KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN IV 2012 Unit Kajian, Statistik, dan Survei KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

2 Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan Kami sangat mengharapkan komentar, saran dan kritik demi perbaikan buku ini. Alamat Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Jl. Raya Pattimura No. 7 AMBON, Telp. : ext Fax. : ganesia@bi.go.id paula_t@bi.go.id yasser_np@bi.go.id Homepage :

3 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku yang disusun secara rutin triwulanan merupakan salah satu perwujudan pencapaian sasaran strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku yaitu pengoptimalan hasil kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja. Penyusunan buku ini bertujuan untuk memberikan masukan mengenai perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran regional di Provinsi Maluku secara triwulanan yang selanjutnya berguna untuk perumusan kebijakan di kantor pusat dan pihak terkait (stakeholders) di daerah. Sebagaimana telah ditegaskan di atas, buku ini menyajikan perkembangan ekonomi regional yang mencakup perkembangan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Perkembangan tersebut disajikan dalam bentuk ringkas dan ditampilkan menggunakan data terkini yang diperoleh dari pihak-pihak yang kredibel di bidangnya. Penambahan kajian yang mendalam pada sumber pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi diharapkan dapat dimanfaatkan berbagai pihak dalam mengambil kebijakan dan perencanaan pelaksanaan program. Penyusunan buku ini tidak terlepas dari kerjasama yang apik dengan Pemerintah Daerah Maluku, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, perbankan, responden survei, civitas akademika dan berbagai pihak terutama masyarakat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku. Dalam rangka meningkatkan kualitas buku ini, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua khususnya masyarakat Maluku. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini dan semoga Tuhan memberikan berkah-nya kepada kita semua dalam mengupayakan kinerja yang lebih baik. Ambon, 7 Februari 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Ttd i Achmad Bunyamin Kepala Kantor Perwakilan

4 Halaman ini sengaja dikosongkan ii

5 DAFTAR ISI BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL PERMINTAAN DAERAH Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor PENAWARAN DAERAH Sektor Pertanian Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Sektor Jasa Jasa Sektor Angkutan & Komunikasi Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) Sektor Pertambangan & Penggalian Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Sektor Industri Pengolahan BAB II INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Bulanan Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan Inflasi Kumulatif DISAGREGASI INFLASI EKSPEKTASI INFLASI TRIWULAN MENDATANG BAB III PERBANKAN DAERAH STRUKTUR PERBANKAN DAERAH DI MALUKU ASET PERBANKAN DAERAH MALUKU PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) PENYALURAN KREDIT PERBANKAN Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Penyaluran Kredit Menurut Plafon Loan to Deposit Ratio (LDR) Non Performing Loans (NPLs) BAB IV SISTEM PEMBAYARAN iii

6 4.1 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Inflow (Uang Masuk) Outflow (Uang Keluar) Persediaan Kas PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) Uang Palsu Kegiatan Lainnya SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Kegiatan Kliring Transaksi BI RTGS (Real Time Gross Settlement) BAB V KEUANGAN DAERAH REALISASI APBN TRIWULAN IV REALISASI APBD TRIWULAN IV BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN TINGKAT KEMISKINAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH EKONOMI MAKRO REGIONAL INFLASI DAERAH PERBANKAN DAERAH iv

7 DAFTAR TABEL Tabel I.1 Pertumbuhan PDRB Maluku Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun Tabel I.2 Pertumbuhan PDRB Maluku Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Tahun Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Tabel II.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q.t.q) Tabel II.3 Perkembangan Inflasi Tahunan (y.o.y) Tabel II.4 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi Tahun Berjalan (y.t.d) Tabel V.1 Realisasi Anggaran Belanja Triwulan IV-2012 yang dibiayai dari APBN Tabel V.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Provinsi Maluku Tw IV Tabel VI.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Tabel VI.2 Penduduk Usia Kerja yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel VI.3 Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku v

8 Halaman ini sengaja dikosongkan vi

9 DAFTAR GRAFIK Grafik I.1 Indeks Keyakinan Konsumen... 7 Grafik I.2 Pendaftaran Kendaraan Baru di Maluku... 8 Grafik I.3 Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 8 Grafik I.4 Kredit Konsumsi di Perbankan Maluku... 8 Grafik I.5 Kredit Investasi di Perbankan Maluku Grafik I.6 Perkembangan Dunia Usaha di Maluku Grafik I.7 Ekspor Non Migas Maluku Grafik I.8 Impor Non Migas Maluku Grafik I.9 Produksi Karet dan Kopra Grafik I.10 Kredit Sektor Pertanian di Perbankan Maluku Grafik I.11 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Yos Sudarso Grafik I.12 Kredit Sektor PHR di Perbankan Maluku Grafik I.13 Arus Penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso Grafik I.14 Kredit Sektor Angkutan & Komunikasi di Perbankan Maluku Grafik I.15 Realisasi Pengadaan Semen di Maluku Grafik I.16 Kredit Sektor Bangunan di Perbankan Maluku Grafik I.17 Konsumsi Listrik di Maluku Grafik I.18 Kredit Sektor LGA di Perbankan Maluku Grafik II.1 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Ambon Grafik II.2 Disagregasi Inflasi Triwulanan Kota Ambon Grafik II.3 Pergerakan Harga Sayur-Sayuran Grafik II.4 Pergerakan Harga Ikan Segar Grafik II.5 Pergerakan Harga Bumbu-Bumbuan Grafik II.6 Pergerakan Harga Beras Grafik II.7 Ekspektasi Inflasi Pengusaha Grafik II.8 Ekspektasi Inflasi Masyarakat Grafik III.1 Struktur Perbankan Daerah Maluku Grafik III.2 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Grafik III.3 Struktur Aset per Wilayah Kerja Grafik III.4 Pertumbuhan DPK Perbankan Maluku Grafik III.5 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Grafik III.6 Pergerakan Suku Bunga DPK Grafik III.7 Pangsa DPK Menurut Deposan vii

10 Grafik III.8 Pertumbuhan Kredit Jenis Penggunaan Grafik III.9 Pergerakan Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik III.10 Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik III.11 Pertumbuhan Kredit Menurut Plafon Grafik III.12 Pangsa Kredit Menurut Plafon Grafik III.13 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Grafik III.14 Loan to Deposit Ratio Grafik III.15 Non Performing Loan Grafik IV.1 Perputaran Uang Kartal Grafik IV.2 Perputaran Kliring Grafik IV.3 Perkembangan Transaski Non Tunai (RTGS) Grafik VI.1 Tingkat Pengangguran Menurut Wilayah Tempat Tinggal Grafik VI.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik VI.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor Grafik VII.1 Perkembangan Indeks Ekspektasi Ekonomi viii

11 Ringkasan Eksekutif EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 pada triwulan IV-2012 senilai Rp1,239 triliun atau tumbuh sebesar 4,32% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2011 yang mencapai 7,80% (y.o.y). Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi triwulanan pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,74% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -0,32% (q.t.q). Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan masih didorong oleh Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah yang pada triwulan laporan masing-masing tumbuh sebesar 5,13% (y.o.y) dan 9,39% (y.o.y). Investasi terus meningkat seiring dengan pelaksanaan berbagai proyek Pemerintah dan Swasta. Namun dari interaksi perdagangan dengan pihak luar, Maluku masih mengalami defisit neraca perdagangan. Pada periode yang sama, pertumbuhan ekonomi sisi penawaran didominasi oleh tiga sektor yaitu Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), serta Sektor Jasa- Jasa yang masing-masing tumbuh sebesar 2,29% (y.o.y), 5,74% (y.o.y), dan 4,59% (y.o.y) pada triwulan laporan. Cuaca yang membaik pada triwulan laporan memberikan insentif bagi Sektor Pertanian untuk tumbuh lebih baik dari triwulan sebelumnya. Seiring dengan itu sektor PHR terus tumbuh dipicu berbagai kegiatan pada triwulan laporan seperti Ambon Jazz Plus Festival, Pesparawi Nasional Mahasiswa XII, Idul Adha, Wisuda, Natal, dan Tahun Baru, di samping status Maluku yang memang masih merupakan provinsi net importir. Sedangkan Sektor Jasa-Jasa tumbuh positif disebabkan dengan percepatan realisasi anggaran pada triwulan laporan. INFLASI DAERAH Laju inflasi Kota Ambon pada triwulan IV-2012 mencapai 6,72% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 7,07% (y.o.y), namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional sebesar 4,30% (y.o.y) pada triwulan yang sama. Dari sisi permintaan, terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa terkait berbagai kegiatan dan perayaan yaitu Ambon Jazz Plus Festival, Pesparawi Nasional Mahasiswa XII, Idul Adha, Wisuda Mahasiswa, Natal, dan Tahun Baru. 1

12 Dari sisi penawaran, pasokan bahan makanan terutama ikan segar dan sayur-mayur cukup stabil. Selain itu, distribusi barang juga cukup lancar mengacu pada kondusifnya cuaca. Meskipun demikian, secara umum permintaan pada triwulan laporan masih lebih besar dibandingkan penawaran sehingga terjadi inflasi yang cukup tinggi mencapai 6,72% (y.o.y). PERBANKAN DAERAH Perbankan Provinsi Maluku menunjukkan kinerja yang cukup baik, tercermin dari berbagai indikator perbankan meliputi aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit. Pada triwulan IV-2012, aset perbankan daerah di Maluku meningkat mencapai Rp14,59 triliun atau mengalami pertumbuhan 47,08% (y.o.y). Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat mencapai Rp8,60 triliun atau tumbuh sebesar 19,90% (y.o.y). Pada periode yang sama, kredit mencapai angka Rp6,16 triliun dengan pertumbuhan 24,03% (y.o.y). Fungsi intermediasi perbankan berjalan cukup baik, terlihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 71,55%. Sementara itu Non Performing Loan (NPL) terjaga pada level 2,87%. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan laporan, transaksi sistem pembayaran tunai mengalami net outflow sebesar Rp938,22 miliar, yang berasal dari data inflow sebesar Rp104,32 miliar dan data outflow sebesar Rp1,042 triliun. Sementara itu, transaksi non tunai cukup ramai dengan warkat kliring tercatat sebesar Rp1,66 triliun dengan lembar warkat. Sedangkan pada kegiatan Real Time Gross Settlement (RTGS), terjadi net incoming sebesar Rp7,05 triliun dengan rincian incoming sebesar Rp9,26 triliun dan outgoing sebesar Rp2,22 triliun. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan PDRB Maluku triwulan I-2013 diperkirakan 5,5% - 6,0% (y.o.y). Hal ini terindikasi pada survei konsumen yang menunjukkan bahwa ekspektasi konsumen terhadap perekonomian mengalami peningkatan. Dari sisi permintaan, Konsumsi Rumah Tangga tetap menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang dipicu peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan berbagai perayaan hari besar agama. Sedangkan Konsumsi Pemerintah akan 2

13 terdorong oleh realisasi belanja pegawai serta persiapan menjelang pemilihan Gubernur Maluku pada triwulan II Kegiatan investasi dari pemerintah diperkirakan meningkat melalui penyelesaian proyek multi years seperti pembangunan Jembatan Merah Putih dan PLTU Waai., Sedangkan kegiatan investasi dari pihak swasta terfokus pada penyelesaian properti komersial yaitu Maluku City Mal (MCM) yang masih dalam tahap pembangunan dan Victoria Park Tower yang direncanakan mulai dibangun pada tahun Ekspor utama Provinsi Maluku, ikan dan udang, diperkirakan meningkat namun tidak signifikan seiring dengan adanya potensi cuaca ekstrem. Di sisi lain, impor Provinsi Maluku diperkirakan menurun terutama impor barang modal yang dilakukan oleh Pemerintah. Mengamati dinamika PDRB dari sisi penawaran, maka pendorong pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan I-2013 diperkirakan masih berasal dari Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), dan Sektor Jasa-jasa yang merupakan sektor dominan di Maluku. Sektor Pertanian diprediksi tumbuh positif meskipun masih memiliki kemungkinan terpapar risiko memburuknya kondisi cuaca. Sementara itu Sektor PHR tumbuh didorong oleh perayaanhari besar keagamaan. Seiring dengan itu, Sektor Jasa-Jasa akan terdorong oleh realisasi belanja pegawai dan persiapan menjelang pemilihan gubernur Laju inflasi pada triwulan I-2013 diperkirakan pada kisaran 4,5 5,0% (y.o.y), mencermati laju inflasi pada triwulan IV-2012 yang sebesar 6,72% (y.o.y). Dari sisi permintaan, adanya perayaan Tahun Baru Masehi, Maulid Nabi Muhammad SAW, perayaan Tahun Baru Imlek, perayaan Sidi, Wafat Isa Almasih, dan Paskah akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Peningkatan UMP juga akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Namun total permintaan pada triwulan I-2013 tidak sebesar permintaan pada triwulan IV Dari sisi penawaran, cuaca diperkirakan membaik. Produksi ikan dan sayur-mayur diperkirakan meningkat namun perlu diantisipasi bila terjadi cuaca ekstrem. Aktivitas pelayaran dan bongkar muat diprediksi masih bisa berjalan normal sehingga distribusi barang dapat tiba tepat waktu. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah berkurangnya rute penerbangan akibat pailitnya salah satu maskapai yang beroperasi di Maluku berefek pada berkurangnya penawaran transportasi udara sehingga dapat melambungkan harga tiket. 3

14 Kinerja perbankan daerah pada triwulan I-2013 diperkirakan terus meningkat dari sisi Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Kredit. Namun yang masih belum dapat bergerak naik adalah level LDR. Aset akan meningkat pada triwulan mendatang seiring dengan ekspansi jaringan kantor perbankan. DPK juga diprediksi meningkat disebabkan kesadaran masyarakat yang makin tinggi untuk menggunakan jasa perbankan dalam transaksi ekonomi sehingga menstimulus pembukaan rekening dan penempatan dana di bank, di samping promosi gencar pihak perbankan dalam pengumpulan DPK. Namun, penyaluran kredit diperkirakan tidak sebesar kenaikan DPK. Hal ini disebabkan kondisi cuaca yang sulit diprediksi akan membuat bank makin selektif dalam menyalurkan kredit. Imbasnya LDR di triwulan mendatang diperkirakan hanya mencapai 72%. Sedangkan NPL akan menurun pada level 2%. 4

15 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 pada triwulan IV-2012 mencapai Rp1,239 triliun atau tumbuh sebesar 4,32% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2011 yang mencapai 7,80% (y.o.y). Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi triwulanan pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,74% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar -0,32% (q.t.q). Selama tahun 2012, pertumbuhan ekonomi kumulatif Maluku mencapai 7,81% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi kumulatif Maluku tahun 2011 yang sebesar 6,06% (y.o.y). Pertumbuhan kumulatif tahun 2012 juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kumulatif nasional tahun 2012 yang hanya mencapai 6,23% (y.o.y). Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Maluku pada tahun 2012 cukup tinggi. Tabel I.1 Pertumbuhan PDRB Maluku Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pertumbuhan (% y.o.y) Sektor Ekonomi III IV Total I II III IV Total Konsumsi Rumah Tangga 8,84 7,66 8,27 8,21 7,69 6,36 5,13 6,81 Konsumsi Nirlaba 4,44 5,48 4,21 5,41 4,00 3,00 2,38 3,67 Konsumsi Pemerintah 11,60 12,94 11,21 13,53 17,50 13,09 9,39 13,25 PMTB 12,34 17,41 14,52 17,77 20,22 18,52 14,45 17,67 Ekspor 1,42 4,42 5,14 6,02 8,41 4,89 1,77 5,22 Dikurangi Impor 17,60 16,04 13,91 17,65 15,55 9,48 12,69 13,66 PDRB 5,20 7,80 6,06 7,64 11,72 7,87 4,32 7,81 Konsumsi Rumah Tangga 6,27 5,56 5,90 5,92 5,67 4,67 3,72 4,97 Konsumsi Nirlaba 0,08 0,10 0,08 0,10 0,08 0,06 0,04 0,07 Konsumsi Pemerintah 2,77 3,21 2,69 3,28 4,35 3,32 2,44 3,33 PMTB 0,57 0,79 0,65 0,83 0,99 0,91 0,71 0,86 Ekspor 0,21 0,63 0,73 0,86 1,20 0,68 0,24 0,73 Dikurangi Impor 3,09 2,90 2,44 3,08 2,93 1,86 2,47 2,58 PDRB 5,20 7,80 6,06 7,64 11,72 7,87 4,32 7,81 Sumber : BPS Maluku (diolah) Andil (% y.o.y) Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan masih didorong oleh Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah yang pada triwulan laporan masing-masing tumbuh sebesar 5,13% (y.o.y) dan 9,39% (y.o.y). Kontribusi investasi yang tercermin dalam Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) masih belum signifikan namun secara perlahan terus meningkat seiring dengan pelaksanaan berbagai proyek Pemerintah dan Swasta, tercermin dari angka pertumbuhan yang mencapai 14,45% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sedangkan bila melihat transaksi perdagangan Maluku dengan provinsi dan negara lain, maka Maluku masih berada dalam kondisi defisit neraca perdagangan atau merupakan provinsi net importir. 5

16 Tabel I.2 Pertumbuhan PDRB Maluku Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pertumbuhan (% y.o.y) Sektor Ekonomi III IV Total I II III IV Total Pertanian 2,28 5,38 3,56 4,67 11,40 5,41 2,29 5,86 Pertambangan & Penggalian 13,38 16,03 14,07 12,44 10,02 6,45 5,03 8,37 Industri Pengolahan 5,53 4,98 7,22 6,00 9,89 9,32 6,42 7,90 Listrik,Gas & Air Bersih 7,04 8,02 7,14 6,87 7,37 6,89 5,92 6,75 Bangunan 9,02 13,51 11,18 11,11 12,17 3,82 1,50 6,93 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,29 9,33 6,81 9,34 13,89 10,27 5,74 9,71 Angkutan & Komunikasi 4,94 6,47 5,47 6,35 10,04 8,11 5,99 7,60 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,39 3,54 3,48 4,73 5,56 5,12 3,29 4,66 Jasa - jasa 8,66 11,39 9,14 11,69 12,54 9,20 4,59 9,36 PDRB 5,20 7,80 6,06 7,64 11,72 7,87 4,32 7,81 Pertanian 0,71 1,66 1,11 1,46 3,46 1,64 0,69 1,79 Pertambangan & Penggalian 0,10 0,12 0,10 0,09 0,08 0,05 0,04 0,07 Industri Pengolahan 0,26 0,24 0,34 0,29 0,48 0,45 0,30 0,38 Listrik,Gas & Air Bersih 0,03 0,04 0,03 0,03 0,04 0,03 0,03 0,03 Bangunan 0,17 0,25 0,21 0,21 0,24 0,07 0,03 0,13 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,61 2,41 1,75 2,40 3,59 2,66 1,51 2,52 Angkutan & Komunikasi 0,54 0,70 0,60 0,69 1,10 0,88 0,64 0,83 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,13 0,18 0,18 0,25 0,29 0,26 0,16 0,24 Jasa - jasa 1,65 2,19 1,73 2,21 2,44 1,81 0,91 1,82 PDRB 5,20 7,80 6,06 7,64 11,72 7,87 4,32 7,81 Sumber : BPS Maluku (diolah) Andil (% y.o.y) Pada periode yang sama, pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran disumbangkan oleh tiga sektor utama yaitu Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), serta Sektor Jasa-Jasa yang masing-masing tumbuh sebesar 2,29% (y.o.y), 5,74% (y.o.y), dan 4,59% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sektor Pertanian tumbuh cukup baik pada triwulan IV- 2012, setelah sempat terkendala pada triwulan sebelumnya akibat cuaca ekstrem. Sedangkan sektor PHR terus berputar akibat berbagai kegiatan pada triwulan laporan seperti Ambon Jazz Plus Festival, Pesparawi Nasional Mahasiswa XII, Idul Adha, Wisuda, Natal, dan Tahun Baru, di samping status Maluku yang memang masih merupakan provinsi net importir. Sedangkan Sektor Jasa-Jasa yang sebagian besar didominasi oleh jasa pemerintahan tumbuh positif seiring dengan percepatan realisasi anggaran pada triwulan akhir tahun Permintaan Daerah Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga mampu tumbuh sebesar 5,13% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 7,66% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, Konsumsi Rumah Tangga tumbuh sebesar 2,58% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mampu tumbuh sebesar 1,53% (q.t.q). Beberapa kegiatan dan perayaan yang mendorong konsumsi pada triwulan laporan antara lain Ambon Jazz Plus Festival, Pesparawi Nasional Mahasiswa XII, Idul Adha, Wisuda, 6

17 Natal, dan Tahun Baru. Selain itu peningkatan konsumsi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya terkait dengan adanya bencana banjir bandang pada triwulan sebelumnya yang memperlambat konsumsi. Grafik I.1 Indeks Keyakinan Konsumen III IV I II III IV I II III IV I II III IV IKK IKE IEK Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi Maluku Mengacu pada PDRB maka terlihat bahwa terdapat kontradiksi dengan Survei Konsumen. Hasil Survei Konsumen menunjukkan bahwa Konsumsi Rumah Tangga pada triwulan IV-2012 cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level 125,50, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 136,25. Bila dilihat lebih dalam lagi, IKK terbentuk dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Pada triwulan laporan, IKE menurun dari 126,00 menjadi 112,17. Begitupula dengan IEK yang juga menurun dari 146,50 menjadi 138,83. Penurunan indeks pada semua komponen IKK menunjukkan bahwa tingkat keyakinan masyarakat mengalami penurunan secara menyeluruh. Perbedaan ini ditengarai karena survei konsumen lebih melihat ekspektasi masyarakat terhadap perekonomian dibandingkan dengan realisasi konsumsi itu sendiri. Data pendaftaran kendaraan baru roda 2 dan roda 4 merupakan indikator yang menggambarkan kegiatan konsumsi non makanan atau barang tahan lama. Pada triwulan IV pendaftaran kendaraan baru roda 2 sebanyak unit atau tumbuh 22,97% (y.o.y), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar -48,73% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan kendaraan roda 2 mencapai -0,20% (q.t.q), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,51% (q.t.q). Sementara itu, pendaftaran kendaraan baru roda 4 tercatat sebanyak 250 unit atau tumbuh -21,38% (y.o.y), mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -17,62% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan kendaraan baru roda 4 mencapai -63,24% (q.t.q), mengalami perlambatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 72,59% (q.t.q). Konsumsi kendaraan bermotor menurun diduga karena sudah jenuhnya penjualan kendaraan di Kota Ambon sebagai pusat aktivitas ekonomi terbesar di Maluku, di samping preferensi masyarakat untuk lebih mengalokasikan konsumsi ke bahan makanan pada triwulan laporan. 7

18 Grafik I.2 Pendaftaran Kendaraan Baru di Maluku Grafik I.3 Konsumsi Listrik Rumah Tangga % % % % % % III IV I II III IV I II III IV -400% Roda 2 Roda 4 g roda 2 (y.o.y) g roda 4 (y.o.y) Sumber : Dispenda Provinsi Maluku Rumah Tangga (KwH) growth (y.o.y) sumbu kanan III IV I II III IV I II III IV Sumber : PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% Konsumsi listrik rumah tangga juga mampu menggambarkan aktivitas ekonomi masyarakat terutama konsumsi non makanan. Pada triwulan laporan, konsumsi listrik rumah tangga di Provinsi Maluku tumbuh sebesar 0,35% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 19,29% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan konsumsi listrik rumah tangga mencapai -5,22% (q.t.q), menurun dibandingkan konsumsi triwulan sebelumnya yang mencapai -0,28% (q.t.q). Nilai konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 59,47 juta KwH. Grafik I.4 Kredit Konsumsi di Perbankan Maluku Hal yang sedikit berbeda ditunjukkan oleh kredit konsumsi. Baki debit kredit III IV I II III IV I II III IV % 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% konsumsi perbankan Maluku sampai dengan triwulan IV-2012 mencapai Rp3,88 triliun atau tumbuh sebesar 35,19% (y.o.y). Pertumbuhan ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 19,97% Kredit Konsumsi (Rp miliar) Sumber : Bank Indonesia g yoy (sumbu kanan) (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan baki debit kredit konsumsi menyentuh level 8,89% (q.t.q), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tirwulan sebelumnya yang mencapai 9,20% (q.t.q). Pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan laporan ini terkait erat dengan kebutuhan dana masyarakat untuk menghadapi Natal dan Tahun Baru. Paparan di atas menggambarkan bahwa peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 dibandingkan triwulan III-2012 disebabkan peningkatan konsumsi makanan. Sedangkan konsumsi non makanan atau barang tahan lama cenderung mengalami penurunan. Konsumsi Pemerintah merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi setelah Konsumsi Rumah Tangga. Pada triwulan IV-2012, pertumbuhan Konsumsi Pemerintah 8

19 mencapai 9,39% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,94% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan Konsumsi Pemerintah sebesar 4,31% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,26% (q.t.q). Konsumsi Pemerintah sebagian besar dihabiskan pada akhir tahun dalam rangka optimalisasi penyerapan anggaran. Sebagai informasi bahwa selama tahun 2012, sebagian besar Konsumsi Pemerintah dialokasikan untuk belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan belanja hibah. Kegiatan yang dilaksanakan pada triwulan laporan antara lain rapat kerja, lokakarya, seminar, dan pembelian barang habis pakai. Pada periode yang sama, konsumsi nirlaba juga tumbuh 2,38% (y.o.y), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2011 sebesar 5,48% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan pertumbuhan konsumsi nirlaba sebesar 0,46% (q.t.q), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,37% (q.t.q). Kegiatan lembaga nirlaba pada triwulan laporan difokuskan pada pengembangan sektor riil dan usaha mikro masyarakat serta kegiatan sosial dan kesehatan. Peningkatan pertumbuhan triwulanan disebabkan oleh percepatan realisasi anggaran menjelang akhir tahun Investasi Investasi (PMTB) pada triwulan IV-2012 tumbuh positif sebesar 14,45% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,41% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan investasi mencapai 2,18% (q.t.q), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,81% (q.t.q). Perlambatan pertumbuhan tahunan pada tiruwlan laporan disebabkan realisasi investasi sebagian besar terjadi pada triwulan II-2012 meliputi pembangunan infrastruktur dalam rangka menyambut MTQ Nasional XXIV yang diselenggarakan di Ambon, Maluku. Pada triwulan laporan, proyek-proyek pemerintah yang memberikan kontribusi yang signifikan pada pertumbuhan investasi antara lain Jembatan Merah Putih, PLTU Waai, dan proyek MP3EI seperti Trans Maluku dan jalan/jembatan pendukung Trans Maluku. Selain itu, investasi juga didukung oleh pihak swasta melalui pembangunan kompleks perumahan, pusat perbelanjaan, pertokoan, dan gedung perkantoran. Saat ini salah satu pusat perbelanjaan yang cukup signifikan memberikan kontribusi pada pertumbuhan investasi adalah Maluku City Mal (MCM). Mencermati penyaluran kredit investasi di Provinsi Maluku terlihat bahwa sampai dengan triwulan IV-2012, baki debit kredit investasi meningkat mencapai Rp670 miliar atau tumbuh sebesar 18,89% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan baki debit pada triwulan IV-2011 yang mencapai 63,75% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, 9

20 perrtumbuhan baki debit kredit investasi mencapai 2,20% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 0,17% (q.t.q) Grafik I.5 Kredit Investasi di Perbankan Maluku - III IV I II III IV I II III IV Kredit Investasi (Rp miliar) g yoy (sumbu kanan) Sumber : Bank Indonesia 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik I.6 Perkembangan Dunia Usaha di Maluku I II III IV I II III IV I II III IV I II Perkembangan situasi bisnis Ekspektasi bisnis 6 bulan mendatang Sumber : SKDUKPw BI Provinsi Maluku Secara tahunan, pertumbuhan baki debit kredit investasi triwulan IV-2012 masih lebih rendah dibandingkan tahun 2011 disebabkan makin jenuhnya persaingan bisnis di Ambon pada tahun 2012 dibandingkan tahun lalu. Meskipun demikian, pertumbuhan triwulanan meningkat disebabkan percepatan realisasi pembangunan pertokoan pada akhir tahun. Selain itu, situasi ekonomi yang realtif mulai pulih sesudah bajir bandang pada triwulan sebelumnya turut mendorong pertumbuhan baki debit investasi pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), indikator perkembangan situasi bisnis pada triwulan IV-2012 berada pada angka 51,67, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 62,50, maupun tahun sebelumnya yang mencapai 52,45. Di sisi lain, ekspektasi pengusaha terhadap situasi bisnis pada 6 bulan mendatang meningkat dari 45,00 menjadi 65, Ekspor dan Impor Kegiatan ekspor pada triwulan IV-2012 mencatatkan angka pertumbuhan sebesar 1,77% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 4,42% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan ekspor pada triwulan IV-2012 mencapai 0,95% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya -2,00% (q.t.q). Secara tahunan Ekspor Maluku mengalami penurunan disebabkan penurunan produksi ikan terkait dengan cuaca triwulan IV-2012 yang tidak sebaik cuaca triwulan IV Meskipun demikian, sesungguhnya cuaca pada triwulan laporan sudah jauh mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya di mana terjadi hujan ekstrem yang menyebabkan banyak larangan berlayar dari Administrator Pelabuhan di Maluku. Negara tujuan utama ekspor Maluku 10

21 adalah Thailand, Cina, Singapore, Jepang, dan Hongkong. Komoditas ekspor dari Provinsi Maluku lainnya adalah mutiara, rempah-rempah, dan getah alam. Grafik I.7 Ekspor Non Migas Maluku Grafik I.8 Impor Non Migas Maluku I II III IV I II III IV I II III IV 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% -150% I II III IV I II III IV I II III IV 9000% 8000% 7000% 6000% 5000% 4000% 3000% 2000% 1000% 0% -1000% -2000% Ekspor non migas ($US ribu) g ekspor non migas yoy-sumbu kanan Sumber : DSM Bank Indonesia Impor non migas ($US ribu) g impor non migas yoy-sumbu kanan Sumber : DSM Bank Indonesia Impor ke Provinsi Maluku didominasi oleh bahan bakar (premium tanpa timbal) dan serealia seperti beras, gandum, dan tepung terigu. Pada triwulan laporan, impor Provinsi Maluku tumbuh sebesar 12,69% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 16,04% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, impor tumbuh sebesar 7,42% (q.t.q), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,70% (q.t.q). Peningkatan ini terkait dengan peningkatan permintaan masyarakat menghadapi Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru dan berbagai perayaan lainnya pada triwulan laporan. Di samping itu, adanya peningkatan daya beli masyarakat pasca bencana alam banjir bandang pada triwulan III Hal ini turut meningkatkan impor yang sebagian besar didominasi oleh bahan makanan khususnya beras. Data menunjukkan bahwa nilai PDRB komponen impor masih lebih besar daripada nilai PDRB komponen ekspor sehingga neraca perdagangan Provinsi Maluku menjadi defisit. 1.2 Penawaran Daerah Sektor Pertanian Sektor Pertanian (meliputi peternakan, kehutanan, dan perikanan) tmbuh pada level 2,29% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,38% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan Sektor Pertanian pada triwulan IV-2012 mencapai 1,63% (y.o.y), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar -2,25% (q.t.q). Kondisi cuaca pada triwulan IV-2012 sesungguhnya sudah cukup membaik dibandingkan cuaca triwulan III-2012 di mana saat itu hujan ekstrem menerpa Maluku sehingga menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor di beberapa tempat. Hal ini membuat produksi 11

22 pertanian terutama ikan dan sayur-mayur meningkat pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun cuaca pada triwulan IV-2011 masih jauh lebih baik, sehingga secara tahunan, pada triwulan IV-2012 pertumbuhan Sektor Pertanian sedikit melambat. Data PTPN XIV Amahai Maluku Tengah yang merupakan indikator sub sektor perkebunan menunjukkan bahwa produksi karet mampu mencapai 239,96 ton atau tumbuh sebesar -22,03% (y.o.y), menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 6,69% (y.o.y). Sedangkan dari sisi pertumbuhan triwulanan, produksi karet mampu tumbuh sebesar 40,76% (q.t.q), meningkat Grafik I.9 Produksi Karet dan Kopra % % % % % % 0-80% III IV I II III IV I II III IV Karet (kg) Kopra (kg) g karet (yoy)-sumbu kanan g kopra (yoy)-sumbu kanan Sumber : PTPN XIV Amahai Maluku Tengah dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar -39,45% (q.t.q). Penurunan pertumbuhan tahunan terkait dengan umur pohon karet yang sudah tua sehingga produktivitasnya makin menurun dari tahun ke tahun. Sedangkan peningkatan pertumbuhan triwulanan berhubungan dengan pola musiman panen getah karet yang tinggi pada triwulan IV dibandingkan dengan triwulan III. Pada triwulan laporan, produksi kopra mencapai 231,56 ton atau tumbuh sebesar 33,33% (y.o.y), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2011 di mana pada saat itu produksi kopra tumbuh sebesar -35,42% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan tahunan ini terkait dengan sifat tanaman kelapa yang mudah untuk direvitalisasi karena memiliki waktu tanam yang singkat. Sedangkan dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan kopra pada triwulan IV-2012 sebesar 51,05% (q.t.q), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 201,39% (q.t.q). Hal ini terkait dengan pola musiman panen kelapa yang tinggi pada periode Juli-September. Menilik sisi pembiayaan, sebagai informasi bahwa total kredit di Sektor Pertanian pada triwulan laporan mencapai Rp60,69 miliar atau tumbuh 35,18% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun 2011 sebesar 20,48% (y.o.y). Pertambahan jumlah kredit ke Sektor Pertanian secara tahunan menandakan bahwa bank makin berani menyalurkan kredit pertanian dengan skim khusus yang meminimalkan risiko. Sementara itu dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan kredit Sektor Pertanian pada triwulan IV-2012 hanya sebesar -0,98% (q.t.q), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 1,65% (q.t.q). Penurunan pertumbuhan ini 12

23 terkait dengan telah lewatnya masa panen di sentra-sentra padi sehingga bank menunda pemberian kredit ke petani. Grafik I.10 Kredit Sektor Pertanian di Perbankan Maluku Sepanjang tahun 2012, cuaca ekstrem merupakan ancaman terbesar yang 70 40% membayangi kinerja sektor pertanian. Terkait % 20% hal tersebut alternatif solusi untuk III IV I II III IV I II III IV % 0% -10% -20% -30% peningkatan produksi pertanian saat cuaca ekstrem melanda harus segera diterapkan melalui pengembangan inovasi sistem bercocok tanam screen house. Selain itu Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar) Sumber : Bank Indonesia g yoy (sumbu kanan) diperlukan juga penerapan resi gudang dan tambahan cold storage di Maluku. Sosialisasi mengenai diversifikasi pangan agar masyarakat dapat beralih ke jenis pangan lainnya ketika cuaca memburuk juga penting untuk dilakukan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Sektor PHR pada triwulan laporan tumbuh sebesar 5,74% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,33% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan Sektor PHR pada triwulan laporan mencapai 2,19% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,25% (q.t.q). Adanya Idul Adha, wisuda, Natal, dan Tahun Baru meningkatkan aktivitas perdagangan pada triwulan laporan. Sedangkan Ambon Jazz Plus Festival dan Pesparawi Nasional Mahasiswa XII meningkatkan kinerja perhotelan. Grafik I.11 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Yos Sudarso Grafik I.12 Kredit Sektor PHR di Perbankan Maluku III IV I II III IV I II III IV 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% III IV I II III IV I II III IV 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% bongkar muat (ton) Sumber : Pelindo IV Ambon g yoy (sumbu kanan) Kredit Sektor PHR (Rp miliar) Sumber : Bank Indonesia g yoy (sumbu kanan) 13

24 Sampai dengan triwulan laporan, Maluku masih merupakan provinsi net importir karena banyak mendatangkan barang dari luar provinsi. Arus bongkar muat di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon mencapai ton atau tumbuh 32,79% (y.o.y), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2011 yang mencapai -9,60%% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, bongkar muat tumbuh 10,31% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,13% (q.t.q). Dari sisi pembiayaan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penyaluran kredit pada sektor PHR. Pada triwulan laporan, kredit ke sektor ini mencapai Rp1,3 triliun atau tumbuh 18,89% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 50,57% (y.o.y). Sedangkan dari sisi pertumbuhan triwulanan terjadi peningkatan pertumbuhan dari 0,45% (q.t.q) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,23% (q.t.q) pada triwulan laporan. Pertumbuhan kredit sektor PHR meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya terkait dengan realisasi kredit usaha menjelang Natal dan Tahun Baru Sektor Jasa-Jasa Pada triwulan IV-2012, Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 4,59% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun 2011 yang tercatat sebesar 11,39% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan sektor jasa-jasa menyentuh level 1,87% (q.t.q), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,18% (q.t.q). Jasa pemerintahan umum dan pertahanan merupakan penggerak utama sektor jasa-jasa. Akselerasi pengeluaran pemerintah meningkat pada triwulan IV-2012 dalam rangka optimalisasi anggaran. Di sisi lain, jasa yang terkait dengan pihak swasta (masyarakat) seperti jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta peorangan rumah tangga juga turut mengalami peningkatan terkait dengan tingginya minat rekreasi masyarakat pada triwulan laporan terutama pada Natal dan Tahun Baru Sektor Angkutan & Komunikasi Sektor Angkutan & Komunikasi tumbuh sebesar 5,99% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 6,47% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan sektor Angkutan & Komunikasi mencapai 1,43% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,56% (q.t.q). Kinerja sektor ini sebagian besar didukung oleh sub sektor transportasi. 14

25 Grafik I.13 Arus Penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso Grafik I.14 Kredit Sektor Angkutan & Komunikasi di Perbankan Maluku III IV I II III IV I II III IV arus penumpang (orang) g yoy (sumbu kanan) Sumber : Pelindo IV Ambon 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% III IV I II III IV I II III IV 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% Kredit Sektor Angkutan & Komunikasi (Rp miliar) g yoy (sumbu kanan) Sumber : Bank Indonesia Mencermati arus penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon selama triwulan IV tercatat sebanyak orang atau mengalami pertumbuhan 53,89% (y.o.y), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2011 pada level 16,49 (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, arus penumpang pada triwulan laporan hanya tumbuh -14,82% (q.t.q), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 46,34% (q.t.q). Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat menggunakan kapal laut meakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun terdapat pola musiman di mana masyarakat lebih ramai menggunakan angkutan laut pada triwulan II dan III dibandingkan dengan triwulan IV. Pada triwulan laporan kegiatan yang turut memicu angkutan & komunikasi meliputi Ambon Jazz Festival, Pesparawi Nasional Mahasiswa XII, Idul Adha, wisuda, Natal, dan Tahun Baru serta berbagai seminar lokakarya yang diselenggarakan di Maluku. Dilihat dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor angkutan & komunikasi pada triwulan laporan mencapai Rp216 miliar atau tumbuh sebesar 409,98% (y.o.y), jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -1,98% (y.o.y). Sedangkan dari sisi pertumbuhan triwulanan, penyaluran kredit angkutan hanya tumbuh sebesar -0,15% (q.t.q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,81% (q.t.q). Hal ini menunjukkan bahwa penyaluran kredit ke sektor ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, namun momentum penyaluran kredit terbesar sektor ini berada pada tengah tahun. Sebagai informasi bahwa penyaluran kredit angkutan dan komunikasi ditujukan terutama pada usaha angkutan darat Sektor Bangunan Sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 1,50% (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,51% (y.oy). Hal ini ditengarai karena adanya fenomena high base effect yaitu tingginya pertumbuhan sektor bangunan pada tahun lalu sehingga membuat pertumbuhan pada tahun ini terlihat kecil. 15

26 Sedangkan bila dilihat dari sisi pertumbuhan triwulanan, ternyata pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan IV-2012 mencapai 3,66% (q.t.q), meningkat dbandingkan triwulan III yang mencapai -3,46% (q.t.q). Peningkatan pertumbuhan triwulanan pada triwulan IV dibandingkan triwulan sebelumnya terkait dengan penyelesaian proyek-proyek properti yang biasanya dipercepat menjelang tutup tahun. Indikator pengadaan semen mengkonfirmasi pola pertumbuhan tahunan dan triwulanan sektor bangunan. Pengadaan semen pada triwulan laporan sebanyak ton atau tumbuh sebesar 30,81% (y.o.y), melambat dibandingkan triwulan tahun sebelumnya yang mencapai 40,611% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, realisasi pengadaan semen pada triwulan laporan mencapai 38,52% (q.t.q), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar -11,60% (q.t.q). Grafik I.15 Realisasi Pengadaan Semen di Maluku Grafik I.16 Kredit Sektor Bangunan di Perbankan Maluku % 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% III IV I II III IV I II III IV 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% III IV I II III IV I II III IV Realisasi Pengadaan Semen g yoy (sumbu kanan) Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar) Sumber : Bank Indonesia g yoy (sumbu kanan) Sementara itu, kredit sektor bangunan mencapai Rp347 miliar yang berarti tumbuh sebesar 46,85% (y.o.y), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di mana pada saat itu pertumbuhan kredit sektor bangunan hanya mencapai 7,81% (y.o.y). Terindikasi bahwa perbankan makin banyak mengucurkan dana pada sektor bangunan di tahun 2012 dibandingkan tahun Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan kredit sektor bangunan mencapai -4,14% (q.t.q), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,40% (q.t.q). Hal ini mengindikasikan bahwa pencairan kredit sektor bangunan sebagian besar dilakukan sebelum triwulan IV Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) tumbuh 5,92% (y.o.y) pada triwulan IV-2012, lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2011 yang mencapai 8,02% (y.o.y). Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan sektor LGA pada triwulan laporan mencapai 2,01% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,13% (q.t.q). 16

27 Indikator pertumbuhan sektor LGA adalah konsumsi listrik. Selama triwulan laporan, konsumsi listrik di Maluku mencapai 99,12 juta KwH. Dengan kata lain terjadi pertumbuhan pemakaian listrik sebesar 6,24% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 18,53% (y.o.y). Sementara itu pertumbuhan konsumsi listrik triwulanan pada triwulan IV-2012 mencapai -0,31% (q.t.q), sedikit lebih baik dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat -2,19% (q.t.q). Penurunan konsumsi listrik ini sejalan dengan suksesnya program penggunaan listrik pra bayara dan tingginya kesadaran masyarakat untuk menghemat listrik. Selain itu, rencana kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang akan dilaksanakan pada awal tahun 2013, membuat masyarakat dan pengusaha mulai membiasakan melakukan penghematan listrik. Grafik I.17 Konsumsi Listrik di Maluku Grafik I.18 Kredit Sektor LGA di Perbankan Maluku Konsumsi Listrik Maluku (KwH) grothw (y.o.y) sumbu kanan III IV I II III IV I II III IV 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% -10,00% III IV I II III IV I II III IV % 5000% 4000% 3000% 2000% 1000% 0% -1000% Sumber : PLN WIlayah Maluku dan Maluku Utara Sumber : Bank Indonesia Kredit Sektor LGA (Rp miliar) g yoy (sumbu kanan) Kredit sektor LGA mencapai Rp16 miliar pada triwulan IV-2012 atau tumbuh sebesar 27,24% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan peridoe yang sama tahun sebelumnya sebesar 62,71% (y.o.y). Dari perspektif pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan kredit sektor LGA mampu menyentuh level 7,45% (q.t.q), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 20,34% (q.t.q). Sebagian besar kredit disalurkan ke usaha air minum isi ulang Sektor Pertambangan & Penggalian Sektor pertambangan & penggalian di Provinsi Maluku tumbuh positif sebesar 5,03% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 16,03% (y.o.y). Kinerja Sektor Pertambangan dan Penggalian bertumpu pada produksi bahan galian C yaitu batu dan pasir. Penurunan pertumbuhan sektor bangunan secara tahunan secara otomatis membuat permintaan bahan galian C turut turun. Sedangkan bahan tambang yang sudah lama menjadi andalan adalah tembaga di Pulau Wetar (Kabupaten Maluku Barat Daya) dan minyak bumi (Kabupaten Seram Bagian Timur) masih terus berproduksi meskipun agak melambat. 17

28 Sedangkan dari sisi pertumbuhan triwulanan, sektor pertambangan dan penggalian mampu tumbuh sebesar 2,59% (q.t.q), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai -0,88% (q.t.q). Hal ini terkait peningkatan kinerja untuk mencapai target produksi yang telah ditetapkan pada akhir tahun. Saat ini tambang nikel sedang dijajaki di kabupaten Seram Bagian Barat bekeja sama dengan investor dari Korea Selatan. Diharapkan pada awal tahun 2013, tambang nikel di SBB sudah mulai berproduksi Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan di Provinsi Maluku tumbuh 3,29% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,54% (y.o.y). Jenuhnya jumlah bank di kota Ambon serta berbagai perusahaan jasa keuangan lainnya seperti pegadaian dan pembiayaan pada akhir tahun 2012 menyebabkan penurunan pertumbuhan tahunan pada sektor ini. Hal ini juga terlihat dari pertumbuhan triwulanan yang hanya mencapai level 0,51% (q.t.q) pada triwulan IV-2012, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,77% (q.t.q) Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 6,42% (y.o.y), meningkat periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,98% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini berasal dari peningkatan kinerja industri rumah tangga yang memproduksi cinderamata serta makanan dan minuman. Adanya berbagai kegiatan yang banyak mendatangkan turis ke Maluku turut berkontribusi pada pengembangan sektor ini. Selain itu, pemasangan poster dan baliho menjadi marak menjelang Pemilihan Gubernur 2013 memberikan insentif pada peningkatan industri percetakan. Dari sisi pertumbuhan triwulanan, pertumbuhan sektor industri pengolahan mencapai 0,57% (q.t.q), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,72% (q.t.q). 18

29 Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU Daerah sentra beras di Maluku terletak di Buru, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat. Beras yang dihasilkan merupakan beras dari padi sawah. Selain itu, terdapat juga produksi beras yang berasal dari padi ladang terutama di Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya. Padi ladang juga ditanam di Buru, Malteng, SBB, dan SBT namun dalam jumlah yang terbatas. Terkait bentuk Maluku yang tersusun atas banyak pulau sehingga disebut provinsi kepulauan, maka survei petani padi tidak dapat dilakukan pada seluruh kabupaten/kota. Hanya dua kabupaten saja yang akhirnya disurvei yaitu Buru dan SBB. Profil Lahan Lahan yang digarap petani di Buru dan SBB sebagian besar merupakan lahan basah yang mencapai 76,9%. Sedangkan untuk lahan kering hanya sekitar 23,08% saja. Itupun diperoleh dari responden yang mengelola dua lahan yaitu lahan basah dan lahan kering. Jenis Lahan Status Kepemilikan Lahan 0.00% 23.08% 8.3% 0.0% 8.3% 0.0% lahan milik sendiri lahan sewa 76.9% 83.3% lahan garapan lahan bagi hasil lahan milik perusahaan inti lahan kering lahan basah lainnya Mencermati status kepemilikan lahan, maka survei menunjukkan sebesar 83,3% merupakan lahan sendiri. Lahan sewa dan lahan bagi hasil masing-masing sebesar 8,3%. Sehingga dapat ditarik gambaran bahwa jumlah lahan di Buru dan SBB cukup memadai. Hal ini juga terkait dengan kondisi Buru dan SBB yang masih merupakan daerah pedesaan sehingga lahan garapan masih tersedia cukup luas untuk dikelola karena belum terkikis oleh bangunan yang marak di daerah perkotaan. 19

30 Status Hukum Lahan 0.0% 0.0% 0.0% 10.0% sertifikat tanah petok D akta jual beli 90.0% kutipan letter C lainnya saja keberlangsungan profesi sebagai petani ke depan. Selanjutnya mengenai status hukum lahan, terungkap bahwa 90,0% lahan sudah bersertifikat tanah, sedangkan sisanya sebesar 10,0% masih berupa akta jual beli. Hal ini menggambarkan kesadaran petani untuk mengamankan lahan miliknya melalui pembuatan sertifikat tanah. Memang masalah kepemilikan lahan merupakan masalah yang cukup krusial bagi petani karena menentukan besarnya pendapatan saat panen dan tentu Produksi Jenis padi yang ditanam di Buru dan SBB cukup bervariasi. Padi IR-64 dan Inpari merupakan jenis padi yang paling banyak ditanam dengan pangsa masing-masing sebesar 25%. Selanjutnya jenis padi yang juga banyak ditanam petani adalah Ciherang sebesar 16,7%. Sedangkan padi lokal juga mendapat tempat di hati para petani dengan rincian Cibogo sebesar 16,7%, Cigelis 8,3%, dan Mekongga 8,3%. Jenis Padi Frekuensi Tanam IR % Inpari 25.0% Lokal 33,3% Cigelis 8.3% Cibogo 16.7% 40,0% 60,0% Masa tanam 2x dalam setahun Masa tanam 3x dalam setahun Ciherang 16.7% Mekongga 8.3% Sumber : survei Bank Indonesia Sumber : survei Bank Indonesia Padi-padi tersebut di tanam dalam masa tanam berjumlah 2-3 kali per tahun. Sebagian besar petani Waeapo, Buru, memilih masa tanam sebanyak 2 kali per tahun, sedangkan petanipetani di Kairatu, SBB, dapat menanam sampai 3 kali per tahun. Masa tanam ini dilakukan tidak serentak sehingga musim panen yang tiba cenderung tersebar sepanjang tahun. Berdasarkan hasil survei, di Buru panen berlangsung pada bulan Januari, April, Juni, Juli, Agustus, September, dan Desember. Sedangkan di SBB panen berlangsung pada bulan Januari, Maret, April, Mei, Juni, Agustus, September, Oktober, dan Desember. 20

31 Mencermati struktur biaya, maka struktur biaya tanam sebagian besar dikuasai oleh tenaga kerja dengan pangsa 30,6% dan pupuk dengan pangsa 30,3%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian pertanian merupakan sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja yaitu buruh tani. Selain itu, melihat besarnya persentase pupuk maka Pemerintah dapat memberikan bantuan subsidi agar meringankan beban petani. Struktur Biaya Tanam Struktur Biaya Panen Komponen Persentase Bibit 2.7 Pupuk 30.3 Pengendali hama/penyakit 9.8 Peralatan 18.2 Tenaga kerja 30.6 Sewa lahan 7.3 Biaya transportasi 0.3 Lainnya 0.8 Total Komponen Persentase Tenaga kerja 38.5 Peralatan panen 10.9 Biaya angkut ke penggilingan 11.6 Biaya olah jd GKP/GKG 11.8 Biaya penggilingan 25.2 Biaya pergudangan 0.0 Biaya lainnya 2.0 Total Sementara itu pada struktur biaya panen, biaya tenaga kerja menempati pangsa teratas sebesar 38,5% dari toal biaya panen. Kemudian disusul oleh biaya penggilingan dengan pangsa 25,2%. Sekali lagi hal ini menegaskan bahwa tenaga kerja memainkan peran penting dalam pertanian padi. Permodalan Modal sendiri merupakan sumber Permodalan Petani Padi dana utama para petani padi di Buru dan SBB. Sekitar sekitar 90% responden mengatakan bahwa mereka menggunakan modal sendiri 10,0% untuk membiayai usaha. Sisanya sebesar 10% menyatakan bahwa mereka menggunakan 90,0% kombinasi modal sendiri dan pinjaman bank untuk mendanai usaha. Hal ini memberikan indikasi bahwa petani masih belum banyak Sumber : survei Bank Indonesia terlibat dengan bank dalam hal pendanaan atau bank masih memandang risiko di sektor pertanian tinggi. Modal sendiri Modal sendiri dan pinjaman bank 21

32 Waktu Penjualan Padi 0,0% 100,0% Ya, dijual sebelum masa panen Tidak dijual sebelum panen Distribusi Seluruh petani mengatakan bahwa 100% beras tidak dijual sebelum panen. Para petani lebih memilih menunggu sampai padi dipanen kemudian menjual hasil panen. Sehingga dapat dikatakan nyaris tidak ada sistem ijon di Buru dan SBB. Sumber : survei Bank Indonesia Beras hasil panen di Buru dan SBB sebagian besar dibawa ke Pasar Mardika Ambon untuk dijual. Beras di Buru juga dibeli oleh Bulog Divre Maluku sebagai upaya Bulog untuk memenuhi cadangan beras. Hal ini terkait dengan produktivitas beras Buru yang melebihi kabupaten lain di Maluku. Petani padi di Buru umumnya menjual beras hasil panen ke pengepul. Hal ini dipandang lebih praktis karena menghemat waktu dan tenaga. Sedangkan petani padi di SBB selain menjual beras hasil panen ke pengepul juga menjual ke konsumen akhir. Pola Distribusi Petani Padi di Buru dan SBB Pola Distribusi Beras Medium luar provinsi dalam kota/ kabupaten luar kota/ kabupaten luar negeri Petani Pengepul Pedagang besar Pedagang grosir Pedagang eceran Konsumen akhir Petani Buru Petani SBB Kota utama pemasaran beras di dalam kabupaten terdapat di Namlea (Buru) dan Kairatu (SBB). Sedangkan kota utama pemasaran beras di luar kabupaten terdapat di Kota Ambon. Hal ini disebabkan kota Ambon merupakan pasar utama penjualan beras karena ibu kota provinsi Maluku ini merupakan kota yang ramai dan banyak dikunjungi oleh pelancong. 22

33 Stok dan Pergudangan Beras merupakan bahan makanan pokok yang memiliki daya tahan relatif lama sehingga terdapat kemungkinan untuk disimpan di gudang dalam bentuk stok. Hasil survei menunjukkan bahwa petani di Buru dan SBB yang menggunakan gudang penyimpanan bejumlah 70% dengan lokasi gudang di kelurahan yang sama dengan pemukiman petani. Sedangkan 30% petani lainnya tidak menggunakan gudang dengan alasan beras dapat langsung dijual dan kalaupun ada sisa bisa disimpan di rumah. 70,0% Sumber : survei Bank Indonesia Penggunaan Gudang 30,0% Menggunakan gudang Tidak Manajemen Stok Durasi Penyimpanan Beras ,3% GKG jual simpan konsumsi 66,7% < 1 bulan 1 3 bulan GKP % 20% 40% 60% 80% 100% Sumber : survei Bank Indonesia Sumber : survei Bank Indonesia Para petani ternyata melakukan manajemen stok bahan pangan. Untuk Gabah Kering Panen (GKP), rasio jual : simpan : konsumsi sebesar 42 : 36 : 22. Sedangkan untuk Gabah Kering Giling (GKG), rasio jual : simpan : konsumsi sebesar 50 : 36 : 14. Sementara itu untuk beras, rasio jual : simpan : konsumsi sebesar 38 : 34 : 27. Petani yang menyimpan komoditas < 1 bulan sebanyak 66,7% sedangkan petani yang menyimpan komoditas1-3 bulan sebanyak 33,3%. 23

34 Halaman ini sengaja dikosongkan 24

35 BAB II INFLASI DAERAH Laju inflasi Kota Ambon pada triwulan IV-2012 berada pada level 6,72% (y.o.y), mengalami perlambatang dibandingkan dengan triwulan III-2012 yang mencapai 7,07% (y.o.y). Namun laju inflasi Ambon pada triwulan laporan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional sebesar 4,30% (y.o.y). Dari sisi permintaan, kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa selama triwulan IV-2012 meningkat disebabkan berbagai kegiatan dan perayaan yaitu Ambon Jazz Plus Festival, Pesparawi Nasional Mahasiswa XII, Idul Adha, Wisuda Mahasiswa, Natal, dan Tahun Baru. Peningkatan permintaan terutama terjadi di bulan Desember menjelang Natal dan Tahun Baru di mana terjadi kenaikan permintaan sandang, bahan makanan, dan transportasi. Dari sisi penawaran, pasokan bahan makanan terutama ikan segar dan sayur-mayur relatif meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya terkait dengan musim panas yang mendukung produksi ikan dan sayur-mayur. Selain itu, distribusi barang juga cukup lancar mengacu pada kondusifnya cuaca. Secara umum permintaan pada triwulan laporan masih lebih besar dibandingkan penawaran sehingga terjadi inflasi yang cukup tinggi mencapai 6,72% (y.o.y). 2.1 Perkembangan Inflasi Inflasi Bulanan Pergerakan harga dari bulan ke bulan tercermin pada inflasi bulanan. Pada triwulan IV- 2012, Kota Ambon mengalami inflasi bulanan sebesar 0,94% (m.t.m), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -1,87% (m.t.m) maupun tahun sebelumnya sebesar 0,43% (m.t.m). Inflasi Kota Ambon pada triwulan laporan didominasi oleh kelompok bahan makanan, kelompok sandang, serta kelompok transport, komunikasi, & jasa keuangan. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 3,04% (m.t.m) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar -6,34% (m.t.m). Inflasi bulanan pada triwulan laporan ini jauh lebih lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya di mana inflasi kelompok bahan makanan sebesar -1,13% (m.t.m). 25

36 Andil peningkatan harga yang signifikan berasal dari komoditas ikan segar yaitu cakalang, layang, tuna, dan selar. Di samping itu, sayur-mayur seperti kacang panjang dan buncis juga menyumbang andil inflasi yang cukup besar, meskipun beberapa jenis sayur-mayur yang lain yaitu kangkung dan sawi hijau justru menyumbang deflasi. Musim panas yang terkadang diselingi hujan sesungguhnya masih cukup kondusif dalam mendukung produksi ikan segar dan sayur-mayur. Namun, produksi tetap memiliki batas tertentu, sedangkan permintaan cenderung meningkat sangat signifikan terutama pada beberapa jenis komoditas yang menjadi primadona masyarakat seperti cakalang, layang, tuna, selar, kacang panjang, dan buncis. Sementara itu peningkatan harga bawang merah mengacu pada pengurangan pasokan dari Jawa. Sedangkan peningkatan harga beras terjadi karena peningkatan permintaan yang tidak bisa diimbangi oleh pasokan yang menurun karena telah lama berakhirnya musim panen. Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Kelompok Komoditas III IV I II III IV I II III IV Bahan makanan 6,24 (4,32) (2,26) 13,77 (2,46) (1,13) 5,33 7,08 (6,34) 3,04 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau (0,08) 0,02 0,06 1,05 0,09 0,05 0,24 1,46 0,30 0,09 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,01 0,03 0,18 0,05 0,00 0,15 0,47 0,10 (0,06) 0,10 Sandang 0,50 0,49 (0,04) (0,17) 2,09 0,28 0,21 0,07 0,57 1,16 Kesehatan (0,95) 0,10 0,10 0,31 0,01 0,09 (0,00) 0,16 0,18 0,11 Pendidikan, rekreasi, & olahraga 2,64 (0,01) (0,04) (0,52) 0,00 (0,01) 0,01 0,21 0,20 (0,00) Transport, komunikasi, & jasa keuangan (3,88) 11,99 0,24 0,79 0,00 2,45 (0,38) 1,73 (0,96) 0,23 0,95 1,30 (0,46) 3,76 (0,40) 0,43 1,32 2,40 (1,87) 0,94 Sumber : BPS (diolah) Pada periode yang sama, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 1,16% (m.t.m), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,57% (m.t.m) maupun tahun sebelumnya sebesar 0,28% (m.t.m). Peningkatan harga sandang terutama terjadi pada emas perhiasan dan pakaian menjelang Natal dan Tahun Baru. Sementara itu kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,23% (m.t.m), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar -0,96% (m.t.m) maupun tahun sebelumnya sebesar 2,45% (m.t.m). Peningkatan harga tiket pesawat (angkutan udara) sebagai respon peningkatan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru Inflasi Triwulanan Pergerakan harga dari triwulan ke triwulan terefleksi pada angka inflasi triwulanan. Pada triwulan laporan, laju inflasi Kota Ambon mencapai -0,91% (q.t.q), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -0,01% (q.t.q), maupun tahun sebelumnya sebesar -0,59% (q.t.q). 26

37 Berdasarkan kelompok komoditas, inflasi triwulanan tertinggi terdapat pada kelompok sandang, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok kesehatan Tabel II.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q.t.q) Kelompok Komoditas III IV I II III IV I II III IV Bahan makanan 16,40 (8,41) (4,43) 19,03 (15,53) (6,82) 16,78 8,05 0,60 (4,51) Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 0,82 2,71 (0,09) 1,11 1,04 0,06 1,81 1,97 0,79 0,22 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,85 1,21 0,49 0,19 0,65 0,70 1,67 0,65 (0,17) 1,03 Sandang 0,95 1,86 0,62 1,16 4,31 0,71 0,20 (0,10) 1,63 3,45 Kesehatan (0,71) 2,44 0,20 0,41 0,17 0,16 0,02 0,51 0,37 1,54 Pendidikan, rekreasi, & olahraga 2,65 (0,04) (0,13) (0,58) 0,86 (0,03) (0,03) 0,13 0,43 2,29 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 0,46 11,24 (1,27) 2,87 13,19 3,19 0,02 3,58 (1,61) (1,78) UMUM 4,70 0,76 (1,25) 5,58 (0,78) (0,59) 4,32 3,26 (0,01) (0,91) Sumber : BPS (diolah) Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 3,45% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,63% (q.t.q), maupun tahun sebelumnya di mana inflasi mencapai 0,71% (q.t.q). Emas perhiasan menjadi memberikan andil yang besar pada inflasi kelompok sandang. Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi, & olahraga mengalami inflasi sebesar 2,29% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,43% (q.t.q), maupun tahun sebelumnya sebesar -0,03% (q.t.q). Pemberi andil terbesar pada kelompok ini adalah akademi perguruan tinggi dan biaya jaringan saluran televisi. Sedangkan kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 1,54% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,37% (q.t.q), maupun tahun sebelumnya sebesar 0,16% (q.t.q). Tarif gunting rambut wanita memberikan andil yang besar bagi peningkatan harga kelompok kesehatan Inflasi Tahunan Pergerakan harga di Kota Ambon dari tahun ke tahun terangkum pada angka inflasi tahunan. Laju inflasi tahunan Kota Ambon pada triwulan IV-2012 mencapai 6,72% (y.o.y). Angka ini lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,07% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,85% (y.o.y),. Berdasarkan kelompok komoditas, tiga kelompok yang mengalami inflasi tahunan tertinggi pada triwulan IV-2012 adalah kelompok bahan makanan, kelompok sandang, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau. 27

38 Tabel II.3 Perkembangan Inflasi Tahunan (y.o.y) Kelompok Komoditas III IV I II III IV I II III IV Bahan makanan 37,22 11,82 4,07 21,29 (11,99) (10,46) 9,41 (0,69) 18,29 21,22 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 3,70 6,14 3,66 4,61 4,84 2,14 4,08 4,96 4,70 4,86 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 3,19 3,90 3,73 2,77 2,57 2,05 3,24 3,72 2,87 3,21 Sandang 2,69 3,44 3,95 4,66 8,14 6,93 6,48 5,16 2,46 5,25 Kesehatan 0,63 2,46 2,32 2,33 3,23 0,94 0,76 0,85 1,05 2,45 Pendidikan, rekreasi, & olahraga 2,64 2,56 2,47 1,88 0,10 0,12 0,22 0,94 0,51 2,84 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 14,59 17,70 7,21 13,49 27,87 18,63 20,18 21,01 5,19 0,12 UMUM 13,15 8,78 4,45 10,00 4,24 2,85 8,65 6,25 7,07 6,72 Sumber : BPS (diolah) Laju inflasi pada kelompok bahan makanan mencapai 21,22% (y.o.y) pada triwulan laporan, mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 18,29% (y.o.y), maupun tahun sebelumnya pada level -10,46% (y.o.y). Andil inflasi tertinggi terjadi pada komoditas ikan segar seperti cakalang, layang, dan cakalang asap. Sedangkan andil inflasi dari komoditas sayur-mayur disumbang oleh kacang panjang, bayam, dan kangkung. Meskipun musim panas yang diselingi hujan pada triwulan laporan cukup membantu produksi ikan segar dan sayur-mayur serta sedikit memperlambat laju inflasi tahunan, namun ternyata hal tersebut belum mampu untuk menurunkan inflasi tahunan kelompok bahan makanan dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan peningkatan andil inflasi dari gula pasir terkait dengan peningkatan harga dari produsen gula pasir. Di sisi lain, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 5,25% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,46% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,93% (y.oy). andil inflasi terbesar kelompok ini berasal dari emas perhiasan dan blus wanita. Pada triwulan laporan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau mengalami inflasi sebesar 4,86% (y.o.y), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,70% (y.o.y) maupun tahun sebelumnya sebesar 2,14% (y.o.y). Andil inflasi datang dari komoditas gula pasir, minuman ringan, dan rokok putih Inflasi Kumulatif Inflasi kumulatif Kota Ambon pada triwulan IV-2012 sama dengan inflasi tahunan pada triwulan IV-2012 yaitu sebesasr 6,72% (y.t.d). Angka ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,70% (y.t.d) namun jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,85% (y.t.d). 28

39 Berdasarkan kelompok komoditas, tiga kelompok yang mengalami inflasi kumulatif tertinggi pada triwulan laporan adalah kelompok bahan makanan, kelompok sandang, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau. Tabel II.4 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi Tahun Berjalan (y.t.d) Kelompok Komoditas III IV I II III IV I II III IV Bahan makanan 22,08 11,82 (4,43) 13,76 (3,91) (10,46) 16,78 26,18 26,94 21,22 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 3,34 6,14 (0,09) 1,02 2,08 2,14 1,81 3,81 4,63 4,86 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 2,65 3,90 0,49 0,68 1,34 2,05 1,67 2,33 2,15 3,21 Sandang 1,56 3,44 0,62 1,79 6,17 6,93 0,20 0,10 1,74 5,25 Kesehatan 0,02 2,46 0,20 0,61 0,78 0,94 0,02 0,52 0,89 2,45 Pendidikan, rekreasi, & olahraga 2,61 2,56 (0,13) (0,71) 0,14 0,12 (0,03) 0,11 0,54 2,84 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 5,81 17,70 (1,27) 1,56 14,96 18,63 0,02 3,60 1,93 0,12 UMUM 7,96 8,78 (1,25) 4,27 3,45 2,85 4,32 7,72 7,70 6,72 Sumber : BPS (diolah) Kelompok bahan makanan mengalami peningkatan harga sebesar 21,22% (y.t.d) pada triwulan laporan, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 26,94% (y.t.d), namun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar -10,36% (y.t.d). Sama dengan andil inflasi tahunan, andil inflasi kumulatif tertinggi terjadi pada komoditas ikan segar seperti cakalang, layang, dan cakalang asap. Inflasi kumulatif bahan makanan sempat melonjak pada triwulan II dan triwulan III-2012, namun berhasil diturunkan pada triwulan IV Inflasi tahun kumulatif kelompok sandang sebesar 5,25% (y.t.d), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,74% (y.t.d), namun lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,93% (y.t.d). andil inflasi terbesar kelompok ini berasal dari emas perhiasan dan blus wanita. Inflasi kumulatif sandang mengalami kenaikan pada triwulan IV terkait peningkatan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru. Pada periode yang sama, inflasi kumulatif kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau mengalami inflasi sebesar 4,86% (y.t.d), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,63% (y.t.d), maupun tahun sebelumnya sebesar 2,14% (y.t.d). Andil inflasi datang dari komoditas gula pasir, minuman ringan, dan rokok putih. Inflasi kumulatif kelompok ini terlihat begitu resisten dan terus meningkat sepanjang tahun 2012 dari 1,81% (y.t.d) pada triwulan I naik menjadi 3,81% (y.t.d) pada tiriwulan II kemudian menjadi 4,63% (y.t.d) pada triwulan III dan akhirnya mencapai 4,86% 29

40 2.2 Disagregasi Inflasi Disagregasi inflasi pada dasarnya mengurai inflasi menjadi inflasi inti, inflasi volatile food, dan inflasi administered price. Melalui disagregasi inflasi dapat dilihat penyebab gejolak inflasi pada tingkatan yang lebih spesifik. Inflasi inti menggambarkan perkembangan harga yang bersifat permanen dan persisten yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum, antara lain ekspektasi inflasi, nilai tukar, serta keseimbangan permintaan dan penawaran. Grafik II.1 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Ambon Grafik II.2 Disagregasi Inflasi Triwulanan Kota Ambon % 0 III IV I II III IV I II III IV Inflasi Total (y.o.y) Inflasi Inti (y.o.y) Inflasi Volatile Food (y.o.y) Inflasi Administered Price (y.o.y) Sumber : BPS (diolah) % 0-5 III IV I II III IV I II III IV Inflasi Total (q.t.q) Inflasi Inti (q.t.q) Inflasi Volatile Food (q.t.q) Inflasi Administered Price (q.t.q) Sumber : BPS (diolah) Inflasi inti Kota Ambon pada triwulan IV-2012 berada pada level 4,47% (y.o.y) atau 1,51% (q.t.q). Inflasi inti tahunan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,29% (y.o.y), begitupula dengan inflasi inti triwulanan yang juga mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,26% (q.t.q). Secara garis besar penyumbang inflasi inti yang cukup signifikan berasal dari gula pasir, emas perhiasan, tukang bukan mandor, batu bata/tela, dan sewa rumah. Inflasi volatile foods adalah inflasi yang berhubungan dengan pergerakan harga bahan makanan yang bergejolak. Faktor pemicu inflasi volatile food di Ambon dari sisi permintaan adalah shock berupa lonjakan permintaan akibat perayaan kegiatan atau acara tertentu. Sedangkan dari sisi penawaran, shock yang muncul terkait dengan masalah produksi, pasokan, distribusi, dan struktur pasar. 30

41 Grafik II.3 Pergerakan Harga Sayur- Sayuran Grafik II.4 Pergerakan Harga Ikan Segar I II III IV I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des I II III IV I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2012 Sawi Hijau Bayam Kangkung Kacang panjang Sumber : SPH KPw BI Provinsi Maluku 2012 Ikan Cakalang Ikan Mas Ikan Kembung Ikan Bandeng Sumber : SPH KPw BI Provinsi Maluku Grafik II.5 Pergerakan Harga Bumbu- Bumbuan Grafik II.6 Pergerakan Harga Beras I II III IV I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des I II III IV I II III IV V I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2012 Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah Bawang Putih Sumber : SPH KPw BI Provinsi Maluku Beras Kualitas Medium I Beras Kualitas Super I Sumber : SPH KPw BI Provinsi Maluku 2012 Beras Kualitas Medium II Beras Kualitas Super II Kondisi inflasi tahunan volatile food Kota Ambon pada triwulan laporan sebesar 20,04% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi volatile food triwulan sebelumnya yang sebesar 17,63% (y.o.y). Namun hal yang menarik adalah bahwa inflasi triwulanan volatile food mengalami perlambatan dari 0,93% (q.t.q) menjadi -4,84% (q.t.q). Hal ini disebabkan sesungguhnya IHK volatile food mengalami penurunan dari 170,91 pada triwulan III (September) menjadi 162,64 pada triwulan IV (Desember), sehingga inflasi triwulanan melambat bahkan deflasi. Namun bila dilihat secara tahunan maka ternyata inflasi volatile food masih tinggi terkait dengan permintaan masyarakat pada saat Natal dan Tahun Baru. Andil inflasi volatile food terutama dari komoditas cakalang, layang, kacang panjang, gula pasir, dan bayam. Inflasi administered price Kota Ambon pada triwulan IV-2012 berada pada level 0,30% (y.o.y) atau -1,64% (q.t.q), mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,06% (y.o.y) atau -1,45% (q.t.q). Kelompok komoditas yang digolongkan administered price pada prinsipnya bergantung pada pengaturan harga dari pemerintah meliputi bahan bakar minyak (bensin, solar, minyak tanah), rokok, tarif listrik, tarif telepon, air bersih (PDAM), dan tarif angkutan. Pada triwulan IV-2012, perlambatan inflasi administered 31

42 price disebabkan penurunan harga tiket pesawat pada Desember 2012 dibandingkan bulan September Ekspektasi Inflasi Triwulan Mendatang Ekspektasi inflasi pengusaha untuk triwulan IV-2012 sebesar 6,22% (y.o.y), namun ternyata realisasi inflasi pada triwulan tersebut sebesar 6,72% (y.o.y). Hal ini menandakan sesungguhnya pengusaha optimis bahwa inflasi pada triwulan laporan cukup rendah. Namun berbagai faktor yang di luar kendali seperti peningkatan permintaan yang melebihi penawaran menjelang akhir tahun membuat realisasi inflasi sedikit di atas ekspektasi para pengusaha. Memasuki tahun 2013 tingkat optimisasi para pengusaha terhadap inflasi masih terjaga. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) memperlihatkan bahwa ekspektasi pengusaha terhadap inflasi triwulan I-2013 sebesar 6,12% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi pada triwulan laporan. Grafik II.7 Ekspektasi Inflasi Pengusaha Grafik II.8 Ekspektasi Inflasi Masyarakat 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I Inflasi (y.o.y)-sumbu kanan Perubahan harga umum 6 Bln yad Perubahan harga umum 3 Bln yad III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2% -4% -6% Inflasi (y.o.y)-sumbu kanan Ekspektasi inflasi pengusaha 3 bulan mendatang Sumber : SKDUKPw BI Provinsi Maluku Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi Maluku BPS (diolah) Masih pada periode yang sama, hasi Survei Konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi masyarakat umum (konsumen rumah tangga) untuk periode tiga bulan mendatang menunjukkan tren menurun tercermin dari Indeks perubahan harga umum 3 bln yad yang menurun dari 180 menjadi 169,50. Rendahnya ekspektasi inflasi masyarakat tersebut ditengarai karena kondisi perekonomian yang membaik memasuki tahun 2013 serta seiring dengan datangnya musim panas yang cukup bersahabat dengan pasokan ikan segar dan sayur-mayur serta distribusi barang. 32

43 Boks 2 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI/DEFLASI DI AMBON TAHUN 2012 Laju inflasi Ambon tahun 2012 mencapai 6,72% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun sebelumnya sebesar 2,85% (y.o.y). Terdapat berbagai pertanyaan mengenai tingginya inflasi tahun 2012 yang jauh di atas inflasi Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya mendisagrerasi inflasi menjadi inflasi volatile food, inti, dan administered prices. Grafik diasagrerasi inflasi tahunan Ambon memperlihatkan bahwa pada akhir tahun inflasi volatile food tercatat sangat tinggi yaitu sebesar 20,04% (y.o.y). Pada periode yang sama, inflasi administered prices cukup rendah hanya 0,30% (y.o.y), sedangkan inflasi inti tercatat moderat yakni sebesar 4,47% (y.o.y). Sehingga terlihat bahwa inflasi volatile food memiliki level tertinggi dibandingkan dengan inti dan administered prices. Grafik Disagrerasi Inflasi Tahunan Ambon 40,00 % 30,00 20,00 20,04 10,00 0,00 (10,00) ,47 0,30 (20,00) Inflasi Total (y.o.y) Inflasi Volatile Food (y.o.y) Sumber : BPS (diolah) Inflasi Inti (y.o.y) Inflasi Administered Price (y.o.y) Selanjutnya juga perlu dilihat komoditas pemberi kontribusi terhadap inflasi. Ternyata komoditas penyumbang inflasi tahunan yang cukup tinggi pada tahun 2012 meliputi cakalang, layang, kacang panjang, gula pasir, bayam, emas perhiasan, cakalang asap, beras, lemon cina, dan kangkung. Sedangkan komoditas penyumbang deflasi tahunan yang cukup tinggi pada tahun 2012 adalah tauge/kecambah, kacang hijau, tomat buah, ketela pohon, ikan campur, kaca, jeruk, seng, piring, dan susu cair kemasan. Mencermati sepuluh komoditas penyumbang inflasi terbesar maka sebagian besar komoditas tersebut merupakan volatile food seperti cakalang, layang, kacang panjang, bayam, lemon cina, dan kangkung. Produksi komoditas ini sangat rentan terhadap kondisi cuaca. Selama tahun 2012 memang cuaca kurang bersahabat terutama pada bulan Mei sampai dengan Agustus di mana curah hujan sangat tinggi disertai angin kencang. Hal ini juga mengakibatkan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah Maluku. 33

44 Alhasil produksi ikan segar dan sayur-mayur cenderung menurun sehingga harga terdongkrak naik. Memang pergerakan harga volatile food sempat turun pada bulan September dan Oktober saat kondisi cuaca membaik. Namun yang perlu diingat bahwa harga bersifat rigid yang bila sudah meningkat maka relatif sulit turun ke posisi awal. Di samping itu, selama tahun 2012 juga terdapat berbagai kegiatan besar seperti MTQ Nasional XXIV, Pesparawi Nasional Mahasiswa XII, dan Ambon Jazz Festival yang membuat peningkatan permintaan volatile food yang berimbas pada peningkatan harga. Dan terlebih lagi pada akhir tahun permintaan kembali meningkat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Grafik Sepuluh Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Tahun 2012 Deflasi Inflasi 0,01 SUSU CAIR KEMASAN KANGKUNG 0,20 0,01 PIRING LEMON CINA 0,21 0,01 SENG BERAS 0,21 0,01 JERUK CAKALANG ASAP 0,33 0,01 KACA EMAS PERHIASAN 0,35 0,02 CAMPUR BAYAM 0,36 0,03 KETELA POHON GULA PASIR 0,44 0,03 TOMAT BUAH KACANG PANJANG 0,46 0,06 KACANG HIJAU LAYANG 0,59 0,09 TAUGE/KECAMBAH CAKALANG 1,40 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 0,00 % % 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 Pada periode yang sama, terjadi juga peningkatan harga beras. Pada dasarnya peningkatan harga beras merupakan suatu keniscayaan karena saat ini beras merupakan bahan makanan pokok di Maluku yang sebagian besar diimpor dari luar Maluku. Selain itu beras merupakan komoditas yang memiliki tingkat persistensi inflasi cukup tinggi dengan ciri harganya terus naik sedikit demi sedikit secara perlahan. Sedangkan peningkatan harga emas berhubungan erat dengan kondisi perekonomian dunia yang masih belum pulih sehingga permintaan ke logam mulia ini melonjak sebagai alternatif investasi. Uniknya bahwa ternyata sepuluh komoditas penyumbang deflasi terbesar tahun 2012 juga didominasi oleh volatile food. Jadi, dari sekian banyak volatile food yang dikonsumsi masyarakat, ada yang mengalami peningkatan harga dan ada pula yang mengalami penurunan harga. Penurunan harga kacang hijau, tomat buah, dan jeruk disebabkan peningkatan pasokan dari luar Maluku. Sedangkan penurunan harga ubi kayu dan ikan campur merupakan imbas dari turunnya permintaan terhadap komoditas ini. Sebagai penutup, volatile food memang masih memiliki pengaruh yang signifikan pada level inflasi Ambon yang pada akhir tahun 2012 mencapai 6,72% (y.o.y). Meskipun tidak semua volatile food menyumbang inflasi, bahkan terdapat beberapa yang memberikan andil terhadap deflasi, namun secara umum volatile food mengalami peningkatan harga yang dominan pada inflasi Ambon tahun

45 Boks 3 MENGINTIP POLA PERDAGANGAN CABE MERAH DI MALUKU Cabe merah atau disebut chili di Maluku merupakan bumbu utama masakan. Terkait hal tersebut maka permintaan cabe merah tergolong cukup tinggi di Maluku sebagai bumbu masakan. Maluku sendiri memiliki beberapa daerah penghasil cabe merah antara lain di Buru, SBB, Malteng, dan SBT. Namun dalam pengumpulan data, hanya pedagang cabe merah saja yang berhasil diwawancarai khususnya yang berada di Ambon, Buru, dan SBB. Data dari pedagang cabe merah merupakan dasar untuk melihat dinamika perdagangan antar daerah cabe merah. Distribusi dan Pemasaran Pola distribusi cabe merah di Ambon tergolong sangat kompleks. Hal ini disebabkan cabe merah dipasok dari dalam Maluku dan luar Maluku dan banyak pemain yang ikut serta dalam perdagangan cabe merah. Peta Perdagangan Cabe Merah Maluku dengan Provinsi Lain Peta Perdagangan Cabe Merah di Ambon Cabe merah dari Manado Manado Cabe merah dari Surabaya, Makassar, dan Kendari Kendari Makassar Ambon Surabaya Pasokan cabe merah yang berasal dari Ambon sebenarnya tidak terlalu besar. Cabe merah ini ditanam oleh beberapa petani saja di sekitar Waiheru. Kemudian setelah dipanen, cabe merah mengalir ke pedagang besar di Ambon. Sedangkan sumber pasokan cabe merah yang besar Namlea (Buru), Kairatu (SBB), Masohi (Maluku Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Sulawesi Selatan), Manado (Sulawesi Utara), dan Kendari (Sulawesi Tenggara). Petani, pengepul, dan pedagang besar cabe merah di Namlea, Kairatu, dan Masohi mengirimkan cabe merah ke Ambon dengan menggunakan kapal ferry. Sedangkan pengepul dan pedagang besar dari Surabaya, Makassar, Manado, dan Kendari mengirimkan cabe merah ke Ambon dengan menggunakan kapal laut. 35

46 Selanjutnya cabe merah yang masuk ke Ambon terpusat pada pedagang besar, pedagang grosir, dan pedagang eceran yang akhirnya tersalurkan ke konsumen. Pola Distribusi Pedagang Cabe Merah di Ambon Pola Distribusi Cabe Merah luar provinsi dalam kota/ kabupaten luar kota/ kabupaten luar negeri Petani Pengepul Pedagang besar Pedagang grosir Pedagang eceran Konsumen akhir Pola Distribusi Pedagang Cabe Merah di SBB Pola Distribusi Cabe Merah luar provinsi dalam kota/ kabupaten luar kota/ kabupaten luar negeri Petani Pengepul Pedagang besar Pedagang grosir Pedagang eceran Konsumen akhir Sementara itu pola perdagangan cabe merah di SBB secara garis besar dapat dibagi menjadi pasokan yang berasal dari dalam kabupaten dan pasokan yang berasal dari luar provinsi. Pasokan dari luar provinsi berasal dari pedagang besar di Surabaya yang dikirimkan melalui kapal laut ke pedagang eceran di SBB. Sementara itu pasokan yang berasal dari SBB sendiri berasal dari petani kemudian ke pengepul selanjutnya ke pedagang eceran dan akhirnya ke konsumen. Pola Distribusi Pedagang Cabe Merah di Buru Pola Distribusi Cabe Merah luar provinsi dalam kota/ kabupaten luar kota/ kabupaten luar negeri Petani Pengepul Pedagang besar Pedagang grosir Pedagang eceran Konsumen akhir Pola distribusi pedagang cabe merah di Buru berasal dari petani. Hal ini disebabkan Buru merupakan kabupaten penghasil cabe merah. Dari petani, cabe merah mengalir ke pengepul, pedagang besar, pedagang eceran, dan bermuara pada konsumen akhir. Di pedagang eceran, terjadi penyaluran cabe merah dalam satu level. Hal ini diduga karena cabe merah cenderung 36

47 cepat rusak, pedagang eceran berusaha memperluas penyebaran cabe merah ke pedagang cabe merah lainnya. Mencermati sistem pembelian barang antar sesama pedagang cabe merah, maka diperoleh informasi bahwa sistem pembelian yang paling populer adalah tunai dengan persentase mencapai 63,6%, diikuti oleh konsinyasi 31,8%, dan kontrak 4,5%. Populernya sistem pembelian tunai disebabkan sifat cabe merah yang mudah rusak. Sistem Pembelian Barang Break down Sistem Pembelian Barang 4,5% 63,6% 31,8% Kontrak Konsinyasi Tunai Tunai Konsinyasi Kontrak 64,3% 35,7% 28,6% 71,4% 100,0% Lebih mahal dari harga pasar Lebih murah dari harga pasar Sama dengan harga pasar Sumber : survei Bank Indonesia 0% 50% Sumber : survei Bank Indonesia 100% Masih terkait dengan sistem pembelian barang, sebanyak 64,3% pedagang yang menggunakan sistem pembelian tunai mengaku memperoleh harga lebih murah dari harga pasar sedangkan 35,7% yang lain mendapatkan harga yang sama dengan harga pasar. Sementara itu untuk sistem pembelian konsinyasi, sebanyak 71,4% responden memperoleh harga yang sama dengan harga pasar dan 28,6% responden lainnya memperoleh harga lebih murah dibandingkan harga pasar. Infrastruktur yang prima akan sangat membantu distribusi dan pemasaran barang. Infrastruktur ini terdiri atas bandara, pelabuhan, dan jalan. Secara umum pedagang cabe merah berpendapat bahwa infrastruktur dalam kondisi baik. Secara rinci dapat disebutkan 100% responden menyatakan bahwa bandara dalam kondisi baik, 100% responden menyatakan bahwa pelabuhan dalam kondisi baik, dan 94,1% responden menyatakan bahwa jalan dalam kondisi baik. 37

48 Penilaian Terhadap Kondisi Infrastruktur Kondisi Jalan Beraspal untuk Distribusi dan Pemasaran Kondisi bandara 100,0% 0,0% 0,0% 0,0% 5,9% 0% beraspal Kondisi pelabuhan Kondisi jalan 100,0% 94,1% 5,9% Baik Sedang Rusak 94,1% 1% 25% beraspal 25% 49% beraspal 50% 80% beraspal >80% beraspal Sumber : survei Bank Indonesia 0% 50% 100% Sumber : survei Bank Indonesia Untuk kondisi jalan beraspal, maka ditanyakan juga persen jalan beraspal yang digunakan oleh pedagang dalam mendistribusikan dan memasarkan cabe merah. Sebanyak 94,1% pedagang menyatakan menggunakan jalan dengan kondisi >80% beraspal dalam memasarkan barang dagangan. Sedangkan 5,9% sisanya menggunakan jalan dengan kondisi 50%-80% beraspal. 29,4% 11,8% 23,5% Sumber : survei Bank Indonesia Hambatan Utama 35,3% dalam pembelian barang dagangan. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman Faktor alam Biaya pengangkutan yang tinggi Lainnya Sebanyak 35,3% pedagang cabe merah menyatakan bahwa ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman merupakan hambatan utama yang sering dihadapi Sedangkan hambatan yang juga sering dihadapai oleh pedagang yakni tepatnya 29,4% pedagang adalah hambatan lainnya menyangkut modal usaha. Sementara itu 23,5% pedagang menyatakan bahwa faktor alam merupakan hambatan utama 38

49 BAB III PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan Provinsi Maluku pada triwulan IV-2012 menunjukkan peningkatan yang tercermin dari peningkatan aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit. Aset perbankan daerah di Maluku mencapai Rp14,59 triliun atau mengalami pertumbuhan 47,08% (y.o.y) pada triwulan laporan. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat mencapai Rp8,60 triliun atau tumbuh sebesar 19,90% (y.o.y). Sedangkan Kredit mencapai angka Rp6,16 triliun dengan pertumbuhan 24,03% (y.o.y). Loan to Deposit Ratio (LDR) hingga level 71,55%. Sementara itu Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,87%. Dari sisi kelembagaan, terdapat penambahan satu kantor cabang pembantu bank swasta nasional pada triwulan IV Struktur Perbankan Daerah di Maluku Bank Swasta 24,79% Grafik III.1 Struktur Perbankan Daerah Maluku BPR 6,93% Struktur perbankan daerah Maluku pada triwulan IV-2012 masih dikuasai oleh bank pemerintah di urutan teratas (68,28%), diikuti oleh bank swasta (24,79%), dan Bank Perkreditan Rakyat (6,93%). Industri perbankan Maluku masih didominasi oleh bank pemerintah yang Bank Pemerintah 68,28% memiliki keunggulan modal dan jaringan Sumber : Bank Indonesia kantor. Bank pemerintah yang sudah sejak lama hadir di Maluku sehingga memiliki akumulasi aset yang besar sejalan dengan ekspansi yang menjangkau hampir seluruh wilayah Maluku. Sedangkan bank swasta dan BPR terkonsentrasi pada Kota Ambon dan Kota Tual dengan jaringan kantor yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan bank pemerintah. Meskipun demikian, pada triwulan laporan aset perbankan swasta dan BPR mengalami peningkatan. 3.2 Aset Perbankan Daerah Maluku Aset perbankan daerah di Maluku mencapai Rp14,59 triliun pada triwulan IV Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tahunan aset perbankan Maluku mengalami perlambatan dari 66,88% (y.o.y) pada triwulan III-2012 menjadi 47,08% (y.o.y) pada triwulan laporan. 39

50 Grafik III.2 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Grafik III.3 Struktur Aset per Wilayah Kerja % % 60% 50% Maluku Tengah 7,97% Maluku Tenggara 9,04% % % % % 0 0% III IV I II III IV I II III IV Aset (Rp miliar) Pertumbuhan (y.o.y)-sumbu kanan Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Ambon 82,99% Berdasarkan wilayah kerjanya, aset perbankan didominasi oleh wilayah Ambon dengan pangsa sebesar 82,99%, disusul oleh wilayah Maluku Tenggara sebesar 9,04%, dan Maluku Tengah sebesar 7,97%. Pangsa aset di Ambon adalah yang terbesar karena sebagian besar kantor pusat dan kantor cabang bank berlokasi ibu kota provinsi Maluku ini. Namun, perlahan tapi pasti pangsa aset di wilayah lain terus mengalami peningkatan. 3.3 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Maluku menunjukkan Grafik III.4 Pertumbuhan DPK Perbankan Maluku kinerja cukup baik. Pada triwulan laporan, DPK mencapai Rp8,60 triliun atau tumbuh sebesar 19,90% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 24,42% (y.o.y). Jika dirinci lebih jauh maka giro memiliki pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan yaitu sebesar 34,22% (y.o.y), disusul III IV I II III IV I II III IV DPK (Rp miliar) Pertumbuhan (y.o.y)-sumbu kanan Sumber : Bank Indonesia 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% oleh tabungan sebesar 20,27% (y.o.y), dan deposito sebesar 9,93% (y.o.y). Sedangkan jika dilihat menurut jenis bank maka pertumbuhan penghimpunan DPK pada triwulan IV-2012 terutama disumbang oleh pertumbuhan bank pemerintah sebesar 20,37% (y.o.y), bank swasta sebesar 20,51% (y.o.y), dan bank swasta sebesar 5,73% (y.o.y). 40

51 Grafik III.5 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Penghimpunan dana oleh perbankan melalui produk-produk giro, tabungan, dan Sumber : Bank Indonesia Deposito 25,45% Giro 20,05% Tabungan 54,50% deposito membuat memberikan kontribusi yang nyata pada pertumbuhan DPK. Di samping itu, terkait dengan makin berkembangnya teknologi informasi membuat masyarakat membutuhkan jasa perbankan untuk bertransaksi secara cepat dan aman misalnya transfer uang melalui ATM, internet banking, dan SMS banking. Hal menjadi salah satu penyebab pesatnya pertumbuhan kegiatan penghimpunan DPK, karena untuk dapat menggunakan jasa tersebut, seseorang wajib memiliki rekening bank. Menurut jenis simpanan, tabungan masih menyumbang pangsa terbesar terhadap total DPK perbankan Maluku dengan 54,50%, disusul oleh deposito sebesar 25,45%, dan giro sebesar 20,05%. Dari struktur ini terlihat bahwa preferensi masyarakat secara umum dalam menyimpan dana di perbankan berturut-turut adalah likuiditas, profitabilitas, dan transaksi bisnis. % Grafik III.6 Pergerakan Suku Bunga DPK BI rate Giro Tabungan Deposito Sumber : Bank Indonesia BI-rate berada pada level 5,75% sampai penghujung triwulan IV Sejak triwulan I- 2012, tepatnya Februari 2012, BI rate tidak pernah berubah dari angka 5,75%. Hal ini memberikan ruang dan waktu bagi perbankan untuk menyesuaikan tingkat suku bunga DPK. Secara umum tingkat suku bunga DPK triwulan III-2012 ke triwulan IV-2012 mengalami berbagai dinamika. Suku bunga giro meningkat dari 1,95% menjadi 1,98%. Suku bunga Tabungan tetap pada level 1,90%. Sedangkan suku bunga deposito menurun dari 6,05% menjadi 5,76%. 41

52 Grafik III.7 Pangsa DPK Menurut Deposan Sampai dengan triwulan laporan, pangsa DPK milik perorangan masih Pemerintah Pusat 1,23% Lainnya 10,69% mendominasi sebesar 74,23%, pemerintah daerah sebesar 6,05%, perusahaan swasta Perusahaan Swasta 7,81% Pemerintah Daerah 6,05% Sumber : Bank Indonesia Perorangan 74,23% sebesar 7,81%, pemerintah pusat sebesar 1,23%, dan lainnya sebanyak 10,69%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat (perorangan) masih merupakan sumber DPK utama bagi perbankan. 3.4 Penyaluran Kredit Perbankan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Kinerja positif di sisi penghimpunan dana juga diikuti oleh sisi penyaluran kredit. Grafik III.8 Pertumbuhan Kredit Jenis Penggunaan Tercatat kredit yang beredar di Maluku meningkat menjadi sebesar Rp6,16 triliun pada triwulan IV-2012, pertumbuhannya pun meningkat dari 23,89% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 24,03% (y.o.y) pada 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% III IV I II III IV I II III IV triwulan laporan. Pangsa kredit konsumsi masih yang terbesar yaitu 63,02% atau senilai Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber : Bank Indonesia Rp3,88 triliun, diikuti oleh kredit modal kerja yang mencapai 26,10% atau senilai Rp1,61 triliun, dan kredit investasi 10,89% setara dengan Rp670 miliar. Secara umum pertumbuhan kredit produktif melambat. Kredit investasi tercatat tumbuh sebesar 18,89% (y.o.y), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,17% (y.o.y). Seiring dengan itu, kredit modal kerja tumbuh sebesar 4,99% (y.o.y), juga melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,47% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan kredit konsumsi meningkat menjadi sebesar 35,19% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yakni sebesar 32,50% (y.o.y). Penyebab melambatnya pertumbuhan kredit produktif adalah imbas dari bencana banjir dan tanah longsor yang menerjang Ambon, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Barat (SBB) pada bulan Agustus 2012 yang masih memberikan pengaruh pada melambatnya penyaluran kredit pada triwulan laporan. Sedangkan, peningkatan kredit konsumtif disebabkan kebutuhan dana masyarakat untuk Natal dan Tahun Baru. 42

53 Grafik III.9 Pergerakan Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik III.10 Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan % Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber : Bank Indonesia Konsumsi 63,02% Sumber : Bank Indonesia Modal Kerja 26,10% Investasi 10,89% Suku bunga kredit modal kerja mengalami sedikit peningkatan dari 13,96% menjadi 13,99%. Di sisi lain, suku bunga kredit investasi mengalami penurunan dari 17,03% menjadi 16,73%. Begitu pula dengan suku bunga kredit konsumsi yang juga mengalami penurunan dari 15,02% menjadi 14,85%. Sejak Februari 2012, BI rate terus berada pada level 5,75%. Hal ini diharapkan memberikan keyakinan kepada perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit dan terbukti suku bunga kredit terus berada pada tren menurun sejak Februari sampai dengan Desember Penyaluran Kredit Menurut Plafon Berdasarkan besarnya plafon, penyaluran kredit besar (Plafon > 5 miliar) tumbuh positif pada level 80,62% (y.o.y) dengan baki debet sebesar Rp772 miliar. Sejalan dengan itu, kredit menengah (plafon Rp500 juta Rp5 miliar) tumbuh 36,48% (y.o.y) dengan baki debet Rp908 miliar. Pada periode yang sama penyaluran kredit mikro (plafon<rp50 juta) membukukan pertumbuhan 35,24% (y.o.y) dengan baki debet Rp1,98 triliun. Sementara itu, kredit kecil (plafon Rp juta) mengalami pertumbuhan sebesar 3,69% (y.o.y) dengan baki debet sebesar Rp2,49 triliun. 43

54 Grafik III.11 Pertumbuhan Kredit Menurut Plafon Grafik III.12 Pangsa Kredit Menurut Plafon 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% III IV I II III IV I II III IV Menengah 14,76% Besar 12,54% Mikro 32,20% Sumber : Bank Indonesia Mikro Kecil Menengah Besar Sumber : Bank Indonesia Kecil 40,51% Struktur kredit menurut plafon menunjukkan bahwa pangsa kredit kecil tercatat 40,51%, diikuti oleh kredit mikro sebesar 32,20%, kredit menengah sebesar 14,76%, dan kredit besar pada level 12,54%. Terlihat bahwa sebagian besar penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kecil dan kredit mikro. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM masih merupakan primadona masyarakat untuk berusaha terlihat dari besarnya pangsa kredit kecil dan kredit mikro Grafik III.13 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 0 Plafon (Rp miliar) Debitur (ribu orang)-sumbu kanan NPL (%)-sumbu kanan III IV I II III IV I II III IV Sampai dengan triwulan laporan, realisasi KUR mencapai Rp579,37 miliar yang disalurkan kepada debitur. Secara nominal, KUR tumbuh sebesar 34,95% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan (y.o.y) pada triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 38,70% Sumber : Bank Indonesia Realisasi KUR yang melambat ini terkait dengan imbas bencana banjir dan tanah longsor pada bulan Agustus Walaupun begitu, penyaluran KUR di Maluku sampai dengan triwulan IV-2012 terhitung cukup baik. Faktor-faktor pendukung pencapaian realisasi tersebut adalah penyaluran KUR linkage melalui koperasi kepada debitur, program edukasi yang dilakukan oleh perbankan dan dinas, serta peningkatan kesadaran UMKM untuk melakukan ekspansi dengan menambah modal usaha. 44

55 3.4.3 Loan to Deposit Ratio (LDR) Kinerja penyaluran kredit perbankan Maluku tercermin dalam angka Loan to Deposit Ratio (LDR) yang pada triwulan IV mencapai 71,55%, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 73,01%. Hal ini disebabkan pertumbuhan triwulanan kredit sebesar 4,19% (q.t.q), lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan DPK yang sebesar 6,32% (q.t.q). Grafik III.14 Loan to Deposit Ratio 74% 73% 72% 71% 70% 69% 68% 67% III IV I II III IV I II 2010 III IV Sumber : Bank Indonesia L D R Non Performing Loans (NPLs) Grafik III.15 Non Performing Loan Kualitas kredit di perbankan Maluku menunjukkan perkembangan yang dinamis ,00% 3,50% 200 3,00% 150 2,50% 2,00% 100 1,50% 1,00% 50 0,50% - 0,00% III IV I II III IV I II III IV Nominal NPL (Rp miliar) NPL Sumber : Bank Indonesia Secara nominal, NPL s perbankan Maluku mencapai Rp176,83 miliar pada triwulan laporan, menurun dibandingkan posisi triwulan sebelumnya yang sebesar Rp219,26 miliar. Dari sudut pandang persentase, NPLs pada triwulan laporan mencapai 2,87%. Penyebab utama penurunan NPLs adalah terkait dengan restrukturisasi kredit pasca bencana banjir dan tanah longsor pada triwulan laporan yang menyebabkan usaha produktif mengalami kerugian. 45

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 2012 Kelompok Kajian Statistik dan Survei KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN IV 2011 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 2011 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON

PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV 2008 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN II 2015 KATA PENGANTAR Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci