KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs A.Yusnang Gunawan Lukman Hakim Zulham Effendi Rivo Mandey Donny Pratama Iona Rombot : Kepala Perwakilan / Direktur : Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur : Kepala Tim Pengelolaan Uang Rupiah dan Operasional Sistem Pembayaran / Asisten Direktur : Analis Ekonomi / Manajer : Analis Ekonomi / Asisten Manajer : Analis / Asisten Manajer : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado T: / F: Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: atau Silahkan mengirimkan surel ke: rivo_m@bi.go.id dengan subyek Publikasi KEKR Sulut serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan i

2 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Periode November 2016 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih. Manado, November 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA Peter Jacobs Direktur ii

3 Daftar Isi KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA iv RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 3 PDRB Komponen Pengeluaran 4 Konsumsi 4 Investasi (PMTB) 5 Ekspor-Impor 6 PDRB Kinerja Lapangan Usaha 6 Pertanian 7 Konstruksi 7 Perdagangan 8 Industri Pengolahan 9 Transportasi 10 Lapangan Usaha Lainnya 11 Box I. Peningkatan Signifikan Kunjungan Wisman 12 BAB II - KEUANGAN PEMERINTAH 13 Struktur Anggaran 13 Realisasi APBN di Sulut 13 APBD Sulut 14 APBD Kabupaten/Kota di Sulut 14 BAB III - PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 16 Perkembangan Inflasi 17 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi 20 Upaya Pengendalian Inflasi 24 Box II. Keberhasilan Stabilisasi Harga Cabai Rawit 25 BAB IV - STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 26 Ketahanan Sektor Korporasi 26 Asesmen Sektor Rumah Tangga 29 Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan) 32 Akses Keuangan dan UMKM 34 BAB V - PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 37 Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Nontunai 37 Pengelolaan Uang Tunai 38 BAB VI - KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN 40 Ketenagakerjaan 40 Kesejahteraan 41 BAB VII - PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 44 Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi 44 Prakiraan Inflasi 46 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 48 iii

4 Indikator Ekonomi dan Perbankan INDIKATOR I. MAKRO NASIONAL TW I TW II 2015 TW III TW IV TOTAL TW I 2016 TW II TW III A PDB Nasional (yoy) B Inflasi Nasional (yoy) II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) (1.02) (0.71) (0.93) 2. Laju Inflasi (yoy) % Laju Inflasi (mtm) % (0.03) 1.06 (0.68) 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % (2.51) 3.62 (3.56) 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % Inflasi Perumahan (mtm) % (0.18) Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) Inflasi Kesehatan (mtm) % Inflasi Pendidikan (mtm) % Inflasi Transportasi (mtm) % (0.28) (1.50) (0.18) 0.57 B PDRB Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) Konsumsi Pemerintah (1.50) - Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) (0.88) Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) C PDRB Sektoral Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan (1.23) 1.82 Pengadaan Listrik dan Gas (5.05) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (0.87) (4.90) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi (3.32) Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III Policy Rate (%)* Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III 1. Ekspor (ribu USD) 274, , , ,920 1,021, , , , Impor (ribu USD) 18,790 12,040 12,080 29,210 72,120 37,270 52,870 23,900 IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III A. Jumlah Bank Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta (non Syariah) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) Bank Umum Konvensional Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Syariah C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,195 37,195 39,637 40,521 40, Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39, BPR ,004 1,004 1,069 1,058 1, Bank Syariah Keterangan : * Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate ** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor iv

5 Indikator Ekonomi dan Perbankan INDIKATOR IV. PERBANKAN** TW I TW II 2015 TW III TW IV TOTAL TW I 2016 TW II TW III D. Indikator Kinerja Bank Umum 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21, Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4, Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7, Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10, Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30, Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 - Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 - Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18, Berdasarkan Sektor Ekonomi - Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian ,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang Konstruksi ,086 Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 Transportasi & Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Minum Informasi & Komunikasi Jasa Keuangan & Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial Jasa Lainnya Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18, Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8, Loan to Deposit Ratio (LDR) % Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) ,072 1,142 1,186 - Rasio (%) V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III 1. Kas (Rp miliar) - Inflow 2,303 1,077 1,814 1,099 6,293 2,500 1,025 2,451 - Outflow 670 1,391 2,375 2,772 7, ,464 1, Kliring - Volume Kliring (Lembar) 90,235 91,718 92,357 99, , , ,895 82,472 - Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,345 2,447 2,817 10,277 2,973 2,609 2,242 - Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,477 1,558 1,490 1,659 1,546 1,679 1,576 1,375 - Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) Keterangan : ** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor v

6 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekonomi Makro Ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan II Ekonomi tumbuh sebesar 6,01% (yoy), lebih rendah dari triwulan II 2016 yang sebesar 6,14% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara disebabkan oleh kontraksi konsumsi pemerintah, perlambatan kinerja lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Pada triwulan IV 2016, ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 6,43% (yoy). Meningkatnya kinerja perekonomian di Sulawesi Utara tersebut didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga, lapangan usaha konstruksi, serta penyediaan akomodasi makan dan minum. Melihat perkembangan terkini, perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2016 diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan tahun Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,95-6,35% (yoy). Peningkatan pertumbuhan didukung oleh sisi internal dan eksternal. Keuangan Pemerintah Total anggaran belanja fiskal Sulawesi Utara tahun 2016 mencapai Rp23,75 triliun yang terdiri dari belanja APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota. Secara spasial, anggaran belanja APBD kabupaten/kota tertinggi diraup oleh Kota Manado yang mencapai Rp1,86 triliun. Sedangkan, Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki anggaran belanja APBD kabupaten/kota terendah yaitu sebesar Rp220 miliar. Ketiga sumber belanja fiskal mengalami peningkatan realisasi pada triwulan III Realisasi APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota mengalami perbaikan. Ke depan, terdapat berbagai tantangan dan risiko pada realisasi belanja anggaran di Sulawesi Utara, khususnya masalah anggaran dan pembebasan lahan. Perkembangan Inflasi Daerah Memasuki triwulan III, tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota Manado mengalami penurunan signifikan sehingga berada di bawah level Nasional dan terendah di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut dibanding triwulan sebelumnya dipengaruhi oleh melandainya inflasi volatile food, seiring pasokan yang relatif terjaga. Memasuki triwulan IV 2016, inflasi Sulut diperkirakan meningkat sesuai dengan pola musimannya, yang disebabkan oleh tekanan permintaan jelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2017 serta kondisi cuaca yang kurang mendukung. Untuk menjaga tingkat inflasi, beberapa rapat koordinasi mulai tingkat Kab/Kota, Provinsi, Regional (KTI) telah dilaksanakan untuk menindaklanjuti arahan Presiden pada Rakornas VII TPID Fokus pengendalian inflasi pada triwulan III 2016 di Sulawesi Utara adalah untuk mengantisipasi lonjakan harga di akhir tahun serta memastikan ketersediaan barang-barang strategis. Gerakan Rica Rumah sebagai program unggulan TPID Adapun arah pengendalian inflasi Sulawesi Utara senantiasa mengacu kepada Roadmap Pengendalian Inflasi Sulut , yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Pembina TPID Provinsi (Gubernur Sulawesi Utara) dan Ketua TPID Provinsi (Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara) pada Oktober Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 relatif masih terjaga. Ketahanan sektor korporasi masih relatif terjaga yang didorong oleh perbaikan lapangan usaha 1

7 pertanian khususnya sub lapangan usaha perkebunan sebagai input utama industri pengolahan mendorong meningkatnya kinerja lapangan usaha industri pengolahan. Di sisi lain, kondisi sektor rumah tangga yang salah satunya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen masih berada pada level yang optimis (diatas 100) meski menurun dari periode sebelumnya. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan DPK masih terus berlanjut pada periode laporan hingga mencatat pertumbuhan negatif, melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya. Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh penyaluran pembiayaan di sektor UMKM, yang menunjukkan peningkatan pada periode laporan. Perkembangan sektor pariwisata Sulawesi Utara pada beberapa bulan terakhir mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pada triwulan III 2016, transaksi pembayaran baik nontunai maupun tunai menunjukkan penurunan. Transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan penurunan seiring dengan switching referensi masyarakat untuk menggunakan RTGS. Sementara itu, kebutuhan uang kartal di Sulawesi Utara mengalami penurunan seiring dengan menurunnya konsumsi masyarakat. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun nontunai, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya di Sulawesi Utara seperti kas titipan, kas keliling, pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), pemberantasan uang palsu, Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), Layanan Keuangan Digital (LKD), sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR). Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sulawesi Utara menunjukkan perbaikan. Hal tersebut tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran terbuka, khususnya pada lapangan usaha pertanian dan perdagangan serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Di sisi kesejahteraan, peningkatan tercermin dari perbaikan tingkat pendapatan per-kapita, tingkat kemiskinan, IPM, dan tingkat upah serta rasio gini dan NTP tahun Program pengentasan kemiskinan Pemerintah Daerah ODSK (Operasi Desa Selesaikan Kemiskinan) menjadi salah satu pendorong upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara. Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 diprakirakan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan berada pada kisaran 5,54-5,94% (yoy). Proyeksi perlambatan pada awal tahun terutama disebabkan oleh perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga dan aktivitas perdagangan, konsumsi pemerintah, usaha konstruksi dan investasi. Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2016 pada kisaran 6,19-6,59% (yoy). Proyeksi peningkatan pertumbuhan didorong oleh berbagai faktor. Di tengah proyeksi peningkatan tersebut, beberapa faktor risiko baik dari sisi eksternal maupun internal tetap perlu mendapat perhatian. Pada triwulan pertama 2017, sebagaimana pola historisnya, tekanan inflasi Sulut diperkirakan mereda khususnya secara bulanan, seiring dengan normalisasi permintaan pasca lonjakan di akhir tahun. Di sisi suplai, produksi tabama yang diproyeksikan meningkat pada Desember akan memberi dampak positif pada koreksi harga terutama pada Januari dan Februari Secara tahunan, Inflasi Sulut pada triwulan I 2017 diperkirakan sebesar 1,82±1% (yoy). Setelah mengalami level inflasi yang cukup rendah pada tahun 2016, inflasi Sulawesi Utara pada tahun 2017 diperkirakan relatif terkendali yaitu dalam rentang 3±1% (yoy) meskipun cenderung lebih tinggi dibanding

8 Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro Ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan II Ekonomi tumbuh sebesar 6,01% (yoy), lebih rendah dari triwulan II 2016 yang sebesar 6,14% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara disebabkan oleh kontraksi konsumsi pemerintah akibat penundaan penyaluran anggaran dari pusat pada triwulan III Sejalan dengan itu, kinerja lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan mengalami perlambatan. Namun demikian, perekonomian Sulawesi Utara masih tercatat tumbuh lebih tinggi dari perekonomian nasional. Kemudian apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara juga relatif cukup baik. Grafik I.1. Ekonomi Tw III 2016 (% yoy) Sulteng Gorontalo Sulsel Sulut Sulbar Sultra Nasional Sumber: BPS Perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison mengindikasikan adanya perbaikan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan IV Pada periode tersebut, ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 6,43% (yoy). Meningkatnya kinerja perekonomian di Sulawesi Utara tersebut didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga pada perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru, kebijakan pelonggaran Loan To Value dan Paket Ekonomi Jilid XIII penurunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang mendukung lapangan usaha konstruksi, serta masih tingginya kunjungan wisatawan mancanegara di Sulawesi Utara. Melihat perkembangan terkini, perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2016 diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan tahun Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 5,95-6,35% (yoy). Dari sisi internal, ekonomi 2016 ditopang oleh perbaikan produksi lapangan usaha pertanian seiring perbaikan cuaca, lapangan usaha perdagangan seiring meningkatnya daya beli masyarakat, dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara seiring dengan pembukaan flight route baru. Sementara itu, dari sisi eksternal, perbaikan harga komoditas dunia menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tahun

9 1.1. PDRB - KOMPONEN PENGELUARAN Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara di triwulan III 2016 terutama disebabkan oleh penurunan konsumsi pemerintah. Selain itu, perlambatan investasi dan melemahnya konsumsi rumah tangga, turut mendeselerasi perekonomian Sulawesi Utara. Sebagai informasi, PDRB berdasarkan sisi pengeluaran atau penggunaan didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara relatif bergantung pada konsumsi masyarakat, sehingga penting untuk menjaga sumber pendapatan masyarakat serta tingkat inflasi barang dan jasa. Tabel I.1. PDRB Komponen Penggunaan KOMPONEN PENGGUNAAN Sumber: BPS Konsumsi PANGSA (%) PERTUMBUHAN (% YOY) II 2016 III 2016 Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah (1.50) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Perubahan Inventori 0.02 (35.44) (34.43) Ekspor Luar Negeri (12.86) (2.80) Impor Luar Negeri Net Ekspor Antarprovinsi (14.47) (16.26) (11.50) PDRB Melambatnya ekonomi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh kontraksi konsumsi pemerintah dan pelemahan konsumsi rumah tangga. Kontraksi konsumsi pemerintah terutama disebabkan oleh penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah. Penundaan tersebut merupakan dampak dari proyeksi penerimaan perpajakan dalam APBNP 2016 diperkirakan lebih rendah dari yang ditargetkan. Hal ini menyebabkan persentase realisasi belanja terhadap pendapatan APBD khusus triwulan III 2016 (bukan agregat kumulatif) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III Selain itu, terdapat 18 paket proyek infrastruktur yang gagal dilelang akibat penundaan penyaluran anggaran tersebut. Sementara itu, melemahnya konsumsi rumah tangga terutama disebabkan oleh faktor base effect pergeseran perayaan hari raya Idul Fitri. Pada tahun 2015, penyaluran THR dan perayaan Idul Fitri ditetapkan pada pertengahan bulan Juli sehingga konsumsi kebutuhan masyarakat meningkat pada awal bulan Juli atau masih triwulan III Sedangkan pada tahun 2016, perayaan Idul Fitri ditetapkan pada awal bulan Juli sehingga konsumsi kebutuhan masyarakat meningkat pada bulan Juni atau triwulan II Selain itu, penyaluran THR juga dilakukan pada bulan Juni atau triwulan II Hal ini menyebabkan konsumsi rumah tangga triwulan III 2016 lebih rendah dari triwulan III Perlambatan konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi di Sulawesi Utara. Grafik I.2. Pertumbuhan Kredit Konsumsi 20,000,000 18,000,000 16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 - I II III IV I II III IV I II III Sumber: Bank Indonesia Kredit Konsumsi (Rp Juta) Pertumbuhan Kredit Konsumsi Memasuki triwulan IV 2016, pengeluaran konsumsi diperkirakan meningkat baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi rumah tangga akan didorong oleh kegiatan perdagangan jelang perayaan Natal dan Tahun Baru serta penerimaan tunjangan hari raya. Beberapa faktor pendorong lainnya yaitu terkendalinya laju inflasi dan terjaganya tingkat pendapatan masyarakat oleh perbaikan produksi perkebunan. Selain itu, kinerja pariwisata Sulawesi Utara berupa peningkatan kunjungan wisman dan maraknya penyelenggaraan kegiatan MICE dan festival hiburan budaya turut mendorong peningkatan konsumsi. Kegiatan MICE pada triwulan IV 2016 antara lain Festival Internasional Pesona Selat Lembeh dan Apresiasi Film Indonesia pada bulan Oktober dan ada juga Christmas Festival pada bulan Desember % 20% 15% 10% 5% 0% 4

10 Optimisme tersebut tercermin dari keyakinan konsumen yang masih tinggi dan cenderung meningkat. Sementara itu, meskipun ada penundaan penyaluran anggaran, konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2016 akan meningkat sebagaimana pola seasonalnya pada akhir tahun seiring dengan percepatan pembangunan dan penyelesaian proyek infrastruktur. Hal tersebut didukung oleh koordinasi antar satuan kerja, evaluasi dan pengawasan realisasi anggaran di daerah. Pencairan dana desa tahap II (40% dari total) yang telah dilakukan pada triwulan III 2016 juga akan menjadi menambah konsumsi pemerintah pada akhir tahun. Adapun tantangan yang perlu diperhatikan yaitu masalah pembebasan lahan yang sering terjadi yang dapat memperlambat proses pembangunan dan penyelesaian infrastruktur. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi yaitu relatif rendahnya Pendapatan Asli Daerah yang terealisasi hingga triwulan III Sepanjang tahun 2016, konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat dibandingkan tahun 2015, sedangkan konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan tahun Peningkatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh meningkatnya daya beli yang didorong oleh kenaikan UMP pada tahun 2016 menjadi Rp2,4 juta per bulan (dari Rp2,150 juta). Di sisi lain, tingkat inflasi yang relatif terkendali dan adanya penurunan harga BBM pada tahun 2016 menjadi penopang peningkatan konsumsi rumah tangga. Sementara itu, konsumsi pemerintah mengalami perlambatan pertumbuhan seiring dengan penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah Investasi (PMTB) Melemahnya kinerja investasi terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan investasi bangunan. Perlambatan tersebut terjadi pada sisi swasta dan pemerintah. Di sisi swasta, faktor base effect menjadi penyebab utama perlambatan. Pada triwulan III 2015, realisasi investasi pembangunan salah satu gedung pusat perbelanjaan di Sulawesi Utara memasuki tahap akhir, sementara pada triwulan III 2016 investasi relatif normal. Di sisi pemerintah, realisasi belanja modal anggaran APBD Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan investasi juga tercermin dari pengadaan semen di Sulawesi Utara yang menurun pada triwulan III 2016 dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel I.2. Realisasi Belanja Modal APBD Sulut APBD Sulawesi Utara I-2016 II-2016 III-2016 Satuan Realisasi Belanja Modal Akumulatif 68, , ,066 Rp Juta Realisasi Belanja Modal Triwulanan 68, , ,582 Rp Juta Rencana atau Pagu Belanja Modal 744, , ,468 Rp Juta % Realisasi Triwulanan terhadap Pagu 9.2% 28.4% 27.1% Sumber: BPKBMD Sulut, diolah 250, , , ,000 50,000 Grafik I.4. Penjualan Semen di Sulut - I II III IV I II III IV I II III Penjualan Semen (Ton) % Penjualan Semen Sumber: Kemenperin dan Kemendag, diolah Investasi diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan IV Meningkatnya kinerja investasi terutama akan didorong oleh belanja modal dari APBD yang diperkirakan semakin meningkat pada akhir tahun. Realisasi belanja dimaksud terutama untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara. Adapun tantangan pada akhir tahun 2016 yaitu penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah, namun demikian dengan komitmen pemerintah daerah untuk terus melakukan pembangunan infrastruktur, diperkirakan penundaan anggaran tersebut tidak akan terlalu berdampak negatif. Di sisi lain, pemerintah juga terus berupaya melakukan perbaikan iklim investasi khususnya terkait dengan perizinan usaha. Sementara itu, terdapat indikasi peningkatan investasi swasta seiring dengan turunnya tingkat suku bunga kredit. Di lapangan usaha properti juga

11 diperkirakan meningkat seiring dengan adanya pelonggaran kebijakan makroprudensial terkait down payment pembayaran rumah atau LTV. Peningkatan investasi oleh pelaku usaha tersebut terindikasi oleh hasil liaison Bank Indonesia. Melihat perkembangan terkini, pertumbuhan investasi tahun 2016 diperkirakan melambat dibandingkan tahun Perlambatan investasi terutama disebabkan oleh perlambatan konsumsi pemerintah akibat penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah. Selain itu, investasi swasta secara keseluruhan tahun 2016 juga belum mampu menandingi nilai investasi swasta tahun 2015 dimana terdapat investasi yang cukup besar untuk pembangunan gedung perbelanjaan terbesar di Sulawesi Utara Ekspor-Impor Membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan III Perbaikan harga komoditas Coconut Oil yang merupakan komoditas ekspor utama Sulawesi Utara menjadi faktor pendukung perbaikan ekspor. Di samping itu, perbaikan ekspor juga ditopang oleh meningkatnya kinerja industri pengolahan seiring dengan peningkatan produksi kelapa. Nilai ekspor Sulawesi Utara nonmigas pada triwulan III 2016 sebesar USD 223,14 juta dengan pangsa terbesar didominasi oleh lemak & minyak hewan/nabati sebesar 65%. 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Grafik I.X. Perkembangan Harga CNO I II III IV I II III IV I II III IV I II III Harga CNO (USD/MT) Sumber: World Bank, diolah Pertumbuhan Harga CNO 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% Perlambatan impor disebabkan oleh turunnya impor barang modal khususnya mesin-mesin. Hal tersebut sejalan dengan perlambatan investasi Sulawesi Utara. Adapun nilai impor Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 sebesar USD 23,9 juta. Hasil liaison Bank Indonesia menunjukkan bahwa kinerja ekspor Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan menurun. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh masih lemahnya pertumbuhan industri Sulawesi Utara. Guna mendorong ekspor, baik pemerintah maupun Bank Indonesia terus mendorong peningkatan industrialisasi dan hilirisasi di Sulawesi Utara melalui penelitian dan kajian serta pembentukan klaster yang berorientasi pada pengolahan komoditas pertanian. Selain itu, Pemerintah Daerah melakukan misi dagang ke beberapa negara untuk perluasan ekspor. Namun, tantangan perolehan bahan baku SDA perlu menjadi perhatian utama sebelum masuk ke jenjang industrialisasi dan hilirisasi. Kegiatan ekspor Sulawesi Utara pada tahun 2016 diperkirakan membaik dibandingkan tahun Perbaikan ekspor didukung oleh sisi internal dan eksternal. Dari sisi internal, perbaikan ekspor didorong oleh peningkatan produksi komoditas perkebunan sehingga pasokan bahan baku industri juga meningkat. Dari sisi eksternal, perbaikan ekspor didorong oleh membaiknya harga komoditas dunia khususnya harga CNO yang merupakan komoditas ekspor utama Sulawesi Utara PDRB - KINERJA LAPANGAN USAHA Di sisi permintaan, melambatnya ekonomi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh perlambatan lapangan usaha administrasi pemerintahan dan konstruksi. Sebagai informasi, ekonomi di Sulawesi Utara didominasi oleh lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha besar lainnya yaitu konstruksi dan perdagangan. Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara mengalami perlambatan pada triwulan III 6

12 Tabel I.X. PDRB Kinerja Lapangan Usaha KOMPONEN PENGGUNAAN PANGSA PERTUMBUHAN (% YOY) (%) II 2016 III 2016 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 9.74 (1.23) 1.82 Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Air, Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Sumber: BPS Pertanian Di tengah perlambatan ekonomi pada triwulan III 2016, lapangan usaha pertanian menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara. Akselerasi pertumbuhan kinerja lapangan usaha pertanian terutama didorong oleh peningkatan usaha perkebunan dengan komoditas utama kelapa, pala dan cengkih didukung oleh perbaikan kondisi cuaca pada tahun 2016 pasca El Nino tahun Khusus cengkih, pada triwulan III 2016, komoditas tersebut mengalami musim panen raya. Selain usaha perkebunan, peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian juga didukung oleh membaiknya produksi tanaman pangan dan tanaman holtikultura pada tahun 2016, khususnya tanaman pangan seperti beras mengalami musim panen pada triwulan III Peningkatan pertumbuhan lapangan usaha pertanian tersebut selanjutnya mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha industri pengolahan dan perbaikan kinerja ekspor Sulawesi Utara. Grafik I.X. Perkembangan Produksi Kelapa 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III Produksi Kelapa (Ton) % Pertumbuhan Produksi Sumber: Dinas Perkebunan Sulut, diolah 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% -25% Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, lapangan usaha pertanian diperkirakan akan kembali terakselerasi pada triwulan IV Pendorong utama akselerasi lapangan usaha pertanian masih dari lapangan usaha perkebunan yang didukung oleh perbaikan kondisi cuaca. Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia terus melakukan berbagai program dalam rangka mendukung produksi perkebunan yaitu melalui peremajaan dan bantuan penyaluran bibit di berbagai kabupaten-kota di Sulawesi Utara. Selain lapangan usaha perkebunan, lapangan usaha perikanan diperkirakan juga turut mendorong meningkatnya lapangan usaha pertanian seiring dengan membaiknya ketersediaan bahan baku ikan. Hal tersebut didukung oleh upaya Pemerintah Daerah dalam bidang perikanan antara lain pemberian bantuan pengadaan kapal, perbaikan dan pengembangan pelabuhan, serta pelatihan dan bantuan saran prasarana. Namun demikian, terdapat risiko dan tantangan yang berpotensi menghambat kinerja pertanian seperti potensi La Nina, alih fungsi lahan dan kendala perolehan izin pelabuhan bagi kapal penangkap ikan. Sepanjang tahun 2016, lapangan usaha pertanian diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan tahun Peningkatan terutama didorong oleh perbaikan cuaca pasca El Nino tahun Perbaikan cuaca mendorong peningkatan produksi pertanian dan perkebunan. Adapun pada tahun 2015 pertanian tanaman pangan dan perkebunan banyak yang mengalami gagal panen akibat El Nino Konstruksi Pada triwulan III 2016, lapangan usaha konstruksi tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan II Hal tersebut sejalan dengan penurunan realisasi belanja modal dari APBD sebagai dampak penundaan penyaluran anggaran dari pusat ke daerah. Sementara itu, sektor swasta juga masih bersikap wait and see dalam melakukan pembangunan atau investasi 7

13 atau ekspansi usaha. Perlambatan lapangan usaha konstruksi terkonfirmasi dari penurunan impor barang material konstruksi dan penjualan semen di Sulawesi Utara. Selanjutnya, perlambatan kinerja konstruksi tersebut berpengaruh pada perlambatan investasi di Sulawesi Utara. Grafik I.X. Impor Barang Material Konstruksi I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS, diolah Nilai Impor Barang Material Konstruksi (USD Juta) % Pertumbuhan Memasuki triwulan IV 2016, kinerja lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan meningkat. Optimisme tersebut ditopang oleh realisasi belanja modal Pemerintah Daerah yang semakin intensif memasuki akhir tahun. Realisasi anggaran tersebut khususnya untuk pembangunan proyek infrastruktur strategis seperti jalan tol Manado-Bitung, kawasan ekonomi khusus Bitung, pengembangan pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan hub, pembangunan infrastruktur kelistrikan, bendungan dan jalan-jalan strategis serta proyek lainnya. Di sektor swasta, pelonggaran kebijakan makroprudensial yaitu aturan down payment atau LTV kredit kepemilikan rumah akan menopang pertumbuhan kinerja konstruksi. Paket Ekonomi Jilid XIII tentang penurunan BPHTB dari 5% menjadi 2,5% diperkirakan juga mendorong kinerja konstruksi. Selain itu, tren penurunan suku bunga juga diperkirakan turut mendorong kinerja konstruksi. Hal-hal tersebut terindikasi oleh Indeks Penjualan Riil Barang Konstruksi oleh Bank Indonesia. Selanjutnya, peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi akan mendorong meningkatnya investasi di Sulawesi Utara. Guna mencapai pertumbuhan tersebut, masalah pembebasan lahan yang sering menjadi kendala dalam pembangunan perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan terkait. Pada tahun 2016, kinerja lapangan usaha konstruksi diperkirakan melambat dibandingkan tahun Perlambatan tersebut terjadi seiring dengan perlambatan pada konsumsi pemerintah dan investasi akibat penundaan penyaluran anggaran dari pusat ke daerah. Konstruksi swasta juga tumbuh melambat yang dipengaruhi oleh base effect adanya pembangunan gedung perbelanjaan pada tahun Perdagangan Lapangan usaha perdagangan merupakan salah satu lapangan usaha yang juga tumbuh melambat pada triwulan III Perlambatan tersebut sejalan dengan melambatnya konsumsi rumah tangga yang disebabkan oleh faktor base effect pergeseran perayaan hari raya Idul Fitri. Selain itu, penurunan harga BBM dan tarif angkutan umum pada awal triwulan II 2016 menjadi faktor base effect perlambatan konsumsi pada triwulan III Perlambatan konsumsi tercermin dari perlambatan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Sulawesi Utara. 268, , , , , , , , , , , ,000 Grafik I.X. Jumlah Kendaraan Bermotor Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep 2016 Jumlah Kendaraan Bermotor Sumber: UPTD Samsat Manado, diolah Pertumbuhan 8.60% 8.40% 8.20% 8.00% 7.80% 7.60% 7.40% Pada triwulan IV 2016, lapangan usaha perdagangan diperkirakan akan mengalami peningkatan. Peningkatan terutama akan didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Terjaganya tingkat pendapatan masyarakat di tengah inflasi yang terkendali didukung oleh lapangan usaha primer 8

14 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Proyeksi khususnya pertanian, juga diperkirakan turut mendorong peningkatan kinerja perdagangan. Selain itu, peningkatan juga didorong oleh tren penurunan suku bunga dan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan Grafik I.X. Perkembangan Lapangan Usaha Perdagangan (Saldo Bersih Tertimbang) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Kinerja lapangan usaha perdagangan diperkirakan meningkat pada tahun 2016 dibandingkan tahun Peningkatan kinerja didorong oleh berbagai faktor. Terjaganya sumber pendapatan seiring dengan peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian dan terkendalinya tingkat inflasi menjadi faktor pendorong kinerja lapangan usaha. Pada tahun 2016, UMP Sulawesi Utara juga meningkat cukup signifikan dari Rp2,150 juta menjadi Rp2,4 juta per bulan. Selain itu, tren penurunan suku bunga juga menjadi faktor lain pendorong kinerja perdagangan Industri Pengolahan Pada triwulan III 2016, lapangan usaha industri pengolahan tumbuh positif setelah mengalami kontraksi pada triwulan II Sejalan dengan perbaikan ekspor, pertumbuhan positif kinerja industri didorong oleh sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal, pendorong utama yaitu meningkatnya produksi kelapa sebagai bahan baku industri. Sementara dari sisi eksternal, pendorong utamanya adalah peningkatan harga komoditas Coconut Oil (CNO) dunia. Hal tersebut terkonfirmasi dari peningkatan jumlah produksi industri di Sulawesi Utara baik besar, sedang, kecil maupun mikro, serta informasi dari pelaku usaha industri pengolahan CNO bahwa produksinya membaik pada triwulan III Di sisi pembiayaan, peningkatan kinerja industri juga tercermin pada membaiknya kredit industri pengolahan. Industri di Sulawesi Utara tersebut didominasi oleh industri makanan dan minuman dengan pangsa dalam PDRB sebesar 84%, yang didominasi oleh pengolahan kelapa Grafik I.X. Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Sedang (%) Sumber: BPS Grafik I.X. Produksi CNO & Kredit Industri 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - I II III IV I II III IV I II III Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Sedang (%) Pertumbuhan Kredit Industri Pengolahan (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Produksi CNO (MT) Pertumbuhan Produksi CNO Sumber: Pelaku Usaha dan Bank Indonesia, diolah Memasuki triwulan IV 2016, kinerja industri pengolahan diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan. Selain didorong oleh peningkatan ketersediaan bahan baku kelapa serta berlanjutnya perbaikan harga jual komoditas dunia, kinerja lapangan usaha industri pengolahan juga akan didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Hasil liaison Bank Indonesia mengkonfirmasi bahwa kinerja industri pengolahan akan meningkat pada triwulan IV Di sisi lain, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia terus berupaya mendorong pertumbuhan lapangan usaha ini. Upaya tersebut antara lain melalui upaya peremajaan kelapa dan cengkih, penjajakan 0% % % 200% 150% 100% -50% -100% 9

15 ekspansi pasar dunia, pembangunan infrastruktur, pengembangan UMKM dan penyusunan riset serta penelitian-penelitian terkait industri. Namun demikian, keseluruhan tahun 2016, lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan mengalami perlambatan kinerja dibandingkan tahun Perlambatan terutama disebabkan oleh belum membaiknya suplai pasokan bahan baku perikanan tangkap. Berdasarkan informasi anekdotal, lapangan usaha perikanan masih kesulitan memenuhi kebutuhan bahan baku dimana rata-rata pasokan bahan baku ikan tahun 2016 hanya sebanyak 90 ton/hari, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 250 ton/hari. Hal itu berdampak pada penurunan jumlah unit pengolahan ikan (UPI) dan aktivitas operasional UPI hanya pada hari Senin dan Kamis. Adaptasi usaha perikanan tangkap di Sulawesi Utara terhadap aturan pemberantasan ilegal fishing relatif lambat sehingga berpengaruh pada jumlah tangkapan ikan yang menjadi bahan baku bagi industri pengolahan Transportasi Lapangan usaha transportasi tumbuh meningkat pada triwulan III Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kinerja angkutan udara seiring dengan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Sulawesi Utara. Hal tersebut tercermin dari peningkatan arus kedatangan penumpang di bandara Sam Ratulangi Manado. Di samping itu, peningkatan didorong juga oleh kinerja angkutan laut dan darat. Sebagai informasi, lapangan usaha transportasi di Sulawesi Utara didominasi oleh angkutan darat dengan pangsa sebesar 55,23% dalam PDRB, kemudian diikuti oleh angkutan udara (25,97%) dan angkutan laut (15,43%). 400, , , , , , ,000 50,000 Grafik I.X. Arus Penumpang di Bandara - I II III IV I II III IV I II III Penumpang Datang (orang) Pertumbuhan Penumpang Datang Penumpang Berangkat (orang) Pertumbuhan Penumpang Berangkat Sumber: PT Angkasa Pura I (Persero), diolah 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Hasil liaison menunjukkan bahwa kinerja lapangan usaha transportasi diperkirakan akan meningkat pada triwulan IV Peningkatan kinerja tersebut terutama akan didorong oleh berlanjutnya kedatangan wisatawan mancanegara khususnya dari Tiongkok ke Sulawesi Utara seiring dengan penambahan jumlah flight. Bandara Sam Ratulangi sendiri juga telah diizinkan untuk beroperasi selama 24 jam sehari. Bandara Miangas yang baru selesai dibangun dan mulai beroperasi pada triwulan IV 2016 juga akan menjadi pendorong lapangan usaha transportasi. Selain itu, mobilitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru turut mendorong peningkatan kinerja transportasi. Hal tersebut juga sejalan dengan prakiraan peningkatan kinerja perdagangan pada triwulan IV Adapun lapangan usaha transportasi ke depan akan sangat terbantu dengan berbagai pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah Daerah seperti jalan tol Manado-Bitung, jalan strategis lainnya, pengembangan pelabuhan Bitung sebagai hub, dan pembangunan bandara di berbagai daerah. Kinerja lapangan usaha transportasi pada tahun 2016 tumbuh meningkat cukup tinggi dibandingkan tahun Peningkatan tersebut terutama didorong oleh program Pemerintah Daerah dalam peningkatan jumlah wisatawan mancanegara. Untuk mendorong hal tersebut, Pemerintah Daerah membuka penerbangan internasional langsung dari beberapa kota di Tiongkok ke Sulawesi Utara. Selain itu, adanya pembukaan layanan oleh maskapai baru pada akhir tahun 2015 yang menyebabkan peningkatan pada tahun % 10

16 menjadi pendorong pertumbuhan kinerja lapangan usaha transportasi Lapangan Usaha Lainnya Pada triwulan III 2016, kinerja 12 lapangan usaha lainnya bervariasi. Terdapat 4 lapangan usaha tumbuh melambat, sementara 8 lapangan usaha lainnya tumbuh meningkat. Perlambatan 4 lapangan usaha tertinggi dialami lapangan usaha administrasi pemerintahan. Melambatnya lapangan usaha tersebut merupakan dampak penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah sehingga realisasi belanja mengalami penurunan. Sementara itu, dari 8 lapangan usaha yang tumbuh meningkat, lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi penahan laju perlambatan ekonomi triwulan III Kinerja penyediaan akomodasi dan makan minum meningkat seiring dengan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Utara. Pada triwulan IV 2016, kinerja administrasi pemerintahan dan penyediaan akomodasi dan makan minum diperkirakan akan tumbuh meningkat. Peningkatan kinerja administrasi pemerintahan didorong oleh realisasi belanja Pemerintah yang semakin intensif pada akhir tahun. Sementara itu, program Pemerintah Daerah yang terus menggenjot pariwisata akan mendorong kedatangan wisatawan mancanegara yang signifikan pada triwulan IV Upaya mendorong pariwisata Sulawesi Utara telah dilakukan Pemerintah Daerah melalui program peningkatan wisman dengan penyelenggaraan berbagai kegiatan atau festival pariwisata (pada bulan Oktober telah diselenggarakan Apresiasi Film Indonesia dan Festival Selat Lembeh di Manado) dan pembukaan penerbangan internasional langsung dari Tiongkok. 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Grafik I.X. Jumlah Kunjungan Wisman - I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS, diolah Jumlah Wisman (org) % Pertumbuhan Pada tahun 2016, kinerja administrasi pemerintahan diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2015, sedangkan kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum diperkirakan tumbuh meningkat. Perlambatan kinerja administrasi pemerintahan seiring dengan penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah. Sementara itu, peningkatan kinerja penyediaan akomodasi makan dan minum didorong oleh peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara yang signifikan. Prakiraan jumlah wisman yang berkunjung ke Sulawesi Utara pada tahun 2016 sebanyak orang, meningkat signifikan dibandingkan tahun 2015 yang tercatat hanya sebanyak orang. Adapun hingga September 2016, jumlah wisman tercatat sebanyak orang. Selain itu, peningkatan juga didorong oleh maraknya perayaan MICE, festival budaya dan kegiatan lainnya di Sulawesi Utara pada tahun

17 Box I. Peningkatan Signifikan Kunjungan Wisman Di tengah lemahnya perekonomian baik global maupun nasional, Pemerintah Sulawesi Utara mendorong pariwisata sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pariwisata dianggap dapat menjadi lokomotif utama penggerak ekonomi di tengah harga komoditas yang tak menentu, pasar keuangan yang cenderung tidak pasti, penerimaan negara yang terbatas dan tentunya pelemahan ekonomi global seiring lambatnya permintaan. Langkah pemerintah daerah untuk mendorong pariwisata tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh Sulawesi Utara. Sulawesi Utara memiliki banyak dan beragam lokasi wisata baik wisata bahari, wisata alam pegunungan maupun wisata buatan. Lebih dari 50 lokasi wisata yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Langkah Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mendorong pariwisata terbukti berhasil. Pada tahun 2016, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun Jumlah wisman yang berkunjung ke Sulawesi Utara sepanjang Januari hingga September 2016 tercatat sebanyak orang, bertambah sebanyak orang atau naik 84,24% (yoy) dari jumlah kunjungan wisman pada Januari hingga September 2015 yang tercatat sebanyak orang. Jumlah kunjungan wisman tersebut masih akan bertambah hingga orang sebagaimana target Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mendatangkan jumlah wisman sebanyak angka tersebut. Wisatawan asal China mendominasi kunjungan wisman ke Sulawesi Utara. Dari total kunjungan wisman sebanyak orang, wisman asal China menyumbang sebesar 65% atau orang. Setelah China, Singapura menjadi negara kedua penyumbang wisman yaitu sebanyak orang atau sebesar 6%. Tingginya jumlah wisman asal China didorong oleh program pemerintah daerah yang membuka penerbangan langsung internasional berupa charter flight dari China ke Sulawesi Utara Daerah Maskapai Penerbangan Keterangan Penumpang Chengdu Citilink 4 Charter Flight 327 Chongqing Lion Air 11 Charter Flight Guangzhou Lion Air 10 Charter Flight Sriwijaya 9 Charter Flight Hong Kong Citilink 12 Charter Flight Nanchang Sriwijaya 6 Charter Flight 985 Wuhan Lion Air 11 Charter Flight Changsha Lion Air 11 Charter Flight Macau Lion Air 29 Charter Flight Singapura Silk Air 48 Reguler Flight dan sebaliknya. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah berhasil membuat Bandara Internasional Sam Ratulangi menjadi bandara tempat pemeriksaan imigrasi (TPI) dengan bebas visa 169 negara pada triwulan II Dalam pengembangannya, sektor pariwisata di Sulawesi Utara masih dihadapi dengan berbagai tantangan dan kendala. Salah satu kendala utama yaitu ketidakmampuan tour guide dan masyarakat di Sulawesi Utara dalam berbahasa China. Di sisi dampak ekonominya, peningkatan kunjungan wisman belum dapat dihitung dengan akurat. Belum tersedia suatu indikator atau alat ukur yang tepat seperti PDRB satellite sektor pariwisata. Saat ini, diperkirakan kunjungan wisman ke Sulawesi Utara menyumbang sekitar Rp280 miliar atau tiap 1 wisman menghabiskan sekitar Rp10 juta selama berada di Sulawesi Utara. Namun, jumlah tersebut tidak memperhitungkan multiplier effect ke berbagai lapangan usaha ekonomi lainnya. Namun demikian, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Bank Indonesia dan seluruh stakeholders lainnya terus berupaya mendorong perbaikan pada sektor pariwisata. Pemerintah daerah terus menggenjot penyelenggaraan kegiatan MICE (meeting, incentive, convention & exhibition) di Sulawesi Utara. Pada akhir tahun 2016, perayaan Christmas Festival menjadi salah satu kegiatan besar yang akan diselenggarakan di Sulawesi Utara. Selain itu, alokasi anggaran untuk sektor pariwisata semakin ditingkatkan oleh pemerintah. Dari sektor swasta, para stakeholders juga giat menggali ide pengembangan pariwisata melalui berbagai rapat koordinasi dan focus group discussion. Khusus perbankan, berbagai bentuk corporate social responsibility (CSR) ditujukan pada lokasilokasi pariwisata di Sulawesi Utara. Sementara itu, Bank Indonesia sebagai inisiator pendorong sektor pariwisata melalui kegiatan bersih-bersih Pulau Bunaken dan bantuan pemberian kapal sampah ke Pulau Bunaken, juga terus melakukan penelitian dan kajian dalam rangka mendorong pariwisata. 12

18 Bab II. Keuangan Pemerintah Total anggaran belanja fiskal Sulawesi Utara tahun 2016 mencapai Rp23,75 triliun yang terbagi pada APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota. Secara spasial, anggaran belanja APBD kabupaten/kota tertinggi diraup oleh Kota Manado. Sedangkan, Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki anggaran belanja APBD kabupaten/kota terendah. Ketiga sumber belanja fiskal mengalami peningkatan realisasi pada triwulan III Pada triwulan III 2016, realisasi APBN sebesar 57,2%, meningkat dari realisasi triwulan sebelumnya yang mencapai 34,4%. Realisasi APBD Provinsi tercatat sebesar 61,82% pada triwulan III 2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun lalu yang tercatat sebesar 54,85%. Sementara itu, realisasi APBD kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 tercatat sebesar 51,65%, meningkat dari realisasi triwulan sebelumnya yang mencapai 34,89%. Ke depan, terdapat berbagai tantangan dan risiko pada realisasi belanja anggaran di Sulawesi Utara. Dari sisi eksternal, penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam pembangunan infrastruktur. Sementara itu, masalah pembebasan lahan juga menjadi tantangan tersendiri yang menyebabkan realisasi belanja tanah relatif rendah khususnya pembebasan lahan jalan tol Manado-Bitung STRUKTUR ANGGARAN Komponen keuangan pemerintah daerah di Sulawesi Utara terdiri dari tiga unsur, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan di Sulawesi Utara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi, dan APBD Pemerintah Kabupaten/Kota. Total anggaran belanja fiskal Sulawesi Utara tahun 2016 mencapai Rp23,75 triliun yang terdiri dari belanja APBD kab/kota sebesar Rp13,06 triliun (pangsa 54,1%), belanja APBN sebesar Rp8,02 triliun (pangsa 33,2%) dan belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp3,06 triliun (pangsa 12,7%). Secara spasial, anggaran belanja APBD kabupaten/kota tertinggi diraup oleh Kota Manado yang mencapai Rp1,86 triliun. Sedangkan, Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki anggaran belanja APBD kabupaten/kota terendah yaitu sebesar Rp220 miliar. Ke depan, terdapat berbagai tantangan dan risiko pada realisasi belanja anggaran di Sulawesi Utara. Dari sisi eksternal, penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam pembangunan infrastruktur. Sementara itu, masalah pembebasan lahan juga menjadi tantangan tersendiri yang menyebabkan realisasi belanja tanah relatif rendah khususnya pembebasan lahan jalan tol Manado-Bitung REALISASI APBN DI SULUT Realisasi belanja APBN Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2016, realisasi APBN sebesar 57,2%, meningkat dari realisasi triwulan sebelumnya yang mencapai 34,4%. Sampai dengan triwulan III 2016, realisasi tertinggi dicapai oleh belanja pegawai dengan realisasi 13

19 sebesar 73,3% yang didorong oleh pembayaran gaji ke-13 dan ke-14. Adapun berdasarkan struktur anggarannya, belanja barang memiliki pangsa paling tinggi yaitu sebesar 39% dari total pagu anggaran belanja. Tabel II.1. Pagu dan Realisasi APBN Sulut Data Pagu Realisasi % Realisasi Belanja Pegawai 2,328,774,253,000 1,707,629,814, % Belanja Barang 3,128,539,890,000 1,762,131,960, % Belanja Modal 2,557,601,198,000 1,120,334,019, % Belanja Bantuan Sosial 14,718,110,000 6,553,291, % Total 8,029,633,451,000 4,596,649,086, % Sumber: DJPBN Sulut, diolah 2.3. REALISASI APBD SULUT Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 5,31% (yoy) dibandingkan tahun Peningkatan terutama didorong oleh naiknya belanja operasional dan transfer sebesar 8,99% (yoy). Sedangkan, anggaran belanja modal mengalami penurunan sebesar -5,72% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan jumlah anggaran belanja modal menunjukkan bahwa masih terdapat ruang perbaikan lebih baik dalam rangka pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara. Penyerapan belanja APBD Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2016 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III Realisasi APBD tercatat sebesar 61,82% pada triwulan III 2016, lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun lalu yang tercatat sebesar 54,85%. Realisasi belanja hingga triwulan III 2016 tercatat sebesar Rp1,89 triliun dari total anggaran belanja sebesar Rp3,06 triliun. Peningkatan realisasi belanja APBD terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja modal. Belanja modal mencatat realisasi sebesar 64,62% pada triwulan III 2016, lebih tinggi dari realisasi triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 49,34%. Peningkatan tersebut menunjukkan komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam pembangunan infrastruktur di Sulut. Berbagai infrastruktur strategis atau mega proyek yang dibangun di Sulawesi Utara yaitu jalan tol Manado-Bitung, Kawasan Ekonomi Khusus Bitung, bendungan Kuwil dan Lolak, pengembangan pelabuhan Bitung sebagai hub port dan infrastruktur lainnya. Selain itu, percepatan pelaksanaan lelang proyek dan monitoring pencapaian target realisasi secara menjadi pendorong peningkatan realisasi belanja modal. Sementara itu, belanja operasional dan transfer tercatat realisasi sebesar 61,17%, lebih tinggi dari triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 56,91%. Dari realisasi tersebut, terdapat sisa atau surplus anggaran belanja sampai dengan triwulan III 2016 sebesar Rp1,16 triliun. 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Grafik II.1. Realisasi Belanja Triwulan III III 2013 III 2014 III 2015 III 2016 Total Belanja Belanja Operasional + Transfer Belanja Modal Sumber: BPKBMD Sulut, diolah 2.4. APBD KABUPATEN/KOTA DI SULUT Realisasi belanja APBD Kabupaten/Kota Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2016, realisasi APBD sebesar 51,65%, meningkat dari realisasi triwulan sebelumnya yang mencapai 34,89%. Secara spasial, realisasi tertinggi disumbang oleh Kota Bitung yang tercatat sebesar 78,88%. Tingginya realisasi Kota Bitung didorong oleh realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan yang tercatat signifikan sebesar 164,61% sehingga belanja modal mencatat realisasi sebesar 122,75%. Belanja tersebut terutama digunakan untuk pembebasan lahan dan pembangunan jalan tol Manado-Bitung khususnya, ruas II di wilayah Bitung. Sementara itu, Kabupaten Minahasa Tenggara mencatat realisasi belanja terendah yaitu sebesar 7,56%. 14

20 Tabel II.2. Realisasi Belanja Triwulan III 2016 Kab/Kota Realisasi Belanja Operasi Modal TOTAL Kota Manado Kota Bitung Kota Tomohon Kota Kotamobagu Kab. Minahasa Kab. Minahasa Selatan Kab. Minahasa Tenggara Kab. Minahasa Utara Kab. Bolaang Mongondow Kab. Bolmong Utara Kab. Bolmong Selatan Kab. Bolmong Timur Kab. Kep. Sitaro Kab. Kep. Sangihe Kab. Kep. Talaud TOTAL Sumber: BPKBMD Sulut, diolah 15

21 Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah Memasuki triwulan III, tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota Manado mengalami penurunan signifikan sehingga berada di bawah level Nasional dan terendah di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Inflasi Sulut pada triwulan III 2016 tercatat sebesar 2,28% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 3,67% (yoy). Inflasi Sulut pada triwulan laporan berhasil berada pada level yang lebih rendah dibanding inflasi Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang tercatat sebesar 3,21% (yoy), maupun inflasi Nasional yang sebesar 3,07% (yoy). Level inflasi triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi Sulut mencapai 9,35% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut dibanding triwulan sebelumnya dipengaruhi oleh melandainya inflasi volatile food, seiring pasokan yang relatif terjaga dan masuknya periode panen raya beras di akhir triwulan II 2016 sehingga pasokan melimpah hingga triwulan III Sementara, inflasi administered prices tercatat sedikit meningkat dibanding triwulan lalu akibat pengaruh peningkatan harga listrik dan angkutan udara. Di sisi lain, inflasi inti tercatat relatif stabil. Memasuki triwulan IV 2016, inflasi Sulut diperkirakan meningkat sesuai dengan pola musimannya, terutama pada periode November dan Desember. Tekanan permintaan jelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2017 serta kondisi cuaca yang kurang mendukung diperkirakan menjadi faktor pendorong laju inflasi secara bulanan. Namun demikian, inflasi tahunan Sulut pada akhir 2016 diperkirakan akan berada pada level yang jauh lebih rendah dibanding 2015, mengingat rendahnya tekanan administered prices dan relatif stabilnya harga komoditas bumbu-bumbuan di sepanjang tahun. Koordinasi pengendalian inflasi pada triwulan III 2016 terus diperkuat. Beberapa rapat koordinasi mulai tingkat Kab/Kota, Provinsi, Regional (KTI) telah dilaksanakan untuk menindaklanjuti arahan Presiden pada Rakornas VII TPID Fokus pengendalian inflasi pada triwulan III 2016 di Sulawesi Utara adalah untuk mengantisipasi lonjakan harga di akhir tahun serta memastikan ketersediaan barang-barang strategis. Gerakan Rica Rumah sebagai program unggulan TPID 2016 dan pengembangan cluster cabai rawit juga terus digalakan melalui pembagian 15 ribu bibit cabai kepada rumah tangga di Kota Manado, Kab. Minahasa dan Kab. Kepulauan Sitaro. Arah pengendalian inflasi Sulawesi Utara senantiasa mengacu kepada Roadmap Pengendalian Inflasi Sulut , yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Pembina TPID Provinsi (Gubernur Sulawesi Utara) dan Ketua TPID Provinsi (Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara) pada Oktober

22 3.1. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Tahunan Sampai dengan triwulan III 2016, sumbangan terbesar pada inflasi tahunan Sulut masih disumbang oleh kelompok Bahan Makanan. Namun, relatif stabilnya harga komoditas bumbu-bumbuan seiring dengan lancarnya pasokan membuat besaran kontribusi inflasi bahan makanan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, kelompok lain relatif mengalami inflasi yang cukup rendah. No Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Inflasi kelompok bahan makanan cukup terkendali pada triwulan laporan dan mengalami penurunan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III 2016, inflasi kelompok tersebut tercatat sebesar 5,81% (yoy) sehingga memberikan kontribusi 1,31% terhadap tingkat inflasi tahunan Sulut. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya dimana inflasi bahan makanan tercatat sebesar 13,43% (yoy). Melandainya inflasi dipengaruhi oleh masuknya masa panen raya di tengah normalisasi permintaan pasca Idul Fitri di awal triwulan. Cukup lancarnya pasokan kebutuhan pokok terutama bumbu-bumbuan seiring mendukungnya kondisi cuaca, juga menyebabkan inflasi kelompok ini mengalami penurunan. Kelompok lain yang tercatat memberi sumbangan cukup besar pada inflasi tahunan Sulut pada triwulan laporan adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kelompok ini mencatat inflasi sebesar 2,65% (yoy) sehingga memberi sumbangan sebesar 0,43% pada inflasi tahunan Sulut. Namun, level inflasi tersebut sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya dipengaruhi koreksi harga gula pasir, sejalan dengan perkembangan harga internasional maupun pergerakan kurs. Di sisi lain, beberapa kelompok seperti perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar dan transportasi, komunikasi & jasa keuangan tercatat mengalami peningkatan angka inflasi tahunan meskipun tidak signifikan. Hal ini besar dipengaruhi pergerakan harga listrik, bahan bakar rumah tangga dan angkutan udara yang memiliki kecenderungan meningkat di sepanjang triwulan III Jika dilihat dari komoditasnya, sumbangan terbesar pada inflasi tahunan Sulut tercatat berasal dari komoditas bawang merah, tomat sayur dan beras. Harga bawang merah tercatat mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil FGD dan Liaison yang dilakukan KPw BI Sulut, penyebab kenaikkan harga bawang merah pada 2016 lebih dipengaruhi permasalahan tata niaga yang juga terjadi pada level Nasional. Selain itu, terdapat pula masalah curah hujan yang tinggi pada 2016 sehingga menyebabkan kendala produksi pada daerah penghasil di luar Sulut. Sulut sendiri memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan daerah lain untuk komoditas bawang merah (Bima, Enrekang dan Brebes), sehingga risiko peningkatan harga menjadi semakin besar karena terpapar risiko di sisi distribusi barang. Memasuki triwulan IV 2016, inflasi Oktober yang cukup stabil membuat tingkat inflasi tahunan Sulut kembali mengalami penurunan sehingga berada di level 0,78% (yoy). Penurunan tersebut lebih disebabkan base effect tingginya inflasi pada Oktober 2015 lalu. Dengan memperhatikan perkembangan terkini, inflasi tahunan Sulut pada tahun 2016 diperkirakan berada pada level cukup rendah dan lebih baik dibandingkan tahun Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya harga-harga komoditas yang diatur pemerintah seperti BBM dan tarif angkutan seiring rendahnya 17

23 harga minyak dunia. Di sisi lain, komoditas bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan juga tercatat lebih stabil di sepanjang tahun Hal ini juga tidak terlepas dari semakin baiknya sinergitas dalam pengendalian inflasi di daerah. Tabel III.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado Triwulan III 2016 KOMODITAS Inflasi/Deflasi (%) Andil (%) BAWANG MERAH Inflasi TOMAT SAYUR BERAS ANGKUTAN UDARA DAUN BAWANG KANGKUNG BAWANG PUTIH GULA PASIR TARIP PULSA PONSEL MINUMAN RINGAN Deflasi SAWI HIJAU DAGING AYAM RAS SENG CAKALANG/SISIK ANGKUTAN DALAM KOTA EKOR KUNING BIJI NANGKA / KUNIRAN TINDARUNG BENSIN CABAI RAWIT Sumber: BPS, diolah Grafik III.2. Inflasi dan Sumbangan per Kelompok September 2016 Sumber: BPS, diolah Inflasi Triwulanan (qtq) Jika dilihat secara triwulanan, inflasi Sulut juga menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar -0,23% (qtq) atau mengalami deflasi, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,31% (qtq). Terjadinya deflasi secara triwulanan besar dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan. Pengaruh normalisasi harga bahan makanan pasca tingginya permintaan jelang hari raya idul fitri dan pengucapan di tengah masuknya masa panen raya membuat kelompok ini mengalami deflasi yang cukup dalam. Normalisasi permintaan juga mempengaruhi penurunan inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Tabel III.3. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% qtq) No Kelompok Sumber: BPS, diolah Di sisi lain, kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan menjadi faktor penahan laju deflasi lebih dalam. Peningkatan harga komoditas angkutan udara yang didorong tingginya permintaan seiring cukup banyaknya periode libur pada triwulan III menjadi penyebab naiknya inflasi kelompok tersebut Inflasi Bulanan (mtm) Secara bulanan, inflasi Sulut yang diwakili Kota Manado tecatat tinggi di awal triwulan namun selanjutnya mengalami koreksi yang cukup dalam. Angka inflasi selama triwulan III 2016 tersebut juga tercatat lebih rendah dibanding historisnya selama lima tahun terakhir ( ). Tingginya inflasi awal triwulan dipengaruhi oleh tekanan permintaan seiring periode hari raya Idul Fitri dan pengucapan, serta libur sekolah yang mendorong naiknya harga beberapa komoditas seperti angkutan udara dan bahan makanan. Selanjutnya, memasuki bulan Agustus dan September, tekanan inflasi kembali mereda ditandai dengan terjadinya deflasi. Memasuki triwulan IV 2016, inflasi bulanan diperkirakan meningkat. Meskipun inflasi Oktober relatif rendah, periode November dan Desember diperkirakan akan mengalami inflasi yang cukup tinggi. Juli 2016 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Pada Juli 2016, inflasi tercatat cukup tinggi dipengaruhi perayaan hari Idul Fitri,

24 pengucapan dan libur sekolah yang mempengaruhi tingkat permintaan. Inflasi pada Juli tercatat sebesar 0,84% (mtm) atau hanya sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi Juni yang sebesar 1,06% (mtm). Grafik 3.3. Laju Inflasi Kota Manado (mtm naiknya harga komoditi lain, seperti bawang merah, tomat sayur dan cakalang. Secara kelompok, sebagaimana perkembangan dari sisi komoditas, inflasi pada Juli terutama dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga pada kelompok transportasi dan bahan makanan yang masing-masing memberi andil 0,30% dan 0,34% pada tingkat inflasi Sulut. Sementara itu, kelompok lain tercatat mengalami pergerakan harga yang relatif minimal. Agustus 2016 Sumber: BPS, diolah Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Kota Manado Bulan Juli 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Normalisasi tingkat permintaan dan cukup lancarnya pasokan bahan makanan mendorong terjadinya koreksi harga pada Agustus Pada bulan ini, Sulut tercatat mengalami inflasi sebesar -0,38% (mtm) atau mengalami deflasi. Deflasi pada Agustus terutama bersumber dari penurunan inflasi volatile food. Di sisi lain, tekanan pada inflasi administered prices dan kelompok inti juga relatif mereda. Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Kota Manado Agustus 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Sumber: BPS, diolah Inflasi pada Juli 2016 lebih disebabkan oleh peningkatan harga administered prices khususnya tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga, sementara tekanan volatile food cenderung melambat seiring meredanya tekanan permintaan pasca hari raya yang jatuh pada awal bulan. Periode libur sekolah dan hari raya lebaran mendorong naiknya permintaan pada komoditas angkutan udara yang pada akhirnya berpengaruh pada kenaikkan harga. Sementara itu, melambatnya inflasi volatile food dibanding bulan sebelumnya dipengaruhi oleh menurunnya harga beberapa komoditas strategis seperti cabai rawit dan beras, meskipun pada Juli inflasi volatile food tersebut tercatat masih cukup tinggi akibat Sumber: BPS, diolah Secara kelompok, penurunan harga pada Agustus besar dipengaruhi oleh koreksi pada kelompok bahan makanan maupun makanan jadi. Kondisi ini dipengaruhi kembali normalnya harga-harga pasca hari raya dan melimpahnya pasokan beberapa komoditas seperti tomat sayur, cakalang dan beras sejalan dengan membaiknya kondisi cuaca pada periode akhir Juli hingga Agustus 2016, dimana tomat sayur tercatat sebagai 19

25 komoditas utama penyumbang deflasi pada bulan laporan. Di sisi lain, mulai masuknya masa panen tanaman bahan makanan pada bulan laporan juga turut mendorong terjadinya koreksi harga pada komditas beras meskipun pada level yang relatif terbatas. Beberapa harga komoditas ikan juga turut mengalami koreksi harga seiring pasokan yang cukup melimpah pasca relaksasi regulasi. Di sisi lain, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan juga mencatat deflasi meskipun relatif terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh koreksi harga angkutan antar kota dan angkutan udara seiring meredanya tekanan permintaan. Namun demikian, naiknya tarif listrik dan tarif pulsa ponsel pada waktu yang sama, menjadi faktor penahan terjadinya deflasi lebih dalam pada kelompok ini. September 2016 Memasuki akhir triwulan III 2016, Kota Manado kembali mengalami deflasi dibanding bulan sebelumnya, dipengaruhi koreksi kelompok bahan makanan. Pada September 2016, inflasi Kota Manado tercatat sebesar - 0,68% (mtm) atau mengalami deflasi. Terjadinya deflasi didorong oleh koreksi harga pada beberapa komoditas strategis terutama tomat sayur yang mengalami penurunan harga cukup signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi cuaca yang mendukung peningkatan produksi di tengah stabilnya tingkat permintaan, membuat pasokan tomat sayur tercatat cukup besar sehingga berpengaruh pada penurunan harga. Di sisi lain, beberapa komoditas strategis lain juga mengalami penurunan harga seperti cakalang, cabai rawit, bawang putih dan daging ayam ras. Sementara itu, faktor penahan laju deflasi yang lebih dalam muncul dari komoditas core non traded seperti tarip pulsa ponsel, jeruk nipis dan roti manis yang mengalami peningkatan harga, meskipiun dengan besaran yang terbatas. Grafik 3.6. Inflasi dan Andil Kota Manado September 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Sumber: BPS, diolah Deflasi yang didorong oleh koreksi harga kelompok bahan makanan, signifikan dipengaruhi oleh penurunan harga tomat sayur. Setelah mengalami peningkatan harga secara garadual pada Mei hingga Juli, harga tomat sayur kembali melanjutkan tren penurunan harga yang telah terjadi sejak Agustus menuju harga normalnya. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya produksi tomat dari daerah penghasil seperti Boltim dan Minahasa seiring kondisi cuaca yang mendukung. Berdasarkan hasil wawancara kepada petani, tingginya harga tomat sayur pada beberapa waktu yang lalu juga menjadi insentif tersendiri bagi petani untuk meningkatkan produksinya. Di sisi lain, harga komoditas strategis lainnya seperti cakalang, cabai rawit, daging ayam ras dan bawang putih juga mengalami penurunan harga meski pada level yang terbatas. Sementara itu, perayaan hari Idul Adha pada September tercatat hanya memberi dampak minimal mengingat tingginya diversifikasi pangan, khususnya untuk komoditas daging-dagingan pada masyarakat Sulawesi Utara FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, level inflasi tahunan Kota Manado yang lebih rendah pada triwulan III 2016, dipengaruhi oleh belum kuatnya tekanan permintaan di tengah produksi bahan 20

26 makanan strategis yang relatif meningkat serta cukup lancarnya distribusi dan pasokan. Kondisi tersebut menyebabkan inflasi kelompok volatile food mengalami penurunan cukup dalam di tengah tekanan inflasi administered prices dan inflasi inti yang relatif minim. Selain itu,terdapat pula faktor base effect tingginya inflasi tahun 2015 yang lalu Faktor Fundamental Sejalan dengan melambatnya perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2016, tekanan permintaan cenderung lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada PDRB Sulut yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Di sisi supply, permintaan yang cenderung melemah tersebut diikuti dengan produksi yang meningkat utamanya pada lapangan usaha pertanian. PDRB Pertanian tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum, kondisi tersebut menyebabkan hargaharga terutama bahan makanan cenderung terkoreksi pada triwulan laporan. Interaksi Permintaan dan Penawaran Secara umum, tekanan permintaan pada triwulan III 2016 relatif melambat. Selain perlambatan pada pertumbuhan PDRB konsumsi rumah tangga, kondisi tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun dari 140,83 pada triwulan sebelumnya menjadi 120,41 pada triwulan laporan. Sementara, meski mengalami peningkatan terbatas dari 205,27 pada triwulan lalu menjadi 216,93 pada triwulan laporan, Indeks Penjualan Riil tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 18,9% (yoy). Di sisi lain, lickert scale penjualan domestik yang merupakan hasil dari liaison Bank Indonesia kepada beberapa perusahaan besar di Sulawesi Utara tercatat relatif stagnan atau hanya mengalami perubahan minor pada triwulan laporan. Di sisi supply, peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia di Sulawesi Utara. SBT (Saldo Bersih Tertimbang) realisasi kegiatan usaha secara umum pada triwulan III 2016 tercatat meningkat cukup signifikan dari -10,04 pada triwulan lalu menjadi 19,07 pada triwulan laporan, didorong oleh peningkatan pada lapangan usaha pertanian. Permintaan yang cenderung melemah tersebut dipengaruhi oleh terfokusnya belanja masyarakat pada akhir triwulan II (Juni) mengingat hari raya Lebaran yang jatuh pada minggu pertama Juli. Pada dasarnya tingkat permintaan Juli masih cukup kuat, namun pada dua bulan selanjutnya tingkat permintaan relatif melemah seiring belum adanya faktor pendorong belanja masyarakat yang signifikan. Memasuki triwulan IV 2016, tekanan permintaan diperkirakan meningkat terutama pada bulan November dan Desember, sebagaimana pola historisnya dipengaruhi perayaan Natal dan Tahun Baru Di sisi lain, produksi bahan makanan utamanya ikan dan bumbu-bumbuan diperkirakan mengalami kendala akibat kondisi curah hujan yang tinggi pada akhir tahun. Namun, secara tahunan, inflasi Sulut pada akhir tahun 2016 diperkirakan relatif menurun sehingga berada di kisaran 0,84±1% (yoy). Kondisi tersebut besar dipengaruhi oleh base effect tingginya inflasi tahun lalu, minimnya tekanan kelompok administered prices, serta lebih terkendalinya harga komoditas strategis khususnya bumbubumbuan di sepanjang tahun Grafik 3.7. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen & Indeks Penjualan Riil Sumber: SK & SPE, Bank Indonesia 21

27 Grafik 3.8. Perkembangan Realisasi Kegiatan Usaha & Lickert Penjualan Domestik Sumber: SKDU & Liaison, Bank Indonesia Ekspektasi Inflasi Grafik 3.9. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado historisnya didorong perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru Tekanan harga di Sulawesi Utara memang pada umumnya meningkat pada akhir tahun seiring lonjakan permintaan masyarakat baik terhadap komoditas pangan maupun non pangan. Untuk mengatasi kondisi tersebut, upaya komunikasi kepada masyarakat terus dilakukan melalui himbauan agar mengkonsumsi barang sesuai kebutuhan, serta menginformasikan kondisi stok bahan pangan yang senantiasa terjaga hingga akhir tahun Non Fundamental Grafik Sumbangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Faktor Penyebabnya Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Sumber: BPS, diolah Grafik Perkembangan Indeks Ekspektasi PedagangTerhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Grafik Pergerakan Inflasi Bulanan Berdasarkan Faktor Penyebabnya Sumber: BPS, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Berdasarkan hasil Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran di Kota Manado, ekspektasi masyarakat maupun pedagang terhadap tingkat inflasi menunjukkan arah yang meningkat memasuki akhir tahun Kondisi tersebut relatif sesuai dengan pola Volatile Food Tekanan inflasi kelompok volatile food tercatat melandai pada triwulan III Tingkat inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 5,48% (yoy) pada triwulan laporan atau jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 13,48% (yoy). Angka inflasi triwulan 22

28 laporan juga tercatat masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi volatile food berada di level 14,65% (yoy). Secara bulanan, inflasi kelompok ini tercatat cukup tinggi di awal triwulan namun kemudian mengalami koreksi harga yang cukup dalam pada dua bulan selanjutnya. Kondisi tersebut relatif sejalan dengan yang terjadi pada kelompok bahan makanan. Hal tersebut besar dipengaruhi oleh koreksi harga komoditas tomat sayur, cabai rawit dan beras seiring peningkatan produksi dan lancarnya distribusi. Memasuki triwulan IV 2016, tekanan pada kelompok volatile food diperkirakan meningkat terutama jelang perayaan Natal dan tahun baru Kondisi ini disebabkan oleh lonjakan permintaan ditengah produksi bahan makanan yang terkendala masalah cuaca. Beberapa komoditas bumbu-bumbuan seperti cabai rawit, bawang merah dan tomat sayur tercatat mulai menunjukan tren peningkatan harga pada minggu pertama November Di sisi lain, produksi tabama juga diproyeksikan baru akan meningkat pada Desember Meski demikian, stok beras Sulawesi Utara khususnya di Kota Manado masih relatif aman hingga akhir tahun dengan tingkat ketahanan rata-rata pada periode triwulan IV adalah sebesar 6,2 bulan. Grafik Proyeksi Produksi Beras Bulanan Sulawesi Utara 2016 Sumber: Dinas Pertanian Sulut, diolah Grafik Perkembangan Stok Beras Kota Manado Sumber: Bulog Divre Sulut & Gorontalo, diolah Administered Prices Pada triwulan III 2016, inflasi tahunan kelompok Administered Prices tercatat mengalami penningkatan meskipun hanya pada level terbatas. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 0,50% (yoy) pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,92% (yoy). Peningkatan inflasi kelompok ini pada triwulan laporan besar dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas angkutan udara dan tarif listrik. Cukup banyaknya long weekend pada triwulan III, masuknya musim libur sekolah di awal triwulan dan cukup maraknya pelaksanaan MICE di Sulut menjadi beberapa pendorong kenaikan harga angkutan udara. Memasuki triwulan IV 2016, tekanan inflasi pada kelompok diperkirakan kembali meningkat. Pada Oktober, inflasi administered prices tercatat mengalami peningkatan menjadi 0,79% (yoy) dipengaruhi naiknya tarif listrik dan angkutan udara. Pada November dan Desember, harga komoditas angkutan udara diperkirakan masih akan berada pada level tinggi didorong libur akhir tahun, pelaksanaan MICE dan meningkatnya kinerja pariwisata Sulut. Core Inflation Secara tahunan, laju inflasi kelompok inti pada triwulan III 2016 tercatat sedikit melambat sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi. Kelompok inti tercatat mengalami 23

29 inflasi sebesar 1.55% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,55% (yoy). Penurunan pada kelompok inti dipengaruhi oleh penurunan harga gula pasir seiring cukup lancarnya pasokan pasca mengalami kelangkaan pada triwulan sebelumnya. Selain itu, komoditas inti non traded seperti sayuran juga mengalami penurunan harga seiring peningkatan produksi yang didukung oleh kondisi cuaca. Memasuki triwulan IV 2016, tekanan pada kelompok inti diperkirakan meningkat meskipun dalam besaran yang terbatas. Pengaruh ketidakpastian global pasca pemilu Amerika dapat mempengaruhi naiknya harga emas internasional. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar dan peningkatan permintaan di akhir tahun juga dapat mempengaruhi pergerakan inflasi kelompok inti ke arah yang lebih tinggi dibandingkan triwulan III UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Pada triwulan laporan, upaya pengendalian inflasi terus ditingkatkan dengan agenda utama pengendalian harga di akhir tahun. Berbagai forum koordinasi pengendalian inflasi daerah juga dilakukan di sepanjang triwulan laporan untuk membahas rencana tindak lanjut atas hasil arahan Presiden RI pada Rakornas VII TPID. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan pada Rakorwil dan Rakorpusda TPID KTI pada akhir triwulan III 2016 adalah memperkuat koordinasi dengan APH, penyusunan pedoman operasi pasar yang mengacu pada ekspektasi inflasi, dukungan anggaran (APBD) sangat dibutuhkan dalam upaya stabilisasi harga, peningkatan peran Bulog sebagai buffer stock, peningkatan infrastruktur konektvitas dan peninjauan kembali penetapan batas atas dan batas bawah bagi angkutan udara. Di sisi lain, TPID Sulut baik di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota terus memfokuskan upaya pengendalian harga jelang akhir tahun melalui komunikasi ekspektasi, mendorong suksesnya Gerakan Rica Rumah, serta terus mendorong terealisasinya Toko TPID dan pembangunan Pasar Provinsi yang dikelola oleh BUMD. Langkah nyata yang telah dilakukan TPID dalam upayanya untuk meredam gejolak harga akhir tahun adalah dengan membagikan sekitar 15 ribu bibit cabai rawit untuk mensukseskan Gerakan Rica Rumah. Bibit dibagikan kepada rumah tangga di Kab.Minahasa, Kab.Sitaro dan Kota Manado pada periode Agustus-September sehingga dapat dipanen pada akhir tahun. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan pasokan cabai rawit sehingga lonjakan harga komoditas tersebut yang hampir selalu terjadi pada akhir tahun dapat diantisipasi. Memasuki triwulan IV 2016, TPID Sulut bersama dengan TPID Kab/Kota telah melaksanakan rapat koordinasi tingkat Provinsi, serta menyepakati Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara periode Roadmap Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara disusun untuk menjadi acuan upaya pengendalian inflasi di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, sekaligus mensinergikan berbagai kebijakan dalam mengawal pencapaian sasaran inflasi Sulawesi Utara maupun Nasional. Roadmap Pengendalian Inflasi ini diharapkan dapat membuahkan hasil yang positif, disertai dengan langkah-langkah nyata, koordinatif dan berkesinambungan, baik di ruang lingkup Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Upaya pengendalian inflasi sampai dengan periode laporan dinilai telah berjalan dengan baik. Hal ini tercermin dari relatif stabilnya harga-harga komoditas strategis seperti beras, daging, cabai rawit maupun bawang merah, serta rendahnya angka inflasi tahunan Sulut sampai dengan Oktober Kondisi ini tidak terlepas dari semakin baiknya sinergitas antar instansi dalam upaya pengendalian harga khususnya dalam forum TPID baik di level Provinsi maupun Kab/Kota. 24

30 Box II. Keberhasilan Stabilisasi Harga Cabai Rawit Pada Tahun 2016, inflasi Sulawesi Utara yang rendah cukup besar dipengaruhi oleh stabilnya harga kelompok volatile food. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari terkendalinya pergerakan harga komoditas bumbubumbuan, khususnya cabai rawit yang telah menjadi komoditas utama penyumbang inflasi Sulut sejak beberapa tahun terakhir. Upaya dan strategi pengen dalian harga cabai rawit yang dilakukan oleh TPID melalui Gerakan Rica Rumah (GRR) baik di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota dinilai telah berhasil menjaga stabilitas harga cabai rawit di tahun Sebagaimana tergambar pada grafik di bawah, simpangan (titik tertingggi dibanding titik terendah) inflasi bulanan cabai rawit di tahun 2016 cenderung lebih stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut menggambarkan relatif stabilnya pergerakan harga cabai rawit di tahun laporan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Pencanangan Gerakan Rica Rumah sejatinya telah dimulai di awal tahun 2016, melalui berbagai kegiatan komunikasi kepada masyarakat bekerjasama dengan berbagai media baik cetak maupun elektronik di Sulawesi Utara. Selanjutnya, pada periode Juni-Juli, Gerakan Rica Rumah memasuki tahap sosialisasi bekerjasama dengan TPID Kab/Kota, dengan agenda memberikan materi dan informasi kepada masyarakat mengenai tata cara menanam cabai rawit di dalam polybag. Pada Agustus-Oktober, Gerakan Rica Rumah memasuki tahapan implementasi dengan pembagian sekitar 15 ribu bibit cabai rawit kepada rumah tangga di Kota Manado, Kab. Minahasa dan Kab. Kepulauan Sitaro. Pembagian bibit yang dilaksanakan pada periode Agustus-Oktober tersebut ditujukan agar panen dapat dilaksanakan pada periode Desember, saat tingkat permintaan terhadap komoditas cabai rawit tengah berada di titik tertingginya. Meskipun pembagian bibit cabai baru dilaksanakan pada triwulan III 2016, dampak dari Gerakan Rica Ruma sendiri telah terasa sejak awal tahun. Berdasarkan informasi yang diterima oleh Bank Indonesia, telah banyak rumah tangga khususnya di Kota Manado yang telah melakukan penanaman cabai rawit di pekarangan rumah secara mandiri. Hal ini tentunya berdampak positif bagi tambahan pasokan antar waktu, sehingga berpengaruh positif pada pergerakan harga cabai rawit di sepanjang tahun Gerakan Rica Rumah perlu terus dikembangkan mengingat masih besarnya ketergantungan Sulut terhadap pasokan cabai rawit luar daerah. Ke depan, Bank Indonesia bersama TPID baik di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota akan terus mendorong suksesnya Gerakan Rica Rumah. Terbuka pula peluang untuk mengembangkan gerakan menanam untuk komoditas lain seperti tomat sayur di tahun mendatang. Hal ini mengingat tingginya konsumsi tomat sayur di Sulawesi Utara, dan masih belum stabilnya pasokan antar waktu sehingga volatilitas harga menjadi sangat tinggi. 25

31 Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 relatif masih terjaga. Ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih relatif baik seiring dengan berkurangnya tekanan dan potensi risiko pada kedua sektor tersebut. Ketahanan sektor korporasi masih relatif terjaga yang didorong oleh perbaikan lapangan usaha pertanian khususnya sub lapangan usaha perkebunan sebagai input utama industri pengolahan mendorong meningkatnya kinerja lapangan usaha industri pengolahan. Hal tersebut mengurangi tekanan akan kerentanan sektor korporasi, melihat pangsa ekspor Sulawesi Utara yang didominasi hasil olahan industri pengolahan. Disisi lain, kondisi sektor rumah tangga yang salah satunya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen masih berada pada level yang optimis (diatas 100) meski menurun dari periode sebelumnya. Melambatnya konsumsi pemerintah dampak dari penundaan transfer DAU yang diprakirakan akan memengaruhi kondisi perekonomian kedepan membuat optimisme rumah tangga tidak setinggi periode sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan DPK masih terus berlanjut pada periode laporan hingga mencatat pertumbuhan negatif, melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya. Pertumbuhan negatif DPK terutama disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi komponen Giro dan komponen Deposito. Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari peruntukannya, penyaluran pembiayaan di Sulawesi Utara masih ditujukan ke sektor konsumtif, yang tercermin dari pangsa kredit konsumsi yang mencapai 59,6% dari total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh penyaluran pembiayaan di sektor UMKM, yang menunjukkan peningkatan pada periode laporan. Perkembangan sektor pariwisata Sulawesi Utara pada beberapa bulan terakhir mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM, khususnya untuk dua lapangan usaha yang mendominasi kredit UMKM yaitu lapangan usaha perdagangan (pangsa 65%) dan lapangan usaha akomodasi dan makan minum (pangsa 5%) yang erat kaitannya dengan sektor pariwisata KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Meski mengalami perlambatan, beberapa lapangan usaha utama pendorong perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 masih mencatatkan adanya pertumbuhan. Lapangan usaha Industri pengolahan yang mendominasi pangsa ekspor Sulawesi Utara pada triwulan laporan mencatatkan pertumbuhan positif (pada triwulan sebelumnya mencatatkan kontraksi), seiring dengan pertumbuhan lapangan usaha pertanian sebagai input utama lapangan usaha industri pengolahan. Pertumbuhan positif lapangan usaha pertanian tersebut merupakan 26

32 progress yang menggembirakan mengingat lapangan usaha ini sebelumnya menjadi sumber utama kerentanan korporasi lapangan usaha industri pengolahan. Berdasarkan hasil diskusi dengan para pelaku bisnis di Industri Pengolahan (liaison) sublapangan usaha industri makanan dan minuman, yakni pengolahan kelapa dan ikan, menyatakan bahwa peningkatan kinerja perusahaan pada triwulan III 2016 terutama disebabkan oleh mulai meningkatnya pasokan bahan baku, meskipun masih berada dibawah level normal. Pelaku industri pengolahan ikan mengemukakan bahwa sejak adanya relaksasi kebijakan transhipment oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, kondisi pasokan bahan baku mulai menunjukkan peningkatan dibandingkan kondisi pada periode sebelumnya, meski peningkatannya masih dalam level yang relatif terbatas. Dengan adanya relaksasi melalui penerbitan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. 1/2016 tentang Penangkapan Ikan dalam Satu Kesatuan Operasi tersebut, diperkirakan akan ada 350 unit kapal sebagai supporting fishing yang dapat kembali beroprasi sebagai pemasok bahan baku bagi industri pengolahan ikan. Grafik IV.1. Komposisi Ekspor Sulawesi Utara menjadi salah satu kendala utama yang menahan pertumbuhan industri pengolahan minyak kelapa. Fenomena El Nino pada tahun 2015 masih berdampak pada kualitas dan kuantitas kelapa hingga triwulan laporan meskipun mulai menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Diprediksikan produksi kelapa secara agregat baru akan membaik pada awal tahun Disamping itu, isu mengenai supplier lokal/kelompok tani kelapa yang lebih memilih mengekspor langsung buah kelapa utuh hasil panennya daripada menjual ke industri pengolahan Sulawesi Utara, turut menjadi permasalahan tersendiri. Ekspor langsung buah kelapa tersebut lebih diminati supplier lokal/kelompok tani selain karena harga jualnya relatif lebih tinggi juga relatif lebih murah dari segi biaya dan upaya lebih minim karena tidak membutuhkan tenaga kerja untuk membersihkan kelapa (apabila dipasok ke industri harus dipisahkan dari sabutnya) serta prosesnya relatif cepat. Dengan demikian supplier lokal/petani dapat memperoleh dana hasil penjualan tersebut lebih cepat. Permasalahan industri pengolahan mengenai keterbatasan pasokan tersebut menjadi semakin berat, dengan adanya peningkatan harga bahan baku dan penurunan harga komoditas di pasar dunia. Permasalahan terkait bahan baku kelapa tersebut jika terus berlanjut dapat menjadi sumber risiko korporasi Sulawesi Utara, mengingat dominannya pangsa industri ini terhadap ekspor Sulawesi Utara Kinerja Korporasi Kegiatan Usaha Sumber: SITC, diolah Di sisi lain, Minyak (termasuk CPO) dan Lemak Nabati sebagai komoditas yang mendominasi kinerja ekspor Sulawesi Utara, masih mencatatkan adanya pertumbuhan meskipun pada level yang masih relatif terbatas. Hasil liaison dengan Industri Pengolahan Minyak diperoleh informasi mengenai permasalahan ketersediaan bahan baku kelapa, masih Kinerja korporasi berdasarkan hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara dengan perusahaan pada lapangan usaha utama Sulawesi Utara, mengindikasikan adanya perbaikan kegiatan usaha pada triwulan III Hal tersebut tercermin dari Lickert Scale (LS) penjualan domestik maupun ekspor yang menunjukkan perbaikan pada triwulan laporan. LS penjualan 27

33 domestik mencatatkan angka positif 0,37 dan LS ekspor yang sebelumnya tercatat -1,3 membaik ke angka -1 yang menunjukkan meredanya tekanan terhadap kinerja ekspor Sulut. Grafik IV.2. Lickert Scale Kegiatan Usaha sebagai daerah dengan UMP tertinggi ketiga di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Papua, juga masih menjadi faktor naiknya biaya untuk biaya tenaga kerja. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh 75% kontak bahwa kenaikan komponen biaya tenaga kerja terutama untuk industri pengolahan, dimana sebagian besar tenaga kerjanya merupakan tenaga kerja borongan. Disamping itu kontak yang merupakan eksportir sebagian besar mengeluhkan peningkatan biaya freight dan pengurusan dokumen ekspor Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi Sumber: Liaison, Bank Indonesia Disisi lain, prospek kinerja korporasi yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara menunjukkan prospek positif, dimana kegiatan usaha pada triwulan mendatang diprakirakan akan meningkat dengan SBT sebesar 15,7%. Peningkatan tersebut dipekrirakan akan disumbangkan oleh peningkatan kinerja lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan restoran sejalan dengan meningkatnya kinerja pariwisata Sulawesi Utara, pasca pembukaan rute internasional, Manado-Tiongkok pada awal Juli 2016 lalu. Meski eksposure kredit perbankan pada sektor korporasi hanya sebesar 17,3% dari total kredit di Sulawesi Utara, kerentanan yang terjadi pada sektor ini perlu tetap diwaspadai untuk menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan mengingat eratnya keterkaitan antar sektor. Keterkaitan tersebut terutama terhadap sektor rumah tangga, dengan penghasilan dan penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh kinerja korporasi merupakan eksposur terbesar kredit perbankan Sulawesi Utara. Grafik IV.3. Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Biaya-biaya Sebagaimana triwulan sebelumnya, secara umum komponen biaya pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan biaya bahan baku, ditengah minimnya ketersediaan bahan baku baik dari sektor pertanian subsektor perkebunan sebagai imbas dari fenomena El Nino. Biaya bahan baku dari sektor perikanan untuk industri pengolahan ikan juga mengalami kenaikan ditengah relatif terbatasnya pasokan bahan baku. Disisi lain, kenaikan UMP yang menempatkan Sulut Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 28

34 Grafik IV.4. Pertumbuhan Kredit Korporasi Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit perbankan pada sektor korporasi di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 mencapai Rp 5,32 Trilliun, hanya tumbuh sebesar 1,53% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (22,73% yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit korporasi terutama disalurkan dalam bentuk kredit modal kerja (49,7%) dan investasi (48,36%), dan hanya sebagian kecil dipergunakan untuk konsumsi (1,94%). Perlambatan pertumbuhan kredit korporasi terutama disebabkan oleh terjadinya kontraksi kredit investasi. KI yang pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 34,5% (yoy) pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan negatif sebesar -6,6% (yoy) sebagai dampak sikap wait and see para pelaku usaha yang cenderung melakukan investasi pada awal dan pertengahan tahun untuk memastikan kondisi dunia usaha. Disisi lain kredit modal kerja mencatatkan pertumbuhan yang relatif stabil pada level 14,3% (yoy). Kredit Modal Kerja Korporasi Posisi kredit modal kerja (KMK) Tw III 2016 mencapai Rp2,6 Triliun hanya meningkat sebesar Rp79 Miliar secara nominal, jika dibandingkan dengan baki debet pada triwulan sebelumnya. Peningkatan kredit modal kerja korporasi tersebut didorong oleh peningkatan kredit lapangan usaha yang mendominasi penyaluran kredit modal kerja korporasi, yaitu lapangan usaha konstruksi (pangsa 23%) tercatat tumbuh menjadi sebesar 25% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya sebesar 5,15% (yoy). Disisi lain, tekanan pada lapangan usaha industri pengolahan (pangsa 11%) mulai meredam seiring dengan membaiknya kinerja PDRB lapangan usaha industri pengolahan. Pertumbuhan KMK lapangan usaha tersebut menunjukkan perbaikan, dimana KMK lapangan usaha industri pengolahan sebelumnya mencatatkan kontraksi -30% saat ini tercatat tumbuh sebesar -12,5%. Disisi lain, lapangan usaha perdagangan sebagai lapangan usaha terbesar penerima pembiayaan modal kerja pada sektor korporasi (pangsa 54%) masih mencatat perlambatan pertumbuhan (23,5% yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya (30% yoy). Grafik IV.5. Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Lapangan Usaha Dominan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Rumah tangga dalam sistem keuangan memiliki 2 (dua) fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan sebagai penerima pendanaan dari institusi keuangan. Beberapa faktor yang memengaruhi kondisi rumah tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan kondisi pembiayaan/kredit rumah tangga. 29

35 Grafik IV.6. Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Sulawesi Utara menurun dibandingkan periode sebelumnya yang berada pada level 134,1. Grafik IV.8. Persepsi Rumah Tangga Sulut terhadap Ekonomi saat ini Sumber: BPS, diolah Pada triwulan III 2016, perlambatan kinerja perekonomian Sulawesi Utara salah satunya disebabkan oleh melambatnya konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,84% (yoy) melambat dari 6,93% (yoy) pada periode sebelumnya. Namun demikian, pada periode laporan pangsa konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Sulawesi Utara mengalami peningkatan dan kini mendominasi dengan pangsa sebesar 71,65%. Peningkatan share tersebut disebabkan oleh perayaan hari raya Idul Fitri dan pengucapan di sejumlah daerah di Sulawesi Utara pada awal triwulan laporan, ditengah menurunnya konsumsi pemerintah sebagai dampak dari penundaan transfer DAU dari pemerintah pusat. Grafik IV.7. Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulawesi Utara Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan menurunnya tingkat optimisme rumah tangga dalam melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan III 2016 yang hanya berada pada level 118,9, Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik IV.9. Persepsi Rumah Tangga Sulut terhadap Ekonomi 6 bulan Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Rumah tangga Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 masih memiliki optimisme baik terhadap kondisi penghasilan, pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini tercermin dari indeks pembentuk IKE, sepanjang Juli-September 2016 menujukkan tren peningkatan meski lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Sejalan dengan melambatnya kondisi perekonomian, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja juga menunjukkan penurunan pada triwulan laporan yang diikuti dengan penurunan Indeks Penghasilan Saat Ini. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berlangsung di masa yang akan datang, sebagaimana tercermin dari rata-rata ekspektasi rumah tangga terhadap lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang yang akan relatif 30

36 lebih rendah dibandingkan rata-rata periode sebelumnya. Menurunnya optimisme masyarakat akan kondisi ekonomi kedepan terutama didorong oleh kekhawatiran akan menurunnya belanja pemerintah sebagai dampak penundaan DAU. Ke depan, sektor RT masih memperkirakan adanya risiko yang berasal dari kenaikan harga yang terindikasi dari peningkatan Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang. Sementara itu, pada triwulan IV 2016, rumah tangga akan dihadapkan pada perayaan Natal dantahun Baru, dimana secara historis tekanan harga bahan pangan dan makanan pada bulan tersebut relatif tinggi jika pemerintah tidak melakukan intervensi Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Pada triwulan III 2016 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perseorangan mengalami peningkatan, sebesar 14,22% (yoy), tumbuh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang hanya mampu tumbuh sebesar 11,08% (yoy). Dilihat dari porsinya, sektor rumah tangga tercatat masih mendominasi DPK perbankan Sulawesi Utara, dengan pangsa yang mencapai 83,4% dari keseluruhan DPK di Sulawesi Utara. Porsi DPK perseorangan tersebut mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya (76,3%), demikian pula jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2015 dengan pangsanya hanya sebesar 68,5%. Grafik IV.10. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Utara Grafik IV.11. Komposisi DPK Sulawesi Utara Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Preferensi rumah tangga pada triwulan III dalam melakukan penempatan dana masih didominasi pada tabungan dan deposito, masing-masing dengan porsi sebesar 95,3% dan 84,6%. Pertumbuhan DPK dalam bentuk tabungan (12,28% yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya 16,9% (yoy) namun lebih tinggi dari periode yang sama tahun (3,17% yoy). Perlambatan juga terjadi pada komponen deposito tercatat hanya tumbuh sebesar 0,17% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh sebesar 4,48% (yoy). Penyesuaian suku bunga acuan BI 7 Days- Reverse Repo Rate oleh perbankan yang turun sejak awal tahun 2016 berdampak pada beralihnya preferensi masyarakat untuk menginvestasikan dananya ke instrumen lain, baik keuangan (saham maupun obligasi) maupun non-keuangan (investasi fisik) yang dirasa dapat memberikan margin keuntungan lebih tinggi dibandingkan suku bunga deposito. Grafik IV.12. Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 31

37 Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga Kredit rumah tangga (konsumsi) pada triwulan III 2016 mencapai Rp18,3 triliun, tumbuh 6,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,27% (yoy). Sementara itu pangsa kredit rumah tangga terhadap total kredit yang disalurkan masih dominasi yaitu sebesar 59,6% sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 59,2%. Realisasi tebusantax Amnesty membuat masyarakat menarik dananya dan cenderung menahan penambahan kewajiban dalam bentuk kredit. Grafik IV.13. Komposisi Kredit Konsumsi Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Dari sisi penggunaan, pangsa kredit rumah tangga masih didominasi oleh Multiguna (76,05%), diikuti KPR (21,97%), KKB (1,26%) dan Perlengkapan (0,72%). Perlambatan pertumbuhan terjadi di seluruh jenis penggunaan kredit meski pertumbuhannya secara keseluruhan masih positif. Kredit perlengkapan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 161,48% (yoy), melambat dibandingkan periode sebelumnya yang mampu tumbuh 226,86% (yoy). KKB tumbuh relatif stabil meski sedikit melambat, menjadi sebesar 5,77% (yoy), yang sebelumnya tumbuh sebesar 5,90% (yoy). KPR tumbuh melambat 7,98% (yoy) dari 9,06% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Adapun perlambatan kredit multiguna terus terjadi sejak awal tahun 2015 menjadi 5,51% (yoy) dari sebelumnya dapat tumbuh 10,05% (yoy). Grafik IV.14. Pertumbuhan Kredit Konsumsi Menurut Jenis Penggunaan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah tangga pada triwulan laporan menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebagaimana tercermin dari peningkatan rasio maupun nominal NPL. Rasio NPL periode sebelumnya 2,72% meningkat menjadi 2,74% pada triwulan laporan, sementara nominal NPL meningkat dari Rp495 Milyar menjadi Rp504 Milyar. Penurunan kualitas kredit terjadi pada seluruh jenis kredit Rumah Tangga kecuali KKB. Namun demikian, tekanan tersebut masih relatif rendah, dimana NPL konsumsi secara agregat masih dibawah threshold 5%. Meskipun NPL RT masih jauh di bawah threshold namun tetap perlu dicermati mengingat masih rentannya kondisi perekonomian domestik yang dapat mempengaruhi kemampuan membayar sektor RT atas semua kewajibannya, terutama pada perbankan ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) Jaringan Kantor dan Aset Pada triwulan III 2016, terdapat pembukaan 1 (satu) kantor bank umum konvensional yang beroprasi di wilayah Sulawesi Utara, sehingga total bank umum menjadi 29 dengan 287 jaringan kantor sedangkan BPR masih sama dengan periode sebelumnya yaitu sebanyak 18 dengan 55 jaringan kantor. Total Aset perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan aset terjadi pada 32

38 kelompok Bank Persero menjadi sebesar 8,7% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 17,8%, kelompok bank swasta nasional yang juga melambat menjadi 1,3% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 6,2% (yoy) serta terkontraksi semakin dalamnya pertumbuhan aset Bank Asing & Campuran menjadi -20,9% (yoy). Disisi lain, pertumbuhan aset Bank Perintah Daerah meningkat menjadi sebesar 5,42% (yoy) dari sebelumnya hanya tumbuh sebesar 1,45% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan aset Bank Pemerintah Daerah tersebut belum mampu menopang pertumbuhan aset perbankan Sulut secara keseluruhan ditengah perlambatan aset kelompok bank lainnya. Grafik IV.15. Pertumbuhan Aset Perbankan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Intermediasi Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perlambatan pertumbuhan DPK masih terus berlanjut pada periode laporan hingga mencatat pertumbuhan negatif sebesar - 2,83% (yoy), melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar -1,02% (yoy). Pertumbuhan negatif DPK terutama disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi komponen Giro dan komponen Deposito. Disisi lain, tabungan sebagai komponen utama pembentuk DPK, juga mencatatkan perlambatan pertumbuhan meskipun masih tumbuh positif. Giro yang pada bulan sebelumnya terkontraksi sebesar -2,06% (yoy), pada bulan September 2016 terkontraksi semakin dalam menjadi sebesar -10,44% (yoy). Penurunan giro perlu dicermati karena menjadi cerminan kinerja sektor swasta, utamanya korporasi. Suku bunga modal kerja yang cenderung masih diatas 10% dianggap pihak swasta masih cukup tinggi (hasil liaison). Hal ini mendorong preferensi pelaku usaha untuk menarik dana gironya untuk dijadikan modal kerja. Deposito kini terkontraksi sebesar -14,93% (yoy), dimana bulan sebelumnya tumbuh negatif sebesar -12,90% (yoy). Penarikan simpanan dalam bentuk deposito salah satunya dimanfaatkan sektor korporasi untuk membayar tebusan tax Amnesty, juga dipengaruhi oleh semakin kompetitifnya imbal hasil yang ditawarkan instrumen investasi lain, salah satunya obligasi pemerintah dibandingkan suku bunga deposito yang cenderung menunjukkan tren penurunan. Pertumbuhan positif masih terjadi pada komponen tabungan yaitu sebesar 11,84% (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,77% (yoy). Berdasarkan komponen pembentuknya, DPK masih didominasi oleh tabungan dengan pangsa 48%, diikuti oleh deposito dan giro yang masing-masing 33% dan 19%. Grafik IV.16. Perkembangan indikator Utama Bank Umum Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit tercatat mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 5,06% (yoy), menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,20% (yoy). Secara umum, penyaluran pembiayaan di Sulawesi Utara masih ditujukan ke sektor konsumtif, yang tercermin dari pangsa kredit konsumsi yang mencapai 59,6% dari total kredit yang 33

39 disalurkan di Sulawesi Utara. Sementara itu, kredit produktif yakni modal kerja dan investasi tercatat sebesar 26,31% dan 14,09%. Berdasarkan penggunaannya, peningkatan kredit disumbang oleh pertumbuhan positif Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar 7,47% (yoy), sementara bulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 5,56% (yoy). Peningkatan KMK terutama dipicu oleh perkembangan pariwisata Sulut yang tumbuh signifikan beberapa waktu terakhir. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya KMK untuk lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum (8,03% yoy) serta perdagangan (11,2% yoy) yang merupakan sektor yang erat terafiliasi dengan sektor pariwisata.penyaluran kredit produktif lainnya yaitu Kredit Investasi (KI) juga mulai menunjukkan perbaikan yang tercermin dari meredanya tekanan pertumbuhan negatif KI, yang pada bulan sebelumnya terkontraksi hingga -15,57% (yoy), kini hanya kontraksi sebesar -4,41% (yoy). Disisi lain, Kredit Konsumsi (KK) mengalami perlambatan, yaitu hanya tumbuh sebesar 6,5% (yoy) dari sebelumnya 8,67% (yoy). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan kredit jenis multiguna sebagai komponen terbesar pembentuk kredit konsumsi. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga tercatat masih melambat, sementara dampak relaksasi kebijakan terkait Rasio Loan To Value (LTV) yang dilakukan sejak akhir Agustus 2016 masih belum terlihat. Loan to Deposit Ratio (LDR) & Non Performing Loan (NPL) Pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari indikator LDR menunjukkan peningkatan pada bulan Triwulan III 2016 menjadi 145,2% dari 140,5% pada triwulan sebelumnya dipicu oleh meningkatnya penyaluran kredit ditengah pertumbuhan negatif DPK. Di sisi kualitas kredit, yang tercermin dari indikator rasio NPL menunjukkan peningkatan menjadi 3,85% dari sebelumnya 3,72% yang mencerminkan menurunnya kualitas kredit pada periode laporan. Meski rasio tersebut masih dibawah threshold 5%, namun peningkatan rasio NPL perlu terus menjadi perhatian AKSES KEUANGAN DAN UMKM Perkembangan Pembiayaan UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Sulawesi Utara, sebagaimana tercermin dari pangsa unit usaha yang mendominasi dari total unit usaha serta sebagai sektor yang berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, sebagai salah satu aktor yang cukup penting dalam perekonomian domestik maupun nasional, UMKM sering kali masih terkendala dalam memperoleh pembiayaan. Grafik IV.17. Perkembangan Kinerja Kredit UMKM Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Pada triwulan III 2016, laju pertumbuhan kredit UMKM di Sulawesi Utara tercatat mengalami peningkatan, dari yang semula tumbuh sebesar 2,93% (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 9,18% (yoy) pada triwulan laporan. Perkembangan sektor pariwisata Sulawesi Utara pada beberapa bulan terakhir mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM, khususnya untuk dua lapangan usaha yang mendominasi kredit UMKM yaitu lapangan usaha perdagangan (pangsa 65%) dan lapangan usaha akomodasi dan makan minum (pangsa 5%) yang erat kaitannya dengan sektor pariwisata. Peningkatan kredit UMKM sayangnya tidak disertai dengan perbaikan ketahanan UMKM, yang tercermin dari penurunan kualitas kredit UMKM. Rasio NPL kredit UMKM meningkat 34

40 menjadi 6,10%, dibanding periode sebelumnya yang hanya sebesar 6,07%. Grafik IV.18. Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit NPL tertinggi dibandinkan 15 kab/kota lainnya untuk kategori kredit UMKM, rasio kredit bermasalah kab. Minahasa Tenggara tercatat mencapai 40,9% pada periode laporan yang perlu menjadi perhatian bersama Akses Keuangan Penduduk Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik IV.19. Pangsa Kredit UMKM Spasial Indikator akses keuangan Sulawesi Utara terutama dari sisi penghimpunan dana sebagaimana halnya dengan sisi kredit mengalami peningkatan. Rasio jumlah rekening DPK terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi Utara masih menunjukkan tren meningkat, dimana pada data terakhir yaitu periode Februari 2016 rasio tersebut tercatat sesar 93,42%. Rasio yang belum mencapai 100% menunjukkan belum seluruh angkatan kerja Sulawesi Utara memiliki rekening simpanan di Bank. Grafik IV.20. Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Pangsa kredit UMKM di periode laporan tercatat mengalami peningkatan, yakni menjadi sebesar 26,2%, jika dibandingkan pangsa pada periode sebelumnya (25,4%). Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi penyaluran kredit UMKM terbesar berada di Kota Manado sebesar 63,8%, diikuti Kota Bitung sebesar 9,6% dan Kota Bitung sebesar 9,6%. Meski demikian, dari sisi kerentanan terhadap risiko kredit bermasalah, Kota Manado perlu menjadi perhatian. Sebagai daerah dengan realisasi kredit UMKM terbesar, rasio NPL kredit UMKMnya telah melewati threshold yaitu sebesar 6,3% pada triwulan laporan meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,35%. DIsamping itu, Kab. Bolaang Mongondow mencatatkan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik IV.21. Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 35

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo MHA Ridhwan : Kepala Perwakilan / Direktur : Kepala Divisi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Mei 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 No. 76/XI/71/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 6,01 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2016 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016 No. 13/02/71/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,17 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan Ringkasan Laporan Nusantara Februari 2014 *) Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan PERKEMBANGAN TERKINI EKONOMI DAERAH Setelah mengalami perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN IV 215 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali

Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Kajian EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali gan a Pul Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI FebruarI 2017 Untuk informasi

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 No. 13/02/71/Th. X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2015 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 218 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi/ Salinan publikasi ini

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TIMUR NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAWA TIMUR Salinan Publikasi ini dapat diperoleh dengan menghubungi : Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C.

Lebih terperinci