KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C. Setyadi : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur Eko Siswantoro : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur Wahyu Sihati : Analis Ekonomi /Manajer Curie Rantung : Analis /Manajer Noula T. Sondakh : Analis /Manajer Connie T. Tumewu : Sekretaris /Manajer Jeanny J. Legoh : Kepala Unit Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Teguh D. Prasetyo : Kasir Senior /Manajer Achmad Jainuri : Kepala Unit Sumber Daya Abdullah Atalapu : Kepala Unit Sekretariat, Protokol dan Pengamanan Esty Melasih : Analis Ekonomi /Asisten Manajer Weno Adji Syahdana : Analis Ekonomi /Asisten Manajer Donny H. Pratama : Analis /Asisten Manajer Hendro B. Sirait : Analis /Asisten Manajer Softcopy buku ini dapat di-download di website Bank Indonesia dengan alamat :

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2014 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih. Manado, November 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA Luctor E. Tapiheru Direktur iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA halaman iii halaman v halaman vi RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO halaman 11 Sisi Permintaan halaman 12 Sisi Penawaran halaman 17 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31 Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32 Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Bulanan (mtm) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Upaya Pengendalian Inflasi Daerah halaman 33 halaman 34 halaman 37 halaman 41 BAB III STABILITAS SISTEM KEUANGAN halaman 47 Pekembangan Indikator Utama Bank Umum halaman 48 Perkembangan Kredit Sektor Utama halaman 48 Pembiayaan Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) halaman 49 Perkembangan Suku Bunga Kredit dan DPK halaman 51 Ketahanan Sektor Korporasi halaman 52 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 53 halaman 55 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 59 APBD di Tingkat Provinsi halaman 61 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 71 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 72 Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 76 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 81 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 81 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 84 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 93 Prospek Ekonomi Makro halaman 93 Prakiraan Inflasi Prospek Perbankan halaman 98 halaman 101 Daftar Istilah dan Singkatan halaman 105 v

6 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III A PDB Nasional (yoy) 6,02 5,81 5,62 5,72 5,21 5,12 B Inflasi Nasional (yoy) 5,90 5,90 8,40 8,38 7,32 6,70 4,53 II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III A 1. Laju Inflasi (ytd) % 2,34 1,82 5,99 8,12 1,15 1,97 2. Laju Inflasi (yoy) % 6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6,27 4,00 3. Laju Inflasi (mtm) % 1,52 0,21 (2,10) 2,69 0,31 0,67 (0,03) 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 4,77 (2,36) (6,49) 7,97 1,30 1,43 (1,25) 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0,13 0,01 0,08 0,79 0,12 0,05 0,13 5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0,13 0,16 0,11 0,16 0,15 0,14 0,68 6. Inflasi Sandang (mtm) % (0,17) (0,71) 1,55 0,90 (0,19) 0,96 (0,18) 7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0,04 0,71 0,23 0,19 0,08 0,12 0,21 8. Inflasi Pendidikan (mtm) % ,16 0,07 0,33 0,11 9. Inflasi Transportasi (mtm) % 0,21 7,16 (1,10) 0,32 (0,20) 1,47 0,15 B PDRB Penggunaan 7,57 7,25 7,46 7,51 7,94 7,32 7,01 Konsumsi 7,78 6,81 5,37 6,52 6,31 7,58 Konsumsi Swasta 7,46 6,92 5,94 5,86 8,88 8,27 7,34 Konsumsi Pemerintah 8,39 6,60 4,28 7,61 1,43 6,26 7,88 PMTB 9,28 8,67 1,24 (2,73) 4,22 5,05 6,19 Stok (6,90) 7,33 28,22 30,73 (3,50) 4,70 3,13 Ekspor (5,75) (10,68) 3,09 6,16 2,63 7,70 2,27 Impor (7,51) (16,80) (5,71) (3,22) (3,87) 6,68 0,19 C PDRB Sektoral 7,57 7,25 7,46 7,51 7,94 7,32 7,01 Pertanian 2,46 2,29 3,19 6,95 1,03 1,98 4,05 Pertambangan & Penggalian 4,08 5,17 6,75 4,92 2,01 3,92 4,61 Industri Pengolahan 4,85 5,27 4,47 2,25 4,17 4,98 3,22 Listrik, Gas & Air Bersih 4,26 16,13 19,21 19,42 5,83 4,00 4,23 Bangunan 7,87 5,48 5,32 2,40 4,33 7,68 6,19 Perdagangan, Hotel & Restoran 10,70 11,40 12,04 15,22 14,37 12,96 10,79 Pengangkutan & Komunikasi 9,30 7,10 6,39 5,29 12,43 9,93 9,88 Keuangan, Sewa & Jasa Perusahaan 16,38 16,32 14,23 14,65 12,21 6,67 4,14 Jasa-Jasa 7,24 7,73 8,41 6,35 10,32 7,23 8,34 II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III 3. BI Rate (%) 5,75 6,00 7,25 7,50 7,50 7,50 7,50 Kurs (Rp/USD - posisi akhir) III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III** 1. Ekspor (ribu USD) Impor (ribu USD) IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III A. Jumlah Bank Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) Bank Umum Konvensional Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Syariah C. Total Asset (Rp miliar) Bank Umum BPR Bank Syariah Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor vi

7 INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI SULAWESI UTARA INDIKATOR IV. PERBANKAN (berdasarkan bank pelapor) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III D. Indikator Kinerja Bank Umum Konvensional 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) Giro Deposito Tabungan Kredit (Rp miliar) Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja Investasi Konsumsi Berdasarkan Sektor Ekonomi - Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya Kredit untuk Debitur UMKM Loan to Deposit Ratio (LDR) % 123,91 128,62 128,41 133,18 130,81 125,30 125, Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) Rasio (%) 2,21 2,22 2,34 2,50 2,94 3,37 3,65 V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III 1. Kas (Rp miliar) - Inflow Outflow Kliring - Volume Kliring (Lembar) Nominal Kliring (Rp Miliar) Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 1,87 2,13 2,03 1,96 2,15 1,97 1,70 - Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2,19 1,94 2,07 2,08 2,19 2,33 2,52 Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara *** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor vii

8 Halaman ini sengaja dikosongkan

9 RINGKASAN EKSEKUTIF

10 x Halaman ini sengaja dikosongkan

11 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Sejalan dengan tren perlambatan global dan nasional, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perekonomian pada triwulan laporan berada pada angka 7,01% (yoy),... Sejalan dengan tren perlambatan global dan nasional, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perekonomian pada triwulan laporan berada pada angka 7,01% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 7,46% (yoy) maupun jika dibandingkan triwulan II 2014 sebesar 7,32% (yoy). Perlambatan dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor utama yang tidak setinggi periode sebelumnya. Sektor utama yang tumbuh melambat adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Bangunan, dan sektor Angkutan, sementara sektor Jasa-jasa masih tercatat tumbuh lebih tinggi. Adanya periode hari besar keagamaan (Peringatan Idul Fitri) dan periode liburan sekolah pada triwulan laporan ternyata tidak cukup signifikan dalam mendorong sektor PHR dan Angkutan ke arah yang lebih tinggi. Hal ini diikuti pula oleh masih berlanjutnya tren perlambatan sektor bangunan seiring dengan masih adanya berbagai hambatan pembangunan infrastruktur. Sejalan dengan perlambatan sektor PHR, aktivitas konsumsi pada triwulan laporan juga tercatat melambat. Perlambatan juga terlihat dari aktivitas perdagangan internasional khususnya ekspor yang disebabkan oleh masih terbatasnya permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi global yang masih berjalan lambat. Sementara itu, aktivitas investasi tercatat tumbuh moderat yang terutama didorong oleh pertumbuhan di sektor non bangunan. Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara mereda di triwulan III 2014 yang sejalan dengan tren perlambatan inflasi nasional maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 4,00% (yoy) di akhir triwulan III Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara mereda di triwulan III 2014 yang sejalan dengan tren perlambatan inflasi nasional maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 4,00% (yoy) di akhir triwulan III 2014, atau menurun dibandingkan inflasi triwulan II

12 RINGKASAN EKSEKUTIF yang sebesar 6,27% (yoy). Dengan pencapaian tersebut, inflasi tahunan Kota Manado masih berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy), namun sedikit di atas wilayah Sulampua yang mengalami inflasi sebesar 3,84% (yoy). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meredanya tekanan inflasi secara tahunan disebabkan perlambatan kelompok volatile foods dan administered prices seiring koreksi harga pangan pasca Idul Fitri dan meredanya efek kenaikan BBM bersubsidi. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meredanya tekanan inflasi secara tahunan disebabkan perlambatan kelompok volatile foods dan administered prices seiring koreksi harga pangan pasca Idul Fitri dan meredanya efek kenaikan BBM bersubsidi. Sementara itu inflasi inti (core inflation) juga mengalami perlambatan didorong penurunan tekanan domestik, tekanan eksternal yang minim, serta penurunan ekspektasi inflasi. Stabilitas Sistem Keuangan Pertumbuhan aset, DPK dan kredit perbankan di Sulawesi Utara secara umum menunjukan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, kredit perbankan tercarat tumbuh sebesar 10,28% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,99% (yoy)... Pertumbuhan aset, DPK dan kredit perbankan di Sulawesi Utara secara umum menunjukan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, kredit perbankan tercarat tumbuh sebesar 10,28% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,99% (yoy). Di sisi lain, DPK perbankan Sulawesi Utara juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan laporan DPK tercatat tumbuh sebesar 13,00%(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelunya yang tercatat tumbuh sebesar 14,60%(yoy) kendati relatif lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,03%(yoy). Di tengah pertumbuhan kredit yang masih positif, kualitas kredit relatif mengalami penurunan baik kredit produktif maupun kredit rumah tangga. Hal tersebut tercermin dari peningkatan rasio NPL baik pada kredit produktif maupun kredit rumah tangga pada periode laporan. Sejalan dengan peningkatan NPL, mortality rate baik secara baki debet maupun jumlah debitur juga menunjukkan tren meningkat baik untuk kredit produktif maupun rumah tangga. Sementara itu, laju pertumbuhan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara juga mengalami 2

13 RINGKASAN EKSEKUTIF perlambatan pada triwulan III Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM telah terjadi sejak awal tahun Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp.6,9 triliun atau tumbuh 9,17% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 9,77% (yoy). Sejalan dengan kinerja bank umum, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 mengalami penurunan terutama pada sisi aset dan kredit.. Sejalan dengan kinerja bank umum, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 mengalami penurunan terutama pada sisi aset dan kredit. Aset BPR pada triwulan III 2014 mengalami kontraksi sebesar 3,44% (yoy) menjadi Rp.926,12 miliar. Penurunan aset BPR yang terjadi pada periode laporan terutama disebabkan oleh kondisi kredit yang juga mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 6,23% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp.692,27 miliar.. Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah tercermin dari transfer dana berupa Dana perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun Dukungan fiskal dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah tercermin dari transfer dana berupa Dana perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2013, yang tercermin dari peningkatan alokasi Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus yang meningkat dari Rp8,64 triliun menjadi Rp9,23 triliun. Sementara itu, alokasi pendanaan pemerintah daerah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2014 juga tercatat meningkat dari Rp2,2 triliun menjadi Rp2,4 triliun. Meskipun alokasi belanja maupun target pendapatan pada tahun 2014 cukup besar, namun demikian realisasi sampai dengan triwulan III 2014 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan baru mencapai 71% atau senilai Rp1,65 triliun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,60 triliun atau 78% dari total target. Kondisi yang sama juga terlihat dari realisasi belanja yang baru mencapai 49% atau senilai Rp1,21 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp1,13 triliun atau 50% dari target belanja. 3

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Sistem Pembayaran Perekonomian Sulawesi Utara yang masih tumbuh positif pada triwulan III 2014 didukung pula oleh aktivitas sistem pembayaran tunai maupun non-tunai. Aktivitas permbayaran tunai pada periode laporan menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp170 miliar... Perekonomian Sulawesi Utara yang masih tumbuh positif pada triwulan III 2014 didukung pula oleh aktivitas sistem pembayaran tunai maupun non-tunai. Aktivitas permbayaran tunai pada periode laporan menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp170 miliar, yang berarti bahwa arus dana keluar dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara lebih besar daripada dana yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Kondisi ini merupakan siklus umum yang terjadi secara tahunan dimana terjadi peningkatan aktivitas perekonomian yang didorong oleh peningkatan konsumsi pada masa seasional Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah. Di sisi lain, kondisi pembayaran non tunai menunjukkan peningkatan aktivitas, khususnya dilihat dari volume kliring, dari 93 ribu lembar para triwulan II 2014 menjadi 123 ribu pada triwulan III Perkembangan Ketenagakerjaan& Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami kontraksi temporer seiring moderasi pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini terindikasi dari jumlah tenaga kerja regional yang meski tumbuh namun diwarnai tingkat pengangguran yang meningkat. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 1,58% (yoy)... Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami kontraksi temporer seiring moderasi pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini terindikasi dari jumlah tenaga kerja regional yang meski tumbuh namun diwarnai tingkat pengangguran yang meningkat. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 1,58% (yoy) seiring Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat ke angka 59,99%. Sementara itu tingkat pengangguran tercatat meningkat baik secara tahunan maupun dibanding triwulan sebelumnya. Kendati demikian, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan membaik yang tercermin dari optimisme ketersediaan lapangan kerja di penghujung tahun seiring perayaan Natal dan Tahun Baru Sementara itu di sisi lain, berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara mencerminkan tekanan terhadap kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara. Meski demikian, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga cukup baik dengan meningkatnya penghasilan di triwulan III

15 RINGKASAN EKSEKUTIF Outlook Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,1% - 7,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III 2014 Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,1% - 7,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III Pertumbuhan terutama akan berasal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Angkutan dan Komunikasi, sektor Jasa-jasa dan sektor Bangunan. Faktor utama yang diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan di akhir tahun adalah periode seasonal Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang dapat mendorong kinerja sektor PHR dan Angkutan, serta akhir periode tahun anggaran yang dapat mendorong kinerja sektor Bangunan dan Jasa-jasa. Outlook Inflasi Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan berbalik meningkat di triwulan IV 2014 seiring faktor musiman dan serangkaian kebijakan kenaikan harga. Angka inflasi Kota Manado di akhir tahun 2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 7,18%±1% (yoy) Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan berbalik meningkat di triwulan IV 2014 seiring faktor musiman dan serangkaian kebijakan kenaikan harga. Angka inflasi Kota Manado di akhir tahun 2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 7,18%±1% (yoy) dengan asumsi kenaikan harga BBM bersubsidi terealisasi di bulan November Dari sisi fundamental, inflasi inti diperkirakan meningkat. Tekanan inflasi sisi eksternal diperkirakan berada pada level moderat di tengah terbatasnya peningkatan harga global sementara nilai tukar masih melemah. Dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sesuai pola musiman di akhir tahun yang disertai dampak kenaikan LPG 12 kg terhadap makanan/minuman jadi. Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan meningkat yang didorong faktor musiman perayaan Natal dan Tahun Baru. Sementara itu tekanan inflasi administered price diperkirakan semakin menguat dengan diberlakukannya serangkaian kebijakan kenaikan tarif energi dan transportasi.. 5

16 RINGKASAN EKSEKUTIF Outlook Perbankan Optimisme peningkatan permintaan kredit pada triwulan yang akan datang dikarenakan adanya optimisme perbankan terhadap prospek usaha nasabah. Penggunaan kredit pada triwulan yang akan datang diproyeksikan dominan pada Kredit Modal Kerja. Optimisme peningkatan permintaan kredit pada triwulan yang akan datang dikarenakan adanya optimisme perbankan terhadap prospek usaha nasabah. Penggunaan kredit pada triwulan yang akan datang diproyeksikan dominan pada Kredit Modal Kerja. Sementara itu, sebagian kecil responden memproyeksikan permintaan kredit pada triwulan yang akan datang mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan penetapan persyaratan kredit yang semakin ketat. Sektorsektor yang diproyeksikan akan banyak menyerap kredit dari perbankan pada triwulan selanjutnya di Sulawesi Utara adalah sektor perdagangan, hotel & restoran, pertanian, konstruksi, jasa-jasa dunia usaha, serta pertambangan & penggalian. 6

17 Halaman ini sengaja dikosongkan

18 Halaman ini sengaja dikosongkan

19 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

20 Halaman ini sengaja dikosongkan

21 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sejalan dengan tren perlambatan global dan nasional, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perekonomian pada triwulan laporan berada pada angka 7,01% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 7,46% (yoy) maupun jika dibandingkan triwulan II 2014 sebesar 7,32% (yoy). Perlambatan dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor utama yang tidak setinggi periode sebelumnya. Sektor utama yang tumbuh melambat adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), sektor Bangunan, dan sektor Angkutan, sementara sektor Jasa-jasa masih tercatat tumbuh lebih tinggi. Adanya periode hari besar keagamaan (Peringatan Idul Fitri) dan periode liburan sekolah pada triwulan laporan ternyata tidak cukup signifikan dalam mendorong sektor PHR dan Angkutan ke arah yang lebih tinggi. Hal ini diikuti pula oleh masih berlanjutnya tren perlambatan sektor bangunan seiring dengan masih adanya berbagai hambatan pembangunan infrastruktur. Sejalan dengan perlambatan sektor PHR, aktivitas konsumsi pada triwulan laporan juga tercatat melambat. Perlambatan juga terlihat dari aktivitas perdagangan internasional khususnya ekspor yang disebabkan oleh masih terbatasnya permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi global yang masih berjalan lambat. Sementara itu, aktivitas investasi tercatat tumbuh moderat yang terutama didorong oleh pertumbuhan di sektor non bangunan. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy) Sumber: Badan Pusat Statistik 11

22 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1 SISI PERMINTAAN Sumber pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 dilihat dari sisi permintaan, terutama ditopang oleh kegiatan konsumsi meskipun dengan pertumbuhan melambat. Faktor seasonal liburan sekolah dan peringatan hari besar keagamaan ternyata belum dapat mendorong perekonomian untuk tumbuh ke arah yang lebih tinggi. Perlambatan juga terlihat dari aktivitas perdagangan internasional khususnya ekspor. Masih adanya keterbatasan pemulihan ekonomi global diperkirakan berdampak pada tertahannya akselerasi perekonomian dari sisi aktivitas ekspor. Kondisi yang berbeda terlihat dari aktivitas investasi yang mulai tumbuh lebih tinggi pada triwulan laporan yang terutama didorong oleh kegiatan investasi non bangunan. Jenis Penggunaan Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Konsumsi Konsumsi masih menjadi kontributor utama pertumbuhan Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 dengan sumbangan sebesar 4,67% (yoy), dengan pertumbuhan 7,52% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 7,58% (yoy). Pertumbuhan konsumsi terutama didorong oleh aktivitas konsumsi Grafik 1.2. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini swasta dengan pertumbuhan sebesar 7,34% (yoy). Sementara konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 7,88% (yoy). Masih tumbuh positifnya aktivitas konsumsi dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor pendorong seperti peringatan hari besar kegamaan (Idul Fitri) dan periode liburan sekolah Sumber:Survei Konsumen (SK) KPwBI Prov. Sulawesi Utara meskipun dalam level yang rendah. 12

23 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kondisi pertumbuhan konsumsi yang moderat cenderung lemah tercermin dari persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada triwulan laporan yang menunjukkan penurunan. Hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Prov. Sulawesi Utara menunjukkan bahwa persepsi masyarakat pada periode triwulan III 2014 menunjukkan tren penurunan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), khususnya pada periode Agustus 2014 yang mencapai angka 133,50, turun dari 146,9 pada Juni Namun demikian, di akhir periode (September 2014) angka IKK kembali menunjukkan adanya optimisme sebesar 148,17,yang terutama didorong oleh peningkatan ekspektasi konsumen akan adanya perbaikan kondisi ekonomi di masa yang akan datang, yang tercermin dari peningkatan angka Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 126 pada Juni 2014 menjadi 129,17 pada September Grafik 1.3. Indeks Penjualan Eceran Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov.Sulawesi Utara Sumber : Pelaku Usaha, diolah Indikator aktivitas konsumsi yang masih positif juga tercermin dari perkembangan penjualan ritel beberapa kelompok usaha di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara, terlihat adanya indikasi peningkatan penjualan yang tercermin dari peningkatan Indeks Penjualan Eceran dari 243,36 pada Juni 2014 menjadi 253,03 pada September Peningkatan angka indeks terutama berasal dari kelompok Kerajinan, seni dan mainan. Peningkatan angka indeks ini menunjukkan bahwa pedagang ritel dapat mengkonfirmasi bahwa aktivitas perdagangan eceran pada periode laporan masih tumbuh positif. Indikator konsumsi swasta lainnya adalah perkembangan penjualan kendaraan roda empat di wilayah Sulawesi Utara. Berdasarkan prompt indicator yang diperoleh dari data penjualan kendaraan pada beberapa main dealer di Sulawesi Utara, pertumbuhan jumlah kendaraan terjual pada triwulan III 2014 masih menunjukkan pertumbuhan negatif meskipun membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya. 13

24 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sejalan dengan perlambatan aktivitas konsumsi masyarakat, penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan di Sulawesi Utara juga menunjukkan perlambatan dari 17% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 12% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan III 2014 tercatat Rp16 triliun. Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Sumber : KPw BI Prov. Sulawesi Utara Investasi Kegiatan investasi yang tercermin dari angka PMTB pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh 6,19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang tercatat 5,05% (yoy). Pertumbuhan investasi terutama didorong oleh aktivitas non bangunan yang masih berlanjut, meskipun sektor bangunan pada triwulan laporan justru menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Grafik 1.6. Perkembangan Penjualan Semen Grafik 1.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : KPw BI Prov. Sulawesi Utara Indikator pertumbuhan investasi tercermin dari pertumbuhan penjualan semen yang menunjukkan peningkatan. Penjualan semen di Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh 18,11% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 4,76% (yoy). Dari sisi nominal, volume penjualan semen juga menunjukkan peningkatan dari 180 ribu ton pada triwulan II 2014 menjadi 184 ribu ton pada periode laporan. 14

25 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sejalan dengan pertumbuhan sektor investasi, perkembangan kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Utara juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 4% (yoy). Dilihat dari nilainya, jumlah penyaluran kredit investasi pada triwulan III 2014 meningkat tipis Rp3,40 triliun menjadi Rp3,44 triliun Ekspor Impor Kinerja perdagangan internasional di Sulawesi Utara masih menunjukkan kondisi instabilitas, tercermin dari kembali terkontraksinya pertumbuhan ekspor setelah tumbuh 7,70% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 2,27% (yoy) pada periode laporan. Kondisi kontraksi juga terjadi pada aktivitas impor yang tumbuh melambat dari 6,68% (yoy) menjadi 0,19% (yoy) pada triwulan III Meskipun secara umum kinerja perdagangan internasional cenderung melambat, namun demikian nilai ekspor Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat meningkat pada angka USD 933,08 juta, dari sebelumnya sebesar USD563,26 juta.hal ini sejalan dengan mulai adanya kecenderungan peningkatan harga komoditas internasional khususnya minyak nabati (CPO). Uraian Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Sulawesi Utara (Juta USD) Growth Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 (yoy) Total Ekspor (Juta USD) % Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Jika dilihat berdasarkan pangsa komoditi utama ekspor Sulawesi Utara, komoditi yang menjadi unggulan ekspor masih berasal dari produk olahan lemak dan minyak nabati dengan komposisi sebesar 78%, diikuti oleh ikan (8%), produk daging dan ikan olahan sebesar 5%, ampas (4%), produk kimia (2%) dan lainnya (3%). Grafik 1.8 Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulawesi Utara Grafik 1.9 Harga Komoditas International Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : World Bank Commodity Price Data 15

26 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sementara itu, berdasarkan negara tujuan, ekspor Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2014 masih didominasi oleh Amerika Serikat (31%), Belanda (27%), China (20%), dan Korea Selatan (11%). Berbeda dengan kinerja ekspor luar negeri yang tumbuh positif, arus perdagangan dalam negeri yang tercermin dari kegiatan muat barang melalui pelabuhan Bitung tercatat mengalami pertumbuhan negatif meskipun dalam level yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2014, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar domestik tercatat sebanyak 244 ribu ton atau tumbuh negatif 20,38% (yoy), lebih baik dibandingkan pertumbuhan sebelumnya yang tercatat minus 43,77% (yoy). Grafik 1.10 Negara Tujuan Ekspor Jan-Sep 2014 Grafik Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT Pelindo IV, Bitung Sejalan dengan membaiknya kondisi ekspor luar negeri, aktivitas impor juga menunjukkan perbaikan dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2014, nilai impor tercatat mencapai USD92,88 Juta atau tumbuh 204% (yoy). Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan periode triwulan II 2014 sebesar USD75,40 juta. Tabel 1.3. Impor Sulawesi Utara (Juta USD) Uraian Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Total Impor (Juta USD) % Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 2013 Berdasarkan komoditinya, impor komponen mesin merupakan komoditi impor terbesar dengan pangsa 49% dari total nilai impor, disusul oleh komoditas lainnya diantaranya bahan bakar mineral (9%), kapal laut (8%), besi dan baja (8%), dan benda besi baja (8%) Growth (yoy) 16

27 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2014 lebih dominan didatangkan dari negara Amerika Serikat (31%), China (15%), Filipina (13%), dan Australia (13%). Grafik 1.12 Pangsa Komoditi Utama Impor Sulawesi Utara Grafik 1.13 Negara Asal Impor Sulawesi Utara Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung Berbeda dengan aktivitas impor antar negara yang menunjukkan adanya perbaikan, nilai impor antar daerah menunjukkan kondisi perlambatan yang tercermin dari penurunan volume bongkar barang di pelabuhan Bitung. Pada triwulan III 2014, total barang yang masuk ke Sulawesi Utara tercatat hanya 571 ribu ton, atau tumbuh negatif 21,33% (yoy). Angka impor tersebut terkontraksi lebih dalam dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 623 ribu ton dengan pertumbuhan minus 12,41% (yoy). Grafik 1.14 Perkembangan Kegiatan Bongkar Pelabuhan Sumber : PT Pelindo 1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2014 disumbang oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,01% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II 2014 sebesar 7,32% (yoy). Melambatnya perekonomian pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh perlambatan sektor utama yaitu Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), Bangunan, Angkutan dan Komunikasi, serta sektor Keuangan, persewaan dan Jasa. Sementara sektor Jasa mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Relatif terbatasnya pelaksanaan MICE yang menjadi faktor 17

28 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO pendorong pergerakan sektor PHR dan Angkutan pada triwulan laporan, serta masih adanya kendala pembangunan infrastruktur pemerintah yang menahan pergerakan sektor bangunan, menjadi penyebab tertahannya laju pertumbuhan secara keseluruhan. Lapangan Usaha Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Q4 Sumb Q1 Sumb Q2 Sumb Q3 Sumb Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) masih menjadi pendorong utama perekonomian Sulawesi Utara yang ditunjukkan dengan kontribusi sebesar 1,98%, namun dengan pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III 2014, sektor PHR tumbuh 10,79% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 12,96% (yoy). Dilihat berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor PHR pada triwulan II 2014 terutama berasal dari kegiatan Perdagangan Besar dan Eceran yang ditunjukkan dengan share 79%, diikuti oleh sub sektor Hotel (10%) dan sub sektor Restoran (9%). Perlambatan sektor PHR disebabkan relatif terbatasnya aktivitas MICE pada tiwulan Grafik Indeks Penjualan Eceran laporan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Beberapa faktor yang masih menjadi pendorong pertumbuhan sektor PHR adalah pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri dan peringatan Sulawesi Utara Emas. Pertumbuhan positif sektor PHR tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Provinsi Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya peningkatan angka Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara 18

29 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Indeks Penjualan Eceran dari 243,36 pada Juni 2014 menjadi 253,03 pada September Angka indeks terbesar berasal dari kelompok Kerajinan, Seni dan Mainan (827,87). Data penjualan kendaraan di Sulawesi Utara juga masih menunjukkan adanya pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya, meskipun masih berada pada level pertumbuhan tahunan yang negatif. Dari sub sektor perhotelan, terlihat adanya perbaikan level pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari minus 24,35% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi minus 3,70%(yoy) pada periode laporan. Total wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 5158 orang, lebih banyak dibandingkan periode triwulan II 2014 sebanyak 3931 orang. Grafik Perkembangan Wisatawan Mancanegara Grafik Penjualan Kendaraan Sumber : BPS Prov. Sulawesi Utara, diolah Sumber : Pelaku Usaha Dari segi pembiayaan, dukungan perbankan kepada sektor PHR pada triwulan III 2014 masih cukup besar ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar 11% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh 5% (yoy). Sementara secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan untuk sektor PHR pada triwulan III 2014 tercatat Rp6,74 triliun. Grafik Perkembangan Kredit PHR Sulawesi Utara Bangunan Setelah menunjukkan tren penguatan pada triwulan II 2014, pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan III 2014 tercatat kembali melambat. Pada triwulan III 2014 pertumbuhan sektor bangunan tercatat 6,19% (yoy), sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 7,68% (yoy). 19

30 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh adanya hambatan pembangunan infrastruktur pemerintah yang tercermin dari masih rendahnya penyerapan anggaran. Penyerapan APBD Prov. Sulawesi Utara untuk belanja modal pada triwulan III 2014 juga tercatat baru mencapai 36% dari total anggaran Rp509 miliar. Sementara, Penyerapan APBN Prov. Sulawesi Utara (termasuk didalamnya APBN 15 kab/kota) untuk belanja modal pada triwulan III 2014 tercatat baru mencapai 49% dari total anggaran Rp3,07 triliun yang terutama disebabkan oleh kendala lambatnya pembebasan lahan. Adanya kendala pembebasaan lahan untuk pembangunan jalan sangat signifikan dalam mempengaruhi penyerapan anggaran belanja modal APBN mengingat alokasi belanja modal terbesar merupakan pembiayaan untuk pembangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan (77%). Beberapa pengembangan proyek strategis di Sulawesi Utara s/d triwulan III 2014 antara lain sebagai berikut : Tabel.1.5 Perkembangan Pembangunan Proyek Strategis Sulut Tw III 2014 No Kegiatan Pagu Realisasi % 1 Pembangunan Waduk Lolak dan Kuwil Rp34,36 M Rp3,83 M 11,14% 2 Pembangunan Fasilitas pelabuhan Bitung Rp59,18 M Rp39,08 M 66,04% 3 Pembangunan Bandara Miangas dan Siau Rp52,68 M Rp26,74 M 50,75% 4 5 Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan dan Jembatan di Tahuna Pembangunan Jalan dan Jembatan Manado dan Kab/Kota sekitarnya, antara lain : Rp133,96 M Rp74,59 M 55,68% a. Rekonstruksi Jalan 42,76 KM Rp163,90 M Rp87,67 M 53.49% b. Penggantian 8 Jembatan Rp61,4 M Rp32,79 M 53.40% c. Pembangunan Jalan Baru, Pembebasan lahan Girian-Kema, MANADO BYPASS (KAIRAGI-BENGKOL) Rp70,66 M Rp34,79 M 49.24% d. Pembangunan Jembatan Baru (Jembatan Soekarno, 95 m) Rp90,96 M Rp32,05 M 35.24% e. Pelebaran Jalan Rp191,54 M Rp84,72 M 44.23% f. Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Rp9,03 M - 0% Sumber : Kanwil DJPN Prov. Sulawesi Utara Perlambatan sektor bangunan juga tercermin dari kegiatan pembangunan kawasaan pemukiman di kota Manado. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia terhadap 9 (sembilan) developer utama di kota Manado, total rumah yang dibangun pada triwulan III 2014 sebanyak 1497 unit, lebih sedikit dibandingkan dengan rumah yang dibangun pada triwulan II 2014 sebanyak 2063 unit. 20

31 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sumber : Survei Harga Properti Residensial (SHPR) KPw BI Prov. Tabel 1.6 Perkembangan Pembangunan Rumah di kota Manado Tipe Rumah Jumlah Unit Dibangun TW II 2013 TW III 2013 TW IV 2013 TW I 2014 TW II 2014 TW III 2014 Tipe Kecil Tipe Sedang Tipe Besar Sementara itu, secara umum pertumbuhan sektor bangunan yang masih positif tercermin dari Indikator penjualan semen di Sulawesi Utara yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan, dari 4,76% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 18,11% (yoy) pada triwulan III 2014 atau secara nominal meningkat dari 180 ribu ton menjadi 184 ribu ton. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan KPw BI Prov. Sulawesi Utara juga menunjukkan bahwa Indeks Penjualan Bahan Konstruksi pada triwulan III 2014 meningkat dari 224,43 pada Juni 2014 menjadi 231,47 pada September Grafik Perkembangan Penjualan Semen Grafik 1.20 Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Sumber : Asosiasi Semen Indoensia Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) Dari sisi produksi, produsen utama produk seng di Sulawesi Utara juga mengonfirmasi masih adanya pertumbuhan positif sektor bangunan yang tercermin dari peningkatan jumlah produksi seng pada triwulan III Sementara dari sisi perbankan, data kredit yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Utara menunjukkan adanya peningkatan dukungan perbankan yang tercermin dari peningkatan pertumbuhan kredit dari 2% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 6% (yoy) pada triwulan laporan. 21

32 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.21 Perkembangan Produksi Seng Grafik 1.22 Perkembangan Kredit Konstruksi Sumber : Pelaku Usaha Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2014 tumbuh 4,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2014 yang tercatat 1,98% (yoy). Membaiknya pertumbuhan sektor pertanian terutama didorong oleh sub sektor perikanan yang ditunjukkan dengan pertumbuhan mencapai 8,30% (yoy) pada triwulan III 2014, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang mencapai 5,05% (yoy). Sub sektor perikanan juga mencatat kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan III 2014 yaitu sebesar 0,35%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 0,22%. Selanjutnya, kinerja sektor pertanian juga didukung oleh pertumbuhan sub sektor peternakan yang mencapai 5,47% (yoy) dengan kontribusi 0,1%, sub sektor tanaman bahan makanan (3,83%; 0,2%,yoy) dan sub sektor tanaman perkebunan (1,08%;0,06%,yoy). Sementara sub sektor kehutanan mencatat pertumbuhan negatif 5,15% (yoy) dengan kontribusi -0,01%. Perbaikan kinerja sub sektor perikanan terutama dipengaruhi oleh peningkatan hasil tangkapan nelayan menyusul kondisi cuaca yang relatif membaik. Perkiraan BMKG menunjukkan curah hujan di wilayah Sulawesi Utara hingga akhir triwulan III 2014 diperkirakan akan berada pada level menengah dengan kecenderungan rendah. Indikasi peningkatan kinerja sub sektor perikanan terlihat dari perkembangan jumlah perikanan tangkap Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 yang menunjukkan perbaikan pertumbuhan dari minus 44% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi minus 14% (yoy) pada triwulan III Sementara jumlah tangkapan ikan pada triwulan III 2014 tercatat 95 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 sebanyak 53 ribu ton. 22

33 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Tabel 1.23 Perkembangan Produksi Ikan Grafik 1.24 Perkembangan Produksi Kelapa Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Berbeda dengan sub sektor perikanan yang tumbuh membaik, sub sektor perkebunan justru menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari 2,71% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 1,08% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari data perkembangan produksi tanaman kelapa yang menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan dari 6,39% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi negatif 2,25% (yoy) pada triwulan III Namun demikian, meskipun cenderung dengan pertumbuhan yang melambat, jumlah produksi kelapa tercatat meningkat dari 63 ribu ton pada triwulan II 2014 menjadi 66 ribu ton pada triwulan III Dukungan perbankan terhadap perkembangan sektor pertanian masih relatif rendah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Utara yang melambat dari negatif 5% (yoy) menjadi negatif 6% (yoy). Dilihat dari nominalnya, jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan III 2014 tercatat Rp517 miliar, lebih rendah dibandingkan penyaluran pada triwulan II 2014 sebesar Rp545 miliar. Grafik Perkembangan Kredit Pertanian Sulawesi Utara Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa Kinerja sektor jasa pada triwulan III 2014 tumbuh 8,34% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,23% (yoy) dengan sumbangan sebesar 1,27% terhadap total pertumbuhan triwulan laporan. 23

34 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor jasa menjadi sektor utama yang mencatat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya. Dilihat berdasarkan sub sektornya, sektor jasa masih didorong oleh pertumbuhan aktivitas jasa pemerintahan yang ditunjukkan dengan kontribusi mencapai 0,91%, lebih tinggi dibandingkan kontribusi aktivitas jasa swasta yang tercatat 0,36%. Grafik 1.26 Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan sektor jasa-jasa juga tercermin dari perbaikan pertumbuhan dukungan pembiayaan Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit sektor jasa pada triwulan III 2014 tumbuh 68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 54% (yoy), dengan jumlah kredit yang disalurkan pada periode laporan sebesar Rp499 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penyaluran kredit pada triwulan II 2014 sebesar Rp439 miliar. B. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Angkutan dan Komunikasi pada triwulan III 2014 tumbuh 9,88% (yoy), sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh 9,93% (yoy) dengan kontribusi mencapai 1,29%. Dilihat berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini terutama berasal dari sub sektor angkutan (1,15%), sementara kontribusi sub sektor komunikasi hanya sebesar 0,14%. Perlambatan pertumbuhan pada triwulan III 2014 tercermin dari data arus kargo datang dan berangkat di bandara Sam Ratulangi. Jumlah kargo yang masuk ke Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat sebanyak 2082 ton, lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kargo yang masuk pada triwulan II 2014 yang tercatat 2284 ribu ton atau tumbuh 17% (yoy). Perlambatan juga tercermin dari jumlah kargo yang berangkat dari bandara Sam Ratulangi yang menurun dari 782 ribu kg menjadi 669 ribu kg. Sementara data arus penumpang masih menunjukkan adanya peningkatan aktivitas baik dari sisi jumlah penumpang yang datang maupun berangkat di bandara Sam Ratulangi. Tabel 1.7 Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi Jenis Pengangkutan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Growth (YoY) Penumpang Kargo Penumpang Datang (orang) 162, , , , , , , % Penumpang Berangkat (orang) 262, , , , , , , % Kargo Datang (kg) 1,754,492 1,845,718 1,770,487 2,440,699 2,208,863 2,284,495 2,081, % Kargo Berangkat (kg) 1,005,130 1,075, , , , , , % Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara 24

35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi, dukungan kredit perbankan terhadap sektor ini juga menunjukkan adanya perlambatan. Kredit sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan III 2014 tercatat tumbuh 12% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 17% (yoy). Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan III 2014 tercatat Rp330 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 sebesar Rp333 miliar. Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara C. Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III 2014 menunjukkan pertumbuhan melambat dari 4,98% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 3,22% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan tercermin dari hasil Survei Produksi yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara terhadap pelaku usaha industri pengolahan yang menunjukkan adanya penurunan produksi minyak nabati pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan II Grafik 1.28 Perkembangan Produksi Minyak Nabati Grafik 1.29 Perkembangan Kredit Sektor Industri Sumber : Survei Produksi (SP) KPw BI Prov. Sulawesi Utara Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Berbeda dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang menunjukkan kondisi perlambatan, kinerja perbankan Sulawesi Utara dalam menyalurkan kredit kepada sektor industri pengolahan masih menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dari 18% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 21% (yoy) pada triwulan III Secara nominal, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbanakn di Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat Rp1,3 triliun. 25

36 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO D. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III 2014 tumbuh 4,14% (yoy) dengan sumbangan 0,31%, melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh 6,47% (yoy). Perlambatan kinerja sektor ini terutama dipengaruhi oleh melambatnya kinerja sub sekor perbankan seiring dengan kebijakan pengereman kredit yang diberlakukan oleh Bank Indonesia. Adanya pelambatan di sektor perbankan Grafik 1.30 Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan memberikan andil cukup besar terhadap pertumbuhan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan karena sub sektor perbankan memiliki share terbesar yang mencapai 54% pada triwulan laporan, diikuti oleh sub sektor real estat (28%) dan jasa perusahaan (13%).. Sementara itu, indikator pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan lainnya yaitu perkembangan jumlah perbankan yang beroperasi di Sulawesi Utara menunjukkan adanya penambahan 1 (satu) kantor cabang bank umum pada periode laporan. Tabel 1.8 Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara Data Bank Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Jumlah Bank Umum*) Jumlah Kantor Bank Umum Jumlah BPR Jumlah kantor BPR Ket: *) Konvensional dan Syariah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara E. Sektor Pertambangan dan Penggalian Meskipun secara kontribusi sektoral pertumbuhan sektor pertambangan relatif rendah terhadap pertumbuhan Sulawesi Utara secara keseluruhan, namun demikian kinerja sektor pertambangan pada triwulan III 2014 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan Sektor Pertambangan pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 4,61% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,22% terhadap total pertumbuhan, lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh 3,66% (yoy). Sektor pertambangan dan penggalian di Sulawesi Utara masih didominasi oleh usaha di bidang penggalian. Hal ini terkait dengan relatif rendahnya potensi pertambangan baik migas maupun non migas yang ada di Sulawesi Utara. Berdasarkan sharenya pada PDRB, usaha penggalian 26

37 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO tercatat memiliki share mencapai 70%, diikuti dengan sektor pertambangan non migas (23%) dan pertambangan migas (4%). Masih belum signifikannya kontribusi sektor pertambangan terhadap perekonomian Sulawesi Utara tercermin juga dari dukungan perbankan dalam bentuk penyaluran kredit kepada pelaku usaha di sektor pertambangan yang masih rendah. Jumlah kredit yang disalurkan pada triwulan III 2014 tercatat Rp85 miliar atau tumbuh negatif 93% (yoy). F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang memiliki kontribusi terkecil terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Pada periode laporan, kontribusi sektor LGA terhadap perekonomian tercatat hanya sebesar 0,04% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan sektor LGA pada triwulan laporan tercatat membaik dari 4,00% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 4,23% (yoy) pada triwulan III Komponen pembentuk pertumbuhan sektor LGA pada triwulan III 2014 terutama berasal dari sub sektor listrik yang ditunjukkan dengan share sebesar 82%, diikuti oleh sub sektor air bersih (18%). Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Grafik 1.32 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Grafik 1.33 Perkembangan Jumlah Pemakaian Listrik Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah Sumber: PT. PLN Kanwil Sulawesi Utaraenggo, diolah Pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih dapat dikonfirmasi dari pertumbuhan jumlah pelanggan listrik dan jumlah pemakaian listrik di Sulawesi Utara. Pertumbuhan pemakaian listrik pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 10% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2014 sebesar 7% (yoy) di tengah adanya penurunan jumlah ketersediaan listrik dan perlambatan pertumbuhan jumlah pelanggan. Penurunan jumlah listrik yang tersedia telah terjadi sejak awal tahun 2014, yang berdampak pada penurunan layanan listrik di Sulawesi Utara. 27

38 Halaman ini sengaja dikosongkan

39 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40 PERKEMBANGAN EKONOMI MA Halaman ini sengaja dikosongkan

41 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara mereda di triwulan III 2014 yang sejalan dengan tren perlambatan inflasi nasional maupun wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Inflasi Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili oleh Kota Manado tercatat sebesar 4,00% (yoy) di akhir triwulan III 2014, atau menurun dibandingkan inflasi triwulan II 2014 yang sebesar 6,27% (yoy). Dengan pencapaian tersebut, inflasi tahunan Kota Manado masih berada di bawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy), namun sedikit di atas wilayah Sulampua yang mengalami inflasi sebesar 3,84% (yoy). Inflasi bulanan Kota Manado sepanjang triwulan III 2014 bergerak mengikuti pola musiman yang melonjak seiring bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, dan musim liburan sekolah di awal triwulan, diikuti deflasi pada 2 bulan berikutnya. Tekanan inflasi yang mulai meningkat di akhir triwulan II 2014 mencapai puncaknya pada bulan Juli seiring hari raya Idul Fitri dan musim liburan yang masih berlangsung. Inflasi bulan Juli 2014 mencapai 0,85% (mtm) yang disusul deflasi sebesar 0,26% (mtm) di bulan Agustus. Inflasi mulai merambat naik pada bulan September 2014 meski masih mencatat deflasi sebesar 0,03% (mtm), disebabkan oleh tekanan harga cabai serta kenaikan LPG 12 kg dan tarif listrik rumah tangga di tengah berlanjutnya koreksi harga bahan pangan. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meredanya tekanan inflasi secara tahunan disebabkan perlambatan kelompok volatile foods dan administered price seiring koreksi harga pangan pasca Idul Fitri dan meredanya efek kenaikan BBM bersubsidi. Sementara itu inflasi inti (core inflation) juga mengalami perlambatan didorong penurunan tekanan domestik, tekanan eksternal yang minim, serta penurunan ekspektasi inflasi. Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (yoy) Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado, Sulampua & Nasional (qtq) 12% 5% 10% 4% 8% 3% 6% 4% 2% 0% -2% Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q ,53% 4,00% 3,84% 2% 1% 0% -1% -2% Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q ,68% 1,53% 0,56% yoy Manado yoy Sulampua yoy Nasional -3% qtq Manado qtq Sulampua qtq Nasional Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 31

42 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TAHUNAN (yoy) Laju inflasi tahunan Provinsi Sulawesi Utara yang diwakili Kota Manado mengalami perlambatan pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,00% (yoy) atau menurun dibanding triwulan II 2014 yang mencapai 6,27% (yoy). Inflasi Kota Manado yang melambat didorong oleh meredanya tekanan permintaan bahan pangan pasca hari raya keagamaan dan berlalunya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi yang diberlakukan pada bulan Juni Penurunan tingkat inflasi Kota Manado sejalan dengan berlanjutnya tren perlambatan inflasi nasional dan wilayah Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua). Pada triwulan II 2014 angka inflasi Kota Manado berada di bawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 4,53% (yoy) namun sedikit di atas inflasi wilayah Sulampua yang sebesar 3,84% (yoy) (grafik 2.1). Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1 Bahan Makanan 16,54 7,60 12,92 13,33 3,89 9,45 2,79 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2,97 3,06 2,24 2,67 2,61 2,27 3,42 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,27 2,48 4,13 4,73 7,90 7,76 6,83 4 Sandang 1,19-0,20 0,55-0,04 2,67 3,76 2,31 5 Kesehatan 0,95 2,03 2,82 2,96 2,48 2,84 3,31 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 8,56 8,47 0,70 1,15 1,66 2,26 2,32 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1,45 8,46 18,02 17,92 11,71 7,37 2,73 Umum 6,83 4,95 7,73 8,12 5,67 6,27 4,00 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Berdasarkan kelompok barang dan jasa, inflasi paling tinggi di triwulan III 2014 terjadi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar yang juga merupakan penyumbang inflasi terbesar dengan inflasi tercatat mencapai 6,83% (yoy) dan sumbangan 1,97% terhadap inflasi tahunan (grafik 2.3). Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan harga LPG 12 kg (Januari & September 2014), penyesuaian tarif listrik rumah tangga (Mei, Juli & September 2014), serta kenaikan upah tukang bangunan di awal tahun Sementara itu inflasi kelompok Bahan Makanan, kelompok Sandang, dan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan tercatat mengalami penurunan pada triwulan III 2014 dibanding triwulan sebelumnya seiring meredanya tekanan permintaan pasca hari raya Idul Fitri dan musim liburan sekolah yang telah usai, serta berlalunya dampak kenaikan BBM bersubsidi tahun 2013 (tabel 2.1). Kelompok lain yang mengalami peningkatan inflasi adalah Makanan/Minuman Jadi dan Kesehatan, sedangkan kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga relatif stabil. 32

43 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Dilihat dari komoditasnya, tiga penyumbang utama inflasi tahunan berasal dari kelompok Perumahan & Bahan Bakar, yaitu bahan bakar rumah tangga, tukang bukan mandor dan tarif listrik. Bahan bakar rumah tangga tercatat mengalami inflasi 29,20% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,54% terhadap inflasi tahunan yang didorong kenaikan harga LPG 12 kg di bulan Januari dan September Inflasi tukang bukan mandor mencapai 13,81% (yoy) dengan sumbangan 0,50% yang disebabkan kenaikan upah tukang bangunan di awal tahun seiring kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun Kebijakan penyesuaian tarif listrik rumah tangga berdaya besar (di atas VA) yang berlaku sejak Mei 2014 disertai kenaikan tarif listrik rumah tangga daya menengah ( VA) yang diberlakukan bertahap sejak Juli 2014, memicu inflasi tahunan tarif listrik mencapai 13,06% (yoy) dengan sumbangan 0,42%. Di sisi lain, di tengah meredanya tekanan permintaan bahan pangan pasca Lebaran, beberapa komoditas bahan makanan mengalami deflasi yang menahan laju inflasi umum, terutama bawang merah dan cabai rawit. Meski demikian, harga tomat sayur belum kembali ke level normalnya sehingga masih mengalami inflasi tahunan yang tinggi di triwulan laporan. (Tabel 2.2) Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado KOMODITAS Inflasi/Deflasi (%) Andil (%) Inflasi BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 29,20 0,54 TUKANG BUKAN MANDOR 13,81 0,50 TARIP LISTRIK 13,06 0,42 TOMAT SAYUR 68,44 0,42 ANGKUTAN UDARA 42,11 0,29 BERAS 3,31 0,17 PAKET LIBURAN 38,86 0,17 AIR KEMASAN 21,00 0,16 BIJI NANGKA / KUNIRAN 49,02 0,13 CAPCAI 31,08 0,09 Deflasi PEPAYA -5,71-0,02 BAYAM -37,09-0,02 TELUR AYAM RAS -6,20-0,02 DAGING AYAM RAS -4,97-0,03 CAKALANG ASAP -10,36-0,04 GULA PASIR -4,27-0,04 EMAS PERHIASAN -6,47-0,04 DAUN BAWANG -23,65-0,06 CABAI RAWIT -25,05-0,22 BAWANG MERAH -46,07-0,52 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Grafik 2.3 Inflasi & Sumbangan per Kelompok September 2014 Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan 0,42 0,16 0,14 0,13 0,58 0,61 2,32 2,31 1,97 2,73 2,79 3,31 3,42 6, Andil Inflasi (yoy) September 2014 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah INFLASI TRIWULANAN (qtq) Sejalan dengan perlambatan inflasi tahunan, inflasi triwulanan Kota Manado kian melambat di triwulan III Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,56% (qtq), menurun dibanding triwulan II 2014 yang mengalami inflasi 0,82% (qtq). Perlambatan inflasi triwulanan 33

44 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH disebabkan oleh deflasi bahan makanan, sandang, dan transportasi pasca hari raya keagamaan dan musim liburan. Kendati demikian, tekanan inflasi makanan jadi dan perumahan tercatat meningkat sebagai dampak dari kenaikan LPG dan tarif listrik. No Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1 Bahan Makanan 6,45-5,21 6,70 5,27-2,19 1,28-0,51 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,78 0,59 0,42 0,85 1,21 0,26 1,41 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1,30 0,54 1,96 0,85 4,22 0,31 1,43 4 Sandang -0,84-1,33 2,55-0,37 0,97 0,90-0,03 5 Kesehatan 0,32 1,12 1,24 0,25 0,56 1,23 1,28 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,13 0,06 0,45 0,51 0,31 0,66 0,38 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0,22 7,52 9,66 0,24 0,82 1,69-0,37 Umum 2,34-0,51 4,09 2,01 1,15 0,82 0,56 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Tabel 2.3 Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) Berdasarkan kelompoknya, sumbangan inflasi terutama berasal dari kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar dan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 1,43% (qtq) dan 1,41% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,42% dan 0,24% terhadap inflasi umum. Di sisi lain, penahan inflasi berasal dari kelompok Bahan Makanan dan Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan yang mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,51% (qtq) dan 0,37% (qtq) dengan sumbangan sebesar -0,11% dan -0,06%. Sementara itu 3 kelompok lainnya memberi sumbangan inflasi/deflasi yang relatif terbatas terhadap inflasi triwulanan INFLASI BULANAN (mtm) Grafik 2.4 Laju Inflasi Kota Manado, Zona Sulampua dan Nasional (mtm) 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% -3% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q mtm Manado mtm Sulampua mtm Nasional 0,27% 0,14% -0,03% Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 34

45 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi bulanan Kota Manado sepanjang triwulan III 2014 bergerak mengikuti pola musiman yang melonjak seiring bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, dan musim liburan sekolah di awal triwulan, diikuti deflasi pada 2 bulan berikutnya. Tekanan inflasi yang mulai meningkat di akhir triwulan II 2014 mencapai puncaknya pada bulan Juli seiring hari raya Idul Fitri dan musim liburan yang masih berlangsung. Inflasi bulan Juli 2014 mencapai 0,85% (mtm) yang disusul deflasi sebesar 0,26% (mtm) di bulan Agustus. Inflasi mulai merambat naik pada bulan September 2014 meski masih mencatat deflasi sebesar 0,03% (mtm), disebabkan oleh tekanan harga cabai serta kenaikan LPG 12 kg dan tarif listrik rumah tangga di tengah berlanjutnya koreksi harga bahan pangan. JULI 2014 Tekanan inflasi Kota Manado di bulan Juli 2014 meningkat seiring kenaikan permintaan masyarakat sepanjang Ramadhan dan Idul Fitri serta musim liburan sekolah. Tingkat inflasi bulan Juli mencapai 0,85% (mtm) dengan inflasi tahunan yang menurun ke angka 4,02% (yoy) seiring mulai hilangnya dampak kenaikan BBM tahun Pendorong utama inflasi bulan Juli berasal dari kelompok Bahan Makanan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,73% (mtm) dengan Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Juli 2014 Menurut Kelompok Barang & Jasa andil sebesar 0,59% terhadap inflasi umum. Komoditas bahan makanan yang memberi sumbangan cukup besar pada inflasi bulan Juli antara lain ikan laut (cakalang, tindarung, tude), bumbu-bumbuan (tomat sayur, cabai rawit, bawang merah) dan daging ayam ras. Inflasi bahan makanan tersebut terutama dipicu oleh tekanan permintaan yang meningkat selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan 0,01 0,19 0,04 0,14 0,06 0,36 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Kelompok lain yang memiliki sumbangan cukup signifikan terhadap inflasi bulan Juli adalah Transportasi. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,63% (mtm) dengan kontribusi 0,10%, didorong peningkatan harga tiket pesawat seiring peak season liburan sekolah. Lima kelompok lainnya tercatat mengalami inflasi dengan sumbangan yang relatif terbatas (0,01-0,06%). 0,10 0,00 0,06 0,04 0,63 0,59 0,89 2, Andil Inflasi (mtm) Juli

46 AGUSTUS 2014 Pasca hari raya Idul Fitri dan berakhirnya musim liburan sekolah, Kota Manado tercatat mengalami deflasi sebesar 0,26% (mtm) di bulan Agustus 2014, dengan laju inflasi tahunan melambat ke angka 2,23% (yoy) seiring dampak kenaikan BBM bersubsidi yang telah berlalu sepenuhnya. Kelompok Bahan Makanan dan Transportasi kembali menjadi penentu tingkat inflasi Kota Manado di bulan Agustus yang mencatat deflasi. Kelompok Bahan Makanan mengalami deflasi sebesar 1,92% (mtm) dengan andil sebesar PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH -0,47%, sementara kelompok Transportasi mencatat deflasi 1,14% (mtm) dengan andil -0,18% terhadap inflasi bulan Agustus. Meredanya tekanan permintaan pasca Idul Fitri menyebabkan terjadinya koreksi harga bahan makanan seperti bumbu-bumbuan (tomat sayur, cabai rawit, bawang, lemon, jeruk nipis), daging ayam ras, sawi hijau, dan pisang, yang merupakan komoditas penyumbang utama deflasi kelompok Bahan Makanan. Sementara itu deflasi kelompok Transportasi berasal dari penurunan tarif angkutan udara seiring musim liburan yang telah berakhir. Kelompok lain yang mengalami deflasi namun dengan sumbangan terbatas adalah kelompok Sandang. Di sisi lain, deflasi bulan Agustus tertahan oleh inflasi yang dialami 4 kelompok lainnya, terutama Perumahan dan Makanan Jadi yang memiliki andil inflasi terbesar. Inflasi kelompok perumahan dipicu kenaikan tarif listrik pelanggan rumah tangga pasca bayar berdaya menengah ( VA), sedangkan inflasi makanan/minuman jadi diduga disebabkan penyesuaian harga jual sebagai dampak kenaikan listrik. Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Agustus 2014 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan -1,92-1,14-0,18-0,43 0,00-0,04 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 0,01 0,21 0,01 0,17 0,17 0,60 0,15 0, Andil Inflasi (mtm) Agustus 2014 SEPTEMBER 2014 Pada bulan September 2014, Kota Manado kembali mengalami deflasi sebesar 0,03% (mtm) seiring masih berlangsungnya koreksi harga bahan pangan. Meski demikian, tekanan inflasi tahunan tercatat mulai meningkat ke angka 4,00% (yoy) yang disebabkan kenaikan harga LPG dan listrik. Deflasi bulan September berasal dari kelompok Bahan Makanan yang mengalami deflasi sebesar Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado September 2014 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Transportasi Pendidikan Kesehatan Sandang Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan -1,25-0,01-0,18-0,27 Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah 0,02 0,15 0,01 0,11 0,01 0,21 0,20 0,02 0,13 0, Andil Inflasi (mtm) September

47 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 1,25% (mtm) dengan sumbangan -0,27%. Koreksi harga masih terjadi pada beberapa komoditas pangan khususnya tomat sayur, bawang dan ikan, sedangkan komoditas cabai justru mengalami inflasi akibat berkurangnya pasokan yang dipengaruhi cuaca. Berkebalikan dengan kelompok Bahan Makanan, inflasi pada kelompok Perumahan sebesar 0,68% (mtm) menjadi penahan deflasi bulan September dengan sumbangan 0,20%. Inflasi perumahan didorong oleh kebijakan kenaikan LPG 12 kg serta lanjutan penyesuaian tarif listrik rumah tangga. Sementara itu 5 kelompok lainnya tercatat memberikan sumbangan inflasi/deflasi yang relatif minim berkisar 0,01-0, FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, meredanya tekanan inflasi secara tahunan disebabkan perlambatan kelompok volatile foods dan administered price seiring koreksi harga pangan pasca Idul Fitri dan meredanya efek kenaikan BBM bersubsidi. Sementara itu inflasi inti (core inflation) juga mengalami perlambatan didorong penurunan tekanan domestik, tekanan eksternal yang minim, serta penurunan ekspektasi inflasi FAKTOR FUNDAMENTAL Tekanan inflasi inti (core inflation) relatif menurun di triwulan III 2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Melambatnya inflasi inti pada triwulan laporan didorong oleh penurunan tekanan domestik khususnya perumahan disertai minimnya tekanan eksternal di tengah masih lemahnya harga global. Tekanan permintaan yang menguat di triwulan III 2014 dapat diantisipasi perusahaan dengan meningkatkan kapasitas terpakainya sehingga tingkat penawaran dapat mengimbangi permintaan. Di sisi lain, ekspektasi inflasi masyarakat yang meningkat di awal triwulan menunjukkan pelemahan menjelang akhir triwulan seiring berlalunya lebaran dan musim liburan sekolah. Eksternal Tekanan inflasi eksternal terpantau relatif stabil pada triwulan laporan. Dampak depresiasi nilai tukar termitigasi oleh harga komoditas global yang masih rendah dan tren penurunan harga emas internasional. Melemahnya nilai tukar berdampak pada kenaikan harga minuman impor terlihat pada inflasi sub kelompok minuman tak beralkohol yang meningkat dari 2,53% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 4,50% (yoy) di triwulan laporan. Di sisi lain tren penurunan harga emas dunia yang disertai faktor musiman pasca Lebaran juga turut mendorong deflasi emas 37

48 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH perhiasan sebagaimana tercermin melalui meningkatnya inflasi sub kelompok barang pribadi & sandang lainnya dari -2,66% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 4,58%(yoy) di triwulan II Grafik Perkembangan Harga Emas Internasional Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah USD USD/Oz Jan 2014 Feb 2014 Mar 2014 Apr 2014 Mei 2014 Jun 2014 Jul 2014 Agust 2014 Sep 2014 Sumber:Bloomberg Sumber: Bank Indonesia Tekanan Domestik Dari sisi domestik, tekanan inflasi melambat yang disebabkan menurunnya inflasi perumahan meski di sisi lain inflasi yang berasal dari makanan jadi meningkat. Melambatnya inflasi perumahan terutama didorong sub kelompok biaya tempat tinggal dengan inflasi yang menurun dari 7,39% (yoy) di triwulan II 2014 menjadi 4,53% (yoy) di triwulan laporan. Sementara itu peningkatan inflasi makanan jadi tercermin dari inflasi sub kelompok makanan jadi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,80% (yoy) atau naik dari 2,51% (yoy) di triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama didorong kenaikan konsumsi pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri serta respon terhadap kenaikan harga LPG 12 kg pada bulan September Grafik Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw Prov. Sulut dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KPw Prov. Sulut 38

49 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Interaksi Permintaan dan Penawaran Seiring perayaan hari keagamaan dan musim liburan, aktivitas perdagangan menguat di triwulan III 2014, terlihat dari meningkatnya indeks penjualan eceran dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), tekanan permintaan tersebut diantisipasi perusahaan dengan meningkatkan kapasitas terpakainya sehingga tingkat penawaran dapat mengimbangi permintaan (Grafik 2.10). Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi masyarakat menunjukkan tren perlambatan di triwulan III Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE), ekspektasi harga baik dari sisi konsumen maupun pedagang tercatat menurun sepanjang triwulan III 2014 seiring berlalunya Idul Fitri dan musim liburan (Grafik 2.11 & 2.12). Grafik Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Grafik Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado ,00 5,00 3,00 1,00-1,00-3,00-5,00-7,00-9, ,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00-4, Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad Inflasi tahunan (yoy) - sb. Kanan Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad Inflasi tahunan (yoy) - sb. Kanan Sumber : Survei Konsumen (SK) KPwBI Provinsi Sulut Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KPwBI Provinsi Sulut Non Fundamental Volatile foods Tekanan inflasi volatile foods mereda pada triwulan III Indikasi perlambatan inflasi volatile foods ditunjukkan oleh inflasi kelompok bahan makanan yang pada bulan September 2014 tercatat sebesar 2,95% (yoy) dengan sumbangan 0,63% terhadap inflasi umum, atau turun signifikan dibandingkan akhir triwulan II 2014 yang sebesar 9,77% (yoy). Laju volatile foods melambat seiring meredanya tekanan permintaan pangan pasca Idul Fitri. Harga sejumlah bahan pangan mengalami koreksi menuju level normalnya, diantaranya tomat sayur, bawang, ikan, termasuk daging dan telur ayam. Sementara itu meski sempat mengalami 39

50 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH deflasi di bulan Agustus, harga cabai kembali melonjak di akhir triwulan III 2014 yang disebabkan gangguan pasokan dari sentra produksi di Gorontalo. Grafik Perkembangan Harga di Kota Manado Grafik Data Pergerakan Harga PIHBS Sulut (komoditas terpilih) Rp/kg I III I III I III I III I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III I III I III V II IV Jan FebMaretApr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Jun 01-Jul 01- Agust Sep 01-Okt 01-Nop 01-Des 01-Jan 01-Feb 01-Mar 01-Apr 01-Mei 01-Jun 01-Jul Sep Agust Bawang Merah Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg Beras Superwin Rp./Kg Gula Pasir Curah Rp./Kg -2-3 Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih Tomat Sayur Minyak Goreng Curah Rp./Kg Telur Ayam Rp./Kg Tomat Sayur Rp./Kg Inflasi (mtm) - sb. Kanan Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara Hasil Survei Pemantauan Harga KPw BI Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan tren pergerakan harga (Grafik 2.15). Pergerakan harga beberapa komoditas penyumbang inflasi Manado juga terpantau secara harian melalui Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara, yang berfungsi sebagai peringatan dini bagi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Sulut (Grafik 2.17). Administered Price Laju inflasi administered price mengalami perlambatan di triwulan laporan seiring dampak kenaikan BBM bersubsidi tahun 2013 yang telah berlalu sepenuhnya, kendati di sisi lain dorongan kenaikan tarif listrik rumah tangga dan LPG 12 kg menahan perlambatan inflasi yang lebih dalam. Inflasi administered prices pada triwulan III 2014 tercermin dari inflasi sub kelompok transpor yang tercatat sebesar 3,39% (yoy) dengan sumbangan 0,35% terhadap inflasi umum, atau menurun signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 10,64% (yoy). Sementara itu tertahannya perlambatan inflasi administered prices terlihat dari inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang mencapai 16,71% (yoy) dengan sumbangan 0,97%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 11,96% (yoy). Berkurangnya tekanan administered prices di triwulan III 2014 disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan BBM bersubsidi yang diberlakukan pada pertengahan Menurunnya permintaan transportasi udara pasca Lebaran dan musim liburan juga turut mengurangi tekanan inflasi administered prices di triwulan laporan. Di sisi lain, penurunan inflasi administered prices tertahan oleh kebijakan kenaikan tarif listrik rumah tangga berdaya menengah ( VA) yang dilakukan secara bertahap 2 bulan sekali sejak Juli, 40

51 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH sementara untuk pelanggan daya besar (di atas VA) penyesuaian dilakukan tiap bulan sejak Mei (daya besar). Selain itu, kebijakan kenaikan LPG 12 kg yang berlaku 10 September 2014 turut mendongkrak inflasi administered prices di akhir triwulan III UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Upaya pengendalian inflasi di Sulawesi Utara semakin didukung oleh penguatan kelembagaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Sulawesi Utara seiring pembentukan 4 TPID baru sepanjang triwulan III 2014, yaitu TPID Kabupaten Bolaang Mongondow, TPID Kota Bitung, TPID Kota Kotamobagu dan TPID Kabupaten Kepulauan Talaud. Dengan demikian, sampai triwulan laporan tercatat telah terbentuk 9 TPID di tingkat kabupaten/kota di Sulawesi Utara dari 15 kabupaten/kota yang ada. (Tabel 2.4) No. Nama Tanggal Pembentukan SK Pembentukan 1 TPID Provinsi Sulawesi Utara 03 Mei 2010 SK Gubernur No.103 Thn TPID Kota Manado 26 September 2012 SK Walikota No.1019 Thn TPID Kabupaten Minahasa 09 September 2013 SK Bupati No.583 Thn TPID Kab. Bolmong Timur 12 Mei 2014 SK Bupati No.129 Thn TPID Kab. Minahasa Tenggara 06 Juni 2014 SK Bupati No.127 Thn TPID Kota Tomohon 23 Juni 2014 SK Walikota No.178 Thn TPID Kab. Bolmong Utara 04 Juli 2014 SK Bupati No.223 Thn TPID Kota Bitung 18 Agustus 2014 SK Walikota No /HKM/SK/166/ TPID Kota Kotamobagu 29 Agustus 2014 SK Walikota No.108 Thn TPID Kab. Kepulauan Talaud 30 September 2014 SK Bupati No.404 Thn 2014 Sumber : SK Pembentukan TPID Tabel 2.4 Tim Pengendali Inflasi Daerah di Sulawesi Utara Menghadapi hari raya Idul Fitri yang jatuh di akhir Juli, TPID di Sulawesi Utara melakukan koordinasi dan menyelenggarakan berbagai kegiatan yang direkomendasikan dari hasil rapat, antara lain penyelenggaraan operasi pasar dan pasar murah. Pasar murah digelar di 40 titik di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara, termasuk di daerah kepulauan (Sangihe, Talaud, Sitaro) mengingat tingginya disparitas harga di daerah tersebut, meskipun yang menjadi indikator inflasi hanya Kota Manado. Pada bulan Juli juga digelar rapat perdana TPID Kab. Bolaang Mongondow Timur yang telah dibentuk bulan Mei 2014 dengan agenda persiapan menghadapi Lebaran. Di bulan September 2014, TPID Provinsi Sulut, Kota Manado, dan Kab. Minahasa ikut serta dalam Rapat Koordinasi Pusat Daerah TPID Kawasan Timur Indonesia (Rakorpusda KTI) yang diselenggarakan di Malang tanggal September 2014 dengan agenda pembahasan 41

52 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH surplus-defisit pangan dalam rangka mendorong kerjasama antar daerah, serta rencana integrasi PIHPS Nasional. Sebagai persiapan mengikuti Rakorpusda KTI tersebut, sebelumnya telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) di lingkup Sulawesi Utara dengan fokus pembahasan pada kondisi surplusdefisit terkini di Sulawesi Utara dari sisi produksi, distribusi, persediaan dan ketahanan pangan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi surplus-defisit Sulut tahun 2013, diketahui bahwa hampir semua komoditas pangan strategis menunjukkan kondisi surplus termasuk cabai rawit dan tomat sayur. Namun demikian inflasi masih kerap terjadi pada cabai rawit maupun tomat sayur yang disebabkan timing pasokan yang seringkali tidak selaras dengan lonjakan permintaan. Persoalan ini selanjutnya akan menjadi perhatian TPID serta akan dikembangkan data surplus-defisit sampai ke tingkat kabupaten/kota. 42

53 Halaman ini sengaja dikosongkan

54 Halaman ini sengaja dikosongkan

55 BAB III STABILITAS SISTEM KEUANGAN

56 Halaman ini sengaja dikosongkan

57 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH STABILITAS SISTEM KEUANGAN Pertumbuhan aset, DPK dan kredit perbankan di Sulawesi Utara secara umum menunjukan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, kredit perbankan tercarat tumbuh sebesar 10,28% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,99% (yoy). Di sisi lain, DPK perbankan Sulawesi Utara juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan laporan DPK tercatat tumbuh sebesar 13,00%(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelunya yang tercatat tumbuh sebesar 14,60%(yoy) kendati relatif lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,03%(yoy). Di tengah pertumbuhan kredit yang masih positif, kualitas kredit relatif mengalami penurunan baik kredit produktif maupun kredit rumah tangga. Hal tersebut tercermin dari peningkatan rasio NPL baik pada kredit produktif maupun kredit rumah tangga pada periode laporan. Sejalan dengan peningkatan NPL, mortality rate baik secara baki debet maupun jumlah debitur juga menunjukkan tren meningkat baik untuk kredit produktif maupun rumah tangga. Sementara itu, laju pertumbuhan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara juga mengalami perlambatan pada triwulan III Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM telah terjadi sejak awal tahun Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp.6,9 triliun atau tumbuh 9,17% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 9,77% (yoy). Di sisi lain, transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara mulai memasuki tahap akhir. Hal tersebut tercermin dari laju kenaikan suku bunga kredit maupun DPK yang relatif melambat. Sejak kenaikan BI rate pada pertengahan tahun 2013, tren suku bunga pinjaman maupun simpanan menunjukan peningkatan dengan kecenderungan suku bunga simpanan yang lebih responsif dalam menyesuaikan dengan suku bunga acuan. Namun demikian, tren peningkatan suku bunga perbankan mulai terhenti memasuki paruh kedua tahun Sejalan dengan kinerja bank umum, kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 mengalami penurunan terutama pada sisi aset dan kredit. Aset BPR pada triwulan III 2014 mengalami kontraksi sebesar 3,44% (yoy) menjadi Rp.926,12 miliar. Penurunan aset BPR yang terjadi pada periode laporan terutama disebabkan oleh kondisi kredit yang juga mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 6,23% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp.692,27 miliar. 47

58 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA BANK UMUM Pertumbuhan aset, DPK dan kredit perbankan di Sulawesi Utara secara umum menunjukan perlambatan sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, kredit perbankan tercarat tumbuh sebesar 10,28% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 11,99% (yoy). Di sisi lain, DPK perbankan Sulawesi Utara juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan laporan DPK tercatat Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK, Kredit dan LDR Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut tumbuh sebesar 13,00%(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelunya yang tercatat tumbuh sebesar 14,60%(yoy) kendati relatif lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,03%(yoy). Sementara itu, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Sulawesi Utara relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya dan tercatat berada di level 127,77% namun relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat berada pada level 130,92%. Kondisi tersebut sejalan dengan perlambatan yang terjadi baik pada sisi kredit maupun DPK pada triwulan laporan maupun pada rentang waktu satu tahun terakhir dimana perlambatan pertumbuhan di sisi kredit cenderung lebih dalam dibandingkan perlambatan pertumbuhan DPK. Secara nominal, aset perbankan pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.32,8 triliun atau meningkat 13,89% secara tahunan. Pertumbuhan aset tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 12,23% PERKEMBANGAN KREDIT SEKTOR UTAMA Pada triwulan III 2014, kredit produktif perbankan Sulawesi Utara tercatat sebesar Rp.9,8 triliun atau meningkat sebesar 7,36% secara tahunan. Pertumbuhan kredit produktif yang cenderung lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit yang mencapai 10,28% (yoy) menjadi 48

59 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH cerminan bahwa kontribusi pertumbuhan kredit perbankan Sulawesi Utara masih didorong oleh pertumbuhan kredit non-produktif (konsumsi). Di tengah perlambatan pertumbuhan kredit, seluruh kredit di sektor utama perekonomian Sulawesi Utara cenderung mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih baik pada triwulan laporan apabila dibandingkan dengan triwulan lalu. Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor ekonomi jasa sosial masyarakat dan sektor pengangkutan yang tumbuh masing-masing sebesar 69,49% (yoy) dan 13,08% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan tersebut sejalan dengan semakin tingginya porsi kedua sektor tersebut pada PDRB Sulawesi Utara. Sementara itu, sektor utama perekonomian Sulut lainnya yaitu sektor pertanian, konstruksi dan PHR juga mengalami pertumbuhan positif pada triwulan laporan. Kredit di sektor pertanian kembali tumbuh positif sebesar 0,5% (yoy) setelah mengalami periode negatif sejak awal tahun Di sisi lain, kredit sektor konstruksi dan PHR juga mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 9,29% (yoy) dan 7,46% (yoy). Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Sektor Utama Grafik 3.3. Porsi Kredit Setor Utama Terhadap Kredit Produktif Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Apabila dilihat secara proporsi, kredit di sektor PHR masih menjadi yang terbesar dengan pangsa mencapai 65,86% dari total kredit produktif atau secara nominal tercatat sebesar Rp.6,46 triliun. Sementara itu, kredit produktif sendiri memiliki pangsa sebesar 39,24% terhadap total kredit PEMBIAYAAN SEKTOR USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit kepada UMKM. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan 49

60 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU. No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu pada nilai kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Data yang disajikan dalam pembahasan adalah kredit UMKM dengan menggunakan definisi sebagaimana diatur dalam UU. No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. Laju pertumbuhan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Utara relatif mengalami perlambatan pada triwulan III Perlambatan pertumbuhan kredit UMKM telah terjadi sejak awal tahun Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp.6,9 triliun atau tumbuh 9,17% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 9,77% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM yang relatif lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kredit secara total mengakibatkan turunya porsi kredit UMKM terhadap total kredit. Pangsa kredit UMKM terhadap keseluruhan penyaluran kredit perbankan pada triwulan laporan tercatat sebesar 27,55% atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 28,99%. Di sisi lain, NPL kredit UMKM mengalami peningkatan dan berada di atas ambang batas (5%) yaitu sebesar 5,43% atau meningkat dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 5,25%. Peningkatan NPL yang terjadi sejak awal tahun 2014 merupakan imbas dari musibah banjir dan cuaca buruk yang melanda Manado dan Sulawesi Utara. Musibah tersebut cukup mempengaruhi sektor usaha terutama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang mayoritas memiliki orientasi pasar domestik. Grafik 3.4. Perkembangan Kinerja Kredit UMKM Grafik 3.5. Perkembangan Suku Bunga Kredit UMKM Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sementara itu, kondisi suku bunga rata-rata kredit UMKM pada triwulan III relatif mengalami penurunan terbatas jika dibandingkan dengan triwulan lalu. Pada triwulan laporan, suku bunga rata-rata kredit UMKM tercatat sebesar 14,86% dengan selisih sebesar 159 basis poin dengan 50

61 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH rata-rata suku bunga total kredit. Spread antara rata-rata suku bunga kredit UMKM dengan rata-rata suku bunga total kredit cenderung menunjukan tren meningkat sejak 3 tahun terakhir. 3.4 PERKEMBANGAN SUKU BUNGA KREDIT DAN DPK Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 September 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara mulai memasuki tahap akhir. Hal tersebut tercermin dari laju kenaikan suku bunga kredit maupun DPK yang relatif melambat. Sejak kenaikan BI rate pada pertengahan tahun 2013, tren suku bunga pinjaman maupun simpanan menunjukan peningkatan dengan kecenderungan suku bunga simpanan yang lebih responsif dalam menyesuaikan dengan suku bunga acuan. Namun demikian, tren peningkatan suku bunga perbankan mulai terhenti memasuki paruh kedua tahun Pada triwulan laporan suku bunga kredit tercatat sebesar 13,27% atau mengalami penurunan terbatas jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,33%. Di sisi lain, suku bunga DPK mengalami peningkatan sebesar 10 bps jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sehingga berada pada level 4,19%. Peningkatan suku bunga DPK didorong oleh peningkatan suku bunga pada jenis simpanan deposito yang mengalami kenaikan cukup tinggi sebesar 39 bps dibandingkan triwulan lalu. Grafik 3.6. Perkembangan Suku Bunga Perbankan Sulut Grafik 3.7. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut 51

62 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Suku bunga pada jenis simpanan tabungan relatif stabil dan tercatat sebesar 1,74% pada triwulan laporan, sementara suku bunga giro relatif terkoreksi sebesar 22 bps dibanding triwulan lalu sehingga tercatat sebesar 1,17% pada triwulan laporan. Apabila dilihat secara nominal, simpanan dengan rentang Rp.500 juta sampai dengan Rp. 1 Milyar memiliki suku bunga rata-rata tertinggi sebesar 6,62% pada triwulan III KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Di tengah pertumbuhan kredit produktif, kondisi kualitas kredit sektor utama Sulawesi Utara cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari kondisi NPL yang meningkat pada triwulan laporan menjadi sebesar 5,21% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 5,00%. Sektor yang memiliki NPL tertinggi adalah sektor konstruksi dengan NPL mencapai 7,92%. Sementara itu sektor yang memiliki kondisi NPL relatif aman (<5%) adalah sektor PHR dan sektor jasa sosial 12,00% 10,00% Grafik 3.8. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut masyarakat yang masing-masing memiliki NPL sebesar 4,03% dan 4,80% kendati dengan kecenderungan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III Total Produktif Pertanian Konstruksi PHR Pengangkutan Jasa Sosial Masyarakat 10,00% 9,00% 8,00% 7,00% 6,00% 5,00% 4,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% Grafik 3.9. Mortality Rate Baki Debet Kredit Korporasi Total Produktif Pertanian Konstruksi PHR Pengangkutan Jasa Sosial Masyarakat 20,00% 18,00% 16,00% 14,00% 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% Grafik Mortality Rate Jumlah Debitur Kredit Korporasi Total Produktif Pertanian Konstruksi PHR Pengangkutan Jasa Sosial Masyarakat Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut 52

63 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Di samping NPL, mortality rate kredit korporasi pada triwulan laporan juga mengalami kecenderungan meningkat baik secara baki debet maupun jumlah debitur kendati relatif terbatas. Mortality rate kredit produktif pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 4,47% secara baki debet dan 8,17% untuk jumlah debitur. Apabila dilihat secara sektoral, maka kredit sektor pertanian memiliki mortality rate tertinggi baik secara baki debet maupun jumlah debitur. 3.6 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA Penyaluran kredit rumah tangga (konsumsi) di Sulawesi Utara tumbuh melambat di triwulan III Kredit rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 12,20% (yoy) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,37% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan kredit rumah tangga tersebut masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total kredit. Pertumbuhan kredit rumah tangga ditopang oleh pertumbuhan pada jenis kredit perlengkapan dan multiguna yang tumbuh masing-masing 43,25% dan 14,26% pada triwulan laporan. Sementara itu, pangsa kredit rumah tangga masih didominasi oleh jenis kredit multiguna yang memiliki porsi mencapai 74,90%. Grafik Perkembangan Kredit Rumah Tangga Sulut Grafik Perkembangan DPK Rumah Tangga 180,00% 160,00% 140,00% 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% -20,00% -40,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III Total Kredit RT KPR KKB 1800,00% 1600,00% 1400,00% 1200,00% 1000,00% 800,00% 600,00% 400,00% 200,00% 0,00% -200,00% Multiguna Perlengkapan-rhs Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sejalan dengan perkembangan kredit, kepemilikan dana yang berasal dari rumah tangga juga relatif tumbuh melambat. Perlambatan terutama terjadi pada jenis simpanan tabungan yang tumbuh 2,37% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan lalu yang tumbuh 2,85% (yoy). Sementara itu, deposito yang berasal dari rumah tangga menunjukkan tren akselerasi dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 24,78% pada triwulan laporan, yang ditengarai merupakan pergeseran bentuk simpanan untuk memperoleh pendapatan bunga yang lebih besar seiring dengan semakin tingginya suku bunga deposito. Pangsa DPK rumah tangga sendiri pada triwulan laporan mencapai 79,32% dari total DPK perbankan Sulawesi Utara. Porsi DPK rumah tangga tersebut relatif meningkat apabila dibandingkan dengan triwulan lalu yang tercatat sebesar 53

64 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 78,66%, namun relatif menurun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 80,48%. Sementara itu, kualitas kredit rumah tangga pada triwulan laporan cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari naiknya rasio NPL dari 2,53% pada triwulan II 2014 menjadi 2,89% pada triwulan III Namun demikian, kredit rumah tangga masih memiliki ketahanan yang relatif baik dengan rasio NPL yang masih berada di level aman (<5%). Jenis kredit rumah tangga yang memiliki NPL tertinggi adalah jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang memiliki NPL sebesar 4,48% pada triwulan laporan. Grafik Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sejalan dengan naiknya NPL, kondisi mortality rate kredit rumah tangga juga memperlihatkan kecenderungan meningkat sejak awal tahun Kondisi tersebut ditengarai merupakan efek dari musibah banjir dan cuaca buruk pada awal tahun 2014 yang mempengaruhi kemampuan membayar di sektor rumah tangga karena lebih fokus dalam memenuhi kebutuhan pokok yang rusak atau hilang akibat bencana. Peningkatan mortality rate secara baki debet pada kredit rumah tangga didorong oleh peningkatan pada mortality rate kredit multiguna yang mencapai 4,04% pada triwulan laporan, sementara peningkatan mortality rate dari sisi jumlah debitur didorong oleh peningkatan pada jenis kredit perlengkapan yang tercatat sebesar 15,33% pada triwulan III Secara keseluruhan mortality rate kredit rumah tangga pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 4,11% secara baki debet dan 6,30% secara jumlah debitur. Grafik Mortality Rate Baki Debet Kredit Rumah Tangga Grafik Mortality Rate Jumlah Debitur Kredit Rumah Tangga 6,00% 5,00% 4,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% % ,00% 16,00% 14,00% 12,00% 10,00% 8,00% 6,00% 4,00% 2,00% 0,00% Total Kredit RT KPR KKB Perlengkapan Multiguna Total Kredit RT KPR KKB Perlengkapan Multiguna Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut 54

65 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.7 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 relatif mengalami penurunan terutama pada sisi aset dan kredit. Aset BPR pada triwulan III 2014 mengalami kontraksi sebesar 3,44% (yoy) menjadi Rp.926,12 miliar. Penurunan aset BPR yang terjadi pada periode laporan terutama disebabkan oleh kondisi kredit yang juga mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 6,23% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp.692,27 miliar. Secara sektoral, penurunan terjadi pada seluruh sektor dengan penurunan terbesar terjadi pada kredit di sektor jasa-jasa yang turun signifikan sebesar 71,98% (yoy). Di sisi lain, penghimpunan DPK masih mencatatkan pertumbuhan positif kendati relatif melambat sejak pertengahan tahun DPK BPR tumbuh sebesar 0,53% (yo) dengan jumlah nominal sebesar Rp.705,73 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya deposito masih mendominasi pangsa DPK BPR dengan porsi sebesar 82,23%. Masih positifnya pertumbuhan DPK BPR diperkirakan merupakan akibat dari suku bunga simpanan BPR yang relatif lebih menarik dibaningkan suku bunga bank umum. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan efisiensi BPR, khususnya terkait suku bunga pinjaman di BPR yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi sebagai imbas dari tingginya biaya sumber dana BPR. Tabel 3.1. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp.Miliar) Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Y.o.Y Aset 713,67 780,43 825,13 820,50 850,20 905,13 959,14 962,26 905,76 898,88 926,12-3,44% Growth (yoy) 43,84 57,29 46,54 25,89 19,13 15,98 16,24 17,28 6,53 (0,69) (3,44) DPK 471,29 508,60 515,70 588,09 621,47 655,74 701,97 725,44 685,86 681,91 705,73 0,53% Growth (yoy) 35,23 45,94 47,98 33,82 31,87 28,93 36,12 23,35 10,36 3,99 0,53 Deposito 382,24 408,82 416,40 475,25 505,16 530,97 574,66 590,63 556,85 555,65 580,34 0,99% Tabungan 89,05 99,78 99,30 112,84 116,31 124,78 127,31 134,80 129,01 126,26 125,39-1,51% Kredit 505,54 544,48 572,01 621,61 671,99 722,39 738,66 722,02 725,52 713,58 692,67-6,23% Growth (yoy) 31,80 41,95 49,13 36,37 32,92 32,67 29,14 16,15 7,97 (1,22) (6,23) Jenis Penggunaan Modal Kerja 97,13 102,88 114,10 93,80 106,91 133,20 147,24 97,06 110,46 112,66 122,72-16,65% Investasi 17,32 21,83 23,16 17,42 20,36 33,87 41,45 6,30 14,93 15,83 19,73-52,40% Konsumsi 391,09 419,77 434,75 510,39 544,71 555,33 549,98 618,65 600,13 585,09 550,22 0,04% Sektoral Pertanian 5,85 5,55 6,59 7,01 8,18 8,76 7,07 6,04 5,45 6,24 6,51-7,94% Perindustrian 2,34 2,12 2,65 1,67 1,89 3,29 3,40 2,48 2,12 2,28 2,18-35,95% PHR 50,85 56,84 61,39 50,40 55,81 49,44 43,16 37,53 37,11 32,31 29,63-31,35% Jasa-jasa 33,77 35,27 32,92 25,23 25,42 36,13 41,03 10,27 9,72 9,70 11,50-71,98% Lain-lain 412,73 444,70 468,46 537,30 580,69 624,77 644,01 665,70 671,12 663,05 642,86-0,18% LDR (%) 107,27 107,06 110,92 105,70 108,13 110,16 105,23 99,53 105,78 104,64 98,15 NPL (%) 3,89 4,17 5,44 4,10 5,56 5,41 7,81 8,07 11,21 10,62 9,83 Jumlah Bank Jaringan Kantor Sementara itu, rasio LDR BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar 98,15% atau menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 104,64%. Di sisi lain, kualitas kredit relatif mengalami perbaikan seiring turunnya rasio NPL menjadi 9,83% kendati masih jauh melebihi ambang batas 5%. Oleh karena itu, tingkat kehati-hatian pada penyaluran kredit BPR harus lebih ditingkatkan. 55

66 Halaman ini sengaja dikosongkan

67 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

68 Halaman ini sengaja dikosongkan

69 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Dukungan fiskal terhadap perekonomian daerah terbagi atas dukungan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dukungan dari pemerintah pusat untuk pengembangan ekonomi daerah terlihat dari transfer dana berupa Dana perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Dukungan fiskal dari pemerintah pusat kepada Provinsi Sulawesi Utara serta 15 kab/kota di bawahnya pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2013, yang tercermin dari peningkatan alokasi Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus yang meningkat dari Rp8,64 triliun menjadi Rp9,23 triliun. Sementara itu, alokasi pendanaan pemerintah daerah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada tahun 2014 juga tercatat meningkat dari Rp2,2 triliun menjadi Rp2,4 triliun. Meskipun alokasi belanja maupun target pendapatan pada tahun 2014 cukup besar, namun demikian realisasi sampai dengan triwulan III 2014 masih relatif rendah. Realisasi pendapatan baru mencapai 71% atau senilai Rp1,65 triliun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,60 triliun atau 78% dari total target. Kondisi yang sama juga terlihat dari realisasi belanja yang baru mencapai 49% atau senilai Rp1,21 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp1,13 triliun atau 50% dari target belanja Struktur Dana Perimbangan di Provinsi Sulawesi Utara Upaya peningkatan kapasitas perekonomian Sulawesi Utara tidak terlepas dari adanya dukungan pemerintah pusat dalam bentuk transfer dana berupa Dana Perimbangan dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus ke Provinsi serta Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara. Total transfer daerah Provinsi Sulawesi Utara dan 15 kab/kota dibawahnya pada tahun 2014 mencapai Rp9,23 triliun atau naik 6,83% dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara (dlm miliar (Rp.Miliar) rupiah) Dana * Dana Perimbangan 4,376 5,283 5,462 5,998 6,993 7,941 8,138 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) 3,428 4,059 4,431 4,964 5,947 6,725 6,917 Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus , ,092 TOTAL 4,656 5,676 5,683 7,150 7,427 8,644 9,231 *) Data Update per 30 M aret 2014 Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah Secara rata-rata, porsi Dana Perimbangan terhadap keseluruhan dana transfer relatif lebih besar dibandingkan porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Porsi Dana Perimbangan mencapai 59

70 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 88% dari total Dana transfer atau senilai Rp8,14 triliun. Sementara itu jika dilihat dari komponen penyusunnya, Dana Perimbangan terutama berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dengan nilai sebesar Rp6,92 triliun atau 84,99% dari total dana perimbangan, lalu diikuti oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp881 miliar atau 19,82% dari total Dana Perimbangan. Sementara porsi terkecil adalah Dana Bagi Hasil (DBH) senilai Rp340 miliar atau 4,17% dari total dana perimbangan. Porsi Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus terhadap keseluruhan dana transfer sebesar Rp1,09 triliun atau hanya 12%. Namun demikian, terlihat adanya peningkatan alokasi dibandingkan tahun 2013 sebesar 13,42%. Berdasarkan wilayahnya, alokasi Dana Perimbangan terbagi atas pengalokasian di wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan Seluruh wilayah Kab/Kota di Sulut. Dari total Dana Perimbangan yang disalurkan oleh pemerintah pusat pada tahun 2014, komposisi dana terbesar diperoleh pemerintah Prov. Sulut dengan alokasi sebesar 15% atau mencapai Rp1,38 triliun. Sementara itu, kab/kota yang mendapatkan alokasi dana terbesar adalah kota Manado senilai Rp1 triliun atau sebesar 11% dari total dana perimbangan. Grafik 4.1. Pangsa Komponen Dana Perimbangan Prov/Kab/Kota di Sulawesi Utara Tahun 2014 Dana Alokasi Khusus (DAK) 11% Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 4% Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2014 Kab. Kepulauan Sitaro 5% Kab. Bolaang Mongondow Utara Kab. Minahasa 4% Tenggara 6% Kota Kotamobagu 5% Kab. Bolaang Mongondow Timur 4% Kab. Bolaang Mongondow Selatan 4% Prov. Sulawesi Utara 15% Kab. Bolaang Mongondow 7% Dana Alokasi Umum (DAU) 85% Kab. Minahasa Selatan 0% Kab. Minahasa Utara 6% Kota Tomohon 5% Kab. Kepulauan Talaud 6% Kota Manado 11% Kota Bitung 7% Kab. Minahasa 9% Kab. Sangihe 7% Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah Ketergantungan suatu daerah terhadap pendanaan dari pusat pada dasarnya masih terjadi di seluruh Indonesia. Namun demikian, pada tahun 2014, tingkat ketergantungan daerah terhadap pendanaan pusat relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 2,500, ,000, ,500, ,000, Grafik 4.3. Proporsi Sumber Pendapatan Daerah PAD Dana Perimbangan Proporsi Sulut Proporsi Rata-rata seluruh Indonesia 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% dari sebesar 85% pada tahun 2013 menjadi 500, % 20% 84% pada tahun Sementara itu jika dilihat % 0% Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu, diolah 60

71 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH tren perkembangannya, rasio tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap alokasi dana perimbangan masih lebih rendah dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, yaitu pada kisaran 60% dengan tren yang terus menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas ekonomi Sulawesi Utara sudah cukup baik dan mandiri yang berdampak pada meningkatnya peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sumber pendapatan dalam mendukung pembangunan daerah APBD di Tingkat Provinsi Dukungan fiskal daerah terhadap perekonomian Sulawesi Utara tercermin dari peningkatan nilai APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2014 jika dibandingkan dengan nilai APBD Provinsi Sulawesi Utara pada tahun Tabel 4.2. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2014 No Uraian APBD-P 2013 (Rp Miliar) Realisasi APBD Realisasi APBD Tw. III-2013 APBD 2014 Tw. III-2014 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % I Pendapatan 2,064 1, ,329 1, Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan 1,044 1, Lain-lain PAD yang Sah II Belanja 2,277 1, ,453 1, Belanja Operasi 1, Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Transfer (Ke Kab/Kota/Desa) III Pembiayaan Penerimaan Daerah SILPA Pengeluaran Daerah Penyertaan Modal (Investasi) Pemda Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Meskipun terlihat adanya peningkatan nilai APBD, namun demikian rata-rata realisasi masingmasing komponen, baik komponen pendapatan, belanja maupun pembiayaan pada triwulan III 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu. Dari sisi pendapatan, realisasi tercatat Rp1,65 triliun baru mencapai 71% dari total target pendapatan. Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat Rp1,60 triliun atau sebesar 78%. Di sisi belanja, realisasi pada triwulan III 2014 juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang baru mencapai Rp1,21 triliun atau hanya 49% dari total alokasi anggaran belanja. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1,13 triliun atau sudah mencapai 50%. 61

72 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Untuk memenuhi kebutuhan belanja daerah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan diperlukan adanya pembiayaan sebagai sumber pendapatan tambahan. Pembiayaan tersebut berasal dari Sisa Lebih Penerimaan Daerah (SILPA) dikurangi dengan penyertaan modal (investasi). Total pembiayaan yang direalisasikan pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp249 miliar, lebih rendah dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp253 miliar Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi Realisasi pendapatan pemerintah provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III 2014 tercatat mencapai Rp1,65 triliun atau 71% dari total target pendapatan. Realisasi ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp1,60 triliun atau 78% dari total target pendapatan. Uraian Tabel 4.3. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2014 APBD-P 2013 (Rp Miliar) PENDAPATAN 2,064 1, ,329 1, Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lain-lain Dana Perimbangan 1, , Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Realisasi APBD Realisasi APBD APBD 2014 Tw. III-2013 Tw. III-2014 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % Berdasarkan komponennya porsi dana perimbangan menempati posisi terbesar dalam pembentukan pendapatan daerah yaitu sebesar 48%, lalu diikuti oleh komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 41% dan dana transfer otsus sebesar 12%. Masih tingginya porsi dana perimbangan menunjukkan bahwa peran dana pusat di daerah masih cukup tinggi. Namun demikian, jika dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama, porsi PAD menunjukkan peningkatan dari sebelumnya 37% terhadap total pendapatan. Jumlah dana perimbangan pada 2014 tercatat sebesar Rp1,11 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp1,04 triliun. Peningkatan nilai juga terjadi pada kompenen dana transfer dari Rp255 miliar menjadi Rp275 miliar, serta PAD dari Rp764 miliar menjadi Rp945 miliar. Sampai dengan triwulan III 2014, realisasi PAD baru mencapai Rp658 miliar atau 70% dari target. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama 62

73 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH tahun lalu yang mencapai 76% dari target atau senilai Rp584 miliar. Realisasi PAD terutama berasal dari pajak daerah yang tercatat sebesar Rp 558 miliar, atau sudah mencapai 68% dari target. Untuk dana perimbangan pada triwulan III 2014, realisasi mencapai Rp773 milliar atau 70% dari target. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp843 milliar atau 81% dari target. Sementara itu penerimaan dana otsus di triwulan III 2014 mencapai Rp222 milliar atau 81% dari target. Pencapaian target ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 pada periode yang sama dimana hanya mencapai Rp181 milliar atau 71% dari target Belanja Daerah di Tingkat Provinsi Total anggaran untuk belanja daerah oleh pemerintah provinsi Sulut pada tahun 2014 meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu dari Rp1,96 triliun menjadi Rp2,45 triliun, atau meningkat 25% Secara proporsi, Belanja Daerah dapat dilihat dari sisi pengelompokkan Belanja Operasi Modal dan Belanja Langsung Tidak Langsung. Pengelompokkan Belanja Operasi Modal dilakukan untuk melihat besaran komponen belanja pemerintah yang digunakan untuk kegiatan operasional kantor dan belanja investasi. Secara pengertian, Belanja modal berarti pengeluaran untuk pembayaran perolehan asset dan/atau menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap/asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Sementara Belanja Operasi merupakan pengeluaran yang digunakan untuk pembayaran pegawai, pembelian barang, bantuan sosial dan bantuan keuangan lainnya. Tabel 4.4. Kinerja Belanja Daerah (Operasi-Modal) Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2014 Uraian APBD-P 2013 (Rp Miliar) Realisasi APBD Realisasi APBD APBD 2014 Tw.III-2013 Tw. III-2014 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % BELANJA 2,277 1, ,453 1, Belanja Operasi 1, , Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Bangunan dan Gedung Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tak Terduga Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 63

74 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Dilihat berdasarkan komponennya, pagu anggaran belanja 2014 masih didominasi oleh belanja operasional yang mencapai 64% dari total anggaran belanja. Sementara belanja modal tercatat hanya sebesar 21%, diikuti oleh komponen bagi hasil 15% dan sisanya komponen belanja tak terduga. Masih relatif rendahnya komposisi belanja modal menunjukkan bahwa dukungan fiskal terhadap komponen belanja yang memberikan multiplier effect lebih besar terhadap perekonomian masih lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran untuk belanja rutin pegawai. Sementara itu, sampai dengan triwulan III 2014, realisasi belanja daerah baru mencapai Rp1,21 triliun, atau 49% dari total anggaran belanja. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1,13 triliun atau 50% dari target belanja. Realisasi biaya operasi pada triwulan III 2014 mencapai 55% dari target atau senilai Rp864 miliar, lebih tinggi dari pencapaian tahun sebelumnya Rp805 miliar atau 52% dari target. Sementara itu untuk belanja modal tercatat telah terealisasi 36% atau senilai Rp186 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 34% atau senilai Rp161 miliar. Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah (Langsung-Tidak Langsung) Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2014 Uraian APBD-P 2013 (Rp Miliar) Realisasi APBD Realisasi APBD APBD 2014 Tw. III-2013 Tw. III-2014 (Rp Miliar) Nominal % Nominal % Belanja 2,277 1, ,453 1, Belanja Tidak Langsung , Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung 1, , Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Surplus/(Defisit) (213) 476 (124) 440 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Komponen belanja pemerintah juga dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung berarti alokasi belanja yang ditetapkan dapat diukur atau dibandingkan dengan output yang dihasilkan diantaranya dalam bentuk penambahan aset. Sementara Belanja Tidak Langsung berarti anggaran belanja yang bersifat common cost atau digunakan secara bersama-sama untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja non investasi. 64

75 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pagu belanja langsung pada tahun 2014 sebesar Rp1,12 triliun (46%), sementara biaya tidak langsung tercatat Rp1,32 triliun (54%). Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai (41%), belanja hibah (24%), belanja bantuan sosial (2%), belanja bagi hasil (27%), belanja bantuan keuangan (5%), dan sisanya belanja tidak terduga. Sementara belanja langsung terdiri dari belanja pegawai (4%), belanja barang dan jasa (51%), serta belanja modal (45%). Sampai dengan triwulan III 2014, realisasi belanja terbesar terjadi pada kelompok belanja tidak langsung yang mencapai 56% atau senilai Rp748 miliar, lebih rendah dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun lalu yang mencapai 67% atau senilai Rp653 miliar. Sementara belanja langsung baru pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 41% atau senilai Rp465 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi periode sebelumnya yang mencapai 37% atau senilai Rp480 miliar Pangsa Realisasi APBD Terhadap PDRB Dengan melakukan identifikasi terhadap pos-pos belanja dalam APBD provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan tabel PDRB sisi permintaan, yaitu Konsumsi Pemerintah dan Investasi (PMTB) belanja modal, diperoleh hasil bahwa pada triwulan III 2014, realisasi konsumsi pemerintah tercatat sebesar 7% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara, sedangkan realisasi belanja modal hanya memiliki pangsa sebesar 1%. Tabel 4.6. Pangsa Realisasi APBD Provinsi s.d. 30 September 2014 Terhadap PDRB Uraian Realisasi APBD Tw.III 2014 (Rp Miliar) % thd PDRB PENDAPATAN 1, Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lain-lain 54 0 Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus 18 0 Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya BELANJA 1,212 8 Konsumsi Pemerintah 1, Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tak Terduga Transfer (Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa) Pembentukan Modal Tetap Bruto (Belanja Modal) Surplus/(Defisit) 440 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 65

76 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tingginya pangsa konsumsi pemerintah tercermin dari kinerja konsumsi dalam struktur perekonomian Sulawesi Utara yang memiliki kontribusi besar dalam PDRB, lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi investasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa stimulasi APBD lebih banyak dialokasikan untuk pembiayaan operasional pemerintahan dibandingkan dengan pembangunan fisik. Sementara itu, dampak realisasi APBD Provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi triwulan III 2014 mengalami penurunan, hal ini tercermin dari kondisi surplus APBD sebesar Rp440 miliar yang berarti jumlah realisasi belanja pemerintah lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan. 66

77 Halaman ini sengaja dikosongkan

78 Halaman ini sengaja dikosongkan

79 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

80 Halaman ini sengaja dikosongkan

81 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undangundang Republik Indonesia No.6 tahun Mengacu pada pasal 1 Undang-undang tersebut, Sistem Pembayaran berarti seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Kegiatan ini dapat dilakukan secara tunai maupun non tunai. Pembayaran secara tunai dilakukan menggunakan mata uang Rupiah, sementara pembayaran non tunai dilakukan dengan cara kliring ataupun Real Time Gross Settlement (RTGS). Dalam menjaga kelancaran pembayaran secara tunai, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai sesuai dengan salah satu misi dari Bank Indonesia yaitu mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara yang sekaligus melayani wilayah Provinsi Gorontalo. Perekonomian Sulawesi Utara yang masih tumbuh positif pada triwulan III 2014 didukung pula oleh aktivitas sistem pembayaran tunai maupun non-tunai. Aktivitas permbayaran tunai pada periode laporan menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp170 miliar, yang berarti bahwa arus dana keluar dari khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara lebih besar daripada dana yang masuk ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Kondisi ini merupakan siklus umum yang terjadi secara tahunan dimana terjadi peningkatan aktivitas perekonomian yang didorong oleh peningkatan konsumsi pada masa seasonal Hari Raya Idul Fitri dan liburan sekolah. Di sisi lain, kondisi pembayaran non tunai menunjukkan peningkatan aktivitas, khususnya dilihat dari volume kliring, dari 93 ribu lembar para triwulan II 2014 menjadi 123 ribu pada triwulan III

82 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III 2014 di wilayah Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp170 miliar. Bank Indonesia mencatat jumlah aliran keluar (outflow) pada triwulan III sebesar Rp 2.35 triliun, sedangkan aliran uang masuk (inflow) sebesar Rp 2.19 triliun. Hal ini tidak jauh berbeda dengan periode triwulan II 2014 yang mencatat net outflow sebesar Rp 0.17 triliun yang terdiri dari Rp1,13 triliun arus inflow dan Rp1,30 arus outflow. Kondisi net outflow didorong oleh tingginya permintaan akan uang beredar di masyarakat yang didorong oleh peringatan hari besar keagamaan Idul Fitri dan masa liburan sekolah pada periode laporan. Secara series bulanan, kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan III 2014 mencapai peak pada bulan Juli 2014, yang selanjutnya menurun pada bulan Agustus 2014 dan kembali meningkat pada bulan September Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Untuk menjamin ketersediaan uang layak edar dimasyarakat Bank Indonesia menerapkan kebijakan clean money policy. Dalam rangka penerapan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah Tidak Layak Edar (UTLE). Rasio UTLE menunjukkan sejumlah uang yang termasuk dalam kategori tidak layak edar akibat kondisi uang yang sudah lusuh, rusak dan kotor. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat. 72

83 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Selama triwulan III 2014, rasio Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terhadap uang kartal yang masuk ke khazanah Bank Indonesia tercatat sebesar 8.04%, menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 17.29%. Secara nominal, jumlah Uang Yang Tidak Layak Edar (UTLE) selama triwulan laporan tercatat sebesar 175 Miliar. Grafik 5.2. Rasio Jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) Terhadap Inflow Dalam upaya menjaga kualitas uang tetap berada pada kondisi baik, Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Salah satu program yang terus disosialisasikan adalah tagline Didapat, Disimpan, Disayang yang berarti uang tidak boleh diremas, dibasahi, dilipat dan distraples Perkembangan Kas Titipan Dalam perannya sebagai mitra strategis Pemerintah Daerah yang juga bertanggung jawab mengawal tingkat likuditas uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kas titipan diharapkan dapat melayani kebutuhan uang beredar masyarakat di Sulawesi Utara terutama di daerah-daerah yang relatif jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara. Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Kabupaten Tahuna, Kota Kotamobagu dan diluar wilayah Sulawesi Utara yaitu Provinsi Gorontalo. 73

84 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III 2014 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp258 miliar, berbeda dengan periode sebelumnya yang mencatat kondisi net outflow sebesar Rp78 miliar. Pada triwulan laporan, jumlah uang yang masuk ke dalam kas titipan (inflow) di Gorontalo tercatat Rp988 miliar, sedangkan jumlah uang keluar (outflow) lebih besar yaitu tercatat sebesar Rp730 miliar. Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, diolah Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna. Pada triwulan III 2014, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar Rp9,7 miliar, dengan jumlah uang keluar (outflow) sebesar Rp184 miliar yang lebih tinggi jika dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp175 miliar. 74

85 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.5. Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Kotamobagu Sementara itu, kas titipan Kotamobagu yang baru beroperasi sejak tahun 2014 mencatat kondisi net outflow sebesar Rp82 miliar pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh nilai outflow pada triwulan II 2014 tercatat sebesar Rp192 miliar, lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang masuk ke kas titipan Bank Indonesia yang berjumlah Rp110 miliar Penemuan Uang Palsu Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan, mengedarkan, dan menarik uang untuk menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di masyarakat juga berperan aktif dalam upaya pemberantasan uang palsu. Hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi keaslian Rupiah dengan tag line 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Melalui upaya sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat mengenali Rupiah asli dan diharapkan dapat mengurangi jumlah uang palsu yang beredar. Di sisi lain, Bank Indonesia juga terus meningkatkan kerjasama dengan pihak berwajib dalam menangani kasus peredaran uang palsu. Tabel 5.1. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Pecahan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Rp , Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp 1,000, Total

86 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Jumlah uang palsu di Sulut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulut tercatat sebanyak 219 lembar terdiri dari 203 lembar uang pecahan Rp100 ribu, 12 lembar pecahan Rp50 ribu dan 4 lembar pecahan Rp20 ribu. Peningkatan jumlah uang palsu sebesar 76% menunjukkan bahwa koordinasi antara masyarakat dan aparat dalam mengendalikan peredaran uang palsu semakin semakin meningkat. Secara historis, pecahan uang palsu yang banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu, atau sekitar 90% dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan. Grafik 5.6. Perkembangan Jumlah Pecahan Uang Palsu yang Ditemukan di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara 5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai Perkembangan perekonomian yang semakin pesat menuntut ketersediaan layanan pembayaran yang tepat, handal dan aman yang mendukung aktivitas perekonomian dari masyarakat. Sistem pembayaran non tunai menjadi alternatif utama bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien dan aman. Sistem pembayaran non tunai terdiri dari dua sistem yaitu kliring untuk transaksi retail value dan Real Time Gross Settlement (RTGS) untuk transaksi high value. Sistem kliring memfasilitasi transaksi pembayaran non tunai masyarakat dengan menggunakan instrumen surat berharga cek/bilyet giro. Sementara itu RTGS pada dasarnya merupakan muara dari seluruh penyelesaian transaksi keuangan di Indonesia. Dengan menggunakan RTGS, pemindahan dana dilakukan secara elektronik dan real time (saat itu juga) Perkembangan Kliring Perkembangan kliring di Provinsi Sulawesi Utara selama triwulan III 2014 mengalami peningkatan dari sisi jumlah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sementara dari sisi 76

87 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN nominal aktivitas kliring tercatat menurun. Jumlah warkat yang dikliringkan pada triwulan III 2014 sebanyak 123 ribu lembar dengan nilai Rp2,53 triliun atau meningkat dari 93 ribu lembar pada triwulan II 2014 dengan nilai Rp2,59 triliun. Sejalan dengan kondisi perputaran kliring yang menunjukkan adanya peningkatan dari sisi lembar, rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan juga meningkat dari 1,4 ribu lembar pada triwulan II 2014 menjadi 1,9 ribu lembar pada triwulan III 2014, dengan rata-rata nominal pada triwulan laporan mencapai Rp41,08 miliar. Tabel 5.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara KETERANGAN Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Perputaran Kliring a. Lembar 91,631 98,823 99, ,927 82,527 93, ,665 b. Nominal (Rp miliar) 2,408 2,411 2,657 2,816 2,446 2,593 2,536 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 1,527 1,569 1,582 1,701 1,375 1,487 1,974 b. Nominal (Rp miliar) Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) b. Nominal (%) Sementara itu rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan III 2014 tercatat mencapai 1.70% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan perhari atau turun dari sebelumnya 1,97% RTGS (Real Time Gross Settlement) Dengan semakin meningkatnya transaksi yang dilakukan masyarakat, pemanfaatan BI-RTGS sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran sepanjang triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp297 miliar dengan volume sebesar 264, atau tumbuh masing-masing 49,24% (yoy) dan 1,12% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tabel 5.3. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement Periode From To From - To Nilai (Miliar) Volume (Satuan) Nilai (Miliar) Volume (Satuan) Nilai (Miliar) Volume (Satuan) Q Q Q Q Q ` Q Q Q Q Q Q Growth TW III % 58.54% % 56.89% 49.24% -1.12% (yoy) Sumber : 77

88 Halaman ini sengaja dikosongkan

89 BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 79

90 Halaman ini sengaja dikosongkan

91 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami kontraksi temporer seiring moderasi pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Hal ini terindikasi dari jumlah tenaga kerja regional yang meski tumbuh namun diwarnai tingkat pengangguran yang meningkat. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh 1,58% (yoy) seiring Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat ke angka 59,99%. Sementara itu tingkat pengangguran tercatat meningkat baik secara tahunan maupun dibanding triwulan sebelumnya. Kendati demikian, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan membaik yang tercermin dari optimisme ketersediaan lapangan kerja di penghujung tahun seiring perayaan Natal dan Tahun Baru Sementara itu di sisi lain, berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara mencerminkan tekanan terhadap kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara. Meski demikian, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga cukup baik dengan meningkatnya penghasilan di triwulan III PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami kontraksi seiring moderasi pertumbuhan baik dalam lingkup Sulut maupun nasional. Kontraksi tersebut tercermin dari jumlah tenaga kerja regional yang meski tumbuh namun diwarnai tingkat pengangguran yang meningkat. Kendati demikian, kontraksi diperkirakan berlangsung temporer seiring optimisme ketersediaan lapangan kerja khususnya di penghujung tahun seiring perayaan Natal dan Tahun Baru. Angka indeks ketersediaan lapangan kerja yang diperoleh dari Survei Konsumen (SK) menunjukkan optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja meningkat di triwulan III Nilai rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan III 2014 mencapai 196,00 atau meningkat dibanding nilai rata-rata triwulan I 2014 sebesar 190,83. Berdasarkan liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di Sulawesi Utara, mayoritas perusahaan menyatakan jumlah tenaga kerja relatif stabil. Beberapa perusahaan berencana meningkatkan jumlah tenaga kerjanya. Peningkatan jumlah tenaga kerja tersebut diproyeksikan untuk mendukung rencana investasi perusahaan berupa pembukaan cabang usaha baru maupun untuk menambah tenaga penjualan dengan tujuan tercapainya target perusahaan yang meningkat pada tahun

92 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Nasional dan Sulawesi Utara (%) Sumber: BPS TPT Nasional 6,39 TPT Sulut 6,25 7,54 5,94 Feb Agt Feb Agt Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerj a Ketersediaan Lap. Kerja Titik optimis =100 Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 0 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Kondisi pengangguran di Sulawesi Utara menunjukkan perkembangan yang sejalan dengan nasional di mana angka pengangguran meningkat relatif dibanding 6 bulan sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di bulan Agustus 2014 tercatat sebesar 7,54%, atau meningkat cukup signifikan dibandingkan bulan Agustus 2013 yang sebesar 6,39%. Data bulan Agustus 2014 menunjukkan bahwa penduduk berusia produktif (usia 15 tahun ke atas) bertambah 4,14% (yoy) jika dibandingkan dengan Agustus Peningkatan jumlah penduduk berusia produktif tersebut disertai laju penambahan angkatan kerja yang lebih besar (4,55% yoy), dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat ke angka 59,99%. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah tenaga kerja di Sulut juga tumbuh 3,58% (yoy) menjadi sebanyak 981 ribu jiwa. Jumlah Bekerja Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara Ags Ags Ags Ags Feb Ags Feb Ags Penduduk 15 thn ke atas (ribu jiwa) Angkatan Kerja (ribu jiwa) Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja (ribu jiwa) TPAK (%) 62,05 63,31 65,32 61,94 64,63 59,76 66,14 59,99 TPT (%) 10,56 9,61 8,62 7,78 7,19 6,67 7,26 7, Pertumbuhan tenaga kerja di Sulawesi Utara terutama didorong oleh penyerapan pada sektor industri yang tumbuh pesat mencapai 36,94% (yoy). Sementara perkembangan tenaga kerja di sektor perdagangan juga cukup baik, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 2,60% (yoy). Di sisi lain, sektor pertanian justru mengalami penurunan tenaga kerja sebesar 3,64% (yoy) sebagaimana juga sektor Jasa yang turun sebesar 2,34% (yoy). 82

93 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Meski menurun, komposisi tenaga kerja Sulawesi Utara menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada triwulan laporan masih didominasi sektor pertanian dengan pangsa sebesar 33%. Penyerapan tenaga kerja yang cukup baik pada sektor perdagangan (termasuk hotel dan restoran) dan industri semakin memperbesar porsi kedua sektor tersebut dalam penggunaan tenaga kerja Sulut. Sementara sektor jasa (termasuk jasa pemerintahan) masih merupakan sektor terbesar ketiga dengan pangsa 20%. Sementara itu 22% tenaga kerja lainnya terbagi ke sektor pertambangan, listrik, angkutan, konstruksi, keuangan dan sektor lainnya. Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.3. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha (ribu jiwa) Sektor Pekerjaan (ribu jiwa) 2012 Ags Feb Ags Feb Ags Pertanian ,64% Industri ,94% Perdagangan ,60% Jasa ,34% Lainnya ,70% Jumlah ,58% Growth (yoy) Grafik 6.3. Share Penduduk Yang Bekerja di Sulut Menurut Lapangan Usaha Lainnya 22% Pertanian 33% Jasa 18% Perdagangan 20% Industri 7% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara, sebanyak 39% berprofesi sebagai buruh/karyawan dan 28% penduduk berwiraswasta sementara 14% merupakan pekerja bebas. Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sementara sisanya digolongkan sebagai pekerja informal. Melalui pendekatan klasifikasi tersebut, maka pada Agustus 2014 pekerja informal di Sulawesi Utara masih lebih banyak dibanding pekerja formal, dengan komposisi 57,79% berbanding 42,21%. Jumlah pekerja informal di bulan Agustus 2014 tercatat sebesar 567 ribu orang atau bertambah 83

94 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT sebanyak 65 ribu orang dibanding Agustus Sebaliknya, jumlah pekerja formal tercatat menurun 4 ribu orang menjadi 414 ribu orang di bulan Agustus Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan Status Pekerjaan (ribu jiwa) Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Ags Feb Ags Feb Ags Berusaha Sendiri ,78% 27,76% Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap- Buruh Dibayar ,33% 8,42% ,83% 3,43% Buruh/Karyawan ,65% 38,78% Pekerja Bebas ,93% 13,51% Pekerja Tak Dibayar ,87% 8,10% Jumlah ,58% 100,00% 2014 Growth (yoy) Share 6.2 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara mencerminkan tekanan terhadap kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara. Meski demikian, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum masih terjaga cukup baik dengan meningkatnya penghasilan di triwulan laporan. Hasil Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara mencatat rata-rata indeks penghasilan pada triwulan III 2014 meningkat dibandingkan dengan triwulan Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Penghasilan Saat ini & Ekspektasi Penghasilan 0 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Sumber: Survei Konsumen (SK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara sebelumnya. Indeks penghasilan tercatat tinggi pada awal triwulan III 2014, seiring hari raya Idul Fitri yang biasanya diwarnai pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan insentif lainnya. Ekspektasi penghasilan ke depan juga tercatat meningkat yang didorong meningkatnya aktivitas perekonomian di akhir tahun serta kenaikan Upah Minimum Provinsi tahun Kesejahteraan di sektor pertanian, yang merupakan salah satu sektor penyerap tenaga kerja terbesar, tercatat mengalami kontraksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) di triwulan laporan yang menurun. Meski demikian, perkembangan NTP bulanan pada triwulan laporan terus menunjukkan tren peningkatan Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan Titik optimis =

95 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT setelah anjlok di awal triwulan III Mulai tahun 2014, selain menggunakan NTP sebagai indikator perkembangan kesejahteraan petani, digunakan pula Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang hanya memperhitungkan komponen pengeluaran di usaha petanian saja. Dengan merujuk pada angka NTUP tersebut, terlihat bahwa surplus usaha pertanian meningkat dan masih cukup menguntungkan (indeks NTUP di atas 100). Angka NTUP pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 105,04, naik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 104,91. Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Growth (%) Rincian yoy qtq Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Indeks Diterima Petani 99,30 99,37 99,95 101,38 102,19 103,52 105,90 106,27 107,27 111,16 111,83 5,60% 0,60% Indeks Dibayar Petani 98,08 99,53 100,77 101,62 102,73 103,50 107,30 108,43 109,23 111,33 112,07 4,45% 0,66% Konsumsi Rumah Tangga 97,66 99,41 100,93 101,99 103,09 104,28 108,67 109,97 110,93 113,42 114,27 5,15% 0,75% Bahan Makanan 96,79 99,27 101,39 102,54 104,43 105,93 111,84 112,70 113,78 117,14 118,63 6,07% 1,27% Makanan Jadi 97,35 99,05 100,96 102,64 103,64 103,98 105,09 106,16 106,63 108,49 108,80 3,54% 0,29% Perumahan 98,88 99,74 100,24 101,14 101,66 102,11 104,17 107,01 108,50 111,20 111,78 7,31% 0,52% Sandang 99,56 99,77 100,04 100,63 101,93 102,09 102,54 103,40 104,10 105,28 105,69 3,07% 0,39% Kesehatan 98,55 99,60 100,57 101,28 101,86 102,11 103,79 104,71 104,74 105,39 105,68 1,82% 0,27% Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 99,88 99,88 99,98 100,26 100,55 100,66 100,96 101,44 101,82 102,94 103,49 2,51% 0,54% Transportasi dan Komunikasi 99,67 99,92 100,15 100,26 100,58 100,67 113,98 116,86 118,71 121,13 121,13 6,27% 0,00% BPPBM 99,55 99,92 100,18 100,35 100,59 100,70 102,30 103,46 104,30 105,96 106,47 4,07% 0,48% Bibit 100,21 100,08 99,98 99,73 99,88 100,07 100,13 102,39 104,45 106,80 107,04 6,90% 0,22% Obat-obatan & Pupuk 99,44 100,09 100,17 100,30 100,35 100,55 101,10 101,91 102,69 104,30 104,85 3,71% 0,52% Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 99,83 99,93 100,05 100,19 100,53 100,74 100,97 102,09 103,28 104,81 105,23 4,22% 0,40% Transportasi 99,79 99,88 100,05 100,28 100,75 100,94 107,38 110,44 113,30 116,98 117,13 9,08% 0,13% Penambahan Barang Modal 99,48 99,84 100,19 100,49 101,07 101,05 101,45 102,37 103,15 104,89 105,24 3,74% 0,34% Upah Buruh Tani 99,58 99,91 100,22 100,29 100,42 100,52 101,87 103,14 103,75 105,50 106,26 4,30% 0,71% Nilai Tukar Petani (indeks) 101,24 99,84 99,17 99,75 99,47 100,02 98,69 98,00 98,21 99,85 99,78 1,11% -0,06% Nilai Tukar Usaha Pertanian (indeks) 102,99 104,91 105,04 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah menggunakan tahun dasar 2012 Menggunakan tahun dasar yang baru (2012), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III 2014 tercatat sebesar 99,78, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 99,85. Pelemahan NTP terutama didorong oleh biaya hidup petani yang naik lebih besar dibandingkan peningkatan pendapatan pertanian. Indeks yang Diterima Petani (IT) yang mencerminkan pendapatan usaha petani tumbuh lebih rendah di triwulan laporan (0,60% qtq) dibandingkan dengan Indeks yang Dibayar Petani (IB) (0,66% qtq) yang merupakan indikator pengeluaran usaha petani. Meningkatnya IT sejalan dengan bertumbuhnya output sektor pertanian sebesar 5,06% (qtq). Kenaikan IB lebih didorong oleh naiknya pengeluaran dari sisi konsumsi rumah tangga, terutama oleh pengeluaran untuk bahan makanan yang sejalan dengan gejolak inflasi Kota Manado di triwulan III Berdasarkan subsektornya, petani pada subsektor tanaman hortikultura dan perikanan merupakan yang paling sejahtera, terlihat dari angka NTP yang lebih besar dibandingkan dengan subsektor lainnya. Sementara indeks NTP subsektor peternakan terus meningkat di atas threshold minimum sejahtera, dengan angka 102,15 pada akhir triwulan laporan. Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan dan perkebunan masih 85

96 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT berada di bawah batas sejahtera. Hal ini masih perlu menjadi perhatian karena pertanian pangan memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan daerah, sementara komoditas unggulan Sulut umumnya berasal dari sektor perkebunan (kelapa, cengkeh, pala). Grafik 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik 6.6. Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor Nilai Tukar Petani (indeks) Indeks Dibayar Petani (sb. kanan) batas minimum sejahtera Indeks Diterima Petani (sb. kanan) ,00 108,00 106,00 104,00 102,00 100,00 98,00 96,00 94,00 92,00 90,00 88,00 107,43 105,98 102,15 99,87 95,75 96,73 NTP Pangan HoltikulturaPerkebunanPeternakan Perikanan Batas Minimum Sejahtera Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, tahun dasar 2012 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara secara umum tercatat mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan, berbanding terbalik dengan angka kemiskinan secara nasional yang mengalami penurunan tipis. Meski demikian, tingkat kemiskinan Sulut masih di bawah angka nasional. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan Maret 2014, Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara berada pada angka 8,75%, naik dibandingkan dengan posisi September 2013 yang tercatat sebesar 8,50%. Naiknya tingkat kemiskinan tersebut bersumber dari bertambahnya jumlah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan dari 200,16 ribu jiwa di bulan September 2013, menjadi 208,23 ribu jiwa pada bulan Maret Pertambahan penduduk miskin terutama terjadi pada wilayah perdesaan. Grafik 6.7. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut Grafik 6.8. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara 86

97 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perubahan jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Bertambahnya jumlah penduduk miskin di Sulawesi Utara tak lepas dari meningkatnya Garis Kemiskinan khususnya di wilayah perdesaan. Dari periode September 2013 ke Maret 2014, garis kemiskinan secara umum bergerak naik sebesar Rp , sehingga pada bulan Maret 2014 Garis Kemiskinan berada pada level Rp per kapita per bulan dari sebelumnya Rp Kondisi tersebut menunjukkan perlambatan laju kenaikan Garis Kemiskinan secara umum di Sulut dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di wilayah perdesaan, Garis Kemiskinan meningkat dari Rp per kapita per bulan menjadi Rp atau naik Rp Imbas dari peningkatan Garis Kemiskinan tersebut adalah semakin meningkatnya persentase penduduk miskin di daerah perdesaan, dari 10,46% di September 2013 menjadi 11,41% di Maret Sebaliknya, Garis Kemiskinan di wilayah kota mengalami perbaikan sebesar Rp.1.048, serta diiringi oleh perbaikan Tingkat Kemiskinan dari 6,12% di September 2013 menjadi 5,51% di Maret Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa meningkatnya Garis Kemiskinan didominasi oleh sumbangan komoditi makanan dibanding komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Dengan membandingkan angka September 2013 terhadap Maret 2014, sumbangan peningkatan GKM terhadap peningkatan GK sebesar 81%, sementara sumbangan peningkatan GKBM hanya sebesar 19%. Pada periode September 2013 Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) tercatat mengalami peningkatan, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) relatif menurun. Nilai 87

98 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Meningkatnya indeks P1 di Maret 2014 menunjukkan semakin melebarnya rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin dari garis kemiskinan, yang terutama terjadi di daerah perdesaan. Sementara itu nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin, yang pada rentang September 2013 Maret 2014 semakin menurun di wilayah perkotaan dan tetap di wilayah perdesaan. Dengan kata lain, kesenjangan pengeluaran penduduk miskin kota semakin mengecil. Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah di Sulawesi Utara Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 88

99 Halaman ini sengaja dikosongkan

100 Halaman ini sengaja dikosongkan

101 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN

102 92 Halaman ini sengaja dikosongkan

103 PROSPEK PEREKONOMIAN PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1. Prospek Ekonomi Makro Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2014 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,1% - 7,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan III Pertumbuhan terutama akan berasal dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor Angkutan dan Komunikasi, sektor Jasa-jasa dan sektor Bangunan. Faktor utama yang diperkirakan akan menjadi pendorong pertumbuhan di akhir tahun adalah periode seasonal Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang dapat mendorong kinerja sektor PHR dan Angkutan, serta akhir periode tahun anggaran yang dapat mendorong kinerja sektor Bangunan dan Jasa-jasa. Indikator pertumbuhan positif perekonomian di akhir tahun tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan secara triwulanan oleh KPw BI Prov. Sulawesi Utara. Hasil SKDU menunjukkan bahwa ekspektasi pelaku usaha dari 9 (sembilan) sektor ekonomi terhadap perkembangan dunia usaha pada triwulan IV 2014 akan meningkat dibandingkan triwulan III 2014, ditunjukkan dengan persentase Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 28,61%, lebih tinggi dibandingkan indikator perkiraan kegiatan usaha pada triwulan III 2014 yang Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Sulut menunjukkan nilai SBT sebesar 13,47%. Berdasarkan sektornya, hampir seluruh sektor menunjukkan perkiraan pertumbuhan positif dengan optimisme pertumbuhan tertinggi pada sektor PHR yang ditunjukkan dengan nilai SBT sebesar 7,67%. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Sulut sejalan dimasukinya periode seasonal Natal dan Tahun Baru serta semakin maraknya penyelenggaraan MICE menjelang akhir tahun. Indikator peningkatan aktivitas ekonomi di sektor PHR tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KPw BI Sulut yang menunjukkan adanya perkiraan 93

104 PROSPEK PEREKONOMIAN peningkatan angka Indeks Penjualan Eceran yaitu sebesar 256,54 pada Oktober 2014, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada bulan September 2014 sebesar 253,03. Grafik 7.2 Indeks Penjualan Eceran Grafik 7.3 Penjualan Kendaraan Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Sulut Sumber : Pelaku Usaha, diolah Perkiraan pertumbuhan positif sektor PHR juga tercermin dari optimisme pelaku usaha di bidang perdagangan besar terkait perkiraan peningkatan penjualan kendaraan di akhir tahun yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan diperkirakan akan kembali memberi kontribusi yang lebih tinggi pada triwulan IV 2014 seiring dengan berakhirnya tahun anggaran meskipun dalam level yang terbatas. Pertumbuhan sektor bangunan yang lebih tinggi akan disumbang oleh lanjutan aktivitas pembangunan fisik pemerintah maupun swasta dalam bentuk pembangunan jalan dan jembatan serta kawasan bisnis dan pemukiman di kota Manado dan sekitarnya. Beberapa proyek pembangunan pemerintah yang masih akan berlanjut pada triwulan IV 2014 diantaranya: 1. Pembangunan waduk Lolak di Kab. Bolmong dan waduk Kuwil di Kab. Minahasa Utara. 2. Pembangunan bandara di Miangas dan Siau. 3. Pembangunan Jalan dan Jembatan di kota Manado dan kab/kota sekitarnya, antara lain dalam bentuk : (a) rekonstruksi jalan di lajur Girian Likupang. Likupang Wori, Tomohon Kawangkoan, (b) rekonstruksi jembatan antara lain jembatan Sario, Matani, Girian, (c) pembangunan ruas jalan baru Girian Kema, Kairagi Bengkol, (d) pembangunan jembatan baru dan lanjutan pembangunan jembatan Soekarno di Manado. 4. Pembangunan jalan tol Manado Bitung 5. Pengembangan Fasilitas Pendukung Kawasan KEK Tanjung Meraha Bitung melalui penambahan fasilitas pelayanan operasional pelabuhan; 94

105 PROSPEK PEREKONOMIAN Proyek pembangunan swasta yang masih terus berlanjut di kota Manado diantaranya pembangunan kawasan bisnis di sepanjang Boulevard, kawasan bisnis Kairagi, serta pembangunan kawasan pemukiman. Indikator pertumbuhan sektor konstruksi juga tercermin dari dari pergerakan angka Indeks Penjualan Barang Konstruksi. Dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut, penjualan eceran barang konstruksi pada bulan Oktober 2014 diperkirakan akan meningkat ditunjukkan dengan indeks sebesar 256,54 lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada September 2014 sebesar 231,47. Grafik 7.4 Indeks Penjualan Bahan Konstruksi Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Sulut Sektor Angkutan dan Komunikasi Kontribusi Sektor Angkutan dan Komunikasi pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Faktor utama pendorong pertumbuhan adalah periode seasonal Natal dan Tahun Baru serta berakhirnya tahun anggaran yang umumnya direspon dengan pelaksanaan berbagai kegiatan MICE. Grafik 7.5 Perkembangan Jumlah Penumpang Indikator pertumbuhan positif sektor Angkutan dan Komunikasi juga terlihat dari Sumber : Angkasa Pura pergerakan jumlah penumpang pesawat di awal triwulan IV 2014 (periode Oktober 2014) yang menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan akhir periode triwulan III Total penumpang yang datang di Bandara Sam Ratulangi pada bulan Oktober 2014 tercatat 88 ribu orang terdiri dari 86 ribu orang penumpang domestik dan 2 ribu penumpang internasional. Sementara penumpang yang berangkat dari bandara Sam Ratulangi pada bulan Oktober 2014 tercatat 87 ribu orang, terdiri dari 85 ribu penumpang domestik dan 2 ribu penumpang internasional. Pergerakan jumlah penumpang tersebut diperkirakan akan meningkat pada pertengahan hingga akhir periode laporan. 95

106 PROSPEK PEREKONOMIAN Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2014 diperkirakan masih akan tumbuh moderat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan akan didorong oleh kinerja sub sektor perikanan dan sub sektor perkebunan, sementara sub sektor tanaman pangan diperkirakan masih akan tumbuh terbatas. Masih cukup baiknya kinerja sektor pertanian diperkirakan juga akan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang mulai membaik, dengan curah hujan pada level menengah cenderung tinggi. Berdasarkan perkiraan BMKG, curah hujan di sebagian daerah di Sulut akan berada pada kisaran pada bulan November hingga Desember Grafik 7.6 Perkembangan Produksi Ikan Grafik 7.7 Perkembangan Produksi Kelapa Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Prov, Sulut Sumber : Dinas Perkebunan Prov. Sulut Indikasi peningkatan kinerja sektor pertanian khususnya pada sub sektor perikanan terlihat dari perkiraan hasil produksi perikanan tangkap yang meningkat pada triwulan IV 2014 dibandingkan dengan periode sebelumnya. Jumlah tangkapan ikan pada triwulan IV 2014 diperkirakan dapat mencapai 96 ribu ton atau tumbuh 7% (yoy), meningkat dibandingkan periode triwulan III 2014 yang tercatat tumbuh negatif 14%( yoy) dengan jumlah tangkapan sebanyak 95 ribu ton. Dari sisi sub sektor perkebunan, indikator pertumbuhan positif terlihat dari perkiraan pertumbuhan produksi tanaman kelapa yang meningkat dari 66 ribu ton menjadi 68 ribu ton atau tumbuh 0,6% (yoy). 96

107 PROSPEK PEREKONOMIAN Sementara itu, perkembangan sub sektor tanaman pangan tercermin dari penurunan produktivitas tanaman padi Sulut pada tahun Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) BPS Sulut, produktivitas padi Sulut pada tahun 2014 diperkirakan hanya akan mencapai level 49 (Ku/Ha), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas pada tahun 2013 sebesar 50 (Ku/Ha). 700, , , , , , ,000 0 Grafik 7.8 ARAM Pertanian Padi Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) * Sumber : Badan Pusat Statistik Prov. Sulut Dilihat berdasarkan Penggunaan, perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2014 diperkirakan masih akan didorong oleh aktivitas konsumsi diikuti dengan membaiknya investasi dan ekspor. Tingginya konsumsi diperkirakan akan didorong oleh pola musiman Natal dan Tahun Baru serta peningkatan kegiatan MICE di akhir tahun. Indikator pertumbuhan konsumsi tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara yang menunjukkan adanya peningkatan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Oktober tercatat 142,25, atau lebih tinggi dibandingkan dengan IKK pada bulan September 2014 sebesar 140,08. Grafik 7.6 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 7.7 Indeks Penjualan Barang Konstruksi Sumber : Survei Konsumen KPw BI Prov.Sulut Sumber : Survei Penjualan Eceran KPw BI Prov. Sulut Kegiatan investasi di akhir tahun diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan realisasi anggaran proyek swasta dan pemerintah di akhir tahun. Pertumbuhan positif investasi tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulut yang menunjukkan adanya peningkatan indeks penjualan barang konstruksi, dari 231,47 pada bulan September 2014 menjadi 232,82 pada Oktober

108 Kegiatan perdagangan internasional, khususnya ekspor pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan dapat terakselerasi seiring dengan peningkatan ketersediaan bahan baku yang tercermin dari peningkatan produksi ikan tangkap dan kelapa. (grafik7.6 dan 7.7). Di sisi lain, optimisme peningkatan kinerja ekspor juga didukung dengan tren harga komoditas internasional, khususnya minyak nabati (CPO) yang mulai menunjukkan tren peningkatan. Hal ini juga terkonfirmasi dari Sumber : Bloomberg PROSPEK PEREKONOMIAN Grafik 7.11 Perkembangan Harga Komoditas CPO hasil liaison kepada pelaku usaha ekspor minyak nabati yang menyatakan bahwa permintaan global terhadap produk minyak nabati mulai menunjukkan tren peningkatan Prakiraan Inflasi Tren perlambatan laju inflasi tahunan Kota Manado diprakirakan berbalik meningkat di triwulan IV 2014 seiring faktor musiman dan serangkaian kebijakan kenaikan harga. Angka inflasi Kota Manado di akhir tahun 2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 7,18%±1% (yoy) dengan asumsi kenaikan harga BBM bersubsidi terealisasi di bulan November Dari sisi fundamental, inflasi inti diperkirakan meningkat. Tekanan inflasi sisi eksternal diperkirakan berada pada level moderat di tengah terbatasnya peningkatan harga global sementara nilai tukar masih melemah. Dari sisi domestik diperkirakan akan terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sesuai pola musiman di akhir tahun yang disertai dampak kenaikan LPG 12 kg terhadap makanan/minuman jadi. Dari sisi non fundamental, inflasi volatile foods diperkirakan meningkat yang didorong faktor musiman perayaan Natal dan Tahun Baru. Sementara itu tekanan inflasi administered price diperkirakan semakin menguat dengan diberlakukannya serangkaian kebijakan kenaikan tarif energi dan transportasi. Faktor Fundamental Laju inflasi inti diperkirakan meningkat pada triwulan III 2014 yang lebih dipengaruhi tekanan domestik dan ekspektasi inflasi. Dari sisi eksternal, inflasi diperkirakan berada pada level moderat di tengah terbatasnya peningkatan harga komoditas global meski depresiasi nilai tukar masih berlanjut (grafik 7.12). Tekanan eksternal dari emas perhiasan juga diperkirakan masih lemah seiring koreksi harga emas internasional. 98

109 PROSPEK PEREKONOMIAN Grafik 7.12 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.13 Interaksi Permintaan dan Penawaran Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* Indeks Riil Penjual Eceran (right axis) Kapasitas Produksi (left axis) Sumber : Bank Indonesia Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KPw BI Prov. Sulut Tekanan inflasi domestik diperkirakan berasal dari pola musiman peningkatan konsumsi masyarakat di akhir tahun seiring perayaan Natal dan Tahun Baru serta penyesuaian harga makanan/minuman jadi akibat kenaikan LPG 12 kg. Aktivitas konsumsi juga dapat semakin terdorong realisasi belanja pemerintah di akhir tahun termasuk diantaranya pencairan tunjangan sertifikasi guru dan insentif lainnya. Indikasi peningkatan konsumsi tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Prov. Sulawesi Utara yang menunjukkan kenaikan angka perkiraan indeks penjualan eceran pada triwulan IV Pada sisi produsen, kapasitas produksi diperkirakan masih cukup tinggi meski melemah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengindikasikan perusahaan sudah mengantisipasi pasokan sejak triwulan III 2014 (grafik 7.13). Grafik 7.14 Indeks Ekspektasi Pedagang & Konsumen thd Harga 3 bln yad Grafik 7.15 Indeks Ekspektasi Pedagang & Konsumen thd Harga 6 bln yad ,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00-4,00-6,00-8, ,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00-2,00-4,00-6,00-8, Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad Inflasi mtm kumulatif 3 bln - sb. Kanan Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad Inflasi mtm kumulatif 6 bln - sb. Kanan Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) - KPwBI Prov. Sulut Sumber : Survei Konsumen (SK)- KPwBI Prov. Sulut Sementara itu tingkat ekspektasi inflasi masyarakat Sulut menunjukkan tren yang meningkat di triwulan IV 2014 dan memuncak di akhir triwulan, sebagaimana tercermin dari indeks ekspektasi konsumen maupun pedagang terhadap harga (Grafik 7.14 dan 7.15). Meningkatnya ekspektasi inflasi dipicu rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi di penghujung 99

110 PROSPEK PEREKONOMIAN 2014, dan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulut Tahun 2015 yang ditetapkan sebesar Rp ,- atau naik 13,16% dibanding UMP tahun Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, dorongan permintaan pangan yang meningkat di saat perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan menambah tekanan inflasi volatile foods di triwulan IV Inflasi volatile foods di awal triwulan IV 2014 diperkirakan berlangsung temporer akibat gejolak harga cabai yang cenderung telah mereda di akhir bulan Oktober. Sementara itu harga pangan lainnya terpantau masih dalam tren menurun di awal triwulan IV. Tekanan harga pangan secara umum diperkirakan mulai meningkat di pertengahan triwulan IV 2014 meski risiko gangguan produksi relatif berkurang seiring perkiraan musim penghujan yang sudah dimulai di bulan November. Berdasarkan pemantauan harga beberapa komoditas pada Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS) Sulawesi Utara dan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), terlihat bahwa terjadi gejolak harga cabai rawit (rica) di bulan Oktober 2014 yang mereda di akhir bulan, sementara masih terjadi koreksi harga pada beberapa pangan lainnya (Grafik 7.16 & 7.17). Grafik Perkembangan Harga Bahan Pokok Strategis Grafik Perkembangan Harga Bawang, Cabai, dan Tomat , , , , , , , , , , , I III I III I III I III I III V II IV II IV II IV I III I III V II IV II IV II IV II IV II IV II IV II IV I III I III I III V II IV I III Bawang Merah Rp./Kg Beras Superwin Rp./Kg Minyak Goreng Curah Rp./Kg Tomat Sayur Rp./Kg Rica/Cabe Rawit Rp./Kg Gula Pasir Curah Rp./Kg Telur Ayam Rp./Kg Inflasi (mtm) - sb. Kanan -3 Jan FebMaretApr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Dec Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Bawang Merah Cabe Rawit Bawang Putih Tomat Sayur (sb. Kanan) Sumber : PIHBS Sulut Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Sulut Di sisi lain, tekanan inflasi kelompok administered prices diperkirakan semakin menguat pada triwulan IV 2014 seiring rencana kenaikan BBM bersubsidi serta lanjutan dampak langsung dari kenaikan LPG 12 kg yang mulai berlaku di pertengahan September. Sementara itu inflasi angkutan udara seiring periode peak season akhir tahun diperkirakan semakin bertambah dengan dikeluarkannya kebijakan kenaikan batas atas tarif pesawat. Tekanan inflasi administered prices juga akan disumbangkan oleh lanjutan kenaikan tarif listrik rumah tangga. 100

111 PROSPEK PEREKONOMIAN 7.3. PROSPEK PERBANKAN Permintaan kredit pada triwulan yang akan datang diproyeksikan meningkat, sebagaimana tercermin dari hasil survei terhadap perbankan di Sulawesi Utara (Grafik 7.18). Optimisme peningkatan permintaan kredit pada triwulan yang akan datang dikarenakan adanya optimisme perbankan terhadap prospek usaha nasabah. Penggunaan kredit pada triwulan yang akan datang diproyeksikan dominan pada Kredit Modal Kerja, sebagaimana terlihat oleh jawaban 60% responden survei (Grafik 7.19). Sementara itu, sebagian kecil responden memproyeksikan permintaan kredit pada triwulan yang akan datang mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan penetapan persyaratan kredit yang semakin ketat. Sektor-sektor yang diproyeksikan akan banyak menyerap kredit dari perbankan pada triwulan selanjutnya di Sulawesi Utara adalah sektor perdagangan, hotel & restoran, pertanian, konstruksi, jasa-jasa dunia usaha, serta pertambangan & penggalian. Grafik 7.18 Perkiraan Permintaan Kredit Triwulan IV 2014 Grafik 7.19 Prioritas Utama Jenis Penggunaan Untuk Permintaan Kredit Baru Triwulan IV 2014 Sumber : Survei Perbankan Tw.III 2014 KPw BI Prov.Sulut Sumber : Survei Perbankan Tw.III 2014 KPw BI Prov.Sulut Sementara itu, prakiraan total dana pihak ketiga pada triwulan yang akan datang cenderung meningkat sampai dengan 10% yang disebabkan tingkat suku bunga dana meningkat, adanya insentif di luar tingkat suku bunga sebagai alasan utama, peningkatan fasilitas jasa perbankan. Beberapa faktor yang dapat menghambat peningkatan dana antara lain penurunan tingkat suku bunga dana, penurunan fasilitas jasa perbankan, dan alasan lainnya. Penempatan dana pada triwulan yang akan datang akan terfokus pada penyaluran kredit (63.64%), dan sisanya ditempatkan pada antar bank, antar kantor aktiva, aktiva dalam valas dan SBI. Penempatan DPK pada penyaluran kredit menjadi favorit karena perkreditan merupakan sektor produktif dan memiliki bunga yang kompetitif. Selain itu, kredit juga dinilai baik untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, merupakan bisnis utama perbankan, serta merupakan aktiva yang paling menguntungkan. 101

112 PROSPEK PEREKONOMIAN Grafik 7.20 Perkiraan Penempatan Dana Triwulan IV 2014 Grafik 7.21 Kesesuaian Perkembangan Bisnis Bank Terhadap Rencana Bisnis Bank Sumber : Survei Perbankan Tw.III 2014 KPw BI Prov.Sulut Sumber : Survei Perbankan Tw.III 2014 KPw BI Prov.Sulut Di samping itu, dari hasil survei kepada perbankan mengenai kesesuaian perkembangan bisnis bank terhadap Rencana Bisnis Bank, dapat diketahui pula bahwa sebagian besar responden mengatakan perkembangan bisnisnya cukup sesuai dengan Rencana Bisnis Bank, sementara hanya sebagian kecil yang kurang sesuai. Hal tersebut menunjukkan bahwa bisnis perbankan Sulawesi Utara masih berjalan cukup baik di tengah pengetatan moneter yang sedang berlangsung. 102

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C. Setyadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN II TAHUN 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci