Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX. Nasser Atorf Direktur Eksekutif"

Transkripsi

1

2 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia: Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Medan: Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Medan: Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya. Kalender Publikasi Periode Publikasi KER Triwulan I KER Triwulan II KER Triwulan III KER Triwulan IV Publikasi Pertengahan Mei Pertengahan Agustus Pertengahan November Pertengahan Februari Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, Indonesia Telp : psw. 1729, 1770 Fax : , Homepage : KBIMedan@bi.go.id

3 Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I ini akhirnya dapat kami sajikan kepada para pembaca sekalian. Buku KER ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan I-2012 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, perbankan, keuangan daerah, dan sistem pembayaran, serta prospek ekonomi Sumut ke depan dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia. Secara umum kondisi perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 masih menunjukkan optimisme walaupun sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan penurunan harga dari komoditas ekspor utama Sumatera Utara yaitu karet alam dan CPO. Bahkan ekonomi Sumut di triwulan ini masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan angka nasional dimana ekonomi Sumut tumbuh 6,32% (yoy) sementara ekonomi nasional tumbuh 6,3% (yoy). Tingginya angka pertumbuhan ini juga disokong oleh pembiayaan dari perbankan yang tumbuh cukup tinggi di triwulan ini yaitu sebesar 19,92% (yoy). Sementara itu, inflasi di Sumut pada triwulan I-2012 masih relatif terjaga dengan angka realisasi 3,86% (yoy) di akhir periode laporan, lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional sebesar 3,97% (yoy). Ke depan tantangan dalam menjaga inflasi masih cukup besar yang berasal dari ketidakpastian kebijakan pengurangan subsidi BBM serta fluktuasi harga-harga komoditas internasional sebagai dampak belum selesainya krisis ekonomi di negara-negara maju khususnya di zona Eropa. Namun demikian kami yakin dengan koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dengan instansi lainnya di daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah kita mampu menjaga laju inflasi pada level yang diharapkan. Dengan memperhatikan kondisi-kondisi tersebut kami yakin perekonomian Sumut masih masih bisa tumbuh 6,40% 6,60% pada triwulan II Sementara inflasi diperkirakan masih terjaga di level 5% ± 1%. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX Nasser Atorf Direktur Eksekutif

4 Daftar Isi ii

5 Daftar Isi iii

6 Daftar Isi iv

7 Daftar Isi v

8 Daftar Isi vi

9 Daftar Isi vii

10

11

12 Ringkasan Eksekutif

13 RINGKASAN EKSEKUTIF GAMBARAN UMUM Kinerja Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan I-2012 menunjukkan perlambatan, namun demikian pertumbuhan ekonomi Sumut masih berada dalam tren positif. Indikator perekonomian sisi permintaan menunjukkan perekonomian masih ditopang oleh tingkat konsumsi dan investasi, sedangkan dari sisi penawaran, kinerja perlambatan perekonomian Sumut dipicu oleh perlambatan di sektor ekonomi utama. Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Utara sedikit meningkat dibandingkan triwulan lalu. Inflasi Sumatera Utara tercatat 3,86% (yoy) atau 0,63% (qtq). Kendati demikian level inflasi Sumatera Utara masih di bawah inflasi nasional. Secara umum, kinerja industri perbankan relatif terjaga di triwulan I-2012 di tengah kekhawatiran adanya dampak krisis ekonomi global yang belum berakhir. Demikian pula dengan transaksi sistem pembayaran yang terus menunjukkan peningkatan dari sisi nilai maupun volume. Perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 tumbuh 6,32% (yoy) PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pada triwulan I-2012 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,32% (yoy) yang berada sedikit diatas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,30% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 6,36%. Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh melambat pada triwulan I-2012, namun demikian secara keseluruhan pada awal tahun 2012 masih tetap menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Aktivitas konsumsi dan kegiatan investasi masih merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Sumut. Kendati tumbuh melambat, pertumbuhan sektorsektor ekonomi andalan Sumut tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif pada triwulan laporan. Struktur perekonomian Sumut pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kombinasi ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar 62,99%. Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor pertanian tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan Ringkasan Eksekutif viii

14 sebelumnya. Sementara itu, sektor PHR masih menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan laporan. Inflasi Sumut pada triwulan I sebesar 3,86% (yoy) atau 0,63% (qtq) Industri perbankan Sumatera Utara menunjukkan pertumbuhan moderat sepanjang triwulan I-2012 PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan I-2012, Sumut mengalami inflasi 0,63% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan lalu sebesar 0,00%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,86%, sedikit di atas inflasi tahunan triwulan IV-2011 sebesar 3,66%. Kendati demikian, inflasi Sumut pada periode ini masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,97% (yoy). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, seluruh kelompok memiliki level inflasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu kecuali kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan justru mengalami deflasi sebesar 0,27% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok sandang sebesar 2,14% (qtq). Secara tahunan, inflasi kelompok sandang (13,78%) juga merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok lain. Sementara itu, inflasi kelompok bahan makanan (1,60%) merupakan yang terendah dibandingkan kelompok lain. Meskipun mengalami inflasi terendah, namun inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan ini mengalami kenaikan dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,14%. Selain kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami peningkatan. Kelompok sandang meningkat dari 10,95% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 13,78% (yoy) pada triwulan I Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumatera Utara, semuanya mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan lalu, kecuali Sibolga. Inflasi Sibolga (3,74%) masih menunjukkan level penurunan, bahkan yang terendah dibandingkan kota lain. Inflasi tertinggi terjadi di kota Pematangsiantar (4,67%). Sementara itu inflasi kota Medan adalah sebesar 3,75% dan Padangsidempuan sebesar 4,12%. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Industri perbankan Sumatera Utara menunjukkan pertumbuhan moderat sepanjang triwulan I Total aset perbankan Sumut pada triwulan I-2012 mencapai Rp163,67 triliun, tumbuh sebesar 2,26% (qtq) dibanding angka akhir triwulan IV-2011 atau tumbuh 19,04% (yoy) dibandingkan akhir triwulan I Total aset perbankan tersebut didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp156,74 triliun (95,77%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp6,93 triliun (4,23%). Ringkasan Eksekutif ix

15 Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 1,14% (qtq) dibanding angka akhir triwulan IV-2011 atau tumbuh 14,43% (yoy) dibandingkan angka akhir triwulan I-2011 hingga mencapai jumlah Rp128,85 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 2,99% (qtq), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 7,42% (qtq). Namun demikian secara tahunan, kredit perbankan pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 19,92% (yoy). Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada awal tahun 2012, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume transaksi baik tunai maupun non tunai secara tahunan. Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I-2012 mengalami penurunan sebesar Rp24,28 triliun atau menurun 12,31% (qtq) menjadi Rp173,06 triliun dari nilai transaksi pada triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp197,34 triliun. Nilai transaksi kliring pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp35,80 triliun. Nilai ini menurun 0,48% atau Rp 173,96 miliar bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp35,98 triliun. Realisasi APBD Sumut triwulan I-2012 sebesar 9,22% PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi anggaran atau tingkat serapan APBD Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2012 sebesar 9,22% dari Rp7,33 triliun. Tingkat realisasi tersebut lebih kecil dibandingkan realisasi APBD triwulan I-2011 sebesar 11,08% dari Rp5,35 triliun. Realisasi APBD sebesar 9,22% tersebut digunakan untuk belanja langsung (Rp109 miliar) dan belanja pegawai atau pembayaran gaji (Rp725 miliar). Penerimaan pajak di Provinsi Sumatera Utara melalui Kanwil Ditjen Pajak Sumut 1 Medan dan Kanwil Sumut 2 Pematangsiantar ditargetkan mencapai Rp10,8 triliun. Target tersebut telah mengalami revisi dari sebelumnya sebesar Rp11,5 triliun. Pemangkasan target pajak sebesar Rp700 miliar atau 6,08% tersebut sejalan dengan revisi target pajak APBN yakni dari Rp911,1 triliun menjadi Rp885 triliun. Ringkasan Eksekutif x

16 Perkembangan ketenagakerjaan yang baik terindikasi dari peningkatan TPAK dan penurunan TPT Pertumbuhan ekonomi sumut triwulan II-2012 diproyeksikan sebesar 6,40% - 6,60% (yoy) dan laju inflasi tahunan triwulan II-2012 diperkirakan 5,00%±1%. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan yang baik terindikasi dari peningkatan partisipasi angkatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran terbuka. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2012 tercatat sebesar 74,55% (meningkat dari sebelumnya 72,09%) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,31% (menurun dari sebelumnya 6,37%). Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, indeks penghasilan saat ini masih berada dalam tren yang menurun. Pada akhir triwulan I-2012 Indeks Penghasilan Saat Ini tercatat sebesar 101,79, menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 103,13. Dari sisi petani, daya beli petani yang tercermin dari NTP juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan IV NTP mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan I-2012, NTP tercatat sebesar 101,79. PROSPEK PEREKONOMIAN Setelah tumbuh melambat pada laju 6,32% (yoy) di triwulan I-2012, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II-2012 diperkirakan berada pada kisaran sebesar 6,40%-6,60% (yoy) dengan kecenderungan pada batas bawah. Laju inflasi tahunan pada triwulan II-2012 diperkirakan berada pada kisaran 5,00%±1%. Beberapa potensi risiko inflasi tetap perlu dicermati di antaranya adalah keputusan Rapat Paripurna DPR yang menetapkan harga jual eceran BBM tidak mengalami kenaikan, namun pemerintah diperbolehkan melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya jika rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam kurun waktu berjalan (6 bulan terakhir) mengalami kenaikan atau penurunan lebih dari 15% dari harga ICP yang diasumsikan dalam APBN P Ringkasan Eksekutif xi

17 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

18 Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan I-2012 menunjukkan angka pertumbuhan yang masih tinggi, walaupun sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Indikator perekonomian sisi permintaan menunjukkan pertumbuhan ini didorong oleh tingkat konsumsi dan investasi, sedangkan dari sisi penawaran, pertumbuhan Sumatera Utara dipicu oleh sektorsektor ekonomi utama 1.1 KONDISI UMUM Pada triwulan I-2012 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,32% (yoy) yang berada sedikit di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,30% (yoy), walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 6,36%. Pertumbuhan ini sesuai proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX pada kajian ekonomi regional sebelumnya yang berkisar antara 6,30%-6,50% (yoy). Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh faktor kembali normalnya aktivitas perekonomian pasca musim liburan sekolah, tahun ajaran baru, dan perayaan hari besar keagamaan. Sebagaimana tren yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, perekonomian Sumatera Utara cenderung mencapai puncaknya pada triwulan II dan III yang kemudian melambat pada akhir tahun. Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan laporan ditunjang oleh konsumsi dan kegiatan investasi yang tercatat 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

19 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan menjadi motor penggerak perekonomian regional. Dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan tetap menunjukkan pertumbuhan walaupun cenderung melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan masih tingginya tingkat konsumsi pada triwulan laporan. Sumbangan ketiga sektor ekonomi andalan tersebut tercatat sebesar 62,91% terhadap total perekonomian secara keseluruhan, sedikit menurun dibandingkan dengan share ketiga sektor tersebut pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 62,99%. Komposisi ketiga sektor ekonomi tersebut diantaranya adalah sektor pertanian (23,37%), industri pengolahan (20,15%), dan PHR (19,40%). Besaran Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara pada triwulan laporan sebesar Rp 32,9 triliun atau meningkat sebesar Rp 670 miliar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan output barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian Sumatera Utara pada triwulan laporan. Sementara itu PDRB Provinsi Sumatera Utara berdasarkan harga berlaku sebesar Rp85,06 triliun atau 4,31% dari PDB nasional (Rp1.972,4 triliun). 1.2 SISI PERMINTAAN Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, perekonomian Sumatera Utara masih tumbuh tinggi yaitu sebesar 6,32%, walaupun sedikit melambat pada triwulan I Aktivitas konsumsi dan kegiatan investasi masih merupakan komponen yang dominan dalam perekonomian Sumatera Utara. Pertumbuhan kegiatan konsumsi dan aktivitas investasi ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kegiatan investasi tercatat memberikan pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas perekonomian lainnya dari sisi permintaan. Sementara itu, kegiatan perdagangan internasional menunjukkan perlambatan angka pertumbuhan seiring dengan tren penurunan harga komoditi di pasar internasional BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 2

20 sebagai dampak menurunnya permintaan atas komoditas ekspor utama Sumatera Utara yaitu CPO dan Karet. Walaupun terjadi peningkatan nilai konsumsi di triwulan ini, namun mulai terlihat adanya pesimisme konsumen. Hal ini tercermin dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen pada hasil Survei Konsumen (SK) yang diindikasikan sebagai dampak dari meningkatnya ketidakpastian terkait rencana pengurangan subsidi terhadap BBM bersubsidi baik melalui kenaikan harga BBM bersubsidi, pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, konversi BBM ke BBG, atau alternatif kebijakan lainnya. Di sisi lain, kegiatan investasi di Sumatera Utara pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dan tercatat mengalami peningkatan signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan transaksi perdagangan internasional Sumatera Utara pada triwulan laporan cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik pada kegiatan ekspor maupun impor. Namun demikian, secara keseluruhan transaksi perdagangan internasional Sumatera Utara masih mencatatkan surplus neraca perdagangan atau Net Ekspor sebesar Rp 8,39 Triliun Konsumsi Grafik 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Penjualan berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Konsumsi pada triwulan I-2012 tumbuh 5,36% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,09% (yoy). Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX juga memberikan konfirmasi mengenai masih tingginya level konsumsi di Sumatera Utara. Pada triwulan laporan tingkat penjualan eceran mengalami peningkatan 3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

21 sebesar 7,53% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif. Indikator lain juga menunjukkan peningkatan konsumsi yaitu konsumsi BBM, penjualan makanan dan minuman, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya. Beberapa hal yang diduga turut mendorong peningkatan konsumsi pada periode ini adalah adanya peningkatan daya beli masyarakat tertentu sebagai dampak kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara yang mencapai 15,89% dan kenaikan tunjangan gaji PNS termasuk TNI dan Polri, serta adanya perayaan hari besar tahun baru Imlek dan Cengbeng. Grafik 1.5 Perkembangan Survei Konsumen Provinsi Sumut Grafik 1.6 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi Sumut Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Provinsi Sumut Walaupun mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya, aktivitas konsumsi cenderung mengalami perlambatan pada akhir triwulan I-2012 yang berdampak pada tertahannya tingkat konsumsi untuk tumbuh lebih tinggi. BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 4

22 Perlambatan aktivitas konsumsi terkonfirmasi oleh perkembangan Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) sebagai alat ukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga yang berada pada indeks , menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada pada indeks 103,96. Penurunan indeks NTPR petani disebabkan menurunnya tren harga komoditas perkebunan utama di provinsi Sumatera Utara seperti CPO dan Karet yang pada posisi triwulan I-2012 secara tahunan mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,53% dan 25,47% (yoy). Besaran NTPR merupakan proxy tingkat konsumsi Sumatera Utara, mengingat besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 43,90% dari total tenaga kerja berdasarkan survei BPS. Di sisi lain, adanya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi juga menyebabkan penyesuaian persepsi pelaku ekonomi terkait dengan tingkat konsumsi masyarakat. Walaupun pada akhirnya terjadi penundaan terhadap rencana dimaksud, namun masih terbukanya opsi untuk menaikkan harga BBM bersubsidi ketika prasyarat dipenuhi serta masih belum adanya kepastian mengenai upaya pengurangan subsidi lainnya mengakibatkan peningkatan ketidakpastian yang membuat konsumen menjadi lebih pesimis dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari penurunan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK). Penurunan kondisi ini juga dikonfirmasi oleh perlambatan penyaluran kredit konsumsi, yang menjadi salah satu penopang pertumbuhan konsumsi masyarakat, yang tumbuh sebesar 16,38% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 20,79% (yoy) Investasi Pada triwulan I-2012 kegiatan investasi tumbuh sebesar 8,40%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 6,17%. Beberapa indikator kinerja investasi pada triwulan I-2012 memberikan konfirmasi terjadinya peningkatan kinerja investasi di awal tahun ini. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi tercatat mengalami peningkatan angka pertumbuhan pada triwulan laporan. Pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 29,26% (yoy) dengan baki debet mencapai Rp23,93 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,73% (yoy). Tingginya kredit investasi diperkirakan juga didorong oleh tren penurunan suku bunga kredit perbankan. 5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

23 Grafik 1.8 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Investasi Provinsi Sumut Berdasarkan informasi dari liaison contact Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh), pada triwulan laporan realisasi investasi menunjukkan tren yang meningkat baik dalam bentuk penambahan kapasitas produksi maupun perawatan mesin-mesin pabrik secara berkala. Namun demikian terdapat beberapa kendala dalam melakukan kegiatan investasi, antara lain adanya konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit yang berdampak kepada kesulitan memperoleh bahan baku bagi industri pengolahan karet, keterbatasan lahan untuk mengembangkan areal industri yang menghambat proses penambahan kapasitas produksi perusahaan, serta masih belum efektifnya peraturan daerah maupun birokrasi terkait dengan kegiatan investasi. Selain itu, kendala investasi juga dipicu oleh minimnya infrastruktur pendukung yang ada di provinsi Sumatera Utara, diantaranya adalah minimnya pasokan listrik dan pasokan gas. Permasalahan kelangkaan pasokan gas di Sumatera Utara telah terjadi sejak tahun Pada awal tahun 2012, pasokan gas untuk industri di Sumatera Utara rata-rata mencapai 11 juta kubik per hari, jauh menurun dibandingkan periode tahun sebelumnya yang rata-rata mencapai juta kubik per hari. Semula pasokan gas di wilayah Sumatera Utara direncanakan akan terpenuhi jika pembangunan proyek terminal gas terapung atau Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di Belawan terealisasi. Namun dalam perkembangannya pembangunan proyek terminal gas terapung tersebut akan dialihkan ke provinsi Lampung, sedangkan kebutuhan pasokan gas di Sumatera Utara direncanakan akan dipenuhi melalui pengalihan pasokan gas ke PLN kepada sektor industri di Sumut. BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 6

24 Grafik 1.10 Perkembangan Penjualan Semen Provinsi Sumut Grafik 1.3 Nilai Penjualan Barang Konstruksi berdasarkan Survei Perdagangan Eceran Sementara itu, pembangunan infrastruktur sebagai salah satu indikator tingkat investasi pada awal tahun 2012 tercatat mengalami perlambatan. Beberapa indikator pembangunan infrastruktur memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan diantaranya adalah tingkat penjualan semen dan Survei Penjualan Eceran (SPE) untuk tingkat pembelian barang konstruksi. Pertumbuhan kedua indikator tersebut tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat penjualan semen pada triwulan I-2012 diperkirakan mencapai 737,9 ribu ton atau tumbuh sebesar 13,84% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 41,98% (yoy). Di sisi lain, impor barang modal (capital goods) Sumatera Utara pada triwulan laporan juga menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan volume impor barang modal tercatat sebesar 21,60% (yoy) dengan jumlah sebesar 36,1 ribu ton atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 46,49% (yoy). Berdasarkan laporan survei liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) menunjukkan bahwa kapasitas utilisasi perusahaan relatif stabil pada kisaran 50% - 100% serta masih adanya optimisme untuk melakukan penambahan kapasitas utilisasi. Beberapa liaison contact 7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 Grafik 1.12 Impor Capital Goods Provinsi Sumut

25 menyatakan bahwa rencana kegiatan investasi yang belum berjalan sesuai dengan target pada tahun 2011 akan tetap diteruskan pada tahun 2012 mengingat masih tingginya permintaan terutama permintaan domestik. Hal ini menunjukkan masih tingginya optimisme pelaku usaha terkait dengan perkembangan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan mendatang Ekspor dan Impor Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada triwulan I-2012 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kinerja ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh sebesar 6,46 % dan 5,58% (yoy) dengan pertumbuhan net ekspor sebesar 5,36% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kendati terjadi perlambatan pada transaksi perdagangan internasional Sumatera Utara, neraca perdagangan masih mencatatkan net ekspor sebesar Rp 8,39 triliun. Grafik 1.13 Pertumbuhan PDRB Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Provinsi Sumut Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut Transaksi ekspor Sumatera Utara tercatat tumbuh sebesar 0,50% (yoy) melambat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,79% (yoy). Pelambatan pertumbuhan nilai transaksi ekspor ini lebih disebabkan karena penurunan harga internasional dari komoditas ekspor utama Sumatera Utara khususnya karet alam. Hal ini terlihat dari peningkatan volume ekspor yang masih tinggi yaitu 29,33% (yoy). Perkembangan ekspor komoditi CPO di sepanjang triwulan I-2012 menghadapi beberapa tantangan antara lain adanya peningkatan tarif Bea Keluar ekspor CPO menjadi 18%, ketidakjelasan ketentuan pajak mengenai pengkreditan PPN bagi usaha yang terintegrasi yang berpotensi menambah beban pajak perusahaan perkebunan sehingga mengurangi daya saing produk CPO, serta penolakan ekspor produk kelapa BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 8

26 sawit ke Amerika Serikat terkait dengan faktor lingkungan. Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumut Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor per Kelompok Komoditi Propinsi Sumut Berdasarkan kategori komoditi ekspor, kelompok barang intermediate goods (bahan baku) dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi dengan persentase masing-masing sebesar 86% dan 14%. Tingginya komposisi ekspor bahan baku terhadap total ekspor berimplikasi pada rendahnya elastisitas harga terhadap permintaan produk ekspor, dikarenakan produk ekspor merupakan bahan baku bagi produk negara mitra dagang. Dengan kata lain, perkembangan ekspor Sumatera Utara cenderung tidak sensitif terhadap kenaikan tingkat harga. Sementara itu, berdasarkan klasifikasi komoditi menurut SITC, komoditi ekspor Sumatera Utara didominasi oleh komoditi manufaktur bahan makanan dan produk pertanian dengan presentase pada triwulan laporan masing-masing sebesar 47% dan 25%. Nilai ekspor Sumatera Utara pada periode ini tercatat sebesar 2,57 milyar USD dengan komoditi ekspor dominan CPO dan karet, menurun dari periode sebelumnya senilai 2,83 milyar USD. Grafik 1.17 Nilai Ekspor Komoditi Utama Provinsi Sumut Grafik 1.18 Volume Ekspor Komoditi Utama Provinsi Sumut 9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

27 Grafik 1.19 Aktivitas Bongkar-Muat di Pelabuhan Belawan Grafik 1.20 Negara Tujuan Ekspor Provinsi Sumut Volume ekspor Sumatera Utara terutama untuk komoditi CPO pada triwulan I tercatat menurun sebesar 17% (qtq) dari 1,16 juta ton pada triwulan IV-2011 menjadi sebesar 970 ribu ton. Demikian juga secara nilai mengalami penurunan sebesar 144 juta USD atau 12,54%. Tingginya Bea Keluar (BK) komoditas CPO di tahun 2011 yang dimaksudkan untuk menjaga pasokan dalam negeri, berdampak pada perlambatan aktivitas ekspor. Hal ini diperkirakan karena produsen cenderung untuk menjual produk CPO ke pasar domestik untuk mengurangi beban bea keluar yang relatif berdampak pada pengurangan margin keuntungan. Di sisi lain, adanya penolakan ekspor CPO ke Amerika Serikat juga memberikan tekanan turunnya volume ekspor CPO walaupun pada level yang tidak terlalu signifikan mengingat pasar utama ekspor CPO Sumatera Utara ke negara India, Eropa, dan RRC. Namun demikian, secara tahunan ekspor CPO Sumatera Utara masih mencatatkan pertumbuhan. Pasar ekspor CPO ke negara-negara Eropa sampai dengan triwulan I-2012 secara tahunan maupun triwulanan tercatat masih mengalami pertumbuhan di tengah krisis yang melanda negara-negara Eropa. Di sisi lain, seiring dengan adanya penandatanganan Preferential Trade Agreement dengan Pakistan memberikan peluang munculnya pasar ekspor CPO Sumatera Utara. Sampai dengan triwulan I-2012 ekspor CPO Sumatera Utara ke Pakistan tercatat tumbuh sebesar 132% (qtq). Sementara itu, volume ekspor golongan karet dan barang dari karet di Sumatera Utara pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 137 ribu ton, menurun 11,13% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (triwulan ) yang tercatat sebesar 155 ribu ton. Adapun secara nilai, ekspor karet Sumatera Utara tercatat sebesar 480 juta USD atau menurun sebesar 37% (yoy) dibandingkan triwulan yang tercatat sebesar 761 juta USD. Secara triwulanan, ekspor karet juga mengindikasikan hal yang sama, dimana pada triwulan I-2012 volume dan nilai ekspor BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 10

28 karet dari Sumatera Utara tercatat mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,83% dan 15,97% (qtq). Pasar ekspor karet Sumatera Utara ke negara-negara tujuan utama menunjukkan perlambatan baik secara triwulanan maupun tahunan. Penurunan ekspor karet Sumatera Utara ke negara tujuan terutama terjadi di negaranegara Eropa seiring dampak terjadinya krisis. Perkembangan indikator perlambatan aktivitas ekspor juga dikonfirmasi oleh penurunan arus muat barang ekspor dari pelabuhan Belawan. Dilihat dari negara tujuan ekspor, nilai ekspor Sumatera Utara pada triwulan laporan masih didominasi oleh negara India sebesar 29%. Sementara itu, ekspor ke negara-negara epicentrum krisis seperti AS dan kawasan Eropa memiliki kontribusi terhadap total ekspor sebesar 28% sehingga perlu diwaspadai kemungkinan dapat terimbas oleh dampak krisis di kawasan tersebut. Grafik 1. 5 Nilai Impor Provinsi Sumut Grafik 1. 4 Perkembangan Volume Impor per Kategori Barang Provinsi Sumut Volume impor Sumatera Utara pada triwulan laporan mencapai 1,2 juta ton atau tercatat menurun sebesar 12,08% (yoy). Volume impor pada triwulan laporan mengalami perlambatan setelah pada triwulan sebelumnya mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,30% (yoy). Jika dirinci menurut golongan penggunaan barang terjadi perlambatan transaksi impor golongan barang konsumsi bahan dan barang modal, sementara kelompok barang intermediate atau bahan baku masih menunjukkan tren yang meningkat. Perlambatan transaksi impor terutama dipicu oleh tren perlambatan impor bahan baku sebagai jenis komoditi terbesar pada struktur impor Sumatera Utara. Tren perlambatan yang cukup tinggi juga terjadi pada kelompok barang konsumsi setelah tumbuh cukup signifikan pada triwulan I Dari struktur komoditi impor Sumatera Utara, bahan 11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

29 baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar mencapai 88%. Sementara itu, impor barang konsumsi memiliki share sebesar 9% terhadap total impor diikuti dengan impor barang modal sebesar 3%. Grafik 1. 6 Presentase Volume Impor per Kategori Barang Provinsi Sumut Grafik 1.24 Negara Asal Impor Provinsi Sumut Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada triwulan I-2012 sebesar 204,86 juta USD (38%), diikuti oleh Malaysia sebesar 98,96 juta USD (19%), dan kawasan Eropa sebesar 95,61 juta USD (18%). 1.3 SISI PENAWARAN Tabel 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran Kendati tumbuh melambat, pertumbuhan sektor-sektor ekonomi andalan Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif pada triwulan laporan. Struktur perekonomian Sumatera Utara pada triwulan laporan masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Kombinasi ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar 62,99% terhadap perekonomian Sumatera Utara. Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor pertanian tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor PHR masih menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan laporan. BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 12

30 1.3.1 Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan yang positif dengan tumbuh sebesar 3,68% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,86% (yoy). Pada triwulan I-2012, kinerja sektor pertanian tercatat tumbuh stabil seiring dengan mulai datangnya musim panen pada bulan Februari April Berdasarkan data Dinas Pertanian Sumatera Utara menyebutkan realisasi panen gabah periode Januari Februari 2012 tercatat sebesar ton serta tidak ditemukan adanya kegagalan panen. Grafik 1. 7 Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Grafik 1.26 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Propinsi Sumut Perlambatan kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2012 juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumatera Utara pada triwulan I-2012, NTP mengalami tren yang menurun. Hal ini mencerminkan bahwa kemampuan tukar produk pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Di sisi lain, kredit perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan laporan masih menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan mulai berlangsungnya musim tanam pada periode ini. Kredit perbankan sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 17,04% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,53% (yoy). Hal ini memberi harapan akan prospek kinerja sektor pertanian yang lebih baik pada tahun Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

31 Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Propinsi Sumut Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Tukar Perkebunan Rakyat (NTPR) Propinsi Sumut Perlambatan kinerja sektor pertanian diperkirakan disebabkan perlambatan yang terjadi pada sub sektor perkebunan seiring dengan perlambatan ekspor komoditas perkebunan utama Sumatera Utara yaitu CPO dan karet yang pada triwulan laporan berada pada tren yang menurun. Perlambatan sub sektor perkebunan juga terkonfirmasi oleh penurunan indeks NTPR. Indeks NTPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 100,22 menurun dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Sementara itu, sebagai lanjutan program peningkatan produktivitas padi, target produksi padi tahun 2012 mencapai ton atau naik dibandingkan tahun 2011 yang hanya mencapai ton. Upaya pencapaian produksi tersebut akan didukung dengan pembuatan lahan sawah baru di daerah Nias Selatan dan Mandailing Natal (Madina). Program lain yang diharapkan untuk mencapai program ini adalah pembangunan infrastruktur, kelancaran distribusi pupuk bersubsidi, serta percepatan bantuan pupuk. Terkait dengan pembangunan infrastruktur pertanian, pembangunan irigasi pertanian di Sumatera Utara tahun 2012 akan terus berjalan dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) sebesar Rp34,86 miliar dan APBD Sumatera Utara mencapai sekitar Rp40 miliar dengan sasaran luas mencapai hektar. Kenaikan anggaran ini terjadi dengan tujuan merehabilitasi jaringan irigasi usaha tani di Sumatera Utara. Upaya rehabilitasi jaringan irigasi tersebut meliputi perbaikan infrastruktur jaringan irigasi tingkat usaha tani (Jitut), jaringan irigasi desa (Jides), tata air mikro (TAM), jalan usaha tani, pompanisasi, dan rumah kompos. Sedangkan anggaran yang bersumber dari APBD diperuntukan bagi 19 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14

32 kabupaten/kota yang juga untuk pembangunan infrastruktur irigasi, system of rice intensification (SRI) dan pupuk Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.29 Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan Propinsi Sumut Kinerja sektor industri pengolahan sebagai salah satu sektor ekonomi utama Sumatera Utara, pada triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 1,86% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,22% (yoy). Namun demikian, secara tahunan kinerja sektor industri masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 1,80% (yoy). Beberapa indikator sektor industri pengolahan seperti kredit perbankan sektor industri serta indeks pertumbuhan produksi manufaktur memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan sektor industri pengolahan. Pada triwulan laporan, kredit perbankan sektor industri pengolahan tercatat tumbuh sebesar 9,43% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,55% (yoy). Di sisi lain, berdasarkan data perkembangan pertumbuhan produksi industri manufaktur di Provinsi Sumatera Utara pada periode laporan menunjukkan bahwa secara triwulanan 15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 Grafik 1.31 Perkembangan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Sumut

33 produksi industri manufaktur besar dan sedang mengalami penurunan sebesar 3% (qtq). Penurunan produksi tersebut dipicu oleh turunnya produksi dari industri furnitur sebesar 3,98%, penurunan produksi industri karet/barang dari karet dan plastik sebesar 3,57% serta penurunan produksi industri makanan sebesar 2,65%. Di sisi lain, permasalahan yang saat ini sedang dihadapi industri di Sumatera Utara adalah sebanyak 54 industri di Sumatera Utara baik PMA maupun PMDN terancam tidak mendapatkan pasokan gas yang sekaligus mengancam kelangsungan usahanya. Kebutuhan gas bagi industri existing di Sumatera Utara saat ini sebesar 25 mmscfd (millions of standard cubic feet per day), tapi yang mampu dipenuhi pasokannya oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) hanya sebesar 17 mmscfd. Keadaan tersebut semakin memburuk, sebab sejak Oktober 2011 pasokan gas dipotong lagi menjadi 11,4 mmscfd. Penurunan suplai gas akan berlangsung hingga akhir Pada dasarnya pasokan gas di wilayah Sumatera Utara direncanakan akan terpenuhi jika pembangunan proyek terminal gas terapung atau Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di Belawan terealisasi. Namun demikian, pembangunan proyek infrastruktur tersebut akan dialihkan ke Provinsi Lampung, sedangkan kebutuhan pasokan gas di Sumatera Utara akan dipenuhi melalui pengalihan pasokan gas ke PLN kepada sektor industri di Sumatera Utara Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 9,69% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,98% (yoy). Peningkatan kinerja sektor PHR pada triwulan ini mampu menahan perekonomian Sumatera Utara untuk melambat lebih dalam. Memasuki awal tahun 2012, peningkatan kinerja sektor PHR dipicu oleh faktor musiman seiring dengan adanya perayaan hari besar keagamaan (Tahun Baru Imlek dan Cengbeng) dan hari libur nasional yang diperkuat dengan maraknya kegiatan promosi/sale di pusatpusat perbelanjaan. Di sisi lain adanya kenaikan gaji PNS termasuk TNI/Polri juga menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan kinerja sektor PHR. Beberapa prompt indicator seperti perkembangan tingkat hunian hotel, nilai penjualan berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE), serta kredit perbankan sektor PHR menunjukkan peningkatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor PHR. Perkembangan sub sektor perhotelan pada triwulan laporan menunjukkan tren yang meningkat. Sampai dengan akhir triwulan I-2012 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Sumatera Utara tercatat tumbuh sebesar 46,93% BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 16

34 mengalami peningkatan dibandingkan dengan posisi akhir triwulan IV-2011 yang tercatat tumbuh sebesar 44,16%. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) sampai dengan akhir triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 14,67% (yoy) lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan bulan sebelumnya, dan diperkirakan masih akan terus mengalami peningkatan pada triwulan II Grafik 1.32 Pertumbuhan PDRB Sektor PHR Grafik 1. 8 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Sumut Indikator aktivitas perdagangan dapat pula dilihat dari dukungan Grafik Perkembangan Kredit Sektor PHR Provinsi Sumut pembiayaan perbankan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini kredit sektor PHR terus melanjutkan tren yang meningkat sejak trend-reversal pada triwulan I-2010 dengan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 27,15% (yoy) dengan nilai mencapai Rp26,93 triliun Sektor Keuangan Tabel 1. 3 Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumut 17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

35 Dari seluruh sektor, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 11,67% (yoy). Pertumbuhan sektor ini sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,35% (yoy). Pelambatan ini searah dengan kinerja perbankan Sumatera Utara yang memiliki pangsa dominan pada sektor ini yang pada triwulan laporan membukukan pertumbuhan kredit sebesar 19,92% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 20,33%. Demikian pula dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumatera Utara yang pada triwulan laporan juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari 16,81% (yoy) menjadi 14,43% (yoy). Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan penghimpunan DPK perbankan menyebabkan tingkat LDR perbankan pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari 83,63% pada triwulan sebelumnya menjadi 85,17%. Kualitas penyaluran kredit perbankan pada periode ini relatif terjaga dengan tingkat NPL sebesar 2,37% sedikit meningkat dari sebelumnya yang tercatat sebesar 2,28% Sektor Bangunan Grafik 1. 9 Perkembangan Penjualan Semen Provinsi Sumut Grafik Perkembangan Kredit Sektor Bangunan Provinsi Sumut Pada triwulan I-2012, sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 7,91% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 8,19% (yoy). Melambatnya kinerja sektor bangunan tidak terlepas dari siklus pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang pada umumnya akan mulai berjalan pada awal semester II seiring dengan mulai berjalannya proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Hal ini dikonfirmasi dengan melambatnya pertumbuhan penjualan Semen di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan. Realisasi pengadaan semen pada triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 13,84% (yoy) dengan jumlah sebesar 737 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 18

36 ribu ton. Pertumbuhan penjualan semen tersebut mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 41,98% (yoy) Sementara itu, pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan di Sumatera Utara ke sektor bangunan dan konstruksi tercatat tumbuh 20,49% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 17,69% (yoy) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi dengan pertumbuhan sebesar 8,43% (yoy), stabil dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh 8,48%. Perlambatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan dipicu oleh perlambatan yang terjadi pada sub sektor pengangkutan seiring dengan adanya tren penurunan ekspor pada triwulan laporan. Grafik 1.37 Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Provinsi Sumut Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Provinsi Sumut Perkembangan prompt indicator sub sektor pengangkutan, terutama kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Belawan menunjukkan tren menurun pada triwulan I Namun demikian, indikator sub sektor pengangkutan terutama untuk angkutan transportasi, berdasarkan data perkembangan jumlah penumpang angkutan udara dan angkutan laut masih menunjukkan peningkatan dan menjadi penopang stabilnya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi. Hal ini diperkirakan karena meningkatnya aktivitas yang terkait dengan hari libur nasional pada triwulan I Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor pengangkutan tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kredit yang disalurkan perbankan pada triwulan 19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1

37 laporan masih menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Penyaluran kredit pada triwulan ini tercatat tumbuh sebesar 49,13% (yoy) masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 53,75% (yoy). BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 20

38 g BOKS 1 Kebijakan Pemerintah melakukan pembatasan impor hortikultura melalui Permentan 88, 89, dan 90 Tahun tentunya tetap membawa dampak terhadap impor hortikultura maupun aktivitas di Pelabuhan Belawan. Permentan tersebut mulai berlaku tanggal 19 Juni 2012, ditunda dari penetapan sebelumnya tanggal 19 Maret Dengan diterapkannya Permentan tersebut, produk impor hortikultura yang sebelumnya dapat masuk melalui 8 pintu masuk, dibatasi menjadi melalui 4 pintu masuk, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Makassar, Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, dan Pelabuhan Belawan Medan. DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR HORTIKULTURA Pelabuhan Belawan sebagai pintu masuk utama perdagangan dari dan ke luar Sumatera Utara, setiap tahunnya menerima produk impor hortikultura sebanyak 438,57 ribu ton. Impor hortikultura melalui Pelabuhan Belawan ini masih jauh di bawah produksi lokal. Dalam menghadapi pemberlakuan regulasi tersebut, Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Belawan menyatakan kesiapan baik dari segi sarana, prasarana, sumber daya manusia, maupun kapasitas instalasi. Saat ini Balai Karantina memiliki instalasi karantina seluas m2. Selain itu, dari 12 laboratorium penelitian barang karantina (BPTPH) yang ada di seluruh Indonesia, Sumatera Utara memiliki 1 laboratorium. Dalam kondisi normal Pelabuhan Belawan menerima 150 s.d 200 kontainer setiap bulannya. Kapasitas maksimum yang dimiliki oleh Belawan International Container Terminal (BICT) 1 Permentan 88 Tahun 2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan Permentan 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan/atau Sayuran Buah Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia Permentan 90 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia Dampak Kebijakan Pembatasan Impor Hortikultura Boks 1

39 adalah kontainer, sedangkan Belawan Logistic Center (BLC) mampu menampung 200 kontainer. Pelaku usaha (khususnya importir hortikultura) menyambut baik kebijakan tersebut. Mereka menilai kebijakan tersebut tidak akan merusak tatanan produk lokal, dengan catatan daya saing buah lokal harus terus ditingkatkan mengingat barang impor yang umumnya masuk ke wilayah Indonesia cukup kompetitif. Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, tidak dipilih sebagai salah satu pintu masuk karena kondisi pelabuhan saat ini sudah hampir mencapai over capacity. Setiap bulannya Pelabuhan Tanjung Priok menerima s.d kontainer komoditi holtikultura. Dengan diberlakukannya pembatasan pintu masuk bagi impor komoditi holtikultura, maka diperkirakan pada 4 pintu masuk tersebut masing-masing akan bertambah ± kontainer per bulannya, sebagai dampak dari impor yang selama ini masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Kondisi tersebut tentu saja akan meningkatkan volume barang impor yang masuk melalui pelabuhan Belawan hingga 7 kali lipat bila dibandingkan dengan kondisi normal. Namun BBKP Belawan menyatakan kesiapannya mengingat kapasitas BICT dan BLC yang masih sangat besar. Untuk menghindari terjadinya penumpukan barang impor pada pintu masuk tertentu, diharapkan Kementrian Perdagangan segera menerapkan pengaturan kuota impor pada masing-masing pintu masuk. Sedangkan untuk meningkatkan daya saing produk lokal, diharapkan dinas terkait terus melakukan pembinaan dan pelatihan bagi petani baik dari segi produksi maupun pemasarannya. Di sisi lain, pemerintah juga diharapkan melakukan pengawasan ketat terhadap kualitas barang impor yang akan sampai di daerahdaerah yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, mengingat penambahan rantai distribusi dapat berdampak pada turunnya kualitas barang dimaksud (bahkan dapat menjadi racun bagi tubuh). Boks 1 Dampak Kebijakan Pembatasan Impor Hortikultura

40 BOKS 2 TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I 2012 Isu ekonomi dan politik terkait rencana pembatasan subsidi BBM yang berlarut-larut disinyalir merupakan penyebab dari terbentuknya sentimen negatif masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Hal tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Medan periode Maret 2012 yang memperlihatkan terjadinya pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar -6,62% (yoy) atau sebesar -16,73% (mtm) menuju level pesimis. Sentimen pesimis juga terjadi pada Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar -19,48% (mtm), meskipun secara year on year meningkat tipis sebesar 0,36%. Rencana pembatasan subsidi BBM tersebut telah menggiring ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang dan jasa secara umum, dimana 54,92% menyatakan bahwa akan terjadi sedikit kenaikan harga barang dan jasa pada 3 bulan y.a.d., dan 15,56% lainnya menyatakan akan terjadi peningkatan harga yang signifikan. Sedangkan 29,52% responden meyakini harga barang dan jasa 3 bulan y.a.d akan berada pada kondisi yang relatif stabil. Perkiraan kenaikan harga pada periode 3 bulan y.a.d diikuti dengan peningkatan perkiraan pengeluaran, dimana 48,89% responden menyatakan pengeluarannya pada 3 bulan y.a.d akan sedikit meningkat, dan 13,02% lainnya menyatakan peningkatan pengeluaran yang signifikan. Sedangkan 38,10% responden menyatakan bahwa pengeluaran pada 3 bulan y.a.d akan berada pada level yang relatif tetap. Boks 2 Tendensi Konsumen Triwulan I

41 Peningkatan pengeluaran tersebut diindikasikan akan terjadi pada seluruh kelompok komponen pengeluaran, terutama pengeluaran terhadap bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok & tembakau; serta perumahan, listrik, gas dan bahan bakar. Berdasarkan hasil survei singkat mengenai respon masyarakat terhadap kenaikan BBM pada bulan Maret 2012 di Kota Medan dan sekitarnya, didapati 70,79% masyarakat mengeluarkan biaya antara Rp ,00 Rp ,00 setiap bulannya untuk BBM. Pengeluaran untuk BBM/bulan 24 Tendensi Konsumen Triwulan I-2012 Boks 2

42 Dalam mengantisipasi kenaikan harga BBM yang akan mendorong peningkatan pengeluaran, khususnya BBM, 65,75% masyarakat memilih mengalihkan moda transportasi mobil ke motor. Hal ini sejalan dengan realisasi kredit kendaraan bermotor (KKB) dimana kredit pemilikan motor memiliki porsi 52% dari total KKB, sedangkan porsi kredit pemilikan mobil adalah 48%. Namun realisasi kredit tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan, khususnya pada realisasi kredit bulan Juni 2012, sebagai akibat atas penerapan kebijakan Bank Indonesia melalui Surat Edaran No.14/10/DPNP kepada semua bank umum terkait dengan Loan to Value (LTV) pada KPR dan KKB, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.010./2012 tentang Uang Muka Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Pembiayaan. Pilihan Pengalihan Moda Transportasi Boks 2 Tendensi Konsumen Triwulan I

43 BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

44 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Utara sedikit meningkat dibandingkan triwulan lalu. Inflasi Sumatera Utara tercatat 3,86% (yoy) atau 0,63% (qtq). Kendati demikian level inflasi Sumatera Utara masih di bawah inflasi nasional 2.1. KONDISI UMUM Pada triwulan I-2012, Sumut mengalami inflasi 0,63% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan lalu sebesar 0,00%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,86%, sedikit di atas inflasi tahunan triwulan IV-2011 sebesar 3,66%. Kendati demikian, inflasi Sumut pada periode ini masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,97% (yoy). Ditinjau dari disagregasi inflasi, pada periode ini inflasi inti (4,91%) kembali mendominasi inflasi Sumatera Utara. Sementara itu, inflasi volatile foods dan administered prices masing-masing sebesar 1,40% (yoy) dan 3,89% (yoy). Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional 2.2. INFLASI TRIWULANAN Inflasi triwulanan Sumut tercatat sebesar 0,63% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan nasional sebesar 0,88%. Apabila dibandingkan dengan triwulan IV-2011 (0,00%), maka inflasi pada periode ini juga lebih tinggi. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 26

45 Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan I-2012 Januari 2012 Februari 2012 Maret 2012 Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Inflasi Angkutan udara 0,4930 Celana panjang 0,1211 Baru bata/ batu 0,0311 jeans tela Daging ayam ras 0,4167 Emas perhiasan 0,0733 Angkutan udara 0,0292 Dencis 0,1799 Bawang merah 0,0554 Gaun 0,0228 Tongkol 0,1266 Gaun 0,0374 Bawang merah 0,0223 Kembung/ Gembung 0,1028 Beras 0,0364 Kembung/ 0,0130 Gembung Kacang panjang 0,0569 Baju kaos/ T-shirt 0,0264 Dencis 0,0124 Wortel 0,0539 Tongkol 0,0250 Daging sapi 0,0120 Sumber: BPS Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi Triwulan I-2012 Januari 2012 Februari 2012 Maret 2012 Komoditas Andil Deflasi Komoditas Andil Deflasi Komoditas Andil Deflasi Cabe merah -0,1094 Cabe merah -0,4533 Daging ayam ras -0,1146 Emas perhiasan -0,0583 Angkutan udara -0,3076 Beras -0,0833 Baju kaos/ T-shirt -0,0294 Daging ayam -0,0902 Tongkol -0,0517 ras Calana panjang -0,0286 Kacang panjang -0,0889 Cabe merah -0,0441 jeans Daging sapi -0,0242 Kentang -0,0545 Bayam -0,0268 Tempe -0,0182 Wortel -0,0412 Emas perhiasan -0,0257 Teri -0,0154 Dencis -0,0371 Kentang -0,0203 Sumber: BPS INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Berdasarkan kelompok barang dan jasa, seluruh kelompok memiliki level inflasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu kecuali kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan justru mengalami deflasi sebesar 0,27% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok sandang (2,14%). 27 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

46 Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: BPS a. Kelompok Bahan Makanan Sama halnya dengan triwulan IV-2011, pada triwulan I-2012 kelompok bahan makanan mengalami deflasi bahkan dalam level yang lebih rendah. Deflasi kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh subkelompok bumbubumbuan yang mengalami deflasi 23,03%. 10% Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut ,67 6,93 4,74 7,91 5,68 8,01 6, ,10 0,38-0,01-0,27-0,73 I II III -1,16 IV I -0,97 II III IV I II III IV I II III IV I -2,86-2, , Sumber : BPS, diolah Penurunan harga bumbu-bumbuan khususnya cabe merah terkonfirmasi dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan di kota Medan. Harga cabe merah besar-segar mengalami penurunan dari Rp per kg pada akhir triwulan IV-2011 menjadi Rp per kg pada akhir triwulan I-2012 (turun 28,57%). Cabe merah keriting menurun dari Rp per kg pada akhir triwulan IV-2011 menjadi Rp per kg pada akhir triwulan I-2012 (turun 192,31%). Selain komoditas cabe merah, komoditas beras yang memiliki bobot besar dalam perhitungan inflasi juga mengalami penurunan harga karena berlangsungnya musim panen di seluruh sentra produksi padi Sumatera Utara. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 28

47 Grafik 2.4 Perkembangan Harga Cabe Merah di Kota Medan Sumber: Survei Pemantauan Harga b. Kelompok Sandang Di tengah penurunan tren harga emas, kelompok sandang masih tetap menjadi kelompok dengan level inflasi tertinggi dibandingkan kelompok lain. Pada triwulan I-2012, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,14%. Pada periode ini, inflasi kelompok sandang lebih banyak disumbang oleh subkelompok sandang laki-laki dewasa, terutama komoditas celana panjang jeans dan baju kaos/ t-shirt. Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut 8 % 6 6,24 7,22 6,45 4 4,07 3,64 3,47 2,69 2 2,30 2,14 0,95 1,13 0,57 0 0,02-0,50-0,41 I II -1,38 III IV I II III IV I II III IV I II III IV I , Sumber : BPS, diolah c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat menjadi 0,60% pada triwulan I-2012 dari sebelumnya sebesar 0,00 % pada triwulan IV Subkelompok yang memberikan andil besar terhadap inflasi kelompok ini adalah subkelompok makanan jadi (0,67%). Sementara itu inflasi 29 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

48 triwulanan subkelompok minuman yang tidak beralkohol dan subkelompok rokok, tembakau, dan minuman beralkohol masing-masing sebesar 0,55% dan 0,45%. Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 1,15 4,92 2,65 2,19 2,46 1,89 1,81 2,37 2,56 2,31 1,22 0,89 1,43 0,50 2,38 0,00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0, Sumber: BPS, diolah d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Setelah sempat mengalami deflasi sebesar 0,02% pada triwulan IV-2011, pada triwulan I-2012 kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,54% (qtq). Subkelompok transportasi memberikan andil besar (2,04%) terhadap inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, khususnya komoditas angkutan udara yang harganya sangat sensitif terhadap faktor seasonal. Di awal tahun, tarif angkutan udara sempat mengalami kenaikan 54% karena perayaan Tahun Baru Imlek. Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut 4% ,84 3,11 2,20 1,03 1,54 0,39-0,02 0,06 0,29 0,66 0,47 0,31-0,02 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I , , ,17-3,50-4 Sumber : BPS, diolah BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 30

49 Selain Tahun Baru Imlek, rencana kenaikan BBM turut mempengaruhi kenaikan tarif angkutan, baik angkutan umum maupun angkutan barang. Berdasarkan informasi kontak liaison 1 tarif angkutan umum diperkirakan dapat mengalami kenaikan hingga 33,69% apabila harga premium naik Rp1.500 per liter menjadi Rp6.000 per liter. Sementara itu, tarif angkutan barang yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antar pelaku ekonomi (tidak ditetapkan oleh pemerintah) bahkan dapat meningkat hingga 90%. e. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan juga mengalami peningkatan inflasi triwulanan menjadi 0,64% (qtq) di triwulan I Subkelompok obat-obatan (2,22%) mengalami inflasi tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya. Sementara itu, inflasi subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,54%. Subkelompok jasa perawatan jasmani mengalami inflasi sebesar 0,10%. Subkelompok jasa kesehatan mengalami inflasi 0,02% 4 % ,67 3,19 Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut 1,73 0,40 0,040,09 1,30 0,26 1,73 0,23 0,09 0,56 3,30 0,63 2,39 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0,00 0, Sumber : BPS, diolah f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Dibandingkan dengan triwulan lalu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga mengalami peningkatan dari 0,01% (qtq) pada triwulan IV menjadi 0,67% (qtq) pada triwulan I Subkelompok biaya tempat tinggal merupakan yang tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya. Inflasi subkelompok 1 Gafeksi 31 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

50 biaya tempat tinggal sebesar 1,07%. Inflasi subkelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,49%. Sementara itu, subkelompok penyelenggaraan rumah tangga dan subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,36% dan 0,28%. Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut 4% ,16 3,12 2,74 1,16 0,56 0,06 0,64 2,91 1,67 0,21 2,64 2,77 0,88 1,02 0,74 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0,67 0, Sumber : BPS, diolah g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Pada triwulan I-2012, inflasi subkelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga juga sedikit mengalami peningkatan dari 0,01% (qtq) pada triwulan IV-2011 menjadi 0,58% (qtq) pada triwulan I Subkelompok yang berkontribusi besar terhadap inflasi kelompok ini adalah subkelompok perlengkapan/ peralatan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,34% (qtq). Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut 10% 8 8,54 6 6, ,63 0,84 0,97 1,12 0,01 0,19 0,41 0,00-0,05 0,00 0,24-0,18 0,01 0,58-0,68 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS, diolah BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 32

51 INFLASI MENURUT KOTA Dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, 2 kota mengalami peningkatan inflasi dan 2 kota mengalami penurunan inflasi triwulanan. Kota Medan mengalami peningkatan inflasi menjadi 0,52% (qtq) dan kota Pematangsiantar mengalami peningkatan inflasi menjadi 1,60% (qtq). Sementara itu, inflasi Kota Padangsidempuan menurun menjadi 0,36% (qtq). Inflasi kota Sibolga juga menurun menjadi 0,82% (qtq) pada triwulan I Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Sumber: BPS, diolah 2.3. INFLASI TAHUNAN Secara tahunan, inflasi Sumut pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,86% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan IV-2011 sebesar 3,67% (yoy) INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Secara tahunan, inflasi kelompok sandang (13,78%) juga merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok lain. Sementara itu, inflasi kelompok bahan makanan (1,60%) merupakan yang terendah dibandingkan kelompok lain. Meskipun mengalami inflasi terendah, namun inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan ini mengalami kenaikan dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,14%. Selain kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami peningkatan. Kelompok sandang meningkat dari 10,95% (yoy) pada triwulan IV menjadi 13,78% (yoy) pada triwulan I Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

52 Tabel 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: BPS a. Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 1,60% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,14% (yoy). Inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok kacang-kacangan (17,7%), ikan diawetkan (11,8%), dan ikan segar (8,6%). Sebaliknya subkelompok bumbubumbuan mengalami deflasi 18,8%. Salah satu penyebab deflasi subkelompok bumbu-bumbuan adalah komoditas cabe yang sempat melambung tinggi pada awal tahun Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) di kota Medan yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan harga cabe merah. Pada triwulan I-2011 harga cabe merah menembus Rp per kg dan pada triwulan ini harganya telah menurun menjadi Rp per kg (cabe merah kualitas besar-segar). Grafik Inflasi Kelompok Bahan Makanan % , ,98 17,91 18,08 9,69 10,89 14,69 13,73 10, ,14 3,94 4,65 3,14 0,44 1,14 1,6-0,38 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS, diolah BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 34

53 b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada triwulan I-2012 sebesar 3,84% (yoy) menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 4,70% (yoy). Subkelompok makanan jadi (4,82%) memiliki inflasi yang paling besar dibandingkan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (2,86%) dan subkelompok minuman yang tidak beralkohol (2,12%). Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 12% ,31 9,27 10,4111,11 10,26 8,77 9,279,179,7210,27 8,73 7,16 5,98 4,1 5,3 4,7 3,84 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS, diolah c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan I-2012 mengalami inflasi sebesar 4,20% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan IV sebesar 4,76% (yoy). Bahkan subkelompok rekreasi mengalami deflasi sebesar 0,87% (yoy). Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah pendidikan, yakni sebesar 6,58% (yoy). 14 % Grafik 2.13 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 11,87 12,67 7,77 7,45 8,85 6,52 8,81 7,86 8,308,33 3,83 4,76 4,2 0,7 1,622,35 2,15 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS, Sumut Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2 35

54 d. Kelompok Sandang Kendati secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok sandang menurun dibandingkan triwulan lalu, namun inflasi tahunan (yoy) kelompok sandang meningkat. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok sandang tercatat sebesar 13,78% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 12,87% (yoy). Subkelompok yang memiliki level inflasi tinggi adalah subkelompok sandang lakilaki sebesar 17,26% dan subkelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar 15,57% % Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang 16,36 14,61 11,29 9,22 10,30 8,39 8,80 7,81-0,16 8,32 6,68 6,88 8,43 7,23 13,78 12,87 10,95 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS, Sumut Harga emas perhiasan 22 karat meningkat dari Rp per gram pada triwulan I tahun lalu menjadi Rp per gram pada triwulan ini. Untuk emas perhiasan 24 karat meningkat dari Rp per gram pada triwulan I tahun lalu menjadi Rp per gram pada triwulan I e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,34%, sedikit menurun dibandingkan inflasi triwulan lalu sebesar 3,56%. Inflasi subkelompok biaya tempat tinggal sebesar 4,60% (yoy), kembali menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30%. Inflasi subkelompok penyelenggaraan rumah tangga juga jauh menurun dari 10,95% (yoy) menjadi sebesar 4,24% (yoy). Senada dengan kedua subkelompok tersebut, inflasi subkelompok perlengkapan rumah tangga juga sedikit menurun dari 1,18% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 1,13% (yoy) pada triwulan ini. Sebaliknya inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air justru meningkat dari 0,48% (yoy) menjadi 0,74% (yoy). BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 36

55 10% Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4,26 6,69 8,63 8,43 7,18 4,70 2,18 3,90 7,56 5,295,46 7,46 7,5 6,64 5,51 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 3,56 3, Sumber : BPS, Sumut f. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan kembali mengalami penurunan inflasi. Pada triwulan I- 2012, inflasi kelompok kesehatan tercatat sebesar 4,09% (yoy). Subkelompok kesehatan yang level inflasinya tertinggi adalah perawatan jasmani dan kosmetika, sebesar 7,54% (yoy). Sementara itu, subkelompok yang level inflasinya terendah adalah jasa kesehatan, sebesar 0,48% (yoy). % Grafik 2.16 Inflasi Kelompok Kesehatan 7,98 8,21 6,95 6,25 6,84 5,36 4,25 4,63 4,09 3,18 3,403,58 2,74 2,29 2,14 2,43 2,65 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS, Sumut g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sedikit meningkat pada triwulan laporan, dari 2,57% di triwulan IV-2011 menjadi 3,83% di triwulan I Peningkatan inflasi kelompok ini terutama dipicu oleh Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2 37

56 subkelompok transportasi yang meningkat dari 4,87% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 6,35% (yoy) pada triwulan I Rencana kebijakan kenaikan harga premium sebesar Rp1.500 per liter berimbas pada kenaikan tarif transportasi. Pengusaha angkutan umum khususnya di kelas non ekonomi yang penentuannya tidak ditetapkan oleh pemerintah telah menaikkan harga sebelum terjadi kenaikan harga BBM. % Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan 3,953,81 2,51 1,72 2,41 1,82 1,32 0,98 1,52-0,05-0,60-0,19 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2,57 3, , ,53-6,24-8 Sumber : BPS, Sumut INFLASI MENURUT KOTA Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan lalu, kecuali Sibolga. Inflasi Sibolga (3,74%) masih menunjukkan level penurunan, bahkan yang terendah dibandingkan kota lain. Inflasi tertinggi terjadi di kota Pematangsiantar (4,67%). Sementara itu inflasi kota Medan adalah sebesar 3,75% dan Padangsidempuan sebesar 4,12%. Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Sumber: BPS Di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang menjadi kelompok yang memiliki tingkat inflasi BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 38

57 tinggi di masing-masing kota, kecuali di Kota Pematangsiantar. Di Kota Pematangsiantar, inflasi kelompok kesehatan (9,69%) merupakan yang tertinggi. Di tengah rencana kebijakan kenaikan harga premium sebesar Rp1.500 per liter, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan di Kota Padangsidempuan justru mengalami deflasi 1,35% (yoy). Tabel 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy) Sumber: BPS 2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI Faktor Fundamental Ekspektasi Inflasi Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX terjadi peningkatan indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang menjadi 170, dibandingkan triwulan lalu indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dan 6 bulan yang akan datang masing-masing sebesar 156 dan 157. Kendati terjadi peningkatan indeks ekspektasi harga, nampaknya masyarakat Sumut tetap optimistis, tercermin dari indeks keyakinan konsumen yang tetap terjaga di level Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

58 Grafik 2.18 Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah Guna mengawal inflasi Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara merumuskan Lima Langkah Pengendalian Inflasi Daerah, sebagai berikut: 1. Optimalisasi pemantauan harga barang-barang kebutuhan pokok dan penyumbang inflasi terbesar 2. Pemanfaatan riset mengenai inflasi dan harga, terutama terkait dengan produksi, distribusi dan ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan harga 3. Peningkatan manajemen ekspektasi masyarakat dan komunikasi publik 4. Pemantauan harga pangan dan menjaga kelancaran pasokan barang-barang kebutuhan pokok 5. Percepatan pembangunan infrastruktur Faktor Non Fundamental Disagregasi Inflasi Inflasi inti mendominasi inflasi Sumatera Utara pada triwulan I-2012, yakni sebesar 4,91% (yoy), walaupun sedikit menurun dibandingkan triwulan lalu 5,25% (yoy). Inflasi volatile foods justru meningkat dari 0,77% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 1,40% (yoy) pada triwulan I Senada dengan hal tersebut, inflasi administered price juga meningkat dari 3,02% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 3,89% (yoy) pada triwulan I BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 40

59 Grafik 2.19 Disagregasi Inflasi Sumut Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2 41

60 BOKS 3 KETERSEDIAAN BBM BERSUBSIDI DI SUMUT Rencana penetapan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga premium sebesar Rp1.500 per liter pada 1 April 2012 yang lalu menuai respon dari masyarakat termasuk aksi penolakan dan penimbunan BBM. Kendati demikian Unit Pemasaran (UPms) I PT Pertamina memastikan bahwa ketersediaan BBM di Provinsi Sumatera Utara mencukupi untuk kebutuhan masyarakat Sumatera Utara. Berdasarkan Focus Group Discussion yang dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX dengan UPms I PT. Pertamina diketahui bahwa premium yang tersedia sebanyak kilo liter dan diperkirakan dapat memenuhi konsumsi 9 hari ke depan. Sementara itu, solar yang tersedia sebanyak kilo liter atau mencukupi kebutuhan konsumsi 12 hari ke depan. Ketersediaan stok BBM juga didukung oleh jaminan pengadaan BBM untuk wilayah Sumut dalam waktu 24 s/d 36 jam. Tabel Ketersediaan BBM Sumber: UPms I PT Pertamina Medan Ditreskrimsus Polda Provinsi Sumatera Utara juga melakukan Operasi khususnya di daerah potensial penyimpanan BBM seperti Pangkalan Susu, Belawan-Medan, Binjai, Pematangsiantar, Kisaran, Sibolga, dan Gunung Sitoli. Disretkrimsus Polda Sumut juga melakukan pengawasan langsung di sebagian besar SPBU, khususnya SPBU yang tingkat kebutuhannya tinggi seperti Medan, Deli Serdang, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Pematangsiantar, Sibolga, dan Gunung Sitoli. 42 Ketersediaan BBM Bersubsidi di Sumatera Utara Boks 3

61 Gambar Daerah Potensial Tempat Penyimpanan dan Tinggi Kebutuhan BBM Sumber: Disretkrimsus Polda Sumut Berdasarkan hasil operasi di 308 SPBU dan 31 APMS ditemukan penimbunan premium sebanyak liter, solar sebanyak liter, dan minyak tanah sebanyak liter. Beberapa modus operandi yang digunakan di SPBU adalah menggunakan tangki ganda, tangki tumpah, dan penyalahgunaan angkutan. Gambar SPBU dan APMS di Provinsi Sumatera Utara Sumber: Disretkrimsus Polda Sumut Boks 3 Ketersediaan BBM Bersubsidi di Sumatera Utara 43

62 Beberapa upaya untuk meminimalisasi penyimpangan adalah sebagai berikut: 1. Pengawasan langsung oleh kepolisian di setiap SPBU 2. Kartu kendali BBM untuk pembelian menggunakan jerigen 3. Rencana pemberian insentif kepada pengusaha angkutan umum 44 Ketersediaan BBM Bersubsidi di Sumatera Utara Boks 3

63 BAB III Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

64 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Secara umum, kinerja industri perbankan relatif terjaga di triwulan I-2012 di tengah kekhawatiran adanya dampak krisis ekonomi global yang belum berakhir. Demikian pula dengan transaksi sistem pembayaran yang terus menunjukkan peningkatan dari sisi nilai maupun volume. PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM Industri perbankan Sumatera Utara menunjukkan pertumbuhan moderat sepanjang triwulan I Total aset perbankan Sumut pada triwulan I-2012 mencapai Rp163,67 triliun, tumbuh sebesar 2,26% (qtq) dibanding angka akhir triwulan IV-2011 atau tumbuh 19,04% (yoy) dibandingkan akhir triwulan I Total aset perbankan tersebut didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp156,74 triliun (95,77%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp6,93 triliun (4,23%). Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 1,14% (qtq) dibanding angka akhir triwulan IV-2011 atau tumbuh 14,43% (yoy) dibandingkan angka akhir triwulan I-2011 hingga mencapai jumlah Rp128,85 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan giro yang tumbuh 8,34% (qtq) dibandingkan triwulan IV Penghimpunan dana pihak ketiga untuk jenis simpanan deposito pada periode laporan relatif tetap dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Sementara itu, jenis simpanan tabungan di perbankan tercatat mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan triwulan IV-2011 yaitu sebesar -0,44% (qtq). Peningkatan jumlah DPK ini menunjukkan masih tingginya kepercayaan masyarakat Sumatera Utara terhadap industri perbankan. Secara tahunan, dibandingkan triwulan I-2011 seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami kenaikan dimana kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 17,88% (yoy), sedangkan deposito dan giro naik masing-masing sebesar 13,71%(yoy) dan 8,29% (yoy). 45 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

65 Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 2,99% (qtq), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 7,42% (qtq). Namun demikian secara tahunan, kredit perbankan pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 19,92% (yoy). Dari sisi jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami oleh kredit investasi yaitu sebesar 6,31% (qtq). Hal ini menunjukkan tingginya dukungan pembiayaan perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut. Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Sumber : LBU, diolah 3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan I-2012 menunjukkan peningkatan yang tercermin dari tren peningkatan loan to deposit ratio (LDR) dari 83,63% menjadi 85,17%. Tingkat LDR pada periode laporan tercatat sebagai pencapaian LDR tertinggi selama kurun waktu 3 tahun terakhir. Rata-rata pencapaian LDR perbankan selama 3 tahun terakhir tercatat sebesar 80,52%. Stabilnya pertumbuhan kredit dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan memberikan peranan besar dalam peningkatan LDR. Sampai dengan triwulan I-2012, spread pertumbuhan kredit dibandingkan dengan penghimpunan dana pihak ketiga perbankan secara tahunan tercatat sebesar 5,49% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

66 3.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut Tabel 3. 2 Struktur DPK Sumut Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut hingga triwulan I mencapai Rp128,85 triliun, tumbuh sebesar 1,14% (qtq), sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 5,63% (qtq). Ditinjau dari strukturnya, DPK Sumut, masih tetap didominasi oleh tabungan dan deposito dengan pangsa masing-masing sebesar 42,02% dan 40,95% dari total DPK dengan nilai nominal tercatat masing-masing sebesar Rp54,14 triliun dan Rp52,76 triliun. Berdasarkan jenisnya, peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan ini didorong oleh kinerja giro yang tumbuh sebesar 8,34% (qtq). Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga dalam bentuk deposito pada periode laporan relatif stabil dan tidak menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kinerja tabungan pada triwulan ini menunjukkan penurunan sebesar -0,44% (qtq). Tingginya aktivitas konsumsi masyarakat diperkirakan menjadi salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga pada periode ini. Di sisi lain tren penurunan suku bunga acuan atau BI Rate pada triwulan I-2012 menjadi 5,75% dari posisi akhir tahun sebelumnya sebesar 6,00% telah direspon oleh perbankan dengan menurunkan tingkat suku bunga penghimpunan dana pihak ketiga. Pada periode triwulan I-2012, 47 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

67 seluruh instrumen penghimpunan dana pihak ketiga perbankan (tabungan, deposito, dan giro) mengalami penurunan. Dilihat dari rata-rata suku bunga tertimbang, selama triwulan laporan deposito, tabungan, dan giro mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,57%, 0,39%, dan 0,07%. Di tengah tren penurunan suku bunga deposito, penghimpunan giro perbankan di Sumut menjadi penyangga stabilnya pertumbuhan DPK. Disamping itu sifat tabungan yang lebih likuid sehingga mudah ditarik ataupun dilakukan switching apabila diperlukan, serta fitur-fitur dan kemudahan dalam melakukan transaksi, mampu menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk menyimpan dananya dalam bentuk ini. Tren penurunan suku bunga deposito tentunya akan semakin memberikan ruang bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit sehingga mampu menjadi penggerak peningkatan penyaluran kredit khususnya untuk menggerakkan sektor riil yang bersifat produktif. Tabel 3. 3 Perkembangan Suku Bunga DPK Penyaluran Kredit Pada triwulan I-2012 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 2,99% (qtq) hingga mencapai Rp106,55 triliun. Dengan pertumbuhan yang positif pada triwulan ini maka secara tahunan pertumbuhan kredit menjadi 19,92% (yoy) yang diperkirakan sebagai dampak peningkatan pertumbuhan ekonomi regional di tahun Pertumbuhan kredit pada triwulan ini melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48

68 tumbuh sebesar 7,42% (qtq). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan, dipicu oleh peningkatan kredit investasi dan kredit modal kerja yang tercatat masing-masing tumbuh sebesar 6,31% dan 2,28% (qtq). Berdasarkan jenisnya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit perbankan Sumut dengan proporsi sebesar 50,27% diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan pangsa masing-masing sebesar 27,92% dan 21,81%. Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan menunjukkan adanya peningkatan porsi kredit untuk kegiatan investasi yang merupakan bentuk kredit jangka panjang. Share kredit investasi tercatat tumbuh 0,68% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,13%. Hal ini mencerminkan adanya optimisme para pelaku usaha terhadap perekonomian Sumut dimasa mendatang. Adanya tren peningkatan kredit investasi pada akhirnya akan memberikan multiplier effect lebih besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Grafik 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Grafik 3.5 Kredit Sumut per Jenis Penggunaan (Rp milyar) 49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

69 Grafik 3.6 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Penyaluran Kredit Sumut Tren penurunan BI Rate semenjak bulan Oktober 2011 hingga triwulan I-2012 mulai diikuti dengan penurunan tingkat suku bunga kredit perbankan walaupun dengan lag yang lebih lama dibandingkan dengan tren penurunan suku bunga penghimpunan dana pihak ketiga. Pada triwulan I- 2012, suku bunga kredit tercatat sebesar 11,49% menurun 0,01% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tren penurunan suku bunga perbankan Sumut, nampaknya mulai direspon oleh para pelaku usaha dimana pada triwulan ini pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja menunjukkan peningkatan yang signifikan. Secara keseluruhan kredit investasi dan modal kerja mencapai Rp 79,10 triliun pada akhir triwulan ini. Tabel 3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi Berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan struktural pada komposisi penyaluran kredit pada triwulan I BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

70 Penyaluran kredit paling besar di wilayah Sumut diserap oleh sektor Perdagangan sebesar 24,54% dan sektor Industri Pengolahan sebesar 19,46%. Sementara itu, baik secara triwulanan maupun secara tahunan pertumbuhan kredit pada hampir semua sektor menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali kredit sektor Pertambangan, Industri, dan Konstruksi yang mencatat kontraksi masing-masing sebesar -30,56%, - 5,11%, dan -3,92% (qtq). Dari sisi nominal kredit, peningkatan penyaluran kredit pada sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar Rp2,61 triliun (qtq). Cukup tingginya pertumbuhan kredit pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menjadi salah satu indikator meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan I Penyaluran Kredit UMKM Grafik 3.7 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3.8 Pangsa Kredit UMKM Sumut Jumlah kredit UMKM pada triwulan I-2012 mengalami penurunan sebesar 6,01% (qtq) dengan nominal sebesar Rp27,52 triliun. Secara tahunan kredit UMKM tumbuh sebesar 15,81% (yoy) tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 32,42% (yoy). Share kredit UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 25,08% dari keseluruhan total kredit perbankan Sumut. Berdasarkan pangsa penyaluran kredit UMKM Sumut, pada triwulan I-2012 didominasi oleh kredit menengah (Rp 500 juta Rp 5 miliar) dengan proporsi sebesar 49,71% dari total kredit UMKM atau mencapai Rp 13,68 triliun, disusul dengan kredit skala kecil (Rp 51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

71 50 juta Rp 500 juta) senilai Rp 9,24 triliun (33,58%), dan kredit skala mikro (dibawah Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp 4,60 triliun. Dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan terutama terkait dengan peningkatan penyaluran kredit UMKM, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) beserta Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2012 telah melakukan beberapa upaya dalam memajukan UMKM diantaranya melalui upaya pengembangan klaster pengusaha UMKM seperti klaster tanaman ubi kayu, pengembangan industri kreatif daur ulang kertas, serta fasilitasi percepatan implementasi resi gudang di wilayah provinsi Sumatera Utara. Selain itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) juga menyusun KPJU Unggulan Sumut (lihat boks 3). Grafik 3.9 Perkembangan Penyaluran KUR Sumut Grafik 3.10 Perkembangan Debitur KUR Sumut Sebagai salah satu daerah yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan salah satu skim kredit bagi UMKM, pada triwulan I Propinsi Sumatera Utara telah menyalurkan KUR dengan total baki debet sebesar Rp 1,70 triliun dengan jumlah debitur sebanyak debitur. Total baki debet penyaluran KUR Sumut mengalami pertumbuhan sebesar 62,08% (yoy) dan 6,81% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sedangkan jumlah debitur KUR di Sumut tercatat tumbuh sebesar 41,53% (yoy) dan 7,08% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sebagai upaya untuk mempercepat penyaluran KUR, Komite BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52

72 Kebijakan Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tanggal 10 Januari 2012, telah memutuskan untuk melakukan penurunan suku bunga KUR Ritel (plafon lebih dari Rp 20 juta s.d. Rp 500 juta) dari semula 14% menjadi 13%. Ketentuan tersebut berlaku untuk KUR Ritel yang perjanjian kreditnya sejak tanggal 2 Februari Sementara itu, untuk mendorong percepatan penyaluran KUR di wilayah Sumatera Utara PT Bank Sumut telah mendapatkan ijin untuk menjadi salah satu bank penyalur KUR yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor : KEP-08/M.EKON/01/2012 tanggal 31 Januari 2012 tentang Penambahan Bank Pelaksana KUR. 3.3 STABILITAS PERBANKAN Risiko Kredit Grafik 3.11 Perkembangan NPL Perbankan Sumut Risiko kredit perbankan di periode laporan relatif terjaga walaupun mengalami sedikit peningkatan rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) gross. Rasio NPL gross sampai dengan triwulan laporan masih berada di bawah 5%. NPL perbankan Sumut pada akhir triwulan I-2012 sebesar 2,37%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,28%. Walaupun sedikit meningkat namun NPL perbankan Sumut pada periode ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata NPL selama 3 tahun terakhir yang tercatat sebesar 3,15%. NPL perbankan Sumut yang selalu berada di bawah batas aman sejak tahun 2008 menunjukkan risiko kredit perbankan di Sumut yang relatif stabil meskipun terdapat perlambatan ekonomi regional di paruh pertama 2009 sebagai dampak krisis keuangan global. 53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

73 Sebagai upaya mempertahankan stabilitas perbankan serta meningkatkan prinsip kehati-hatian perbankan, Bank Indonesia pada triwulan I-2012 telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Surat Edaran Ekstern Nomor 14/10/DPNP tentang Penerapan Manajemen Resiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang berlaku mulai tanggal 15 Maret Regulasi dalam rangka meningkatkan kehati-hatian Bank dalam pemberian KPR dan KKB serta untuk memperkuat ketahanan sektor keuangan dilakukan melalui penetapan besaran Loan to Value (LTV) untuk KPR dan Down Payment (DP) untuk KKB. Rasio Loan to Value (LTV) untuk perbankan yang menyalurkan KPR ditetapkan paling tinggi sebesar 70% untuk kategori tipe bangunan diatas 70m 2, sedangkan Down Payment (DP) untuk perbankan yang menyalurkan KKB ditentukan sebesar 25% untuk pembelian kendaraan roda dua, 30% untuk pembelian roda empat yang digunakan untuk keperluan non produktif, serta 20% untuk pembelian kendaraan roda empat atau lebih yang digunakan untuk keperluan produktif (angkutan orang atau barang) Risiko Likuiditas Risiko likuditas perbankan di Sumut pada triwulan IV-2011 tetap terjaga. Dengan indikator Cash Ratio (CR) yang relatif stabil di atas 3%, perbankan Sumut memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Pada periode ini cash ratio perbankan tercatat sebesar 5.32%. Namun demikian, pada periode laporan perbankan Sumut perlu memperhatikan terjadinya perubahan preferensi masyarakat dalam melakukan penempatan dana di perbankan yang cenderung pada instrumen jangka pendek seperti tabungan dibandingkan dengan instrumen jangka panjang berupa deposito. Sampai dengan triwulan I-2012, pertumbuhan penghimpunan tabungan tercatat tumbuh sebesar 17,88% (yoy) sedangkan pertumbuhan penghimpunan deposito tercatat mengalami pertumbuhan lebih rendah sebesar 13,71% (yoy). Sementara di sisi lain, tren penurunan suku bunga BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 54

74 kredit pada periode ini mendorong peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit produktif jangka panjang berupa kredit investasi. Kondisi ini, diharapkan diikuti dengan peningkatan kualitas pengelolaan likuiditas bank guna mengantisipasi potensi mismatch likuiditas. 3.4 PERBANKAN SYARIAH Tabel 3.3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut Peningkatan ekspansi usaha perbankan syariah di Sumut pada periode triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan positif yang mengindikasikan perkembangan perbankan syariah semakin diminati oleh masyarakat. Perkembangan penyaluran kredit perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 5,38% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 5,23% (qtq). Sementara itu, kinerja penyaluran penghimpunan dana perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,23% (qtq), lebih rendah dibandingkan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang mencapai 20,43% (qtq). Rendahnya pertumbuhan penghimpunan dana perbankan syariah dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan menyebabkan peningkatan Financing to Deposits Ratio (FDR) pada triwulan ini menjadi sebesar 111,14%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 107,81%. 55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

75 Grafik 3.12 Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Sumut (%) Grafik 3.13 Non Performing Financing (NPF) Perbankan Syariah Sumut (%) Kualitas kredit perbankan syariah Sumut yang tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF) gross tetap terjaga dengan baik pada kisaran 4,96%. Dari sisi regulasi terhadap perkembangan perbankan syariah, pada triwulan I-2012 Bank Indonesia menerbitkan kebijakan melalui Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 Perihal Produk Qardh Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pesatnya perkembangan produk Qardh beragun emas yang biasa dikenal sebagai gadai emas berpotensi meningkatkan resiko bagi perbankan syariah. 3.5 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Tabel 3.3 Indikator Utama BPR Sumut Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumut pada triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan yang positif. Aset BPR Sumut pada triwulan laporan sebesar Rp 785 miliar dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 59 jaringan kantor atau tumbuh sebesar 2,51% (qtq), walaupun sedikit menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 56

76 tumbuh sebesar 2,99% (qtq). Walaupun demikian, fungsi intermediasi BPR di Sumut masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana LDR BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 101,17% atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 100,59%. Peningkatan LDR perbankan dipicu oleh pertumbuhan kredit BPR Sumut yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK BPR. Penyaluran kredit BPR pada triwulan laporan senilai Rp 559 miliar atau meningkat sebesar 12,21% (yoy) atau 3,47% (qtq). Sedangkan DPK BPR tercatat sebesar Rp 553 miliar meningkat sebesar 4,88% (yoy) atau 2,89% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 3.14 Perkembangan NPL BPR Sumut NPL gross BPR di Sumut pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 8,92%, mengalami penurunan dibandingkan dengan NPL pada posisi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,26%. Untuk lebih meningkatkan kinerja BPR, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX telah memfasilitasi upaya pembentukan APEX BPR yang berperan dalam penyatuan/pengumpulan dana (pooling of fund), pemberian bantuan keuangan (financial assistance), dan dukungan teknis (technical services) dari bank umum kepada BPR yang tergabung dalam APEX BPR dengan tujuan akhir peningkatan fungsi intermediasi BPR. B. SISTEM PEMBAYARAN Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada awal tahun 2012, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume transaksi baik tunai maupun non tunai secara tahunan. 3.6 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

77 3.6.1 Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Tabel 3.4 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS) pada triwulan I-2012 mengalami penurunan sebesar Rp24,28 triliun atau menurun -12,31% (qtq) menjadi Rp173,06 triliun dari nilai transaksi pada triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp197,34 triliun. Begitu pula dengan volume transaksi RTGS yang tumbuh negatif sebesar -13,87% (qtq) menurun dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 56,17% (qtq). Volume transaksi pada triwulan laporan tercatat sebesar transaksi. Namun demikian, secara tahunan nominal dan volume transaksi RTGS masih menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan penurunan transaksi BI-RTGS, besaran rata-rata per hari nilai transaksi pada triwulan I-2012 yang tercatat sebesar Rp2,74 triliun, menurun -10,91% atau Rp 336 miliar bila dibandingkan dengan triwulan IV Rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan I-2012 menurun -12,50% menjadi transaksi. BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 58

78 3.6.2 Kegiatan Transaksi Kliring Tabel 3.5 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara Nilai transaksi kliring pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp35,80 triliun. Nilai ini menurun -0,48% atau Rp 173,96 miliar bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang sebesar Rp35,98 triliun. Sementara itu, volume warkat kliring mengalami peningkatan sebesar 0,23% dibandingkan triwulan lalu menjadi lembar warkat. Hal ini menunjukkan bahwa pada triwulan laporan jumlah transaksi cenderung merupakan transaksi dengan nominal yang lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 3.15 Perkembangan Cek/BG Kosong Perbankan Sumut Pada triwulan I-2012, besaran rata-rata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp568 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak transaksi (warkat) per hari. Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di wilayah Sumut 59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

79 pada triwulan I-2012 tercatat sebanyak warkat dengan nilai Rp388 miliar. Dengan demikian rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 250 warkat dengan nilai Rp 6,15 miliar. Penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu dari segi nilai sebesar -5,25% (qtq), tetapi dari segi volumenya justru mengalami peningkatan sebesar 2,02% (qtq). 3.7 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Perkembangan aliran uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan I mengalami net inflow, artinya jumlah aliran uang masuk lebih besar dibandingkan aliran uang keluar. Kegiatan transaksi aliran uang kartal di Sumatera Utara menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp 3,16 triliun, meningkat dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tercatat net outflow sebesar Rp 1,81 triliun. Posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX di Medan pada periode laporan tercatat sebesar Rp 7,08 triliun atau meningkat sebesar 33,74% (qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal keluar tercatat sebesar Rp 3,91 triliun atau menurun sebesar 44,89% (qtq). Tabel 3.16 Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 60

80 Guna meningkatkan kualitas layanan pengedaran uang kepada masyarakat, pada tanggal 8 Februari 2012 telah dilakukan peresmian kegiatan Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX. Mekanisme TUKAB adalah kegiatan saling memenuhi persediaan uang kartal layak edar sesama bank. Jika salah satu kantor cabang bank mengalami posisi kas yang kurang, maka kantor cabang bank tersebut bisa meminta uang kartal kepada salah satu kantor cabang bank yang posisi kasnya berlebih. Kegiatan ini dilakukan agar uang kartal yang ada dapat beredar merata di masyarakat dan tidak menumpuk di satu bank atau satu wilayah tertentu saja. Di sisi lain, dengan adanya TUKAB diharapkan kebutuhan masyarakat akan uang layak edar akan dapat terlayani dengan baik. Mekanisme TUKAB ini juga diharapkan akan mendorong efisiensi bagi perbankan nasional sehingga meningkatkan daya saing industri perbankan nasional terutama dalam menghadapi pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN Temuan Uang Palsu Tabel 3.17 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan Temuan uang palsu di KBI Medan menunjukkan kecenderungan yang menurun baik dari segi nominal maupun jumlah lembar uang palsunya. Pada triwulan IV ditemukan sebanyak 373 uang palsu dengan total nilai sebesar Rp Sebagaimana periode triwulan-triwulan sebelumnya, denominasi Rp paling banyak dipalsukan dibandingkan pecahan lainnya, atau sebanyak 64,87% dibandingkan total temuan uang palsu. Sementara itu jumlah temuan uang palsu Rp sebanyak Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran BAB 3

81 lembar. Selebihnya, temuan uang palsu denominasi Rp (22 lembar), denominasi Rp (9 lembar), denominasi Rp5.000 (2 lembar) dan denominasi Rp2.000 sebanyak 1 lembar Penyediaan Uang Layak Edar Tabel 3.17 Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara Salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengedaran uang diantaranya adalah melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak edar (lusuh/rusak) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan di masyarakat (clean money policy) secara berkesinambungan. Pada triwulan I-2012 jumlah uang kartal yang telah dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat sebesar Rp1,86 triliun atau sebesar 26,29% dari jumlah inflow. Jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB tersebut menurun dibandingkan triwulan lalu yang sebesar Rp3,44 triliun. BAB 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 62

82 BOKS 4 DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITI/PRODUK/JASA USAHA (KPJU) UNGGULAN UMKM DI PROVINSI SUMATERA UTARA - TAHUN 2011 Dalam upaya menunjang pembangunan ekonomi diperlukan data serta informasi yang lengkap dan akurat serta dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan maupun kebijakan strategis. Untuk memperoleh data dan informasi yang handal diperlukan suatu kajian dan penelitian secara ilmiah yang menggunakan metodologi yang tepat sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan serta bermanfaat untuk menjadi salah satu referensi dalam pertimbangan suatu kebijakan ekonomi. Sehubungan dengan itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut dan Aceh) bekerjasama dengan SEM Institut Jakarta telah melaksanakan penelitian mengenai Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM di 10 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yaitu Serdang Bedagai, Binjai, Tanah Karo, Tebing Tinggi, Asahan, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan Mandailing Natal. Penelitian ini menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dimodifikasi atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda dan Metode Bayes. Penelitian diawali dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tingkat Provinsi, dilanjutkan dengan survei di seluruh Kecamatan di daerah yang menjadi obyek penelitian serta melaksanakan FGD tingkat Kabupaten/Kota yang diteliti guna mendapatkan data serta informasi yang akurat. Sebagaimana diketahui, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, dan ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56,72% dari total PDB (BPS, 2004). Melihat peran strategis UMKM dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, Bank Indonesia telah melakukan Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Boks 4 Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun

83 Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengenal dan memahami profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian, dan potensi sumberdaya; profil UMKM di Provinsi Sumatera Utara termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM; Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Daerah Tingkat I dan II) yang terkait dengan pengembangan UMKM; dan Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM; 2. Memberikan informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Sumatera Utara, kabupaten/kota dan kecamatan; 3. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masing-masing KPJU unggulan lintas sektoral di masing-masing kabupaten/kota, misal mengenai bahan baku, tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga dan lokasi (kecamatan); 4. Memberikan informasi tentang KPJU potensial; 5. Memberikan rekomendasi KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota; Peranan Perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan; dan rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), yang dikaitkan pula dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan KPJU unggulan UMKM. KPJU unggulan UMKM di Provinsi Sumatera Utara dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional oleh multi stakeholder sebagai KPJU UMKM yang secara eksisting (saat ini) telah unggul dalam sejumlah kriteria tertentu dalam mencapai tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Tujuan penetapan KPJU unggulan yang paling dominan adalah penciptaan lapangan kerja (0,410), kemudian selanjutnya berturut-turut adalah peningkatan daya saing (0,296) dan pertumbuhan ekonomi (0,294). Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011 Boks 4

84 Kriteria seleksi yang digunakan dalam penentuan KPJU unggulan dari yang paling penting berturut-turut adalah: (1) Penyerapan Tenaga Kerja (0,170); (2) Ketersediaan Pasar (0,144); (3) Sumbangan terhadap Perekonomian (0,143); (4) Harga (0,099); (5) Tenaga Kerja Terampil (0,089); (6) Manajemen Usaha (0,089); (7) Sarana Produksi/Usaha (0,069); (8) Modal (0,065); (9) Teknologi (0,063); (10) Ketersediaan Bahan Baku (0,046); dan (11) Sosial Budaya (0,023). KPJU Unggulan Kabupaten/Kota dan Pendekatan Penanganannya Di setiap kabupaten/kota yang diteliti, melalui konfirmasi dan analisis lanjutan dengan pendekatan metode MPE, AHP, Borda dan Bayes diperoleh 5 KPJU unggulan lintas sektoral (dan 5 KPJU Potensial lintas sektoral). Unggulan lintas sektoral tersebut adalah sebagai berikut : Lima KPJU No Kabupaten KPJu Unggulan Labuhan Batu Padi Kelapa Sawit Ayam Jagung Bebek 2 Tebing Tinggi Restoran Ubi Kayu Angkutan Umum Padi Ikan Lele 3 Tapanuli Utara Tenun Ulos Padi jagung Kopi Ateng Cabai Merah 4 Karo Jagung Cabai Padi Hotel Kol 5 Maindailing Natal Padi Karet Cabai Karet/Latex Kelapa Sawit 6 Binjai Kedai Sampah Angkutan Umum Voucher Pulsa Rumah Sakit Minimarket 7 Tapanuli Selatan Padi Sawah Karet Cabai Salak Kelapa Sawit 8 Asahan Pabrik Kelapa Sawit Kelapa Sawit Karet Pengolahan Minyak Curah Showroom Sepeda Motor 9 Simalungun Padi Sawah Cabai Merah jagung Kelapa Sawit Kakao 10 Serdang Bedagai Padi Sawah Mie Iris Karet Pasar Harian Ubi Kayu Penanganan dan pengembangan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di 10 Kabupaten/Kota yang diteliti perlu menggunakan titik kekuatan (yang selanjutnya dikembangkan menjadi competitive advantages dan nilai jual) dan mengeliminasi titik kritisnya (kelemahan), serta memanfaatkan peluang yang tersedia. Peluang yang dimaksud secara umum adalah positioning eksisting Provinsi Sumatera Utara yang memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional, yakni sebagai daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura dan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia. Ini terjadi karena potensi sumberdaya alam dan karakteristik ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pada beberapa daerah, peluang tersebut dituangkan dalam visi/misi dan kebijakan daerah. Boks 4 Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun

85 Titik kekuatan yang dimaksud secara umum adalah KPJU yang terpilih umumnya memang KPJU yang unggul di sektornya, baik dalam aspek kapasitas produksinya, luas lahan, serapan tenaga kerja dan kontribusinya bagi perekonomian daerah. Titik kritis yang dimaksud secara umum adalah lebih kepada persoalan biaya produksi/proses yang masih tinggi, tingkat produktivitas yang belum optimal dan teknologi pengembangan yang belum ada/minim. Rekomendasi 1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan dan Potensial Direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang diteliti untuk menetapkan 5 KPJU Unggulan (dan Potensial hasil penelitian ini sebagaimana telah disebutkan sebelumnya) sebagai KPJU Unggulan (dan Potensial) daerah. 2. Rekomendasi Peran Strategis Direkomendasikan pembagian peran strategis yang dapat dilakukan antara pemerintah, pelaku/asosiasi pengusaha UMKM, perbankan, dan stakeholder lain dalam pengembangan UMKM dan KPJU unggulannya sebagai berikut: a. Pemerintah. Peran pemerintah kini dan masa mendatang dalam pembangunan UMKM adalah sebagai regulator, fasilitator, dan stimulator, yang menekankan pada upaya kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat melalui penguatan UMKM berbasis KPJU Unggulan. b. Pelaku/Asosiasi Pengusaha UMKM. (1) Identifikasi akar masalah atas berbagai kendala dan hambatan yang dihadapi di dalam pengembangan usaha mereka, serta mengkomunikasikan hal tersebut kepada pihak-pihak yang dinilai dapat membantu, seperti: penyedia BDS (Business Development Service), asosiasi UMKM, instansi pemerintah terkait dan pihak-pihak strategis lain. (2) Meningkatkan kapasitas dan kompetensinya melalui upaya pengembangan jiwa kewirausahaan, pengembangan etos kerja, disiplin kerja serta peningkatan komitmen moral yang tinggi. Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011 Boks 4

86 (3) Melaksanakan secara seksama, konsisten dan berkesinambungan program pemberdayaan yang diberikan oleh pemerintah dan lembaga lainnya untuk pengembangan usahanya. (4) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan daya saing produk barang dan jasa yang dihasilkan. (5) Aktif dalam berbagai forum pengembangan usaha sebagai wahana untuk pengembangan penyampaian aspirasi dan kebutuhannya untuk pengembangan usaha serta memperluas jaringan usaha. (6) Mengaktifkan KADIN sebagai forum strategis bagi penyaluran aspirasi, fasilitasi, forum informasi dan komunikasi dan sinergisitas antar UMKM dan dengan organisasi bisnis lainnya di dalam dan luar negeri dalam pengembangan usahanya. c. Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan LSM (1) Melakukan identifikasi atas berbagai permasalahan dan kebutuhan UMKM dalam pengembangan usahanya, serta merumuskan dan menyampaikan program pemberdayaannya kepada pemerintah dan lembaga lain yang relevan. (2) Mengembangkan teknologi tepat guna dan paket teknologi dalam rangka peningkatan efisiensi, produktivitas, serta daya saing UMKM. (3) Mengembangkan program pendampingan, bimbingan, konsultasi, pemanfaatan teknologi, informasi serta pelatihan untuk mengembangkan kompetensi SDM UMKM, sehingga dapat mengembangkan usahanya secara berkesinambungan. (4) Mengembangkan penelitian dan pengkajian yang berkaitan dengan pengembangan kelembagaan, pengembangan usaha, pengembangan teknologi, pengembangan SDM UMKM, serta model-model pengembangan alternatif untuk UMKM. (5) Mengembangkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pemberdayaan UMKM dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Pemerintah Daerah, instansi pemerintah lainnya, Dekopinda, Asosiasi UKM/KADIN. Boks 4 Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun

87 (6) Melaksanakan advokasi kebijakan pemerintah dalam rangka menumbuhkan iklim berusaha yang kondusif, dan pemberian dukungan perkuatan bagi UMKM. d. Perbankan (1) Melakukan identifikasi atas berbagai permasalahan dan kebutuhan pembiayaan UMKM dalam pengembangan usahanya, serta merumuskan dan menyampaikan program pemberdayaannya kepada pemerintah dan lembaga lain yang relevan. (2) Mengembangkan paket pembiayaan dan permodalan untuk mengembangkan usaha UMKM, termasuk pengembangan pola dan model pembiayaan alternatif berbasis syariah. Pembiayaan basis syariah sangat relevan dengan visi dan misi pembangunan di banyak kabupaten/kota tersebut. (3) Mengembangkan program pendampingan, bimbingan, konsultasi dan pelatihan pemanfaatan pembiayaan dan permodalan untuk pengembangan usahanya secara berkesinambungan (4) Mengembangkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi perkembangan pembiayaan UMKM dengan pihak Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Pemerintah Daerah, instansi pemerintah lainnya, asosiasi Pengusaha UMKM dan lembaga swadaya masyarakat. 3. Rekomendasi Khusus Pengembangan KPJU Unggulan Dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan serta titik kekuatan dan titik kritis setiap KPJU unggulan, telah direkomendasikan dalam FGD dan Indepth Interview sejumlah rencana aksi, baik strategis (jangka panjang dan menengah) maupun taktis (jangka pendek), kepada pelaku UMKM, Instansi Pemerintah Terkait, dan Perbankan Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011 Boks 4

88 BOKS 5 PERKEMBANGAN SERTIFIKASI LAHAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA Salah satu kendala dalam perkembangan investasi di wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah adanya keterbatasan lahan serta sengketa lahan. Selain itu, faktor sulitnya pembebasan lahan juga menyebabkan pengembangan proyekproyek infrastruktur di Provinsi Sumatera Utara mengalami kendala dan menyebabkan lamanya proses pembangunan suatu proyek infrastruktur seperti proyek Bandara Kuala Namu yang hingga saat ini masih belum dapat merealisasikan akses jalan tol menuju bandara. Upaya legalisasi tanah juga memberikan permasalahan tersendiri bagi para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dimana upaya legalisasi tanah dapat memberikan kemudahan bagi para pelaku UMKM dalam mengajukan kredit pembiayaan kepada perbankan. Oleh sebab itu, kejelasan status tanah dapat meminimalisir adanya sengketa lahan yang pada akhirnya akan memberikan kepastian dalam kegiatan berinvestasi. Di sisi lain, kejelasan status tanah juga bertujuan meningkatkan akses pelaku UMKM terhadap sektor perbankan. Grafik % Sertifikat Tanah Di Propinsi Sumatera Utara Grafik Status Tanah Di Propinsi Sumatera Utara Terdaftar 24% Belum Terdaftar 76% Sampai dengan tahun 2010, tercatat sebesar 23,61% luas tanah yang telah memiliki sertifikat, sedangkan sisanya sebesar 76,39% belum terdaftar atau belum memiliki sertifikat. Jumlah total luas tanah di Propinsi Sumatera Utara tercatat sebesar 7,31 juta Ha. Berdasarkan jenis sertifikatnya, jumlah tanah terdaftar di Propinsi Sumatera Utara didominasi oleh SHM sebesar Boks 5 Perkembangan Sertifikasi Lahan Di Provinsi Sumatera Utara 69

89 80,60%, sedangkan sebesar 13,67% memiliki sertifikat Hak Guna Bangunan. Secara total, jumlah tanah yang telah terdaftar di Propinsi Sumatera Utara sebesar 1,72 juta Ha. Berdasarkan daerahnya, jumlah presentase tanah tidak terdaftar di Propinsi Sumatera Utara yang terbesar berada di daerah Tapanuli Selatan sebesar 19,41% dengan jumlah luas tanah tidak terdaftar sebesar 10,81 juta Ha diikuti oleh daerah Mandailing Natal sebesar 11,57% dengan jumlah luas tanah tidak terdaftar sebesar 6,44 juta Ha. Grafik % Tanah Belum Terdaftar per Kota/Kab di Propinsi Sumatera Utara Tabel Luas Tanah Belum Terdaftar per Kota/Kab di Propinsi Sumatera Utara Sementara itu, presentase tanah belum terdaftar terhadap luas tanah di beberapa daerah, masih berada pada level yang cukup tinggi dengan presentase rata-rata sebesar 78,56%. Tapanuli Selatan merupakan daerah dengan luas tanah belum terdaftar yang terbesar di wilayah Sumatera Utara yaitu sebesar 1,08 juta Ha atau sebesar 84,66% dari total jumlah tanah di wilayah tersebut. Tabel Program Sertifikasi Tanah Propinsi Sumatera Utara PRONA UKM PERTANIAN REDIST IP4T JUMLAH Perkembangan Sertifikasi Lahan di Provinsi Sumatera Utara Boks 5

90 Sebagai upaya percepatan sertifikasi tanah, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Sumatera Utara telah melakukan berbagai program yang dibiayai oleh APBN, yaitu Program Operasi Nasional Pertanahan Agraria (PRONA), program sertifikasi tanah untuk pelaku UMKM/pertanian/nelayan, program sertifikasi tanah land reform, dan Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah (Larasita). Pada tahun 2010, luas bidang tanah yang belum disertifikasi tercatat sebanyak bidang tanah. Tahun 2010 BPN Sumatera Utara berhasil melakukan sertifikasi terhadap bidang tanah, dilanjutkan pada tahun 2011 sebanyak bidang tanah (lebih rendah 14,47%). Untuk tahun 2012, BPN mentargetkan dapat melakukan sertifikasi terhadap bidang tanah. Dalam proses sertifikasi tanah, biaya yang harus dikeluarkan adalah biaya pengurusan sertifikat hak milik dari BPN untuk proses pengukuran, pemeriksaan, dan pendaftaran tanah. Selain itu, pihak yang mengajukan sertifikasi juga harus membayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang relatif mahal. Biaya inilah umumnya yang menjadi kendala masyarakat dalam melakukan pengurusan sertifikasi tanah, sehingga kerap masyarakat tidak menebus sertifikat yang telah diproses oleh BPN. Dapat diinformasikan bahwa BPHTB adalah salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), oleh sebab itu penentuan biaya BPHTB sepenuhnya diserahkan kepada kabupaten/kota. Untuk mengatasi kendala terkait biaya BPTHB dimaksud, perlu dilakukan kolaborasi antara perbankan (dalam hal ini Bank Indonesia), BPN, dan stakeholders lainnya. Untuk itu, direkomendasikan dapat dibuat MoU antara Bank Indonesia dengan BPN di level pusat (antara GBI dengan Kepala BPN). Boks 5 Perkembangan Sertifikasi Lahan Di Provinsi Sumatera Utara 71

91 BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

92 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. PENERIMAAN PAJAK Penerimaan pajak di Provinsi Sumatera Utara melalui Kanwil Ditjen Pajak Sumut 1 Medan dan Kanwil Sumut 2 Pematangsiantar ditargetkan mencapai Rp10,8 triliun. Target tersebut telah mengalami revisi dari sebelumnya sebesar Rp11,5 triliun. Pemangkasan target pajak sebesar Rp700 miliar atau 6,08% tersebut sejalan dengan revisi target pajak APBN yakni dari Rp911,1 triliun menjadi Rp885 triliun. Realisasi penghimpunan pajak hingga 30 April 2012 mencapai 29% dari target sebelum revisi (Rp11,5 triliun), atau telah terealisasi sekitar Rp3,34 triliun. Dengan memperhatikan angka revisi target, maka realisasi pajak hingga 30 April 2012 telah mencapai 32% REALISASI APBD Realisasi anggaran atau tingkat serapan APBD Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2012 sebesar 9,22% dari Rp7,33 triliun. Tingkat realisasi tersebut lebih kecil dibandingkan realisasi APBD triwulan I-2011 sebesar 11,08% dari Rp5,35 triliun. Realisasi APBD sebesar 9,22% tersebut digunakan untuk belanja langsung (Rp109 miliar) dan belanja pegawai atau pembayaran gaji (Rp725 miliar) KENAIKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) Dengan disahkannya Perda No. 1 Tahun 2011 dan Peraturan Walikota (Perwal) No. 24 tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) serta Perda No. 3 Tahun 2011 dan Perwal No. 73 tentang PBB Kota Medan, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012, pengelolaan BPTHB dan PBB Kota Medan berada di tangan Pemda Kota Medan. Hal ini merupakan amanah dari UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang boleh ditagih di daerah, di dalamnya termasuk PBB dan BPHTB. Sebab, PBB dan BPHTB sudah menjadi pajak daerah. Dengan berlakunya Perda No. 3 Tahun 2011, terdapat perubahan perhitungan pengenaan tarif PBB yang cukup signifikan perbedaannya BAB 4 Perkembangan Keuangan Daerah 72

93 dibandingkan dengan perhitungan PBB tahun Hal ini mengakibatkan kenaikan PBB yang cukup besar, hingga 100%. Di dalam Perda No.3 Tahun 2011 terdapat dua tarif pengenaan PBB, yakni untuk NJOP di atas Rp1 miliar tarif pajaknya 0,3% dan untuk NJOP di bawah Rp1 miliar tarif pajaknya 0,2%. Sistem perhitungan yang ada saat ini tidak lagi menggunakan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) melainkan berdasarkan hasil perkalian NJOP dengan tarif. Perbandingan cara perhitungan PBB 2011 dengan 2012 selengkapnya adalah sebagai berikut: PBB 2011 = (NJOP-NJOPTKP) X 20% (atau 40%) x 0,5%. PBB 2012 = (NJOP- Rp ,-) x 0,2% (atau 0,3%) Terhadap kenaikan yang sangat signifikan tersebut, terdapat resistensi dari masyarakat untuk membayarnya, yang dapat berdampak pada tercapainya target penerimaan daerah. Tabel 4.1. NJOP dan Tariff NJOP Tariff >Rp1 miliar 0,3% Rp1 miliar 0,2% 4.3. ALOKASI APBD UNTUK PENDIDIKAN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menghimbau Pemerintah Kabupaten / Kota di Sumatera Utara agar mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari total APBD masing-masing. Alokasi 20% ini ditujukan untuk perbaikan saranan dan prasarana gedung sekolah, bantuan kepada seluruh guru di Sumatera Utara. Total anggaran pendidikan di Sumatera Utara tahun 2012 sekitar Rp150 miliar. 73 Perkembangan Keuangan Daerah BAB 4

94 BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

95 BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan yang baik terindikasi dari peningkatan partisipasi angkatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran terbuka 5.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Angka Pengangguran Pada Februari 2012, jumlah angkatan kerja Provinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak 6,56 juta orang, meningkat sebesar 3,86% dibandingkan bulan Agustus 2011 yang tercatat sebesar 6,31 juta orang. Secara keseluruhan, kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara ditandai perubahan beberapa indikator ketenagakerjaan yang membaik. Seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja dan menganggur juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 6,14 juta orang dan yang menganggur sebanyak 413,6 ribu orang. Dengan demikian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2012 tercatat sebesar 74,55% (meningkat dari sebelumnya 72,09%) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,31% (menurun dari sebelumnya 6,37%) Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama Sumber : BPS Lapangan Pekerjaan Utama Penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara masih bertumpu pada sektor pertanian. Lebih dari setengah angkatan kerja di Sumut bekerja di sektor pertanian, tepatnya 51,13%. Persentase tersebut mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun lalu (50,90%). Senada dengan sektor pertanian, tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri juga meningkat 74 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

96 dari 10,14% (Februari 2011) menjadi 11,16% (Februari 2012). Sebaliknya tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor jasa justru menurun dari 38,96% menjadi 37,71%. Tabel 5.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (%) Februari Februari Lapangan Pekerjaan Utama (Persen) (Persen) Pertanian (Agricultural) 50,90% 51,13% Industri (Manufacturing) 10,14% 11,16% Jasa (Services) 38,96% 37,71% Jumlah 100,00% 100,00% Sumber : BPS Status Pekerjaan Utama Status pekerjaan utama pada dasarnya terbagi 2, yaitu formal dan informal. Lebih rinci lagi dapat dibagi menjadi 6 status pekerjaan utama: berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar, berusaha dibantu buruh tetap, dan buruh/ karyawan/ pegawai tergolong formal. Sementara itu, yang tergolong bekerja di sektor informal adalah pekerja bebas dan pekerja keluarga/ tidak dibayar. Jika dilihat dari status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, pada bulan Februari 2012 hampir 80% tenaga kerja di Sumatera Utara bekerja pada kegiatan formal. Secara umum, pekerja di Provinsi Sumatera Utara bekerja sebagai buruh/karyawan/ pegawai. Dari total 6,14 juta orang yang bekerja di Provinsi Sumatera Utara, yang tercatat sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 30,67%, meningkat pangsanya dibandingkan Februari 2011 sebesar 29,30%. Porsi terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap/ buruh dibayar sebesar 3,34%. Tabel 5.3. Angkatan Kerja Sumut Menurut Status Pekerjaan Utama (%) Status Pekerjaan Utama Februari Februari 1 Berusaha Sendiri 14,96% 15,81% 2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap / buruh tidak dibayar 21,57% 19,98% 3 Berusaha dibantu buruh tetap / buruh dibayar 3,61% 3,34% 4 Buruh/ Karyawan/Pegawai 29,30% 30,67% 5 Pekerja Bebas 5,79% 6,13% 6 Pekerja Keluarga 24,77% 24,06% Sumber : BPS Jumlah 100,00% 100,0% BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 75

97 Jumlah Jam Kerja Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional Februari 2012, jumlah jam kerja di atas 35 jam seminggu mengalami penurunan dari 66,70% pada Februari 2011 menjadi 64,45% pada Februari Sebaliknya jumlah jam kerja hingga 34 jam dalam seminggu meningkat dari 33,30% (Februari 2011) menjadi 35,55% (Februari 2012). Sementara itu, pekerja dengan jumlah jam kerja 1 hingga 7 jam dalam seminggu relatif kecil pangsanya, hanya 1,12%. Tabel 5.4. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Provinsi Sumatera Utara Jumlah Jam Kerja Seminggu Februari 2011 Februari 2012 (jam) (Persen) (Persen) 1-7 0,86 1, ,05 4, ,87 12, ,51 17, ,30 35, *) 66,70 64,45 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS Penduduk yang Bekerja menurut Pendidikan Secara umum terjadi peningkatan penduduk yang bekerja dengan pendidikan tertinggi di atas pendidikan dasar. Penduduk bekerja dengan jenjang pendidikan terakhir SMP meningkat dari 23,41% menjadi 23,52%. Penduduk yang bekerja dengan jenjang pendidikan terakhir SMA meningkat dari 19,03% menjadi 19,50%. Penduduk yang bekerja dengan jenjang pendidikan terakhir SMK meningkat dari 9,18% menjadi 9,39%. Senada dengan jenjang pendidikan lainnya, penduduk yang bekerja dengan jenjang pendidikan terakhir sarjana/ universitas juga meningkat dari 4,89% menjadi 5,21%. Tabel 5.5. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Sumatera Utara Pendidikan Tertinggi yang Februari 2011 Februari 2012 Ditamatkan (Persen) (Persen SD Kebawah 40,67 39,73 Sekolah Menengah Pertama 23,41 23,52 Sekolah Menengah Atas 19,03 19,50 76 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

98 Pendidikan Tertinggi yang Februari 2011 Februari 2012 Ditamatkan (Persen) (Persen Sekolah Menengah Kejuruan 9,18 9,39 Diploma I/II/III 2,81 2,66 Universitas 4,89 5,21 Jumlah 100,0 100, PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN Tingkat Penghasilan Masyarakat Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, indeks penghasilan saat ini masih berada dalam tren yang menurun. Pada akhir triwulan I-2012 Indeks Penghasilan Saat Ini tercatat sebesar 101,79, menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 103,13. Senada dengan penghasilan saat ini, masyarakat juga memperkirakan akan terjadi penurunan penghasilan 6 bulan yang akan datang. Nilai Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang akan datang pada akhir triwulan I-2012 sebesar 122. Grafik 5.1. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yl Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Nilai Tukar Petani (NTP) Dari sisi petani, daya beli petani yang tercermin dari NTP juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan IV NTP mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan I-2012, NTP tercatat sebesar 101,79. Kendati NTP tersebut di atas 100, namun pada masa panen awal BAB 5 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 77

99 tahun di sejumlah sentra padi di Sumatera Utara, seharusnya terjadi peningkatan daya beli petani. Hal tersebut sekaligus mengkonfirmasi bahwa selama ini, peningkatan ataupun penurunan harga komoditas pertanian lebih banyak ditentukan dan dinikmati oleh pedagang besar dalam struktur pasarnya. Grafik 5.2. Nilai Tukar Petani Untuk periode Maret 2012, NTP Sumut per sub sektor masing-masing tercatat sebesar 100,17 untuk subsektor padi & palawija (NTPP); 110,59 untuk subsektor hortikultura (NTPH); 107,57 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR); 102,99 untuk subsektor peternakan (NTPT); dan 96,65 untuk subsektor perikanan (NTN). Ironisnya, di tengah melambungnya harga beras di awal Januari 2011, indeks NTPP hanya 99,94. Indikasi ini mencerminkan peningkatan harga yang tinggi tersebut tidak dinikmati oleh petani, melainkan oleh pedagang atau distributor. 78 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan BAB 5

100 BAB VI Prospek Perekonomian Daerah

101 BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 6.1. Perkiraan Ekonomi Setelah tumbuh melambat pada laju 6,32% (yoy) di triwulan I-2012, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II-2012 diperkirakan berada pada kisaran sebesar 6,40%-6,60% (yoy) 1 dengan kecenderungan pada batas bawah. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX hingga April 2012, ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, termasuk kondisi ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang menunjukkan peningkatan optimisme ke depan. Grafik 6. 1 Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen, KBI Medan Pertumbuhan triwulan mendatang masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan mulai berjalannya konsumsi pemerintah. Sementara itu, investasi di Sumatera Utara diperkirakan belum banyak dimulai pada triwulan II-2012 mendatang. Diperkirakan berbagai proyek pembangunan infrastruktur belum banyak yang dimulai karena masih berada dalam tahap pengadaan. Selain konsumsi, aktivitas ekspor diperkirakan juga meningkat pada triwulan mendatang. Kenaikan harga komoditas CPO yang diperkirakan terus berlanjut pada triwulan II-2012 turut mendukung 1 Angka Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah 79

102 peningkatan nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara, khususnya nilai ekspor CPO sebagai komoditas utama ekspor Perkiraan Inflasi Daerah Laju inflasi tahunan pada triwulan II-2012 diperkirakan berada pada kisaran 5,00%±1%. Hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan adanya tendensi peningkatan harga pada 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang. Grafik 6. 2 Ekspektasi Konsumen dan Inflasi Sumber : Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX Kendati demikian, beberapa potensi risiko inflasi tetap perlu dicermati di antaranya adalah keputusan Rapat Paripurna DPR yang menetapkan harga jual eceran BBM tidak mengalami kenaikan, namun pemerintah diperbolehkan melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya jika rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam kurun waktu berjalan (6 bulan terakhir) mengalami kenaikan atau penurunan lebih dari 15% dari harga ICP yang diasumsikan dalam APBN P Penundaan kenaikan harga BBM pada awal April 2012 tersebut disinyalir sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga mendorong keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke level yang optimis menjadi BS (IKK secara month to month). Namun demikian, terdapatnya opsi untuk menyesuaikan harga BBM oleh pemerintah tanpa melalui persetujuan DPR turut menciptakan ketidakpastian. Hal ini tercermin BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah 80

103 dari kenaikan nilai IEK menjadi BS 98.2 namun tetap berada pada level yang pesimis. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan berupaya mengendalikan inflasi baik dari sisi demand maupun supply. Beberapa rencana kerja yang telah diagendakan TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID Kota Medan dalam waktu dekat adalah: a. Memberikan informasi harga-harga kepada masyarakat melalui wartawan berupa Press Release (dan atau Talkshow). Dalam press release tersebut antara lain ditekankan informasi yang positif berkenaan dengan perkembangan harga. b. Mengundang distributor/ asosiasi gula pasir, minyak goreng, beras, dan daging unggas (Forum Komunikasi Pedagang Unggas-FORGAS) untuk menanamkan kesadaran sekaligus memperkuat hubungan antara TPID dengan distributor/ asosiasi. c. Mengundang Otorita Belawan, DPD Organda dan didampingi Divisi Khusus Pelabuhan Belawan, Badan Otoritas Wilayah II Bandara Polonia, Balai Besar Jalan Nasional Wilayah II pada rapat mendatang. Hal ini dimaksudkan untuk mengawal inflasi dari sisi supply, khususnya memastikan hasil produksi dapat terdistribusi dengan baik dan efisien. d. Meningkatkan koordinasi antar instansi, terutama Bulog dan Dishub terkait penyaluran raskin. BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah 81

104 Lampiran

105

106

107 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

108

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR 2009 2010 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 7,74 5,42 (2,89) 5,18 1,52 1,35

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Triwulan I-2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII TIM KAJIAN EKONOMI Jl. Jend.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA MEDAN 2010 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012 No. 06/05/62/Th.VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2012 dibanding Triwulan yang sama tahun 2011 (year on year) mengalami sebesar 6,26

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA "Menciptakan Iklim Investasi Yang Kondusif Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan Mei 2017 VISI DAN MISI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 No. 11/02/63/Th XV, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2011 tumbuh sebesar 6,12%, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor jasajasa sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci