LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

Transkripsi

1 LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA Blok Urinary System Oleh: Kelompok 3 TRIGGER JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

2 Ny Sophia, usia 34 tahun, datang ke klinik dengan keluhan sudah 1 bulan ini tidak bisa menahan kencingnya. Keluhan ini dirasakan oleh Ny sophia setiap kali habis menggendong lama anaknya, saat tertawa dan sering mengalami kebocoran kencing sebelum sampai ke toilet. Karena keluhan ini akhirnya Ny Shopia tidak pernah ikut arisan ibu-ibu di kompleks perumahannya. Saat ini perawat sedang memberikan konsultasi dan merencanakan intervensi selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan Ny Sophia. Pengkajian A. IdentitasKlien Nama Usia Jeniskelamin Status pernikahan :Ny. Sophia... : 34...tahun :perempuan... :Menikah... B. Status kesehatansaatini 1. Keluhanutama :Ny.Sophia mengeluh tidak bisa menahan kencing setiap kali habis menggendong lama anaknya, saat tertawa dan sering mengalami kebocoran kencing sebelum sampai ke toilet. 2. Lama keluhan :1 bulan Perlu dikaji pula meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan. 3. Diagnosamedis : Inkontinensia

3 C. RiwayatKesehatanSaatIni Ny Sophia, usia 34 tahun, datang ke klinik dengan keluhan sudah 1 bulan ini tidak bisa menahan kencingnya. Keluhan ini dirasakan oleh Ny sophia setiap kali habis menggendong lama anaknya, saat tertawa dan sering mengalami kebocoran kencing sebelum sampai ke toilet. Karena keluhan ini akhirnya Ny Shopia tidak pernah ikut arisan ibu-ibu di kompleks perumahannya. Saat ini perawat sedang memberikan konsultasi dan merencanakan intervensi selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan Ny Sophia. D. RiwayatKesehatanTerdahulu Tidak terkaji, namun perlu ditanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan apakah dirawat dirumah sakit. E. RiwayatKeluarga Tidak terkaji, namun perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan. F. Riwayat Lingkungan G.PolaAktifitas-Latihan H.PolaNutrisiMetabolik I. PolaEliminasi BAK: - Kesulitan tidakbisamenahankencing... J. PolaTidur-Istirahat K. PolaKebersihanDiri L. PolaToleransi-KopingStres

4 Perubahan yang dirasa setelah sakit: Ny Shopia tidak pernah ikut arisan ibu-ibu di kompleks perumahannya... M. KonsepDiri N.PolaPeran&Hubungan O.PolaKomunikasi P. PolaSeksualitas Q.PolaNilai&Kepercayaan R. PemeriksaanFisik 1. KeadaanUmum: Tidak terkaji, namun biasanya klien akan tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena respon dari terjadinya inkontinensia. 2. Kepala&Leher a. Kepala: b. Mata: c. Hidung: d. Mulut&tenggorokan:

5 e. Telinga: f. Leher: 3. Thorak& Dada: Jantung - Inspeksi: Palpasi: Perkusi: Auskultasi: Paru - Inspeksi: Palpasi: Perkusi: Auskultasi:

6 4. Payudara&Ketiak Punggung&TulangBelakang 6. Abdomen... Inspeksi: Palpasi:... Perkusi: Auskultasi: Genetalia& Anus Inspeksi : Palpasi: 8. Ekstermitas Atas: Bawah:. 9. SistemNeorologi

7 10. Kulit& Kuku Kulit:... Kuku:... S. HasilPemeriksaanPenunjang Tidak terkaji, namun pada pemeriksaan laboratorium kemungkinan pada klien inkontinensia akan ditemukan warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai kuning-coklat (seperti warna madu), tergantung pada kepekatan urine. Urine biasanya lebih pekatpada pagi hari atau pada klien yang menderita kekurangan volume cairan. Apabilaseseorang minum cairan lebih banyak, urin menjadi lebih encer.kejernihan. Urine yang normal tampak transparan saat dikeluarkan. Warna urineyang ditampung dalam suatu wadah selama beberapa menit akan menjadi keruh. Urineyang baru dikeluarkan oleh klien yang menderita penyakit ginjal dapat tampak keruh atauberbusa akibat tingginya konsentrasi protein. Urine juga akan tampak pekat dan keruhakibat adanya bakteri.bau. Urine memiliki bau yang khas. Semakin pekat warna urine, semakin kuatbaunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lama akan mengeluarkan bauammonia. Hal ini umum terjadi pada klien yang secara berulang-ulang mengalamiinkontinensia urine. T. Terapi U. PersepsiKlienTerhadapPenyakitnya V. Kesimpulan

8 W. PerencanaanPulang Analisa data Data Etiologi Masalah Ds : Defek anatomi penyokong uretra Inkontinensi dan jaringan kandung kemih, a Urinarius - Sudah 3 bulan tidak defek gerakan uretra, serta Stress b.d. bisa menahan kencing kurangnya tonus otot di sekitar tekanan - Setelah menggendong uretra intraabdome anak dalam waktu n tinggi lama dan saat tertawa. Fase pengisian kandung kemih Do : - Otot detrusor relaksasi Kandung kemih terisi urin Rangsan saraf diteruskan melalui saraf pelvis dan medula spinals ke pusat saraf kortikal dan subkortikal Perubahan struktur kandung kemih dan perubahan fisiologis

9 Tertawa atau menggendong anak dalam waktu lama Peningkatan tekanan intraabdomen yg tiba-tiba Tekanan intraabdomen > tekanan uretra Uretra tidak mampu melawan tekanan intraabdomen Uretra tidak mampu mencegah keluarnya urin Inkontinensia urin stress Ds : - Klien mengalami kebocoran kencing Klien wanita Uretra pendek Resiko infeksi saluran kemih Inkontinensi a Urinarius Dorongan b.d. vaginitis atrofik Kerusakan otot kandung kemih

10 Fase pengisian kandung kemih Otot detrusor tidak stabil Aktivitas (kontraksi) otot detrusor kandung kemih tanpa hambatan Penjalaran saraf ke medula spinalis mengalami gangguan akibat kerusakan otot Gangguan koordinasi (fascia, otot, saraf) dan Gangguan sistem kendali kontinensia urin (neuromusk.) Keterlambatan mengenali desakan untuk mengosongkan kandung kemih Kebocoran urin Inkontinensia Urin Dorongan Ds : Tidak mampu mengontrol kerja Harga Diri

11 - Tidak pernah ikut arisan ibu-ibu di kompleknya otot sphincter Belum mengenalii pola urinasi Sering mengalami kebocoran urin Rendah Situasional b.d. gangguan fungsional Perkembangan persepsi negatif Merasa malu dengan kondisinya Perilaku tidak asertif Menarik diri dari lingkungan Tidak mengikuti arisan ibu-ibu Harga diri Rendah Situasional Planning Dx Tujuan + Kriteria hasil Intervensi Inkontinensi stress b/d T: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam urinary continence, dengan KH: 1. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan inkontinensia ( output urin, pola output, fungsi kognitif, obat)

12 Inkontinensia dorongan / urge b.d hiperaktivitas detrusor dengan gangguan kontraktilitas kandung kemih Harga diri rendah situasional b.d gangguan Dapat mempertahankan lingkungan yang bebas hambatan dari toileting Menggunakan pakaian yang mudah ditanggalkan Urin> 150 cc Dapat mengkosongkan bladder Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x24 jam, inkontinensia urge klien berkurang dengan kriteria hasil. KH : Mampu mengetahui kondisi bladder Mampu pengosongan bladder Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x24 jam harga diri klien 2. Jelaskan etiologi dari masalah dan dan alasan untuk dilakukan tindakan 3. Monitor output urin termasuk frekuensi, bau, volume, warna 4. Kaji perasaan saat ingin mengeluarkan urin 5. Batasi input cairan 2-3 jam sebelum tidur 6. Kolaborasi pemberian obatobatan sesuai indikasi 1. Rencanakan program bowel training. 2. Ajarkan pasien dan keluarga tentang bowel training. 3. Memulai program pelatihan bowel training. 4. Tentukan penyebab inkontinenesia. 5. Basuh area perineal dengan sabuan dan air lalu keringkan setiap kali BAK. 6. Jaga celana tetap kering dan bersih 1. Kaji penilaian klien terhadap harga dirinya. 2. Kaji penyebab harga diri

13 fungsional meningkat dengan kriteria hasil KH : Convidence level meningkat Penerimaan terhadap keadaan diri meningkat Mau berinteraksi dengan linkungan social rendah klien 3. Memberikan dukungan bahwa klien mampu menagani situasi yang dihadapai ( tidak bisa menahan BAK) 4. Membantu klien mengidentifikasi respon positif orang lain terhadap keadaannya. 5. Instruksikan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien. 6. Monitor kemauan klien untuk berinteraksi dengan lingkungan social.