Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 BAB 2 PENGELOLAAN KASUS 2.1 Proses dan Gangguan Eliminasi Struktur dan Fungsi Sistem Gastrointestinal Sistem gastrointestinal (disebut juga sistem digestif atau sistem pencernaan) terdiri atas saluran gastrointestinal dan organ aksesori. Rongga mulut, faring, esophagus, lambung, usus halus, dan usus besar merupakan komponen saluran gastrointestinal. Organ aksesori terdiri atas gigi, lidah, serta beberapa kelenjar dan organ seperti kelenjar saliva, hati, dan prankeas yang menyuplai sekresi ke saluran pencernaan (Muttaqin & Sari, 2011). Sistem gastrointestinal mempunyai fungsi utama yaitu untuk menyuplai nutrisi bagi sel-sel tubuh. Kondisi ini dapat terlaksana dengan optimal melalui beberapa aktivitas, meliputi Ingesti proses material masuk ke saluran pencernaan melalui mulut, Digesti proses penguraian dengan melibatkan bahan kimia, Absorbsi proses penyerapan material oleh epitalium, dan Eliminasi proses pembuangan/ekskresi dari produk sisa tubuh (Muttaqin & Sari, 2011). Selain aktivitas fisiologis di atas, permukaan saluran pencernaan juga melakukan peran proteksi untuk melindungi jaringan terhadap 1) efek korosif dari asam dan enzim, 2) respons tekanan mekanik seperti abrasi, dan 3) agen bakteri yang ikut serta dalam material makanan. Epithelium saluran pencernaan menyediakan pertahanan non-spesifik dari bakteri. Bakteri yang bisa menembus jaringan kemudian akan dihancurkan oleh makrofag dan sel-sel dari sistem imun (Muttaqin & Sari, 2011). Saluran gastrointestinal merupakan suatu pipa dengan panjang sekitar 9 meter yang dimulai dari mulut sampai ke anus. Seluruh saluran berisi empat lapisan dari dalam ke luar yaitu: 1) mukosa, 2) submukosa, 3) otot, dan 4) serosa. Selain lapisan utama tersebut, terdapat selapis tipis serat-serat otot polos yaitu muskularis mukosa yang terletak di lapisan paling dalam dari mukosa. Fungsi motorik dari usus dikerjakan oleh berbagai lapisan otot polos ini (Muttaqin &Sari, 2011). Saluran gastrointestinal meliputi Rongga mulut yang berfungsi menganalisis material makanan sebelum menelan, proses mekanis dari gigi, lidah, dan permukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, serta digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak. Lidah yang berfungsi sebagai proses mekanik dengan cara menekan, melunakkan,dan membagi material, melakukan manipulasi material makanan di dalam rongga mulut dan melakukan fungsi dalam proses menelan, analisis sensori terhadap 4

2 karakteristik material, suhu, dan reseptor rasa, serta menyekresiakan mucus dan enzim. Kelenjar saliva yang berfungsi sebagai penyekresi air liur ke rongga mulut oleh kelenjar saliva sublingual dan submandibular bawah lidah, serta oleh kelenjar parotis yang mempunyai fungsi utama sebagai lubrikasi atau pelumas untuk memperhalus material, Saliva mengandung enzim amylase (ptyalin) yang menguraikan zat tepung menjadi maltose. Gigi yang berfungsi sebagai proses mekanik dalam menghancurkan makanan. Faring yang berfungsi sebagai jalan untuk material makanan, cairan, dan udara. Esophagus yang berfungsi membawa bolus makanan dan cairan menuju lambung. Lambung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan cairan lambung (kimus/makanan yang bercampur dengan secret lambung) ke duodenum. Usus halus yang berfungsi sebagai transportasi dan pencernaan makanan, serta arbsorbsi cairan, elektrolit, dan unsur makanan. Kolon dan Rektum yang berfungsi menyerap air, vitamin, natrium, dan klorida, serta mengeluarkan kalium, bikarbonat, mucus, dan menyimpan feses dan mengeluarkannya. Selain itu, kolon merupakan tempat pencernaan karbohidrat dan protein tertentu, maka dapat menghasilkan lingkungan yang baik bagi bekteri untuk menghasilkan vitamin K (Muttaqin & Sari, 2011). Organ aksesori sistem gastrointestinal meliputi Pancreas yang berfungsi mempermudah penyimpanan makanan dengan mengeluarkan insulin setelah makan dan menyediakan mekanisme bagi mobilisasi makanan dengan mengeluarkan glucagon selama masa puasa. Hati yang berfungsi sebagai metabolisme glukosa, metabolisme lemak, metabolisme asam amino, pemindahan produk sisa, biotransformasi hormon, penyimpanan vitamin, penyimpanan mineral, inaktivasi obat, biotransformasi bilirubin, pembentukan protein plasma, pembentukan factor pembekuan, dan fungsi imunologis. Kandung empedu tidak mengandung enzim-enzim pencernaan, tetapi mengandung garam-garam empedu yang berfungsi untuk mengemulsifikasi lemak. Garam empedu bekerja sebagai deterjen untuk menguraikan lemak menjadi butiran-butiran yang sangat halus. Hanya dalam bentuk butiran-butiran halus inilah lemak dapat dicerna oleh enzimenzim pencernaan (Muttaqin & Sari, 2011) Anatomi dan Fisiologi Eliminasi Alvi 1. Saluran gastrointestinal bagian atas Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di mulut dan di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung, selanjutnya makanan yang sudah dalam bentuk chyme didorong ke usus halus (Tarwoto & Wartonah, 2006). 5

