PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL Akhlis Fiano Husandani, Fifi Sofia, Edijano Jurusan Teknik Sipil, Fakulas Teknik Sipil dan Perencanaan, Insiu Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya fifi_komang@yahoo.com ABSTRAK Bandara adalah fasilias yang harus aman dari resiko genangan. Hal yang perlu diperhaikan dari kondisi erkini dari bandara Abd. Saleh yaiu belum adanya jaringan drainase dari hulu daerah aliran area bandara sisi udara menuju pembuangan akhir aau sungai erdeka. Memang ada pond/kolam namun selama ini hanya digunakan unuk menampung limpasan hujan dari area erminal dan lahan parkir mobil dan moor. Seiring dengan perkembangan bandara, ada perubahan perunukan lahan dari lahan hijau menjadi erminal dan sebagainya, maka koefisien aliran pun menjadi berubah sehingga debi limpasan hujan yang jauh ke saluran dipasikan akan berambah. Maka dari iu perlu direncanakan sisem drainase bandara yang sesuai dengan kondisi bandara seelah pengembangan. Dalam di Tugas Akhir ini, ada iga perencanaan sisem drainase yang dierapkan pada bandara, yaiu : sisem drainase dengan pembuangan aliran langsung ke sungai, sisem drainase dengan kolam ampung semenara, dan sisem drainase dengan pembuangan aliran ke kolam resapan. Dengan adanya perencanaan ulang sisem drainase ini, diharapkan kondisi bandara bisa lebih aman dari resiko genangan. Kaa kunci : Bandara, sisem drainase, resapan, kolam ampungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Ada beberapa hal yang perlu diperhaikan dari kondisi erkini dari bandara Abdulrachman Saleh. Perama, belum adanya jaringan drainase dari hulu daerah aliran area bandara menuju pembuangan akhir aau sungai erdeka. Yang ada hanyalah dari daerah aliran menuju kolam yang ada, namun idak semua daerah aliran area bandara. Kedua, idak ada saluran drainase di kanan kiri runway. Limpasan hujan langsung dibuang ke lahan hijau di kanan kiri runway. Keiga, memang ada iga pond/kolam namun selama ini hanya digunakan unuk menampung limpasan hujan dari area bandara saa bandara masih bersaus bandara milier. Kondisi ideal pada sisem drainase bandara yaiu perlu adanya jaringan drainase yang baik dari daerah aliran menuju pembuangan akhir aau sungai, sekalipun ada lahan hijau yang daya resapnya cukup inggi dan kondisi air anah yang cukup dalam. Karena dengan hal iu, resiko genangan bisa diminimalisir. Selain iu, di fasilias ransporasi seperi bandara seharusnya idak boleh ada genangan eruama di area runway karena sanga berimbas pada laju pesawa saa landing aau saa akan ake off. Peluang besar erjadi genangan bila runway idak difasiliasi saluran drainase di sekiarnya, karena debi limpasan hujan idak bisa diprediksi apakah diserap semua oleh anah aau idak. Limpasan hujan dari area runway idak seharusnya dibuang begiu saja ke samping kanan kiri runway karena sifa dan kondisi anah yang idak bisa diprediksi seiring dengan perkembangan bandara. Diperlukan saluran drainase unuk menampung debi limpasan di sisi kanan kiri runway agar idak erjadi genangan. Seiring dengan perkembangan bandara, yakni ada perubahan perunukan lahan dari lahan hijau menjadi erminal dan sebagainya, maka koefisien aliran pun menjadi berubah sehingga debi limpasan hujan yang jauh ke saluran dipasikan akan berambah. Oleh karena iu, perlu direncanakan saluran drainase yang bisa berfungsi secara opimal pada area bandara. 1.2 Permasalahan 1. Dengan adanya pengembangan area bandara, seberapa besarkah penambahan daerah aliran pada bandara ersebu? 2. Apakah jaringan drainase bandara eksising masih layak dierapkan jika sudah ada pengembangan bandara? 3. Bagaimanakah sisem drainase dan dimensi saluran yang sesuai unuk dierapkan di bandara pada kondisi seelah pengembangan? 4. Berapakah dimensi dan debi buangan dari kolam jika diperlukan kolam unuk menampung semenara debi limpasan area bandara? 1.3 Tujuan 1. Mengeahui seberapa besar penambahan daerah aliran seelah dilakukan pengembangan bandara.

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) Mengeahui apakah diperlukan sisem jaringan baru unuk drainase bandara aau idak. 3. Mengeahui sisem drainase dan menghiung spesifikasi hidrolika dan dimensi saluran yang efekif unuk dierapkan pada bandara. 4. Menenukan debi buangan, dan volume kolam ampungan yang cukup unuk menampung semenara debi limpasan. II. METODOLOGI Diagram alir dari peneliian ini dapa diliha pada Gambar 2.1 beriku: III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Hidrologi Analisis dilakukan pada daa hujan harian maksimum selama 10 ahun yaiu ahun Tujuan dari analisis ini adalah unuk mendapakan inggi hujan rencana yang akan digunakan unuk perhiungan debi hidrologi. Adapun daa hujan yang dianalisis, diperoleh dari sasiun penakar hujan area bandara Abdulrachman Saleh, yaiu diampilkan pada Tabel 3.1 beriku ini : Tabel 3.1. Daa Hujan Harian Maks. Tahun n Tahun R i (mm) , , , , , , , , , ,00 Σ 1109 Ke. : Ri menunjukkan hujan harian maks. dalam 1 ahun Analisis frekuensi daa hujan menggunakan disribusi Normal, Log Normal, Gumbel, dan Log Pearson III. Seelah diuji kecocokan daanya menggunakan Uji Chi Kuadra, didapakan hasil bahwa yang memenuhi krieria uji kecocokan daa adalah menggunakan Disribusi Log Pearson III. Pada Tabel 3.2. beriku akan diunjukkan besar inggi hujan rencana menggunakan Disribusi Log Pearson III, diambil periode ulang hujan 10 ahun. Gambar 2.1 Diagram Alir Meodologi Uraian Meodologi : Peneliian dimulai dari pengumpulan daa dan analisis daa awal. Seelah didapakan daa hujan maka selanjunya akan dilakukan perhiungan hidrologi unuk menenukan debi yang masuk ke saluran. Debi ini yang nani akan dijadikan dasar perhiungan hidrolika aau dimensi saluran. Seelah iu, akan dilakukan konrol luapan dengan memperhaikan inggi muka air, baik di saluran maupun di kolam. Seelah dicek aman dari luapan, maka disimpulkan sisem drainase sudah cocok dierapkan pada area bandara. Tabel 3.2. Tinggi Hujan Rencana Dis. Log Pearson III Tahun R 2 105, , , ,80 Ke. : R : Tinggi Hujan Rencana ahun ke (mm)

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) Analisis Hidrolika Seelah didapakan inggi hujan rencana, selanjunya dilakukan perhiungan debi hidrologi maksimum unuk perencanaan hidrolika/dimensi saluran. Perhiungan debi hidrologi menggunakan rumus Q = 0,278. C. I. A. Inensias hujan didapakan dari inggi hujan rencana PUH 10 ahun dengan menggunakan rumus Mononobe, yaiu : R24 24 I 24 c 2 / 3 Unuk perhiungan debi hidrolika, menggunakan rumus Manning yaiu : Q = v. A v = 1. R 2/3. I 1/2 n Luas penampang saluran (A) dicoba-coba sehingga mendapakan debi hidrolika yang mampu menampung debi hidrologi maksimum yang masuk ke saluran. Pada Tabel 3.3, Tabel 3.4, dan Tabel 3.5 beriku diunjukkan hasil perhiungan debi hidrolika unuk saluran zona 1, 2, dan 3. Tabel 3.3. Perhiungan Debi Hidrolika Zona 1 No Nama Q hidrologi h* z b A P R v lap v rencana Q hidrolika Konrol n S lap Debi m3/d m m m2 m m m/d m/d m3/d 1 T2 0,936 1,00 0,013 0, M 1 2,00 2,00 4,00 0,50 0,52 0,52 1,036 OK 2 T3 0,750 0,90 0,013 0, ,80 1,62 3,60 0,45 0,47 0,47 0,755 OK 3 T1 0,926 1,00 0,013 0, M 2 2,00 2,00 4,00 0,50 0,50 0,50 1,001 OK 4 GORONG 1 1,601 1,00 0,013 0, ,00 2,00 4,00 0,50 0,88 0,88 1,769 OK 5 T4 0,419 0,75 0,013 0, M 3 1,50 1,13 3,00 0,38 0,43 0,43 0,481 OK 6 T5 0,505 0,80 0,013 0, ,60 1,28 3,20 0,40 0,46 0,46 0,586 OK 7 T6 1,016 1,00 0,013 0, ,00 2,00 4,00 0,50 0,54 0,54 1,075 OK 8 T7 1,097 0,75 0,013 0, ,50 1,13 3,00 0,38 3,10 1,00 1,125 OK 9 S2 0,604 0,55 0,013 0, ,10 0,91 2,66 0,34 0,71 0,71 0,643 OK M 4 10 T8 0,181 0,35 0,013 0, ,70 0,25 1,40 0,18 1,95 1,00 0,245 OK 11 S1 1,960 0,85 0,013 0, ,70 2,17 4,10 0,53 1,84 1,00 2,168 OK 12 GORONG 2 1,956 1,05 0,013 0, ,10 2,21 4,20 0,53 0,91 0,91 2,015 OK SUNGAI 13 P1 3,745 1,00 0,013 0, ,5 2,50 4,00 6,11 0,66 2,53 1,00 4,000 OK Tabel 3.4. Perhiungan Debi Hidrolika Zona 2 No Nama Q hidrologi h* z b A P R v lap v rencana Q hidrolika Konrol n S lap Debi m3/d m m m2 m m m/d m/d m3/d 1 T9 0,168 0,45 0,013 0, M 5 0,90 0,41 1,80 0,23 0,44 0,44 0,179 OK 2 T10 0,950 0,95 0,013 0, ,90 1,81 3,80 0,48 0,55 0,55 1,001 OK 3 T11 0,325 0,45 0,013 0, ,90 0,41 1,80 0,23 1,80 1,00 0,405 OK M 6 4 T12 0,968 0,75 0,013 0, ,50 1,13 3,00 0,38 0,95 0,95 1,066 OK 5 GORONG 3 1,173 0,80 0,013 0, ,60 1,28 3,20 0,40 0,98 0,98 1,260 OK 6 T13 0,050 0,30 0,013 0, M 7 0,60 0,18 1,20 0,15 0,31 0,31 0,055 OK 7 T14 0,097 0,40 0,013 0, ,80 0,32 1,60 0,20 0,37 0,37 0,119 OK M 8 8 T15 1,010 1,00 0,013 0, ,00 2,00 4,00 0,50 0,51 0,51 1,027 OK 9 T16 1,035 0,95 0,013 0, ,90 1,81 3,80 0,48 0,59 0,59 1,065 OK 10 S3 1,731 0,80 0,013 0, ,60 1,92 3,86 0,50 0,99 0,99 1,899 OK 11 S4 0,302 0,50 0,013 0, ,00 0,75 2,41 0,31 0,42 0,42 0,313 OK M 9 12 T17 0,206 0,35 0,013 0, ,70 0,25 1,40 0,18 1,52 1,00 0,245 OK 13 T18 0,122 0,45 0,013 0, ,90 0,41 1,80 0,23 0,36 0,36 0,145 OK 14 GORONG 4 2,854 1,20 0,013 0, ,40 2,88 4,80 0,60 0,99 0,99 2,863 OK KOLAM 1 15 T19 0,465 0,70 0,013 0, ,40 0,98 2,80 0,35 0,54 0,54 0,529 OK 16 T20 0,411 0,70 0,013 0, ,40 0,98 2,80 0,35 0,48 0,48 0,473 OK 17 P2 2,990 0,90 0,013 0, ,5 2,25 3,24 5,49 0,59 1,00 1,00 3,231 OK Tabel 3.5. Perhiungan Debi Hidrolika Zona 3 No Nama Q hidrologi h* z b A P R v lap v rencana Q hidrolika Konrol n S lap Debi m3/d m m m2 m m m/d m/d m3/d 1 T23 0,052 0,25 0,013 0, M 10 0,50 0,13 1,00 0,13 0,61 0,61 0,076 OK 2 T24 0,109 0,35 0,013 0, ,70 0,25 1,40 0,18 0,54 0,54 0,132 OK 3 T25 0,696 0,90 0,013 0, M 11 1,80 1,62 3,60 0,45 0,47 0,47 0,767 OK 4 T26 0,717 0,70 0,013 0, ,40 0,98 2,80 0,35 0,76 0,76 0,749 OK 5 T27 0,923 0,95 0,013 0, ,90 1,81 3,80 0,48 0,53 0,53 0,956 OK 6 T28 0,984 0,75 0,013 0, ,50 1,13 3,00 0,38 0,89 0,89 1,006 OK 7 S5 0,303 0,55 0,013 0, ,10 0,91 2,66 0,34 0,42 0,42 0,382 OK 8 T29 0,053 0,20 0,013 0, M 12 0,40 0,08 0,80 0,10 0,66 0,66 0,053 OK 9 T30 0,085 0,30 0,013 0, ,60 0,18 1,20 0,15 0,49 0,49 0,087 OK 10 GORONG 5 1,647 1,00 0,013 0, ,00 2,00 4,00 0,50 0,94 0,94 1,883 OK 11 T31 0,745 0,65 0,013 0, M 13 1,30 0,85 2,60 0,33 2,79 1,00 0,845 OK 12 T32 0,766 0,70 0,013 0, ,40 0,98 2,80 0,35 0,85 0,85 0,837 OK 13 T33 0,615 0,60 0,013 0, ,20 0,72 2,40 0,30 2,70 1,00 0,720 OK 14 T34 0,650 0,60 0,013 0, ,20 0,72 2,40 0,30 3,45 1,00 0,720 OK 15 S6 1,711 0,80 0,013 0, ,60 1,92 3,86 0,50 4,32 1,00 1,920 OK M T21 0,439 0,55 0,013 0, ,10 0,61 2,20 0,28 0,88 0,88 0,531 OK 17 T22 1,797 0,95 0,013 0, ,90 1,81 3,80 0,48 2,58 1,00 1,805 OK 18 T35 0,085 0,30 0,013 0, ,60 0,18 1,20 0,15 0,49 0,49 0,087 OK 19 GORONG 6 2,473 1,20 0,013 0, ,40 2,88 4,80 0,60 0,95 0,95 2,739 OK 20 T38 0,890 0,80 0,013 0, M 15 1,60 1,28 3,20 0,40 0,71 0,71 0,904 OK 21 T39 0,870 0,85 0,013 0, ,70 1,45 3,40 0,43 0,66 0,66 0,949 OK 22 T40 0,300 0,55 0,013 0, M 16 1,10 0,61 2,20 0,28 0,58 0,58 0,352 OK 23 GORONG 7 1,645 1,00 0,013 0, ,00 2,00 4,00 0,50 0,88 0,88 1,769 OK 24 T36 0,885 0,70 0,013 0, M 17 1,40 0,98 2,80 0,35 2,51 1,00 0,980 OK 25 T37 0,988 0,75 0,013 0, ,50 1,13 3,00 0,38 2,14 1,00 1,125 OK 26 S7 0,416 0,45 0,013 0, ,90 0,61 2,17 0,28 0,74 0,74 0,447 OK 27 S8 1,347 0,70 0,013 0, ,40 1,47 3,38 0,43 0,99 0,99 1,451 OK 28 T43 0,468 0,50 0,013 0, M 18 1,00 0,50 2,00 0,25 1,93 1,00 0,500 OK 29 T44 0,468 0,50 0,013 0, ,00 0,50 2,00 0,25 2,49 1,00 0,500 OK 30 T45 0,229 0,35 0,013 0, ,70 0,25 1,40 0,18 2,27 1,00 0,245 OK 31 T41 0,449 0,65 0,013 0, M 19 1,30 0,85 2,60 0,33 0,59 0,59 0,502 OK 32 T42 0,887 0,70 0,013 0, ,40 0,98 2,80 0,35 1,21 1,00 0,980 OK 33 T46 0,239 0,35 0,013 0, ,70 0,25 1,40 0,18 2,78 1,00 0,245 OK 34 S9 2,474 0,95 0,013 0, ,90 2,71 4,59 0,59 4,83 1,00 2,708 OK 35 GORONG 8 2,504 1,15 0,013 0, ,30 2,65 4,60 0,58 0,97 0,97 2,569 OK 36 GORONG 9 2,474 1,15 0,013 0, ,30 2,65 4,60 0,58 0,97 0,97 2,569 OK 37 GORONG 10 0,676 0,70 0,013 0, ,40 0,98 2,80 0,35 0,70 0,70 0,684 OK 38 T47 0,702 0,60 0,013 0, M 20 1,20 0,72 2,40 0,30 2,91 1,00 0,720 OK 39 T48 0,783 0,65 0,013 0, ,30 0,85 2,60 0,33 5,83 1,00 0,845 OK 40 S10 3,518 1,10 0,013 0, ,20 3,63 5,31 0,68 5,03 1,00 3,630 OK 41 T49 0,165 0,30 0,013 0, M 21 0,60 0,18 1,20 0,15 3,48 1,00 0,180 OK 42 GORONG 11 4,037 1,45 0,013 0, ,90 4,21 5,80 0,73 0,98 0,98 4,127 OK M T50 0,729 0,65 0,013 0, ,30 0,85 2,60 0,33 4,12 1,00 0,845 OK 44 T51 0,675 0,60 0,013 0, ,20 0,72 2,40 0,30 3,91 1,00 0,720 OK M T52 1,420 0,85 0,013 0, ,70 1,45 3,40 0,43 2,75 1,00 1,445 OK 46 S11 1,278 0,70 0,013 0, ,40 1,47 3,38 0,43 4,72 1,00 1,470 OK 47 S12 4,088 1,20 0,013 0, ,40 4,32 5,79 0,75 5,35 1,00 4,320 OK 48 S13 1,420 0,80 0,013 0, ,60 1,92 3,86 0,50 0,74 0,74 1,420 OK KOLAM 2 49 P3 3,951 1,00 0,013 0, ,5 2,50 4,00 6,11 0,66 4,74 1,00 4,000 OK 50 P4 3,889 1,00 0,013 0, ,5 2,50 4,00 6,11 0,66 10,05 1,00 4,000 OK 51 P5 5,345 1,20 0,013 0, ,5 3,00 5,76 7,33 0,79 11,96 1,00 5,760 OK Seelah diperoleh dimensi saluran besera oupu hidrolika lainnya, selanjunya akan dikonrol kecepaan aliran pada iap saluran. Dalam peneliian ini, direncanakan kecepaan maksimum aliran yaiu 1 m/d, sehingga saluran yang kecepaan alirannya lebih dari 1 m/d harus direncanakan pula bangunan erjunnya.

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) No. Nama Pada Tabel 3.6 beriku ini diunjukkan hasil perhiungan bangunan erjun dari saluran zona 1, 2, dan 3. Tabel 3.6. Perhiungan Bangunan Terjun Kemiringan Panjang Kemiringan Beda Panjang Pjg. Debi Tinggi BT Jumlah BT Renc. Sal. Lap. Kemiringan Terjunan Kolam Z saluran L 1 1 L ΔH Q l L 2 akiba BT I R I L (m) (m) (m 3 /d) (m) (buah) (m) (m) (m) (m) (m) ZONA 1 1 T7 0, , ,08 1,097 0, ,67 1,20 0,58 2,16 0,80 2 T8 0, , ,03 0,181 0, ,83 1,20 0,38 1,24 0,80 3 S1 0, , ,14 1,960 0, ,00 0,30 0,48 8,53 0,10 4 P1 0, , ,84 3,745 0,25 4 La = 350 0,45 0,58 7,88 0,60 Lb-Lf = 37,5 ZONA 2 5 T11 0, , ,35 0,325 0, ,67 0,45 0,30 1,64 0,30 6 T17 0, , ,57 0,206 0, ,50 0,45 0,25 1,40 0,45 ZONA 3 7 T31 0, , ,92 0,745 0, ,00 1,20 0,53 1,85 1,60 8 T33 0, , ,98 0,615 0, ,00 1,20 0,50 1,73 1,60 9 T34 0, , ,46 0,650 0, ,67 0,45 0,38 2,38 0,30 10 S6 0, , ,84 1,711 0, ,57 1,20 0,60 2,85 2,40 11 T22 0, , ,98 1,797 0,50 6 La = 850 1,20 0,68 2,59 2,40 Lb-Lg = T36 0, , ,68 0,885 0, ,50 1,20 0,55 1,97 1,60 13 T37 0, , ,39 0,988 0, ,33 0,45 0,45 2,92 0,30 14 T43 0, , ,37 0,468 0, ,67 0,45 0,33 2,07 0,30 15 T44 0, , ,26 0,468 0, ,25 1,20 0,45 1,65 1,20 16 T45 0, , ,61 0,229 0, ,00 1,20 0,38 1,37 1,60 17 T42 0, , ,16 0,887 0, ,00 0,45 0,43 2,80 0,15 18 T46 0, , ,61 0,239 0, ,14 1,20 0,38 1,40 2,40 19 S9 0, , ,43 2,474 0, ,88 1,20 0,68 3,35 1,20 20 T47 0, , ,21 0,702 0, ,33 1,20 0,50 1,88 2,00 21 T48 0, , ,37 0,783 0, ,50 1,20 0,53 1,91 3,60 22 S10 0, , ,84 3,518 0, ,50 1,20 0,75 4,03 3,20 23 T49 0, , ,13 0,165 0, ,50 1,20 0,35 1,27 3,60 24 T50 0, , ,24 0,729 0, ,00 1,20 0,53 1,83 3,60 25 T51 0, , ,21 0,675 0,50 9 La-Li = 11,11 1,20 0,50 1,83 3,60 Lj = T52 0, , ,43 1,420 0, ,67 0,45 0,50 3,80 0,30 27 S11 0, , ,91 1,278 0, ,00 1,20 0,55 2,53 1,60 28 S12 0, , ,41 4,088 0, ,33 1,20 0,80 4,28 2,00 29 P3 0, , ,34 3,951 0, ,63 1,20 0,70 3,99 2,80 30 P4 0, , ,91 3,889 1,00 9 La-Le = 50 2,70 0,95 3,36 8,10 Lf-Lj = P5 0, , ,97 5,345 1, ,00 2,70 1,05 3,66 4,50 Dan Gambar 3.1 beriku adalah poongan memanjang bangunan erjun yang akan dipasang pada saluran yang erera pada Tabel 3.6 di aas. h 1 h c a h 2 z 3.3. Analisis Sisem Pembuangan Akhir Aliran a. Sisem Pembuangan Akhir Zona 1 Direncanakan aliran yang dibuang langsung ke sungai menggunakan konrol pinu air yang berdimensi lebar 0,70m dan pinu berjumlah 3 buah. Adapun perhiungan inggi bukaan rencana pinu air maksimum erjadi pada debi maksimum yaiu meni ke 72 dengan Q = 3,74 m3/d, yaiu sebagai beriku : Q = n pinu. K.μ.a.b (2 g h 1 ) 3,74 = ,515. a. 0,70. (2.9,81.0,478) a = 0,82 m Unuk perhiungan inggi bukaan pinu air (a) pada debi normal yang lain, disajikan pada Tabel 3.7 beriku ini : Tabel 3.7. Perhiungan Tinggi Bukaan Pinu Air Zona 1 Perencanaan Bukaan Pinu Q Inflow h air a µ K (mn) (m3/d) (m) (m) ,500 1,00-4,00 0,21 0,327 0,500 1,00 0,08 8,00 0,42 0,281 0,500 1,00 0,17 12,00 0,62 0,357 0,500 1,00 0,22 16,00 0,83 0,421 0,500 1,00 0,28 20,00 1,04 0,478 0,500 1,00 0,32 24,00 1,25 0,529 0,500 1,00 0,37 28,00 1,46 0,577 0,500 1,00 0,41 32,00 1,66 0,622 0,500 1,00 0,45 36,00 1,87 0,664 0,500 1,00 0,49 40,00 2,08 0,704 0,500 1,00 0,53 44,00 2,29 0,741 0,500 1,00 0,57 48,00 2,50 0,777 0,500 1,00 0,61 52,00 2,70 0,811 0,500 1,00 0,65 56,00 2,91 0,844 0,500 1,00 0,68 60,00 3,12 0,876 0,500 1,00 0,72 64,00 3,33 0,907 0,500 1,00 0,75 68,00 3,54 0,937 0,500 1,00 0,79 72,00 3,74 0,965 0,500 1,00 0,82 76,00 3,54 0,937 0,500 1,00 0,79 80,00 3,33 0,907 0,500 1,00 0,75 84,00 3,12 0,876 0,500 1,00 0,72 88,00 2,91 0,844 0,500 1,00 0,68 92,00 2,70 0,811 0,500 1,00 0,65 96,00 2,50 0,777 0,500 1,00 0,61 100,00 2,29 0,741 0,500 1,00 0,57 104,00 2,08 0,704 0,500 1,00 0,53 108,00 1,87 0,664 0,500 1,00 0,49 112,00 1,66 0,622 0,500 1,00 0,45 116,00 1,46 0,577 0,500 1,00 0,41 120,00 1,25 0,529 0,500 1,00 0,37 124,00 1,04 0,478 0,500 1,00 0,32 128,00 0,83 0,421 0,500 1,00 0,28 132,00 0,62 0,357 0,500 1,00 0,22 136,00 0,42 0,281 0,500 1,00 0,17 140,00 0,21 0,327 0,500 1,00 0,08 144, ,500 1,00 - Hubungan anara inggi bukaan pinu air dan waku seperi Tabel 3.7 di aas, akan digunakan unuk operasional bukaan pinu air pada saluran P1 zona 1. 1 L 1 L 2 Gambar 3.1. Poongan Memanjang Bangunan Terjun

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) b. Sisem Pembuangan Akhir Zona 2 Direncanakan pembuangan akhir pada zona 2 menggunakan kolam ampung berluasan 3750 m 2, yang kemudian aliran akan dibuang menuju sungai erdeka. Konrol pembuangan menggunakan pinu air sejumlah 2 buah berdimensi lebar 1m dan inggi bukaan 1 m. Ada 2 kondisi perbedaan muka air di hulu dan hilir pinu air, yaiu : - Kondisi A : Pinu air diapi oleh muka air kolam dan muka air sungai karena sungai dalam kondisi banjir, diunjukkan dengan Gambar 3.2. Gambar 3.2. Poongan Pinu Air Kondisi A - Kondisi B : Pinu air hanya diapi oleh muka air kolam karena sungai dalam kondisi dangkal, diunjukkan dengan Gambar 3.3. Gambar 3.2. Poongan Pinu Air Kondisi B Pada Tabel 3.8 beriku adalah hasil perhiungan ampungan akhir di kolam 1 kondisi A : Tabel 3.8. Perhiungan Tampungan Akhir Kolam 1 - A Inflow Ouflow dari PINTU AIR (a = b = 1m) Tampungan h air Q oal Vol. Toal Vol. Kum K µ max Q Vol. V Kum Akhir kolam (mn) (m3/d) m3 m3 (m3/d) m3 m3 m3 m 64,46 2,99 773, , ,18 1,856 68,93 2,78 773, ,32 0,856 0,546 5,64 755,40 755, ,92 1,861 72,50 2,62 579, ,57 0,861 0,547 5, , , ,82 1,691 76,93 2,41 667, ,99 0,691 0,542 4, , , ,60 1,515 80,93 2,23 556, ,54 0,515 0,538 3,02 880, , ,70 1,429 84,93 2,04 512, ,57 0,429 0,536 2,43 654, , ,25 1,391 88,93 1,86 467, ,07 0,391 0,535 2,18 553, , ,82 1,368 92,93 1,67 422, ,05 0,368 0,534 2,04 506, , ,50 1,346 97,36 1,46 416, ,26 0,346 0,534 1,90 522, , ,70 1, ,72 1,31 279, ,84 0,318 0,533 1,72 364, , ,78 1, ,93 1,11 305, ,84 0,295 0,532 1,58 417, , ,59 1, ,93 0,93 244, ,72 0,265 0,532 1,40 358, , ,15 1, ,14 0,73 209, ,52 0,235 0,531 1,23 332, , ,29 1, ,93 0,56 146, ,91 0,202 0,530 1,04 257, , ,04 1, ,93 0,37 111, ,22 0,173 0,529 0,88 229, , ,40 1, ,93 0,19 66, ,01 0,141 0,529 0,70 189, , ,59 1, ,93-22, ,27 0,108 0,528 0,53 148, , ,49 1,075 Pada Tabel 3.9 beriku adalah hasil perhiungan ampungan akhir di kolam 1 kondisi B : Tabel 3.9. Perhiungan Tampungan Akhir Kolam 1 - B Inflow Ouflow dari PINTU AIR (a = b = 1m) Tampungan h air Q oal Vol. Toal Vol. Kum Q Vol. V Kum Akhir kolam K µ max (mn) (m3/d) m3 m3 (m3/d) m3 m3 m3 m 64,46 2,99 773, , ,18 1,856 68,93 2,78 773, ,32 1,00 0,546 6,59 882,70 882, ,62 1,827 72,50 2,62 579, ,57 1,00 0,546 6, , , ,37 1,606 76,93 2,41 667, ,99 1,00 0,540 6, , , ,76 1,338 80,93 2,23 556, ,54 1,00 0,533 5, , , ,42 1,118 84,93 2,04 512, ,57 1,00 0,528 4, , , ,74 0,921 88,93 1,86 467, ,07 1,00 0,523 4, , , ,78 0,746 92,93 1,67 422, ,05 1,00 0,519 3, , , ,54 0,589 97,36 1,46 416, ,26 1,00 0,515 3,50 991, , ,55 0, ,72 1,31 279, ,84 1,00 0,511 2,99 653, , ,24 0, ,93 1,11 305, ,84 1,00 0,508 2,61 707, ,76 859,08 0, ,93 0,93 244, ,72 1,00 0,506 2,14 570, ,10 533,62 0, ,14 0,73 209, ,52 1,00 0,504 1,68 483, ,62 259,90 0, ,93 0,56 146, ,91 1,00 0,502 1,17 323, ,54 82,38 0, ,93 0,37 111, ,22 1,00 0,501 0,66 219, , ,93 0,19 66, ,01 1,00 0,500-78, , ,93-22, ,27 1,00 0, , c. Sisem Pembuangan Akhir Zona 3 Direncanakan pembuangan akhir pada zona 3 menggunakan kolam resapan berluasan 1 ha. Pada Tabel 3.10 beriku ini diunjukkan perhiungan ampungan akhir dari volume masukan dan resapannya. Tabel Perhiungan Tampungan Akhir Kolam Resapan Inflow Ouflow Tampungan h air Q oal Vol. oal Vol. Kum Vol. Kum Akhir kolam (mn) (m3/d) m3 m3 m3 m3 m ,00 0,49 58,71 58,71 608,67-0,000 8,00 0,98 176,12 234, ,13-0,000 12,00 1,47 293,53 528, ,13-0,000 16,00 1,96 410,94 939, ,87-0,000 20,00 2,45 528, , ,12-0,000 24,00 2,94 645, , ,22-0,000 28,00 3,42 763, , ,16-0,000 32,00 3,91 880, , ,57-0,000 36,00 4,40 998, , ,83 493,36 0,049 40,00 4, , , , ,56 0,126 44,00 5, , , , ,37 0,215 48,00 5, , , , ,11 0,318 52,00 6, , , , ,29 0,433 56,00 6, , , , ,60 0,561 60,00 7, , , , ,86 0,702 64,00 7, , , , ,02 0,856 68,00 8, , , , ,16 1,022 74,66 9, , , , ,17 1,326 76,70 9, , , , ,99 1,424 78,74 8, , , , ,26 1,521 85,40 8, , , , ,93 1,816 89,40 7, , , , ,31 1,978 93,40 7, , , , ,89 2,128 97,40 6, , , , ,27 2, ,40 6, , , , ,11 2, ,40 5, , , , ,08 2, ,40 5, , , , ,92 2, ,40 4, , , , ,36 2, ,40 4, , , , ,19 2, ,40 3,62 927, , , ,22 2, ,40 3,13 810, , , ,25 2, ,40 2,64 693, , , ,15 2, ,40 2,15 575, , , ,77 3, ,40 1,66 458, , , ,98 3, ,40 1,18 340, , , ,67 3, ,40 0,69 223, , , ,75 3, ,32 0,21 104, , , ,73 3, ,40-25, , , ,55 3,006

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) IV. KESIMPULAN Dari uraian dan perhiungan, dapa diambil kesimpulan bahwa : 1. Luasan daerah aliran masing-masing zona, yaiu : DAS Zona 1 = m 2 DAS Zona 2 = m 2 DAS Zona 3 = m 2 DAS Toal Aliran = m 2 2. Landasan pesawa area bandara idak memiliki saluran drainase, maka dari iu diperlukan sisem drainase agar aman dari resiko genangan. Perencanaan sisem drainase bisa dierapkan pada bandara yaiu dengan sisem drainase saluran erbuka, dan kolam sebagai ampungan semenara sebelum dibuang ke sungai erdeka. Adapun unuk area yang kemiringan medannya yang idak mengarah ke sungai, maka sisem drainasenya bisa menggunakan kolam resapan. 3. Ada iga sisem drainase yang dierapkan pada bandara seelah mengalami pengembangan, yaiu : Sisem drainase dengan pembuangan aliran langsung ke sungai Sisem drainase dengan kolam ampung semenara dan buangan dari pinu air Sisem drainase dengan pembuangan aliran ke kolam resapan Benuk saluran pada saluran zona 1, 2, dan 3 adalah benuk segiempa dan rapesium. Dimensi pada saluran segiempa yang dierapkan pada zona 1, 2, dan 3 yaiu dengan lebar&inggi minimal 0,40m&0,60m, dan lebar&inggi maksimal 2,00m&1,50m. Dimensi pada saluran rapesium dengan z = 1, yaiu dengan lebar&inggi minimal 0,90&0,85m, dan lebar&inggi maksimal 2,40&1,80m. Kemudian unuk dimensi pada saluran rapesium dengan z = 1,5; yaiu dengan lebar&inggi minimal 2,25&1,50m, dan lebar&inggi maksimal 3,00&1,95m. Sera unuk box culver memiliki lebar&inggi minimal 1,40&1,20m, dan lebar&inggi maksimal 2,90&1,45m. 4. Bangunan dan fasilias drainase yang dibuuhkan yaiu : a. Unuk sisem drainase dengan pembuangan langsung menuju sungai, direncanakan dengan pinu air dengan lebar bukaan 0,70m dan inggi bukaan maksimum 0,82m dari dasar pinu, dengan jumlah 3 uni pinu. b. Unuk sisem drainase dengan kolam ampung semenara, memiliki dimensi kolam ampung 75m x 50m dengan bangunan perlengkapan kolam sedalam 2 m dan 2 uni pinu air ukuran lebar x inggi yaiu 1m x 1m. Operasional pinu sebagai beriku : - Jika kondisi sungai penuh dan pinu air dalam keadaan erbuka, unuk inggi air di kolam kurang dari 1 m, bisa erjadi air balik dari sungai ke kolam. Maka pinu harus diuup kembali. - Selama waku hujan 128,93 meni, volume masukan ke kolam ampungan yaiu m3. Jika idak ada operasional pinu air, maka air akan meluap karena mencapai keinggian lebih dari 2m. Jika dua uni pinu air dibuka pada meni ke 64,46, maka epa saa waku hujan habis, akan didapa inggi air di kolam seinggi 1,075m dari dasar kolam. Kolam idak akan kemasukan air sungai karena keinggian air masih di aas 1 m di aas dasar kolam. - Kondisi B sungai kering sehingga kolam bisa dikuras. Jika dua pinu air dibuka pada meni ke 64,46, maka epa saa hujan habis, kolam juga bisa meloloskan semua volume air. c. Unuk sisem drainase dengan kolam resapan, memiliki dimensi kolam 100m x 100m dengan kedalaman kolam 4 m. Infilrasi yang erjadi pada kolam resapan dimulai dari awal waku hujan dan volume air yang masuk ke kolam berhasil diresapkan habis hingga meni ke 32. Seelah meni ke 32 ke aas, kolam mulai ada penggenangan air dengan keinggian yang semakin berambah. Saa hujan habis, keinggian air dari dasar kolam yaiu 3,00m sehingga masih belum meluap dari kolam. Unuk meresapkan sisa volume yang erampung, dibuuhkan waku sekiar 10 jam hingga air di kolam habis. DAFTAR PUSTAKA [1] Topografi Bandara Abdulrachman Saleh- Malang.URL:<hp://map.google.com/abdulrachmansalehmalang/> [2] Canonika, Lucio Memahami Hidrolika. Bandung: Angkasa [3] Horonjeff, Rober Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara. Jakara : Erlangga [4] Husandani, Akhlis Fiano Perencanaan Ulang Sisem Drainase Bandara Abdulrachman Saleh Malang, Dalam Pengembangannya Dari Saus Milier Menuju Komersial. Surabaya [5] Mahmub, Muhammad Modul Perhiungan Infilrasi. URL:<hp://mmahbub.wordpress.com/> [6] Ruslan Wirosoedarmo, Bambang Suharo, Wulan Ruhunnaiqah Hijriyai. Agusus Evaluasi Laju Infilrasi Pada Beberapa Penggunaan Lahan Menggunakan Meode Infilrasi Horon Di Sub Das Coban Rondo Kecamaan Pujon Kabupaen Malang. Jurnal Teknik Peranian-FTP-UB MALANG Vol. 10 No. 2:88-96 [7] Sandar Perencanaan Irigasi Krieria Perencanaan Bagian Bangunan Uama (KP-02), 1986 [8] Soewarno Hidrologi, Aplikasi Meode Saisik Unuk Analisa Daa. Bandung : Nova [9] Triamodjo, Bambang Hidraulika II. Jogjakara : Bea Offse [10] Triamodjo, Bambang Hidrologi Terapan. Jogjakara : Bea Offse

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan Rossana Margaret, Edijatno, Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Hidrograf satuan (Unit hydrograph) Hujan titik. Peta Topografi. Hujan DAS. Hujan rancangan. Parameter DAS. Hidrograf satuan sintetik

Hidrograf satuan (Unit hydrograph) Hujan titik. Peta Topografi. Hujan DAS. Hujan rancangan. Parameter DAS. Hidrograf satuan sintetik Meode Bagan HIDROGRAF SATUAN Hidrograf sauan (Uni hydrograph) Adalah hidrograf limpasan langsung (direc runoff) akiba hujan reraa DAS sau sauan selama sau sauan waku (umumnya dalam mm/jam). Hidrograf Limpasan

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) 1-1 Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik Gemma Galgani T. D., Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (1) ISSN: 337-3539 (31-971 Print) C-35 Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik Gemma Galgani Tunjung Dewandaru, dan Umboro Lasminto

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA Perencanaan Sistem Drainase Perumahan The Greenlake Surabaya PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN THE GREENLAKE SURABAYA Riska Wulansari, Edijatno, dan Yang Ratri Savitri. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI DAPUR / OTIK SEHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KOTA LAMONGAN

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI DAPUR / OTIK SEHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KOTA LAMONGAN Redesain Bendungan Way Apu Kabpaten Buru Provinsi Maluku PERENCANAAN SISTEM DRAINASE DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI DAPUR / OTIK SEHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN KOTA LAMONGAN Ichsan Rizkyandi, Bambang

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran, Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran, Surabaya Perencanaan istem Drainase Rumah akit Mitra Keluarga Kenjeran, urabaya Hisyam Amri, Edijatno, Fifi ofia Jurusan Teknik ipil FTP Institut Teknologi epuluh Nopember (IT) Jl. Arief Rahman Hakim, urabaya 60

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP TUGAS AKHIR Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing NRP. 3109 100 112 Dosen Pembimbing : Mahendra Andiek M, ST.MT. Ir. Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya 1 Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya Agil Hijriansyah, Umboro Lasminto, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

KAJIAN KAPASITAS DAYA TAMPUNG SUNGAI TUTUPAN KABUPATEN BALANGAN TERHADAP AIR LIMBAH DARI SETTLING POND PT ADARO INDONESIA. Fitriansyah.

KAJIAN KAPASITAS DAYA TAMPUNG SUNGAI TUTUPAN KABUPATEN BALANGAN TERHADAP AIR LIMBAH DARI SETTLING POND PT ADARO INDONESIA. Fitriansyah. KAJIAN KAPASITAS DAYA TAMPUNG SUNGAI TUTUPAN KABUPATEN BALANGAN TERHADAP AIR LIMBAH DARI SETTLING POND PT ADARO INDONESIA Capaciy of Assessmen a The Tuupan River in Balangan Regency Agains Wasewaer from

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (04) -6 Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo Yusman Rusyda Habibie, Umboro Lasminto, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung. Perencanaan Embung Tambak Pocok Kabupaten Bangkalan PERENCANAAN EMBUNG TAMBAK POCOK KABUPATEN BANGKALAN Abdus Salam, Umboro Lasminto, dan Nastasia Festy Margini Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM DRAINASE SALURAN KUPANG JAYA AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN PUNCAK BUKIT GOLF DI KOTA SURABAYA

ANALISA SISTEM DRAINASE SALURAN KUPANG JAYA AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN PUNCAK BUKIT GOLF DI KOTA SURABAYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 ANALISA SISTEM DRAINASE SALURAN KUPANG JAYA AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN PUNCAK BUKIT GOLF DI KOTA SURABAYA Reza Febrivia Luciana, Edijatno,Fifi Sofia Teknik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur

Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-1 Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur Made Gita Pitaloka dan Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan***

Kadek Bayu Wibawa*, I Ketut Sumerta**, I Made Dharmawan*** PELATIHAN MENITI PAPAN JARAK 4 METER 5 REPETISI 2 SET DAN 2 REPETISI 5 SET TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MENGWI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kadek Bayu Wibawa*, I Keu Sumera**,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil Peneliian 4... Daa Hasil Peneliian Dari hasil peneliian diperoleh daa kemampuan dribble. hasilnya sebagai mana pada abel I (dilampirkan) 4... Deskripsi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang Disusun oleh : Agung Tri Cahyono NRP. 3107100014 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Sarwono, M.Sc JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar

Penduga Data Hilang Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin Dasar Kumpulan Makalah Seminar Semiraa 013 Fakulas MIPA Universias Lampung Penduga Daa Pada Rancangan Bujur Sangkar Lain Dasar Idhia Sriliana Jurusan Maemaika FMIPA UNIB E-mail: aha_muflih@yahoo.co.id Absrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

MODEL HUBUNGAN HUJAN DAN RUNOFF (STUDI LAPANGAN)

MODEL HUBUNGAN HUJAN DAN RUNOFF (STUDI LAPANGAN) MODEL HUBUNGAN HUJAN DAN RUNOFF (STUDI LAPANGAN) Deny Arisa Agusiano Jurusan Teknik Sipil, Universias Sriwijaya Jl. Srijaya Negara, Buki Besar Palembang Sumaera Selaan Email : denymovic_5@ymail.com Absrac

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA MUARA SUNGAI KOMERING KOTA PALEMBANG Kurnia Oktavia Usman

ANALISIS SEDIMENTASI PADA MUARA SUNGAI KOMERING KOTA PALEMBANG Kurnia Oktavia Usman ANALISIS SEDIMENTASI PADA MUARA SUNGAI KOMERING KOTA PALEMBANG Kurnia Okaia Usman Jurusan TeknikSipil, UniersiasSriwijaya (Jl. Srijaya Negara, Buki Besar, Palembang, Sumaera Selaan) kurnia_okai@ymail.com

Lebih terperinci