalam sistem geodetic dapat dengan mudah dionversi menjadi system oordinat proyesi, begitu pula sebalinya.. Proses onversi aan menjadi lebih omples etia suatu titi diuur dengan menggunaan sistem yang berbeda. Koordinat suatu titi yang diiatan pada titi oordinat dalam sistem DGN95, tanpa menghitung parameter dalam sistem ID74 tida dapat langsung dionversi, harus ditransformasi terlebih dahulu. Beriut adalah parameter datum yang digunaan untu pendefinisian oordinat, serta eduduan dan orientasinya dalam ruang di mua bumi: a. Setengah sumbu panjang ellipsoid (a), setengah sumbu pende ellepsoid (b) dan penggepengan ellipsoid (f). b. Parameter translasi untu mendefinisian oordinat titi pusat ellipsoid (Xo,Yo,Zo) terhadap titi pusat bumi. c. Parameter rotasi yaitu (ε, εy, εz) yang mendefinisian arah sumbu-sumbu (X,Y,Z) ellipsoid. Metodologi Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titi-titi yang sama atau disebut titi seutu. Titi seutu ini memilii oordinat-oordinat dalam berbagai datum. Dari oordinat oordinat tersebut dapat dietahui hubungan matematis antara datum yang bersangutan sehingga terdapat besaran-besaran yang menggambaran hubungan eduanya yang disebut dengan parameter transformasi. Data yang diperluan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut: TEKNIK Vol. 34 No. Tahun 03, ISSN
2 . Penyiaman (Scanning) Peta LLN yang diperoleh adalah berupa peta analog, arena semua proses untu peta digital aan dilauan dengan omputer maa data peta yang masih berupa data analog harus dirubah menjadi data digital dengan cara penyiaman (scanning).. Registrasi Peta LLN dengan software ER Mapper Proses registrasi ini merupaan proses transformasi data, dari data yang belum mempunyai oordinat geografis menjadi data yang aan mempunyai oordinat geografi (georeferensi). 3. Penyimpanan dalam format *.ers/*.ecw Setelah retifiasi berhasil dilauan selanjutnya dilauan penyimpanan dalam bentu *.ers atau *.ecw. 4. Digitasi Garis Pantai dan Daerah Penelitian Proses digitasi dilauan pada sepanjang garis pantai yang tergambar pada peta. Selain garis pantai dilauan digitasi batas darat antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. 5. Penentuan Titi Dasar (Basepoint) Penentuan titi-titi dasar (Basepoint) dilauan di sepanjang garis pantai. Titi-titi dasar ini merupaan umpulan dari titi dasar yang nantinya aan dihubungan menjadi garis dasar. Garis dasar inilah yang nantinya aan dijadian rencana awal untu penarian batas. 6. Penentuan Batas laim sejauh mil laut Penentuan batas laim digunaan metode pendeatan lingaran berpusat di titi terluar. Batas laut yang aan didapat merupaan rangaian titi-titi batas terluar yang dihubungan dari busur busur lingaran-lingaran yang saling berpotongan. Setelah pembentuan lingaran dengan berpusat di titi terluar, dilauan pemotonganpada hasil gambar sehingga aan mendapat garis batas-batas laut. 7. Penentuan Batas dengan metode Equidistan Penarian batas wilayah laut Propinsi dilauan dengan prinsip Equidistance line untu dua daerah yang bersebelahan (adjacent coast). Penarian batas dilauan pada dua ondisi garis dasar yaitu garis dasar lurus dan garis dasar normal. Penarian batas wilayah maritim provinsi tersebut nantinya aan menghasilan bentu batas antara edua provinsi yang dipengaruhi oleh pemilihan garis dasar tersebut. 8. Perhitungan Parameter Transformasi Transformasi dapat dilauan dalam dua atau tiga dimensi, dalam proses transformasi ini memerluan sejumlah titititi seutu dengan oordinat dalam dua sistem datum yang berbeda. Penentuan parameter transformasi dilauan menggunaan 6 titi seutu dan 4 titi seutu sebagai perbandingan. Beriut adalah data titi seutu yang digunaan: No Tabel. Data titi seutu ID 74 WGS X Y X Y 30, , , , ,0 9980, ,6 80, , , ,93 807, , , , , , , , , , , ,4 Penghitungan parameter transformasi dilauan dengan menggunaan metode transformasi Lauf(D) Metode transformasi Lauf mempunyai arateristi mempertahanan bentu sebenarnya setelah transformasi. Transformasi Lauf meliputi perubahan sala, rotasi dan translasi. Fator sala dan rotasi masing masing diwaili (satu) buah parameter, translasi (dua) buah parameter dan ditambah (dua) buah titi sentroid. Dengan demiian seluruhnya berjumlah 6 buah parameter. Syarat pada metode Lauf adalah 3 titi seutu, tetapi titi seutu yang digunaan lebih dari 3, harus dipecahan menggunaan hitung perataan uadrat terecil. Rumus transformasi Dimensi Metode Lauf..( y ) d. (.. y) ( y ) + c. (.. y) X = a. b. y + c + c.. () Y = b. + a. y + d + c. () Dengan menggunaan rumus perataan parameter AX - F = 0, maa transformasi Lauf dapat dihitung dengan rumus: y y M M y y y y.. y.. y y y.. y y.. y y.. y y.. y y X a Y 0 b X c. Y = 0 d c 0 c X Y (3) Jia titi seutu yang digunaan berjumlah n, maa: dimensi matri A adalah (n 6) dimensi matri F adalah (n ) dimensi matri X adalah (6 ) Setelah mendapatan parameter transformasi, maa titi-titi yang aan ditransformasi dapat dihitung dengan menggunaan rumus: a b. (4) c T T X = = [ A. A]. A. F d c c Matri A adalah matri desain yang baru yang uuran dan isinya disesuaian dengan banyanya titi yang aan ditransformasi. TEKNIK Vol. 34 No. Tahun 03, ISSN
3 Setelah didapat parameter transformasi metode Lauf, dihitung titi-titi oordinat batas wilayah laut dalam WGS 84, selanjutnya oordinat tersebut digambaran untu melihat pergeseran garis pantai dari dua datum yang berbeda. Data uji validasi dalam penelitian ini digunaan 6 titi sebagai uji validasi yang dipilih pada persimpangan jalan yang tampa pada peta LLN dengan datum ID- 74 di daerah Kendal sampai Pealongan, sedangan oor-dinat dalam WGS84 diperoleh dari penguuran meng-gunaan GPS pada titi yang sama. Dari hasil transfor-masi tersebut bisa didapatan besar perbedaan antara oordinat hasil perhitungan ID-74 dan oordinat dalam WGS-84 yang diuur. Beriut adalah data titi uji yang digunaan : No Tabel. Data titi uji ID 74 WGS 94 X Y X Y 4749, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,864 Hasil Dan Pembahasan Nilai Standar Deviasi didapat dari besar nilai perbedaan oordinat pada penentuan oordinat titi seutu setelah transformasi menggunaan parameter yang sudah dihitung. Titi seutu dipilih pada persimpangan jalan dari Pemalang sampai Indramayu yang tampa pada peta LLN dengan datum ID-74, sedangan oordinat dalam WGS84 diperoleh dari penguuran menggunaan GPS pada titi yang sama. Beriut adalah nilai deviasi pada transformasi titi seutu model Lauf: Tabel 3. Deviasi Titi Seutu Model Lauf No Deviasi X (m) Deviasi Y (m) 6,773-00,643-36,5905 5, ,965-97, ,8808-5, ,746-4, ,84 3,8636 Dari nilai deviasi pada transformasi titi seutu didapat nilai Standar Deviasi sebesar± 84,7830 m. Beriut adalah nilai error padatransformasi titi uji Model Lauf: Tabel 4. Nilai Error Titi Uji Model Lauf No Error X (m) Error Y (m) 0, , , , ,40-386, , , , , , ,778 Dari nilai error pada transformasi titi uji didapat nilai Standar Error sebesar±390,3759 m. Nilai RMSE dan Standar Deviasi yang menjadi indiasi etelitian transformasi dalam penentuan parameter transformasi. Nilai RMSE dan Standar Deviasi titi seutu dari metode transformasi D Lauf adalah masing masing 59,9507 m dan 84,783 m sedangan nilai etelitian titi ujinya memilii RMS 83,8093 m dan Standar Deviasi sebesar 390,376 m. Pengujian menggunaan Chi-Squares, dimasudan untu mencari nilai epercayaan data pengamatan dengan nilai yang ditentuan. Dalam penelitian ini digunaan nilai epercayaan 95 %. Metode Tabel 5. Tabel nilai etelitian 6 titi seutu Tingat Kepercayaan 95 % Titi amat Para meter df Lauf σ = /3 Sala Peta hitun g tabel Kondisi.5.64 Diterima Uji Chi-Squares mensyaratan h lebih ecil dari. Dengan menggunaan taraf uji 5% disimpul parameter transformasi dengan 6 titi seutu hanya metode Lauf yang lolos uji statistic Chi- Squares. Selain dihitung dari 6 titi seutu, penentuan parameter transformasi juga dihitung dengan menggunaan 4 titi seutu untu metode Lauf. Beriut adalah tabel uji Chi-Squares untu minimal data pengamatan. Tabel 6. Tabel nilai etelitian dengan titi seutu minimal Tingat Kepercayaan 95 % Metode Titi amat Parameter df σ = /3 Sala Peta hitun g Lauf ,48 0,0 0,0 Kondi tabel si Diterim a Penguuran batas. Dalam penguuran batas daerah di laut terdapat 3 (tiga) ondisi yang berbeda yani pantai yang berhadapan dengan laut lepas dan/atau perairan epulauan lebih dari mil laut dari garis pantai; pantai yang saling berhadapan dengan pantai daerah lain; dan pantai saling berdampingan dengan pantai daerah lain.. Untu pantai yang berhadapan dengan laut lepas dan/atau perairan epulauan lebih dari mil laut dari garis pantai, dapat langsung diu- TEKNIK Vol. 34 No. Tahun 03, ISSN
4 ur batas sejauh mil laut dari garis pantai atau dengan ata lain membuat garis sejajar dengan garis pantai yang berjara mil laut atau sesuai dengan ondisi yang ada. 3. Untu pantai yang saling berhadapan, dilauan dengan menggunaan prinsip garis tengah (median line). Contoh penarian batas ondisi ini dapat dilihat pada Gambar. Gambar 3.Contoh Penarian Garis Batas Pada Pulau yang Berjara Lebih Dari Dua Kali Mil Laut yang Berada Dalam Satu Provinsi. Gambar. Contoh Penarian Garis Batas dengan Metode Garis Tengah (Median Line) pada Dua Daerah yang Saling Berhadapan 6. Untu menguur batas daerah di laut pada suatu pulau yang berjara urang dari (dua) ali mil laut yang berada dalam satu daerah provinsi, diuur secara melingar dengan jara mil laut untu Batas Laut Provinsi dan sepertiganya merupaan ewenangan pengelola-an Kabupaten dan Kota di laut. Contoh pena-rian batas ondisi ini dapat dilihat pada Gambar Untu pantai yang saling berdampingan, dilauan dengan menggunaan prinsip sama jara. Contoh penarian batas ondisi ini dapat dilihat pada Gambar. Gambar 4.Contoh Penarian Garis Batas Pada Pulau yang Berjara Kurang Dari Dua Kali Mil Laut yang Berada Dalam Satu Provinsi. Gambar. Contoh Penarian Garis Tengah Dengan Metode Euidistan pada Dua Daerah yang Saling Berdampingan 5. Untu menguur batas daerah di laut pada suatu pulau yang berjara lebih dari ali mil laut yang berada dalam satu provinsi, diuur secara melingar dengan jara mil laut untu provinsi dan sepertiganya untu abupaten/ota. Contoh penarian batas ondisi ini dapat dilihat pada Gambar Untu menguur Batas Daerah di Laut pada suatu Gugusan Pulau-Pulau yang berada dalam satu daerah provinsi, diuur secara melingar dengan jara mil laut untu batas ewenangan pengelolaan laut provinsi dan sepertiganya merupaan ewenangan pengelolaan Kabupaten/ota di laut. Penguuran batas ondisi ini dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Contoh Penarian Garis Batas Pada Gugusan Pulau-pulau yang Berada Dalam Satu Provinsi. TEKNIK Vol. 34 No. Tahun 03, ISSN
5 8. Untu menguur Batas Daerah di Laut pada Pulau yang berada pada daerah yang berbeda provinsi dan berjara urang dari ali mil laut, diuur menggunaan prinsip garis tengah (median line). Contoh penarian batas ondisi ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Contoh Penarian Garis Batas Pada Pulau yang Berjara Kurang Dari Dua Kali Mil Laut yang Berada Pada Provinsi yang Berbeda Keterangan : Kewenangan pengelolaan laut Provinsi Kewenangan pengelolaan laut Kabupaten dan Kota Daratan/pulau Penentuan batas wilayah laut daerah Jawa Tengah dan Jawa barat didasaran pada bentu pantai yang merupaan pantai yang bersebelahan. Menurut Permendagri No. 76 Tahun 0, penarian batas wilayah untu daerah yang bersebelahan adalah dengan prinsip equidistance line sejauh mil laut ( mil laut =,85 m). Proses penarian batas dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 7. Koordinat titi batas laut dan azimut dalam ID 74 No X (m) Y (m) Azimut 63896,9 9730, , , , 3 636, , , , ,9 Tabel 8. Koordinat titi batas laut dan azimut dalam WGS 84 dihitung dengan metode Lauf No X (m) Y (m) Azimut 63987, , , 63780, , , , , , , ,8 Setelah didapat oordinat dan azimut titi batas laut dalam ID 74, dihitung juga sudut diantara oordinat batas untu mengetahui arateristi hasil transformasinya. Beriut adalah daftar oordinat dan sudut antara titi batas wilayah laut. Tabel 9. Koordinat titi batas laut dan sudut antara dalam ID 74 No X Y Sudut Antara 63896, , , , , , , , , ,9 Rata-rata jara antar garis pantai dalam ID74 dan garis pantai dalam WGS 84 yang dihitung dengan metode transformasi lauf adalah sebesar 99,493 m Berdasaran hasil perhitungan nilai Standar Deviasi pada titi seutu, metode Lauf menghasilan nilai deviasi yang ecil. Adapun pada perhitungan transformasi titi uji yang berada di luar daerah penghitungan parameter transformasi, ternyata Metode Lauf memberian nilai error yang besar. Ini menunjuan bahwa metode Lauf bai untu digunaan dalam transformasi oordinat pada titi yang berada pada jangauan distribusi titi seutu. Gambar 7. Hasil penarian batas dengan prinsip equidistance line Setelah didapat oordinat titi batas laut dalam ID 74, oordinat tersebut di onversi menggunaan parameter transformasi yang sudah dihitung dan dihitung juga azimut dari dua titi untu masing-masing metode transfomasi. Beriut adalah daftar oordinat dan azimut antar titi batas wilayah laut: Nilai variansi yang ditunjuan pada penentuan parameter transformasi menggunaan titi seutu minimal lebih ecil dari pada nilai variansi parameter transformasi dengan 6 titi seutu. Hal ini menunjuan bahwa semain banya titi seutu yang diambil, semain besar nilai esalahan. Besarnya nilai esalahan terjadi arena esagerasi pada peta Lingungan laut Nasional yang mempunyai sala : TEKNIK Vol. 34 No. Tahun 03, ISSN
6 Kesimpulan Berdasaran analisis yang telah dilauan, maa dapat diambil esimpulan sebagai beriut :. Ditinjau dari nilai Standar Deviasi dan uji Chi- Squares pada titi seutu dan titi uji, metode penentuan parameter transformasi metode Lauf D bai untu pemetaan batas wilayah laut.. Jumlah data pengamatan untu metode Lauf D yang optimal adalah dengan 4 titi seutu. 3. Metode Lauf bai digunaan pada saat oordinat yang ditransformasi berada pada jangauan distribusi titi seutu. 4. Besar nilai esalahan pada pemilihan titi seutu diaibatan arena esagerasi pada peta Lingungan Laut Nasional yang mempunyai sala : Daftar Pustaa. Abidin, H.Z. (007). Penetuan Posisi dengan GPS dan Apliasinya. Jaarta: Pradnya Paramitha.. BIG, ( 0), Undang Undang No. 4 Tahun 0 3. Tentang Informasi Geospasial.Jaarta 4. Depdagri, 006, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. Tahun 006 Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, Jaarta. 5. Depdagri, 006, Undang-Undang No 3 Tahun 004 Tentang Otonomi daerah, Jaarta. 6. Depdagri, 0,Peraturan Menteri dalam Negri No.76 Tahun 0 7. Tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah, Jaarta 8. Kahar,Joenil (008). Geodesi. Penerbit ITB, Bandung 9. Permatahati,A.D.(0).Tranformasi oordinat pada peta lingungan laut nasional dari datum ID74 e WGS84 untu eperluan penentuan batas laut Propinsi Jawa Tengah Dan Jawa Barat. Laporan Tugas Ahir Prodi.Geodesi UNDIP. 0. Purworahardjo, Umaryono (00). Catatan Kuliah Hitung dan Proyesi Geodesi. Bandung: ITB.. Soedomo, Agoes S. (004). Sistem dan Transformasi Koordinat. Bandung: ITB TEKNIK Vol. 34 No. Tahun 03, ISSN
Anyelir Dita Permatahati, Ir. Sutomo Kahar, M.Si *, L.M Sabri, ST, MT *
TRANSFORMASI KOORDINAT PADA PETA LINGKUNGAN LAUT NASIONAL DARI DATUM 1D74 KE WGS84 UNTUK KEPERLUAN PENENTUAN BATAS WILAYAH LAUT PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA BARAT Anyelir Dita Permatahati, Ir. Sutomo
Lebih terperinciANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT
Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode
Lebih terperinciOptimasi Non-Linier. Metode Numeris
Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran
Lebih terperinciBAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK
BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama
Lebih terperinciPenentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway
Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti
Lebih terperinciPEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA
PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,
Lebih terperinciANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)
Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)
Lebih terperinciMateri. Menggambar Garis. Menggambar Garis 9/26/2008. Menggambar garis Algoritma DDA Algoritma Bressenham
Materi IF37325P - Grafia Komputer Geometri Primitive Menggambar garis Irfan Malii Jurusan Teni Informatia FTIK - UNIKOM IF27325P Grafia Komputer 2008 IF27325P Grafia Komputer 2008 Halaman 2 Garis adalah
Lebih terperinciADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT
Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication
Lebih terperinciKORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak
KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING
Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan
Lebih terperinciVariasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D
Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,
Lebih terperinciINTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh
INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN
BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa
Lebih terperinciKata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan
Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro
Lebih terperinciPencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan
Abstra Pencitraan omografi Eletri dengan Eletroda Planar di Permuaan D. Kurniadi, D.A Zein & A. Samsi KK Instrumentasi & Kontrol, Institut enologi Bandung Jl. Ganesa no. 10 Bandung Received date : 22 November2010
Lebih terperinciBAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR
BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR 3. Dimensi Partisi Graf Kipas (F n ) Berdasaran Proposisi dan Proposisi, semua graf G selain graf P n dan K n memilii 3 pd(g) n -. Lebih husus, graf Kipas
Lebih terperinciTRANSFORMASI KOORDINAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT (Studi Kasus: Daerah Jawa Bagian Barat) SUPRIYANTI
TRANSFORMASI KOORDINAT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT (Studi Kasus: Daerah Jawa Bagian Barat) SUPRIYANTI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)
BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan
Lebih terperinciVARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS
Lebih terperinciImplementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU
PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK
PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian yang digunaan adalah penelitian desriptif, yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subye
Lebih terperinciSISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak
SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan
Lebih terperinciAplikasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingkungan Kerja
Apliasi Analisis Korelasi Somers d pada Kepemimpinan dan Kondisi Lingungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai BKKBN Provinsi Kalimantan Timur The Application of Somers d Correlation Analysis at Leadership
Lebih terperinciANALISIS ALTERNATIF BATAS WILAYAH LAUT KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN KENDAL
ANALISIS ALTERNATIF BATAS WILAYAH LAUT KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN KENDAL Anggi Tiarasani, L.M Sabri, ST, MT *, Moehammad Awaluddin, ST, MT * Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Unversitas Diponegoro
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )
SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Pengolahan Citra Digital Kode : IES 6323 Semester : VI Watu : 1x 3x 50 Menit Pertemuan : 7 A. Kompetensi 1. Utama Mahasiswa dapat memahami tentang sistem
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)
Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii
Lebih terperinciBAB III MODEL KANAL WIRELESS
BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem
Lebih terperinciEstimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani
Lebih terperincikhazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika
hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen
Lebih terperincikhazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika
hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp
Lebih terperinciSISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER
SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI
PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas
Lebih terperinciEstimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA
BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan
Lebih terperinciPEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA
PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia
Lebih terperinciOSN 2014 Matematika SMA/MA
Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir
Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining
Lebih terperinciTUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN BAB I
TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN Nama : Dwi Shinta Marselina A. Pengertian Desain Esperimen BAB I Desain Esperimen Merupaan langah-langah lengap yang perlu di ambil jauh sebelum esperimen dilauan supaya data
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir
Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,
Lebih terperinciPENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )
PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni
Lebih terperinciBAB 2 TEORI PENUNJANG
BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan
Lebih terperinciPenempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming
JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Data yang telah berhasil diumpulan oleh penulis di BB BIOGEN diperoleh hasil bobot biji edelai dengan jumlah varietas yang aan diuji terdiri dari 15
Lebih terperinciPenentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan
Prosiding Seminar Nasional Fisia dan Pendidian Fisia (SNFPF) Ke-6 205 30 9 Penentuan Kondutivitas Termal ogam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Dwi Astuti Universitas Indraprasta PGRI
Lebih terperinciSIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE
SIMULASI FILR KALMAN UNUK SIMASI SUDU DNGAN MNGGUNAKAN SNSOR GYROSCOP Wahyudi *), Adhi Susanto **), Sasongo Pramono **), Wahyu Widada ***) Abstact he Kalman filter is a recursive solution to the process
Lebih terperinciHUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG
Volume, Nomor, Juli 6 (ISSN: 56-6) HUBUNGAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DENGAN PERILAKU MEROKOK MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA SEMARANG Firnanda Zia Azmi *) Tinu Istiarti **) Kusyogo Cahyo
Lebih terperinciPENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT
Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium
Lebih terperinciBAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH
BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH 2.1 Dasar Hukum Penetapan Batas Laut Daerah Agar pelaksanaan penetapan batas laut berhasil dilakukan dengan baik, maka kegiatan tersebut harus mengacu kepada peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini terdiri dari dua sub bab yaitu latar belakang serta tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab tersebut. I.1. Latar Belakang Dinamika
Lebih terperinci( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang
Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan
Lebih terperinciModifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa
187 Modifiasi ACO untu Penentuan Rute Terpende e Kabupaten/Kota di Jawa Ahmad Jufri, Sunaryo, dan Purnomo Budi Santoso Abstract This research focused on modification ACO algorithm. The purpose of this
Lebih terperinciBAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.
BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel
BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3.1 Pengertian Analisis Disriminan Analisis disriminan merupaan sala satu metode yang digunaan dalam analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana ubungan antar variabel
Lebih terperinciPENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR
PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR Ngarap Im Mani 1) dan Lim Widya Sanjaya ), 1) & ) Jurs. Matematia Binus University PENGANTAR Perancangan percobaan adalah suatu
Lebih terperinciKINETIKA TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL JARAK PAGAR. Luqman Buchori, Setia Budi Sasongko *)
KINETIKA TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL JARAK PAGAR Luqman Buchori, Setia Budi Sasongo *) Abstract Biodiesel were produced by trans-etherification of castor oil with alcohol in the presence of NaOH catalyst.
Lebih terperinciPELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.
JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses
Lebih terperinciANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY
Jurnal Manti Penusa Vol No Desember ISSN 88-9 ANALISIS EPUASAN ONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAET (URIR DENGAN MENGGUNAAN METODE TOPSIS FUZZY Desi Vinsensia Program Studi Teni Informatia
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana
K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH
BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 menetapkan bahwa wilayah daerah provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.
Lebih terperinciURGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)
URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI Oleh: Nanin Trianawati Sugito*) Abstrak Daerah (propinsi, kabupaten, dan kota) mempunyai wewenang yang relatif
Lebih terperinciIMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA
94 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA Yudhi Purwananto 1, Diana Purwitasari 2, Agung Wahyu Wibowo Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciPenerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik
Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untu Merancang Algoritma Kriptografi Klasi Hendra Hadhil Choiri (135 08 041) Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,
Lebih terperinciESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi
Lebih terperinciPengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunakan Mikrokontroler AT89S51
Pengaturan Suhu Ruangan Berbasis PID Menggunaan Miroontroler AT89S51 Edward Teguh Hartono 1, Trias Andromeda,ST. MT. 2, Sumardi,ST. MT. 2 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Jl.
Lebih terperinciPengaruh Masuknya Penambahan Pembangkit Baru kedalam Jaringan 150 kv pada Kapasitas Circuit Breaker
Pengaruh Masunya Penambahan Pembangit Baru edalam Jaringan 150 V pada Kapasitas Circuit Breaer Emelia, Dian Yayan Suma Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang
Lebih terperinciPemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai
Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran
Lebih terperinciEstimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter
Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter eguh Herlambang 1, Denis Fidita 2, Puspandam Katias 2 1 Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Unusa Kampus B
Lebih terperinciKLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE
KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Faultas Teni Informatia, Institut Tenologi Telom Jl. Teleomuniasi No.1 Bandung 40286 Telp. (022) 7564108
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Apliasi Pada tahap implementasi ini merupaan penerapan apliasi dari hasil perancangan sistem yang ada untu mencapai suatu tujuan yang diinginan. Implementasimelasanaan
Lebih terperinciBAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas
BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang aan dilauan meruju epada beberapa penelitian terdahulu yang sudah pernah dilauan sebelumnya, diantaranya: 1. I Gst. Bgs. Wisuana (2009)
Lebih terperincimungkin muncul adalah GA, GG, AG atau AA dengan peluang masing-masing
. DISTRIUSI INOMIL pabila sebuah oin mata uang yang memilii dua sisi bertulisan ambar () dan nga () dilempar satu ali, maa peluang untu mendapatan sisi ambar adalah,5 atau. pabila oin tersebut dilempar
Lebih terperinciMODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM
MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract
Lebih terperinciKumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k
Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,
Lebih terperinciKAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST
KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS KELOMPOK DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST Timbul Pardede (timbul@mail.ut.ac.id) Jurusan Statisti FMIPA, Universitas Terbua ABSTRAK Metode Ward dan metode K-rataan
Lebih terperinciKAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W
J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 8, No. 2, November 2011, 43 49 KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W Sunarsini. 1, Sadjidon 2 Jurusan
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Juli 2017
ANALISIS PENGARUH PEMILIHAN PETA DASAR TERHADAP PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT SECARA KARTOMETRIS (Studi Kasus : Kabupaten Sumenep, Jawa Timur) Ajeng Kartika Nugraheni Syafitri, Moehammad Awaluddin,
Lebih terperinciSoal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.
Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari
Lebih terperinciPERBAIKAN KUALITAS CITRA MENGGUNAKAN HISTOGRAM LINEAR CONTRAST STRETCHING PADA CITRA SKALA KEABUAN
PERBAIKAN KUALITAS CITRA MENGGUNAKAN HISTOGRAM LINEAR CONTRAST STRETCHING PADA CITRA SKALA KEABUAN Murinto Program Studi Teni Informatia Universitas Ahmad Dahlan Kampus III UAD Jl. Prof. Soepomo Janturan
Lebih terperinciHUBUNGAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPEL PABUPATEN KENDAL ABSTRAK
HUBUNGAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN BAYI SEHARI-HARI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPEL PABUPATEN KENDAL Afifah *), Indri Subeti **) *) Mahasiswa Abid Unisa **)Dosen Abid Unisa ABSTRAK
Lebih terperinci4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem
Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti
Lebih terperinciDESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO
DESKRIPSI SISTEM ANTRIAN PADA BANK SULUT MANADO 1 Selvia Hana, Tohap Manurung 1 Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi Abstra Antrian merupaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya
Lebih terperinciKENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA. Thiang, Resmana, Wahyudi
KENDALI LOGIKA FUZZY DENGAN METODA DEFUZZIFIKASI CENTER OF AREA DAN MEAN OF MAXIMA Thiang, Resmana, Wahyudi Jurusan Teni Eletro, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalanerto 121-131 Surabaya Email : thiang@petra.ac.id,
Lebih terperinciSOLUSI BAGIAN PERTAMA
SOLUSI BAGIAN PERTAMA 1. 13.. 931 3. 4 9 4. 63 5. 3 13 13 6. 3996 7. 1 03 8. 3 + 9 9. 3 10. 4 11. 6 1. 9 13. 31 14. 383 8 15. 1764 16. 5 17. + 7 18. 51 19. 8 0. 360 1 SOLUSI BAGIAN PERTAMA Soal 1. Misalan
Lebih terperinciMANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS)
Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 17-18 Juni 2011 MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI
Lebih terperinci