3 2. Saluran gastrointestinal bagian bawah Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejenum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. usus besar terdiri atas cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk chyme (setengah padat) dari lambung untuk mengarbsorbsi air, nutrient, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan enzim (Tarwoto & Wartonah, 2006). Chyme bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: Haustral Shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu arbsorbsi air, Kontraksi Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semi padat sepanjang kolon, Gerakan Peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju ke anus (Tarwoto & Wartonah, 2006) Sistem Tubuh yang Berperan dalam Eliminasi Alvi Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dan diameter 2,5 cm, serta berfungsi sebagai tempat arbsorbsi elektrolit Na, Cl, K, Mg, HCO3, dan kalsium. Usus besar dimulai dari rectum, kolon, hingga anus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter atau inci dengan diameter 6 cm. Usus besar merupakan bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum caecum sampai ke dubur (Hidayat, 2006). Batas antara usus besar dan ujung usus halus adalah katup ileocaecal. Katup ini biasanya mencegah zat yang masuk ke usus besar sebelum waktunya, dan mencegah produk buangan untuk kembali ke usus halus. Produk buangan yang memasuki usus besar adalah berupa cairan. Setiap hari saluran anus menyerap sekitar ml cairan. Penyerapan inilah yang menyebabkan feses mempunyai bentuk dan berwujud setengah padat. Jika penyerapan tidak baik, produk buangan cepat melalui usus besar, feses itu lunak dan berair. Jika feses terlalu lama dalam usus besar, maka akan terlalu banyak air yang diserap sehingga feses menjadi kering dan keras (Hidayat, 2006). Kolon sigmoid mengandung feses yang sudah siap untuk dibuang dan diteruskan ke dalam rectum. Panjang rectum adalah 12 cm (5 inci), 2,5 cm (1 inci) merupakan 6

4 saluran anus. Dalam rectum terdapat tiga lapisan jaringan transversal. Segitiga lapisan tersebut merupakan rectum yang menahan feses untuk sementara. Setiap lipatan mempunyai arteri dan vena (Hidayat, 2006). Gerakan peristaltic yang kuat dapat mendorong feses ke depan. Gerakan ini terjadi 1-4 kali dalam waktu 24 jam. Peristaltic sering terjadi sesudah makan. Biasanya, 1 / 2-1 /3 dari produk buangan hasil makanan dicernakan dalam waktu 24 jam, dibuang dalam feses, dan sisanya sesudah jam berikutnya (Hidayat, 2006). Makanan yang diterima oleh usus dari lambung dalam bentuk setengah padat, atau dikenal dengan nama chyme, baik berupa air, nutrient maupun elektrolit kemudian akan diarbsorbsi. Usus akan mansekresi mucus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Secara umum, kolon berfungsi sebagai tempat absorbs, proteksi, sekresi, dan eliminasi. Proses perjalanan makanan, khususnya pada daerah kolon, memiliki beberapa gerakan, di antaranya Haustral Suffing atau dikenal dengan gerakan mencampur zat makanan dalam bentuk padat untuk mengabsorbsi air; Kontraksi Haustral atau gerakan mendorong zat makanan/air pada daerah kolon; dan gerakan Peristaltik, yaitu gerakan maju ke anus (Hidayat, 2006). Otot lingkar (sfingter) bagian dalam dan luar saluran anus menguasai pembuangan feses dan gas dari anus. Rangsangan motorik disalurkan oleh sistem simpatis dan rangsangan penghalang oleh sistem parasimpatis. Bagian dari sistem saraf otonom ini memiliki sistem kerja yang berlawanan dalam keseimbangan yang dinamis. Sfingter luar anus merupakan otot bergaris yang berada dibawah penguasaan parasimpatis. Baik diwaktu sakit maupun sehat dapat terjadi gangguan pada fungsi normal pembuangan oleh usus yang dipengaruhi oleh jumlah, sifat cairan, makanan yang masuk, taraf kegiatan, dan keadaan emosi (Hidayat, 2006) Proses Defekasi Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yaitu terletak di medulla oblongata dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar akan menguncup. Reflex defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi, berbagai otot lain membantu proses tersebut, seperti otototot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis (Hidayat, 2006). 7

5 Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulose yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. Feses yang normal terdiri atas masa padat dan berwarna coklat karena disebabkan oleh mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil (Hidayat, 2006). Secara umum, terdapat dua macam refleks dalam membantu proses defekasi, yaitu refleks defekasi intrinsic yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rectum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltic, dan akhirnya feses sampai di anus, di mana proses defekasi terjadi saat sfingter interna berelaksasi; refleks defekasi parasimpatis yang dimulai dari adanya feses dalam rectum yang merangsang saraf rectum, kemudian ke spinal cord, merangsang ke kolon desenden, ke sigmoid, lalu rectum dengan gerakan peristaltic, dan akhirnya terjadi proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi (Hidayat, 2006). Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO 2, metana, H 2 S, O 2, dan Nitrogen (Tarwoto & Wartonah, 2006). Feses terdiri atas 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk (Tarwoto & Wartonah, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses defekasi yaitu usia, Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut control defekasi menurun. Diet, makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi. Intake cairan, intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat. Aktivitas, tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi, gerakan peristaltic akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon. Fisiologis, keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare. Pengobatan, beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Gaya hidup, kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar. Prosedur diagnostic, klien yang akan dilakukan 8

6 prosedur diagnostic biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan. Penyakit, beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi. Anastesi dan pembedahan, anastesi umum dapat menghalangi inpuls parasimpatis sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama jam. Nyeri, pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis, epesiotomiakan mengurangi keinginan untuk buang air besar. Kerusakan sensorik dan motorik, kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi (Tarwoto & Wartonah, 2006) Gangguan Eliminasi: Konstipasi Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorbsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rectum (Potter & Perry, 2005). Kebanyakan individu sedikitnya melakukan defekasi sekali dalam sehari. Rentang normal, adalah tiga kali defekasi dalam sehari atau kurang dalam seminggu. Pada individu yang mengalami konstipasi, defekasi terjadi secara tidak teratur, disertai feses yang keras. Beberapa orang yang mengalami konstipasi kadang-kadang menghasilkan feses cair sebagai akibat dari iritasi yang disebabkan oleh massa feses yang keras dan kering dalam kolon. Feses ini mengandung banyak sekali mucus, yang disekresi oleh kelenjardalam kolon dalam responsnya terhadap massa pengiritasi ini (Potter & Perry, 2005). Tanda klinis konstipasi antara lain adanya feses yang keras, defekasi kurang dari 3 kali seminggu, menurunnya bising usus, adanya keluhan pada rectum, nyeri saat mengejan dan defekasi, dan adanya perasaan masih ada sisa feses. (Hidayat, 2006) Kemungkinan penyebab konstipasi antara lain defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebrospinalis, CVA, pola defekasi yang tidak teratur, nyeri saat defekasi karena hemoroid, menurunnya peristaltic karena stress psikologis, penggunaan obat, seperti penggunaan antasida, laksatif, atau anastesi, proses penuaan (Hidayat, 2006). 9

7 2.2 Proses Keperawatan Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan (Asmadi, 2008). Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan, yang meliputi: pengumpulan data, analisa data, sistematika data, dan penentuan masalah (Asmadi, 2008). Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Pengkajian dilakukan saat klien masuk instansi layanan kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dala proses keperawatan. Data yang salah atau kurang tepat dapat mengakibatkan kesalahan dalam penetapan diagnosis yang tentunya akan berdampak pada langkah selanjutnya (Asmadi, 2008). Kegiatan utama dalam pengkajian ini adalah pengumpulan data, pengelompokan data, dan analisis data guna perumusan diagnosis keperawatan. Pengumpulan data merupakan aktivitas perawat dalam mengumpulkan informasi yang sistematik tentang klien. Pengumpulan data ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data yang penting dan akurat tentang klien (Asmadi, 2008) Proses pengkajian masalah eliminasi: konstipasi antara lain riwayat keperawatan yang meliputi perilaku defekasi: penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola, deskripsi feses: warna, bau, dan tekstur, diet: makanan yang memengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak, cairan: jumlah dan jenis minuman/hari, aktivitas: kegiatan sehari-hari, penggunaan medikasi: obat-obatan yang memengaruhi defekasi, stress: stress berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana menerima. Pemeriksaan fisik yang meliputi abdomen: distensi, simetris, gerakan peristaltic, adanya massa pada perut, tenderness, Rectum dan anus: tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemorrhoid, adanya massa, tenderness. Keadaan feses yang meliputi konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses (Tarwoto dan Wartonah, 2006). 10

8 2.2.2 Analisa Data Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien (Asmadi, 2008). Pedoman analisa data meliputi menyusun kategorisasi data secara sistematis dan logis, identifikasi kesenjangan data, menetukan pola alternative pemecahan masalah, menerapkan teori, model, kerangka kerja, norma dan standar yang dibandingkan dengan data atau kesenjangan yang ditemukan, identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan pasien, membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul (Asmadi, 2008). Menurut Wilkinson dan Ahren (2011), menyatakan bahwabatasan karakteristik untuk diagnosa keperawatan gangguan eliminasi: konstipasi dibagi menjadi data subjektif dan data objektif. Data subjektif untuk gangguan eliminasi: konstipasi adalah nyeri abdomen, anoreksia, perasaan penuh atau tekanan pada rectum, kelelahan umum, peningkatan tekanan abdomen, sakit kepala, dan nyeri saat defekasi. Dan data objektif untuk gangguan eliminasi: konstipasi adalah perubahan pada pola defekasi, penurunan frekuensi, penurunan volume feses, distensi abdomen, feses yang kering, keras, dan padat, bising usus hipoaktif atau hiperaktif, mengejan saat defekasi, dan tidak mampu mengeluarkan feses (Wilkinson & Ahern, 2011) Rumusan Masalah Bila masalah telah diidentifikasi, maka disusun daftar masalah yang ditemukan, kemudian diprioritaskan menurut tingkat kebutuhan dasar manusia berdasarkan hirarki Maslow. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah diatasi bersama-sama sekaligus. Jadi diputuskan masalah mana yang dapat diatasi terlebih dahulu berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia (Asmadi, 2008). Untuk memudahkan penentuan prioritas, kita dapat membuat skala prioritas tertinggi sampai prioritas terendah. Ini dilakukan dengan mengurutkan diagnosis keperawatan yang dianggap paling mengancam kehidupan (mis, gangguan bersihan jalan napas) sampai diagnosis yang tidak terlalu mengancam kehidupan. Cara lainnya adalah dengan mengurutkan diagnosis keperawatan menurut hierarki kebutuhan dasar Maslow. Kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan utama manusia, kemudian diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan psikososial seperti: kebutuhan rasa aman, kebutuhan pengetahuan, kebutuhan dicintai dan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Asmadi, 2008). 11

9 Konstipasi adalah penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran feses yang sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses yang sangat keras dan kering. Dan diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada gangguan eliminasi: konstipasi adalah Gangguan eliminasi alvi: konstipasi berhubungan dengan kerusakan neurologis ditandai dengan penurunan peristaltic usus 3 kali permenit (Asmadi, 2008) Perencanaan Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang ada tentang intervensi rencana keperawatan (Hunt Jennifer & Mark). Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008). Tahap perencanaan ini memiliki beberapa tujuan penting, di antaranya sebagai alat komunikasi antara sesama perawat dan tim kesehatan lainnya; meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi klien; serta mendokumentasikan proses dan criteria hasil asuhan keperawatan yang ingin dicapai (Asmadi, 2008). Unsur terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah membuat prioritas urutan diagnosis keperawatan, merumuskan tujuan, merumuskan criteria evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan (Asmadi, 2008). Rancana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan pasien secara optimal agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin suatu kerjasama yang saling membantu dalam proses pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Asmadi, 2008). Tujuan dalam perencanaan gangguan eliminasi: konstipasi antara lain memahami arti eliminasi secara normal, mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup, membantu latihan secara teratur, mempertahankan kebiasaan defekasi secara teratur, mempertahankan defekasi secara normal, mencegah gangguan integritas kulit (Hidayat,2006). Rencana tindakan pada gangguan eliminasi: konstipasi antara lain kaji perubahan factor yang memengaruhi masalah eliminasi alvi. Membiasakan pasien untuk buang air secara teratur, misalnya pergi ke kemar mandi satu jam setelah makan pagi dan tinggal disana sampai ada keinginan untuk buang air besar. Meningkatkan asupan 12

10 cairan dengan banyak minum, diet yang seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat. Melakukan latihan fisik, misalnya melatih otot perut, mengatur posisi yang baik untuk buang air besar. Anjurkan untuk tidak memaksakan diri dalam buang air besar. Berikan obat laksatif, misalnya Dulcolax atau jenis obat supositoria. Lakukan enema (huknah). Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien. Pertahankan asupan makanan dan minuman. Bantu defekasi secara manual. Kaji pola eliminasi normal dan catat waktu ketika inkontinensia terjadi. Berikan obat pelunak feses (oral) setiap hari atau katartik supositoria setengah jam sebelum waktu defekasi ditentukan. Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau jus buah (minuman yang merangsang peristaltic) sebelum waktu defekasi. Bantu pasien ke toilet. Jaga privasi pasien dan batasi waktu defekasi (15-20 menit). Instruksikan pasien untuk duduk di toilet, gunakan tangan untuk menekan perut terus ke bawah dan jangan mengedan untuk merangsang pengeluaran feses. Anjurkan makan secara teratur dengan asupan air dan serat yang adekuat. Pertahankan latihan secara teratur jika fisik pasien mampu (Hidayat, 2006). 13

11 2.3 Asuhan Keperawatan Kasus Pengkajian I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 66 tahun Status Perkawinan : Sudah Menikah Agama : Protestan Pendidikan : Tamat SLTA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jln. Meterologi Baru, Lau Dendang, Deli Serdang Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2014 No. Register : Ruangan/Kamar : E. Terpadu Golongan Darah : A Tanggal Pengkajian : 2 Juni 2014 Tanggal Operasi : Klien belum pernah dioperasi Diagnosa Medis : DM II. KELUHAN UTAMA : Klien mengatakan tidak dapat BAB semenjak kurang lebih 2 minggu yang lalu, merasa lelah, dan merasa penuh pada bagian perut. Klien juga mengeluh sakit pada bagian perut. Dan klien mengatakan susah untuk bernafas. III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/ Palliative 1. Apa penyebabnya : Proses penuaan dan menurunnya peristaltic usus (3 kali permenit) 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Klien merasa lebih nyaman dan berkurang sesaknya saat sedang duduk 14

12 B. Quantity/Quality 1. Bagaimana dirasakan Klien merasakan susah untuk bernafas Klien mengeluh sakit dibagian perut 2. Bagaimana dilihat Klien meringis kesakitan Klien terlihat susah untuk bernafas C. Region 1. Dimana lokasinya Klien merasa nyeri di bagian perut 2. Apakah menyebar Rasa nyeri tidak menyebar selain diarea perut D. Severity Klien sangat menjaga area perutnya dari bahaya, skala nyeri 7 E. Time Nyeri abdomen yang dirasakan klien menetap IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit, tetapi kadar gula darah pasien selalu tinggi. B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Klien hanya mengkonsumsi obat gula yang diberikan oleh dokter C. Pernah dirawat/dioperasi Klien mengatakan tidak pernah dirawat dan dioperasi sebelumnya D. Lama dirawat Klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya E. Alergi Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi F. Imunisasi Klien tidak mengetahui imunisasinya lengkap atau tidak 15

13 V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang Tua Klien mengatakan orang tuanya tidak ada penyakit apa-apa, namun sebelum meninggal orang tua wanita klien mengeluh sakit kepala. B. Saudara Kandung Klien mengatakan salah seorang saudara kandungnya meninggal tiba-tiba tanpa keluhan C. Penyakit Keturunan yang ada Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan yang dialami D. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Namun sebelum meninggal ada salah satu anggota keluarga klien mengalami gangguan mental seperti berteriak-teriak sendiri. E. Anggota Keluarga yang Meninggal Klien mengatakan keluarga yang meninggal yaitu kedua orang tuanya dan empat orang saudara kandungnya. F. Penyebab Meninggal Klien mengatakan keluarganya meninggal secara tiba-tiba tanpa sebab yang pasti. VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi Pasien tentang penyakitnya Klien merasa sakitnya sebagai cobaan dari Tuhan kepada dirinya. B. Konsep Diri Gambaran diri : klien mengatakan sedih dengan keadannya sekarang Ideal diri : klien mengatakan dia akan dapat segera sembuh Harga diri : klien tidak merasa malu dengan dirinya sekarang Peran diri : klien adalah seorang ibu dari anakanaknya 16

14 Identitas : klien telah menjadi masyarakat yang baik C. Keadaan emosi : keadaan emosi klien masih dapat terkontrol D. Hubungan sosial Orang yang berarti : orang yang berklien adalah keluarganya. Hubungan dengan keluarga : hubungan klien dengan keluarga berjalan harmonis. Hubungan dengan orang lain : klien dapat berinteraksi dengan baik. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien tidak ada hambatan saat bersosialisasi dengan orang lain. E. Spiritual Nilai dan keyakinan : Ny. S memeluk agama protestan dan percaya pada tuhannya Kegiatan ibadah : selama berada dirumah sakit ny.s beribadah dengan cara berdoa kepada tuhannya VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum Tingkat kesadaran klien compos mentis. Keadaan klien terlihat lemas, sesak dan kesakitan. B. Tanda-tanda Vital Suhu tubuh : 37,2 0 C Tekanan darah : 130/90 mmhg Nadi : 64 kali permenit Pernafasan : 32 kali permenit Skala nyeri : 7 TB : 153 cm BB : 67 kg 17

15 C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut Bentuk : Simetris Ubun-ubun : Normal Kulit kepala : Kotor Rambut Penyebaran dan keadaan rambut : Keadaan rambut kotor Bau : Rambut sedikit berbau Warna kulit : Kuning langsat Wajah Warna kulit : Kuning Langsat Struktur Wajah : Lengkap dan Simetris Mata Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata ada dua dan letaknya simetris Palpebra : Tidak ada kotoran di palpebra Konjungtiva dan Sclera : Konjungtiva merah muda dan sclera putih Pupil : Isokor, bulat, dan sama besar. Cornea dan Iris : Cornea tanpa arcus (suatu struktur seperti cincin) Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan Hidung Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal tidak ada kelainan Lubang hidung : Ada dua dan simetris Cuping hidung : tidak ada penggunaan cuping hidung saat bernafas Telinga Bentuk telinga : simetris Ukuran telinga : sama besar kiri dan kanan Lubang telinga : ada dua 18

16 Ketajaman pendengaran : kedua telinga dapat mendengar dengan baik Mulut dan Faring Keadaan bibir : bibir lembab Keadaan gusi dan gigi : gusi merah muda dan gigi terlihat kotor Keadaan lidah : lidah berwarna merah muda Orofaring : dalam keadaan normal Leher Posisi trachea : Letak trachea ditengah Thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid Suara : Suara kecil Kelenjar limfe : Tidak ada kelainan Vena jugularis : tidak tampak pembesaran vena jugularis Denyut nadi karotis : denyut nadi karotis teraba jelas Pemeriksaan integumen Kebersihan : kulit bersih Kehangatan : 37,2 0 C Warna : kuning langsat Turgor : kembali cepat < 2 detik Kelembaban : keadaan kulit lembab Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan Pemeriksaan thoraks/dada Inspeksi thoraks : normal Pernafasan : frekuensi 32 kali permenit, irama cepat Tanda kesulitan bernafas : pasien terlihat megap-megap disaat bernafas 19

17 Pemeriksaan paru Palpasi getaran suara : getaran premitus sama kanan dan kiri Perkusi : resonan Auskultasi : suara nafas normal, auskultasi vesikuler 2/1, auskultasi bronchial 1/1, auskultasi bronchovasikuler 1/2 Pemeriksaan jantung Inspeksi : tidak ada tonjolan atau masa pada area dada Palpasi : tidak teraba massa Perkusi : dullness Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada bunyi jantung S3 dan S4 Pemeriksaan abdomen Inspeksi : bentuk tidak normal dan abdomen terlihat membesar Auskultasi : peristaltic 3 kali permenit, tidak ada suara tambahan Palpasi : nyeri tekan saat di palpasi Perkusi : suara perkusi di bagian abdomen thympani Pemeriksaan musculoskeletal Kekuatan otot normal, simetris kanan dan kiri, tidak ada oedem VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum Frekuensi makan/hari : 3 kali / hari Nafsu/selera makan : pasien mengatakan sulit untuk makan Nyeri ulu hati : terdapat nyeri ulu hati 20

18 II. III. IV. Alergi : tidak ada alergi makanan mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah Waktu pemberian makanan : wib, wib, dan wib Jumlah dan jenis makanan : nasi lebih kurang 50 gr, ikan 1 potong. Namun sering tidak habis. Waktu pemberian cairan/minuman : pasien terpasang cairan infuse RL 20 tetes / menit, minum apabila haus Masalah makan dan minum : klien mengatakan susah untuk makan karena merasa penuh dibagian perut disaat makan. Perawatan diri/personal hygiene Kebersihan tubuh: pasien selama di rumah sakit Ny. S mengatakan tidak mandi sebersih biasanya karena di bantu oleh orang lain. Kebersihan gigi dan mulut: kurang bersih Kebersihan kuku kaki dan tangan: kurang bersih Pola kegiatan/aktivitas Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total : Saat ini pasien dalam melakukan kegiatan membutuhkan bantuan Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit : Untuk saat ini pasien tidak ada melakukan kegiatan ibadah Pola eliminasi 1. BAB Pola BAB : 2 hari sekali Karakter feses : Keras Riwayat perdarahan : tidak ada pendarahan BAB terakhir : kurang lebih 2 minggu yang lalu Diare : tidak ada diare Penggunaan laksatif : supositoria diberikan pada tanggal 6 juni

19 2. BAK Pola BAK : 4-6 kali / hari Karakter urine : normal nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: tidak ada kesulitan BAK Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: tidak ada Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan diuretik Upaya mengatasi masalah : tidak ada V. Mekanisme koping Adaptif Bicara dengan orang lain Teknik relaksasi Maladaptif o Reaksi lambat/berlebihan IX. THERAPY : Dulcolac, supositoria X. PEMERIKSAAN PENUNJANG : KGD puasa: 235 mm/dl KGD random: 457 mm/dl 22

20 2.3.2 Analisa Data No. Data Penyebab 1. DS : Proses penuaan Klien mengatakan tidak dapat BAB semenjak kurang lebih Kerusakan neurologis 2 minggu yang lalu Klien merasa lelah Klien mengatakan Kelemahan otot abdomen merasa penuh pada bagian perut penurunan peristaltik Masalah Keperawatan Gangguan eliminasi: Konstipasi DO : Penurunan frekuensi BAB Abdomen terlihat membesar Bising usus hipoaktif kali permenit 2. DS : Klien mengeluh sakit pada bagian perut. DO : Klien merasa lebih nyaman dan berkurang sakitnya saat sedang duduk Klien mengeluh sakit dibagian perut Klien terlihat meringis kesakitan Konstipasi Proses penuaan Penurunan peristaltic Gangguan BAB Distensi abdomen Nyeri abdomen Gangguan rasa nyaman: nyeri 23

21 Skala nyeri 7 Nyeri abdomen yang dirasakan klien menetap 3. DS : klien mengatakan susah untuk bernafas. DO : Klien terlihat sesak saat bernafas Nafas dangkal RR : 32 kali permenit Penurunan peristaltik Gangguan BAB Distensi abdomen Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi Ketidakefektipan pola nafas Sesak nafas Rumusan Masalah Masalah Keperawatan 1. Gangguan eliminasi alvi: Konstipasi 2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri 3. Ketidakefektipan pola nafas Diagnosa Keperawatan (Prioritas) 1. Gangguan eliminasi alvi: konstipasi berhubungan dengan kerusakan neurologis ditandai dengan penurunan peristaltic usus (3 kali permenit). 2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan abdomen ditandai dengan wajah meringis dan skala nyeri 7 3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan RR: 32 kali permenit 24

22 2.3.4 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional Diagnosa Perencanaan Keperawatan Keperawatan Dx.1: Tujuan NIC: konstipasi menurun, yang dibuktikan oleh defekasi Gangguan mendekati normal eliminasi alvi: Kriteria Hasil NOC: konstipasi a. Pola eliminasi (dalam rentang yang diharapkan) b. Feses lunak dan berbentuk c. Mengeluarkan feses tanpa bantuan d. Tidak ada darah di dalam feses e. Tidak ada nyeri saat defekasi Intervensi NIC Rasional 1. Kaji frekuensi, warna, dan 1. Pengkajian dasar untuk konsistensi feses mengetahui adanya masalah bowel 2. Kaji ada atau tidak bising 2. Deteksi dini penyebab usus dan distensi abdomen konstipasi pada keempat kuadran abdomen 3. Minta program dari dokter 3. Meningkatkan eliminasi untuk memberikan bantuan eliminasi, seperti diet tinggi serat, pelunak feses, enema, dan laksatif 4. Anjurkan aktivitas 4. Meningkatkan pergerakan optimal untuk usus merangsang eliminasi defekasi pasien 5. Berikan privasi dan 5. Kenyamanan saat defekasi keamanan untuk pasien selama eliminasi defekasi 6. Identifikasi factor 6. Mengetahui factor penyebab pengobatan, tirah baring, konstipasi 25

23 dan diet yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap konstipasi 7. Jelaskan etiologi masalah dan rasional tindakan kepada pasien 8. Konsultasi dengan dokter tentang penurunan atau peningkatan frekuensi peristaltic usus 9. Sarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter tentang konstipasinya 10. Ajarkan kepada pasien tentang efek diet cairan dan serat pada eliminasi 11. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet 7. Membuat kondisi saling percaya 8. Mengetahui tindakan medis yang tepat 9. Mengetahui keluhan-keluhan pasien 10. Menurunkan konstipasi 11. Menurunkan konstipasi 26

24 2.3.5 Implementasi dan Evaluasi Hari/tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa 3 Juni a. Mengkaji aktivitas, pengobatan, dan pola kebiasaan pasien b. Mengkaji bising usus dan distensi abdomen pada keempat kuadran abdomen c. Mengidentifikasi factor pengobatan, tirah baring, dan diet yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap konstipasi d. Berkonsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet S= Klien mengatakan belum bisa BAB Klien mengatakan sedikit melekukan aktivitas Klien mengatakan tidak terlampau sering makan makanan yang berserat O= Distensi abdomen Bising usus hipoaktif 3 kali permenit Tanda-tanda vital - TD: 130/90 mmhg - HR: 64 kali permenit - RR: 32 kali permenit - Temp: 37,2 0 C - Skala Nyeri: 7 A= masalah belum teratasi P= intervensi dilanjutkan. 27

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran I PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama :Tn. G Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 25 tahun Status Perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. D Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 83 tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl.

Lebih terperinci

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL A. Pengertian Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Qur an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Qur an), lantunan Al-Qur an secara fisik mengandung

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN Lampiran 1 A. Asuhan Keperawatan Kasus Pengkajian dalam laporan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan format yang telah ditentukan seperti berikut ini. FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Status perkawinan : sudah menikah

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Status perkawinan : sudah menikah Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.A Jenis kelamin : laki-laki Umur : 50 tahun Status perkawinan : sudah menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL DISUSUN OLEH : 1. SEPTIAN M S 2. WAHYU NINGSIH LASE 3. YUTIVA IRNANDA 4. ELYANI SEMBIRING ELIMINASI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA Identitas Pasien Nama : Tn.D Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 67 Tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN KLIEN B Asuhan Keperawatan Kasus 1 PENGKAJIAN I BIODATA IDENTITAS KLIEN Nama : An. N A Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 10 tahun Status

Lebih terperinci

Lampiran 1 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS. 1. Pengkajian I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Status Perkawinan : Kawin

Lampiran 1 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS. 1. Pengkajian I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Status Perkawinan : Kawin Lampiran 1 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS 1. Pengkajian I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.M.A Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 55 tahun Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.Dx Hari,tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Pukul 1. Kamis, 21 Mei Pain management S : klien mengatakan Nyeri 2015 (Manajemen

Lebih terperinci

Format Pengkajian Klien di Lingkungan V Kelurahan Harjo Sari II kecamatan Amplas Kota Medan

Format Pengkajian Klien di Lingkungan V Kelurahan Harjo Sari II kecamatan Amplas Kota Medan Format Pengkajian Klien di Lingkungan V Kelurahan Harjo Sari II kecamatan Amplas Kota Medan I. BIODATA IDENTITAS KLIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat kota Medan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

Status Perkawinan : Menikah : Kristen Protestan Pendidikan :

Status Perkawinan : Menikah : Kristen Protestan Pendidikan : Lampiran 1 Format Pengkajian Pasien Di Rumah Sakit I. Biodata Identitas Pasien Nama : Tn. J Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 50 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Kristen Protestan Pendidikan :

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Tn.R : Laki-laki : 26 tahun : Islam : SMK : Wiraswasta : Jl.Panca

Lebih terperinci

Alamat : Jl. A. Hakim No. 28

Alamat : Jl. A. Hakim No. 28 Lampiran 1 A. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status Perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. H : Laki-laki : 65 tahun : Menikah : Islam : Sarjana : Wiraswasta Alamat : Jl. A. Hakim

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS. A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi 1. Definisi Eliminasi Fekal

BAB II PENGELOLAAN KASUS. A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi 1. Definisi Eliminasi Fekal BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi 1. Definisi Eliminasi Fekal Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi

Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi Laporan Pendahuluan Eliminasi Alvi 1. 1. DEFINISI BAB I PENDAHULUAN Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Simalungun

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Simalungun I. BIODATA FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur : Ny. R : Perempuan : 32 tahun Status Perkawinan : Janda Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Islam : SMP : Tidak

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. M Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 64 tahun Status Perkawinan : Sudah menikah Agama : Islam Pendidikan : SLTA Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN FORMAT PENGKAJIAN PASIEN 1. Pengkajian I. Biodata Nama : Tn. T Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 71 Tahun Status Perkawinan : Sudah Menikah Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Petani Alamat : Jln.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Lampiran Asuhan Keperawatan Kasus PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USUU BIODATA I. IDENTITIAS PASIEN Nama

Lampiran Asuhan Keperawatan Kasus PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USUU BIODATA I. IDENTITIAS PASIEN Nama Lampiran Asuhan Keperawatan Kasus PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USUU BIODATA I. IDENTITIAS PASIEN Nama : Tn M Jenis Kelamin : Laki - laki Umur : 19 tahun Status Perkawinan : belum menikah

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. A Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 71 Tahun Status Perkawinan : Berpisah Agama : Islam Pendidikan : - Pekerjaan : - Alamat :Jalan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi. vital. nyeri, skala nyeri

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi. vital. nyeri, skala nyeri 36 LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Hari/ Dx Tanggal 1,2,3 Rabu 04 juni 2014 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pukul Tindakan keperawatan Evaluasi 14.00 Pantau KU pasien S: - Klien melaporkan 15.00

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci

SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga

SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga Ekskresi merupakan proses pengelaaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Lampiran 1 I.BIODATA PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.S jenis kelamin : Perempuan Umur : 67 tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

Lebih terperinci

: Jl. Bajak IV Gg. Hidayah Golongan Darah : o Tanggal Pengkajian : 18 mei 2015 Diagnosa Medis : stroke

: Jl. Bajak IV Gg. Hidayah Golongan Darah : o Tanggal Pengkajian : 18 mei 2015 Diagnosa Medis : stroke Lampiran I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.H Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 78 tahun Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl. Bajak IV Gg. Hidayah Golongan

Lebih terperinci

SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI )

SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI ) SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI ) Ekskresi merupakan proses pengelaaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS No. Rekam Medis : 55-13-XX Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan 1 Senin/17 Juni

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan 1 Senin/17 Juni CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan 1 Senin/17 Juni 16.00 1. Mengkaji 2013 kemampuan menelan 2. Mengidentifik asi aya mual/muntah.

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS 1.1. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri 1. Definisi Defisit Perawatan Diri Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Kebutuhan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA Pengkajian dilakukan pada hari selasa tanggal 10 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG 1. IDENTITAS KLIEN Nama : Jenis Kelamin : Umur : Suku : Alamat : Agama : Pendidikan : Status Perkawinan : Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. E Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur : 36 tahun Status Perkawinan : Menikah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 11 BAB II RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Januari 20007 jam 07.30 WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat: 1. Biodata. a. Identitas

Lebih terperinci

Rongga Mulut. rongga-mulut

Rongga Mulut. rongga-mulut Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus 5. Usus Besar 6. Rektum 7. Anus. Rongga Mulut rongga-mulut

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai

Lebih terperinci

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN KOMUNITAS

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN KOMUNITAS Lampiran PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN KOMUNITAS I. BIODATA Nama : Ny. N Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 23 Tahun Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Keamanan 2.1.1 Definisi Keamanan Keamanan adalah keadaan aman dan tenteram (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit atau cedera tapi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2010 jam 10.00 di Ruang Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien, keluarga

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Aman Nyaman 1. Definisi Aman Nyaman Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter & Perry, 2006). Perawat harus mengkaji bahaya yang mengancam

Lebih terperinci

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN Pada bab ini penulis melakukan pengkajian pada tanggal 14 Mei 2007 jam 09.00 WIB dan memperoleh data 3 dari catatan keperawatan dan catatan medis, serta wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB II PENGOLAHAN KASUS

BAB II PENGOLAHAN KASUS BAB II PENGOLAHAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi 2.1.1 Defenisi Nutrisi adalah zat-zat dan zat lain yang berhubungan denagn kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Mobilisasi 2.1.1 Defenisi Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. KONSEP DASAR 1. Definisi Nutrisi Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh

Lebih terperinci

BAB III TIJAUAN KASUS. Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan

BAB III TIJAUAN KASUS. Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan BAB III TIJAUAN KASUS Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang tinjauan kasus dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. A dengan Gastroenteritis dehidrasi sedang di ruang luqman Rumah Sakit Roemani

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan EMBRIOLOGI ESOFAGUS Rongga mulut, faring, dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum respiratorium (tunas paru) Nampak di dinding ventral

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) 1 Senin/27 Januari 2014 2 Senin/27 Januari 2014 16.00 1. Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

Proses Keperawatan pada Bayi dan Anak. mira asmirajanti

Proses Keperawatan pada Bayi dan Anak. mira asmirajanti Proses Keperawatan pada Bayi dan Anak mira asmirajanti introduction Perawat merawat manusia sebagai mahluk yang unik dan utuh, menerapkan pendekatan komprehensif dan merencanakan perawatan bersifat individual

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA Blok Urinary System Oleh: Kelompok 3 TRIGGER JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Ny Sophia, usia 34 tahun, datang ke klinik

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS Konsep Dasar Perawatan Diri/Personal Hygiene Defenisi Perawatan Diri/Personal Hygiene

BAB II PENGELOLAAN KASUS Konsep Dasar Perawatan Diri/Personal Hygiene Defenisi Perawatan Diri/Personal Hygiene BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1. Konsep Dasar Perawatan Diri/Personal Hygiene 2.1.1. Defenisi Perawatan Diri/Personal Hygiene Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

1. Keadaan umum : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I keadaan umum klien lemah.

1. Keadaan umum : Pada klien hiperemesis gravidarum grade I keadaan umum klien lemah. 8. SOAP Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Sistim pendokumentasian asuhan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian pada Ny. S dilakukan pada tanggal 11 Mei 2007 sedangkan pasien masuk RSU Dr. Kariadi tanggal 8 Mei 2007 1. Biodata Biodata pasien Ny. S, 25 tahun, jenis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Bowel 2.1.1. Defenisi eliminasi bowel Makanan yang sudah dicerna kemudian sisanya akan dikeluarkan

Lebih terperinci

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Kebutuhan Personal Higiene Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Pendahuluan Kebersihan merupakan hal yang penting Dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan Konsep Dasar Berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April 2010 A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien a. Biodata Pasien Nama : An. A Tanggal lahir : 21 Agustus 2009 Umur Jenis kelamin Suku Bangsa Agama

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN FUNGSI PRIMER SALURAN PENCERNAAN Menyediakan suplay terus menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, tetapi sebelum zat-zat ini diperoleh, makanan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. BIODATA 1. Identitas Pasien. Nama Umur Jenis kelamin Suku/Bangsa Agama : An. F : 3 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam Status pernikahan : - Pekerjaan : - Alamat : Kedung

Lebih terperinci

KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK

KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK PENGERTIAN MOBILISASI Adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat. Semua manusia yang

Lebih terperinci

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG BAB III ASUHAN KEPERAWATAN An. H DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG LUKMAN RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH SEMARANG A. PENGKAJIAN Tanggal 20 juni 2011, jam 10. 00 WIB 1. a) Biodata pasien Nama Usia Jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah pencernaan merupakan salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh orang tua pada anaknya yang masih kecil. Biasanya masalah-masalah tersebut timbul

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II PENGELOLAAN KASUS BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1. Konsep Dasar Mobilisasi 2.1.1. Defenisi Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci