KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis Ekonomi /Manajer Rivo Mandey : Analis Ekonomi /Asisten Manajer Donny Pratama : Analis /Asisten Manajer Iona H. Rombot : Analis /Asisten Manajer Khoirinnisa El K. : Analis /Asisten Manajer Hendro Sirait : Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer Adhi Nugroho : Pelaksana /Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado T: / F: Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: atau Silahkan mengirimkan surel ke: rivo_m@bi.go.id dengan subyek serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan.

2 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I 2016 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih. Manado, Mei 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA Peter Jacobs Direktur

3 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sisi Permintaan Sisi Penawaran Box I. Pembangunan Mega Proyek Strategis BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pendapatan Daerah Belanja Daerah Provinsi Sulut BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Perkembangan Inflasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Upaya Pengendalian Inflasi Box II. Pemetaan Inflasi Sulut BAB IV STABILITAS SISTEM KEUANGAN Perkembangan Indikator Utama Bank Umum Perkembangan Aset dan Aktiva Produktif Perkembangan Suku Bunga Kredit dan DPK Bank Umum Perkembangan DPK Bank Umum Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Pembiayaan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan Ketenagakerjaan Sulawesi Utara Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN Prospek Ekonomi Makro Prakiraan Inflasi Daftar Istilah dan Singkatan

4 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I A PDB Nasional (yoy) B Inflasi Nasional (yoy) II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) Laju Inflasi (yoy) % Laju Inflasi (mtm) % (0.03) Inflasi Bahan Makanan (mtm) % (1.25) Inflasi Makanan Jadi (mtm) % Inflasi Perumahan (mtm) % Inflasi Sandang (mtm) % (0.19) 0.96 (0.18) 1.16 (0.12) Inflasi Kesehatan (mtm) % Inflasi Pendidikan (mtm) % Inflasi Transportasi (mtm) % (0.20) (0.28) B PDRB Penggunaan *** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (3.50) Perubahan Persediaan (28.12) (8.03) (77.76) (81.84) (68.04) Ekspor Luar Negeri (2.49) (14.13) (9.52) Impor Luar Negeri (16.30) (22.42) (0.42) (35.21) (10.01) Net Ekspor Antardaerah (5.78) (8.13) C PDRB Sektoral *** TW I Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (0.87) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi 1.84 (1.13) Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Policy Rate (%) Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 11,427 11,893 11,899 12,447 13,084 13,313 13,854 13,726 13,726 III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 1. Ekspor (ribu USD) 285, , , , , , , , , Impor (ribu USD) 42,590 32,800 17,480 29,190 18,790 12,040 12,080 29,210 29,210 IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I A. Jumlah Bank Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) Bank Umum Konvensional Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Syariah C. Total Asset (Rp miliar) 30,547 32,749 34,255 34,491 35,839 37,037 38,383 37,195 39, Bank Umum 29,085 31,305 32,824 32,992 34,381 35,566 36,932 35,721 38, BPR ,004 1, Bank Syariah Keterangan : * Angka sementara ** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010

5 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 17,600 19,176 19,627 19,596 20,368 21,096 21,848 21,482 21, Giro 3,298 3,807 3,702 3,272 3,855 4,292 4,485 4,436 5, Deposito 5,954 7,009 7,228 6,576 7,752 8,022 8,242 6,485 7, Tabungan 8,348 8,359 8,697 9,748 8,762 8,782 9,121 10,562 9, Kredit (Rp miliar) 23,022 24,027 24,606 26,018 27,079 28,652 30,036 30,273 29, Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja 6,543 6,923 6,974 7,378 7,309 7,538 7,546 7,564 7,704 - Investasi 2,520 2,692 2,710 2,888 3,022 3,743 4,542 4,265 4,143 - Konsumsi 13,959 14,412 14,922 15,752 16,067 16,209 17,248 17,739 17, Berdasarkan Sektor Ekonomi Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian ,594 1,317 1,222 Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 5,686 5,928 5,921 6,006 6,075 6,230 6,228 6,549 6,708 Transportasi & Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Minum Informasi & Komunikasi Jasa Keuangan & Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial Jasa Lainnya Lain-lain 13,959 14,412 14,921 15,490 15,808 16,209 16,988 18,386 17, Kredit untuk Debitur UMKM 6,560 6,871 6,741 7,190 7,472 7,446 7,228 7,430 7, Loan to Deposit Ratio (LDR) % Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) ,072 - Rasio (%) V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I 1. Kas (Rp miliar) - Inflow 2,422 1,129 2,185 1,045 2,303 1,077 1,814 1,099 2,498 - Outflow 869 1,298 2,352 2, ,391 2,375 2, Kliring - Volume Kliring (Lembar) 82,527 93, ,665 99,232 90,235 91,718 92,357 99,513 94,737 - Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,446 2,593 2,536 2,842 2,668 2,345 2,447 2,817 2,745 - Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,375 1,487 1,974 1,566 1,477 1,558 1,490 1,659 1,609 - Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) Keterangan : * Angka sementara ** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010

6 RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2016 lebih baik dibandingkan dengan perekonomian nasional baik secara pertumbuhan maupun besarannya. Ekonomi Sulut tumbuh sebesar 5,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh sebesar 5,57% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan sisi produksi atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh pertumbuhan 3. Sementara itu, 2 sektor utama lainnya Sulut yaitu Di sisi penggunaan atau permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan perbaikan kinerja perdagangan Sulut dengan luar negeri. Sedangkan konsumsi pemerintah, investasi (PMTB) dan perdagangan antar daerah menunjukkan kinerja yang melambat. BAB II Perkembangan Keuangan Daerah Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (17,37%, yoy) maupun dari sisi belanja (15,86%, yoy). Berdasarkan proporsinya, Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Dana Perimbangan, yaitu sebesar 61,81% dari total pendapatan. Rasio kemandirian daerah pada periode laporan menunjukan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan pada Triwulan I-2016 mencapai Rp711,93 juta sepanjang atau sebesar 23,72% dari plafond anggaran. Sementara itu, realisasi belanja pada Triwulan I-2016 mencapai Rp464,58 juta, atau 15,18% dari plafond anggaran. BAB III Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota Manado relatif mengalami penurunan sehingga tercatat semakin mendekati level nasional maupun KTI. Inflasi Sulut pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 4,9% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 5,56% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut terutama disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok administered prices dan volatile food di tengah tekanan inflasi inti yang masih minimal seiring belum kuatnya tekanan permintaan di awal tahun Secara bulanan, deflasi terjadi selama 3 (bulan) berturut-turut di Sulawesi Utara. Kondisi ini dipengaruhi oleh normalisasi harga khususnya pada komoditas volatile food pasca perayaan hari besar keagamaan pada bulan Desember Kondisi tersebut diikuti dengan koreksi harga pada kelompok administered prices terutama tarip listrik dan angkutan udara seiring masih rendahnya harga minyak dunia.

7 BAB IV Stabilitas Sistem Keuangan Membaiknya perekonomian Sulawesi Utara tidak disertai dengan peningkatan kinerja perbankan. Indikator utama perbankan pada triwulan laporan yaitu DPK dan Kredit tercatat tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi lain, pertumbuhan Aset yang tidak disertai dengan pertumbuhan kredit, menyebabkan bank umum harus mengalokasikan aktiva produktifnya dengan baik agar tidak terjadi idle money. Ditengah perlambatan tersebut, fungsi intermediary perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat mengalami penurunan, meski demikian angka LDR tersebut masih berada di atas level yang ideal. Rasio NPL meningkat pada triwulan laporan, dari 3,33% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,62% pada triwulan laporan. Disisi suku bunga, suku bunga DPK tercatat menunjukkan penyesuaian yang searah dengan penurunan BI Rate yang terjadi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut pada periode laporan. Adapun suku bunga kredit yang masih menunjukkan peningkatan mengindikasikan transmisi penetapan kebijakan penurunan BI Rate terhadap penyesuaian bunga perbankan ke level konsumen untuk suku bunga kredit memiliki lag yang lebih lama dibandingkan penyesuaian suku bunga DPK. BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran Pergerakan aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia pada triwulan I 2016 masih mengikuti pola historisnya. Aliran uang kartal menunjukkan adanya peningkatan net-inflow dari triwulan sebelumnya dan dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Posisi net-inflow mengalami peningkatan signifikan yang mencapai 207% (qtq) dari sebelumnya net-outflow sebesar Rp1.67 triliun pada triwulan IV tahun 2015 menjadi net-inflow sebesar Rp1.79 triliun. Dari sisi non tunai, transaksi melalui SKNBI menunjukkan perlambatan baik dari sisi volume maupun nominal transaksi. Secara rata-rata harian, nilai transaksi yang diproses SKNBI pada triwulan laporan mencapai Rp48.62 miliar per hari atau melambat sebesar 9.30% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp53.60 miliar per hari. Temuan uang palsu meningkat cukup signifikan pada uang yang diragukan keasliannya di Sulut-Gorontalo pada triwulan laporan. Tercatat total uang palsu yang ditemukan sebanyak 205 lembar, meningkat 144% (qtq) dari triwulan sebelumnya dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya meningkat sebesar 159.5% (yoy). BAB VI Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh sebesar 1,96% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat ke angka 2,14%. Sementara peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan perbaikan yang tercermin dari NTP dan NTUP. Hal tersebut juga dikonfirmasi dengan rasa optimisme konsumen terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.

8 BAB VII Prospek Perekonomian - Prospek Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,12% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan I Meningkatnya perekonomian Sulut di triwulan II 2016 diperkirakan ditopang oleh seluruh sektor utama Sulut yakni sektor Pertanian, Perdagangan, Konstruksi, Transportasi dan Industri Pengolahan. Di sisi penggunaan, komponen utama Sulut diperkirakan mengalami peningkatan seluruhnya. - Prakiraan Inflasi Setelah mengalami penurunan pada triwulan I 2016, tekanan inflasi Sulut memasuki triwulan II 2016 diperkirakan kembali meningkat kendati dalam besaran yang relatif terbatas terutama secara bulanan. Setelah mencatatkan deflasi cukup dalam di periode April 2016, inflasi Sulut pada Mei dan Juni diperkirakan meningkat dengan proyeksi inflasi bulanan masing-masing pada kisaran 0,09% (mtm) dan 0,57% (mtm). Risiko tekanan inflasi pada triwulan II 2016 diperkirakan muncul dari kelompok volatile food dan kelompok inti dipengaruhi masuknya periode bulan Ramadhan, masuknya masa panen dan dimulainya realisasi proyek pemerintah. Sementara, tekanan inflasi pada kelompok administered prices diperkirakan masih relatif stabil kendati pergerakan harga minyak dunia terpantau mulai mengalami kenaikkan.

9 BAB I. PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2016 lebih baik dibandingkan dengan perekonomian nasional baik secara pertumbuhan maupun besarannya. Ekonomi Sulut tumbuh sebesar 5,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh sebesar 5,57% (yoy). Sementara Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah ini, lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat tumbuh sebesar 5,04% (yoy). Berdasarkan sisi produksi atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh dan Konstruksi mengalami perlambatan pertumbuhan. Di sisi penggunaan atau permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan perbaikan kinerja perdagangan Sulut dengan luar negeri. Sedangkan konsumsi pemerintah, investasi (PMTB) dan perdagangan antar daerah menunjukkan kinerja yang melambat. SISI PRODUKSI / PENAWARAN Struktur ekonomi Sulut pada didominasi oleh 5 sektor utama dengan total pangsa sebesar 65% yaitu sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (21%), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (12%), Konstruksi (11%), Transportasi dan Pergudangan (11%), dan Industri Pengolahan (9%). Selain 5 Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah sektor utama tersebut, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

10 Wajib memiliki pangsa sebesar 8% dan pangsa sisanya sebesar 27% tersebar pada 11 sektor lainnya. Di sisi pertumbuhan, seluruh 17 sektor tumbuh positif yang terdiri dari 9 sektor yang tumbuh meningkat dan 8 sektor yang tumbuh melambat. Adapun 3 dari 5 sektor utama Pengolahan, sedangkan 2 sektor utama lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan Sektor Ekonomi Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektoral (%, yoy) 2016 I II III IV Total I Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es (5.05) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (4.90) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi (3.32) Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan I 2016 dibandingkan triwulan IV Pertumbuhannya meningkat dari 0,66% pada triwulan lalu menjadi 0,90% pada triwulan ini. Sulut didominasi oleh subsektor Perikanan, Perkebunan Tahunan dengan komoditas utama kelapa, pala serta cengkih, dan subsektor Tanaman Pangan (beras). Adapun pada triwulan ini, sumber peningkatan pertumbuhan berasal dari subsektor Perikanan, Peternakan, Tanaman Holtikultura Tahunan dan Tanaman Pangan, serta subsektor lainnya, kecuali subsektor Perkebunan Tahunan dan Tanaman Holtikultura Semusim yang mana mengalami perlambatan.

11 Subsektor terbesar yaitu Perikanan tumbuh meningkat sebesar 4,36% (yoy) setelah pada triwulan lalu tercatat kontraksi sebesar -0,86% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh tidak diperpanjangnya aturan Moratorium oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak bulan Oktober Berakhirnya aturan larangan penggunaan kapal asing baik eks maupun baru mendorong kinerja perikanan tangkap tumbuh positif setelah tercatat tumbuh negatif sepanjang tahun Selain subsektor Perikanan, subsektor utama Sulut lainnya yaitu subsektor Tanaman Pangan juga tumbuh positif yaitu sebesar 1,12% (yoy) setelah tumbuh negatif sebesar -0,08% (yoy) pada triwulan lalu. Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya cuaca pada triwulan ini setelah dilanda musim el nino pada tahun 2015 yang menyebabkan sebagian besar tanaman pangan mengalami gagal panen. Di samping itu, peningkatan anggaran APBN untuk pertanian melalui bantuan benih, alat, mesin, bantuan irigasi dan lainnya. Hal ini juga terkonfirmasi dengan data perkembangan sektor pertanian dari Distanak Sulut yang menunjukkan bahwa luas lahan panen dan produksi beras meningkat pada triwulan I Adapun produksi beras pada triwulan ini mencapai 89 Ribu ton dengan luas lahan panen sebesar 31 Ribu Ha. Berbeda dengan subsektor Tanaman Pangan, musim el nino tahun 2015 masih memberikan dampak negatif pada subsektor Perkebunan Tahunan di triwulan ini. Subsektor tersebut tercatat mengalami kontraksi sebesar -5,29% (yoy), setelah tumbuh positif pada triwulan lalu (2,75%, yoy). Musim el nino menyebabkan sebagian tanaman kelapa Grafik 1.3. Perkembangan Luas Lahan & Produksi Beras Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut, diolah Grafik 1.4. Perkembangan Produksi Kelapa Sumber: Dinas Perkebunan Sulut, diolah tidak bertumbuh dengan baik bahkan mati. Untuk tanaman kelapa yang mati, dibutuhkan waktu sekitar 3 5 tahun untuk pertumbuhan baru. Di samping itu, penurunan produksi kelapa juga disebabkan oleh kondisi perkebunan kelapa di Sulut

12 yang sudah tua sehingga tidak cukup produktif. Program pemerintah dan Bank Indonesia dalam melakukan peremajaan kelapa belum cukup terlihat pada triwulan ini. Namun demikian, berbagai program peremajaan lainnya yang akan dilakukan sepanjang tahun ini dinilai dapat menjadi penolong perbaikan produksi kelapa. Total produksi kelapa pada triwulan ini sebesar 67 Ribu ton, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. S tinggi, meskipun pertumbuhannya sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2015 sebagaimana siklusnya. Pertumbuhannya relatif melambat dari 6,65% pada triwulan lalu menjadi 6,54% pada triwulan ini, namun relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015 (6,09%). Sumber perlambatan tersebut disebabkan oleh perdagangan besar dan eceran (bukan mobil dan sepeda motor), sedangkan perdagangan mobil dan sepeda motor menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Perlambatan sektor ini sesuai dengan Survei Penjualan Eceran yang menunjukkan penurunan Indeks Penjualan Riil pada triwulan ini dibandingkan triwulan lalu. Perlambatan pertumbuhan kinerja perdagangan besar dan eceran sesuai dengan siklusnya yang cenderung melambat pada awal tahun setelah puncaknya pada akhir tahun sebelumnya. Pertumbuhannya melambat dari 9,22% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,36% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan tersebut terkonfirmasi juga dengan jumlah Grafik 1.5. Indeks Penjualan Riil Sumber: Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia Grafik 1.6. Pengunjung Pusat Perbelanjaan Sumber: Pusat Perbelanjaan di Sulut, diolah pengunjung pusat perbelanjaan yang menurun. Sebagai catatan, pada triwulan ini terdapat penyelenggaraan Pilwako Kota Manado, namun demikian hal tersebut belum cukup mampu untuk mendorong perdagangan barang meningkat.

13 Sementara itu, sektor perdagangan ditopang oleh kinerja perdagangan mobil dan sepeda motor yang menjadi penahan perlambatan sektor perdagangan sehingga sektor ini masih tumbuh cukup tinggi. Perdagangan mobil dan sepeda motor tumbuh meningkat dari 2,33% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,11% (yoy) pada triwulan ini. Berdasarkan hasil liaison, penjualan mobil dan sepeda motor di Sulut meningkat pada triwulan ini. Peningkatan atau perbaikan penjualan didorong oleh berbagai faktor baik dari sisi supply maupun demand. Di sisi penawaran, berbagai varian baru yang dikeluarkan oleh produsen kendaraan bermotor mendorong konsumen untuk melakukan Grafik 1.7. Pertumbuhan Penjualan Kend.Bermotor Sumber: Pelaku Usaha, diolah Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor Sumber: Bank Indonesia pembelian. Hal itu didukung juga dengan penurunan harga BBM yang dilakukan pada awal tahun. Di sisi permintaan, meningkatnya pendapatan masyarakat baik berdasarkan Upah Minimum Provinsi Sulut maupun perbaikan sektor primer, menjadi pendorong daya beli masyarakat. Membaiknya penjualan kendaraan bermotor didukung kredit pembiayaan. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan kredit kendaraan bermotor yang meningkat.

14 Sektor Konstruksi Sektor Konstruksi tumbuh melambat dari 11,48% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 9,88% (yoy) pada triwulan ini. Sebagaimana siklusnya, perlambatan di awal tahun salah satunya disebabkan oleh realisasi anggaran daerah pos belanja modal, yang relatif tidak secepat ketika memasuki semester kedua. APBD Sulut pada triwulan ini baru terealisasi sebesar Grafik 1.9. Realisasi Belanja Modal APBD (Rp Juta) Sumber: Pemprov Sulut, diolah 9,18% atau Rp68 Miliar dari anggaran belanja modal Rp744 Miliar, sedangkan realisasi khusus triwulan IV 2015 tercatat sebesar 46,56% atau Rp367 M dari anggaran belanja modal Rp789 M. Hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi lebih tinggi terjadi pada akhir tahun dibandingkan awal tahun. Meskipun begitu, pemprov Sulut masih mampu dalam menyerap anggaran yang tercermin dari realisasi belanja modal triwulan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi APBN pos belanja modal triwulan ini baru terealisasi sebesar 6,46% atau Rp189 M dari Rp2,9 T. Untuk proyek strategis yang dianggarkan Rp2,2 T, baru terserap sebesar Rp138 M atau 6,23%. Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis APBN No Proyek Strategis Pagu Realisasi s/d Triwulan I Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Keselamatan LLAJ 34,464,750,000-2 Pembangunan Terminal Angkutan Penumpang 11,000,000,000-3 Peningkatan Terminal Angkutan Penumpang 5,000,000,000-4 Landas Pacu (Runaway Bandar Udara Naha) 115,227,017,000 20,990,335,000 5 Sarana Prasarana, Rumah Sakit yang akan di Akreditasi 22,403,381,000-6 Peralatan Kesehatan, Rumah Sakit yang akan di Akreditasi 84,210,898, ,000,000 7 Bendungan baru yang dibangun 136,559,272,000 95,179,500 8 Bendungan dalam tahap Pelaksanaan (on going) 155,227,148,000 28,096,466,000 9 Danau yang Direvitalisasi 26,500,000,000 40,143, Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pemukiman Perkotaan 50,345,064, Pembangunan dan Pengembangan Kawasan pemukiman Pedesaan 6,796,488,000 9,600, Pembangunan SPAM Perkotaan 115,089,822,000 3,946,700, Pembangunan SPAM Kawasan Khusus 11,024,000,000 2,104,280, Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air 4,540,500, Sistem Pengelolaan Drainase kawasan / Lingkungan 10,587,800, Sistem Penanganan Persampahan Sklala Kota 67,801,500, Sistem Pengelolaan Air Limbah SkalaKota 11,087,850, Sistem Pengelolaan Air Limbah Khusus 3,120,500, Jaringan Irigasi Permukaan Kewenangan Pusat yang dilaksanakan konstruksinya 15,650,000, Saluran Pembawa yang dibangun/ditingkatkan 19,367,806, Sumur JIAT yang dibangun/ditingkatkan 2,273,000, ,413, Bendungan irigasi Kewenangan Daerah yang dilaksanakan konstruksinya 24,136,304,000 1,970,845, Jaringan Irigasi Permukaan Kewenangan Pusat yang ditingkatkan/direhabilitasi 11,349,653, Sumur JIAT yang direhabilitasi 2,273,000, Jaringan Irigasi Air Tanah yang direhabilitasi 3,556,000, ,666, Normalisasi Sungai dan Pembuatan tanggul yang dibangun/ditingkatkan 46,356,046,000 4,490,167, Pelebaran jalan 769,995,799,000 34,605,299, Pembangunan Fly Over/Underpass/Terowongan 53,900,000, Peningkatan Jembatan 79,920,000,000 12,770,675, pembangunan Jalan 46,400,000,000 5,122,000, Pembangunan Jalan Bebas hambatan (Tol Manado - Bitung) 277,000,000,000 22,798,000,000 Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara Sulut

15 Di sisi swasta, hasil liaison pada konstruksi perumahan menunjukkan bahwa sektor ini cenderung melambat. Hal tersebut tercermin juga dari hasil Survei Harga Properti Residensial dan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia. SHPR menunjukkan bahwa kenaikan harga properti residensial mengalami perlambatan dari 5,24% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 3,53% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan kenaikan harga tersebut terjadi sejak triwulan II 2015 dan hingga triwulan ini. Perlambatan kenaikan harga jual terjadi di seluruh tipe rumah yaitu tipe kecil, sedang dan besar. Hasil Survei Penjualan Eceran khususnya Indeks Penjualan Riil Bahan Konstruksi menunjukkan penurunan dari 248,80 Grafik Indeks Harga Properti Residensial Sumber: Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia Grafik Perkembangan Kredit Konstruksi Sumber: Bank Indonesia pada triwulan lalu menjadi 139,14 pada triwulan ini. Pada konstruksi pembangunan pabrik, pelaku usaha masih bersikap wait & see dalam melakukan investasi. Pelaku usaha memperkirakan kondisi bisnis yang lebih baik akan terjadi pada triwulan kedepan, sehingga investasi diperkirakan mulai dilakukan pada triwulan-triwulan mendatang. Perlambatan sektor Konstruksi juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan kredit konstruksi pada triwulan ini dibandingkan triwulan lalu. Adapun fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti oleh konsumen. Berdasarkan data Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera), dari total KPR yang dikucurkan oleh bank di Sulut tahun 2016, sebanyak 38 unit dengan total Rp3,6 M menggunakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) oleh pemerintah.

16 Sektor Transportasi dan Pergudangan dibandingkan triwulan IV Pertumbuhannya naik dari 5,47% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 7,83% (yoy) pada triwulan ini. Peningkatan tersebut bersumber dari meningkatnya kinerja angkutan darat, udara dan laut. Sebagai catatan, pangsa sektor Transportasi di Sulut terdiri dari angkutan darat (57%), angkutan udara (24%), angkutan laut (16%), serta pergudangan dan angkutan sungai (3%). Kinerja angkutan darat tumbuh meningkat dari 6,67% (yoy) menjadi 6,87% (yoy) yang didorong oleh mobilitas masyarakat dalam rangka merayakan hari raya keagamaan seperti Tahun Baru Cina, Cap Go Meh, dan Paskah. Di samping itu, pembangunan dan perbaikan jalan yang cukup tinggi pada beberapa tahun terakhir serta penurunan harga BBM Grafik Pertumbuhan Jumlah Armada Sumber: Pelaku Usaha, diolah diperkirakan juga menjadi faktor meningkatnya kinerja angkutan darat. Peningkatan kinerja angkutan darat tercermin dari jumlah armada transportasi darat. Sementara itu, kinerja angkutan udara tumbuh signifikan dari 4,50% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 16,58% (yoy) pada triwulan ini. Peningkatan tersebut didorong oleh beberapa hal antara lain yaitu biaya bahan bakar avtur yang mengalami penurunan seiring dengan menurunnya harga minyak dunia, penurunan batas atas dan batas bawah sehingga mendorong daya beli masyarakat, ekspansi maskapai baru pada triwulan lalu serta pembukaan rute baru oleh maskapai tersebut pada triwulan ini. Peningkatan terlihat dari arus penumpang yang datang dan berangkat melalui bandara dengan jumlah penumpang sebanyak pada triwulan ini. Adapun kinerja angkutan laut juga tumbuh meningkat dari 1,63% (yoy) menjadi 3,73% (yoy) didorong oleh peningkatan produksi industri pengolahan disertai dengan perbaikan ekspor. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari arus barang perdagangan luar negeri di Pelabuhan Bitung (terminal konvensional).

17 Grafik Arus Penumpang Bandara Sam Ratulangi Grafik Arus Barang Pelabuhan Bitung Sumber: PT Angkasa Pura I, Bandara Sam Ratulangi Manado, diolah Sumber: PT Pelindo IV, Bitung, diolah Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan IV Pertumbuhannya naik dari 1,80% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 2,68% (yoy) pada triwulan ini. Sektor ini secara signifikan dikuasai oleh industri makanan dan minuman dengan pangsa sebesar 84%, sedangkan industri lainnya relatif kecil. Adapun industri tersebut didominasi oleh pengolahan bahan baku kelapa dan pengolahan bahan baku ikan. Pada triwulan ini, peningkatan sektor industri didorong oleh pengolahan ikan yang meningkat tajam, sedangkan pengolahan kelapa dan pala relatif masih terkontraksi akibat musim el nino yang menyebabkan banyak tanaman mati atau berbuah sedikit. Industri berbahan baku ikan tumbuh membaik kinerjanya pada triwulan I 2016, setelah cenderung Grafik Pertumbuhan Produksi Ikan Olahan Sumber: Pelaku Usaha, diolah melambat sepanjang 4 triwulan di tahun Perbaikan industri ini didorong oleh tidak diperpanjangnya aturan Moratorium sejak triwulan IV 2015 sehingga ketersediaan bahan baku ikan mengalami peningkatan. Melalui liaison, pelaku usaha juga menyatakan bahwa kondisi bisnis atau penjualan pada tahun 2016 akan membaik dibandingkan tahun Kondisi ini tercermin dari pelaku usaha di industri pengolahan ikan yang mengalami peningkatan produksi yang mulai terjadi pada saat dinonaktifkannya aturan Moratorium dan tumbuh meningkat tajam pada triwulan ini.

18 Data BPS juga mengkonfirmasi kondisi di atas. Produksi industri manufaktur besar dan sedang di Sulut pada triwulan I 2016 tumbuh meningkat sebesar 4,32% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh 4,24% (yoy). Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh melambat kinerjanya pada triwulan I 2016 dibandingkan triwulan IV Pertumbuhannya melambat dari 9,47% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,07% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan tersebut sebagaimana siklusnya dimana kinerja pemerintah yang tercermin dari realisasi anggaran relatif Grafik Realisasi Belanja Nonmodal APBD (Rp Juta) Sumber: Pemprov Sulut, diolah lambat pada triwulan pertama, kemudian mulai meningkat memasuki triwulan berikutnya sampai dengan triwulan akhir tahun. Pada triwulan ini, realisasi anggaran belanja nonmodal pemerintah daerah (APBD) sebesar 17,11%, lebih rendah dibandingkan realisasi khusus triwulan lalu sebesar 54,85%. Sektor Lainnya Selain ke-6 sektor di atas yang masing-masing memiliki pangsa lebih dari 5%, terdapat 11 sektor lainnya yang masing-masing memiliki pangsa di bawah 5%. Sektor-sektor tersebut yaitu sektor Pertambangan dan Penggalian (4,80%), Jasa Keuangan dan Asuransi (4,13%), Informasi dan Komunikasi (3,82%), Real Estate (3,52%), Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (3,47%), Jasa Pendidikan (2,92%), Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (2,20%), Jasa lainnya (1,54%), Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (0,14%), Jasa Perusahaan (0,09%), Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es (0,08%). Pada triwulan ini, sektor lainnya yang meningkat dibandingkan triwulan lalu yaitu sebanyak 5 sektor

19 sektor lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan. Peningkatan signifikan terjadi pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh meningkat dari -5,05% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,10% (yoy) pada triwulan ini. Peningkatan tersebut didorong oleh jumlah pelanggan listrik yang meningkat. Tercatat jumlah pelanggan listrik sebanyak pelanggan yang meliputi berbagai sektor. Selain itu, kondisi ketersediaan pasokan listrik di yang tercatat surplus sebesar 10 MW pada triwulan ini, setelah tercatat defisit pada triwulan sebelumnya. Pasokan listrik tersebut didukung oleh kapal listrik atau disebut kapal Marine Vessel Power Plant (MVPP) Karadeniz Powership Zeynep Sultan yang disewa oleh PT Perusahaan Listrik Negara dari luar negeri. Selain sektor tersebut, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi juga tumbuh signifikan dari -3,32% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 12,41% (yoy) pada triwulan ini. Kebijakan sistem keuangan yang dikeluarkan pada triwulan ini seperti penurunan suku bunga acuan (BI rate) dan penurunan GWM primer Rupiah serta peningkatan dana KUR merupakan faktor Grafik Jumlah Pelanggan Listrik Sumber: PT PLN Wil.Suluttenggo, diolah Grafik NTB Bank Umum di Sulut Sumber: Bank Indonesia meningkatnya kinerja sektor tersebut. Hal tersebut terlihat dari Nilai Tambah Bruto bank di Sulut yang meningkat. SISI PENGGUNAAN Berdasarkan penggunaan, penguatan pertumbuhan ekonomi Sulut didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan perbaikan kinerja perdagangan luar negeri. Peningkatan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh beberapa hal antara lain

20 naiknya Upah Minimum Provinsi, tingkat inflasi yang relatif terjaga, dan faktor lainnya. Sementara itu, perdagangan luar negeri yang membaik kinerjanya disebabkan oleh perbaikan ekspor di tengah perlambatan impor. Di sisi lain, konsumsi pemerintah dan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) relatif melambat kinerjanya pada triwulan ini dibandingkan triwulan lalu. Tabel 1.3. Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis APBN Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) (63.28) (136.10) Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) (0.88) Net Ekspor Antardaerah (C21-C22) (8.21) (9.23) (1.38) (9.44) Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara Sulut Sebagai catatan, PDRB berdasarkan sisi penggunaan didominasi oleh komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan pangsa sebesar 48%, diikuti oleh Investasi (PMTB) sebesar 33%, Konsumsi Pemerintah sebesar 18%, Perdagangan Luar Negeri sebesar 17%, dan Perdagangan Antar Daerah sebesar 9%, serta Konsumsi Lembaga Non Profit Grafik Pangsa Komponen PDRB Sisi Permintaan Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah sebesar 2%. Melihat komposisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulut relatif bergantung pada konsumsi masyarakat, sehingga penting untuk menjaga sumber pendapatan masyarakat serta tingkat inflasi barang dan jasa. Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2016 mencatat pertumbuhan tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir. Pertumbuhannya naik dari 6,69% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 6,82% (yoy) pada triwulan ini. Terdapat beberapa faktor yang mendorong peningkatan tersebut, antara lain naiknya tingkat penghasilan dan terjaganya tingkat inflasi pada level yang rendah.

21 Pada Oktober 2015, Pemprov Sulut memutuskan kenaikan UMP yang mulai diberlakukan tahun UMP Sulut naik sebesar 11,63% dari Rp pada tahun 2015 menjadi Rp pada tahun Besaran UMP ini merupakan tertinggi ketiga secara nasional atau berada di bawah DKI Jakarta dengan UMP Rp dan Papua dengan UMP Rp Kenaikan tersebut diindikasikan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat yang mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga. Di samping itu, meningkatnya kinerja sektor primer khususnya sektor Pertanian juga menjadi pendorong tingkat konsumsi masyarakat. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia mengkonfirmasi kenaikan UMP tahun Rumah tangga menyatakan bahwa penghasilan saat ini meningkat yang tercermin dari peningkatan Indeks Penghasilan Saat Ini. Di sisi lain, konsumsi didorong oleh tingkat inflasi yang relatif rendah pada triwulan ini. Rendahnya tingkat inflasi disebabkan oleh normalisasi harga komoditas pangan dan penurunan harga komoditas yang diatur pemerintah serta inflasi inti yang relatif terjaga. Adapun selama 3 bulan di triwulan ini, perkembangan harga barang dan jasa di Sulut mencatat deflasi. Grafik Indeks Penghasilan Saat Ini Grafik Tingkat Inflasi Tahunan (yoy) Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah Konsumsi rumah tangga didorong juga oleh mobilitas masyarakat dalam merayakan hari keagamaan dan penyelenggaraan Pilwako, tercermin dari peningkatan sektor Perbaikan kondisi ketenagakerjaan yang tercermin dari menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2016 merupakan faktor lain peningkatan konsumsi. Berbeda dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah terlihat mengalami perlambatan. Pertumbuhannya melambat dari 13,00% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 8,94% (yoy) pada triwulan ini. Sebagaimana siklus tahun-tahun sebelumnya,

22 perlambatan tersebut disebabkan oleh realisasi anggaran (APBD) belanja non modal yang relatif lambat pada triwulan pertama, dimana realisasi mulai meningkat ketika memasuki triwulan selanjutnya sampai dengan triwulan akhir. Pada triwulan ini, realisasi anggaran belanja nonmodal pemerintah daerah (APBD) sebesar 17,11%, lebih rendah dibandingkan realisasi khusus triwulan lalu sebesar 54,85% atau terealisasi Rp396 M. Namun demikian, realisasi belanja nonmodal triwulan ini tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah provinsi masih mampu menyerap anggaran yang ada. Adapun APBD belanja non modal tahun 2016 mencapai Rp2,3 Triliun, meningkat dari Rp1,9 Triliun pada tahun Investasi Investasi tumbuh melambat dari 12,37% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 9,96% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan terjadi baik pada investasi pemerintah maupun swasta. Di sisi pemerintah, investasi yang melambat tercermin dari realisasi APBD modal yang baru terealisasi sebesar 9,18% atau Rp68 Miliar dari anggaran belanja modal Rp744 Miliar, sedangkan realisasi khusus triwulan IV 2015 tercatat sebesar 46,56% atau Rp367 M dari anggaran belanja modal Rp789 M. Hal tersebut menunjukkan bahwa realisasi lebih tinggi terjadi pada akhir tahun dibandingkan awal tahun. Lambatnya realisasi triwulan awal tahun sering disebabkan oleh progress pelelangan beberapa proyek yang sering terkendala. Meskipun begitu, pemprov Sulut masih mampu dalam menyerap anggaran, tercermin dari realisasi belanja modal triwulan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi APBN pos belanja modal triwulan ini baru terealisasi sebesar 6,46% atau Rp189 M dari Rp2,9 T. Untuk proyek strategis yang dianggarkan Rp2,2 T, baru terserap sebesar Rp138 M atau 6,23%. Di sisi swasta, hasil liaison menunjukkan bahwa pelaku usaha berencana melakukan investasi pada tahun 2016, namun belum pada triwulan pertama. Investasi berupa pembangunan outlet/kantor, pembelian tanah dan pembangunan perumahan, serta pembelian armada angkutan akan Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Investasi Sumber: Bank Indonesia

23 dilakukan pada triwulan-triwulan berikutnya. Perlambatan investasi tercermin juga dari pertumbuhan kredit investasi yang cenderung melambat. Ekspor Impor Kinerja perdagangan ekspor impor Sulut pada triwulan I 2016 relatif membaik dibandingkan triwulan IV Meskipun tercatat net impor sebesar Rp1,2 T, namun pertumbuhan net impor triwulan ini sebesar 54,29% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 159,93% (yoy). Perbaikan kinerja perdagangan ditopang baik oleh perbaikan kinerja perdagangan luar negeri maupun dalam negeri. Ekspor luar negeri relatif membaik kinerjanya, meskipun pertumbuhannya masih tercatat kontraksi. Ekspor LN terkontraksi sebesar -20,07% (yoy), membaik dibandingkan kontraksi triwulan lalu sebesar -21,34% (yoy). Peningkatan ekspor ke luar negeri didorong oleh peningkatan kinerja industri pengolahan yang tumbuh meningkat pada triwulan ini. Industri yang meningkat yaitu industri pengolahan ikan yang disebabkan oleh bertambahnya ketersediaan bahan baku ikan pasca dinonaktifkannya aturan Moratorium. Sementara itu, ekspor industri pengolahan kelapa diindikasikan mengalami penurunan akibat kekurangan pasokan bahan baku yang disebabkan oleh musim El Nino tahun Kondisi tersebut tercermin dalam data ekspor impor BPS Sulut, yang menunjukkan bahwa ekspor lemak nabati mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -8,12% (yoy) pada triwulan ini dibandingkan dengan triwulan lalu yang juga tumbuh negatif sebesar -3,10% (yoy). Sementara itu, ekspor ikan, ikan olahan, udang dan daging mengalami perbaikan pertumbuhan dari -0,46% (yoy) pada triwulan lalu menjadi -0,10% (yoy) pada triwulan ini. Sebagai catatan, komoditas ekspor terbesar Sulut yaitu lemak dan minyak hewan/nabati dengan pangsa sebesar 66% pada triwulan ini. Negara tujuan ekspor Sulut terbesar pada triwulan ini yaitu Amerika Serikat dengan pangsa 22%, kemudian diikuti oleh Belanda dengan pangsa 18%. Peningkatan ekspor tercermin pada kegiatan muat barang di pelabuhan yang relatif meningkat dibandingkan triwulan lalu.

24 Grafik 1.9. Perkembangan Ekspor Sulut Grafik 1.9. Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sulut, diolah Sumber: PT Pelindo IV Bitung, diolah Di sisi impor, perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh penurunan impor barang modal, khususnya besi, baja dan barang yang terbuat dari besi dan baja. Penurunan impor barang modal sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi dan juga investasi. Grafik 1.9. Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung Sumber: PT Pelindo IV Bitung, diolah Perkembangan kegiatan bongkar di pelabuhan juga mengkonfirmasi perlambatan pertumbuhan impor.

25 Box I Progress Pembangunan Mega Proyek Sulawesi Utara Sesuai dengan RPJMN Prov. Sulut , progres pembangunan megaproyek untuk infrastruktur yang telah berlangsung adalah sbb : a. Pembangunan Tol Manado Bitung sepanjang 39 km Hingga pertengahan April 2016 progress fisik untuk seksi I (13,5 km) telah 1,2%, bersamaan dengan hal tersebut, saat ini Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) sedang menyelesaikan tahap akhir proses lelang investasi seksi II sepanjang 25,5 km yang akan dilepas ke pihak swasta proses pembangunannya. b. Pengembangan Pelabuhan Bitung sebagai International Hub-Port Pengembangan Pelabuhan Bitung berada dalam koordinasi Pelindo IV sebagai pengelola. Gambar 1. Pengembangan Pelabuhan Penumpang Gambar 2. Pengembangan Pelabuhan Peti Kemas Sumber: PT. Pelindo IV, Cab. Bitung Sumber: PT. Pelindo IV, Cab. Bitung c. Pembangunan jalur KA Manado Bitung : Saat ini memasuki tahapan penyusunan AMDAL oleh konsultan pembangunan yang diproyeksikan akan selesai dalam waktu dekat. Setelahnya akan ditindaklanjuti dengan pembebasan lahan. d. Pengembangan Bandara Sam Ratulangi : Runway Bandara Sam Ratulangi yang saat ini berjarak meter akan ditambah 150 meter menjadi meter, kedepannya dapat di darati oleh pesawat-pesawat berbadan lebar, semisal Air Bus type A 350 yang berkapasitas sekitar 400 penumpang. e. Pembangunan Bendungan Lolak, Kab. Bolaang Mongondow : Progress fisik bendungan telah 17%, dari biaya konstruksi sebesar Rp830 M, telah terserap 22,89% hingga Tw I Luas area genangan akan mencapai 97,46 ha sehingga kedepannya dapat menampung air dengan kapasitas total mencapai 16,1 juta meter kubik yang dapat mendukung penyediaan air untuk irigasi seluas hektar ke sentra-sentra pertanian Sulut (wilayah Bolmong). Gambar 3. Kegiatan Strategis Infrastruktur Jangka Menengah Nasional Provinsi Sulawesi Utara Sumber: Bappeda Prov. Sulawesi Utara

26 BAB II. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (17,37%, yoy) maupun dari sisi belanja (15,86%, yoy). Realisasi pendapatan pada Triwulan I-2016 mencapai Rp711,93 juta sepanjang atau sebesar 23,72% dari plafond anggaran. Nilai realisasi pendapatan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 26,27% dari plafond anggaran. Berdasarkan proporsinya, Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Dana Perimbangan, yaitu sebesar 61,81% dari total pendapatan. Rasio kemandirian daerah pada periode laporan menunjukan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini diindikasikan dari besarnya porsi PAD terhadap total pendapatan yang mengalami penurunan, dari semula 40,21% di tahun 2015, menjadi 38,02% di tahun Sementara itu, realisasi belanja pada Triwulan I-2016 mencapai Rp464,58 juta, atau 15,18% dari plafond anggaran. Nilai realisasi belanja tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 14,30% dari plafond anggaran. Dilihat dari perkembangan selama tiga tahun terakhir, porsi belanja modal mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa arah kebijakan pemerintah daerah Sulawesi Utara yang mulai memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan infrastruktur dalam rangka membangun ekomomi daerah. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik di daerah, instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah melalui APBD. Tujuan utama dari APBD adalah sebagai pedoman oleh pemerintah daerah dalam mengatur penerimaan dan belanja untuk pelaksanaan pembangunan daerah. Pelaksanaan APBD juga diharapkan dapat menjadi mesin utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makroekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. APBD yang direncanakan setiap tahun dengan mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada dasarnya

27 menunjukkan sumber-sumber pendapatan daerah, besaran alokasi belanja untuk melaksanakan program / kegiatan, serta pembiayaan yang muncul apabila terjadi surplus atau defisit. Nilai APBD-P Provinsi Sulawesi Utara di tahun 2016 meningkat jika dibandingkan dengan nilai APBD-P periode tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (17,37%, yoy) maupun dari sisi belanja (15,86%, yoy). Tabel 2.1. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I No Uraian APBD-P 2014 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I APBD-P 2015 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I APBD-P 2016 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I Nominal Nominal Nominal % % (Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta) % I Pendapatan 2,054, , ,557, , ,001, , Pendapatan Asli Daerah 944, , ,028, , ,141, , Dana Perimbangan 1,109, ,191, , ,855, , Lain-lain PAD yang Sah ,324 84, , II Belanja 2,452, , ,641, , ,060, , Belanja Operasi 1,570, , ,623, , ,880, , Belanja Modal 509,774 7, ,429 57, ,468 68, Belanja Tidak Terduga 10,000 1, , , Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) 362, ,250 86, ,568 89, III Pembiayaan 123, , , , Penerimaan Daerah 148, , , , SILPA 148, , , , Pengeluaran Daerah 25, , , Penyertaan Modal ( Investasi) Pemda 25, , , Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara (diolah) Pendapatan Daerah Dari sisi pendapatan, nilai pagu anggaran APBD-P 2016 mencapai Rp3,00 triliun, dengan realisasi sebesar Rp711,93 juta sepanjang Triwulan I-2016 (23,72%). Realisasi pendapatan pada periode laporan lebih rendah dibandingkan realisasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 29,56%. Terdapat dua sumber pendanaan utama dalam struktur APBD Provinsi Sulawesi Utara, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Berdasarkan proporsinya, Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Dana Perimbangan, yaitu sebesar 61,81% dari total pendapatan. Rasio kemandirian daerah pada periode laporan menunjukan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini diindikasikan dari besarnya porsi PAD terhadap total pendapatan yang mengalami penurunan, dari semula 40,21% di tahun 2015, menjadi 38,02% di tahun 2016.

28 Tabel 2.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I No Uraian Realisasi APBD-P Realisasi APBD-P Realisasi APBD-P APBD-P APBD-P APBD-P Triwulan I Triwulan I Triwulan I Nominal Nominal Nominal (Rp Juta) % (Rp Juta) % (Rp Juta) % (Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta) PENDAPATAN 2,054, , ,557, , ,001, , I Pendapatan Asli Daerah 944, , ,028, , ,141, , Pajak Daerah 820, , , , , , Retribusi Daerah 38,000 2, ,679 6, ,729 13, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 40, , , Lain-lain 46,070 13, ,650 18, ,650 5, II Dana Perimbangan 1,109, ,191, , ,855, , Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 100, ,900 17, ,662 26, Dana Alokasi Umum 949, ,026, , ,065, , Dana Alokasi Khusus 59, ,892 20, , , II Lain - Lain Pendapatan Daerah yang Sah ,324 84, , Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Berdasarkan proporsinya, sebagian besar Dana Perimbangan ditopang oleh Dana Alokasi Umum (70%), diikuti dengan Dana Alokasi Khusus (25%) dan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (5%). Dilihat dari perkembangan selama dua tahun terakhir, porsi realisasi Dana Alokasi Umum sepanjang Triwulan I memiliki kecenderungan yang menurun setiap tahunnya, dari 90% di tahun 2014, menjadi 70% di tahun Grafik 2.1. Porsi Komponen Pembentuk Dana Perimbangan Pada Pendapatan Daerah Sulawesi Utara Periode Triwulan I % 0% 0% 5% 5% 25% 5% % 70% Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Belanja Daerah Dari sisi belanja, nilai pagu anggaran APBD-P 2016 mencapai Rp3,06 triliun dengan nilai realisasi pada periode Triwulan I sebesar Rp464,58 juta (15,18%). Nilai realisasi belanja pada periode laporan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 14,30%. Anggaran belanja daerah mencerminkan potret pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.

29 No Tabel 2.3. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I 2014 Uraian APBD-P 2014 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I Nominal % (Rp Juta) APBD-P 2015 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I Nominal % (Rp Juta) APBD-P 2016 (Rp Juta) Realisasi APBD-P Triwulan I Nominal % (Rp Juta) BELANJA 2,452, , ,641, , ,060, , I Belanja Operasi 1,570, , ,623, , ,880, , Belanja Pegawai 591, , , , , , Belanja Barang 569,828 33, ,725 39, ,553 57, Belanja Subsidi , , Belanja Hibah 317,329 67, ,242 83, , , Belanja Bantuan Sosial 20, , Belanja Bantuan Keuangan 72, , , II Belanja Modal 509,774 7, ,429 57, ,468 68, Belanja Tanah 97,717 3, , ,659 10, Belanja Peralatan dan Mesin 75,526 2, ,035 5, ,148 6, Belanja Bangunan dan Gedung 150,284 1, , ,820 1, Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 183, ,578 51, ,078 49, Belanja Aset Tetap Lainnya 2, , , III Belanja Tak Terduga 10,000 1, , , IV Transfer 362, ,250 86, ,568 89, Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 2016 (Klasifikasi Operasi-Modal) Berdasarkan klasifikasi belanja operasi - modal, porsi realisasi belanja masih didominasi oleh Belanja Operasi (66%), diikuti dengan Belanja Modal (15%), dan Transfer (19%). Dilihat dari perkembangan selama tiga tahun terakhir, porsi belanja modal mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa arah kebijakan pemerintah daerah Sulawesi Utara yang mulai memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan infrastruktur dalam rangka membangun ekomomi daerah. Grafik 2.2. Porsi Komponen Pembentuk Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I (Klasifikasi Operasi-Modal) 3% 0% 0.70% 23% 19% % 15% % 0.00% 15% % 96% Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Transfer Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Selain klasifikasi operasi-modal, kinerja belanja daerah juga dapat diklasifikasikan dengan metode langsung-tidak langsung. Belanja langsung adalah dana yang dibelanjakan karena adanya program dan kegiatan yang memiliki dampak langsung. Sedangkan belanja tidak langsung belanja yang tidak berkenaan atau tidak dipengaruhi secara langsung oleh program dan kegiatan yang dirancang oleh pemerintah daerah.

30 Tabel 2.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I (Klasifikasi Langsung-Tidak Langsung) No Uraian Realisasi APBD-P Realisasi APBD-P Realisasi APBD-P APBD-P APBD-P APBD-P Triwulan I Triwulan I Triwulan I Nominal Nominal Nominal (Rp Juta) % (Rp Juta) % (Rp Juta) % (Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta) BELANJA 2,452, , ,641, , ,060, , I Belanja Tidak Langsung 1,327, , ,462, , ,595, , Belanja Pegawai 545,711 98, , , , , Belanja Subsidi , , Belanja Hibah 317,329 67, ,242 83, , , Belanja Bantuan Sosial 20, , Belanja Bagi Hasil 362, ,250 86, ,568 89, Belanja Bantuan Sosial 72, , , Belanja Tidak Terduga 10,000 1, , , II Belanja Langsung 1,124,948 45, ,179,646 98, ,465, , Belanja Pegawai 45,346 4, ,492 2, ,286 3, Belanja Barang dan Jasa 569,828 33, ,725 39, ,553 57, Belanja Modal 509,774 7, ,429 57, ,468 68, Surplus (Defisit) (123,284) (25,511) (84,234) 293,959 (59,012) 247,352 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Realisasi Belanja Tidak Langsung pada periode laporan tercatat sebesar Rp335,25 juta (21,01%), atau menunjukkan perkembangan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp278,91 juta (19,08%). Sejalan dengan hal tersebut, realisasi Belanja Langsung juga mengalami peningkatan dari sebesar Rp98,91 juta (8,38%) sepanjang Triwulan I menjadi Rp129,33 juta (8,83%) sepanjang Triwulan I Grafik 2.3. Porsi Komponen Pembentuk Belanja Daerah Sulawesi Utara Periode Triwulan I (Klasifikasi Langsung-Tidak Langsung) 22% % % % 74% 72% Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Dilihat dari porsinya, realisasi belanja pada periode laporan didominasi oleh belanja tidak langsung (72%), diikuti dengan belanja langsung (28%). Perkembangan selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa porsi belanja tidak langsung memiliki kecenderungan yang menurun setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap tahunnya, program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara diarahkan agar memiliki dampak langsung terhadap pembangunan daerah.

31 BAB III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Memasuki awal tahun 2016, tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota Manado relatif mengalami penurunan sehingga tercatat semakin mendekati level nasional maupun KTI. Inflasi Sulut pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 4,9% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 5,56% (yoy). Level inflasi triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi Sulut tercatat sebesar 7,99% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut terutama disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok administered prices dan volatile food di tengah tekanan inflasi inti yang masih minimal seiring belum kuatnya tekanan permintaan di awal tahun. Meski mengalami penurunan, level inflasi tahunan Sulut pada triwulan laporan masih tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional dan KTI yang tercatat sebesar 4,45% (yoy) dan 4,72% (yoy). Secara bulanan, deflasi terjadi selama 3 (bulan) berturut-turut di Sulawesi Utara. Kondisi ini dipengaruhi oleh normalisasi harga khususnya pada komoditas volatile food pasca perayaan hari besar keagamaan pada bulan Desember Kondisi tersebut diikuti dengan koreksi harga pada kelompok administered prices terutama tarip listrik dan angkutan udara seiring masih rendahnya harga minyak dunia. Koordinasi pengendalian inflasi tahun 2016 perlu tarsus ditingkatkan. Kondisi ini mengingat level inflasi Sulut yang masih berada di atas nasional maupun KTI. Berbagai upaya pengendalian inflasi telah dilakukan sepanjang triwulan I Diantaranya adalah pemetaan inflasi pada 15 Kab/Kota se-sulawesi Utara untuk mengetahui penyebab presistensi kenaikkan harga serta keterkaitan harga pada masing-masing Kab/Kota khususnya dengan Kota Manado sebagai kota perhitungan IHK. Selain itu, berbagai komitmen telah disepakati dalam rapat TPID untuk mengoptimalkan fungsi tim teknis TPID dengan pembentukan dedicated team, Gerakan Rica Rumah, Optimalisasi PIHBS, Optimalisasi Peran Bulog serta peningkatan efektifitas komunikasi ekspektasi pada masyarakat. Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan Kota Manado dan Nasional Sumber : BPS, diolah

32 3.1 PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TAHUNAN Inflasi tahunan Sulut pada triwulan I 2016 tercatat masih signifikan dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan yang tercermin dari besarnya sumbangan pada level inflasi tahunan. Sementara itu, kelompok lain cenderung mencatatkan andil inflasi yang relatif moderat, bahkan kelompok Perumahan, Air, Gas & Bahan Bakar tercatat memiliki andil negatif secara tahunan. No Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumber : BPS, diolah Kelompok Umum Tabel 3.1 Andil Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Inflasi kelompok Bahan Makanan tercatat masih cukup tinggi yaitu sebesar 13,13% (yoy) sehingga memberikan andil 2,93% terhadap tingkat inflasi tahunan Sulut. Meskipun demikian, level inflasi kelompok Bahan Makanan tersebut relatif lebih rendah dibandingkan posisi triwulan lalu yang mencapai 13,91% (yoy). Namun demikian, tingginya level inflasi kelompok Bahan Makanan secara tahunan lebih dipengaruhi tingginya inflasi kelompok tersebut pada Oktober dan Desember 2015 yang masih terpengaruh fenomena El Nino sehingga menyembabkan gagal panen terutama untuk komoditas sayuran dan bumbu-bumbuan. Sementara, kelompok lain yang tercatat cukup besar memberi andil pada inflasi tahunan Sulut adalah kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan dengan inflasi tahunan sebesar 6,13% (yoy) sehingga memberi sumbangan sebesar 0,97% pada inflasi tahunan Sulut. Sumbangan yang cukup besar tersebut lebih dipengaruhi based effect akibat penyesuaian harga angkutan dalam kota pada yang dimulai pada periode April tahun lalu. Di sisi lain, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar mencatatkan sumbangan negatif pada inflasi tahunan Sulut. Kondisi ini dipicu oleh rendahnya harga bahan bangunan seperti semen dang seng yang menjadi kompok tersebut. Apabila dilihat dari komoditasnya, inflasi tahunan Sulut tercatat masih disumbang oleh komoditas angkutan dalam kota yang mencatat inflasi sebesar 18,15% (yoy) dan memberikan andil sebesar 0,79% terhadap inflasi tahunan. Hal ini dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM oleh pemerintah pada periode Maret 2015 yang kemudian diikuti oleh penyesuaian tarif angkutan dalam kota oleh pemerintah khususnya di Kota Manado sebagai kota perhitungan IHK. Di sisi

33 lain, komoditas strategis Sulut tercatat memberi sumbangan cukup signifikan pada level inflasi tahunan. Komoditas tersebut antara lain adalah cabai rawit, daun bawang, bawang merah, bawang putih dan tomat sayur. Faktor cuaca yang kurang mendukung pada pertengahan 2015 serta permasalahan tata niaga khususnya pada komoditas tomat sayur dan cabai rawit membuat harga cenderung bergejolak terutama pada triwulan IV Kondisi cuaca tercatat membuat daerah penghasil sayuran Sulut seperti Boltim dan Minahasa mengalami kekeringan yang diikuti gagal panen. Sementara hasil panen yang ada sebagian dijual ke wilayah timur lainnya seperti Maluku Utara, Maluku dan Papua mengingat harga yang lebih tinggi di daerah tersebut. Kondisi tersebut membuat beberapa komoditas strategis mencatatkan level inflasi yang tinggi secara tahunan. Di sisi lain, komoditi ikan-ikanan dan bahan bangunan tercatat menjadi penyumbang deflasi secara tahunanpada triwulan pertama Hasil tangkapan nelayan skala kecil terkonfirmasi meningkat. Berdasarkan hasil liaison dan FGD, peraturan moratorium dan transhipment memiliki dampak positif terhadap hasil tangkapan nelayan terutama nelayan skala kecil. Sementara itu, perlambatan ekonomi secara umum serta pergerakan harga komoditas dunia memberi pengaruh pada perkembangan harga bahan bangunan yang cenderung terkoreksi. Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado Grafik 3.2 Inflasi & Sumbangan per Kelompok Maret 2016 KOMODITAS Inflasi/Deflasi (%) Andil (%) ANGKUTAN DALAM KOTA Inflasi CABAI RAWIT KANGKUNG DAUN BAWANG BAWANG MERAH PISANG BAWANG PUTIH TOMAT SAYUR DAGING BABI MINUMAN RINGAN Deflasi LEMON BESI BETON SELAR/TUDE CAKALANG/SISIK CUMI-CUMI BUBARA BIJI NANGKA / KUNIRAN SEMEN SENG TINDARUNG Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah INFLASI TRIWULANAN (qtq) Secara triwulanan, inflasi Sulut relatif sejalan dengan pola historisnya yang selalu mengalami lonjakan di akhir tahun dan terjadi normalisasi pada triwulan berikutnya. Inflasi pada triwulan laporan tecatat sebesar -1,02% (qtq) atau mengalami deflasi, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,25% (qtq). Terjadinya deflasi secara signifikan dipengaruhi oleh normalisasi harga seiring turunnya tingkat permintaan khususnya pada komoditas strategis seperti cabai rawit, tomat sayur dan daun bawang yang telah mengalami peningkatan cukup signifikan di akhir tahun Kondisi tersebut juga didukung membaiknya

34 pasokan yang dipengaruhi oleh mulai masuknya musim penghujan sehingga mendukung peningkatan produksi. No Tabel 3.3 Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Sumber : BPS, diolah Umum Secara kelompok komoditas, inflasi kelompok Bahan Makanan tercatat mengalami penurunan signifikan dari 12,39% (qtq) menjadi -2,98% (qtq) pada triwulan laporan. Kelompok lain yang mencatatkan deflasi secara triwulanan adalah kelompok Perumahan,Air,Listrik dan bahan Bakar yang terkoreksi dari 0,23% (qtq) menjadi -0,78% (qtq) serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang terkoreksi dari 0,78% (qtq) menjadi -1,60% (qtq) INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, inflasi Sulut yang diwakili Kota Manado tercatat mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut. Kondisi ini kali pertama terjadi sejak satu dasawarsa terakhir. Terjadinya deflasi selama tiga bulan beruntun tersebut relatif berbeda dengan pola historisnya. Hal tersebut dipengaruhi perubahan musim tanam akibat fenomena kemarau panjang pada pertengahan tahun Tiga bulan pertama diwarnai oleh koreksi harga yang cukup signifikan dari beberapa komoditas strategis seperti cabai rawit, bawang, tomat sayur serta beberapa komoditas sayur-sayuran. Normalisasi Sumber : BPS, diolah Grafik 3.3 Laju Inflasi Kota Manado (mtm) permintaan pasca perayaan Natal dan tahun baru serta cukup melimpahnya pasokan mendorong terjadinya koreksi ke bawah pada beberapa komoditas tersebut. Di sisi lain, komoditas pada kelompok administered prices seperti bensin, angkutan udara dan tarip listrik juga turut mengalami penurunan mengikuti perkembangan harga minyak dunia dan nilai tukar. Namun

35 demikian, kenaikan harga pada komoditas strategis lainnya seperti beras menjadi faktor penahan terjadinya deflasi lebih dalam. JANUARI 2016 Tekanan inflasi Kota Manado pada bulan Januari 2016 tercatat sebesar - 0,18% (mtm) menurun cukup tajam dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,74% (mtm). Koreksi harga komoditas sayuran dan bumbubumbuan menjadi penyembab utama terjadinya deflasi pada bulan ini. Grafik 3.4 Inflasi dan Andil Kota Manado Bulan Januari 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Kondisi penurunan harga secara umum pada Januari lebih dipengaruhi oleh faktor normalisasi harga. Hal tersebut Sumber : BPS, diolah didorong oleh mulai normalnya tingkat permintaan pasca lonjakan di akhir tahun yang didukung oleh dimulainya musim penghujan sehingga mendukung produksi pertanian khususnya pada komoditas sayuran dan bumbu-bumbuan. Koreksi harga bensin dan solar di awal tahun juga turut mendukung terjadinya penurunan harga pada bahan pokok melalui transmisi pada biaya transportasi. Komoditas cabai rawit dan tomat sayur tercatat sebagai penyumbang utama terjadinya deflasi pada Januari Di sisi lain, komoditas yang tercatat menjadi penyumbang inflasi terbesar pada bulan ini adalah bawang merah. Ketersediaan yang minim akibat belum masuknya masa panen di daerah penghasil serta kondisi cuaca yang kurang mendukung bagi petani bawang menyebabkan terjadinya lonjakan harga bawang di awal tahun. Sementara itu, meskipun bensin dan solar mengalami penurunan harga, beberapa komoditi administered prices masih tercatat mengalami peningkatan harga selama Januari. Beberapa komoditas tersebut antara lain adalah bahan bakar rumah tangga, tarip listrik dan angkutan udara. Secara kelompok, deflasi pada Januari terutama dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan dan transportasi yang masing-masing memberi andil -0,37% dan - 0,06% pada tingkat inflasi Sulut pada Januari. Di sisi lain, kelompok perumahan tercatat sebagai penyumbang utama inflasi dengan andil sebesar 0,24% pada inflasi Januari FEBRUARI 2016 Inflasi Sulut pada Februari 2016 tercatat kembali mengalami penurunan atau mengalami deflasi cukup dalam sebesar 0,82% (mtm). Masih berlangsungnya normalisasi harga komoditas pangan

36 strategis serta koreksi harga pada komoditas kelompok administered prices menjadi penyebab utama terjadinya deflasi pada Februari. Grafik 3.5 Inflasi dan Andil Kota Manado Februari 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Koreksi harga pada tiga kelompok yaitu kelompok bahan makanan, kelompok transportasi dan kelompok perumahan menjadi pendorong utama terjadinya deflasi yang cukup dalam pada Februari Masih tingginya harga kelompok bahan makanan pada minggu pertama Sumber : BPS, diolah dan kedua Januari membuat pengaruh normalisasi harga masih terasa pada Februari. Di sisi lain, kelompok transportasi juga tercatat memberi sumbangan deflasi dipengaruhi masuknya masa low season yang berdampak pada koreksi harga komoditas angkutan udara. Sementara itu, deflasi yang disumbang oleh kelompok perumahan disebabkan oleh terjadinya koreksi harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga seiring ketersediaan LPG yang memadai serta perkembangan harga minyak dunia dan nilai tukar yang memberikan pengaruh pada koreksi tarip listrik. Pada Februari, beras tercatat menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan tingkat harga yang berada di level tertinggi selama periode triwulan I Hal ini disebabkan oleh belum masuknya masa panen sehingga ketersediaan beras di pasaran relatif berkurang. Berdasarkan hasil FGD dan liaison kepada pelaku usaha, beras yang ada di pasaran pada Februari mayoritas dipasok dari luar daerah seperti Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Surabaya. MARET 2016 Pada Maret 2016, tekanan inflasi Kota Manado tercatat relatif stabil atau mengalami deflasi sebesar -0,03% (mtm). Terjadinya deflasi pada bulan Maret 2016 dipengaruhi oleh koreksi harga yang terjadi pada kelompok volatile food dan administered prices di tengah tekanan pada kelompok inti yang relatif minimal seiring belum kuatnya permintaan. Kelompok transportasi, perumahan dan bahan makanan tercatat masih mengalami Grafik 3.6 Inflasi dan Andil Kota Manado Maret 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Sumber : BPS, diolah

37 deflasi secara bulanan pada Maret 2016 meskipun dengan besaran yang relatif terbatas. Kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi 0,14% (mtm) sehingga memberi andil sebesar -0,04 pada inflasi bulan Maret Kondisi tersebut dipengaruhi oleh koreksi yang terjadi pada komoditas sayuran seperti daun bawang, kangkung dan wortel. Selain itu, harga pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras juga tercatat mengalami penuruan, sejalan dengan kondisi yang terjadi pada level nasional. Sementara itu, komoditas angkutan udara tercatat melanjutkan teren penurunan harganya yang terjadi sejak bulan sebelumnya. Hal tersebut membuat kelompok transportasi turut mengalami pergerakan searah mengingat komoditas lainnya pada kelompok tersebut tercatat relatif stabi. Di sisi lain, kelompok sandang tercatat sebagai penyumbang utama inflasi pada Maret. Kenaikkan harga emas dunia yang diikuti peningkatan harga emas perhiasan menjadi penyebab utama tingginya sumbangan dari kelompok tersebut. 3.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, level inflasi tahunan Kota Manado yang lebih rendah pada triwulan I 2016 dipengaruhi oleh semakin terkendalinya harga pada kelompok administered prices dan volatile food. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok inti tercatat masih relatif minimal di awal tahun seiring belum kuatnya permintaan FAKTOR FUNDAMENTAL Menurunnya permintaan domestik pada triwulan I 2016, pasca perayaan Natal dan tahun baru 2016 memberikan pengaruh cukup besar pada pergerakan harga. Kondisi tersebut tercermin dari penurunan penjualan ritel, penurunan produksi pengusaha lokal dan turunnya net impor antar daerah. Di sisi supply, pasokan yang relatif mencukupi khususnya pada komoditas bahan makanan seperti sayur dan bumbu-bumbuan membuat pergerakan harga secara umum terkoreksi cukup dalam. Interaksi Permintaan dan Penawaran Sesuai pola historisnya, intensitas perdagangan di Sulawesi Utara cenderung mengalami penurunan di awal tahun, pasca perayaan Natal dan tahun baru. Kondisi tersebut tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran KPw BI Sulut yang menunjukkan penurunan tajam Indeks Riil penjualan dari 295,8 pada triwulan IV 2015 menjadi 234,4 pada triwulan I Di sisi lain, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), menunjukkan penurunan kapasitas produksi para pelaku usaha. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada SKDU tercatat mengalami penurunan dari 82,00 pada triwulan IV menjadi 68,89 pada triwulan I Namun demikian, hal ini lebih dipengaruhi oleh turunnya kapasitas produksi pada jenis usaha pertanian yang mayoritas menanam padi. Kondisi tersebut mengafirmasi tingginya harga beras selama triwulan I Berdasarkan hasil survey

38 dan FGD bersama para petani beras, diperoleh informasi bahwa periode Januari-Februari merupakan masa jelang panen sehingga kapasitas produksi relatif rendah. Selain itu, akibat musim kering pada 2015 terdapat pula beberapa area yang mengalami penundaan masa tanam bahkan gagal panen sehingga produksi menjadi tidak optimal. Grafik 3.7 Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjual Eceran Grafik 3.8 Perkembangan Kapasitas Produksi Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPwBI Sulut Sumber : SKDU, KPw BI Sulut Ekspektasi Inflasi Grafik 3.9 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Sulut Berdasarkan hasil Survei Konsumen di Kota Manado, ekspektasi masyarakat terhadap tingkat inflasi menunjukkan arah yang menurun di terutapa pada periode triwulan I Kondisi tersebut relatif sesuai dengan pola historisnya dimana perkembangan harga awal tahun memang cenderung mengalami penurunan. Ekspektasi masyarakat juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah khususnya dalam penyesuaian harga BBM bersubsidi mengikuti perkembangan harga minyak dunia yang tercatat menurun pada periode laporan.

39 3.2.2 NON FUNDAMENTAL Grafik 3.10 Sumbangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 3.11 Pergerakan Inflasi Bulanan Berdasarkan Faktor Penyebabnya Sumber: BPS, diolah. Sumber: BPS, diolah. Volatile Food Tekanan inflasi kelompok volatile food tercatat masih berada pada level yang cukup tinggi di triwulan I Tingkat inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 13,09% (yoy) pada triwulan laporan atau hanya sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 13,84% (yoy). Angka inflasi triwulan juga laporan tercatat masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi volatile food berada di level 11,77% (yoy). Namun demikian, apabila dilihat secara bulanan, inflasi volatile food tercatat mengalami deflasi cukup dalam selama tiga bulan berturut-turut. Masih tingginya level inflasi tahunan kelompok volatile food besar dipengaruhi oleh melonjaknya harga pada periode Oktober dan Desemner 2015 yang masih masuk kedalam perhitungan secara tahunan. Kondisi tersebut relatif sejalan dengan yang terjadi pada kelompok bahan makanan. Pada triwulan I 2016, perbaikan kondisi cuaca dan normalisasi tingkat permintaan mendorong terjadinya koreksi ke bawah hara-harga pada kelompok ini. Beberapa harga komoditas strategis seperti cabai rawit dan tomat sayur tercatat mengalami koreksi yang cukup dalam sepanjang triwulan laporan. Berdasarkan hasil survey dan liaison, beberapa daerah penghasil cabai rawit dan tomat sayur di Sulut seperti daerah modoinding di Kab. Minahasa Selatan serta daerah dataran tinggi di Bolaang Mongondow Timur tercatat mengalami panen raya didukung kondisi cuaca yang cukup baik.

40 Grafik 3.12 Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Kota Manado Grafik 3.13 Perkembangan Harga Beras di Kota Manado Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Administered Prices Secara tahunan, laju inflasi kelompok Administered Prices tercatat relatif stabil. Pada periode laporan kelompok Administered Prices mengalami inflasi sebesar 5,23% (yoy) dan memberikan andil sebesar 1.12% pada inflasi tahunan di akhir triwulan laporan. Angka tersebut hanya sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya dimana inflasi tahunan kelompok Administered Prices mencatatkan angka 5,26% (yoy). Meski demikian, secara bulanan kelompok Administered Prices menunjukkan kecenderungan yang menurun. Inflasi bulanan pada kelompok ini hanya terjadi pada bulan Januari, sementara pada Februari dan Maret kelompok ini mencatatkan deflasi. Meski terjadi penyesuaian harga BBM bersubsidi pada Januari, kelompok Administered Prices tetap mencatatkan inflasi dipengaruhi naiknya harga komoditas bahan bakar rumah tangga, tarip lisrik dan angkutan udara. Khusus bahan bakar rumah tangga, kenaikkan dipengaruhi oleh terjadinya kelangkaan pasokan LPG 3 Kg meskipun hanya sesaat. Core Inflation Secara tahunan, laju inflasi kelompok inti pada awal tahun tercatat relatif stabil seiring belum kuatnya permintaan. Kelompok inti tercatat mengalami inflasi sebesar 1.62% (yoy) dengan andil sebesar 0.92% pada inflasi tahunan. Secara komoditas, inflasi tahunan pada kelompok inti disumbang oleh beberapa komoditas sepeti upah-upah/jasa, gula pasir, biaya sekolah dan emas perhiasan. Kondisi tersebut relatif normal mengingat adanya penyesuaian UMP di awal tahun.

41 3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Pada triwulan laporan berbagai upaya pengendalian inflasi telah dilakukan bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat provinsi maupun Kab/Kota. Berbagai program telah disepakati dalam melakukan pengendalian inflasi di sepanjang 2016 antara lain : 1) Fokus pengendalian harga melalui sidak dan operasi pasar akan dilaksanakan pada bulan-bulan yang memiliki historis inflasi yang tinggi seperti Juli, Oktober dan Desember 2) Pemerintah Provinsi berkomitmen untuk membangun pasar baru di Kota Manado yang dikelola oleh BUMD, sehingga harga lebih mudah dikontrol dan memberikan alternatif yang lebih luas pada masyarakat 3) Pembentukan dedicated team TPID khususnya di tingkat Provinsi dan Kota Manado yang bertugas melakukan pemantauan harga secara intensif dengan mengoptimalkan PIHBS Sulut dan melaksanakan koordinasi teknis tahap awal untuk mencari solusi apabila terjadi lonjakan harga 4) Melaksanakan strategi komunikasi ekspektasi yang efektif untuk mengubah mindset masyarakat maupun pedagang yang menganggap kenaikkan harga pada momen tertentu khususnya hari raya adalah hal yang lumrah 5) Optimalisasi peran Bulog dalam melakukan pengendalian harga untuk komoditas non beras 6) Meluncurkan mendorong pemenuhan kebutuhan cabai rawit secara mandiri di level rumah tangga. 7) Mendorong percepatan realisasi proyek infrastruktur pendukung produksi pertanian seperti waduk dan irigasi teknis, dan 8) Mendorong pemanfaatan teknologi pertanian. KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan laporan juga telah melaksanakan pemetaan inflasi di 15 Kab/Kota se-sulawesi Utara. Hasil pemetaan tersebut selanjutnya akan dipergunakan sebagai bahan rapat TPID di masing-masing Kab/Kota sehingga pembahasan pada rapat dapat lebih fokus untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada masing-masing daerah. Hasil pemetaan tersebut juga akan dipergunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan Road Map TPID Sulut sehingga arah pengendalian inflasi menjadi lebih konkrit dan terarah.

42 Box II Hasil Pemetaan Inflasi Kota Manado : Alur Perdagangan Komoditas Strategis Pada periode Maret-April 2016, KPw BI Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemetaan inflasi di 15 Kab/Kota se-sulawesi Utara. Kegiatan tersebut ditujukan untuk mencari akar masalah presistensi peningkatan harga, khususnya pada beberapa komoditas strategis yang sering menjadi penyumbang inflasi. Pada kesempatan ini, akan dibahas sekilas mengenai alur perdagangan komoditas strategis khususnya di Kota Manado sebagai kota perhitungan IHK di Sulawesi Utara. Dari hasil pemetaan tersebut diketahui bahwa volatilitas harga komoditas strategis di Kota Manado cenderung lebih tinggi dibandingkan Kab/Kota lainnya kecuali di daerah Kabupaten Kepulauan yang juga memiliki volatilitas harga yang cukup tinggi. Dari penelusuran yang telah dilakukan, alur distribusi yang cukup panjang, ketergantungan terhadap produksi luar daerah, tingginya level margin di tingkat pedagang, belum efektifnya pelaksanaan operasi pasar dan permaslahan mindset masyarakat maupun pedagang yang mewajarkan lonjakan harga di momen tertentu khususnya hari raya menjadi beberapa faktor penyebab utama peningkatan harga sekaligus menjadi tantangan untuk dibenahi bersama. Rata-rata komoditas strategis yang dikonsumsi masyarakat Kota Manado memliki 4 hingga 6 rantai distribusi sebelum sampai ke tingkat konsumen akhir. Khusus cabai rawit, masing-masing rantai terjadi pengambilan margin keuntungan dengan kisaran antara 10% hingga 25%. Namun demikian, level margin tersebut cenderung meningkat apabila mendekati momen hari besar keagamaan. Selanjutnya, berdasarkan diskusi dan FGD bersama petani penghasil diperoleh informasi bahwa level harga di tingkat petani sudah cukup tinggi. Kondisi tersebut mengkonfirmasi kondisi NTP petani hortikultura yang tercatat memang cukup tinggi. Hara jual di tingkat petani pada kondisi normal dapat mencapai 3 hingga 4 kali modal yang digunakan untuk menanam (komoditas cabai rawit). Bagan Alur Perdagagangan Komoditas Cabai Rawit

43 BAB IV. STABILITAS SISTEM KEUANGAN Membaiknya perekonomian Sulawesi Utara tidak disertai dengan peningkatan kinerja perbankan. Indikator utama perbankan pada triwulan laporan yaitu DPK dan Kredit tercatat tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Disisi lain, pertumbuhan Aset yang tidak disertai dengan pertumbuhan kredit, menyebabkan bank umum harus mengalokasikan aktiva produktifnya dengan baik agar tidak terjadi idle Money. Disisi suku bunga, suku bunga DPK tercatat menunjukkan penyesuaian yang searah dengan penurunan BI Rate yang terjadi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut pada periode laporan. Adapun suku bunga kredit yang masih menunjukkan peningkatan mengindikasikan transmisi penetapan kebijakan penurunan BI Rate terhadap penyesuaian bunga perbankan ke level konsumen untuk suku bunga kredit memiliki lag yang lebih lama dibandingkan penyesuaian suku bunga DPK. Sementara itu, ditengah perlambatan tersebut, fungsi intermediary perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat mengalami penurunan, meski demikian angka LDR tersebut masih berada di atas level yang ideal. Hal tersebut turut dibayangi dengan menurunnya kualitas kredit perbankan. Rasio NPL meningkat pada triwulan laporan, dari 3,33% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,62% pada triwulan laporan PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA BANK UMUM Pada triwulan laporan, aset perbankan Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp38,5 triliun, tumbuh lebih baik menjadi sebesar 10,62% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 8,01% (yoy). Namun demikian, peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan kinerja penyaluran kredit. Dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan, pertumbuhan kredit tumbuh melambat hanya sebesar 12,25% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 16,67%. Grafik Perkembangan Aset, DPK, Kredit, LDR dan BI Rate Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

44 Membaiknya kondisi perekonomian Sulawesi Utara (dari 5,57% menjadi 5,96%) kenyataannya belum mampu mendorong perbankan untuk lebih lagi menyalurkan dananya kepada masyarakat, baik sektor korporasi maupun rumah tangga. Hal ini turut dipengaruhi oleh turut melambatnya pengimpunan dana. Pada periode laporan perbankan hanya mampu menghimpun DPK sebesar Rp21,5 triliun, dari sebelumnya sebesar 22,3 triliun atau tumbuh melambat sebesar 5,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang yang mampu tumbuh sebesar 9,54% (yoy). Disisi LDR, peningkatan kredit yang lebih besar daripada peningkatan DPK terus berlanjut sejak triwulan II 2015 membuat LDR tetap bertahan diatas 100%, pada triwulan laporan LDR tercatat menjadi 137,6% dari 135,7% pada triwulan sebelumnya dan 129,6% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari segi kualitas kredit, penurunan kualitas yang tercermin dari meningkatnya rasio NPL menjadi 3,62% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 3,33%, serta dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 3,39%. Namun rasio tersebut masih dibawah angka NPL indikatif (5%) Secara spasial, penyaluran kredit Bank Umum masih terkonsentrasi di Kota Manado yang mendominasi pangsa penyaluran kredit hingga 48,73%, dimana sisanya terdistribusi ke Kab/Kota penopang perekonomian Sulawesi Utara yaitu Kab. Minahasa sebesar 9,91%, Kota Bitung sebesar 8,36% dan Kab. Bolaang Mongondow 6,97% dan 26,04% lainnya ke 11 Kab/Kota yang ada. NPL masing-masing Kab/Kota secara umum masih relatif terjaga (dibawah ambang batas 5%), tercatat hanya terdapat 2 (dua) Kab/Kota dengan rasio NPL diatas 5%, yaitu Kota Bitung (5,14%) dan Kab. Minahasa Tenggara yang mencapai (19,76%), yang utamanya disumbangkan dari jenis kredit konsumtif. Grafik Proporsi Kredit Bank Umum secara spasial Grafik NPL Bank Umum Spasial Kab. Bolmong 6,97% Kab. Minahasa 9,91% Kab. Sangihe 4,74% Kota Tomohon 3,96% lainnya 15,12% Kota Bitung 8,36% Kota Kotamobagu 2,59% Kota Manado 48,37% Kota. Tomohon Kota Bitung 5,14% Kota Kotamobagu Kota Menado Kab. Bolaang Mongondow Timur Kab. Bolaang Mongondow Selatan Kab. Kepulauan Sitaro Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Minahasa Tenggara 19,76% Kab. Minahasa Utara Kab. Minahasa Selatan Kab. kepulauan Talaud Kab. Kepulauan Sangihe Kab. Bolaang Mongondow Kab. Minahasa 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

45 4.2. PERKEMBANGAN ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Pertumbuhan total aset bank umum Sulawesi Utara di triwulan I 2016 meningkat dari 8,01% (yoy) menjadi 10,62% (yoy). Jika dilihat berdasarkan kelompok bank, seluruh kelompok tumbuh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Bank Pemerintah Daerah yang pada triwulan sebelumnya terkontraksi 3,51% (yoy) telah mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 3,63% (yoy) pada periode ini. Untuk Bank Asing dan Bank Campuran, meski masih tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,25% (yoy) namun sudah mencatatkan perbaikan dari periode sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam hingga 17,51% (yoy). Bank Swasta Nasional yang pada triwulan sebelumnya hanya mampu tumbuh sebesar 4,6% (yoy) kini dapat tumbuh lebih baik hingga sebesar 6,32%. Adapaun Bank Persero tumbuh tipis ke angka 19,18% (yoy) dari periode sebelumnya 18,35% (yoy). Pertumbuhan aset yang tidak disertai dengan pertumbuhan kredit, menyebabkan bank umum harus mengalokasikan aktiva produktifnya dengan baik agar tidak terjadi idle money. Pada periode ini, kelebihan dana tersebut dialokasikan dalam bentuk penempatan pada bank lain (membaik dari dari -73% yoy pada triwulan sebelumnya menjadi 71%), penempatan pada Bank Indonesia (membaik dari -5% yoy menjadi 7% yoy) dan penempaatan pada bank lain (membaik dari -47% yoy menjadi -22% yoy) sehingga meningkatkan cadangan likuiditas bank umum di Sulawesi Utara Grafik Perkembangan Aset Bank Umum Total Aset Bank Persero Bank Swasta Nasional Bank Campuran Bank Pemerintah daerah I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik Proporsi Aset Bank Umum Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut 4.3. PERKEMBANGAN SUKU BUNGA KREDIT DAN DPK BANK UMUM BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pada 14 Januari 2016, BI Rate untuk pertama kalinya mengalami penurunan sebesar 25bps menjadi 6,75% sejak bertahan pada level 7,0% sejak 17 Februari Hingga akhir periode laporan BI rate tercatat mengalami penurunan setiap bulannya sebesar 25bps, hingga pada 17 Maret 2016 ditetapkan menjadi 6,75%. Namun demikian, suku bunga

46 kredit maupun DPK masih bergerak moderat dikarenakan transmisi kebijakan BI Rate khususnya penurunan suku bunga yang cenderung memiliki lag untuk memengaruhi suku bunga perbankan. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit tercatat mengalami penurunan yang tidak signifikan, dimana pada periode sebelumnya tercatat 12,92% menjadi 12,87% pada periode laporan. Disisi lain, suku bunga simpanan deposito dan tabungan tercatat mulai mengalami penurunan. Jika dibandingkan dengan triwulan lalu, suku bunga simpanan dan deposit mulai bergerak turun menjadi masing-masing sebesar 0,13% dan 0,09% menjadi 1,61% dan 7,07%. Sedangkan suku bunga giro tercatat meningkat sebesar 0,02% menjadi 1,61%. Grafik Perkembangan Suku Bunga DPK Grafik Perkembangan Suku Bunga Perbankan % r giro r tabungan r deposito % spread (sb.kanan) BI Rate r kredit r DPK % Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut 4.4. PERKEMBANGAN DPK BANK UMUM Grafik Perkembangan Giro, Tabungan dan Deposito Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut DPK tumbuh melambat sebesar 5,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 9,54%. Kondisi perekonomian Sulawesi Utara yang membaik mengindikasikan sikap ekspansif pengusaha pada awal tahun dengan menggunakan dana simpanan di bank yang cukup memengaruhi posisi DPK pada triwulan laporan. Nominal DPK yang dihimpun bank umum sampai dengan triwulan I 2016 mencapai Rp21,5 triliun, lebih sedikit dibandingkan triwulan sebelumnya Rp22,3 trilliun. Perlambatan pertumbuhan terjadi di seluruh komponen DPK. Giro tercatat tumbuh melambat dari sebelumnya 35,54% (yoy), pada triwulan ini hanya tumbuh sebesar 30,17% (yoy). Adapun Deposito mengalam kontraksi yang lebih dalam pada triwulan ini, penurunan suku bunga deposito yang terjadi sejak triwulan I 2015 menyebabkan komponen dana mahal tersebut

47 menjadi kurang menarik bagi masyarakat yang ingin menginvestasikan kelebihan dananya. Hal tersebut diindikasi menjadi penyebab tumbuh negatifnya komponen Deposito pada triwulan ini sebesar 8,77% (yoy) dari periode sebelumnya yang hanya terkontraksi sebesar 0,82%. Sementara itu, komponen DPK lainnya yakni Tabungan tumbuh melambat dari sebelumnya sebesar 8,49% (yoy) pada Triwulan IV 2015, kini hanya tumbuh sebesar 7,84% (yoy). Turunnya suku bunga rata-rata tertimbang tabungan dari 1,70% menjadi 1,61% serta peningkatan kebutuhan dana masyarakat selama triwulan I 2015 menjelang perayaan hari raya imlek dan pembelian kebutuhan sekolah menjelang dimulainya semester baru. Berdasarkan proporsinya, komponen DPK masih didominasi oleh Tabungan sebesar Rp9,4 trilliun (43,87%), disusul Deposito sebesar Rp7,07 triliun (32,83%) dan Giro sebesar Rp5,01 triliun (23,30%). Lebih lanjut, komposisi penempatan DPK di Sulawesi Utara berdasarkan jenis bank sedikit mengalami perubahan. Meski penempatannya masih di dominasi oleh Bank Persero yakni dengan share sebesar 46,70%), namun sharenya tercatat berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya yang mendominasi lebih dari setengah jumlah DPK yaitu 52%. Grafik Komposisi DPK Bank Umum Disisi lain, BPD yang sebelumnya hanya memiliki share sebesar 16% terhadap total DPK Sulawesi Utara pada triwulan ini tercatat sebesar 22,79%. Adapun Bank Swasta Nasional dan Bank Campuran memilik share masing-masing sebesar 28,64% dan 1,87%. Pertumbuhan DPK kelompok Bank Asing dan Campuran dan BPD pada periode tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu masing-masing sebesar 0,35% (yoy) dan 6,69% (yoy) dari sebelumnya -17,5% (yoy) dan 6,0% (yoy). Meski demikian, komposisinya yang tidak mendominasi pembentukan DPK, belum mampu mengimbangi perlambatan pertumbuhan DPK pada kelompok Bank Persero yang mendominasi komponen DPK yang hanya tumbuh sebesar 5,89% (yoy) dari sebelumnya 14,72% (yoy) dan Bank Swasta Nasional yang juga melambat, sebesar 5,13% (yoy) dari periode sebelumnya 5,45% (yoy). Perlambatan pada kelompok Bank Persero tersebut utamanya dari komponen Giro, pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 70,75% (yoy) saat ini hanya tumbuh sebesar 26,17% (yoy). Perlambatan pertumbuhan Giro tersebut didorong realisasi belanja pemerintah pada periode ini tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 14,30%. 43,87% 23,30% 32,83% Giro Deposito Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Tabungan

48 4.5. PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN BANK UMUM KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Kredit produktif perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp11,84 triliun, tumbuh sebesar 14,8% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,46% (yoy). Secara sektoral, kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran sebagai sektor terbesar dalam komposisi penyaluran kredit (56,62%) tumbuh positif menjadi sebesar 7,98% (yoy) dari sebelumnya hanya tumbuh 5,8% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan tersebut tidak dapat mendorong pertumbuhan kredit secara agregat dikarenakan perlambatan pertumbuhan hampir terjadi di seluruh sektor yang ada. Perlambatan tersebut utamanya disebabkan oleh terkontraksinya kinerja kredit pada sektor Industri Pengolahan pada triwulan ini sebesar 6,75% (yoy) serta perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi yang hanya tumbuh sebesar 2,59% (yoy) pada triwulan ini dari sebelumnya 8,4% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pembiayaan sektor konstruksi juga sejalan dengan perlambatan kinerja sektor konstruksi pada PDRB Sulawesi Utara pada periode laporan. Perlambatan juga terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan yang pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh hingga 29,5% (yoy) kini hanya tumbuh sebesar 12,33% (yoy). Gencarnya program pemerintah dalam menstimulus tumbuhnya kredit di sektor penopang pariwisata yaitu sektor penyediaan akomodasi dan makan minum ditengah perlambatan pembiayaan diberbagai sektor. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tercatat tumbuh sebesar 6,0% (yoy) lebih baik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,3% (yoy). Disisi lain, masih berlanjutnya realisasi program pemerintah dalam mengatasi masalah kelistrikan dan penyediaan air bersih, juga mendorong pertumbuhan realisasi pembiayaan pada sektor Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es dan Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang yang tercatat tumbuh masing-maisng sebesar 676,6% (yoy) dan 7,12% (yoy) pada triwulan ini dari sebelumnya sebesar 432,6% (yoy) dan 7,5% (yoy). Dari komposisinya, sektor perdagangan besar dan eceran sebagai sektor terbesar kedua pembentuk PDRB Sulawesi Utara masih menjadi sektor yang mendominasi penyaluran kredit produktif di Sulawesi Utara. Pada triwulan laporan, share kredit sektor tersebut meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 31,8% menjadi 56,62%. Sama halnya dengan sektor perdagangan Transportasi & Pergudangan 3% Grafik Proporsi Kredit Sektoral di Sulawesi Utara Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 4% Lain-lain 9% Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 57% Pertanian, Kehutanan & Perikanan 5% Pertambangan & Penggalian 10% Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Industri Pengolahan 6% Konstruksi 6%

49 besar dan eceran, share kredit sektor pertambangan terhadap total kredit produktif yang disalurkan di Sulawesi Utara meningkat menjadi sebesar 10,31% dari sebelumnya hanya sebesar 6,25% dan menjadi sektor terbesar kedua penerima pembiayaan bank umum di Sulawesi Utara untuk sektor produktif, diikuti sektor konstruksi dengan share sebesar 6,34% dan industri pengolahan dengan share sebesar 6,03% yang lokasi proyeknya sebagian besar berada di Kota Bitung yang dikenal sebagai Kota Industri). Adapun share kredit sektor pertanian sebagai sektor utama penopang perekonomian Sulawesi Utara hanya memiliki share sebesar 4,55% hal ini dilatarbelakangi oleh kecemasan perbankan akan risiko kredit (NPL) pada sektor ini yang mencapai 9,89% (yoy) yang juga patut menjadi perhatian bersama, mengingat angka tersebut jauh diatas ambang batas rasio kredit bermasalah. Meskipun secara umum mengalami perlambatan, pertumbuhan kredit produktif di Sulawesi Utara masih relatif lebih tinggi (14,78%) dibandingkan pertumbuhan total kredit (12,25%) serta pertumbuhan kredit non-produktif (10,65%) jika dilihat secara tahunan. Namun demikian, rasio NPL sektor produktif secara keseluruhan telah mencapai level 5,18%, hal ini perlu menjadi perhatian khusus mempertimbangkan rasio NPL kredit produktif dapat menjadi salah satu pendekatan yang mencerminkan ketahuan korporasi Sulawesi Utara yang tidak sebaik triwulan sebelumnya KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA Kredit rumah tangga (konsumsi) di Sulawesi Utara pada triwulan I 2016 mencapai Rp17,78 triliun, 10,69% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,59% (yoy). Sementara itu pangsa kredit rumah tangga terhadap total kredit yang disalurkan perbankan masih mendominasi, yaitu sebesar 60,01% meski menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 60,73%. Dari sisi penggunaan, Grafik Perkembangan Kredit Rumah Tangga pangsa kredit rumah tangga masih didominasi oleh kredit Multiguna (76,1%), diikuti oleh kredit KPR (22,1%), KKB (1,2%) dan kredit perlengkapan rumah tangga (0,6%). Pertumbuhan hampir terjadi di seluruh jenis kredit konsumtif, kecuali kredit multiguna. KPR tumbuh meningkat sebesar 9,02% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 2,12% (yoy) yang diindikasi masih merupakan dampak pasca relaksasi kebijakan LTV. KKB juga tercatat tumbuh lebih tinggi menjadi sebesar 3,99% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 2,12% (yoy) yang terkonfirmasi melalui kinerja penjualan mobil yang mengalami peningkatan. Peningkatan juga 200% 150% 100% 50% 0% -50% Total Kredit RT KPR KKB Multiguna Perlengkapan (sb.kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut 1800% 1600% 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% -200%

50 terjadi pada realisasi kredit perlengkapan yang tumbuh positif hingga 184,24% (yoy) dari sebelumnya 117,81% (yoy). Namun demikian peningkatan pertumbuhan kredit tersebut, belum mampu mengimbangi perlambatan kredit multiguna sebagai jenis kredit dengan pangsa terbesar untuk kredit konsumtif. Kredit multiguna tumbuh lebih rendah pada periode ini sebesar 10,805 (yoy) dibandingkan periode sebelumnya 14,02% (yoy). 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Grafik Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga NPL Total Kredit RT NPL KKB NPL Multiguna NPL KPR NPL Perlengkapan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Di sisi lain, kualitas kredit rumah tangga pada triwulan laporan menujukkan menurunnya kualitas kredit dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari peningkatan rasio NPL menjadi 2,57% dari 2,39%. Penurunan kualitas kredit terjadi pada seluruh jenis kredit rumah tangga. Namun dilevel yang masih terjaga kecuali KPR, yang rasio NPLnya telah mencapai 5,22% 4.6. PEMBIAYAAN SEKTOR USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu pelaku ekonomi yang memegang peranan dalam perekonomian Sulawesi Utara tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu pada nilai kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Sejalan dengan perlambatan kinerja kredit secara umum, pertumbuhan kredit UMKM di Sulawesi Utara turut mengalami perlambatan pada triwulan laporan sebesar 2,45% (yoy) dibanding 5,88% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan terendah kredit UMKM sejak akhir periode Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan bergerak moderat, dari triwulan sebelumnya 25,63% kini menjadi 25,69% dengan nominal mencapai Rp7,61 triliun. Grafik Perkembangan Kinerja Kredit UMKM Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut

51 18% 17% 16% 15% 14% 13% 12% Sementara itu, ditengah pergerakan moderat kredit UMKM, kualitas kreditnya tercatat mengalami penurunan yang tercermin dari meningkatnya rasio NPL menjadi sebesar 6,47% dimana pada periode sebelumnya sebesar 5,81%. Sejak triwulan I 2015 rasio NPL Kredit UMKM terus bergerak diatas ambang batas level aman (>5%) sehingga perlu terus dicermati bersama demi menjaga keberlanjutan UMKM. Grafik Perkembangan Suku Bunga Kredit UMKM Selisih Suku Bunga Kredit Total Suku Bunga Kredit UMKM 2,00% 1,80% 1,60% 1,40% 1,20% 1,00% 0,80% 0,60% 0,40% 0,20% 0,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Suku bunga kredit UMKM menurun menjadi 13,81% dari 14,34% pada triwulan sebelumnya, sejalan dengan menurunnya suku bunga tertimbang kredit total. Hal ini membuat spread antara rata-rata suku bunga kredit UMKM dengan rata-rata suku bunga total kredit menjadi berkurang yang dapat diharapkan kedepannya dapat berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM yang sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia melalui PBI No. 14/22/PBI/2012 yang mewajibkan Bank Umum untuk menyalurkan kreditnya kepada sektor UMKM min.20% dari total kredit secara bertahap, yang diberlakukan sejak awal tahun 2015.

52 BAB V. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai Penyediaan Uang Layak Edar Bank Indonesia secara berkesinambungan terus berupaya untuk menjaga ketersediaan uang layak edar dalam jumlah dan nominal pecahan yang cukup. Dalam rangka penerapan clean money policy di daerah KPw Bank Indonesia Prov Sulut melakukan kegiatan penarikan uang lusuh, cacat, dan yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran untuk selanjutnya disortir dan diganti dengan uang layak edar (ULE). Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke masyarakat. Pada triwulan laporan, terjadi peningkatan pemusnahan jumlah uang tidak layak edar seiring dengan meningkatnya inflow (grafik 5.1). Tercatat PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) pada triwulan laporan sebesar Rp0.90 triliun, meningkat 39.43% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp0.65 triliun, meski secara persentase, rasio PTTB terhadap inflow mengalami penurunan. Penurunan rasio tersebut disebabkan oleh terjadinya growth inflow yang lebih tinggi (127% (qtq)) daripada growth PTTB (39.43% (qtq)) pada triwulan laporan dibanding triwulan sebelumnya. Rp Triliun Inflow PTTB Rasio PTTB terhadap Inflow (%) - sk kanan I II III IV I II III IV I II III IV I % Sumber : KPwBI Prov. Sulut Grafik 5.1 Perkembangan penarikan dan PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga)

53 5.1.2 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pergerakan aliran masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia pada triwulan I 2016 masih mengikuti pola historisnya. Aliran uang kartal menunjukkan adanya peningkatan net-inflow dari triwulan sebelumnya dan dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (grafik 5.2). Posisi net-inflow mengalami peningkatan signifikan yang mencapai 207% (qtq) dari sebelumnya net-outflow sebesar Rp1.67 triliun pada triwulan IV tahun 2015 menjadi net-inflow sebesar Rp1.79 triliun. Seiring dengan meningkatnya aliran uang masuk ke Bank Indonesia, maka aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat dan perbankan (outflow) menunjukkan penurunan. Tercatat posisi outflow pada triwulan laporan sebesar Rp0.71 triliun, menurun 74.49% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2.77 triliun. Meningkatnya net-inflow dan menurunnya outflow pada triwulan laporan merupakan imbas dari tingginya posisi net-outflow pada triwulan sebelumnya yang diakibatkan oleh tingginya kebutuhan masyarakat akan uang kartal pada triwulan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan adanya faktor musiman yaitu tibanya hari raya Natal dan Tahun Baru. Selanjutnya, pada triwulan laporan, permintaan masyarakat akan uang kartal mulai mereda, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah setoran ke bank. Secara tahunan, perkembangan net-inflow menunjukkan peningkatan. Tercatat posisi net-inflow pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.63 triliun, meningkat 9.81% (yoy) pada triwulan laporan menjadi Rp1.79 triliun. Hal tersebut disebabkan karena growth pada inflow (8.58% (yoy)) lebih tinggi daripada growth pada outflow (5.57% (yoy)). Inflow Outflow Netflow 3,00 2,00 1,36 1,55 1,63 1,79 1,00 - (1,00) (0,43) (0,22) (0,17) (0,16) (0,31) (0,56) (2,00) (1,55) (1,57) (1,67) (3,00) (4,00) I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 5.2 Posisi net inflow dan net outflow

54 5.1.3 Perkembangan Temuan Uang Palsu Pada triwulan I 2016 terjadi peningkatan cukup signifikan pada uang yang diragukan keasliannya di Sulut-Gorontalo. Tercatat total uang palsu yang ditemukan sebanyak 205 lembar, meningkat 144% (qtq) dari triwulan sebelumnya dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya meningkat sebesar 159.5% (yoy). Diperkirakan tingginya temuan uang palsu pada triwulan laporan disebabkan oleh tingginya jumlah uang beredar pada akhir tahun 2015 yang diiringi dengan tibanya musim liburan dan hari raya keagamaan Natal dan Tahun Baru yang mendorong terjadinya peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat. Berdasarkan jenis pecahan, mayoritas uang palsu yang ditemukan adalah pecahan jenis besar. Pecahan Rp sebanyak 181 lembar, Rp sebanyak 48 lembar, Rp sebanyak 7 lembar, dan Rp sebanyak 1 lembar. Temuan uang palsu tersebut antara lain berasal dari setoran bank, setoran masyarakat ke bank melalui loket penukaran, kas titipan Bank Indonesia, kas keliling, serta dari temuan yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Sepanjang tahun 2016, mayoritas temuan uang palsu berasal dari kota Manado (84%), Makassar (10%), Gorontalo (6%) dan selebihnya dari Kotamobagu dan Minahasa (1%). Pecahan I II III IV I II III IV I II III IV I Rp , Rp , Rp , Rp , Rp 5.000, Rp 1.000, Total Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Sulut 0% 6% 10% Manado Minahasa Kotamobagu Gorontalo Makassar 84% Tabel 5.3 Temuan Uang Palsu di Sulut berdasarkan lokasi

55 5.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai Perkembangan perekonomian yang semakin pesat menuntut ketersediaan layanan pembayaran yang tepat, handal dan aman yang mendukung aktivitas perekonomian dari masyarakat. Sistem pembayaran non tunai menjadi alternatif utama bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien dan aman. Sistem pembayaran non tunai yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara adalah SKNBI untuk transaksi retail value dan RTGS untuk transaksi high value. SKNBI memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan menggunakan instrumen surat berharga yaitu cek, bilyet giro, wesel, nota debet, dan warkat debet lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia Perkembangan Transaksi SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) Sejalan dengan perkembangan uang kartal, perkembangan sistem pembayaran nontunai yang diselenggarakan Bank Indonesia melalui SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia) juga mengikuti pola historisnya. Pada triwulan I 2016 transaksi melalui SKNBI menunjukkan perlambatan baik dari sisi volume maupun nominal transaksi. Perlambatan nilai transaksi diperkirakan dipicu oleh mulai meredanya aktivitas perekonomian pasca berakhirnya akhir tahun 2015 yang merupakan puncak tingginya aktivitas perekonomian. Pada triwulan laporan, penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebanyak DKE (Data Keuangan Elektronik) atau melambat sebesar 11.95% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar DKE. Secara nominal, nilai transaksi yang menggunakan SKNBI melambat sebesar 9.06% (qtq) menjadi Rp2.97 triliun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3.26 triliun. Secara rata-rata harian, nilai transaksi yang diproses SKNBI pada triwulan laporan mencapai Rp48.62 miliar per hari atau melambat sebesar 9.30% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp53.60 miliar per hari. Sejalan dengan melambatnya nilai transaksi, jumlah volume transaksi per hari juga mengalami perlambatan. Tercatat rata-rata volume transaksi harian pada triwulan laporan sebesar DKE per hari, melambat sebesar 10.76% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar DKE per hari.

56 3,0 Rp Triliun Nilai Volume (Sk Kanan) Ribu Lembar % Persentase Nilai Tolakan Persentase Volume Tolakan 2,5 2, , , ,5 20 0,0 I II III IV I II III IV I II III IV I 0 0 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : KPw BI Prov. Sulut Sumber : KPw BI Prov. Sulut Grafik 5.4 Perkembangan Kliring SulutGo Grafik 5.5 Pergerakan prosentase tolakan Secara tahunan, volume DKE yang ditransaksikan melalui SKNBI menunjukkan perlambatan sebesar 4.37% (yoy) dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar DKE. Sejalan, nilai transaksi juga menunjukkan perlambatan sebesar 5.14% (yoy) dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3.13 triliun. Sementara itu, persentase jumlah penarikan cek dan BG kosong pada triwulan laporan mengalami peningkatan dari sisi volume meski dari sisi nilai mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat nilai penarikan cek dan BG kosong pada triwulan laporan mencapai 3.08% dari total nilai yang dikliringkan, menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3.21%. Sedangkan volume penarikan cek dan BG kosong pada triwulan laporan sebesar 3.15%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2.68% dari total yang dikliringkan. Di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Prov Sulut terdapat 5 KPWD (Koordinator Pertukaran Warkat Debit) yang terdiri dari 1 KPWD yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan 4 KPWD Selain BI (Bitung, Kotamobagu, Tahuna dan Gorontalo). Dari seluruh KPWD yang berada di SulutGo, Kota Manado merupakan kota dengan pangsa transaksi kliring terbesar di SulutGo baik dari sisi nominal maupun sisi volume. Pada triwulan laporan, pangsa transaksi kliring Kota Manado tercatat sebesar 79.52% dari sisi volume dan 80.46% dari sisi nominal, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat masing-masing sebesar 78.53% dan 79.87% untuk volume dan nilai transaksi.

57 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh sebesar 1,96% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat ke angka 2,14%. Disisi lain, baik secara tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan. Kelesuan dunia usaha dimana penjualan mengalami penurunan akibat daya beli masyarakat yang juga menurun berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja dan kebijakan untuk tidak akan melakukan penambahan tenaga kerja yang masa kontraknya habis dan/atau pensiun pada mayoritas perusahaan di Sulawesi Utara. Sementara peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan perbaikan yang tercermin dari NTP dan NTUP. Hal tersebut juga dikonfirmasi dengan rasa optimisme konsumen terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami kontraksi seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Data bulan Februari 2016 mencatat pertumbuhan angkatan kerja hanya sebesar 0,34% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 sebesar 1,78% (yoy). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami peningkatan yang tidak signifikan sebesar 0,47% (yoy). Namun di sisi lain, terdapat penurunan jumlah pengangguran sebesar -9,36% (yoy) menjadi 93 ribu jiwa. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga terlihat mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan penurunan sebesar -10,06% (yoy). Namun TPT Sulawesi Utara masih berada di atas Nasional yang sebesar 5,5%. Jumlah Bekerja Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Penduduk 15 thn ke atas (ribu jiwa) 1,685 1,698 1, ,781 1,793 1, % Angkatan Kerja (ribu jiwa) 1,089 1,015 1, ,180 1,099 1, % Bekerja 1, , ,078 1,000 1, % Pengangguran % TPAK (%) % TPT (%) % 2016 Growth (yoy)

58 Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Penurunan jumlah pengangguran tersebut merupakan cerminan optimisme konsumen terhadap kondisi ketenagakerjaan dan penghasilan. Berdasarkan Survei Konsumen (SK) di Provinsi Sulawesi Utara, indeks kondisi ketenagakerjaan dan penghasilan saat ini berada di atas 100 dengan nilai masing-masing tercatat sebesar 159,3 dan 160,3. Sama halnya kondisi saat ini, kondisi ketenagakerjaan dan penghasilan yang akan datang juga masih dipandang optimis oleh konsumen. Rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja yang akan datang sebesar 131,8. Sementara rata-rata indeks penghasilan yang akan datang sedikit di atas 100 yaitu sebesar 115,8. Grafik 6.2 Grafik 6.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan dan Penghasilan Saat Ini Penghasilan yang Akan Datang Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peningkatkan serapan tenaga kerja paling besar berada pada sektor Jasa sebesar 16,12% (yoy) atau bertambah sebanyak 31 orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan serapan tenaga kerja terbesar selanjutnya adalah sektor Industri dengan peningkatan sebesar

59 sebesar 11,58% (yoy). Sementara sektor Pertanian adalah satu-satunya sektor yang mengalami penurunan serapan tenaga kerja sebesar -14,48% (yoy). Sektor Pekerjaan (ribu jiwa) Tabel 6.2 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Pertanian % 29.12% Industri % 5.23% Perdagangan % 23.42% Jasa % 20.22% Lainnya % 22.01% Jumlah 1, , ,078 1,000 1, % % Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 2016 Growth (yoy) Share Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 29,12% (yoy). Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian utama Sulut yang memang didominasi oleh sektor pertanian. Namun El Nino yang melanda Sulawesi Utara sepanjang tahun 2015 menyebabkan penurunan serapan tenaga kerja yang tercatat pada bulan Februari Banyak tenaga kerja yang bergelut di sektor Pertanian beralih profesi untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup. Mereka beralih profesi ke sektor Jasa seperti buruh bangunan dan transportasi publik, yang kemudian tercermin pada kenaikan serapan di sektor Jasa yang mencapai 11,31% (yoy). Grafik 6.4 Pangsa Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Berdasarkan status pekerjaannya, dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara, sebanyak 39,15% berprofesi sebagai buruh/karyawan dan 23,68% penduduk berwiraswasta sementara 14,23% merupakan pekerja bebas. Pada Februari 2016 pekerja informal di Sulawesi Utara masih lebih banyak dibanding pekerja formal, dengan komposisi 56,84% berbanding 43,16%. Komposisi tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun

60 perlu menjadi perhatian bersama karena pekerja sektor informal lebih rentan untuk terkonversi menjadi kelompok pengangguran mengingat kerentanannya terhadap shocks apabila terjadi gejolak ekonomi. Status Pekerjaan (ribu jiwa) Tabel 6.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Growth Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb (yoy) Berusaha Sendiri % 23.68% Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar % 10.95% % 3.75% Buruh/Karyawan % 39.15% Pekerja Bebas Pertanian % 6.12% Pekerja Bebas Non Pertanian % 8.11% Pekerja Bebas % 14.23% Pekerja Tak Dibayar % 8.24% Jumlah 1, , ,078 1,000 1, % % Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Share Membaiknya peluang lapangan kerja di sektor formal menjadi salah satu pendorong meningkatnya jumlah penduduk bekerja terdidik. Pada bulan Februari 2016 tercatat jumlah penduduk bekerja dengan tingkat pendidikan tertinggi Universitas adalah sebanyak ribu orang atau meningkat 18,73% (yoy). Penduduk bekerja dengan pendidikan tertinggi SMA sebanyak 247,41 ribu orang meningkat sebesar 10,26% (yoy) dengan pangsa yang besar yaitu 22,67%. Sementara itu penduduk dengan tingkat pendidikan akhir SMK mengalami penurunan menjadi 97,03 ribu orang atau menurun sebesar -18,69%. Tabel 6.4 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun (ribu orang) Tingkat Pendidikan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Growth Feb Ags Feb Ags Feb (yoy) SD ke bawah % Sekolah Menengah Pertama % Sekolah Menengah Atas % Sekolah Menengah Kejuruan % Diploma I/II/III % Universitas % Jumlah %

61 6.2 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang tercermin dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat tercatat mengalami perbaikan. Pada Triwulan I 2016 kesejahteraan di sektor pertanian kembali mengalami apresiasi. Hal tersebut terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang meningkat pada triwulan laporan. NTUP sebagai salah satu indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani yang hanya memperhitungkan komponen pengeluaran di usaha petanian tercatat surplus dan cukup menguntungkan (indeks NTUP di atas 100). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (IB), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Indeks NTUP pada triwulan laporan tercatat sebesar 107,87. Tabel 6.5 Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Rincian Growth (%) yoy qtq Q1 Q2 Q3 Q4 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Indeks Diterima Petani % 1.21% Indeks Dibayar Petani % 0.59% Konsumsi Rumah Tangga % 0.71% Bahan Makanan % 0.85% Makanan Jadi % 1.22% Perumahan % 0.89% Sandang % 1.38% Kesehatan % 1.19% Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga % 0.60% Transportasi dan Komunikasi % -1.42% BPPBM % 0.29% Bibit % 0.90% Obat-obatan & Pupuk % 0.94% Sewa Lahan, Pajak & Lainnya % 0.37% Transportasi % -3.42% Penambahan Barang Modal % 0.74% Upah Buruh Tani % 0.81% Nilai Tukar Petani (indeks) % 0.61% Nilai Tukar Usaha Pertanian (indeks) % 0.91% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Menggunakan tahun dasar yang baru (2012), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan I 2016 tercatat sebesar 97,33 meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 96,74. Jika dilihat secara tahunan, pada triwulan laporan NTP juga tercatat mengalami perbaikan yaitu -0,70% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya -2,11% (yoy). Perbaikan NTP utamanya didorong oleh peningkatan pendapatan pertanian yang lebih besar dibandingkan kenaikan biaya hidup petani. Indeks yang Diterima Petani (IT) yang mencerminkan pendapatan usaha petani tercatat tumbuh sebesar 4,40% (yoy), sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,20% (yoy). Peningkatan indeks terutama berasal dari subsektor Tanaman Obat dan Palawija.

62 Sementara Indeks yang Dibayar Petani (IB) yang merupakan indikator pengeluaran usaha petani meskipun mengalami peningkatan mencapai 5,13%, peningkatannya masih lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,43%. Sektor dengan peningkatan indeks yang paling rendah adalah Perikanan Tangkap. Grafik 6.5 Grafik 6.6 Nilai Tukar Petani Per Sektor Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Dilihat dari subsektornya, petani pada subsektor Tanaman Hortikultura, Peternakan, dan Perikanan merupakan yang paling sejahtera, hal ini terlihat dari angka NTP yang berada di atas 100. Indeks NTP Tanaman Hortikultura, Peternakan, dan Perikanan masing-masing adalah 107,12, 100,54, dan 100,11. Meskipun berada di atas 100, indeks NTP Perikanan mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan penurunan sebesar -5,99% (yoy). Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor Tanaman Pangan dan Perkebunan masih berada di bawah batas sejahtera. Namun, NTP pada subsektor Tanaman Pangan terlihat mengalami peningkatan dari periode yang sama tahun sebelumnya di mana peningkatan tercatat sebesar 0,46% (yoy). Di sisi lain, kesejahteraan Petani pada subsektor Perkebunan perlu menjadi perhatian khusus mengingat komoditas unggulan Sulawesi Utara umumnya berasal dari sektor perkebunan diantaranya kelapa, cengkeh, dan pala. NTP pada subsektor Perkebunan mengalami penurunan sebesar -3,10% (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya.

63 Grafik 6.7 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Data terakhir pada bulan September 2015 menunjukkan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara secara umum masih berada di bawah angka nasional. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan jumlah penduduk miskin Sulut sampai dengan September 2015 mencapai 217,15 ribu jiwa (8,98% dari total penduduk). Jumlah tersebut meningkat dari Maret 2015 yang berjumlah 208,54 ribu jiwa (8,65% dari total penduduk) atau naik 0,33% jika dibandingkan Maret Sejalan dengan tingkat kemiskinan, garis kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan desa meningkat 3,97% dari Rp per kapita per bulan menjadi Rp per kapita perbulan. Garis kemiskinan ini adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum yang harus dikeluarkan oleh satu orang. Apabila berada dalam rata-rata garis kemiskinan, individu tersebut dkategorikan sebagai penduduk miskin. Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai kemiskinan. Pada periode Maret 2015 hingga September 2015, indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan. Nilai indeks P1 menunjukkan ukuran ratarata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks P1 naik sedikit dari 1,34 pada Maret 2015 menjadi 1,54 pada September Sementara itu indeks P2 yang menunjukkan variasi pengeluaran konsumsi penduduk miskin naik tidak signifikan dari 0,34 pada Maret 2015 menjadi 0,44 pada September Kenaikan yang tidak signifikan pada kedua indeks tersebut menunjukkan kedalaman dan keparahan kemiskinan di Sulawesi Utara relatif tetap.

64 Tabel 6.6 Indeks Keparahan Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Wilayah Tahun Kota Desa Total Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret September Maret September Maret September Maret Sep Maret Sep Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret September Maret September Maret September Maret Sep Maret Sep Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

65 BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN 7.a. PROSPEK EKONOMI MAKRO Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,12% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan I Meningkatnya perekonomian Sulut di triwulan II 2016 diperkirakan ditopang oleh seluruh sektor utama Sulut yakni sektor Pertanian, Perdagangan, Konstruksi, Transportasi dan Industri Pengolahan. Setelah dihantam oleh musim El Nino tahun 2015 yang menyebabkan banyak tanaman pertanian baik perkebunan maupun tanaman pangan gagal panen, pada tahun 2016 diperkirakan sektor Pada triwulan II, selain meningkat karena hilangnya musim El Nino, peningkatan juga akan didorong oleh pergeseran masa panen yang sebagian besar terjadi di triwulan II Hal tersebut dapat dilihat melalui pergerakan tingkat inflasi beras dimana pada triwulan I harga beras masih tercatat inflasi dan mulai menurun ketika memasuki awal triwulan II yaitu bulan April Subsektor Perikanan juga akan mengalami peningkatan dampak base effect tahun 2015 ketika aturan Moratorium masih diberlakukan. Peningkatan triwulan I 2016 akan dilanjutkan dengan peningkatan pertumbuhan pada triwulan II Tidak diperpanjangnya peraturan moratorium oleh KKP menjadi pendorong industri pengolahan ikan tumbuh meningkat pada triwulan mendatang. Namun demikian, peningkatan pertumbuhan sektor industri tidak akan maksimal karena tertahan oleh perlambatan industri pengolahan kelapa akibat ketersediaan bahan baku yang berkurang dampak El Nino tahun banyak faktor yang akan mendorong sektor tersebut meningkat. Faktorfaktor tersebut antara lain yaitu kenaikan UMP, peningkatan sektor primer, tingkat inflasi yang rendah, musim liburan, menjelang hari raya keagamaan, dan penerimaan THR. Faktor-faktor tersebut akan mendorong perdagangan eceran dan kendaraan bermotor meningkat pada triwulan II Sementara itu, sektor Konstruksi diperkirakan meningkat seiring dengan realisasi APBD dan APBN yang cenderung meningkat memasuki triwulan II dan investasi swasta yang mulai marak dilakukan seperti pembukaan outlet dan pengadaan aset. Peningkatan penyaluran kredit diperkirakan akan meningkat setelah penurunan BI Rate dan GWM Primer Rupiah yang berdampak pada peningkatan likuiditas. Peningkatan sektor primer akan mendorong sektor Transportasi meningkat pada triwulan II 2016 seiring dengan persiapan perayaan hari raya keagamaan dan penerimaan THR. Subsektor transportasi darat akan meningkat didorong oleh mobilitas masyarakat yang meningkat seiring

66 dengan perayaan dan peningkatan pendapatan. Transportasi udara juga akan meningkat seiring dengan masuknya musim liburan. Sementara itu, transportasi laut meningkat seiring dengan peningkatan produksi industri pengolahan, khususnya pengolahan ikan. Adapun sektor Industri Pengolahan akan tumbuh meningkat seiring meningkatnya sektor yang akan memberikan pasokan bahan baku. Peningkatan pertumbuhan sektor ini ditopang oleh perbaikan subsektor industri bahan makanan yang didominasi oleh pengolahan ikan. Peningkatan pertumbuhan didorong oleh tidak diperpanjangnya peraturan moratorium oleh KKP yang telah berakhir pada bulan Oktober Hal tersebut mendorong ketersediaan bahan baku pada triwulan mendatang, selain juga dibantu oleh base effect rendahnya bahan baku pada triwulan II Hal tersebut juga terkonfirmasi melalui liaison pada perusahaanperusahaan perikanan besar di Sulut yang menyatakan bahwa bahan baku ikan pada triwulan mendatang akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun Di sisi penggunaan, komponen utama Sulut diperkirakan mengalami peningkatan seluruhnya. Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat didorong oleh peningkatan pendapatan dan keperluan kebutuhan jelang perayaan hari raya keagamaan. Survei Konsumen juga menunjukkan bahwa keyakinan konsumen meningkat pada triwulan yang akan datang. Konsumsi pemerintah dan kinerja investasi diperkirakan akan tumbuh meningkat. Peningkatan kedua komponen tersebut tentunya didorong oleh realisasi anggaran pemerintah baik belanja rutin maupun belanja modal. Pembangunan proyek-proyek strategis khususnya mega proyek akan mendorong pencapaian realisasi atau kinerja pemerintah meningkat. Selain itu, pelaku usaha atau pihak swasta akan mulai gencar melakukan investasi seiring dengan perkiraan perbaikan ekonomi dan ketersediaan kredit. Pelaku usaha akan membangun toko, outlet dan kantor untuk pemasaran. Selain itu beberapa pelaku usaha perumahan akan melakukan pembelian lahan baru dan pembangunan perumahan. Angin segar datang juga dari pemerintah provinsi yang akan melakukan penyerdehanaan dan percepatan dalam perizinan investasi. Di sisi pembiayaan, turunnya BI Rate dan GWM Primer Rupiah yang akan mendorong ketersediaan dana sangat berpotensi menurunkan suku bunga. Suku bunga yang rendah akan mendorong peningkatan investasi pada triwulan II Sementara itu, kinerja perdagangan Sulut juga diperkirakan membaik seiring dengan ekspor perikanan yang semakin baik. Di samping itu, pertumbuhan impor barang modal akan meningkat seiring dengan peningkatan produksi industri pengolahan. Selain itu, pembangunan dan peningkatan kualitas pelabuhan akan menjadi faktor penting kegiatan perdagangan Sulut dan luar negeri.

67 7.b. PRAKIRAAN INFLASI Setelah mengalami penurunan pada triwulan I 2016, tekanan inflasi Sulut memasuki triwulan II 2016 diperkirakan kembali meningkat kendati dalam besaran yang relatif terbatas terutama secara bulanan. Setelah mencatatkan deflasi cukup dalam di periode April 2016, inflasi Sulut pada Mei dan Juni diperkirakan meningkat dengan proyeksi inflasi bulanan masing-masing pada kisaran 0,09% (mtm) dan 0,57% (mtm). Secara tahunan, inflasi Sulut pada triwulan II 2015 diperkirakan berada di level 3,12±1% (yoy) atau cenderung lebih rendah dibandingkan level inflasi tahunan di triwulan I 2016 yang lebih disebabkan oleh faktor based effect. Risiko tekanan inflasi pada triwulan II 2016 diperkirakan muncul dari kelompok volatile food dan kelompok inti dipengaruhi masuknya periode bulan Ramadhan, masuknya masa panen dan dimulainya realisasi proyek pemerintah. Sementara, tekanan inflasi pada kelompok administered prices diperkirakan masih relatif stabil kendati pergerakan harga minyak dunia terpantau mulai mengalami kenaikkan. Grafik 7.b.1 Prakiraan Inflasi Bulanan Sulut Grafik 7.b.2 Ekspektasi Harga Konsumen Sumber: KPw BI Sulut. Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulut. 1. Volatile Foods Tekanan inflasi pada kelompok volatile food diperkirakan mengalami peningkatan terutama secara bulanan. Harga komoditas strategis seperti cabai rawit dan tomat sayur terpantau mulai merangkak naik sejak awal Mei Masuknya bulan Ramadhan juga diperkirakan menjadi risiko tersendiri mengingat konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat memasuki bulan puasa. Namun demikian, panen raya komoditas beras pada periode akhir Maret hingga April dapat menjadi faktor penahan terjadinya inflasi yang lebih tinggi. Harga beras terpantau mulai mengalami penurunan sejak April dan diperkirakan berlanjut hingga Mei Administered Prices Risiko tekanan inflasi pada kelompok Administered Prices diperkirakan masih relatif rendah sampai dengan triwulan II Meskipun pergerakan harga minyak dunia terpantau mulai

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo MHA Ridhwan : Kepala Perwakilan / Direktur : Kepala Divisi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2016 No. 58/08/71/Th. X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2016 TUMBUH 6,14 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2016 yang

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs A.Yusnang Gunawan Lukman Hakim Zulham Effendi Rivo Mandey

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR AGUSTUS 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR i Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date] Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten OKI;Andayani [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KATEGORI Konsumsi

Lebih terperinci