STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)"

Transkripsi

1 No. 29 ol.1 Thn. X Aprl 2008 SSN: STUD HUBUNG SNGKAT UNTUK GANGGUAN TGA FASA SMETRS PADA SSTEM TENAGA LSTRK (Stud Kasus : PT. PLN Sumbar-Rau 150 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas Andalas Padang, Kampus Lmau Mans Padang, Sumatera Barat Emal : heru_dl@t.unand.ac.d ABSTRAK Perluasan sstem tenaga yang dlakukan oleh PT. PLN Sumbar-Rau menuntut perlunya analsa ulang terhadap ratng peralatan pemutus tenaga (Crcut Breaker), supaya Crcut Breaker (CB) dapat mengamankan sstem tenaga lstrk terhadap bahaya gangguan terutama gangguan hubungsngkat tga asa semtrs. Untuk hal tu dlakukan stud hubungsngkat pada sstem tenaga lstrk PT. PLN Sumbar Rau 150 K. Perhtungan arus gangguan hubungsngkat tga asa smetrs n ddasarkan matrks mpedans rel dengan alat bantu perhtungan, dgunakan komputer dgtal dengan bantuan sotware Matlab. Kesmpulan yang nantnya dperoleh adalah arus gangguan yang terbesar, kapastas Crcut Breaker (CB) dan kapastas pemutusan. Adapun hasl yang dperoleh untuk gangguan tga asa smetrs, gangguan terbesar terjad pada bus 18 (Salak) dengan arus gangguan sebesar pu dengan sudut asa derjat, kapastas CB sebesar MA dan Kapastas pemutusan sebesar MA. Keyword : Stud hubungsngkat, Gangguan Tga Fasa Smetrs, Kapastas Crcut Breaker (CB), Kapastas Pemutusan 1. PENDAHULUAN Ddalam sstem tenaga lstrk, stud arus hubungsngkat merupakan hal yang pentng terutama untuk perencanaan, perancangan serta perluasan sstem tenga lstrk. Data yang dperoleh dar perhtungan n akan dgunakan untuk menentukan penyetelan rela dan kapastas pemutus tenaga. Pemlhan pemutus rangkaan untuk sstem tenaga lstrk tdak hanya tergantung pada arus yang mengalr pada pemutus rangkaan dalam keadaan kerja normal saja tetap juga pada arus maksmum yang mungkn mengalrnya beberapa waktu dan pada arus yang mungkn harus dputuskannya pada tegangan saluran dmana pemutus tu dtempatkan. Jka terjad gangguan pada jarngan sstem tenaga lstrk, arus yang mengalr akan dtentukan oleh em-nternal mesn pada jarngan mpedansnya dan mpedans pada jarngan antara mesn dengan ttk tempat terjadnya gangguan tersebut. Arus yang mengalr dalam mesn serempak segera setelah terjadnya gangguan, yang mengalr beberapa perode kemudan dan terus bertahan atau dalam keadaan tetap, nlanya berbeda cukup jauh karena pengaruh arus jangkar pada luks yang membangktkan tegangan dalam mesn tu. Arus tu berubah relat lambat dar nla awalnya ke nla keadaan mantapnya. Pada umumnya ada 4 macam gangguan hubungsngkat yang ada pada sstem tenaga yatu gangguan tga asa smetrs, gangguan tdak smetrs satu asa ke tanah, gangguan tdak smetrs dua asa ke tanah dan gangguan tdak smetrs antar asa. Apabla gangguan n serng terjad dan tdak cepat datas maka akan dapat menyebabkan kerusaan pada peralatan tegangan sepert transormator, generator dan sebaganya. Untuk transormator, dkarenakan besarnya arus yang lewat maka akan tmbul rug daya yang besar dan drubah menjad panas sehngga dapat merusak solas pada transormator tersebut, sehngga akan terjad kecenderungan lash over pada kumparan transormator pada generator. Saat sekarang n, stud hubung sngkat pada sstem yang besar, salng ternterkoneks akan melbatkan perhtunganperhtungan yang kompleks dan membutuhkan tngkat kecermatan yang tngg. Oleh karena tu dalam stud arus hubungsngkat n sebaga alat bantu dalam perhtungan dgunakan sotware Matlab. Tujuan dar peneltan n untuk menghtung besarnya arus dan tegangan hubungsngkat d setap busbar jka terjad gangguan d salah satu busbar pada sstem kelstran PT. PLN Sumbar-Rau dan mengevaluas apakah peralatan pemutus rangkaan memlk ratng yang cukup untuk gangguan hubungsngkat maksmum. 2. Stud Hubungsngkat Stud hubung-sngkat dlakukan untuk menentukan besarnya arus yang mengalr melewat sstem tenaga lstrk pada berbaga jarak waktu setelah gangguan terjad. Besarnya arus yang TeknkA 26

2 mengalr melewat sstem tenaga lstrk setelah gangguan berubah menurut waktu sampa mencapa konds tetap. Selama konds gangguan, sstem proteks dperlukan untuk mendeteks, menghlangkan dan mengsolas gangguan tersebut. Hal n dapat dlakukan pada bermacam-macam gangguan (tga asa smetrs, asa ke asa, dua asa ke tanah, dan satu asa ke tanah) pada lokas yang berbeda dar keseluruhan sstem. Setap kesalahan dalam suatu rangkaan yang menyebabkan terganggunya alran arus yang normal dsebut gangguan. Sebagan besar dar gangguangangguan yang terjad pada saluran transms tegangan 115 K atau lebh dsebabkan oleh petr yang mengakbatkan terjadnya perckan bunga ap (lashover) pada solator. Tegangan tngg yang ada d antara penghantar dan menara atau tang penyangga yang dketanahkan (grounded) menyebabkan terjadnya onsas. n memberkan jalan bag muatan lstrk yang dnduks (dmbas) oleh petr untuk mengalr ke tanah. Dengan terbentuknya jalur onsas n, mpedans ke tanah menjad rendah. n memungknkan mengalrnya arus asa dar penghantar ke tanah dan melalu tanah menuju netralnya transormator atau generator yang dketanahkan sehngga terjadlah rangkaan tertutup. Oleh karena letaknya yang tersebar d berbaga daerah maka saluran transms mengalam gangguan-gangguan bak yang yang dsebabkan oleh alam maupun oleh sebab-sebab lan. Pada saluran transms datas 187 K jumlah gangguannya adalah 1.1 per 100 Km per tahun, pada K adalah 2.4 per 100 Km pertahun, pada K adalah 5.8 per 100 Km pertahun sedangkan pada saluran 33 K ke bawah adalah 1.0 per 100 km per tahun. Hampr semua gangguan pada saluran 187 K ke atas dsebabkan oleh petr dan lebh dar 70% dar semua gangguan pada saluran K dsebabkan karena gejala-gejala alamah sepert petr, salju, es, angn, banjr, gempa, dsb. Gejalagejala alamah lan yang terjad pada saluran 60 K adalah gangguan oleh bnatang sepert burung dsb. Dar jens-jens gangguan yang terjad, yang palng besar jumlahnya adalah hubung sngkat satu asa dengan tanah. Alat yang palng banyak menderta kerusakan adalah solator. Jens gangguan dbag menjad dua kategor yatu: a. Gangguan smetrs b. Gangguan tak smetrs Salah satu contoh gangguan smetrs adalah gangguan tga asa smetrs yang mana terjad pada saat ketga asanya terhubung sngkat melalu atau tanpa mpedans. Gangguan tak smetrs terdr dar gangguan hubung sngkat tak smetrs, gangguan tak smetrs melalu mpedans dan penghantar terbuka. Gangguan hubung sngkat tak smetrs terjad sebaga gangguan tunggal saluran ke tanah, gangguan antar saluran, serta gangguan ganda ke tanah. Bla hubungsngkat dbarkan berlangsung agak lama pada suatu sstem tenaga lstrk maka pengaruh-pengaruh yang tdak dngnkan dapat terjad : 1. Berkurangnya batas-batas kestablan untuk suatu sstem tenaga lstrk 2. Rusaknya peralatan yang berada dekat dengan gangguan yang dsebabkan oleh arus yang besar, arus yang tdak sembang atau tegangantegangan rendah yang dtmbulkan oleh hubungsngkat. 3. Ledakan-ledakan yang mungkn terjad pada peralatan yang mengandung mnyak solas sewaktu terjadnya hubung sngkat dan yang mungkn menmbulkan kebakaran sehngga dapat membahayakan orang yang menangannya dan merusak peralatan-peralatan lan. 4. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sstem tenaga lstrk tu oleh suatu rentetan tndakan pengamanan yang dambl oleh sstem-sstem pengamanan yang berbeda. Tndakan pengamanan yang dapat dambl dalam melndung sstem tenaga lstrk adalah dengan jalan pemsahan (solaton) bagan yang terkena gangguan. Dalam sstem-sstem tenaga lstrk yang modern, proses menadakan hubung sngkat n dlaksanakan secara otomats tanpa adanya campur tangan manusa. Peralatan yang melakukan pekerjaan n secara kolekt dkenal sebaga sstem perlndungan (Protecton System). 2.1 Gangguan Tga Fasa Smetrs Bla terjad gangguan dalam jarngan sstem tenaga lstrk, arus yang mengalr akan dtentukan oleh em-nternal mesn pada jarngan mpedansnya dan mpedans pada jarngan antara mesn dengan ttk tempat terjadnya gangguan tersebut. Arus mengalr dalam mesn serempak segera setelah terjadnya gangguan, yang mengalr beberapa perode kemudan, dan yang terus bertahan, atau dalam kedaan tetap, nlanya berbeda cukup banyak karena pengaruh arus jangkar pada luks yang membangktkan tegangan dalam mesn tu. Arus tu berubah relat lambat dar nla awalnya ke nla keadaan tetapnya. Adapun besarnya arus gangguan adalah : = (2.1) Dmana : Tegangan pragangguan yang besarnya 1.00 pu : mpedans ttk gangguan Tegangan pasca gangguan pada bus n adalah: nk n = (2.2) Dmana nk : mpedans antara bus n dan bus k TeknkA 27

3 : mpedans pada ttk gangguan pada bus k 2.2 Model Sstem Dalam berbaga kasus, dagram segars berbeda-beda sesua dengan persoalan yang akan dselesakan. Dalam menggambarkan dagram segars tersebut ada beberapa komponen sstem tenaga lstrk yang dabakan. Pengabaan n bertujuan untuk menyederhanakan perhtungan terutama jka perhtungan dlakukan secara manual. Komponen-komponen dar suatu sstem tenaga lstrk pada umumnya terdr dar : pusat pembangkt, dalam hal n yang dgambarkan adalah generatornya., tansormator daya, saluran transms, kondesator snkron arus stats, alat pengaman ( pemutus daya dan rela-rela) dan beban yang terdr dar beban dnamk dan beban stats. Berkut n contoh dagram segars yang basanya dgunakan dalam stud arus hubungsngkat. Gambar-2.1 Dagram Segars Sstem Tenaga Lstrk 20 (PT. PLN Sumbar-Rau) 3. Perhtungan Stud Hubungsngkat Pada Sstem Tenaga Lstrk Dalam perhtungan stud hubungsngkat n dlakukan perhtungan arus momentar dan arus nteruptng. Adapun langkah-langkah yang dlakukan dalam perhtungan arus momentar dan arus nteruptng n sebaga berkut : 1. Tentukan dagram jarngan urutan post, negat dan nol Nla dar masng-masng dagram dtentukan dengan nla reaktans urutan post, urutan negat dan dan urutan nol 2. Tranormaskan data-data dar komponen datas ke dalam satuan perunt. dengan terlebh dahulu menentukan dasar perhtungan.untuk memlh dasar perhtungan dapat dplh salah satu komponen dalam dagram segars sepert generator, motor, transormator maupun saluran. 3. Menentukan Matrk Admtans Urutan Post Untuk menentukan matrk admtans post, terlebh dahulu dtentukan matrk admtans prmt urutan post lalu matrk admtans post n dnvers sehngga dperoleh matrk mpedans post. 4. Menentukan Matrk Admtans Urutan Negat Untuk menentukan matrk admtans negat, terlebh dahulu dtentukan matrk admtans prmt urutan negat lalu matrk admtans negat n dnvers sehngga dperoleh matrk mpedans negat. 5. Menentukan Matrk Admtans Urutan Nol Untuk menentukan matrk admtans urutan nol, terlebh dahulu dtentukan matrk admtans prmt urutan nol lalu matrk admtans nol n dnvers sehngga dperoleh matrk mpedans nol. 6. Menentukan besarnya arus momentar. Arus gangguan total yang terjad pada bus k : k = pu (3.1) 1 Tegangan pada masng-mang bus selama terjadnya gangguan : () () k F = 0 k () 0 (3.2) Arus yang mengalr pada saluran selama gangguan adalah ( F) j( F) j() F = (3.3) z j Arus momentar pada saluran ( ) ( m) j = j() F (3.4) Penentuan kapastas CB sebaga berkut : Kapastas CB = ( j() F ) MA dasar (3.5) 7. Menentukan besarnya arus nteruptng : Untuk menentukan arus nteruptng pada gangguan 3 φ smetrs, terlebh dahulu dbentuk matrk admntans urutan post, urutan negat dan urutan nol dengan menggant reaktans subtransen dengan reaktans transen khusus untuk beban yang berupa motor kemudan dlakukan perhtungan sebaga berkut : 7.1 Menentukan Matrk Admtans Urutan Post Untuk menentukan matrk admtans post, terlebh dahulu dtentukan matrk admtans prmt urutan post lalu matrk admtans post n dnvers sehngga dperoleh matrk mpedans post. 7.2 Menentukan Matrk Admtans Urutan Negat Untuk menentukan matrk admtans negat, terlebh dahulu dtentukan matrk admtans prmt TeknkA 28

4 urutan negat lalu matrk admtans negat n dnvers sehngga dperoleh matrk mpedans negat. 7.3 Menentukan Matrk Admtans Urutan Nol Untuk menentukan matrk admtans urutan nol, terlebh dahulu dtentukan matrk admtans prmt urutan nol lalu matrk admtans nol n dnvers sehngga dperoleh matrk mpedans nol. Arus gangguan total yang terjad pada bus k : k = 1 (3.6) Tegangan pada masng-mang bus selama terjadnya gangguan : () () k F = 0 k () 0 (3.7) Arus yang mengalr pada saluran selama gangguan ( F) j( F) j() F = (3.8) z j Arus nteruptng pada saluran tergantung pada jumlah cycle yang terjad. Adapun nla cycle yang berlaku dantaranya : - 2 cycle dengan nla K = cycle dengan nla K = cycle dengan nla K = Sehngga arus nteruptng pada saluran adalah : ( ) ( ) K ( F) j = j (3.9) Penentuan kapastas pemutusan : Kapastas Pemutusan Saluran adalah K j() F MA dasar (3.10) Dalam perhtungan tanda mnus pada arus nteruptng tdak dgunakan karena yang dperlukan hanya harga mutlaknya dar besarnya kapastas pemutusan yang dgunakan 4. Stud Hubungsngkat Sstem Tenaga Lstrk PT. PLN Sumbar-Rau 150 K 4.1 Data Sstem Tenaga Lstrk PT. PLN Sumbar-Rau Data-data sstem tenaga lstrk PT. PLN Sumbar- Rau yang terdr dar 20 bus dengan data dan asums sebaga berkut : - Faktor daya setap bus bernla Tegangan perunt untuk Slack bus 1.05 dan bus pembangkt bernla 1.03 Selan setap bus dber nomor sebaga berkut. Tabel-4.1 Data Nomor Tap NO NAMA BUS TPE BUS 0 PLTU Ombln Slack 1 PLTG Pauh Lmo P 2 PLTA Mannjau P 3 PLTA Batang Agam P 4 PLTA Sngkarak P 5 PLTA Koto Panjang P 6 PLTD Teluk Lembu P 7 Duma 8 Dur 9 Garuda Sakt 10 Bangknang 11 Payakumbuh 12 Padang Luar 13 Lubuk Alung 14 PP 15 Batusangkar 16 ndarung 17 Solok 18 Salak 19 Smpang Haru Tabel-4.2 Data Tegangan dan Tpe PT. PLN Sumbar-Rau 150 K Tegangan Jens pu Slack 2 0 P 3 0 P 4 0 P 5 0 P 6 0 P Tabel-4.3 Data Pembangktan Tap PT. PLN Sumbar-Rau 150 K TeknkA 29

5 Pembangktan P (MW) Q (MAR) Tabel-4.4 Data Beban Tap PT. PLN Sumbar- Rau 150 K Beban P (MW) Q (MAR) Lne ser Dar Ke R X Tabel-4.6 Data Saluran Urutan Negat PT. PLN Sumbar-Rau 150 K Lne ser Dar Ke R X Tabel-4.5 Data Saluran Urutan Post PT. PLN Sumbar-Rau 150 K Tabel-4.7 Data Saluran Urutan Nol PT. PLN Sumbar-Rau 150 K TeknkA 30

6 Lne ser Dar Ke R X Dalam peneltan n dokuskan pada stud hubungsngkat d PT. PLN Sumbar-Rau 150 K dengan melakukan smulas untuk mengamat perubahan tegangan, sudut phasa pada tap bus, arus antar saluran, kapastas CB dan kapastas pemutusan jka terjad gangguan tga asa smetrs pada salah satu bus pada sstem tersebut. Sebelum smulas perhtungan hubungsngkat dlakukan, terlebh dahulu dhtung tegangan dan sudut phasa untuk tap bus pada sstem PT. PLN Sumbar-Rau 150 K untuk keadaan tanpa gangguan dan dperoleh hasl sebaga berkut : Tabel-4.8 Data Tegangan dan Sudut Phasa Tap Pada PT. PLN Sumbar-Rau 150 K Magntude Tegangan pu Sudut Phasa degree Jka terjad gangguan tga asa smetrs d bus 1 (PLTG Pauh Lmo) dperoleh hasl sebaga berkut : Tabel-4.9 Tegangan dan Sudut Phasa Tap Jka Terjad Gangguan d 1 (PLTG Pauh Lmo ) Untuk Gangguan Tga Fasa Smetrs Tegangan Sudut (der) Tabel-4.10 Besar Arus dan Sudut Phasa Arus Saluran Jka Terjad Gangguan d 1 (PLTG Pauh Lmo) Untuk Gangguan Tga Fasa Smetrs Dar Saluran Ke Magntude Arus Sudut Phasa Arus (derjat) 1 F G G Tabel-4.11 Besar Arus Momentar Tap Saluran Jka Terjad Gangguan d 1 (PLTG Pauh Lmo) Untuk Gangguan Tga Fasa Smetrs Saluran Arus Momentar TeknkA 31

7 Dar Ke Real magner 1 F G G , Tabel-4.12 Besar Kapastas CB Tap Saluran Jka Terjad Gangguan d 1 (PLTG Pauh Lmo) Untuk Gangguan Tga Fasa Smetrs Saluran Kapastas CB Dar Ke MA MA 1 F G G Tabel-4.13 Besar Arus nteruptng Tap Saluran Jka Terjad Gangguan d 1 (PLTG Pauh Lmo) Untuk Gangguan Tga Fasa Smetrs Saluran Arus nteruptng Dar Ke Real magner 1 F G G Tabel-4.14 Kapastas Pemutusan Tap Saluran Jka Terjad Gangguan d 1 (PLTG Pauh Lmo) Untuk Gangguan Tga Fasa Smetrs Saluran Kapastas Pemutusan Dar Ke MA MA 1 F G G Jka gangguan tga asa smetrs terjad pada bus 1 (PLTG Pauh Lmo) maka terjad penurunan tegangan dan kenakan sudut asa pada masngmasng bus dan arus gangguan yang terbesar adalah pu dengan sudut asa derjat yang terjad pada : a. Saluran antara bus 1 (PLTG Pauh Lmo) dan lokas gangguan (F) b. Saluran antara bus 1 (PLTG Pauh Lmo) dan bus 16 (ndarung). dengan kapastas CB MA dan kapastas pemutusan MA Untuk gangguan tga asa smetrs yang terjad pada bus yang lan dlakukan dengan cara yang sama dan pada peneltan n smulas dlakukan untuk semua bus. 5. KESMPULAN Dar hasl pembahasan tentang stud hubungsngkat pada sstem tenaga lstrk PT. PLN Sumbar-Rau 150 K untuk gangguan tga asa smetrs dapat dsmpulkan bahwa : arus gangguan terbesar terjad pada bus 18 (Salak) dengan nla sebaga berkut : a. Arus gangguan sebesar pu dengan sudut asa derjat b. Kapastas CB sebesar MA c. Kapastas pemutusan sebesar MA DAFTAR PUSTAKA 1. Gonen, Turan, Modern Power System Analyss, Jhon Wley & Sons, nc, Sngapore, Stevenson, W.D, Jr, Analss Sstem Tenaga Lstrk, dterjemahkan oleh drs, Kemal r, Eds Keempat, Erlangga, Jakarta, Sanpar, Gbson, DR, r Komputas Sstem Tenaga, nsttut Teknolog Bandung (TB), Bandung, Gross, Charles A, Power System Analyss, Jhon Wley & Sons, nc, Canada, Marta Yudha, Hendra, r, MS, Dktat Stud Alran Daya, Unverstas Srwjaya ( Unsr), Palembang, M.A. PA, Computer Techngues n Power System Analyss, ndan nsttute o Technology, New Delh, Granger, John & Stevenson, Wllam, Jr, Power System Analyss, McGraw-Hll, New York, USA, Stagg, Glenn W, El-Abad, Computer Methods n Power System Analyss, McGraw-Hll, Tokyo, Hutauruk, r, Msc, Transms Daya Lstrk, Erlangga, Jakarta, Gonen, Turan, Electrc Power Transmsson System Engneerng Analyss And Desgn, John Wley & Sons, Calorna, Part-Enander, Eva & Sjoberg, Anders, The Matlab Handbook,John Wley & Sons, Calorna, 1999 BODATA TeknkA 32

8 Heru Dbyo Laksono ST, MT, Lahr d Sawah Lunto, 7 Januar 1977, Menamatkan S1 d Jurusan Teknk Elektro Unverstas Andalas (Unand) Padang tahun 2000 bdang Teknk Tenaga Lstrk. Penddkan S2 bdang Teknk Kendal dan Sstem dselesakan d nsttute Teknolog Bandung (TB) tahun Masuk sebaga dosen Teknk Elektro Unverstas Andalas sejak tahun TeknkA 33

STUDI HUBUNGSINGKAT UNTUK GANGGUAN DUA FASA ANTAR SALURAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI HUBUNGSINGKAT UNTUK GANGGUAN DUA FASA ANTAR SALURAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) No. 3 ol.1 Thn. X November 009 SSN: 0854-8471 STUD HUBUNGSNGKAT UNTUK GANGGUAN DUA FASA ANTAR SALURAN PADA SSTEM TENAGA LSTRK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 K) chwan Yelianhar Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: 854-8471 STUDI ALIRA DAYA DEGA METODA FAST DECOULE (Aplkas T. L Sumbar-Rau 15 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas Andalas adang, Kampus Lmau Mans adang, Sumatera

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih pada Sistem Kelistrikan Sumatera Bagian Tengah

Pengaruh Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih pada Sistem Kelistrikan Sumatera Bagian Tengah Pengaruh Penambahan Pembangkt Lstrk Tenaga Uap (PLTU) Teluk Srh pada Sstem Kelstrkan Sumatera Bagan Tengah Heru Dbyo Laksono 1,*), M. Nasr Sonn 1), Mko Mahendra 1) 1 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk,

Lebih terperinci

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN SIMETRIS DAN TIDAK SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK PT. PLN P3B SUMATERA

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN SIMETRIS DAN TIDAK SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK PT. PLN P3B SUMATERA STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN SIMETRIS DAN TIDAK SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK PT. PLN P3B SUMATERA TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata-1 pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR Adranus Dr Program Stud Teknk Elektro Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Tanjungpura adranus_dr@yahoo.co.d

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN Sofyan, Nadjamuddn Harun, Tola 3 Mahasswa Program

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar

Analisa Operasi Ekonomis Pembangkit Termal untuk Melayani Beban Puncak Sistem Kelistrikan Sumbar Jurnal Nasonal Teknk Elektro, Vol. 7, No. 1, Maret 018 p-issn: 30-949, e-issn: 407-767 Analsa Operas Ekonoms Pembangkt Termal untuk Melayan Beban Puncak Sstem Kelstrkan Sumbar Syaf * dan Kartka Ika Putr

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

toto_suksno@uny.ac.d Economc load dspatch problem s allocatng loads to plants for mnmum cost whle meetng the constrants, (lhat d http://en.wkpeda.org/) Economc Dspatch adalah pembagan pembebanan pada pembangktpembangkt

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tnjauan Mutakhr Pada usulan tugas akhr n dcantumkan hasl peneltan yang telah dlaksanakan terlebh dahulu tentang sympathetc trp sebaga berkut : Cakasana Alf Bathamantr, Rony Seto

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

PENERAPAN METODA DECOUPLED BERBASIS ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM TENAGA

PENERAPAN METODA DECOUPLED BERBASIS ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM TENAGA Vol. I, No. 1 Aprl 015 ISSN 30-3309 PENERAPAN METODA DECOUPLED BERBASIS ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM TENAGA Orza Candra Elfzon Abstract Optmal power flow s large scale nonlnear programmng problem. It

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci