KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung

2 Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... i ii iv v viii x xii BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kondisi Umum Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Perkembangan PDRB Sisi Penawaran Boks : Dampak Perdagangan Bebas Asean-China (ACFTA) Terhadap UMKM di Daerah BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Faktor-faktor Penyebab Inflasi Triwulanan (Q-t-Q) Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Tahunan (yoy) Boks : Koordinasi Pemprov Lampung dan Bank Indonesia dalam Pengendalian Inflasi Daerah BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan Umum Perbankan Bank Umum Kelembagaan Bank Umum Perkembangan Aset Bank Umum Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Kualitas Kredit Intermediasi Perbankan Bank Umum Kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM) Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Bank Syariah Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Daerah Boks : Diskusi Panel Perbankan Miscarriage Of Justice -Berbagai Kasus Hukum Perbankan di Indonesia ii

4 Daftar Isi BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Rencana dan Realisasi Belanja Daerah BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Aliran Uang Kartal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Penemuan Uang Palsu Perkembangan RTGS dan Kliring Lokal Penukaran Uang BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Kesejahteraan Kesejahtearaa Petani Indeks Pembangunan Manusia Kemiskinan Boks : Penerapan Sistem Integrasi Pertanaman Padi, Azolla dan Itik (Simpatik) BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Ekonomi Daerah Prospek Inflasi Daerah Prospek Perbankan LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH iii

5 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan 2 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi 9 Tabel 1.3 Harmonized System (HS)... Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Negara Tujuan... Tabel 1.4 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB (%,yoy) Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB (%,qtq) Tabel 3.1 Aset Perbankan Tabel 3.2 DPK Perbankan Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Juni Tabel 3.5 Indikator Bank Umum Tabel 3.6 DPK Bank Umum Tabel 3.7 Kredit Bank Umum Tabel 3.8 Asset dan DPK BPR Tabel 3.9 Indikator Perbankan Syariah Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Tabel 5.1 Perkembangan Rata-Rata Triwulan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Tabel 5.2 Perkembangan Penukaran Uang Triwulan II Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan di Provinsi Lampung (ribuan) Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan kerja Utama Tabel 6.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tabel 6.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lampung Tabel 6.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2007-Maret iv

6 Daftar Grafik Daftar Grafik Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Provinsi Lampung Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Swasta... 3 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Grafik 1.13 Grafik 1.14 Grafik 1.15 Grafik 1.16 Grafik 1.17 Grafik 1.18 Grafik 1.19 Grafik 1.20 Grafik 1.21 Grafik 1.22 Grafik 1.23 Grafik 1.24 Grafik 1.25 Grafik 1.26 Grafik 1.27 Grafik 1.28 Grafik 1.29 Grafik 1.30 Grafik 1.31 Pelanggan Air PDAM Sektor Rumah Tangga... Perkembangan NTP... Jumlah Pelanggan dan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga... Rata-rata Bulanan Pendaftaran Kendaraan Bermotor (unit)... Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen... Perkembangan Konsumsi Pemerintah... Pertumbuhan PMTDB (dalam %)... Impor Bahan Baku Penolong dan Barang Modal... Perkembangan Kredit Investasi Perbankan... Rata-rata Penjualan Semen... Perkembangan Nilai Ekspor (US$)... Perkembangan Harga CPO International (USD/metric ton)... Perkembangan Harga Kopi International (US$ Cent/Pound)... Pangsa Negara Tujuan Ekspor Lampung Triwulan II Perkembangan Nilai Impor (US$)... Pangsa Impor Komoditas berdasarkan BEC... Pangsa Impor Lampung berdasarkan ISIC... Porsi Negara Pengimpor... Pangsa PDRB Sektoral Triwulan I Pangsa PDRB Sektoral Triwulan II-2010*... Perkembangan Kredit Sektor Pertanian... Perkembangan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian... Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan... PDRB Sektor Industri Pengolahan (Harga Konstan 2000)... Perkembangan Bahan Baku Industri... Perkembangan Kredit Sektor Industri... PDRB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (berdasarkan Harga Konstan 2000)... Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung... Volume Penjualan Listrik Lampung v

7 Daftar Grafik Grafik 1.32 Grafik 1.33 Grafik 1.34 Grafik 1.35 Grafik 1.36 Grafik 1.37 Grafik 1.38 Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5 Grafik 2.6 Grafik 2.7 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 6.1 Grafik 6.2 Grafik 6.3 Grafik 6.4 Grafik 6.5 PDRB Sektor Bangunan... PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (Berdasarkan Harga Konstan 2000)... Rata-Rata Lama Hunian Hotel Berbintang... Perkembangan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... Perkembangan Kredit Sektor Angkutan... PDRB Sektor Keuangan (Berdasarkan Harga Konstan 2000)... PDRB Sektor Jasa-Jasa (Berdasarkan Harga Konstan 2000)... Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional... Inflasi Triwulanan (qtq) Per Kelompok Komoditas (%)... Perkembangan Harga Beras IR Perkembangan Harga Daging Ayam Ras... Perkembangan Harga Telur Ayam Ras... Perkembangan Harga Cabai... Inflasi Tahunan (yoy) Kota Bandar Lampung... NPL Perbankan... LDR Perbankan di Lampung (%)... Perkembangan NPL Bank Umum (dalam %)... Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (dalam %)... Perkembangan Intermediasi Bank Umum... Pertumbuhan Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah... Baki Debet KUR... Perkembangan Kredit BPR (dalam miliar Rp)... Perkembangan LDR BPR... Perkembangan Aliran Uang Kartal (miliar Rp)... Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung... Komposisi Penemuan Uang Palsu Triwulan II Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Triwulan II Perkembangan NTP... Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor... IPM Provinsi Lampung *)... IPM Provinsi Lampung per Kabupaten/Kota *)... Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung (ribu jiwa) vi

8 Daftar Grafik Grafik 7.1 Grafik 7.2 Grafik 7.3 Grafik 7.4 Ekspektasi Pelaku Usaha terhadap Output Triwulan III Indeks Keyakinan dan Indeks Ekspektasi Konsumen... Ekspektasi Perbankan terhadap kredit Triwulan III Ekspektasi Pelaku Perbankan terhadap DPK Triwulan II vii

9 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan II-2010 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diamandemen dengan UU No.3 tahun 2004 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 2001, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga. Perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah sehingga disparitas antar daerah semakin tipis. Terkait dengan hal tersebut di atas, Bank Indonesia Bandar Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan dituangkan dalam Kajian Ekonomi Regional Provinsi perkembangan ekonomi daerah Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dari dinas-dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akademisi dari Universitas Lampung. Pada triwulan II-2010, pertumbuhan ekonomi Lampung melemah dibandingkan triwulan lalu. Sektor pertanian masih mendominasi pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran, sedangkan konsumsi swasta mendominasi dari sisi permintaan. Pada periode ini konsumsi pemerintah tumbuh signifikan akibat realisasi pelaksanaan proyek yang mayoritas telah selesai melakukan tender. Dalam hal inflasi, komoditas bumbubuan menyumbang peranan besar terhadap trend kenaikan harga di triwulan laporan. Sementara itu, perbankan Lampung mengalami perbaikan kinerja. Hal ini tercermin dari indikator kinerja berupa asset, DPK, maupun kualitas kredit yang bergerak membaik. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Universitas Lampung, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk terus disempurnakan. Oleh karena itu viii

10 Kata Pengantar kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan dimasa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung, Agustus 2010 BANK INDONESIA BANDAR LAMPUNG I Made Subaga Wirya Pemimpin ix

11 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO b. Sistem Pembayaran Indeks Harga Konsumen Laju Inflasi (y-o-y) PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 3, , , , , , Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1, , , , , , Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1, , , , , , Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa & Jasa Pershn Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor (ribu ton) 1, , , , , , Nilai Impor (USD Juta) Volume Impor (ribu ton) INDIKATOR Posisi Kas Gabungan (Triliun Rp) Inflow (Triliun Rp) Outflow (Triliun Rp) Nominal Transaksi RTGS (Triliun Rp) Volume Transaksi RTGS (lembar) 24,648 29,808 23,357 31,068 29,519 35,785 Nominal Kliring Kredit (Triliun Rp) Volume Kliring Kredit (lembar) 18,300 23,422 22,580 23,527 22,800 25,175 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) Nominal Kliring Debet (Triliun Rp) Volume Kliring Debet (lembar) 134, , , , , ,879 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Triliun Rp) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2, , , , , Nominal Kliring Pengembalian (Triliun Rp) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2,122 2,195 2,538 2,274 2,402 2,576 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp) Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Triliun Rp) Volume Tolakan Cek/BG Kosong (lembar) 1,550 1,609 1,916 1,784 1,941 2,117 Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong x

12 c. Perbankan Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung INDIKATOR PERBANKAN PERBANKAN B ank Umum : Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) Giro Tabungan Deposito Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proyek - Modal Kerja * - Investasi * - Konsumsi * - LDR * Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp50 Juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil (Rp50 Juta < X < Rp500 juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah (Rp500jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit MKM (Triliun Rp) NPL MKM Gross (%) NPL MKM Net (%) (0.190) (0.005) BPR Total Asset (Triliun Rp) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) Tabungan Simpanan Berjangka Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek - Modal Kerja * - Investasi * - Konsumsi * Kredit UMKM (Triliun Rp) Rasio NPL Gross(%) Rasio NPL Net(%) LDR (%) Keterangan : *) data April-Mei xi

13 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan II / 2010 Perkembangan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi melemah dibandingkan Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan II-2010 mencapai 5,50% (yoy), melemah dibanding triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 5,89% (yoy). Di sisi permintaan, konsumsi swasta masih mendominasi aktivitas perekonomian dengan pangsa sebesar 55,59%. Sedangkan di sisi penawaran, sektor pertanian masih mendominasi dengan pangsa sebesar 35,6%, namun pertumbuhan tahunannya menurun sebesar 7,2% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada periode ini didorong oleh adanya pemilukada yang berlangsung pada bulan Juni 2010, tahun ajaran baru, serta panen beberapa komoditas pertanian dan perkebunan. Inflasi Inflasi kembali Inflasi Lampung pada triwulan II-2010 tercatat sebesar 2,53% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,15% (qtq). Secara umum, faktor supply shocks dan administered price masih menjadi faktor utama yang menyebabkan fluktuasi harga selama triwulan II Secara tahunan, inflasi Lampung mencapai 7,39% (yoy) pada akhir triwulan II-2010, dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi yaitu sebesar 15,85%. Faktor administered berupa dampak kebijakan kenaikan cukai rokok menjadi faktor utama inflasi kelompok ini di tahun xii

14 Ringkasan Eksekutif Perbankan Daerah Secara umum, terjadi peningkatan kinerja perbankan Kinerja perbankan pada triwulan laporan menunjukkan perkembangan yang baik. Indikator berupa aset, DPK, kredit, maupun kualitas kredit membuktikan hal tersebut. Membaiknya kinerja bank umum maupun BPR ini terkorelasi dengan kondisi perekonomian yang cukup kondusif. Perkembangan usaha yang cukup signifikan terjadi pada bank syariah, dimana selama triwulan laporan, aset, DPK, maupun kredit meningkat masing-masing sebesar 43,47% (qtq), 12,92% (qtq), dan 25,4% (qtq) Pada UMKM, selama triwulan laporan terjadi peningkatan alokasi Kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) sebesar 14,05% (qtq) dengan mayoritas penggunaan untuk modal kerja, diikuti kemudian untuk konsumsi dan investasi. Pertumbuhan kredit investasi yang meningkat secara signifikan (63,69% qtq) menandakan bahwa perbankan peduli terhadap pentingnya pembiayaan kegiatan investasi dalam mendukung perkembangan ekonomi Lampung. Keuangan Daerah Realisasi belanja pemerintah semakin menunjukkan peningkatan Hingga bulan Mei 2010, pendapatan daerah telah mencapai Rp795,82 miliar atau 47,04% dari target pendapatan Tahun Adapun komponen realisasi lain-lain pendapatan yang sah telah mencapai 188,3%, PAD sebesar 48,52%, dan Dana Perimbangan sebesar 45,37%. Di sisi lain, hingga bulan Mei 2010 belanja daerah telah terealisasi sebanyak Rp563,77 miliar atau mencapai 30,64% dari target. Lampung. Komponen belanja bantuan dalam rangka Pemilukada memiliki realisasi tertinggi, yaitu 92,31% dari target. xiii

15 Ringkasan Eksekutif Transaksi keuangan mengalami peningkatan Sistem Pembayaran Aliran uang kartal di Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung secara rata-rata bulanan mengalami net outflow. Hal ini disinyalir akibat maraknya penggunaan uang kartal terkait Pemilukada serta sudah meningkatnya realisasi APBD untuk kegiatan pembangunan fisik daerah. Di sisi lain, temuan uang palsu mengalami peningkatan, yang diprediksi akibat perputaran uang yang tinggi pada masa kampanye. Transaksi non tunai melalui sistem BI-RTGS yang dilakukan selama triwulan II-2010 mengalami net-incoming. Rata-rata outgoing transaction tercatat sebesar Rp5,58 triliun, sedangkan rata-rata Incoming transaction yang terjadi sebesar Rp5,78 triliun. Pada sistem kliring, terjadi peningkatan transaksi keuangan non tunai. Yaitu dari rata-rata nilai transaksi bulanan sebesar Rp1,62 triliun dengan rata-rata volume lembar warkat menjadi Rp1,77 triliun dengan rata-rata volume lembar warkat. Aliran uang kartal yang mengalami net outflow, transaksi RTGS yang net incoming, serta rata-rata transaksi kliring yang meningkat di triwulan laporan menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi yang terjadi di dalam Provinsi Lampung semakin marak. Kesejahteraan penduduk mengalami peningkatan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 2% dibandingkan tahun Peningkatan penduduk usia kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penduduk angkatan kerja mengakibatkan penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 1,1% dibandingkan tahun Kesejahteraan petani pada triwulan laporan meningkat sangat signifikan. Hal ini tercermin dari NTP yang tumbuh menjadi 115,45 atau naik sebesar 2,74% dibandingkan triwulan lalu. xiv

16 Ringkasan Eksekutif Kenaikan harga jual produk tanaman pangan dan hortikultura mengkonfirmasi hal ini. Indikator kemiskinan berupa jumlah penduduk miskin di Lampung terus menunjukkan trend penurunan. Hal ini searah dengan indikator tingkat garis kemiskinan, serta nilai upah riil. Perekonomian Provinsi Lampung diperkirakan tetap tumbuh positif Prospek Perekonomian Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan III-2010 diperkirakan mencapai 5,64% (yoy) ± 1 %. Hal ini terindikasi melalui hasil Survei Konsumen, Survei Kondisi Dunia Usaha, maupun Liasion yang masih menunjukkan optimisme konsumen maupun pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, beberapa sektor yang diprediksi mengalami peningkatan, diantaranya sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, sektor bangunan, sektor PHR, dan sektor pengangkutan. Hal ini disebabkan meningkatnya kegiatan investasi maupun momen puasa dan Idul Fitri. Dari sisi permintaan, konsumsi masyarakat masih mendominasi laju pertumbuhan ekonomi. Momen puasa menjadi salah satu sumber penyebabnya. Kegiatan investasi swasta maupun pemerintah diperkirakan akan semakin terakselerasi. Begitu pula dengan ekspor dimana diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan pergerakan harga dunia yang baik, serta percepatan panen komoditas perkebunan unggulan ekspor. Tekanan Inflasi diprediksi melemah Inflasi Lampung pada triwulan III-2010 diprediksi mencapai 5,07% ± 1% (yoy). Inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan mendatang lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan II-2010 yang mencapai 7,39% (yoy). Harga sejumlah komoditas mengalami penurunan pasca hari raya Idul Fitri karena permintaan terhadap barang dan jasa yang kembali normal. xv

17 Ringkasan Eksekutif Kegiatan intermediasi perbankan tumbuh positif Kegiatan intermediasi perbankan di Provinsi Lampung triwulan III-2010 diperkirakan mengalami peningkatan. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Kredit Perbankan triwulan II-2010 yang menunjukkan keyakinan perbankan terhadap peningkatan pengimpunan dana dan penyaluran kreditnya pada triwulan mendatang. Prospek usaha nasabah yang membaik, produk perbankan yang bervariasi, serta penawaran suku bunga simpanan yang menarik, membuat prediksi peningkatan kinerja perbankan dapat terwujud. xvi

18 Kondisi Makro Ekonomi Regional BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 1. KONDISI UMUM Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan II-2010 mencapai 5,50% (yoy), turun dibanding triwulan I-2010 maupun triwulan II-2009 yang masing-masing tercatat sebesar 5,89% (yoy) dan 5,96% (yoy). Di sisi permintaan, konsumsi swasta masih mendominasi aktivitas perekonomian dengan pangsa sebesar 55,59% dan pertumbuhan sebesar 6,2% (yoy), diikuti kemudian oleh Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) yang berpangsa 13,38% dengan pertumbuhan tahunan mencapai 11,54% (yoy). Di sisi penawaran, sektor pertanian masih mendominasi dengan pangsa sebesar 35,6%, namun pertumbuhan tahunannya menurun sebesar 7,2% (yoy). Sedangkan penyumpang PDRB yang besar lainnya pada triwulan laporan adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan pertumbuhan mencapai 5,4% (yoy) dan berpangsa 15,9%. Grafik 1.1 miliar Rp Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan* % PDRB Harga Konstan yoy Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) *) Laju Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan harga konstan

19 Kondisi Makro Ekonomi Regional 2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN Pada Triwulan II-2010, Provinsi Lampung mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4,61% (qtq). Konsumsi swasta yang memberi sumbangan 2,31% terhadap pertumbuhan ekonomi, mengalami peningkatan didorong oleh persiapan Pemilukada, tahun ajaran baru, serta panen komoditas pertanian dan perkebunan. Kegiatan investasi dan ekspor impor juga mengalami pertumbuhan positif seiring kondisi global yang relatif stabil. Begitu pula dengan belanja pemerintah yang diprediksi dapat direalisasikan sekitar 50% dari total APBD nya sesuai trend sebelumnya. Penggunaan Tabel 1.1 Perkiraan Perkembangan PDRB Sisi Permintaan PDRB (% yoy) II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor netto PDRB Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.1. Konsumsi Pada komponen PDRB, konsumsi terbagi atas konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Konsumsi swasta pada triwulan II-2010 tumbuh sebesar 6,21% (yoy) atau 4,1% (qtq). Hal ini diperoleh dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba yang masing-masing meningkat sebesar 6,28% (yoy) dan 3,26% (yoy). Beberapa prompt indikator peningkatan konsumsi swasta tersebut antara lain Pemilukada, Nilai Tukar Petani, konsumsi air & listrik rumah tangga, hasil Survei Konsumen, serta Penjualan Kendaraan Bermotor. Kegiatan Pemilu di 10 kabupaten di Lampung pada akhir Juni 2010 diprediksi membuat beberapa industri mengalami lonjakan permintaan, antara lain perusahaan percetakan yang omsetnya meningkat hingga 10%. Prediksi peningkatan omset juga dialami oleh perusahaan kertas, maupun kain untuk bahan baku pencetakan spanduk atau kaos. Indikator berupa jumlah pelanggan air PDAM sektor rumah tangga menunjukkan peningkatan sebesar 0,55% dibanding triwulan sebelumnya (grafik 1.3). 2

20 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Orang Kondisi Makro Ekonomi Regional Begitu pula dengan Nilai Tukar Petani yang tumbuh sebesar 2,74% (qtq) pada subsektor tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan (grafik 1.4). 5,800 5,600 5,400 5,200 5,000 4,800 4,600 4,400 4, Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Swasta ,400 29,200 29,000 28,800 Grafik 1.3 Pelanggan Air PDAM Sektor Rumah Tangga konsumsi swasta (miliar Rp) growth yoy (%) - axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) Sumber : PDAM Way Rilau (diolah) Grafik 1.4 Perkembangan NTP Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) Prompt indikator berupa jumlah pelanggan dan konsumsi listrik rumah tangga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2010 jumlah pelanggan rumah tangga tercatat sebesar , kemudian meningkat hingga pada bulan Mei berjumlah konsumen. Begitu pula dengan konsumsi listrik yang nilainya meningkat dari Rp54,78 miliar menjadi Rp59,52 miliar di periode yang sama (grafik 1.5). Indikator ratarata bulanan pendaftaran kendaraan bermotor juga naik dari unit menjadi unit (qtq) yang berarti bahwa konsumsi barang tahan lama (durable goods) mengalami peningkatan (grafik 1.6). 3

21 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Trw I-09 Trw II-09 Trw III-09 Trw IV-09 Trw I-10 Trw II-10 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Ma Apr May Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.5 Jumlah Pelanggan dan Konsumsi Listrik Sektor Rumah Tangga 940,000 70, ,000 60, ,000 50,000 40, ,000 30, ,000 20, ,000 10, , Grafik 1.6 Rata-rata Bulanan Pendaftaran Kendaraan Bermotor (unit) , ,336 26, Jumlah Pelanggan Konsumsi Listrik (juta Rp)- axis kanan roda dua roda empat-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung (diolah) Indikator pertumbuhan konsumsi swasta yang lain adalah impor barang konsumsi serta optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian. Ratarata bulanan impor barang konsumsi mengalami peningkatan sebesar 17,57% (qtq), dari US$3,09 juta menjadi US$3,64 juta. Begitu pula dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia Bandar Lampung yang menunjukkan optimisme masyarakat melalui kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKESI), serta Indeks Ekspektasi Konsumen (grafik 1.7). Grafik 1.7 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen IKK IKESI IEK Sumber : Bank Indonesia Bandar Lampung (diolah) 4

22 Kondisi Makro Ekonomi Regional Konsumsi pemerintah mengalami peningkatan sebesar 19,29% (qtq) atau 3,24% (yoy). Berbagai proyek pembangunan fisik sedang dilakukan, sehingga meningkatkan belanja modal. Begitu pula dengan belanja rutin dimana pada triwulan laporan dibayarkan rapel kenaikan gaji PNS. (Realisasi konsumsi pemerintah selengkapnya dijelaskan pada bab 4 keuangan daerah). Grafik 1.8 miliar Rp Perkembangan Konsumsi Pemerintah % 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, (20) (40) (60) (80) Konsumsi Pemerintah (harga konstan 2000) growth (qtq) Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.2. Investasi Kegiatan investasi pada triwulan II-2010 tumbuh sebesar 11,54% (yoy) atau 4,44% (qtq). Berdasarkan data BPMD Provinsi Lampung, realisasi investasi selama triwulan laporan sebesar Rp794,9 miliar untuk pembiayaan beberapa bidang usaha yang terdiri atas industri kimia dasar organik sebesar Rp40,58 miliar, industri udang dan pakan ternak berjumlah Rp741,78 miliar, serta jasa penunjang pertambangan minyak dan gas bumi sebesar Rp12,57 miliar (10) Grafik 1.9 Pertumbuhan PMTDB (%) (20) Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) growth (qtq) growth (yoy) 5

23 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Okt-09 Nov-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 miliar Rp Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Kondisi Makro Ekonomi Regional Prompt Indikator pendukung peningkatan investasi diantaranya adalah outstanding kredit investasi perbankan, nilai impor barang modal, penjualan semen, serta hasil SKDU. Data impor menunjukkan bahwa impor barang modal meningkat dari US$12,85juta pada triwulan I-2010 menjadi US$16,75 juta (qtq). Peningkatan aktivitas kelompok impor ini diperkirakan mampu mengakselerasi pembangunan investasi di provinsi Lampung (grafik 1.10). Pada triwulan laporan, dukungan pembiayaan dari kredit investasi mengalami pertumbuhan baik secara triwulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 7,3% (qtq) dan 29,28% (yoy) (grafik 1.11). Indikator berupa penjualan semen juga bergerak searah, dimana terjadi peningkatan rata-rata penjualan selama triwulan laporan, yaitu dari ton menjadi ton (grafik 1.12). Begitu pula dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkkan bahwa sebagian besar (84,62%) responden dunia usaha memiliki kondisi keuangan perusahaan yang cukup baik. US$ 25,000,000 Grafik 1.10 Impor Barang Modal 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 4,000 3,000 2,000 1,000 - Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan ton 150, ,000 50,000 0 Grafik 1.12 Rata-Rata Penjualan Semen 93,288 82,179 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Sumber : LBU dan LBUS (diolah) Sumber : berbagai sumber (diolah) 6

24 Jan-09 Feb-09 Mar-09 TRW I-09 Apr-09 May-09 Jun-09 TRW II-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 TRW III-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 TRW IV-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 TRW I-10 Apr-10 May-10 Jun-10 TRW II-10 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tumbuhnya kegiatan investasi juga terlihat dari hasil liaison maupun Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Sebagian besar contact liaison menyatakan bahwa pada tahun 2010 perkembangan usaha akan lebih baik dan mereka akan melakukan investasi fisik baru. Dunia usaha juga akan melakukan ekspansi usaha seiring membaiknya situasi pasar, dengan fokus ekspansi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Ekspor-Impor a. Ekspor Kinerja ekspor Lampung triwulan II-2010 membaik seiring meningkatnya kegiatan perdagangan internasional sehingga tercatat tumbuh sebesar 18,6% (qtq) atau 4,59% (yoy). 700,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 0 Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Ekspor (US$) Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Komoditas lemak dan minyak hewan/nabati masih mendominasi pangsa ekspor Lampung sebesar 28,69%. Diikuti kemudian oleh kopi, teh dan rempah-rempah (tabel 1.2). Panen komoditas perkebunan serta harga internasional yang baik pada triwulan laporan, membuat rata-rata ekspor kedua komoditas unggulan tersebut tumbuh 29,25% (qtq) dan 128,62% (qtq). 7

25 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.14 Perkembangan Harga CPO Internasional (USD/metric ton) 1, Grafik 1.15 Perkembangan harga kopi internasional (US$ Cent/Pound) Sumber : Bloomberg (diolah) Negara tujuan utama ekspor lampung pada triwulan laporan adalah Amerika Serikat, dengan pangsa sebesar 11,43% dari total ekspor. Tujuan utama selanjutnya adalah RRC sebesar 11,15% atau meningkat dibanding triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 10,13%. Hal ini sebagai realisasi dari kerjasama ACFTA. Grafik 1.16 Pangsa Negara Tujuan Ekspor Lampung Triwulan II % 0.7% 30.2% 13.2% 51.7% Afrika Amerika Asia Australia Eropa Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 8

26 Kondisi Makro Ekonomi Regional Komoditas Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Triwulan II-2009 Triwulan I-2010 Triwulan II-2010 US$ % US$ % US$ % 1. Kopi, Teh, Rempah-rempah 178,185, ,984, ,417, Bubur Kayu / Pulp 28,849, ,881, ,045, Ikan dan Udang 21,773, ,988, ,840, Lemak & Minyak Hewan / Nabati 123,604, ,546, ,265, Bahan Bakar Mineral 45,269, ,826, ,630, Karet dan Barang dari Karet 13,225, ,995, ,186, Kayu, Barang dari Kayu 2,278, ,267, ,596, Hasil Penggilingan 1,170, , , Olahan dari Buah-buahan / Sayuran 34,408, ,443, ,150, Ampas / Sisa Industri Makanan 2,342, ,867, ,486, Berbagai Makanan Olahan 4,541, ,151, ,442, Minuman 2,881, ,365, ,946, Berbagai Produk Kimia 2,335, ,343, ,170, Kaca & Barang dari Kaca 123, , , Olahan dari Tepung 109, , , Bahan Kimia Organik 9,238, ,005, ,891, Gula dan Kembang Gula 4,191, ,314, ,924, Kakao / Coklat 38,588, ,680, ,307, Buah-buahan 1,114, , , Sari Bahan Samak & Celup Lak, Getah dan Damar 764, , , Sayuran 76, , Sabun dan Preparat Pembersih 858, , , Perekat, Enzim Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 3,228, , , Lain-lain 21,600, ,930, ,949, Total 540,763, ,758, ,563, Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 9

27 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.3 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Negara Tujuan Triwulan II-2009 Triwulan I-2010 Triwulan II-2010 Negara Tujuan US$ % US$ % US$ % 1. Afrika 10,089, ,009, ,585, Amerika 75,058, ,851, ,656, Amerika Serikat 70,352, ,205, ,634, Kanada 1,065, , ,028, Amerika Latin 63, ,923, ,443, Amerika Lainnya 3,577, ,728, ,549, Asia 214,370, ,171, ,261, Malaysia 25,680, ,050, ,493, Filipina 3,125, , ,379, Singapura 7,277, ,009, ,905, Jepang 73,288, ,827, ,060, Korea Selatan 7,152, ,488, ,767, RRC 20,071, ,279, ,042, Taiwan 6,131, ,058, ,059, Asia Lainnya 71,643, ,245, ,553, Australia 843, ,782, ,233, Eropa 136,388, ,942, ,826, Inggris 7,851, ,696, ,111, Belanda 26,938, ,838, ,325, Perancis 933, ,059, ,410, Jerman 55,615, ,808, ,743, Italia 26,787, ,764, ,647, Eropa Lainnya 18,261, ,774, ,587, Total 436,750, ,758, ,563, Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) b. Impor Kegiatan impor Lampung turun 13,78% dibanding triwulan I-2010, dari US$148,67 juta menjadi US$128,19 juta. Meski begitu, dibanding triwulan II-2009 impor meningkat sebesar 16,58%. 10

28 Jan-09 Feb-09 Mar-09 TRW I 09 Apr-09 May-09 Jun-09 TRW II 09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 TRW III 09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 TRW IV 09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Trw I-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Trw II-10 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Impor (US$) 160,000, ,000, ,000, ,000,000 80,000,000 60,000,000 40,000,000 20,000,000 0 Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan klasifikasi BEC, Provinsi Lampung masih sangat tinggi ketergantungannya terhadap impor bahan baku penolong yang memiliki pangsa sebesar 79,8%, turun dibanding triwulan I-2010 yang berpangsa 85%. Peningkatan pangsa impor terjadi pada barang modal, yaitu dari 8,64% menjadi 13,1%. Sedangkan menurut kategori ISIC, impor pada triwulan laporan sebagian besar ditujukan untuk sektor industri pengolahan dengan pangsa 65,21%. Adapun komoditas penyumbang utamanya adalah produk kimia yang impornya meningkat dari US$21,65 juta menjadi US$40,53 juta. Dari dua klasifikasi diatas (BEC dan ISIC), maka terbukti bahwa peningkatan impor barang modal maupun peningkatan pangsa sektor industri pengolahan merupakan indikasi adanya peningkatan aktivitas investasi maupun dunia usaha di Lampung pada triwulan II Grafik 1.18 Pangsa Impor Komoditas Berdasarkan BEC Grafik 1.19 Pangsa Impor Lampung Berdasarkan ISIC 13.1% 7.1% 33.9% Pertanian 79.8% Barang konsumsi Bahan baku penolong Barang modal 65.2% 0.9% Pertambangan dan Penggalian Industri Manufaktur Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 11

29 Kondisi Makro Ekonomi Regional Impor Lampung pada triwulan laporan sebagian besar berasal dari Australia dalam bentuk binatang hidup (sapi bakalan). Pangsa impor negara tersebut tercatat sebesar 35,96%, turun dibanding triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 39,87%. Penurunan pangsa impor itu akibat adanya pembatasan izin impor terkait rencana Pemerintah Pusat untuk swasembada daging sapi, sehingga sebagian besar perusahaan penggemukan sapi masih menunggu terbitnya izin impor. Grafik 1.20 Porsi Negara Pengimpor 0.9% 25.7% 14.5% 20.4% 38.4% Afrika Amerika Asia Australia Eropa Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Menurut klasifikasi Harmonized System (HS), rata-rata impor pupuk tumbuh signifikan dibanding triwulan I-2010 (105,7%), seiring masa tanam di awal triwulan III Pangsa impor pupuk sebesar 29,72% mendominasi kegiatan impor Lampung. 12

30 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.4 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Triwulan Triwulan Triwulan II-2009 I-2010 II-2010 US$ US$ US$ Komoditas Utama Impor 1. Pupuk 6,384,572 18,519,834 38,096, Binatang Hidup 34,770,301 57,178,301 32,780, Ampas / Sisa Industri Makanan 7,631,455 5,179,237 6,277, Besi dan Baja 10, ,233 14, Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 25,724,952 25,462,277 18,859, Gula dan Kembang Gula ,089,000 2,731, Hasil Penggilingan 3,547,906 2,794, , Mesin / Peralatan Listik 4,685,666 1,936, , Plastik dan Barang dari Plastik 765, , , Benda-benda dari Besi dan Baja 3,823,862 1,622,614 1,149, Berbagai Makanan Olahan 1,362,215 2,224,301 2,100, Garam, Belerang, Kapur 165,445 1,036,729 1,462, Bahan Kimia Organik 1,131,024 1,954,482 1,635, Bahan Kimia Anorganik 407, , , Berbagai Produk Kimia 566, , , Kain Perca 577, ,544 1,340, Gandum-ganduman 1,182,750 1,347,300 3,519, Berbagai Barang Logam Dasar 615, , , Bahan Bakar Mineral Biji-bijian berminyak 12,746,404 13,593,034 10,690, Kendaraan dan Bagiannya 88, ,250 2,323, Kaca & Barang dari Kaca 594, , , Lemak & Minyak Hewan / Nabati 0 114, Perekat, Enzim 187,685 93, , Produk Hewani Lain-lain 2,813,986 4,875,358 1,985,767 Total 109,963, ,674, ,192,747 Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) 3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN Pertumbuhan PDRB sebesar 5,5% (yoy) pada triwulan II-2010 didukung oleh pertumbuhan positif dari 8 (delapan) sektor ekonomi. Pertumbuhan terbesar terjadi pada Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 3,68%. Perkembangan aktivitas keuangan maupun maraknya sewa rumah di triwulan laporan merupakan salah satu penyebabnya. Adapun sektor yang memiliki pertumbuhan tahunan negatif yaitu pertanian, akibat faktor cuaca berupa hujan yang terjadi hampir di sepanjang triwulan laporan sehingga mengganggu produksi sektor tersebut. 13

31 Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB (%, yoy) Sektor Q II-2009 (yoy) Q I-2010 (yoy) Q II-2010 (yoy) Kontribusi Q II-2010*) Pertanian (2.75) Pertambangan dan Penggalian (14.6) (9.3) Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB dengan Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) *) Kontribusi pertumbuhan tahunan sektor terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan Triwulan II-2010 Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,61% (qtq) didukung oleh pertumbuhan positif dari 8 (delapan) sektor ekonomi nya. Sektor pertanian mengalami penurunan output seiring perubahan iklim dan pergeseran masa tanam yang mengakibatkan hasil produksi menurun. Sektor Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB (%, qtq) Q II-2009 (qtq) Q I-2010 (qtq) Q II-2010 (qtq) Kontribusi Q II-2010*) Pertanian (1.1) (0.42) Pertambangan dan Penggalian (7.84) (7.93) Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan 2.33 (5.32) Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa 9.44 (6.34) PDRB dengan Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) *) Kontribusi pertumbuhan triwulanan sektor terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan Triwulan II

32 Kondisi Makro Ekonomi Regional Sektor pertanian mendominasi 35.6% pangsa PDRB di triwulan laporan, atau turun dibandingkan triwulan I Secara umum, pada triwulan laporan terdapat 4 (empat) sektor yang mengalami kenaikan pangsa, 2 (dua) sektor tetap,dan 3 (tiga) sektor mengalami penurunan pangsa. Grafik 1.21 Keuangan, Pangsa PDRB sektoral Triwulan I-2010 Persewaan & Jasa Jasa-jasa Perusahaan 7.0% 9.8% Pengangkut an & Komunikasi 6.9% Perdaganga n, Hotel & Restoran 15.9% Bangunan 4.6% Listrik, Gas & Air Bersih 0.3% Industri Pengolahan 13.2% Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Pertanian 40.5% Pertambang an & Penggalian 1.8% Keuangan.. 6.6% Pengangku tan % PHR12.9% Bangunan 4.5% Grafik 1.22 Pangsa PDRB Sektoral Triwulan II-2010* Jasa-jasa 11.5% Listrik, Gas & Air Bersih 0.6% Industri Pengolaha n 15.2% Pertanian 36.8% Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Bandar Lampung Pertamban gan & Penggalian 2.0% SEKTOR PERTANIAN Pada triwulan II-2010, output sektor pertanian turun sebesar 1,1% (qtq), jauh dibawah pertumbuhan triwulan I-2010 yang tercatat sebesar 28,8% (qtq). Kondisi ini lebih dikarenakan faktor cuaca sehingga panen yang terjadi pada komoditas tanaman bahan makanan (padi, lada) maupun komoditas perkebunan (singkong, sawit) pada bulan April dan Mei 2010 tidak maksimal. Pada bulan Juni 2010 musim tanam gaduh dimulai, sehingga output yang dihasilkan terbatas. Secara tahunan, sektor pertanian melemah. Hal ini dikonfirmasi oleh prompt indicator berupa data aram yang menunjukkan penurunan luas panen maupun produksi padi dan kedelai pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 ( tabel 1.7). 15

33 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Kondisi Makro Ekonomi Regional Tabel 1.7 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi (Sawah + Ladang) dan Jagung Tahun Perkembangan Perkembangan Uraian (Atap) 2010 (Aram II) Absolut Persen Absolut Persen Padi (Sawah + Ladang) Luas Panen (ha) 506, , ,025 63, , Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton) 2,341,075 2,673,844 2,622, , , Kedelai Luas Panen (ha) 5,658 13,518 8,268 7, , Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton) 6,678 16,153 9,860 9, , Jagung Luas Panen (ha) 387, , ,403 46, , Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton) 1,809,886 2,067,710 2,072, , , Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Indikator berupa kredit perbankan maupun Kredit Usaha Rakyat menunjukkan adanya peningkatan alokasi pada akhir triwulan II-2010 dibandingkan triwulan I Pada KUR, baki debet kredit pertanian, perburuan, dan sarana pertanian meningkat sebesar 23,56% (qtq) dari RP219,03 miliar pada akhir triwulan I-2010 menjadi Rp283,167 miliar di triwulan laporan. Begitupula dengan outstanding kredit pertanian perbankan yang meningkat dari Rp2,346 triliun menjadi Rp2,357 triliun di periode penghitungan yang sama. Kebutuhan modal kerja ketika masa tanam gaduh pada akhir triwulan II-2010 merupakan penyebab peningkatan kredit tersebut juta Rp 300, , , , ,000 50,000 - Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian kredit perbankan (axis kanan) KUR miliar Rp 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Sumber: LBU, LBUS, Laporan KUR Perbankan Lampung (diolah) 16

34 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Ags-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Kondisi Makro Ekonomi Regional SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Sektor ini menunjukkan pertumbuhan baik secara triwulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 15,29% (qtq) dan 13,4% (yoy). Meski begitu, pergerakan alokasi kredit sektor pertambangan belum searah dengan PDRB nya. miliar Rp Grafik 1.24 Perkembangan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian I II III IV I II III IV I II % miliar Rp Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Nilai (harga konstan 2000) Pertumbuhan (qtq) - axis kanan Pertumbuhan (yoy) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Pada triwulan laporan, terjadi pertumbuhan output pada sektor ini sebesar 20,61% (qtq) dan 25% (yoy). Meningkatnya output sektor industri pengolahan didukung oleh beberapa indikator, antara lain impor bahan baku untuk industri, penyaluran kredit perbankan, serta data pertumbuhan produksi industri pengolahan besar dan sedang. miliar Rp Grafik 1.26 PDRB Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) % Sektor Industri Pengolahan Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 17

35 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Ags-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Trw I 09 Trw II 09 Trw III 09 Trw IV 09 Trw I-10 Trw II-10 Kondisi Makro Ekonomi Regional Impor bahan baku olahan maupun belum olahan untuk industri meningkat masing-masing sebesar 57,17% (qtq) dan 16,24% (qtq) (grafik 1.27). Begitu pula dengan penyaluran kredit sektor industri pengolahan dimana pada triwulan laporan terjadi pertumbuhan sebesar 7,22% (qtq). Data BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi industri pengolahan besar dan sedang triwulan II-2010 naik sebesar 8,33% (qtq) disumbang terutama dari jenis industri makanan dan minuman (naik 8,9% qtq) serta industri karet dan barang dari karet dan barang dari plastik (naik 10,69% qtq). Adanya kerjasama ACFTA juga diperkirakan mendukung perkembangan usaha sektor ini, akibat biaya bahan baku China yang lebih murah sehingga output yang dihasilkan meningkat. 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 0 Grafik 1.27 Impor Bahan Baku Industri (dalam US$) 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, , ,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Industri (miliar Rp) Bahan Baku olahan utk industri Bahan Baku blm diolah utk industri (axis kanan) Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter (diolah) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Sektor ini mengalami pertumbuhan tahunan maupun triwulanan yang positif. Secara triwulanan, pertumbuhan yang terjadi sebesar 3,44% (qtq) diprediksi akibat pertambahan jumlah pelanggan PDAM (grafik 1.30), jumlah konsumsi listrik (grafik 1.31), maupun konsumsi gas elpiji pasca program konversi gas elpiji. Hingga saat ini program konversi mitan ke gas sudah ditetapkan di beberapa kabupaten/kota meliputi Bandar Lampung, Lampung Selatan, Lampung Tengah, Pesawaran, Tanggamus, dan Metro. Jika diamati secara tahunan, pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air sebesar 10,7% (yoy) disebabkan kondisi pemulihan pasca krisis keuangan global pada akhir 2008 hingga awal

36 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.29 miliar PDRB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (Berdasarkan Harga Konstan 2000) % Nilai Output Growth (qtq) - axis kanan Growth (yoy) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) *) Berdasarkan Proyeksi Bank Indonesia Bandar Lampung Grafik 1.30 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung 33,450 33,400 33,350 33,300 33,250 33,200 33,150 33,100 33,050 33,000 32,950 33,255 33,380 miliar Rp Grafik 1.31 Volume Penjualan Listrik Lampung Sumber : PDAM Way Rilau (diolah) Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) SEKTOR BANGUNAN Pertumbuhan output yang positif terjadi pada sektor ini. Mulai maraknya realisasi proyek pembangunan Pemerintah maupun swasta, mendorong perkembangan sektor ini, hingga pertumbuhannya mencapai 7,84% (qtq) dan 7,83% (yoy). Data penjualan semen juga mendukung hal ini, dimana terjadi peningkatan rata-rata penjualan sebesar 13,15% (qtq). Selain itu berdasarkan hasil SKDU, diperoleh informasi bahwa sektor ini mengalami ekspansi usaha pada triwulan II-2010 (SBT 3,33%). 19

37 Kondisi Makro Ekonomi Regional (miliar Rp) Grafik 1.32 PDRB Sektor Bangunan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) Sektor ini mengalami pertumbuhan output yang positif sebesar 1,65% (qtq) dan 5,4% (yoy) terjadi akibat maraknya penggunaan hotel terutama di bulan Juni 2010 ketika liburan tahun ajaran baru terjadi maupun untuk rapat instansi dan persiapan penyelenggaraan Pemilukada. Indikator pendukung berupa tingkat hunian hotel menggambarkan bahwa selama triwulan II-2010 jumlah tamu yang menginap meningkat (grafik 1.34). Sub sektor lain yaitu perdagangan dan restoran juga mengalami pertumbuhan positif oleh faktor yang sama diatas. Meningkatnya subsektor perdagangan maupun restoran juga didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha triwulan I-2010 bahwa dunia usaha berekspektasi triwulan II-2010 akan terjadi ekspansi usaha di subsektor tersebut, dengan SBT subsektor perdagangan sebesar14,67% dan SBT subsektor restoran sebesar 1,02%. 20

38 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.33 miliar Rp PDRB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (Berdasarkan Harga Konstan 2000) % Nilai Output Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Grafik 1.34 Jumlah Tamu yang menginap di Hotel Berbintang Tw I-09 Tw II-09 Tw III-09 Tw IV-09 Tw I-10 Tw II Tamu Lokal Tamu Asing Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Output yang dihasilkan sektor ini mengalami peningkatan sebesar 12,15% (yoy) maupun 3,94% (qtq) seiring momen akhir tahun ajaran siswa yang dimanfaatkan sebagian besar masyarakat untuk berlibur. 21

39 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.35 Perkembangan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (miliar Rp) I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) Indikator berupa kredit perbankan menunjukkan adanya peningkatan outstanding kredit di sektor tersebut sebesar 11,19% (qtq) dan 36,04% (yoy). Semakin maraknya keberadaan angkutan serta volume penggunaan yang diprediksi meningkat pada triwulan laporan, merupakan indikator peningkatan output sektor ini. Pengoperasian Pelabuhan Panjang selama 24 jam mulai Mei 2010 juga turut mendongkrak output sektor ini. Miliar Rp Grafik 1.36 Perkembangan Kredit Sektor Angkutan Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun % Nilai Growth (yoy) Growth (qtq) Sumber : LBU dan LBUS (diolah) SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Semakin menggeliatnya aktivitas perekonomian membuat output sektor ini tumbuh positif sebesar 5,09% (qtq) dan 37% (yoy). Adanya tahun ajaran baru bagi perkuliahan mendorong subsektor sewa bangunan diprediksi meningkat dengan tajam. Begitu pula dengan aktivitas perbankan yang tetap gencar menjaring calon nasabahnya. 22

40 Kondisi Makro Ekonomi Regional Grafik 1.37 PDRB Sektor Keuangan miliar Rp (Berdasarkan Harga Konstan 2000) % Nilai Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) SEKTOR JASA-JASA Sektor ini mengalami peningkatan output, baik secara triwulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 9,39% (qtq) dan 4,7% (yoy). Adanya libur panjang sekolah membuat output subsektor hiburan dan rekreasi terdongkrak. dengan Pemilukada yang meningkatkan output subsektor pemerintahan umum. Grafik 1.38 miliar RpPDRB Sektor Jasa-Jasa (Berdasarkan harga konstan 2000) Begitupula I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS Provinsi Lampung (diolah) 23

41 Kondisi Makro Ekonomi Regional BOKS I. DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP UMKM DI DAERAH 1. Latar Belakang ACFTA merupakan kerjasama perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dengan CHINA (ACFTA). Dalam lingkup tersebut, disepakati berlakunya tariff bea impor sebesar 0% untuk komoditas yang diimpor dari China ke Negara-negara ASEAN. Penerapan ACFTA telah terjadi sejak 1 Januari 2010, dengan Indonesia sebagai salah satu negara peserta nya. Perdagangan Indonesia dengan China telah berlangsung sejak lama. Pangsa ekspor ke China sekitar 12% setiap bulannya. Di Lampung, pasca penerapan ACFTA, rata-rata ekspor Lampung ke China di triwulan II-2010 mencapai US$19,5 triliun, meningkat dibanding triwulan I-2010 yang sebesar US$16,09 triliun. Produk Lampung yang diekspor ke China antara lain komoditas pertanian dan pulp. Disisi lain, impor produk China pasca penerapan ACFA juga mengalami peningkatan, dimana pada triwulan II-2010 rata-rata impor Lampung tercatat sebesar US$10,25 juta, atau tumbuh 112,7% dibanding akhir tahun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan pelaku usaha yang memiliki peran besar di Lampung. Dalam komponen kredit perbankan, kredit MKM memegang pangsa sebesar 75% dari total kredit perbankan. Semakin gencarnya produk China masuk ke Lampung, diperkirakan akan mempengaruhi kegiatan usaha MKM di berbagai sektor ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian guna melihat dampak penerapan ACFTA terhadap sektor unggulan utama di Lampung, yang terdiri atas sektor Perdagangan, Pertanian, dan Industri Pengolahan. 2. Tujuan Tujuan dari penelitian singkat ini adalah untuk : 1. Memperoleh informasi mengenai dampak pelaksanaan ACFTA terhadap kinerja perusahaan, khususnya UMKM di sektor Perdagangan, Perindustrian, dan Pertanian. 2. Mengetahui dampak penerapan ACFTA terhadap ketenagakerjaan. 3. Mengetahui dampak ACFTA terhadap prospek perkembangan sektor unggulan daerah. 24

42 Kondisi Makro Ekonomi Regional 4. Memberikan rekomendasi sebagai upaya menyelaraskan dunia usaha terhadap pelaksanaan ACFTA. 3. Ruang Lingkup Kajian ini difokuskan pada sektor unggulan daerah, meliputi pelaku usaha berskala MKM yang berorientasi pasar domestik di sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan. 4. Metodologi Pengambilan data dilakukan dengan metode quick survey menggunakan kuesioner baku yang disebarkan, kemudian diolah menggunakan perangkat statistik SPSS dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Jumlah sampel sebanyak 20, dimana sebanyak 12 responden merupakan pengusaha di sektor pertanian, 4 responden di sektor industri, dan 4 responden bergerak di sektor perdagangan. 5. Hasil Analisis a. Profil responden Dari total responden, sebanyak 55% responden memiliki produk utama berupa barang jadi, 30% responden barang mentah, dan 15% barang setengah jadi. b. Dampak ACFTA bagi kegiatan & kinerja usaha saat ini 1. Sebanyak 95% responden mengetahui adanya ACFTA dan berpendapat bahwa keberadaan ACFTA membuat produk China dan ASEAN akan lebih banyak beredar di pasar lokal. 2. Dari total responden yang mengetahui tentang ACFTA, sebanyak 68% tidak merasakan dampak buruk dari ACFTA. Alasan responden yang merasa diuntungkan dengan adanya ACFTA adalah harga bahan baku dari China/ASEAN lebih murah dibanding dari sumber lain. Dengan bahan baku yang murah ini, maka kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik. Adapun responden yang merasakan dampak buruk ACFTA lebih disebabkan karena harga produk ASEAN/China yang lebih murah dibanding produk nasional, dapat mematikan industri dalam negeri. 3. Sebanyak 55% responden mendukung ACFTA. Mereka menilai dengan adanya ACFTA, maka : a. Produk yang tersedia di pasaran menjadi lebih bervariasi dengan harga yang lebih murah 25

43 Kondisi Makro Ekonomi Regional b. Harga bahan baku menjadi lebih murah c. Kesempatan melakukan ekspor dengan negara China dan ASEAN lebih terbuka. d. Akan memacu kompetisi antar perusahaan sejenis. 4. Adanya ACFTA ternyata belum membuat kinerja perusahaan meningkat. Indikator kinerja berupa omset, keuntungan, arus kas, produksi, persediaan, kapasitas terpakai, serta jumlah tenaga kerja menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen masih memiliki kinerja yang stabil. 5. Dari segi komponen biaya, pembiayaan bahan baku sebagian besar masih konstan atau belum mengalami lonjakan yang signifikan. Meski demikian, pengusaha di sektor pertanian menilai bahwa pasca penerapan ACFTA, biaya bahan baku mengalami penurunan, antara lain pada komoditas bibit dan benih. c. Dampak ACFTA bagi ketenagakerjaan Dari sisi ketenagakerjaan, sebagian besar (85%) pelaku usaha tidak memiliki rencana untuk melakukan kebijakan pengurangan tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan ACFTA tidak memberikan dampak buruk bagi tenaga kerja perusahaan. d. Prospek dunia usaha pasca penerapan ACFTA 1. Dengan adanya ACFTA, sebagian besar responden memiliki ekspektasi bahwa kedepannya, omset tidak akan mengalami penurunan. Namun responden diperkirakan tidak akan melakukan investasi signifikan pada tahun Sebagian besar responden berekspektasi bahwa kondisi dunia usaha tetap optimis, dengan alasan pendapatan masyarakat di Lampung masih cukup besar untuk menjadi konsumen mereka, selain itu pasar produk yang tersedia masih luas untuk digali. 6. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Penerapan ACFTA memiliki respon yang cukup baik pada sektor unggulan Lampung. Meski demikian, dampak ini belum dirasakan secara signifikan. 2. Dalam rangka meminimalisir terjadinya dampak merugikan ACFTA dikemudian hari, maka penguatan kualitas produk dalam negeri perlu dilakukan, dengan teknologi yang efisien. Sehingga harga jual dan kualitas produk lokal dapat bersaing di pasaran. 3. Upaya untuk membekali usaha kecil menengah melalui pelatihan dan pendampingan perlu ditingkatkan sehingga kegiatan usaha dapat berjalan dengan baik. 26

44 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Perkembangan Inflasi BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI 1. KONDISI UMUM Inflasi Lampung pada triwulan II-2010 tercatat kembali mengalami trend peningkatan. Inflasi pada periode ini mencapai 2,53% (qtq). Gangguan supply dan administered price menjadi faktor utama penyebab lonjakan harga yang terjadi. Sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok tembakau mengalami inflasi tertinggi, yaitu mencapai 54,64% (yoy) dan 26,06% (yoy). Gejolak harga yang terjadi pada triwulan II-2010 tersebut mengakibatkan inflasi tahunan Lampung mencapai 7,39% (yoy), melebihi inflasi tahunan nasional sebesar 5,05% (yoy). Di wilayah Sumatera, inflasi Lampung tertinggi ke-2 setelah Jambi (7,91%), sedangkan pada tingkat nasional inflasi Lampung tertinggi ke-7 setelah Banjarmasin (7,76%), Jambi (7,91%), Mataram (8,04%), Maumere (8,52%), Ternate (10,04%), dan Kupang (11,08%) Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional Nasional (yoy) Bdl (yoy) Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB Secara umum, faktor supply dan administered price masih menjadi faktor utama yang menyebabkan fluktuasi harga selama triwulan II Pada bulan April, administered goods seperti rokok kretek menjadi penyumbang inflasi terbesar. Selain itu, gangguan produksi akibat musim hujan yang terus berlangsung juga 27

45 BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK PERUMAHAN SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI & OR TRANSPORT & KOMUNIKASI Perkembangan Inflasi menyebabkan harga komoditas bumbu-bumbuan mulai merangkak naik. Pada bulan Mei, komoditas makanan jadi juga turut menjadi penyumbang inflasi. Musim giling tebu yang masih berlangsung ditambah kenaikan harga gula dunia pada pertengahan Mei 2010 turut menyebabkan harga gula bertahan tinggi. Sementara itu, pada bulan Juni, komoditas padi-padian turut merangkak naik akibat selesainya masa panen di berbagai daerah sentra produksi di Lampung Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan, pada triwulan II-2010 Lampung mengalami inflasi sebesar 2,53% (qtq), meningkat dibandingkan inflasi triwulan I-2010 yang mencapai 0,15% (qtq). Kelompok bahan makanan yang sebelumnya mengalami deflasi, pada periode ini mengalami inflasi tertinggi, yaitu mencapai 4,64% (qtq), selanjutnya diikuti oleh kelompok makanan jadi yang mengalami inflasi 4,55% (qtq) Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) Per Kelompok Komoditas (%) Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 2.2 Inflasi Bulanan (mtm) Sepanjang tahun 2010, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2010, yaitu mencapai 1,41% (mtm). Komoditas yang paling besar menyumbang inflasi berasal dari kelompok bahan makanan, yaitu beras (0,21%) dan cabe merah (0,19%). Berdasarkan pantauan harga oleh Tim Evaluasi Harga (TEH) Provinsi Lampung, harga beras IR-64 kualitas II meningkat hingga 7,69% bila dibandingkan bulan Mei Peningkatan harga terjadi akibat supply yang mengalami gangguan. Di tingkat petani, masa panen di kabupaten sentra produksi telah berakhir. Sementara itu, di tingkat 28

46 Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Perkembangan Inflasi penggilingan harga beras sudah mengalami kenaikan rata-rata 5% akibat sulitnya penjemuran seiring curah hujan yang tinggi. Grafik 2.3 Perkembangan Harga Beras IR-64 Grafik 2.4 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras 7,350 7,300 7,250 7,200 7,150 7,100 7,050 7,000 6,950 6,900 6,850 7,000 7,000 7,000 7,000 7,200 7,300 24,000 23,500 23,000 22,500 22,000 21,500 21,000 22,000 22,000 23,000 23,500 23,500 23,500 M.V M. I M. II M. III M. IV M. V M.V M. I M. II M. III M. IV M. V Mei Juni Mei Juni Grafik 2.5 Perkembangan Harga Telur Ayam Ras Grafik 2.6 Perkembangan Harga Cabe 14,500 14,000 13,500 13,000 12,500 12,000 11,500 11,000 12,000 12,000 13,000 13,500 13,500 14,000 M.V M. I M. II M. III M. IV M. V Mei Juni 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - M.V M. I M. II M. III M. IV M. V Cabe Merah Keriting Cabe Merah Biasa Cabe Rawit Mei Juni 2010 Sumber : Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung (diolah) Pada komoditas cabe, kenaikan harga disinyalir disebabkan oleh menurunnya produksi karena terganggunya proses pembungaan akibat curah hujan yang tinggi. Kenaikan harga cabe ini menjadi isu nasional, dimana harga cabe di sebagian besar daerah mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan. Bila dibandingkan dengan harga normalnya yang berkisar antara Rp Rp25.000/kg, harga cabe pada periode ini telah meningkat lebih dari 100%. Selain beras dan cabe, komoditas lainnya yang turut mengalami kenaikan harga tertinggi di Lampung pada bulan Juni 2010 adalah bawang merah, telur ayam ras, dan daging ayam ras. Tingginya inflasi sejumlah komoditas pangan pokok menjadikan inflasi kelompok bahan makanan memiliki andil terbesar terhadap inflasi yang terjadi, yaitu mencapai 0,91%. Selain kelompok bahan makanan, kelompok lainnya yang memberikan sumbangan terbesar bagi terjadinya inflasi sebesar 1,41% (mtm) adalah kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan. Tingginya sumbangan kelompok makanan jadi (0,31%) terdorong oleh kenaikan harga rokok kretek akibat penetapan kenaikan harga cukai. Sementara itu, kenaikan harga asbes dan kontrak rumah paling dominan 29

47 Perkembangan Inflasi mendorong inflasi yang terjadi pada kelompok perumahan, sehingga kelompok ini memberikan andil inflasi sebesar 0.09%. 2.3 Inflasi Tahunan (yoy) Harga yang terus meningkat mengakibatkan inflasi tahunan Lampung bergerak naik hingga mencapai 7,39% (yoy) pada bulan Juni Inflasi yang terjadi pada periode ini lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan Mei sebesar 6,26% (yoy). Secara tahunan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi, yaitu sebesar 15,85% (yoy), diikuti kelompok perumahan dan kelompok bahan makanan dengan nilai masingmasing sebesar 7,04% (yoy) dan 6,96% (yoy). Pada kelompok makanan jadi, peningkatan harga ini dipicu oleh kebijakan kenaikan cukai rokok tahun Sub kelompok tembakau mengalami inflasi hingga mencapai 26,06% (yoy). Pada kelompok perumahan, inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bahan bakar. Kebijakan konversi minyak tanah ke gas elpiji 3 kg disinyalir menjadi penyebabnya. Harga bahan bakar rumah tangga (minyak tanah) di tingkat eceran saat ini mencapai Rp8.000 (pantauan harga oleh TEH Provinsi Lampung) atau meningkat 45% dibandingkan periode yang sama tahun Sementara itu pada kelompok bahan makanan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bumbu-bumbuan, yaitu sebesar 54,64% (yoy). Hal ini dipicu oleh kenaikan harga cabe yang mengalami kenaikan harga lebih dari 50% dibandingkan Juni Pada tahun 2009, kenaikan harga cabe dan komoditas bumbu-bumbuan lainnya baru terjadi pada bulan September atau menjelang puasa, sedangkan pada tahun ini, kenaikan harga cabe sudah mengalami peningkatan sejak bulan Mei 2010 akibat penurunan kualitas dan kuantitas produksi di daerah sentra karena curah hujan tinggi. 30

48 Perkembangan Inflasi (%) Grafik 2.7 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Bandar Lampung Berdasarkan Kelompok Mar-09Apr-09Mei-09Jun-09 Jul-09Aug-09Sep-09Oct-09Nov-09Dec-09Jan-10Feb-10Mar-10Apr-10May-10Jun-10 Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Trasportasi Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) 31

49 Perkembangan Inflasi BOKS II. KOORDINASI PEMPROV LAMPUNG DAN BANK INDONESIA DALAM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH Melalui inflasi yang terkendali dan stabil, tujuan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai. Namun, faktor pemicu inflasi tidak seluruhnya merupakan fenomena moneter yang dapat dikendalikan oleh Bank Indonesia. Di Provinsi Lampung, histori tejadinya inflasi secara dominan lebih diakibatkan oleh faktor supply shocks. Oleh karena itu agar pengendalian inflasi dapat berjalan dengan baik, maka Pemerintah Provinsi Lampung dan Bank Indonesia sepakat untuk melakukan koordinasi dalam wadah yang dinamakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Lampung. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Lampung telah terbentuk berdasarkan SK Gubernur Lampung No. G/222/B.IV/HK/2010 tanggal 6 April Tugas tim ini diantaranya adalah : 1. Meminimalkan gangguan dari sisi pasokan dan distribusi barang di daerah, meminimalkan dampak inflasi dari administered prices, dan membentuk ekspektasi masyarakat melalui kegiatan diseminasi. Tugas tersebut dilaksanakan oleh anggota TPID sesuai tugas dan fungi nya sebagaimana yang tercantum dalam Surat Keputusan tersebut. 2. Dalam rangka pengendalian inflasi, seluruh anggota TPID akan bertindak sesuai wewenang dan tugas instansi masing-masing. 3. Memberikan informasi dan rekomendasi kepada Gubernur Provinsi Lampung, Bupati/Walikota se-provinsi Lampung, Pemimpin Bank Indonesia Lampung, dan Dinas/Instansi/Lembaga/Unit Kerja terkait. Untuk dapat melakukan kegiatan pengendalian sesuai yang diharapkan, maka anggota TPID harus memiliki pemahaman yang jelas dan praktis terhadap apa yang TPID Provinsi Lam materi mengenai pentingnya pengendalian inflasi di daerah oleh DKM-Bank Indonesia dan akademisi dari Universitas Brawijaya, serta sharing informasi mengenai pelaksanaan kegiatan TPID Provinsi Jawa Barat. 32

50 Perkembangan Inflasi 33

51 Perkembangan Perbankan BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN Kinerja Perbankan pada triwulan II-2010 menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini tampak dari indikator kinerja berupa aset, DPK, maupun kredit dan kualitas pemberiannya. Terjaganya kinerja ini terkorelasi dengan kondisi perekonomian yang kondusif. Jumlah aset perbankan meningkat dibandingkan triwulan lalu maupun triwulan yang sama pada tahun lalu. Kondisi serupa juga dialami oleh DPK dimana terjadi kenaikan sebesar 6,66% (qtq) dan 17,63% (yoy). Jenis simpanan berupa giro mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu 43,7% (qtq) meskipun pangsanya hanya sebesar 22,71%. Tabel 3.1 Aset Perbankan Trw II-2010 Trw II-2009 Trw I-2010 Posisi No Uraian (miliar Rp) (miliar Rp) (miliar Rp) Pangsa qtq A Jenis Bank 22, , , ,00% 6.1% 1 Bank Umum 19, , , % 7.2% 2 BPR 2, , , % -1.1% Jenis Usaha B Bank 22, , , ,00% 6.1% 1 Konvensional 21, , , % 5.0% 2 Syariah % 43.5% Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Tabel 3.2 DPK Perbankan No Uraian Trw II Trw II 2009 Trw I 2010 Posisi (miliar Rp) (miliar Rp) Pangsa qtq (miliar Rp) A Jenis Bank 15, , , % 6.66% 1 Bank Umum 13, , , % 7.40% 2 BPR 1, , , % 1.71% B Jenis Usaha Bank 15, , , % 6.66% 1 Konvensional 14, , , % 6.49% 2 Syariah % 12.92% C Jenis Simpanan 15, , , % 6.66% 1 Giro 3, , , % 43.70% 2 Tabungan 6, , , % 21.37% 3 Deposito 5, , , % 18.39% Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 33

52 Perkembangan Perbankan Outstanding Kredit perbankan juga menunjukkan peningkatan sebesar 20,33% (qtq) dengan pertumbuhan terbesar terjadi pada penggunaan untuk modal kerja (47,36% qtq), maupun dialokasikan untuk sektor perdagangan (28,2% qtq). Semakin besar selisih antara kredit modal kerja dan konsumsi menunjukkan bahwa perbankan semakin menyadari pentingnya pengoptimalan alokasi kredit modal kerja bagi perputaran roda perekonomian Lampung. Kredit sektor perdagangan menunjukkan pertumbuhan maupun pangsa tertinggi dibandingkan sektor lain, Dengan share sebesar 28,2%, pertumbuhan sektor ini diperkirakan terjadi sehubungan dengan momen PILKADA maupun libur sekolah yang mengaktifkan ketiga subsektor tersebut. No Uraian Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Trw II 2009 (miliar Rp) Trw I 2010 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw II Pangsa A Jenis Bank 17, , , % 1 Bank Umum 15, , , % 2 BPR 2, , , % Jenis B Penggunaan 17, , , % 1 Modal Kerja 8, , , % 2 Investasi 2, , , % 3 Konsumsi 6, , , % C Sektor Ekonomi 17, , , % 1 Pertanian 2, , , % 2 Pertambangan % 3 Industri 1, , , % 4 Listrik % 5 Konstruksi % 6 Perdagangan 5, , , % 7 Angkutan % 8 Jasa Umum % 9 Jasa Sosial % 10 Lain-lain 6, , , % Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Loan To Deposit Ratio (LDR) yang menunjukkan tingkat intermediasi perbankan sedikit mengalami penurunan dari 112,78% pada triwulan I-2010 menjadi 112,62. Pertumbuhan kredit yang lebih rendah dibanding pertumbuhan DPK mengkonfirmasi hal tersebut. NPL perbankan yang sempat mengalami sedikit lonjakan pada triwulan I sudah kembali menunjukkan peningkatan kualitas pinjaman dengan terjadinya penurunan dari 3,81% menjadi 3,77% di triwulan laporan. 34

53 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Perkembangan Perbankan Grafik 3.1 NPL Perbankan (%) Grafik 3.2 LDR Perbankan di Lampung (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2. BANK UMUM 2.1. Kelembagaan Bank Umum Jumlah bank umum di wilayah kerja Bank Indonesia Bandar Lampung tercatat sebanyak 31 (tiga puluh satu) buah. Adapun rinciannya adalah 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah; 4 (empat) Bank Persero; dan 26 (dua puluh enam) Bank Umum Swasta Nasional dengan 5 (lima) diantaranya beroperasi secara syariah; dan 1 (satu) bank konvensional yang memiliki kantor cabang Syariah. Berdasarkan data akhir triwulan laporan, Kantor Cabang Bank Umum di Provinsi Lampung tercatat berjumlah 46 buah, dimana sebanyak 76,09% atau 35 kantor cabang berlokasi di Kota Bandar Lampung. Adapun jumlah ATM yang tersebar di seluruh daerah di Provinsi Lampung sebanyak 288 buah, dengan 199 buah diantaranya berada di Bandar Lampung. 35

54 Perkembangan Perbankan Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Juni 2010 No Lokasi KP KC KCP KK KU/KF PP KM ATM 1 Bandar Lampung Metro Lampung Tengah Lampung Selatan Lampung Utara Lampung Timur Lampung Barat Tanggamus Tulangbawang Way Kanan Pringsewu Luar Provinsi Lampung 1 1 Jumlah Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.2 Perkembangan Aset Bank Umum Sejalan dengan perkembangan kinerja perbankan Lampung, aset Bank Umum menunjukkan peningkatan sebesar 1,5% (qtq) dan 13,89% (yoy). Berdasarkan jenis bank, aset pada Bank Umum Konvensional (BUK) tercatat sebesar Rp22,25 triliun dengan pertumbuhan sebesar 3,61% (qtq) dan 17,27% (yoy). Pada Bank Umum Syariah (BUS), terjadi lonjakan aset sebesar 47,56% (qtq) dan 81,06% (yoy), sehingga posisi aset BUS pada triwulan laporan sebesar Rp896,8 miliar. Lonjakan aset pada Bank Umum Syariah ini dipengaruhi oleh masuknya sebuah kantor cabang bank umum syariah di Lampung sejak bulan Mei Aktiva produktif yang merupakan penyaluran dana bank umum, tumbuh sebesar 5,63% (qtq), dari Rp17,66 triliun pada triwulan I-2010 menjadi Rp18,7 triliun di triwulan laporan. Kenaikan ini diantaranya disumbang oleh pemberian kredit dengan pangsa 94,1%, serta penempatan pada bank lain yang memiliki share 5,5%. Penempatan dana pada SBI memiliki pangsa 0,3% namun mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,12% (qtq). Kondisi ini diperkirakan akibat meningkatnya permintaan kredit, menyebabkan pergeseran portfolio sehingga aktiva dalam bentuk lain mengalami sedikit penurunan. 36

55 Perkembangan Perbankan No Uraian Tabel 3.5 Indikator Bank Umum Trw II-2009 (miliar Rp) Trw I-2010 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Pangsa qtq A Aset 19, , , % B Pendanaan 14, , , % 5.75% 1 Dana Pihak Ketiga 13, , , % 7.40% 2 Kewajiban kepada bank lain % % 3 Pinjaman yang Diterima & Setoran Jaminan % -1.63% 4 Surat Berharga yang Diterbitkan % 0.00% C Aktiva Produktif 16, , , % 5.63% 1 Kredit yang Diberikan 15, , , % 6.54% 2 Penempatan pada Bank Indonesia (SBI) % -1.12% 3 Surat Berharga dan Tagihan Lainnya % 4.00% 4 Penempatan pada bank lain % -7.70% D Alat Likuid % 7.44% 1 Kas % 4.01% 2 Giro pada bank lain % % 3 Tabungan pada bank lain % E Laba / Rugi % 94.13% F Akt.Produktif/Total Aset (%) = (C)/(A) 83.1% 81.8% 80.6% G Rasio Likuiditas (%) = (D)/(B) 4.50% 4.95% 5.03% H Rasio Rentabilitas (%) = (E)/(A) 0.55% 1.38% 2.49% I LDR (%) = (C1)/(B1) 109.7% 111.8% 110.9% Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Trw II-2010 Alat likuid Bank Umum yang terdiri dari Kas, Giro dan Tabungan pada bank Lain di triwulan II-2010 tercatat sebesar Rp844,528 miliar atau meningkat 7,44% dari triwulan sebelumnya. Begitu pula dengan Rasio likuiditas Bank Umum yang merupakan perbandingan antara Alat Likuid dengan Pendanaan tercatat mengalami peningkatan, yaitu dari 4,95% pada triwulan sebelumnya menjadi 5,05% pada triwulan laporan, karena pertumbuhan jumlah alat likuid yang lebih tinggi dibanding pertumbuhan jumlah pendanaan. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat membuat profitabilitas Bank Umum mengalami lonjakan yang signifikan. Pada akhir triwulan I-2010, laba yang diperoleh Bank Umum di Provinsi Lampung mencapai Rp297 miliar, kemudian pada triwulan II-2010 jumlahnya melonjak menjadi Rp576 miliar. Dengan demikian, rasio rentabilitas (Return On Aset) yang merupakan perbandingan antara laba (rugi) dengan aset meningkat dari 1,4% menjadi 2,5%. Hal ini mencerminkan tingkat kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungannya meningkat. 2.3 Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Dana Pihak Ketiga yang dihimpun oleh Bank Umum mengalami peningkatan sebesar 7,4% (qtq). Diantara ketiga jenis simpanan, tabungan merupakan jenis simpanan yang paling diminati oleh masyarakat, dengan pangsa sebesar 46,6% dari 37

56 Perkembangan Perbankan total DPK Bank Umum. Hal ini terjadi seiring makin maraknya variasi produk tabungan, disamping rata-rata suku bunga tabungan yang naik menjadi 1,57% dari 1,50% pada triwulan I Lonjakan simpanan justru dialami oleh giro, dimana pada triwulan I-2010 pertumbuhan giro tidak sepesat triwulan II Berdasarkan informasi, lonjakan giro ini diprediksi akibat kondisi usaha yang makin bergairah sehingga menyebabkan pengalihan dana dari bentuk deposito dimana giro ini akan digunakan untuk pembayaran transaksi perusahaan. Kondisi tersebut membuat deposito Bank Umum turun sebesar 1,24% pada triwulan laporan. Tabel 3.6 DPK Bank Umum No Uraian Trw II 2009 (miliar Rp) Trw I 2010 (miliar Rp) Trw II-2010 Posisi (miliar Rp) Pangsa qtq % A Jenis Simpanan 12, , , % 6.72% 1 Giro 3, , , % 15.26% 2 Tabungan 6, , , % 7.51% 3 Deposito 4, , , % -1.24% B Jenis Usaha Bank 12, , , % 6.72% 1 Konvensional 13, , , % 6.51% 2 Syariah % 13.51% Sumber : LBU dan LBUS (diolah) 2.4. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum mengalami trend meningkat. Jika diamati berdasarkan penggunaannya, kredit investasi mengalami pertumbuhan triwulanan paling tinggi (27,77%), meskipun hanya berpangsa 21,8%. Akselerasi kredit investasi merupakan sinyal semakin maraknya realisasi investasi Lampung. Menurut sektor ekonomi, sebagian besar sektor ekonomi utama mengalami pertumbuhan positif. Pada kredit sektor perdagangan dan angkutan masing-masing tumbuh sebesar 10,48% (qtq) dan 11,19% (qtq) yang diindikasikan akibat kegiatan liburan dan Pemilukada. 38

57 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Ags-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Perkembangan Perbankan Tabel 3.7 Kredit Bank Umum No Uraian Trw II 2009 (miliar Rp) Trw I 2010 (miliar Rp) Trw II-2010 Posisi Pangsa (miliar Rp) qtq A Jenis Usaha Bank 15, , , % 29.42% 1 Konvensional 14, , , % 5.80% 2 Syariah % 27.20% B Jenis Penggunaan 15, , , % 29.42% 1 Modal Kerja 7, , , % 8.02% 2 Investasi 2, , , % 27.77% 3 Konsumsi 4, , , % -7.69% C Sektor Ekonomi 15, , , % 29.42% 1 Pertanian 2, , , % -0.14% 2 Pertambangan % -4.90% 3 Industri 1, , , % 7.24% 4 Listrik % 5.84% 5 Konstruksi % -2.01% 6 Perdagangan 5, , , % 10.48% 7 Angkutan % 11.19% 8 Jasa Umum % 3.80% 9 Jasa Sosial % % 10 Lain-lain 4, , , % -4.60% Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.5. Kualitas Kredit Kualitas kredit bank umum mengalami peningkatan. Hal ini tampak dari rasio NPL yang turun dari 3,81% pada triwulan I-2010menjadi 3,77% di triwulan laporan. Meningkatnya kualitas kredit terjadi pada Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS). Pada BUK, rasio NPL turun dari 3,88% menjadi 3,87%. Sedangkan pada BUS, rasio NPL turun dari 1,85% menjadi 1,44%. Dibandingkan triwulan II-2009, kualitas kredit bank umum triwulan II-2010 mengalami peningkatan secara signifikan Grafik 3.3 Perkembangan NPL Bank Umum (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 39

58 Jan-09 Feb-09 Mar- Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Ags-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar- Apr-10 Mei-10 Jun-10 Perkembangan Perbankan BUK Grafik 3.4 Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah BUS (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.6 Intermediasi Perbankan Bank Umum: LDR, Kredit Baru dan Suku Bunga Kegiatan intermediasi Bank Umum sedikit melemah dibanding triwulan I-2010 Salah satu indikatornya adalah nilai Loan To Deposit Ratio (LDR) bank umum yang turun dari 111,8% pada triwulan I-2010 menjadi 111,62%. Meski begitu, dibanding triwulan II-2010 rasio ini mengalami peningkatan Indikator intermediasi lainnya adalah rata-rata suku bunga kredit, dimana pada BUK maupun BUS terjadi peningkatan suku bunga kredit. Hal ini membuat realisasi kredit baru Bank Umum turun dari Rp814,71 miliar menjadi Rp781,14 miliar (qtq). Meski begitu, secara tahunan, suku bunga kredit mengalami penurunan, yang diiringi dengan meningkatnya realisasi kredit baru Bank Umum. Miliar Rp 1,200 1, Grafik 3.5 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Realisasi Kredit baru LDR-axis kanan Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 40

59 Miliar Rp Perkembangan Perbankan 2.7. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Sejalan dengan penyaluran kredit umum, alokasi kredit Mikro Kecil Menengah turut mengalami peningkatan, sebesar 14,05% (qtq) dan 18,12% (yoy). Dari total kredit tersebut, sebanyak 47,13% (Rp6,03 triliun) digunakan untuk modal kerja, 37,1% (Rp4,75 triliun) untuk konsumsi, dan sebanyak 15.77% (Rp2,02 triliun) digunakan untuk investasi. Signifikannya peningkatan kredit investasi sebesar 63,69% (qtq) menandakan bahwa bank umum sangat peduli terhadap sektor Usaha MKM serta pentingnya pembiayaan kegiatan investasi dalam mendukung perkembangan ekonomi Lampung. 14,000 12,000 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Mikro Kecil Menengah 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Mar 08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Konsumsi 3, , , , , Investasi Modal kerja 3, , , , , , Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Selain kredit MKM reguler bank umum, terdapat jenis kredit MKM yang disalurkan oleh 6 (enam) bank umum berdasarkan amanat dari Pemerintah, yaitu Kredit Usaha Rakyat. Baki debet kredit ini mengalami peningkatan sebesar 32,67% (qtq), dari Rp297,6 miliar menjadi Rp394,87 miliar. Pertumbuhan tersebut terjadi pada sektor pertanian (29,28%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (43,58%), sektor jasa sosial (156,03%), dan sektor jasa dunia usaha (170,42%). Menurut penggunaannya, KUR jenis kredit investasi mengalami lonjakan yang signifikan, yaitu 71,67% (qtq) dan 108,18% (yoy), diikuti kemudian oleh kredit modal kerja sebesar 29,19% (qtq) dan 62,71% (yoy). Alokasi kredit investasi KUR pada triwulan laporan lebih banyak ditujukan untuk sektor pertanian, dengan pangsa sebesar 89,1% dan pertumbuhan triwulanan sebesar 85,88% (qtq). Begitu pula dengan alokasi kredit modal kerja dimana sektor pertanian 41

60 Jan Feb Mar Apr May Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Juni Perkembangan Perbankan masih menjadi sasaran utama alokasi KUR dengan pangsa sebesar 69,65% dan pertumbuhan sebesar 23,56% (qtq). Meningkatnya aktivitas di sektor ini disertai musim tanam gaduh yang sedang terjadi membuat permintaan KUR pertanian di kedua jenis penggunaan meningkat. 500, , , , ,000 - Grafik 3.7 Baki Debet KUR (juta Rp) Sumber : Bank Indonesia (diolah) Untuk mendukung kegiatan UMKM di Provinsi Lampung, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya riil guna mengembangkan kinerja UMKM di wilayah kerjanya. Selama triwulan II-2010 Bank Indonesia Bandar Lampung melakukan beberapa kegiatan berikut : 1. Melakukan sosialisasi penggunaan kompor batubara untuk pengolahan ikan kering di Pulau Pasaran. 2. Merealisasikan kegiatan SIMPATIK (Sistem Integrasi, Pertanaman Padi Azolla, dan Itik). 3. Melaksanakan panen jagung di lahan demplot yang disediakan oleh Bank Indonesia di Desa Bandar Agung, Lampung Timur. 42

61 Perkembangan Perbankan 3. BANK PERKREDITAN RAKYAT Perkembangan kinerja BPR membaik. Hal ini tampak dari indikator penunjang berupa DPK maupun penyaluran kredit dimana masing-masing tumbuh sebesar 1,71% (qtq) dan 6,28% (qtq). Begitu pula dengan kualitas kredit yang menunjukkan peningkatan. Posisi BPR di Provinsi Lampung dibanding Nasional Hingga bulan Mei 2010, aset BPR secara nasional tercatat sebesar Rp40,1 triliun. Dari nilai tersebut, BPR di provinsi Lampung memiliki total aktiva sebesar Rp3,36 triliun, terbesar ke-4 setelah Jawa Tengah (Rp9,58 triliun), Jawa Barat (Rp7,6 triliun), dan Jawa Timur (Rp5,03 triliun). Perkembangan Kelembagaan BPR Jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Lampung sebanyak 29 buah. Lokasi penyebarannya yaitu sebanyak sebanyak 12 BPR berkantor pusat di Bandar Lampung, 3 BPR di Metro, 4 BPR di Lampung Tengah, 3 BPR di Lampung Selatan, 2 BPR di Lampung Utara, 3 BPR di Lampung Timur, dan 2 BPR di Tanggamus. Dari seluruh BPR tersebut, mesin ATM yang dimiliki berjumlah 5 buah yang tersebar di Bandar Lampung, Metro, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Lampung Timur. Perkembangan Aset dan DPK BPR Pada triwulan laporan terjadi penurunan aset sebesar 1,07% (qtq). Meski begitu, secara tahunan pertumbuhan aset mengalami peningkatan sebesar 25,25% (yoy). Indikator berupa DPK menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan triwulan II-2009 yaitu sebesar 42,92% (yoy). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk deposito berjangka mengalami pertumbuhan tahunan yang signifikan, yaitu sebesar 50,01% (yoy). Hal ini diprediksi akibat pengalihan dana nasabah dari bank umum ke BPR. 43

62 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Perkembangan Perbankan Tabel 3.8 Asset & DPK BPR No Uraian Trw II 2009 (miliar Rp) Trw I 2010 (miliar Rp) Trw II-2010 Posisi (miliar Rp) qtq yoy A Asset 2, , , % 25.25% B DPK 1, , , % 42.92% 1 Konvensional 1, , , % 43.12% 2 Syariah % 30.06% B Jenis DPK 1, , , % 42.92% 1 Tabungan % 14.01% 2 Simpanan Berjangka 1, , , % 50.01% Sumber: LBU dan LBUS (diolah) Perkembangan Kredit BPR dan Kualitas Kredit BPR Outstanding kredit BPR hingga akhir triwulan laporan sebesar Rp2,78 triliun. Nilai ini meningkat baik secara triwulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 6,28% (qtq) dan 23,77% (yoy). Menurut penggunaannya, sebanyak 68,48% kredit BPR atau sebesar Rp1,9 triliun masih ditujukan untuk konsumsi; 29,36% atau sejumlah Rp816,4 miliar untuk modal kerja; dan 2,16% atau Rp59,96 miliar untuk investasi. Tingginya porsi kredit konsumsi bermakna bahwa BPR masih sangat berhatihati dalam menyalurkan kredit untuk kebutuhan non konsumsi, selain karena alasan tingginya peminat kredit konsumsi BPR. Secara sektoral, kredit untuk sektor lain-lain memegang 73,09% pangsa kredit BPR, dengan nilai mencapai Rp2,03 triliun. Tingginya pangsa sektor ini mengkonfirmasi dominasi pangsa kredit konsumsi. Alokasi kredit terbesar selanjutnya adalah sektor perdagangan dengan pangsa 17,66% atau berjumlah Rp491,01 miliar Grafik 3.8 Perkembangan Kredit BPR (miliar Rp) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 44

63 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 May-08 Jun-08 Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Perkembangan Perbankan Sekalipun penyaluran kredit BPR mengalami peningkatan, namu n kualitas kredit yang diberikan tetap terjaga. Hal ini tampak dari rasio NPL BPR yang turun dari 3,92% pada triwulan I-2010 menjadi 2,72%. Aspek prudential banking dijalankan oleh BPR konvensional maupun BPR Syariah. Pada BPR Konvensional, rasio NPL turun dari 3,83% menjadi 2,63% (qtq). Begitu pula pada BPR Syariah yang mengalami penurunan rasio NPF dari 8,87% menjadi 7,37% (qtq). Perkembangan LDR dan L/R Tahun Berjalan Tingkat intermediasi BPR yang terindikasi melalui Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami peningkatan, dari 119,36% pada triwulan I-2010 menjadi 124,72% pada triwulan II Pertumbuhan kredit yang jauh melesat dibanding pertumbuhan DPK membuat hal tersebut terjadi. Pada indikator laba/rugi, terjadi kenaikan laba dari Rp42,29 miliar menjadi Rp114,24 miliar (qtq), atau sebesar 170,12% (qtq). Pada BPR konvensional, laba yang dibukukan berjumlah Rp113,01 miliar atau naik sebesar 171% dibanding triwulan sebelumnya. Begitu pula dengan BPR Syariah yang mengalami kenaikan laba sebesar 107,54%, dari Rp0,59 miliar menjadi Rp1,23 miliar Grafik 3.9 Perkembangan LDR BPR (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 45

64 Perkembangan Perbankan 4. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Bank Syariah mengalami pertumbuhan kinerja yang baik. Indikator berupa aset, DPK, kredit, NPF, maupun FDR mengkonfirmasi hal tersebut. Dari sisi aset, terjadi kenaikan sebesar 43,47% (qtq) dan 77,28% (yoy). Bank Umum Syariah (BUS) maupun BPR Syariah (BPRS) menyumbang kenaikan aset tersebut. Untuk komponen DPK Bank Syariah, terjadi peningkatan jumlah nominal simpanan dana ini. BUS yang berpangsa 94,3% memiliki DPK sebesar Rp496,3 miliar di akhir triwulan laporan. Sedangkan untuk pembiayaan Bank Syariah, pertumbuhan yang terjadi sebesar 25,4% (qtq) dan 53,52% (yoy). Adapun mayoritas pembiayaan diberikan untuk tujuan modal kerja dengan pangsa 68,6%. Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, pembiayaan terbesar diperuntukkan bagi sektor jasa umum sebesar Rp343,21 miliar dengan share sebesar 44,17% diikuti kemudian oleh lain-lain sebesar Rp149,22 miliar atau berpangsa 24,08%, dan sektor perdagangan perdagangan sebesar Rp157,8 miliar dengan pangsa 20,31%, Tingkat intermediasi bank syariah menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terjadi pada BUS dimana FDR nya naik dari 130,36% menjadi 146,08% (qtq). Pertumbuhan positif dari indikator intermediasi ini dibarengi dengan meningkatnya kualitas kredit, sehingga indikator NPF Bank Syariah turun dari 2,41% pada triwulan I-2010 menjadi 1,84% di triwulan laporan. Peningkatan kualitas kredit ini terjadi pada BUS maupun BPRS. Tabel 3.9 Indikator Perbankan Syariah No Uraian Trw II 2009 (miliar Rp) Trw I 2010 (miliar Rp) Trw II 2010 Posisi (miliar Rp) Pangsa yoy qtq A Asset - Jenis Bank % 77.3% 43.47% 1 BUS % 81.1% 47.56% 2 BPRS % 41.5% 7.27% B DPK - Jenis Bank % 42.5% 12.92% 1 BUS % 43.3% 13.51% 2 BPRS % 30.1% 4.05% C Pembiayaan - Jenis Bank % 53.5% 25.40% 1 BUS % 55.6% 27.20% 2 BPRS % 29.1% 4.77% D Pembiayaan - Jenis Penggunaan % 53.5% 25.40% 1 Modal Kerja % 73.1% 34.65% 2 Investasi % 27.5% 0.30% 2 Konsumsi % 20.9% 14.19% E NPF 3.94% 2.41% 1.84% F FDR % % % Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 46

65 Perkembangan Perbankan 5. ASESMEN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH Asesmen secara umum terhadap stabilitas sistem keuangan daerah dilakukan guna melihat potensi sumber-sumber risiko keuangan daerah yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan di daerah. Asesmen yang dilakukan menyimpulkan bahwa pada triwulan II-2010, risiko pada sektor ekonomi cenderung melemah. Hal ini diprediksi akibat kondisi perekonomian yang relatif stabil baik secara nasional maupun internasional. Walaupun demikian, prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsi intermediasinya harus tetap diutamakan oleh perbankan, sehingga kualitas intermediasi tetap terjaga. Asesmen Keuangan Bisnis dan Rumah Tangga Kondisi keuangan bisnis dan rumah tangga di Provinsi Lampung menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Indikator yang mencerminkan hal tersebut diantaranya adalah alokasi kredit, konsumsi swasta dalam PDRB, dan hasil SKDU. Pada kredit, terjadi pertumbuhan kredit perbankan baik secara triwulanan maupun tahunan. Penggunaan kredit untuk modal kerja dan investasi meningkat. Perkembangan konsumsi swasta dalam PDRB juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 4,1% (qtq) atau 6,21% (yoy). Begitu pula dengan hasil SKDU triwulan II-2010 yang mengindikasikan situasi bisnis perusahaan mengalami peningkatan di triwulan laporan. Pada triwulan II-2010, keuangan sektor bisnis dan rumah tangga diprediksi akan lebih berkembang. Dari sisi sektor bisnis, stabilnya kondisi ekonomi makro serta potensi pasar untuk berbisnis di Lampung diperkirakan menjadi faktor utama berkembangnya keuangan sektor bisnis. Sementara itu, dari sisi sektor rumah tangga, daya beli masyarakat diperkirakan juga mengalami peningkatan seiring pembayaran rapel kenaikan gaji maupun panen komoditas pertanian. Asesmen Risiko Aktiva Produktif Bank Umum Aktiva produktif bank umum di Lampung didominasi dalam bentuk kredit (94,1%), yang diikuti kemudian oleh portfolio berbentuk penempatan pada bank lain (5,5%), penempatan pada SBI (0,3%), dan surat berharga dan tagihan lainnya (0,2%). Besarnya pangsa keempat jenis portfolio tersebut diprediksi tidak akan terlalu banyak berubah pada triwulan III

66 Perkembangan Perbankan Berdasarkan kolektibilitas kredit, rasio NPLs gross bank umum mengalami penurunan, yaitu dari 3,81% menjadi 3,77% (qtq). Nilai ini masih dibawah batas NPL yang disyaratkan. Asesmen Risiko Likuiditas Pada triwulan laporan, risiko likuiditas Bank Umum di Provinsi Lampung berkurang. Indikator yang menunjukkan hal tersebut adalah rasio likuiditas serta alat likuid yang dimiliki bank umum sedikit mengalami pertumbuhan dari 4,95% menjadi 5,03% (qtq). Hal ini menandakan meningkatnya kemampuan bank umum untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada alat likuid, terjadi kenaikan jumlah giro pada bank lain secara signifikan, yaitu sebesar 183,58% (qtq). Pada alat likuid berupa kas, peningkatan yang terjadi tercatat sebesar 4,01% (qtq). Asesmen Risiko Rentabilitas Risiko rentabilitas perbankan di Provinsi Lampung berkurang. Hal ini terindikasi dari rasio rentabilitas perbankan yang meningkat dari 1,38% menjadi 2,49% (qtq) sehingga mengindikasikan meningkatnya kemampuan perbankan di Lampung untuk memperoleh keuntungan dari pengelolaan asetnya. Baik Bank Umum maupun BPR sama-sama membukukan kenaikan laba. 48

67 Perkembangan Perbankan BOKS III. DISKUSI PANEL PERBANKAN MISCARRIAGE OF JUSTICE-BERBAGAI KASUS HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA Penegakan hukum di Indonesia, seringkali dilihat dari kacamata yang berbeda oleh masyarakat. Di satu sisi hukum dianggap sebagai dewa penolong bagi pihak yang diuntungkan, di sisi lain hukum sering dianggap sebagai hal yang menakutkan bagi mereka yang dirugikan. Hukum yang yang seharusnya bersifat netral bagi setiap pencari keadilan sering kali dianggap bersifat diskriminatif dan memihak kepada pihak yang kuat. Konflik penegakan hukum yang terjadi ini dikenal dengan istilah miscarriage of justice. Fenomena hukum tersebut, dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi hukum, di mana seseorang yang tidak bersalah, diproses atau bahkan dihukum pidana, padahal ia tidak bersalah, atau tidak ada tindak pidana yang dilakukan, namun proses penegakan hukum telah mengarahkan pada dirinya, sebagai pelaku kejahatan. Dengan beberapa contoh kasus yang diduga miscarriage of justice baik di tingkat nasional dan regional Lampung menimbulkan keprihatinan sehingga dengan latar belakang tersebut Bank Indonesia Bandar Lampung bersama-sama dengan BMPD Lampung berinisiatif untuk mengadakan diskusi panel perbankan dengan tema Miscarriage of Justice-Berbagai Kasus Hukum Perbankan Di Indonesia. Melalui kegiatan diskusi panel ini diharapkan dapat menumbuhkan persepsi yang sama dan sebagai masukan bagi stakeholders terkait, khususnya kompolnas, staff ahli Kapolri maupun akademisi untuk memperbaiki sistem tata hukum yang ada. Contoh kasus miscarriage of justice yang sedang hangat-hangatnya terjadi di tingkat nasional yaitu kasus bailout Bank Century, namun kasus tersebut ada pula yang terjadi di tingkat regional Lampung. Perlu diketahui bahwa, sebagaimana lazimnya, suatu kegiatan usaha dapat memperoleh laba dan adakalanya menderita kerugian. Kerugian tersebut dapat disebabkan karena resiko bisnis yang normal dan mungkin juga memang karena ada pelanggaran terhadap SOP dan ketentuan yang berlaku. Kerugian yang disebabkan oleh adanya pelanggaran terhadap SOP dan ketentuan yang berlaku serta menguntungkan pihak tertentu dan merugikan keuangan negara sudah seharusnya dipidanakan. Hal ini telah menjadi komitmen Bank Indonesia bersama-sama dengan pemeri 49

68 Perkembangan Perbankan melalui peningkatan kualitas sistem pengawasan dan sumber daya khususnya di Bank Indonesia. Berbeda halnya apabila SOP dan ketentuan telah dipenuhi namun Bank tetap menderita kerugian maka hal tersebut seharusnya tidak dipidanakan melainkan dikaitkan dengan kinerja pihak manajemen. Perlu ada batasan yang tegas antara kerugian sebagai kinerja dan kerugian yang bisa dipidanakan. Apabila penurunan kinerja tersebut dipidanakan, maka para eksekutif akan menja - atau lambat mengambil keputusan sehingga hal ini menjadi kontraproduktif. Hal ini harus diminimalisir sehingga terwujud hukum yang sehat dan perbankan cepat dalam merespon kebijakan. Setelah melalui proses kegiatan diskusi diperoleh beberapa rekomendasi hasil diskusi yang meliputi: 1. Permasalahan perbankan diusahakan untuk diselesaikan melalui konsolidasi internal sebelum melibatkan penegak hukum; 2. Keadilan tanpa pengadilan yang sehat, untuk kasus pidana maupun perdata harus dihindari karena sangat merugikan masyarakat luas; 3. Perlu dilakukan perbaikan terhadap tata hukum di Indonesia, karena terdapat sehingga terkesan tidak adil; 4. Pihak yang terlibat dalam kasus hukum harus mengawasi proses dan waktu pelaksanaan penyelesaian kasus hukum sehingga dapat terhindar dari asas praduga bersalah yang dapat menimbulkan miscarriage of justice karena adanya faktor politik didalamnya. 50

69 Perkembangan Keuangan Daerah BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Sejak pertengahan triwulan II-2010, Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan pembahasan APBD Perubahan tahun 2010 yang ditargetkan akan selesai pada bulan Juli Selain meningkatkan anggaran untuk pendidikan dan kesehatan, Pemerintah Provinsi Lampung juga memprioritaskan penambahan anggaran untuk infrastruktur. 1. PENDAPATAN DAERAH Berdasarkan Perda Provinsi Lampung Nomor 16 Tahun 2009 tentang APBD tahun 2010, pendapatan daerah tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp1,691 triliun. Sampai dengan bulan Mei, pendapatan daerah telah mencapai Rp795,82 miliar atau 47,04% dari target pendapatan tahun Bila dibandingkan dengan tahun 2009, realisasi pendapatan yang terjadi hampir sama dengan realisasi pada bulan Juni tahun 2009 yang mencapai 48,60%. Dalam komponen pendapatan, realisasi lain-lain pendapatan yang sah telah mencapai 188,30%, atau merupakan yang tertinggi dibandingkan PAD (48,52%) dan Dana Perimbangan (45,37%). Tingginya realisasi komponen lain-lain pendapatan yang sah diperoleh dari pendapatan penyelenggaraan pendidikan dan dana bagi hasil retribusi produksi kayu dan non kayu dari Kabupaten/Kota yang realisasinya melampaui target. Sementara itu, realisasi PAD ditopang oleh komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang mencapai Rp12,82 miliar (104,66%). Sedangkan komponen lainnya dalam PAD berupa pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah masing-masing baru terealisasi sebesar 48,03%, 40,58%, dan 46,02%. Pada triwulan II 2010, peningkatan realisasi pada komponen retribusi daerah salah satunya ditopang oleh retribusi alat berat yang sudah mulai banyak digunakan untuk pekerjaan proyek. Dalam komponen Dana Perimbangan, Bagi Hasil Bukan Pajak mencapai realisasi yang tertinggi, yaitu sebesar 64,43%. Hal ini didorong oleh tingginya realisasi pada komponen Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi yang mencapai Rp37,82 miliar atau 66,3% dari yang ditargetkan. 51

70 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah JENIS PENERIMAAN ANGGARAN 2010 Realisasi Realisasi Realisasi (s.d Mei 2010) (s.d Mei 2010) (s.d Juni 2009) (Rp) (%) (%) PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) 853,469,832, ,108,035, Pajak Daerah 721,500,000, ,551,491, Retribusi Daerah 6,697,012,500 2,717,785, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 12,251,820,192 12,822,733, Lain - lain PAD Yang Sah 113,021,000,000 52,016,024, DANA PERIMBANGAN 837,195,820, ,829,364, DBH Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 165,873,811,000 50,055,195, DAU 643,748,209, ,502,029, DAK 27,573,800,000 8,272,140, LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 1,000,000,000 1,883,032, JUMLAH 1,691,665,652, ,820,432, Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung (diolah) 2. RENCANA DAN REALISASI BELANJA DAERAH Belanja daerah tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp1,839 triliun. Sampai dengan bulan Mei 2010, realisasi belanja daerah mencapai Rp563, 77 miliar atau 30,64% dari target. Meskipun realisasi sampai dengan bulan Mei baru mencapai 30,64% dari target pendapatan tahun 2010, namun adanya penyelenggaraan pilkada pada awal Juni diprediksi mengakibatkan realisasi belanja sampai dengan Juni 2010 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang mencapai 32,41%. Komponen belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dalam rangka penyelenggaraan PILKADA mencapai realisasi tertinggi, yaitu sebesar Rp18 miliar atau telah mencapai 92,31% dari target. Hal ini terjadi akibat penyelenggaraan PIKADA yang telah berlangsung bulan Juni 2010 lalu. Selanjutnya, realisasi belanja terbesar adalah komponen belanja tidak terduga yang mencapai Rp23,66 miliar atau 86,47% dari target. Sementara itu, belanja pegawai, barang & jasa, dan modal baru terealisasi Rp328,89 miliar atau 26,12% dari target. Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Uraian Anggaran Realisasi 2010 s.d Mei (rupiah) % Belanja Pegawai, Barang & Jasa, Modal 1,259,070,745, ,892,351, Belanja Hibah 41,450,000,000 9,878,875, Belanja Bantuan Sosial 99,450,000,000 26,245,028, Belanja Bagi Hasil 393,000,000, ,095,137, Belanja Bantuan Keuangan/PILKADA 19,500,000,000 18,000,000, Belanja Tidak Terduga 27,358,391,000 23,657,422, TOTAL 1,839,829,136, ,768,813, Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung (diolah) 52

71 Perkembangan Sistem Pembayaran BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan perekonomian, aktivitas sistem pembayaran menunjukkan pergerakan kearah yang sama. Hal ini tampak dari aliran uang kartal yang mengalami net outflow, sistem pembayaran RTGS yang net incoming, serta transaksi kliring yang meningkat. 1. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Aliran uang kartal di Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung mengalami net outflow. Rata-rata bulanan inflow yang tercatat sebesar Rp683,196 miliar, dan outflow sebesar Rp1.137,6 miliar menghasilkan net outflow sebesar Rp454,36 miliar. Kondisi ini disinyalir akibat maraknya penggunaan uang kartal terkait Pemilukada di 10 kabupaten di Lampung, serta sudah meningkatnya realisasi APBD di tengah tahun 2010 ini, terutama untuk membiayai proyek pembangunan. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2010, rata-rata nilai inflow pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 43,3% (qtq), sedangkan nilai outflow meningkat signifikan sebesar 178,8% Outflow Inflow Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (miliar Rp) Sumber : Bank Indonesia 2. PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) Kebijakan Bank Indonesia terkait dengan pengedaran uang adalah selalu senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan uang kartal untuk masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup dengan jenis pecahan dalam kondisi layak edar (fit to circulation). 53

72 Perkembangan Sistem Pembayaran Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia antara lain melakukan pemilahan untuk memisahkan uang layak edar dan tidak layak edar, serta melakukan pemusnahan uang yang tidak layak edar tersebut dengan cara diracik (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB). Kegiatan PTTB pada triwulan laporan menunjukkan penurunan jumlah uang yang diracik. Secara bulanan, rata-rata uang yang di PTTB tercatat sebesar Rp261,97 miliar, sedangkan pada triwulan sebelumnya sebesar Rp275,98 miliar Grafik 5.2 Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung PTTB Inflow Sumber : Bank Indonesia 3. PENEMUAN UANG PALSU Rasio uang palsu terhadap aliran uang masuk nengalami peningkatan dibandingkan triwulan I Pada triwulan laporan, jumlah uang palsu (UPAL) yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bandar Lampung sebesar Rp22,865 juta, dengan jumlah inflow yang terjadi sebesar Rp683,2 miliar. Sedangkan pada triwulan sebelumnya jumlah UPAL tersebut Rp15,175 juta dengan inflow sebesar Rp1,2 triliun. Hal ini membuat rasio uang palsu terhadap aliran uang masuk meningkat dari 0,0013% menjadi 0,0033%. Peningkatan temuan tersebut diperkirakan sebagai dampak maraknya kegiatan perputaran uang untuk membiayai kegiatan Pemilukada. Dari total Rp22,865 juta, rincian jumlah temuan uang palsu terdiri atas : pecahan Rp sebanyak 56,86% dari total bilyet uang palsu, pecahan Rp sebanyak 38,71% dari total, pecahan Rp sebanyak 4,02% dari total, pecahan Rp sebanyak 0,26%, dan pecahan Rp5.000 sebanyak 0,15% dari total bilyet uang palsu. Uang pecahan Rp mengalami peningkatan sebesar 54,76% dibandingkan triwulan lalu. Begitu pula dengan pecahan Rp (43,9%), Rp (70,37%), dan 54

73 Perkembangan Sistem Pembayaran Rp5.000 (133,3%). Untuk meminimalisir bahkan mencegah peredaran uang palsu, sosialiasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kerap dilakukan oleh Bank Indonesia, baik itu melalui leaflet, banner, tayangan video, maupun sosialisasi langsung ke masyarakat. Grafik 5.3 Komposisi Penemuan Uang Palsu Trw II-2010 Rp 20, % Rp 10, % Rp 5, % Rp 50, % Rp 100, % Sumber : Bank Indonesia 4. PERKEMBANGAN RTGS DAN KLIRING LOKAL Transaksi non tunai melalui sistem BI-RTGS mengalami net incoming. Rata-rata bulanan outgoing transaction tercatat sebesar Rp5,58 triliun, meningkat 27,1% dibanding pada triwulan I-2010 yang tercatat sebesar Rp4,39 triliun. Pada incoming transaction, rata-rata bulanan tercatat sebesar Rp 5,78 triliun, mengalami peningkatan 27,69% dibanding rata-rata bulanan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 4,52 triliun. Incoming transaction yang lebih tinggi dibanding outgoing transaction berarti bahwa lebih banyak transaksi keuangan yang masuk kedalam Provinsi Lampung. Grafik 5.4 Rp miliar Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Trw II ,000 Kliring 6,000 5,000 RTGS-Outgoing 4,000 RTGS-Incoming 3,000 2,000 1, Sumber : Bank Indonesia 55

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Lampung Triwulan IV - 2007 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 41/07/12/Th. XV, 01 Juli 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MEI 2012 SEBESAR US$771,76 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/05/12/Thn. XX, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$831,16 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Untuk Beberapa Periode Tahun

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Untuk Beberapa Periode Tahun BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 18/03/12/Thn.XVIII, 02 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR US$627,93 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Thn.XVIII, 04 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$645,79 JUTA. Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 14/03/12/Thn. XIX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$574,08 JUTA Nilai ekspor

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 25/04/12/Thn.XVIII, 01 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR US$555,47 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 24 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III 2008 KANTOR 25 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN NOVEMBER 2016

EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN NOVEMBER 2016 No. 05/01/19/Th.XV, 3 Januari 2017 EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN NOVEMBER EKSPOR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN NOVEMBER MENCAPAI US$93,16 JUTA Nilai ekspor Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci