KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur Ignatius Adhi N. : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim Sistem Pembayaran dan MI /Asisten Direktur Neldy Syafrizal : Analis Ekonomi /Manajer Curie Rantung : Analis /Manajer Jeanny Jeans Legoh : Analis /Manajer Wahyu Sihati : Analis /Manajer Ayub Pelita Hati : Kepala Unit Distribusi Uang Noula T. Sondakh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Heru Prasetyo : Kasir Senior /Manajer Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer Ali Albaar : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan Donny Pratama : Analis Ekonomi/Asisten Manajer Rivo Mandey : Analis /Asisten Manajer Iona H. Rombot : Analis /Asisten Manajer Hendro B. Sirait : Analis/Asisten Manajer Adhi Nugroho : Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer Khoirinnisa El K. : Pelaksana/Asisten Manajer Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat :

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2015 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih. Manado, November 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA Peter Jacobs Direktur iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman i halaman v halaman vi RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11 Box I. Sulut Sebagai Hub Perdagangan Sisi Permintaan halaman 12 Sisi Penawaran halaman 19 Box II. Hilirisasi Non Mineral BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 37 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah halaman 37 Pendapatan Daerah halaman 38 Belanja Daerah Provinsi Sulut halaman 39 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 45 Perkembangan Inflasi halaman 45 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Upaya Pengendalian Inflasi halaman 50 halaman 53 BAB IV PERKEMBANGAN PERBANKAN halaman 59 Aset/Aktiva halaman 59 Dana Pihak Ketiga (DPK) halaman 60 Kredit halaman 61 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 67 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 67 Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 73 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 85 Perkembangan Ketenagakerjaan Sulawesi Utara halaman 85 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 89 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 97 Prospek Ekonomi Makro halaman 97 Prakiraan Inflasi halaman 101 Daftar Istilah dan Singkatan halaman 105 v

6 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III A PDB Nasional (yoy) B Inflasi Nasional (yoy) II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) Laju Inflasi (yoy) % Laju Inflasi (mtm) % (0.03) Inflasi Bahan Makanan (mtm) % (1.25) Inflasi Makanan Jadi (mtm) % Inflasi Perumahan (mtm) % Inflasi Sandang (mtm) % (0.19) 0.96 (0.18) 1.16 (0.12) Inflasi Kesehatan (mtm) % Inflasi Pendidikan (mtm) % Inflasi Transportasi (mtm) % (0.20) (0.28) B PDRB Penggunaan *** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (3.50) Perubahan Persediaan (28.12) (8.03) (77.76) (81.84) (68.04) - Ekspor Luar Negeri (2.49) (14.13) (9.52) - Impor Luar Negeri (16.30) (22.42) (0.42) (35.21) (10.01) - Net Ekspor Antardaerah (5.78) (8.13) 6.87 C PDRB Sektoral *** Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (0.81) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi 1.84 (1.13) Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III BI Rate (%) Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 11,427 11,893 11,899 12,447 13,084 13,313 13,854 III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III* 1. Ekspor (ribu USD) 290, , , , , , , Impor (ribu USD) 46,377 22,612 12,977 27,864 17,027 10,714 8,916 IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III A. Jumlah Bank Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) Bank Umum Konvensional Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Syariah C. Total Asset (Rp miliar) 30,547 32,749 34,255 34,491 35,839 37,037 38, Bank Umum 29,085 31,305 32,824 32,992 34,381 35,566 36, BPR Bank Syariah Keterangan : * Angka sementara ** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010 vi

7 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 17,600 19,176 19,627 19,596 20,368 20,905 21, Giro 3,298 3,807 3,702 3,272 3,855 4,281 4, Deposito 5,954 7,009 7,228 6,576 7,752 7,975 8, Tabungan 8,348 8,359 8,697 9,748 8,762 8,649 8, Kredit (Rp miliar) 23,022 24,027 24,606 26,018 26,398 27,490 28, Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja 6,543 6,923 6,974 7,378 7,309 7,538 7,422 - Investasi 2,520 2,692 2,710 2,888 3,022 3,743 4,481 - Konsumsi 13,959 14,412 14,922 15,752 16,067 16,209 16, Berdasarkan Sektor Ekonomi Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian ,594 Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 5,686 5,928 5,921 6,006 6,075 6,230 6,228 Transportasi & Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Minum Informasi & Komunikasi Jasa Keuangan & Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial Jasa Lainnya Lain-lain 13,959 14,412 14,921 15,490 15,808 16,209 16, Kredit untuk Debitur UMKM 6,560 6,871 6,741 7,190 7,472 7,446 7, Loan to Deposit Ratio (LDR) % Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) Rasio (%) V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III 1. Kas (Rp miliar) - Inflow 2,422 1,129 2,185 1,045 2,303 1,077 1,814 - Outflow 869 1,298 2,352 2, ,391 2, Kliring - Volume Kliring (Lembar) 82,527 93, ,665 99,232 90,235 91,718 92,357 - Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,446 2,593 2,536 2,842 2,668 2,345 2,447 - Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,375 1,487 1,974 1,566 1,477 1,558 1,490 - Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) Keterangan : * Angka sementara ** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010 vii

8 Halaman ini sengaja dikosongkan

9 RINGKASAN EKSEKUTIF

10 RINGKASAN EKSEKUTIF Halaman ini sengaja dikosongkan x

11 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Memasuki triwulan III tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perbaikan. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang juga mengalami akselerasi pertumbuhan. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,28% (yoy), sedikit lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,27% (yoy) Memasuki triwulan III tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perbaikan. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang juga mengalami akselerasi pertumbuhan. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,28% (yoy), sedikit lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,27% (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar 6,19% (yoy). Perekonomian Sulut pada triwulan laporan juga tercatat masih mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,73% (yoy). Secara sektoral, membaiknya angka pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan laporan sangat dipengaruhi oleh kinerja impresif dari sektor konstruksi. Kondisi tersebut didorong oleh masih maraknya pembangunan fisik oleh pihak swasta serta optimalisasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah jelang berakhirnya tahun anggaran. Sementara itu, sektor utama Sulut lainnya seperti pertanian, perdagangan dan industri pengolahan cenderung mengalami perlambatan di triwulan laporan kendati dengan besaran yang relatif terbatas. Di sisi penggunaan, kinerja konsumsi dan investasi yang mengalami akselerasi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut ditengah masih terkontraksinya kinerja sektor eksternal Sulut. Baik ekspor maupun impor luar negeri Sulut pada triwulan laporan tercatat masih mengalami kontraksi meskipun cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, net impor antar daerah Sulut tercatat membesar seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat khususnya pada periode hari raya di awal triwulan III Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang hanya direpresentasikan oleh Kota Manado pada triwulan III 2015 kembali mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya setelah mencatat peningkatan pada triwulan II dari triwulan I Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang hanya direpresentasikan oleh Kota Manado pada triwulan III 2015 kembali mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya setelah mencatat peningkatan pada triwulan II dari triwulan I. Inflasi Kota Manado pada akhir triwulan 1

12 RINGKASAN EKSEKUTIF III tercatat sebesar 9.34% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8.73% (yoy). Dengan pencapaian tersebut inflasi Kota Manado berada di atas inflasi nasional yang tercatat sebesar 6.83% (yoy). Inflasi bulanan Kota Manado pada triwulan III bergerak relatif searah dengan pola musimannya, meningkat tajam pada awal triwulan III kemudian melandai hingga deflasi pada pertengahan triwulan dan kembali meningkat pada akhir triwulan. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan III terutama disebabkan oleh peningkatan inflasi pada semua kelompok, terutama pada kelompok inflasi Administered Prices dan kelompok Volatile Foods. Sementara kelompok inflasi inti juga mengalami peningkatan relatif rendah. Perkembangan Perbankan Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 dibandingkan triwulan II 2015 sejalan dengan peningkatan kinerja perbankan di Sulawesi Utara. Kinerja perbankan di Sulut yang didominasi oleh bank umum menunjukkan peningkatan pada seluruh indikator utama perbankan Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 dibandingkan triwulan II 2015 sejalan dengan peningkatan kinerja perbankan di Sulawesi Utara. Kinerja perbankan di Sulut yang didominasi oleh bank umum menunjukkan peningkatan pada seluruh indikator utama perbankan. Aset bank umum tumbuh meningkat, sejalan dengan peningkatan DPK dan kredit. Di sisi kualitas kredit, kredit juga mengalami peningkatan kualitas yang ditunjukkan oleh perbaikan NPL. Pada triwulan III 2015 juga, penyaluran kredit produktif mengalami peningkatan didorong oleh peningkatan signifikan pada kredit investasi. Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2015 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 7,66% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan tercatat cukup baik senilai Rp1,9 triliun atau 74,3% dari total target Rp2,56 triliun Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2015 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 7,66% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan tercatat cukup baik senilai Rp1,9 triliun atau 74,3% dari total target Rp2,56 triliun. Kondisi ini meningkat dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu sebesar Rp1,6 triliun atau 70,9%. Sementara itu, realisasi belanja mencapai Rp1,6 triliun atau sebesar 60,4% dari total target 2

13 RINGKASAN EKSEKUTIF belanja. Realisasi belanja tersebut mengalami peningkatan dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana realisasi baru mencapai 49,5%. Dilihat dari struktur APBD, rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015 tercatat 40,2% atau lebih rendah dari rasio dana transfer sebesar 59,8%. Sama seperti periode sebelumnya, rasio kemandirian daerah masih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan biaya untuk percepatan pembangunan di Provinsi Sulawesi Utara masih ketergantungan terhadap dana pusat/fiskal pusat. Sementara itu ruang fiskal Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015 sebesar Rp1,95 triliun atau meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,72 triliun. Kondisi tersebut mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran Pemda untuk membiayai pembangunan tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib). Perkembangan Sistem Pembayaran Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan perubahan terakhir yaitu Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan perubahan terakhir yaitu Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai, non-tunai, maupun pengawasan terhadap penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran di Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama pada saat Hari Besar Keagamaan memicu peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan III Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan menunjukkan posisi net-outflow sebesar Rp 560,39 miliar, meningkat sebesar 250% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Layanan Kas Keliling dalam rangka menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di pusat bisnis dan remote area diselenggarakan sebanyak 28 kali selama triwulan laporan. 3

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang berlaku sejak 15 Desember 2014, memiliki pengaruh terhadap perkembangan sistem pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Nilai transaksi kliring debet dan transfer dana melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh positif, masing-masing sebesar 16,01% (yoy) dan 98,68% (yoy). Kondisi sebaliknya terjadi pada perkembangan transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), dimana nilai transaksi mengalami penurunan sebesar 17,05% (yoy). Kondisi ini sesuai dengan tujuan ditetapkannya kebijakan, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pembayaran serta mendorong penggunaan SKNBI oleh masyarakat untuk transaksi yang bersifat retail value. Perkembangan Ketenagakerjaan& Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara untuk periode Agustus 2015 menurun. Secara tahunan jika dilihat dari strukturnya, terdapat kenaikan pada jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja dan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di banding Agustus 2014 bertambah sebanyak 39 ribu orang atau naik sebesar 3,62%... Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara untuk periode Agustus 2015 menurun. Secara tahunan jika dilihat dari strukturnya, terdapat kenaikan pada jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja dan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di banding Agustus 2014 bertambah sebanyak 39 ribu orang atau naik sebesar 3,62%. Namun demikian, peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan pembukaan lapangan kerja membuat angka pengangguran juga terakselerasi cukup signifikan, yaitu sebesar 24,00% (yoy). Peningkatan ini menyebabkan kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ke angka 9,02%, serta mencatatkan Sulawesi Utara sebagai provinsi dengan TPT tertinggi jika dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Sulawesi Utara. Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pembentuk perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan kontraksi seiring dengan pelemahan dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga diatas titik optimis. Indikator kesejahteraan lain yakni tingkat kemiskinan Sulawesi Utara mengalami perbaikan, tercermin dari 4

15 RINGKASAN EKSEKUTIF menurunnya tingkat kemiskinan pada periode Maret 2015 secara tahunan. Outlook Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,29% - 6,69% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II Meningkatnya perekonomian Sulut di triwulan IV 2015 diperkirakan ditopang oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, masih tingginya pertumbuhan sektor konstruksi serta peningkatan terbatas pada kinerja sektor pertanian dan sektor industri pengolahan Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,29% - 6,69% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II Meningkatnya perekonomian Sulut di triwulan IV 2015 diperkirakan ditopang oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, masih tingginya pertumbuhan sektor konstruksi serta peningkatan terbatas pada kinerja sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Pada sektor perdagangan, pertumbuhan sektor ini di triwulan IV dipengaruhi oleh tingginya konsumsi masyarakat jelang akhir tahun yang didorong oleh perayaan hari besar keagamaan (Natal) dan tahun baru Lebih lanjut lagi, penyelenggaraan pilkada di beberapa daerah, termasuk pemilihan gubernur Sulut diperkirakan mampu memberi kontribusi positif pada kinerja sektor perdagangan. Dari sektor pertanian, kondisi cuaca yang mulai membaik pada triwulan IV seiring mulai berakhirnya masa kekeringan, serta pergeseran masa puncak panen pada komoditas tanaman pangan diperkirakan mampu membuat sektor ini tumbuh lebih baik dibanding triwulan laporan. Sementara itu, kinerja konstruksi diperkirakan tetap tumbuh tinggi didorong optimalisasi realisasi pembangunan fisik oleh pemerintah jelang berakhirnya tahun anggaran. Masih cukup maraknya investasi swasta juga menjadi salah satu faktor pendorong kinerja sektor konstruksi pada triwulan mendatang. Di sisi penggunaan, kegiatan konsumsi swasta baik pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT diperkirakan menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan mendatang. Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh stabil. Sektor lainnya yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut di sisi penggunaan adalah kegiatan investasi (PMTB) yang juga diperkirakan masih tumbuh cukup kuat di triwulan IV Secara eksternal, kegiatan ekspor impor Sulut diperkirakan membaik namun dalam besaran yang relatif terbatas seiring kondisi harga komoditas yang masih rendah. 5

16 RINGKASAN EKSEKUTIF Dengan memperhatikan perkembangan terkini dimana kondisi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tidak setinggi prakiraan sebelumnya, maka perekonomian Sulut untuk keseluruhan tahun 2015 diperkirakan berada pada rentang 6,16% - 6,56% (yoy). Outlook Inflasi Inflasi pada triwulan III mengalami tekanan, namun mencermati perkembangan terkini, faktor risiko dan tantangan kedepan maka tekanan inflasi Provinsi Sulut yang diwakilkan Kota Manado pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan pada kisaran 1.23% (mtm) atau 4.50% (yoy) Setelah mengalami tekanan pada triwulan III, inflasi Sulut diperkirakan masih akan mengalami tekanan pada triwulan IV 2015 seiring lonjakan permintaan menyambut hari besar keagamaan dan tahun baru Namun demikian, prakiraan inflasi di akhir tahun 2015 akan berada di level 5,1±1% atau lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Risiko tekanan inflasi diperkirakan terutama berasal dari kelompok Volatile Foods dan Administered Prices sedangkan kelompok core inflation cenderung meningkat dengan kategori moderat. 6

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Halaman ini sengaja dikosongkan 7

18 Halaman ini sengaja dikosongkan

19 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20 Halaman ini sengaja dikosongkan

21 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Memasuki triwulan III tahun 2015, perkembangan perekonomian Sulut menunjukkan sedikit perbaikan. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan perekonomian di level nasional yang juga mengalami akselerasi pertumbuhan. Pada triwulan laporan, perekonomian Sulut tercatat tumbuh sebesar 6,28% (yoy), sedikit lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,27% (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut juga lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dimana perekonomian Sulut tumbuh sebesar 6,19% (yoy). Perekonomian Sulut pada triwulan laporan juga tercatat masih mampu tumbuh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 4,73% (yoy). Secara sektoral, membaiknya angka pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan laporan sangat dipengaruhi oleh kinerja impresif dari sektor konstruksi. Kondisi tersebut didorong oleh masih maraknya pembangunan fisik oleh pihak swasta serta optimalisasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah jelang berakhirnya tahun anggaran. Sementara itu, sektor utama Sulut lainnya seperti pertanian, perdagangan dan industri pengolahan cenderung mengalami perlambatan di triwulan laporan kendati dengan besaran yang relatif terbatas. Di sisi penggunaan, kinerja konsumsi dan investasi yang mengalami akselerasi menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut ditengah masih terkontraksinya kinerja sektor eksternal Sulut. Baik ekspor maupun impor luar negeri Sulut pada triwulan laporan tercatat masih mengalami kontraksi meskipun cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, net impor antar daerah Sulut tercatat membesar seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat khususnya pada periode hari raya di awal triwulan III Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi (TD 2010) Provinsi Sulawesi Utara (% yoy) Sumber: BPS, diolah 11

22 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1 SISI PERMINTAAN Akselerasi pada kegiatan konsumsi dan investasi tercatat sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan di tengah masih lemahnya kinerja sektor eksternal. Baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan pada triwulan III Terakselerasinya konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi masyarakat khususnya pada periode Juli dan Agustus dipengaruhi perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Hari Raya Pengucapan serta masuknya tahun ajaran baru. Kondisi tersebut juga didukung oleh meningkatnya penghasilan masyarakat seiring pembayaran gaji ke 13-PNS, tunjangan hari raya dan panen komoditi perkebunan rakyat. Sementara itu, konsumsi pemerintah masih melanjutkan akselerasinya didorong oleh optimalisasi serapan anggaran menjelang berakhirnya tahun Optimalisasi serapan anggaran belanja modal pemerintah untuk infrastruktur serta proyek pembangunan pihak swasta juga mempengaruhi tingginya kinerja investasi Sulut di triwulan laporan. Di sisi lain, kinerja ekspor-impor internasional Sulut tercatat masih mengalami kontraksi di triwulan laporan, meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Faktor penahan lainnya mucul dari kinerja perdagangan antar daerah dimana net impor Sulut tercatat mengalami peningkatan cukup tinggi pada triwulan III Sumber: BPS, diolah Jenis Penggunaan Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Investasi PMTB Perubahan Inventori Neraca Perdagangan Bersih Ekspor Impor Net Ekspor Antar Daerah PDRB Konsumsi Kegiatan konsumsi pada triwulan III 2015 mencatat pertumbuhan sebesar 8,02% (yoy) dengan kontribusi sebesar 5,37% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 6,36% (yoy). 12

23 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Terakselerasinya konsumsi dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan seluruh komponen pembentuknya. Baik konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan pada triwulan laporan. Akeselrasi konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 10,46% (yoy) pada triwulan laporan tidak terlepas dari lebih baiknya dukungan fiskal di tahun 2015 serta optimalisasi serapan anggaran pemerintah jelang akhir tahun. Realisasi APBD Prov Sulut sampai dengan triwulan III 2015 tercatat sebesar 54,85% meningkat dibandingkan posisi tengah tahun yang sebesar 36,76%, maupun posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 49,46%. Peningkatan serapan belanja juga terjadi pada APBN yang disalurkan di Sulut. Setelah sempat terkendala permasalahan nomenklatur di awal tahun, serapan belanja APBN sampai dengan triwulan III 2015 tercatat sebesar 43,83% atau meningkat cukup tinggi dibanding posisi triwulan sebelumnya yang sebesar 20,91%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dari 6,04% (yoy) di triwulan lalu menjadi 7,26% (yoy) pada triwulan laporan. Naiknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi masyarakat pada awal triwulan III 2015 seiring perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri dan Pengucapan) yang juga didukung oleh meningkatnya penghasilan masyarakat karena pembayaran tunjangangan oleh pemerintah dan panen tanaman perkebunan rakyat. Kondisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat juga tercermin dari hasil survei konsumen yang dilakukan KPw BI Sulut. Indeks Keyakinan Konsumen mengalami peningkatan dari 114,83 pada triwulan lalu menjadi 128,53 pada triwulan laporan. Peningkatan indeks keyakinan konsumen tersebut dipengaruhi oleh membaiknya presepsi masyarakat terhadap kondisi perekonomian saat ini. Indeks penghasilan saat ini dan indeks ketersediaan lapangan kerja tercatat mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Grafik 1.2. Indeks Riil Penjualan Eceran Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran KPw BI Prov. Sulut Sumber: Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulut 13

24 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Selanjutnya, kinerja konsumsi yang meningkat juga dapat dilihat dari perkembangan penjualan ritel beberapa kelompok usaha di Kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara, terlihat adanya akselerasi pertumbuhan penjualan yang tercermin dari pertumbuhan Indeks Riil Penjualan (IRP) dari 5,92% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 7,34% pada triwulan III Secara angka indeks, IRP juga mengalami peningkatan dari 254,92 di triwulan lalu menjadi 274,22 pada triwulan laporan. Berdasarkan hasil liaison, para pelaku usaha juga mengkonfirmasi meningkatnya konsumsi masyarakat yang tercermin dari naiknya tingkat penjualan di triwulan laporan meskipun dinilai belum sebaik tahun sebelumnya. Lickert Scale penjualan domestik berdasarkan hasil liaison, tercatat mengalami perbaikan dari -2,29 pada triwulan lalu menjadi -1,13 pada triwulan laporan. Grafik 1.4. Pertumbuhan IRP & Lickert Scake Liaison Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) & Liaison KPw BI Prov. Sulut Sumber: LBU, Lokasi Proyek Meningkatnya konsumsi rumah tangga juga tidak terlepas dari dukungan perbankan yang meningkat di triwulan laporan, setelah sempat mengalami perlambatan di triwulan lalu. Tingkat penyaluran kredit konsumsi mengalami peningkatan pertumbuhan dari 13,07% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 13,90% (yoy) di triwulan laporan dengan total penyaluran mencapai Rp.18,5 Triliun Investasi Kegiatan investasi yang tercermin dari angka PMTB dan perubahan inventori pada triwulan III 2015 tercatat tumbuh impresif sebesar 10,23% (yoy) dengan kontribusi sebesar 3,62% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang tercatat 5,88% (yoy). Laju impresif pertumbuhan investasi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan, selain didorong oleh masih berjalannya proyek yang bersifat multiyears, juga didorong oleh berbagai program pemerintah pusat terkait dengan infrastruktur daerah yang baru terlaksana di paruh ke dua tahun 2015 seiring terselesaikannya permasalahan nomenklatur yang sempat menghambat penyerapan anggaran di awal tahun. 14

25 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.6. Perkembangan Penjualan Semen Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : LBU, Lokasi Proyek Pada triwulan laporan, peran investasi yang dilakukan pihak swasta dirasa cukup memberikan perngaruh signifikan pada peregerakan pertumbuhan investasi di Sulut. Investasi bangunan swasta khusunya pembangunan pusat perbelanjaan yang telah memasuki tahap akhir, mampu medorong sisi investasi non bangunan untuk pembukaan tenant-tenant baru. Berdasarkan hasil liaison, beberapa pengusaha di sektor industri juga tercatat melakukan investasi berupa mesinmesin pada triwulan laporan seiring ekspektasi positif peningkatan produksi dan permintaan ekspor di tahun mendatang. Sementara itu, peningkatan realisasi fisik proyek pembangunan pemerintah turut memberi kontribusi positif, baik pada proyek yang bersifat multiyears maupun inisiasi beberapa proyek baru terkait dengan pembangunan pasar rakyat, pembangunan saluran irigasi dan perbaikan jalan/jembatan. Indikator pertumbuhan investasi juga tercermin dari realisasi penjualan semen yang menunjukkan angka penjualan maupun tingkat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan realisai penjualan semen tercatat sebesar 195 ribu ton atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 164 ribu ton, dengan tingkat pertumbuhan meningkat dari -9,23% (yoy) menjadi 5,75% (yoy). Sejalan dengan pertumbuhan sektor investasi, perkembangan kredit investasi yang disalurkan oleh bank umum di Sulawesi Utara juga terus menanjak. Tingkat pertumbuhan kredit investasi tercatat sebesar 34,79% (yoy) pada triwulan laporan atau meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelunmnya yang tumbuh 18,65% (yoy). Dilihat dari nilainya, jumlah penyaluran kredit investasi pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp. 4,5 Triliun. 15

26 1.1.3 Ekspor Impor PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kinerja perdagangan internasional dan perdagangan antar daerah pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor penahan laju pertumbuhan ekonomi Sulut. Hal ini tercermin dari masih terkontraksinya pertumbuhan ekspor dan impor internasional Sulut pada triwulan laporan meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Sejalan kondisi perdagangan internasional, kondisi ekspor impor antar daerah Sulut juga menunjukkan hal serupa. Ekspor antar daerah Sulut yang mengalami kontraksi lebih dalam dibandingkan impor antar daerah menyebabkan net impor antar daerah Sulut menjadi semakin besar. Pada triwulan III 2015, ekspor tercatat masih mengalami kontraksi sebesar 9,52% dimana pada triwulan sebelumnya tercatat terkontraksi -14,13% (yoy). Di sisi lain, impor juga tercatat melanjutkan pelemahannya setelah mencetak pertumbuhan negatif 10,01% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh negatif 34,89% (yoy). Sementara itu, net impor antar daerah Sulut tercatat mengalami akselerasi 6,87% (yoy) setelah mengalami kontraksi 8,15% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan kinerja ekspor komoditas Sulut mencatatkan pertumbuhan negatif 17.94% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar 242,92 juta USD. Melemahnya kinerja ekspor pada triwulan laporan dipengaruhi oleh pergerakan harga internasional yang masih lemah seiring perkembangan pertumbuhan ekonomi global yang masih moderat. Selain itu, kinerja sektor perkebunan yang terkendala masalah cuaca turut mempengaruhi pasokan bahan baku bagi industri pengolahan minyak nabati yang merupakan penyumbang terbesar ekspor internasional Sulut. Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD) Uraian Growth (yoy) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Total Ekspor (Juta USD) % Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sampai dengan triwulan III 2015, dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor Sulawesi Utara, komoditi yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari produk olahan lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar 64%, diikuti oleh produk perhiasan/permata (15%), sementara ikan dan ikan olahan tecatat hanya memiliki pangsa 4% dan 5% seiring masih terbatasnya peningkatan volume ekspor. Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II 2015 didominasi oleh Belanda (25%), Amerika Serikat (21%) dan Singapura (16%). 16

27 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.8. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara Grafik 1.9. Harga Komoditas International Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : World Bank Commodity Price Data Kinerja ekspor antar daerah Sulut juga tercatat mengalami perkembangan serupa. Ekspor antar daerah Sulut yang tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung tercatat mengalami masih pertumbuhan negatif tidak sedalam triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2015, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik tercatat hanya sebanyak 92 ribu ton atau tumbuh negatif 55,13% (yoy). Grafik Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Utara Grafik Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT Pelindo IV, Bitung Sejalan dengan kondisi ekspor luar negeri yang terkontraksi, aktivitas impor juga masih mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan laporan. Pada triwulan III 2015, nilai impor tercatat hanya sebesar 12,08 juta USD atau mengalami kontraksi cukup dalam mencapai 30,89% (yoy). Terkontraksinya impor Sulut yang mayoritas merupakan barang modal menggambarkan masih lemahnya kegiatan investasi non bangunan khususnya bagi perusahaan industri berorientasi ekspor. 17

28 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Uraian Berdasarkan komoditinya, impor besi dan baja serta impor mesin merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa masing-masing sebesar 18% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas bahan bakar mineral (17%), benda besi baja (16%) dan peralatan listrik (6%). Komoditas impor tersebut digunakan untuk mendukung kinerja perusahaan di sektor industri pengolahan yang berorientasi ekspor. Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2015 lebih dominan didatangkan dari negara Tiongkok (30%), Australia (19%), Singapura (14%), dan Filipina (6%). Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Total Impor (Juta USD) % Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 2014 Tabel 1.3. Impor Sulawesi Utara (Juta USD) 2015 Growth (yoy) Grafik Pangsa Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Grafik Negara Asal Impor Sulawesi Utara Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Di sisi lain, aktivitas impor antar daerah juga masih mengalami kontraksi kendati tidak sedalam triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2015, total barang yang masuk ke Sulut tecatat sebesar 503 ribu ton atau tumbuh negatif 11,86% (yoy). Kondisi aktivitas bongkar yang tercatat jauh lebih besar dibandingkan aktivitas muat menjadi cerminan terjadinya net impor antar daerah serta menggambarkan ketergantungan Sulut yang masih cukup besar terhadap barang dari daerah lain. Grafik Perkembangan Kegiatan Bongkar Pelabuhan Sumber : PT Pelindo IV, Bitung 18

29 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan III 2015 ditopang oleh pertumbuhan impresif sektor konstruksi di tengah melambatnya beberapa sektor utama Sulut lainnya. Sektor konstruksi tercatat mengalami akselerasi cukup signifikan seiring peningkatan progress fisik bangunan milik swasta maupun proyek infrastruktur milik pemerintah. Di sisi lain, faktor penahan muncul dari sektor utama Sulut lainnya seperti pertanian, industri pengolahan dan perdagangan yang tumbuh melambat di triwulan laporan. Kondisi cuaca yang kurang baik serta pergeseran masa panen membuat sektor pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan di triwulan laporan. Sementara itu, kinerja sektor eksternal Sulut yang masih lemah dan pergerakan harga komoditas yang cenderung menurun membuat kinerja sektor industri pengolahan tumbuh melambat. Di sektor perdagangan, peningkatan konsumsi masyarakat menyambut hari besar keagamaan di awal triwulan laporan belum mampu membawa sektor perdagangan untuk tumbuh lebih tinggi. Secara keseluruhan, sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi Sulut periode triwulan III 2015 bersumber dari sektor konstruksi yang tumbuh 10,75% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,34%. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Sulut adalah sektor pertanian dan sektor perdagangan dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,71% dan 0,69%. Lapangan Usaha Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (%) 2014 Q3 Sumb. Q4 Sumb. Q1 Sumb. Q2 Sumb. Q3 Sumb. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB

30 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor masih menjadi salah satu penopang perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang ditunjukkan dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 0,69%. Pada triwulan III 2015, sektor Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 5,40% (yoy), sedikit melambat dibandingkan triwulan II 2015 yang tercatat tumbuh sebesar 5,79% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya dimana sektor ini mampu tumbuh mencapai 7,90% (yoy). Dilihat dari pangsanya terhadap total perekonomian Sulut, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor menempati posisi ketiga di bawah sektor pertanian dan sektor konstruksi dengan pangsa 12,68% dari total perekonomian Sulut pada triwulan laporan. Melambatnya sektor perdagangan relatif sejalan dengan perkembangan dukungan perbankan terhadap sektor tersebut yang juga melambat. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit kepada sektor perdagangan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan mencapai Rp.6,81 Triliun, tumbuh 8,34% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit perdagangan masih mampu tumbuh sebesar 12,44% (yoy). Grafik Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan Sumber : LBU, Lokasi Proyek Grafik Kegiatan Bongkar Pelabuhan Grafik Penjualan Kendaraan Sumber : Pelindo IV, Bitung Sumber : Pelaku Usaha Selanjutnya, kinerja sektor perdagangan yang melambat juga tercermin dari terkontraksinya kegiatan impor antar daerah. Hal tersebut menjadi relevan untuk mengambarkan situasi perdagangan Sulut mengingat kondisi Sulut yang masih mengandalkan pasokan dari luar daerah. 20

31 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kondisi tersebut terkonfirmasi oleh rendahnya kegiatan bongkar di pelabuhan Bitung sebagai pintu masuk utama barang ke Sulut. Pada triwulan III 2015, kegiatan bongkar di pelabuhan Bitung tercatat masih tumbuh negatif sebesar 11,86% (yoy) meskipun dengan level kontraksi yang tidak sedalam triwulan sebelumnya. Kegaiatan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi di triwulan laporan menyambut hari besar keagamaan menjadi faktor penahan pelemahan lebih lanjut. Melambatnya perdagangan juga terkait erat dengan kinerja penjualan kendaraan yang tidak setinggi ekspektasi sebelumnya. Berdasarkan informasi dari pelaku usaha, penjualan kendaraan di Sulut pada triwulan III 2015 tercatat masih mengalami pertumbuhan negatif sebesar 40,48% (yoy) atau hanya sedikit lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 41,77% (yoy) Konstruksi Pada triwulan laporan, sektor konstruksi merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Sektor konstruksi tercatat mengalami akselerasi signifikan pada triwulan III 2015 dengan pertumbuhan sebesar 10,75% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,79% (yoy). Sumbangan sektor Konstruksi pada laju pertumbuhan ekonomi Sulut secara keseluruhan pada triwulan laporan mencapai 1,34% atau meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,86%. Meningkatnya pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh peningkatan realisasi proyek bangunan milik swasta maupun realisasi fisik proyek infrastruktur pemerintah. Pembangunan pusat perbelanjaan baru oleh swasta di Manado yang sudah memasuki tahap akhir diperkirakan menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan sektor konstruksi di triwulan laporan. Selain itu, perkembangan realisasi fisik proyek swasta lainnya seperti pembangunan hotel dan hunian vertikal maupun horizontal pada beberapa wilayah di Sulut turut memberi kontribusi positif pada perkembangan sektor ini. Lebih lanjut lagi, perkembangan realisasi fisik proyek infrastruktur strategis milik pemerintah, khususnya yang dianggarkan pada APBN terpantau mengalami perkembangan yang cukup baik sampai dengan trriwulan laporan. Meskipun demikian, serapan anggaran terhadap beberapa proyek strategis sampai saat ini masih relatif rendah. 21

32 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Tabel 1.5. Perkembangan Realisasi Anggaran Proyek Strategis 2015 No Proyek Strategis Pagu (Rp.) Realisasi Tw III 2015 (Rp.) % Realisasi Pelebaran Jalan (Pelebaran jalab di Manado dan sekitarnya, 1 Kotamobagu dan sekitarnya, serta di Kabupaten Sangihe Talaud dan 673,890,181, ,144,508,451 43% sekitarnya) 2 Pembangunan Jalan Bebas Hambatan (Jalan Tol Manado-Bitung) 492,430,852,000 19,853,584,900 4% 3 Waduk yang dibangun (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan di Sulawesi Utara) 179,384,905, ,945,374,260 59% 4 Pembangunan Fasilitas pelabuhan (Lanjutan Pembangunan fasilitas pelabuhan laut Bitung 245,685,948,000 46,496,782,176 19% 5 Penggantian Jembatan (Pembangunan dan pelebaran berbagai jembatan di Sulawesi Utara) 214,803,067, ,255,840,889 50% 6 Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan 219,409,018,000 90,859,581,850 41% 7 Landas Pacu (Runway) (Bandar Udara Naha Tahuna dan Bandar Udara Miangas) 163,742,560,000 16,976,292,000 10% 8 Pembangunan Jembatan Baru (antara lain rekonstruksi/rehabilitasi Jembatan Tambulinas) 178,931,899,000 57,137,326,450 32% 9 Sarana/prasarana pengaman pantai yang dibangun ( di beberapa wilayah di Sulawesi Utara ) 118,165,681,000 54,052,504,718 46% 10 Pembangunan Jalan Baru 81,301,000,000 20,650,496,700 25% 11 Panjang Jaringan Distribusi (listrik pedesaan) 66,710,842,000 13,103,780,280 20% 12 Pasar Rakyat (Type A/B) (pembangunan beberapa pasar rakyat di beberapa wilayah di Sulawesi) 60,500,000,000 7,875,229,700 13% 13 Jumlah pengembangan dan pembangunan pelabuhan perikanan UPT Pusat (lokasi) pada Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung 46,158,938,000 30,395,774,800 66% 14 Sarana/prasarana pengendalian banjir yang di operasikan dan dipelihara (di beberapa wilayah di Sulawesi Utara) 6,563,871,000 3,642,306,000 55% Sumber : DJPBN Sulawesi Utara Tingginya pertumbuhan sektor konstruksi juga tidak terlepas dari derasnya dukungan pihak perbankan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit konstruksi yang terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi. Kredit konstruksi di Sulut pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,15 Triliun atau mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 32,92% (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut memang sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana kredit konstruksi mampu tumbuh sebesar 35,87% (yoy). Tingkat pertumbuhan kredit konstruksi yang berada di kisaran 30% tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan kredit konstruksi pada 3 tahun terakhir yang hanya berkisar 9% (yoy). Di sisi lain, tingginya pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran KPw BI Sulut dimana indeks penjualan bahan konstruksi mengalami peningkatan dari 234,18 pada triwulan II 2015 menjadi 240,32 pada triwulan III Ke depannya, sektor konstruksi masih akan berperan besar terhadap pertumbuhan perekonomian Sulut. Beberapa proyek pembangunan baru oleh pihak swasta serta berlanjutnya proyek infrastruktur pemerintah diharapkan dapat terus menopang perekonomian Sulut serta memberikan multiplier effect terhadap perkembangan sektor lainnya. 22

33 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor dengan pangsa terbesar pada struktur perekonomian Sulawesi Utara. Porsi sektor ini mencapai 21,35% terhadap nilai perekonomian Sulut di triwulan laporan. Sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor dengan sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan meskipun dengan tingkat pertumbuhan yang mengalami perlambatan. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada triwulan III 2015 tercatat tumbuh 3,21% (yoy), sedikit melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2015 yang sebesar 4,76% (yoy). Perlambatan pada sektor pertanian disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan beberapa sub sektor utamanya seperti subsektor tanaman pangan dan subsektor perkebunan tahunan. Di sisi lain, subsektor perikanan tercatat masih mengalami kontraksi pada triwulan laporan meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Subsektor tanaman pangan padatriwulan laporan tercatat mengalami pertumbuhan negatif 5,04% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 1,48% (yoy). Perlambatan pada subsektor tanaman pangan dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang kurang mendukung akibat fenomena El Nino. Kondisi ini tercermin dari produksi beras Sulut yang tercatat mengalami kontraksi 10,34% (yoy). Pada triwulan III 2015, produksi beras Sulut tercatat sebesar 117 ribu ton, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 125 ribu ton maupun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana produksi beras tercatat sebesar 131 ribu ton. Selain itu, pola panen yang cenderung berubah pada tahun laporan turut mempengaruhi produksi tabama Sulut. 23

34 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik Perkembangan Produksi Beras Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumber : Dinas Pertanian Prov, Sulut Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sementara itu, subsektor pekebunan tahunan pada triwulan laporan juga tercatat tumbuh melambat dari 16,62% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 12,09% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini tercermin dari perkembangan produksi kelapa yang mengalami penurunan cukup dalam pada triwulan laporan. Produksi kelapa di triwulan III 2015 tercatat mengalami kontraksi 14,03% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 17,62% (yoy). Faktor cuaca dan usia tanaman yang sudah tidak produktif menjadi alasan utama penurunan produksi kelapa di triwulan laporan. Di sisi lain, dukungan perbankan terhadap perkembangan sektor pertanian masih menunjukkan perbaikan. Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan kredit yang lebih baik dibandingkan triwulan lalu. Pembiayaan perbankan terhadap sektor pertanian tercatat sebesar Rp.298 Miliar pada triwulan laporan atau mencatatkan pertumbuhan 0,19% (yoy). Kondisi ini relatif lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana tingkat pertumbuhan kredit pertanian mencatatkan angka negatif 2,15% (yoy). Grafik Perkembangan Produksi Kelapa Sumber : Dinas Perkebunan Prov. Sulut Sektor lainnya A. Sektor Indsutri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan pangsa cukup besar pada perekonomian Sulut pada posisi setelah sektor Pertanian, sektor Perdagangan Besar dan Eceran dan sektor Konstruksi dengan pangsa sebesar 10,08% terhadap total perekonomian Sulut di triwulan laporan. Sektor industri pengolahan menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan pada 24

35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO triwulan laporan dipengaruhi permasalahan yang menerpa industri manufaktur sedang dan besar, khususnya di subsektor industri makan dan minum yang memiliki pangsa 84% dari keseluruhan sektor industri pengolahan di triwulan laporan. Pada triwulan laporan sektor industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 0,15% (yoy) atau melambat cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,01% (yoy). Adapun kontribusi sektor industri pengolahan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan hanya sebesar 0,02%. Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan memiliki kaitan erat dengan perkembangan pada subsektor perkebunan yang melambat. Produksi kelapa yang merupakan bahan baku utama industri pengolahan minyak nabati tercatat mengalami penurunan sehingga menyebabkan ketersediaan bahan baku yang relatif terbatas. Berdasarkan hasil liaison terhadap pelaku usaha di bidang tersebut, kondisi harga internasional yang cenderung melemah juga menjadi penyebab menurunnya kinerja perusahaan di sektor industri pengolahan khususnya minyak nabati. Hal tersebut juga relatif sejalan dengan perkembangan ekspor internasional Sulut yang terkontraksi pada triwulan laporan. Penurunan produksi pada industri pengolahan minyak nabati tercermin dari nilai ekspor produk tersebut yang pada triwulan III 2015 mengalami tingkat pertumbuhan negatif 24,89% (yoy) atau mengalami kontraksi lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya. Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan, dukungan pihak perbankan kepada sektor tersebut yang tercermin dari angka penyaluran kredit tercatat masih mengalami penurunan sebesar 7,32% (yoy) meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Grafik Perkembangan Kredit Industri Pengolahan Grafik Perkembangan Ekspor Minyak Nabati Sumber : LBU, Lokasi Proyek Sumber : Bea Cukai, diolah 25

36 B. Sektor Transportasi dan Pergudangan Pada triwulan laporan, sektor transportasi dan pergudangan mencatatkan tingkat pertumbuhan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor transportasi dan pergudangan tercatat tumbuh sebesar 7,84% (yoy) melambat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 8,52% (yoy). Kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut tercatat sebesar 0,69% (yoy). Perlambatan pada sektor transportasi dan pergudangan sejalan dengan perlambatan pada sektor perdagangan yang Tabel 1.6. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO menjadi motor kegiatan transportasi dan pergudangan. Lebih lanjut lagi, melemahnya kinerja ekspor-impor antar daerah juga berdampak pada perlambatan sektor ini. Sejalan dengan pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan yang mengalami perlambatan, dukungan kredit perbankan terhadap sektor ini juga menunjukaan hal serupa. Kredit sektor transportasi pada triwulan III 2015 tercatat tumbuh 10,59% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh 25,52% (yoy). Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor transportasi di triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp.365 Miliar. Melambatnya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan III 2015 tercermin dari data arus kargo datang dan berangkat di bandara Sam Ratulangi. Jumlah kargo yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan III 2015 tercatat sebanyak ton atau mengalami tingkat pertumbuhan negatif 5,31% (yoy). Penurunan juga tercermin dari jumlah kargo berangkat dari bandara Sam Ratulangi yang tercatat mengalami pertumbuhan negatif 7,81% (yoy) pada triwulan laporan. Namun demikian, jumlah penumpang datang maupun berangkat dari bandara Sam Ratulangi tercatat masih mengalami pertumbuhan kendati pada level yang terbatas. Peningkatan arus penumpang meningkatnya aktivitas masyarakat pada awal triwulan seiring perayaan hari besar keagamaan. Jenis Pengangkutan Penumpang Kargo Keterangan Grafik Perkembangan Kredit Sektor Transportasi Sumber : LBU, Lokasi Proyek Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Penumpang Datang (orang) 162, , , , , , , , , , , % Penumpang Berangkat (orang) 262, , , , , , , , , , , % Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,770,487 2,440,699 2,208,863 2,284,495 2,081,959 2,722,161 1,850,804 2,212,335 1,971, % Kargo Berangkat (kg) 1,005,130 1,075, , , , , , , , , , % Growth (YoY) Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara 26

37 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO C. Sektor Pertambangan dan Penggalian Setelah sempat mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada awal tahun 2015, sektor pertambangan dan penggalian kembali tumbuh melambat pada triwulan laporan. Sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 7,06% (yoy) pada triwulan laporan atau mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 8% (yoy). Adapun kontribusi sektor ini terhadap total pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0,34%. Grafik Perkembangan Harga Emas Internasional Sumber : Bea Cukai, diolah Melambatnya pertumbuhan sektor pertambangan dipengaruhi oleh kinerja subsektor pertambangan emas yang merupakan usaha pertambangan utama di Sulawesi Utara. Perkembangan harga emas internasional yang tengah dalam tren melambat menjadi disinsentif tersendiri bagi pelaku usaha pertambangan tersebut. Harga emas internasional terpantau mengalami koreksi cukup dalam pada triwulan III Secara rata-rata, harga emas pada periode triwulan III tercatat sebesar 1.123,67 USD/Troy Ounce atau lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1.193,02 USD/Troy Ounce, dengan tingkat peertumbuhan harga yang mengalami kontraksi sebesar 12,21% (yoy). Melambatnya kinerja subsektor penggalian juga turut memberi pengaruh pada perlambatan sektor pertambangan secara keseluruhan. D. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Kinerja sektor Jasa Keuangan dan Asuransi pada triwulan III 2015 tumbuh 9,57% (yoy) dengan sumbangan 0,33%, meningkat cukup signifikan dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 2,35% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,09% terhadap laju total perekonomian Sulut. Kinerja sektor jasa keuangan dan asuransi pada triwulan laporan juga relatif lebih baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dimana sektor ini hanya tumbuh sebesar 1,73% (yoy). Grafik Perkembangan NTB Bank Umum Sumber : KPw BI Prov. Sulut Kinerja sektor ini terutama dipengaruhi oleh kinerja sektor perbankan yang memegang peranan penting dalam perkembangan sektor Jasa Keuangan. Sesuai dengan pola historisnya, kinerja 27

38 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO perbankan mulai mengalami peningkatan pada paruh ke dua setiap tahunnya. Terakselerasinya kinerja perbankan tercermin dari Nilai Tambah Bruto (NTB) bank umum di Sulut yang tercatat mengalami pertumbuhan 14,48% (yoy) atau jauh lebih baik dibandingkan perode dimana NTB bank umum Sulut mencatat pertumbuhan negatif 1,16% (yoy). Pertumbuhan kinerja perbankan juga sejalan dengan perkembangan penyaluran total kredit pada triwulan laporan yang mampu tumbuh 14,84% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 13,23% (yoy). Perkonomian yang mulai membaik serta penetapan kebijakan makroprudensial yang lebih akomodatif turut memberi pengaruh positif pada perkebangan perbankan secara keseluruhan. Sementara itu, indikator pertumbuhan sektor Jasa Keuangan dan Asuransi lainnya yaitu perkembangan jumlah perbankan yang beroperasi di Sulawesi Utara mulai menunjukkan adanya peningkatan. Jumlah kantor bank umum tercatat mengalami peningkatan dari 285 di triwulan lalu menjadi 290 pada triwulan laporan. Kondisi ini menggambarkan masih besarnya minat perbankan untuk melakukan bisnis di Sulawesi Utara, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih baik pada perekonomian Sulut di waktu mendatang. Data Bank Tabel 1.7. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara 2013 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Jumlah Bank Umum*) Jumlah Kantor Bank Umum Jumlah BPR Jumlah kantor BPR Sumber : OJK, diolah E. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 8,15% (yoy) atau mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat sebesar 7,20% (yoy). Secara kontribusi, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum memberi sumbangan sebesar 0,18% terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan. Terakselerasinya sektor akomodasi dan makan minum dipengaruhi oleh cukup maraknya kegiatan MICE yang dilaksanakan di Sulut pada triwulan laporan, baik dengan skala internasional seperti Tomohon International Flower Festival maupun skala nasional dan lokal. Berdasarkan hasil liaison dengan pelaku usaha perhotelan, cukup banyaknya kegiatan MICE yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah mampu memberikan kontribusi positif pada bisnis perhotelan di triwulan laporan. Kondisi tersebut juga tercermin dari tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Sulut yang meningkat dari 56,15% di triwulan lalu menjadi 58,33% pada triwulan laporan. Kinerja positif sektor akomodasi dan makan minum juga turut dipengaruhi oleh meningkatnya sektor pariwisata Sulut di triwulan laporan. Jumlah wisman yang datang ke Sulut 28

39 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO melalui pintu masuk Bandara Samratulangi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,40% (yoy) atau jauh lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi 22,11% (yoy). Secara jumlah, wisman yang masuk ke Sulut pada triwulan III 2015 tercatat sebesar orang, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebanyak orang. Grafik Perkembangan Kunjungan Wisman Grafik Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Sumber : BPS Sumber : BPS F. Sektor Real Estate Pada triwulan laporan, sektor real estate tercatat tumbuh sebesar 7,54% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar tumbuh sebesar 7,56% (yoy). Secara kontribusi, sumbangan sektor real estate terhadap laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan laporan adalah sebesar 0,27%. Grafik Perkembangan IHPR Kota Manado Grafik Perkembangan Kredit Real Estate Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Sumber : LBU, Lokasi Proyek Pertumbuhan sektor real estate yang relatif stabil tercermin dari beberapa indikator seperti perkembangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tidak banyak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. IHPR Kota Manado pada triwulan laporan tercatat sebesar 278,48 sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 277,92. Sementara 29

40 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO itu, perkembangan dukungan pihak perbankan terhadap sektor ini juga tercatat belum mengalami perkembangan berarti. Pertumbuhan kredit pada sektor real estate pada triwulan laporan masih mengalami kontraksi sebesar 4,22% (yoy), sedikit melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mencatatkan kontraksi sebesar 2,59% (yoy). Ke depannya, pertumbuhan sektor ini diperkirakan kembali membaik seiring cukup maraknya rencana pengembangan hunian horizontal oleh swasta. 30

41 Box I Sulut Sebagai Hub Perdagangan Letak strategis di bibir pasifik menjadikan Sulawesi Utara sebagai daerah yang memiliki potensi yang besar untuk dijadikan simpul konektifitas nasional di wilayah KTI serta gerbang nasional untuk akses ke pasar internasional. Kondisi tersebut didukung dengan keberadaan Bitung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan penetapan Pelabuhan Bitung sebagai Hub Port wilayah KTI. Dengan kata lain potensi Sulawesi Utara sangat besar untuk dijadikan sebagai daerah Hub dalam perdagangan. Namun demikian potensi sebagai hub tersebut belum dapat dikembangkan secara optimal. Hingga saat ini Sulawesi Utara masih cenderung menjadi end-user dalam perdagangan, meskipun untuk beberapa daerah dan komoditas tertentu Sulawesi Utara berperan sebagai hub. Sebagai end user, komoditas utama yang didatangkan yakni bahan pokok yang masih belum dapat di supply sepenuhnya dari Sulut diantaranya beras, gula, dan daging sapi. Komoditas tersebut utamanya didatangkan dari Jawa Timur dan Lampung melalui pelabuhan dan dari Gorontalo melalui jalur darat. Pasokan Komoditi Pangan yang Masuk melalui Pelabuhan Laut Bitung Komoditi Daerah Asal Komoditi Pelabuhan Asal Beras Sulawesi Selatan Makassar Gula Impor asal Thailand, Lampung, Gorontalo Ternate, Tanjung Perak Bawang Merah Nusa Tenggara Barat Tanjung Perak Daging Sapi Jawa Timur Tanjung Perak Daging Ayam Jawa Timur Tanjung Perak Tepung Jawa Timur, Sulawesi Selatan Tanjung Perak, Makassar Kedelai Jawa Timur Tanjung Perak Susu Jawa Timur, Jawa Barat Tanjung Perak, Tanjung Priuk Gas Elpiji Kalimantan Timur Makassar Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Disperindag Sulawesi Utara Untuk beberapa daerah tertentu dan komoditas tertentu Sulut berperan sebagai hub dalam perdagangan, yakni diantaranya untuk komoditas Beras, Gula dan Tepung untuk didistribusikan ke Maluku Utara dan Maluku dengan jalur distribusi laut yang diisikan pada jalur balik kapal barang yang sebelumnya membawa kelapa dari Malut dan Maluku ke Sulut. Untuk komoditas lainnya yang didistribusikan ke wilayah KTI, masih didominasi oleh jalur pengiriman dari Surabaya via Makassar menuju Ambon, Sorong, Biak dan Jayapura. Penggunaan jalur laut yang mendominasi distribusi komoditas baik pengiriman ke Sulut maupun jalur transit membuat Pelabuhan menjadi infrastruktur yang kritikal dalam kegiatan perdagangan bagi Sulut. Kendala jalur perdagangan kapal yang belum banyak terbuka, serta terbatasnya komoditi yang disupply dari Sulawesi Utara membuat biaya distribusi ke daerah lain utamanya daerah KTI lainnya seperti Papua Barat dan Papua masih cukup tinggi. Pada tahun 2012, Bitung ditetapkan sebagai Pusat Distribusi Regional oleh Kementerian Perdagangan yang diperuntukkan untuk mendukung pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi, khususnya dalam pengembangan pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan serta mendukung jalur perdagangan di wilayah KTI dengan sumber produsen yakni Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo yang berpotensi menghasilkan berbagai komoditas antara lain kentang, pala, minyak kelapa, kopra, ikan kaleng dan rumput laut. Namun, menurut informasi dari Disperindag Sulut, meskipun gedung operasional PDR Bitung telah diresmikan pada tahun 2014, hingga saat ini belum beroprasi disebabkan oleh proses administrasi dan birokrasi untuk penentuan pengelola yang belum terselesaikan.

42 Box II Hilirisasi Non Mineral Industri non-mineral di Sulawesi Utara didominasi oleh indutsri berbahan baku komoditas utama Sulut yakni Kelapa dan Ikan, yang juga merupakan komoditas utama ekspor Sulut. Hingga saat ini, kurang lebih terdapat 82 perusahaan industri di Sulut dengan mayoritas industri ikan yakni 24 industri dengan berbagai jenis produksi diantaranya Ikan beku, Ikan kaleng dan Pengawetan Ikan serta industri kelapa sebanyak 16 perusahaan industri didominasi oleh produk tepung dan Minyak baik minyak goreng nabati maupun minyak kelapa sawit. Jenis Perusahaan Industri di Sulawesi Utara (2014) Lain-lain 20% Minuman Beralkohol Makanan 13% dan Minuman 18% Ikan 29% Kelapa 20% Sumber : Disperindag Sulut Bagi industri sektor perikanan, ketersediaan bahan baku mengalami penurunan yang cukup tajam sejak diberlakukannya kebijakan pemerintah pusat terkait moratorium dan transhipment serta kebijakan pelarangan menggunakan pukat jenis tertentu. Dampaknya kinerja sektor pengolahan ikan Sulut yang tercermin dari kinerja ekspor industri perikanan mengalami penurunan secara terus menerus sejak triwulan IV Namun demikian, kebijakan tersebut dipercaya mampu memberi dampak positif pada sektor perikanan dalam jangka panjang. Bahan baku untuk industri kelapa hampir 90% diperoleh dari wilayah Sulut yakni Minahasa Selatan, Minahasa Utara dan Minahasa tenggara dan sisanya diperoleh dari wilayah Maluku Utara. Untuk sektor perikanan hampir seluruh bahan baku berasal dari wilayah perairan Sulawesi Utara. Kondisi yang cukup menarik muncul dari bahan baku kelapa sawit yang hampir seluruhnya berasal dari luar Sulut. Hal ini perlu dicermati bersama bahwa peluang industri dapat muncul tidak hanya mengandalkan raw material dari Sulut namun dapat berasal dari daerah lain. Hal ini menjadi mungkin karena Sulut memiliki posisi strategis untuk melakukan ekspor ke wilayah Pasifik dan didukun oleh keberadaan pelabuhan internasional Bitung. Hasil produksi industri Kelapa maupun Ikan sebagian besar di ekspor ke Belanda, Amerika Serikat, Singapura dan Hongkong. Disamping itu, Komoditas Pala juga merupakan salah satu komoditas unggulan Sulut yang memiliki potensi untuk dijadikan produk ekspor untuk menjadi minyak pala dan minuman melalui hilirisasi. Pada bulan Juni 2015, Tim dari Uni Eropa telah berkunjung langsung ke P. Siau sebagai daerah utama penghasil Pala Sulut dan salah satu penghasil utama Pala nasional untuk menjajaki rencana hilirisasi komoditas Pala. Keterbatasan sumber daya baik teknologi maupun keterampilan sumber daya manusia masih merupakan kendala utama yang dihadapi dalam dunia Industri Sulut. Dari segi regulasi, pemerintah telah menyuarakan komitmen untuk mempermudah proses perizinan pembangunan pabrik komoditas unggulan selama syarat prinsipal seperti AMDAL telah dipenuhi.

43 Halaman ini sengaja dikosongkan

44 Halaman ini sengaja dikosongkan

45 BAB II PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

46 Halaman ini sengaja dikosongkan

47 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2015 sebesar Rp2,64 triliun meningkat 7,66% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan tercatat cukup baik senilai Rp1,9 triliun atau 74,3% dari total target Rp2,56 triliun. Kondisi ini meningkat dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu sebesar Rp1,6 triliun atau 70,9%. Sementara itu, realisasi belanja mencapai Rp1,6 triliun atau sebesar 60,4% dari total target belanja. Realisasi belanja tersebut mengalami peningkatan dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana realisasi baru mencapai 49,5%. Dilihat dari struktur APBD, rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015 tercatat 40,2% atau lebih rendah dari rasio dana transfer sebesar 59,8%. Sama seperti periode sebelumnya, rasio kemandirian daerah masih rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan biaya untuk percepatan pembangunan di Provinsi Sulawesi Utara masih ketergantungan terhadap dana pusat/fiskal pusat. Sementara itu ruang fiskal Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015 sebesar Rp1,95 triliun atau meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,72 triliun. Kondisi tersebut mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran Pemda untuk membiayai pembangunan tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik di daerah, instrumen utama yang digunakan dala kebijakan fiskal adalah melalui APBD. Pelaksanaan APBD dimaksud diharapkan dapat menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. APBD yang direncanakan setiap tahun dengan mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada dasarnya menunjukkan sumber-sumber pendapatan daerah, besaran alokasi belanja untuk melaksanakan program/kegiatan, serta pembiayaan yang muncul apabila terjadi surplus atau defisit. 37

48 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH No Uraian Tabel 2.1. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d 31 September 2015 APBD 2014 (Rp Miliar) I Pendapatan 2,329 1, ,557 1, Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang Sah II Belanja 2,453 1, ,641 1, Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) III Pembiayaan Penerimaan Daerah SILPA Pengeluaran Daerah Penyertaan Modal (Investasi) Pemda Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Realisasi APBD Realisasi APBD Tw. III-2014 APBD 2015 Tw. III-2015 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % Realisasi anggaran pendapatan pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara hingga triwulan III 2015 mencapai Rp1,9 triliun atau sebesar 74,3% dari total yang dianggarkan. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,6 triliun atau tumbuh 15%. Sementara itu, pada sisi pengeluaran, realisasi anggaran belanja mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Realisasi anggaran belanja pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp1,6 triliun atau sebesar 60.4% dari total yang dianggarkan. Sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya realisasi tercatat 49,5% dari total anggaran. Berdasarkan perhitungan rasio belanja terlihat bahwa dana lebih banyak direalisasikan untuk belanja rutin dengan rasio sebesar 60,4% sedangkan rasio belanja modal/pembangunan adalah 59,8%. Untuk memenuhi kebutuhan belanja daerah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan diperlukan adanya pembiayaan sebagai sumber pendapatan tambahan. Pembiayaan tersebut berasal dari Sisa Lebih Penerimaan Daerah (SILPA) dikurangi dengan penyertaan modal (investasi). Total pembiayaan yang direalisasikan pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp290,7 miliar, meningkat dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp249,4 miliar Pendapatan Daerah Realisasi anggaran pendapatan Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2015 mencapai 74,3% atau sebesar Rp1,9 triliun. Dana Perimbangan yang merupakan transfer dana dari 38

49 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH pemerintah pusat adalah penyumbang terbesar PAD yaitu 46,6%. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, porsi transfer dana tersebut mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukan bahwa ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap dana dari Pemerintah Pusat menurun. Sampai dengan triwulan III tahun 2015 transfer dana yang telah direalisasikan sebesar Rp898 miliar atau sebesar 75,4% dari total yang dianggarkan. Realisasi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 69,6% dari total transfer dana. Tabel 2.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d 30 Juni 2015 PENDAPATAN 2,329 1, ,558 1, Pendapatan Asli Daerah , Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lain-lain Dana Perimbangan 1, , Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum , Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Sementara itu, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terealisasi sebesar Rp746,5 miliar atau sebesar 39,3% dari total yang dianggarkan. Realisasi tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana realisasi tercatat senilai Rp658 miliar atau 69,7% dari total PAD di tahun Realisasi PAD terutama berasal dari Pajak Daerah yang mencapai Rp605,8 miliar atau 66,5% dari target. Transfer otonomi khusus pada triwulan III telah terealisasi sebesar Rp256 miliar atau 76% dari target. Namun, realisasi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang Uraian APBD 2014 (Rp Miliar) Realisasi APBD Realisasi APBD Tw. III-2014 APBD 2015 Tw. III-2015 Nominal % (Rp Miliar) Nominal % 2.3. Belanja Daerah Provinsi Sulut Anggaran belanja daerah yang tercantum dalam APBD mencerminkan potret pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas terkait program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Penyusunan anggaran belanja daerah dapat menunjukkan kebijakan suatu daerah pro poor, pro growth, atau pro jobs. Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2015 tercatat memiliki anggaran belanja daerah sebesar Rp2,64 triliun, lebih tinggi dibanding tahun 2014 yaitu Rp2,45 triliun atau meningkat 39

50 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 7,69%. Sementara itu sampai dengan triwulan III 2015, realisasi belanja daerah baru mencapai Rp1,6 triliun atau 60,3% dari target yang ditetapkan. Namun realisasi tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di mana realisasi baru mencapai 49,5%. Tabel 2.3. Kinerja Belanja Daerah (Operasi-Modal) Provinsi Sulawesi Utara s.d 30 Juni 2015 Uraian APBD 2014 (Rp Miliar) BELANJA 2,453 1, ,642 1, Belanja Operasi 1, , Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Realisasi APBD Realisasi APBD Tw. III-2014 APBD 2015 Tw. III-2015 Nominal % (Rp Miliar) Nominal % Belanja Daerah dapat dikelompokkan menjadi belanja operasi-modal dan belanja langsung-tidak langsung. Pengelompokan belanja operasi-modal dilakukan untuk melihat besaran komponen belanja pemerintah yang digunakan untuk kegiatan operasional kantor dan belanja investasi. Pagu anggaran APBD 2015 masih didominasi oleh belanja operasional yang mencapai 61,44% dari total anggaran belanja. Sementara belanja modal hanya sebesar 24,66%, diikuti komponen bagi hasil 13,71%, sementara sisanya adalah komponen belanja tak terduga. Masih rendahnya komposisi belanja modal menunjukkan bahwa dukungan fiskal terhadap pembangunan ekonomi tidak sebesar pengeluaran untuk belanja rutin. Realisasi belanja operasi sampai dengan triwulan III 2015 mencapai 60,4% dari target, meningkat dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 55%. Sedangkan untuk belanja modal tercatat telah terealisasi 59,8% atau senilai Rp390 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,65% atau senilai Rp186 miliar. Peningkatan realisasi belanja modal tersebut dipicu oleh realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan. 40

51 Halaman ini sengaja dikosongkan

52 Halaman ini sengaja dikosongkan

53 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

54 Halaman ini sengaja dikosongkan

55 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang hanya direpresentasikan oleh Kota Manado pada triwulan III 2015 kembali mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya setelah mencatat peningkatan pada triwulan II dari triwulan I. Inflasi Kota Manado pada akhir triwulan III tercatat sebesar 9.34% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8.73% (yoy). Dengan pencapaian tersebut inflasi Kota Manado berada di atas inflasi nasional yang tercatat sebesar 6.83% (yoy). Inflasi bulanan Kota Manado pada triwulan III bergerak relatif searah dengan pola musimannya, meningkat tajam pada awal triwulan III kemudian melandai hingga deflasi pada pertengahan triwulan dan kembali meningkat pada akhir triwulan. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan III terutama disebabkan oleh peningkatan inflasi pada semua kelompok, terutama pada kelompok inflasi Administered Prices dan kelompok Volatile Foods. Sementara kelompok inflasi inti juga mengalami peningkatan relatif rendah. 3.1 PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TAHUNAN Jika dilihat dari kelompok barang dan jasa, inflasi terutama berasal dari kelompok Bahan Makanan, kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan dan kelompok Perumahan Air Listrik Gas & Bahan Bakar. Disamping itu, kelompok lainnya juga mengalami inflasi namun dalam tingkatan yang moderat. No Kelompok Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00 Grafik 3.1. Laju inflasi Tahunan Kota Manado dan Nasional (yoy) Manado Tabel 3.1. Andil inflasi Kota Manado menurut kelompok barang dan jasa Nasional I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1 Bahan Makanan 0,86 2,00 0,61 2,58 2,46 2,39 3,16 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,45 0,39 0,58 0,77 0,86 0,88 0,90 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 2,28 2,24 1,97 3,13 2,48 2,38 1,98 4 Sandang 0,16 0,22 0,13 0,14 0,12 0,14 0,16 5 Kesehatan 0,11 0,12 0,14 0,17 0,19 0,19 0,16 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,12 0,16 0,16 0,17 0,17 0,15 0,30 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1,71 1,13 0,42 2,72 1,71 2,60 2,68 Umum 5,67 6,27 4,01 9,68 8,00 8,73 9,33 45

56 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Kelompok bahan makanan mencatat inflasi sebesar 14.68% (yoy) dan memberikan andil sebesar 3.16% terhadap inflasi tahunan. Inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan kenaikan harga komoditas bahan pangan yang salah satu penyebabnya yaitu faktor cuaca sebagai dampak El Nino yang mulai terasa dari pertengahan triwulan laporan. Di samping itu, kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan mencatat inflasi sebesar 17.38% (yoy) dan memberikan andil sebesar 2.68% terhadap inflasi tahunan. Inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas yang diatur oleh pemerintah seperti angkutan udara. Terjadinya peningkatan demand pada komoditas angkutan udara sejalan dengan tibanya hari raya Idul Fitri dan musim liburan sekolah. Selanjutnya, kenaikan harga komoditas TTL (Tarif Tenaga Listrik) yang diatur pemerintah pada triwulan III menjadi penyumbang utama inflasi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar. Dilihat dari komoditasnya, inflasi tahunan terutama disumbang oleh komoditas angkutan dalam kota yang mencatat inflasi sebesar 53.07% (yoy) dan memberikan andil sebesar 1.90% terhadap inflasi. Kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan oleh masih berlanjutnya efek kenaikan harga BBM bersubsidi yang diatur oleh pemerintah pada akhir tahun 2014 dan pada Maret Hal tersebut juga berdampak pada kenaikan harga komoditas bahan bakar rumah tangga yang mencatat inflasi sebesar 45.04% (yoy) dan memberikan andil sebesar 1.04% pada inflasi. Disamping itu, komoditas beras juga mengalami inflasi sebesar 10.50% (yoy) dan memberikan andil sebesar 0.54% pada inflasi tahunan. Hal itu sejalan dengan terjadinya kenaikan harga beras yang terutama disebabkan oleh beberapa faktor seperti cuaca sehingga mengganggu ketersediaan pasokan beras, sementara pemerintah belum melakukan impor beras di tengah terjadinya kekurangan cadangan untuk pasokan beras dan faktor musim hari raya yang meningkatkan demand terhadap beras. Tabel 3.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado Grafik 3.2. Inflasi & Sumbangan per Kelompok September 2015 KOMODITAS Inflasi/Deflasi (%) Andil (%) Inflasi ANGKUTAN DALAM KOTA 53,07 1,90 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 45,04 1,04 BERAS 10,50 0,54 TARIP LISTRIK 15,00 0,53 CABAI RAWIT 78,90 0,50 CAKALANG/SISIK 28,11 0,35 ANGKUTAN UDARA 32,04 0,30 TINDARUNG 33,28 0,27 BENSIN 11,72 0,27 MIE 19,19 0,18 Deflasi TOMAT SAYUR -0,22-0,22 KENDARAAN CARTER/RENTAL -0,27-0,11 BAWANG MERAH -0,05-0,03 SEMEN -0,02-0,02 PEPAYA -0,07-0,02 CABAI MERAH -0,09-0,01 JAGUNG MANIS -0,20-0,01 AYAM HIDUP -0,11-0,01 SEMANGKA -0,12-0,01 TAUGE/KECAMBAH -0,15-0,01 2,68 Transportasi 17,44 Pendidikan 0,30 4,20 Kesehatan 0,16 3,61 0,16 Sandang 2,99 Perumahan 1,98 3,49 Andil Inflasi Inflasi Sept 2015 (yoy) 0,90 Makanan jadi 4,80 Bahan Makanan 3,16 20,

57 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH INFLASI TRIWULANAN (qtq) Berbeda dengan peningkatan inflasi tahunan, inflasi triwulanan Kota Manado kian melambat pada triwulan III Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1.13% (qtq), melambat dibanding triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 1.51% (qtq). Perlambatan inflasi triwulanan disebabkan koreksi yang cukup dalam pada kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan, dan penurunan moderat pada kelompok Sandang dan kelompok Kesehatan. No Tabel 3.3. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1 Bahan Makanan -2,19 1,28-0,51 13,15-2,31 0,92 2,80 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1,21 0,26 1,41 1,62 1,73 0,42 1,48 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4,22 0,31 1,43 4,64 1,83 0,05 0,11 4 Sandang 0,97 0,90-0,03 0,65 0,64 1,07 0,43 5 Kesehatan 0,56 1,23 1,28 1,03 1,03 1,17 0,46 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,31 0,66 0,38 1,07 0,37 0,36 2,54 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,82 1,69-0,37 15,10-4,72 6,84 0,17 Berdasarkan kelompoknya, sumbangan inflasi terutama berasal dari kelompok Bahan Makanan, kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau. Tercatat kelompok tersebut mengalami inflasi berturut-turut sebesar 2.80% (qtq), 2.54% (qtq) dan 1.48% (qtq) dan memberi andil sebesar 0.76%, 0.17%, dan 0.24% terhadap inflasi triwulanan. Umum 1,15 0,82 0,56 6,95-0,40 1,51 1, INFLASI BULANAN (mtm) Inflasi bulanan Kota Manado bergerak searah pola musimannya, menunjukkan peningkatan pada awal triwulan seiring tibanya musim hari raya Ramadhan dan Idul Fitri, kemudian melandai hingga deflasi pada pertengahan bulan dikarenakan normalisasi harga yang tingi pada awal triwulan, dan pada akhir triwulan kembali meningkat dikarenakan faktor gangguan cuaca sebagai dampak El Nino di beberapa daerah penghasil komoditas di Sulut. 5,00 3,00 1,00-1,00-3,00 Sumber : BPS Sulut Grafik 3.3. Laju Inflasi Kota Manado (mtm)

58 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH JULI 2015 Tekanan inflasi Kota Manado pada bulan Juli 2015 tercatat sebesar 1.03% (mtm) meningkat cukup tajam dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0.49% (mtm) seiring tibanya musim hari raya Ramadhan dan Idul Fitri dan musim liburan sekolah yang memicu terjadinya peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa. Pendorong utama inflasi bulan Juli 2015 berasal dari kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 3.70% (mtm) dan memberikan andil sebesar 0.67% terhadap inflasi bulanan. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar pada kelompok ini yaitu angkutan udara. Kenaikan harga signifikan pada komoditas angkutan udara didorong oleh peningkatan demand seiring tibanya peak season musim liburan sekolah. Disamping itu, kelompok lainnya yang memberikan sumbangan signifikan pada inflasi bulan Juli 2015 yaitu kelompok Bahan Makanan. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 1.22% (mtm) dan memberikan andil sebesar 0.27% terhadap inflasi bulanan. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar pada kelompok ini antara lain tomat sayur, pisang, dan daging ayam ras. Hal tersebut sejalan dengan tibanya hari raya Idul Fitri yang memicu kenaikan permintaan terhadap komoditas pangan tersebut. Sedangkan 5 kelompok lainnya mengalami inflasi dengan sumbangan terbatas ( %). Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Kota Manado Juli 2015 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Transpor Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan Sumber : BPS Sulut 0,01 0,20 0,00 0,02 0,01 0,25 0,03 0,10 0,09 0,27 0,62 0,57 1,22 3, Andil inflasi Juli

59 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH AGUSTUS 2015 Pasca hari raya Ramadhan dan Idul Fitri 2015 yang menandai berakhirnya musim liburan sekolah, inflasi Kota Manado melandai cukup drastis hingga terjadi deflasi. Tercatat Kota Manado mengalami deflasi sebesar 0.53% (mtm). Deflasi terutama dipicu oleh normalisasi harga komoditas yang memuncak pada bulan sebelumnya yang didorong oleh meredanya permintaan. Kelompok yang menggerus inflasi Kota Manado ke level deflasi terutama berasal dari kelompok Transpor dan kelompok Bahan Makanan. Kelompok Transportasi tercatat mengalami deflasi sebesar 3.13% (mtm) dan memberikan andil sebesar 0.54% pada deflasi bulanan. Normalisasi harga komoditas angkutan udara menjadi faktor penentu deflasi kelompok ini. Penurunan harga komoditas angkutan udara sejalan dengan berakhirnya musim liburan sekolah dan mulai memasuki low season. Kelompok Bahan Makanan mencatat deflasi sebesar 0.79% (mtm) dan memberikan andil sebesar 0.17% pada deflasi bulanan. Hal tersebut terutama dipicu oleh penurunan harga komoditas tomat sayur yang cukup signifikan dan memberikan andil 0.7% pada deflasi bulanan. Penurunan harga komoditas bahan makanan khususnya tomat sayur dan bawang merah disebabkan oleh cukup banyaknya pasokan di pasar pasca panen di bulan sebelumnya. Sementara itu beberapa komoditas seperti beras, cabai rawit, dan daging ayam ras mengalami inflasi mengingat mulai terasanya faktor gangguan cuaca di Sulut. Di sisi lain, deflasi bulan Agustus 2015 tertahan oleh inflasi pada kelompok Pendidikan. Inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar 2.33% dan memberikan andil inflasi sebesar 0.15%. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas sekolah dasar, sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertama yang ditandai dengan berakhirnya musim liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru. Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Kota Manado Agusutus 2015 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Sumber : BPS Sulut Transpor -3,13 Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan -0,54 0,11-0,02-0,08-0,17-0,79 0,15 0,01 0,31 0,01 0,04 0,23 2, Andil Inflasi Agustus 49

60 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH SEPTEMBER 2015 Setelah mengalami deflasi yang cukup tinggi pada bulan Agustus 2015, Kota Manado kembali mengalami inflasi pada September 2015 yang tercatat sebesar 0.62% (mtm). Inflasi terutama dipicu oleh kenaikan harga beberapa komoditas Bahan Makanan yang mulai mengalami kenaikan harga pada bulan sebelumnya. Inflasi pada kelompok Bahan Makanan tercatat sebesar 2.37% (mtm) dan memberikan andil sebesar 0.52% pada inflasi bulanan. Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas beras, cabai rawit, dan kangkung. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya kekeringan di beberapa daerah penghasil di Sulut sebagai dampak dari El Nino. Sementara itu inflasi pada kelompok Bahan Makanan sedikit tertahan oleh penurunan harga pada komoditas tomat sayur dan bawang merah yang berlanjut dari bulan sebelumnya. Di samping itu, kelompok Transpor tercatat mengalami deflasi sebesar 0.28% (mtm) dan memberikan andil sebesar -0.05% pada inflasi bulanan. Deflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh masih berlanjutnya koreksi pada komoditas angkutan udara dan penyesuaian harga tarip listrik oleh pemerintah. Sementara itu kelompok lainnya memberikan sumbangan relatif minim berkisar ,11% Grafik 3.6. Inflasi dan Andil Kota Manado September 2015 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Transpor Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan Jadi Bahan Makanan Sumber : BPS Sulut -0,05-0,28 0,00 0,00 0,01 0,13 0,00 0,07 0,02 0,08 0,11 0,52 0,67 2, Andil Inflasi Sept 3.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan tekanan inflasi Kota Manado secara tahunan disebabkan oleh peningkatan pada semua kelompok inflasi, terutama kelompok Administered Prices dan Volatile Foods. Sementara kelompok inflasi core inflation tercatat mengalami peningkatan yang relatif rendah. 50

61 Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH FAKTOR FUNDAMENTAL Terjadinya peningkatan permintaan di awal triwulan III yang ditandai dengan tibanya musim liburan sekolah dan hari raya Idul Fitri masih dapat diimbangi oleh penawaran supply yang terlihat dari peningkatan indeks kapasitas produksi pada triwulan III. Interaksi Permintaan dan Penawaran Seiring tibanya musim liburan sekolah dan hari raya Ramadhan dan Idul Fitri, aktivitas perdagangan triwulan laporan menunjukkan peningkatan yang terlihat dari indeks penjual eceran yang meningkat tajam pada awal triwulan yang kemudian melandai pada bulan selanjutnya hingga akhir triwulan. Berdasarkan hasil SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha), peningkatan permintaan tersebut dapat diantisipasi perusahaan dengan meningkatkan kapasitas produksinya sehingga penawaran dapat mengimbangi permintaan yang ditandai dengan melandainya inflasi pada pertengahan triwulan meski pada akhir triwulan kembali meningkat. 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 Grafik 3.7 Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjual Eceran Indeks Riil Penjual Eceran I II III IV I II III IV I II III ,17 286, Grafik 3.8 Perkembangan Kapasitas Produksi Kapasitas Produksi 89,06 87,19 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Ekspektasi Inflasi Grafik 3.9 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 - Ekspektasi harga 3 bulan y.a.d. Ekspektasi harga 6 bulan y.a.d. 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2, Ekspektasi masyarakat menunjukkan peningkatan pada triwulan IV Berdasarkan Survei Konsumen dan Survei Pedagang Eceran KPwBI Provinsi Sulawesi Utara, ekspektasi harga baik dari sisi konsumen maupun pedagang tercatat meningkat meski dalam kategori moderat sepanjang 51

62 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH triwulan IV 2015 seiring dengan tibanya musim liburan sekolah, dan hari raya keagamaan Natal dan Tahun Baru pada akhir triwula IV NON FUNDAMENTAL 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00-4,00 Grafik 3.10 Sumbangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 3.11 Pergerakan Inflasi Bulanan Berdasarkan Faktor Penyebabnya INFLASI (MTM) - Sb. Kanan ADMINISTERED VOLATILE CORE Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. -8 Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. -4 Volatile Foods Tekanan inflasi kelompok volatile foods relatif meningkat secara tahunan pada triwulan III Tercatat kelompok volatile foods mengalami inflasi sebesar 14.65% (yoy) dan memberikan andil sebesar 3.07% terhadap inflasi tahunan pada akhir triwulan laporan. Secara bulanan, tekanan inflasi volatile foods mengalami fluktuasi. Pada awal triwulan menunjukkan peningkatan, kemudian perlambatan pada pertengahan triwulan dan kembali meningkat pada akhir triwulan. Akselerasi kelompok volatile foods terutama disebabkan oleh tingginya permintaan jelang hari raya Idul Fitri kemudian menunjukkan perlambatan dikarenakan normalisasi harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan pada awal triwulan dan selanjutnya kembali meningkat pada akhir triwulan dikarenakan kenaikan harga komoditas bahan pangan yang dipicu oleh faktor kekeringan sebagai dampak dari El Nino. Administered Prices Secara tahunan, laju inflasi kelompok Administered Prices menunjukkan tren perlambatan namun dalam kategori terbatas. Tercatat kelompok Administered Prices mengalami inflasi sebesar 21.64% (yoy) dan memberikan andil sebesar 4.32% pada inflasi tahunan di akhir triwulan laporan. Secara bulanan, inflasi kelompok Administered Prices menunjukkan pola yang relatif searah dengan kelompok volatile foods. Pada awal triwulan, menunjukkan peningkatan dari bulan 52

63 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH sebelumnya dikarenakan tingginya permintaan yang memicu kenaikan harga pada komoditas Angkutan Udara seiring dengan tibanya peak season jelang musim liburan sekolah dan hari raya Idul Fitri. Pada pertengahan triwulan, terkoreksi cukup dalam dikarenakan normalisasi harga komoditas Angkutan Udara dengan tibanya low season jelang berakhirnya musim liburan sekolah dan hari raya Idul Fitri. Pada akhir triwulan mengalami peningkatan yang relatif terbatas dikarenakan penurunan harga komoditas Angkutan Udara mulai mengalami normalisasi. Core Inflation Secara tahunan, laju inflasi kelompok Core Inflation relatif stabil dan terjaga pada triwulan laporan. Inflasi inti tercatat mengalami inflasi sebesar 3.29% (yoy) dengan andil sebesar 1.94% pada inflasi tahunan, cenderung stabil dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3.12% (yoy). Terjaganya tekanan inflasi kelompok inflasi inti masih sejalan dengan perlambatan ekonomi global yang turut mendorong perlambatan ekonomi domestik yang pada akhirnya menggerus domestic demand. Namun demikian masih terdapat tekanan faktor eksternal seiring dengan terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. 3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Dalam menghadapi tantangan inflasi, TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan berbagai upaya pengendalian, baik dari sisi kelembagaan maupun dari sisi aksi pengendalian jangka pendek, menengah dan panjang. Sepanjang triwulan III tahun 2015 TPID telah melakukan forum koordinasi di level provinsi dan level kabupaten/kota. Pada bulan Juli 2015, TPID melakukan rapat koordinasi di kabupaten Minahasa untuk menghadapi dampak El Nino yang menekankan kepada : 1) Perlunya penerapan konsep kerjasama perdagangan antar daerah untuk menjawab permasalahan defisit komoditas di Sulawesi Utara. 2) Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi cabai rawit perlu diterapkan sistem tanam yang lebih terpola sehingga dapat mengurangi jumlah komoditas cabai rawit yang didatangkan dari luar daerah. 3) Pengawasan harga di pasar khususnya komoditas barito menjelang hari raya Idul Fitri 4) Perlunya langkah-langkah konkret dari Pemerintah untuk menanggulangi masalah kekeringan di beberapa tempat seperti Bolaang Mongondow yaitu dengan pembuatan irigasi baru dan penggalian sumur bor 5) Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk pelunasan tunggakan raskin Bulog sehingga untuk periode selanjutnya dapat direalisasikan kembali. 53

64 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Selanjutnya, mencermati berbagai faktor risiko inflasi Sulut di tahun 2015, penguatan koordinasi pengendalian inflasi antar dinas terkait perlu dilakukan dan difokuskan pada upaya mendukung terlaksananya program 4K Pengendalian Inflasi Daerah. Beberapa hal akan menjadi fokus TPID dalam pengendalian inflasi yaitu : 1) Menjaga ketersediaan beras di daerah dan optimalisasis penggunaan beras CBP Bulog. 2) Memonitor pergerakan harga beras di pasar dan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan Operasi Pasar di saat harga beras sudah semakin melonjak. 3) Mempercepat realisasi anggaran khususnya untuk pembangunan infrastruktur jalur distribusi barang. 4) Publikasi kepada masyarakat terkait informasi El Nino dan langkah-langkah untuk penanggulangannya. 54

65 Halaman ini sengaja dikosongkan

66 Halaman ini sengaja dikosongkan

67 BAB IV PERKEMBANGAN PERBANKAN

68 Halaman ini sengaja dikosongkan

69 PERKEMBANGAN PERBANKAN PERKEMBANGAN PERBANKAN Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2015 dibandingkan triwulan II 2015 sejalan dengan peningkatan kinerja perbankan di Sulawesi Utara. Kinerja perbankan di Sulut yang didominasi oleh bank umum menunjukkan peningkatan pada seluruh indikator utama perbankan. Aset bank umum tumbuh meningkat, sejalan dengan peningkatan DPK dan kredit. Di sisi kualitas kredit, kredit juga mengalami peningkatan kualitas yang ditunjukkan oleh perbaikan NPL. Pada triwulan III 2015 juga, penyaluran kredit produktif mengalami peningkatan didorong oleh peningkatan signifikan pada kredit investasi Aset/Aktiva Pertumbuhan tahunan total aset bank umum Sulawesi Utara di triwulan III 2015 meningkat dari 13,22% pada triwulan II 2015 menjadi 13,94%, didorong oleh peningkatan signifikan pertumbuhan aset bank pemerintah (persero) dari 12,12% menjadi 18,51%. Sementara aset kelompok bank umum swasta meningkat pada level yang lebih moderat, dari 7,19% menjadi 7,96%. Pada kelompok bank campuran, pertumbuhan aset membaik dari kontraksi -14,43% menjadi -7,92%. Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada aset kelompok bank pembangunan daerah. Aset kelompok ini tumbuh melambat dari 21,89% menjadi 13,73%. Peningkatan pertumbuhan aset pada ketiga kelompok bank tersebut sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit. Berdasarkan pangsanya, kelompok bank persero masih mendominasi aset perbankan di Sulawesi Utara (44,5%), kemudian diikuti oleh kelompok bank pembangunan daerah (29,4%), kelompok bank swasta nasional (24,9%), dan kelompok bank campuran (1,2%). Secara spasial, aset perbankan di Sulawesi Utara terpusat di kota Manado yang juga merupakan pusat perekonomian di Sulawesi Utara dengan pangsa 70,60% pada triwulan III Kabupaten Minahasa, Kab. Kepulauan Sangihe, Kota Kotamobagu dan Kota Bitung merupakan daerah dengan pangsa aset perbankan sebesar 4% s.d. 5%. Sedangkan 10 kabupaten kota lainnya hanya memiliki pangsa aset perbankan di kisaran 0,4% s.d. 2%. Pada triwulan III 2015, peningkatan pertumbuhan hanya terjadi di 5 dari 15 kabupaten kota di Sulawesi Utara yaitu di Kab. Minahasa, Kab. Kep. Talaud, Kab. Minahasa Tenggara, Kota Manado, dan Kota Kotamobagu. 59

70 PERKEMBANGAN PERBANKAN Grafik 4.1. Perkembangan Aset Perbankan (% yoy) Grafik 4.2. Pangsa Kelompok Aset Perbankan Total Aset Bank Persero Bank Swasta Nasional Bank Campuran Bank Pemerintah daerah I II III IV I II III IV I II III ,2% 29,4% 24,9% 44,5% Bank Persero Bank Swasta Nasional Bank Campuran Bank Pemerintah daerah Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut 4.2. Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK yang dihimpun kelompok bank umum pada triwulan III 2015 mencapai Rp21,8 triliun atau secara tahunan tumbuh 10,20%, meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II 2015, terutama karena peningkatan pertumbuhan giro dari 12,41% menjadi 20,78%. Peningkatan pertumbuhan giro seiring dengan penurunan suku bunga dari 4,19% menjadi 3,97%. Peningkatan giro didorong pelemahan nilai tukar Rupiah sehingga giro, khususnya giro valas mengalami peningkatan signifikan. Adapun pangsa DPK masih didominasi oleh tabungan dengan pangsa 41,75%, kemudian diikuti oleh deposito sebesar 37,72%, dan giro sebesar 20,53%. Grafik 4.3. Perkembangan DPK Grafik 4.4. Pangsa DPK DPK Giro Deposito Tabungan I II III IV I II III IV I II III IV I II III ,53% 41,75% Giro Deposito Tabungan 37,72% Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Berdasarkan jenis bank, meningkatnya pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan DPK bank persero (dari 8% menjadi 11%) dan DPK bank pemerintah daerah (dari 15% menjadi 16%). Peningkatan DPK bank persero dan bank pemerintah didorong oleh DPK bentuk giro dan deposito. 60

71 PERKEMBANGAN PERBANKAN 4.3. Kredit Sejalan dengan pertumbuhan aset yang meningkat, pertumbuhan tahunan penyaluran kredit juga meningkat. Kredit tahunan tumbuh meningkat pada triwulan III 2015 dibandingkan triwulan II 2015 dari 13,89% menjadi 16,89%. Berdasarkan jenisnya, kredit investasi merupakan pendorong terbesar peningkatan kredit (dari 37,58% menjadi 63,93%), kemudian diikuti oleh peningkatan kredit konsumsi dari 12,19% menjadi 13,57%. Sedangkan kredit modal kerja mengalami penurunan dari 8,17% menjadi 5,71%. Adapun kredit masih didominasi oleh tabungan dengan pangsa sebesar 41,75%, kemudian diikuti oleh deposito sebesar 37,72%, dan giro sebesar 20,53%. Grafik 4.5. Perkembangan Kredit Grafik 4.6. Pangsa Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi ,79% 25,72% 15,48% Modal Kerja Investasi Konsumsi 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Secara sektoral, penyaluran kredit mengalami peningkatan signifikan pada sektor pertambangan dan penggalian (dari 1376,92% menjadi 3146,12%) dan kredit sektor pengadaan listrik, gas dan produksi es (dari 94,26% menjadi 326,17%). Peningkatan penyaluran kredit sektor pertambangan dikarenakan terdapat pembukaan tambang biji besi di Sulawesi Utara, sementara penyaluran kredit ke sektor listrik dan gas dikarenakan program pembangunan infrastruktur kelistrikan yang sedang digenjot saat ini. Berdasarkan pangsanya, kredit sektoral masih didominasi oleh kredit konsumtif dengan pangsa 58,80% dan kredit sektor perdagangan dengan pangsa 21,63%. 61

72 PERKEMBANGAN PERBANKAN Grafik 4.7. Perkembangan Kredit Sektoral Grafik 4.8. Perkembangan LDR dan NPL Kredit Pertambangan & Penggalian Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es I II III IV I II III IV I II III IV I II III L D R (%) Rasio NPL I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III ,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Peningkatan DPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan kredit menyebabkan LDR mengalami penurunan dari 136,73% menjadi 134,28%. Sementara itu, kualitas kredit juga mengalami perbaikan dari 3,62% menjadi 3,56%. Perbaikan kualitas kredit paling tinggi terjadi pada sektor pengadaan listrik, gas dan produksi es (dari 9,95% menjadi 7,67%) dan kredit jasa kesehatan & kegiatan sosial (dari 0,98% menjadi 0,18%). 62

73 Halaman ini sengaja dikosongkan

74 Halaman ini sengaja dikosongkan

75 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

76 Halaman ini sengaja dikosongkan

77 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan perubahan terakhir yaitu Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai, non-tunai, maupun pengawasan terhadap penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran di Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dari sisi sistem pembayaran tunai, meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama pada saat Hari Besar Keagamaan memicu peningkatan kebutuhan uang kartal sepanjang triwulan III Aktivitas setoran-bayaran uang tunai pada periode laporan menunjukkan posisi netoutflow sebesar Rp 560,39 miliar, meningkat sebesar 250% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Layanan Kas Keliling dalam rangka menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di pusat bisnis dan remote area diselenggarakan sebanyak 28 kali pada triwulan laporan. Dari sisi sistem pembayaran non-tunai, kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang berlaku sejak 15 Desember 2014, memiliki pengaruh terhadap perkembangan sistem pembayaran non-tunai di Sulawesi Utara. Nilai transaksi kliring debet dan transfer dana melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat tumbuh positif, masing-masing sebesar 16,01% (yoy) dan 98,68% (yoy). Kondisi sebaliknya terjadi pada perkembangan transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), dimana nilai transaksi mengalami penurunan sebesar 17,05% (yoy). Kondisi ini sesuai dengan tujuan ditetapkannya kebijakan, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pembayaran serta mendorong penggunaan SKNBI oleh masyarakat untuk transaksi yang bersifat retail value Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Aktivitas perkembangan aliran Uang Kartal sepanjang triwulan III 2015 berada pada posisi netoutflow sebesar Rp 560,39 miliar. Jumlah Uang Kartal yang keluar (outflow) dari khazanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (Rp 2,37 triliun) lebih besar dibandingkan dengan jumlah Uang Kartal yang masuk (inflow) ke khazanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (Rp 1,81 triliun). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik outflow dan inflow mengalami pertumbuhan secara berturut-turut sebesar 70,79% (qtq) dan 68,52% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, inflow tercatat mengalami 67

78 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN penurunan sebesar 17,15% (yoy), sedangkan outflow relatif sama yaitu tumbuh sebesar 1,06% (yoy). Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Grafik 5.2 Perkembangan Rasio UTLE Terhadap Inflow Inflow Outflow Netflow Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III Inflow UTLE Rasio UTLE terhadap Inflow Rp Triliun % I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Rasio Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dibandingkan dengan inflow sepanjang triwulan laporan tercatat sebesar 36,10%. Rasio ini menggambarkan tingkat kelusuhan Uang Kartal yang masuk ke khazanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Nilai rasio tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (17,96%, qtq) maupun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya (28,08%, yoy). Untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menerapkan kebijakan clean money policy yang diwujudkan dalam dalam bentuk penyediaan layanan kas, kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah kepada stakeholders, serta meningkatkan kerjasama dengan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Sulawesi Utara terhadap kebutuhan Uang Layak Edar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dan Bank Umum di wilayah Sulawesi Utara menyepakati bahwa seluruh kantor Bank Umum di wilayah Sulawesi Utara memberikan pelayanan penukaran Uang lusuh dan pecahan kecil bagi masyarakat Sulawesi Utara sejak tanggal 4 Mei Dengan adanya kesepakatan ini, kebutuhan masyarakat untuk menukar Uang lusuh dan pecahan kecil dapat terlayani di kantor Bank Umum terdekat di wilayah Sulawesi Utara. 68

79 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Selanjutnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tetap memberikan layanan penukaran Uang pecahan kecil melalui kegiatan Kas Keliling dan Jasa Kas Titipan. Layanan penggantian Uang rusak tetap dapat dinikmati oleh masyarakat melalui loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dengan adanya kesepakatan tersebut, jumlah penggantian Uang rusak kepada masyarakat melalui loket Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara sepanjang triwulan III 2015 terpantau mengalami penurunan. Total nilai layanan tersebut tercatat sebesar Rp 1,40 miliar, atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (75,76%, qtq) maupun periode yang sama di tahun sebelumnya (96,60%, yoy). Tabel 5.1 Perkembangan Layanan Penukaran Uang dan Penggantian Uang Rusak Melalui Loket (Rp Juta) I II III IV I II III 23, , , , , , , Sumber : Bank Indonesia Jumlah total bilyet Uang Rupiah yang ditukar oleh masyarakat sepanjang periode laporan adalah bilyet, yang terdiri dari lembar Uang Kertas dan keping Uang Logam. Pecahan Uang Kertas yang paling banyak ditukar oleh masyarakat adalah Rp 2000 (16,36%), Rp (16,05%), dan Rp (16,00%). Sedangkan pecahan Uang Logam yang paling banyak ditukar oleh masyarakat adalah Rp 200 (35,94%) dan Rp 500 (27,85%). Grafik 5.3 Komposisi Pecahan Uang Kertas Yang Ditukar Oleh Masyarakat Periode Triwulan III 2015 Grafik 5.4 Komposisi Pecahan Uang Logam Yang Ditukar Oleh Masyarakat Periode Triwulan III ,000 2, % 16.36% % 5, % % 10, % 20, % % 50, % 100, % 1, % 0% 5% 10% 15% 20% n = lembar Sumber : Bank Indonesia 0% 10% 20% 30% 40% n = keping Sumber : Bank Indonesia 69

80 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Layanan Jasa Kas Titipan Dalam rangka penyediaan kebutuhan uang kartal kepada masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menyelenggarakan layanan Jasa Kas Titipan. Jasa Kas Titipan bertujuan untuk melayani kebutuhan Uang Rupiah bagi masyarakat, terutama di daerah yang relatif jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Jasa Kas Titipan diselenggarakan melalui kerjasama dengan bank umum di wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Kotamobagu, dan diluar wilayah Sulawesi Utara yaitu Provinsi Gorontalo. Sepanjang triwulan III 2015, total aktivitas aliran Uang Kartal di seluruh layanan Jasa Kas Titipan mencatat posisi net-outflow sebesar Rp 151,31 miliar, yang terdiri dari inflow sebesar Rp 799,81 miliar dan outflow sebesar Rp 951,11 miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik inflow maupun outflow tercatat mengalami pertumbuhan, masing-masing sebesar 81,82% (qtq) dan 67,18% (qtq). Rp Miliar Inflow Outflow Netflow 1,500 1, ,000 Grafik 5.5 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada Seluruh Layanan Jasa Kas Titipan Rp Miliar Inflow Outflow Netflow 1,500 1, Grafik 5.6 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada Layanan Jasa Kas Titipan Provinsi Gorontalo -1,500 I II III IV I II III IV I II III ,000 I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Aktivitas aliran Uang Kartal pada layanan Jasa Kas Titipan di Provinsi Gorontalo sepanjang triwulan III 2015 tercatat berada pada posisi net-outflow sebesar Rp 5,36 miliar, yang terdiri dari inflow sebesar Rp 553,33 miliar dan outflow sebesar Rp 558,70 miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik inflow maupun outflow tercatat mengalami pertumbuhan, masingmasing sebesar 70,90% (qtq) dan 66,41% (qtq). Aktivitas aliran Uang Kartal pada layanan Jasa Kas Titipan di Kabupaten Kepulauan Sangihe sepanjang triwulan III 2015 tercatat berada pada posisi net-outflow sebesar Rp 16,95 miliar, yang terdiri dari inflow sebesar Rp 136,22 miliar dan outflow sebesar Rp 153,16 miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik inflow maupun outflow tercatat mengalami pertumbuhan, masing-masing sebesar 46,68% (qtq) dan 34,80% (qtq). 70

81 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Rp Miliar Inflow Outflow Netflow Grafik 5.7 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada Layanan Jasa Kas Titipan Kab. Kep. Sangihe Rp Miliar Inflow Outflow Netflow Grafik 5.8 Perkembangan Aliran Uang Kartal Pada Layanan Jasa Kas Titipan Kota Kotamobagu -300 I II III IV I II III IV I II III -200 I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Selanjutnya, aktivitas aliran Uang Kartal pada layanan Jasa Kas Titipan di Kota Kotamobagu sepanjang triwulan III 2015 tercatat berada pada posisi net-outflow sebesar Rp 129 miliar, yang terdiri dari inflow sebesar Rp 110,26 miliar dan outflow sebesar Rp 239,26 miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik inflow maupun outflow tercatat mengalami pertumbuhan, masing-masing sebesar 373% (qtq) dan 100% (qtq) Perkembangan Layanan Kas Keliling Frekuensi kas keliling yang dilakukan KPw BI Sulawesi Utara pada triwulan III tercatat sebanyak 28 kali. Jumlah tersebut jauh mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebanyak 9 kali. Peningkatan frekuensi kas keliling tersebut ditujukan untuk mendukung kebijakan clead money policy. Adapun pemilihan lokasi mempertimbangkan aspek pusat bisnis dimana perputaran uang terjadi cukup cepat serta lokasi-lokasi remote area dimana akses masyarakat untuk mendapatkan Uang Layak Edar (ULE) relatif terbatas. Grafik 5.9 Jumlah Frekuensi Kegiatan Layanan Kas Keliling I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia 71

82 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan wilayahnya, Layanan Kas Keliling pada periode laporan diselenggarakan di Kota Manado (18 kegiatan), Kabupaten Minahasa (5 kegiatan), Provinsi Gorontalo (2 kegiatan), Kepulauan Nusa Utara (Kabupaten Kepuluan Talaud, Sangihe, dan Sitaro) (1 kegiatan), Bolaang Mongondow Raya (Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, dan Bolaang Mongondow Utara) (1 kegiatan), dan Kota Tomohon (1 kegiatan). Grafik 5.11 Layanan Kas Keliling Berdasarkan Wilayah Penyelenggaraan Periode Triwulan III % 36% 18% 7% 4% 4% 3% Kota Manado Bolaang Mongondow Raya Kab. Minahasa Kepuluan Nusa Utara (Sitaro, Talaud, Sangihe) Provinsi Gorontalo Kota Tomohon Sumber : Bank Indonesia Perkembangan Temuan Uang Palsu Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan, mengedarkan, dan menarik uang untuk menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di masyarakat juga berperan aktif dalam upaya pemberantasan uang palsu. Hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi keaslian Rupiah dengan tag line 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Sejalan dengan hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga secara berkesinambungan terus melakukan sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah kepada berbagai stakeholders mulai dari perbankan, retailer, pelaku usaha, hingga masyarakat umum di seluruh daerah Sulawesi Utara. Upaya sosialisasi ini ditujukan dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat dalam mengenali keaslian Uang Rupiah serta mengurangi risiko tindak pidana pemalsuan Uang Rupiah. Tabel 5.2 Jumlah Temuan Uang Palsu per Pecahan di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Pecahan I II III IV I II III IV I II III Rp , Rp , Rp , Rp , Rp 5.000, Rp 1.000, Total

83 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan jenis pecahannya, sepanjang triwulan III 2015 terdapat 58 temuan Uang Palsu yang terdiri dari 42 lembar pecahan Rp 100 ribu dan 16 lembar pecahan Rp 50 ribu. Dengan demikian, total temuan Uang palsu secara year-to-date sebanyak 204 temuan yang terdiri dari 165 lembar pecahan Rp 100 ribu dan 39 lembar pecahan Rp 50 ribu Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai Perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai transaksi pembayaran secara non-tunai menuntut Bank Indonesia untuk melakukan berbagai upaya penyempurnaan. Upaya penyempurnaan ini salah satunya diwujudkan melalui implementasi SKNBI Generasi II sejak 5 Juni 2015 dan implementasi RTGS Generasi II pada bulan November 2015 mendatang. Di sisi lain, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara juga terus mendorong upaya peningkatan transaksi non-tunai di Sulawesi Utara melalui penandatanganan Nota Kesepahaman dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Non Tunai antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni Perkembangan Kliring Perkembangan Kliring di Provinsi Sulawesi Utara Sejalan dengan penetapan kebijakan nilai nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS, transaksi kliring secara umum menunjukan perkembangan positif pada tahun Implementasi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Generasi II pada tanggal 5 Juni 2015 secara umum dapat dilaksanakan dengan baik oleh seluruh peserta kliring di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Dalam pelaksanaan tugas terkait kliring, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menjalankan fungsi sebagai Kantor Penyelenggara Pertukaran Warkat Debet (KPWD) wilayah Manado dan melaksanakan supervisi dan monitoring terhadap 4 (empat) wilayah kliring lainnya yang terletak di Kota Bitung, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Kotamobagu dan Provinsi Gorontalo. 73

84 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet Grafik 5.13 Perkembangan Tingkat Tolakan Layanan Kliring Warkat Debet 3,500 Rp Miliar Nilai Volume (Sisi Kanan) Ribu Lembar Persentase Volume Tolakan % Persentase Nilai Tolakan 3,000 2, ,000 1, , I II III IV I II III IV I II III 0 0 I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Sepanjang triwulan III 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet tercatat sebesar Rp 2.941,59 miliar dan 110,15 ribu lembar warkat. Tingkat nilai dan volume tolakan sepanjang periode laporan sebesar 2,68% dan 2,50%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume dan nilai transaksi kliring tercatat mengalami pertumbuhan secara berturutturut sebesar 1,16% (qtq) dan 5,77% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, volume transaksi kliring terpantau mengalami penurunan sebesar 10,93% (yoy). Sebaliknya, nilai transaksi kliring tercatat mengalami peningkatan sebesar 16,01% (yoy). Grafik 5.14 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana Rp Miliar Nominal Volume (Sisi Kanan) Transaksi 30,000 25,000 20, , ,000 5,000 0 I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia 74

85 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana (sebelumnya dikenal dengan istilah layanan kliring kredit) sepanjang triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp 717,12 miliar yang terdiri dari transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami peningkatan yang signifikan baik dari sisi nilai (129%, qtq) maupun volume (108%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami peningkatan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 99% (yoy) dan 54% (yoy) Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Manado Sepanjang triwulan III 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Manado tercatat sebesar Rp 2,24 triliun yang terdiri dari lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami pertumbuhan sebesar 4,19% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi terpantau mengalami penurunan sebesar 0,94% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, nilai transaksi kliring terpantau mengalami pertumbuhan sebesar 19,27% (yoy). Sebaliknya, volume transaksi kliring terpantau mengalami penurunan sebesar 14,72% (yoy) Grafik 5.15 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Manado Grafik 5.16 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Manado 3,000 Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nilai Lembar 120, Rp Miliar Nominal Volume (Sisi Kanan) Transaksi 25,000 2,500 2,000 1,500 1, ,000 80,000 60,000 40,000 20, ,000 15,000 10,000 5,000 0 I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Pada periode yang sama, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 600 miliar yang terdiri dari transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai (118%, qtq) maupun volume (94%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 81% (yoy) dan 34% (yoy). 75

86 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Gorontalo Sepanjang triwulan III 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Gorontalo tercatat sebesar Rp 494,62 miliar yang terdiri dari lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring terpantau mengalami peningkatan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 13,31% (qtq) dan 3,64% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, nilai transaksi kliring terpantau mengalami pertumbuhan yaitu sebesar 5,72% (yoy). Sebaliknya, volume transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 4,52% (yoy) Grafik 5.17 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Gorontalo Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nilai Lembar 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Grafik 5.18 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Gorontalo Rp Miliar Nominal Volume (Sisi Kanan) Transaksi 3,000 2,500 2,000 1,500 1, I II III IV I II III IV I II III 0 0 I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 73,94 miliar yang terdiri dari transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai (192%, qtq) maupun volume (238%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 345% (yoy) dan 955% (yoy) Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Bitung Sepanjang triwulan III 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Bitung tercatat sebesar Rp 108,40 miliar yang terdiri dari lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi kliring mengalami penurunan sebesar 4,51% (qtq). Sebaliknya, volume transaksi kliring mengalami pertumbuhan sebesar 22,72% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, aktivitas kliring terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 3,79% (yoy) dan 33,14% (yoy). 76

87 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 9,19 miliar yang terdiri dari 244 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring transfer dana terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai (187%, qtq) maupun volume (455%, qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, aktivitas layanan kliring transfer dana juga terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 102% (yoy) dan 174% (yoy) Grafik 5.19 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Bitung Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nilai I II III IV I II III IV I II III Lembar 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, Grafik 5.20 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Bitung Rp Miliar Nominal Volume (Sisi Kanan) Transaksi I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Kotamobagu Sepanjang triwulan III 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Kotamobagu tercatat sebesar Rp 87,81 miliar yang terdiri dari lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 23,28% (qtq) dan 20,09% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, ativitas kliring juga terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 31,06% (yoy) dan 27,54% (yoy). Sementara itu, aktivitas transaksi layanan kliring transfer dana tercatat sebesar Rp 24,21 miliar yang terdiri dari transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 171% (qtq) dan 95% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, ativitas kliring juga terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 197% (yoy) dan 183% (yoy). 77

88 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.21 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Kotamobagu Grafik 5.22 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Kotamobagu Volume (Sisi Kanan) Nilai Rp Miliar Lembar I II III IV I II III IV I II III 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Nominal Volume (Sisi Kanan) Rp Miliar Transaksi I II III IV I II III IV I II III 1,200 1, Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Perkembangan Kliring di Wilayah Kliring Sangihe Sepanjang triwulan III 2015, nilai dan volume transaksi layanan kliring warkat debet di wilayah kliring Sangihe tercatat sebesar Rp 10,15 miliar yang terdiri dari 225 lembar warkat. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas kliring terpantau mengalami pertumbuhan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 8,31% (qtq) dan 20,32% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, nilai transaksi kliring terpantau mengalami penurunan sebesar 43,06% (yoy). Sebaliknya, volume transaksi kliring tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,13% (yoy) Grafik 5.23 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Warkat Debet di Wilayah Kliring Sangihe Rp Miliar Volume (Sisi Kanan) Nilai Lembar Grafik 5.24 Perkembangan Transaksi Layanan Kliring Transfer Dana di Wilayah Kliring Sangihe Rp Miliar Nominal Volume (Sisi Kanan) Transaksi I II III IV I II III IV I II III 0 0 I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Dampak implementasi SKNBI Generasi II terhadap sistem pembayaran non-tunai di wilayah Sangihe terlihat dari mulai timbulnya aktivitas layanan kliring transfer dana. Jumlah nilai dan volume layanan transaksi kliring transfer dana pada periode laporan tercatat sebesar Rp 9,77 miliar yang terdiri dari 446 transaksi. 78

89 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan BI-RTGS Secara umum, volume transaksi BI-RTGS pada tahun 2015 terpantau menurun dibandingkan dengan tahun 2014 dan Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kebijakan penetapan nilai nominal per transaksi di atas Rp 100 juta pada BI-RTGS melalui Surat Edaran No.16/18/DPSP tanggal 28 November 2014 yang berlaku sejak 15 Desember Kondisi tersebut sejalan dengan tujuan penetapan kebijakan tersebut, yaitu dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pembayaran serta mendorong penggunaan SKNBI untuk transaksi yang bersifat retail value. Grafik 5.25 Perkembangan Total Transaksi BI-RTGS Grafik 5.26 Perkembangan Transaksi Outgoing Transfer BI-RTGS 4 Rp Triliun Volume (Sisi Kanan) Nilai Transaksi 8,000 7,000 2 Rp Triliun Volume (Sisi Kanan) Nilai Transaksi 4,000 3, ,000 3,000 5,000 2, , ,000 3,000 1, ,000 1,000 1, I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Sepanjang triwulan III 2015 total transaksi BI-RTGS (incoming transfer, outgoing transfer, dan internal transfer) tercatat sebesar Rp 2,52 triliun yang terdiri atas transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, aktivitas transaksi BI-RTGS terpantau mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume, yaitu sebesar 11,85% (qtq) dan 4,76% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, baik nilai maupun volume transaksi BI-RTGS juga tercatat mengalami penurunan, secara berturut-turut sebesar 17,05% (yoy) dan 57,26% (yoy). Dilihat berdasarkan tujuannya, total transaksi outgoing transfer BI-RTGS sepanjang triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp 1,12 triliun yang terdiri dari transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume transaksi terpantau relatif sama dengan pertumbuhan sebesar 0,53% (qtq), sedangkan nilai transaksi mengalami penurunan sebesar 3,26% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, nilai dan volume transaksi tercatat mengalami penurunan, yaitu sebesar 17,68% (yoy) dan 51,47% (yoy). 79

90 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.27 Perkembangan Transaksi Incoming Transfer BI-RTGS Grafik 5.28 Perkembangan Transaksi Internal Transfer BI-RTGS Volume (Sisi Kanan) Nilai Rp Triliun Transaksi I II III IV I II III IV I II III , ,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Volume (Sisi Kanan) Nilai Rp Triliun Transaksi I II III IV I II III IV I II III Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Transaksi BI-RTGS dari daerah di luar Sulawesi Utara ke daerah Sulawesi Utara (incoming transfer) sepanjang triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp 1,17 triliun yang terdiri dari 999 transaksi. Sejalan dengan aktivitas outgoing transfer, aktivitas incoming transfer BI-RTGS juga terpantau mengalami penurunan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai dan volume transaksi tercatat mengalami penurunan, yaitu sebesar 17,09% (yoy) dan 13,43% (yoy). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, nilai dan volume transaksi juga tercatat mengalami penurunan, yaitu sebesar 14,45% (yoy) dan 65,20% (yoy). Sepanjang triwulan III 2015, nilai dan volume transaksi internal transfer (dari dan ke daerah Sulawesi Utara) tercatat sebesar Rp 228 miliar yang terdiri dari 143 transaksi. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai transaksi tercatat mengalami penurunan sebesar 20,78% (qtq), sedangkan volume transaksi tercatat meningkat sebesar 2,88% (qtq). Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, nilai dan volume transaksi terpantau mengalami penurunan, yaitu sebesar 25,87% (yoy) dan 48% (yoy). 80

91 Halaman ini sengaja dikosongkan

92 Halaman ini sengaja dikosongkan

93 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

94 Halaman ini sengaja dikosongkan

95 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini tercermin dari jumlah tenaga kerja regional yang tumbuh moderat yang diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat hanya tumbuh 0,23% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang terkoreksi ke angka 0,15%. Disisi lain, baik secara tahunan maupun dibanding periode sebelumnya, tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan. Kelesuan dunia usaha dimana penjualan mengalami penurunan akibat daya beli masyarakat yang juga menurun berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja dan kebijakan untuk tidak akan melakukan penambahan tenaga kerja yang masa kontraknya habis dan/atau pensiun pada mayoritas perusahaan di Sulawesi Utara. Sementara penurunan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawsi Utara menunjukkan pelemahan yang tercermin dari NTP dan NTUP. Kendati demikian, optimisme peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga diatas titik optimis, namun persepsi atas nilai tukar yang terus melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun membuat ekspektasi penghasilan kedepan tercatat mengalami penurunan PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami perlambatan sejalan dengan melambatnya pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Perlambatan tersebut tercermin dari peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak signifikan diikuti dengan peningkatan tingkat pengangguran. Data bulan Februari 2015 mencatat pertumbuhan angkatan kerja sebesar 1,78% (yoy) dengan peningkatan tipis Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,15% (yoy). Sejalan dengan kedua hal tersebut, jumlah tenaga kerja juga mengalami peningkatan moderat yaitu sebesar 0,23% (yoy) menjadi sebanyak ribu jiwa. Disisi lain, tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan baik secara tahunan tahunan yaitu sebesar 19,7% maupun dibanding periode sebelumnya sebesar 15,29%. 85

96 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar Mei Juli PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Jumlah Bekerja Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara Angka indeks ketersediaan lapangan kerja yang diperoleh dari Survei Konsumen (SK) pada triwulan laporan menunjukkan optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja meskipun secara tahunan pertumbuhannya mengalami perlambatan sebesar 18,05%. Nilai rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan II 2015 hanya tercatat sebesar 134,17 tumbuh di bawah nilai rata-rata triwulan I 2014 sebesar 190,83. Berdasarkan liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara, mayoritas perusahaan menyatakan telah melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja dan tidak akan melakukan penambahan tenaga kerja yang masa kontraknya habis dan/atau pensiun. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi bisnis yang sedang lesu dimana penjualan mengalami penurunan akibat daya beli masyarakat yang juga menurun. Di samping itu, kenaikan biaya tenaga kerja atau upah minimum provinsi (UMP) Sulawesi Utara juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kebijakan perusahaan terkait pengurangan tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat dari likert scale jumlah tenaga kerja pada triwulan laporan sebesar -0,29, menurun dibandingkan 0,13 pada triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut sejalan dengan kenaikan biaya tenaga kerja yang tercermin dari likert scale biaya tenaga kerja Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Growth (yoy) Angkatan Kerja (ribu jiwa) ,78% Bekerja ,23% Pengangguran ,85% TPAK (%) 66,82 61,94 64,63 59,76 66,14 59, ,15% TPT (%) 8,32 7,78 7,19 6,67 7,26 7,54 8,69 19,73% Grafik 6.1. Likert Scale Ketenagakerjaan Grafik 13. Likert Scale Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerj a Ketersediaan Lap. Kerja Titik Optimis Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 190,00 170,00 150,00 130,00 110,00 90,00 70,00 50,00 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara 86

97 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Disisi lain, kondisi pengangguran di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan di tengah kondisi pengangguran nasional yang cenderung mengalami perbaikan. Data bulan Februari 2015 menunjukkan angka pengangguran mengalami peningkatan hingga 19,73% (yoy), dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 8,69%. Menurunnya jumlah serapan tenaga kerja di sektor industri (29,97% yoy) utamanya industri perikanan menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan angka pengangguran di Sulawesi Utara. Hal tersebut merupakan imbas dari pemberlakuan peraturan Menteri No 57 tahun 2014 tentang kebijakan transhipment (pelarangan bongkar muat hasil tangkapan di tengah laut) yang dikeluarkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan pada akhir tahun 2014 yang berdampak pada peningkatan biaya produksi akibat bongkar muat harus dilakukan didarat. Dalam rangka menjaga margin keuntungan atas kenaikan biaya produksi, banyak perusahaan pengolahan ikan mengambil kebijakan pemutusan hubungan kerja karyawan. Tabel 6.2. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (ribu jiwa) Sektor Pekerjaan (ribu jiwa) Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Growth (yoy) Pertanian ,50% Industri ,97% Perdagangan ,04% Jasa ,05% Lainnya ,06% Jumlah ,49% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 32%. Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian utama Sulut yang memang didominasi oleh sektor pertanian. Jika dikaitkan dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Utara yang terus bergerak naik yang berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan, dominasi sektor pertanian baik dalam penyediaan lapangan kerja maupun sektor utama pendorong perekonomian Sulut merupakan suatu potensi dalam mendukung pemenuhan kebutuhan pangan utama daerah. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan (termasuk hotel dan restoran) masih cukup baik kendati mengalami perlambatan. Sementara sektor jasa (termasuk jasa pemerintahan) masih merupakan sektor terbesar ketiga dengan pangsa 17% dan 25% tenaga kerja lainnya terbagi ke sektor pertambangan, listrik, angkutan, konstruksi, keuangan dan sektor lainnya. 87

98 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Grafik 6.3. Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut Lapangan Usaha Lainnya 25% Pertanian 32% Jasa 17% Perdagangan 22% Industri 4% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan status pekerjaannya, dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara, sebanyak 34% berprofesi sebagai buruh/karyawan dan 29% penduduk berwiraswasta sementara 11% merupakan pekerja bebas. Pada Februari 2015 pekerja informal di Sulawesi Utara masih lebih banyak dibanding pekerja formal, dengan komposisi 61,6% berbanding 38,4%. Porsi jumlah pekerja informal yang mendominasi perlu menjadi perhatian bersama, mengingat pekerja sektor informal lebih rentan untuk terkonversi menjadi kelompok pengangguran mengingat kerentanannya terhadap shocks apabila terjadi gejolak ekonomi. Status Pekerjaan (ribu jiwa) Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan Growth Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb (yoy) Berusaha Sendiri ,34% 28,94% Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap- Buruh Dibayar ,10% 9,86% ,49% 4,42% Buruh/Karyawan ,44% 34,22% Pekerja Bebas Pertanian ,12% 7,93% Pekerja Bebas Non Pertanian ,62% 3,62% Pekerja Bebas ,99% 11,55% Pekerja Tak Dibayar ,86% 11,02% Jumlah ,23% 100,00% Share Belum banyaknya peluang lapangan kerja di sektor formal menjadi salah satu penyebab meningkatnya pangsa pengangguran terdidik. Tingkat pengangguran tenaga kerja berpendidikan universitas mengalami kenaikan dari 7,61% Februari 2013 menjadi 9,64% pada Februari Meningkatnya pengangguran terdidik ini mengindikasikan fenomena pemborosan intelektual dimana peningkatan lulusan terdidik universitas tidak dapat diimbangi dengan peningkatan peluang lapangan kerja formal. Hal tersebut mengakibatkan perekrutan tenaga kerja terdidik untuk pekerjaan yang sebenarnya tidak membutuhkan spesifikasi pendidikan tinggi yang seharusnya diperuntukkan untuk angkatan kerja yang tidak mengenyam 88

99 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT pendidikan tinggi. Dengan demikian fenomena ini akan menyebabkan peluang angkatan kerja yang tidak mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan menjadi lebih kecil dan menjadi salah satu faktor meningkatnya tingkat pengangguran. Sementara itu, tingkat pengangguran tertinggi masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Diploma I/II/III, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan persentase masingmasing sebesar 17,23%, 12,28% dan 12,63%. Tabel 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi Tingkat Pendidikan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara (Persen) 2015 Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke bawah 4,75 3,34 4,75 3,54 4,52 Sekolah Menengah Pertama 4,8 6,24 6,54 5,55 5,71 Sekolah Menengah Atas 13,57 9,21 10,72 10,65 12,28 Sekolah Menengah Kejuruan 10,12 15,34 9,19 14,07 17,23 Diploma I/II/III 2,92 5,22 10,56 6,29 12,63 Universitas 8,54 5,87 7,61 11,35 9, PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang tercermin dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat tercatat mengalami penurunan. Sebagai salah satu sektor penyerap tenaga kerja terbesar, kesejahteraan di sektor pertanian tercatat mengalami kontraksi yang terus berlanjut sejak triwulan IV 2014 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang mengalami penurunan pada triwulan laporan. Meski mengalami perlambatan, Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) sebagai salah satu indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani yang hanya memperhitungkan komponen pengeluaran di usaha petanian tercatat masih surplus dan cukup menguntungkan (indeks NTUP di atas 100). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (IB), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Indeks NTUP pada triwulan laporan tercatat sebesar 104,64. 89

100 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Growth (%) Rincian yoy qtq Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Indeks Diterima Petani 102,19 103,52 105,90 106,27 109,12 111,16 111,83 113,67 114,82 114,34 2,85% -0,42% Indeks Dibayar Petani 102,73 103,50 107,30 108,43 110,20 111,33 112,07 115,04 117,15 117,25 5,31% 0,09% Konsumsi Rumah Tangga 103,09 104,28 108,67 109,97 112,06 113,42 114,27 117,59 120,16 120,25 6,02% 0,08% Bahan Makanan 104,43 105,93 111,84 112,70 114,94 117,14 118,63 123,23 126,92 126,83 8,27% -0,07% Makanan Jadi 103,64 103,98 105,09 106,16 107,46 108,49 108,80 110,70 112,31 112,64 3,83% 0,29% Perumahan 101,66 102,11 104,17 107,01 110,30 111,20 111,78 113,59 115,87 116,16 4,46% 0,25% Sandang 101,93 102,09 102,54 103,40 104,94 105,28 105,69 107,41 109,44 109,29 3,81% -0,14% Kesehatan 101,86 102,11 103,79 104,71 104,42 105,39 105,68 106,77 109,49 110,02 4,39% 0,48% Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 100,55 100,66 100,96 101,44 102,47 102,94 103,49 104,36 105,59 105,50 2,49% -0,09% Transportasi dan Komunikasi 100,58 100,67 113,98 116,86 120,94 121,13 121,13 126,56 126,99 127,24 5,04% 0,19% BPPBM 100,59 100,70 102,30 103,46 105,44 105,96 106,47 108,30 109,14 109,27 3,12% 0,11% Bibit 99,88 100,07 100,13 102,39 106,70 106,80 107,04 108,31 109,05 108,83 1,90% -0,20% Obat-obatan & Pupuk 100,35 100,55 101,10 101,91 103,79 104,30 104,85 105,92 106,52 106,40 2,01% -0,11% Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 100,53 100,74 100,97 102,09 104,60 104,81 105,23 105,88 107,01 107,17 2,25% 0,15% Transportasi 100,75 100,94 107,38 110,44 116,39 116,98 117,13 126,73 125,23 125,42 7,21% 0,15% Penambahan Barang Modal 101,07 101,05 101,45 102,37 104,31 104,89 105,24 106,01 106,44 106,55 1,58% 0,10% Upah Buruh Tani 100,42 100,52 101,87 103,14 104,71 105,50 106,26 107,31 109,29 109,74 4,02% 0,41% Nilai Tukar Petani (indeks) 99,47 100,02 98,69 98,00 99,02 99,85 99,78 98,83 98,01 97,52-2,33% -0,51% Nilai Tukar Usaha Pertanian (indeks) 103,49 104,91 105,04 104,97 105,20 104,65-0,25% -0,53% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah menggunakan tahun dasar 2012 Menggunakan tahun dasar yang baru (2012), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan II 2015 tercatat sebesar 97,52 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 98,01. Jika dilihat secara tahunan, pada triwulan laporan NTP juga tercatat mengalami pelemahan (-2,33%yoy) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-1,02%) Pelemahan NTP utamanya didorong oleh kenaikan biaya hidup petani yang peningkatannya tidak sebesar dengan peningkatan pendapatan pertanian. Indeks yang Diterima Petani (IT) yang mencerminkan pendapatan usaha petani tercatat hanya tumbuh sebesar 2,85% (yoy) dibandingkan dengan Indeks yang Dibayar Petani (IB) yang merupakan indikator pengeluaran usaha petani mengalami peningkatan mencapai 5,31%. Kenaikan IB didorong oleh naiknya pengeluaran baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun input produksi yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 6,02% (yoy) dan 3,12% (yoy). Pengeluaran dari konsumsi rumah tangga utamanya didorong oleh pengeluaran bahan makanan yang sejalan dengan gejolak inflasi Kota Manado pada akhir triwulan laporan. Dilihat dari subsektornya, petani pada subsektor tanaman hortikultura dan perikanan merupakan yang paling sejahtera, hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar dibandingkan dengan subsektor lainnya. Sementara indeks NTP subsektor peternakan terus tumbuh tipis di atas threshold minimum sejahtera, dengan angka 100,71 pada akhir triwulan laporan. Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan dan perkebunan masih berada di bawah batas sejahtera. NTP pada subsektor tanaman pangan terus terperosok kebawah yang terlihat dari berlanjutnya pertumbuhan negatif pada triwulan sebelumnya (-1,02% yoy) hingga triwulan ini (-3,68%). Fenomena El Nino yang terjadi beberapa bulan terakhir 90

101 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT diindikasi menjadi salah satu penyebab merosotnya NTP pada subsektor tanaman pangan. Ketersediaan air yang minim menjadi salah satu faktor berkurangnya kualitas maupun kuantitas produksi sawah di wilayah lumbung sawah utama Sulawesi Utara yakni Kab. Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Disisi lain, kesejahteraan Petani pada subsektor perkebunan perlu menjadi perhatian khusus mengingat komoditas unggulan Sulawesi Utara umumnya berasal dari sektor perkebunan diantaranya kelapa, cengkeh dan pala. Grafik 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik 6.6. Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera 120,00 Indeks Dibayar Petani (sk. kanan) Indeks Diterima Petani (sk. kanan) ,00 96,17 94, ,00 102,78 88,10 100,71 105, ,00 40,00 20, ,00 NTP Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, tahun dasar 2012 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Batas Minimum Sejahtera Melaui pendekatan dari hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum yang tercermin dari penghasilan masih berada diatas titik optimis meski mengalami kontraksi sebesar 16,1% dari triwulan sebelumnya. Indeks penghasilan terkoreksi pada awal triwulan II 2015, seiring perlambatan dunia usaha dan ketidakpastian kondisi bisnis yang sejalan dengan perlambatan perekonomian Sulawesi Utara. Kondisi tersebut turut memengaruhi ekspektasi penghasilan ke depan yang juga tercatat mengalami penurunan berdasarkan oleh persepsi atas nilai tukar yang terus melemah dan ketidaksiapan atas pemberlakukan MEA pada akhir tahun. Grafik 6.7. Perkembangan Indeks Penghasilan Saat ini & Ekspektasi Penghasilan Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara 91

102 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Data terakhir pada bulan September 2014 menunjukkan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara secara umum masih berada di bawah angka nasional. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan jumlah penduduk miskin Sulut sampai dengan September 2014 mencapai 197,56 ribu jiwa (8,26% dari total penduduk). Jumlah tersebut berkurang dari Maret 2014 yang berjumlah 208,23 ribu jiwa (8,75% dari total penduduk) atau turun 0,49 persen jika dibandingkan Maret Grafik 6.8. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut Grafik 6.9. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut (%) % Kota Desa Sulut Nasional Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Mar 12 Sep 12 Mar 13 Sep 13 Mar 14 Sep Juli 06Mar 07Mar 08Mar 09Mar 10Mar 11Mar 12Sep 12Mar 13Sep 13Mar 14Sep-14 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara 92

103 Halaman ini sengaja dikosongkan

104 Halaman ini sengaja dikosongkan

105 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 95

106 96 Halaman ini sengaja dikosongkan

107 PROSPEK PEREKONOMIAN PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1. Prospek Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,29% - 6,69% (yoy), atau mengalami akselerasi dibandingkan pertumbuhan ekonomi di triwulan II Meningkatnya perekonomian Sulut di triwulan IV 2015 diperkirakan ditopang oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, masih tingginya pertumbuhan sektor konstruksi serta peningkatan terbatas pada kinerja sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Pada sektor perdagangan, pertumbuhan sektor ini di triwulan IV dipengaruhi oleh tingginya konsumsi masyarakat jelang akhir tahun yang didorong oleh perayaan hari besar keagamaan (Natal) dan tahun baru Lebih lanjut lagi, penyelenggaraan pilkada di beberapa daerah, termasuk pemilihan gubernur Sulut diperkirakan mampu memberi kontribusi positif pada kinerja sektor perdagangan. Dari sektor pertanian, kondisi cuaca yang mulai membaik pada triwulan IV seiring mulai berakhirnya masa kekeringan, serta pergeseran masa puncak panen pada komoditas tanaman pangan diperkirakan mampu membuat sektor ini tumbuh lebih baik dibanding triwulan laporan. Sementara itu, kinerja konstruksi diperkirakan tetap tumbuh tinggi didorong optimalisasi realisasi pembangunan fisik oleh pemerintah jelang berakhirnya tahun anggaran. Masih cukup maraknya investasi swasta juga menjadi salah satu faktor pendorong kinerja sektor konstruksi pada triwulan mendatang. Di sisi penggunaan, kegiatan konsumsi swasta baik pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT diperkirakan menjadi motor pertumbuhan ekonomi Sulut di triwulan mendatang. Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh stabil. Sektor lainnya yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulut di sisi penggunaan adalah kegiatan investasi (PMTB) yang juga diperkirakan masih tumbuh cukup kuat di triwulan IV Secara eksternal, kegiatan ekspor impor Sulut diperkirakan membaik namun dalam besaran yang relatif terbatas seiring kondisi harga komoditas yang masih rendah. Dengan memperhatikan perkembangan terkini dimana kondisi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tidak setinggi prakiraan sebelumnya, maka perekonomian Sulut untuk keseluruhan tahun 2015 diperkirakan berada pada rentang 6,16% - 6,56% (yoy). Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Sulut diperkirakan mampu untuk tumbuh lebih tinggi dengan rentang tingkat pertumbuhan 6,38% - 6,78% (yoy). Penopang pertumbuhan masih berasal dari sektor konstruksi yang berasal dari lanjutan proyek strategis pemerintah dan proyek pembangunan oleh swasta. Di sisi lain, kinerja sektor eksternal Sulut juga diperkirakan membaik setelah mengalami penurunan di tahun

108 PROSPEK PEREKONOMIAN Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor diperkirakan menjadi salah satu sumber pertumbuhan utama dengan tingkat pertumbuhan yang terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan instensitas perdagangan tersebut didorong peningkatan belanja masyarakat pada akhir tahun menyambut perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru Penyelenggaraan pilkada di akhir tahun juga diperkirakan memberi kontribusi positif pada pekembangan pertumbuhan sektor perdagangan di triwulan IV Indikator peningkatan aktivitas ekonomi di sektor Perdagangan Besar dan Eceran tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Sulut. Indeks Riil Penjualan (IRP) menunjukkan adanya peningkatan angka Indeks Penjualan Eceran yaitu sebesar 278,73 pada November 2015 atau lebih tinggi dibandingkan posisi September 2015 yang tercatat sebesar 267,49. Grafik 7.1. Indeks Penjualan Eceran Grafik 7.2. Penjualan Kendaraan Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Sulut Sumber : Pelaku Usaha, diolah Peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan juga dipengaruhi oleh peningkatan penjualan kendaraan. Setelah mencatatkan kinerja yang cenderung berada di bawah ekspektasi pada triwulan III 2015, pelaku usaha sangat optimis bahwa penjualan kendaraan akan mengalami lonjakan di triwulan IV Penjualan kendaraan pada triwulan IV 2015 diperkirakan mengalami tingkat pertumbuhan yang lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. 98

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo MHA Ridhwan : Kepala Perwakilan / Direktur : Kepala Divisi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 No. 13/02/71/Th. X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2015 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Dwiki K. [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KATEGORI 2015 Konsumsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C. Setyadi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 No. 76/XI/71/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 6,01 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2016 yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017 EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III- 2017 TUMBUH 6,49 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 27/05/36/Th.X, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 5,90 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2016 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016 No. 13/02/71/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,17 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 38/08/36/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015 TUMBUH 5,26 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDINGKAN DENGAN TRIWULAN YANG SAMA TAHUN SEBELUMNYA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th.XIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA 45/08/94/Th.X, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 2017 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci