IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING"

Transkripsi

1 IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas Multmeda Fakultas Teknolog Industr, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS, Jl. Raya ITS, Sukollo-Surabaya 60111, Indonesa, Telp , Fax Emal :m_mplbn@ yahoo.om Abstrak Cr yang dgunakan dalam dentfkas kematangan buah adalah r warna (ftur R, G, dan B). Selanjutnya dlakukan lusterng dengan metode Sngle Lnkage Herarhal Method (SLHM) terhadap r warna yang dperoleh. Dalam lusterng, umumnya harus dlakukan nsalsas jumlah luster yang dngnkan terlebh dahulu, padahal pada beberapa kasus lusterng, user bahkan tdak tahu berapa banyak luster yang bsa dbangun. Untuk tu, dalam peneltan n daplkaskan metode Valley Trang. Metode n merupakan onstrant yang akan melakukan dentfkas terhadap pergerakan varane dar tap tahap pembentukan luster, dan menganalsa polanya untuk membentuk suatu luster seara otomats (automat lusterng). Jumlah luster yang dperoleh menunjukkan jumlah buah yang ddentfkas, kemudan nama buah dan jens kematangan masng-masng buah dperoleh dengan membandngkan nla entrod tap luster dengan nla entrod data tranng yang sebelumnya telah dsmpan dalam database dan mempunya label nama buah. Kata kun : Pengenalan kematangan buah, SLHM, Image Clusterng, Clusterng Otomats, Valley Trang. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa n perkembangan teknolog nformas berkembang sangat pesat. Hal n dkut pula dengan banyaknya peneltan-peneltan baru dalam bdang tersebut, dantaranya adalah yang berkatan dengan objet reognton (pengenalan objek). Aplkas objet reognton yang telah ada salah satunya adalah proses dentfkas / pengenalan buah berdasarkan r warna. Pada pengenalan buah berdasarkan r warna sebelumnya, sstem hanya mampu mengdentfkas objek buah tunggal. Sstem yang dbangun belum mampu mengenal objek berupa sekumpulan buah. Sehngga dbutuhkan suatu solus untuk permasalahan tersebut. Dalam peneltan n akan dbangun aplkas mage lusterng untuk mengdentfkas buah tomat berdasarkan warna. Dalam lusterng, umumnya harus dlakukan nsalsas jumlah luster yang dngnkan terlebh dahulu, padahal pada beberapa kasus lusterng, user bahkan tdak tahu berapa banyak luster yang bsa dbangun. Untuk tu, dalam peneltan n daplkaskan metode Valley Trang yang mampu menyelesakan masalah tersebut. Metode n bsa melakukan lusterng seara otomats (Automat Clusterng) terhadap ftur warna berupa R,G,B dar buah tomat dengan memanfaatkan Sngle Lnkage Herarhal Method (SLHM), yatu mendeteks pergerakan varan pada tap tahap pembentukan lusternya untuk menemukan global optmum sehngga bsa dbangun luster seara otomats (automat Clusterng). Nla entrod masng-masng hasl lusterng selanjutnya akan dgunakan untuk mengdentfkas jens buah dan kematangannya Perumusan Masalah Permasalahan utama pada peneltan n bagamana membangun sstem dentfkas buah tomat, dar permasalahan n akan dbahas 3 permasalahan yang pentng yatu : - Bagamana mengdentfkas berapa jens kematangan buah tomat dalam gambar nput. - Bagamana mengdentfkas jens buah dan jens kematangannya yang ada pada gambar nput. - Bagamana menerapkan metode Valley Trang untuk membangun luster seara otomats (Automat Clusterng) Tujuan Peneltan Dar rumusan masalah d atas maka peneltan n bertujuan untuk memperbak teknk retrval mage menggunakan lusterng untuk menentukan jumlah buah dan kematangannya yang ada dalam suatu mage Batasan Masalah Batasan pada peneltan n adalah sebaga berkut : 1. Objek yang dgunakan adalah buah tomat. 2. Buah tomat yang ddentfkas adalah buah yang memlk 1 warna dan domnan. 3. Ftur yang dambl dalam objek gambar adalah rr warna dengan ftur R,G,B yang kemudan dolah dalam A-15

2 metode lusterng. 4. Metode lusterng yang dgunakan adalah Sngle Lnkage Hrarhal Method. 5. Ukuran mage atau gambar sama dengan format JPG 6. Warna dasar tempat meletakkan objek tetap (bakground puth) Manfaat Manfaat yang dapat dberkan dalam peneltan n adalah mengembangkan teknk-teknk pengenalan obyek yang telah ada sebelumnya melalu mage lusterng dengan metode Valley Trang sehngga kelemahankelemahan dalam peneltan-peneltan yang dbuat sebelumnya dapat dsempurnakan terutama dalam pengenalan obyek yang memlk karakterstk spesfk, yang sebelumnya belum dapat ddentfkas. 2. TINJAUAN PUSTAKA S. Ray, R.H. Tur, (1999), [1], melakukan peneltan tentang kekurangan utama algortma K-Mean adalah bahwa jumlah luster harus yang dsedakan sebaga parameter. Pada peneltan mereka memperlhatkan suatu valdtas pengukuran sederhana berdasarkan pada pengukuran jarak ntra-luster dan nter-luster yang membolehkan jumlah luster untuk dtentukan seara otomats. Prosedur dasar melbatkan semua segmentas mage untuk lebh dar 2 luster sampa ke Kmax luster, d mana Kmax merepresentaskan batas atas pada jumlah dar luster. Kemudan pengukuran valdtas dhtung untuk menentukan luster terbak dengan menar nla mnmum dar pengukuran Al Rdho Barakhbah, Kohe Ara, (2004), [2], peneltan n mengusulkan pendekatan baru untuk menar global optmum dar lusterng dan menganalsa pergerakan varane dar luster untuk setap tngkat pembentukan luster. Kemudan menganalsa pola untuk menar global optmum untuk menghndar loal optma. Peneltan n juga menganalsa kemungknan untuk membuat luster otomats (aoutomat lusterng) Dasar Teor Pengertan Clusterng Clusterng adalah suatu ara menganalsa data dengan ara mengelompokkan objek kedalam kelompok-kelompok berdasar suatu kesamaan tertentu. Bsa juga dartkan sebaga proses untuk mendefnskan pemetaan/mappng f:d C dar beberapa data D={t 1, t 2, t n } kedalam beberapa luster C={ 1, 2,., n } berdasarkan kesamaan antar t. Sebuah luster adalah sekumpulan obyek yang dgabung bersama karena persamaan atau kedekatannya. Sedangkan Image lusterng ( pengelompokkan gambar ) adalah proses untuk membag atau mengelompokkan suatu mage ke dalam beberapa bagan yang berbeda, dmana pada tap bagan yang berbeda tersebut anggotanya mempunya kesamaan khusus (homogen). Clusterng basa dgunakan pada banyak bdang, sepert : data mnng, pattern reognton (pengenalan pola), mage lassfaton (pengklasfkasan gambar), lmu bolog, pemasaran, perenanaan kota, penaran dokumen, dan lan sebaganya. Clusterng berdasar warna Clusterng berdasar bentuk Gambar 2.1 Ilustras lusterng Karakterstk Clusterng Karakterstk lusterng dbag menjad 4, yatu : 1. Parttonng lusterng Parttonng lusterng dsebut juga exlusve lusterng, dmana setap data harus termasuk ke luster tertentu. Karakterstk tpe n juga memungknkan bag setap data yang termasuk luster tertentu pada suatu tahapan proses, pada tahapan berkutnya berpndah ke luster yang lan. Contoh : K-Means, resdual analyss. 2. Herarhal lusterng Pada herarhal lusterng, Setap data harus termasuk ke luster tertentu. Dan suatu data yang termasuk ke luster tertentu pada suatu tahapan proses, tdak dapat berpndah ke luster lan pada tahapan berkutnya. A-16

3 Contoh: Sngle Lnkage, Centrod Lnkage,Complete Lnkage, Average Lnkage. 3. Overlappng lusterng Dalam overlappng lusterng, setap data memungknkan termasuk ke beberapa luster. Data mempunya nla keanggotaan (membershp) pada beberapa luster. Contoh: Fuzzy C-means, Gaussan Mxture. 4. Hybrd Karakterstk hybrd adalah Mengawnkan karakterstk dar parttonng, overlappng dan herarhal ALgortma Clusterng Ada beberapa algortma yang serng dgunakan dalam lusterng, yatu : 1. K-Means Termasuk parttonng lusterng yang memsahkan data ke k daerah bagan yang terpsah. K-means algorthm sangat terkenal karena kemudahan dan kemampuannya untuk mengklaster data besar dan data outler dengan sangat epat. Sesua dengan karakterstk parttonng lusterng, Setap data harus termasuk ke luster tertentu, dan Memungknkan bag setap data yang termasuk luster tertentu pada suatu tahapan proses, pada tahapan berkutnya berpndah ke luster yang lan. Algortma K-Means : 1. Menentukan k sebaga jumlah luster yang ngn dbentuk 2. Membangktkan k entrods (ttk pusat luster) awal seara random 3. Menghtung jarak setap data ke masng-masng entrods 4. Setap data memlh entrods yang terdekat 5. Menentukan poss entrods baru dengan ara menghtung nla rata-rata dar data-data yang memlh pada entrod yang sama. 6. Kembal ke langkah 3 jka poss entrods baru dengan entrods lama tdak sama. Gambar 2.2 Ilustras Algortma K-means Karakterstk K-Means : K-means sangat epat dalam proses lusterng K-means sangat senstf pada pembangktan entrods awal seara random Memungknkan suatu luster tdak mempunya anggota Hasl lusterng dengan K-means bersfat tdak unk ( selalu berubah-ubah) - terkadang bak, terkadang jelek. K-means sangat sult untuk menapa global optmum Gambar 2.3 Ilustras kelemahan K-means 2. Herarhal Clusterng Dengan metode n, data tdak langsung dkelompokkan kedalam beberapa luster dalam 1 tahap, tetap dmula dar 1 luster yang mempunya kesamaan, dan berjalan seterusnya selama beberapa teras, hngga terbentuk beberapa luster tertentu. Arah herarhal lusterng dbag 2, yatu : a) Dvsve - Dar 1 luster ke k luster - Pembagan dar atas ke bawah (top to down dvson) b) Agglomeratve - Dar N luster ke k luster A-17

4 - Penggabungan dar bawah ke atas (down to top merge). Algortma Herarhal lusterng : 1. Menentukan k sebaga jumlah luster yang ngn dbentuk 2. Setap data danggap sebaga luster. Kalau N = jumlah data dan =jumlah luster, berart ada =N. 3. Menghtung jarak antar luster 4. Car 2 luster yang mempunya jarak antar luster yang palng mnmal dan gabungkan (berart =-1). 5. Jka >k, kembal ke langkah 3. Gambar 2.4 Ilustras Algortma Herarhal Clusterng Penghtungan jarak antar obyek, maupun antar lusternya dlakukan dengan Euldan dstane, khususnya untuk data numerk [2]. Untuk data 2 dmens, dgunakan persamaan sebaga berkut : d ( x, y ) = Algortma herarhal lusterng banyak daplkaskan pada metode peng-lusteran berkut : 1. Sngle Lnkage Herarhal Method (SLHM) Sngle Lnkage adalah proses penglusteran yang ddasarkan pada jarak terdekat antar obyeknya ( mnmum dstane). Metode SLHM sangat bagus untuk melakukan analsa pada tap tahap pembentukan luster. Metode n juga sangat ook untuk dpaka pada kasus shape ndependent lusterng, karena kemampuannya untuk membentuk pattern / pola tertentu dar luster. Sedangkan untuk kasus ondensed lusterng, metode n tdak bagus. Algortma Sngle Lnkage Herarhal Method : 1. Dasumskan setap data danggap sebaga luster. Kalau n=jumlah data dan =jumlah luster, berart ada =n. 2. Menghtung jarak antar luster dengan Euldan dstane. 3. Menar 2 luster yang mempunya jarak antar luster yang palng mnmal dan dgabungkan (merge) kedalam luster baru (sehngga =-1) 4. Kembal ke langkah 3, dan dulang sampa dapa luster yang dngnkan. n = 1 x y 2 (2.1) Jarak luster 1 ke luster 2 = Jarak data 3 ke data 4 Gambar 2.5 Ilustras Sngle Lnkage 2. Centrod Lnkage Herarhal Method Centrod Lnkage adalah proses penglusteran yang ddasarkan pada jarak antar entrodnya. Metode n bagus untuk memperkel varane wthn luster karena melbatkan entrod pada saat penggabungan antar luster. Metode n juga bak untuk data yang mengandung outler. Algortma Centrod Lnkage Herarhal Method : 1. Dasumskan setap data danggap sebaga luster. Kalau n=jumlah data dan =jumlah luster, berart ada =n. 2. Menghtung jarak antar luster dengan Euldan dstane. 3. Menar 2 luster yang mempunya jarak entrod antar luster yang palng mnmal dan dgabungkan (merge) kedalam luster baru (sehngga =-1) A-18

