I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah"

Transkripsi

1 KABUPATEN SUMENEP Pulau Kangean I. KONDISI UMUM A. Luas dan Baas Wilayah Kabupaen Sumenep merupakan salah sau dari 4 (empa) Kabupaen yang ada di Pulau Madura Provinsi Jawa Timur yang erleak dianara Bujur Timur dan Linan Selaan dengan luas wilayah 2.093,458 Km2, yang erbagi dalam 27 Kecamaan, 328 Desa dan 4 Kelurahan dengan jumlah pulau sebanyak 126 pulau yaiu 48 pulau berpenghuni dan 78 pulau idak berpenghuni. Baas wilayah adminisrasi Pemerinahan Kabupaen Sumenep adalah sebagai beriku : - Sebelah Uara : berbaasan dengan Lau Jawa - Sebelah Selaan : berbaasan dengan Sela Madura - Sebelah Timur : berbaasan dengan Lau Jawa/Lau Flores - Sebelah Bara : berbaasan dengan Kabupaen Pamekasan Poensi Produk Unggulan Timur Poensi dandan Produk Unggulan JawaJawa Timur 01

2 B. Leak dan Kondisi Geografis Secara goegrafi s Kabupaen Sumenep yang erleak diujung imur Pulau Madura erbagi dalam 2 (dua) wilayah yaiu Wilayah Daraan dan Kepulauan ; - Wilayah Daraan dengan luas 1.146,927 Km2 (54,79%) erbagai aas 18 Kecamaan - Wilayah kepulauan dengan luas 946,531 Km2 (45,21%) erbagi aas 9 Kecamaan Berdasarkan gugusan pulau-pulau yang ada di Kabupaen Sumenep, pulau erjauh/paling uara adalah pulau Karamian Kecamaan Masalembu, dengan jarak empuk lebih kurang 151 mil dari Pelabuhan Kaliange yang lebih deka dengan Pulau Kalimanan. Sedangkan pulau yang paling imur adalah pulau Sakala Kecamaan Sapeken dengan jarak empuh lebih kurang 165 mil dari pelabuhan Kaliange yang lebih deka dengan Pulau Sulawesi. C. Topografi Kondisi opografi di Kabupaen Sumenep dapa diliha dari keinggian dan kemiringan lahan. Kemiringan lahan merupakan salah sau fakor pening yang perlu diliha dalam aspek opografi, karena beberapa perunukan lahan memerlukan persyaraan kemiringan lahan. Kabupaen Sumenep secara umum berada pada keinggian anara meer diaas permukaan lau. Sedangkan sebagian lagi berada pada keinggian anara meer diaas permukaan lau, sehingga keinggian lahan di Kabupaen Sumenep dapa dikaagorikan menjadi 2 bagian, yaiu : a. Wilayah dengan keinggian meer dpl seluas ,40 Ha aau mencapai luasan sekiar 99,72% dari seluruh luas wilayah Kabupaen Sumenep b. Wilayah yang memiliki keinggian meer dpl mencapai luasan 578,42 Ha aau sekiar 0,28% dari seluruh luas wilayah Kabupaen Sumenep. Selain keinggian, kondisi opografi juga dapa diliha dari kemiringan lahan luas wilayah Kabupaen Sumenep dengan luas sekiar 2.093,458 Km2, memiliki ingka kemiringan lahan yang bervariasi anara lain : a. Wilayah yang memiliki kemiringan anara 0-30% luasnya sekiar 1.613,29 Ha aau 77,51% b. Wilayah yang memiliki kemiringan anara 30-60% luasnya sekiar 437,39 Ha aau 21,02%, kawasan ini dapa dijumpai pada kawasan perbukian c. Sedangkan luas wilayah yang memiliki kemiringan > 60% berupa area pegunungan dengan luasan sekiar 30,75 Ha aau 1,48% D. Geologi Srukur anah yang ada di Kabupaen Sumenep sebagian besar erdiri dari jenis anah alluvial, medieran, grumosol dan regosol. Sedang ciri fi sik anah di Kabupaen Sumenep dapa di golongkan sebagai beriku : a. Jenis anah Alluvial Hodromorff, erdapa di Kecamaan Saronggi dan Baang-baang 02 Poensi dan Produk k Unggulan n gu l n Jawa Timur i u

3 b. Jenis anah Alluvial kelabu kekuningan, erdapa di Kecamaan Koa Sumenep dan Saronggi c. Jenis anah Liosol, erdapa di Kecamaan Guluk-guluk dan Leneng d. Jenis anah Assosiasi Liosol dan Medierian, erdapa di Kecamaan Bluo, Saronggi dan Talango e. Jenis anah Regusol cokla kekuningan, erdapa di Kecamaan Giligening dan Gapura f. Jenis Tanah Complek Brows Fores Liosol dan Medierian, erdapa di Kecamaan Pragaan, Ganding, Guluk-guluk, Saronggi dan Ambunen g. Jenis anah Grumosol kelabu, erdapa di Kecamaan Ganding dan Kaliange h. Jenis anah Complek Medierian Grumosol, Regusol dan Liosol, erdapa di Kecamaan Baupuih dan Gapura E. Hidrologi Air merupakan kebuuhan dasar dalam kehidupan, maka sumber air, sungai danau dan lainnya harus dapa dilesarikan karena dapa memberikan manfaa unuk keersediaan air minum dan air bersih sera dapa dipergunakan pada sisem irigasi/persawahan. Penyediaan air bersih dapa dilakukan melalui pembuaan sumur-sumur baik sumur gali maupun sumur pompa. Pembuaan sumur dapa dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki poensi air bawah anah yang dangkal sehingga biaya pembuaannya idak erlalu mahal dan erjangkau oleh kalangan masyaraka bawah. Namun kedepan sisem penyediaan air bersih dengan cara pembuaan sumur gali maupun pompa di Kabupaen Sumenep khususnya di wilayah perkoaan diharapkan dapa berkurang melalui pengembangan jaringan perpipaan PDAM, hal ini dimaksudkan unuk memperbaiki kualias air permukaan sekaligus memperbaiki kualias lingkungan di wilayah Perkoaan. Di Kabupaen Sumenep erdapa 14 (empa belas) waduk/bendungan/dam yang ersebar di beberapa kecamaan yang dapa dipergunakan unuk pengendali air, irigasi, dan perikanan. F. Klimaologi Berdasarkan daa dari BMKG, keadaan Kabupaen Sumenep umumnya beriklim panas dengan penyinaran maahari raa-raa dalam sebulan yaiu 73,56 %. Penyinaran maahari eringgi erjadi pada bulan Juli sebesar 99,72 %, dan penyinaran maahari erendah pada bulan Januari 2011 sebesar 42,98 %. Suhu udara maksimal pada ahun 2011 erjadi pada bulan Okober sebesar 33,3 0C, suhu udara erendah erjadi pada bulan Juni dan Juli 2011 sebesar 24,5 0C. Suhu raa-raa per bulan dalam sau ahun adalah sebesar 27,7 0C, dan raa-raa penguapan sebesar 4,3 mm/bulan. Penguapan eringgi erjadi pada bulan Sepember 2011 sebesar 6,1 mm dan penguapan erendah erjadi pada bulan Januari, April dan bulan Mei 2011 sebesar 6,1 mm. Kecepaan angin eringgi pada ahun 2011 erjadi pada bulan April sebesar 6 Kno. Arah angin pada umumnya lebih dominan 50 % berasal dari arah Timur erjadi pada bulan Mei s/d Okober 2011, sedangkan sisanya berasal dari Calm sebesar 33,33 % erjadi pada bulan Mare s/d Mei dan Sepember 2011 dan arah lau 16,67 % erjadi pada bulan Pebruari dan Sepember Keadaan cuaca dalam seahun di Kabupaen Sumenep pada ahun 2011 dipengaruhi oleh emperaur, kelembaban dan ekanan udara. Raa-raa emperaur maximum di Kabupaen Sumenep dalam seahun sebesar 31,5 0 C/bulan, sedangkan emperaur minimum raa-raa sebesar 25,0 0C/bulan. Kelembaban udara maximum pada ahun 2011 raa-raa 91 %/bulan. Sedangkan kelembaban udara minimum raa-raa sebesar 77 % /bulan. Tekanan udara maximum raa-raa dalam sau ahun sebesar 10008,2 mbs/bulan. Suhu udara maximum raa-raa erendah sebesar 31,5 0C, dan suhu udara minimum raa-raa sebesar 25,0 0C/bulan. Raa-raa curah hujan berdasarkan daa dari Sasiun Meeorologi dan Geofi sika Kaliange sebesar 103, 2 mm. Curah hujan erendah erjadi bulan Mei s/d Okober 2011 bahkan idak ada sama sekali. Dengan demikian seiap ahun hampir semua daerah Kabupaen sumenep mengalami musim kering yang agak panjang dari daerah lain. Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur 03

4 G. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaen Sumenep berdasarkan hasil evaluasi ernyaa pemanfaaan lahan peranian mengalami penurunan jika dibandingkan dengan sau dekade sebelumnya. Hal ini dapa diliha dari luas areal dan produksi hasil peranian sera sekor lainnya yang mengalami penurunan. Luas Areal Tanah dan Penggunaan LahanDi Kabupaen Sumenep No. Penggunaan Luas( Ha ) 1. Irigasi Teknis Semi Teknis Sederhana Irigasi Desa Tadah Hujan Pekarangan Tegal Perkebunan Ladang Padang Rumpu Semenara idak digunakan Huan Rakya Huan Negara Rawa-rawa Tambak Kolam 6 Jumlah II. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH Analisis geologi aa lingkungan erhadap poensi pengembangan suau wilayah merupakan hal yang pening dalam kaiannya dengan arahan pengembangan wilayah suau daerah guna mencipakan keserasian dan keseimbangan srukur wilayah karena perkembangan di kawasan perkoaan yang cukup pesa akan mendorong perkembangan mega urban di pusa koa. Penaaan dengan membenuk pusa perumbuhan di masing-masing wilayah 04 pengembangan akan memperbesar dampak perumbuhan di seiap wilayah pengembangan dengan pola nework sysem. Unuk mempercepa pengembangan wilayah di Kabupaen Sumenep dibagi dalam 9 (sembilan) sub Sauan Wilayah Pengembangan, yaiu : Tabel : 4 Pusa Sub Sisem Wilayah Pengembangan Kabupaen Sumenep Wilayah Pengembangan Pusa SSWP Fungsi Pelayana SSWP SSWP I Priorias Arahan Pengembangan Sumenep Sumenep Kawasan Pemerinahan, Indusri kecil dan penggaraman, perdagangan dan jasa, kesehaan, pendidikan, perdagan- Gapura pendidikan, rekreasi gan dan jasa, peranian, Saronggi Bauan dan olahraga, kesenian dan pariwisaa religi dan budaya, budaya, Pelayanan Umum, perhubungan / sisem ransporasi. Pusa ransporasi dara, lau dan udara, indusry kecil dan penggaraman, SSWP II Rubaru Rubaru Pemerinahan kecamaan, Peranian komodii unggulan peranian, perkebunan, (embakau dan jagung), Ganding peernakan, koleksi disribusi perkebunan dan peernakan. barang dan jasa, senra Guluk-guluk embakau dan jagung, pendidikan, kesehaan, perdagangan SSWP III Pasongsongan Ambunen Dasuk SSWP IV Pasongsongan Baang-baang B a a n g - baang Dungkek Baupuih SSWP V Pemerinahan skala kecamaan, peranian, perkebunan, perikanan, kawasan agropolian, pendidikan, kesehaan, perdagangan lokal. Pemerinahan kecamaan, peranian, perkebunan, perikanan dan pariwisaa, koleksi disribusi barang dan jasa, pendidikanm, kesehaan, perdagangan dan jasa, pariwisaa. Peranian / Agropolian, perikanan dan perkebunan. Peranian, Perkebunan, Perikanan, Indusri kecil dan Pariwisaa bahari. Kaliange Kaliange Pemerinahan kecamaan, Peranian, perkebunan, peranian, perkebunan, perikanan, indusri kecil, Talago perikanan dan pariwisaa, pariwisaa bahari. koleksi dan disribusi barang dan jasa, pendidikan, kesehaan, perdagangan lokal, pariwisaa. SSWP VI Bluo Bluo Pemerinahan kecamaan, Peranian, perikanan, peranian, perkebunan, perikanan, koleksi dan disribusi pendidikan. perkebunan, indusri kecil, Giligening barang dan jasa, pendidikan, Pragaan kesehaan, perdagangan, indusri kecil. SSWP VII Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur

5 Arjasa Arjasa Pemerinahan skala kecamaan, Peranian anaman pangan, peranian, perikanan, perikanan lau, perkebunan, Sapeken perambangan, koleksi-disribusi pariwisaa, perambangan Kangayan SSWP VIII barang dan jasa, pen- dan perhubungan lau. didikan, kesehaan, perdagangan dan jasa, pariwisaa, perhubungan lau. Gayam Gayam Pemerinahan skala kecamaan, Perikanan, indusri kecil, perkebunan, peer- perkebunan, peernakan, Nonggunong nakan, perikanan, indusri perhubungan lau. kecil, koleksi-disribusi barang Ra as dan jasa, pendidikan, kesehaan, perdagangan, pariwisaa, perhubungan lau. SSWP IX Masalembu Masalembu Pemerinahan skala kecamaan, peranian, perikanan, pendidikan, kesehaan, perdagangan dan jasa skala lokal. Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur Peranian, perikanan lau, perhubungan lau. III. WILAYAH RAWAN BENCANA Kabupaen Sumenep ermasuk dalam wilayah yang rawan bencana, longsor; rawan banjir, rawan angin puyuh, rawan gelombang pasang dan sunami. 1. Kawasan Rawan Tanah Longsor Akiba penebangan liar yang menyebabkan lahan gundul, abrasi panai dan penggalian ambang golongan C menjadi lahan kriis dan meningkakan poensi rawan bencana anah longsor di banyak wilayah di Sumenep. Wilayah rawan bencana juga dieapkan di sepanjang daerah aliran sungai yang berasal dari lahan huan gundul yang dapa menjadi pembawa maerial anah longsor dan air dalam volume inggi. Beberapa lokasi di Kabupaen Sumenep menunjukkan adanya gejala ini, khususnya erhadap penebangan liar yang banyak dilakukan pada huanhuan di wilayah P. Kangean. Selain iu kawasan yang berpoensi inggi rawan longsor adalah Desa Guapong Kecamaan Talango (karena poensi ambang) dan Desa Padike (Kecamaan Talango) yang poensial longsor karena abrasi. Daerah rawan bencana anah longsor 2. Kawasan Rawan Banjir Kawasan rawan banjir di Kabupaen Sumenep sering diakibakan oleh kerusakan huan dan berbagai kawasan lindung di bagian aas sehingga idak dapa menahan laju air di bagian aas. Selain iu, banjir juga dapa diakibakan karena rendahnya resapan air di kawasan erbangun dan sisem drainase yang idak opimum menyalurkan air. Wilayah rawan banjir ini erdapa pada berbagai wilayah Kabupaen Sumenep, khususnya Kecamaan Kaliange. 3. Kawasan Rawan Gelombang Pasang Siklon ropis (aau disebu juga sebagai hurikan, angin puyuh, badai ropis, aifun aau angin ribu) adalah suau jenis sisem ekanan udara rendah yang erbenuk secara umum di daerah ropis. Angin ini juga sering dikenal dengan sebuan angin puing beliung. Dari idenifi kasi awal erhadap kawasan rawan bencana diperoleh hasil bahwa kawasan panai imur Kabupaen Sumenep, ermasuk Kecamaan Kaliange merupakan kawasan yang rawan bencana angin siklon ropis karena kondisi panai yang landai/daar dan anpa pengamanan / pelindung / vegeasi. 4. Kawasan Rawan Gempa Bumi P. Madura diapi oleh dua paahan akif yang memanjang dari imur ke bara. Paahan yang melewai pinggir Pulau Madura bagian uara. Kondisi ini pernah menyebabkan gempa bumi dengan kekuaan 4,7 Skala Richer pada 17 Juli Paahan yang lainnya adalah yang melalui Madura bagian selaan, bergerak dari bara ke imur. Kondisi ini juga pernah menimbulkan gempa dengan kekuaan 5 SR pada 12 Okober Perilaku ini menyebabkan zona Madura sebagai salah sau zona rawan gempa. Selain iu, juga erdapa paahan akif di sebelah bara Madura, yang sampai sekarang elah menyebabkan 2 gempa bumi, yaiu dengan kekuaan 5,3 SR pada 21 Juni 2002 dan dengan kekuaan 05

6 5,1 SR pada 27 Agusus Kawasan Pesisir panai di Kabupaen Sumenep dan kepulauan di sekiarnya berpoensi kecil erhadap sunami, namun bersifa lokal. Hal ini erjadi karena Kabupaen Sumenep dan sekiarnya berada di epi imur lempeng benua Euroasia dan memiliki panai dengan ingka kecuraman yang sedang. Kemungkinan adanya gempa dangkal yang kua yang berjarak Km dari panai sebelah imur Kabupaen Sumenep, maka waku menjalar gelombang sunaminya sekiar 20 meni dengan asumsi keinggian sunami 10 meer maka akan menyapu pulau-pulau di sebelah imur Kabupaen Sumenep, sebagian Kecamaan Kaliange dan Kecamaan Gapura. Dengan demikian maka zona miigasi evakuasi eraman adalah Kecamaan Bauan, Kecamaan Manding dan Kecamaan Baang-baang. IV. DEMOGRAFI Jumlah penduduk Kabupaen Sumenep berdasarkan daa dari Dinas Kependudukan dan Caaan Sipil Tahun 2011 sebanyak jiwa dengan komposisi laki-laki (47,97%) dan perempuan (52,03%). Penduduk Kabupaen Sumenep erdiri dari 5 suku bangsa yaiu: Madura, Jawa, Bugis, Mandar dan Bajoe. Dari kelima suku bangsa ersebu 3 suku bangsa, yaiu : Bugis, Mandar dan Bajoe berada di daerah kepulauan, yaiu: Kangean, Masalembu dan Sapeken yang lebih deka ke Pulau Kalimanan dan Pulau Sulawesi. Sedangkan suku Madura merupakan suku mayorias berempa di wilayah daraan dan sebagian kecil di kepulauan. Ciri khas lain dari masyaraka Sumenep dimana raa-raa beragama Islam fanaik dan cenderung paernalisik, sehingga peran okoh agama sanga besar dalam menenukan sikap sera karakerisik masyarakanya. Namun masyaraka Sumenep juga memiliki sifa erbuka dan bersemanga inggi dalam menyukseskan pelaksanaan pembangunan daerahnya. Mereka bersedia berkorban unuk kepeningan orang banyak dan mempunyai sikap oleransi yang inggi, ule dan pekerja keras. V. POTENSI UNGGULAN B. PERTANIAN 1. PADI - Produksi Padi ,36 kw ,3 kw - Luas Areal Tanam Ha Ha - Produkivias saa ini mencapai 86,44 on/ha (padi ladang), 139,59 on/ha (padi sawah) - Varieas Unggulan Talar Menyan, IR 64 - Poensi di Kecamaan Arjasa, Guluk- Guluk, Gapura (padi sawah), padi ladang berpoensi di kecamaan Pasongsongan. 2. JAGUNG - Luas panen Ha - Produksi kw - Produkivias 82,30 on/ha - Poensi di Kecamaan Arjasa, - Bau Puih dan Pasongsongan. 3. KETELA POHON / UBI KAYU - Luas anam Ha - Produksi ,16 kw - Produkivias 382,52 on/ha - Poensi di Kecamaan Arjasa, Kangayan, Saronggi dan Rubaru. Panen padi Keela Pohong 06 Poensi Poensi dan dan Produk Produk Unggulan Unggulan Jawa Jawa Timur Timur

7 B.HORTIKULTURA 1. BAWANG MERAH (ONION) - Luas panen 122 Ha - Produkivias 73,89 kw/ha - Produksi kw - Pemasaran ke Surabaya dan Jakara - Poensi di Kecamaan Rubaru, Guluk-Guluk dan Leneng. 2. MANGGA (MANGO) - Luas Lahan : Ha - Produksi kw - Produkivias 33,97 kw/ha - Pemasarannya di Bawa ke Surabaya dan Jakara - Poensi di Kecamaan Bau Puih, Ambunen, Talango, Kaliange, Bluo, Pasongsongan, Baang- Baang. 3. TIMUN (CUCUMBER) - Luas Panen 121 Ha - Produksi kw - Produkivias 65,71 kw/ha - Pemasaran Lokal, Surabaya dan Jakara - Poensi di Kecamaan Rubaru, Dasuk dan Manding. 4. PISANG (BANANA) - Luas Lahan : Ha - Produksi kw - Produkivias 68,57 kw/ha - Jenis Pisang Raja, pisang Ambon, Pisang Mas. - Pemasaran Lokal, Surabaya dan Jakara - Poensi di Kecamaan Bau Puih, Pasongsongan, Dungkek, Pragaan dan Ambunen. 5. CABE RAWIT - Luas Tanam Ha - Produksi kw - Produkivias Lokal, Surabaya dan Jakara. - Poensi di Kecamaan Rubaru, Leneng dan Ambunen. C. PERKEBUNAN 1. TEMBAKAU - Luas Tanaman ,86 Ha - Produksi 9.246,88 on - Produkivias 535 Ha/ahun - Pengembangan Ha - Poensi di Kecamaan Pasongsongan, Guluk-Guluk dan Ganding. 2. JAMBU MENTE / CASHEW NUT ESTATE - Luas Tanaman yang menghasilkan: Ha - Belum Menghasilkan : 4.770,93 Ha - Poensial Pengembangan : Ha - Produksi on - Produkivias 727 Kg/Ha/Tahun - Poensi di Kecamaan Dasuk, Rubaru dan Bau Puih. 3. CABE JAMU - Luas Tanaman yang menghasilkan : Ha - Belum menghasilkan: 653,03 Ha - Poensial Pengembangan : Ha - Produksi 8.336,59 on - Produkivias Kg/Ha/Tahun - Poensi di Kecamaan Bluo, Ganding dan Leneng. 4. KELAPA / COCONUT - Luas Tanaman yang menghasilkan: ,09 Ha - Belum menghasilkan : ,42 Ha - Poensial Pengembangan : Ha - Produksi ,92 on - Produkivias Kg/Ha/Tahun - Poensi di Seluruh Wilayah Kabupaen Sumenep, anara lain di Kecamaan Dungkek, Raas, Sapeken, Masalembu dan Ganding. Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur 07

8 Peernak Sapi D. PETERNAKAN 1. SAPI - Populasi ekor - Poensi di Kecamaan Bau Puih, Gayam dan Baang-Baang - Produksi Daging Kg/Tahun - Pemasaran Lokal dan Luar Jawa. 2. KAMBING - Populasi ekor - Poensi di Kecamaan Gayam, Leneng, Dungkek dan Saronggi - Produksi Daging Kg/Tahun - Pemasaran di Madura, Surabaya dan Jakara 3. DOMBA - Populasi ekor - Poensi di Kecamaan Gayam, Nonggunong dan Leneng - Produksi Daging Kg/Tahun. E. PERIKANAN Dengan luas wilayah perairan yang cukup luas, yaiu km2, dan dengan panjang panai 577,76 km, Kabupaen Sumenep memiliki poensi perikanan dan kelauan yang sanga besar. Raa-raa produksi perikanan dan kelauan per ahun yang dicapai Kabupaen Sumenep unuk penangkapan ikan lau sekiar ,6 on, dan unuk produksi perikanan budidaya sekiar on. PERIKANAN LAUT 1. IKAN KERAPU (GROUPER FISH) - Produksi : 88,3 on - Daerah poensial : Kecamaan Sapeken, Kangayan 2. UDANG/LOBSTER (SHRIMP) - Produksi : 519,48 on - Daerah poensial : Kecamaan Arjasa, Kangayan, Sapeken, Masalembu, Ra as, Gayam, Nonggunong, Talango. 3. RUMPUT LAUT (SEAWEED) - Produksi : raa-raa ,37 on/h - Daerah poensial : Kecamaan Bluo, Saronggi, Giligening, Pasongsongan, Ambunen, Baupuih, Dungkek, Kangayan, Sapeken, Masalembu. 08 Memanen Rumpu Lau 4. MUTIARA (PEARL) Daerah pengembangan : wilayah perairan Kecamaan Sapeken, Kangean (eruama di perairan Pulau Palia, Pulau Sapungkur dan Pulau Saobi). PERIKANAN BUDIDAYA Poensi budidaya perikanan di Kabupaen Sumenep erdiri dari perikanan air payau dan air awar, 1. Budidaya perikanan air payau berupa budidaya udang, bandeng dan aremia. Unuk komodii udang dan bandeng dikembangkan pada areal ambak seluas 1.723,41 Ha, sedangkan lahan yang dikelola secara inensif dan semi inensif baru mencapai 250 Ha. Pengembangan yang dilakukan bukan ehadap luasannya (secara eksensifi kasi), namun mengopimalkan luas yang ada (inensifi kasi) hingga 20 ahun mendaang. Sedangkan budidaya aremia dikembangkan di Kecamaan Kaliange, Gapura, Giligening, dan Dungkek. Secara oal, jumlah produksi ikan di air payau sekiar 891,60 on/ hn. 2. Budidaya perikanan air awar dari waduk, kolam dan sungai diarahkan pada Kecamaan Leneng, Ambunen, Manding dan Gapura. Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur

9 f. POTENSI INDUSTRI INDUSTRI MAKANAN 1. INDUSTRI PETIS IKAN (PETIS) - Senra Produksi : Kecamaan Dasuk (Desa Slopeng), Ambunen, Pasongsongan, Dungkek. - Jumlah Uni Usaha : 85 uni - Jumlah Produksi : raa-raa kg/ h - Beberapa merk yang elah erdafar : - 2. INDUSTRI KERIPIK SINGKONG/CASSAVA CHIP - Senra Produksi : Kecamaan Manding, Bauh Puih, Saronggi, Koa Sumenep - Jumlah Uni Usaha : 85 uni - Jumlah Produksi : raa-raa kg/ h - Beberapa merk yang elah erdafar : Muris, Baby, Angsa Mas, 3. INDUSTRI KERUPUK PARU - Senra Produksi : Kecamaan Koa Sumenep (Desa Pabian) Udang dijemur sebagai bahanpembua peis Peis olahan Baik Madura - Jumlah Uni Usaha : 20 uni - Jumlah Produksi : raa-raa kg/ h - Beberapa merk yang elah erdafar : Keripik Paru Ibu Alim INDUSTRI KERAJINAN 1. INDUSTRI BATIK - Senra Produksi : Kecamaan Bluo (Pakandangan) - Jumlah Uni Usaha : 35 uni - Jumlah Produksi : raa-raa 520 lembar/ h - Beberapa merk yang elah erdafar : Baik Tulis Melai Pakandangan, Al Barokah, Keraon, 2. INDUSTRI KERIS - Senra Produksi : Kecamaan Saronggi, Bluo, Leneng. - Jumlah Uni Usaha : 27 uni - Jumlah Produksi : raa-raa buah/ h - Beberapa merk yang elah erdafar : - 3. INDUSTRI PERAHU KAYU - Senra Produksi : Kecamaan Talango, Dungkek - Jumlah Uni Usaha : 45 uni - Jumlah Produksi : raa-raa 68 uni/ h Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur 09

10 g. POTENSI PARIWISATA 1. WISATA ALAM a. Panai Lombang; berlokasi di Kecamaan Baang-baang dengan jarak 35 KM arah Uara dari pusa Koa Sumenep. Panjang panainya 12 KM dan luas lahan 240 Ha yang dihiasi oleh cemara udang sepanjang pesisir panai. b. Panai Slopeng; berlokasi di Kecamaan Dasuk dengan panjang panainya 7 KM dan luas lahan 4 Ha yang dihiasi panorama gunung pasir di sepanjang panai. c. Wisaa Kesehaan Pulau Giliyang; berlokasi di Pulau Giliyang Kecamaan Dungkek. Akan dikembangkan sebagai kawasan pulau wisaa kesehaan oleh Pemerinah Kabupaen Sumenep karena memiliki kandungan oksigen yang cukup inggi, yaiu sekiar 3,3%-4,8% diaas normal menuru hasil peneliian LAPAN. d. Wisaa Bahari Pulau Gililawak, berlokasi di Kecamaan Talango dengan panorama aman lau yang indah dan eksois. e. Wisaa Bahari Pulau Saor, berlokasi di Kecamaan Sapeken yang memiliki panorama panai pasir puih yang indah dan aman launya yang eksois dengan beraneka ragam bioa lau. f. Wisaa Bahari Pulau Mamburi, berlokasi di Kecamaan Arjasa yang memiliki aman lau yang indah dan menarik. g. Wisaa Bahari Pulau Kemudi, berlokasi di Kecamaan Ra as yang memiliki panai pasir puih yang indah dan aman lau yang eksois. h. Pulau Saobi; berlokasi di Kecamaan Arjasa, selain memiliki keindahan panai dan aman lau, erdapa juga hewan liar (Kijang, Kerbau, Sapi). 2. WISATA SEJARAH Kabupaen Sumenep banyak memiliki peninggalan sejarah berupa gedung-gedung, peralaan, dan pusaka. Adapun peninggalan sejarah yang merupakan obyek wisaa poensial anara lain : Keraon Sumenep (berlokasi di Kec. Koa Sumenep), Museum Keraon Sumenep (berlokasi di Kec. Koa Sumenep), Gunung Lengke (berlokasi di Kec. Ganding). Monumen Koa Adipura 3. WISATA RELIGI Kabupaen Sumenep banyak memiliki poensi wisaa religi berupa makam raja-raja aau ulama erkenal di jamannya yang sering menjadi ujuan uama wisaawan nasional, anara lain : Mesjid Agung (berlokasi di Kec. Koa Sumenep), Pemakaman Asa Tinggi (berlokasi di Kec. Koa Sumenep), Asa Sayid Yusuf (berlokasi di Kec. Talango), Asa Jokoole (berlokasi di Kec. Manding), Asa Gumuk (berlokasi di Kec. Kaliange), Asa Adipoday (berlokasi di Kec. Gayam). 4. WISATA SENI DAN BUDAYA Wisaa seni dan budaya yang merupakan corak karaker dari masyaraka Kabupaen Sumenep yang religius, merupakan daya arik ersendiri bagi wisaawan asing dan domesik, dianaranya adalah : Kerapan Sapi, Upacara Ada Nyadar (Kecamaan Saronggi), Topeng (daerah asal : Kecamaan Kaliange), Sape Sono, Ludruk (daerah asal : Kecamaan Kaliange, Saronggi dan Bluo), Musik Saronen, Musik Tong-ong/ Musik Daul-daul. Pinu Gerbang Masuk Masjid Agung Peninggalan Keraon Sumenep 10 Poensi dan Produk Unggulan Jawa Timur

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah. berkedudukan di Jalan Kabupaten 107 Kelurahan Bugih Kecamatan Pamekasan.

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah. berkedudukan di Jalan Kabupaten 107 Kelurahan Bugih Kecamatan Pamekasan. KABUPATEN PAMEKASAN I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah Pemerinah Kabupaen Pamekasan berkedudukan di Jalan Kabupaen 107 Kelurahan Bugih Kecamaan Pamekasan. Luas wilayah Kabupaen Pamekasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan batas wilayah

I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan batas wilayah Kabupaen Lumajang Taman alun-alun Lumajang dengan banyak perkanoran pemerinahan I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan baas wilayah Luas wilayah Kabupaen Lumajang ±1.790,90 Km2 (±179.090,01 Ha.) aau 3,74% dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Batas Wilayah Kabupaen Banyuwangi I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Baas Wilayah Kabupaen Banyuwangi erleak di ujung paling imur pulau jawa dengan julukan Sunrise Of Java Baas wilayah Kabupaen Banyuwangi sebelah uara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO UTARA KEC. PAKIS DAN KEC. TUMPANG TIMUR KEC. WAGIR DAN KEC.PAKISAJI SLATAN

KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO UTARA KEC. PAKIS DAN KEC. TUMPANG TIMUR KEC. WAGIR DAN KEC.PAKISAJI SLATAN KOTA MALANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah LUAS WILAYAH 110,05 KM2 JML KECAMATAN 5 KECAMATAN JML KELURAHAN 57 KELURAHAN JML DESA - DESA UTARA KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO TIMUR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Sumenep 1. Sejarah Kabupaten Sumenep Sejak berdiri pada tahun 1269 M sampai dengan tahun 2010, Kabupaten Sumenep pernah diperintah oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM a. Luas dan batas wilayah.

KONDISI UMUM a. Luas dan batas wilayah. KABUPATEN SIDOARJO KONDISI UMUM a. Luas dan baas wilayah. Pemerinahan Kabupaen Sidoarjo berkedudukan daerah sekiar alun alun Sidoarjo dan Masjid Agung Sidoarjo. Luas kabupaen Sidoarjo 71.424,25 Ha erbagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

: Lintang Selatan dan Bujur Timur. KOTA MADIUN

: Lintang Selatan dan Bujur Timur. KOTA MADIUN produk hasil peranian sera daerah sekiar garis panai yang membujur dari arah uara ke selaan yang merupakan daerah penghasil berbagai bioa lau. Baas wilayah : sebelah uara adalah Kabupaen Siubondo, sebelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTOR BY SECTOR APPROACH BENGKALIS DISTRICTS FORMING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI)

ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) ANALISIS SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK TELUK LEMBU DENGAN BENTUK KONSTRUKSI GRID (KISI-KISI) Abrar Tanjung Jurusan Teknik Elekro Fakulas Teknik Universias Lancang Kuning E-mail : abraranjung_1970@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL

PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL Akhlis Fiano Husandani,

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010 PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010 SATUAN KERJA A. DASAR HUKUM SATUAN KERJA 1. Peraturan daerah Kabupaten Sumenep Nomor 02 Tahun 2006 tentang Pembentukan Organisasi Dinas

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE)

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE) Available online a: hp://journal.ipb.ac.id/index.php/agrome J.Agrome 24 (2) : 39-47, 2010 ISSN: 0126-3633 KAJIAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromaica L.) BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Maa Pelajaran : I P A Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, anggal : Kamis, 12 Juni 2008 Waku : 90 Meni PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI PADI DI KABUPATEN DAIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPONENSIAL SMOOTHING GANDA UNTUK TAHUN 2009-2014 TUGAS AKHIR JULIANA NAINGGOLAN 062407067 DEPARTEMEN MATEMATIKA AKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN SAMPANG I. KONDISI UMUM A. Luas dan Baas Wilayah Secara keseluruhan Kabupaen Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak 1.233,30 Km2. Proporsi luasan 14 kecamaan erdiri dari 6 kelurahan dan 180

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden 17 BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 1920, Kanor Saisik perama kali didirikan oleh Direkur Peranian, Kerajinan dan Perdagangan (Direcure Vand Landbow

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN PERENCANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2013-2018 Jalan Unung Surapai Nomor 2 Semarapura Telp. (0366) 21382, Fax (0366) 24100 e-mail

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

KABUPATEN BONDOWOSO I. KONDISI UMUM DAERAH. A. Luas dan Batas Wilayah

KABUPATEN BONDOWOSO I. KONDISI UMUM DAERAH. A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN BONDOWOSO I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Baas Wilayah Pemerinah Kabupaen Bondowoso berkedudukan di jalan Lenan Amir Kusman mor 2 Kelurahan Dabasah Kecamaan Bondowoso Kabupaen Bondowoso. Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT Dian Firdaus dan Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Bara, Jalan Kayuambon No. 80, Lembang 40391 ABSTRAK Program Rinisan dan Akselerasi Pemasyarakaan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)

KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci