III. KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Analisis Penawaran Gula Model penawaran dan perminaan merupakan salah sau dari persamaan simulan. Penawaran dan perminaan secara bersama-sama akan menenukan harga dan kuanias di pasar. Model ekonomerika yang menjelaskan perilaku harga dan kuanias di pasar erdiri dari dua persamaan yaiu persamaan penawaran dan persamaan perminaan. Misalnya kia asumsikan model penawaran dan perminaan adalah linear yang diulis sebagai beriku: Fungsi penawaran : Fungsi perminaan : s Q = γ 0 + γ 1P1 + e2 d Q = β0 + β1p1 + e1.(3.1)....(3.2) Kondisi keseimbangan : Q = Q d s...(3.3) d s dimana = jumlah yang dimina, Q = jumlah yang diawarkan, P = harga, Q γ >0, dan β < Di dalam model fungsi perminaan ini kia asumsikan bahwa jumlah yang dimina adalah fungsi dari harga diambah residual e 1. Harga berhubungan negarif dengan jumlah yang dimina. Sedangkan fungsi penawaran juga hanya dipengaruhi oleh harga dan residual e 2 dan harga berhubungan posiif dengan jumlah barang yang diawarkan aau dijual ke pasar. Kedua model ersebu merupakan model persamaan simulan karena kedua persamaan akan berjalan bersama-sama menenukan harga dan kuanias di pasar. Dalam model perminaan

2 dan penawaran ini, peubah P dan Q merupakan peubah endogen karena nilainya dienukan di dalam model. Model persamaan simulan perminaan dan penawaran dapa dijelaskan pada Gambar 4. Misalnya bila erjadi perubahan peubah residual dalam persamaan perminaan karena adanya perubahan pendapaan masyaraka maka kurva perminaan akan bergeser ke kanan aas (Gambar 4a). Begiu pula pada persamaan penawaran, jika erjadi kenaikan harga inpu maka kurva penawaran akan bergeser ke kiri dan selanjunya mempengaruhi harga dan kuanias di pasar (Gambar 4b). Penjelasan ersebu menunjukkan bahwa peubah independen harga baik di dalam persamaan perminaan dan penawaran akan saling berhubungan dengan residualnya. P S 1 S 0 P S 0 P 1 P 0 P 1 P 0 D 1 D 0 D 0 Q 0 Q 1 Q Q 0 Q 1 Q a. Pergeseran Perminaan b. Pergeseran Penawaran Sumber : Widarjono, 2007 Gambar 4. Mekanisme Pasar melalui Perminaan dan Penawaran Penawaran menuru Puong (2005) adalah banyaknya barang yang diawarkan oleh penjual pada suau pasar erenu, pada periode dan ingka harga erenu pula. Penawaran suau barang (komodias) dalam pengerian ekonomi menunjukkan berapa jumlah barang yang diawarkan unuk dijual di pasar selama periode erenu pada berbagai ingka harga, bila fakor-fakor lain dianggap eap

3 (caeris paribus). Apabila harga naik maka jumlah barang yang diawarkan oleh produsen cenderung meningka, begiu pula sebaliknya apabila harga urun produsen cenderung unuk mengurangi jumlah barang yang diawarkan. Dalam perencanaan produksi (penawaran) ebu/gula, seorang peani produsen menempuh dua ahapan pengambilan kepuusan, yaiu: luas areal yang akan dianami dan perolehan hasil (produkivias) per sauan luas anaman yang diusahakan. Oleh karena iu, produsen yang rasional secara ekonomi akan menempuh dua ahapan dalam pengambilan kepuusan enang jumlah produksi suau komodias peranian, yaiu kepuusan enang alokasi lahan opimal yang akan dianami dengan komodias ersebu berdasarkan perimbangan harga oupu dan fakor-fakor lainnya, sera kepuusan enang alokasi inpu secara opimal yang akan digunakan unuk memproduksi komodias peranian

4 berdasarkan harga oupu, harga inpu, eknologi dan fakor-fakor lainnya. Kajian produksi ebu pada sudi ini mengacu pada model penyesuaian yang dikembangkan oleh Nerlove yang dikenal dengan Nerlove s parial adjusmen model (Kousoyianis, 1977). Dalam pengambilan kepuusan enang perubahan alokasi lahan yang akan dianami dengan komodias erenu sebagai akiba perubahan harga oupu idak erjadi secara sponan (immediae response) eapi ada keerlambaan (lagged response). Hal ini disebabkan oleh adanya kekakuan (rigidiy) sifa produsen dan pemilikan sumberdaya yang suli berubah secara cepa (ase fixiy), seperi lahan, jumlah enaga kerja keluarga, keersediaan modal dan lain-lain. Model disribusi beda kala penyesuaian parsial yang dikembangkan Nerlove merupakan model yang

5 populer digunakan dalam sudi-sudi respon penawaran. Menuru model ini, produksi ebu merupakan persamaan idenias hasil perkalian anara areal anam dan produkivias, maka persamaannya menjadi: Q s = A * Y...(3.4) dimana: Q s A Y = jumlah produksi gula (kg) = luas areal ebu (ha) = produkivias (kg/ha) Dalam koneks respon areal erhadap harga, maka areal anam ebu yang diinginkan dipengaruhi oleh ingka harga komodias, sehingga persamaannya: A P + u * = b0 + b (3.5)

6 dimana: ahun (ha) * A = luas areal anam ebu yang diinginkan produsen P = harga ebu yang bersangkuan (Rp/kg) u = gala ahun Luas areal yang diharapkan idak dapa diamai secara langsung sehingga unuk mengaasinya didalilkan suau hipoesis yang merupakan hipoesis perilaku penyesuaian parsial: A A = γ * ( A A ) (3.6) Perubahan areal yang sebenarnya erjadi A A merupakan proporsi 1 * erenu dari perubahan yang diinginkan γ ( A A ) 1. Proporsi erenu ini disebu koefisien penyesuaian parsial. Nilai γ erleak di anara dua nilai eksrim 0 dan 1, arinya jika γ = 0, maka idak ada perubahan apapun dalam areal dan jika γ = 1, maka areal yang diharapkan sama dengan yang dicapai sehingga penyesuaiannya sekeika. Kedua persamaan ersebu idak bisa diduga karena nilai A* idak dikeahui (unobservable) sehingga dengan mensubsiusikan persamaan (3.5) ke dalam persamaan (3.6) sehingga dapa diperoleh persamaan beriku : 1 = {( b0 + b1 P + u ) A 1} A A γ... (3.7) A 0 + γb1 P + ( 1 γ ) A γu... = 1 γ b +... (3.8)

7 Unuk memudahkan pendugaan maka dapa diubah β 0 = γb 0 ; β 1 = γb 1 ; β 2 = (1 γ); dan e = γu sehingga: A β + e... (3.9) i = 0 + β1p + β 2 Ai 1 Persamaan (3.9) dapa diduga secara efisien dengan menggunakan meode OLS karena idak ada masalah ookorelasi yang ercermin pada nilai gala e = γu. Nilai γ menunjukkan cepa aau lambanya respon produsen erhadap perubahan harga. Makin besar nilai γ berari respon produsen makin cepa, yang berari respon produsen makin dinamis (luas areal anam cepa berubah). Unuk menenukan respon produkivias (Y*) maka pendekaan Nerlove peubah areal dimasukkan menjadi sau fakor penenu, yaiu: * Y A + υ...(3.10) = c0 + c1p + c2 Y Y = μ * ( Y Y ) (3.11) dimana μ adalah koefisien penyesuaian parsialnya. Dengan cara yang sama diaas agar dapa diduga, maka dapa diperoleh persamaan pendugaannya sebagai beriku: Y 0 + μc1p + μc2 A + ( 1 μ) Y uυ... = 1 μ c +... (3.12) Y λ + e... (3.13) i = 0 + λ1p + λ2 A + λ3yi 1

8 Produkivias suau komodias (Y) dipengaruhi oleh jumlah penggunaan inpu idak-eap X, inpu eap Z dan karakerisik biologis anaman komodias iu sendiri. Dengan menganggap jumlah inpu eap Z dan karakerisik biologis komodias eap, produkivias hanya dipengaruhi oleh jumlah penggunaan inpu X. Jumlah penggunaan inpu X dipengaruhi oleh slope garis harga PL, yang merupakan rasio harga inpu X erhadap harga oupu. Oleh karena garis PL mempunyai kandungan harga inpu X dan harga oupu, maka produkivias (Y) dipengaruhi oleh harga inpu X dan harga oupu. PL 1 Oupu PL 2 Y = F (X;Z) Y 1 E 1 PL 1 π 1 Y 1 E 1 Y 2 π 1 E 2 Y = F(X;Z) π 2 0 X 2 X 1 Inpu Sumber: Nicholson, 2002 Gambar 5. Ilusrasi Efek Harga dan Teknologi erhadap Produkivias Pada kondisi PL 1 dengan ingka eknologi yang ada yang ercermin pada fungsi produksi F(Y), maka iik opimum adalah E 1, dimana jumlah penggunaan inpu idak-eap adalah X 1, yang menghasilkan oupu Y 1 dan keunungan usahaani (normalised profi) adalah π 1. Jika harga inpu X menjadi makin mahal

9 relaif erhadap harga oupu, maka slope garis PL 1 berubah menjadi PL 2. Ceeris paribus, iik opimum bergeser ke E 2, dimana jumlah penggunaan inpu idakeap urun menjadi X 2, yang menghasilkan oupu lebih rendah yaiu Y 2 dan keunungan usahaani urun menjadi π 2. Perubahan eknologi dapa menggeser kurva produksi F(Y) ke F (Y). Pada kondisi slope garis harga PL 1 dan jumlah penggunaan inpu idak-eap adalah X 1, iik opimum bergeser ke E 1, dimana produkviias meningka dari Y 1 ke Y 1 dan keunungan usahaani meningka dari π 1 ke π Analisis Perminaan Gula Analisis perminaan gula pada peneliian ini dilakukan secara kuaniaif dengan menggunakan fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi pada hakekanya dapa diurunkan dari maksimisasi uilias (kegunaan) dengan kendala pendapaan (jumlah pengeluaran). Fungsi uilias dapa dirumuskan sebagai beriku: U = u (Q d, R) (3.14) dimana: U = oal uilias mengkonsumsi gula Q d = jumlah gula yang dikonsumsi (uni) R = jumlah komodii lain yang dikonsumsi (uni) Konsumen yang rasional akan memaksimumkan kepuasannya dari konsumsi suau komodii pada ingka harga yang berlaku dan ingka pendapaan erenu. Dengan demikian sebagai kendala unuk

10 memaksimumkan fungsi uilias adalah sebagai beriku: I = P g * Q d + P r * R..... (3.15) dimana: I = ingka pendapaan (Rp) P g = harga gula (Rp/uni) P r = harga komodii lain subsiusi/komplemener (Rp/uni) Dari persamaan (3.14 dan 3.15) dapa dirumuskan fungsi kepuasan yang akan dimaksimumkan yakni sebagai beriku: Z = u(q d, R) + λ (I P g * Q P r * R).. (3.16) dimana λ adalah Lagrange Muliplier, jika syara perama dan kedua dipenuhi maka fungsi uilias dapa dimaksimumkan sebagai beriku: Q d - λp g = 0 aau Q d = λp g......(3.17) R - λp r = 0 aau R =λp r (3.18) I - λp g * Q d P r * R = (3.19) dimana Q d uilias marjinal dari komodii gula dan R uilias marjinal dari komodii selain gula sehingga: λ = Q /P q = R /P r......(3.20) Persamaan (3.20) menunjukkan bahwa kepuasan maksimum konsumen ercapai jika uilias marjinal dibagi dengan harga harus sama bagi kedua komodii ersebu dan juga harus sama dengan uilias marjinal dari pendapaan. Dari persamaan (3.19) dan (3.20) dikeahui bahwa P g, P r dan I merupakan peubah

11 eksogen yang mempengaruhi perminaan gula. Dengan demikian fungsi perminaan gula dapa dirumuskan sebagai beriku: Q d = d (P g, P r, dan Y) (3.21) Persamaan (3.21) menunjukkan bahwa jumlah perminaan gula merupakan fungsi dari harga gula (P g ), harga komodii lain (P r ) dan pendapaan (I). Selanjunya Kousoyiannis (1977) memberi perluasan eori perminaan ini yang menyaakan bahwa perminaan suau barang dipengaruhi oleh harga barang ersebu, harga barang lain, selera, pendapaan, disribusi pendapaan, jumlah penduduk dan harapan harga. Selain unuk konsumsi langsung, gula merupakan salah sau komposisi uama bahan baku pada indusri makanan dan minuman. Secara eknis fungsi produksi dari secondary indusry (indusri sekunder) yang menggunakan inpu gula sebagai bahan baku dan inpu lain adalah: Q i = f (Q g, Q ng ) (3.22) dimana Q i : jumlah oupu (makanan dan minuman) yang dihasilkan, Q g : jumlah inpu gula dan Q ng : jumlah inpu selain gula. Bila P i : harga oupu, P g : harga gula dan P ng : harga inpu selain gula, maka fungsi ujuan (keunungan) dari indusri ini dapa dirumuskan dengan memaksimumkan π sebagai beriku: π = P i *Q i (Q g,q ng ) (P g *Q g + P ng *Q ng ) (3.23) Unuk memaksimumkan fungsi ujuan ersebu dan bila second order condiion dapa dipenuhi maka keseimbangan pada indusri ini adalah: Q g = P g /P i (3.24) Q ng = P ng /P i (3.25)

12 Sehingga perminaan gula oleh indusri makanan dan minuman dapa dirumuskan sebagai beriku: Q dg = f (P i, P g, P ng ) (3.26) Q dng = f (P i, P g, P ng ) (3.27) dimana Q dg : perminaan inpu gula dan Q dng : perminaan inpu bukan gula. Kedua persamaan ini membenuk suau sisem dua persamaan dengan dua peubah endogen (Q dg, Q dng ) dan iga peubah eksogen (P i, P g, P ng ). Persamaan (3.26) dan (3.27) merupakan derived demand indusri erhadap inpu yaiu perminaan gula sebagai fungsi dari harga produk makanan dan munuman (P i ), harga gula (P g ) dan harga inpu bukan gula (P ng ), dengan mensubsiusikan dengan persamaan (3.22) akan diperoleh persamaan sebagai beriku: Q i = f (P i, P g, P ng ) (3.28) Berdasarkan eori dalam ilmu ekonomi, isilah perminaan menunjukkan jumlah barang aau jasa yang akan dibeli konsumen pada periode waku dan ingka harga erenu. Menuru Nicholson (2002), perminaan adalah fungsi dari semua harga dan pendapaan, yang dimaksud harga adalah harga barang iu sendiri dan harga barang lain (subsiusi aau komplemener), sedangkan pendapaan adalah besar kecilnya pendapaan rumahangga. Algifari (2003) mengemukakan bahwa fakor-fakor pening yang mempengaruhi perminaan suau produk adalah harga produk ersebu, harga produk lain yang berhubungan, penghasilan konsumen,selera dan preferensi konsumen erhadap produk ersebu, harapan konsumen mengenai kondisi yang akan daang, jumlah konsumen dan frekuensi pembelian. Fungsi perminaan dari suau barang diurunkan dari fungsi kepuasan (uiliy) konsumen yang dibaasi oleh kendala anggaran/pendapaan,

13 diasumsikan bahwa konsumen ingin memaksimalkan kepuasannya dari mengkonsumsi sekumpulan komodii dengan jumlah erenu Ekspor dan Impor Gula Menuru Krugman dan Obsfeld (2000), perdagangan inernasional (anar negara) erjadi karena dua alasan yang masing-masing menjadi sumber bagi adanya keunungan perdagangan yaiu: (1) karena negara ersebu berbeda sau sama lain, sehingga dari perbedaan iu akan memberikan keunungan apabila mereka memperdagangkan komodii yang berbeda, dan (2) karena negara ersebu ingin mencapai skala ekonomis. Perbedaan sumberdaya yang dimiliki oleh suau negara menyebabkan negara ersebu berusaha menghasilkan komodias dengan biaya yang relaif lebih murah keimbang harus mengimpor dari negara lain, sehingga dengan perdagangan nasional memungkinkan seiap negara melakukan spesifikasi produksi pada barang-barang erenu sehingga mencapai ingka efisiensi yang inggi dengan skala produksi yang besar. Perbedaan sumberdaya ini akan menyebabkan perbedaan harga dan akan menenukan kepuusan suau negara dalam menjual aau membeli dari negara lain aau melakukan ekspor dan impor. Mengamai laju peningkaan produksi gula Indonesia seiap ahun yang idak mampu mengikui laju konsumsi masyaraka, elah mendorong pemerinah unuk mengambil kebijakan dalam upaya pemenuhan kebuuhan gula dalam negerinya dengan melakukan kegiaan ekspor dan impor. Menuru Hafsah (2002), Thailand dan Cina merupakan negara Asia erbesar yang memasok gulanya ke

14 Indonesia. Selain dari Asia, Indonesia juga mengimpor gula yang berasal dari Brazil, Ausralia dan Amerika Serika. Kondisi ne imporer Indonesia menunjukkan adanya defisi produksi (excess demand), sedangkan sebagai negara pengekspor, menunjukkan adanya kondisi surplus (excess supply). Sebelum adanya perdagangan kondisi excess demand mengakibakan kenaikan harga. Sebaliknya, kondisi excess supply mengakibakan erjadinya penurunan harga (Tweeen, 1992). Perbedaan harga ini merupakan salah sau penyebab erjadinya perdagangan anar negara, dimana erjadi kecenderungan produk mengalir dari daerah surplus ke daerah defisi, dengan asumsi idak ada biaya ransporasi. Tanpa perdagangan, harga gula di negara eksporir sebesar P E dan di negara imporir P I. Jika di negara eksporir harga di aas P E, produsen akan memproduksi lebih besar dari Q E yang selama ini dimina konsumen.

15 P P P S I E I D E Excess Supply Negara S E S W E W P W E E P E D W Excess Demand Negara D I O Q E Q Q Q W Q I Q Pasar Negara Eksporir Pasar Dunia Pasar Negara Imporir Sumber: Tweeen, Gambar 6. Mekanisme Penawaran dan Perminaan Gula anar Negara Eksporir dan Negara Imporir di Pasar Dunia

16 Di negara imporir, bila harga di bawah P I, konsumen akan memina lebih banyak dari Q I. Jadi fungsi perminaan di bawah keseimbangan E I mencerminkan excess demand negara imporir. Bila erjadi perdagangan anara dua negara, dengan asumsi biaya ransporasi nol, maka penawaran dan perminaan di pasar dunia merupakan kurva excess supply dan excess demand kedua negara. Keseimbangan erjadi pada iik E W dengan ingka harga P W dan volume yang diperdagangkan sebesar Q W (yang diekspor = yang diimpor). Fenomena ekonomi ini berkaian dengan banyak fakor, selain penawaran, perminaan, harga, ekspor dan impor gula. Dari ilusrasi ersebu, diperoleh bahwa jumlah impor dipengaruhi oleh harga impor (P i ), selain iu juga oleh pendapaan suau negara (I) juga besarnya impor sebelumnya (M -1 ), sehingga model impor dapa diformulasikan sebagai beriku: M = f (P i, I, M -1 )....(3.29) Demikian pula dengan persamaan ekspor : E = f (P e, I, E -1 )..(3.30) Dampak Kebijakan Pemerinah erhadap Perdagangan Dalam perdagangan dunia, proses pembenukan harga gula dunia dienukan oleh kekuaan penawaran dan perminaan dunia. Teapi, seiap negara eksporir dan negara imporir mempunyai kepeningan masing-masing sehingga muncullah kebijakan perlindungan aau inervensi pemerinah erhadap perdagangan gula. Inervensi pemerinah diperlukan unuk mengaur mekanisme perdagangan inernasional. Pemerinah memiliki ala yang cukup kua unuk mempengaruhi kegiaan perdagangan inernasionalnya. Insrumen ersebu dapa berupa konrol

17 aas ekspor dan impor, misalnya berupa kurs devisa, ekspor oleh insansi pemerinah langsung, adminisrasi ekspor dan invesasi dalam prasarana fisik. Berbagai kebijakan disorif yang dilakukan pemerinah seperi banuan domesik, dukungan harga, arif yang inggi, ariff rae quoa dan subsidi ekspor erjadi pada indusri dan perdagangan gula hampir semua negara produsen dan konsumen uama. Sebagai akibanya, erjadi kegagalan pasar yang berimplikasi harga idak lagi mencerminkan biaya produksi (Krugman dan Obsfeld, 2000). Dalam perdagangan gula, sebagai ne imporer, Indonesia elah banyak menerapkan bermacam-macam jenis kebijakan (liha Tabel 5). Analisa enang kebijakan perdagangan melalui inervensi pemerinah sanga diperlukan. 1. Kebijakan Peningkaan Teknologi Kebijakan ini merupakan bagian dari kebijakan pemerinah dalam peneliian dan pengembangan (research policy) peranian melalui peningkaan eknologi. Dalam menghasilkan gula agar dapa dikonsumsi, maka diperlukan suau konversi dengan mengalikan suau fakor rendemen yang elah diukur dan dienukan dengan produksi ebu. Rendemen dipengaruhi oleh eknologi usahaani ebu yang diukur berdasarkan muu ebu aau nilai nira dan eknologi pabrik gula. Hal inilah yang mendasari pemerinah dalam pencapaian swasembada pangan memaok rendemen minimal 7.2 persen pada ahun Peningkaan eknologi yang menghasilkan rendemen yang inggi berdampak pergeseran ke kanan kurva suplai S ke S. Dengan adanya peningkaan eknologi ini maka akan mempengaruhi biaya produksi, sehingga dapa meningkakan produksi dan penawaran pun berambah. Kenaikan penawaran sebesar Q 2 selanjunya akan menurunkan harga ke P 2.

18 Sumber: Ellis, 1992 Gambar 7. Dampak Peningkaan Teknologi 2. Kebijakan Nilai Tukar dan Suku Bunga Pengaruh perekonomian luar negeri elah memiliki efek yang kua pada perekonomian Indonesia, demikian pula sebaliknya. Perekonomian yang umbuh dan jauh ke dalam resesi membua pemerinah melakukan pengeaan kebijakan moneer dengan melakukan simulus menaikkan/menurunkan suku bunga yang akan mempengaruhi nilai ukar rupiah relaif erhadap maa uang lain, dan kemudian mempengaruhi daya saing, perdagangan dunia dan pendapaan negara. Nilai ukar maa uang (exchange rae) adalah harga valua asing dalam nilai maa uang domesik (Dornbusch, 2004). Flukuasi nilai ukar dipengaruhi oleh jual beli, baik secara barer maupun melalui pasar. Nilai ukar biasanya dienukan oleh pedagang (dealer), harga penjualan (offer) dan harga pembelian (bid) dimana perbedaan perbedaan anara kedua ingka harga ersebu merupakan margin

19 keunungan pedagang. Semakin besar jumlah perdagangan suau maa uang maka akan semakin kecil margin keunungan pedagang. Kebijakan iap negara umumnya berbeda dalam mengaur nilai maa uangnya. Pemerinah melalui bank senral melakukan inervensi dalam membeli dan menjual valua asing sesuai dengan kebijakan yang diambil. Dengan sisem nilai ukar eap (fixed exchange rae sysem), bank senral menahan konsan harga nilai ukar asing erhadap maa uang domesik, dengan membeli dan menjual valua asing dengan nilai ukar eap. Sedangkan dengan sisem nilai ukar mengambang (floaing exchange rae sysem) aau fleksibel, nilai ukar dienukan oleh penawaran dan perminaan anpa inervensi bank senral. Nilai ukar merupakan harga dalam maa uang domesik, dimana apabila nilai ukar urun, harga maa uang domesik mengalami kenaikan, dibuuhkan uang yang lebih sediki unuk membeli sau uni valua asing. Dalam keadaan perekonomian yang idak sabil, pemerinah dapa melakukan indakan sabilisasi dengan kebijakan depresiasi aau apresiasi. Suau maa uang mengalami depresiasi apabila nilai ukar menjadi lebih murah erhadap maa uang asing. Tindakan depresiasi akan menaikkan harga domesik, sehingga mendorong produsen meningkakan produksinya, konsumen mengurangi peminaan dan akan mengurangi impor. Sejak dierapkannya nilai ukar mengambang di Indonesia pada ahun 1997, nilai ukar rupiah mengalami ekanan yang cukup bera sehingga erdepresiasi pada ingka yang cukup inggi. Hal ini menyebabkan pemerinah melakukan kebijakan suku bunga, dimana peningkaan suku bunga akan memperkua nilai ukar sebagai dampak meningkanya arus modal masuk dari luar negeri.

20 Peningkaan suku bunga juga berdampak langsung erhadap peningkaan biaya modal yang harus dikeluarkan indusri, sehingga menghamba alokasi invesasi ke berbagai sekor produkif. Sebaliknya dengan kebijakan penurunan suku bunga akan berdampak negaif erhadap arus modal dalam jangka pendek. Akan eapi bila diikui oleh iklim invesasi yang baik, diperkirakan akan berdampak posiif erhadap perumbuhan invesasi dan akivias indusri dalam jangka menengah dan panjang (Okaviani, 2008). 3. Kebijakan Tarif Impor Salah sau benuk inervensi pemerinah dalam perdagangan adalah arif yaiu sejenis pajak yang dikenakan aas barang-barang yang diimpor. Tarif menimbulkan dampak berupa kenaikan harga aau biaya pengiriman barang (produk impor) ke suau negara. Tujuan pengenaan arif selain unuk sumber penerimaan pemerinah juga unuk melindungi sekor-sekor erenu di dalam negeri dari ekanan persaingan produk impor. Indonesia elah menerapkan kebijakan proeksi pada komodii gulanya pada ahun 1999, yaiu dengan menerapkan arif impor sebesar 20 persen unuk gula menah dan 25 persen unuk gula puih. Gambar 8 merupakan ilusrasi dampak pengenaan arif impor gula yang erjadi di Indonesia sebagai negara imporir gula, dengan asumsi idak adanya biaya angku, ransporasi aau biaya perdagangan lain. Tanpa arif, harga gula di pasar domesik sama dengan harga dunia sebesar P w, dengan kuanias produksi sebesar OS 1 dan kuanias konsumsi sebesar OD 1. Unuk memenuhi kebuuhan konsumsi masyaraka maka impor yang dilakukan sebesar S 1 D 1. Pengenaan arif impor sebesar elah menaikkan harga gula di pasar domesik menjadi P w +, sehingga akan meningkakan harga barang yang

21 dihasilkan produsen domesik dengan kenaikan produksi domesik S 1 S 2 dan penurunan konsumsi D 1 D 2. Jadi pengenaan arif menurunkan impor menjadi S 2 D 2. Sumber: Krugman dan Obsfeld, 2000 Gambar 8. Dampak Tarif Impor erhadap Perdagangan Suau negara kecil seperi Indonesia mengenakan arif, peranan ekonominya idak akan begiu berari di pasar dunia dan hanya mencipakan dampak yang kecil dalam perdagangan dunia, sehingga pengurangan impor akiba adanya arif ini idak akan menurunkan harga barang luar negeri yang diimpornya. Tarif hanya akan meningkakan harga barang yang diimpor sebesar arif yang berlaku. Di negara besar, adanya perdagangan bebas menghendaki penghapusan dan pengurangan segala jenis benuk hambaan perdagangan baik arif maupun nonarif. Sehingga aliran barang di pasar dunia anar negara akan semakin banyak. Berdasarkan penjelasan di aas, dapa diliha bahwa penawaran dan perminaan pasar dalam negeri idak saja dipengaruhi oleh fakor-fakor di dalam negeri eapi juga dari pasar dunia. Apabila diformulasikan ke benuk persamaan:

22 M = C P + S (3.31) Apabila sok gula (S -1 ) di negara pengimpor diasumsikan eap, maka perminaan impor gula akan konsisen dengan konsumsinya (C ), sehingga fungsi perminaan impor dapa diurunkan dari fungsi konsumsinya. Fungsi konsumsi dapa diurunkan dari fungsu uiliasnya, sehingga maksimisasi fungsi uilias dengan kendala pendapaan menghasilkan persamaan sebagai beriku: C g = f (P g, P ng, I) (3.32) Perminaan impor sanga dipengaruhi oleh ingka inervensi pemerinah seperi arif impor, subsidi, kuoa dan lain-lain yang dipengaruhi oleh harga dunia dan nilai ukar, sehingga fungsi perminaan impor dapa dirumuskan menjadi: Q m = f (Pg, Png, GNP, K ) (3.33) dimana : Q m Pg Png = perminaan impor (uni) = harga gula (Rp/uni) = harga produk subsiusi gula (Rp/uni) GNP = pendapaan nasional negara imporir (Rp) K = kebijakan pemerinah lain dalam pasar gula (Rp/uni) Penawaran ekspor merupakan kelebihan penawaran dalam negeri aau produksi yang idak dikonsumsi oleh warga negara dan idak disimpan dalam benuk sok. Apabila diformulasikan ke benuk persamaan sebagai beriku: E = P - C + S (3.34) Penawaran ekspor dalam perdagangan anar negara ini dipengaruhi fakor luar negeri dianaranya harga luar negeri (FOB), nilai ukar dan ingka bunga, sehingga fungsi penawaran ekspor dalam persamaan:

23 dimana: Q e = f (Pg, Pw, ER,K ) (3.33) Q e = penawaran ekspor (uni) Pw = harga ekspor FOB (US$/uni) ER = nilai ukar (Rp/US$) 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Perkembangan indusri gula idak saja dienukan oleh fakor-fakor yang ada dalam sisem indusri iu sendiri, eapi juga dipengaruhi oleh fakor-fakor di luar indusri gula. Fakor kebijakan makro merupakan fakor di luar indusri gula yang paling berpengaruh dan memberikan dampak secara langsung, seperi kebijakan aaniaga inpu, kebijakan harga dan perdagangan. Kebuuhan akan konsumsi gula ini cenderung meningka dari ahun ke ahun seiring dengan semakin berambahnya penduduk, perumbuhan indusri yang baru sera kenaikan kesejaheraan dan pendidikan masyaraka. Sedangkan permasalahan di bidang produksi melipui penurunan areal ebu, inefisiensi diingka usaha ani dan inefisiensi diingka pabrik gula. Semakin berkembangnya indusri makanan dan minuman, kebuuhan akan gula dengan muu inggi aau dikenal sebagai gula rafinasi pun meningka, sehingga produksi maupun pengadaan harus direncanakan secara manap unuk menghindarkan gejolak harga. Kebuuhan gula yang semakin meningka digunakan unuk keperluan rumahangga (konsumsi langsung dan konsumsi idak langsung) maupun bahan baku indusri. Beriik olak dari pemikiran ini kajian mengenai aspek perminaan dan penawaran gula dan gula rafinasi perlu dilakukan.

24 Gambar 9. Alur Kerangka Pemikiran Operasional Keerangan : Peubah Endogen Peubah Eksogen

25 Terdapa beberapa insrumen kebijakan aau inervensi yang digunakan pemerinah unuk mengaasi permasalahan pada indusri gula Indonesia selain melalui peningkaan eknologi, dianaranya kebijakan arif impor dan kebijakan yang diharapkan berguna unuk invesasi yaiu nilai ukar dan suku bunga unuk menjaga keseimbangan perminaan dan penawaran gula. Kebijakan ersebu dilakukan dengan ujuan unuk melindungi indusri gula dalam negeri dan indusri gula rafinasi, sera konsumen. Pada sau sisi pemerinah mengembangkan indusri gula rafinasi secara longgar melalui pemberian ijin yang mudah dan kemudahan mengimpor, eapi pemerinah juga membaasi penggunaan gula rafinasi hanya unuk indusri. Akibanya gula rafinasi menjadi kelebihan penawaran dan berpeluang masuk ke pasar rumahangga. Hal ini menyebabkan peani ebu sebagai produsen gula erancam. Dari uraian diaas perlu dianalisis mengenai kebijakan yang epa yang menpengaruhi perminaan dan penawaran gula dengan memperimbangkan adanya gula rafinasi lebih spesifik dengan memperhiungkan juga efisensi dalam produksi gula rafinasi sehingga idak mengorbankan peani ebu aau konsumen.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB II LA DASA TEORI

BAB II LA DASA TEORI 9 BAB II LA DASA TEORI.7 Daa Mining Yang dimaksud dengan Daa Mining adalah proses menghasilkan informasi yang valid, komprehensif, dan dapa diolah kembali dari daabase yang massive, dan menggunakannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA KEMAMPUAN KEYNESIAN BALANCE OF PAYMENT THEORY DAN MONETARY APPROACH BALANCE OF PAYMENT MENDETEKSI KESEIMBANGAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA Rusiadi Dosen Fakulas Ekonomi dan Bisnis Universias Pembangunan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Model Peneliian Dalam menganalisa efekifias kebijakan pemerinah, maka model yang digunakan dalam skripsi ini adalah model yang diurunkan dari eori kekuaan monopoli,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Salah sau ujuan didirikannya perusahaan adalah dalam rangka memaksimalkan firm of value. Salah sau cara unuk mengukur seberapa besar perusahaan mencipakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pusaka Menginga minyak sawi adalah minyak nabai yang digunakan sebagai bahan menah unuk memproduksi minyak

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen

Bab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Peneliian ini ialah berujuan (1) unuk menerapkan model Arbirage Pricing Theory (APT) guna memprediksi bea (sensiivias reurn saham) dan risk premium fakor kurs, harga minyak,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperi yang elah dijelaskan pada Bab IV, model yang dirumuskan adalah model linear persamaan simulan, dengan meode pendugaan wo sage leas squares mehod (2SLS). Pada bagian ini akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoreis Rehabiliasi huan dan lahan dimaksudkan unuk memulihkan fungsi kawasan huan negara dan lahan milik yang rusak sera idak produkif, dan menumbuhkan kegiaan perekonomian

Lebih terperinci