5 4. Kembal ke langkah 3, dan dulang sampa dapa luster yang dngnkan. Jarak luster 1 ke luster 2 = Jarak entrod luster 1 ke entrod luster 2 Gambar 2.6 Ilustras Centrod Lnkage 3. Complete Lnkage Herarhal Method Complete Lnkage adalah proses penglusteran yang ddasarkan pada jarak terjauh antar obyeknya ( maksmum dstane). Metode n bak untuk kasus lusterng dengan normal data set dstrbuton. Akan tetap, metode n tdak ook untuk data yang mengandung outler. Algortma Complete Lnkage Herarhal Method : 1. Dasumskan setap data danggap sebaga luster. Kalau n=jumlah data dan =jumlah luster, berart ada =n. 2. Menghtung jarak antar luster dengan Euldan dstane. 3. Menar 2 luster yang mempunya jarak antar luster yang palng maksmal / terjauh dan dgabungkan (merge) kedalam luster baru (sehngga =-1) 3. Kembal ke langkah 3, dan dulang sampa dapa luster yang dngnkan. Jarak luster 1 ke luster 2 = Jarak data 1 ke data 6 Gambar 2.7 Ilustras Complete Lnkage 4. Average Lnkage Herarhal Method Average Lnkage adalah proses penglusteran yang ddasarkan pada jarak rata-rata antar obyeknya ( average dstane). Metode n relatf yang terbak dar metode-metode herarhal. Namun, n harus dbayar dengan waktu komputas yang palng tngg dbandngkan dengan metode-metode herarhal yang lan. Jarak luster 1 ke luster 2 = Jarak antar data n x m Dmana : n = Jumlah data luster 1 m = Jumlah data luster 2 Gambar 2.8 Ilustras Average Lnkage Analsa Cluster Analsa luster adalah suatu teknk analsa multvarate (banyak varabel) untuk menar dan mengorgansr nformas tentang varabel tersebut sehngga seara relatf dapat dkelompokkan dalam bentuk yang homogen dalam sebuah luster. Seara umum, bsa dkatakan sebaga proses menganalsa bak tdaknya suatu proses pembentukan luster. Analsa luster bsa dperoleh dar kepadatan luster yang dbentuk (luster densty). Kepadatan suatu luster bsa dtentukan dengan varane wthn luster (Vw) dan varane between luster (Vb). Varan tap tahap pembentukan luster bsa dhtung dengan rumus : n V = ( y y ) (2.2) n 1 = 1 A-19

6 Dmana : rumus : Dmana : V 2 = varan pada luster = 1..k, dmana k = jumlah luster n = jumlah data pada luster y = data ke- pada suatu luster y = rata-rata dar data pada suatu luster Selanjutnya dar nla varan datas, kta bsa menghtung nla varane wthn luster (Vw) dengan Vw = ( n 1 ). V (2.3) N = 1 N = Jumlah semua data n = Jumlah data luster V = Varan pada luster Dan nla varane between luster (Vb) dengan rumus : Vb = n( y y) (2.4) 1 = 1 Dmana : y = rata-rata dar y Salah satu metode yang dgunakan untuk menentukan luster yang deal adalah batasan varane, yatu dengan menghtung kepadatan luster berupa varane wthn luster (Vw) dan varane between luster (Vb). Cluster yang deal mempunya Vw mnmum yang merepresentaskan nternal homogenty dan maksmum Vb yang menyatakan external homogenty. 2 Vw V = x100% (2.5) 2 Vb Meskpun mnmum Vw menunjukkan nla luster yang deal, tetap pada beberapa kasus kta tdak bsa menggunakannya seara langsung untuk menapa global optmum. Jka kta paksakan, maka solus yang dhaslkan akan jatuh pada loal optma Identfkas Pola Berdasarkan Pergerakan Varan Identfkas pola pergerakan varan merupakan metode untuk memperoleh luster yang menapa global optmum, yang mampu mengatas masalah dar mnmum V. Gambar 2.9 menunjukkan pergerakan varan pada tap tahap pembentukan luster, dmana dar gambar tersebut terlhat bahwa global optmum berada pada tahap ke 15, dengan 6 total luster. Gambar 2.9 Pergerakan Varane pada taptahap Pembentukan luster Berkut tahap untuk menemukan global optmum dar tahap pembentukan luster : a) Mendeskrpskan semua pola dar pergerakan varan, sepert gambar 2.9 datas. b) Menganalsa kemungknan global optmum yang berada pada tempat yang tepat. ) Melhat poss dar global optmum yang mungkn. Poss yang mungkn untuk menemukan global optmum pada pergerakan varan, dkelompokkan menjad 2, yatu : 1. Hll-lmbng Pada Hll-lmbng ddefnskan bahwa kemungknan menapa global optmum terletak pada tahap ke-, jka memenuh persamaan berkut : A-20

7 v >. + (2.6) Dmana, α adalah nla tngg. Nla tngg dgunakan untuk menentukan seberapa mungkn metode n menapa global optmum. Nla α yang basa dgunakan adalah 2,3, dan 4. Persamaan datas, dperoleh berdasar analsa pergerakan varan pola Hll-lmbng berkut : 1 α v Gambar 2.10 Pola nla beda Hll-lmbng 2. Valley-trang Pada Valley-trang ddefnskan bahwa kemungknan menapa global optmum terletak pada tahap ke-, jka memenuh persamaan berkut : ( v v ) ( v > v ) (2.7) Dmana = 1 n, dan n tahap terakhr pembentukan luster. Persamaan datas, dperoleh berdasar analsa pergerakan varan pola Valley-trang berkut : Gambar 2.11 Pola nla beda Valley-trang Berkut tabel yang menunjukkan pola-pola Valley-trang yang mungkn menapa global optmum. Pola yang mungkn dtanda dengan smbol. Tabel 1. Tabel kemungknan pola Valley-trang menapa global optmum Selanjutnya, bak dengan pendekatan metode valley-trang maupun hll-lmbng dlakukan dentfkas perbedaan nla tngg ( ) pada tap tahap, yang ddefnskan dengan : = = ( v+ v) + ( v 1 v) ( v + v ) ( 2xv) 1 (2.8) Nla dgunakan untuk menghndar loal optma, dmana persamaan n dperoleh dar maksmum yang dpenuh pada persamaan 7. Untuk membentuk luster seara otomats, yatu luster yang menapa global optma, dgunakan nla λ sebaga threshold, sehngga luster seara otomats A-21

8 terbentuk ketka memenuh : ( ) λ max (2.9) Untuk mengetahu keakuratan dar suatu metode pembentukan luster pada herarhal method, bak menggunakan valley-trang maupun hll-lmbng, dgunakan persamaan sebaga berkut : ϕ max( ) = (2.10) nla terdekat ke max Dmana : sebelumnya. Nla φ yang lebh besar dar 2, menunjukkan luster yang terbentuk merupakan luster yang wellseparated (terpsah dengan bak). nla terdekat ke max ( ) adalah nla kanddat max ( ) Konsep Warna Warna pokok [3] dalam pengelolaan tra terdr dar 3 (tga) unsur, yatu merah (R), hjau (H), dan bru (B). Jka warna-warna pokok tersebut dgabungkan, maka akan menghaslkan warna lan. Penggabungan tersebut bergantung pada warna pokok yang tap-tapwarna memlk nla 256 (8 bt). ( ) Warna yang ddeskrpskan dengan RGB adalah pemetaan yang mengau pada panjang gelombang dar RGB. Pemetaan menghaslkan nuansa warna untuk masng-masng R, G, dan B. Masng-masng R, G, dan B ddskrtkan dalam skala 256, sehngga RGB akan memlk ndeks antara 0 sampa METODE PENELITIAN Untuk menapa tujuan dalam peneltan n, dperlukan suatu metode peneltan yang tepat sehngga dapat dgunakan sebaga pedoman dalam pelaksanaannya seara sstemats. Metode peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n nantnya melput tahapan peneltan yang terdr dar : 3.1. Stud Kepustakaan Adapun langkah-langkah yang dlakukan dalam peneltan n dantaranya adalah melakukan pengumpulan serta mempelajar lteratur-lteratur yang berhubungan dengan mage lusterng dar peneltanpeneltan sebelumnya, dasar-dasar mage proessng, lterature pendukung lannya yang berhubungan dengan peneltan n Ranang Bangun Sstem Dalam peneltan n memlk 2 tahap yatu tahap Learnng (learnng proess) dan tahap dentfkas (dentfaton proses). 1. Tahap Learnng (Learnng Proess) Learnng proess adalah tahap pembelajaran kepada komputer untuk mengenal nla RGB dar suatu mage buah tomat, dmana nla RGB tersebut adalah nla entrod dar suatu proses mage lusterng. Yang pertama kal d lakukan dalam learnng proess adalah pengamblan nla RGB dar suatu mage buah. Kemudan nla RGB d setap pxel d mage tersebut d klastersas dengan menggunakan algortma K- Means, sehngga d dapatkan nla-nla entrod dar suatu mage tersebut. 2. Tahap Identfkas (Identfkas Proess) Pertama kal gambar buah tomat yang akan d dentfkas akan dambl nla RGBnya untuk nantnya akan dlakukan proses automat lusterng. Pada proses automat lusterng n akan menggunakan metode valley trang untuk menar berapa luster yang terbentuk seara otomats sehngga akan d dapatkan nla entrodnya dmana nla entrod tersebut akan dgunakan untuk melakukan proses dentfkas. Proses dentfkas n akan merujuk pada database yang ada, dmana program akan menganalsa nla-nla A-22

9 RGB dar mage yang telah d klastersas dengan nla-nla yang terdapat dalam database yang bers nlanla RGB dar hasl luster pada proses learnng sehngga jens buah tomat dan kematangannya yang terdapat dalam mage nput dapat d ketahu Blok Dagram Sstem ( ) λ Gambar 3.1. Blok Dagram Sstem 3.3. Pengujan Unjuk Kerja Sstem Pada pengujan sstem dlakukan mplementas dar ranangan sstem yang telah djelaskan dar blok dagram sstem yang ada. Gambar 3.1 menunjukkan blok dagram sstem dar proses tranng, ekstraks warna, learnng, luster sampa pada dentfkas kematangan buah pada sebuah mage yang bers kumpulan buah Analsa Sstem Penganalsaan yang dlakukan yatu dengan mengambl data tranng dar masng masng mage buah tomat dalam poss yang berbeda, lalu dber nama dengan nama buah serta jens kematangannya kemudan dsmpan dalam database yang djadkan sebaga data tranng. Gambar 3.1 datas menggambarkan blok dagram proses dentfkas, dmana setelah gambar dekstraks warnanya, sehngga ddapat nla R,G,dan B, selanjutnya nla tersebut d-luster oleh system dengan menggunakan algortma Sngle Lnkage Herarhal Method yang juga mengaplkaskan metode valley trang untuk membentuk luster seara otomats. Pada tap tahap pembentukan luster dlakukan penghtungan nla beda tngg. Nla tersebut dhtung dengan ara terlebh dahulu melakukan pengeekan dengan metode valley trang, jka memenuh, maka nla dhtung. Selanjutnya pada nla max tulah luster yang optmal terbentuk. Dar luster yang terbentuk dperolehlah nla entrod. Masuk ke proses dentfkas, nla entrod hasl dhtung kedekatannya dengan nla entrod masng-masng data learnng menggunakan euqldean dstane. Nla jarak yang palng mnmal dplh dengan representas label pada data tranng. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesmpulan 1. Tdak semua dar hasl perobaan yang dlakukan menghaslkan suatu dentfkas yang bak dan benar, karena proses apture yang kurang sempurna, sehngga pada saat klastersas terdapat klaster-klaster lan yang terbentuk. 2. Untuk mendapatkan luster yang tepat pada saat penglusteran otomats terhadap data ftur R,G,B. Kualtas gambar juga menentukan tepat tdaknya hasl luster. A-23

10 4.2. Saran Hasl yang dapa dar peneltan n belum sempurna. Untuk menngkatkan hasl yang dapa, maka dperlukan : 1. Pre-proessng terhadap mage yang akan dproses dengan lusterng, hal n untuk mereduks pxel-pxel yang mengganggu yang mengakbatkan terbentuknya luster yang tdak dngnkan. 2. Penggunaan algortma lusterng yang lebh ampuh untuk membentuk luster, yang mampu menangan data yang mengandung outler (dalam hal n pxel yang mengganggu). 3. Pengamblan gambar dengan penahayaan yang bagus, agar dperoleh kualtas gambar yang bagus. 5. DAFTAR PUSTAKA Al Rdho Barakhbah, Kohe Ara, 2004, Determnng Constrants of Movng Varane to Fnd Global Optmum and Make Automat Clusterng IES Pro. Pp C.J. Veenman, M.J.T. Renders, E. Baker, 2002, A Maxmum Varane Cluster Algorthm, IEEE Transatons on Pattern Analyss and Mahne Intellgene, Vol. 24, No. 9, pp S. Ray, R.H. Tur, 1999, Determnaton of Number of Clusters n K-means Clusterng and Applaton n Colour Image Segmentaton, 4th ICAPRDT Pro., pp A-24

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA PENERAPAN MEODE LINIEAR DISCRIMINAN ANALYSIS PADA PENGENALAN AJAH ERASIS KAMERA Asep Sholahuddn 1, Rustam E. Sregar 2,Ipng Suprana 3,Setawan Had 4 1 Mahasswa S3 FMIPA Unverstas Padjadjaran e-mal: asep_sholahuddn@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

JULIO ADISANTOSO - ILKOM IPB 1

JULIO ADISANTOSO - ILKOM IPB 1 KOM341 Temu Kembal Informas KULIAH #9 Text Clusterng Clusterng Pengelompokan, penggerombolan Proses pengelompokan sekumpulan obyek ke dalam kelas-kelas obyek yang memlk sfat sama. Unsupervsed learnng JAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat

Bab III Analisis dan Rancangan Sistem Kompresi Kalimat Bab III Analss dan Rancangan Sstem Kompres Kalmat Bab n bers penjelasan dan analss terhadap sstem kompres kalmat yang dkembangkan d dalam tess n. Peneltan n menggunakan pendekatan statstcal translaton

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

SEGMENTASI BERBASIS REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU

SEGMENTASI BERBASIS REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU EGMENTAI BERBAI REGION PADA CITRA BERWARNA UNTUK KEPERLUAN TEMU KEMBALI CITRA PADA EVENT OLAH RAGA LAPANGAN HIJAU Arf Basof,.Kom, Moch. Harad, T, M.c, Ph.D. Program Magster Bdang Keahlan Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS

METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS TESIS METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS Oleh : I Made Wdartha NRP. 5109201009 Dosen Pembmbng : Dr. Agus Zanal Arfn, S.Kom, M.Kom Anny Yunart, S.Kom, M.Comp.Sc

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 12 3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW 3.1 Metode Heurstk Metode heurstk merupakan salah satu metode penentuan solus optmal dar permasalahan optmas kombnatoral. Berbeda dengan solus eksak yang menentukan nla

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat, Subek, Waktu dan Jens Peneltan Pada bagan n akan dbahas tentang tempat peneltan, waktu peneltan dar perencanaan sampa penulsan hasl peneltan, serta ens peneltan n.

Lebih terperinci