KABUPATEN BONDOWOSO I. KONDISI UMUM DAERAH. A. Luas dan Batas Wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KABUPATEN BONDOWOSO I. KONDISI UMUM DAERAH. A. Luas dan Batas Wilayah"

Transkripsi

1 KABUPATEN BONDOWOSO I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Baas Wilayah Pemerinah Kabupaen Bondowoso berkedudukan di jalan Lenan Amir Kusman mor 2 Kelurahan Dabasah Kecamaan Bondowoso Kabupaen Bondowoso. Luas wilayah Kabupaen Bondowoso mencapai 560,10 Km² aau sekiar 3,26% dari luas oal Provinsi Jawa Timur, yang erbagi menjadi 23 Kecamaan, 209 Desa, 10 Kelurahan dan 133 Dusun. Poensi dan Unggulan Jawa Timur

2 Tabel I.1 Pembagian Wilayah Adminisrasi Kabupaen Bondowoso. Kecamaan Jumlah Desa Kelurahan Dusun Maesan Grujugan Tamanan Jambesari Darusholah Pujer Tlogosari Sukosari Sumber Wringin Tapen Wonosari Tenggarang Bondowoso Curahdami Binakal Pakem Wringin Tegalampel Taman Krocok Klabang Boolinggo Sempol Prajekan Cermee Jumlah Sumber: Kabupaen Bondowoso dalam Angka 2012 Wilayah yang berbaasan dengan Kabupaen Bondowoso yaiu : Sebelah uara berbaasan dengan Kabupaen o dan Banyuwangi, Sebelah selaan dengan Kabupaen Jember Sebelah bara dengan K abupaen Siubondo dan Probolinggo. Kabupaen Bondowoso idak berbaasan langsung dengan lau aau panai, karena wilayah Kabupaen Bondowoso idak memiliki lau. B. Leak dan Kondisi Geografis Secara geografis, Kabupaen Bondowoso berada di wilayah bagian Timur Provinsi Jawa Timur dengan jarak kurang lebih 200 km dari 02 Ibu Koa Provinsi (Surabaya). Koordina wilayah erleak anara Bujur Timur dan anara Linang Selaan. Kabupaen Bondowoso meskipun berada di engahengah eks Karesidenan Besuki juga idak erleak pada jalur yang mengunungkan karena idak dilewai jalan negara yang menghubungkan anar provinsi. Wilayah Kabupaen Bondowoso idak dilalui jalur uama Provinsi Jawa Timur bagian Uara (Banyuwangi - Siubondo - Probolinggo - Pasuruan - Surabaya) dan jalur uama Provinsi Jawa Timur bagian Tengah (Banyuwangi - Jember - Lumajang - Probolinggo - Pasuruan -Surabaya). Kedua jalur ersebu memiliki daya dukung sumberdaya poensial bagi pengembangan ekonomi dan perdagangan. Dengan demikian, Kabupaen Bondowoso merupakan daerah ujuan yang hanya dilalui jalur Provinsi Bondowoso - Siubondo dan Bondowoso - Jember dan sebaliknya. Unuk mencapai Bondowoso dapa diempuh melalui iga pinu gerbang uama, yaiu Kecamaan Prajekan (dari Kabupaen Siubondo sebelah uara/imur), Kecamaan Maesan (dari Kabupaen Jember sebelah selaan) dan Kecamaan Wringin (dari Kabupaen Siubondo sebelah bara). Disamping iu juga dapa diempuh lewa jalur alernaif Kecamaan Sempol (dari Kabupaen Banyuwangi) dan Kecamaan Tamanan (dari Kabupaen Jember). C. Topografi Keadaan opografi wilayah Kabupaen Bondowoso merupakan daraan yang bervariasi dengan 44,4% wilayahnya merupakan pegunungan dan perbukian, 30,7% merupakan daaran rendah, dan 24,9% merupakan daaran inggi. Diinjau dari keinggiannya, Kabupaen Bondowoso raa raa berada pada posisi 253 meer dpl Poensi dan Unggulan Jawa Timur

3 (diaas permukaan lau) dengan puncak eringgi meer dpl (kecamaan sempol dan Sukosari) dan erendah 73 meer dpl (Kecamaan Cermee dan Prajekan) Tabel I.2 Keadaan Topografi Kabupaen Bondowoso. Klasifikasi Lereng Luas Km2 % Daar (0 2%) 190,83 12,23 2. Landai (2 15%) 568,17 36,42 3. Agak Curam (15-40%) 304,70 19,53 4. Sanga Curam (>40%) 496,40 31,82 Jumlah 560,10 100,00 Sumber : Kabupaen Bondowoso Dalam Angka 2012 Tabel I.3 Keinggian Tempa Kabupaen Bondowoso. Keinggian Luas Km2 % meer 50,94 3, meer 766,23 49, meer 308,10 19,75 4. > 000 meer 434,83 27,87 Jumlah 560,10 100,00 Sumber : Kabupaen Bondowoso Dalam Angka 2012 D. Geologi Berdasarkan injauan geologis, Kabupaen Bondowoso ermasuk dalam rangkaian zona fi siografi s gunung api kuarer yang dikelompokkan dalam sau grup ersendiri sebagai Komplek Pegunungan Ringgi Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil akifi as gunung api kwarer muda dan sedimenasi daaran inermounain (Recen Volcanic Formaion). Bauan penyusun uama erdiri dari bauan endapan vulkanik hasil gunung api kwarer 21,6% dan hasil gunung api kwarer muda 62,8%, yang banyak mengandung leusi, ufa dan baupasir (5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan komposisi ukuran dominan lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%). Namun demikian, kondisi geologi wilayah Bondowoso secara khusus masih sanga jarang dielii sehingga informasi yang lebih akura perlu dikaji lebih mendalam. Tabel I.4 Jenis Tanah Kabupaen Bondowoso. Jenis Tanah Luas Km2 % Liosol 49,00 3,14% 2. Regosol 782,87 50,18% 3. Andosol 328,59 21,06% 4. Gromosol 5,10 0,33% 5. Medieran 112,30 7,20% 6. Laosol 282,24 18,09% Jumlah 560,10 100,00 Sumber : Kabupaen Bondowoso Dalam Angka 2012 E. Hidrologi Air anah saa ini masih menjadi sumber uama dalam pemenuhan kebuuhan air bersih bagi masyaraka Bondowoso. Wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan Ijen yang erleak dibagian imur dan pegunungan Argopuro disebelah bara mengakibakan kabupaen Bondowoso menjadi daerah cekungan, resapan dan angkapan air sehingga keersediaan sumber maa air cukup melimpah. Kondisi opografi, kekerasan bauan, srukur geologi, sejarah geologi dan geomorfologi suau wilayah merupakan fakor dominan yang berpengaruh erhadap pola aliran sungai yang berkembang pada suau wilayah. Berdasarkan kondisi opografi diaas, wilayah Kabupaen Bondowoso dengan kemiringan yang relaif besar memungkinkan berkembangnya pola aliran sungai dendriik sadia muda, relis dan sebagian kecil sub radial. Terdapa beberapa sungai aau sekiar 35 sungai yang mengaliri kabupaen Bonowoso. Sungai Sampean merupakan sungai uama yang melalui wilayah Kabupaen Bondowoso erleak memanjang hingga ± 61 km ke arah lau panai uara melewai kabupaen Siubondo, selain iu juga erdapa sungai Deluang (30 km), sungai Bedadung (70 km) dan sungai Mrawan (32 km). Hampir seluruh wilayah perairan berada dalam koordinasi DAS Sampean. Terdapa 119 maa air biasa dan 3 sumber air panas yang ersebar di seluruh wilayah, yang sebagian besar sumber ersebu elah dimanfaakan unuk berbagai keperluan seperi air bersih, irigasi, perikanan dan pariwisaa. F. Klimaologi Kabupaen Bondowoso memiliki suhu udara yang sejuk berkisar 20,40C 25,90C dengan suhu raa-raa 25,70C, karena berada dianara pegunungan Kendeng Uara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah imur Poensi dan Unggulan Jawa Timur 03

4 sera kaki pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah bara. Sedangkan di sebelah uara erdapa Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Curah hujan raa-raa di Kabupaen Bondowoso sebesar mm/ahun dengan lama hujan 9 hari per bulan, dimana curah hujan minimum sebesar 622 mm erjadi pada bulan Juni dan curah hujan maksimum erjadi pada bulan Januari sebesar mm. Musim kemarau erjadi pada bulan Juni sampai Okober dan musim penghujan erjadi pada bulan pember sampai Mei. Akan eapi bulan April, Sepember dan Okober merupakan bulan peralihan musim, sehingga walaupun erjadi hujan eapi relaif kecil. H. Penggunaan Lahan Pola penggunaan anah unuk sawah beririgasi seluas 323,56 km2 aau 20,74% luas wilayah, luas lahan kering sebesar 432,77 km2 (27,74%), sehingga luas areal poensial yang sudah digunakan unuk kegiaan produkif dalam pengembangan peranian seluas 756,33 km2 aau 48,48% dari luas wilayah Kabupaen Bondowoso, semenara seluas 558,05 km2 aau 35,77% merupakan kawasan huan (huan sejenis, semak belukar dan rimba). Rincian pola penggunaan lahan di Kabupaen Bondowoso ersaji dalam Tabel 5. Tabel I.5 Luas Wilayah Menuru Penggunaan Tanah (km2) Tahun 2011 Jenis Penggunaan Luas (km2) % 1 Huan 558,05 35,77 2 Lahan Kering (Tegal) 432,77 27,74 3 Sawah 323,56 20,74 4 Perkebunan 88,61 5,68 5 Permukiman 73,17 4,69 6 Tanah Tandus 33,23 2,13 7 Padang Rumpu 31,83 2,04 8 Lain-Lain (lahan unuk indusri, kebun campur, danau kolam, perambangan, sungai dan jalan) 18,88 1,21 Jumlah 1,560,10 100,00 Sumber: Kabupaen Bondowoso dalam Angka 2012 Gambar I. Luas Wilayah Menuru Penggunaan Lahan (Km2) II. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH Pengelolaan kawasan wilayah Kabupaen Bondowoso secara erpadu sangalah pening sebagai upaya mendorong perumbuhan ekonomi kawasan dan perkembangan wilayah Kabupaen Bondowoso. Kabupaen Bondowoso memiliki beberapa kawasan yang dapa dikembangkan sebagai kawasan sraegis aau kawasan yang dalam penanganannya perlu diprioriaskan. Kawasan ersebu memiliki poensi ekonomi yang besar dan diharapkan memberikan dukungan bagi pengembangan wilayah. Terdapa beberapa sekor yang cukup poensial unuk dikembangkan sesuai dengan karakerisik wilayah dan analisis peluang ekonomi, anara lain : a. Sekor Peranian Sekor peranian merupakan sekor yang cukup poensial unuk dikembangkan sesuai dengan karakerisik wilayah Kabupaen Bondowoso dan selaras erhadap arahan RTRW Provinsi Jawa Timur yaiu memberi perhaian lebih pada pengembangan sekor peranian. Bahkan, melalui sekor peranian ini elah memberikan konribusi erbesar erhadap PDRB kabupaen Bondowoso. Unuk iu hubungan anara desa dengan koa dalam jalinan rural-urban linkage harus erjaga dalam mendukung pengembangan sekor peranian. Dengan demikian, rencana pengembangan lahan peranian diarahkan dengan memperhaikan daya dukung lahan yang sinergi dengan rencana pengembangan jaringan irigasi di Kabupaen Bondowoso. Upaya pengembangan lahan sawah unuk keahanan pangan dan penambahan luasan kawasan lindung dilakukan dengan mengurangi luasan lahan kering dan mengalihfungsikan lahan kering menjadi sawah irigasi eknis sera kawasan perkebunan aau huan rakya. Pengembangan lahan peranian dilakukan dengan memperhaikan kecenderungan ingka konsumsi penduduk er- (Sumber: Kabupaen Bondowoso Dalam Angka 2012) 04 Poensi dan Unggulan Jawa Timur Poensi dan Unggulan Jawa Timur

5 hadap kebuuhan beras, ingka produksi padi, sera kecukupan kebuuhan pangan dengan membandingkan ingka produksi dan konsumsi. b. Sekor Perkebunan Kondisi geografi s yang dominan perbukian menjadikan kabupaen Bondowoso sanga poensial unuk pengembangan sekor perkebunan. Dengan melibakan peran masyaraka secara akif, pengembangan sekor perkebunan bisa lebih semakin opimal melalui penanaman anaman semusim dan ahunan. Perkebunan anaman semusim disesuaikan dengan kondisi anah, iklim dan curah hujan yang sesuai dengan jenis komodias. Unuk perkebunan anaman ahunan diarahkan unuk anaman keras dengan perakaran kua. Alokasi perkebunan anaman ahunan ini eruama di kawasan yang berbaasan dengan kawasan lindung yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga. c. Sekor Perikanan Kondisi wilayah kabupaen Bondowoso yang idak memiliki garis panai menjadikan pengembangan kawasan pendukung budidaya perikanan air awar sebagai fokus rencana pengembangan sekor perikanan. Pengembangan sekor perikanan diarahkan pada pengelolaan pembenihan hingga pasca panen besera penyediaan fasilias penunjang. d. Sekor Peernakan Hampir seiap kecamaan di Kabupaen Bondowoso memiliki komodii ernak unggulan, sehingga pengembangan sekor peernakan dijadikan sebagai salah sau priorias pembangunan sebagai sraegi pendorong perekonomian wilayah. Peernakan yang dikembangkan masyaraka baik secara perorangan maupun kolekif merupakan embrio penenuan kawasan peernakan. Peningkaan usaha peernakan dilakukan dengan mengembangkan eknologi budidaya ernak dan usaha pengolahan hasil ernak. e. Sekor Kehuanan Pengembangan sekor kehuanan dimaksudkan sebagai upaya unuk memberikan perlindungan erhadap kawasan dibawahnya dan memberikan jaminan erhadap kelesarian lingkungan hidup, melipui huan produksi dan huan rakya di wilayah Kabupaen Bondowoso. Luasnya lahan kriis sera adanya poensi ancaman banjir dan longsor pada wilayah perbukian yang cukup dominan di wilayah Bondowoso, mengharuskan adanya perhaian lebih erhadap penanganan kawasan huan. Melalui pengelolaan yang opimal pada sekor kehuanan diharapkan akan berdampak erhadap berkurangnya lahan kriis sehingga hal ini juga mendukung pengembangan poensi yang besar di sekor peranian. Peran sera masyaraka, baik melalui huan rakya maupun sisem umpangsari pada pengelolaan huan negara sanga mendukung keberhasilan pengembangan sekor kehuanan supaya lebih opimal. f. Sekor Pariwisaa Kondisi wilayah yang masih alami menjadikan Kabupaen Bondowoso memiliki banyak poensi alam yang menarik unuk dikembangkan sebagai objek wisaa alam. Pengembangan pariwisaa merupakan penunjang bagi pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaen Bondowoso. Dengan melibakan peran sera swasa dan masyaraka lokal, pengembangan pariwisaa mampu memberikan konribusi posiif erhadap peningkaan araf hidup masyaraka melalui semakin meningkanya akifi as perekonomian secara lokal. Dalam pengelolaan kawasan pariwisaa di kawasan lindung dan konservasi dilakukan dengan memperhaikan perauran perundang-undangan yang berlaku, menginga sebagian besar obyek wisaa yang ada berlokasi di sekiar kawasan huan dan merupakan bagian dari kawasan konservasi. Air TerjunTancak Kembar Poensi dan Unggulan Jawa Timur Poensi dan Unggulan Jawa Timur 05

6 g. Sekor Perindusrian Pengembangan Kawasan Indusri di Kabupaen Bondowoso dilakukan dengan senaniasa memperhaikan arahan RTRW Kabupaen Bondowoso, merupakan sebuah kebuuhan dalam pengembangan wilayah. Sekor indusri sanga berperan dalam meningkakan nilai ambah komodias lokal dan penyerapan enaga kerja. Pengembangan kawasan indusri didasarkan pada aspek keersediaan bahan baku, enaga kerja, perminaan pasar, infrasrukur dan perkembangan perekonomian regional. h. Sekor Perambangan Salah sau sekor yang perlu dikembangkan secara opimal unuk mendukung perekonomian wilayah Kabupaen Bondowoso adalah sekor perambangan. Sumberdaya alam yang elah dikelola dan perlu lebih diopimalkan adalah ambang pasir, bau belah, bau poles, ras dan bau gamping. Poensi sumberdaya alam lainnya yang akan dikembangkan di masa mendaang adalah cadangan panas bumi. Dalam pengelolaan dan pengembangan poensi perambangan perlu memperhaikan kelesarian dan keseimbangan lingkungan hidup sehingga keberadaan eksploiasi sumberdaya alam ersebu idak memberikan dampak negaif yang sanga merugikan masyaraka. I. Sekor Perdagangan dan Jasa Pembangunan sarana pelayanan masyaraka aau fasilias sosial (perkanoran, pendidikan, kesehaan, perdagangan dan jasa, dsb) diarahkan dengan merujuk srukur aa ruang wilayah yang diuju dalam RTRW Kabupaen Bondowoso melalui rekomendasi perijinan. Pembangunan fasilias pelayanan ersebu diprioriaskan sesuai uruan hirarki pelayanan (ordo koa) dan ingka kerusakan. III. WILAYAH RAWAN BENCANA Kondisi wilayah yang sebagian besar erdiri dari perbukian dan pegunungan menjadikan hampir di seluruh wilayah Kabupaen Bondowoso berpoensi unuk erjadinya ancaman bencana alam seperi anah longsor, banjir, angin puing beliung dan leusan gunung berapi. Unuk iu, perlu dilakukan berbagai upaya unuk menghindarkan masyaraka dari ancaman bencana dan meminimalisir besarnya kerugian yang diimbulkan. Kawasan rawan bencana alam di Kabupaen Bondowoso dieapkan sebagai beriku : a. Kawasan rawan bencana leusan gunung berapi Melipui kawasan di sekiar kawah gunung berapi Ijen dan Raung sera sepanjang alur sungai pembuangan air kawah/lahar. Daerah ersebu erdiri dari Kecamaan Sempol, Tlogosari, Sukosari dan Sumberwringin. b. Kawasan rawan banjir. Kawasan ini erleak di sepanjang aliran Sungai Sampean yang merupakan sungai erpanjang dan erbesar di Bondowoso. Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaen Bondowoso sebagian disebabkan dengan masih luasnya lahan kriis sehingga cenderung meningkakan erjadinya erosi dan banjir bandang. c. Kawasan rawan bencana longsor dan gerakan anah Kondisi opografi Kabupaen Bondowoso dengan kemiringan lereng melebihi 400 (31,82% dari luas wilayah keseluruhan) dengan kondisi jenis anah aau srukur anah relaif labil, merupakan kawasan berbahaya dan rawan longsor. Tingka kemiringan, srukur anah dan ingka vegeasi berperan sebagai salah sau penyebab erjadinya erosi/longsor dan rendahnya jumlah cadangan air. Kondisi ini dapa dijumpai di hampir se- 06 Poensi n i dan o u Unggulan n gula Jawa Timur i

7 d Angin Puyuh Puing Beliung) Puing beliung erjadi akiba perubahan ekanan udara yang menimbulkan erjadinya gerakan awan Cumulonimbus (Cb), erjadi sanga singka dan idak bisa diprediksi secara spesifik sera dapa berpindah/bergeser seusai dengan ekanan inggi ke ekanan rendah dalam skala luas. Karakerisik wilayah Kabupaen Bondowoso yang dikelilingi perbukian dan pegunungan (50,76%) menyebabkan sering erjadinya perbedaan ekanan udara yang menyolok. Hal ini erbuki dengan erjadinya beberapa kejadian erjangan angin puing beliung di beberapa wilayah seperi Kecamaan Pakem, Wringin, Binakal, Cermee, Sukosari, Sumberwringin dan wilayah lainnya. Kondisi Kabupaen Bondowoso yang rawan bencana menjadikan sebuah upaya yang komprehensif sebagai langkah anisipaif meminimalis dampak bencana. Perlunya infrasrukur khusus daerah rawan bencana, mencipakan Poensi P oeens nsi dda dan an P Pr roodduk rod duk uk U Unggulan nggguullaan ng an Ja JJawa awa wa TTimur imuurr im Po Poensi dan Unggulan Jawa Timur perauran bangunan, membaasi keleluasaan membangun, pengendalian pola pemanfaaan lahan pada daerah perbukian dan pegunungan, dengan menyediakan ruang unuk evakuasi perlu dilakukan secara berkesinambungan dengan dukungan penuh dari masyaraka. IV. DEMOGRAFI PENDUDUK Jumlah penduduk Kabupaen Bondowoso dari hasil regisrasi akhir ahun 2011 sebanyak jiwa, erdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan, meningka sebesar 0,61% dari penduduk ahun 2010 sebanyak jiwa. Angka sex raio (perbandingan jenis kelamin) sebesar 95,72 yang berari seiap 100 penduduk perempuan erdapa sekiar 96 penduduk laki-laki, dengan angka kepadaan penduduk mencapai 487 jiwa/km2 mengalami kenaikan bila dibanding dengan kepadaan ahun 2010 yaiu sebesar 475 jiwa/ km2. Jumlah penduduk erbanyak berada di kecamaan Bondowoso sebesar jiwa dengan kepadaan penduduk jiwa/km2 sedangkan jumlah penduduk paling sediki erdapa di kecamaan Sempol sebesar 1377 jiwa/km2 dengan kepadaan mencapai 113 jiwa/km2. luruh kecamaan di Kabupaen Bondowoso. Kawah Ijen 07

8 08 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Sex Tabel IV.1 Komposisi Penduduk Kabupaen Bondowoso Menuru Jenis Kelamin Tahun 2011 Kecamaan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Sex 1 Maesan ,08 2 Grujugan ,20 3 Tamanan ,26 4 Jambesari DS ,43 5 Pujer ,35 6 Tlogosari ,24 7 Sukosari ,97 8 Sbr. Wringin ,04 9 Tapen ,57 10 Wonosari ,53 11 Tenggarang ,97 12 Bondowoso ,98 13 Curahdami ,14 14 Binakal ,50 15 Pakem ,08 16 Wringin ,64 17 Tegalampel ,94 18 Taman Krocok ,11 19 Klabang ,73 20 Boolinggo ,51 21 Sempol ,45 22 Prajekan ,72 23 Cermee ,04 Jumlah ,72 Sumber : Bondowoso Dalam Angka Tahun 2012 Tabel IV.2 Komposisi Jumlah Penduduk Kabupaen Bondowoso Menuru Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 (dalam jiwa) , , , , , , , , , , , , , ,83 Jumlah ,72 Sumber : Bondowoso Dalam Angka Tahun 2012 Gambar IV. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaen Bondowoso (Sumber: Kabupaen Bondowoso Dalam Angka 2012) Gambar IV.2. Perkembangan Kepadaan Penduduk Kabupaen Bondowoso (Sumber: Kabupaen Bondowoso Dalam Angka 2012) Penduduk usia kerja diaas usia 15 ahun seiap ahun mengalami peningkaan. Pada ahun 2011 sebanyak orang dari jumlah orang pada ahun Angkaan kerja sebanyak orang, dari angkaan kerja ersebu sebanyak orang yang bekerja, sedangkan pengangguran erbuka mencapai 1979 orang (2,08%), sebagaimana pada abel beriku : Tabel IV.3 Kondisi Keenagakerjaan di Kabupaen Bondowoso Tahun Rincian Tahun Usia Kerja Angkaan Kerja Bukan Angkaan Kerja Bekerja Pengangguran Terbuka Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, 2011 Masalah penyediaan lapangan kerja merupakan suau masalah yang sanga kompleks dan suli unuk diaasi dalam kurun waku yang singka. Banyak fakor yang mempengaruhi keersediaan lapangan kerja, dianaranya (a) kualias sumberdaya manusia belum memenuhi sandar yang dibuuhkan oleh lapangan pekerjaan yang ersedia dan (b) lapangan kerja yang ersedia lebih kecil daripada jumlah pencari kerja. Penye- Poensi dan Unggulan Jawa Timur

9 diaan lapangan kerja merupakan anggungjawab pemerinah, masyaraka dan dunia usaha. Gambar IV.4. Pencari Kerja Reraa per Tahun Menuru Lapangan Usaha Tabel IV.4 Kondisi Keenagakerjaan di Kabupaen Bondowoso Tahun Kondisi Pencari Kerja 10,339 2,569 7,683 3,476 2, Penempaan Kerja 1, ,524 1,638 1, Penghapusan Pencari Kerja 5, , Belum Diempakan 4,065 2,166 6,159 1,838 1, Perminaan Lowongan 1, ,638 4, Dipenuhi 1, ,638 1, Penghapusan Lowongan , Sisa Lowongan Sumber: Kabupaen Bondowoso dalam Angka Berdasarkan daa di aas menunjukkan bahwa angkaan kerja yang bekerja di Kabupaen Bondowoso ahun menunjukkan kecenderungan menurun. Kualifi kasi ingka pendidikan pencari kerja di Kabupaen Bondowoso secara reraa anara ahun masih didominasi oleh amaan SD sebesar 67% dan amaan SMA sebesar 19,12%. Semenara iu unuk amaan SLTP hanya sebesar 7,85%, sedangkan enaga kerja yang menamakan pendidikan inggi (akademi dan sarjana) hanya sebesar 6,05%. Kualifi kasi dan jumlah pencari kerja disajikan dalam Gambar IV.3 dan berdasarkan lapangan usaha disajikan dalam Gambar IV.4. Gambar IV.3 Kualifikasi Pencari Kerja Reraa per Tahun Menuru Tingka Pendidikan (Sumber: Kabupaen Bondowoso dalam Angka ) (Sumber: Kabupaen Bondowoso dalam Angka ) Gambar IV.4 memperlihakan bahwa sebagian besar angkaan kerja yang ada di Kabupaen Bondowoso erserap pada sekor angkuan dan pergudangan sebesar 34,78%, sedangkan sekor lain-lain sebesar 18,72%, jasa kemasyarakaan, sosial dan perorangan sebesar 18,32%, peranian masih menyerap enaga kerja sebesar 10,17%, indusri pengolahan sebesar 5,92%, konsruksi dan bangunan sebesar 4,73%, perdagangan dana rumah makan sebesar 4,06%, perambangan dan penggalian sebesar 3,28%; sedangkan sekor asuransi dan lisrik, gas dan air minum belum secara signifi kan menyerap enaga kerja. Pergeseran perekonomian daerah dari sekor primer ke arah sekor sekunder dan ersier, berdampak pada pola pencaharian masyaraka yang beralih ke sekor sekunder, eapi sebagian besar masih bekerja di sekor peranian. Maa pencaharian penduduk yang bekerja di sekor peranian (60,00%), perdagangan (14,59%), indusri (8,79%), jasa kemasyarakaan (7,71%), angkuan (4,94%), konsruksi (3,03%), perambangan dan penggalian (0,51%), dan lainnya (0,43%). Secara rinci sebagaimana abel beiku ini : Tape Bondowoso Poensi dan Unggulan Jawa Timur 09

10 Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Menuru Jenis Pekerjaan Kabupaen Bondowoso Tahun 2012 Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Peranian Indusri Perdagangan Jasa Kemasyarakaan Angkuan Konsruksi Perambangan, Penggalian Lain-Lain 103 Jumlah Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Bondowoso, daa diolah, 2012 V. PELUANG PENGEMBANGAN POTENSI KOMODITAS Dari seluruh luas wilayah yang ada di Kabupaen Bondowoso 90,08 persen digunakan unuk peranian yaiu persawahan, anah kering, perkebunan,kehuanan, rawa dan ambak. Sedangkan sisanya sebesar 9,92 persen digunakan unuk pemukiman, indusri, padang rumpu, perambangan, lahan yang semenara idak digunakan dan lainnya. Bila dirinci menuru penggunaannya, lahan erluas digunakan unuk kehuanan yaiu sebesar 35,77 persen. Kemudian uruan erluas berikunya adalah lahan yang digunakan unuk egalan/anah kering 27,66 persen dan digunakan persawahan sebesar 20,74 persen. A. si PERTANIAN TANAMAN PANGAN Dari luas panen ha, raa-raa produksi 53,84 on/ahun dan produksi padi yang dihasilkan on, jagung on, kenang 221 on, lombok on. si anaman buah-buahan erdiri dari mangga yaiu sebesar on, alpuka on, durian on. PERKEBUNAN Luas lahan perkebunan mencapai 5,87 persen aau 9.153,32 hekar yang erdiri dari perkebunan rakya seluas 2.676,06 hekar,perkebunan besar seluas 6.181,20 hekar dan kebun campuran seluas 296,06 hekar. si perkebunan yang dihasilkan melipui kelapa 872,02 on, kopi arabika rakya 20,11 on, kopi robusa rakya 305,05 on, ebu on, embakau kasuri 205 on, embakau rajangan on. KEHUTANAN Luas seluruh kawasan huan adalah ,54 hekar yang erdiri dari huan produksi seluas ,80 hekar, huan lindung seluas ,00 hekar dan Huan Lainnya seluas 3.461,14 hekar. Luas lahan kriis sebesar hekar. si hasil huan yang disajikan dalam publikasi ini melipui kayu jai 160,6 on, pinus (3.610,60 on), sonokeling (7,41 on),mahoni (904,5 on), rimba lain (653,80 on),kayu bakar jai dan kayu bakar rimba. Sedangkan produksi ikuan erdiri dari geah pinus ( on) dan kopi glondong basah ( on). Tanaman kopi Hasil panen pohon keela 10 Poensi dan Unggulan Jawa Timur

11 PETERNAKAN Populasi ernak besar yang erdiri dari sapi poong ( ekor) dan sapi perah (44 ekor). Populasi ernak kecil yang erdiri dari kambing (3312 ekor) dan domba ( ekor). Populasi unggas pada ayam buras (51096 ekor), ayam peelor ( ekor), ayam pedaging (21924 ekor) dan iik ( ekor). PERIKANAN Jumlah produksi perikanan ercaa kg. Penangkapan ikan yang dilakukan oleh rumah angga erdiri aas budidaya, perairan umum dan lahan bebas. si hasil ikan budidaya sebesar kg, yang erdiri dari keramba, kolam, mina padi dan air mengalir. si hasil ikan di perairan umum sebesar kg yang erdiri dari waduk, sungai dan rawa. Unuk penangkapan di lahan bebas produksi sebesar kg. Tabel 4.3. Peluang Pengembangan Poensi Komodias Kacang hijau dan Kedele Kacang hijau Indusri makanan Tepung, Sirup, Makanan Ringan 2. Kedele Indusri makanan dan minuman Kecap, ahu, empe, susu 3. Kacang Tanah Indusri makanan Kacang anah olahan Ko- Tabel 4.4. Peluang Pengembangan Poensi modias Ubikayu Umbi ubikayu Indusri epung Tepung apioka 2. Ampas ubikayu 3. Tepung apioka Indusri Makanan Indusri pakan ernak Indusri hidrolisi Tape, dodol, suwar-suwir, dan iwul insan Pakan ernak Malodeksrin, HFS dan sorbiol 4. Limbah cair Indusri fermenasi Cuka, asam cuka, asam sira dan MSG Tabel 4.5. Peluang Pengembangan Poensi Komodias Ubi Jalar B. Pengembangan poensi Unuk meningkakan poensi ekonomi masingmasing komodias di wilayah kecamaan dapa dikembangkan indusri berbasis komodias seperi yang erliha pada abel beriku: 4. Tanaman Pangan Tabel 4. Peluang Pengembangan Poensi Komodias Padi Gabah Indusri benih Benih padi unggul Indusri penggilingan padi Beras Kepala 2. Beras Indusri epung beras Tepung beras Ubi Jalar Indusri Tepung Tepung ubi jalar Indusri Kripik ubi jalar Kripik ubi jalar 4.2.Tanaman Horikulura Tabel 4.6. Peluang Pengembangan Poensi Komodias Bawang Merah Umbi b a w a n g merah Bibi Tanaman Indusri penyulingan Indusri pengeringan Bibi bawang merah unggul Minyak asiri 2. Limbah Indusri pupuk organik Kompos Tepung, bubuk seasoning & bumbu 3. Dedak padi Indusri pakan ernak Pakan ernak Biji Jagung Indusri benih Benih jagung unggul 2. Biji Jagung Indusri epung Tepung maizena Indusri Makanan ringan makanan ringan Indusri minyak Minyak jagung 3. Tongkol Jagung Indusri pakan ernak Pakan ernak 4. Dedak Jagung Indusri pakan ernak Pakan ernak Poensi dan Unggulan Jawa Timur 11

12 Tabel 4.7. Peluang Pengembangan Poensi Komodias Lombok Peluang Indusri Lombok Indusri pengolahan 2. Limbah Indusri pupuk organik Cabai kering, saos, pasa, epung, cabai kaleng, dan oleoresin Kompos Tabel 4.8. Peluang Pengembangan Poensi Komodias Kenang Ubi kenang Peluang Indusri Indusri Pembibian Indusri Pengolahan Indusri eksraksi Bibi Unggul Kenang Kenang beku Keripik Kenang Tepung Kosmeik Tabel 4.1 Peluang Pengembangan P oensi Komodias Mangga Biji/Tunas Mangga 2. Buah Mangga Indusri Pembibian Indusri Makanan dan Minuman Bibi Mangga Unggul Mangga beku Manisan mangga Sirop mangga Mangga kalengan Dodol Tabel 4.9. Peluang Pengembangan Poensi Komodias Kubis, Sawi, Labu Siam, Kacang Panjang dan Keimun Bibi Penangkaran Horikulura 2. Kubis Indusri sayuran seha bebas pesisida Bibi unggul Sayuran Beku, Sayur organik Sawi Labu Siam Kacang panjang Keimun 3. Limbah anaman Indusri pupuk organik Kompos dan pupuk organik Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Toma Bibi oma Budidaya oma organik Buah segar oma organik 2. Buah Toma Indusri Pengolahan Pasa oma, saos oma, manisan oma, dan sari buah oma 3 L i m b a h anaman Indusri pupuk organik Kompos dan pupuk organk Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Rambuan Biji/Tunas Rambuan 2. Buah Rambuan Indusri Pembibian Indusri Makanan dan Minuman Bibi Rambuan Unggul Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Durian Rambuan kalengan Rambuan beku Sirop Rambuan Biji/Tunas Durian Indusri Pembibian Bibi Durian Unggul 2. Buah Durian Indusri Makanan dan Minuman Durian beku Dodol Durian Sirop Durian 12 Poensi dan Unggulan Jawa Timur

13 Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Nangka 1 Biji nangka Budidaya Buah segar nangka unggul 3. Daging buah Indusri makanan Kripik nangka a dan dodol Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Pepaya Biji/bibi Budidaya pepaya Buah segar 2. Daging buah Indusri makanan Dodol, asinann Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Pisang Buah Pisang Indusri Pembekuan Pisang segar Indusri Pengolahan Tepung pisang Makanan ringan 2. Baang Pisang Indusri Kerjainan Tali dan Karung Rayon Handy Craf Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Alpuka 1 Biji alpuka Indusri pakaian pewarna pakaian 2 Kuli baang Indusri penyamak kuli hewan Pewarna kuli hewan 3 Daging buah Indusri bahan dasar kecanikan & kosmeik 4 Baang Pohon Indusri mebeler dan perabo rumah Laruan pelembab dan bahan unuk masker. Meja, kursi dan kusen, pinu TANAMAN PERKEBUNAN Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Tebu Molase Tebu Desilasi Alkohol Fermenasi Keripik Nangka Cuka Asam asea, sira dan laka Buanol asam aonik dan isoonik Deksrose Monosodium Gluama 2. Bagase Tebu Sera Pulp dan keras Papan sera dan parikel Bakar Brike 3. Bloong Tebu Indusri Pakan Pakan ernak Indusri pupuk 4. Daun Tebu Desilasi Proein, eanol dan sakarin Indusri pakan Pakan ernak Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Kopi Biji/Tunas Kopi Indusri pembibian Bibi kopi Unggul 2. Biji Kopi Indusri Makanan dan Minuman Bubuk Kopi Bubuk Kopi insan Minuman Kopi dan Permen Pusa pembenihan kopi 3 Limbah kuli kopi Indusri pupuk organik Kompos dan Pupuk organik Poensi dan Unggulan Jawa Timur 13

14 Hasil budidaya kelapa Hasil budidaya jambu merah Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Jambu Mene Tabel Peluang Pengembangan Biji/Tunas Jambu mene Indusri pembibian Bibi jambu mene 2. Biji Mene Indusri Makanan Mene olahan 3 Limbah anaman Indusri pupuk organik Kompos dan Poensi Komodias Kelapa Buah Kelapa Indusri Pangan Sanan Kelapa Minyak Kelapa Daun Tembakau Indusri Rokok Rokok Indusri daun rajangan Rajangan daun embakau Cocopea Indusri Oba-obaan Pesisida organik Handy Craf Indusri Pupuk Margarine 2. Air Kelapa Indusri Minuman Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Tembakau Rajangan Naa de Coco Kecap 3. Sera kelapa 4. Tempurung Kelapa Indusri Pengolahan Indusri Bakar dan kerajinan Cocofiber Arang empurung Handy Craf Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Tembakau Tabel 4.2 Peluang Pengembangan Poensi Komodias Pinang Daun Tembakau Indusri Rokok Rokok Indusri embakau Rajangan dan krosok embakau Biji Pinang Indusri farmasi /oba Oba unuk kesehaan Indusri makanan dan eksil Pewarna kain Indusri Oba-obaan Pesisida organik Pewarna makanan Indusri Pupuk Indusri pupuk organik 2. 3 Biji dan buah pinang Limbah kuli PETERNAKAN Tabel Peluang Pengembangan Poensi Ternak Tabel Peluang Pengembangan Poensi Komodias Kapuk Randu Buah Randu Indusri kapuk randu Kapuk randu 2. Kapuk randu Benang Teksil 14 Sapi Daging sapi Indusri Pengalengan Daging beku sapi 2 Kuli sapi Indusri penyamak kuli as, dompe, jake, dll 3. Limbah pada dan cair Indusri pupuk organik Poensi dan Unggulan Jawa Timur

15 Tabel Peluang Pengembangan Poensi Kambing dan Domba Daging Indusri Pengalengan Daging beku Tabel Peluang Pengembangan Poensi Indusri Makanan dan Minuman Ubikayu Indusri Makanan Tape 2. Limbah pada dan cair Indusri pupuk organik Keripik Tiwul Insan Tabel Peluang Pengembangan Poensi Ayam Buras Ayam Indusri Budidaya Bibi Unggul yam Buras Daging 2. Tulang Indusri epung Tepung ulang 3. Bulu Indusri rumah angga Ala rumah angga Tabel Peluang Pengembangan Poensi Iik Iik budidaya/ernak iik Bibi unggul iik dan daging 2 Telor Indusri makanan Kue dan makanan 2. Tulang Indusr epung ulang Tepung ulang 3 Bulu Indusri rumah angga 2. Limbah pada dan cair Indusri pupuk organik Perabo rumah angga PERIKANAN AIR TAWAR Tabel Peluang Pengembangan Poensi Perikanan Air Tawar 2. Tape Indusri Makanan Suwar-Suwir dan dodol 3. Jagung Indusri Makanan Keripik 4. Kedelai Indusri Makanan Tahu, ofu, empe, dan keripik INDUSTRILOGAM Tabel Peluang Pengembangan Indusri Logam Kuningan, Emas dan Perak Indusri Logam Berbagai jenis souvenir dari kuningan Perhiasan Emas dan Perak TEKSTIL Tabel Peluang Pengembangan Poensi Indusri Teksil Kain Indusri eksil Bordir Baik Konveksi Ikan Indusri Budidaya Bibi Unggul Ikan lele, nila dan ombro Daging ikan 2. Daging Ikan Indusri epung Tepung ikan MAKANAN DAN MINUMAN Tabel 4.3 Peluang Pengembangan Poensi Indusri Makanan dan Minuman Ubikayu Indusri Makanan Tape Keripik Tiwul Insan 2. Tape Indusri Makanan Suwar-Suwir dan dodol 3. Kedelai Indusri Makanan Tahu, ofu, empe, an keripik 4. Daging sapi Indusri Makanan Dendeng Pengemasan ape Poensi dan Unggulan Jawa Timur 15

I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Batas Wilayah Kabupaen Banyuwangi I. KONDISI UMUM DAERAH A. Luas dan Baas Wilayah Kabupaen Banyuwangi erleak di ujung paling imur pulau jawa dengan julukan Sunrise Of Java Baas wilayah Kabupaen Banyuwangi sebelah uara

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah. berkedudukan di Jalan Kabupaten 107 Kelurahan Bugih Kecamatan Pamekasan.

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah. berkedudukan di Jalan Kabupaten 107 Kelurahan Bugih Kecamatan Pamekasan. KABUPATEN PAMEKASAN I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah Pemerinah Kabupaen Pamekasan berkedudukan di Jalan Kabupaen 107 Kelurahan Bugih Kecamaan Pamekasan. Luas wilayah Kabupaen Pamekasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO UTARA KEC. PAKIS DAN KEC. TUMPANG TIMUR KEC. WAGIR DAN KEC.PAKISAJI SLATAN

KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO UTARA KEC. PAKIS DAN KEC. TUMPANG TIMUR KEC. WAGIR DAN KEC.PAKISAJI SLATAN KOTA MALANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah LUAS WILAYAH 110,05 KM2 JML KECAMATAN 5 KECAMATAN JML KELURAHAN 57 KELURAHAN JML DESA - DESA UTARA KEC. SINGOSARI DAN KEC. KARANGPLOSO TIMUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan batas wilayah

I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan batas wilayah Kabupaen Lumajang Taman alun-alun Lumajang dengan banyak perkanoran pemerinahan I. KONDISI UMUM DAERAH a.luas dan baas wilayah Luas wilayah Kabupaen Lumajang ±1.790,90 Km2 (±179.090,01 Ha.) aau 3,74% dari

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN MAESAN 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN MAESAN 2015 Katalog BPS: 1101002.3511010 STATISTIK DAERAH KECAMATAN MAESAN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN MAESAN 2015 ISSN : 1858-0955 No. Publikasi: 35110.1527 Katalog BPS: 1101002.3511010 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. Silvia Reni Yenti,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH KINETIKA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. Silvia Reni Yeni,MSi Nip : 195924081987022001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universias Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, anggal 20 desember

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTOR BY SECTOR APPROACH BENGKALIS DISTRICTS FORMING

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

: Lintang Selatan dan Bujur Timur. KOTA MADIUN

: Lintang Selatan dan Bujur Timur. KOTA MADIUN produk hasil peranian sera daerah sekiar garis panai yang membujur dari arah uara ke selaan yang merupakan daerah penghasil berbagai bioa lau. Baas wilayah : sebelah uara adalah Kabupaen Siubondo, sebelah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN SUMENEP Pulau Kangean I. KONDISI UMUM A. Luas dan Baas Wilayah Kabupaen Sumenep merupakan salah sau dari 4 (empa) Kabupaen yang ada di Pulau Madura Provinsi Jawa Timur yang erleak dianara 1130

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN JOMBANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas Batas Wilayah Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM a. Luas dan batas wilayah.

KONDISI UMUM a. Luas dan batas wilayah. KABUPATEN SIDOARJO KONDISI UMUM a. Luas dan baas wilayah. Pemerinahan Kabupaen Sidoarjo berkedudukan daerah sekiar alun alun Sidoarjo dan Masjid Agung Sidoarjo. Luas kabupaen Sidoarjo 71.424,25 Ha erbagi

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN PERENCANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2013-2018 Jalan Unung Surapai Nomor 2 Semarapura Telp. (0366) 21382, Fax (0366) 24100 e-mail

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

KABUPATEN PASURUAN I. KONDISI UMUM WILAYAH. A. Luas dan Batas Wilayah. Secara umum luas wilayah Kabupaten Pasuruan

KABUPATEN PASURUAN I. KONDISI UMUM WILAYAH. A. Luas dan Batas Wilayah. Secara umum luas wilayah Kabupaten Pasuruan KABUPATEN PASURUAN I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Baas Wilayah Secara umum luas wilayah Kabupaen Pasuruan sebesar 1.474,02 Km 2 aau 147401,50 Ha (3,13 persen luas Provinsi Jawa Timur). Wilayah Kabupaen

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONOSARI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONDOWOSO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONOSARI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONDOWOSO Katalog BPS: 1102001.3511080 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONOSARI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONDOWOSO STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONOSARI 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONOSARI 2015 ISSN :

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci