KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi Kepala Perwakilan /Deputi Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim Ekonomi dan Keuangan /Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis Ekonomi /Manajer Rivo Mandey : Analis Ekonomi /Asisten Manajer Donny Pratama : Analis /Asisten Manajer Iona H. Rombot : Analis /Asisten Manajer Khoirinnisa El K. : Analis /Asisten Manajer Hendro Sirait : Pengawas Sistem Pembayaran /Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado T: / F: Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: atau Silahkan mengirimkan surel ke: rivo_m@bi.go.id dengan subyek KEKR serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan.

2 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2016 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait. Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih. Manado, Agustus 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI UTARA Peter Jacobs Direktur ii

3 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA ii iii iv RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 5 Sisi Lapangan Usaha 5 Sisi Penggunaan/Permintaan 15 Box I. Kondisi dan Pembangunan Infrastruktur Kelistrikan di Suluttenggo 21 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 22 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 22 Pendapatan Daerah 23 Belanja Daerah 24 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 27 Perkembangan Inflasi 28 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi 33 Upaya Pengendalian Inflasi 37 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 38 Ketahanan Sektor Korporasi 38 Asesmen Sektor Rumah Tangga 44 Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan) 49 Akses Keuangan 51 BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 55 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai 55 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai 58 BAB VI KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN 62 Perkembangan Ketenagakerjaan Sulawesi Utara 62 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat 66 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 71 Prospek Ekonomi Makro 71 Prakiraan Inflasi 73 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 75 iii

4 Indikator Ekonomi dan Perbankan Provinsi Sulawesi Utara INDIKATOR I. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II A PDB Nasional (yoy) B Inflasi Nasional (yoy) II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) (1.02) (0.71) 2. Laju Inflasi (yoy) % Laju Inflasi (mtm) % (0.03) Inflasi Bahan Makanan (mtm) % (2.51) Inflasi Makanan Jadi (mtm) % Inflasi Perumahan (mtm) % (0.18) Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) Inflasi Kesehatan (mtm) % Inflasi Pendidikan (mtm) % Inflasi Transportasi (mtm) % (0.28) 0.29 (1.50) (0.18) B PDRB Penggunaan *** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) (63.28) (136.10) (35.44) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) (0.88) Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) (1.38) (9.44) (16.26) C PDRB Sektoral *** Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan (1.23) Pengadaan Listrik dan Gas (5.05) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (0.87) (4.90) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi (3.32) Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II Policy Rate (%) Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II 1. Ekspor (ribu USD) 274, , , ,920 1,021, , , Impor (ribu USD) 18,790 12,040 12,080 29,210 72,120 37,270 52,870 IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II A. Jumlah Bank Bank Umum Bank Pemerintah Bank Swasta (non Syariah) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Syariah B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) Bank Umum Konvensional Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Syariah C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,195 37,195 39,637 40, Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39, BPR ,004 1,004 1,069 1, Bank Syariah Keterangan : * Angka sementara ** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010 iv

5 Indikator Ekonomi dan Perbankan Provinsi Sulawesi Utara INDIKATOR IV. PERBANKAN** TW I TW II 2015 TW III TW IV TOTAL TW I 2016 TW II D. Indikator Kinerja Bank Umum 1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21, Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4, Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7, Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10, Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30, Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 - Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 - Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18, Berdasarkan Sektor Ekonomi Pertanian, Kehutanan & Perikanan Pertambangan & Penggalian ,594 1,317 1,317 1,222 1,360 Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 Transportasi & Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Minum Informasi & Komunikasi Jasa Keuangan & Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial Jasa Lainnya Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18, Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7, Loan to Deposit Ratio (LDR) % Non Performing Loan (NPL) - Nominal (Rp miliar) ,072 1,142 - Rasio (%) V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II 1. Kas (Rp miliar) - Inflow 2,303 1,077 1,814 1,099 6,293 2,500 1,025 - Outflow 670 1,391 2,375 2,772 7, , Kliring - Volume Kliring (Lembar) 90,235 91,718 92,357 99, , , ,895 - Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,345 2,447 2,817 10,277 2,973 2,609 - Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,477 1,558 1,490 1,659 1,546 1,679 1,576 - Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) Keterangan : * Angka sementara ** Berdasarkan lokasi bank pelapor ***Menggunakan tahun dasar 2010 v

6 RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2016 tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya dan juga lebih baik dibandingkan dengan nasional (5,18% yoy). Berdasarkan lapangan usahanya, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh pertumbuhan 4 lapangan usaha utama Sulut yaitu usaha pertanian, konstruksi, perdagangan, dan transportasi. Sementara itu, lapangan usaha industri pengolahan mengalami penurunan pertumbuhan. Berdasarkan penggunaannya, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan perbaikan kinerja perdagangan Sulut. Sementara itu, investasi (PMTB) menunjukkan kinerja yang melambat. Memasuki triwulan III 2016, pertumbuhan ekonomi Sulut diperkirakan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari perkembangan lapangan usaha utama Sulut yaitu pertanian, perdagangan, konstruksi, industri pengolahan dan transportasi. Faktor pendorongnya yaitu perbaikan produksi usaha pertanian seiring perbaikan iklim dan pelonggaran ketentuan perikanan, peningkatan konsumsi sejalan dengan adanya perayaan-perayaan, dan pelonggaran ketentuan Loan To Value (LTV). Selain itu, kunjungan wisatawan China yang meningkat drastis pada triwulan III BAB II Keuangan Pemerintah Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (5,3%, yoy) maupun dari sisi belanja (21,25%, yoy). Realisasi pendapatan pada Triwulan II-2016 mencapai Rp1,415, juta atau sebesar 47,17% dari plafond anggaran. Nilai realisasi pendapatan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 50,92% dari plafond anggaran. Sementara itu, realisasi belanja pada Triwulan II-2016 mencapai Rp ,20 juta, atau 38,47% dari plafond anggaran. Nilai realisasi belanja tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 33,42% dari plafond anggaran. BAB III Perkembangan Inflasi Daerah Memasuki pertengahan tahun 2016, tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota Manado relatif mengalami penurunan sehingga tercatat semakin mendekati level nasional dan saat ini tercatat lebih rendah dari inflasi KTI. Inflasi Sulut pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,67% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan 1

7 triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 4,9% (yoy). Level inflasi triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi Sulut mencapai 8,73% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut terutama disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok administered prices seiring penurunan harga pada komoditas BBM dan Tarif Listrik. Di sisi lain, tekanan harga kelompok volatile food tercatat masih cukup tinggi di tengah stabilnya inflasi kelompok inti. Inflasi Sulut pada triwulan laporan berhasil berada pada level yang lebih rendah dibanding inflasi Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang tercatat sebesar 3,94% (yoy). Namun, inflasi Sulut masih lebih tinggi dibanding inflasi Nasional yang sebesar 3,45% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi relatif meningkat terutama di akhir triwulan dipengaruhi masa persiapan jelang hari raya Idul Fitri. Pada triwulan III 2016, tekanan inflasi diperkirakan kembali melandai meskipun angka inflasi tercatat cukup tinggi di bulan Juli. Normalisasi harga pasca Lebaran khususnya untuk bahan makanan dan angkutan udara serta masuknya masa panen tabama menjadi faktor utama proyeksi penurunan harga di triwulan III BAB IV Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Meski eksposure kredit perbankan pada sektor korporasi hanya sebesar 17,8% dari total kredit di Sulawesi Utara, kerentanan yang terjadi pada sektor ini perlu tetap diwaspadai untuk menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan mengingat keterkaitan antar sektor yang cukup erat. Adapun kondisi rumah tangga pada triwulan laporan masih menunjukkan optimisme yang tinggi baik terhadap kondisi penghasilan, pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja, hal ini tercermin dari periode April Juni 2016 secara umum indeks pembentuk Indeks Kondisi Ekonomi, menujukkan tren peningkatan. Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja juga menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan. Dari sisi akses keuangan, laju pertumbuhan kredit UMKM di Sulawesi Utara pada triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan, dari yang semula tumbuh sebesar 2,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 2,93% (yoy) pasa triwulan laporan. Peningkatan penyaluran kredit UMKM dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit untuk lapangan usaha perdagangan dengan pangsa kredit terbesar (65,4%) yang semula tercatat tumbuh 4,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya, kini dapat tumbuh sebesar 6,6% (yoy). BAB V Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan PUR Pada triwulan laporan, pemusnahan uang layak edar melambat seiring dengan menurunnya inflow. Tercatat Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) pada triwulan laporan sebesar Rp0.66 triliun. Meski PTTB secara jumlah melambat, rasio PTTB terhadap 2

8 inflow meningkat signifikan sebesar 64% setelah pada triwulan sebelumnya mencatat perlambatan. Adapun perkembangan aliran keluar masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia masih mengikuti pola historisnya. Pada triwulan II 2016 aliran keluar masuk uang kartal menunjukkan net-outflow setelah pada triwulan sebelumnya mencatat net-inflow. Hal tersebut disebabkan oleh outflow yang meningkat signifikan pada triwulan laporan. Di sisi uang palsu, pada triwulan II 2016, peredaran uang palsu mulai mereda di wilayah Sulut-Gorontalo. Hal tersebut sejalan dengan upaya yang telah dilakukan Bank Indonesia untuk menekan peredaran uang palsu di daerah melalui kegiatan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CCKUR). Sepanjang triwulan laporan, telah dilakukan 15 kali sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat seperti siswa SMA, mahasiswa, kasir perbankan dan ritel, pelaku usaha, Pemda, dan masyarakat umum. Sementara itu, perkembangan sistem pembayaran non-tunai masih mengikuti pola yang sama dengan historisnya. Pada triwulan II 2016 transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen SKNBI menunjukkan perlambatan dari triwulan sebelumnya baik dari sisi nominal transaksi maupun volume transaksi. BAB VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh sebesar 0,34% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat ke angka 0,47%. Tingkat pengangguran juga menunjukkan penurunan yang cukup besar yaitu -10,06%. Tenaga kerja banyak terserap di sektor perdagangan sebagai dampak dari pembukaan pusat pembelanjaan. Selain itu penyerapan tenaga kerja juga banyak terdapat di sektor konstruksi terutama perumahan. Kedua sektor tersebut menjadi pendorong utama penurunan tingkat pengangguran di Sulawesi Utara. Sementara peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan perbaikan tercermin dari NTP dan NTUP. Hal tersebut juga tercermin dari perbaikan jumlah masyarakat miskin dan indikator-indikator kesejahteraan lainnya secara umum. BAB VII Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh dalam kisaran 6,54-6,94% (yoy), yang mana lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I, II dan III Konsumsi yang lebih kuat pada tahun ini dibandingkan tahun lalu dalam rangka perayaan Hari Raya Keagamaan Natal dan Tahun Baru diindikasikan menjadi faktor utama 3

9 pendorong pertumbuhan tersebut. Adapun berdasarkan lapangan usaha, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sulut utamanya akan ditopang oleh lapangan usaha perdagangan, dan didukung oleh lapangan usaha utama Sulut lainnya yaitu pertanian, konstruksi, industri pengolahan dan transportasi. Sementara berdasarkan penggunaannya, pertumbuhan diperkirakan didorong oleh konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan kinerja komponen lainnya antara lain konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor luar negeri. Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan IV 2015 yang hanya tumbuh (5,57% yoy) memiliki base effect naiknya angka pertumbuhan pada triwulan IV Secara tahunan, perekonomian Sulut pada tahun 2016 diprakirakan tumbuh meningkat dibanding tahun Ekonomi Sulut tahun 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,12 6,52% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan tahun 2015 yang tercatat sebesar 6,12% (yoy). Pertumbuhan tahun 2016 terutamanya akan ditopang oleh lapangan usaha pertanian yang didorong oleh perbaikan produksi tanaman pangan, perkebunan tahunan dan perikanan. Peningkatan lapangan usaha pertanian mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga dan peningkatan kinerja lapangan usaha baik sekunder maupun tersier. Peningkatan perekonomian terindikasi oleh optimisme rumah tangga/konsumen pada 6 bulan yang akan datang sebagaimana hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Di sisi inflasi, inflasi Sulawesi Utara pada tahun 2016 diperkirakan masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional dan menurun dari tahun 2015 yang sebesar 5,56% (yoy). Inflasi Sulut pada tahun 2016 diperkirakan berada dalam rentang 3,55-3,95% (yoy). Terkendalinya inflasi pada 2016 terutama didorong oleh minimnya tekanan pada kelompok administered prices seiring harga minyak dunia yang masih rendah, optimisme peningkatan produksi pangan di paruh ke dua tahun 2016 serta semakin baiknya upaya pengendalian inflasi yang dilakukan. Meski demikian, beberapa risiko masih membayangi diantaranya yaitu: tekanan permintaan pada musim libur akhir tahun yang didorong perbaikan ekonomi secara umum, fenomena La Nina yang dapat mengganggu produksi bahan makanan, gangguan pada sisi distribusi serta faktor kebijakan pemerintah yang belum diperhitungkan khususnya yang terkait dengan penetapan tarif listrik maupun BBM. 4

10 BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH Perekonomian Sulawesi Utara pada Grafik I.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulut vs Nasional triwulan II 2016 tercatat meningkat dibanding triwulan sebelumnya dan juga lebih baik dibandingkan dengan nasional (5,18% yoy). Berdasarkan lapangan usahanya, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh pertumbuhan 4 lapangan usaha utama Sulut yaitu usaha pertanian, konstruksi, perdagangan, dan transportasi. Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sementara itu, lapangan usaha industri pengolahan mengalami penurunan pertumbuhan. Berdasarkan penggunaannya, pertumbuhan ekonomi Sulut ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan perbaikan kinerja perdagangan Sulut. Sementara itu, investasi (PMTB) menunjukkan kinerja yang melambat. Memasuki triwulan III 2016, pertumbuhan ekonomi Sulut diperkirakan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari perkembangan lapangan usaha utama Sulut yaitu pertanian, perdagangan, konstruksi, industri pengolahan dan transportasi. Faktor pendorongnya yaitu perbaikan produksi usaha pertanian seiring perbaikan iklim dan pelonggaran ketentuan perikanan, peningkatan konsumsi sejalan dengan adanya perayaan-perayaan, dan pelonggaran ketentuan Loan To Value (LTV). Selain itu, kunjungan wisatawan China yang meningkat drastis pada triwulan III SISI LAPANGAN USAHA Struktur ekonomi Sulut didominasi oleh 5 lapangan usaha utama dengan total pangsa sebesar 65% yaitu usaha pertanian (21%), perdagangan (12%), konstruksi (11%), transportasi (11%), dan industri pengolahan (9%). Selain 5 usaha utama tersebut, sektor administrasi pemerintahan memiliki pangsa sebesar 8% dan pangsa sisanya sebesar 27% tersebar pada 11 sektor lainnya. Grafik I.2. Struktur Ekonomi Sulut Sumber: Badan Pusat Statistik Sulut, diolah 5

11 Tabel I.1. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Sektor Ekonomi I II III IV Total I II Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan (1.23) Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es (5.05) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang (4.90) Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi (3.32) Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Sumber: Badan Pusat Statistik Sulut, diolah Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Lapangan usaha pertanian mengalami peningkatan kinerja pada triwulan II 2016 Grafik I.3. Kinerja Lapangan Usaha Pertanian dibandingkan triwulan I Pertumbuhannya meningkat dari 1,39% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,11% (yoy) pada triwulan ini. Sebagai informasi, lapangan usaha pertanian Sulut didominasi oleh sub lapangan usaha perikanan (35%), perkebunan tahunan (23%) dan tanaman pangan (16%), serta 6 Sumber: Badan Pusat Statistik Sulut, diolah sub lainnya (26%). Pada triwulan ini, ketiga sub lapangan usaha tersebut menjadi penopang utama meningkatnya kinerja lapangan usaha pertanian. Sub lapangan usaha perikanan tumbuh meningkat sebesar 5,85% (yoy) dari 4,36% (yoy) pada triwulan lalu. Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, peningkatan tersebut utamanya didorong oleh berakhirnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56/PERMEN- KP/2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Aturan tersebut berakhir pada 31 6

12 Oktober 2015 sebagaimana tertuang dalam Permen KKP Nomor 10/PERMEN-KP/2015. Pelaku usaha perikanan menyatakan bahwa produksi pada triwulan II 2016 mengalami perbaikan, namun belum mencapai level normal yang tercermin dari data pasca moratorium seperti jumlah kapal yang beroperasi, penggunaan tenaga kerja, dan produksi masih berada di bawah level sebelum moratorium. Tabel I.2. Peraturan Kementerian Kelautan & Perikanan Terkait Moratorium & Transhipment PERATURAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Permen No.56/Permen-KP/2014 Permen No.57/Permen-KP/2014 Permen No.58/Permen-KP/2014 Permen No.10/Permen-KP/2015 Perdirjen Perikanan Tangkap No.1/2016 Sumber: Kementerian Kelautan & Perikanan PERIHAL Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia Disiplin Pegawai Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Kementerian Kelautan Dan Perikanan Dalam Pelaksanaan Kebijakan Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap, Alih Muatan (Transhipment) Di Laut, Dan Penggunaan Nakhoda Dan Anak Buah Kapal (Abk) Asing Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 56/Permen-Kp/2014 Tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha TANGGAL DIBERLAKUKAN STATUS SAAT INI 3 November 2014 Tidak Berlaku / Selesai 12 November 2014 Berlaku 17 November 2014 Berlaku 23 April 2015 Tidak Berlaku / Selesai Penangkapan Ikan Dalam Satu Kesatuan Operasi 29 April 2015 Berlaku DATA PERIKANAN Sementara itu, kinerja sub lapangan usaha perkebunan tahunan tercatat membaik pada triwulan II 2016 dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih tercatat kontraksi. Kinerjanya membaik dari -5,29% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -4,66% (yoy) pada triwulan ini. Sebagai informasi, komoditas utama perkebunan tahunan Sulut yaitu kelapa, pala dan cengkih. Pada triwulan ini, produksi kelapa dan pala menjadi pendorong perbaikan kinerja perkebunan, sedangkan penurunan produksi cengkih menjadi penahan perbaikan kinerja perkebunan yang lebih tinggi. Secara umum, perkembangan komoditas perkebunan dipengaruhi oleh faktor cuaca. Dampak base effect El Nino tahun 2015 menyebabkan pertumbuhan produksi pala Tabel I.3. Dampak Peraturan Moratorium & Transhipment SEBELUM MORATORIUM & TRANSHIPMENT SESUDAH MORATORIUM & TRANSHIPMENT KAPAL YANG BEROPERASI (UNIT) 1, TENAGA ABK (ORANG) 12,396 2,075 Sumber: Asosiasi Unit Pengolahan Ikan Bitung, diolah Grafik I.4. Produksi Kelapa Sumber: Dinas Perkebunan Sulut, diolah 7

13 meningkat dan produksi kelapa membaik Grafik I.5. Produksi Pala pada triwulan ini. Sedangkan, produksi cengkih mengalami penurunan pada triwulan ini yang lebih disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi terjadi di daerah penghasil cengkih. Hal tersebut menyebabkan pengeringan / penjemuran cengkih terganggu. Produksi cengkih tercatat sebesar ton pada triwulan ini, Sumber: Dinas Perkebunan Sulut, diolah turun sebesar -31,34% (yoy) dari produksi triwulan yang sama tahun lalu yaitu sebesar ton. Adapun kontraksi sub lapangan usaha perkebunan tahunan sejalan dengan kontraksi yang terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan, yang mana sebagian besar industri di Sulut berbahan baku kelapa. Sub lapangan usaha tanaman pangan juga tercatat mengalami peningkatan kinerja pada triwulan II 2016 sebesar 3,96% (yoy) dari 3,86% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh base effect El Nino tahun 2015 yang berdampak pada rendahnya produksi tahun Selain itu, berbagai program Pemerintah juga menjadi penopang pertumbuhan usaha tanaman pangan seperti bantuan benih, alat dan mesin pertanian, penyaluran pupuk, pencetakan sawah baru, perbaikan dan pengembangan infrastruktur irigasi, serta program asuransi lahan sawah. Di sisi pembiayaan, eksposur perbankan Grafik I.6. Kredit Lapangan Usaha Pertanian pada lapangan usaha pertanian mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kinerja usaha pertanian. Kredit total usaha pertanian (termasuk perikanan) tumbuh meningkat dari 7,55% (yoy) menjadi 10,34% (yoy). Usaha pertanian (di luar perikanan) tercatat mengalami peningkatan kredit dari 19,47% Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia (yoy) menjadi 23,52% (yoy) pada triwulan II Sementara itu, kredit ke usaha perikanan juga tercatat mengalami perbaikan dari -8,04% (yoy) menjadi -7,31% (yoy). Namun demikian, pangsa kredit usaha pertanian masih relatif kecil yaitu sebesar 1,76% terhadap total kredit pada triwulan II

14 Memasuki triwulan III 2016, kinerja lapangan usaha pertanian diperkirakan tumbuh meningkat yang didukung oleh perbaikan sub lapangan usaha perikanan, perkebunan dan tanaman pangan. Lapangan usaha pertanian diperkirakan tumbuh meningkat sebesar 4,43% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 2,11% (yoy). Seiring berjalannya waktu, peningkatan kinerja usaha perikanan didukung oleh membaiknya ketersediaan bahan baku dan permintaan ekspor yang terus meningkat. Perbaikan ketersediaan bahan baku didorong oleh kelancaran perizinan kapal dan implementasi Perdirjen Perikanan Tangkap No.1/2016 tentang Penangkapan Ikan Dalam Satu Kesatuan Operasi. Membaiknya usaha perikanan diperkirakan akan mendorong peningkatan investasi yang mana saat ini pelaku usaha masih bersikap wait & see. Dari sisi Pemerintah, berbagai program yang dilakukan menambah optimisme kinerja usaha perikanan, antara lain pemberian bantuan pengadaan kapal, perbaikan dan pengembangan pelabuhan, pelatihan dan bantuan sarana prasarana, serta penjajakan ekspansi pasar ke Serbia. Namun demikian, terdapat risiko dan tantangan dalam peningkatan kinerja usaha perikanan antara lain fenomena La Nina, kurangnya sosialisasi Perdirjen No.1/2016 kepada aparatur sipil negara di bidang kelautan dan perikanan, dan kendala perolehan izin pelabuhan sebagaimana PERMEN No.57/PERMEN-KP/2014. Di sisi usaha perkebunan tahunan, diperkirakan terjadi perbaikan kinerja pada triwulan III Selain didukung oleh peningkatan permintaan ekspor, base effect El Nino tahun 2015 juga masih akan berdampak positif pada angka pertumbuhan produksi kelapa dan pala. Selain itu, panen raya cengkih yang terjadi pada triwulan III 2016 juga menopang peningkatan kinerja usaha perkebunan. Bank Indonesia dan Pemerintah juga melaksanakan berbagai program untuk mendukung peningkatan produksi perkebunan seperti peremajaan melalui bantuan penyaluran bibit kelapa dan cengkih di berbagai kab/kota di Sulut. Namun demikian, kondisi cuaca yang diperkirakan terjadi La Nina dan meningkatnya alih fungsi lahan akan menjadi risiko dan tantangan dalam peningkatan kinerja usaha perkebunan. Sementara itu, usaha pertanian tanaman pangan juga diperkirakan akan tumbuh meningkat pada triwulan III Peningkatan tersebut disebabkan oleh base effect rendahnya produksi pada triwulan yang sama tahun lalu, serta didukung juga oleh panen raya tahun ini yang akan terjadi pada triwulan III 2016 sebagaimana hasil liaison pada pelaku usaha beras. Berlanjutnya program dan pengembangan yang dilakukan Pemerintah di bidang pertanian akan membantu peningkatan usaha tanaman pangan. Selain fenomena La Nina dan alih fungsi lahan yang marak terjadi, terdapat juga risiko lainnya yang berpotensi menyebabkan produksi pertanian tidak optimal, antara lain yaitu tidak serentaknya masa tanam sehingga berpotensi diserang hama dan 9

15 minat generasi muda yang mulai berkurang pada usaha pertanian serta sering terjadinya keterlambatan/kekosongan pupuk bersubsidi. Indikator lainnya juga mengindikasikan Grafik I.7. Prakiraan Kegiatan Usaha Pertanian adanya peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian pada triwulan III Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, perkiraan realisasi kegiatan usaha dan harga jual mengalami peningkatan pada triwulan III Adapun peningkatan lapangan usaha pertanian akan mendorong ketersediaan Sumber: SKDU, Bank Indonesia bahan baku bagi usaha industri pengolahan yang akhirnya berdampak pada peningkatan ekspor. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kinerja lapangan usaha perdagangan tumbuh meningkat pada triwulan II 2016 dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerjanya tumbuh 7,91% (yoy), meningkat dari 6,53% (yoy). Peningkatan usaha perdagangan didorong oleh tiga hal yaitu daya beli konsumen, kondisi bisnis, dan penawaran usaha perdagangan. Daya beli konsumen mengalami penguatan yang didorong oleh penerimaan tambahan pendapatan, peningkatan lapangan usaha primer, serta meningkatnya Upah Minimum Provinsi Sulut. Di sisi kondisi bisnis, penurunan suku bunga acuan atau BI rate, harga Bahan Bakar Minyak dan tarif angkutan umum menjadi faktor pendorong penguatan daya beli. Sementara itu, dari sisi penawaran, persiapan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masuknya musim liburan menjadi penarik konsumsi masyarakat. Pangsa usaha perdagangan di Sulut terdiri dari perdagangan besar dan eceran sebesar 60% serta perdagangan mobil dan sepeda motor sebesar 40%. Pada triwulan II 2016, kedua usaha tersebut mengalami peningkatan kinerja. Usaha perdagangan besar dan eceran tumbuh meningkat sebesar 7,79% (yoy) dari 7,36% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, usaha perdagangan mobil dan sepeda Grafik I.8. Kendaraan Bermotor Roda 2 & 4 di Sulut Sumber: UPTD Samsat Manado, diolah 10

16 motor juga tumbuh meningkat sebesar Grafik I.9. Kredit Lapangan Usaha Perdagangan 8,13% (yoy) dari 5,11% (yoy). Meningkatnya perdagangan mobil terkonfirmasi oleh data peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Sulut. Peningkatan lapangan usaha perdagangan sejalan dengan peningkatan usaha transportasi dan juga konsumsi rumah tangga. Di sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke lapangan Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia usaha perdagangan mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kinerja usaha perdagangan. Pangsa kredit perdagangan merupakan pangsa terbesar penyaluran kredit perbankan kepada lapangan usaha produktif yaitu sebesar 22,74% pada posisi Triwulan II Memasuki triwulan III 2016, kinerja usaha perdagangan diperkirakan meningkat. Peningkatan didorong oleh beberapa faktor antara lain perayaan Hari Raya Idul Fitri, Grafik I.10. Prakiraan Kegiatan Usaha Perdagangan di Sulut pada bulan Juli dan Agustus, perayaan Tomohon International Flower Festival, dan mulainya tahun ajaran baru serta peningkatan signifikan turis dari China. Sumber: SKDU, Bank Indonesia Upaya Pemerintah dalam mendorong perekonomian Sulut terlihat dari event pariwisata yang terus dilakukan dan digaungkan sebagaimana merupakan salah satu program prioritas pembangunan. Meningkatnya kinerja usaha perdagangan diindikasikan oleh hasil SKDU Bank Indonesia. Indikator prakiraan kegiatan usaha dan harga jual mengalami peningkatan pada triwulan III Lapangan Usaha Konstruksi Lapangan usaha konstruksi tumbuh meningkat menjadi 9,86% (yoy) pada triwulan II 2016 dari 9,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh realisasi belanja modal APBD Provinsi Sulut dan investasi swasta. Pada triwulan ini, realisasi belanja modal tercatat sebesar 28,36%, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi triwulan sebelumnya (9,18%) dan realisasi triwulan yang sama tahun lalu (20,74%). Di sisi APBN Sulut, realisasi triwulan ini tercatat sebesar 14,16%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11

17 6,46%. Secara akumulasi sampai dengan triwulan II 2016, realisasi belanja modal APBD Provinsi Sulut mencapai 37,54%, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 27,97%. Sementara itu, realisasi belanja modal APBN Sulut sampai dengan triwulan II 2016 mencapai 20,47%. Di sisi swasta, pembangunan hunian baik horizontal maupun vertikal masih berlanjut sehingga menjadi salah satu pendorong peningkatan usaha konstruksi. APBN APBD Tabel I.4. Anggaran Belanja Modal dan Realisasinya DATA I II III IV I II Anggaran Belanja Modal 2,939,130 3,010,144 Realisasi Per Triwulan 189, ,332 % Realisasi Per Triwulan 6.46% 14.16% Akumulasi Realisasi 189, ,143 % Akumulasi Realisasi 6.46% 20.47% Anggaran Belanja Modal 789, , , , , ,468 Realisasi Per Triwulan 57, , , ,678 68, ,136 % Realisasi Per Triwulan 7.23% 20.74% 21.37% 46.56% 9.18% 28.36% Akumulasi Realisasi 57, , , ,277 68, ,485 % Akumulasi Realisasi 7.23% 27.97% 49.34% 95.90% 9.18% 37.54% Sumber: DJPBN Sulut & BPKBMD Sulut, diolah Peningkatan usaha konstruksi terkonfirmasi oleh peningkatan penyaluran kredit konstruksi. Namun demikian, pangsa kredit konstruksi terhadap total kredit hanya sebesar 3,78% pada posisi triwulan II Grafik I.11. Kredit Konstruksi Memasuki triwulan III 2016, lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan tumbuh meningkat. Peningkatan usaha tersebut sesuai dengan siklusnya dimana relatif meningkat memasuki triwulan III atau mendekati akhir tahun. Peningkatan ini utamanya didorong oleh realisasi belanja modal Pemerintah yang semakin meningkat. Selain itu, rencana pelonggaran aturan Loan To Value Kredit Pemilikan Rumah oleh Bank Indonesia akan membantu mendorong peningkatan usaha konstruksi. Adapun pembangunan Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia Grafik I.12. Prakiraan Kegiatan Usaha Konstruksi Sumber: SKDU, Bank Indonesia 12

18 infrastruktur yang terus digenjot oleh Pemerintah akan memberikan pengaruh positif pada peningkatan usaha konstruksi. Namun demikian, peningkatan usaha konstruksi sering terkendala masalah pembebasan lahan yang mana merupakan tantangan utama yang cukup sulit dalam penyelesaiannya. Lapangan Usaha Industri Pengolahan Lapangan usaha industri pengolahan Grafik I.13. Harga CPO Dunia mengalami penurunan kinerja pada triwulan II 2016 sebesar -1,23% (yoy) dari 2,68% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja disebabkan baik oleh faktor internal maupun eksternal. Di sisi internal, tingkat produksi perikanan tangkap yang belum kembali pada level normal dan produksi kelapa yang masih tercatat kontraksi menyebabkan bahan baku untuk industri pengolahan berkurang. Sumber: World Bank, diolah Grafik I.14. Produksi Komoditas Olahan Pada usaha pengolahan perikanan, beberapa pelaku usaha melakukan pemenuhan bahan baku dari Jawa maupun impor dari luar negeri. Sementara itu, di sisi eksternal, penurunan usaha industri pengolahan disebabkan oleh penurunan harga komoditas dunia, khususnya kelapa sawit. Penurunan kinerja usaha industri Sumber: Pelaku Usaha, diolah pengolahan juga terkonfirmasi oleh data produksi pelaku usaha di bidang tersebut. Di sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke usaha industri pengolahan juga tercatat kontraksi pada triwulan II 2016 yaitu sebesar -5,05% (yoy) dengan pangsa kredit yang relatif kecil yaitu 3,01% terhadap total kredit. Penurunan kinerja usaha industri pengolahan sejalan dengan perlambatan kinerja angkutan laut. 13

19 Memasuki triwulan III 2016, kinerja Grafik I.15. Prakiraan Kegiatan Usaha Industri lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan mengalami pertumbuhan positif. Faktor utamanya yaitu peningkatan ketersediaan bahan baku baik perikanan maupun perkebunan seiring dengan penerapan sistem kesatuan penangkapan ikan dan perizinan kapal yang lebih cepat serta kondisi cuaca yang mendukung Sumber: SKDU, Bank Indonesia produksi kelapa. Selain itu, program Pemerintah dan Bank Indonesia dalam peremajaan kelapa dan cengkih, penjajakan ekspansi pasar, dan pembangunan infrastruktur serta penelitian-penelitian cukup berpotensi untuk mendorong lapangan usaha ini. Hal tersebut memberikan optimisme kepada pelaku usaha dalam melakukan investasi ke depan. Berdasarkan hasil SKDU Bank Indonesia menunjukkan bahwa prakiraan kegiatan usaha industri pengolahan mengalami perbaikan pada triwulan III 2016 setelah tercatat kontraksi pada triwulan II Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Lapangan usaha transportasi tercatat tumbuh meningkat pada triwulan II 2016 sebesar 8,47% (yoy) dari 7,83% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut bersumber dari meningkatnya kinerja angkutan darat dan udara, sedangkan angkutan laut melambat kinerjanya. Sebagai catatan, pangsa usaha transportasi di Sulut didominasi oleh angkutan darat (57%), serta angkutan udara (24%), angkutan laut (15%), dan pergudangan dan angkutan sungai (3%). Kinerja angkutan darat tumbuh meningkat dari 6,87% (yoy) menjadi 7,08% (yoy) yang didorong oleh mobilitas masyarakat dalam rangka persiapan merayakan Hari Raya Idul Fitri baik untuk memenuhi kebutuhan maupun aktivitas mudik antar kab/kota dan provinsi. Selain itu, faktor pendorong lainnya yaitu penurunan harga BBM pada awal triwulan II 2016 yang diikuti dengan penurunan harga angkutan umum. 14

20 Kinerja angkutan udara juga tumbuh meningkat dari 16,58% (yoy) menjadi 21,21% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh aktivitas mudik masyarakat ke luar Sulut dan mulainya musim liburan serta meningkatnya jumlah wisatawan khususnya dari China yang berkunjung ke Sulawesi Utara pasca dibukanya Bandara Sam Ratulangi sebagai salah satu Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Grafik I.16. Arus Penumpang Bandara Sam Ratulangi Sumber: PT Angkasa Pura I, diolah Sementara itu, kinerja angkutan laut tercatat tumbuh melambat dari 3,73% (yoy) menjadi 2,71% (yoy). Hal ini sejalan dengan menurunnya produksi dan kinerja industri pengolahan pada triwulan II 2016 sehingga berdampak pada aktivitas kepelabuhanan. Pada triwulan II 2016, jumlah barang di terminal konvensional Pelabuhan Bitung tercatat mengalami penurunan dibanding triwulan yang sama tahun lalu, yaitu menurun sebesar -21,10% (yoy). Memasuki triwulan III 2016, kinerja usaha transportasi diperkirakan mengalami peningkatan sejalan dengan perbaikan kinerja angkutan laut dan meningkatnya kinerja angkutan darat serta udara. Peningkatan produksi industri pengolahan akan mendorong membaiknya kinerja angkutan laut. Sementara itu, Hari Raya Idul Fitri dan perayaan Pengucapan menjadi pendorong mobilitas masyarakat sehingga kinerja angkutan darat meningkat. Kinerja angkutan udara juga masih akan meningkat seiring dengan meningkatnya kedatangan wisatawan dari China. Adapun sampai dengan Juli 2016 tercatat ada sekitar turis yang telah masuk di Manado. Di sisi lain, Pemerintah juga terus mendorong peningkatan ekonomi dengan pembangunan infrastruktur jalan, pelabuhan, dan bandara, yang akan berdampak positif bagi usaha transportasi. Namun demikian, tantangan seperti turunnya pendapatan negara sehingga dilakukan penghematan dapat menyebabkan kinerja usaha transportasi tidak tumbuh setinggi yang diperkirakan. SISI PENGGUNAAN Berdasarkan penggunaannya, penguatan pertumbuhan ekonomi Sulut didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan perbaikan kinerja perdagangan luar negeri. Di sisi lain, konsumsi pemerintah dan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) relatif melambat kinerjanya pada triwulan ini dibandingkan triwulan lalu. 15

21 Tabel I.5. Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Penggunaan Komponen I II III IV Total I II Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) (63.28) (136.10) (35.44) Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) (0.88) Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) (1.38) (9.44) (16.26) Sumber: Badan Pusat Statistik Sulut, diolah Sebagai catatan, PDRB berdasarkan sisi penggunaan didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga dengan pangsa sebesar 48%, diikuti oleh investasi (pmtb) sebesar 33%, konsumsi pemerintah sebesar 18%, perdagangan luar negeri sebesar 17%, dan perdagangan antar daerah sebesar 9%, serta konsumsi lembaga non profit sebesar 2%. Melihat komposisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulut relatif bergantung pada konsumsi masyarakat, sehingga penting untuk menjaga sumber pendapatan masyarakat serta tingkat inflasi barang dan jasa. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2016 mencatat pertumbuhan tertinggi sepanjang 5 tahun terakhir. Pertumbuhannya naik dari 6,82% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 6,93% (yoy) pada triwulan II Peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya konsumsi makanan dan minunuman non alkohol seiring dengan menyambutnya perayaan Hari Raya Idul Fitri. Peningkatan konsumsi yang didorong oleh penguatan daya beli konsumsi rumah tangga didukung oleh penerimaan tambahan pendapatan berupa Tunjangan Hari Raya (THR), peningkatan kinerja lapangan usaha primer yaitu naiknya produksi perikanan, perkebunan dan tanaman pangan, serta Grafik I.17. Jumlah Pemakaian Listrik (MW) peningkatan UMP Sulut pada awal tahun 2016 dari Rp menjadi Rp atau naik sebesar 11,63%. Besaran UMP ini merupakan tertinggi ketiga secara nasional atau berada di bawah DKI Jakarta dengan UMP Rp dan Papua dengan UMP Rp Faktor lainya yang mendorong peningkatan Sumber: PT PLN Wil.Suluttenggo, diolah konsumsi yaitu penurunan harga BBM dan 16

22 tarif angkutan umum pada awal triwulan II Grafik I.18. Kredit Usaha Perdagangan 2016 serta tingkat inflasi yang rendah dan terkendali. Persiapan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan masuknya musim liburan juga menjadi faktor pendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Peningkatan konsumsi rumah tangga terkonfirmasi oleh konsumsi listrik di Sulut yang meningkat pada triwulan ini dibandingkan triwulan Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia sebelumnya. Di sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke lapangan usaha perdagangan juga menunjukkan peningkatan pada triwulan II 2016 dibanding triwulan sebelumnya. Memasuki triwulan III 2016, konsumsi rumah tangga diperkirakan terus meningkat. Peningkatan didorong oleh meningkatnya produksi pertanian. Di sisi lain, adanya beberapa perayaan menjadi pendorong konsumsi rumah tangga yaitu Hari Raya Idul Fitri pada awal Juli Tomohon International Flower Festival, dan dimulainya tahun ajaran sekolah baru. Tak kalah pentingnya, kedatangan wisatawan China yang signifikan pada triwulan III 2016 dengan jumlah wisatawan sampai dengan Juli 2016 menjadi pendorong konsumsi rumah tangga. Adapun Pemerintah terus berkomitmen meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja maupun mendorong tingkat inflasi ke level yang rendah. Konsumsi Pemerintah Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah juga tercatat mengalami peningkatan kinerja. Pertumbuhannya meningkat dari 8,94% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 11,37% (yoy) pada triwulan II Hal tersebut didukung oleh realisasi belanja Pemerintah baik dalam APBN Sulut maupun APBD Provinsi Sulut. Bahkan, realisasi belanja APBD Sulut terpantau jauh lebih baik dibanding triwulan I 2016 dan juga lebih baik dibanding triwulan II Peningkatan realisasi terjadi baik pada belanja operasional & pegawai maupun belanja modal. Hal tersebut menunjukkan kinerja Pemerintah Daerah yang meningkat sebagai respon arahan Presiden untuk mempercepat realisasi belanja. Kinerja Pemerintah Daerah tersebut tercermin dari peningkatan pertumbuhan lapangan usaha administrasi pemerintahan dari 8,07% (yoy) menjadi 8,76% (yoy) pada triwulan II

23 Tabel I.6. Anggaran Belanja Pemerintah Sulut 2016 DATA (Rp Juta) I II III IV I II APBN Anggaran Belanja 8,255,205 8,360,753 Realisasi Per Triwulan 953,558 1,924,182 % Realisasi Per Triwulan 11.55% 23.01% Akumulasi Realisasi 953,558 2,877,740 % Akumulasi Realisasi 11.55% 34.42% APBD Anggaran Belanja 2,906,338 2,906,338 2,906,338 2,906,338 3,060,767 3,060,767 Realisasi Per Triwulan 377, , ,830 1,099, , ,026 % Realisasi Per Triwulan 13.00% 20.42% 21.43% 37.81% 15.18% 23.30% Akumulasi Realisasi 377, ,234 1,594,065 2,693, ,581 1,177,607 % Akumulasi Realisasi 13.00% 33.42% 54.85% 92.66% 15.18% 38.47% Sumber: DJPBN & BPKBMD Sulut, diolah Pada triwulan III 2016, realisasi belanja diperkirakan akan terus meningkat sesuai dengan siklusnya. Berlanjutnya pembangunan infrastruktur Pemerintah akan mendorong realisasi belanja modal dan belanja pegawai. Hal yang perlu diperhatikan yaitu masalah pembebasan lahan yang dapat menghambat pembangunan infrastruktur. Investasi Investasi masih tumbuh cukup tinggi, namun relatif sedikit melambat dari 9,96% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 9,86% (yoy) pada triwulan II Perlambatan utamanya disebabkan oleh melambatnya investasi dalam bentuk bangunan, sedangkan investasi dalam bentuk non-bangunan mengalami peningkatan pertumbuhan. Melambatnya investasi bangunan didorong oleh perlambatan investasi swasta. Berdasarkan hasil liaison, pelaku usaha masih bersikap wait & see dalam menentukan keputusan investasi seiring dengan pemulihan ekonomi. Sementara itu, investasi Pemerintah menjadi penahan laju perlambatan pertumbuhan investasi. Hal tersebut tercermin dari realisasi belanja modal Pemerintah yang cukup baik. Realisasi belanja modal baik dalam APBN Sulut maupun APBD Provinsi Sulut tercatat meningkat pada triwulan II 2016 dibanding triwulan I 2016 dan juga lebih tinggi dibanding triwulan II Grafik I.19. Realisasi Belanja Modal APBD Sulut Sumber: BPKBMD, diolah 18

24 Pada triwulan III 2016, investasi diperkirakan meningkat yang didorong oleh investasi swasta dan pemerintah. Investasi swasta oleh pelaku usaha akan meningkat seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi. Sedangkan Pemerintah terus berupaya mempercepat pembangunan infrastruktur dan proyek-proyek pengadaan. Selain itu, Pemerintah juga melakukan perbaikan demi perbaikan iklim investasi khususnya terkait dengan perizinan usaha. Bentuk kerja nyata juga terlihat dari pengembangan Regional Investor Relation Unit Sulawesi Utara oleh Bank Indonesia. Instansi Pemerintah Daerah juga merencanakan membuat Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM). Namun demikian, tantangan utama dalam mendorong investasi yaitu koordinasi antar lembaga yang sering menciptakan tumpang tindih tugas/wewenang. Oleh karena itu, Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sulut sedang dipercepat untuk diterapkan. Ekspor Impor Kinerja perdagangan ekspor impor Sulut pada triwulan II 2016 relatif membaik dibandingkan triwulan I Perbaikan kinerja didorong oleh ekspor yang membaik atau terkontraksi -12,86% (yoy), lebih baik dibanding -20,07% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dengan data nilai ekspor Sulut dan pertumbuhannya cenderung membaik pada triwulan II 2016 dibanding triwulan sebelumnya. Arus barang perdagangan luar negeri di pelabuhan Bitung juga tercatat mengalami kenaikan. Sebagai catatan, Sulawesi Adapun Sulut merupakan net importir. Grafik I.20. Nilai Ekspor Sulut Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Grafik I.21. Arus Barang Perdagangan Luar Negeri Pada triwulan III 2016, kinerja ekspor Sulut diperkirakan mengalami perbaikan yang didorong oleh peningkatan produksi pengolahan dengan dukungan Sumber: PT Pelindo IV Bitung, diolah ketersediaan bahan baku. Sementara itu, impor baik dari luar negeri maupun provinsi lain diperkirakan masih akan tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh perbaikan produksi pengolahan sehingga membutuhkan alat dan bahan pendukung. Selain itu, kebutuhan Hari Raya Idul Fitri pada awal triwulan III 2016 juga menjadi pendorong peningkatan impor. Baik Pemerintah maupun Bank Indonesia terus mendorong 19

25 peningkatan industrialisasi dan hilirisasi di Sulawesi Utara dalam rangka menambah produksi pengolahan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk mencapai hal tersebut, tantangan perolehan bahan baku masih menjadi isu hangat saat ini. 20

26 Boks I Kondisi dan Pembangunan Kelistrikan di Suluttenggo Kondisi suplai listrik di Sulut tercatat membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya seiring dengan pengembangan infrastruktur kelistrikan. Ke depan, beberapa rencana pembangunan pembangkit listrik akan terus menopang kebutuhan listrik di Sulut. 21

27 BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Utara meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (5,3%, yoy) maupun dari sisi belanja (21,25%, yoy). Realisasi pendapatan pada Triwulan II-2016 mencapai Rp1,415, juta atau sebesar 47,17% dari plafond anggaran. Nilai realisasi pendapatan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 50,92% dari plafond anggaran. Berdasarkan proporsinya, Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Dana Perimbangan, yaitu sebesar 68,61% dari total pendapatan. Rasio kemandirian daerah pada periode laporan menunjukan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini diindikasikan dari besarnya porsi PAD terhadap total pendapatan yang mengalami penurunan, dari semula 36,67% di tahun 2015, menjadi 31,04% di tahun Sementara itu, realisasi belanja pada Triwulan II-2016 mencapai Rp ,20 juta, atau 38,47% dari plafond anggaran. Nilai realisasi belanja tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 33,42% dari plafond anggaran. Dilihat dari perkembangan selama tiga tahun terakhir, porsi belanja modal mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa arah kebijakan pemerintah daerah Sulawesi Utara yang mulai memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan infrastruktur dalam rangka membangun ekomomi daerah. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik di daerah, instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah melalui APBD. Tujuan utama dari APBD adalah sebagai pedoman oleh pemerintah daerah dalam mengatur penerimaan dan belanja untuk pelaksanaan pembangunan daerah. Pelaksanaan APBD juga diharapkan dapat menjadi mesin utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga sebagai salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makroekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri. APBD yang direncanakan setiap tahun dengan mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pada dasarnya menunjukkan sumber-sumber pendapatan daerah, besaran alokasi belanja untuk melaksanakan program / kegiatan, serta pembiayaan yang muncul apabila terjadi surplus atau defisit. Nilai RAPBD Provinsi Sulawesi Utara di tahun 2016 meningkat jika dibandingkan dengan nilai RAPBD periode tahun sebelumnya, baik dari sisi pendapatan (17,68%, yoy) maupun dari sisi belanja (5,31%, yoy). 22

28 Tabel 2.1. Kinerja APBD Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan II No Uraian RAPBD 2014 (Rp Juta) Realisasi APBD Triwulan II RAPBD 2015 (Rp Juta) Nominal (Rp Juta) % Realisasi APBD Triwulan II Nominal (Rp Juta) % RAPBD 2016 (Rp Juta) Realisasi APBD Triwulan II Nominal (Rp Juta) % 1 Pendapatan 2,380, ,011, % 2,640, ,344, % 3,001, ,415, % Pendapatan Asli Daerah 991, , % 1,089, , % 1,141, , % Dana Perimbangan 1,100, , % 1,209, , % 1,855, , % Lain-lain Pendapatan yang Sah 288, , % 341, , % 5, , % 2 Belanja 2,579, , % 2,906, , % 3,060, ,177, % Belanja Operasional + Transfer 1,988, , % 2,116, , % 2,306, , % Belanja Modal 588, , % 789, , % 744, , % Belanja Tidak Terduga 3, , % % 10, % 3 Pembiayaan Daerah 199, , % 265, , % 59, Penerimaan 249, , % 290, , % 84, Pengeluaran 50, , , SiLPA Tahun Berkenan 591, , , Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara (diolah) Pendapatan Daerah Dari sisi pendapatan, nilai pagu anggaran RAPBD 2016 mencapai Rp3,00 triliun, dengan realisasi sebesar Rp ,03 juta sepanjang Triwulan II-2016 (47,17% ). Realisasi pendapatan pada periode laporan lebih rendah dibandingkan realisasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar 50.92%. Terdapat dua sumber pendanaan utama dalam struktur APBD Provinsi Sulawesi Utara, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Berdasarkan proporsinya, Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Dana Perimbangan, yaitu sebesar 68,61% dari total pendapatan pada periode laporan. Rasio kemandirian daerah pada periode laporan menunjukan penurunan dibandingkan dengan kuartal I Hal ini diindikasikan dari besarnya porsi PAD terhadap total pendapatan yang mengalami penurunan, dari semula 71% di kuartal I tahun 2016, menjadi 68.61% pada kuartal II Tabel 2.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I Realisasi APBD Triwulan Realisasi APBD Triwulan APBD-P 2016 I II No Uraian (Rp Juta) Nominal Nominal (Rp % % (Rp Juta) Juta) PENDAPATAN 3,001, , % 1,415, % 1 Pendapatan Asli Daerah 1,141, , % 439, % Pajak Daerah 980, , % 372, % Retribusi Daerah 56, , % 31, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 45, Lain-lain Pendapatan yang Sah 58, , % 35, % 2 Dana Perimbangan 1,855, , % 971, % Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 121, , % 52, % Dana Alokasi Umum 1,065, , % 621, % Dana Alokasi Khusus 668, , % 297, % 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 5, , Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 23

29 Berdasarkan proporsinya, sebagian besar Dana Perimbangan ditopang oleh Dana Alokasi Umum (63,99%), diikuti dengan Dana Alokasi Khusus (30,63%) dan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (5,39%). Dilihat dari perkembangannya dalam dua triwulan pertama tahun 2016, porsi realisasi Dana Alokasi Umum memiliki kecenderungan yang menurun dari 70,27% di triwulan I menjadi 63.99% di triwulan II tahun Grafik 2.1. Porsi Komponen Pembentuk Dana Perimbangan Pada Pendapatan Daerah Sulawesi Utara Periode Triwulan I & Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Belanja Daerah Dari sisi belanja, nilai pagu anggaran APBD-P 2016 mencapai Rp3,06 triliun dengan nilai realisasi pada periode Triwulan I sebesar Rp464,58 juta (15,18%). Nilai realisasi belanja ini meningkat menjadi sebesar Rp juta (38.47%) pada triwulan II. Anggaran belanja daerah mencerminkan potret pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Tabel 2.3. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I & (Klasifikasi Operasi-Modal) Realisasi APBD Triwulan I Realisasi APBD Triwulan II APBD-P 2016 (Rp No Uraian Juta) Nominal (Rp Nominal % % Juta) (Rp Juta) BELANJA 3,060, , % 1,177, % 1 Belanja Operasi 1,880, , % 723, % Belanja Pegawai 626, , % 283, % Belanja Barang 688, , % 187, % Belanja Subsidi 1, Belanja Hibah 552, , % 252, % Belanja Bantuan Sosial % Belanja Bantuan Keuangan 11, Belanja Modal 744, , % 279, % Belanja Tanah 41, , % 10, % Belanja Peralatan dan Mesin 117, , % 36, % Belanja Bangunan dan Gedung 148, , % 19, % Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 434, , % 211, % Belanja Aset Tetap Lainnya 2, % % 3 Belanja Tak Terduga 10, % 4 Transfer 425, , % % Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 24

30 Berdasarkan klasifikasi belanja operasi - modal, porsi realisasi belanja masih didominasi oleh Belanja Operasi (61.40%), diikuti dengan Belanja Modal (23.73%), dan Transfer (14.82%). Dilihat dari perkembangan selama tiga tahun terakhir, porsi belanja modal mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa arah kebijakan pemerintah daerah Sulawesi Utara yang mulai memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan infrastruktur dalam rangka membangun ekonomi daerah. Grafik 2.2. Porsi Komponen Pembentuk Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I & Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Selain klasifikasi operasi-modal di atas, kinerja belanja daerah juga dapat diklasifikasikan dengan metode langsung-tidak langsung. Belanja langsung adalah dana yang dibelanjakan karena adanya program dan kegiatan yang memiliki dampak langsung. Sedangkan belanja tidak langsung belanja yang tidak berkenaan atau tidak dipengaruhi secara langsung oleh program dan kegiatan yang dirancang oleh pemerintah daerah. Tabel 2.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Periode Triwulan I & (Klasifikasi Langsung-Tidak Langsung) No BELANJA Uraian APBD-P 2016 (Rp Juta) Realisasi APBD Triwulan I 2016 Realisasi APBD Triwulan II 2016 Nominal Nominal % % (Rp Juta) (Rp Juta) 3,060, , % 1,177, % 1 Belanja Tidak Langsung 1,595, , % 700, % Belanja Pegawai 594, , % 273, % Belanja Subsidi 1, Belanja Hibah 552, , % 252, % Belanja Bantuan Sosial % Belanja Bagi Hasil 425, , % 174, % Belanja Bantuan Keuangan 11, Belanja Tidak Terduga 10, Belanja Langsung 1,465, , % 476, % Belanja Pegawai 32, , % 9, % Belanja Barang dan Jasa 688, , % 187, % Belanja Modal 744, , % 279, % Surplus (Defisit) (59,011.90) 247, ,279 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah 25

31 Realisasi Belanja Tidak Langsung pada periode laporan tercatat sebesar Rp ,93 juta (43,91%), atau menunjukkan perkembangan dibandingkan dengan triwulan I, yaitu sebesar Rp ,43 juta (21,01%). Sejalan dengan hal tersebut, realisasi Belanja Langsung juga mengalami peningkatan dari sebesar Rp ,80 juta (8.83%) sepanjang Triwulan I menjadi Rp ,27 (32.52%) pada Triwulan II Grafik 2.3. Porsi Komponen Pembentuk Belanja Daerah Sulawesi Utara Periode Triwulan I & (Klasifikasi Langsung-Tidak Langsung) Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah (BPKBMD) Sulawesi Utara, diolah Dilihat dari porsinya, realisasi belanja pada periode laporan didominasi oleh belanja tidak langsung (59.52%), diikuti dengan belanja langsung (40.48%). Perkembangan selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa porsi belanja tidak langsung memiliki kecenderungan yang menurun setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap tahunnya, program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara diarahkan agar memiliki dampak langsung terhadap pembangunan daerah. 26

32 BAB III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Memasuki pertengahan tahun 2016, tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota Manado relatif mengalami penurunan sehingga tercatat semakin mendekati level nasional dan saat ini tercatat lebih rendah dari inflasi KTI. Inflasi Sulut pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 3,67% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang tercatat sebesar 4,9% (yoy). Level inflasi triwulan laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi Sulut mencapai 8,73% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut terutama disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok administered prices seiring penurunan harga pada komoditas BBM dan Tarif Listrik. Di sisi lain, tekanan harga kelompok volatile food tercatat masih cukup tinggi di tengah stabilnya inflasi kelompok inti. Inflasi Sulut pada triwulan laporan berhasil berada pada level yang lebih rendah dibanding inflasi Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang tercatat sebesar 3,94% (yoy). Namun, inflasi Sulut masih lebih tinggi dibanding inflasi Nasional yang sebesar 3,45% (yoy). Secara bulanan, tekanan inflasi relatif meningkat terutama di akhir triwulan dipengaruhi masa persiapan jelang hari raya Idul Fitri. Pada triwulan III 2016, tekanan inflasi diperkirakan kembali melandai meskipun angka inflasi tercatat cukup tinggi di bulan Juli. Normalisasi harga pasca Lebaran khususnya untuk bahan makanan dan angkutan udara serta masuknya masa panen tabama menjadi faktor utama proyeksi penurunan harga di triwulan III Selama triwulan II 2016, koordinasi pengendalian inflasi terus ditingkatkan. Hasil pemetaan inflasi di 15 Kab/Kota Se-Sulut menjadi dasar rekomendasi pada beberapa rapat TPID khususnya yang ditujukan sebagai persiapan memasuki bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Koordinasi pengendalian harga antar instansi juga terus diperkuat. Operasi pasar terhadap beberapa komoditas seperti daging sapi, gula pasir, beras, bawang merah dan cabai rawit oleh Bulog, PPI, BI dan Disperindag berhasil membuat level harga relatif terjaga. Sementara itu, TPID Provinsi Sulut dan Kota Manado terus menginisiasi pembentukan Toko TPID di pasar strategis dan melakukan pencanangan Gerakan Rica Rumah sebagai langkah antisipasi tekanan permintaan cabai rawit di akhir tahun. Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan Kota Manado dan Nasional Sumber : BPS, diolah 27

33 3.1 PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TAHUNAN Sampai dengan triwulan II 2016, sumbangan terbesar pada inflasi tahunan Sulut masih disumbang oleh kelompok Bahan Makanan. Sementara itu, kelompok lain relatif mengalami inflasi yang cukup rendah. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan bahkan mengalami deflasi seiring penyesuaian tarif BBM yang berimbas pada koreksi harga Angkutan Dalam Kota. Tabel 3.1 Andil Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS, diolah Inflasi kelompok Bahan Makanan tercatat masih cukup tinggi yaitu sebesar 13,43% (yoy) sehingga memberikan andil 2,98% terhadap tingkat inflasi tahunan Sulut. Inflasi kelompok Bahan Makanan tersebut juga sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 13,13% (yoy). Tingginya inflasi kelompok Bahan Makanan tersebut dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa komoditas strategis seperti beras, bawang merah dan tomat sayur di triwulan II 2016, khususnya pada masa persiapan memasuki bulan Ramadhan. Selain itu, tingginya level inflasi secara tahunan pada kelompok Bahan Makanan juga tidak terlepas dari pengaruh fenomena El-Nino pada tahun lalu yang menyebabkan kenaikkan harga yang cukup tinggi di periode Oktober dan Desember Kelompok lain yang tercatat memberi sumbangan cukup besar pada inflasi tahunan Sulut pada triwulan laporan adalah kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Kelompok ini mencatat inflasi sebesar 3,84% (yoy) sehingga memberi sumbangan sebesar 0,62% pada inflasi tahunan Sulut. Inflasi pada kelompok ini utamanya dipengaruhi peningkatan harga gula yang terjadi sejak Mei 2016 lalu akibat kelangkaan pasokan. Selain itu, kenaikkan harga minuman ringan yang terjadi pada periode Desember 2015 juga turut memberi andil yang cukup besar. Berdasarkan hasil survei dan liaison yang dilakukan Bank Indonesia, naiknya harga minuman ringan dipengaruhi oleh tingginya permintaan di akhir tahun 2015 dan ditutupnya salah satu pabrik minuman ringan terbesar di Sulawesi Utara sehingga terjadi penambahan biaya barang dari sisi distribusi. 28

34 Di sisi lain, kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan tercatat sebagai penahan laju inflasi Sulut di triwulan laporan. Kelompok ini tercatat mengalami deflasi 1,94% (yoy) sehingga memberi andil -0,32% pada inflasi tahunan Sulut. Masih rendahnya harga minyak dunia yang berimbas pada penyesuaian harga BBM di bulan April 2016, yang dilanjutkan oleh penyesuaian tarif angkutan dalam kota khususnya di Manado, menjadi salah satu penyebab utama terjadinya deflasi pada kelompok ini. Selain itu, koreksi tarif listrik pada periode April-Mei 2016 turut memberikan pengaruh pada terjadinya deflasi di kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan. Apabila dilihat dari komoditasnya, sumbangan terbesar pada inflasi tahunan Sulut tercatat berasal dari komoditas Beras dan Tomat Sayur. Naiknya harga beras khususnya di Kota Manado besar dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang terjadi di Kondisi tersebut menyebabkan pasokan terutama dari luar Sulut terkendala karena produksi yang terbatas. Berdasarkan hasil pemetaan inflasi Kota Manado 2016, preferensi masyarakat Manado yang lebih menyukai beras dari luar Sulut membuat kendala produksi di daerah lain seperti Sulawesi Selatan atau Jawa Timur menjadi sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga di Manado. Sementara, komoditas yang menahan laju inflasi mayoritas terdiri dari kelompok ikan-ikanan dan kelompok barang yang diatur oleh pemerintah seperti bensin, tarif listrik dan angkutan dalam kota. Melihat perkembangan terkini, inflasi tahunan Sulut pada triwulan III 2016 diperkirakan lebih rendah dibanding triwulan laporan. Meskipun terjadi inflasi cukup tinggi di Juli 2016 akibat pengaruh hari raya keagamaan, namun pergerakan harga diperkirakan kembali normal memasuki Agustus dan September. Terlebih, inflasi Juli terutama didorong oleh naiknya harga komoditas Angkutan Udara yang cenderung bersifat temporer. Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Manado Tw II 2016 Grafik 3.2 Inflasi & Sumbangan per Kelompok Juni 2016 KOMODITAS Inflasi/Deflasi (%) Andil (%) Inflasi BERAS TOMAT SAYUR KANGKUNG PISANG DAUN BAWANG GULA PASIR BAWANG MERAH MINUMAN RINGAN BAWANG PUTIH MINYAK GORENG Deflasi SELAR/TUDE LEMON EKOR KUNING ANGKUTAN DALAM KOTA TARIP LISTRIK SENG BIJI NANGKA / KUNIRAN CABAI RAWIT TINDARUNG BENSIN Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah 29

35 3.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) Jika dilihat secara triwulanan, inflasi Sulut cenderung menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,31% (qtq) atau lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi 1,02% (qtq). Terjadinya inflasi secara triwulanan besar dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan. Kondisi ini terjadi karena pada periode triwulan I 2016, kelompok Bahan Makanan mencatatkan deflasi cukup dalam akibat normalisasi pasca lonjakan permintaan di akhir tahun Memasuki triwulan II 2016, harga beberapa bahan makanan strategis khususnya Tomat Sayur, Bawang Merah dan Beras mengalami peningkatan harga yang cukup tinggi sehingga mendorong terjadinya inflasi secara triwulanan pada kelompok tersebut. Tabel 3.3 Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No Kelompok Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Sumber : BPS, diolah Di sisi lain, kelompok yang juga menunjukkan peningkatan inflasi cukup tinggi secara triwulanan adalah kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau. Kelompok tersebut tercatat mengalami peningkatan dari 0,14% (qtq) di triwulan lalu menjadi 0,86% (qtq) pada triwulan laporan INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, inflasi Sulut yang diwakili Kota Manado mengalami koreksi di awal triwulan laporan namun meningkat di bulanbulan selanjutnya terutama di akhir triwulan seiring masuknya bulan puasa. Pada awal triwulan, masuknya panen raya tabama dan melimpahnya produksi cabai rawit serta koreksi harga BBM bersubsidi dan angkutan Sumber : BPS, diolah Grafik 3.3 Laju Inflasi Kota Manado (mtm) dalam kota mendorong terjadinya deflasi cukup dalam. Selanjutnya, inflasi relatif minimal pada bulan Mei seiring persediaan bahan makanan yang cukup terjaga. Pada akhir triwulan laporan, 30

36 inflasi yang cukup tinggi terutama dipengaruhi lonjakan yang sangat tinggi pada harga tomat sayur di tengah tekanan permintaan yang cukup tinggi seiring masuknya bulan Ramadhan. APRIL 2016 Pada April 2016, tren deflasi di Kota Manado masih berlanjut. Inflasi pada April tercatat sebesar -0,87% (mtm) atau terjadi deflasi yang lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan angka inflasi -0,03% (mtm). Grafik 3.4 Inflasi dan Andil Kota Manado Bulan April 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Terjadinya deflasi yang cukup dalam pada April 2016 dipengaruhi oleh terkoreksinya harga pada komdoditas strategis seperti beras dan cabai rawit Sumber : BPS, diolah seiring masuknya periode panen raya. Di sisi lain, tingkat permintaan masyarakat juga relatif belum kuat pada periode tersebut. Selanjutnya, penyesuaian harga BBM oleh pemerintah yang diikuti penyesuaian tarif angkutan dalam kota juga turut menjadi faktor pendorong terjadinya deflasi di bulan April Di sisi lain, beberapa komoditas seperti bawang merah, gula pasir dan minyak goreng tercatat mengalami inflasi sehingga menjadi faktor penahan terjadinya deflasi yang lebih dalam. Berdasarkan hasil survey dan liaison kepada para pedagang, peningkatan harga minyak goreng dipengaruhi oleh tingkat harga internasional. Sementara, peningkatan harga bawang merah disebabkan oleh pasokan yang terbatas dari daerah penghasil di Sulawesi Selatan maupun NTB. Pada bulan April kesulitan pasokan gula pasir sudah mulai terjadi sehingga menyebabkan kenaikkan harga meskipun relatif terbatas. Secara kelompok, sebagaimana perkembangan dari sisi komoditas, deflasi pada April terutama dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan dan transportasi yang masing-masing memberi andil -0,61% dan -0,24% pada tingkat inflasi Sulut. Sementara itu, kelompok lain tercatat mengalami pergerakan harga yang relatif minimal. MEI 2016 Tren deflasi bulanan Sulut terhenti pada bulan Mei Pada bulan ini, Sulut tercatat mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh peningkatan tekanan pada kelompok volatile food dan administered prices, di tengah relatif stabilnya tekanan inflasi inti. Peningkatan harga hampir terjadi pada seluruh kelompok, terkecuali kelompok sandang dan perumahan yang menjadi penahan terjadinya inflasi yang lebih dalam. Deflasi pada kelompok 31

37 perumahan dipengaruhi oleh kembali terkoreksinya tarif listrik serta masih rendahnya harga bahan bangunan seperti semen dan seng. Di sisi lain, kelompok sandang juga tercatat mengalami deflasi terbatas secara bulanan akibat turunnya harga emas perhiasan mengikuti perkembangan harga internasional. Grafik 3.5 Inflasi dan Andil Kota Manado Mei 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Faktor pendorong tekanan inflasi pada Mei, muncul dari komoditas cabai rawit, angkutan udara, cakalang/sisik, gula pasir dan tomat sayur. Naiknya harga cabai rawit dan tomat sayur dipengaruhi oleh kondisi cuaca serta periode pasca panen yang menyebabkan stok relatif berkurang sehingga menyebabkan peningkatan harga meski pada level yang terbatas. Sementara itu, kelangkaan yang masih terjadi untuk komoditas gula pasir juga menyebabkan harga terus bergerak naik dari bulan sebelumnya. Libur panjang pada periode awal Mei juga turut memberi pengaruh kepada laju inflasi. Kondisi tersebut mendorong peningkatan demand pada komoditas angkutan udara sehingga harga cenderung bergerak naik. JUNI 2016 Pada Juni 2016, inflasi Kota Manado meningkat cukup tinggi dan tercatat sebesar 1,06% (mtm) seiring masuknya bulan Ramadhan. Level inflasi bulanan tersebut tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi tercatat sebesar 1,03% (mtm). Namun demikian, secara umum inflasi Juni 2016 yang dapat dikategorikan sebagai inflasi lebaran tercatat masih relatif lebih stabil Sumber : BPS, diolah dibandingkan pola historisnya. Inflasi lebaran Sulut dalam 5 tahun ke belakang secara rata-rata mencatatkan angka inflasi mencapai 1,62% (mtm). Grafik 3.6 Inflasi dan Andil Kota Manado Juni 2016 Menurut Kelompok Barang dan Jasa Sumber : BPS, diolah Kelompok bahan makanan tercatat sebagai penyumbang utama inflasi Sulut pada Juni. Kondisi tersebut utamanya dipicu oleh lonjakan harga tomat sayur yang sangat signifikan. Berdasarkan hasil liaison dan wawancara dengan para pedagang, kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal 32

38 yaitu : (1) Kondisi cuaca yang kurang mendukung sejak pertengahan Mei (2) Meningkatnya permintaan dari luar Sulut dan (3) Berkurangnya petani yang menanam tomat akibat rendahnya harga pasaran tomat pada periode Februari hingga Mei. Meski demikian, koreksi harga pada komoditas strategis lainnya seperti cabai rawit dan bawang merah berhasil meminimalisir dampak dari lonjakan harga tomat sayur pada tingkat inflasi Sulut. Kondisi tersebut sekaligus menunjukkan keberhasilan TPID dalam menjagga harga cabai rawit (rica) maupun bawang merah yang menjadi fokus pengendalian harga di tahun FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, level inflasi tahunan Kota Manado yang lebih rendah pada triwulan II 2016, utamanya dipengaruhi oleh koreksi harga pada kelompok administered price seiring penyesuaian harga BBM dan harga angkutan dalam kota pada April Kondisi tesebut membuat kelompok administered prices mencatatkan andil negatif pada level inflasi tahunan Sulut. Sementara itu, tekanan inflasi kelompok volatile food maupun kelompok inti tercatat sedikit meningkat seiring perbaikan kondisi perekonomian secara umum FAKTOR FUNDAMENTAL Sejalan dengan membaiknya perekonomian Sulut, memasuki pertengahan tahun 2016 tekanan dari sisi permintaan mulai meningkat terutama di penghujung triwulan seiring masuknya bulan Ramadhan. Kondisi tersebut tercermin dari naiknya indeks keyakinan konsumen, peningkatan indeks penjualan rill dan lickert scale penjualan domestik. Tekanan permintaan domestik juga diperkuat oleh naiknya penghasilan masyarakat yang salah satunya dipengaruhi penyaluran gaji ke 13 dan 14 PNS yang jatuh pada triwulan laporan. Di sisi supply, peningkatan permintaan belum mampu sepenuhnya direspons oleh pelaku usaha utamanya pada lapangan usaha pertanian. Kondisi tersebut menyebabkan harga bahan makanan cenderung meningkat pada triwulan laporan. Interaksi Permintaan dan Penawaran Secara umum, tekanan permintaan memaskuki triwulan II 2016 relatif meningkat terutama pada akhir triwulan seiring masuknya bulan puasa. Kondisi tersebut tercermin dari lickert scale penjualan domestik yang merupakan hasi dari liaison Bank Indoensia kepada beberapa perusahaan besar di Sulawesi Utara. Lickert scale penjualan domestik yang menggambarkan realisasi penjualan, tercatat meningkat menjadi 0,29 di triwulan Iaporan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0. Peningkatan penjualan domestik juga terkonfirmasi dari naiknya pertumbuhan PDRB untuk konsumsi rumah tangga meskipun dalam level terbatas. Naiknya penghasilan masyarakat seiring perbaikan ekonomi di berbagai sektor, dan pembagian gaji ke 13 dan 14 PNS menjadi faktor utama pendorong tekanan permintaan di triwulan laporan. Hal tersebut 33

39 terkonfirmasi dari naiknya Indeks Keyakinan Konsumen di triwulan II 2016 dari 134,92 di triwulan sebelumnya menjadi 140,83 di triwulan laporan yang dipengaruhi naiknya indeks penghasilan masyarakat saat ini. Di sisi lain, realisasi kegiatan usaha pada triwulan II cenderung menurun. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasi Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia di Sulawesi Utara mencatatkan angka negatif atau mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, didorong oleh melemahnya realisasi kegiatan usaha pada lapangan usaha pertanian. Kondisi tersebut menyebabkan harga bahan makanan cenderung meningkat di triwulan laporan, akibat belum mampunya pelaku usaha dalam merespon peningkatan permintaan. Pada triwulan III, tekanan permintaan diperkirakan tetap meningkat meskipun terbatas dipengaruhi hari raya besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Pengucapan. Namun, prakiraan panen raya tabama pada triwulan III 2016 membuat tekanan tersebut dapat diantisipasi. Inflasi Juli yang sebesar 0,84% (mtm) relatif dipengaruhi oleh faktor seasonal khususnya angkutan udara, sehingga pada bulan berikutnya tekanan inflasi diperkirakan mengalami penurunan. Secara tahunan, inflasi Sulut pada triwulan III 2016 diperkirakan relatif menurun sehingga berada di kisaran 3,1%-3,5% (yoy. Grafik 3.7 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen & Indeks Penjualan Riil Grafik 3.8 Perkembangan Realisasi Kegiatan Usaha & Lickert Penjualan Domestik Sumber : Survei Konsumen & Survei Penjualan Eceran, KPwBI Sulut Sumber : SKDU & Liaison, KPw BI Sulut Ekspektasi Inflasi Grafik 3.9 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Grafik 3.10 Perkembangan Indeks Ekspektasi PedagangTerhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Sulut Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPw BI Sulut 34

40 Berdasarkan hasil Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran di Kota Manado, ekspektasi masyarakat maupun pedagang terhadap tingkat inflasi menunjukkan arah yang menurun di terutapa pada periode triwulan III Kondisi tersebut relatif sesuai dengan pola historisnya periode tersebut merupakan periode normalisasi harga pasca hari raya sekaligus masa panen raya. Namun demikian, ekspektasi masyarakat maupun pedagang tersebut cenderung meningkat memasuki akhir tahun NON FUNDAMENTAL Grafik 3.11 Sumbangan Inflasi Tahunan Berdasarkan Faktor Penyebabnya Grafik 3.12 Pergerakan Inflasi Bulanan Berdasarkan Faktor Penyebabnya Sumber: BPS, diolah. Sumber: BPS, diolah. Volatile Food Tekanan inflasi kelompok volatile food tercatat masih berada pada level yang cukup tinggi di triwulan II Tingkat inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 13,48% (yoy) pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 13,09% (yoy). Angka inflasi triwulan laporan juga tercatat masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi volatile food berada di level 11,01% (yoy). Secara bulanan, inflasi kelompok ini melonjak terutama di akhir triwulan (Juni) seiring masuknya bulan puasa dan lonjakan harga tomat sayur. Masih tingginya level inflasi tahunan kelompok volatile food besar dipengaruhi oleh melonjaknya harga pada periode Oktober dan Desember 2015 yang masih masuk kedalam perhitungan secara tahunan. Kondisi tersebut relatif sejalan dengan yang terjadi pada kelompok bahan makanan. Memasuki triwulan III 2016, tekanan pada kelompok ini diperkirakan masih cukup tinggi utamanya di awal triwulan dipengaruhi perayaan hari raya Idul Fitri dan Pengucapan. Namun, dengan memperhatikan pergerakan harga hingga pertengahan Agustus 2016, normalisasi harga pasca hari raya dan mulai menurunnya harga tomat sayur dan bawang merah membuat tekanan inflasi kelompok ini relatif terbatas, terlebih dengan masuknya masa panen tabama di triwulan III Di sisi lain, proyeksi stok beras di Sulawesi Utara sampai dengan periode triwulan III masih relatif aman dengan ketahanan rata-rata di atas 4,1 bulan. 35

41 Grafik 3.13 Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Kota Manado Grafik 3.14 Perkembangan Stok Beras di Sulawesi Utara Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KPw BI Prov. Sulut Sumber : Bulog Divre Sulut & Gorontalo Administered Prices Kelompok Administered Prices tercatat sebagai sumber utama penurunan inflasi Sulut secara tahunan pada triwulan laporan. Pada triwulan II 2016, kelompok ini menccatatkan deflasi 0,92% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 5,23% (yoy). Kondisi ini didorong oleh pengaruh penyesuaian harga BBM bersubsidi oleh pemerintah pada April 2016 yang kemudiaan diikuti oleh penyesuaian harga angkutan dalam kota. Beberapa kali penyesuaian tarif listrik maupun BBM Non Subsidi juga turut memberikan pengaruh terhadap pergerakan inflasi kelompok ini. Memasuki triwulan III 2016, tekanan inflasi pada kelompok ini khususnya secara bulanan diperkirakan melandai dipengaruhi koreksi harga angkutan udara pasca periode high season di Juni-Juli Faktor risiko terhadap kelompok Administered Prices relatif rendah mengingat pergerakan harga minyak dunia yang masih berada di level bawah. Core Inflation Secara tahunan, laju inflasi kelompok inti pada pertengahan tahun tercatat sedikit meningkat seiring perbaikan ekonomi yang tengah berlangsung. Kelompok inti tercatat mengalami inflasi sebesar 1.71% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,62% (yoy). Secara umum, pergerakan inflasi inti masih dipengaruhi oleh naiknya kelompok core traded khusunya gula pasir seiring masih terbatasnya stok yang tersedia. Selain itu, peningkatan faktor ketidakpastian pada perekonomian global juga menyebabkan terjadinya kenaikkan harga emas dunia yang memiliki imbas pada naiknya harga emas lokal. Peningkatan tekanan pada kelompok inti juga dipengaruhi oleh tekanan permintaan yang meningkat jelang perayaan hari besar keagamaan di triwulan laporan. Namun demikian, penurunan harga pada kelompok core non traded seperti komoditas tindarung dan beberapa komoditas ikan dan sayuran lainnya berhasil menjadi faktor penahan laju inflasi inti. Memasuki triwulan III 2016, tekanan pada kelompok inti 36

42 diperkirakan relatif stabil meskipun terdapat beberapa risiko khususnya yang bersifat eksternal seperti pergerakan harga emas. 3.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Berbagai upaya pengendalian inflasi bersama TPID provinsi dan kab/kota pada triwulan laporan difokuskan dalam menghadapi tekanan jelang masuknya bulan Puasa dan hari raya Idul Fitri serta Pengucapan. Sinkronisasi dan sinergi pelaksaanaan operasi pasar maupun sidak pasar menjadi agenda utama pembahasan pengendalian inflasi di triwulan laporan. HLM TPID khususnya di Kota Manado te sebagai salah satu bentuk optimalisasi kegiatan operasi pasar. Penguatan sinergtas antar instansi seperti SKPD, BI, Bulog, PPI, Pertamina sampai Hiswana Migas juga terus dilaksanakan khususnya mengenai pelaksanaan operasi pasar yang lebih efektif. Di sisi lain, sesuai dengan roadmap pengendalian inflasi yang telah disusun, peningkatan produksi cabai rawit melalui Gerakan Rica Rumah (GRR) telah dimulai diawali dengan sosialisasi kepada Ibu Rumah Tangga di daerah Minahasa. Selanjutnya, pada Agustus 2016, Launching Perdana Gerakan Rica Rumah telah dilakukan bersama di Manado bersama TPID Provinsi Sulut dan TPID Kota Manado dengan agenda sosialisasi dari konsultan pertanian dan pembagian ribuan bibit cabai rawit kepada masyarakat. Dilaksanakannya kegiatan tersebut pada periode Juli-Agustus 2016, ditujukan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan cabai rawit yang selalu terjadi pada akhir tahun. KPw BI Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan laporan juga telah menyelesaikan pemetaan inflasi di 15 Kab/Kota se-sulawesi Utara. Hasil pemetaan tersebut telah dipergunakan sebagai bahan rapat TPID di masing-masing Kab/Kota pada triwulan II 2016, sehingga pembahasan pada rapat dapat lebih fokus untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada masing-masing daerah. Hasil pemetaan tersebut juga akan dipergunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan Road Map TPID Sulut sehingga arah pengendalian inflasi menjadi lebih konkrit dan terarah. Upaya pengendalian inflasi sampai dengan pertengahan tahun 2016 dinilai telah berjalan dengan baik. Hal ini tercermin dari relatif stabilnya harga-harga komoditas strategis seperti beras, daging, cabai rawit maupun bawang merah serta angka inflasi Sulut yang secara year to date sampai dengan Juli 2016 masih tercatat sangat rendah yaitu 0,13 (ytd). Kondisi ini tidak terlepas dari semakin baiknya sinergitas antar instansi dalam upaya pengendalian harga khususnya dalam forum TPID baik di level Provinsi maupun Kab/Kota. Ke depan, TPID juga terus mendorong terwujudnya pembangunan Pasar Provinsi (dikelola oleh BUMD) yang akan memberi dampak signifikan bagi pengendalian harga ke depan. Upaya lain berupa komunikasi ekspektasi akan terus diupayakan oleh seluruh TPID baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. 37

43 BAB IV. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 4.1. KETAHANAN SEKTOR KORPORASI Sumber Kerentanan Sektor Korporasi Peningkatan perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan II 2016 utamanya bersumber dari membaiknya kinerja lapangan usaha pertanian, perdagangan dan konstruksi sebagai tiga lapangan usaha utama pembentuk ekonomi Sulut. Namun demikian, ditengah perbaikan lapangan usaha tersebut, Industri Pengolahan mencatatkan pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja lapangan usaha industri disebabkan baik oleh faktor internal maupun eksternal. Industri pengolahan ikan sebagai salah satu industri pengolahan terbesar di Sulut mencatatkan kinerja membaik setelah dalam beberapa waktu cukup terkontraksi, namun demikian perbaikan tersebut masih cukup jauh dari level normal. Berdasarkan hasil diskusi dengan para pelaku bisnis di industri pengolahan (liaison), diketahui bahwa nelayan lokal sebagai tumpuan pemasok bahan baku untuk industri perikanan setelah adanya larangan kapal eks asing melaut, hanya dapat memasok bahan baku dengan jumlah yang sangat minim yang kemudian berdampak pada produktivitas industri pengolahan ikan. Sejak pemberlakuan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait penggunaan kapal eks asing dan larangan transhipment pada November 2014, setidaknya 28 unit pengolahan dan pabrik ikan tidak lagi beroprasi yang meningkatkan kerentanan terhadap ketahanan sektor korporasi khususnya industri pengolahan. Permasalahan bahan baku juga terjadi pada industri pengolahan kelapa, dimana produksi bahan baku yang masih tercatat kontraksi akibat dari minimnya peremajaan kelapa serta dampak El Nino tahun 2015 membuat kinerja industri pengolahan kelapa pada periode laporan melambat. Hal tersebut diatas kemudian menambah kerentanan terhadap korporasi lainnya yang terkait seperti korporasi penyedia jasa angkutan. Grafik Komposisi Ekspor Sulawesi Utara Grafik Kinerja Ekspor Perikanan Sulawesi Utara Pakan Ternak; 5,5% Lainnya; 4,1% 50 Nilai Ekspor (Juta Dollar) Growth yoy -sb. Kanan 40,0% Kopi, Teh, Coklat & Rempah; 3,0% 40 20,0% 30 0,0% Emas ; 13,1% 20-20,0% Ikan; 10,9% 10-40,0% Minyak & Lemak Nabati; 63,4% 0 I II III IV I II III IV I II ,0% Sumber: SITC, diolah Sumber: SITC, diolah 38

44 Di sisi lain, kinerja ekspor juga turut menujukkan perbaikan meski masih tercatat kontraksi. Perbaikan kinerja tersebut terjadi pada ekspor komoditas-komoditas utama Sulawesi Utara kecuali komoditas emas. Minyak (termasuk CPO) dan Lemak Nabati sebagai komoditas yang mendominasi kinerja ekspor Sulawesi Utara tumbuh positif sebesar 6% meski sempat terkontraksi pada periode sebelumnya. Ditengah perbaikan tersebut, ekspor emas sebagai komoditas ekspor dengan pangsa terbesar kedua mencatatkan kontraksi yang semakin dalam dari -23,9% (yoy) pada periode sebelumnya, kini terkontraksi sebesar -29,5% (yoy) ditengah permintaan pasar yang cenderung meningkat, tercermin dari harga rata-rata emas pada triwulan II 2016 yang meningkat dari USD 1182 /Oz pada triwulan sebelumnya menjadi USD 1258/Oz pada triwulan laporan sehingga pelemahan tersebut terkonfirmasi bukan karena faktor eksternal. Dari hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara pada lapangan usaha pertambangan emas, diketahui bahwa menurunnya produksi emas disebabkan oleh faktor internal yakni kadar emas pada beberapa site tambang yang semakin menurun sehingga penurunan kinerja ekspor emas kedepan diindikasi akan terus berlanjut. Hal tersebut dapat menambah risiko lanjutan pada korporasi penyedia peralatan berat abang, serta korporasi penyedia jasa pengangkutan hasil olahan Grafik Harga Emas Internasional ($/Oz) I II III IV I II III IV I II III IV I II ,1 0,05 0-0,05-0,1-0,15 Harga Emas Perubahan Harga Sumber: Golds Comdty, diolah Penurunan kinerja korporasi tambang emas maupun lapangan usaha industri pengolahan disamping memberikan dampak pada korporasi lainnya yang terkait, juga berdampak pada kondisi ketenagakerjaan dan penurunan tingkat penghasilan pekerja di korporasi yang bersangkutan yang selanjutnya juga dapat berdampak pada bertambahnya kerentanan pada sektor rumah tangga. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bitung menyatakan, hingga akhir tahun 2015 setidaknya sebanyak karyawan industri pengolahan ikan telah dirumahkan. 39

45 4.1.2 Kinerja Korporasi Kegiatan Usaha Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang membaik, hasil liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara dengan perusahaan pada lapangan usaha utama Sulawesi Utara mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan II 2016 membaik, yang tercermin dari Lickert Scale (LS) penjualan domestik maupun ekspor yang menunjukkan perbaikan, yang pada triwulan I 2016 LS keduanya tercatat kontraksi, pada triwulan laporan telah mencatatkan LS positif baik domestik dan ekspor masing-masing pada angka 0,29 dan 1,25. 3 Grafik Lickert Scale Kegiatan Usaha Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Penjualan Domestik Penjualan Ekspor Sumber: Liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara Disisi lain, dari segi prospek kinerja korporasi yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara mencatatkan prospek positif, dimana kegiatan usaha pada triwulan mendatang diprakirakan akan meningkat dengan SBT sebesar 11,37%, peningkatan tersebut disumbangkan oleh prospek peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi sejalan dengan makin gencarnya realisasi proyek pemerintah pada triwulan laporan dan triwulan mendatang serta prospek peningkatan lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan restoran sejalan dengan makin maraknya promosi pariwisata Sulawesi Utara, utamanya pasca pembukaan rute internasional, Manado-Tiongkok pada awal Juli Kapasitas Utilisasi Utilisasi kapasitas produksi pada triwulan laporan meningkat seiring dengan meningkatnya agregat penjualan domestik disertai perbaikan kinerja ekspor. Hal tersebut tercermin dari LS ratarata kapasitas utilisasi seluruh kontak berada pada level 67% meningkat dari periode sebelumnya yang hanya berada pada level 50,6%. Indikasi penurunan juga terkonfirmasi dari perkembangan likert scale kapasitas utilisasi yang tercatat 0,22 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi pada level -1,37 40

46 Grafik SBT Kapasitas Produksi (SKDU) vs LS Kapasitas Utilisasi 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2* ,5 0-0,5-1 -1,5 SBT Kapasitas Produksi LS Kapasitas Utilisasi (sb.kanan) Sumber: Liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara Biaya-biaya Secara umum, komponen biaya pada lapangan usaha di Sulawesi Utara yang diwakili oleh kontak liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara meningkat pada triwulan laporan. Peningkatan tersebut utamanya didorong oleh kenaikan biaya bahan baku, ditengah minimnya ketersediaan bahan baku baik dari sektor pertanian subsektor perkebunan imbas dari fenomena El Nino. Biaya bahan baku dari sektor perikanan untuk industri pengolahan ikan juga meningkat disebabkan peralihan supplier yang sebelumnya berasal dari Bitung Sulut kini dipasok dari luar Sulut. Kenaikan UMP yang mencatatkan Sulut sebagai UMP tertinggi ketiga di Indonesia setelah DKI Jakarta dan Papua juga masih menjadi faktor naiknya biaya untuk biaya tenaga kerja, 75% kontak menyatakan adanya kenaikan komponen biaya tenaga kerja utamanya untuk industri pengolahan yang sebagian besar tenaga kerjanya merupakan tenaga kerja borongan. Disamping itu kontak yang merupakan eksportir sebagian besar mengeluhkan peningkatan biaya freight dan pengurusan dokumen ekspor. Secara umum struktur biaya masih didominasi oleh biaya bahan baku yang mencapai 51%, dan sisanya terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya energi dan biaya lain-lain (termasuk pengurusan dokumen ekspor) Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Secara umum, dari hasil SKDU kondisi keuangan korporasi dari sisi likuiditas menunjukkan posisi yang lebih likuid. Pada triwulan II 2016 pangsa korporasi yang memiliki kondisi likuiditas baik sebesar 14% menurun jika dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 50%. Namun demikian, jika pada periode sebelumnya masih terdapat 13% korporasi dengan kondisi likuiditas buruk, kini pada periode laporan tidak tercatat adanya korporasi yang kondisi likuiditasnya buruk. Dengan kata lain, kondisi likuiditas korporasi terkonsentrasi di level yang cukup, dari semula 41

47 buruk membaik kelevel cukup, namun beberapa korporasi yang semula kondisi likuiditasnya baik menurun ke kondisi cukup. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber kerentanan korporasi mengingat kondisi perekonomian domestik masih belum sepenuhnya pulih meski sudah tercatat membaik. Kondisi likuiditas pada kondisi yang cukup sangat rentan untuk terkonversi ke kondisi likuiditas buruk jika terdapat shock yang tidak terduga. Buruk 13% Grafik Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Utara Buruk 0% Baik 14% Cukup 37% Tw I 2016 Baik 50% Tw II 2016 Cukup 86% Sumber: SKDU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi Meski eksposure kredit perbankan pada sektor korporasi hanya sebesar 17,8% dari total kredit di Sulawesi Utara, kerentanan yang terjadi pada sektor ini perlu tetap diwaspadai untuk menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan mengingat keterkaitan antar sektor yang cukup erat. Keterkaitan tersebut utamanya terhadap sektor rumah tangga, yang menjadi eksposur dominan kredit perbankan Sulawesi Utara yang dari sisi penghasilan dan penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh kinerja sektor korporasi. Grafik Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik Pertumbuhan Kredit Korporasi 2,98% 200,0% 150,0% 800,0% 700,0% 600,0% 48,80% 48,23% 100,0% 500,0% 400,0% 50,0% 300,0% 200,0% 0,0% I II III IV I II III IV I II 100,0% 0,0% -50,0% ,0% Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi -sb. Kanan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit perbankan pada sektor korporasi di Sulawesi Utara pada triwulan I 2016 mencapai Rp 5,3 Trilliun tumbuh sebesar 22,73% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 41,2% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit korporasi utamanya disalurkan 42

48 -26,5% -30,0% -17,9% 5,2% 28,0% 29,9% untuk jenis kredit investasi (48,8%) dan modal kerja (48,23%), dan hanya sebagian kecil dipergunakan untuk konsumsi (2,98%). Perlambatan pertumbuhan kredit korporasi utamanya disebabkan oleh melambatnya kredit investasi yang pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 107,47% (yoy) kini hanya tumbuh sebesar 34,47% (yoy). Disisi lain kredit modal kerja mencatatkan peningkatan pertumbuhan, yakni menjadi sebesar 14,54% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,18% (yoy). Namun demikian, ekspansi kredit modal kerja masih belum dapat mengimbangi perlambatan kredit investasi sehingga secara umum kredit korporasi masih melambat. Kredit Modal Kerja Korporasi Posisi kredit modal kerja Tw II 2016 mencapai Rp2,5 Triliun bertambah sebesar Rp299 Miliar dibandingkan dengan baki debet pada triwulan sebelumnya. Peningkatan kredit modal kerja korporasi tersebut didorong peningkatan kredit lapangan usaha yang mendominasi penyaluran kredit modal kerja korporasi yaitu lapangan usaha perdagangan (pangsa 56%) tercatat tumbuh stabil menjadi sebesar 30% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya serta lapangan usaha konstruksi (pangsa 18,4%) yang sebelumnya mencatatkan kontraksi kini tumbuh positif sebesar 5,2% (yoy).disisi lain, lapangan usaha industri pengolahan sebagai lapangan usaha terbesar ketiga penerima pembiayaan modal kerja pada sektor korporasi (pangsa 10,79%) masih mencatatkan kontraksi yang semakin dalam, menjadi sebesar 30% (yoy) dari sebelumnya terkontraksi sebesar 26,5% (yoy). Lapangan usaha industri pengolahan yang masih didominasi oleh sub lapangan usaha industri pengolahan ikan yang belum pulih sepenuhnya pasca perlambatan kinerja sejak akhir tahun 2014 diindikasi menjadi salah satu faktor penyebab terkontraksinya kredit modal kerja lapangan usaha industri pengolahan. Grafik Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Lapangan Usaha Dominan P E R D A G A N G A N K O N S T R U K S I I N D U S T R I P E N G O L A H A N Tw I '16 Tw II '16 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit Investasi Korporasi Berbeda dengan kredit modal kerja, lapangan usaha yang mendominasi penyaluran kredit investasi di Sulawesi Utara adalah lapangan usaha pertambangan (pangsa 51,1%), diikuti 43

49 penyaluran ke lapangan usaha konstruksi (pangsa 12,89%) dan lapangan usaha real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan (9,92%). Perlambatan pertumbuhan yang cukup dalam pada kredit investasi korporasi utamanya disebabkan oleh base effect kredit pertambangan yang mulai disalurkan pada triwulan II 2015 lalu untuk pengolahan biji besi dengan nominal yang cukup besar, sehingga pada kurun waktu satu tahun kebelakang kredit investasi korporasi mencatatkan pertumbuhan yang pesat. Pada triwulan I 2016 tercatat tumbuh sebesar 7405% (yoy), pada triwulan II 2016 hanya tumbuh sebesar 85% (yoy) ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Rumah tangga dalam sistem keuangan memiliki 2 (dua) fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan sebagai penerima pendanaan dari institusi keuangan. Beberapa faktor yang memengaruhi kondisi rumah tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan kondisi pembiayaan/kredit rumah tangga. Grafik Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB Sulawesi Utara 51,00% 50,00% 49,00% 48,00% 47,00% 46,00% 45,00% 44,00% 7,50 7,00 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 43,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II ,00 Pangsa gkonsumsi RT Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah Pada triwulan II 2016, kondisi perekonomian Sulawesi Utara yang mengalami perbaikan salah satunya didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 6,93% (yoy) meningkat dari 6,82% (yoy) pada periode sebelumnya. Namun demikian, pada periode tersebut pangsa konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Sulawesi Utara mengalami penurunan kini hanya sebesar 48,1% dari sebelumnya mendominasi dengan pangsa sebesar 50,3%. Penurunan share tersebut merupakan base effect dari faktor seasonal setiap triwulan I dimana pangsa konsumsi RT selalalu tinggi pasca perayaan Natal dan Tahun Baru, dan kemudian kembali menurun pada periode setelahnya. 44

50 PESIMIS OPTIMIS Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Sulawesi Utara Juni Mei April Maret Feb Jan Des Nov Okt Sep Agt Juli Juni Mei Apr Mar Feb Jan Dec Nov Oct Sep Aug Jul Jun May Apr Mar Feb Jan Dec Nov Oct Sep Aug Jul June May Apr Mar Feb Jan Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Ekspektasi Konsumen Titik Optimis Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulut, diolah Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan semakin optimisnya rumah tangga dalam melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan II 2016 yang mencapai 134,1. Rencana pemerintah mengesahkan kebijakan pengampunan pajak/tax Amnesty pada awal triwulan III 2016 meningkatkan optimisme rumah tangga akan kondisi ekonomi yang akan semakin membaik kedepannya, sehingga Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dapat mencapai level 141,3 meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 119,7. Grafik Persepsi Rumah Tangga Sulut terhadap Ekonomi saat ini Grafik Persepsi Rumah Tangga Sulut terhadap Ekonomi 6 bulan mendatang Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini Pembelian Barang Tahan Lama April Mei Juni Titik Optimis Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulut, diolah Ketersediaan Lap. Kerja Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja Apr Mei Jun Titik Optimis Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulut, diolah Rumah tangga Sulawesi Utara pada triwulan II 2016 masih memiliki optimisme yang tinggi baik terhadap kondisi penghasilan, pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja, hal ini tercermin dari periode April Juni 2016 secara umum indeks pembentuk IKE, menujukkan tren peningkatan. Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja juga menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan. Peningkatan tersebut diikuti oleh peningkatan Indeks Penghasilan Saat Ini, seiring dengan membaiknya lapangan usaha pertanian sebagai lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbesar masyarakat Sulawesi 45

51 Uara. Lapangan usaha pertanian tercatat tumbuh sebesar 2,11% (yoy) pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya hanya mampu tumbuh sebesar 1,39% (yoy). 210,00 Grafik Ekspektasi Perubahan Harga Rumah Tangga 3 & 6 bulan Mendatang 5 200,00 190,00 180,00 170,00 160,00 150,00 140,00 130,00 Ekspektasi harga 3 bulan y.a.d. Ekspektasi harga 6 bulan y.a.d. Inflasi Bulanan (mtm) Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar Mei Juli Sep Nov Jan Mar Mei Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulut, diolah Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berlangsung di masa yang akan datang. Hal ini tercermin dari ekspektasi rumah tangga terhadap lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang yang terus mengalami peningkatan, dimana Indeks Ekspektasi Konsumen akan kondisi ekonomi mendatang mencapai 141,3. Ke depan, sektor RT masih memperkirakan adanya risiko yang berasal dari kenaikan harga yang terindikasi dari peningkatan Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang. Pada triwulan III 2016, rumah tangga akan dihadapkan pada perayaan hari raya Idul Fitri dan Pengucapan, dimana secara historis tekanan harga bahan pangan dan makanan pada bulan tersebut relatif tinggi jika pemerintah tidak melakukan intervensi. Tekanan kenaikan harga pada 6 bulan mendatang (Desember 2016) juga diperkirakan meningkat sebagai dampak siklus tahunan yaitu tingginya permintaan menjelang hari Natal dan Tahun Baru. 200 Grafik Ekspektasi Perubahan Harga 3 bulan Mendatang Berdasarkan Kooditi Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Transpotasi & Komunikasi Apr Mei Juni Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulut, diolah Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Pada triwulan II 2016 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perseorangan tercatat mengalami peningkatan, yaitu sebesar 11,08 (yoy), tumbuh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang hanya mampu tumbuh sebesar 5,91% (yoy). Dilihat dari porsinya, sektor rumah tangga tercatat masih mendominasi DPK yang berada di perbankan Sulawesi Utara, dengan pangsa yang mencapai 75,6% dari keseluruhan DPK di Sulawesi Utara. Porsi DPK perseorangan tersebut 46

52 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 71,3%, demikian pula jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2015 yang pangsanya hanya sebesar 68%. 100,0% Grafik Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Utara 100% Grafik Komposisi DPK Sulawesi Utara 80,0% 80% 60,0% 60% 40,0% 40% 20,0% 20% 0,0% I II III IV I II III IV I II Perseorangan Bukan Perseorangan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 0% Tw I 2016 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tabungan Deposito Giro Bukan Perseorangan Perseorangan Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Preferensi rumah tangga dalam melakukan penempatan dana masih didominasi pada fasilitas tabungan dan deposito masing-masing dengan porsi sebesar 93,3% dan 82% pada triwulan II Pertumbuhan DPK dalam bentuk tabungan meningkat hampir dua kali lipat dibanding triwulan sebelumnya dari 8,83% (yoy) menjadi 16,99% (yoy) dan lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2015 yang hanya sebesar 3,05% (yoy). Sementara deposito tercatat tumbuh positif sebesar 4,48% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar -0,11% (yoy). 50,00% Grafik Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% -10,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II g.tabungan g.deposito Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga Kredit rumah tangga (konsumsi) pada triwulan II 2016 mencapai Rp18,17 triliun, tumbuh 10,27% (yoy) atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,69% (yoy). Sementara itu pangsa kredit rumah tangga terhadap total kredit yang disalurkan masih mendominasi, yaitu sebesar 59,2% meski menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 60,01%. Penerimaan tambahan pendapatan, peningkatan lapangan 47

53 usaha primer, serta meningkatnya Upah Minimum Provinsi Sulut menjadi faktor-faktor yang mendorong meningkatnya daya beli masyarakat. Grafik Komposisi Kredit Konsumsi KPR 21,98% KKB 1,25% Perlengkapan 0,68% Multiguna 76,09% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Dari sisi penggunaan, pangsa kredit rumah tangga masih didominasi oleh Multiguna (76,09%), diikuti KPR (21,98%), KKB (1,25%) dan Perlengkapan (0,68%). Pertumbuhan terjadi hampir di seluruh jenis penggunaan kredit, kecuali kredit multiguna yang tercatat tumbuh sedikit melambat. Kredit perlengkapan mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 226,86% (yoy). KKB juga tercatat tumbuh sebesar 5,90% (yoy), yang sebelumnya hanya tumbuh sebesar 3,99% (yoy), hal ini juga terkonfirmas melalui data peningkatan jumlah kendaraan bermotor Sulut (pada Bab I). KPR tumbuh stabil sebesar 9,06% (yoy) dari 9,02% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Ditengah pertumbuhan tersebut, kredit multiguna tumbuh sedikit melambat menjadi 10,05% (yoy) dari sebelumnya dapat tumbuh 10,80% (yoy). 200% 150% 100% 50% 0% -50% Grafik Pertumbuhan Kredit Konsumsi Menurut Jenis Penggunaan Total Kredit RT KPR KKB Multiguna Perlengkapan (sb.kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 1800% 1600% 1400% 1200% 1000% 800% 600% 400% 200% 0% -200% Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah tangga pada triwulan laporan menunjukkan penurunan kualitas dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari peningkatan rasio NPL dari 2,57% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,72% pada triwulan laporan. Penurunan kualitas kredit terjadi pada seluruh jenis kredit KPR dan Multiguna sebagai dua komponen kredit konsumsi terbesar. Tekanan tersebut masih relatif minimal, dimana NPL 48

54 konsumsi secara agregat masih dibawah threshold 5%. Meskipun NPL RT masih jauh di bawah threshold namun tetap perlu dicermati mengingat masih rentannya kondisi perekonomian domestik yang dapat memengaruhi kemampuan membayar sektor RT atas semua kewajibannya, terutama pada perbankan 4.3 ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) Jaringan Kantor dan Aset Pada triwulan II 2016, terdapat pembukaan 1 (satu) kantor bank umum konvensional yang beroprasi di wilayah Sulawesi Utara, sehingga total bank umum menjadi 47 dengan 286 jaringan kantor sedangkan BPR masih sama dengan periode sebelumnya yaitu sebanyak 18 dengan 55 jaringan kantor. Total Aset perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan II 2016 tumbuh stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Meski secara nominal asset mengalami peningkatan, namun laju pertumbuhan asset perbankan hanya tumbuh sebesar 6,55% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,62% (yoy). Perlambatan pertumbuhan aset terjadi pada kelompok Bank Persero menjadi sebesar 15% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 19,18%, kelompok bank swasta nasional yang juga melambat menjadi 5,59% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 6,32% (yoy) serta terkontraksi semakin dalamnya Bank Asing & Campuran. Disisi lain, pertumbuhan aset Bank Perintah Daerah tercatat meningkat menjadi sebesar 9,63% (yoy) dari sebelumnya hanya tumbuh sebesar 3,63% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan aset Bank Pemerintah Daerah tersebut belum mampu menopang pertumbuhan aset perbankan Sulut secara keseluruhan ditengah perlambatan aset kelompok bank lainnya. Grafik Pertumbuhan Aset Perbankan Total Aset Bank Persero Bank Swasta Nasional Bank Campuran Bank Pemerintah daerah I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 49

55 4.3.2 Intermediasi Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK tumbuh melambat sebesar 3,62% (yoy) dimana pada bulan sebelumnya mampu tumbuh sebesar 5,94% (yoy). Perlambatan DPK utamanya disebabkan oleh terkontraksinya pertumbuhan komponen Giro, yang sebelumnya tumbuh 17,98% (yoy) pada triwulan laporan tercatat tumbuh -5,66% (yoy). Pertumbuhan negatif tersebut secara umum disebabkan oleh dua hal yaitu Percepatan penyerapan anggaran pemerintah untuk menghindari saldo mengendap melalui realisasi proyek pemerintah yang digenjot pada akhir triwulan II; dan Perayaan hari raya Idul Fitri ditahun ini yang jatuh pada awal bulan Juli, sehingga penarikan rekening Giro dilakukan untuk pembayaran tunjangan hari raya (THR) pegawai dilakukan pada akhir triwulan II, yaitu bulan Juni. Hal ini juga terkonfirmasi dari pertumbuhan DPK Pemerintah Daerah yang mengalami pertumbuhan negatif hingga -20,92% (yoy). Perlambatan DPK juga turut disebabkan oleh melambatnya komponen Deposito yang salah satunya disebabkan oleh penyesuan suku bunga deposito perbankan dampak dari penurunan BI Rate yang terjadi sejak awal tahun 2016.Disisi lain, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dimana komponen Tabungan mengalami perlambatan menjelang hari raya Idul Fitri, pada periode ini Tabungan merupakan satu-satunya komponen DPK yang tercatat tumbuh positif menjadi 19,09%(yoy) dibandingkan bulan sebelumnya hanya tumbuh 11,93% (yoy). Dimulainya musim panen cengkeh dan tanaman perkebunan lainnya di awal bulan Juni mendrong masyarakat menyimpan kelebihan dananya dalam bentuk tabungan, disisi lain transfer dana THR pada rekening pegawai juga mendorong meningkatnya tabungan. Berdasarkan bentuknya, DPK masih didominasi oleh tabungan dengan pangsa 47%, diikuti oleh deposito dan giro yang masingmasing 33% dan 18%. 30% 25% YoY Grafik PerkembangaN indikator Utama Bank Umum LDR-sb.kanan Aset DPK Kredit BI-Rate 160% 140% 120% 20% 100% 15% 80% 10% 60% 40% 5% 20% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah 50

56 KREDIT Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit tercatat mengalami perlambatan tercatat tumbuh sebesar menurun jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,25% (yoy). Secara umum, penyaluran pembiayaan di Sulawesi Utara masih disalurkan ke sektor konsumtif, yang tercermin dari pangsa kredit konsumsi yang mencapai 59,18% dari total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara. Sementara itu, kredit produktif yakni modal kerja dan investasi sebesar 26,56% dan 14,26%. Berdasarkan penggunaannya, perlambatan kredit secara keseluruhan disebabkan oleh melambatnya kredit investasi dan konsumsi relatif yang pada periode ini hanya tumbuh masingmasing sebesar 15% (yoy) dan 10,32% (yoy) yang sebelumnya mampu tumbuh masing-maisng 37,12% (yoy) dan 10,67% (yoy). Disisi lain kredit modal kerja tercatat mengalami peningkatan menjadi sebesar 6,34% (yoy) dari sebelumnya hanya tumbuh 5,41% (yoy) namun demikian peningkatan tersebut belum mampu menahan perlambatan pertumbuhan kredit yang terjadi pada dua jening penggunaan lainnya. Berdasarkan lapangan usaha, adapun usaha pengadaan listrik, gas dan produksi es mengalami peningkatan pertumbuhan kredit tertinggi. Lapangan usaha tersebut tumbuh 388,54% (yoy), yang penyaluran kreditnya dialokasikan untuk salah satu proyek di Kota Bitung. Loan to Deposit Ratio (LDR) & Non Performing Loan (NPL) Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari indikator LDR menunjukkan sedikit penurunan pada bulan Triwulan II 2016 menjadi 140,50% dari 137,57% pada triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan DPK di tengah stabilnya pertumbuhan kredit. Di sisi kualitas kredit yang tercermin dari indikator rasio NPL menunjukkan peningkatan menjadi 3,72% dari sebelumnya 3,62% yang mencerminkan menurunnya kualitas kredit pada periode laporan. Meski rasio tersebut masih dibawah threshold 5%, namun peningkatan rasio NPL perlu terus menjadi perhatian. 4.4 AKSES KEUANGAN Perkembangan Pembiayaan UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Sulawesi Utara tercermin dari pangsa unit usaha yang mendominasi dari total unit usaha yang ada serta sebagai sektor yang juga turut berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Namun demikian, sebagai salah satu aktor yang cukup penting dalam perekonomian domestik maupun nasional, UMKM sering kali masih terkendala dalam memperoleh pembiayaan. 51

57 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% Grafik Perkembangan Kinerja Kredit UMKM Growth UMKM (yoy) Porsi UMKM NPL UMKM (sb.kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II % 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Pada triwulan II 2016, laju pertumbuhan kredit UMKM di Sulawesi Utara tercatat mengalami peningkatan, dari yang semula tumbuh sebesar 2,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 2,93% (yoy) pasa triwulan laporan. Peningkatan penyaluran kredit UMKM dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit untuk lapangan usaha perdagangan dengan pangsa kredit terbesar (65,4%) yang semula tercatat tumbuh 4,3% (yoy) pada triwulan sebelumnya, kini dapat tumbuh sebesar 6,6% (yoy). Namun demikian, perlambatan penyaluran kredit tercatat pada beberapa lapangan usaha lainnya diantaranya lapangan usaha penyedia jasa akomodasi hanya tumbuh 11,9% (yoy) pada triwulan laporan dari sebelumnya dapat tumbuh 18,4% (yoy), dan lapangan usaha industri pengolahan yang pada periode laporan terkontraksi -1% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 1,5% (yoy). Meski demikian, share lapangan usaha perdagangan yang mendominasi penyaluran pembiayaan kepada UMKM dapat menopang pertumbuhan kredit UMKM, meski beberapa sektor lainnya mengalami perlambatan. Peningkatan kredit UMKM turut disertai dengan membaiknya ketahanan kategori UMKM, yang tercermin dari perbaikan kualitas kredit. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL kredit UMKM yang membaik menjadi 6,07%, dibanding periode sebelumnya yang mencapai 6,47%. Perbaikan tersebut disebabkan oleh turunnya rasio NPL lapangan usaha dengan pangsa terbesar penerima kredit UMKM yaitu perdagangan, akomodasi dan transportasi, industri pengolahan dan pertanian. 52

58 Grafik Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit Grafik Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit UMKM 25,49% Rp 7,8 triliun 6,50% 6,27% 10,16% Kab/Kota Lainnya 7,54% Minahasa 5,25% Kep. Sangihe Non UMKM 74,51% Rp 22,8 Triliun 64,28% Manado Kotamobagu Bitung Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Meski tidak signifikan, pangsa kredit UMKM di periode laporan tercatat mengalami penurunan, yakni sebesar 25,49%, jika dibandingkan pangsa pada periode sebelumnya sebesar 25,69%. Pangsa tersebut. Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi penyaluran kredit UMKM terbesar berada di Kota Manado sebesar 64,28%, diikuti Kab. Minahasa sebesar 7,54% dan Kota Kotamobagu sebesar 6,5%. Meski demikian, dari sisi kerentanan terhadap risiko kredit bermasalah, Kota Manado perlu menjadi perhatian. Sebagai daerah dengan realisasi kredit UMKM terbesar, rasio NPL kredit UMKMnya telah mendekati threshold yaitu sebesar 4,35% pada triwulan laporan meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,28%. DIsamping itu, Kab. Minahasa tenggara mencatatkan NPL tertinggi dibandinkan 15 kab/kota lainnya untuk kategori kredit UMKM, rasio kredit bermasalah kab. Minahasa Tenggara tercatat mencapai 29,66% pada periode laporan yang perlu menjadi perhatian bersama Akses keuangan Penduduk Indikator akses keuangan Sulawesi Utara terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami peningkatan, sama halnya dari sisi kredit. Rasio jumlah rekening DPK terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi Utara masih menujukkan tren peningkatan, dimana pada data terakhir yaitu periode Februari 2016 rasio tersebut tercatat sesar 93,42%. Rasio yang belum mencapai 100% menunjukkan belum seluruh angkatan kerja Sulawesi Utara memiliki rekening simpanan di Bank. 53

59 Grafik Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Grafik Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 84,25% 83,20% 91,19% 89,01% 85,37% 88,01% 93,42% 14,89% 15,30% 15,37% 15,56% 15,69% 15,68% 16,04% Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Sumber: LBU Bank Indonesia, BPS, diolah Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Sumber: LBU Bank Indonesia, BPS, diolah Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit terhadap jumlah penduduk angkatan kerja di Sulawesi Utara menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 16,04% di bulan Februari Masih sangat rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan oleh masyarakat Sulawesi Utara, baik karena alasan belum membutuhkan maupun secara administratif dan non-administratif belum dapat melengkapi persyaratan yang ada untuk dapat memanfaatkan fasilitas pembiayaan. Masih minimnya rasio tersebut juga menunjukkan masih terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit di masa mendatang Upaya Peningkatan Akses Keuangan Sebagai upaya agar lembaga keuangan/pembiayaan dapat diakses seluruh lapisan masyarakat Sulawesi Utara yang kemudian diharapkan dapat turut pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sekaligus mengatasi kemiskinan, dalam beberapa kurun waktu terakhir Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi Utara telah melakukan berbagai bentuk langkah dan upaya, diantaranya adalah sebagai berikut : Kerjasama bersama lembaga keagamaan di Sulut dalam rangka perluasan Akses Keuangan yakni Keuskupan, Sinode GMIM, Muhammadiyah, Nahadatul Ulama, GMIMB dan Gereja Pentakosta dan Bethel serta Persatuan Pedagang Muslim (Parmusi).Kerjasama ini dilakukan dalam sistem sharing risk antara lembaga keagamaan yang merekomendasikan jemaatnya dengan lembaga pembiayaan. Penyediaan informasi berupa Kajian Identifikasi Potensi implementasi Layanan Keuangan Digital di Sulawesi Utara yang dilakukan di 3 Kabupaten Kepulauan yakni Kab. Kep. Sitaro, Kab. Kep. Sangihe dan Kab. Kep. Talaud. Penyelenggaraan edukasi keuangan yang dilakukan secara berkelanjutan setiap triwulan. Pada triwulan II 2016, edukasi keuangan telah sebanyak 2 (dua) kali pada bulan Juni 2016 yang diadakan di Kota Manado, dengan target peserta kasir perbankan, spbu dan supermarket serta masyarakat umum dan pelaku usaha. 54

60 BAB V. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai Penyediaan Uang Layak Edar Bank Indonesia secara berkesinambungan terus berupaya untuk menjaga ketersediaan uang layak edar dalam jumlah dan nominal pecahan yang cukup. Dalam rangka penerapan clean money policy di daerah KPw Bank Indonesia Prov Sulut melakukan kegiatan penarikan uang lusuh, cacat, dan yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran untuk selanjutnya disortir dan diganti dengan uang layak edar (ULE). Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan meningkatkan standar kualitas uang yang diedarkan ke masyarakat. Selanjutnya, pada triwulan laporan, pemusnahan uang layak edar melambat seiring dengan menurunnya inflow (grafik 5.1). Tercatat Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) pada triwulan laporan sebesar Rp0.66 triliun. Meski PTTB secara jumlah melambat, rasio PTTB terhadap inflow meningkat signifikan sebesar 64% setelah pada triwulan sebelumnya mencatat perlambatan. Rp Triliun Inflow PTTB Rasio PTTB terhadap Inflow (%) - sk kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II % Sumber : KPwBI Prov. Sulut Grafik 5.1 Perkembangan penarikan dan PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) 55

61 Dalam penerapannya, KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya melakukan berbagai hal untuk menjaga ketersediaan uang layak edar di masyarakat. Beberapa hal yang telah dilakukan diluar daripada setoran dan bayaran di loket BI yaitu kegiatan kas keliling yang bertujuan untuk meningkatkan soil level uang yang beredar di masyarakat. Kas keliling dilakukan di daerah pusat aktivitas perekonomian masyarakat hingga daerah yang cukup terpencil. Tercatat selama periode triwulan II 2016, KPw Bank Indonesia Prov Sulut telah melakukan kegiatan penukaran dan kas keliling total sebanyak 38 kali. Pada bulan April, dilakukan kas keliling sebanyak 13 kali yang bertempat di Kantor BI Lama, Pasar (Tomohon, Tuminting, Karombasan), Kab Minahasa Tenggara, Bitung, dan Kep. Talaud dengan total realisasi sebesar Rp5.21 miliar. Selanjutnya di bulan Mei dilakukan 14 kali kas keliling yang bertempat di Kantor BI Lama, Pasar (Tuminting, Karombasan, Paal 2, Paniki), Amurang, dan Boltim Perkembangan Aliran Uang Kartal Perkembangan aliran keluar masuk uang kartal dari masyarakat ke kas Bank Indonesia masih mengikuti pola historisnya. Pada triwulan II 2016 aliran keluar masuk uang kartal menunjukkan net-outflow setelah pada triwulan sebelumnya mencatat net-inflow. Hal tersebut disebabkan oleh outflow yang meningkat signifikan pada triwulan laporan. Meningkatnya outflow atau arus keluar kas ke Bank Indonesia merupakan imbas dari tingginya inflow pada triwulan sebelumnya. Tercatat total outflow pada triwulan laporan sebesar Rp2.46 triliun, meningkat sebesar 248% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Sedangkan total inflow tercatat sebesar Rp1.02 triliun, melambat sebesar 59% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, net-outflow menunjukkan peningkatan. Tercatat posisi net-outflow pada triwulan II tahun 2015 sebesar Rp0.31 triliun, meningkat sebesar % (yoy) menjadi Rp1.44 triliun. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan pada outflow (77.21% (yoy)) jauh lebih tinggi dari inflow yang tercatat melambat sebesar 4.83% (yoy). 56

62 Inflow Outflow Netflow 3,00 2,00 1,36 1,55 1,63 1,79 1,00 - (1,00) (0,43) (0,22) (0,17) (0,16) (0,31) (0,56) (2,00) (1,55) (1,57) (1,67) -1,44 (3,00) (4,00) I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 5.2 Posisi net inflow dan net outflow Perkembangan Uang Palsu Setelah terjadi peningkatan jumlah peredaran uang palsu pada triwulan I 2016, akhirnya pada triwulan II 2016, peredaran uang palsu mulai mereda di wilayah Sulut-Gorontalo. Tercatat pada triwulan laporan total uang palsu yang ditemukan sebanyak 18 lembar uang palsu. Temuan tersebut menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 205 lembar. Hal tersebut sejalan dengan upaya yang telah dilakukan Bank Indonesia untuk menekan peredaran uang palsu di daerah melalui kegiatan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah (CCKUR). Sepanjang triwulan laporan, telah dilakukan 15 kali sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat seperti siswa SMA, mahasiswa, kasir perbankan dan ritel, pelaku usaha, Pemda, dan masyarakat umum. Berdasarkan jenis pecahannya, mayoritas temuan uang palsu adalah jenis pecahan besar. Tercatat untuk triwulan laporan, pecahan Rp ,- sebanyak 9 lembar dan pecahan Rp50.000,- sebanyak 9 lembar. Temuan uang palsu tersebut antara lain berasal dari setoran bank, setoran masyarakat ke bank melalui loket penukaran, kas titipan Bank Indonesia, kas keliling serta temuan yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Sepanjang triwulan II 2016, mayoritas temuan uang palsu berasal dari Kota Manado (61%), Kotamobagu (28%), dan Minahasa (11%). 57

63 WILAYAH SULUT-GTO PECAHAN TAHUN 2016 EMISI APR MEI JUNI Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Sulut-Gorontalo TW II 2016 Manado Minahasa Kotamobagu 28% 11% 61% Tabel 5.3 Temuan Uang Palsu di Sulut-Gorontalo berdasarkan lokasi (triwulan II 2016) 5.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai Perkembangan perekonomian yang semakin pesat menuntut ketersediaan layanan pembayaran yang tepat, handal, dan aman yang mendukung aktivitas perekonomian dari masyarakat. Sistem pembayaran non-tunai menjadi alternatif utama bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi secara efisien dan aman. Sistem pembayaran non-tunai yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov Sulawesi Utara adalah Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) untuk transaksi retail value dan Real Time Gross Settlement (RTGS) untuk transaksi yang bersifat high value. SKNBI memfasilitasi transaksi pembayaran non-tunai masyarakat dengan menggunakan instrumen surat berharga yaitu cek, bilyet giro, nota debet, dan warkat debit lainnya yang disetujui oleh Bank Indonesia. 58

64 5.2.1 Perkembangan Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) Perkembangan sistem pembayaran non-tunai masih mengikuti pola yang sama dengan historisnya. Pada triwulan II 2016 transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen SKNBI menunjukkan perlambatan dari triwulan sebelumnya baik dari sisi nominal transaksi maupun volume transaksi. Pada triwulan laporan, penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI secara nominal tercatat sebesar Rp2.60 triliun atau melambat sebesar 12.25% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Sejalan, volume transaksi tercatat sebanyak Data Keuangan Elektronik (DKE) atau melambat sebesar 1.76% (qtq). Secara rata-rata harian, nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI pada triwulan laporan mencapai Rp40.77 miliar per hari atau melambat sebesar 16.14% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp48.62 miliar per hari. Sejalan dengan melambatnya nilai rata-rata transaksi harian, rata-rata volume transaksi harian juga terpantau melambat. Tercatat rata-rata volume transaksi harian sebanyak DKE per hari, melambat sebesar 6.09% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatata sebesar DKE per hari. Secara tahunan volume DKE yang ditransaksikan melalui SKNBI pada triwulan laporan menunjukkan perlambatan sebesar 7.34% (yoy) dari tahun sebelumnya yang mencatatat volume DKE sebanyak (yoy). Sejalan, nilai transaksi DKE menunjukkan perlambatan sebesar 6.18% (yoy) dari tahun sebelumnya yang mencatat total nilai transaksi sebesar Rp2.78 triliun. Sementara itu, persentase jumlah penolakan cek dan BG pada triwulan laporan mengalami perlambatan seiring dengan menurunnya nilai dan volume transaksi kliring DKE. Tercatat persentase nilai tolakan kliring pada triwulan laporan sebesar 2.87%, menurun dari triwulan sebelumnya yang yang tercatat sebesar 3.08%. Sejalan, jumlah volume tolakan mencatat penurunan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3.15% menjadi 2.47%. 59

65 3,0 Rp Triliun Nilai Volume (Sk Kanan) Ribu Lembar % Persentase Nilai Tolakan Persentase Volume Tolakan 2,5 2, , ,0 0, ,0 I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : KPw BI Prov. Sulut Sumber : KPw BI Prov. Sulut Grafik 5.4 Perkembangan Kliring SulutGo Grafik 5.5 Pergerakan prosentase tolakan Disamping itu, dalam rangka mewujudkan sistem pembayaran yang aman, lancar, efisien, Bank Indonesia menyelenggarakan jasa sistem pembayaran yang bersifat ritel melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang telah disempurnakan dengan implementasi SKNBI Generasi II pada Juni Dalam SKNBI Generasi II tersebut, seluruh proses dilaksanakan secara terpusat/sentralisasi kecuali kegiatan Pertukaran Warkat Debit (PWD) dilakukan secara desentralisasi di wilayah kliring. Di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Prov Sulut, terdapat 5 Koordinator Pertukaran Warkat Debit (KPWD) yaitu 1 KPWD yang diselenggarakan Bank Indonesia yang bertempat di Manado, 4 KPWD selain Bank Indonesia yang bertempat di Bitung, Kotamobagu, Tahuna dan Gorontalo. Selanjutnya, dalam rangka menjaga kelancaran dan mengetahui potensi risiko dalam penyelenggaraan pertukaran warkat debit, serta memastikan kepatuhan KPWD terhadap ketentuan mengenai penyelenggaraan transfer dana dan kliring berjadwal, Bank Indonesia melakukan pemantauan kepatuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemantauan kepatuhan KPWD selain BI secara tidak langsung dilakukan setiap bulan melalui analisis laporan berkala yang disampaikan KPWD selain BI kepada KPw BI Prov Sulut. Sedangkan untuk pemantauan langsung, diadakan on site visit kepada KPWD selain BI untuk melakukan klarifikasi atau konfirmasi. Sepanjang triwulan II 2016, telah dilakukan 1 kali pemantauan langsung kepada KPWD selain BI di Tahuna. 60

66 Di lain sisi, untuk mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di daerah, KPw Bank Indonesia Prov Sulut telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong penggunaan non tunai oleh masyarakat dan Pemda. Beberapa hal yang telah dilakukan terkait peningkatan penggunaan non tunai adalah dengan melakukan sosialisasi program elektronifikasi dan keuangan inklusif serta edukasi keuangan kepada masyarakat. Tercatat pada triwulan II 2016, KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara telah melakukan 2 kali sosialisasi dan edukasi terkait GNNT dan Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif. Pada Juni 2016 dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada kasir perbankan, SPBU, departement store. Selanjutnya pada bulan yang sama dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di Manado. Selanjutnya, untuk meningkatkan jumlah pembayaran elektronik dalam transaksi keuangan Pemerintah di daerah, baik berupa penerimaan dan pembayaran, KPw Bank Indonesia telah melakukan penandatanganan MoU antara KPw Bank Indonesia Prov Sulut dengan Pemda Prov Sulut dan DPRD Prov Sulut bersama-sama mendukung GNNT pada tahun 2015 silam. Sedangkan di triwulan I telah dilakukan sosialisasi kepada Pemda Minahasa, Tomohon, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara mengenai program elektronifikasi transaksi pembayaran dan penerimaan Pemda (G2P dan P2G). Sebagai tindak lanjutnya, KPw Bank Indonesia Prov Sulut telah melakukan koordinasi dengan Pemda Minahasa terkait rencana migrasi layanan tunai menjadi tunai melalui aplikasi KASDA online pada Juni

67 BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan perekonomian Sulawesi Utara. Jumlah tenaga kerja Sulawesi Utara tercatat tumbuh sebesar 0,34% (yoy) diikuti oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang meningkat ke angka 0,47%. Tingkat pengangguran juga menunjukkan penurunan yang cukup besar yaitu - 10,06%. Tenaga kerja banyak terserap di sektor perdagangan sebagai dampak dari pembukaan pusat pembelanjaan. Selain itu penyerapan tenaga kerja juga banyak terdapat di sektor konstruksi terutama perumahan. Kedua sektor tersebut menjadi pendorong utama penurunan tingkat pengangguran di Sulawesi Utara. Sementara peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara terindikasi dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan perbaikan tercermin dari NTP dan NTUP. Hal tersebut juga tercermin dari perbaikan jumlah masyarakat miskin dan indikator-indikator kesejahteraan lainnya secara umum PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya perekonomian di Sulawesi Utara. Data bulan Februari 2016 mencatat angkatan kerja mengalami pertumbuhan tipis sebesar 0,34% menjadi 1,184 juta jiwa dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 (yoy). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,47% (yoy). Meskipun pertumbuhan Angkatan Kerja dan TPAK tidak begitu signifikan tetapi jumlah pengangguran menurun sebesar -9,36% (yoy) menjadi 93 ribu jiwa sehingga Tingkat Pengangguran Terbuka juga ikut menurun sampai dengan -10,06% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, TPT Sulawesi Utara pada bulan Februari 2016 tercatat berada di atas Nasional yang sebesar 5,5%. Jumlah Bekerja Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Penduduk 15 thn ke atas (ribu jiwa) 1,685 1,698 1, ,781 1,793 1, % Angkatan Kerja (ribu jiwa) 1,089 1,015 1, ,180 1,099 1, % Bekerja 1, , ,078 1,000 1, % Pengangguran % TPAK (%) % TPT (%) % 2016 Growth (yoy) 62

68 Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Penurunan jumlah pengangguran tersebut merupakan cerminan optimisme konsumen terhadap kondisi ketenagakerjaan dan penghasilan. Berdasarkan Survei Konsumen (SK) di Provinsi Sulawesi Utara, indeks kondisi ketenagakerjaan dan penghasilan saat ini berada di atas 100 dengan nilai masing-masing tercatat sebesar 131,8 dan 136,7. Sama halnya kondisi saat ini, kondisi ketenagakerjaan dan penghasilan yang akan datang juga masih dipandang optimis oleh konsumen. Rata-rata indeks ketersediaan lapangan kerja yang akan datang sebesar 144,2. Sementara rata-rata indeks penghasilan yang akan datang sebesar 142,7. Grafik 6.2 Grafik 6.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan dan Penghasilan Saat Ini Penghasilan yang Akan Datang Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Optimisme konsumen terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini pada periode triwulan II 2016 tidak sebaik periode sebelumnya. Penurunan optimisme tersebut terkonfirmasi oleh hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi 63

69 Sulawesi Utara ke sejumlah perusahaan di wilayah kerjanya. Beberapa pelaku usaha memilih untuk memaksimalkan sumber daya manusia yang ada dikarenakan adanya peningkatan biaya tenaga kerja. Hal tersebut tercermin dari likert scale penggunaan tenaga kerja yang terkontraksi sebesar Meskipun terdapat penurunan optimisme konsumen dalam hal penghasilan dan lapangan kerja saat ini pada triwulan II 2016, secara umum serapan tenaga kerja yang tercatat pada bulan Februari 2016 menunjukan peningkatkan. Serapan tenaga kerja paling besar berada pada sektor Jasa sebesar 16,12% (yoy) atau bertambah sebanyak 31 orang dari periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan serapan tenaga kerja terbesar selanjutnya adalah sektor Industri dengan peningkatan sebesar sebesar 11,58% (yoy). Sementara sektor Pertanian adalah satusatunya sektor yang mengalami penurunan serapan tenaga kerja sebesar -14,48% (yoy). Tabel 6.2 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Sektor Pekerjaan (ribu jiwa) Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb 2016 Growth (yoy) Share Pertanian % 29.12% Industri % 5.23% Perdagangan % 23.42% Jasa % 20.22% Lainnya % 22.01% Jumlah 1, , ,078 1,000 1, % % Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Utara masih didominasi oleh sektor Pertanian sebesar 29,12% (yoy). Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian utama Sulawesi Utara yang memang didominasi oleh sektor Pertanian. Namun El Nino yang melanda Sulawesi Utara sepanjang tahun 2015 menyebabkan penurunan serapan tenaga kerja yang tercatat pada bulan Februari Banyak tenaga kerja yang bergelut di sektor Pertanian beralih profesi untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup. Mereka beralih profesi ke sektor Jasa seperti buruh bangunan dan transportasi publik, yang kemudian tercermin pada kenaikan serapan di sektor Jasa yang mencapai 11,31% (yoy). 64

70 Grafik 6.4 Pangsa Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Berdasarkan status pekerjaannya, dari seluruh penduduk yang bekerja di Sulawesi Utara, sebanyak 39,15% berprofesi sebagai buruh/karyawan dan 23,68% penduduk berwiraswasta sementara 14,23% merupakan pekerja bebas. Pada Februari 2016 pekerja informal di Sulawesi Utara masih lebih banyak dibanding pekerja formal, dengan komposisi 56,84% berbanding 43,16%. Komposisi tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun perlu menjadi perhatian bersama karena pekerja sektor informal lebih rentan untuk terkonversi menjadi kelompok pengangguran mengingat kerentanannya terhadap shocks apabila terjadi gejolak ekonomi. Status Pekerjaan (ribu jiwa) Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Growth Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb (yoy) Berusaha Sendiri % 23.68% Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar % 10.95% % 3.75% Buruh/Karyawan % 39.15% Pekerja Bebas Pertanian % 6.12% Pekerja Bebas Non Pertanian % 8.11% Pekerja Bebas % 14.23% Pekerja Tak Dibayar % 8.24% Jumlah 1, , ,078 1,000 1, % % Share Membaiknya peluang lapangan kerja di sektor formal menjadi salah satu pendorong meningkatnya jumlah penduduk bekerja terdidik. Pada bulan Februari 2016 tercatat jumlah penduduk bekerja dengan tingkat pendidikan tertinggi Universitas adalah sebanyak ribu orang atau meningkat 18,73% (yoy). Penduduk bekerja dengan pendidikan tertinggi SMA 65

71 sebanyak 247,41 ribu orang meningkat sebesar 10,26% (yoy) dengan pangsa yang besar yaitu 22,67%. Sementara itu penduduk dengan tingkat pendidikan akhir SMK mengalami penurunan menjadi 97,03 ribu orang atau menurun sebesar -18,69%. Tabel 6.4 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun (ribu orang) Tingkat Pendidikan Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Growth Feb Ags Feb Ags Feb (yoy) SD ke bawah % Sekolah Menengah Pertama % Sekolah Menengah Atas % Sekolah Menengah Kejuruan % Diploma I/II/III % Universitas % Jumlah % 6.2 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada triwulan laporan yang tercermin dari berbagai indikator tingkat kesejahteraan masyarakat tercatat mengalami perbaikan. Pada Triwulan II 2016 kesejahteraan di sektor pertanian kembali mengalami apresiasi. Hal tersebut terlihat dari rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang meningkat pada triwulan laporan. NTUP sebagai salah satu indikator lain yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan petani yang hanya memperhitungkan komponen pengeluaran di usaha petanian tercatat surplus dan cukup menguntungkan (indeks NTUP di atas 100). Dengan dikeluarkannya konsumsi rumah tangga dari komponen indeks harga yang dibayar petani (IB), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Indeks NTUP pada triwulan laporan tercatat sebesar 107,28 meningkat 4,52% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 66

72 Tabel 6.5 Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Rincian Growth (%) yoy qtq Q1 Q2 Q3 Q4 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Indeks Diterima Petani % -0.47% Indeks Dibayar Petani % -0.06% Konsumsi Rumah Tangga % -0.06% Bahan Makanan % -0.28% Makanan Jadi % 1.10% Perumahan % 0.22% Sandang % 0.52% Kesehatan % 1.17% Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga % 0.25% Transportasi dan Komunikasi % -1.99% BPPBM % 0.08% Bibit % -0.29% Obat-obatan & Pupuk % 0.22% Sewa Lahan, Pajak & Lainnya % 0.43% Transportasi % -3.87% Penambahan Barang Modal % 0.45% Upah Buruh Tani % 1.27% Nilai Tukar Petani (indeks) % -0.42% Nilai Tukar Usaha Pertanian (indeks) % -0.54% Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Menggunakan tahun dasar yang baru (2012), rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan I 2016 tercatat sebesar 96,92 meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 95,68. Namun jika dilihat secara triwulanan, pada triwulan laporan NTP tercatat mengalami kontraksi yaitu -0,42% (yoy). Peningkatan NTP secara tahunan didorong oleh peningkatan pendapatan pertanian yang tercermin dari Indeks yang Diterima Petani (IT). IT tercatat tumbuh sebesar 4,35% (yoy). Namun, sama halnya dengan NTP, IT secara triwulanan justru mengalami penurunan sebesar -0,47% (qtq). Penurunan indeks berasal dari subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perikanan Tangkap. Sementara itu, Indeks yang Dibayar Petani (IB) yang merupakan indikator pengeluaran usaha petani mengalami peningkatan secara tahunan yang lebih besar dari IT. IB pada triwulan II 2016 meningkat sebesar 4,46% (yoy) namun secara triwulanan mengalami penurunan yang tidak signifikan sebesar -0,06%. Subsektor yang mengalami penurunan indeks adalah Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan, dan Perikanan Tangkap. 67

73 Grafik 6.7 Grafik 6.8 Nilai Tukar Petani Per Sektor Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Dilihat dari subsektornya, petani pada subsektor Tanaman Hortikultura dan Peternakan merupakan yang paling sejahtera, hal ini terlihat dari angka NTP yang berada di atas 100. Indeks NTP Tanaman Hortikultura dan Peternakan masing-masing adalah 102,61 dan 101,94. Meskipun berada di atas 100, indeks NTP Hortikultura sedikit mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan penurunan sebesar -0,17% (yoy). Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor Perkebunan masih berada di bawah batas sejahtera. Namun, NTP pada subsektor Perkebunan terlihat mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya di mana peningkatan tercatat sebesar 4,43% (yoy). Grafik 6.9 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 68

74 Data terakhir pada bulan Maret 2016 menunjukkan tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara secara umum masih berada di bawah angka nasional. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan jumlah penduduk miskin Sulawesi Utara sampai dengan Maret 2016 mencapai 202,82 ribu jiwa (8,34% dari total penduduk). Namun meski masih berada di bawah nasional, jumlah penduduk miskin Sulawesi Utara pada bulan Maret 2016 mengalami penurunan -6,6% apabila dibandingkan dengan periode bulan September 2015 yang berjumlah 217,15 ribu jiwa (8,98% dari total penduduk). Meskipun jumlah penduduk miskin mengalami perbaikan, garis kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami peningkatan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan desa meningkat 3,27% dari Rp per kapita per bulan menjadi Rp per kapita perbulan. Garis kemiskinan ini adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum yang harus dikeluarkan oleh satu orang. Apabila berada dalam rata-rata garis kemiskinan, individu tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai kemiskinan. Selain itu, pada periode September 2015 hingga Maret 2016, indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami penurunan. Nilai indeks P1 menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks P1 turun sedikit dari 1,54 pada September 2015 menjadi 1,53 pada Maret Di sisi lain, indeks P2 mengalami kenaikan dari 0,44 pada September 2015 menjadi 0,46 pada Maret Indeks P2 menunjukkan variasi pengeluaran konsumsi penduduk miskin. Perubahan yang tidak signifikan pada kedua indeks tersebut menunjukkan kedalaman dan keparahan kemiskinan di Sulawesi Utara relatif tetap. 69

75 Tabel 6.6 Indeks Keparahan Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Wilayah Tahun Kota Desa Total Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret September Maret September Maret September Maret Sep Maret Sep Maret Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret September Maret September Maret September Maret Sep Maret Sep Maret Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 70

76 BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 7.A. PROSPEK EKONOMI MAKRO 7.A.1. TRIWULAN IV 2016 Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh dalam kisaran 6,54-6,94% (yoy), yang mana lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I, II dan III Konsumsi yang lebih kuat pada tahun ini dibandingkan tahun lalu dalam rangka perayaan Hari Raya Keagamaan Natal dan Tahun Baru diindikasikan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan tersebut. Adapun berdasarkan lapangan usaha, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sulut utamanya akan ditopang oleh lapangan usaha perdagangan, dan didukung oleh lapangan usaha utama Sulut lainnya yaitu pertanian, konstruksi, industri pengolahan dan transportasi. Sementara berdasarkan penggunaannya, pertumbuhan diperkirakan didorong oleh konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan kinerja komponen lainnya antara lain konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor luar negeri. Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan IV 2015 yang hanya tumbuh (5,57% yoy) memiliki base effect naiknya angka pertumbuhan pada triwulan IV Di sisi lapangan usaha, perdagangan akan menjadi motor penggerak ekonomi triwulan IV 2015 yang didorong oleh kuatnya daya beli masyarakat pada perayaan Hari Natal dan Tahun Baru. Kebijakan dan kondisi makro cukup mempengaruhi konsumsi pada triwulan IV 2016 seperti tingkat inflasi yang relatif terjaga sampai dengan bulan Agustus 2016 (0,12% ytd), tren penurunan suku bunga seiring dengan penurunan suku bunga acuan BI, serta harga BBM dan angkutan umum yang lebih rendah dibandingkan tahun Selain usaha perdagangan, usaha utama Sulut lainnya juga turut menopang laju pertumbuhan. Kinerja pertanian akan meningkat didukung oleh kondisi cuaca yang lebih baik dan komitmen Pemerintah dalam pengembangan usaha pertanian, kinerja perikanan akan meningkat seiring dengan implementasi Perdirjen Perikanan Tangkap No.1 Tahun 2016 tentang Satu Kesatuan Penangkapan Ikan, kinerja konstruksi akan meningkat ditopang oleh realisasi belanja modal untuk proyek pembangunan Pemerintah dan investasi swasta yang diperkirakan dilakukan mendekati akhir tahun, kinerja industri pengolahan akan meningkat seiring dengan ketersediaan bahan baku dari usaha primer dan tren perbaikan harga komoditas dunia, khususnya CPO dan CCNO, serta kinerja transportasi yang cenderung bergerak searah dengan kinerja perdagangan. Selain itu, program pemerintah dalam mendorong pariwisata yang sangat terlihat pada peningkatan wisatawan asing akan memberikan dampak positif pada kinerja perekonomian di triwulan IV Di sisi penggunaan, meningkatnya konsumsi rumah tangga yang ditopang oleh penguatan daya beli pada perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, menjadi faktor pendorong utama 71

77 pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV Daya beli masyarakat yang kuat didukung oleh 3 hal yaitu perbaikan usaha primer dan tingkat UMP tahun 2016 naik 11,63% (yoy). Di samping itu juga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor diperkirakan meningkat. Konsumsi pemerintah meningkat dalam rangka realisasi anggaran, investasi meningkat yang didorong oleh realisasi belanja modal pemerintah, dan ekspor yang diperkirakan meningkat karena perbaikan harga komoditas dunia khususnya CPO dan CCNO serta peningkatan produksi industri pengolahan. Namun demikian, berbagai risiko yang berkembang saat ini dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV Risiko tersebut antara lain yaitu rencana mutasi golongan listrik bersubsidi yang akan menyebabkan sebagian masyarakat di Sulut mengalami kenaikan TDL, kondisi cuaca/la Nina yang menyebabkan gagal panen dan sulit melaut, serta pemotongan anggaran dana transfer pemerintah pusat ke daerah akibat turunnya penerimaan negara dari pajak. 7.A.2. TAHUN 2016 Perekonomian Sulut pada tahun 2016 diprakirakan tumbuh meningkat dibanding tahun Ekonomi Sulut tahun 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,12 6,52% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan tahun 2015 yang tercatat sebesar 6,12% (yoy). Pertumbuhan tahun 2016 terutamanya akan ditopang oleh lapangan usaha pertanian yang didorong oleh perbaikan produksi tanaman pangan, perkebunan tahunan dan perikanan. Fenomena El Nino pada tahun 2015 memberikan dampak base effect pada pertumbuhan lapangan usaha pertanian di tahun Sementara itu, usaha perikanan didukung oleh berakhirnya aturan Moratorium pada Oktober 2015 dan terbitnya Perdirjen Perikanan Tangkap No.1 Tahun 2016 tentang Satu Kesatuan Penangkapan Ikan. Peningkatan Grafik 7.A.1. Indeks Ekspektasi Konsumen lapangan usaha pertanian mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga dan peningkatan kinerja lapangan usaha baik sekunder maupun tersier. Peningkatan perekonomian terindikasi oleh optimisme rumah tangga/konsumen pada 6 bulan yang akan datang sebagaimana hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi tahun 2016 tidak setinggi perkiraan. Risiko-risiko tersebut antara lain fenomena La Nina yang cukup kuat yang dapat menyebabkan produksi pertanian gagal panen dan kesulitan 72

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN I TAHUN 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A.Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs A.Yusnang Gunawan Lukman Hakim Zulham Effendi Rivo Mandey

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2018 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo MHA Ridhwan : Kepala Perwakilan / Direktur : Kepala Divisi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan /Direktur A. Yusnang : Deputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala Divisi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA FEBRUARI 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur Buwono Budisantoso : Kepala

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Agustus 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 No. 56/08/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,27 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2015 yang

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Luctor E. Tapiheru : Kepala Perwakilan /Direktur Dudung C.

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Barat Mei - 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat November 2017 No. 67/11//76/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan III-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2017 No. 62/11/94/Th. X, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA Pertumbuhan Ekonomi Papua Triwulan III-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 No. 76/XI/71/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2016 TUMBUH 6,01 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2016 yang

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Februari 217 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: AGUSTUS 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci