KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN IV 2011 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON

2 Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan Kami sangat mengharapkan komentar, saran dan kritik demi perbaikan buku ini. Alamat Redaksi : Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Kantor Bank Indonesia Ambon Jl. Raya Pattimura No. 7 AMBON, Telp. : ext Fax. : poltak@bi.go.id yasser_np@bi.go.id Homepage :

3 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku yang disusun secara rutin triwulanan merupakan salah satu perwujudan pencapaian pencapaian sasaran strategis Kantor Bank Indonesia Ambon yaitu mengoptimalkan hasil kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja. Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk (i) memberikan masukan bagi perumusan kebijakan di kantor pusat, dan (ii) memberikan masukan mengenai perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran regional di Provinsi Maluku kepada pihak terkait (stakeholders) di daerah secara rutin setiap triwulan. Sebagaimana ditegaskan di atas, buku ini menyajikan perkembangan ekonomi regional yang mencakup perkembangan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Perkembangan tersebut disajikan dalam bentuk ringkas dan diusahakan menggunakan data terkini yang dapat diperoleh dari sumber-sumber informasi yang kredibel di bidangnya. Penambahan kajian yang lebih mendalam pada sumber pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi semoga dapat dimanfaatkan berbagai pihak dalam mengambil kebijakan dan perencanaan pelaksanaan program. Penyusunan buku ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dengan pihak perbankan, Pemerintah Daerah Maluku, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, responden survei, civitas akademika dan berbagai pihak terutama masyarakat di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Ambon. Dalam rangka meningkatkan kualitas buku ini, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kita semua khususnya masyarakat Maluku. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini dan semoga Tuhan memberikan berkah-nya kepada kita semua dalam mengupayakan kinerja yang lebih baik. Ambon, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA AMBON Ttd Achmad Bunyamin Pemimpin i

4 Halaman ini sengaja dikosongkan ii

5 DAFTAR ISI BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL PERMINTAAN DAERAH Konsumsi Investasi Ekspor dan Impor PENAWARAN DAERAH Sektor Pertanian Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Sektor Angkutan & Komunikasi Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) Sektor Ekonomi Lainnya BAB II INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Triwulan IV Inflasi Tahunan Inflasi Bulanan Inflasi Kumulatif Tahun Berjalan DISAGRERASI INFLASI EKSPEKTASI INFLASI BAB III PERBANKAN DAERAH STRUKTUR PERBANKAN DAERAH DI MALUKU ASET PERBANKAN DAERAH MALUKU PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) PENYALURAN KREDIT PERBANKAN Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Penyaluran Kredit Menurut Plafon Loan to Deposit Ratio (LDR) Non Performing Loans (NPLs) BAB IV SISTEM PEMBAYARAN SISTEM PEMBAYARAN TUNAI Inflow (Uang Masuk) iii

6 4.1.2 Outflow (Uang Keluar) Persediaan Kas PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) Uang Palsu Kegiatan Lainnya SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI Kegiatan Kliring Transaksi BI RTGS (Real Time Gross Settlement) BAB V KEUANGAN DAERAH REALISASI APBN TRIWULAN IV REALISASI APBD TRIWULAN IV BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN TINGKAT KEMISKINAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH EKONOMI MAKRO REGIONAL INFLASI DAERAH PERBANKAN DAERAH iv

7 DAFTAR TABEL Tabel I.1 Pertumbuhan PDRB Maluku Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun Tabel I.2 Pertumbuhan PDRB Maluku Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Tahun Tabel II.1 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi secara Triwulanan (q.t.q) Tabel II.2 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi secara Tahunan (y.o.y) Tabel II.3 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi secara Bulanan Tabel II.4 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi Tahun Berjalan (y.t.d) Tabel V.1 Realisasi Anggaran Belanja 2011 yang dibiayai dari APBN Tabel V.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Maluku tahun Tabel V.3 Realisasi Belanja Provinsi Maluku tahun Tabel VI.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Tabel VI.2 Penduduk Usia Kerja yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel VI.3 Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku v

8 DAFTAR GRAFIK Grafik I.1 Indeks Keyakinan Konsumen... 6 Grafik I.2 Pendaftaran Kendaraan Baru di Maluku... 7 Grafik I.3 Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 7 Grafik I.4 Kredit Konsumsi di Perbankan Maluku... 7 Grafik I.5 Kredit Investasi di Perbankan Maluku... 9 Grafik I.6 Perkembangan Dunia Usaha di Maluku... 9 Grafik I.7 Ekspor Maluku Grafik I.8 Impor Maluku Grafik I.9 Produksi Karet dan Kopra Grafik I.10 Kredit Sektor Pertanian di Perbankan Maluku Grafik I.11 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Yos Sudarso Grafik I.12 Kredit Sektor PHR di Perbankan Maluku Grafik I.13 Arus Penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso Grafik I.14 Kredit Sektor Angkutan & Komunikasi di Perbankan Maluku Grafik I.15 Realisasi Pengadaan Semen di Maluku Grafik I.16 Kredit Sektor Bangunan di Perbankan Maluku Grafik I.17 Konsumsi Listrik di Maluku Grafik I.18 Kredit Sektor LGA di Perbankan Maluku Grafik II.1 Disagrerasi Inflasi Tahunan Kota Ambon Grafik II.2 Disagrerasi Inflasi Triwulanan Kota Ambon Grafik II.3 Pergerakan Harga Sayur-Sayuran Grafik II.4 Pergerakan Harga Ikan Segar Grafik II.5 Pergerakan Harga Bumbu-Bumbuan Grafik II.6 Pergerakan Harga Beras Grafik II.7 Ekspektasi Inflasi Pengusaha Grafik II.8 Ekspektasi Inflasi Masyarakat Grafik III.1 Struktur Perbankan Daerah Maluku Grafik III.2 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Grafik III.3 Struktur Aset per Wilayah Kerja Grafik III.4 Pertumbuhan DPK Perbankan Maluku Grafik III.5 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Grafik III.6 Pergerakan Suku Bunga DPK Grafik III.7 Pangsa DPK Menurut Deposan vi

9 Grafik III.8 Pertumbuhan Kredit Jenis Penggunaan Grafik III.9 Pergerakan Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik III.10 Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik III.11 Pertumbuhan Kredit Menurut Plafon Grafik III.12 Pangsa Kredit Menurut Plafon Grafik III.13 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Grafik III.14 Loan to Deposit Ratio Grafik III.15 Non Performing Loan Grafik IV.1 Perputaran Uang Kartal GrafikIV.2 Perputaran Kliring Grafik IV.3 Perkembangan Transaski Non Tunai (RTGS) Grafik VI.1 Tingkat Pengangguran Menurut Wilayah Tempat Tinggal Grafik VI.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik VI.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor Grafik VII.1 Perkembangan Indeks Ekspektasi Ekonomi vii

10 Halaman ini sengaja dikosongkan viii

11 Ringkasan Eksekutif EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan IV-2011 mencapai Rp1,19 triliun atau tumbuh sebesar 7,76% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 5,77% (y.o.y) maupun dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,16% (y.o.y). Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Maluku pada tahun 2011 menyentuh angka 6,02% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional sebesar 6,5% (y.o.y). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku ditopang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan, sedangkan konsumsi pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan. Disisi lain, kegiatan investasi pada triwulan laporan mengalami peningkatan seiring dengan realisasi berbagai proyek pemerintah dan swasta. Kegiatan ekspor dan impor barang & jasa juga mengalami peningkatan. Dari sisi penawaran (PDRB sektoral), sektor-sektor utama di Provinsi Maluku yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, & restoran (PHR), dan sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan pada triwulan laporan. Musim panas dan kondisi cuaca yang baik sangat membantu kinerja Sektor Pertanian pada triwulan laporan. Di sisi lain, kinerja sektor PHR tumbuh didorong oleh faktor musiman dari berbagai kegiatan selama triwulan laporan seperti Pertemuan Pemuda Dunia, Ambon Jazz Festival, rapat kerja, dan seminar instansi. Selain itu, perayaan hari Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru turut memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja sektor PHR. Pada periode yang sama, sektor jasa-jasa juga meningkat pertumbuhannya disebabkan akselerasi pengeluaran pemerintah menjelang akhir tahun. Sektor-sektor yang tumbuh impresif adalah sektor bangunan dan sektor pertambangan & Penggalian terkait pembangunan infrastruktur dan bangunan komersial yang pesat di Provinsi Maluku serta peningkatan kebutuhan barang tambang galian C, emas, dan minyak. INFLASI DAERAH Laju inflasi Kota Ambon pada akhir triwulan IV-2011 hanya sebesar 2,85% (y.o.y), lebih rendah dbandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 8,78% (y.o.y). Dari sisi permintaan, kebutuhan barang dan jasa selama tahun 2011 meningkat terkait adanya perayaan Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru dan juga pelaksanaan kegiatan bertaraf nasional dan internasional antara lain Pertemuan Pemuda Dunia dan Ambon Jazz Festival. 1

12 Dari sisi penawaran, pasokan bahan makanan selama triwulan laporan melimpah terkait dengan musim panas dan kondisi cuaca yang kondusif pada akhir tahun. Pasokan ikan segar, sayur-sayuran, dan bumbu-bumbuan membanjiri pasar sehingga harga relatif turun. Kondisi cuaca juga sangat mendukung kegiatan pelayaran sehingga aktivitas perdagangan antar pulau relatif lancar. Hal tersebut menyebabkan rendahnya laju inflasi pada tahun Tim Ekonomi Provinsi Maluku dan pihak-pihak terkait berhasil menekan laju inflasi terutama pada triwulan IV-2011, pasca konflik sosial yang terjadi pada pada awal September 2011, dengan mengadakan operasi pasar, mendatangkan barang-barang kebutuhan pokok, memantau perkembangan harga-harga di pasar dan pembangunan infrastruktur. PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan Maluku pada triwulan IV-2011 menunjukkan peningkatan, tercermin dari peningkatan aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit. Aset perbankan daerah di Maluku mencapai Rp9,92 triliun atau mengalami peningkatan 32,80% (y.o.y) pada triwulan laporan. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga turut meningkat mencapai Rp7,18 triliun atau tumbuh sebesar 24,73% (y.o.y). Sedangkan Kredit mencapai angka Rp4,96 triliun dengan pertumbuhan 23,42% (y.o.y). Loan to Deposit Ratio (LDR) hingga level 69,16%. Sementara itu, Non Performing Loan (NPL) tetap terjaga rendah sebesar 2,64%. Dari sisi kelembagaan, terdapat penambahan satu bank swasta nasional di Provinsi Maluku dan sepuluh jaringan kantor bank swasta nasional dan bank pemerintah pada triwulan laporan. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan laporan, transaksi sistem pembayaran tunai mengalami net outflow sebesar Rp836,88 miliar, yang diperoleh dari data inflow sebesar Rp188,88 miliar dan data outflow sebesar Rp1,026 triliun. Sementara itu, data sistem pembayaran menggambarkan bahwa transaksi non tunai cukup ramai dengan warkat kliring tercatat sebesar Rp1,27 triliun dengan lembar warkat. Sedangkan pada kegiatan Real Time Gross Settlement (RTGS), terjadi net incoming sebesar Rp5,09 triliun dengan rincian incoming sebesar Rp6,02 triliun dan outgoing sebesar Rp934 miliar. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan PDRB Provinsi Maluku pada triwulan I-2012 diperkirakan pada kisaran 5,5 s.d. 6,5% (y.o.y). Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan seiring peningkatan konsumsi pada Tahun Baru Masehi dan Imlek. Sedangkan konsumsi pemerintah masih lambat namun akan cukup terbantu oleh pelaksanaan Pilkada di 2

13 Kabupaten Maluku Tengah. Kegiatan investasi dari pemerintah diperkirakan terus tumbuh seiring dengan penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan swasta. Dari sisi penawaran pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 masih berasal dari sektor-sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian tetap memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi triwulan I-2012, meskipun pertumbuhannya melambat. Sektor PHR diprediksi tumbuh didorong oleh faktor musiman Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Imlek. Pada periode yang sama, sektor jasa-jasa akan sedikit tertahan kinerjanya karena realisasi anggaran Pemda yang melambat di awal tahun. Sektor-sektor lain yang diperkirakan tumbuh cukup baik adalah sektor bangunan dan sektor LGA seiring dengan penyelesaian pembangunan Tribun Merdeka dan Islamic Center serta perbaikan berbagai pembangkit listrik menyambut MTQ Nasional XXIV. Laju inflasi pada triwulan I-2012 diperkirakan meningkat pada kisaran 4 s.d 5% (y.o.y). Dari sisi permintaan, Tahun Baru dan Imlek akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Sedangkan dari sisi penawaran, cuaca buruk yang diselingi hujan deras akan mengurangi produksi ikan dan sayur-mayur sehingga harga komoditas ini akan meningkat tajam. Seiring dengan itu, harga emas diperkirakan meningkat terkait belum stabilnya perekonomian global. Di sisi lain, peningkatan harga tiket pesawat lebih disebabkan oleh terbatasnya penawaran seat dibandingkan dengan permintaan dari pengguna. Tim Ekonomi Maluku akan mengambil tindakan-tindakan dan aksi lapangan yang dianggap perlu untuk mencegah inflasi melambung tinggi melalui operasi pasar, pengamanan stok, dan peningkatan produksi. Kinerja perbankan daerah pada triwulan I-2012 diperkirakan terus meningkat baik dari sisi aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit. DPK diperkirakan terus meningkat pada triwulan mendatang disebabkan kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh perbankan dengan makin luasnya jaringan kantor. Pada triwulan mendatang diperkirakan kredit konsumsi dan modal kerja mengalami peningkatan terkait dengan momentum Tahun Baru dan Imlek. Peningkatan penyaluran kredit ini akan mendorong peningkatan LDR pada kisaran 72%-73%. Di sisi lain jumlah kredit bermasalah yang terefleksi dalam NPL diharapkan dapat terus terjaga di bawah 3%. 3

14 Halaman ini sengaja dikosongkan 4

15 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku atas dasar harga konstan tahun 2000 pada triwulan IV-2011 mencapai Rp1,19 triliun atau tumbuh sebesar 7,76% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 5,77% (y.o.y) maupun dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,16% (y.o.y). Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Maluku pada tahun 2011 menyentuh angka 6,02% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya (6,47%). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku tersebut juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional nasional sebesar 6,5% (y.o.y). Meskipun demikian, angka pertumbuhan ini patut dibanggakan mengingat provinsi kepulauan ini sempat mengalami konflik sosial pada bulan September Permintaan Daerah Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku masih bertumpu pada pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi Rumah Tangga sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan, sedangkan konsumsi pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan. Sementara itu, konsumi nirlaba turut mengalami peningkatan pertumbuhan. Tabel I.1 Pertumbuhan PDRB Maluku Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Sektor Ekonomi IV Total I II III IV Total Konsumsi Rumah Tangga 5,67 4,27 8,46 8,13 8,84 7,66 8,27 Konsumsi Nirlaba 3,88 4,60 2,44 4,44 4,44 5,48 4,21 Konsumsi Pemerintah 4,38 7,13 10,42 9,66 11,60 12,94 11,21 PMTB 12,72 16,14 17,89 10,73 12,34 17,41 14,52 Ekspor 13,16 11,61 13,27 2,30 1,42 4,42 5,14 Dikurangi Impor 9,67 6,81 8,81 12,71 17,60 16,04 13,91 PDRB 5,77 6,47 7,40 3,74 5,16 7,76 6,02 Konsumsi Rumah Tangga 4,11 3,12 6,05 5,76 6,27 5,56 5,90 Konsumsi Nirlaba 0,07 0,09 0,05 0,08 0,08 0,10 0,08 Konsumsi Pemerintah 1,10 1,70 2,46 2,27 2,77 3,21 2,69 PMTB 0,54 0,67 0,76 0,49 0,57 0,79 0,65 Ekspor 1,75 1,57 1,79 0,33 0,21 0,63 0,73 Dikurangi Impor 1,69 1,19 1,52 2,21 3,09 2,90 2,44 PDRB 5,77 6,47 7,40 3,74 5,16 7,76 6,02 Sumber : BPS Maluku (diolah) Pertumbuhan (% y.o.y) Andil (% y.o.y) 5

16 Sementara itu, kegiatan investasi yang tercermin dalam Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan laporan mengalami peningkatan seiring dengan realisasi berbagai proyek pemerintah, seirama dengan investasi dari pihak swasta yang terwujud dalam pembangunan perumahan, pusat perbelanjaan, pertokoan, dan perkantoran. Pada periode yang sama, ekspor barang & jasa dari Provinsi Maluku yang didominasi oleh ikan dan udang pada triwulan laporan mengalami peningkatan, meskipun impor barang & jasa juga turut mengalami peningkatan Konsumsi Pengeluaran konsumsi merupakan motor utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku. Pada triwulan IV-2011, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 7,66% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,84% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5,67% (y.o.y). Berbagai kegiatan pada triwulan laporan membantu peningkatan konsumsi. Hari raya keagamaan Idul Adha, Natal, serta menjelang momen Tahun Baru mendorong konsumsi masyarakat terutama bahan pangan dan sandang. Selain itu, pada triwulan laporan juga terselenggara beberapa kegiatan berskala internasional maupun nasional seperti Pertemuan Pemuda Dunia dan Ambon Jazz Festival yang yang juga meningkatkan konsumsi. Secara kumulatif, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2011 berada pada level 8,27% (y.o.y), jauh di atas pertumbuhan tahun 2010 yang hanya sebesar 4,27% (y.o.y). Grafik I.1 Indeks Keyakinan Konsumen I II III IV I II III IV I II III IV IKK IKE IEK Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Ambon Informasi dari Survei Konsumen menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menunjukkan angka 119,38, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 118,55. Pada dasarnya, IKK terbentuk dari Indeks Keyakinan Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Ekonomi (IEK). Pada triwulan laporan tingkat keyakinan masyarakat cenderung meningkat dibandingkan triwualn sebelumnya hal ini terlihat dari peningkatan IKE dari 106,33 menjadi 113,37. Sedangkan ekspektasi masyarakat ke depan relatif mengalami penurunan terindikasi dari penurunan IEK dari 130,77 menjadi 125,40. Meskipun demikian indeks-indeks ini masih berada di atas angka 100 ini menunjukkan bahwa tingkat keyakinan dan ekspektasi konsumen masih cukup terjaga. 6

17 Grafik I.2 Pendaftaran Kendaraan Baru di Maluku Grafik I.3 Konsumsi Listrik Rumah Tangga III IV I II III IV I II III IV 900% 800% 700% 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% -200% Roda 2 Roda 4 g roda 2 (y.o.y) g roda 4 (y.o.y) Sumber : Dispenda Provinsi Maluku Rumah Tangga (KwH) growth (y.o.y) sumbu kanan III IV I II III IV I II III IV Sumber : PLN WilayahMaluku dan Maluku Utara 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% -10,00% Salah satu indikator yang menunjukkan dinamika konsumsi rumah tangga adalah data pendaftaran kendaraan baru roda 2 dan roda 4. Pada triwulan IV-2011 pendaftaran kendaraan baru roda 2 sebanyak unit atau tumbuh -48,73% (y.o.y), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar -66,48% (y.o.y), namun jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV-2010 sebesar 115,78% (y.o.y). Sementara itu, pendaftaran kendaraan baru roda 4 tercatat sebanyak 318 unit atau tumbuh -17,62% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 109,98% (y.o.y) dan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,87% (y.o.y). Konsumsi kendaraan bermotor melambat karena masyarakat cenderung menunda konsumsi barang-barang tahan lama dan lebih memilih bahan makanan, sandang, dan keperluan lainnya pada triwulan laporan. Indikator konsumsi listrik rumah tangga di Provinsi Maluku pada triwulan tumbuh sebesar 19,29% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar -3,24% (y.o.y), namun sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 19,91% (y.o.y). Secara umum nilai konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 59,26 juta KwH meningkat cukup pesat dibandingkan periode-periode sebelumnya Grafik I.4 Kredit Konsumsi di Perbankan Maluku - III IV I II III IV I II III IV Kredit Konsumsi (Rp miliar) g yoy (sumbu kanan) Sumber : Bank Indonesia 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Penyaluran kredit konsumsi yang dilakukan oleh perbankan Maluku sampai dengan triwulan IV-2011 mencapai Rp2.870 miliar atau tumbuh sebesar 19,97% (y.o.y). Pertumbuhan ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 17,80% (y.o.y) maupun pertumbuhan periode yang yang sama tahun 2010 yang mencapai 14,30% (y.o.y). 7

18 Pertumbuhan kredit konsumsi ini terkait erat dengan kebutuhan dana masyarakat untuk menghadapi Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru. Seiring dengan pertumbuhan pada sisi konsumsi rumah tangga, konsumsi nirlaba juga turut tumbuh 5,48% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,44% (y.o.y) dan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,88% (y.o.y). Akselerasi program lembaga nirlaba di akhir tahun membuat laju pertumbuhan pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Organisasi Nirlaba di Maluku bergerak di berbagai bidang antara lain bidang kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Mencermati pertumbuhan kumulatif, maka pada akhir tahun 2011 pertumbuhan konsumsi nirlaba sebesar 4,21% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4,60% (y.o.y). Konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2011 tumbuh menembus level dua digit yaitu 12,94% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,60% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 4,38% (y.o.y). Penyelenggaraan Pilkada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Pilkada di Kabupaten Buru, perayaaan dirgahayu di Kabupaten Seram Bagian Timur, pelaksanaan rapat kerja berbagai instansi pemerintah berkontribusi penuh pada peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah. Secara kumulatif, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada tahun 2011 sebesar 11,21% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 sebesar 7,13% (y.o.y) Investasi Investasi (PMTB) pada triwulan IV-2011 tumbuh positif sebesar 17,41% (y.o.y) dengan andil 0,79% (y.o.y) terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 12,34% (y.o.y) ataupun pertumbuhan triwulan IV-2010 sebesar 12,72% (y.o.y). Proyek-proyek pemerintah yang sedang dalam tahap pembangunan antara lain Tribun Merdeka, Islamic Center, Jembatan Merah Putih, perluasan bandara di berbagai kabupaten, pembangunan Trans Maluku, pembangunan pembangkit listrik, dan proyek infrastruktur lainnya. Selain itu, pertumbuhan investasi juga didukung oleh pembangunan oleh pihak swasta yang sebagian besar sudah masuk tahap penyelesaian antara lain perumahan Citraland, pusat perbelanjaan (Ambon City Center), pertokoan, dan gedung perkantoran. Secara kumulatif, pertumbuhan investasi (PMTB) tahun 2011 pada level 14,52% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 sebesar 16,14% (y.o.y). 8

19 Grafik I.5 Kredit Investasi di Perbankan Maluku Grafik I.6 Perkembangan Dunia Usaha di Maluku III IV I II III IV I II III IV 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit Investasi (Rp miliar) Sumber : Bank Indonesia g yoy (sumbu kanan) Perkembangan situasi bisnis Ekspektasi Mencermati penyaluran kredit investasi di Provinsi Maluku terlihat bahwa sampai dengan triwulan IV-2011, baki kredit meningkat mencapai Rp564 miliar atau tumbuh sebesar 63,75% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 78,65% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2010 sebesar 54,45% (y.o.y). Hal ini menunjukkan kegiatan investasi berjalan cukup baik pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV-2011, indikator persepsi pengusaha mengenai situasi bisnis pada triwulan IV-2011 berada pada angka 52,45, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 55,21 ataupun tahun sebelumnya yang mencapai 55,56. Di sisi lain, ekspektasi pengusaha terhadap situasi bisnis pada triwulan mendatang cenderung menurun disebabkan pelaku usaha masih dalam posisi menunggu memasuki tahun baru Ekspor dan Impor Kegiatan ekspor pada triwulan IV-2011 mencatatkan angka pertumbuhan sebesar 4,42% (y.o.y), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,42% (y.o.y), namun lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2010 yang mencapai 13,16% (y.o.y). Ekspor dari Provinsi Maluku didominasi oleh hasil laut seperti ikan dan udang. Produksi ikan yang cukup baik mampu mendongkrak pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan. Negara tujuan utama ekspor adalah Thailand, Malaysia, Jepang, Cina, dan Hongkong. Komoditas ekspor dari Provinsi Maluku lainnya adalah mutiara, rempah-rempah, dan getah alam. Secara kumulatif, ekspor dari Provinsi Maluku selama tahun 2011 tumbuh sebesar 5,14% (y.o.y), melambat bila dibandingkan kumulatif ekspor tahun 2010 yang mampu tumbuh mencapai 11,61% (y.o.y). 9

20 Grafik I.7 Ekspor Maluku Grafik I.8 Impor Maluku III IV I II III IV I II III IV 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% -150% III IV I II III IV I II III IV 9000% 8000% 7000% 6000% 5000% 4000% 3000% 2000% 1000% 0% -1000% -2000% Ekspor non migas ($US ribu) g ekspor non migas yoy-sumbu kanan Sumber : DSM Bank Indonesia Impor non migas ($US ribu) g impor non migas yoy-sumbu kanan Sumber : DSM Bank Indonesia Pada periode yang sama, impor ke Provinsi Maluku tumbuh sebesar 16,04% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 17,60% (y.o.y), namun lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan impor pada triwulan IV-2010 yang sebesar 9,67% (y.o.y). Impor ke Provinsi Maluku didominasi oleh tepung terigu, serealia, dan bahan bakar (premium tanpa timbal). Data menunjukkan bahwa nilai dari PDRB komponen impor masih lebih besar daripada nilai PDRB komponen ekspor pada triwulan laporan sehingga neraca perdagangan Provinsi Maluku menjadi defisit. Kemudian hal yang masih perlu diperhatikan adalah masih dominannya ekspor produk asal Provinsi Maluku melalui daerah di luar Maluku (Surabaya dan Jakarta) sehingga Provinsi Maluku kehilangan potensi pendapatan daerah. 1.2 Penawaran Daerah Dari sisi penawaran (PDRB sektoral), sektor-sektor utama di Provinsi Maluku yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, & restoran (PHR), dan sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan pada triwulan laporan. Musim panas dan kondisi cuaca yang baik sangat membantu kinerja Sektor Pertanian pada triwulan laporan. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi ikan dan tanaman bahan makanan (padi-padian, sayur-sayuran, dan buah-buahan). Di sisi lain kinerja Sektor PHR tumbuh didorong oleh faktor musiman. Berbagai kegiatan selama triwulan laporan seperti Pertemuan Pemuda Dunia, Ambon Jazz Festival, rapat kerja, dan seminar instansi memberikan sumbangan yang besar pada peningkatan kinerja sektor ini terutama pada penyewaan kamar hotel dan jamuan makan di restoran. Selain itu, hari besar keagamaan Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru turut memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja sektor PHR disebabkan aktivitas perdagangan yang cenderung meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada periode yang sama, Sektor jasa-jasa juga meningkat pertumbuhannya disebabkan akselerasi pengeluaran pemerintah menjelang akhir tahun. Sudah 10

21 menjadi rahasia umum bahwa jasa pemerintah akan digenjot habis pada akhir tahun melalui realisasi program kerja Pemda. Tabel I.2 Pertumbuhan PDRB Maluku Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Andil (% y.o.y) Pertumbuhan (% y.o.y) Sektor Ekonomi IV Total I II III IV Total Pertanian 4,39 5,66 5,75 0,81 2,28 5,38 3,56 Pertambangan & Penggalian 7,56 8,72 7,26 7,86 7,46 9,90 8,14 Industri Pengolahan 4,89 0,40 10,80 7,95 5,53 4,98 7,22 Listrik,Gas & Air Bersih 26,92 16,09 9,27 4,35 7,04 8,02 7,14 Bangunan 43,71 47,15 12,67 9,55 9,02 13,51 11,18 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,59 6,30 7,59 3,92 6,29 9,33 6,81 Angkutan & Komunikasi 6,39 6,51 6,75 3,72 4,94 6,47 5,47 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,67 2,50 4,95 3,11 2,39 3,54 3,48 Jasa jasa 4,47 7,61 9,65 6,76 8,66 11,39 9,14 PDRB 5,77 6,47 7,40 3,74 5,16 7,76 6,02 Pertanian 1,38 1,79 1,83 0,25 0,71 1,66 1,11 Pertambangan & Penggalian 0,05 0,06 0,05 0,06 0,05 0,07 0,06 Industri Pengolahan 0,24 0,02 0,51 0,37 0,26 0,24 0,34 Listrik,Gas & Air Bersih 0,11 0,07 0,04 0,02 0,03 0,04 0,03 Bangunan 0,60 0,63 0,23 0,18 0,17 0,25 0,21 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,69 1,62 1,95 1,01 1,61 2,41 1,75 Angkutan & Komunikasi 0,69 0,71 0,74 0,41 0,54 0,70 0,60 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,14 0,14 0,26 0,16 0,13 0,18 0,18 Jasa jasa 0,87 1,43 1,79 1,28 1,65 2,19 1,73 PDRB 5,77 6,47 7,40 3,74 5,16 7,76 6,02 Sumber : BPS Maluku (diolah) Sementara itu, sektor-sektor yang tumbuh impresif adalah sektor bangunan dan sektor pertambangan & penggalian. Pembangunan infrastruktur dan bangunan komersial yang pesat di Maluku mendorong kinerja sektor bangunan. Sedangkan sektor pertambangan & penggalian tumbuh pada level yang tinggi didukung peningkatan kebutuhan barang tambang galian C (batu & pasir), emas, dan minyak. 11

22 1.2.1 Sektor Pertanian Sektor pertanian (termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan) pada tumbuh sebesar 5,38 % (y.o.y) pada triwulan laporan, dengan andil sebesar 1,66% (y.o.y). Angka pertumbuhan ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 yang tercatat sebesar 4,39% (y.o.y), maupun triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 2,28% (y.o.y). Grafik I.9 Produksi Karet dan Kopra III IV I II III IV I II III IV Karet (kg) Kopra (kg) g karet (yoy)-sumbu kanan g kopra (yoy)-sumbu kanan Sumber : PTPN XIV Amahai Maluku Tengah 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% Subsektor tanaman bahan makanan mengalami peningkatan disebabkan panen padi di beberapa sentra pertanian di daerah Mako (Kabupaten Buru), Kairatu (Kabupaten Seram Bagian Barat), dan Kobisonta (Kabupaten Maluku Tengah). Produksi sayur-mayur juga meningkat pada triwulan laporan tepatnya di Waiheru, Keranjang, dan Telaga Kodok. Musim panas yang terjadi pada triwulan laporan serta kondisi cuaca yang cukup kondusif sangat mendukung perkembangan sayur-mayur. Sementara itu, data dari PTPN XIV Amahai Maluku Tengah yang merupakan indikator subsektor perkebunan menunjukkan bahwa komoditas karet dan kopra mengalami penurunan produksi. Produksi karet mencapai kg atau mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 21,18% (y.o.y), sedangkan produksi kopra mencapai kg yang berarti mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 54,85% (y.o.y) Grafik I.10 Kredit Sektor Pertanian di Perbankan Maluku III IV I II III IV I II III IV Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar) g yoy (sumbu kanan) Sumber : Bank Indonesia 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% Pada sisi lain, subsektor perikanan mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV Musim panas dan kondisi cuaca yang cukup baik sangat mendukung kegiatan penangkapan ikan. Selain itu, pada akhir triwulan laporan merupakan puncak dari musim ikan seiring dengan migrasi ikanikan tuna dan cakalang dewasa ke perairan Maluku sehingga tangkapan yang diperoleh nelayan meningkat pesat. Sebagai informasi bahwa total kredit di sektor pertanian pada triwulan laporan mencapai Rp44,90 miliar atau tumbuh 20,48% (y.o.y). Angka ini jauh meningkat dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 sebesar -18,66% (y.o.y) 12

23 maupun triwulan III-2011 sebesar -2,25% (y.o.y). Peningkatan kredit sektor pertanian ini sejalan dengan cuaca yang mendukung kegiatan di sektor pertanian terutama perikanan dan bahan makanan. Secara kumulatif selama tahun 2011, pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2011 tumbuh sebesar 3,56% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan kumulatif tahun 2010 sebesar 5,66% (y.o.y). Ancaman iklim ekstrem dan cuaca buruk merupakan ancaman terbesar yang terus membayangi kinerja sektor pertanian sehingga harus segera dicari solusi melalui sistem penyimpanan produk pertanian saat panen sehingga dapat digunakan ketika musim paceklik Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Sektor PHR pada triwulan laporan tumbuh sebesar 9,33% (y.o.y) dengan andil sebesar 2,41% (y.o.y). Pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2010 yang tercatat sebesar 6,59% (y.o.y), maupun pertumbuhan triwulan III-2011 yang hanya mencapai 6,29% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan tersebut disebabkan peningkatan permintaan masyarakat pada saat Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru. Sampai dengan triwulan laporan, Maluku masih merupakan provinsi net importir karena banyak mendatangkan barang dari luar sehingga aktivitas perdagangan cukup dinamis. Arus bongkar muat di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon mencapai ton atau tumbuh -9,60% (y.o.y), melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai pertumbuhan 21,29% (y.o.y) maupun dari periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 24,77% (y.o.y). Kinerja subsektor perhotelan membaik seiring dengan peningkatan penyewaan kamar dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, & Exhibition) karena adanya kegiatan Pertemuan Pemuda Dunia, Ambon Jazz Festival, rapat kerja, dan seminar instansi. Sementara itu, kinerja subsektor restoran tumbuh karena makin maraknya pembukaan restoran dan makanan siap saji serta larisnya penjualan makanan restoran terkait kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Maluku. 13

24 Grafik I.11 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Yos Sudarso Grafik I.12 Kredit Sektor PHR di Perbankan Maluku III IV I II III IV I II III IV 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% III IV I II III IV I II III IV 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% bongkar muat (ton) Sumber : Pelindo IV Ambon g yoy (sumbu kanan) Kredit Sektor PHR (Rp miliar) Sumber : Bank Indonesia g yoy (sumbu kanan) Dari sisi pembiayaan menunjukkan peningkatan penyaluran kredit kepada sektor PHR. Pada triwulan laporan kredit ke sektor ini mencapai Rp1,09 triliun atau tumbuh 50,57% (y.o.y). Pencapaian pertumbuhan ini jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 sebesar 4,41% (y.o.y), namun lebih rendah daripada pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 60,34% (y.o.y). Pertumbuhan kredit sektor PHR ini cukup progresif menjelang akhir tahun. Para pengusaha dari berbagai skala usaha memanfaatkan kesempatan Natal dan Tahun Baru untuk menambah modal usaha dan meraup untung dari peningkatan konsumsi masyarakat. Secara kumulatif, sektor PHR tumbuh 6,81% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan kumulatif tahun 2010 sebesar 6,30% (y.o.y). Maluku yang makin ramai seiring dengan pertambahan jumlah penduduk akibat migrasi dari luar provinsi serta berbagai kegiatan yang makin sering dilaksanakan membuat pertumbuhan sektor ini terus berakselerasi Sektor Angkutan & Komunikasi Pada triwulan IV-2011, sektor angkutan & komunikasi tumbuh sebesar 6,47% (y.o.y). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010 yang tercatat sebesar 6,39% (y.o.y) maupun triwulan sebelumnya sebesar 4,94% (y.o.y). Pertumbuhan sektor angkutan & komunikasi pada triwulan laporan memberikan andil sebesar 0,70% terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendorong kinerja sektor ini adalah subsektor transportasi yang mengalami peningkatan selama triwulan IV

25 Grafik I.13 Arus Penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso Grafik I.14 Kredit Sektor Angkutan & Komunikasi di Perbankan Maluku III IV I II III IV I II III IV 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% III IV I II III IV I II III IV 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% arus penumpang (orang) Sumber : Pelindo IV Ambon g yoy (sumbu kanan) Kredit Sektor Angkutan & Komunikasi (Rp miliar) Sumber : Bank Indonesia g yoy (sumbu kanan) Arus penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon selama triwulan IV-2011 tercatat sebanyak orang atau mengalami pertumbuhan 16,49% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 pada level 5,42 (y.o.y), maupun triwulan sebelumnya yang sebesar 11,51% (y.o.y). Arus penumpang kapal cukup deras terkait dengan perayaan Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru. Dilihat dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor angkutan & komunikasi mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 1,98% (y.o.y) Secara umum, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 86,09% (y.o.y), maupun triwulan sebelumnya yang mencapai 33,11% (y.o.y). Secara kumulatif, sektor angkutan & komunikasi tumbuh 5,47% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan kumulatif tahun 2010 sebesar 6,51% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini sedikit melambat karena tingginya pertumbuhan pada tahun lalu serta makin besarnya investasi dalam moda transportasi dan peralatan komunikasi yang makin modern Sektor Bangunan Sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 13,51% (y.o.y) dengan andil 0,25% (y.o.y) pada triwulan IV Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2010 yang mencapai 43,71% (y.o.y), tetapi lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 9,02% (y.o.y). Secara umum pertumbuhan Sektor bangunan terakselerasi menjelang akhir tahun seiring dengan target penyelesaian proyek Pemda dan swasta. Beberapa proyek Pemda yang masih terus dikerjakan Tribun Merdeka, Islamic Center, Jembatan Merah Putih, perluasan bandara di berbagai kabupaten, pembangunan Trans Maluku, pembangunan pembangkit listrik, dan proyek infrastruktur lainnya (pebaikan jalan, jembatan, dan gorong-gorong). Sedangkan pembangunan yang dilakukan oleh pihak swasta meliputi perumahan, pusat perbelanjaan, pertokoan, dan perkantoran. Secara kumulatif, pertumbuhan sektor bangunan tahun 2011 sebesar 11,18% 15

26 (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 sebesar 47,15% (y.o.y). Memang pada tahun 2010 pembangunan sektor ini sangat luar biasa terkait dengan pelaksanaan international event Sail Banda. Grafik I.15 Realisasi Pengadaan Semen di Maluku Grafik I.16 Kredit Sektor Bangunan di Perbankan Maluku III IV I II III IV I II III IV Realisasi Pengadaan Semen g yoy (sumbu kanan) Sumber : Asosiasi Semen Indonesia 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% -50% III IV I II III IV I II III IV Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar) g yoy (sumbu kanan) Sumber : Bank Indonesia 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% Data realisasi pengadaan semen menunjukkan bahwa selama triwulan laporan jumlah pengadaan sebanyak ton atau tumbuh sebesar 40,11% (y.o.y). Sementara itu, kredit sektor bangunan mencapai Rp236,28 miliar yang berarti tumbuh positif sebesar 7,81% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV-2010 di mana pada saat itu pertumbuhan kredit sektor bangunan sebesar 20,82% (y.o.y). Terindikasi bahwa proyek swasta dibiayai oleh kredit dari luar Provinsi Maluku dan modal pembangun Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) tumbuh 8,02% (y.o.y) pada triwulan IV-2011, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang tercatat sebesar 26,92% (y.o.y), namun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,04% (y.o.y). Pertumbuhan sektor LGA memberikan andil sebesar 0,04% (y.o.y) pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku selama triwulan laporan. Secara kumulatif, sektor LGA tumbuh sebesar 7,14% (y.o.y) pada tahun 2011, jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 16,09% (y.o.y). 16

27 Grafik I.17 Konsumsi Listrik di Maluku Grafik I.18 Kredit Sektor LGA di Perbankan Maluku Konsumsi Listrik Maluku (KwH) grothw (y.o.y) sumbu kanan III IV I II III IV I II III IV 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% -10,00% III IV I II III IV I II III IV % 5000% 4000% 3000% 2000% 1000% 0% -1000% Sumber : PLN WIlayah Maluku dan Maluku Utara Kredit Sektor LGA (Rp miliar) Sumber : Bank Indonesia g yoy (sumbu kanan) Pemakaian listrik di Provinsi Maluku selama triwulan laporan mencapai 93,30 juta KwH. Dengan kata lain terjadi pertumbuhan pemakaian listrik sebesar 18,53% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010 yang mencapai 13,05% (y.o.y) ataupun triwulan sebelumnya yang tercatat pada level -3,66% (y.o.y). Promosi penambahan daya dari PLN serta makin besarnya pemakaian listrik masyarakat akibat pemasangan lampu hias dan lampu pohon Natal membuat pertumbuhan konsumsi listrik cukup tinggi. Indikator kredit pada sektor LGA menunjukkan bahwa pada triwulan IV-2011 mencapai Rp12,49 miliar atau tumbuh sebesar 62,71% (y.o.y). Angka ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 39,73% (y.o.y). Sebagian besar kredit tersalurkan ke usaha air minum isi ulang Sektor Ekonomi Lainnya Sektor pertambangan & penggalian di Provinsi Maluku tumbuh positif 9,90% (y.o.y) pada triwulan laporan, meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010 yang mencapai level 7,56% (y.o.y) maupun triwulan sebelumnya yang mencapai 7,46% (y.o.y). Pertumbuhan kumulatif sektor ini pada tahun 2011 sebesar 8,14% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mampu mencapai 8,72% (y.o.y). Peningkatan pembangunan di Maluku menyebabkan peningkatan produksi bahan galian C yang meliputi batu dan pasir. Sedangkan bahan tambang yang menjadi andalan adalah tembaga di Pulau Wetar (Kabupaten Maluku Barat Daya) dan minyak bumi (Kabupaten Seram Bagian Timur). Maraknya penambangan emas tradisional di Pulau Buru juga memberikan kontribusi pada pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 11,39% (y.o.y) dengan andil sebesar 2,19% (y.o.y) pada triwulan laporan. Kondisi ini lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010 yang tercatat tumbuh sebesar 4,47% (y.o.y) ataupun triwulan sebelumnya yang menorehkan pertumbuhan 8,66% (y.o.y). Jasa pemerintahan umum dan pertahanan merupakan penggerak 17

28 utama sektor jasa-jasa. Akselerasi pengeluran pemerintah pada triwulan IV-2011 melalui berbagai kegitatan dinas dan instansi mampu meningkatkan kinerja sub sektor Jasa pemerintahan. Sedangkan jasa yang terkait dengan pihak swasta (masyarakat) seperti jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta peorangan rumah tangga meningkat sebagai konsekuensi dari berbagai kegiatan dan event di Maluku. Secara kumulatif, sektor Jasa-Jasa tumbuh 9,14% (y.o.y) pada tahun 2011, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yang menorehkan angka pertumbuhan 7,61% (y.o.y). Sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan di Provinsi Maluku tumbuh 3,54% (y.o.y) dengan andil sebesar 0,18% (y.o.y) pada triwulan laporan. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2010 yang mencapai 2,67% (y.o.y) maupun pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,39% (y.o.y). Subsektor jasa perbankan merupakan pendorong utama pertumbuhan sektor ini yang tergambar dari indikator pokok perbankan yang terus menunjukkan peningkatan, terutama Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit yang cukup tinggi. Selain itu perkembangan lembaga keuangan bukan bank seperti pegadaian dan lembaga pembiayaan juga membantu pertumbuhan kinerja sektor ini. Pertumbuhan kumulatif sektor ini tahun 2011 mencapai 3,48% (y.o.y) melebihi pertumbuhan kumulatif tahun sebelumnya yang sebesar 2,50% (y.o.y). Sektor Industri Pengolahan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 4,98% (y.o.y), meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 yang tercatat mengalami sebesar 4,89% (y.o.y), namun menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,53% (y.o.y). Secara kumulatif, sektor ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,22% (y.o.y) pada tahun 2011, jauh di atas angka pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 0,40% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini berasal dari peningkatan jumlah industri rumah tangga yang memproduksi makanan dan minuman serta kerajinan Provinsi Maluku. 18

29 BAB II INFLASI DAERAH Kota Ambon pada triwulan IV-2011 mengalami deflasi sebesar -0,59% (q.t.q), sehingga laju inflasi pada akhir tahun 2011 hanya sebesar 2,85% (y.o.y), lebih rendah dbandingkan tahun sebelumnya sebesar 8,78% (y.o.y), dan juga lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi nasional sebesar 3,79% (y.o.y). Rendahnya laju inflasi selama tahun 2011 disebabkan terjadinya deflasi pada tiga triwulan yaitu pada triwulan I sebesar -1,25% (q.t.q), triwulan III sebesar -0,78% (q.t.q), dan triwulan IV sebesar -0,59% (q.t.q). Hanya terjadi satu kali inflasi saja yaitu pada triwulan II sebesar 5,58% (q.t.q). Penurunan laju inflasi Kota Ambon terutama disebabkan penurunan harga kelompok bahan makanan terutama subkelompok ikan segar, subkelompok sayur-sayuran dan subkelompok bumbu-bumbuan. Dari sisi permintaan, kebutuhan terhadap barang dan jasa selama tahun 2011 relatif meningkat terkait dengan adanya perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru, di samping juga adanya kegiatan bertaraf nasional dan internasional antara lain Pertemuan Pemuda Dunia dan Ambon Jazz Festival. Namun, dari sisi penawaran, pasokan bahan makanan selama triwulan laporan sangat melimpah terkait dengan musim panas dan kondisi cuaca yang cukup kondusif selama tahun Pasokan ikan segar, sayur-sayuran, dan bumbu-bumbuan membanjiri pasar sehingga harga relatif turun. Kondisi cuaca juga sangat mendukung kegiatan pelayaran sehingga aktivitas perdagangan antar pulau relatif lancar. Hal tersebut menyebabkan rendahnya laju inflasi pada tahun Tim Ekonomi Provinsi Maluku dan berbagai pihak terkait berhasil menekan laju inflasi terutama pada triwulan IV-2011, pasca konflik sosial yang terjadi pada pada awal September 2011, dengan mengadakan operasi pasar, mendatangkan barang-barang kebutuhan pokok, memantau perkembangan harga-harga di pasar dan pembangunan infrastruktur. 2.1 Perkembangan Inflasi Inflasi Triwulan IV-2011 Pergerakan harga-harga dari triwulan ke triwulan terefleksi pada angka inflasi triwulanan (q.t.q). Laju inflasi pada triwulan laporan di Kota Ambon kembali mengalami deflasi sebesar -0,59% (q.t.q), sama seperti triwulan sebelumnya yang juga mengalami deflasi sebesar -0,78% (q.t.q). 19

30 Berdasarkan kelompok komoditas, terjadinya deflasi pada triwulan laporan disumbang oleh kelompok bahan makanan sebesar -6,82% (q.t.q). Adapun tujuh kelompok komoditas lainnya masih mengalami inflasi. Penurunan harga pada kelompok bahan makanan terutama disumbang oleh komoditas dari subkelompok sayur-sayuran antara lain kangkung, sawi hijau, kacang panjang, wortel dan terong panjang, sedangkan dari subkelompok ikan segar antara lain ikan layang, cakalang, selar, dan tuna. Dua kelompok komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada triwulan IV-2011 adalah kelompok transport komunikasi & jasa keuangan, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 3,19% (q.t.q) pada triwulan IV-2011, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi 13,19% (q.t.q). Penyumbang utama kenaikan harga pada subkelompok transport adalah tiket angkutan udara. Kenaikan harga tiket angkutan udara terkait dengan adanya beberapa momen dan hari besar pada triwulan IV-2011 serta puncaknya pada perayaan Natal dan Tahun Baru mendorong peningkatan harga tiket pesawat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Adapun kenaikan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar terutama disumbang oleh subkelompok biaya tempat tinggal antara lain kontrak rumah, sewa rumah, kayu balokan dan cat tembok. Tabel II.1 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi secara Triwulanan (q.t.q) Kelompok Komoditas Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV INFLASI TRIWULANAN Bahan makanan 2,68 2,14 16,40-8,41-4,43 19,03-15,53-6,82 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 2,30 0,20 0,82 2,71-0,09 1,11 1,04 0,06 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,66 1,12 0,85 1,21 0,49 0,19 0,65 0,70 Sandang 0,12 0,48 0,95 1,86 0,62 1,16 4,31 0,71 Kesehatan 0,33 0,40-0,71 2,44 0,20 0,41 0,17 0,16 Pendidikan, rekreasi, & olahraga -0,04-0,01 2,65-0,04-0,13-0,58 0,86-0,03 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 8,38-2,82 0,46 11,24-1,27 2,87 13,19 3,19 UMUM 2,84 0,26 4,70 0,76-1,25 5,58-0,78-0,59 SUMBANGAN THD INFLASI TRIWULANAN Bahan makanan 0,66 0,53 4,12-2,35-1,12 4,68-4,30-1,61 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 0,28 0,02 0,10 0,31-0,01 0,13 0,12 0,01 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,16 0,26 0,20 0,28 0,11 0,04 0,14 0,16 Sandang 0,01 0,04 0,08 0,16 0,05 0,10 0,36 0,06 Kesehatan 0,01 0,02-0,03 0,10 0,01 0,02 0,01 0,00 Pendidikan, rekreasi, & olahraga 0,00 0,00 0,13 0,00-0,01-0,03 0,04 0,00 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 1,72-0,61 0,10 2,26-0,28 0,64 2,85 0,79 UMUM 2,84 0,26 4,70 0,76-1,25 5,58-0,78-0,59 Sumber : BPS Maluku (diolah) Kelompok sandang mengalami inflasi pada triwulan IV-2011 sebesar 0,71% (q.t.q), mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,31% (q.t.q). Peningkatan 20

31 harga terbesar terjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain terutama pada komoditas emas perhiasan. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau sandang mengalami inflasi sebesar 0,06% (q.t.q) pada triwulan IV-2011, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 1,04% (q.t.q). Peningkatan harga terbesar terjadi pada pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol. Permintaan masyarakat yang tinggi terhadap subkelompok ini pada saat Natal dan Tahun Baru memicu kenaikan harga Inflasi Tahunan 2011 Pergerakan harga di Kota Ambon dari tahun ke tahun terangkum pada angka inflasi tahunan. Laju inflasi Kota Ambon selama tahun 2011 hanya mencapai 2,85% (y.o.y). Angka ini lebih rendah dibandingkan iahun sebelumnya yang menyentuh level 8,78% (y.o.y). Berdasarkan kelompok komoditas, rendahnya angka inflasi yang terjadi pada Kota Ambon pada tahun 2011 disebabkan terjadinya penurunan harga pada kelompok bahan makanan sebesar -10,46%. Penyumbang utama penurunan harga tersebut adalah subkelompok ikan segar (a.l. ikan layang, selar, cakalang asap, cakalang, kembung/gembung, tuna), subkelompok bumbu-bumbuan (a.l. bawang merah, bawang putih, cabe rawit, cabe merah), dan subkelompok sayur-sayuran (a.l. kacang panjang, sawi hijau, kangkung terong panjang, buncis). Penyebab utama adalah peningkatan pasokan ikan segar seiring dengan musim panas di Maluku. Hal ini juga didukung oleh musim ikan yang jatuh pada triwulan akhir 2011 ini. Selain itu, musim panas juga membuat produksi sayur-sayuran begitu melimpah dari sentra-sentra penghasil sayur di Ambon dan Buru, sedangkan penurunan harga daging dan hasil-hasilnya serta bumbu-bumbuan berasal dari impor antar pulau yang melimpah. Sementara itu, enam kelompok kompoditas lainnya masih mengalami inflasi pada tahun Inflasi tertinggi tahun 2011 terjadi pada kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan sebesar 18,63%. Kenaikan tersebut terjadi pada subkelompok transport khususnya tiket angkutan udara memberikan kontribusi yang besar pada inflasi kelompok ini. Tak dapat dipungkiri bahwa sepanjang tahun 2011 harga tiket angkutan udara terus merangkak naik. Faktor fundamental yang menyebabkan kenaikan harga tiket angkutan udara adalah peningkatan harga bahan bakar dan biaya operasi dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan faktor musiman yang turut mendongkrak permintaan tiket pesawat sepanjang triwulan IV-2011 sehingga disinyalir menaikkan harga antara lain Pertemuan Pemuda Dunia, Ambon Jazz Festival, Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru Masehi 2012 terutama pada rute Ambon-Jakarta, Ambon- Surabaya, dan Ambon-Makassar. 21

32 Tabel II.2 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi secara Tahunan (y.o.y) Kelompok Komoditas Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV INFLASI TAHUNAN Bahan makanan 9,19 24,29 37,22 11,82 4,07 21,29-11,99-10,46 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 6,40 5,67 3,70 6,14 3,66 4,61 4,84 2,14 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 2,08 2,98 3,19 3,90 3,73 2,77 2,57 2,05 Sandang 1,92 2,66 2,69 3,44 3,95 4,66 8,14 6,93 Kesehatan 1,88 1,99 0,63 2,46 2,32 2,33 3,23 0,94 Pendidikan, rekreasi, & olahraga -0,96-0,42 2,64 2,56 2,47 1,88 0,10 0,12 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 16,94 14,09 14,59 17,70 7,21 13,49 27,87 18,63 UMUM 7,08 10,04 13,15 8,78 4,45 10,00 4,24 2,85 SUMBANGAN THD INFLASI TAHUNAN Bahan makanan 2,22 5,40 8,57 2,92 1,00 5,35-3,35-2,66 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 0,78 0,72 0,47 0,75 0,45 0,56 0,57 0,26 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,51 0,75 0,79 0,93 0,87 0,65 0,58 0,47 Sandang 0,18 0,25 0,25 0,31 0,35 0,41 0,69 0,59 Kesehatan 0,09 0,10 0,03 0,11 0,10 0,10 0,14 0,04 Pendidikan, rekreasi, & olahraga -0,05-0,02 0,14 0,13 0,12 0,09 0,00 0,01 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 3,36 2,85 2,90 3,63 1,56 2,83 5,61 4,14 UMUM 7,08 10,04 13,15 8,78 4,45 10,00 4,24 2,85 Sumber : BPS Maluku (diolah) Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 6,93% (y.o.y) pada tahun 2011, mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,44% (y.o.y). Peningkatan harga terbesar terjadi pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain yaitu pada komoditas emas perhiasan. Peningkatan harga emas terus terjadi dibandingkan tahun sebelumnya. Emas menjadi alternatif investasi yang digemari sekaligus media spekulasi terkait dengan kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau mengalami inflasi sebesar 2,14% (y.o.y) pada tahun 2011, mengalami peningkatan tahun sebelumnya yang sebesar 6,14% (y.o.y). Peningkatan harga terutama terjadi pada subkelompok makanan jadi serta tembakau & minuman beralkohol. Perayaan hari Natal dan Tahun Baru dijadikan momen menaikkan harga oleh produsen Inflasi Bulanan 2011 Dilihat pergerakan harga dari bulan ke bulan selama tahun 2011, rendahnya inflasi yang terjadi di Kota Ambon dikarenakan terjadinya penurunan harga atau deflasi sebanyak enam kali yaitu pada bulan Januari (-0,83%), Maret (-0,46%), Juli (1,20%), September (0,40%), Oktober (0,67%), November (-0,34%). Secara umum, penyebab terjadinya deflasi pada bulanbulan tersebut adalah penurunan harga pada kelompok bahan makanan terutama subkelompok ikan segar dan subkelompok sayur-sayuran. Melimpahnya pasokan dan faktor 22

33 iklim/cuaca yang mendukung menjadi pendorong terjadinya penurunan harga pada kedua kelompok komoditas tersebut. Berdasarkan kelompok komoditas, penyumbang inflasi tertinggi inflasi bulanan selama tahun 2011 adalah kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan. Kenaikan harga kelompok transport, komunikasi, & jasa keuangan terutama disumbang oleh subkelompok transport terkait dengan kenaikan harga tiket pesawat terbang pada bulan Maret (0,31%), Mei (2,74%), Juni (1,06%), Juli (7,16%), Agustus (9,19%), Oktober (0,90%) dan Desember (3,04%). Tabel II.3 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi secara Bulanan 2011 Kelompok Komoditas Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des INFLASI BULANAN (% m.t.m) Bahan makanan -2,63 0,43-2,26 0,08 4,55 13,77-9,82-3,98-2,46-3,93-1,89-1,13 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau -0,16 0,02 0,06-0,06 0,12 1,05 0,96-0,01 0,09 0,05-0,03 0,05 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,08 0,24 0,18 0,17-0,03 0,05 0,51 0,14 0,00 0,30 0,25 0,15 Sandang 0,74-0,08-0,04 0,43 0,89-0,17 0,64 1,53 2,09 0,07 0,36 0,28 Kesehatan 0,06 0,04 0,10 0,06 0,05 0,31 0,18-0,02 0,01 0,01 0,06 0,09 Pendidikan, rekreasi, & olahraga -0,08 0,00-0,04 0,00-0,06-0,52 0,87-0,01 0,00 0,00-0,02-0,01 Transport, komunikasi, & jasa keuangan -1,00-0,52 0,24-0,02 2,09 0,79 5,54 7,25 0,00 0,73 0,00 2,45 UMUM -0,83 0,04-0,46 0,09 1,66 3,76-1,20 0,83-0,40-0,67-0,34 0,43 SUMBANGAN THD INFLASI BULANAN Bahan makanan -0,67 0,11-0,57 0,02 1,12 3,48-2,72-1,01-0,59-0,93-0,43-0,25 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau -0,02 0,00 0,01-0,01 0,01 0,13 0,11 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,02 0,05 0,04 0,04-0,01 0,01 0,11 0,03 0,00 0,07 0,06 0,03 Sandang 0,06-0,01 0,00 0,04 0,08-0,01 0,05 0,13 0,18 0,01 0,03 0,03 Kesehatan 0,00 0,00 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 Pendidikan, rekreasi, & olahraga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-0,03 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Transport, komunikasi, & jasa keuangan -0,22-0,12 0,05 0,00 0,46 0,18 1,20 1,68 0,00 0,18 0,00 0,61 UMUM -0,83 0,04-0,46 0,09 1,66 3,76-1,20 0,83-0,40-0,67-0,34 0,43 Sumber : BPS Maluku (diolah) Inflasi Kumulatif Tahun Berjalan 2011 Pergerakan harga dari awal tahun 2011 sampai dengan akhir triwulan laporan tercatat pada inflasi tahun berjalan terlihat dari laju inflasi secara kumulatif (y.t.d). Selama empat triwulan pada tahun 2001, Kota Ambon mengalami deflasi sebanyak tiga kali yaitu pada triwulan I-2011 (-1,25%), triwulan III-2011 (-0,78%) dan triwulan IV-2011 (-0,59% (y.t.d). Hanya terjadi satu kali terjadi inflasi saja yaitu pada triwulan II-2011 sebesar 5,58%. Hal tersebut berbeda dengan kondisi pada tahun sebelumnya yang secara terus menerus mengalami inflasi masing-masing sebesar 2,84% pada triwulan I-2010, 0,26% pada triwulan II- 2010, 4,70% pada triwulan III-2010, dan 0,76% pada triwulan IV Berdasarkan kelompok komoditas, deflasi yang terjadi pada tiga triwulan tersebut disebabkan terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan terutama subkelompok ikan segar, subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok sayur-sayuran. Faktor cuaca yang 23

34 mendukung dan musim panen ikan menyebabkan melimpahnya pasokan sayur-sayuran dan ikan segar. Disamping itu, penurunan harga daging dan bumbu-bumbuan terutama akibat melimpahnya pasokan yang berasal dari impor antar pulau. Secara kumulatif, kelompok bahan makanan merupakan satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi sebesar 10,46% (y.t.d), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,91% (y.t.d). Tren penurunan harga bahan makanan terjadi pada paruh kedua tahun Musim panas dan cuaca yang kondusif selama triwulan laporan membuat kegiatan penangkapan ikan berlangsung dengan baik sehingga pasokan ikan segar di pasar melimpah. Selain ikan segar, bahan makanan yang pasokannya melimpah adalah sayur-sayuran. Kondisi cuaca yang baik dan curah hujan yang cukup membuat produksi sayur-sayuran meningkat pesat. Sedangkan pasokan bumbu-bumbuan serta daging dan hasil-hasilnya berasal dari luar Provinsi Maluku dengan jumlah yang cukup banyak. Secara umum pasokan bahan makanan yang mampu melebihi permintaan masyarkaa tmembuat harga bahan makanan mengalami penurunan. Tabel II.4 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi Tahun Berjalan (y.t.d) Kelompok Komoditas Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV INFLASI KUMULATIF (Y.T.D) Bahan makanan 2,68 4,88 22,08 11,82-4,43 13,76-3,91-10,46 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 2,30 2,50 3,34 6,14-0,09 1,02 2,08 2,14 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,66 1,78 2,65 3,90 0,49 0,68 1,34 2,05 Sandang 0,12 0,60 1,56 3,44 0,62 1,79 6,17 6,93 Kesehatan 0,33 0,73 0,02 2,46 0,20 0,61 0,78 0,94 Pendidikan, rekreasi, & olahraga -0,04-0,05 2,61 2,56-0,13-0,71 0,14 0,12 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 8,38 5,32 5,81 17,70-1,27 1,56 14,96 18,63 UMUM 2,84 3,11 7,96 8,78-1,25 4,27 3,45 2,85 SUMBANGAN THD INFLASI KUMULATIF Bahan makanan 0,66 1,20 5,45 2,92-1,12 3,50-0,99-2,66 Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 0,28 0,31 0,41 0,75-0,01 0,12 0,25 0,26 Perumahan, air, listrik, gas, & bahan bakar 0,16 0,42 0,63 0,93 0,11 0,15 0,30 0,47 Sandang 0,01 0,05 0,14 0,31 0,05 0,15 0,53 0,59 Kesehatan 0,01 0,03 0,00 0,11 0,01 0,03 0,03 0,04 Pendidikan, rekreasi, & olahraga 0,00 0,00 0,14 0,13-0,01-0,03 0,01 0,01 Transport, komunikasi, & jasa keuangan 1,72 1,09 1,19 3,63-0,28 0,35 3,32 4,14 UMUM 2,84 3,11 7,96 8,78-1,25 4,27 3,45 2,85 Sumber : BPS Maluku (diolah) Secara kumulatif, kelompok transport, komunikasi, & jasa keuangan mengalami peningkatan harga tertinggi sebesar 18,63% (y.t.d) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,96% (y.t.d). Hal ini memperlihatkan bahwa selama tahun 2011 terjadi tren peningkatan harga tiket yang tajam terutama pada triwulan III-2011 dan triwulan IV Banyaknya kegiatan dan hari besar pada 24

35 paruh kedua tahun 2011 memberikan momentum bagi maskapai untuk menaikkan harga tiket pesawat udara di samping memang terdapat peningkatan biaya operasi pesawat. Sementara itu, inflasi kelompok sandang secara kumulatif sebesar 6,93% (y.t.d), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,17% (y.t.d). Kenaikan harga subkelompok barang pribadi dan sandang lain yaitu emas perhiasan memberikan kontribusi inflasi yang tinggi pada kelompok ini. Pada periode yang sama, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau secara kumulatif terpapar inflasi sebesar 2,14% (y.t.d), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,08% (y.t.d). Kenaikan harga subkelompok makanan jadi dan subkelompok tembakau & dan minuman beralkohol memberikan kontribusi pada peningkatan harga kelompok ini. 2.2 Disagrerasi Inflasi Disagregasi inflasi pada dasarnya mengurai inflasi menjadi inflasi core, inflasi volatile food, dan inflasi administered price. Melalui disagrerasi inflasi dapat dilihat penyebab gejolak inflasi pada tingkatan yang lebih spesifik. Inflasi core menggambarkan perkembangan harga yang bersifat permanen dan persisten yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum, antara lain ekspektasi inflasi, nilai tukar, serta keseimbangan permintaan dan penawaran Grafik II.1 Disagrerasi Inflasi Tahunan Kota Ambon Grafik II.2 Disagrerasi Inflasi Triwulanan Kota Ambon % 0 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Inflasi Total (y.o.y) Inflasi Inti (y.o.y) Inflasi Volatile Food (y.o.y) Inflasi Administered Price (y.o.y) Sumber : BPS Maluku(diolah) % 0-5 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Inflasi Total (q.t.q) Inflasi Inti (q.t.q) Inflasi Volatile Food (q.t.q) Inflasi Administered Price (q.t.q) Sumber : BPS Maluku (diolah) Inflasi inti Kota Ambon pada triwulan IV-2011 berada pada level 2,02% (y.o.y) dan 0,37% (q.t.q), mengalami seidkit perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,32% (y.o.y) dan 0,61% (q.t.q). Secara garis besar penyumbang inflasi inti ada pada peningkatan harga sandang (termasuk emas perhiasan), makanan jadi, dan biaya tempat tinggal. Inflasi volatile foods adalah inflasi yang berhubungan dengan pergerakan harga bahan makanan yang bergejolak. Faktor pemicu inflasi volatile food di Ambon dari sisi permintaan 25

36 adalah shock berupa lonjakan permintaan akibat perayaan kegiatan atau acara tertentu. Sedangkan dari sisi penawaran, shock yang muncul terkait dengan masalah produksi, pasokan, distribusi, dan struktur pasar. Inflasi volatile food Kota Ambon pada triwulan IV-2011 berada pada level -9,72% (y.o.y) dan -6,75% (q.t.q). Kecenderungan penurunan harga masih terus berlanjut meskipun sedikit melambat mengingat pada triwulan sebelumnya inflasi volatile foods sebesar -11,29% (y.o.y) dan -14,68% (q.t.q). Pasokan ikan segar yang melimpah di pasar mampu melebihi permintaan konsumen sehingga menyebabkan harga ikan segar cenderung menurun. Musim panas yang bertepatan dengan musim ikan membuat produksi ikan segar meningkat secara signifikan. Di sisi lain, harga sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan juga mengalami penurunan karena peningkatan produksi lokal dan impor antar pulau yang melimpah. Grafik II.3 Pergerakan Harga Sayur- Sayuran Grafik II.4 Pergerakan Harga Ikan Segar I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV I III I III V II IV II IV I III V II IV I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV I III I III V II IV II IV I III V II IV Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des SAWI HIJAU BAYAM KANGKUNG KACANG PANJANG Sumber : SPH BI Ambon IKAN LEMA IKAN MOMAR IKAN CAKALANG Sumber : SPH BI Ambon Grafik II.5 Pergerakan Harga Bumbu- Bumbuan Grafik II.6 Pergerakan Harga Beras I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV I III I III V II IV II IV I III V II IV I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV I III I III V II IV II IV I III V II IV Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des CABE MERAH CABE RAWIT BAWANG MERAH BAWANG PUTIH Sumber : SPH BI Ambon Beras Kualitas Medium I Beras Kualitas Medium II Beras Kualitas Super I Sumber : SPH BI Ambon Beras Kualitas Super II Inflasi administered price Kota Ambon pada triwulan IV-2011 berada pada level 17,83% (y.o.y) dan 3,03% (q.t.q), mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 26,01% (y.o.y) dan 12,48% (q.t.q). Kelompok komoditas yang digolongkan administered price pada prinsipnya bergantung pada pengaturan harga dari pemerintah meliputi bahan bakar minyak (bensin, solar, minyak tanah), rokok, tarif listrik, tarif telepon, air 26

37 bersih (PDAM), dan tarif angkutan. Pada triwulan IV-2011 gejolak administered price disebabkan peningkatan harga tiket angkutan udara. Melihat perkembangan inflasi Kota Ambon pada triwulan IV-2011 dapat disimpulkan bahwa tren pergerakan administered prices mendorong level inflasi ke atas, sedangkan tren pergerakan harga volatile foods dan core menekan level inflasi ke bawah. Namun yang perlu diwaspadai adalah terdapat kecenderungan pembalikan tren mulai triwulan III berlanjut ke triwulan IV. Pergerakan harga volatile foods yang mengalami deflasi perlahan mulai meningkat, sedangkan pergerakan harga administered prices perlahan melambat. 2.3 Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi kalangan pengusaha di Maluku untuk triwulan IV-2011 berada pada level 6,49% (y.o.y). Ekspektasi inflasi ini relatif tinggi di atas level realisasi inflasi aktual yang sebesar 2,85% (y.o.y) pada bulan Desember Grafik II.7 Ekspektasi Inflasi Pengusaha Grafik II.8 Ekspektasi Inflasi Masyarakat 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2% -4% -6% I II III IV I II III IV I II III IV I Inflasi (y.o.y)-sumbu kanan Perubahan harga umum 6 Bln yad Perubahan harga umum 3 Bln yad I II III IV I II III IV I II III IV I II % 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2% -4% -6% Inflasi (y.o.y)-sumbu kanan Ekspektasi inflasi pengusaha Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Ambon BPS Provinsi Maluku (diolah) Di sisi lain, ekspektasi inflasi masyarakat umum (konsumen rumah tangga) menunjukkan tren yang meningkat. Hal tersebut tercermin dari pergerakan indeks perubahan harga Survei Konsumen periode 3 maupun 6 bulan yang menunjukkan ekspektasi peningkatan harga. 27

38 Halaman ini sengaja dikosongkan 28

39 Boks 1 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI DI KOTA AMBON TAHUN 2011 Laju inflasi Kota Ambon selama tahun 2011 hanya mencapai 2,85% (y.o.y), jauh lebih rendah dibandingkan inflasi tahun sebelumnya sebesar 8,78% (y.o.y). Berbagai spekulasi muncul menyikapi rendahnya angka inflasi ini mengingat Kota Ambon sempat dilanda konflik sosial pada bulan September Untuk mengetahui penyebab utama rendahnya inflasi di Ambon maka ada baiknya mencermati grafik disagrerasi inflasi tahunan Ambon. Terlihat jelas bahwa pada akhir tahun inflasi volatile food tercatat sangat rendah yaitu sebesar -2,12% (y.o.y). Pada periode yang sama, inflasi administered prices cukup tinggi mencapai 17,83% (y.o.y), sedangkan inflasi inti tercatat cukup rendah yakni hanya sebesar 2,02% (y.o.y) di penghujung tahun Grafik Disagrerasi Inflasi Tahunan Ambon % 40,00 Sail Banda Musim hujan Konflik Sosial Musim panas, musim ikan 30,00 20,00 10,00 0,00 (10,00) (20,00) Inflasi Total (y.o.y) Inflasi Volatile Food (y.o.y) Sumber : BPS Maluku (diolah) Inflasi Inti (y.o.y) Inflasi Administered Price (y.o.y) Untuk mengetahui lebih detail mengenai komoditas penyumbang inflasi selama tahun 2011 dihitung komoditas penyumbang inflasi secara bulanan. Sehubungan dengan keterbatasan data NK yang diperoleh dari Kantor Pusat Indonesia (hasil kerjasama perolehan data NK antara BI dan BPS di Jakarta), perolehan data NK mulai dari data Januari s.d. Desember 2011) sehingga komoditas penyumbang inflasi secara bulanan hanya dapat dihitung sejak bulan Februari s.d. Desember Adapun komoditas penyumbang inflasi selama tahun 2011 merupakan kumulatif dari hasil perhitungan komoditas-komoditas yang termasuk dalam keranjang inflasi dari bulan Februari s.d. Desember Metode kumulatif atau penjumlahan 29

40 sumbangan terhadap inflasi bulanan tiap-tiap komoditas setiap bulan tersebut sebagai proxy inflasi yang terjadi selama tahun Grafik menunjukkan bahwa komoditas penyumbang inflasi yang cukup tinggi pada tahun 2011 (bulan Februari s.d. Desember 2011) adalah angkutan udara, beras, emas perhiasan, gado-gado, pisang, bayam, minyak goreng, kontrak rumah, mie, dan sewa rumah. Sementara itu, komoditas penyumbang deflasi yang cukup tinggi pada tahun 2011 adalah ikan layang, ikan selar, kacang panjang, bawang merah, ikan cakalang asap, sawi hijau, ikan cakalang, ikan kembung/gembung, kangkung, dan bawang putih. Grafik Sepuluh Komoditas Yang Menjadi Penyumbang terjadinya Inflasi/Deflasi Selama Tahun 2011 Deflasi Inflasi -0,70-0,60-0,50-0,40-0,30-0,20-0,10 0,00 (%) (%) 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00-0,65 LAYANG ANGKUTAN UDARA 4,26-0,32 SELAR BERAS 0,51-0,27 KACANG PANJANG EMAS PERHIASAN 0,43-0,26 BAWANG MERAH GADO-GADO 0,13-0,24 CAKALANG ASAP PISANG 0,11-0,23 SAWI HIJAU BAYAM 0,11-0,18 CAKALANG MINYAK GORENG 0,10-0,13 KEMBUNG/GEMBUNG KONTRAK RUMAH 0,10-0,13 KANGKUNG MIE 0,09-0,12 BAWANG PUTIH SEWA RUMAH 0,08 Mencermati komoditas penyumbang inflasi selama tahun 2011, terlihat bahwa harga tiket angkutan udara masih sangat fluktuatif bahkan cenderung terus meningkat. Jumlah kursi yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan saat ini tidak mampu memenuhi permintaan masyarakat yang terus naik terkait derasnya arus lalu-lintas manusia keluar dan masuk Maluku. Sementara itu, peningkatan harga beras memang merupakan suatu keniscayaan karena saat ini beras merupakan bahan makanan pokok di Maluku yang sebagian besar diimpor dari luar Maluku. Di sisi lain, peningkatan harga emas berhubungan erat dengan kondisi perekonomian dunia yang masih bergejolak sehingga permintaan ke logam mulia ini melonjak sebagai alternatif investasi. Secara garis besar komoditas yang mengalami penurunan harga selama tahun 2011 adalah dari sub kelompok ikan segar, sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok bumbubumbuan akibat melimpahnya pasokan bahan kelompok tersebut terutama pada akhir triwulan tahun Fenomena pasokan bahan makanan yang meningkat tersebut sejalan dengan 30

41 informasi yang diperoleh dari Focus Group Discussion (FGD) Perkembangan Perekonomian Maluku triwulan IV-2011mengenai musim panas dan cuaca yang sangat baik serta musim ikan di perairan Maluku membuat kegiatan penangkapan ikan segar berjalan lancar. Kondisi cuaca yang sangat baik ini juga mendukung peningkatan produksi sayur-sayuran. Adapun pasokan bumbu-bumbuan yang melimpah di pasaran berasal dari aktivitas impor antar pulau. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa fenomena penurunan harga pada kelompok bahan makanan yang cukup tajam di akhir tahun 2011 berdampak pada penurunan harga (deflasi) pada volatile food dan hal ini juga membuat level inflasi tahun 2011 cukup rendah. 31

42 Halaman ini sengaja dikosongkan 32

43 Boks 2 Strategi Tim Ekonomi Maluku Kendalikan Inflasi Tahun 2011 Tim Ekonomi Maluku pertama kali dibentuk pada tahun 2009 melalui Keputusan Gubernur Maluku No. 252 Tahun 2009 tanggal 29 Juli 2009 Tentang Pembentukan Tim Ekonomi Provinsi Maluku Tahun Pada tahun 2010 dasar pembentukan tim ini diperbaharui melalui Keputusan Gubernur Maluku No. 88 Tahun 2010 tanggal 2 Maret 2010 Tentang Pembentukan Tim Ekonomi Provinsi Maluku Tahun Dan akhirnya memasuki tahun 2011 dasar pembentukan tim ini kembali diperbaharui melalui Keputusan Gubernur Maluku No. 275 Tahun 2011 tanggal 6 Juni 2011 Tentang Pembentukan Tim Ekonomi Provinsi Maluku Tahun Tugas tim ini antara lain adalah memantau pertumbuhan ekonomi, pengendalian tingkat inflasi serta perkembangan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat dengan ikut melaksanakan operasi pasar bersama instansi terkait di Provinsi Maluku. Struktur Organisasi Tim Ekonomi Provinsi Maluku Tahun 2011 Pembina/Pengarah Gubernur Maluku & Wakil Gubernur Maluku Ketua Sekretaris Daerah Wakil Ketua 1. Asisten Pengembangan Ekonomi, Investasi, Keuangan dan Administrasi Pembangunan 2. Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi dan Keuangan 3. Kepala BAPPEDA Provinsi Maluku Sekretaris Kepala Biro Pengembangan Ekonomi dan Investasi Setda Maluku Anggota 1. Asisten Kesejahteraan Sosial 9. Kepala Dinas Pertanian 2. Pimpinan Bank Indonesia 10. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan 3. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura 11. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4. Kepala Badan Urusan Logistik 12. Kepala Badan Pusat Statistik 5. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 13.Kepala Badan Ketahanan Pangan 6. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan 14. Kepala Badan Penanaman Modal Daerah 7. Kepala Dinas Perhubungan 15.Kepala Biro Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan 8. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM 33

44 Pada dua tahun pertama terbentuknya Tim Ekonomi Maluku, realisasi inflasi Ambon finish pada level 6,48% (y.o.y) pada akhir tahun 2009 dan 8,78% (y.o.y) pada akhir tahun Memang selama periode tersebut Tim Ekonomi Maluku masih mencari bentuk koordinasi dan kerja terbaik dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi. Khusus tahun 2010, pelaksanaan Sail Banda yang merupakan national dan international event membuat inflasi Ambon terbilang cukup tinggi. Memasuki tahun 2011, Tim Ekonomi lebih mempersolid lagi koordinasi melalui sembilan kali rapat teknis dan empat kali High Level Meeting yang menghasilkan tiga paket rekomendasi sebagai dasar aksi di lapangan. Memang tantangan selama tahun 2011 cukup tinggi karena adanya cuaca ekstrem dan konflik sosial yang sempat terjadi pada triwulan II dan triwulan III. Meskipun demikian level inflasi ibu kota Provinsi Maluku ini berhasil ditekan pada bulan Desember Grafik Perkembangan Inflasi Ambon dan Nasional Tahun ,00 Sail Banda Musim hujan Musim panas, musim ikan 12,00 10,00 Konflik Sosial 8,00 6,00 % 4,00 2,00 0,00-2,00-4, ,00 Sumber : BPS (diolah) Inflasi Nasional (y.o.y) Inflasi Ambon (y.o.y) Beberapa strategi yang diyakini mampu mengendalikan inflasi selama tahun 2011 antara lain: Rapat dan pertemuan yang secara langsung membahas rekomendasi, Rencana Tindak Lanjut (RTL), dan evaluasi pelaksanaannya di lapangan. Koordinasi dengan berbagai pihak dan elemen masyarakat untuk lebih meningkatkan kewaspadaan agar ke depan konflik sosial tidak terulang kembali. Pelaksanaan operasi pasar beras ketika harga beras mulai menunjukkan sinyal peningkatan. Pelaksanaan pasar murah untuk masyarakat menjelang hari raya dan setelah konflik sosial dengan bekerja sama dengan distributor utama sembilan bahan pokok. Pembentukan ekspektasi masyarakat bahwa stok kebutuhan pokok aman terutama menjelang hari raya. Pembentukan ekspektasi ini dilakukan melalui siaran di Radio Republik Indonesia dan Konferensi Pers yang diliput oleh media.. 34

45 Peningkatan produksi ikan dan sayur-sayuran melalui penguatan kelompok serta pembentukan sentra (calon klaster) di beberapa titik yaitu Asilulu dan Latuhalat (ikan) serta Keranjang dan Waiheru (sayur-sayuran). Kerjasama dengan pengusaha cold storage ikan untuk melepas 10% dari persediaan ikan ketika harga ikan melonjak di pasar. Rapat intensif dengan pengelola pelabuhan Ambon mengenai kemungkinan penurunan tarif bongkar muat sehingga diharapkan beban konsumen yang terakumulasi di harga dapat berkurang. Rapat dengan pihak maskapai mengenai kemungkinan penurunan harga tiket agar kembali pada harga yang wajar untuk masyarakat. Kerja keras selama tahun 2011 berbuah manis dengan pencapaian inflasi 2,85% (y.o.y) di penghujung tahun. Memang tak dapat dipungkiri beberapa faktor alam seperti musim panas, kondisi cuaca yang kondusif, serta musim ikan sangat membantu peningkatan produksi dan lancarnya distribusi barang pada triwulan IV Namun koordinasi, eksekusi RTL di lapangan, serta kerjasama Tim Ekonomi Maluku dengan berbagai pihak diyakini memberikan kontribusi yang signifikan pada rendahnya level inflasi tahun Memasuki tahun 2012 Tim Ekonomi Maluku akan bekerja lebih solid lagi dengan penetapan target kerja yang lebih spesifik. Pengendalian inflasi yang terukur serta peningkatan pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu mendongkrak tingkat kesejahteraan masyarakat. 35

46 Halaman ini sengaja dikosongkan 36

47 Boks 3 PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DI AMBON Inflasi pada dasarnya terbentuk dari interaksi sisi permintaan dan sisi penawaran sehingga upaya pengendalian inflasi sesungguhnya dapat dilakukan dari kedua sisi tersebut. Selama ini Bank Indonesia sudah aktif melakukan pengendalian inflasi dari sisi permintaan melalui kebijakan moneter. Namun mencermati pergerakan inflasi nasional dan daerah khususnya Ambon yang sangat dipengaruhi oleh sisi penawaran, maka pengendalian inflasi dari sisi penawaran juga penting untuk dilakukan. Harga yang diterima konsumen sangat tergantung dari harga yang ditentukan oleh produsen dan pedagang. Bila ditelusuri lebih jauh, pembentukan harga oleh produsen dan pedagang dipengaruhi oleh struktur pasar dan pola distribusi komoditas yang bersangkutan pada berbagai level pelaku usaha. Beranjak dari situ, maka perlu dilakukan pembedahan terhadap struktur pasar dan pola distribusi untuk melihat mekanisme pembentukan harga dari beberapa komoditas strategis pembentuk inflasi di Ambon. Komoditas strategis dimaksud antara lain komoditas pertanian (beras medium, bawang putih, bawang merah, kangkung, sawi hijau, cabe merah), komoditas peternakan (telur ayam ras, daging ayam ras), komoditas perikanan (ikan cakalang, ikan momar), dan komoditas industri (gula pasir, minyak goreng, roti manis, seng, dan semen). Penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan tema Pemetaan Struktur Pasar dan Pola Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi di Ambon dengan responden 206 pelaku usaha pada triwulan IV-2011 menunjukkan bahwa struktur pasar pada level pedagang besar dan distributor cenderung mengarah pada pasar oligopoli, sedangkan struktur pasar pada level petani, nelayan, grosir, dan pengecer umumnya mengarah pada pasar persaingan sempurna. Dilihat dari daerah asal komoditas, ternyata untuk komoditas yang berasal dari Ambon (kangkung, sawi hijau, ikan cakalang, dan ikan momar), kompetisi yang terjadi cenderung mengarah pada pasar persaingan sempurna pada setiap level pelaku usaha. Hanya roti manis saja yang memiliki struktur pasar oligopoli pada level produsen. Di sisi lain, komoditas yang dihasilkan dari luar Ambon (beras medium, bawang putih, bawang merah, cabe merah, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, seng, dan semen) memiliki struktur 37

48 pasar oligopoli pada level pedagang besar/distributor dan pasar persaingan sempurna pada pada level grosir/pengecer. Tabel Hasil Survei Pemetaan Struktur Pasar Level/Komoditas Struktur Pasar Pelaku Usaha Pedagang Besar dan Distributor Pasar Oligopoli Petani, Nelayan, Grosir dan Pengecer Pasar Persaingan Sempurna Komoditas Asli Maluku Kangkung, Sawi Hijau, Ikan Cakalang, dan Ikan Momar Pasar Persaingan Sempurna Roti Manis Pasar Oligopoli Komoditas dari Luar Maluku Pedagang besar/distributor Grosir/pengecer Beras medium, bawang putih, bawang merah, cabe merah, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, seng, dan semen Beras medium, bawang putih, bawang merah, cabe merah, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, seng, dan semen Pasar Oligopoli Pasar Persaingan Sempurna Sumber: Hasil survei BI Ambon, 2011 Ketika ditanya mengenai kendala distribusi, sebagian besar pelaku usaha menyatakan bahwa cuaca buruk menjadi kendala distribusi utama. Komoditas yang tidak diproduksi di Maluku pada umumnya didatangkan dari Jawa Timur atau Sulawesi Selatan melalui kapal laut, sedangkan komoditas yang diproduksi di wilayah Maluku (Pulau Buru dan Pulau Seram) pada umumnya didatangkan melalui kapal fery. Saat cuaca memburuk dan laut tidak bersahabat untuk kegiatan pelayaran, maka arus barang menuju Ambon terhambat. Terkait dengan harga dan marjin, hasil survei membuktikan ternyata harga komoditas pertanian dan perikanan cenderung fluktuatif tergantung pada musim dan besarnya pasokan sehingga marjin komoditas pertanian dan perikanan cenderung tinggi. Sangat kontras dengan harga komoditas peternakan dan industri cenderung yang relatif stabil dengan marjin yang cenderung kecil terkait dengan kemampuan produsen peternakan dan industri menjaga kestabilan pasokan. 38

49 Mencermati pemain utama atau pihak yang memiliki kemampuan mempengaruhi harga, maka untuk komoditas yang berasal dari luar Ambon ternyata pedagang besar dan distributor memiliki kemampuan mempengaruhi harga. Pada sisi lain, untuk komoditas yang berasal dari wilayah Ambon, pihak yang mampu mempengaruhi harga adalah pengumpul/tengkulak. Hal yang juga menarik adalah menyangkut strategi penetapan harga. Pada level pedagang besar dan grosir, strategi penetapan harga yang umum dipakai adalah biaya ditambah marjin. Sedangkan strategi penetapan harga pada level produsen dan pengecer pada umumnya mengikuti harga pasar tertinggi atau harga pesaing. Beberapa rekomendasi yang diajukan sebagai solusi untuk mengarahkan struktur pasar agar lebih kompetitif dan distribusi barang komoditas semakin lancar dengan tujuan agar harga tidak terlalu tinggi ketika sampai di tangan konsumen antara lain: Membuat pasar induk untuk komoditas pertanian sehingga petani dapat menjual langsung komoditas kepada konsumen Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi dan pelaksanaan program terpadu Trans Maluku sebagai sarana penghubung antar pulau di wilayah Maluku sehingga arus perdagangan dapat mengalir dengan baik. Pengembangan klaster cakalang, momar, cabe merah, kangkung, sawi hijau, dan beras medium untuk meningkatkan produksi dan pasokan. Mengadakan kerjasama dengan sentra komoditas yang didatangkan dari luar Maluku seperti bawang merah, bawang putih, telur ayam, dan daging ayam. Hal ini ditujukan untuk menjamin kelancaran pasokan dan kestabilan harga perolehan. Memfasilitasi berdirinya usaha dagang terutama untuk komoditas strategis penyumbang inflasi sehingga pasar mengarah pada persaingan sempurna. Membangun sistem harga komoditas di media cetak dan elektronik lokal dengan tujuan informasi harga yang sempurna bagi seluruh pihak. Diversifikasi dan edukasi gizi pangan alternatif untuk mengurangi permintaan komoditas beras medium, ikan cakalang, dan ikan momar. Pelaksanaan rekomendasi tersebut dapat disinergikan dengan program kerja Pemerintah Daerah melalui Tim Ekonomi Maluku dalam rangka mewujudkan kestabilan harga yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 39

50 Halaman ini sengaja dikosongkan 40

51 BAB III PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankan Provinsi Maluku pada triwulan IV-2011 menunjukkan peningkatan positif yang tercermin dari peningkatan aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit. Aset perbankan daerah di Maluku mencapai Rp9,92 triliun atau mengalami peningkatan 32,80% (y.o.y) pada triwulan laporan. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga turut meningkat mencapai Rp7,18 triliun atau tumbuh sebesar 24,73% (y.o.y). Sedangkan Kredit mencapai angka Rp4,96 triliun dengan pertumbuhan 23,42% (y.o.y). Loan to Deposit Ratio (LDR) hingga level 69,16%. Sementara itu Non Performing Loan (NPL) tetap terjaga rendah sebesar 2,64%. Dari sisi kelembagaan, terdapat penambahan satu bank swasta nasional di Maluku dan sepuluh jaringan kantor bank swasta nasional dan bank pemerintah pada triwulan laporan. 3.1 Struktur Perbankan Daerah di Maluku Grafik III.1 Struktur Perbankan Daerah Maluku Bank Swasta 23,44% BPR 5,24% Struktur perbankan daerah Maluku pada triwulan IV-2011 dikuasai oleh bank pemerintah di urutan teratas (71,32%), diikuti oleh bank swasta (23,44%), dan Bank Perkreditan Rakyat (5,24%). Industri perbankan Maluku masih didominasi oleh bank pemerintah yang Bank Pemerintah 71,32% memiliki keunggulan modal dan jaringan Sumber : Bank Indonesia kantor. Bank pemerintah sudah sejak lama hadir di Maluku sehingga memiliki akumulasi aset yang besar selaras dengan ekspansi yang menjangkau hampir seluruh wilayah kepulauan Maluku. Sedangkan bank swasta dan BPR terkonsentrasi pada Kota Ambon dan Kota Tual dengan jaringan kantor yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan bank pemerintah. 3.2 Aset Perbankan Daerah Maluku Aset perbankan daerah di Maluku mencapai Rp9,92 triliun pada triwulan IV Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tahunan aset perbankan Maluku mengalami peningkatan dari 26,69% (y.o.y) pada triwulan III-2011 menjadi 32,80% (y.o.y) pada triwulan laporan. 41

52 Grafik III.2 Perkembangan Aset Perbankan Maluku Grafik III.3 Struktur Aset per Wilayah Kerja % % 25% 20% 15% 10% Maluku Tengah 9,47% Maluku Tenggara 11,67% % 0 III IV I II III IV I II III IV 0% Aset (Rp miliar) Pertumbuhan (y.o.y)-sumbu kanan Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Ambon 78,86% Berdasarkan wilayah kerjanya, aset perbankan didominasi oleh wilayah Ambon dengan pangsa sebesar 78,86%, disusul oleh wilayah Maluku Tenggara sebesar 11,67%, dan Maluku Tengah sebesar 9,47%. Pangsa aset di Ambon adalah yang terbesar karena sebagian besar kantor pusat dan kantor cabang bank berlokasi ibu kota provinsi Maluku ini. Namun, perlahan tapi pasti pangsa aset di wilayah lain terus mengalami peningkatan terutama di Maluku Tenggara. 3.3 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Grafik III.4 Pertumbuhan DPK Perbankan (DPK) perbankan Maluku menunjukkan Maluku kinerja cukup baik. Pada triwulan laporan, % DPK mencapai Rp7,18 triliun atau tumbuh % % sebesar 24,73% (y.o.y), lebih tinggi % dibandingkan triwulan sebelumnya yang % % mencatat pertumbuhan sebesar 19,84% - 0% (y.o.y). Jika dirinci lebih jauh maka tabungan III IV I II III IV I II III IV memiliki pertumbuhan tertinggi pada triwulan DPK (Rp miliar) Pertumbuhan (y.o.y)-sumbu kanan laporan yaitu sebesar 30,13% (y.o.y), disusul Sumber : Bank Indonesia oleh giro sebesar 27,34% (y.o.y), dan deposito sebesar 13,96% (y.o.y). Sedangkan jika dilihat menurut jenis bank maka pertumbuhan penghimpunan DPK pada triwulan IV-2011 terutama disumbang oleh pertumbuhan BPR sebesar 140,22% (y.o.y), bank swasta sebesar 30,38% (y.o.y), dan bank pemerintah sebesar 19,72% (y.o.y). 42

53 Grafik III.5 Pangsa DPK Menurut Jenis Penambahan jaringan kantor pada Simpanan triwulan laporan yang diiringi dengan penggalangan dana oleh perbankan melalui produk-produk giro, tabungan, dan deposito Deposito Giro 27,76% 17,91% membuat memberikan kontribusi yang nyata pada pertumbuhan penghimpunan DPK. Selain itu, terkait dengan makin majunya teknologi informasi membuat masyarakat sangat membutuhkan jasa perbankan untuk Tabungan Sumber : Bank Indonesia 54,33% bertransaksi seperti transfer uang melalui ATM, internet banking, dan SMS banking. Hal ini diduga juga menjadi penyebab pesatnya pertumbuhan kegiatan penghimpunan DPK. Karena untuk dapat menggunakan jasa tersebut, seseorang wajib memiliki rekening bank. Menurut jenis simpanan, tabungan masih menyumbang pangsa terbesar terhadap total DPK perbankan Maluku dengan 54,33%, disusul oleh deposito sebesar 27,76%, dan giro sebesar 17,91%. Dari struktur ini terlihat bahwa preferensi masyarakat menyimpan dana di perbankan adalah likuiditas, profitabilitas, dan transaksi bisnis Grafik III.6 Pergerakan Suku Bunga DPK BI rate Giro Tabungan Deposito BI-rate di penghujung tahun 2011 berada pada level 6,00%. Selama tahun 2011, BIrate sudah dua kali mengalami penurunan yaitu dari 6,75% menjadi 6,5% pada bulan Oktober kemudian menjadi 6,00% pada bulan November. Hal ini menyebabkan tingkat suku bunga rata-rata perbankan bergerak juga mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, suku bunga deposito sebesar 6,78% per tahun, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,96% per tahun. Sedangkan suku bunga giro mengalami penurunan dari 2,39% per tahun pada triwulan sebelumnya menjadi 2,17% per tahun pada triwulan laporan. Sementara itu, suku bunga tabungan mengalami penurunan yaitu dari 2,45% per tahun pada triwulan III-2011 menjadi 2,35% per tahun pada triwulan IV

54 Grafik III.7 Pangsa DPK Menurut Deposan Sampai dengan triwulan laporan, pangsa DPK milik perorangan masih Perusahaan Swasta 5,35% Pemerintah Pusat 1,41% Lainnya 7,10% mendominasi sebesar 70,13%, pemerintah daerah sebesar 16,01%, perusahaan swasta sebesar 5,35%, pemerintah pusat sebesar Pemerintah Daerah 16,01% Sumber : Bank Indonesia Perorangan 70,13% 1,41%, dan lainnya sebanyak 7,10%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat (perorangan) masih merupakan sumber DPK utama bagi perbankan. 3.4 Penyaluran Kredit Perbankan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Kinerja positif di sisi penghimpunan dana juga diikuti oleh sisi penyaluran kredit. Grafik III.8 Pertumbuhan Kredit Jenis Penggunaan Tercatat perbankan Maluku menyalurkan kredit sebesar Rp4,96 triliun pada triwulan IV Kredit produktif seperti kredit investasi dan kredit modal kerja mencatatkan pertumbuhan positif. Kredit investasi tercatat 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% III IV I II III IV I II III IV tumbuh sebesar 63,75% (y.o.y), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang Sumber : Bank Indonesia Modal Kerja Investasi Konsumsi tumbuh sebesar 78,65% (y.o.y). Seiring dengan itu, kredit modal kerja juga tumbuh sebesar 19,01% (y.o.y), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 30,34% (y.o.y). Sedangkan kredit konsumsi tumbuh sebesar 19,97% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yakni sebesar 17,80% (y.o.y). Pertumbuhan kredit konsumsi yang tinggi disebabkan masyarakat membutuhkan dana dalam menyongsong Natal dan Tahun Baru. Sedangkan pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja masih cukup baik kendati sedikit melambat. Hal ini masih memberikan sinyal positif bahwa usaha produktif tetap tumbuh menjelang akhir tahun. 44

55 Grafik III.9 Pergerakan Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan Grafik III.10 Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan Modal Kerja 30,83% Konsumsi Modal Kerja Investasi Konsumsi 57,81% Sumber : Bank Indonesia Investasi 11,36% Suku bunga kredit modal kerja pada triwulan laporan tercatat pada level 14,40% per tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,36% per tahun. Hal ini juga diikuti suku bunga kredit konsumsi yang meningkat menjadi 14,91% per tahun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,82% per tahun. Sedangkan suku bunga kredit investasi pada triwulan IV-2011 bertengger di level 16,93% per tahun, relatif lebih rendah dibandingkan triwulan III-2011 yang sebesar 17,12% per tahun. Permintaan kredit konsumsi dan modal kerja yang cukup tinggi tinggi di akhir tahun sedikit mengerek ke atas suku bunga kredit konsumsi dan modal kerja kredit. Sedangkan suku bunga kredit investrasi relatif menurun karena di akhir tahun permintaan kredit investasi relatif berkurang. Ke depan diharapkan suku bunga kredit produktif (modal kerja dan investasi) dapat kembali turun sehingga mendukung sektor riil untuk tumbuh lebih cepat. Meskipun demikian, secara umum suku bunga kredit telah mengalami penyesuaian selama tahun Program pengumuman Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) sejak triwulan I-2011 mampu membuat adanya tren menurun pada suku bunga.(grafik III. 9). Dari sisi pangsa maka kredit konsumsi masih memiliki pangsa terbesar yaitu 57,81% atau senilai Rp2,87 triliun, diikuti oleh kredit modal kerja yang mencapai 30,83% atau senilai Rp1,53 triliun, dan kredit investasi 11,36% setara dengan Rp564 miliar Penyaluran Kredit Menurut Plafon Berdasarkan besarnya plafon kredit, penyaluran kredit kecil (plafon Rp juta) mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 61,20% (y.o.y) dengan baki debet sebesar Rp2,40 triliun. Sejalan dengan itu, kredit mikro (plafon<rp50 juta) membukukan pertumbuhan 5,75% (y.o.y) dengan baki debet Rp1,46 triliun. Sementara itu, kredit besar mengalami pertumbuhan 28,65% (y.o.y) dengan baki debet sebesar Rp427 miliar. Sedangkan kredit menengah (plafon Rp500 juta Rp5 miliar) tumbuh -18,01,% (y.o.y) dengan baki debet Rp666 miliar. 45

56 Pertumbuhan kredit kecil yang cukup tinggi tersebut terkait dengan perkembangan usaha skala kecil yang gencar di Maluku seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. Selain itu, disinyalir terdapat pergeseran preferensi kredit sehubungan dengan modal minimal untuk membuka usaha yang makin membesar dan banyaknya kredit mikro yang naik kelas menjadi kredit kecil. Grafik III.11 Pertumbuhan Kredit Menurut Plafon Grafik III.12 Pangsa Kredit Menurut Plafon 350% 300% 250% 200% 150% 100% Menengah 13,41% Besar 8,61% Mikro 29,53% 50% 0% -50% III IV I II III IV I II III IV -100% Sumber : Bank Indonesia Mikro Kecil Menengah Besar Kecil 48,45% Sumber : Bank Indonesia Struktur kredit menurut plafon menunjukkan bahwa pangsa kredit kecil tercatat 48,45%, diikuti oleh kredit mikro sebesar 29,53%, kredit menengah sebesar 13,41%, dan kredit besar sebesar 8,61%. Terlihat bahwa sebagian besar penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kecil dan kredit mikro. Tetapi jika melihat tren struktur kredit maka terdapat indikasi peningkatan pangsa kredit kecil dan penyusutan pangsa kredit mikro Grafik III.13 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 50 0 Plafon (Rp miliar) Debitur (ribu orang)-sumbu kanan NPL (%)-sumbu kanan III IV I II III IV I II III IV Sampai dengan triwulan laporan, realisasi KUR mencapai Rp429,31 miliar yang disalurkan kepada debitur. Secara nominal, KUR tumbuh sebesar 87,64% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan (y.o.y) pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 130,02% Beberapa faktor pendukung Sumber : Bank Indonesia pencapaian realisasi tersebut adalah penyaluran KUR linkage melalui koperasi kepada debitur, program edukasi yang dilakukan oleh perbankan dan dinas, serta peningkatan kesadaran UMKM untuk melakukan ekspansi dengan menambah modal usaha. 46

57 3.4.3 Loan to Deposit Ratio (LDR) Kinerja penyaluran kredit perbankan Maluku tercermin dalam angka Loan to Deposit Ratio (LDR) yang pada triwulan IV mencapai 69,16%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 73,33%. Pada triwulan keempat tahun 2011, pertumbuhan DPK melebih pertumbuhan kredit terkait dengan perluasan jaringan kantor perbankan yang lebih gencar dalam kegiatan pengumpulan DPK. Fungsi Grafik III.14 Loan to Deposit Ratio 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia L D R intermediasi perbankan daerah diperkirakan akan kembali meningkat pada awal tahun 2012 dengan semakin gencarnya perbankan menyalurkan kredit sehingga LDR akan naik di atas 70% Non Performing Loans (NPLs) Grafik III.15 Non Performing Loan Kualitas kredit di perbankan Maluku menunjukkan perkembangan yang dinamis ,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% Secara nominal, NPL s perbankan Maluku mencapai Rp131,28 miliar pada triwulan laporan, sedikit menurun dibandingkan posisi ,00% 0,50% triwulan sebelumnya yang sebesar Rp132,78 - III IV I II III IV I II III IV 0,00% miliar Nominal NPL (Rp miliar) NPL Sumber : Bank Indonesia Sedangkan dari sudut pandang persentase, NPLs pada triwulan laporan mencapai 2,64%, mengalami sedikit perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,78%. Walaupun demikian, secara umum level NPLs masih di bawah batas toleransi Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. 47

58 Halaman ini sengaja dikosongkan 48

59 BAB IV SISTEM PEMBAYARAN Sebagai perwujudan dari salah satu tugas pokok Bank Sentral yaitu mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, maka Kantor Bank Indonesia (KBI) Ambon menyelenggarakan kegiatan Sistem Pembayaran (SP) baik tunai maupun non tunai. SP tunai tercermin dari aktivitas inflow dan outflow melalui kas Bank Indonesia Ambon, sedangkan SP non tunai tercermin dari aktivitas kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS). Pada triwulan IV-2011, aktivitas SP Tunai berada pada posisi net outflow, sedangkan SP Non Tunai tercatat mengalami net Incoming. 4.1 Sistem Pembayaran Tunai Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran tunai, BI Ambon menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang memadai, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas uang untuk transaksi kas secara aman, cepat dan lancar. Kegiatan operasional kas bertujuan memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholders meliputi setoran, bayaran dan penukaran yang dilakukan setiap hari kerja. Untuk mendukung hal tersebut, BI Ambon melaksanakan kas keliling, remise, Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), dan kegiatan pengenalan ciri-ciri keaslian uang rupiah dilaksanakan sesuai jadwal kegiatan yang telah ditetapkan. 1,100, , , ,000 Rp Juta 100,000 Grafik IV.1 Perputaran Uang Kartal q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 400, ,000 1,000,000 Inflow Outflow Net Inflow (+) Net Outflow ( ) Sumber : Bank Indonesia Sebagai upaya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai cara memperlakukan rupiah secara baik dan benar, prosedur penukaran uang rusak, dan metode identifikasi ciri-ciri keaslian uang rupiah secara sederhana, BI Ambon secara rutin melakukan sosialisasi kepada stakeholders yang dilakukan bersama-sama dengan kegiatan sosialisasi tugas-tugas pokok bank sentral. Aliran uang kartal di kas KBI Ambon sepanjang triwulan IV-2011 berada dalam kondisi net outflow yang berarti aliran uang kartal keluar (outflow) lebih besar dari uang kartal masuk (inflow). 49

60 Terjadinya net outflow sebesar Rp836,88 miliar pada triwulan laporan disebabkan peningkatan aktivitas perekonomian regional sehubungan dengan Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan menjelang momen Pilkada Kabupaen Maluku Tengah Inflow (Uang Masuk) Jumlah inflow ke Bank Indonesia Ambon selama triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp188,88 miliar, menurun 56,33% (q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp432,56 miliar. Penurunan ini terkait dengan menurunnya aktivitas jumlah setoran perbankan Outflow (Uang Keluar) Sesuai dengan siklus yang terjadi, jumlah outflow dari Bank Indonesia Ambon selama triwulan IV-2011 tercatat sebesar Rp1,026 triliun, meningkat sebesar 51,01% (q.t.q) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp679,25 miliar. Peningkatan outflow ini disebabkan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Buru, Natal, dan Tahun Baru yang membuat masyarakat membutuhkan uang kartal lebih banyak untuk bertransaksi Persediaan Kas Posisi persediaan Kas Bank Indonesia Ambon pada akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp131,79 miliar, menurun 75,77% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan persediaan kas ini terkait dengan outflow yang jauh lebih besar daripada inflow PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) Dari Jumlah uang masuk ke Bank Indonesia Ambon (inflow) pada triwulan IV-2011, sebesar Rp188,88 miliar yang diklasifikasikan sebagai uang tidak layak edar dan diberi tanda tidak berharga sebesar Rp165,03 miliar, menurun 21,28% dibanding triwulan sebelumnya. Pangsa PTTB terhadap inflow triwulan laporan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terkait dengan peningkatan jumlah uang yang sudah tidak layak edar sehingga harus dimusnahkan kemudian diganti dengan uang layak edar yang baru. Hal ini dilakukan untuk mendukung prinsip clean money policy Uang Palsu Mengenai uang palsu, pada triwulan laporan ditemukan 10 lembar uang palsu pecahan Rp50.000,00 yang diterima BI dari masyarakat maupun perbankan. Momentum Pilkada dan hari raya dimanfaatkan oleh berbagai oknum untuk mengedarkan uang palsu di Maluku. Ke 50

61 depan, BI akan terus meningkatkan sosialisasi ciri-ciri keaslian rupiah sehingga masyarakat cepat tanggap terhadap uang palsu yang diedarkan oknum tertentu Kegiatan Lainnya Kegiatan yang termasuk dalam sistem pembayaran tunai lainnya antara lain penkaran uang oleh masyarakat di kantor BI Ambon dan melaluikas keliling. Jumlah penukaran yang dilakukan di kantor BI Ambon oleh masyarakat pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp12,35 miliar, meningkat 1,23% (q.t.q) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp12,20 miliar. Kas Keliling selama triwulan laporan dilakukan sebanyak tujuh kali dengan rincian empat kali di luar kota dan tiga kali di dalam kota Ambon dengan total rupiah yang ditukarkan oleh masyarakat sebesar Rp2,66 miliar, menurun 5,67% (q.t.q) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,82 miliar. Hal ini mengindikasikan perbankan Maluku membutuhkan dana segar pada triwulan laporan untuk memenuhi kebutuhan transaksi masyarakat. 4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai Kegiatan Kliring Pada triwulan laporan, pertukaran warkat kliring yang diikuti oleh 17 bank peserta termasuk Bank Indonesia, mencatat nominal sebesar Rp1,27 triliun dengan jumlah warkat mencapai sebanyak lembar. Secara harian, jumlah nominal perputaran kliring tercatat sebesar Rp57,85 miliar, meningkat 8,59% (q.t.q) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp53,28 miliar. Rata-rata penolakan warkat cek/bilyet giro kosong tercatat pada triwulan laporan sebesar 0,60%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,69%. Penurunan jumlah penolakan warkat kliring disebabkan perbankan aktif memberikan GrafikIV.2 Perputaran Kliring 1, , , , , , q2 q3 q4 q1 q2 q3 q4 q1 q2 q3 q Nominal (miliar rupiah) Warkat Kliring (ribuan) pemahaman kepada masyarakat untuk memahami penggunaan warkat dengan benar

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 2012 Kelompok Kajian Statistik dan Survei KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN IV 2012 Unit Kajian, Statistik, dan Survei KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 2011 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON

PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV 2008 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 54/08/35/Th. XI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan II Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,97 persen Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

BERITA RESMISTATISTIK

BERITA RESMISTATISTIK BERITA RESMISTATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 72/11/52/Th. VII, 6 November-2013 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN III-2013 PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2013 a. Dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci