KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA MEDAN 2010

2 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia: Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Medan: Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Medan: Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya. Kalender Publikasi Periode Publikasi KER Triwulan I KER Triwulan II KER Triwulan III KER Triwulan IV Publikasi Pertengahan Mei Pertengahan Agustus Pertengahan November Pertengahan Februari Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, Indonesia Telp : psw. 1729, 1770 Fax : , Homepage : KBIMedan@bi.go.id

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-nya kami dapat menyajikan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2010 kepada pembaca sekalian. Kajian kami pada triwulan ini menunjukkan dinamika perekonomian Sumatera Utara yang terus tumbuh positif pada triwulan III Di triwulan ini, perekonomian Sumatera Utara tumbuh 6,42% (year on year). Pertumbuhan ini terutama didorong oleh sektor-sektor utama yaitu sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Membaiknya harga-harga komoditas utama seperti CPO dan karet memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ini. Dalam hal perkembangan harga-harga, secara umum terjadi penurunan harga-harga di triwulan III-2010 yang tercermin dari turunnya inflasi dari 6,93% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,04%. Angka ini lebih rendah daripada inflasi nasional di periode yang sama yang tercatat sebesar 5,80%. Penurunan harga-harga dalam kondisi permintaan barang yang tinggi di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri menunjukkan kinerja pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan di daerah yang sangat baik dalam menjaga ketersediaan bahan pokok dan kelancaran jalur distribusinya. Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan ekonomi di triwulan ini juga didukung oleh meningkatnya pembiayaan dari perbankan yang tumbuh 21,73% (year on year). Peningkatan ini juga mendorong naiknya Loan to Deposit Ratio menjadi 82,08% yang menunjukkan pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yang terus terjaga di level yang optimal. Ke depan faktor cuaca yang tidak menentu diperkirakan akan berpengaruh terhadap perekonomian Sumatera Utara terutama dalam aspek produksi komoditas pertanian yang merupakan sektor utama yang dapat berdampak terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga-harga. Demikian sekilas gambaran perkembangan ekonomi Sumatera Utara pada triwulan III yang uraiannya secara lengkap dicakup dalam buku ini. Tak lupa kami menghaturkan rasa terima kasih yang tulus kepada seluruh pihak yang menyediakan informasi yang kami gunakan dalam penyusunan buku ini seperti Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan seluruh pihak yang tak dapat kami sebutkan satu per satu. Akhir kata, kami berharap kiranya buku ini memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan ridho-nya dalam setiap langkah kita ke depan. Medan, November 2010 BANK INDONESIA MEDAN Nasser Atorf Pemimpin i

4 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik...v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF... viii BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian a. Produksi Padi b. Produksi Jagung c. Produksi Kedelai Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Keuangan Sektor Bangunan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Jasa-jasa BOKS 1 Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara BOKS 2 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Sumut...25 BOKS 3 Peran Tabungan dalam Perekonomian Sumut...27 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kondisi Umum Inflasi Triwulanan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota Inflasi Tahunan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Menurut Kota BOKS 4 Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara BOKS 5 Pengaruh ekspektasi Penghasilan terhadap Pembentukan Inflasi di Sumatera Utara BOKS 6 Inflasi dan Pengangguran Sumut...46 Daftar Isi ii

5 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kondisi Umum Intermediasi Perbankan Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Kredit UMKM Stabilitas Sistem Perbankan Resiko Kredit Resiko Likuiditas Resiko Pasar Perbankan Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BOKS 7 Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumut BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD Rencana APBD Sumatera Utara Tahun BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Transaksi Kliring Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Temuan Uang Palsu Penyediaan Uang Yang Layak Edar BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Perkembangan Kesejahteraan BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Perkiraan Ekonomi Perkiraan Inflasi LAMPIRAN Daftar Isi iii

6 Daftar Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan (%) Nilai Ekspor Triwulan III Nilai Impor Triwulan III Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) Perkembangan Kegiatan Bank Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Polonia Jumlah Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Belawan Komoditas yang Mengalami Peningkatan Harga Tertinggi September Inflasi Triwulanan di Sumut menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%, yoy) Indikator Utama Perbankan Sumut RAPBD Sumatera Utara Tahun Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumut Aliran Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan Daftar Isi iv

7 Daftar Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Indeks Keyakinan Konsumen Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini Komponen Indeks Ekspektasi Pertumbuhan Penjualan Elektronik Pertumbuhan Penjualan BBM Penjualan Makanan dan Tembakau Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga Penjualan Pakaian dan Perlengkapan Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut Penyaluran Kredit Baru untuk Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut Pengadaan Semen di Sumut Penjualan Bahan Konstruksi Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Perkembangan Volume Ekspor & Impor Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan Nilai Tukar Petani Sumut Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman, dan Tembakau Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (ton) Realisasi Pengadaan Semen Sumut Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Inflasi Triwulanan Sumut dan Nasional Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, rokok & Tembakau di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Inflasi Kelompok Bahan Makanan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut Daftar Isi v

8 2.14. Inflasi Kelompok Sandang Harga Emas di Pasar Internasional Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Inflasi Kelompok Kesehatan Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Pergerakan Tingkat Harga Bulanan sesuai SPH Perkembangan DPK Sumut Struktur DPK Sumut Perkembangan Kredit Sumut Struktur Kredit Sumut Perkembangan Kredit dan pangsanya menurut sektor ekonomi Pangsa Kredit UMKM Sumut NPL Gross Cash Ratio Pergerakan Suku Bunga Perbankan Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah FDR Perbankan Syariah Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR LDR BPR Komposisi Belanja menurut RAPBD Sumut Tahun Komposisi PAD menurut RAPBD Sumut Tahun Komposisi Dana Perimbangan menurut RAPBD Sumut Tahun Perkembangan Transaksi Kliring Grafik Penolakan Cek/BG kosong Perkembangan Aliran Uang Kartal Perkembangan Jumlah PTTB di Sumut Indikator Jumlah karyawan Tetap Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Nilai Tukar Petani Ekspektasi Konsumen 6 bulan yang akan datang Ekspektasi terhadap Harga-harga dalam 3-6 bulan y.a.d (%) Daftar Isi vi

9 Daftar Lampiran A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 (qtq, %) Daftar Isi vii

10 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH INFLASI DAN PDRB INDIKATOR Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III MAKRO Indeks Harga Konsumen Medan 167,66 109,92 111,25 113,76 112,80 112,61 116,38 116,82 118,05 120,55 122,38 Pematangsiantar 161,40 110,11 111,62 113,11 112,88 112,99 116,67 116,19 117,40 120,79 122,10 Sibolga 166,68 109,68 113,04 115,55 114,95 114,94 118,91 117,39 118,81 121,90 125,16 Padangsidempuan 171,55 112,34 113,77 115,55 115,52 114,28 117,32 117,71 118,16 120,68 121,67 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Medan 7,01 10,86 10,30 10,63 6,37 2,45 4,61 2,69 4,65 7,05 5,16 Pematangsiantar 8,48 11,09 10,27 10,16 6,89 2,62 4,52 2,72 4,00 6,90 4,65 Sibolga 8,37 10,10 12,03 12,36 7,88 4,80 5,19 1,59 3,36 6,06 5,26 Padangsidempuan 8,71 14,34 12,62 12,34 8,50 1,73 3,12 1,87 2,29 5,60 3,71 PDRB harga konstan (Rp miliar) Pertanian 6.398, , , , , , , , , , ,59 Pertambangan & Penggalian 314,65 327,82 330,66 331,21 322,00 322,37 334,28 344,64 336,27 340,65 348,71 Industri Pengolahan 6.033, , , , , , , , , , ,97 Listrik, Gas, dan Air Bersih 187,15 190,41 196,03 199,36 200,00 203,37 205,38 206,78 212,39 215,40 218,52 Bangunan 1.720, , , , , , , , , , ,17 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.818, , , , , , , , , , ,55 Pengangkutan dan Komunikasi 2.428, , , , , , , , , , ,65 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.838, , , , , , , , , , ,69 Jasa Jasa 2.532, , , , , , , , , , ,62 Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 5,35 5,51 7,73 6,97 4,63 4,74 4,97 5,70 6,02 6,55 6, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,93 635,70 708,26 843,66 666,59 419,43 505,38 570,89 618,93 592,03 453,75 649, , , , ,02 878, , , , ,28 870, ,65 Sumber : Inflasi dan PDRB > BPS ; Ekspor Impor > Bank Indonesia

11 INDIKATOR PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III 90,20 92,87 97,46 108,08 114,55 109,52 110,58 115,77 114,62 118,87 126,61 72,08 75,72 77,97 84,29 88,82 89,56 90,31 94,88 95,40 97,87 102,94 DPK (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) 15,08 16,09 14,87 15,07 16,25 17,04 17,19 16,64 16,80 18,04 18,39 Tabungan (Rp Triliun) 27,18 28,73 28,58 30,58 31,08 31,97 33,10 37,12 36,11 37,51 41,05 Deposito (Rp Triliun) 29,82 30,90 34,52 38,64 41,49 40,55 40,02 41,13 42,49 42,32 43,50 Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja 30,90 36,69 37,72 36,03 34,49 35,10 36,56 38,32 39,29 40,16 44,19 Konsumsi 10,74 11,17 12,16 14,38 16,48 17,14 17,55 18,64 20,68 22,54 23,83 Investasi 13,14 14,48 15,99 16,31 14,82 14,94 16,00 16,62 15,67 18,00 16,47 LDR 76,01% 82,33% 84,48% 79,03% 73,94% 75,01% 76,86% 77,55% 79,29% 82,46% 82,08% BPR: Total Aset (Rp Triliun) 0,45 0,43 0,49 0,53 0,51 0,53 0,55 0,57 0,61 0,62 0,64 DPK (Rp Triliun) 0,33 0,31 0,34 0,35 0,37 0,39 0,41 0,42 0,44 0,45 0,46 Tabungan (Rp Triliun) 0,15 0,13 0,14 0,14 0,16 0,17 0,18 0,18 0,19 0,20 0,21 Deposito (Rp Triliun) 0,18 0,18 0,20 0,21 0,21 0,22 0,23 0,24 0,25 0,25 0,25 Kredit (Rp Triliun) 0,33 0,33 0,38 0,38 0,39 0,40 0,43 0,44 0,46 0,48 0,48 Rasio NPL Gross (%) 8,67% 7,88% 6,61% 7,26% 7,95% 7,75% 7,21% 7,05% 6,52% 6,25% 0,00% LDR 100,00% 106,45% 111,76% 108,57% 105,41% 102,56% 104,88% 104,76% 104,55% 106,67% 104,35% Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PERBANKAN

12 Ringkasan Eksekutif

13 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF GAMBBARRAN UMUM Pada triwulan III-2010 perekonomian Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,42% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh kegiatan dunia usaha yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara keseluruhan, nilai PDRB Sumut pada triwulan III-2010 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp30,04 triliun. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor-sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Inflasi Sumut pada akhir triwulan III-2010 sebesar 5,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan triwulan sebelumnya sebesar 6,93%. Inflasi tahunan Sumut ini juga di bawah inflasi nasional yang nilainya mencapai 5,80% (yoy). Kondisi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya kenaikan aset tertinggi sepanjang tahun Jika dibandingkan dengan triwulan III 2009 terdapat peningkatan aset, kredit dan DPK masing-masing sebesar 14,49%, 21,73% dan 13,99% (yoy). Angka pertumbuhan tahunan ini juga terus menanjak dari awal tahun 2010 dan merupakan angka pertumbuhan tahunan tertinggi sepanjang tahun Pertumbuhan seluruh indikator perbankan ini menunjukkan perekonomian Sumatera Utara yang terus bertumbuh sepanjang tahun Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp miliar. Nilai ini meningkat sebesar 11,37% atau Rp miliar bila dibandingkan dengan triwulan II-2010 yang nilainya sebesar Rp miliar. Gubernur Sumut telah menyampaikan RAPBD 2011 melalui penyampaian Nota Keuangan pada 11 Oktober RAPBD Sumatera Utara tahun 2011 sebesar Rp4,53 triliun. Total belanja daerah sebesar Rp4,53 triliun. Sementara itu, pendapatan daerah pada APBD 2011 diproyeksikan sebesar Rp4,28 triliun. Ringkasan Eksekutif viii

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Sumut pada triwulan III-2010 tumbuh 6,42% (yoy) PPEERRKKEEMBBANGAN EEKKONOMII MAKKRRO Pada triwulan III-2010 perekonomian Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,42% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh kegiatan dunia usaha yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara keseluruhan, nilai PDRB Sumut pada triwulan III-2010 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp30,04 triliun. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor-sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Di sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian sebagai sektor unggulan Sumut juga mencatat peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini juga mengembalikan karakter ekonomi Sumut pada sektor utamanya seperti pertanian dan sektor perdagangan, setelah pada triwulan-triwulan sebelumnya pertumbuhan tertinggi selalu terjadi pada sektor non-primer. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan III terutama didorong oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan ini dipengaruhi oleh masuknya Hari Raya Idul Fitri yang sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, aktivitas konsumsi tertinggi sebagian besar terjadi pada akhir Agustus dan September 2010 yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa untuk keperluan hari raya. Sementara, konsumsi pemerintah juga mulai menunjukkan peningkatan terkait dengan siklus anggaran. Di sisi lain, kegiatan investasi mulai menunjukkan geliatnya. Beberapa proyek baru mulai direalisasikan. Hal ini didukung pula oleh prompt indicator seperti peningkatan konsumsi semen, level ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha yang berada di atas 100 serta peningkatan kredit investasi. Selain konsumsi, kegiatan perdagangan luar negeri juga menunjukkan peningkatan. Nilai ekspor nonmigas yang pada triwulan sebelumnya sempat menurun, pada triwulan III-2010 kembali meningkat. Peningkatan ekspor, baik nilai maupun volumenya, didorong oleh kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari kelompok barang CPO dan karet. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume impor juga meningkat khususnya pada produk industri makanan dan minuman. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh Ringkasan Eksekutif ix

15 RINGKASAN EKSEKUTIF pertumbuhan yang sama pada sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Tingkat pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk kegiatan ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi juga terus berada dalam tren peningkatan sejalan dengan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan penghasilan ke depan dan aktivitas investasi swasta di Sumut. Sejalan dengan hal tersebut, kegiatan konsumsi rumah tangga tetap berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan, terlihat dari laju pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja. PPEERRKKEEMBBANGAN INFFLLASSI I I Inflasi Sumut pada triwulan III-2010 sebesar 5,04% (yoy) atau 1,48% (qtq) Inflasi Sumut pada akhir triwulan III-2010 sebesar 5,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan triwulan sebelumnya sebesar 6,93%. Inflasi tahunan Sumut ini juga di bawah inflasi nasional yang nilainya mencapai 5,80% (yoy). Bila dilihat secara bulanan, Sumut justru mengalami deflasi selama dua bulan berturutturut Agustus 2010 dan September 2010 masing-masing sebesar - 0,36% dan -0,14%. Secara umum faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan III-2010 antara lain: (1) kenaikan harga sewa rumah dan emas perhiasan, (2) kenaikan harga beberapa komoditas ikan, seperti ikan kembung/gembung, ikan tongkol, ikan dencis, dan daging ayam ras, (3) bergesernya masa tanam di tahun 2010 yang baru dimulai pada Mei-Agustus 2010, dan (4) faktor eksternal: perkembangan harga emas di pasar internasional. Secara triwulanan, laju inflasi di Sumut selama triwulan III-2010 mencapai 1,48% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan II (2,79%). Penurunan ini akibat Sumut mengalami deflasi pada bulan Agustus 2010 dan September 2010 yang dipicu oleh penurunan harga beberapa komoditas bahan makanan. Kendati mengalami deflasi pada bulan September 2010, beberapa komoditas justru mengalami kenaikan harga pada September 2010 bila dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas yang mengalami kenaikan tersebut di antaranya adalah ikan kembung/ gembung (10,79%), ikan dencis (8,78%), daging ayam ras (2,01%), dan emas perhiasan (4,52%). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, pada triwulan III-2010 seluruhnya mengalami inflasi. Tingkat inflasi triwulanan kelompok yang tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (2,64%) diikuti dengan kelompok Ringkasan Eksekutif x

16 RINGKASAN EKSEKUTIF transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (2,20%), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (1,22%). Secara tahunan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memiliki tingkat inflasi yang tertinggi yakni 8,73% diikuti dengan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (7,56%) dan kelompok sandang (6,88%). Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga merupakan kelompok dengan inflasi terendah yakni sebesar 0,70%. Ditinjau berdasarkan empat kota penyumbang inflasi Sumut, tingkat inflasi Sibolga 5,26% (yoy) merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Sumut, diikuti dengan Medan sebesar 5,16% (yoy), Pematangsiantar (4,65%), dan Padangsidempuan (3,71%). Kenaikan laju inflasi kota Medan dan Pematangsiantar terutama disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Sementara itu, inflasi kota Padangsidempuan dan Sibolga terutama disumbang oleh kelompok sandang. Pertumbuhan indikator utama perbankan mengindikasikan perekonomian Sumut terus bertumbuh sepanjang tahun 2010 PPEERRKKEEMBBANGAN PPEERRBBANKKAN Kondisi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya kenaikan aset tertinggi sepanjang tahun Aset di triwulan III-2010 tumbuh 6,51% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari Rp118,87 triliun menjadi Rp126,61 triliun. Angka pertumbuhan aset triwulanan ini lebih tinggi daripada angka pertumbuhan di triwulan I dan II tahun 2010 yang masing-masing tercatat sebesar -0,99% dan 3,71%. Kenaikan aset yang tinggi ini didorong oleh peningkatan nilai dana pihak ketiga (DPK) milik masyarakat yang dihimpun oleh perbankan Sumatera Utara. Total DPK pada triwulan III 2010 tumbuh 5,18% (qtq) menjadi Rp102,94 triliun dari Rp97,87 triliun di triwulan II Pertumbuhan DPK triwulanan ini juga merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan I dan II 2010 yang masing-masing tercatat sebesar 0,55% dan 2,59%. Sedangkan jika dibandingkan dengan triwulan III 2009 terdapat peningkatan aset, kredit dan DPK masing-masing sebesar 14,49%, 21,73% dan 13,99% (yoy). Angka pertumbuhan tahunan ini juga terus menanjak dari awal tahun 2010 dan merupakan angka pertumbuhan tahunan tertinggi sepanjang tahun Pertumbuhan Ringkasan Eksekutif xi

17 RINGKASAN EKSEKUTIF seluruh indikator perbankan ini menunjukkan perekonomian Sumatera Utara yang terus bertumbuh sepanjang tahun Pertumbuhan kredit di triwulan III 2010 terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,03% (qtq). Hal ini menunjukkan pertumbuhan di sektor riil pada triwulan III 2010 sehingga meningkatkan permintaan akan kredit untuk modal kerja usahanya. Pada triwulan III 2010 terdapat kecenderungan pertumbuhan long aset dalam jangka panjang yang diindikasikan karena peningkatan permintaan kredit seiring dengan menurunnya tingkat suku bunga kredit. Dengan profil maturitas perbankan di Sumatera Utara tersebut, kecenderungan penurunan suku bunga ini diperkirakan akan menurunkan risiko pasar perbankan Sumatera Utara dari aspek pergerakan suku bunga karena berpotensi meningkatkan net interest margin bank. RAPBD Sumut 2011 sebesar Rp4,53 triliun PPEERRKKEEMBBANGAN KKEEUANGAN DAEERRAH Hingga triwulan III 2010, realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencapai 54%. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan memacu kinerja dari SKPD terkait hingga mencapai realisasi 100% di akhir tahun 2010 di antaranya dengan memacu realisasi proyek dan program kerja SKPD yang realisasi anggarannya masih minim. Gubernur Sumut telah menyampaikan RAPBD 2011 melalui penyampaian Nota Keuangan pada 11 Oktober RAPBD Sumatera Utara tahun 2011 sebesar Rp4,53 triliun. Total belanja daerah sebesar Rp4,53 triliun itu terdiri atas Rp4,23 triliun alokasi untuk urusan wajib dan Rp306,76 miliar untuk urusan pilihan. Belanja daerah dapat dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung Rp2,20 triliun atau sekitar 48,57% dan belanja langsung Rp2,33 triliun (51,43%). Sementara itu, pendapatan daerah pada APBD 2011 diproyeksikan sebesar Rp4,28 triliun atau meningkat Rp848,27 miliar (24,70%) dibandingkan pendapatan Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp3,056 triliun atau sekitar 71,36%, kemudian dana perimbangan Rp1,199 triliun (28,00%) dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp27,756 miliar atau 0,65 %. Defisit anggaran akan ditutup dari selisih penerimaan pembiayaan yang berasal dari estimasi SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) tahun 2010 yang diproyeksikan Rp441,997 miliar lebih, dengan pengeluaran biaya Rp190,917 miliar direncanakan sebagai Ringkasan Eksekutif xii

18 RINGKASAN EKSEKUTIF penyertaan modal pada PT Bank Sumut, PT Askrida, PT Perkebunan dan PT Sarana Prasarana. Transaksi melalui BI- RTGS dan kliring meningkat PPEERRKKEEMBBANGAN SSI ISSTTEEM PPEEMBBAYYARRAN Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp miliar. Nilai ini meningkat sebesar 11,37% atau Rp miliar bila dibandingkan dengan triwulan II-2010 yang nilainya sebesar Rp miliar. Ditinjau dari segi volume transaksi, triwulan ini pun mengalami peningkatan sebesar 25,29% atau transaksi dari transaksi pada triwulan II-2010 menjadi pada triwulan III Kegiatan ekonomi yang meningkat menjelang hari raya Idul Fitri khususnya sektor makanan jadi dan sandang turut mempengaruhi peningkatan transaksi RTGS pada triwulan ini. Nilai transaksi kliring pada bulan Juli 2010 dan Agustus 2010 tercatat sebesar Rp miliar. Dari sisi volume transaksi, pada periode ini tercatat sebanyak transaksi kliring. Transaksi kliring didominasi oleh kliring debet yang mencapai transaksi (warkat) dengan nilai transaksi Rp miliar. Sementara itu, kliring kredit mencapai transaksi (warkat) dengan nilai transaksi miliar. Adapun besarnya kliring retur pada periode ini tercatat sebesar Rp294 miliar yang berasal dari warkat. Besaran rata-rata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp487 miliar, dengan rata-rata jumlah warkat yang diproses sebanyak transaksi (warkat) per hari. Rata-rata transaksi kliring per hari mengalami peningkatan baik dari segi nilai (3,84%) maupun volume (0,45%) bila dibandingkan dengan triwulan II Sejalan dengan transaksi RTGS, transaksi kliring juga meningkat akibat peningkatan aktivitas ekonomi di Sumut pada periode ini. Aliran uang kartal di Sumatera Utara sepanjang triwulan III-2010 menunjukkan posisi net inflow yaitu jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) dari Bank Indonesia. Posisi net inflow pada periode ini tercatat sebesar Rp355 miliar. Ketenagakerjaan dan kesejahteraan Sumut terus PPEERRKKEEMBBANGAN KKEETTEENAGAKKEERRJJAAN DAN KKEESSEEJJAHTTEERRAAN Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian Sumut pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sumut juga terus Ringkasan Eksekutif xiii

19 RINGKASAN EKSEKUTIF meningkat menunjukkan perbaikan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan meningkat pada triwulan III-2010, terutama pada sektor pertanian dan PHR. Memasuki pertengahan tahun 2010, tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak terserap oleh beberapa sektor di Sumut. Berdasarkan hasil survei, jumlah pelaku usaha yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari nilai SBT indikator jumlah karyawan pada triwulan III-2010, yang masih bernilai positif, yaitu 1,72. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sumut diperkirakan meningkat selama tahun Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan Sumut memiliki kecenderungan untuk meningkat. Walaupun sempat menurun pada Juni 2010, Indeks Penghasilan saat ini meningkat sejak Juli 2010, bahkan mencapai level optimis. Kenaikan ini merupakan dampak dari bergeraknya aktivitas perekonomian Sumut akibat pemulihan perekonomian. Menurut Survei Konsumen di kota Medan, indeks penghasilan saat ini meningkat dari 123,25 pada akhir triwulan II-2010 menjadi 128,49 pada akhir triwulan III Penghasilan masyarakat yang meningkat dengan tingkat inflasi yang relatif stabil mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada periode ini. Dari sisi petani, daya beli petani diindikasikan mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan II Pada triwulan III-2010, NTP Sumut tercatat sebesar 103,01, atau mengalami peningkatan 0,79% bila dibandingkan dengan triwulan II-2010 sebesar 102,20. PPRROSSPPEEKK PPEERREEKKONOMI IAN Perkiraan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi sumut triwulan IV-2010 diproyeksikan sebesar 5,43±1% (yoy) Perekonomian Sumut triwulan IV-2010, diperkirakan akan tumbuh positif meskipun masih terdapat kecenderungan mengalami perlambatan tingkat pertumbuhan. Ancaman perlambatan pertumbuhan berasal dari faktor cuaca buruk, biaya produksi yang meningkat dan ketidakefisienan distribusi. Berdasarkan berbagai indikator tersebut di atas, maka pada triwulan IV-2010, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 5,43±1% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, maka laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2010 diproyeksikan masih berada pada kisaran 6,17±1% (yoy). Perkiraan Inflasi Daerah Inflasi triwulan IV diperkirakan Dari sisi permintaan, tekanan inflasi pada triwulan mendatang diproyeksikan akan bersumber dari kemungkinan tingginya Ringkasan Eksekutif xiv

20 RINGKASAN EKSEKUTIF 6,37±1% (yoy) permintaan terhadap barang dan jasa sebagai dampak dari faktor musiman yaitu hari raya Idul Adha dan hari raya Natal serta liburan akhir tahun. Namun demikian tekanan ini diperkirakan tidak akan sebesar tekanan pada triwulan III 2010 yang bersumber dari lonjakan permintaan di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sementara di sisi penawaran, faktor cuaca buruk diperkirakan akan berpengaruh terhadap produksi bahan pokok yang sangat berpotensi untuk terjadinya kenaikan harga barang dan jasa sebagai akibat terganggunya kelancaran proses produksi dan distribusi barang. Kenaikan harga komoditas internasional seperti CPO dan emas diperkirakan juga akan mendorong kenaikan harga di pasar domestik. Dengan demikian maka pada triwulan IV 2010, inflasi Sumut diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III 2010 hingga mencapai 6,37%±1% (yoy). Ringkasan Eksekutif xv

21 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

22 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMII MAKRO REGIONAL Perekonomian Sumut mencatatkan pertumbuhan yang positif pada triwulan III-2010 dengan tumbuh sebesar 6,42% (yoy), sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi KONDISI UMUM Pada triwulan III-2010 perekonomian Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,42% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain ditunjang oleh kegiatan dunia usaha yang semakin menunjukkan peningkatan aktivitasnya. Secara keseluruhan, nilai PDRB Sumut pada triwulan III-2010 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp30,04 triliun. Secara tahunan peningkatan pertumbuhan tertinggi dialami sektor sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Di sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor pertanian sebagai sektor unggulan Sumut juga mencatat peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini juga mengembalikan karakter ekonomi Sumut pada sektor utamanya seperti pertanian dan sektor perdagangan, setelah pada triwulantriwulan sebelumnya pertumbuhan tertinggi selalu terjadi pada sektor non-primer. Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan III-2010 terutama didorong oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan ini dipengaruhi oleh masuknya Hari Raya Idul Fitri yang sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, aktivitas konsumsi tertinggi sebagian besar terjadi pada akhir Agustus dan September 2010 yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa untuk keperluan hari raya. Sementara, konsumsi pemerintah juga mulai menunjukkan peningkatan terkait dengan siklus anggaran. Di sisi lain, kegiatan investasi mulai menunjukkan geliatnya. Beberapa proyek baru mulai direalisasikan. Hal ini didukung pula oleh prompt indicator seperti peningkatan konsumsi semen, level ekspektasi pelaku usaha terhadap kondisi dunia usaha yang berada di atas 100 serta peningkatan kredit investasi. Selain konsumsi, kegiatan perdagangan luar negeri juga menunjukkan peningkatan. Nilai ekspor nonmigas yang pada triwulan sebelumnya sempat menurun, pada triwulan III-2010 kembali meningkat. Peningkatan ekspor, baik nilai maupun volumenya, didorong oleh kenaikan permintaan luar negeri terhadap produk-produk dari kelompok barang CPO dan Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 1

23 karet. Seiring dengan kenaikan ekspor, nilai dan volume impor juga meningkat khususnya pada produk industri makanan dan minuman. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan yang sama pada sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Tingkat pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk kegiatan ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi juga terus berada dalam tren peningkatan sejalan dengan meningkatnya ekspektasi masyarakat akan penghasilan ke depan dan aktivitas investasi swasta di Sumut. Sejalan dengan hal tersebut, kegiatan konsumsi rumah tangga tetap berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan, terlihat dari laju pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara SISI PERMINTAAN Perekonomian Sumut pada triwulan III-2010 tumbuh 6,42% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,55% (yoy), namun masih pada level yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi Sumut masih didorong oleh meningkatnya kegiatan konsumsi, baik pemerintah maupun swasta serta investasi. Konsumsi swasta diperkirakan masih tetap tinggi seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat dan meningkatnya optimisme masyarakat Sumut. Peningkatan konsumsi tersebut didukung pula oleh semakin meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan. Sementara itu, membaiknya kinerja ekspor, mendorong perbaikan nilai tambah net ekspor-impor Sumut. 2 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

24 Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut Dari Sisi Permintaan (%) Jenis Penggunaan I II III IV I II III Konsumsi 8.08% 9.37% 9.21% 8.50% 9.05% 9.03% 6.30% 6.97% 8.19% Investasi 11.04% 9.02% 5.73% 4.42% 3.22% 5.54% 2.81% 3.58% 2.44% Ekspor 10.39% 0.24% 1.75% 3.20% 1.45% 0.95% 4.11% 7.68% 11.03% Impor 17.59% 9.30% 5.31% 0.36% 5.03% 4.91% 3.89% 2.40% 13.19% PDRB 6.39% 4.64% 4.57% 5.07% 5.70% 5.00% 6.02% 6.55% 6.42% Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 1. Konsumsi Konsumsi pada triwulan III-2010 tumbuh 8,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,97%. Sesuai dengan pola musimannya, aktivitas konsumsi pada triwulan III cenderung lebih tinggi diakibatkan meningkatnya permintaan masyarakat untuk mengkonsumsi barang/produk tertentu. Sebagaimana triwulan-triwulan sebelumnya, pertumbuhan konsumsi masih didorong oleh kinerja konsumsi swasta. Berbagai indikator memperlihatkan bahwa konsumsi swasta pada triwulan laporan masih tetap tinggi dan tumbuh signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, stimulus fiskal masih terus menunjukkan peningkatan terutama sejak paruh kedua tahun 2009 sehingga diharapkan dapat merangsang peningkatan konsumsi pemerintah. Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.3. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini Penghasilan saat ini Pembelian brg tahan lama Sumber : Bank Indonesia Medan Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh 8,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,97% (yoy). Konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan daya beli, membaiknya ekspektasi konsumen dan tingginya penyaluran kredit perbankan. Sementara itu, indeks keyakinan Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 3

25 konsumen (IKK) pada bulan September 2010 juga meningkat menjadi 107,83% setelah pada Agustus 2010 berada pada indeks 106,61%. Grafik 1.4. Komponen Indeks Ekspektasi Sumber : Bank Indonesia Medan Ekspektasi kondisi perekonomian Ekspektasi penghasilan Grafik 1.5. Pertumbuhan Penjualan Elektronik % Rp Juta Pertumbuhan (yoy) Penjualan Elektronik Beberapa prompt indicator konsumsi mengindikasikan pengeluaran masyarakat Sumut untuk pembelian barang-barang konsumsi masih cukup tinggi. Konsumsi durable dan non durable goods pada triwulan III-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Begitu pula indikator barang konsumsi lainnya seperti konsumsi BBM, penjualan makanan dan minuman, penjualan perlengkapan rumah tangga, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya mengalami peningkatan di triwulan laporan. Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik 1.7. Penjualan Makanan&Tembakau % (20.00) (40.00) Pertumbuhan (yoy) Penjualan BBM Rp juta 7, , , , , , ,000.0 Rp juta 6, , , , , ,000.0 Penjualan Makanan dan Tembakau Pertumbuhan (yoy) % (20.00) (40.00) (60.00) Sumber : Bank Indonesia Medan 4 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

26 Grafik 1.8. Penjualan Perlengkapan RT Grafik 1.9. Penjualan Pakaian&Perlengkapan % Pertumbuhan (yoy) Penjualan Perlengkapan RT Rp Juta 3, , , , , , Rp Juta 2, , , , Penjualan Pakaian & Perlengkapannya Pertumbuhan (yoy) % (50.00) Sumber : Bank Indonesia Medan Pertumbuhan konsumsi masyarakat antara lain juga ditopang oleh penyaluran kredit konsumsi yang terus mengalami peningkatan. Penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan III-2010 mencapai Rp1,13 triliun. Dengan tambahan penyaluran kredit baru tersebut, outstanding penyaluran kredit konsumsi bank umum di Sumut mencapai Rp23,83 triliun. Grafik Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut Rp Triliun 30 posisi kredit pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Laporan Bank Umum % Grafik Penyaluran Kredit Baru untuk konsumsi oleh Bank Umum di Sumut % Rp Miliar 120 1,400 jumlah kredit pertumbuhan (yoy) 100 1, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Laporan Bank Umum 2. Investasi Kegiatan investasi pada triwulan III-2010 diperkirakan tumbuh 2,44% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar 3,58% (yoy). Pertumbuhan investasi terutama didorong oleh meningkatnya kegiatan investasi sektor bangunan yang masih menunjukkan peningkatan walaupun tidak setinggi periode sebelumnya. Penurunan investasi sektor bangunan dikonfirmasi oleh menurunnya penjualan bahan konstruksi dan penjualan semen. Penjualan mengalami penurunan seiring dengan menurunnya kegiatan pembangunan sektor swasta dan pemerintah khususnya terkait dengan pembangunan Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 5

27 infrastruktur. Nilai penjualan semen pada triwulan III-2010 mencapai 173,67 ribu ton, menurun sebesar 20,15% (qtq), begitu pula penjualan bahan konstruksi yang juga mengalami penurunan. % Grafik Pengadaan Semen di Sumut Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Pengadaan Semen (axis kanan) Pertumbuhan (yoy) Ribu Ton Grafik Penjualan Bahan Konstruksi % Rp Juta Pertumbuhan (yoy) Penjualan Bahan Konstruksi 1, , (20.00) Sumber : Survei Penjualan Eceran, KBI Medan Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi terus menunjukkan tren peningkatan. Pertumbuhan kredit investasi pada September 2010 tercatat sebesar 5,78% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp16,47 triliun. Selain kredit perbankan, sektor riil diperkirakan juga menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri, pinjaman, obligasi dan saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil. Pilihan pembiayaan investasi di luar perbankan belum terlalu populer bagi kalangan usaha di Sumut. Grafik Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut Rp Triliun posisi kredit pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III % Sumber : Laporan Bank Umum Berdasarkan data Badan Penanaman Modal dan Promosi (BPMP) Sumut, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan I tahun 2010 mencapai nilai USD47,365 juta 6 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

28 dengan total empat proyek. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), realisasi masih nihil. Ini berarti, Sumut lebih diminati investor asing dibandingkan lokal. Hal ini terlihat dari hanya PMA yang telah merealisasikan investasinya. Beberapa proyek yang direalisasi tahun ini telah mengajukan permohonan penanaman modalnya sejak beberapa tahun lalu. Bidang usaha yang telah direalisasikan PMA adalah perdagangan, jasa angkutan laut, industri pakan ternak. Untuk sektor perdagangan, investornya berasal dari Inggris dan berlokasi di Deliserdang. Kemudian jasa angkutan laut di Medan, investor dari Jepang. Selanjutnya industri pakan ikan di Medan dan pakan ternak di Deliserdang dengan investor dari Thailand. Dengan adanya empat proyek PMA yang telah merealisasikan investasinya, tenaga kerja yang telah ditampung sebanyak 253 orang. Penyelesaian beberapa proyek infrastruktur di Sumut bervariasi, sebagian proyek dapat berjalan relatif lancar, namun sebagian lainnya relatif lambat, antara lain karena terkendala permasalahan teknis. Proyek-proyek yang telah selesai antara lain adalah proyek fly over Amplas. Sementara itu, proyek-proyek yang masih berkutat pada permasalahan teknis, antara lain adalah beberapa rencana pembangunan proyek jalan tol dan Bandara Kuala Namu. Proses pembangunan bandara medan baru di Kuala Namu saat ini sudah mendekati 57,5% dan diharapkan pembangunan bandara ini dapat selesai pada tahun Saat ini ada kondisi tertentu yang dianggap menjadi hambatan sehingga terdapat sedikit perubahan dalam proses pembangunan. Salah satu yang menjadi penghambat pembangunan bandara baru tersebut adalah tanah gembur di wilayah pembangunan runway. Dengan adanya perubahan tersebut dana pembangunan Kuala Namu pun bertambah dari yang awalnya Rp2 triliun menjadi Rp3,3 triliun. Ini tentu saja membutuhkan dana investasi tambahan yang sangat besar pula. Saat ini pembangunan bandara masih terus menunggu lanjutan kucuran dana dari APBN. Keseluruhan dana pembangunan Kuala Namu diperkirakan mencapai Rp4,3 triliun. Jika Bandara Kuala Namu selesai, diperkirakan akan mampu menampung 8 juta orang/tahun. Sementara itu, dalam upaya pembangunan dan pengembangan kawasan Pelabuhan Belawan, PT. Prasarana Pembangunan Sumatera Utara (PPSU) menandatangani nota kesepahaman dengan PT. Pelindo I (Persero) Medan terkait rencana pembangunan fisik di Pelabuhan Belawan. PT. Pelindo I Medan akan menyerahkan seluruh pembangunan kawasan Pelabuhan Belawan kepada PT. PPSU. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 7

29 Dengan pembangunan dan pengembangan itu, diharapkan tersedia berbagai sarana dan prasarana uintuk menjadikan Pelabuhan Belawan sebagai pusat kegiatan perdagangan (trade centre) terhadap produk di Sumut. Pengembangan ini dilakukan karena Pelabuhan Belawan memiliki potensi yang sangat besar dalam mendukung pengembangan ekonomi Sumut dan bahkan akan diupayakan menjadi pintu utama di wilayah barat. Nota kesepahaman ini juga bertujuan untuk membentuk kawasan bisnis di Pelabuhan Belawan yang selama ini belum ada. Infrastruktur yang menjadi fokus dalam nota kesepahaman itu adalah pembangunan perkantoran, hotel, restoran, mall dan seaman club atau klub pelaut. 3. Ekspor - Impor Kegiatan ekspor-impor Sumut masih memberi andil terhadap perekonomian Sumut. Pada triwulan III-2010, ekspor Sumut terus melanjutkan tren peningkatan. Pertumbuhan ekspor meningkat seiring dengan membaiknya kinerja ekspor CPO Sumut ke luar negeri yang merupakan komoditi terbesar ekspor. Begitu pula dengan ekspor Sumut ke daerah/provinsi lain di dalam negeri yang cenderung meningkat dikonfirmasi oleh peningkatan volume bongkar muat barang melalui Pelabuhan Belawan. Impor Sumut juga menunjukkan peningkatan pada triwulan III-2010, khususnya impor dari luar negeri/antar negara. Nilai impor Sumut diperkirakan tumbuh sebesar 14,85% pada triwulan III-2010, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Aktivitas impor memasuki awal tahun 2010 mulai mengalami peningkatan setelah mengalami lonjakan untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan konsumsi pada triwulan laporan masih dapat dipenuhi oleh impor yang dilakukan pada triwulan-triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi 6,42% pada triwulan laporan diperkirakan dicukupi oleh produksi maupun bahan baku yang berasal dari dalam negeri. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor & Impor Grafik Perkembangan Volume Ekspor & Impor USD 1,000,000,000 Nilai Ekspor Nilai Impor Kg 1,000,000,000 Volume Ekspor Volume Impor 900,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Sumber : BI BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

30 Grafik Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan 800, , , ,000 Bongkar Muat 120, ,000 80, ,000 60, , , ,000 40,000 20, Sumber : BPS Ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 72,60% dari total nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap berupa produk makanan dan minuman, produk kimia dan bahan kimia serta karet dan produk plastik. 600,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama USD 0 Sumber : BI Tabel 1.2. Nilai Ekspor Triwulan III-2010 Mnyk hwn,nabati,cpo Karet Alumunium Deskripsi Nilai Ekspor Kayu Kopi,Teh,Rempah TOTAL NILAI EKSPOR 2,312,747,947 Agriculture, Hunting and Fishing 534,462,707 Mining and Quarrying 90,643 Manufacturing 1,778,194,597 Food products and beverages Chemicals and chemical products 1,234,570, ,690,992 Basic metals 74,811,327 Rubber and plastics products 83,738,281 Tobacco products 50,237, Sumber : BI Ekspor karet alam Sumut sepanjang tahun 2010 diperkirakan meningkat dibanding tahun Volume ekspor karet tahun 2010 diperkirakan akan mengalami kenaikan mengingat konsumen karet alam seperti China juga termasuk negara yang memiliki daya tahan terhadap krisis. Ekspor Karet mentah Sumut pada triwulan III-2010 tercatat sebesar USD83,74 juta. Begitu juga jika dilihat dari volumenya terdapat peningkatan volume ekspor sebesar 11,49% menjadi 45,05 juta ton. Naiknya volume ekspor karet karena permintaan yang menguat Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 9

31 khususnya dari China dan diperkirakan meningkat hingga akhir tahun. Meningkatnya volume ekspor karet dipastikan menambah devisa karena harga jual juga meningkat. Akan tetapi, meski volume ekspor Sumut naik, bukan berarti produksi karet ikut naik, sebab pasokan karet Sumut juga berasal dari daerah lain seperti Riau dan Jambi. Tren produksi karet Sumut sendiri menurun akibat sebagian tanaman karet petani berusia tua, konversi lahan ke tanaman sawit dan akibat cuaca yang tidak menentu dengan kecenderungan terjadinya kemarau yang lebih panjang. Sementara itu, impor masih didominasi oleh bahan baku untuk mendukung kegiatan produksi terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi ( high import content) seperti industri kimia. Selain itu produk dari industri makanan dan minuman juga mendominasi impor Sumut. Produk dari industri ini kemudian menjadi komoditas ekspor yang dikirim kembali ke luar negeri, seperti tampak pada produk ekspor utama Sumut. Produkproduk yang mendominasi impor Sumut pada triwulan III-2010 ini juga sesuai dengan subsektor industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan tinggi, yaitu kimia dan bahan dari karet. Tabel 1.3. Nilai Impor Triwulan III-2010 Deskripsi Nilai Impor TOTAL NILAI IMPOR 648,995,803 Agriculture, Hunting and Fishing 47,850,972 Mining and Quarrying 13,896,585 Manufacturing 587,248,245 Food products and beverages 107,145,844 Chemicals and chemical products 140,322,511 Basic metals 80,878,279 Rubber and plastics products 16,705,824 Paper Products 7,477,023 Sumber : BI Dilihat dari negara tujuan ekspor, nilai ekspor ke Jepang dan India mencatat nilai tertinggi pada posisi triwulan III-2010 sebesar USD237,15 juta dan USD523,23 juta. Sedangkan nilai ekspor untuk tujuan Eropa mengalami penurunan, sementara ekspor ke negara kawasan lainnya relatif stabil. Dibandingkan dengan triwulan III-2009, pangsa pasar untuk tujuan India meningkat dari 12,74% menjadi 22,62%. Sedangkan pangsa pasar untuk tujuan Jepang mengalami penurunan dari 13,48% menjadi 10,25%. Sementara itu, negara tujuan ekspor baru seperti Eropa Timur memberikan prospek yang cukup cerah bagi komoditas ekspor Sumut. 10 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

32 Grafik Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Grafik Pangsa Ekspor Menurut Negara Tujuan USD India Japan USA RRC Singapore 300,000, ,000, ,000, ,000, % 7.08% 3.38% 22.62% 100,000, % 50,000, India Japan USA RRC Singapore Sumber : Bank Indonesia 1.3. SISI PENAWARAN Perkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapa sektor ekonomi utama, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor transportasi dan komunikasi maupun sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Sementara itu, sektor pertanian masih tetap tumbuh seiring musim panen mulai April Secara keseluruhan perekonomian di triwulan III-2010 tumbuh cukup tinggi namun masih belum mencerminkan kualitas pertumbuhan yang diharapkan karena kurang dipicu oleh pertumbuhan investasi dan dari sisi sektoral kurang didukung oleh pertumbuhan pada sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja secara cukup signifikan. Tabel 1.4. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) SEKTOR I II III IV I II III Pertanian 6.05% 4.08% 3.69% 4.60% 6.04% 4.60% 4.62% 5.13% 5.44% Pertambangan & Penggalian 6.13% 2.24% 1.66% 1.09% 4.05% 1.43% 4.53% 5.55% 4.32% Industri Pengolahan 2.92% 2.66% 3.17% 2.58% 2.25% 2.66% 5.42% 5.44% 6.09% Listrik,Gas & Air Bersih 4.46% 7.55% 6.81% 4.77% 3.72% 5.68% 5.94% 5.92% 6.40% Bangunan 8.10% 3.67% 4.42% 7.94% 9.89% 6.54% 6.24% 5.58% 4.34% Perdagangan, Hotel & Restoran 6.14% 4.88% 4.51% 4.99% 5.87% 5.07% 6.54% 7.05% 6.44% Angkutan & Komunikasi 8.89% 6.01% 7.04% 8.30% 7.77% 7.29% 7.81% 8.58% 9.03% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 11.30% 6.70% 6.85% 7. 55% 8.46% 7.40% 11.01% 13.88% 7.61% Jasa jasa 9.48% 8.25% 6.76% 5. 86% 6.15% 6.73% 4.70% 5.30% 7.72% PDRB 6.39% 4.64% 4.57% 5.07% 5.70% 5.00% 6.02% 6.55% 6.42% Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Selama tahun 2009, perekonomian Sumut didorong oleh pertumbuhan dua sektor ekonomi non dominan, yaitu sektor keuangan dan jasa perusahaan serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kedua sektor ini mulai menunjukkan sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut. Namun, pada triwulan laporan, sektor utama Sumut yaitu pertanian, PHR dan industri pengolahan tumbuh cukup signifikan. Agar dapat terus Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 11

33 mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang, berbagai persoalan yang membayangi kinerja sektor-sektor andalan ini perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus. Grafik Perkembangan Pertumbuhan Sektor Unggulan % I II III IV I II III IV I II III IV I II III Pertanian Industri Pengolahan PHR 10 Sumber : BPS Sumber : BPS 1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2010 mengalami perkembangan yang positif dengan tumbuh sebesar 5,44% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumya sebesar 5,13% (yoy). Perbaikan kinerja tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan subsektor tanaman pangan. Produksi sektor pertanian pada triwulan ini lebih baik dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun lalu. Peningkatan sektor pertanian pada triwulan III-2010 sejalan dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan petan i. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan nilai tukar petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Sumut terhadap perkembangan harga-harga di kabupaten/kota di Provinsi Sumut, NTP pada bulan September 2010 sebesar 101,72, meningkat 1,42 poin dibandingkan angka NTP pada periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 100,30. Grafik Nilai Tukar Petani Sumut 15 % Nilai Tukar Petani Pertumbuhan (yoy) Sumber : BPS BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

34 Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang meningkat 4,65% (qtq) atau 21,84% (yoy). Nilai kredit ke sektor pertanian mencapai Rp11,94 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp11,41 triliun. a. Produksi Padi Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian % posisi kredit pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Rp Triliun Angka Ramalan III (ARAM III) produksi padi Tahun 2010 diperkirakan sebesar ton Gabah Kering Giling (GKG), naik sebesar ton dibandingkan produksi ATAP Tahun Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan produktivitas hasil per hektar sebesar 1,79 ku/ha atau 3,90%, sedangkan luas panen mengalami penurunan sebesar hektar atau 2,13%. b. Produksi Jagung ARAM III produksi jagung Tahun 2010 diperkirakan sebesar ton pipilan kering, naik sebesar ton dibandingkan produksi ATAP Tahun Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen sebesar hektar atau 12,88%, dan hasil per hektar juga mengalami kenaikan sebesar 4,00 ku/ha atau 8,50%. Di Sumut, daerah penghasil jagung terbesar yakni Simalungun, Tanah Karo dan Deli Serdang. Tantangan dalam pengembangan produksi jagung seperti serangan penyakit hawar daun, tetapi semakin bisa diatasi dengan adanya benih yang tahan dengan serangan penyakit itu. Dengan semakin banyaknya produksi jagung, diharapkan ketergantungan pabrikan pakan Sumut dengan jagung impor kian berkurang dan bahkan Sumut diharapkan bisa surplus. c. Produksi Kedelai ARA M III produksi kedelai pada Tahun 2010 diperkirakan sebesar ton biji kering, turun sebesar ton dibandingkan produksi ATAP Tahun Penurunan produksi Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 13

35 diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen sebesar hektar atau 26,94%, sedangkan hasil per hektar mengalami penurunan sebesar 0,14 ku/ha atau 1,13%. Produksi kedelai Sumut sendiri ditargetkan bisa mencapai sekitar 18 ribu ton pada tahun Dinas Pertanian optimistis bisa mencapai target produksi 2010 itu, karena beberapa perusahaan perkebunan khususnya PT. PN tertarik untuk terjun ke bisnis kedelai. Kenaikan produksi diyakini tercapai karena produktivitas tanaman di Sumut juga terus naik atau sudah di kisaran 12,34 kuintal/ha. Penggunaan bibit unggul juga terus meningkat dan pemerintah sendiri juga memberikan bantuan benih unggul. 2. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri tumbuh lebih cepat pada triwulan ini dan memberikan sumbangan yang relatif stabil terhadap perekonomian Sumut. Pada triwulan III-2010, sektor ini tumbuh 6,09% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,44% (yoy). Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi relatif meningkatnya pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah kenaikan permintaan domestik yang meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudah ada dan di sisi lain aktivitas pasar ekspor mulai bergairah kembali. Dengan kata lain, insentif pasar mulai meningkat. Sebagaimana pola periode sebelumnya, kinerja sektor industri pengolahan masih didorong oleh pertumbuhan sektor non migas, sedangkan kinerja sektor migas masih menunjukkan tren yang menurun. Sementara itu, kinerja produk utama industri Sumut seperti plastik, karet dan makanan, minuman dan tembakau diperkirakan mengalami penurunan. Grafik Nilai dan Volume Ekspor Plastik, Karet dan Produk Turunannya USD 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10, 000,000 Nilai Ekspor (USD) 5,000,000 Volume Ekspor (Kg) Sumber : BI Grafik Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman dan Tembakau Kg Kg USD 10,000, ,000, ,000,000 Nilai Ekspor (USD) Volume Ekspor (Kg) 9,000, ,000,000 8,000, ,000,000 7,000, ,000, ,000,000 6,000, , 000, ,000,000 5,000, ,000,000 4,000, ,000, ,000,000 3,000, ,000, ,000,000 2,000, ,000, ,000,000 1,000, Sumber : BI BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

36 Pertumbuhan produksi Industri Pengolahan Besar dan Sedang (q-to-q ) triwulan III-2010 naik sebesar 4,82% dibandingkan triwulan II Kenaikan produksi pada triwulan III laporan terutama disebabkan adanya kenaikan produksi Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia sebesar 14,38%, Industri Makanan dan Minuman sebesar 13%, Industri Kayu, Barangbarang dari Kayu (tidak termasuk furnitur) dan Barang-barang Anyaman sebesar 5,72% dan Industri Kertas dan Barang dari Kertas sebesar 1,52%. Disamping itu ada juga Industri yang mengalami penurunan yaitu : Industri Logam Dasar turun sebesar 2,58% dan Industri Karet dan Barang dari Karet dan Barang dari Plastik turun sebesar 0,48%. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan 13,84% (yoy). Nilai kredit ke sektor industri pengolahan mencapai Rp19,25 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp19,37 triliun. Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan Rp Triliun % 25 posisi kredit 50 pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2010 tumbuh sebesar 6,44% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,05% (yoy). Penurunan ini diperkirakan akibat penurunan pertumbuhan pada subsektor restoran. Sementara itu, kinerja sektor perdagangan justru mengalami peningkatan, yang diindikasikan oleh beberapa prompt indicator seperti peningkatan arus bongkar muat di pelabuhan Belawan. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 15

37 Tabel 1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) Tingkat Hunian Kamar Bintang ,35 33, Bintang ,28 30, Bintang ,45 47, Bintang ,65 29, Bintang ,14 44, Rata rata Bintang Sumber : BPS Pertumbuhan yang relatif meningkat juga terjadi di sub sektor hotel antara lain tercermin pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat hunian hotel. Jumlah wisman yang masuk melalui bandara Polonia dan Pelabuhan Belawan meningkat yang terlihat dari tingkat hunian hotel di wilayah Sumut yang mengalami peningkatan. Tingkat penghunian kamar hotel rata-rata bintang di Sumut pada bulan September 2010 mencapai 46,62%, meningkat dibandingkan bulan Agustus 2010 sebesar 44,43%. Secara agregat, rata-rata lama menginap tamu asing dan tamu domestik pada hotel berbintang di Sumatera Utara di bulan September 2010 mencapai 1,65 hari. Secara keseluruhan, rata-rata lama menginap tamu asing pada bulan September 2010 sebesar 2,15 hari, lebih tinggi dibandingkan tamu domestik yakni 1,58 hari. % Grafik Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR Rp Triliun posisi kredit pertumbuhan (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Sementara itu, dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan kecenderungan yang meningkat dan performance kredit yang membaik. Outstanding kredit lokasi proyek yang disalurkan di sektor ini cukup tinggi dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir September 2010, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp18,37 triliun. 16 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

38 Grafik Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton) 800, ,000 Bongkar Muat 120, , , ,000 80, ,000 60, ,000 40, , ,000 20, Sumber : BPS Sektor Keuangan Setelah mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya (13,88%), sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami penurunan pertumbuhan pada triwulan ini yaitu menjadi sebesar 7,61% (yoy). Penurunan pertumbuhan sektor ini terutama disebabkan oleh penurunan pertumbuhan di subsektor persewaan. Sementara itu, kinerja perbankan Sumut yang memiliki pangsa dominan pada sector ini justru menunjukkan perbaikan. Ini ditunjukkan oleh berbagai ukuran kinerja perbankan seperti pertumbuhan kredit dan DPK, rasio LDR dan NPL. Seluruh indikator tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan hingga September Perbankan Sumut membukukan pertumbuhan kredit sebesar 21,73%. Net Interest Margin (NIM) yang merupakan indikator sumber pendapatan utama perbankan dari kegiatan tradisionalnya ( simpan-pinjam), terus tumbuh pada triwulan III Perbankan Sumut juga mencatatkan peningkatan pendapatan yang signifikan dari fee-based activities. Tabel 1.6. Perkembangan Kegiatan Bank Uraian III IV I II III IV I II III DPK Rp Triliun 77,97 84,29 88,82 89,56 90,31 94,88 95,40 97,87 102,94 Pertumbuhan (% yoy) 15,92 18,22 23,23 18,28 15,83 12,56 7,41 9,28 13,99 Kredit Rp Triliun 65,87 66,72 65,79 67,18 69,41 73,57 75,64 80,70 84,49 Pertumbuhan (% yoy) 34,13 23,10 20,09 7,76 5,37 10,27 14,97 20,13 21,73 UMKM Rp Triliun 30,42 30,17 30,02 31,36 33,07 34,72 30,78 32,20 22,20 Pertumbuhan (% yoy) 38,08 34,51 21,44 11,92 8,71 15,08 2,53 2,68 (32,87) LDR % 84,48 79,03 73,94 75,01 76,86 77,54 79,29% 82,46% 82,08% NPL % 3,16 2,81 3,63 3,86 3,89 3,58 3,51% 3,59% 3,69% Sumber : Laporan Bank Umum 5. Sektor Bangunan Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 17

39 Pada triwulan III-2010, sektor bangunan mengalami tekanan sehingga tumbuh lebih lambat (4,34%) dibandingkan triwulan sebelumnya 5,58% (yoy). Pelemahan pertumbuhan ini akibat bisnis properti belum sepenuhnya pulih hingga semester II Realisasi berbagai proyek fisik mampu mendorong pertumbuhan meskipun belum setinggi pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu, realisasi pengadaan semen Sumut mengalami peningkatan 14,26% (yoy) dengan jumlah 173,67 ribu ton. Grafik Realisasi Pengadaan Semen Sumut % Pengadaan Semen (axis kanan) Pertumbuhan (yoy) Ribu Ton Sumber : Asosiasi Semen Indonesia 0 Penurunan pertumbuhan sektor bangunan juga diikuti oleh penurunan pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh bank umum di Sumut ke sektor bangunan dan konstruksi sebesar 2,55% (yoy). Penyaluran kredit sektor ini mencapai Rp2,29 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp2,35 triliun. Sebagian besar kredit disalurkan ke subsektor konstruksi lainnya dan subsektor perumahan sederhana. Grafik Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi % posisi kredit Rp Triliun 3.00 pertumbuhan (yoy) 5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Laporan Bank Umum 6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 18 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

40 Pada triwulan III-2010, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II Tercatat terjadi pertumbuhan sebesar 9,03%, sementara triwulan sebelumnya sebesar 8,58%. Faktor yang mempengaruhi tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi antara lain adalah perilaku masyarakat yang sudah memasukkan sarana komunikasi sebagai kebutuhan pokok (gaya hidup). Hal ini menjadi daya tarik bagi konsumen untuk meningkatkan konsumsi layanan komunikasi. Sementara itu, subsektor pengangkutan diperkirakan mengalami peningkatan antara lain tercermin pada peningkatan beberapa prompt indicator di sektor ini, terutama jumlah penumpang angkutan udara. Tabel 1.7. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional Di Bandara Polonia Rincian Jumlah Penumpang Agt '10 Sep '10 Jan Sep '09 Jan Sep '10 % yoy Domestik Datang ,77 Berangkat ,77 Internasional Datang ,50 Berangkat ,69 Sumber : BPS Tabel 1.8. Jumlah Penumpang Dalam Negeri Di Pelabuhan Belawan Rincian Jumlah Penumpang dan Jumlah Kapal Agt '10 Sep '10 Jan Sep '09 Jan Sep '10 % yoy Jumlah Kapal ,10 Penumpang Datang ,56 Berangkat ,59 sumber : BPS Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini menunjukkan perkembangan yang meningkat. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada posisi akhir September 2010 tercatat sebesar Rp1,66 triliun, naik 39,50% dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya Rp1,19 triliun. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 19

41 Grafik Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi % posisi kredit pertumbuhan (yoy) Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Laporan Bank umum Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Kinerja sektor listrik tumbuh sebesar 6,40% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 5,92% (yoy). Pertumbuhan di sektor listrik, gas dan air bersih ini didukung pula oleh kinerja sisi pembiayaan perbankan. Kredit perbankan yang disalurkan ke sektor listrik dan gas terus menunjukkan pertumbuhan positif melanjutkan tren yang terjadi sejak periode-periode sebelumnya dengan outstanding kredit sebesar Rp0,56 triliun. Pada akhir 2011, sistem kelistrikan Sumut akan memperoleh tambahan daya PLTU Meulaboh 2x100 MW, artinya pada , total daya tambahan listrik mencapai 780 MW. Kemudian prospek tambahan pembangkit setelah 2012, akan memperoleh tambahan 4 pembangkit listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) masing-masing dari PLTU Kuala Tanjung 2x125 MW, PLTP Sarulla Unit 1 sebesar 110 MW, PLTP Sarulla Unit 2 sebesar 110 MW, serta pengoperasian PLTA Asahan III berkapasitas 2x87 MW. Ke depan, sistem kelistrikan di Sumut akan semakin bagus dengan tambahan daya dari sejumlah pembangkit baru, maka tidak ada lagi pemadaman bergilir. 8. Sektor Jasa-Jasa Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan III-2010 tumbuh sebesar 7,72%, meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2010 sebesar 5,30%. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, penyerapan tenaga kerja pada jasa-jasa rumah tangga maupun perseorangan yang sifatnya lebih cenderung informal juga turut meningkat. 20 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional

42 Grafik Penyaluran Kredit Oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa % 70 posisi kredit pertumbuhan (yoy) Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Meningkatnya pertumbuhan pada sektor ini, diikuti pula oleh peningkatan penyaluran kredit ke sektor jasa-jasa sebesar 0,48% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai kredit sektor ini mencapai Rp4,17 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,15 triliun. Dilihat dari penyaluran kredit per subsektor, pertumbuhan kredit sektor ini terutama didominasi oleh penyaluran kredit ke subsektor hiburan. Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 21

43 BOKS 1 Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara Beberapa literatur menunjukkan adanya hal lain di luar faktor input yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi yaitu technical efficiency. Technical efficiency adalah parameter yang digunakan dalam mengukur efisiensi dalam penggunaan sumber daya atau input. Peran technical efficiency ini sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Secara nasional, Tjahjana dan Anugrah (2007) menunjukkan bahwa technical efficiency mengalami perubahan seiring berjalannya waktu (time varying). Hasil empiris menunjukkan bahwa technical efficiency secara nasional mengalami perubahan dengan kecenderungan meningkat seiring perubahan waktu. Untuk memperdalam studi pada level daerah perlu dilakukan studi lanjutan terutama terkait dengan tingkat efisiensi pertumbuhan ekonomi di daerah secara sektoral agar dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif atas pola pembentukan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan menggunakan model Stochastic Frontier yang dikembangkan oleh Limam dan Miller (2003) dengan menggunakan asumsi fungsi produksi Cobb Douglas, dimana agregat output diproduksi dengan menggunakan agregat stok kapital secara fisik dan labor dengan persamaan sebagai berikut: dimana, Y it = output perusahaan ke i pada waktu t K it = Kapital perusahaan ke i pada waktu t L it = Labor perusahaan ke i pada waktu t A i = Ae ξt, dimana ξ mengukur rate technical progress β 1it = elastisitas output terhadap capital β 2it = elastisitas output terhadap labor Untuk membandingkan tingkat efisiensi antar sektor ekonomi seiring dengan berjalannya waktu digunakan model stochastic frontier untuk unbalanced panel data yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1992). Pengembangan model stochastic production function dengan simple exponensial specification dari time varying firm effects digabungkan dengan unbalanced panel data, sampel pengamatan N perusahaan dan periode waktu T. Model didefinisikan sebagai berikut 22 Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara Boks 1

44 Y it = f (x it ; β) exp(v it U it ) Dan U it = η it U i = {exp[-η(t T)]}U i, t g(i); i = 1,2,..., N Y it merupakan produksi untuk perusahaan ke i periode ke t f (x it ;β) fungsi yang tepat untuk vector x it dari faktor input, dikaitkan dengan produksi perusahaan ke i pada waktu t dan vector β berupa unknown parameter. V it diasumsikan independen dan distribusi identik N(0,σ 2 V) random error U it diasumsikan independen dan distribusi identik non negative truncation dari N(µ, σ 2 ) distribution η parameter scalar yang tidak diketahui g(i) mewakili set T i periode waktu di antara T periode dengan memasukan persamaan perusahaan ke t. Dari pengolahan data PDRB, stok kapital, dan tenaga kerja Sumatera Utara dari tahun 1980 sampai dengan 2009 menggunakan model tersebut di atas diketahui rata-rata technical efficiency untuk masing-masing sektor ekonomi di Sumatera Utara sebagai berikut : Angka rata-rata estimasi efisiensi ini menunjukkan perbedaan tingkat efisiensi secara relatif antar sektor ekonomi di Sumatera Utara. Terdapat lima sektor ekonomi yang rata-rata technical efficiency-nya berada di atas rata-rata dari keseluruhan sektor, yaitu sektor Pertambangan, sektor Konstruksi/Bangunan, sektor Industri Pengolahan, sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Pertambangan memiliki tingkat efisiensi tertinggi walaupun kontribusinya relatif kecil terhadap perekonomian Sumatera Utara. Tingginya efisiensi di sektor pertambangan lebih disebabkan karena penggunaan teknologi yang relatif lebih maju dibandingkan dengan penggunaan di sektor lainnya. Boks 1 Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara 23

45 Sementara jika dilihat perbandingan dari antar waktu (time-varying), hasil pengolahan data menghasilkan η yang negatif walaupun dengan nilai kecil yaitu 0,002. η yang negatif ini dapat diinterpretasikan bahwa technical efficiency sektor-sektor ekonomi di Sumatera Utara memiliki kecenderungan untuk turun seiring dengan berjalannya waktu walaupun dengan laju penurunan yang relatif rendah. Perbedaan arah perubahan technical efficiency Sumatera Utara jika dibandingkan dengan nasional tidak terlepas dari adanya perbedaan karakteristik perekonomian dimana PDRB Sumatera Utara lebih banyak disumbang oleh sektor Pertanian sementara secara nasional PDB lebih banyak disumbang oleh sektor Industri Pengolahan. Penurunan efisiensi di sektor Pertanian akan mendorong penurunan tingkat efisiensi secara keseluruhan. Penurunan tingkat efisiensi di sektor Pertanian di Sumatera Utara ini kemungkinan antara lain disebabkan oleh usia tanaman yang sudah banyak yang melewati usia produktifnya di samping masih rendahnya penggunaan teknologi baik berupa rekayasa genetika maupun dalam proses pemeliharaan tanaman. Adanya kecenderungan penurunan tingkat efisiensi ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait di Sumatera Utara. Khusus di sektor pertanian, revitalisasi perkebunan berupa peremajaan tanaman dan perluasan lahan perkebunan diharapkan dapat meningkatkan tingkat efisiensi sektor pertanian. Di samping itu perbaikan infrastruktur distribusi seperti jalan raya dan pelabuhan diharapkan akan meningkatkan tingkat efisiensi dari seluruh sektor ekonomi di Sumatera Utara. Peningkatan tingkat efisiensi di Sumatera Utara ini diharapkan akan dapat menghasilkan produk akan memiliki daya saing yang lebih baik dan pada gilirannya dapat mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi regional. 24 Analisa Tingkat Efisiensi Sektoral Sumatera Utara Boks 1

46 BOKS 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN SUMUT Ukuran paling komprehensif dari tingkat aktivitas ekonomi suatu daerah dapat diperoleh dengan mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya yang kita kenal dengan konsep Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDB/PDRB dapat dilihat sebagai perekonomian total dari setiap orang di dalam perekonomian atau sebagai pengeluaran total pada output barang dan jasa perekonomian (Mankiw,2000). Salah satu prioritas dalam membangun perekonomian yang dikemukakan pemerintah Indonesia adalah penciptaan lapangan pekerjaan atau berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang besar berpotensi tinggi dalam menghasilkan output nasional dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Aspek untuk melihat kinerja perekonomian adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada, sehingga lapangan pekerjaan merupakan concern dari pembuat kebijakan. Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran memiliki hubungan yang erat karena penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan pengangguran tidak memberikan kontribusi. Dari angkatan kerja di Sumut yang mencapai sekitar 6,40 juta orang (per Februari 2010), 513 ribu orang diantaranya tergolong pengangguran. Hal ini menyebabkan potensi SDM yang ada dan potensi output yang dihasilkan terbuang sia-sia. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Sumut Sumber : BPS Sumut Data Indonesia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang positif tidak selalu diikuti dengan penurunan pada tingkat pengangguran dari periode sebelumnya, begitu pula sebaliknya. Boks 2 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran 25

47 Studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, sehingga semakin tinggi tingkat pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data PDRB tahunan dan tingkat pengangguran di Provinsi Sumatera Utara diperoleh grafik Okun s Law sebagai berikut : Pengangguran (%) Pertumbuhan Ekonomi (%,yoy) y = 1.018x R² = Grafik tersebut menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Hal itu mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka semakin rendah tingkat pengangguran yang sesuai dengan teori Okun s Law. Dilihat dari eratnya hubungan antara kedua variabel tersebut, diperoleh angka korelasi sebesar 0,571 yang menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut cukup erat hubungannya. Sehingga untuk menurunkan tingkat pengangguran diperlukan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Menurut simulasi pada level nasional, pertumbuhan sebesar 1 persen mampu menciptakan lapangan pekerjaan atau mampu mengurangi pengangguran sebanyak penduduk. Merujuk pada simulasi tersebut, untuk Provinsi Sumatera Utara dimana Tingkat Pengangguran Terbuka saat ini sebanyak 513 ribu jiwa, diperlukan tingkat pertumbuhan ekonomi ±2,5% dari yang tercapai saat ini. 26 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Boks 2

48 BOKS 3 PERAN TABUNGAN DALAM PEREKONOMIAN SUMUT Dalam melakukan pembangunan diperlukan investasi baik untuk membangun sarana produksi maupun infrastruktur penunjangnya. Investasi di suatu negara dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Tabungan nasional dapat diartikan sebagai pendapatan total bersih dalam perekonomian setelah dikurangi pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Untuk menunjang kemandirian bangsa dan mengurangi ketergantungan dari pihak lain, diperlukan tabungan nasional yang memadai untuk membiayai investasi domestik. Secara umum tabungan nasional ini terdiri dari tabungan pemerintah (public saving) dan tabungan masyarakat (private saving). Pembentukan tabungan nasional terutama melalui mobilisasi dana oleh industri perbankan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Upaya pengerahan dana masyarakat ini antara lain dilakukan melalui pengembangan pasar keuangan khususnya industri perbankan. Di level regional, tabungan ini diharapkan juga dapat menjadi sumber pembiayaan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Mengingat masih minimnya informasi dan jangkauan dari industri keuangan non bank di Sumatera Utara maka peran mobilisasi dana masyarakat di Sumatera Utara masih didominasi oleh industri perbankan. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi yang telah diberikan industri perbankan di Sumatera Utara dalam memobilisasi dana masyarakat dapat dilihat antara lain dari rasio simpanan masyarakat yang dihimpun oleh perbankan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan Simpanan Masyarakat dan PDRB 250, % 40.00% 200, % 30.00% Rp Triliun 150, , % 20.00% 15.00% 50, % 5.00% PDRB Simpanan Rasio Simpanan terhadap PDB 0.00% Sumber : Bank Indonesia Boks 1 Peran Tabungan dalam Perekonomian Sumut 27

49 Dari grafik di atas terlihat bahwa rasio simpanan masyarakat di bank yang ada di Sumatera Utara terhadap relatif stabil dari tahun ke tahun di kisaran 37,31% sampai 40,37%. Semenjak 2005 rasio ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai 39,96% di akhir tahun Dari sini dapat dilihat bahwa kontribusi simpanan masyarakat di perbankan di Sumatera Utara sebagai sumber pembiayaan investasi daerah cukup bagus. Namun demikian masih terdapat ruang yang cukup besar untuk meningkatkan peran tersebut. Dengan semakin besarnya peran simpanan masyarakat di bank diharapkan dapat meningkatkan kemandirian Sumatera Utara dalam menyediakan sumber pembiayaan bagi pembangunan regional. Untuk mendorong peningkatan tersebut, berbagai langkah telah dilakukan oleh Bank Indonesia di antaranya melalui pencanangan Gerakan Indonesia Menabung yang dimulai sejak tanggal 20 Februari 2010, dilanjutkan dengan Gerakan Siswa Menabung pada tanggal 7 November Peran Tabungan dalam Perekonomian Sumut Boks

50 BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

51 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. KONDISI UMUM Inflasi Sumut pada akhir triwulan III-2010 sebesar 5,04% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan triwulan sebelumnya sebesar 6,93%. Inflasi tahunan Sumut ini juga di bawah inflasi nasional yang nilainya mencapai 5,80% (yoy). Bila dilihat secara bulanan, Sumut justru mengalami deflasi selama dua bulan berturut-turut Agustus 2010 dan September 2010 masing-masing sebesar -0,36% dan -0,14%. Deflasi pada bulan ini ditengarai karena bergesernya musim tanam. Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional % Sumut Nasional Sumber : BPS Secara umum faktor-faktor penyebab tekanan inflasi pada triwulan III-2010 antara lain: Kenaikan harga sewa rumah dan emas perhiasan Kenaikan harga beberapa komoditas ikan, seperti ikan kembung/gembung, ikan tongkol, ikan dencis, dan daging ayam ras Bergesernya masa tanam di tahun 2010 yang baru dimulai pada Mei-Agustus Faktor eksternal: perkembangan harga emas di pasar internasional INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, laju inflasi di Sumut selama triwulan III-2010 mencapai 1,48% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan II-2010 (2,79%). Penurunan ini akibat Sumut mengalami deflasi pada bulan Agustus 2010 dan September 2010 yang dipicu oleh penurunan harga beberapa komoditas bahan makanan. 29 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

52 Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sumut & Nasional Kendati mengalami deflasi pada bulan September 2010, beberapa komoditas justru mengalami kenaikan harga pada September 2010 bila dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas yang mengalami kenaikan tersebut di antaranya adalah ikan kembung/ gembung (10,79%), ikan dencis (8,78%), daging ayam ras (2,01%), dan emas perhiasan (4,52%). Tabel 2.1. Komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi September 2010 Komoditas Peningkatan Harga (%) Ikan kembung/ gembung Ikan tongkol 9.02 Ikan dencis 8.78 Emas perhiasan 4.52 Sewa rumah 2.41 Daging Ayam Ras 2.01 Rokok kretek filter 1.88 Upah pembantu rumah tangga 1.69 Bahan bakar rumah tangga 1.34 Kontrak rumah 0.47 Sumber : BPS, Sumut INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Berdasarkan kelompok barang dan jasa, pada triwulan III-2010 seluruhnya mengalami inflasi. Tingkat inflasi triwulanan kelompok yang tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (2,64%) diikuti dengan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (2,20%), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (1,22%). BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 30

53 Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Sumber: BPS a. Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III-2010 tercatat sebesar 0,38%, setelah sempat melambung mencapai 5,68% (qtq) pada bulan sebelumnya. Masih sejalan dengan pemaparan sebelumnya, deflasi Sumut pada 2 bulan di triwulan ini akibat turunnya harga beberapa komoditas bahan makanan melatarbelakangi penurunan inflasi kelompok ini. Bahkan kelompok ini memberikan andil deflasi sebesar 0,55% di bulan September Dari 11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan, 4 subkelompok mengalami deflasi dan 7 subkelompok mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 27,03% dan deflasi terendah terjadi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya sebesar 0,06%. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar 9,75% dan inflasi terendah terjadi pada subkelompok lemak dan minyak sebesar 0,05%. Grafik 2.4. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut 31 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

54 Beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada triwulan ini adalah cabai merah, bawang merah, wortel, telur ayam ras, cabai rawit, kentang, cabai hijau, tauge/kecambah, dan kembang kol. Kendati demikian juga terdapat komoditas yang mengalami inflasi seperti daging ayam ras, udang basah, daging sapi, ikan kembung/ gembung, dan kacang tanah. b. Kelompok Sandang Pada triwulan III-2010 kelompok sandang mengalami inflasi triwulanan sebesar 1,13% sedikit menurun dibandingkan inflasi triwulanan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47%. Pada bulan September 2010, kelompok ini memberikan andil sebesar 0,08%. Tingkat konsumsi tertinggi berasal dari subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan terhadap inflasi adalah emas perhiasan dan baju kaos/t-shirt. Grafik 2.5. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III-2010 mencapai 1,22%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,31%. Pada bulan September 2010, kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,06%. Pada periode ini seluruh subkelompok pada kelompok ini yakni (1) makanan jadi, (2) minuman yang tidak beralkohol, dan (3) rokok, tembakau, dan minuman beralkohol mengalami kenaikan inflasi. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 32

55 Grafik 2.6. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi triwulanan sebesar 2,20%, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,47%. Kenaikan ini khususnya dipicu oleh kenaikan harga pada subkelompok transpor dan sarana penunjang transpor. Kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,16% pada akhir triwulan III Komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar adalah tarif angkutan udara. Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut e. Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan menurun tipis dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 0,23% pada triwulan II-2010 menjadi 0,09% pada triwulan III Nilai konsumsi tertinggi pada kelompok ini adalah subkelompok perawatan jasmani dan kosmetik diikuti dengan subkelompok jasa kesehatan, obat-obatan, serta jasa perawatan dan jasmani. Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2 33

56 Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar meningkat cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni dari 0,21% pada triwulan II-2010 menjadi 2,64% pada triwulan III Kelompok ini menyumbang inflasi sebesar 0,03% terhadap inflasi Sumut. Peningkatan ini dipicu oleh inflasi keempat subkelompoknya yakni (1) biaya tempat tinggal, (2) bahan bakar, penerangan, dan air, (3) perlengkapan rumah tangga, dan (4) penyelenggaraan rumah tangga. Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah upah pembantu rumah tangga dan kontrak rumah. Kenaikan harga kontrak rumah sejalan dengan peningkatan harga jual rumah baik tipe kecil, menengah, maupun besar. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) kota Medan diketahui bahwa harga jual rumah tipe kecil mencapai Rp135 juta, tipe menengah mencapai Rp648 juta, dan tipe besar mencapai Rp980 juta. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 34

57 g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Inflasi triwulanan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan III-2010 adalah sebesar 0,97% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0%. Subkelompok yang mengalami kenaikan indeks adalah subkelompok jasa pendidikan dan subkelompok perlengkapan/ peralatan pendidikan. Sumbangan inflasi kelompok ini terhadap inflasi Sumut sebesar 0,01%. Grafik Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut INFLASI MENURUT KOTA Secara umum inflasi triwulanan 3 kota di Sumut yang diperhitungkan IHK (Indeks Harga Konsumen)-nya menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi triwulanan Medan menurun dari 2,12% pada triwulan II-2010 menjadi 1,52% pada triwulan III Inflasi Pematangsiantar menurun dari 2,89% pada triwulan II-2010 menjadi 1,08% pada triwulan III Inflasi Padangsidempuan menurun dari 2,13% menjadi 0,82%. Di sisi lain Sibolga justru mengalami kenaikan indeks, inflasi pada triwulan ini meningkat menjadi 2,67% dari sebelumnya sebesar 2,60%. Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%) Sumber: BPS 35 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

58 2.3. INFLASI TAHUNAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA Pada triwulan laporan, seluruh kelompok barang dan jasa mengalami inflasi. Kelompok barang dan jasa dengan inflasi tahunan tertinggi di Sumut adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (8,73%) diikuti dengan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (7,56%) dan kelompok sandang (6,88%). Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga merupakan kelompok dengan inflasi terendah yakni sebesar 0,70%. Tabel 2.4. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%) Kelompok Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Sumber: BPS, diolah a. Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan laporan sebesar 3,14%. Inflasi tersebut menurun signifikan dibandingkan triwulan lalu sebesar 10,89%. Penurunan tersebut salah satunya dipicu oleh komoditas cabe merah. Komoditas cabe merah mengalami penurunan yang drastis kendati pada triwulan lalu harganya justru membumbung tinggi. Rata-rata harga cabe merah di pasar tradisional pada bulan Juli 2010 mencapai Rp46.679,00 kemudian menurun menjadi Rp40.639,00 pada bulan Agustus 2010 dan di bulan September 2010 kembali menurun menjadi Rp23.799,00. Nilai konsumsi tertinggi kelompok ini berasal dari subkelompok (1) daging dan hasil-hasilnya, (2) telur, susu, dan hasil-hasilnya, serta (3) kacangkacangan. BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 36

59 Grafik Inflasi Kelompok Bahan Makanan b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan III-2010 mencapai 8,73% dan merupakan inflasi tertinggi dari seluruh kelompok. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah gula pasir dan es. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) menunjukkan peningkatan harga gula pasir dari Rp11.403,00 pada awal triwulan III-2010 menjadi Rp11.833,00 pada akhir triwulan III Grafik Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan III-2010 menurun drastis dari 8,33% pada triwulan II-2010 menjadi 0,70% pada triwulan III Hal ini wajar mengingat kecenderungan inflasi kelompok ini yang tinggi di triwulan II seiring dengan pergantian tahun ajaran sekolah. Komoditas yang memberikan andil inflasi adalah tarif Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2 37

60 sekolah dasar dan tarif perguruan tinggi. Sedangkan komoditas yang justru memberikan andil deflasi adalah playstation. Grafik Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga d. Kelompok Sandang Inflasi kelompok sandang pada triwulan III-2010 sebesar 6,88%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 6,68%. Melambungnya harga emas ditengarai turut melatarbelakangi inflasi kelompok ini. Harga komoditas emas di pasar internasional terus melambung. Pada September 2010, harga emas di pasar internasional mencapai USD1.272/OZ. Di kota Medan sendiri harga emas 24 karat mencapai Rp ,00 per gram. Grafik Inflasi Kelompok Sandang BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 38

61 Grafik Harga Emas di Pasar Internasional e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan III-2010 mengalami peningkatan dari 5,46% menjadi 7,56%. Nilai konsumsi tertinggi dari kelompok ini berasal dari subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air serta subkelompok penyelenggaraan rumah tangga. Grafik Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar f. Kelompok Kesehatan Inflasi kelompok kesehatan mengalami penurunan pada triwulan III Inflasi kelompok ini sebesar 2,43% dari inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,58%. Kendati terjadi penurunan inflasi pada kelompok ini, namun sepanjang triwulan III-2010 keempat subkelompok kesehatan seperti (1) jasa kesehatan, (2) obat-obatan, (3) jasa perawatan dan jasmani, dan (4) perawatan jasmani dan kosmetik cenderung tetap atau tidak mengalami perubahan indeks. 39 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

62 Grafik Inflasi Kelompok Kesehatan g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Setelah mengalami deflasi selama 2 triwulan berturut-turut, pada triwulan III-2010 kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,72%. Peningkatan ini seiring dengan tibanya Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan September Penyesuaian tarif angkutan umum baik darat, laut maupun udara menjelang hari raya mendorong kenaikan inflasi kelompok ini, khususnya subkelompok transpor. Grafik Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan INFLASI MENURUT KOTA Tingkat inflasi Sibolga 5,26% (yoy) merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Sumut, diikuti dengan Medan sebesar 5,16% (yoy), Pematangsiantar (4,65%), dan Padangsidempuan (3,71%). BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah 40

63 Tabel 2.5. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy) Kota Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Medan Pematang Siantar Padang Sidempuan Sibolga Gabungan Sumber: BPS, diolah Kenaikan laju inflasi kota Medan dan Pematangsiantar terutama disumbang oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Sementara itu, inflasi kota Padangsidempuan dan Sibolga terutama disumbang oleh kelompok sandang. Tabel 2.6. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy) Sumber: BPS, diolah 41 Perkembangan Inflasi Daerah BAB 2

64 BOKS 4 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SUMATERA UTARA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA Penelitian ini mengidentifikasi derajat persistensi inflasi Sumatera Utara (Sumut) dengan menggunakan metode autoregressive, bootstrap, dan rolling regression. Marques (2005) menyebutkan salah satu definisi persistensi inflasi sebagai kecepatan tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat ekuilibriumnya setelah timbulnya suatu shock. Tingkat kecepatan yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat persistensi inflasi rendah dan sebaliknya tingkat persistensi inflasi yang tinggi ditunjukkan oleh lamanya tingkat inflasi kembali ke level ekuilibriumnya. Guna mengetahui pengaruh ekspektasi inflasi, penelitian ini menggunakan metode Hybrid New Keynesian Philips Curve. Penentuan komoditas yang secara persisten menyebabkan inflasi di Sumut ditentukan berdasarkan rata-rata kontribusi tertinggi terhadap inflasi. Berdasarkan pendekatan ini diketahui terdapat 19 komoditas yang total kontribusinya mencapai 66,88% dari level inflasi Sumut, komoditas tersebut adalah: beras gula pasir minyak tanah angkutan antar kota dencis rokok kretek tarif listrik angkutan dalam kota cabe merah rokok kretek filter emas perhiasan bensin minyak goreng kontrak rumah Sekolah Dasar tarif telpon nasi sewa rumah SLTA Hasil estimasi mengindikasikan bahwa derajat persistensi inflasi Sumut relatif tinggi, yakni sebesar 0,92, sehingga dapat dikatakan bahwa diperlukan waktu yang cukup lama untuk stabilisasi inflasi setelah shock terjadi. Hasil estimasi derajat persistensi inflasi Sumut pada periode pra Inflation Targetting Framework (ITF) dan pasca ITF justru menunjukkan bahwa derajat persistensi inflasi sebagian besar komoditas di Sumut pada periode pasca ITF lebih tinggi dibandingkan pra ITF. Kecenderungan masyarakat untuk merepresentasikan inflasi dengan inflasi periode sebelumnya (backward looking) turut melatarbelakangi hal ini. Dapat pula mengindikasikan bahwa ITF tidak cukup mengarahkan secara konsisten kinerja inflasi menjadi lebih baik. Kendati demikian, hasil pengujian dengan wald test menunjukkan bahwa hanya komoditas dencis, cabe merah, minyak goreng, dan angkutan dalam kota yang meningkat signifikan setelah ITF. 42 Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara Boks 4

65 Diketahui pula bahwa inflasi Sumut konvergen dengan inflasi Nasional maupun inflasi provinsi-provinsi yang memiliki keterkaitan erat dengan Sumut berdasarkan Inter Regional Input Output (IRIO) tahun 2005 seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tingkat konvergensi inflasi Sumut dengan inflasi nasional maupun inflasi provinsiprovinsi tersebut meningkat setelah adanya penerapan ITF. Koefisien Konvergensi Full Sample Pra ITF Pasca ITF Sumut Nasional Sumut Jabar Sumut DKI Jakarta Sumut Jateng Sumut Jatim Keterangan: Full Sample: Januari 2000-April 2008 Pra ITF: Januari 2000-Juni 2005 Pasca ITF: Juli 2005-April 2008 Berdasarkan Hybrid New Keynesian Philips Curve, inflasi Sumut dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang lebih bersifat backward looking. Mengingat persistensi inflasi juga berimplikasi pada daya beli masyarakat dan inefisiensi dalam suatu perekonomian maka diperlukan upaya untuk menekan persistensi inflasi khususnya komoditas-komoditas yang inflasinya tinggi dan vital. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menguatkan peran TPID dalam mengendalikan inflasi daerah. Keberhasilan mengendalikan inflasi terlebih pada saat menguatnya tekanan inflasi dapat meningkatkan kredibilitas BI di mata stakeholders khususnya stakeholders daerah. Pada akhirnya pelaku usaha yang dominan dalam pembentukan harga dan inflasi memiliki orientasi forward looking, sehingga derajat persistensi inflasi pun semakin menurun. Selain itu, diperlukan program stabilisasi harga tidak hanya dilakukan untuk komoditas yang crucial tetapi juga komoditas yang memiliki derajat persistensi inflasi tinggi. Tidak kalah penting adalah pembentukan klaster komoditas penyumbang inflasi atau komoditas yang persisten tingkat inflasinya. Kantor Bank Indonesia Medan berencana membentuk klaster cabe guna menjaga pasokan cabe di wilayah Sumut sekaligus meningkatkan kualitas komoditas tersebut. Sumber: Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara, Kelompok Kajian Ekonomi-Kantor Bank Indonesia Medan Boks 4 Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara 43

66 BOKS PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SUMATERA UTARA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA Penelitian ini mengidentifikasi derajat persistensi inflasi Sumatera Utara (Sumut) dengan menggunakan metode autoregressive, bootstrap, dan rolling regression. Marques (2005) menyebutkan salah satu definisi persistensi inflasi sebagai kecepatan tingkat inflasi untuk kembali ke tingkat ekuilibriumnya setelah timbulnya suatu shock. Tingkat kecepatan yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat persistensi inflasi rendah dan sebaliknya tingkat persistensi inflasi yang tinggi ditunjukkan oleh lamanya tingkat inflasi kembali ke level ekuilibriumnya. Guna mengetahui pengaruh ekspektasi inflasi, penelitian ini menggunakan metode Hybrid New Keynesian Philips Curve. Penentuan komoditas yang secara persisten menyebabkan inflasi di Sumut ditentukan berdasarkan rata-rata kontribusi tertinggi terhadap inflasi. Berdasarkan pendekatan ini diketahui terdapat 19 komoditas yang total kontribusinya mencapai 66,88% dari level inflasi Sumut, komoditas tersebut adalah: beras gula pasir minyak tanah angkutan antar kota dencis rokok kretek tarif listrik angkutan dalam kota cabe merah rokok kretek filter emas perhiasan bensin minyak goreng kontrak rumah Sekolah Dasar tarif telpon nasi sewa rumah SLTA Hasil estimasi mengindikasikan bahwa derajat persistensi inflasi Sumut relatif tinggi, yakni sebesar 0,92, sehingga dapat dikatakan bahwa diperlukan waktu yang cukup lama untuk stabilisasi inflasi setelah shock terjadi. Hasil estimasi derajat persistensi inflasi Sumut pada periode pra Inflation Targetting Framework (ITF) dan pasca ITF justru menunjukkan bahwa derajat persistensi inflasi sebagian besar komoditas di Sumut pada periode pasca ITF lebih tinggi dibandingkan pra ITF. Kecenderungan masyarakat untuk merepresentasikan inflasi dengan inflasi periode sebelumnya (backward looking) turut melatarbelakangi hal ini. Dapat pula mengindikasikan bahwa ITF tidak cukup mengarahkan secara konsisten kinerja inflasi menjadi lebih baik. Kendati demikian, hasil pengujian dengan wald test menunjukkan bahwa hanya komoditas dencis, cabe merah, minyak goreng, dan angkutan dalam kota yang meningkat signifikan setelah ITF. Diketahui pula bahwa inflasi Sumut konvergen dengan inflasi Nasional maupun inflasi provinsi-provinsi yang memiliki keterkaitan erat dengan Sumut berdasarkan Inter Regional Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara Boks

67 Input Output (IRIO) tahun 2005 seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tingkat konvergensi inflasi Sumut dengan inflasi nasional maupun inflasi provinsiprovinsi tersebut meningkat setelah adanya penerapan ITF. Koefisien Konvergensi Full Sample Pra ITF Pasca ITF Sumut Nasional Sumut Jabar Sumut DKI Jakarta Sumut Jateng Sumut Jatim Keterangan: Full Sample: Januari 2000-April 2008 Pra ITF: Januari 2000-Juni 2005 Pasca ITF: Juli 2005-April 2008 Berdasarkan Hybrid New Keynesian Philips Curve, inflasi Sumut dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi yang lebih bersifat backward looking. Mengingat persistensi inflasi juga berimplikasi pada daya beli masyarakat dan inefisiensi dalam suatu perekonomian maka diperlukan upaya untuk menekan persistensi inflasi khususnya komoditas-komoditas yang inflasinya tinggi dan vital. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menguatkan peran TPID dalam mengendalikan inflasi daerah. Keberhasilan mengendalikan inflasi terlebih pada saat menguatnya tekanan inflasi dapat meningkatkan kredibilitas BI di mata stakeholders khususnya stakeholders daerah. Pada akhirnya pelaku usaha yang dominan dalam pembentukan harga dan inflasi memiliki orientasi forward looking, sehingga derajat persistensi inflasi pun semakin menurun. Selain itu, diperlukan program stabilisasi harga tidak hanya dilakukan untuk komoditas yang crucial tetapi juga komoditas yang memiliki derajat persistensi inflasi tinggi. Tidak kalah penting adalah pembentukan klaster komoditas penyumbang inflasi atau komoditas yang persisten tingkat inflasinya. Kantor Bank Indonesia Medan berencana membentuk klaster cabe guna menjaga pasokan cabe di wilayah Sumut sekaligus meningkatkan kualitas komoditas tersebut. Sumber: Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara, Kelompok Kajian Ekonomi-Kantor Bank Indonesia Medan Boks Penelitian Persistensi Inflasi Sumatera Utara dan Implikasinya terhadap Perekonomian Sumatera Utara 43

68 BOKS 5 PENGARUH EKSPEKTASI PENGHASILAN TERHADAP PEMBENTUKAN INFLASI DI SUMATERA UTARA Tingkat penghasilan dan ekspektasi penghasilan di masa yang akan datang merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan tolak ukur tingkat keyakinan konsumen terhadap perekonomian sekaligus mencerminkan daya beli masyarakat di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) oleh Kantor Bank Indonesia Medan diperoleh gambaran bahwa terdapat kecenderungan adanya peningkatan penghasilan dan ekspektasi penghasilan walaupun tidak terlalu signifikan. Hal itu sekaligus mengindikasikan bahwa masyarakat semakin optimis. Dari survei tersebut juga diketahui bahwa inflasi Sumut sejalan dengan indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu dan indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang. Peningkatan penghasilan masyarakat cenderung diikuti dengan peningkatan konsumsi. Peningkatan konsumsi berdampak pada peningkatan harga terlebih lagi bila tidak didukung dengan stok yang memadai. Fenomena ini dapat mendorong terjadinya inflasi. Sejalan dengan tingkat penghasilan, ketersediaan lapangan kerja juga turut berkontribusi dalam pembentukan inflasi. Secara umum ketersediaan lapangan kerja saat ini dan 6 bulan yang akan datang juga sejalan dengan inflasi. Boks 5 Daya Beli Masyarakat dan Inflasi 44

69 Peningkatan ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja harus diimbangi dengan ketersediaan barang dan jasa. Bila tidak, maka hal ini juga akan memicu inflasi. Inflasi yang tinggi akan menurunkan daya beli masyarakat khususnya yang berpenghasilan tetap. Konsekuensinya, tingkat kesejahteraan pun ikut terpengaruh (menurun). Di sinilah diperlukan peran yang lebih besar dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah untuk menjaga ketersediaan barang dan jasa sehingga menghindari terjadinya lonjakan inflasi. 45 Daya Beli Masyarakat dan Inflasi Boks 5

70 BOKS 6 INFLASI DAN PENGANGGURAN SUMUT Inflasi adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus-menerus. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi. Tingkat inflasi merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara maupun tingkat daerah. Ada tiga jenis inflasi berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu demand-pull inflation, cost-push inflation dan inflasi karena pengaruh impor (imported inflation). Demand-pull inflation atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi ini biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga yang terus-menerus. Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan lapangan kerja setiap tahunnya. Khusus di Sumut, penambahan jumlah penduduk tidak serta merta diikuti oleh peningkatan jumlah pengangguran. Selama kurun waktu lima tahun ( ), tingkat pengangguran Sumut telah berkurang sebesar 3%. Jumlah Penduduk, Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran di Sumut Uraian Penduduk (juta jiwa) Angkatan Kerja (juta jiwa) Bekerja (juta jiwa) Pengangguran (ribu jiwa) Tingkat Pengangguran (%) Sumber : BPS Sumut. Boks 1 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran 48

71 Seiring dengan penurunan tingkat pengangguran, kondisi perekonomian yang semakin kondusif juga disertai dengan penurunan tingkat inflasi. Setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 22,38% pada tahun 2005, inflasi Sumut kembali pada posisi terendah yaitu 2,61% pada Perkembangan Inflasi Sumut % Sumber : BPS Sumut Hubungan Inflasi terhadap Pengangguran Hubungan tingkat inflasi dan tingkat pengangguran di Sumut dapat digambarkan seperti dibawah ini : Inflasi (%) Pengangguran (%) Sumber : BPS Sumut,diolah 47 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Boks

72 Secara statistik diperoleh nilai koefisien determinasi R squared sebesar 0,0319 yang menunjukkan bahwa antara inflasi dan pengangguran memiliki korelasi. Bernilai positif, artinya ada pengaruh positif antara inflasi dan pengangguran. Semakin tinggi tingkat inflasi Sumut akan meningkatkan jumlah pengangguran. Keadaan ini berarti penciptaan kesempatan kerja dan kestabilan harga tidak dapat terjadi bersama-sama. Bila kebijakan yang dipilih adalah kestabilan harga, maka akan menanggung beban tingkat pengangguran yang tinggi, demikian pula sebaliknya. Kedua pilihan tersebut tentu saja sama-sama sulit untuk dilakukan. Padahal tingkat inflasi yang rendah bersama-sama dengan tingkat pengangguran yang rendah, disamping pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara dan selalu menjadi prioritas dalam pembangunan ekonomi. Karena keterbatasan data yang digunakan untuk melihat korelasi antara pengaruh inflasi dan pengangguran, maka hasil yang diperoleh masih kurang sesuai dengan teori Arthur Phillips yang menyatakan bahwa saat inflasi tinggi maka tingkat pengangguran akan menurun. Selanjutnya, pemerintah perlu mengkaji lebih khusus lagi kebijakan apa yang sebaiknya dijadikan prioritas. Boks 1 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran 48

73 BAB III Perkembangan Perbankan Daerah

74 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sejalan dengan perkembangan kinerja perekonomian yang masih positif, kondisi perbankan Sumut hingga triwulan laporan masih menunjukkan peningkatan. Fungsi intermediasi perbankan dalam penghimpunan dana dan penyaluran kredit kepada masyarakat masih terjaga di level yang optimal KONDISI UMUM Kondisi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan III-2010 menunjukkan adanya kenaikan aset tertinggi sepanjang tahun Aset di triwulan III-2010 tumbuh 6,51% (quarter to quarter / qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari Rp118,87 triliun menjadi Rp126,61 triliun. Angka pertumbuhan aset triwulanan ini lebih tinggi daripada angka pertumbuhan di triwulan I dan II tahun 2010 yang masing-masing tercatat sebesar -0,99% dan 3,71%. Kenaikan aset yang tinggi ini didorong oleh peningkatan nilai dana pihak ketiga (DPK) milik masyarakat yang dihimpun oleh perbankan Sumatera Utara. Total DPK pada triwulan III 2010 tumbuh 5,18% (qtq) menjadi Rp102,94 triliun dari Rp97,87 triliun di triwulan II Pertumbuhan DPK triwulanan ini juga merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang tahun 2010, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan I dan II 2010 yang masing-masing tercatat sebesar 0,55% dan 2,59%. Sedangkan jika dibandingkan dengan triwulan III 2009 terdapat peningkatan aset, kredit dan DPK masing-masing sebesar 14,49%, 21,73% dan 13,99% (yoy). Angka pertumbuhan tahunan ini juga terus menanjak dari awal tahun 2010 dan merupakan angka pertumbuhan tahunan tertinggi sepanjang tahun Pertumbuhan seluruh indikator perbankan ini menunjukkan perekonomian Sumatera Utara yang terus bertumbuh sepanjang tahun Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah 49 Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3

75 3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan III tahun 2010 relatif terjaga dengan baik yang antara lain terlihat dari rasio kredit terhadap DPK ( loan to deposit ratio / LDR) yang masih berada di atas 80%, walaupun terdapat sedikit penurunan yang disebabkan karena adanya kenaikan DPK yang cukup tinggi yaitu sebesar 5,18% (qtq) pada triwulan ini yang melebihi pertumbuhan kredit sebesar 4,70% (qtq). Sementara jika dibandingkan dengan triwulan III 2009, terdapat kenaikan sebesar 5,22%, yang menunjukkan peningkatan fungsi intermediasi yang cukup berarti dibandingkan dengan tahun lalu Penghimpunan Dana Masyarakat Penghimpunan DPK Sumut hingga triwulan III 2010 mencapai Rp102,94 triliun, atau meningkat 5,18% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya atau meningkat 13,99% (yoy) dibandingkan triwulan III Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan berupa tabungan dan deposito dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 9,44% dan 2,79% (qtq). Sedangkan instrumen giro hanya mengalami kenaikan 1,94%, mengindikasikan adanya peningkatan preferensi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank walaupun sebagian besar masih dalam bentuk instrumen jangka pendek yaitu tabungan. Secara tahunan seluruh instrumen dana pihak ketiga mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu sebesar 24,02%(yoy). Sedangkan giro dan deposito naik masing-masing sebesar 6,98% (yoy) dan 8,70% (yoy). Pertumbuhan deposito yang relatif rendah dibandingkan dengan pertumbuhan giro dan tabungan diindikasikan sebagai dampak penurunan rata-rata tertimbang suku bunga deposito yang relatif lebih besar dibandingkan dengan penurunan rata-rata tertimbang suku bunga giro dan tabungan. Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut 0.12 DPK (Rp. Triliun) Pertumbuhan (%, yoy) Pertumbuhan (%, qtq) RpTriliun Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III % Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah 50

76 Ditinjau dari strukturnya, DPK perbankan di Sumatera Utara masih tetap didominasi oleh deposito sebesar 42,26% dari total DPK dengan nilai Rp43,50 triliun, diikuti tabungan 39,88% (Rp41,05 triliun) dan giro 17,86% (Rp18,39 triliun). Grafik 3. 2 Struktur DPK Sumut 120 Giro Tabungan Deposito Rp Triliun Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Sementara itu dilihat dari suku bunga dari triwulan II ke triwulan III tahun 2010, masih terdapat penurunan rata-rata tertimbang suku bunga pada instrumen giro dan tabungan masing-masing turun sebesar 0,10% dari 1,98% menjadi 1,88%, dan 0,07% dari 2,65% menjadi 2,58%. Sementara suku bunga deposito justru mengalami kenaikan 0,16% yaitu dari 6,09% menjadi 6,25% Penyaluran Kredit Pada triwulan III-2010 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh 4,70% (qtq) dari Rp80,70 triliun menjadi Rp84,49 triliun. Dengan demikian maka secara tahunan pertumbuhan kredit hingga akhir triwulan III 2010 mencapai 21,73% yang diperkirakan sebagai dampak pertumbuhan ekonomi regional yang terus membaik seiring dengan membaiknya perekonomian global. Pertumbuhan kredit di triwulan III 2010 terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,03% (qtq). Hal ini menunjukkan pertumbuhan di sektor riil pada triwulan III 2010 sehingga meningkatkan permintaan akan kredit untuk modal kerja usahanya. Namun demikian untuk ekspansi kapasitas usaha, para pelaku usaha nampaknya masih dalam posisi menunggu yang tercermin dari adanya penurunan kredit investasi sebesar 8,50% di triwulan III Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3

77 Grafik 3. 3 Perkembangan Kredit Sumut Rp Triliun % 90 Kredit Pertumbuhan (%, qtq) Pertumbuhan (%, yoy) Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III (5) Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Pertumbuhan kredit modal kerja yang relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit investasi dan kredit konsumsi pada triwulan III 2010 relatif tidak merubah struktur kredit Sumatera Utara yang masih didominasi kredit modal kerja sebesar Rp44,19 triliun (52,30%), diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi masingmasing sebesar Rp23,83 triliun (28,20%) dan Rp16,47 triliun (19,50%). Rp Triliun Grafik 3. 4 Struktur Kredit Sumut Modal Kerja Investasi Konsumsi Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Komposisi penyaluran kredit menurut sektor ekonomi pada triwulan III 2010 relatif sama dengan triwulan sebelumnya, dengan dominasi sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Pertanian dengan porsi masing-masing sebesar 22,78%, 21,74% dan 14,13%. Jika dibandingkan dengan posisi triwulan II 2010, terdapat sedikit penurunan pangsa sektor Industri Pengolahan dari 24,00%. Sementara pangsa sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel naik sedikit dari 20,83%. Kenaikan di sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel ini menunjukkan semakin maraknya kegiatan perdagangan di Sumatera Utara seiring dengan penerapan ASEAN-China Free Trade Area. BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah 52

78 Rp Triliun Grafik 3. 5 Perkembangan Kredit dan Pangsanya menurut Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan & Kom. Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lainnya Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III Pertanian Industri Pengolahan Konstruksi Pengangkutan, Pergudangan & Kom. Jasa Sosial Masyarakat Pertambangan Listrik, Gas, dan Air Perdagangan, Restoran dan Hotel Jasa Dunia Usaha Lainnya Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Jumlah kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (sesuai definisi UMKM yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM) pada akhir triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp22,20 triliun. Dengan demikian rasio total kredit UMKM di Sumatera Utara terhadap total kredit mencapai 26,28%. Dari jumlah ini sebagian besar tergolong sebagai kredit Kecil yaitu sebesar Rp 9,96 triliun atau 44,86% dari total kredit UMKM. Sedangkan kredit Menengah dan kredit Mikro masing-masing tercatat sebesar Rp 8,73 triliun (39,32%) dan Rp3,51 triliun (15,81%). Grafik 3. 6 Pangsa Kredit UMKM Sumut Mikro Kecil Menengah 3.3. STABILITAS SISTEM PERBANKAN Risiko Kredit Non Performing Loans (NPL) secara net pada triwulan III 2010 tercatat sebesar 1,96% sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,68% namun masih berada di bawah batas maksimum sebesar 5%. NPL perbankan Sumatera Utara yang selalu berada di bawah batas maksimum sejak tahun 2008 ini menunjukkan risiko kredit perbankan di Sumatera Utara yang relatif stabil meskipun terdapat pelambatan ekonomi regional di paruh pertama 2009 sebagai dampak krisis keuangan global. Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3 53

79 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% 8.60% 8.37% Tw. ITw. II Tw. III 8.01% Tw. IV Grafik 3. 7 NPL Gross 6.24% 3.63% 3.32%3.16%2.81% 3.63% 3.86%3.89% 3.58%3.51%3.59%3.69% Tw. ITw. II Tw. III Tw. Tw. ITw. II Tw. IV III Tw. Tw. ITw.II Tw.III IV Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Sementara itu rasio NPL secara gross juga relatif stabil walaupun mengalami sedikit peningkatan menjadi 3,69% dari 3,59% pada triwulan sebelumnya Risiko Likuiditas Pada akhir triwulan III 2010 cash ratio tercatat sebesar 6,30% meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,19%. Rasio ini yang selalu berada di atas batas minimum yang dipersyaratkan yaitu 3% menunjukkan kondisi likuiditas perbankan Sumatera Utara yang cukup baik. Grafik 3. 8 Cash Ratio 10% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Tw. I 9.04% 9.32% 8.97% 8.02% 7.44% Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 6.62% 6.42% 5.55% 5.99% 6.30% 5.92% 5.26% 4.83%4.95% 5.19% Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Risiko Pasar Pada triwulan III 2010 terdapat kecenderungan pertumbuhan long aset dalam jangka panjang yang diindikasikan karena peningkatan permintaan kredit seiring dengan menurunnya tingkat suku bunga kredit. Dibandingkan triwulan sebelumnya, pada triwulan III 2010 hampir seluruh instrumen mengalami penurunan suku bunga kecuali instrumen deposito yang mengalami sedikit kenaikan yang nampaknya BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah 54

80 disebabkan karena adanya keinginan perbankan untuk meningkatkan likuiditas jangka panjangnya. Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan yang mengalami penurunan yaitu giro dan deposito dari 1,98% dan 2,65% menjadi 1,88% dan 2,58%. Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga kredit menurun dari 12,01% menjadi 11,85%. Sedangkan rata-rata tertimbang suku bunga deposito mengalami kenaikan dari 6,09% menjadi 6,25%. Dengan profil maturitas perbankan di Sumatera Utara tersebut, kecenderungan penurunan suku bunga ini diperkirakan akan menurunkan risiko pasar perbankan Sumatera Utara dari aspek pergerakan suku bunga karena berpotensi meningkatkan net interest margin bank. 16% 14% Grafik 3.9 Pergerakan suku bunga perbankan Giro Tabungan Deposito Kredit 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah 3.4. PERBANKAN SYARIAH Aset perbankan syariah triwulan III 2010 sebesar Rp4,41 triliun, naik 14,55% dibandingkan triwulan II Pembiayaan perbankan syariah triwulan II 2010 sebesar Rp4,37 triliun atau naik 6,07% dibandingkan triwulan II DPK perbankan syariah triwulan III 2010 sebesar Rp2,40 triliun atau meningkat 9,09% dibandingkan triwulan II Bila dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu, aset perbankan syariah naik 4,50%. Sementara pembiayaan dan DPK mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,68% dan 0,41%. 55 Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3

81 Rp Triliun Grafik Aset, Pembiayaan, dan DPK Perbankan Syariah Aset Pembiayaan DPK Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III* Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Sementara itu, kegiatan intermediasi perbankan syariah di Sumatera Utara berjalan dengan baik yang terlihat dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencapai 182,08%. Angka ini mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan triwulan II 2010 sebesar 187,27%. Tingginya FDR tersebut mengindikasikan bahwa produk pembiayaan lebih diminati masyarakat dibandingkan produk dana sehingga perbankan syariah di Sumatera Utara masih mengandalkan dana pihak ketiga yang dihimpun dari provinsi lainnya dalam memberikan pembiayaan. Grafik FDR Perbankan Syariah 250% 200% 150% % % % % % % % % % % % % % % % 100% 50% 0% Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah 3.5. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Aset BPR di Sumatera Utara triwulan III 2010 mencapai Rp0,64 triliun, meningkat 3,23% dibandingkan triwulan II 2010 atau 16,36% (yoy). Sedangkan kredit untuk triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp0,48 triliun relatif tetap dibandingkan triwulan sebelumnya atau tumbuh 11,63% (yoy) dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Jumlah dana masyarakat yang dihimpun tercatat sebesar Rp0,46 triliun atau mengalami pertumbuhan 2,22% dibandingkan triwulan II 2010 atau 12,20% (yoy) jika dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. BAB 3 Perkembangan Perbankan Daerah 56

82 Grafik Perkembangan Aset, Kredit, dan DPK BPR Triliun Aset Kredit DPK Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah Kegiatan intermediasi BPR di Sumatera Utara berjalan baik yang tercermin dari LDR yang cukup tinggi pada triwulan III 2010 hingga mencapai angka 104,35% dari angka 106,67% pada triwulan sebelumnya. 140% Grafik LDR BPR 120% 100% 80% % % % % % % % % % % % % % % % 60% 40% 20% 0% Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw.III Sumber: Laporan Bulanan Bank, diolah 57 Perkembangan Perbankan Daerah BAB 3

83 BOKS 7 KREDIT PERBANKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SUMUT Secara umum, perekonomian Indonesia masih ditopang oleh sektor konsumsi. Meskipun hal ini justru mencerminkan perekonomian yang kurang berkualitas, namun untuk saat ini, kekuatan konsumsi menjadi salah satu sandaran harapan kita akan pertumbuhan ekonomi. Begitu pula yang terjadi di Sumatera Utara. Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Sumut masih ditopang oleh aktivitas sektor konsumsi. Untuk mendorong kinerja sektor konsumsi, diperlukan peran aktif lembaga keuangan khususnya perbankan. Harapan yang besar terhadap perbankan begitu penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Ini tentunya terkait dengan sisi penyaluran dana pihak ketiga kepada masyarakat atau lebih dikenal dengan penyaluran kredit. Penyaluran kredit oleh perbankan memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian karena dapat mendorong kinerja konsumsi rumah tangga yang pada akhirnya berpengaruh terhadap daya beli. Untuk di Sumut sendiri, pertumbuhan kredit saat ini cukup ditolong dengan topangan dari pertumbuhan kredit konsumsi yang mencapai 35,09% pada September 2010 (yoy) dengan share dari total kredit sebesar 28,20%. Selain itu juga dapat mendorong kinerja investasi. Meskipun share dari kredit investasi masih dibawah share kredit modal kerja dan konsumsi, akan tetapi masih mempunyai dampak ekspansi pada sektor riil, yang tentunya turut juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tanpa diikuti oleh peran aktif dari perbankan akan mengakibatkan target ekonomi Sumut akan sulit dicapai. Perbankan yang merupakan mitra usaha pemerintah diharapkan mampu meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat agar ekonomi dapat tumbuh lebih tinggi. Pemerintah Sumut sendiri melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), pada tahun 2011 menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,50%, naik dari target pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,27%, sehingga hal ini merupakan peluang bagi perbankan untuk lebih aktif menyalurkan kredit. Bank Indonesia (BI) sendiri, dalam upaya mendorong perbankan lebih aktif menyalurkan kreditnya telah mengeluarkan kebijakan mengenai rasio kredit dana pihak ketiga (loan to deposit ratio/ldr) dalam kisaran minimal 78% hingga 100%. Selain itu, BI juga menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 5% menjadi 8%. Kebijakan baru yang mengikat itu diharapkan dapat mendorong perbankan lebih mengambil porsi dalam penyaluran kredit. 58 Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumut Boks 7

84 Perbankan Sumut sendiri sebenarnya sudah menyalurkan kredit cukup besar, namun nasabah banyak yang menunda menarik kredit dari bank. Fasilitas kredit yang belum dicairkan per September 2010 mencapai Rp5,60 triliun dari total kredit sebesar Rp84,49 triliun. Pertumbuhan Ekonomi (%) y = x R² = Kredit (%) Korelasi antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif. Apabila kredit perbankan mengalami kenaikan, akan turut mempengaruhi peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan nilai R squared sebesar 0,277. Dari hasil R-squared yang diperoleh, diperlukan penelitian lebih lanjut apakah secara riil kredit yang disalurkan oleh perbankan berlokasi di Sumut atau tidak, yang pada akhirnya akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Boks 7 Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Sumut 59

85 BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

86 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. Realisasi APBD 2010 Hingga triwulan III 2010, realisasi APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencapai 54%. Sebagian besar anggaran yang belum terealisasi merupakan proyek fisik dari 4 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yaitu: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman (Tarukim), Dinas Bina Marga, Dinas Pendidikan (Disdik), dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA). Beberapa program telah dilaksanakan namun masih dalam proses pengerjaan hingga belum sampai ke tahap pembayaran. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan memacu kinerja dari SKPD terkait hingga mencapai realisasi 100% di akhir tahun 2010 di antaranya dengan memacu realisasi proyek dan program kerja SKPD yang realisasi anggarannya masih minim Percepatan realisasi program ini diharapkan tidak hanya memberikan peningkatan terhadap daya serap dan pelaksanaan program tetapi juga penting untuk mempercepat pembangunan hingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Rencana APBD Sumatera Utara Tahun 2011 Gubernur Sumut telah menyampaikan RAPBD 2011 melalui penyampaian Nota Keuangan pada 11 Oktober RAPBD Sumatera Utara tahun 2011 sebesar Rp4,53 triliun. Tabel 4.1. RAPBD Sumatera Utara Tahun 2011 Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, diolah BAB 4 Perkembangan Keuangan Daerah 60

87 Belanja Daerah Belanja daerah dapat dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung Rp2,20 triliun atau sekitar 48,57% dan belanja langsung Rp2,33 triliun (51,43%). Belanja tidak langsung dialokasikan untuk membiayai belanja pegawai, hibah, bantuan sosial, bagi hasil untuk kabupaten/ kota, bantuan keuangan untuk kabupaten/kota, dan belanja tidak terduga, sementara belanja langsung untuk belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Grafik 4.1. Komposisi Belanja menurut RAPBD Sumut Tahun 2011 Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, diolah Total belanja daerah sebesar Rp4,53 triliun itu terdiri atas Rp4,23 triliun alokasi untuk urusan wajib dan Rp306,76 miliar untuk urusan pilihan. Alokasi untuk urusan wajib meliputi pendidikan, kesehatan, Pekerjaan Umum (PU), penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, sosial, tenaga kerja, koperasi dan UKM, penanaman modal, kebudayaan dan pariwisata, pemuda dan olahraga, kesatuan bangsa dan politik, pemerintahan umum, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat desa, komunikasi dan informasi, dan perpustakaan. Sedangkan belanja menurut urusan pilihan, yaitu pertanian, kehutanan, energi dan sumberdaya mineral, kelautan dan perikanan dan perindustrian. Pendapatan Daerah Sementara itu, pendapatan daerah pada APBD 2011 diproyeksikan sebesar Rp4,28 triliun atau meningkat Rp848,27 miliar (24,70%) dibandingkan pendapatan Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp3,056 triliun atau sekitar 71,36%, kemudian dana perimbangan Rp1,199 triliun (28,00%) dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp27,756 miliar atau 0,65 %. 61 Perkembangan Keuangan Daerah BAB 4

88 Besarnya kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah Sumut pada 2011 diperoleh dari pajak daerah sebesar Rp2,756 triliun atau 64,39% dari total pendapatan daerah, kemudian retribusi daerah Rp21,105 miliar (0,49%), hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp201,137 miliar (4,7%) dan lain-lain PAD yang sah Rp75,881 miliar (1,77%). Pajak daerah masih merupakan sumber utama PAD pada RAPBD 2011 ini. Jika dibandingkan dengan pajak daerah pada APBD 2010, maka pendapatan pajak daerah pada APBD 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp714,737 miliar atau 34,98%. Grafik 4.2. Komposisi PAD menurut RAPBD Sumut Tahun 2011 Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, diolah Sedangkan dana perimbangan memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap pendapatan daerah, yang bersumber dari bagi hasil pajak dan bukan pajak sebesar Rp315,956 miliar, Dana Alokasi Umum (DAU) Rp853,895 miliar, dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp29,138 miliar. Sumber pendapatan daerah lainnya berasal dari lain-lain pendapatan daerah yang sah, yang merupakan kontribusi terkecil terhadap pendapatan daerah, dimana perolehannya direncanakan berasal dari penerimaan hibah dalam bentuk annual fee sebesar Rp27,756 miliar. BAB 4 Perkembangan Keuangan Daerah 62

89 Grafik 4.3. Komposisi Dana Perimbangan menurut RAPBD Sumut Tahun 2011 Sumber: Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, diolah Defisit anggaran akan ditutup dari selisih penerimaan pembiayaan yang berasal dari estimasi SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) tahun 2010 yang diproyeksikan Rp441,997 miliar lebih, dengan pengeluaran biaya Rp190,917 miliar direncanakan sebagai penyertaan modal pada PT Bank Sumut, PT Askrida, PT Perkebunan dan PT Sarana Prasarana. 63 Perkembangan Keuangan Daerah BAB 4

90 BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran

91 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp miliar. Nilai ini meningkat sebesar 11,37% atau Rp miliar bila dibandingkan dengan triwulan II-2010 yang nilainya sebesar Rp miliar. Ditinjau dari segi volume transaksi, triwulan ini pun mengalami peningkatan sebesar 25,29% atau transaksi dari transaksi pada triwulan II-2010 menjadi pada triwulan III Kegiatan ekonomi yang meningkat menjelang hari raya Idul Fitri khususnya sektor makanan jadi dan sandang turut mempengaruhi peningkatan transaksi RTGS pada triwulan ini. Sedangkan bila dibandingkan dengan triwulan III-2009 terjadi kenaikan yang cukup signifikan yakni sebesar 31,04%. Besaran rata-rata per hari nilai transaksi BI-RTGS pada triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp1.920 miliar dengan volume transaksi sebanyak transaksi per hari. Perkembangan transaksi BI-RTGS terlihat pada tabel berikut. Tabel 5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga. Sumber : Bank Indonesia Nilai transaksi BI-RTGS Sumatera Utara sepanjang triwulan III-2010 didominasi oleh aliran dana yang masuk ke perbankan Sumatera Utara dengan nilai tercatat sebesar Rp miliar, sementara aliran dana yang keluar dari perbankan Sumatera Utara tercatat sebesar Rp miliar. Jika dibandingkan dengan triwulan II-2010 dana yang masuk dari perbankan Sumatera Utara naik 12,79%, sementara dana yang keluar tercatat naik 9,64%. 64 Perkembangan Sistem Pembayaran Bab 5

92 Tabel 5.2. Aliran Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumatera Utara Meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematangsiantar, dan KBI Sibolga. Sumber : Bank Indonesia 5.2. Transaksi Kliring Nilai transaksi kliring pada bulan Juli 2010 dan Agustus 2010 tercatat sebesar Rp miliar. Dari sisi volume transaksi, pada periode ini tercatat sebanyak transaksi kliring. Transaksi kliring didominasi oleh kliring debet yang mencapai transaksi (warkat) dengan nilai transaksi Rp miliar. Sementara itu, kliring kredit mencapai transaksi (warkat) dengan nilai transaksi miliar. Adapun besarnya kliring retur pada periode ini tercatat sebesar Rp294 miliar yang berasal dari warkat. Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong *Data Juli 2010 dan Agustus 2010 Sumber : Bank Indonesia Besaran rata-rata per hari nilai transaksi kliring adalah sebesar Rp487 miliar, dengan ratarata jumlah warkat yang diproses sebanyak transaksi (warkat) per hari. Perkembangan transaksi kliring dapat dilihat pada grafik berikut. Rata-rata transaksi kliring per hari mengalami peningkatan baik dari segi nilai (3,84%) maupun volume (0,45%) bila dibandingkan dengan triwulan II Sejalan dengan transaksi RTGS, transaksi kliring Bab 5 Perkembangan Sistem Pembayaran 65

93 juga meningkat akibat peningkatan aktivitas ekonomi di Sumut pada periode ini. Nilai transaksi kliring per hari pada periode ini juga meningkat bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 7,74% dan meningkat 2,26% bila dilihat dari sisi volume transaksi. Grafik 5.1. Perkembangan Transaksi Kliring Data: Juli 2010 dan Agustus 2010 Sumber : Bank Indonesia Jumlah penolakan cek dan bilyet giro (Cek/BG) kosong di wilayah Sumut pada triwulan III tercatat sebanyak warkat dengan nilai Rp235 miliar. Dengan demikian ratarata penolakan cek dan bilyet giro per harinya sebanyak 252 warkat dengan nilai Rp5 miliar. Kendati jumlah penolakan (Cek/BG) kosong per hari pada triwulan III-2010 menurun 1,95% dibandingkan triwulan lalu begitu pula dengan nilainya yang menurun 0,44%, namun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu penolakan Cek/BG kosong ini meningkat tipis dari segi volumenya (0,80%). 66 Perkembangan Sistem Pembayaran Bab 5

94 Grafik 5.2. Grafik Penolakan Cek/BG Kosong Data: Juli 2010 dan Agustus 2010 Sumber : Bank Indonesia 5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) Aliran uang kartal di Sumatera Utara sepanjang triwulan III-2010 menunjukkan posisi nett inflow yaitu jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan jumlah uang kartal yang keluar (outflow) dari Bank Indonesia. Posisi nett inflow pada periode ini tercatat sebesar Rp355 miliar, menurun sebesar 47,48% dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebesar Rp676 miliar. Penurunan nett inflow ini disebabkan oleh peningkatan outflow yang lebih besar dibandingkan peningkatan inflow. Jumlah Outflow pada periode triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp5.117 miliar, meningkat sebesar 55,25% dibandingkan dengan triwulan lalu sebesar Rp3.296 miliar. Sementara itu inflow pada periode triwulan III-2010 tercatat sebesar Rp5.472 miliar, meningkat sebesar 37,76% dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercatat sebesar Rp3.972 miliar. Grafik 5.3. Perkembangan Aliran Uang melalui Bank Indonesia di Sumatera Utara Sumber : Bank Indonesia Bab 5 Perkembangan Sistem Pembayaran 67

95 5.4. Temuan Uang Palsu Sepanjang triwulan III-2010 jumlah temuan uang palsu yang tercatat di Kantor Bank Indonesia Medan sebanyak 289 lembar atau Rp ,00. Temuan ini mengalami peningkatan signifikan baik dari segi lembar (36,32%) maupun nominal (31,01%) dibandingkan triwulan II-2010 yang tercatat sebanyak 212 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp ,00. Tidak berbeda dengan periode yang lalu, denominasi yang paling banyak dipalsukan adalah uang pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 230 lembar atau 79,58% dari total temuan uang palsu, diikuti dengan pecahan Rp ,00 (12,46%), pecahan Rp5.000,00 (4,15%), pecahan Rp20.000,00 (3,81%). Pada triwulan III-2010 tidak ditemukan uang palsu pecahan Rp10.000,00 dan Rp1.000,00. Temuan uang palsu ini sebagian besar berasal dari laporan bank. Tabel 5. 4 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan (Satuan Lembar) Jenis Pecahan Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Rp Rp Rp Rp Rp Rp Jumlah Lembar Nominal (Rp Ribu) 15,011 29,555 14,905 8,895 12,370 18,905 14,620 11,740 15,380 Sumber : Bank Indonesia Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah terus diadakan guna menekan angka pemalsuan baik yang diselenggarakan bersamaan dengan sosialisasi kebanksentralan kepada pelajar dan mahasiswa maupun yang diselenggarakan secara terpisah untuk masyarakat umum. Selain itu, secara sistematis juga dilakukan kegiatan training of trainers pengenalan keaslian rupiah, agar pengetahuan tentang keaslian uang rupiah dapat tersebar secara lebih cepat dan luas kepada masyarakat Penyediaan Uang Yang Layak Edar Sebagai bagian dari kebijakan clean money policy yaitu berupa penyediaan uang kartal dalam kualitas yang layak edar, Bank Indonesia secara periodik dan berkesinambungan melakukan penyortiran dan peracikan uang kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang yang layak edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar (lusuh/rusak) dan uang dengan emisi yang telah ditarik dari peredaran, kemudian dilakukan Pemberian 68 Perkembangan Sistem Pembayaran Bab 5

96 Tanda Tidak Berharga (PTTB), yang selanjutnya dilakukan pemusnahan. Pada triwulan III jumlah uang kartal yang telah dikenai PTTB tercatat sebesar Rp2.191 miliar. Proporsinya terhadap inflow di Sumut mencapai 40,04%. Grafik 5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara (miliar Rp.) 8,000 7,000 Inflow Ratio PTTB 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 I-6 II-6 III-6 IV-6 I-7 II-7 III-7 IV-7 I-8 II-8 III-8 IV-8 I-9 II-9 III-9 IV-9 I-10 II-10 III % 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Sumber : Bank Indonesia Bab 5 Perkembangan Sistem Pembayaran 69

97 BAB VI Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

98 BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sumut menunjukkan perkembangan positif seiring membaiknya perekonomian. Hal ini diindikasikan oleh persepsi pelaku usaha untuk melakukan penambahan tenaga kerja baru, terutama pada sektor pertanian. Sementara itu, perbaikan tingkat kesejahteraan tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian Sumut pada triwulan laporan, kondisi ketenagakerjaan di Sumut juga terus menunjukkan perbaikan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, jumlah penyerapan tenaga kerja baru diperkirakan meningkat pada triwulan III-2010, terutama pada sektor pertanian dan PHR. Memasuki pertengahan tahun 2010, tenaga kerja baru diperkirakan masih banyak terserap oleh beberapa sektor di Sumut. Berdasarkan hasil survey, jumlah pelaku usaha yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Hal ini tercermin dari nilai SBT indikator jumlah karyawan pada triwulan III-2010, yang masih bernilai positif, yaitu 1,72. Berdasarkan lapangan usahanya, sektor pertanian merupakan sektor yang melakukan penambahan jumlah tenaga kerja terbanyak, yang tercermin dari naiknya nilai SBT indikator jumlah karyawan, dari 0,63 pada triwulan II-2010 menjadi 1,23 pada triwulan III Kenaikan tersebut diperkirakan terjadi karena dimulainya masa panen pada periode tersebut di beberapa daerah Sumut sehingga membutuhkan tenaga yang lebih banyak sebagai buruh tani. Kondisi serupa juga terjadi pada sektor PHR yang diperkirakan juga menyerap tenaga kerja yang lebih besar pada triwulan III BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 70

99 Grafik 6.1. Indikator Jumlah Karyawan Tetap Sumber : SKDU, KBI Medan Walaupun dibayang-bayangi oleh isu terjadinya gelombang PHK sebagai dampak negatif implementasi ACFTA, kondisi ketenagakerjaan di Sumut diperkirakan masih relatif stabil. Kondisi tersebut diperkirakan terjadi karena pelaku usaha masih optimis terhadap kinerja usahanya pasca implementasi ACFTA. Selain itu, ancaman ACFTA tidak serta-merta mendorong pelaku usaha untuk mengurangi tenaga kerjanya, karena mereka lebih memilih untuk melakukan efisiensi biaya operasional terlebih dahulu, sebagai opsi pertama yang dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Selain itu dalam prioritas pembangunan pemerintah provinsi Sumut 2011, juga ditekankan adanya peningkatan kualitas infrastruktur khususnya penguatan pembangunan pertanian berdaya saing, sehingga dapat menyerap tenaga kerja lebih besar lagi. Ini merupakan target utama dalam menekan angka kemiskinan dan pengangguran di Sumut. 71 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan BAB 6

100 6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sumut diperkirakan meningkat selama tahun Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan Sumut memiliki kecenderungan untuk meningkat. Walaupun sempat menurun pada Juni 2010, Indeks Penghasilan saat ini meningkat sejak Juli 2010, bahkan mencapai level optimis. Kenaikan ini merupakan dampak dari bergeraknya aktivitas perekonomian Sumut akibat pemulihan perekonomian Tingkat Penghasilan Masyarakat Menurut Survei Konsumen di kota Medan, indeks penghasilan saat ini meningkat dari 123,25 pada akhir triwulan II-2010 menjadi 128,49 pada akhir triwulan III Penghasilan masyarakat yang meningkat dengan tingkat inflasi yang relatif stabil mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada periode ini. Peningkatan ini diperkirakan akan terus terjadi hingga 6 bulan yang akan datang yang terindikasi dari peningkatan indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang. Nilai indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang berada pada level yang optimis (di atas 100) yakni sebesar 136,83, meningkat dibandingkan triwulan II-2010 sebesar 136,19. Grafik 6.9 Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sep Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yl Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad Nilai Tukar Petani (NTP) Dari sisi petani, daya beli petani diindikasikan mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan II Hal ini tercermin dari adanya peningkatan NTP. NTP mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan III-2010, NTP Sumut tercatat BAB 6 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 72

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2011 BANK INDONESIA MEDAN 2011 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2009 BANK INDONESIA MEDAN 2009 Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia

KAJIAN. Triwulan II Kantor Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI PROVINSI REGIONAL RIAU Triwulan II - 200 7 Kantor Bank Indonesia P e k a n b a r u KATA PENGANTAR BUKU Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci