KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung

2 Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. i

3 Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Visi dan Misi Bank Indonesia... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Kata Pengantar... Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... Ringkasan Eksekutif... i ii iv v viii x xii BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Kondisi Umum Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor Impor Perkembangan PDRB Sisi Penawaran... 9 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kondisi Umum Faktor-faktor Penyebab Inflasi Bulanan (mtm) Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy) Disagregasi Inflasi Boks I. Persistensi Inflasi Kota Bandar Lampung (Hasil Penelitian) BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan Umum Perbankan Bank Umum Kelembagaan Bank Umum Perkembangan Aset Bank Umum Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Kualitas Kredit Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Intermediasi Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ( Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Bank Syariah Asesmen Stabilitas Sistem Keuangan Daerah Boks II. Evaluasi Kinerja Kredit Usaha Rakyat (KUR) Provinsi Lampung ii

4 Daftar Isi BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 1. Pendapatan Daerah Belanja Daerah Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah Tahun RAPBD Provinsi Lampung Tahun Dana Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi Tahun BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Aliran Uang Kartal Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Penemuan Uang Palsu Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Ketenagakerjaan Kesejahteraan Kesejahteraan Petani Indeks Pembangunan Manusia Kemiskinan BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Prospek Inflasi Daerah Prospek Perbankan LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH iii

5 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 2 Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS)... 6 Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit... 7 Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB (%,qtq)... 9 Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB (%,yoy) Tabel 1.6 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi (Sawah + Ladang), Kedelai, dan Jagung Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Komoditi Tabel 3.1 Aset Perbankan Tabel 3.2 DPK Perbankan Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Desember Tabel 3.5 Indikator Bank Umum Tabel 3.6 DPK Bank Umum Tabel 3.7 Kredit Bank Umum Tabel 3.8 Penyaluran Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Tabel 3.9 Aset dan DPK BPR Tabel3.10 Indikator Perbankan Syariah Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tahun Tabel 4.2 Penerimaan DBH Migas Provinsi Lampung Tahun Tabel 4.3 Belanja Daerah Provinsi Lampung dan Realisasi Tahun Tabel 4.4 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung Tabel 4.5 Belanja Negara di Provinsi Lampung Tabel 4.6 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tahun Tabel 4.7 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun Tabel 5.1 Perkembangan Penukaran Uang Triwulan IV Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan di Provinsi Lampung Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Tabel 6.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Tabel 6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Tabel 6.5 Perbandingan NTP Tiap Wilayah Tabel 6.6 Partisipasi Sekolah (APS) Tahun Tabel 6.7 IPM Wilayah Sumatera Tahun Tabel 6.8 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tabel 6.9 Garis Kemiskinan Menurut Komponen dan Daerah Maret 2009 Maret iv

6 Daftar Grafik Daftar Grafik Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Provinsi Lampung Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Swasta... 2 Grafik 1.3 Grafik 1.4 Grafik 1.5 Grafik 1.6 Grafik 1.7 Grafik 1.8 Grafik 1.9 Grafik 1.10 Grafik 1.11 Grafik 1.12 Grafik 1.13 Grafik 1.14 Grafik 1.15 Grafik 1.16 Grafik 1.17 Grafik 1.18 Grafik 1.19 Grafik 1.20 Grafik 1.21 Grafik 1.22 Grafik 1.23 Grafik 1.24 Grafik 1.25 Grafik 1.26 Grafik 1.27 Grafik 1.28 Grafik 1.29 Grafik 1.30 Grafik 1.31 Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan Sektor Rumah Tangga... Perkembangan Nilai Tukar Petani Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini... Kredit Konsumsi Perkembangan Konsumsi Pemerintah... Pembentukan Modal Tetap bruto... Kredit Modal Kerja Impor Barang Modal Rata-rata Penjualan Semen... Perkembangan Ekspor Lampung... Kegiatan Muat Peti Kemas di Pelabuhan Panjang... Pangsa Negara Tujuan Ekspor Lampung Triwulan IV Perkembangan Impor Lampung... Bongkar Barang dan Peti Kemas Perdagangan Luar Negeri... Pangsa Impor Lampung berdasarkan ISIC... Pangsa Impor Komoditas Berdasarkan BEC... Porsi Negara Pengimpor... Pangsa PDRB Sektoral Triwulan III Pangsa PDRB Sektoral Triwulan IV Perkembangan KUR Sektor Pertanian... Perkembangan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian... Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan... PDRB Sektor Industri Pengolahan (Harga Konstan 2000)... Impor Bahan Baku Industri... Perkembangan Kredit Sektor Industri.... PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (Berdasarkan Harga konstan Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung... Volume Penjualan Listrik Lampung v

7 Daftar Grafik Grafik 1.32 Grafik 1.33 Grafik 1.34 Grafik 1.35 Grafik 1.36 Grafik 1.37 Grafik 1.38 Grafik 1.39 Grafik 1.40 Grafik 1.41 Grafik 2.1 Grafik 2.2 Grafik 2.3 Grafik 2.4 Grafik 2.5 Grafik 2.6 Grafik 2.7 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5 Grafik 3.6 Grafik 3.7 Grafik 3.8 Grafik 3.9 Grafik 3.10 Grafik 3.11 Grafik 3.12 Penyaluran Kredit Sektor Listrik... PDRB Sektor Bangunan... Perkembangan Kredit Konstruksi... PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (Berdasarkan Harga Konstan 2000)... Perkembangan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... Perkembangan Kredit Sektor Angkutan... Perkembangan Aktifitas Angkutan Udara... PDRB Sektor Keuangan (Berdasarkan Harga Konstan 2000)... PDRB Sektor Jasa-Jasa (Berdasarkan Harga Konstan 2000)... Perkembangan Kredit Sektor Jasa... Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional... Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap inflasi bulanan (%)... Kebutuhan komoditas Pokok pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN)... Harga komoditas... Inflasi Triwulanam Tiap Kelompok Pengeluaran... Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Tahunan... Inflasi Tahunan Kelompok Pengeluaran... NPL Perbankan... LDR Perbankan di Lampung (%)... Porsi Aset Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja... Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja... Perkembangan NPL Bank Umum... Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (%)... Perkembangan Suku Bunga Deposito Bank Umum (%)... Perkembangan Suku Bunga dan Spreed Suku Bunga Bank Umum... Perkembangan Intermediasi Bank Umum... Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja... Pertumbuhan Kredit Mikro Kecil Menengah... Perkembangan Kredit MKM Berdasarkan Wilayah kerja... Perkembangan KUR (juta Rp) vi

8 Daftar Grafik Grafik 3.13 Grafik 3.14 Grafik 3.15 Grafik 4.1 Grafik 4.2 Grafik 4.3 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 5.4 Grafik 6.1 Grafik 6.2 Grafik 6.3 Grafik 6.4 Grafik 6.5 Grafik 6.6 Grafik 6.7 Gtafik 6.8 Grafik 7.1 Grafik 7.2 Grafik 7.3 Grafik 7.4 Grafik 7.5 Grafik 7.6 Perkembangan Kredit BPR... Perkembangan LDR BPR (%)... Porsi Komponen Pendapatan Daerah Tahun 2010 (APBD-P)... Realisasi Pembayaran PKB dan BBNKB Provinsi Lampung Tahun 2010 Porsi Komponen Pendapatan Daerah Perkembangan Aliran Uang Kartal... Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung... Komposisi Penemuan Uang Palsu Triwulan IV Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Triwulan IV Keyakinan Konsumen terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan... TKI Asal Lampung (orang)... Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor... Perkembangan Harga Komoditas Hortikultura (RP/Kg)... Perkembangan Harga Komoditas Perkebunan... Perkembangan IPM Provinsi Lampung Tahun Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung... Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Lampung... Saldo Bersih Perkiraan Kondisi Dunia Usaha... Perkembangan Impor Bahan Baku Penolong... Perkembangan Upah Riil Provinsi Lampung (Rp)... Indeks Keyakinan dan Indeks Ekspektasi Konsumen... Ekspektasi terhadap Kredit Triwulan I Ekspektasi terhadap DPK Triwulan I vii

9 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Lampung Triwulan IV-2010 akhirnya dapat diselesaikan. Sesuai dengan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 6 Tahun 2009 bahwa Bank Indonesia memiliki tujuan yang difokuskan pada pencapaian dan pemeliharaan kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia secara cermat mengamati dan memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi terutama yang terkait dengan sumber-sumber tekanan inflasi. Seiring dengan penerapan otonomi daerah pada tahun 2001, posisi ekonomi regional semakin memiliki peranan yang vital dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya untuk menstabilkan harga. Perkembangan ini merupakan sesuatu yang diharapkan banyak pihak bahwa aktivitas ekonomi tidak lagi terpusat pada suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di berbagai daerah sehingga disparitas antar daerah semakin tipis. Terkait dengan hal tersebut di atas, Bank Indonesia Bandar Lampung melakukan pengamatan serta memberikan assesment terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan regional Lampung secara menyeluruh dan dituangkan dalam Kajian Ekonomi Regional Provinsi perkembangan ekonomi daerah Lampung dilakukan dengan berbagai pihak terutama para pembina sektor dari dinas-dinas Pemerintah Daerah, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta dengan para akademisi dari Universitas Lampung. Perekonomian Lampung pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi dibanding triwulan III Sektor pertanian masih mendominasi pertumbuhan ekonomi dari sisi penawaran, sedangkan konsumsi swasta mendominasi dari sisi permintaan. Pada periode ini konsumsi pemerintah masih menunjukkan akselerasi akibat realisasi proyek pemerintah menjelang akhir tahun anggaran, sedangkan net ekspor menunjukkan penurunan sehingga membuat pertumbuhan ekonomi melemah. Dari sisi inflasi, peningkatan tekanan harga terjadi sehubungan adanya gangguan pasokan pada komoditas pokok, baik akibat penurunan produksi terkait gangguan cuaca, gangguan pada jalur distribusi, maupun masih berlangsungnya masa tanam. Perayaan hari raya keagaaman serta Tahun Baru juga menambah tekanan harga dari sisi permintaan. Sementara itu, kinerja perbankan Lampung tetap menunjukkan pergerakan ke arah viii

10 Kata Pengantar membaik. Hal ini tercermin dari komponen berupa aset, DPK, maupun penyaluran kredit perbankan. Dalam kesempatan ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan buku ini, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, serta berbagai instansi di Provinsi Lampung. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu untuk terus disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan dimasa yang akan datang. Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-nya dan melindungi langkah kita dalam bekerja. Bandar Lampung, Februari 2011 BANK INDONESIA BANDAR LAMPUNG I Made Subaga Wirya Pemimpin ix

11 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI LAMPUNG a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR MAKRO *) IHK tahun dasar 2007 (2007 = 100) 2009 I II III IV I II III IV Indeks Harga Konsumen * Laju Inflasi (y-o-y) PDRB - harga konstan (miliar Rp) Pertanian 3, , , , , , , , Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan 1, , , , , , , , Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran 1, , , , , , , , Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa & Jasa Pershn , , Jasa-jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor (ribu ton) 1, , , , , , , , Nilai Impor (USD Juta) Volume Impor (ribu ton) b. Sistem Pembayaran INDIKATOR IV I II III IV Posisi Kas Gabungan (Rp Triliun) Inflow (Rp Triliun) Outflow (Rp Triliun) Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) ,119,689 1,224,824 Nominal Transaksi RTGS (Rp Triliun) Volume Transaksi RTGS (lembar) 31,068 29,519 35,785 35,478 37,868 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp Triliun) Volume Kliring Kredit (lembar) 23,527 22,800 25,175 24,607 20,461 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Volume Kliring Debet (lembar) 144, , , , ,602 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet (Rp Triliun) Rata-rata Harian Volume Kliring Debet (lembar) 2, , , , , Nominal Kliring Pengembalian (Rp Triliun) Volume Kliring Pengembalian (lembar) 2,274 2,402 2,576 2,805 2,219 Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp Triliun) x

12 INDIKATOR 2009 c. Perbankan Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung 2010 IV I II III IV PERBANKAN PERBANKAN B ank Umum : Total Aset (Triliun Rp) DPK (Triliun Rp) Giro Tabungan Deposito Kredit (Triliun Rp)- berdasarkan lokasi proyek ,39* - Modal Kerja ,44* - Investasi ,47* - Konsumsi ,48* - LDR ,61* Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi kantor cabang) Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR (%) Kredit UMKM (Triliun Rp) Kredit Mikro (< Rp50 Juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Kecil (Rp50 Juta < X < Rp500 juta) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Menengah (Rp500jt < X < Rp5m) (Triliun Rp) Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit MKM (Triliun Rp) NPL MKM Gross (%) BPR Total Asset (Triliun Rp) Dana Pihak Ketiga (Triliun Rp) Tabungan Simpanan Berjangka Kredit (Triliun Rp) - berdasarkan lokasi proyek ,22* - Modal Kerja ,54* - Investasi ,02* - Konsumsi ,66* Kredit UMKM (Triliun Rp) Rasio NPL Gross(%) Rasio NPL Net(%) LDR (%) Ket : *) data s.d bulan November 2010 xi

13 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Triwulan IV / 2010 Perkembangan Ekonomi Perekonomian Lampung melemah dibanding triwulan III- Perekonomian Provinsi Lampung pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 6,95% (yoy), mengalami pertumbuhan yang positif dibanding triwulan III Dari sisi penawaran, seluruh sektor menyumbang pertumbuhan ini, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan yang terjadi ditopang oleh seluruh komponen, yaitu konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor netto. Meski demikian, ekonomi secara triwulanan mengalami kontraksi sebesar 8,67% (qtq). Dari sisi penawaran, penurunan output terjadi pada sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Sedangkan dari sisi permintaan, kontraksi diakibatkan oleh penurunan nilai ekspor netto yang mencapai 20,99% (qtq). Inflasi Tekanan inflasi meningkat Inflasi Lampung pada tahun 2010 mencapai 9,95% (yoy), meningkat cukup tinggi dibandingkan inflasi tahun 2009 sebesar 4,18% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 6,96% (yoy). Dari sisi penawaran, tekanan harga diakibatkan oleh penurunan produksi karena gangguan cuaca, gangguan pada jalur distribusi, maupun masih berlangsungnya masa tanam. Sementara itu, adanya perayaan hari besar keagamaan serta Tahun Baru menyebabkan tekanan harga dari sisi permintaan. Inflasi Lampung triwulan IV-2010 mengalami peningkatan dibandingkan inflasi triwulan III-2010 yang mencapai 6,92% (yoy). Adapun kelompok penyumbang inflasi tahunan tertinggi berasal dari kelompok makanan jadi, dengan kenaikan harga sebesar 16,65% (yoy). xii

14 Ringkasan Eksekutif Kinerja perbankan mengalami peningkatan... Perbankan Daerah Kinerja perbankan selama triwulan laporan menunjukkan peningkatan. Indikator berupa aset, DPK, serta kredit menunjukkan bahwa meningkatnya aktivitas perbankan sejalan dengan relatif stabilnya kondisi perekonomian Lampung. Aset tumbuh sebesar 4,28% (qtq) atau 48,08% (yoy), Dana Pihak Ketiga tumbuh sebesar 4,26% (qtq) atau 14,31% (yoy), sedangkan penyaluran kredit meningkat sebesar 3,08% (qtq) atau 18,91% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit ini juga disertai dengan kualitas kredit yang semakin membaik sebagaimana digambarkan dalam rasio NPL (Non Performing Loan) perbankan yang mengalami penurunan dari 3,19% menjadi 2,88% (qtq). Sementara itu, penyaluran kredit MKM pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp12,96 triliun, tumbuh sebesar 4,37% (qtq) atau 8,87% (yoy). Kredit modal kerja mendominasi kredit MKM tersebut dengan pangsa mencapai 47,42%. Keuangan Daerah Realisasi belanja pemerintah meningkat Porsi PAD dalam struktur APBD-P 2010 mencapai 50% atau melampaui Dana Perimbangan yang memiliki pangsa 45,8%. Sampai dengan bulan Oktober 2010, realisasi pendapatan daerah telah mencapai 85,59%, dengan realisasi tertinggi terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 90,8%. Sementara itu, realisasi belanja daerah sampai dengan bulan Oktober 2010 telah mencapai 65,89% dari target atau sebesar Rp1,39 triliun, dimana realisasi terbesar terjadi pada belanja bantuan keuangan, diikuti kemudian oleh belanja tak terduga. Sistem Pembayaran Transaksi keuangan melemah meski tidak signifikan.. Sepanjang triwulan IV-2010, transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai di Lampung berjalan lancar. Transaksi uang tunai antara bank umum di Lampung dengan Bank Indonesia yang tercermin dari transaksi xiii

15 Ringkasan Eksekutif inflow outflow menunjukkan penurunan. Demikian pula transaksi pada sistem pembayaran non tunai yang ditunjukkan oleh penurunan penurunan transaksi kliring, sementara transaksi melalui RTGS cenderung mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Terjadi peningkatan jumlah pekerja... Jumlah penduduk usia kerja di Lampung mencapai 5,82 juta jiwa atau meningkat 8,83% dibandingkan tahun Dari nilai tersebut, jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2010 meningkat 10,33% dibanding tahun 2009, dan pengangguran mengalami penurunan sebesar 8,08%. Sementara itu, jumlah penduduk miskin turun sebesar 5,03% (yoy) dengan trend penurunan yang mulai terlihat sejak tahun Kesejahteraan petani pada triwulan laporan meningkat. Hal ini tercermin dari NTP triwulan IV-2010 yang mencapai 118,1 atau meningkat 0,91% dibandingkan triwulan III Prospek Perekonomian Ekonomi Lampung diperkirakan tumbuh melambat... Ekonomi Lampung pada triwulan I-2011 diperkirakan tumbuh mencapai 4,25% ± 1% (yoy), masih stabil meskipun melambat dibandingkan triwulan IV Hal ini terkonfirmasi melalui hasil Survei Bank Indonesia maupun assessment terhadap beberapa indikator ekonomi lainnya. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi akan terdorong oleh peningkatan output di beberapa sektor diantaranya, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan. Sedangkan komponen konsumsi rumah tangga dan kegiatan ekspor akan mengakselerasi pertumbuhan output di sisi permintaan. Namun demikian, kontraksi diperkirakan terjadi pada komponen belanja pemerintah. Sesuai trend nya, belanja pemerintah masih minim pada triwulan ini karena masih terbatasnya perolehan pendapatan daerah. Inflasi Lampung pada triwulan I-2011 diperkirakan mencapai 9,82%±1% (yoy). xiv

16 Ringkasan Eksekutif Inflasi volatile foods diprediksi sedikit mereda dibandingkan triwulan IV Hal ini diakibatkan oleh panen komoditas pangan pada penghujung triwulan ini disertai penyaluran raskin oleh BULOG yang telah berjalan. Di sisi lain, masih tingginya ketergantungan komoditas bumbu-bumbuan dari luar provinsi mengakibatkan harga di tingkat lokal menjadi sensitif terhadap gangguan pada kegiatan distribusi meskipun pasokan memadai. Kerusakan jalan dan tingginya gelombang laut dapat menjadi potensi yang menimbulkan high cost pada kegiatan distribusi barang. Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi administered berasal dari kebijakan penyesuaian harga di awal tahun, baik yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Kegiatan intermediasi perbankan di Provinsi Lampung triwulan I-2011 diperkirakan masih tetap mengalami pertumbuhan. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Kredit Perbankan yang menunjukkan optimisme pelaku usaha perbankan terhadap peningkatan penghimpunan dana dan penyaluran kreditnya. xv

17 Kondisi Ekonomi Makro Regional BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL 1. KONDISI UMUM Perekonomian Lampung pada triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan sebesar 6,95% (yoy), meningkat dibanding triwulan III-2010 yang tumbuh 6,23% (yoy). Seluruh komponen dari sisi permintaan menyumbang pertumbuhan tersebut, begitu pula dengan sisi penawaran dimana seluruh sektor menyumbang pertumbuhan output kecuali sektor pertambangan & penggalian. Meski demikian, jika dibandingkan dengan output triwulan III-2010, pertumbuhan ekonomi Lampung melemah sebesar 8,67% (qtq). Kondisi ini ternyata juga terjadi pada perekonomian nasional yang terkontraksi sebesar 1,4% (qtq). Dari sisi permintaan, kontraksi perekonomian Lampung tersebut terjadi akibat aktivitas perdagangan luar negeri yang menghasilkan nilai ekspor netto yang melemah hingga 20,99% (qtq). Sementara dari sisi penawaran, penurunan output terjadi pada 5 sektor ekonomi, yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan & komunikasi, dan sektor jasa-jasa. Grafik 1.1 Perkembangan PDRB & Laju Pertumbuhan miliar Rp Provinsi Lampung (ADHK 2010) % 10, , ,500 9, , , ,000 7, I II III IV I II III IV Nilai (ADHK) yoy - axis kanan qtq - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung 2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN Berdasarkan sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi triwulanan terjadi pada konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, investasi, maupun kegiatan ekspor dan impor. Konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai 30,37% (qtq) 1

18 Kondisi Ekonomi Makro Regional sehubungan dengan adanya pencairan dana APBD-P sejak awal triwulan laporan. Namun, net ekspor yang menunjukkan penurunan, membuat PDRB terkontraksi dibanding triwulan III Meski kinerja perekonomian triwulanan tersebut menurun, namun dibanding triwulan IV-2009, semua komponen permintaan mengalami peningkatan output di triwulan laporan. Sumber: BPS Provinsi Lampung Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Sisi Permintaan PDRB Berdasarkan Penggunaan PDRB (% yoy) IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor Netto (18.12) Produk Domestik Regional Bruto PDRB Berdasarkan Penggunaan PDRB (% qtq) IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 Konsumsi Swasta 1.27 (3.35) Konsumsi Pemerintah (46.69) Investasi 0.80 (2.89) Ekspor Netto (30.51) (8.41) (20.99) Produk Domestik Regional Bruto (9.29) (8.67) 2.1. Konsumsi Pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan IV-2010 tercatat sebesar 0,26% (qtq) atau 4,23% (yoy). Pertumbuhan tersebut cenderung mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang tercatat tumbuh sebesar 4,14% (qtq) dan 5,28% (yoy). Perlambatan tersebut disinyalir akibat dampak dari konsumsi saat momen hari raya di triwulan laporan tidak sebesar dampak momen hari raya pada triwulan III Namun adanya 2 hari raya besar keagamaan dan momentum tahun baru selama triwulan laporan tetap menjadi penggerak pertumbuhan konsumsi swasta selama triwulan laporan. miliar Rp 5,800 5,600 5,400 5,200 5,000 4,800 4,600 Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Swasta I II III IV I II III IV % Konsumsi Swasta yoy - axis kanan qtq - axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung 2

19 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan-10 Feb-10 Mar-10 Trw I Apr-10 May-10 Jun-10 Trw II Jul-10 Aug-10 Sep-10 Trw III Oct-10 Nov-10 Kondisi Ekonomi Makro Regional Meningkatnya nilai konsumsi swasta selama triwulan laporan terkonfirmasi oleh sejumlah indikator antara lain konsumsi listrik rumah tangga, serta nilai tukar petani (NTP) yang mengalami pertumbuhan positif pada triwulan IV Kenaikan NTP dibanding triwulan III disebabkan antara lain oleh kenaikan harga komoditas coklat dan kopi di pasar dunia serta kenaikan harga gabah karena baru dimulainya musim tanam padi. Ribu KwH 250, , , ,000 50,000 - Grafik 1.3 Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga Ribu Unit 1,050 1, Garfik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani I II III IV I II III IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Konsumsi Jumlah Pelanggan - axis kanan Sumber : PT PLN Wilayah Lampung Sumber : BPS Provinsi Lampung Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Bandar Lampung menunjukkan adanya level optimisme masyarakat yang tercermin dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut diperkuat dengan semakin meningkatnya indeks pendapatan konsumen dan pembelian barang tahan lama. Dengan demikian secara umum, keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian mengalami peningkatan. Grafik 1.5 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.6 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini I-10 II-10 III-10 IV-10 I-10 II-10 III-10 IV-10 Penghasilan saat ini Ketersediaan lapangan kerja Pembelian durable goods Sumber : Bank Indonesia Bandar Lampung 3

20 Mar Jun Sept Nov Mar Jun Sept Des Kondisi Ekonomi Makro Regional Indikator lain berupa kredit konsumsi juga menunjukan pertumbuhan positif. Posisi kredit konsumsi pada triwulan IV-2010 mencapai Rp 7,42 triliun atau tumbuh sebesar 9,35% (qtq). Berbeda dengan konsumsi swasta yang tumbuh melambat, konsumsi pemerintah justru menunjukkan akselerasi. Selama triwulan IV-2010, pertumbuhan yang terjadi pada konsumsi pemerintah tercatat sebesar 30,37% (qtq) atau 5,34% (yoy), sehubungan dengan makin aktifnya realisasi belanja fisik modal. Grafik 1.7 Miliar Rp Kredit Konsumsi 9.35 % 8, , , ,000 (2.00) (4.00) - (6.00) ,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Grafik 1.8 Perkembangan Konsumsi Pemerintah miliar Rp % (20) (40) (60) (80) Kredit Konsumsi yoy - axis kanan Konsumsi Pemerintah (harga konstan 2000) growth (qtq) Sumber : LBU dan LBUS Sumber : BPS Provinsi Lampung 2.2. Investasi Selama triwulan IV-2010, aktivitas investasi tumbuh sebesar 4,92% (qtq), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III-2010 yang tercatat sebesar 4,66% (qtq), maupun pada triwulan IV-2009 yang hanya tumbuh 0,8% (qtq). Kondisi tersebut sejalan dengan pertumbuhan kredit modal kerja sebesar 2,12% (qtq), peningkatan impor barang modal secara signifikan mencapai 66,4% (qtq), serta trend penjualan semen yang meningkat hingga 12% (qtq). Informasi kenaikan aktivitas investasi terkonfirmasi dari hasil liaison dimana sebagian besar pelaku usaha menyatakan kegiatan usaha selama tahun 2010 membaik dan pelaku usaha melakukan investasi fisik baru di tahun tersebut. Data Bappeda menyebutkan bahwa beberapa kegiatan investasi sedang dilakukan Pemerintah Daerah, antara lain pembangunan Kota Baru Lampung, pengembangan Bandara Radin Inten II sebagai bandara internasional, serta pengembangan Bandara Seray Lampung Barat. Kegiatan tersebut masih akan berlanjut pada tahun

21 I-09 II-09 III-09 IV-09 I-10 II-10 III-10 IV-10 Kondisi Ekonomi Makro Regional Grafik 1.9 miliar Rp Pembentukan Modal Tetap Bruto % 1,700 1,600 1, , , , ,200 I II III IV I II III IV PMTB yoy-axis kanan qtq-axis kanan -5 Grafik 1.10 miliar Rp % Kredit Modal Kerja 15, ,000 5, I II III IV I II III IV Kredit Modal Kerja qtq-axis kanan Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : LBU dan LBUS Ribu US$ Grafik 1.11 Impor Barang Modal 40,000 30,000 26,027 20,000 10,000 - I II III IV I II III IV ton 400, , , ,000 0 Grafik 1.12 Rata-Rata Penjualan Semen 324,697 Tw-I Tw-II Tw-IIITw-IV Tw-I Tw-II Tw-IIITw-IV Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Sumber : berbagai sumber (diolah) 2.3. Ekspor-Impor a. Ekspor Ekspor selama triwulan IV-2010 tumbuh sebesar 9,9% (qtq) atau 18,6% (yoy). Tingginya permintaan dan membaiknya harga komoditas internasional menjadi faktor pendorong pertumbuhan tersebut. Data muat peti kemas di Pelabuhan Panjang menunjukkan bahwa selama triwulan laporan terjadi peningkatan muatan hingga mencapai 79,78% (qtq). ribu USD 800, , , ,000 - Grafik 1.13 Perkembangan Ekspor Lampung I II III IV I II III IV % 50 - (50) (100) (150) Grafik 1.14 Kegiatan Muat Peti Kemas di Pelabuhan Panjang (ton) Nilai qtq-axis kanan Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Sumber : Pelindo Prrovinsi Lampung 5

22 Kondisi Ekonomi Makro Regional Grafik 1.15 Pangsa Negara Tujuan Ekspor Lampung Tw IV 2010 Australia 1% Eropa 25% Afrika 1% Asia 59% Amerika 14% Berdasarkan negara tujuan ekspor Lampung, Benua Asia masih menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor terbesar didominasi oleh India dan RRC dengan pangsa masing-masing mencapai 20,8% dan 13,8% dari total ekspor. Selain Asia, ekspor Lampung juga ditujukan terutama ke Amerika Serikat dan Italia dengan pangsa masing-masing sebesar 12,6% dan 9,8%. Meningkatnya ekspor Lampung ke Italia terjadi seiring meningkatnya permintaan CPO Lampung ke negara yang termasuk sasaran utama ekspor CPO Lampung tersebut. Berdasarkan klasifikasi Harmonized System (HS), komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (CPO) mendominasi pangsa ekspor Lampung sebesar 30,6%, dengan pertumbuhan ekspor mencapai 26,29% (qtq) atau 18,4% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi seiring meningkatnya permintaan dunia terutama dari India yang berimbas pada membaiknya harga jual. Sementara itu komoditas kopi, teh, dan rempah-rempah yang memiliki pangsa kedua terbesar setelah CPO mengalami penurunan ekspor sehubungan dengan terbatasnya stok kopi akibat masa tanam yang masih berlangsung. Komoditas Utama Ekspor Tabel 1.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Non Migas Menurut Klasifikasi Harmonized System (HS) Trw I-10 Trw II-10 Trw III-10 Trw IV-10 ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) ribu US$ Pangsa (%) 1. Kopi, Teh, Rempah-rempah 46, , , , Bubur Kayu / Pulp 58, , , , Ikan dan Udang 28, , , , Lemak & Minyak Hew an / Nabati 125, , , , Bahan Bakar Mineral 70, , , , Karet dan Barang dari Karet 12, , , , Kayu, Barang dari Kayu 3, , , , Hasil Penggilingan , , Olahan dari Buah-buahan / Sayura 23, , , , Ampas / Sisa Industri Makanan 3, , , , Berbagai Makanan Olahan 4, , , , Minuman 1, , , , Berbagai Produk Kimia 2, , , , Kaca & Barang dari Kaca Olahan dari Tepung Bahan Kimia Organik 14, , , , Gula dan Kembang Gula 8, , , , Kakao / Coklat 43, , , , Buah-buahan , Sari Bahan Samak & Celup Lak, Getah dan Damar Sayuran Sabun dan Preparat Pembersih Perekat, Enzim Mesin-mesin / Pesaw at Mekanik , , Lain-lain 24, , , , Total 476, , , , Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 6

23 Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nov Kondisi Ekonomi Makro Regional b. Impor Aktivitas impor selama triwulan IV-2010 menunjukkan penurunan sebesar 5,7% (qtq), namun meningkat sangat signifikan mencapai 96,3% (yoy) dibanding triwulan IV Penurunan impor triwulanan tersebut terkonfirmasi melalui data volume bongkar barang perdagangan luar negeri melalui Pelabuhan Panjang. Komoditas utama pendorong pelemahan impor tersebut adalah binatang hidup dan pupuk dengan penurunan masingmasing sebesar 17,1% (qtq) dan 75,7% (qtq). Berdasarkan hasil liason kepada pelaku usaha importir sapi bakalan, diperoleh informasi bahwa peraturan pemerintah yang mengatur kuota impor sapi terkait pembatasan berat sapi bakalan yang boleh diimpor menyebabkan harga beli impor meningkat, seiring terbatasnya kuantitas sapi bakalan yang memenuhi syarat. Hal tersebut menurunkan kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan impor. Grafik 1.16 US $ Perkembangan Impor Lampung % 200, Nilai qtq-axis kanan , , , I II III IV I II III IV (6) 20 - (20) (40) Grafik 1.17 Volume Bongkar Barang dan Peti Kemas Perdagangan Luar Negeri 2010 (Ton) 500, , , , ,000 - Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 7

24 Kondisi Ekonomi Makro Regional Tabel 1.3 Impor Lampung Berdasarkan HS 2 Digit Komoditas Utama Impor Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan I-2010 II-2010 III-2010 IV-2010 US$ US$ US$ US$ 1. Pupuk 18,519,834 38,096,078 25,724,238 6,261, Binatang Hidup 57,178,301 32,780,848 36,844,836 30,558, Ampas / Sisa Industri Makanan 5,179,237 6,277,847 7,623,908 11,156, Besi dan Baja 274,233 14,392 1,449,481 65, Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 25,462,277 18,859,837 17,819,629 26,028, Gula dan Kembang Gula 7,089,000 2,731,500 40,945,764 35,633, Hasil Penggilingan 2,794, ,888 3,107,027 3,691, Mesin / Peralatan Listik 1,936, , ,451 3,758, Plastik dan Barang dari Plastik 614, , , , Benda-benda dari Besi dan Baja 1,622,614 1,149,934 14,570,749 1,024, Berbagai Makanan Olahan 2,224,301 2,100,378 1,966,859 2,616, Garam, Belerang, Kapur 1,036,729 1,462,686 1,135,195 2,120, Bahan Kimia Organik 1,954,482 1,635,800 2,450,448 2,003, Bahan Kimia Anorganik 563, , ,926 1,172, Berbagai Produk Kimia 361, , , , Kain Perca 205,544 1,340,792 1,549, , Gandum-ganduman 1,347,300 3,519,650 1,981,960 29,515, Berbagai Barang Logam Dasar 818, , , , Bahan Bakar Mineral Biji-bijian berminyak 13,593,034 10,690,183 17,209,525 7,943, Kendaraan dan Bagiannya 229,250 2,323,849 1,174, , Kaca & Barang dari Kaca 586, , , , Lemak & Minyak Hewan / Nabati 114, ,700 13, Perekat, Enzim 93, , , , Produk Hewani ,551 99, Lain-lain 4,875,358 1,985,767 2,882,630 4,433,023 Total 148,674, ,192, ,055, ,720,934 Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (diolah) Berdasarkan kategori ISIC, kontribusi paling besar impor selama triwulan laporan diperoleh dari kelompok industri manufaktur yang terkonsentrasi pada komoditas makanan dan minuman dengan porsi sebesar 48,2%. Sedangkan jika diamati berdasarkan kategori BEC, pangsa impor terbesar berasal dari kelompok bahan baku penolong yaitu mencapai 66%, dengan dominasi pada sub kelompok makanan dan minuman untuk industri. Menurut negara asal, mayoritas impor Lampung berasal dari Benua Asia dengan pangsa sebesar 68,93% yang didominasi oleh India dengan pangsa mencapai 37,64%. Grafik 1.18 Pangsa Impor Lampung Berdasarkan ISIC Grafik 1.19 Pangsa Impor Komoditas Berdasarkan BEC Barang konsumsi Bahan baku penolong Barang modal 22.5% 1.1% Pertanian Pertambangan dan Penggalian 15.2% 18.9% 76.4% Industri Manufaktur 66.0% Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 8

25 Kondisi Ekonomi Makro Regional Grafik 1.20 Porsi Negara Pengimpor Australia 13.1% Eropa 1.9% Afrika 2.8% Amerika 13.2% Asia 68.9% Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia 3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN PDRB Lampung pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 8,67% (qtq) dimana 5 sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif tersebut. Sektor pertanian mengalami penurunan terbesar (20,24% qtq) sehubungan dengan masa tanam sub sektor tabama maupun sub sektor perkebunan yang mulai berlangsung di triwulan IV Selain itu, adanya cuaca buruk masih menjadi penghambat produksi yang dihasilkan oleh sub sektor perikanan. Sementara itu, pertumbuhan PDRB positif secara triwulanan dialami oleh 4 sektor ekonomi, antara lain sektor pertambangan & penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas & air bersih, serta sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan. Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB (%, qtq) Sektor Q IV-2009 (qtq) Q III-2010 (qtq) Q IV-2010 (qtq) Kontribusi Q IV-2010*) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB dengan Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung *) Kontribusi pertumbuhan triwulanan sektor terhadap pertumbuhan ekonomi triwulanan Triwulan IV

26 Kondisi Ekonomi Makro Regional Secara tahunan, PDRB Lampung di triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 6,95% (yoy) yang didukung oleh peningkatan output pada 8 sektor ekonomi. Pertumbuhan terbesar terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 19,27% seiring makin meningkatnya pelayanan angkutan udara dan terdapatnya kegiatan sehubungan dengan momen libur 2 hari raya serta kegiatan salah satu cabang olahraga di wilayah luar Lampung. Sementara itu sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tahunan yang negatif, diprediksi akibat cuaca ekstrim selama tahun 2010 yang mengganggu aktivitas di sektor tersebut. Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB (%, yoy) Sektor Q IV-2009 (yoy) Q III-2010 (yoy) Q IV-2010 (yoy) Kontribusi Q IV-2010*) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB dengan Migas Sumber: BPS Provinsi Lampung *) Kontribusi pertumbuhan tahunan sektor terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan Triwulan IV-2010 Berdasarkan pangsa, peranan sektor pertanian masih mendominasi struktur PDRB Lampung, dengan pangsa sebesar 31,4%, namun pada periode laporan melemah dibanding triwulan III Sementara itu, 8 sektor ekonomi lainnya justru mengalami peningkatan pangsa. Grafik 1.21 Pangsa PDRB sektoral Triwulan III-2010 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.4% Pengangkut an & Komunikasi 9.8% Perdagangan, Hotel & Restoran 15.4% Jasa-jasa 9.0% Bangunan 3.6% Listrik, Gas & Air Bersih 0.5% Pertanian 37.1% Pertambang an & Penggalian 2.0% Industri Pengolahan 16.2% Grafik 1.22 Pangsa PDRB sektoral Triwulan IV- Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.1% Pengangkut an & Komunikasi 12.6% Perdagang an, Hotel & Restoran 16.1% 2010 Jasa-jasa 9.3% Bangunan 3.7% Listrik, Gas & Air Bersih 0.6% Pertanian 31.4% Pertamban gan & Industri Penggalian Pengolaha 2.1% n 17.0% Sumber: BPS Provinsi Lampung 10

27 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Kondisi Ekonomi Makro Regional SEKTOR PERTANIAN Output sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 20,24% (qtq), meskipun secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 4,19% (yoy). Masa tanam rendeng yang berlangsung selama triwulan laporan, maupun penurunan produksi beberapa komoditas tabama mengkonfirmasi hal tersebut. Data Aram (Angka Ramalan) menunjukkan adanya penurunan jumlah produksi maupun luas panen pada komoditas kedelai. Dari sisi perbankan, kebutuhan kredit ketika masa tanam dapat terlihat dari adanya peningkatan baki debet Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian, perburuan, dan sarana pertanian yang tumbuh sebesar 24,96% (qtq), menjadi Rp344,99 miliar di triwulan laporan. Tabel 1.6 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi (Sawah + Ladang), Kedelai, dan Jagung Tahun Perkembangan Perkembangan Uraian (Aram III) Absolut Persen Absolut Persen Padi (Sawah + Ladang) Luas Panen (ha) 506, , ,164 63, , Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton) 2,341,075 2,673,844 2,701, , , Kedelai Luas Panen (ha) 5,658 13,518 6,163 7, , Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton) 6,678 16,153 7,366 9, , Jagung Luas Panen (ha) 387, , ,046 46, Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton) 1,809,886 2,067,710 2,075, , , Sumber: BPS Provinsi Lampung juta Rp 400, , , , , , ,000 50,000 - Grafik 1.23 Perkembangan KUR Sektor Pertanian 234, Sumber: Laporan KUR Perbankan Lampung 11

28 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Kondisi Ekonomi Makro Regional SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Sektor pertambangan mulai mengalami pertumbuhan meski hanya sebesar 0,29% (qtq). Namun jika dibandingkan dengan triwulan IV-2009 kinerja sektor ini masih mencatatkan pertumbuhan yang negatif sebesar 1,35% (yoy). Kinerja yang masih tumbuh perlahan ini juga didukung oleh industri perbankan melalui peningkatan penyaluran kredit sebesar 13,86% (qtq) atau 81,97% (yoy). Grafik 1.24 Perkembangan PDRB Sektor Pertambangan miliar Rp dan Penggalian % I II III IV I II III IV I II III IV miliar Rp Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Nilai (harga konstan 2000) Pertumbuhan (qtq) - axis kanan Pertumbuhan (yoy) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: LBU dan LBUS SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Output sektor industri pengolahan mengalami peningkatan sebesar 3,23% (qtq) atau 10,19% (yoy). Hal ini terkonfirmasi oleh pertumbuhan impor bahan baku belum diolah untuk industri sebesar 61,2% (qtq) maupun impor bahan baku penolong sebesar 51,37% (yoy). Aktivitas kredit perbankan untuk sektor ini juga meningkat sebesar 9,51% (qtq) atau 8,99% (yoy). Contact liaison Bank Indonesia Bandar Lampung di industri pengolahan minyak sawit maupun kertas menyatakan bahwa produksi mereka meningkat dibanding tahun 2009 sehubungan dengan peningkatan permintaan. Sementara itu, pelaku usaha pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Bandar Lampung menyatakan bahwa diantara semua sub sektor dalam sektor industri pengolahan, sub sektor makanan, minuman, dan tembakau mengalami peningkatan kegiatan usaha dengan SBT sebesar 4,39%. 12

29 Trw I 09 Trw II 09 Trw III 09 Trw IV 09 Trw I-10 Trw II-10 Trw III-10 Trw IV-10 Kondisi Ekonomi Makro Regional Grafik 1.26 PDRB Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) miliar Rp % ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 0 Grafik 1.27 Impor Bahan Baku Industri (US$) Sektor Industri Pengolahan Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung Bahan Baku penolong Bahan Baku Belum Diolah Untuk Industri Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter (diolah) miliar Rp 2000 Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Industri Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Sumber: LBU dan LBUS SEKTOR LISTRIK, AIR DAN GAS Kinerja sektor ini meningkat. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan output sebesar 5,8% (qtq) atau 17,18% (yoy). Indikator pendukung berupa kenaikan jumlah pelanggan air dan listrik masing-masing sebesar 0,43% (qtq) & 3,67% (qtq), serta jumlah konsumsi listrik sebesar 7,59% (qtq) mengkonfirmasi hal tersebut. Dari sisi perbankan, pertumbuhan kredit perbankan untuk sektor listrik meningkat secara signifikan mencapai 54,21% (qtq). 13

30 Okt '09 Nov '09 Des '09 Jan '10 Feb '10 Mar '10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Mar-09 Jun-09 Sept-09 Des-09 Mar-10 Jun-10 Sept-10 Des-10 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sept-10 Okt-10 Nov-10 Kondisi Ekonomi Makro Regional Grafik 1.29 PDRB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih miliar % (Berdasarkan Harga Konstan 2000) ,700 33,600 33,500 33,400 33,300 33,200 33,100 33,000 32,900 32,800 Grafik 1.30 Jumlah Pelanggan PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung Nilai Output Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber : PDAM Way Rilau miliar Rp Grafik 1.31 Volume Penjualan Listrik Lampung miliar Rp Grafik 1.32 Penyaluran Kredit Sektor Listrik Sumber : PT PLN Provinsi Lampung Sumber: LBU dan LBUS SEKTOR BANGUNAN Sektor bangunan selama triwulan IV-2010 turun sebesar 1,76% (qtq), meski demikian dibanding triwulan yang sama tahun 2009 terjadi peningkatan output sebesar 1,85% (yoy). Dari sisi penyaluran dana perbankan, terjadi penurunan outstanding kredit konstruksi sebesar 11,04% (qtq). Terkait dengan kondisi ini, Real Estat Indonesia (REI) menginformasikan bahwa pembangunan rumah bersubsidi akan mengalami hambatan jika dukungan perbankan dalam menanggung subsidi bunga tidak maksimal. Jika diamati secara tahunan, peningkatan sektor bangunan disinyalir sejalan dengan peningkatan pendapatan BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan) sebesar 94,79% (yoy) dari Rp43,94 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp85,58 miliar di triwulan laporan. 14

31 Kondisi Ekonomi Makro Regional (miliar Rp) Grafik 1.33 PDRB Sektor Bangunan (Berdasarkan Harga Konstan 2000) Grafik 1.34 Perkembangan Kredit Konstruksi I II III IV I II III IV Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber: LBU dan LBUS SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) Dibanding triwulan III-2010, sektor ini mengalami penurunan sebesar 7,53% (qtq), namun meningkat 1,21% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama pada tahun Sub sektor perdagangan maupun restoran mengalami penurunan output, sedangkan sub sektor hotel mengalami pertumbuhan sebesar 1,07% (qtq). Hal tersebut akibat adanya lonjakan hunian menjelang tahun baru serta akibat penyelenggaraan kegiatan oleh berbagai instansi selama triwulan akhir Meningkatnya aktivitas sub sektor hotel juga terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan bahwa pada triwulan IV-2010 dunia usaha di subsektor hotel mengalami peningkatan usaha dengan SBT 0,04%. Sedangkan penurunan aktivitas sub sektor restoran sesuai dengan hasil SKDU dengan SBT sebesar 1,02%. Grafik 1.35 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran miliar Rp (Berdasarkan Harga Konstan 2000) % (2.0) (4.0) Nilai Output Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung 15

32 Kondisi Ekonomi Makro Regional SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Selama triwulan IV-2010 terjadi penurunan output sebesar 1,19% (qtq), namun meningkat sebesar 19,27% (yoy) dibandingkan triwulan IV Penurunan output pada triwulan tersebut disinyalir salah satunya akibat perbaikan jalan di lintas menuju Pelabuhan Bakauheni yang cukup menghambat aktivitas sub sektor angkutan laut dan angkutan jalan raya. Sementara itu sub sektor angkutan udara mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,76% (qtq) akibat penambahan jam terbang oleh maskapai penerbangan di bandara Radin Inten II. Selain itu, data bandara Radin Inten II menunjukkan peningkatan jumlah penumpang yang berangkat maupun jumlah penerbangan ke Jakarta dari bandara Radin Inten II-2010 masingmasing sebesar 6,31% (qtq) dan 22,5% (qtq). Kegiatan muat bagasi maupun barang juga mengalami peningkatan yang disinyalir dipengaruhi oleh aktivitas perbaikan jalan di Simpang Gayem Bakauheni yang menyebabkan masyarakat memilih menggunakan jalur udara dibanding menempuh perjalanan darat yang waktunya berlipat dari kondisi normal. Pada sub sektor komunikasi terjadi pertumbuhan mencapai 7,83% (qtq) atau 23,77% (yoy) sehubungan dengan makin beragamnya layanan berbagai operator komunikasi. Dukungan perbankan bagi sektor tersebut tampak dari meningkatnya kredit perbankan dimana pada triwulan IV-2009 nilainya sebesar Rp341,25 miliar, lalu meningkat menjadi Rp496,85 pada akhir tahun Grafik 1.36 Perkembangan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (miliar Rp) I II III IV I II III IV I II III IV Miliar Rp Grafik 1.37 Perkembangan Kredit Sektor Angkutan Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Dec Mar Jun Sep Dec Nilai Growth (yoy) Growth (qtq) % Sumber: BPS Provinsi Lampung Sumber : LBU dan LBUS (diolah) 16

33 Kondisi Ekonomi Makro Regional 300, ,000 Grafik 1.38 Perkembangan Aktivitas Angkutan Udara , , ,000 50, I II III IV Jumlah penumpang Jumlah Barang dan Bagasi Jumlah penerbangan - axis kanan Sumber: Bandara radin Inten II Provinsi Lampung SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Kinerja sektor ini mengalami peningkatan baik secara triwulanan maupun tahunan masing-masing sebesar 1,83% (qtq) dan 16,74% (yoy). Hasil SKDU menyatakan bahwa subsektor bank dan subsektor jasa perusahaan mengalami peningkatan usaha (SBT 0,91% dan SBT 0,24%), sementara subsektor Lembaga Keuangan Bukan Bank relatif stabil. Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan juga didukung oleh adanya penambahan kantor cabang bank umum syariah di Lampung dan 15 unit mesin ATM untuk memudahkan transaksi. Grafik 1.39 PDRB Sektor Keuangan miliar Rp (Berdasarkan Harga Konstan 2000) % 1, (10.0) (20.0) Nilai Growth (yoy) - axis kanan Growth (qtq) - axis kanan Sumber: BPS Provinsi Lampung 17

34 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Kondisi Ekonomi Makro Regional SEKTOR JASA-JASA Output sektor jasa mengalami penurunan sebesar 0,67% (qtq). Hal ini juga terkonfirmasi dari penurunan penyaluran kredit perbankan sebesar 11,1% (qtq). Penurunan aktivitas usaha ini terjadi pada sub sektor pemerintahan umum maupun jasa swasta perorangan sehubungan selama triwulan laporan tidak ada aktivitas masyarakat yang signifikan membutuhkan jasa pemerintahan umum maupun swasta. miliar Rp Grafik 1.40 PDRB Sektor Jasa-Jasa (Berdasarkan harga konstan 2000) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Provinsi Lampung miliar Rp Grafik 1.41 Perkembangan Kredit Sektor Jasa Sumber : LBU dan LBUS 18

35 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May June July August Sept Oct Nov Dec % Perkembangan Inflasi BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI 1. KONDISI UMUM Pada tahun 2010 inflasi Lampung mencapai 9,95% (yoy), meningkat cukup tinggi dibandingkan inflasi tahun 2009 sebesar 4,18% (yoy) dan berada pada tingkat deviasi yang cukup besar dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 6,96% (yoy). Bila dibandingkan tahun sebelumnya dimana tekanan harga di penghujung tahun mereda karena terjaganya kondisi supply komoditas dan tidak adanya tekanan atas permintaan yang sangat signifikan, namun pada tahun 2010 mengalami kondisi yang berbeda. Sejumlah komoditas pokok mengalami kenaikan harga yang tinggi pada 2 bulan terakhir di penghujung tahun. Penyebab utamanya adalah gangguan pasokan pada komoditas pokok, baik diakibatkan oleh penurunan produksi akibat gangguan cuaca, gangguan pada jalur distribusi, maupun masih berlangsungnya masa tanam. Perayaan hari raya keagamaan seperti Idul Adha dan Natal, serta perayaan Tahun Baru juga menambah tekanan dari sisi permintaan Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Bandar Lampung vs Nasional (%) Sumber : BPS Provinsi Lampung Nasional (yoy) Bdl (yoy) 2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB 2.1. Inflasi Bulanan (mtm) Meredanya tekanan permintaan kebutuhan pokok pasca Idul Fitri tidak mengakibatkan penurunan harga pada triwulan IV Pada bulan Oktober 2010 inflasi masih bertahan tinggi, yaitu mencapai 0,70% (mtm). Pada periode ini, kelompok bahan makanan menjadi penyumbang 19

36 Perkembangan Inflasi inflasi terbesar yaitu mencapai 0,31% (mtm), dimana komoditas beras memiliki andil yang dominan dengan sumbangan yang mencapai 0,45%. Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Komoditi (%) No Kelompok Komoditi IV-2010 Okt Nov Des 1 Bahan Makanan 1,14 1,28 1,16 2 Makanan Jadi 0,86 1,10 1,57 3 Perumahan 0,41 1,24 0,31 4 Sandang 1,42 2,51 0,99 5 Kesehatan 0,00 0,08-0,44 6 Pendidikan 0,56 0,96 0,19 7 Transpor 0,01 0,06 0,13 Umum 0,70 1,08 0,77 Grafik 2.2 Sumbangan Kelompok Pengeluaran terhadap Inflasi Bulanan (%) Transpor Kesehatan Sandang Bahan Makanan Des Nov Okt 0.32 Sumber : BPS Provinsi Lampung Berdasarkan hasil FGD dengan beberapa instansi terkait melalui rapat tim teknis TPID, kenaikan harga beras dipicu oleh penurunan pasokan, baik yang diakibatkan oleh masa tanam yang masih berlangsung maupun banyaknya pasokan beras yang diduga banyak didistribusikan keluar provinsi. Terbatasnya supply beras lokal ini juga terindikasi dari pembelian beras BULOG yang baru mencapai 44,88% pada pertengahan Oktober Pada bulan November 2010, kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok masih terjadi. Inflasi Lampung pada periode ini mencapai 1,08% (mtm) yang merupakan inflasi tertinggi sepanjang triwulan IV Peningkatan inflasi ini tidak terlepas dari meningkatnya permintaan sejumlah komoditas menjelang hari raya Idul Adha. Pada periode ini, kelompok bahan makanan kembali memberikan andil terbesar dengan sumbangan mencapai 0,35%. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan diantaranya adalah beras, cabe merah, dan bawang merah. Berdasarkan survei harga yang dilakukan Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung, kenaikan harga beras mencapai 3,75% (mtm) menjadi sebesar Rp8.300/kg, kenaikan harga bawang merah mencapai 40% (mtm) menjadi sebesar Rp40.000/kg, sedangkan kenaikan harga yang cukup tinggi terjadi pada cabe merah yang mencapai 50% (mtm) atau menjadi sebesar Rp30.000/kg. Selain kenaikan harga pada kelompok bahan makanan, secara perlahan sumbangan inflasi kelompok sandang dan kelompok perumahan juga semakin meningkat, dimana komoditas 20

37 Jan'10 Feb'10 Mar'10 Apr'10 Mei'10 Jun'10 Jul'10 Agst'10 Sept'10 Okt'10 Nov'10 Des'10 Jan'11 M I M II M III M IV MI M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV Perkembangan Inflasi yang memberikan andil inflasi terbesar adalah emas perhiasan dan biaya kontrak rumah masingmasing sebesar 0,14% dan 0,11%. Grafik 2.3 Kebutuhan Komoditas Pokok pada Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - ton 67,549 60,312 5,399 7,367 1, ,954 6,038 1, cabe daging sapi beras gula pasir migor kebutuhan pada bulan normal kebutuhan pada bulan HBKN (Desember) Sumber : BKPD Provinsi Lampung Grafik 2.4 Harga Komoditas 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 Kelompok Bahan Makanan (Rp/kg) Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 13,000 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7, , , , , , , , , , , , ,000 Kelompok Sandang 1, , , , , , , , , , Cabe Merah Cabe Rawit Bawang Merah Beras Minyak Goreng Harga Emas Lokal (gr) Harga Emas Dunia ($/OZ) 47,500 47,000 46,500 46,000 45,500 45,000 44,500 44,000 Kelompok Perumahan I II III IV I II III IV V M I Okt Nov Des Semen (sak) Seng (lembar) Sumber : Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung dan Bloomberg 21

38 Perkembangan Inflasi Pada bulan Desember 2010, Kota Bandar Lampung masih mengalami inflasi, yaitu sebesar 0,77% (mtm). Sama seperti bulan sebelumnya, kelompok bahan makanan masih tercatat sebagai penyumbang inflasi terbesar yaitu mencapai 0,32%, dimana komoditas beras dan cabe merah masih memberikan andil terbesar. Selain karena kenaikan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru, tingginya kenaikan harga juga dipicu oleh terdapatnya gangguan supply komoditas pokok. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh TPID bekerjasama dengan Universitas Lampung diketahui bahwa pasokan beras pada tingkat pengecer pada periode tersebut masih memadai namun harganya terus mengalami peningkatan akibat penurunan pasokan yang terjadi pada tingkat pedagang besar. Hal ini diakibatkan pasokan gabah dari petani yang menurun 20% hingga 30% karena masa tanam yang masih berlangsung dan sulitnya pengeringan gabah disebabkan cukup tingginya curah hujan. Sementara itu, berdasarkan hasil survei yang sama diketahui bahwa kenaikan harga cabe dipicu oleh masa panen yang telah berakhir, penurunan produksi karena sulitnya pematangan buah dan penyakit tanaman akibat tingginya curah hujan, serta penambahan biaya distribusi akibat pengalihan jalur distribusi seiring perbaikan jalan di jalur lintas sumatera. Pasokan utama cabe di Kota Bandar Lampung terpusat di Pasar Pasir Gintung, dimana 70% pasokan cabe di pasar tersebut berasal dari Bandung yang diperoleh dari Pasar Induk Kramat Jati dan 30% pasokan berasal dari lokal, yaitu Kabupaten Tanggamus. Pedagang Besar di Pasar Pasir Gintung menyatakan bahwa dibandingkan bulan November 2010, telah terjadi penurunan pasokan sebesar 10% hingga 15%, sehingga rata-rata pasokan pada bulan Desember 2010 hanya sebesar 10 ton. 2.2 Inflasi Triwulanan (qtq) Secara triwulanan inflasi Lampung mencapai 2,57% (qtq) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,39% (qtq). Kelompok bahan makanan masih menjadi penyumbang terbesar bagi inflasi triwulanan, yaitu mencapai 1,03%, diikuti kelompok makanan jadi (0,64%) dan kelompok perumahan (0,48%). Komoditas yang memberikan andil terbesar bagi inflasi triwulanan adalah beras, minyak goreng, daging ayam, cabe merah, rokok kretek, biaya tempat tinggal, dan emas perhiasan. Selain dipicu oleh kondisi gangguan supply, beberapa komoditas tersebut juga mengalami tekanan akibat 22

39 bahan makanan makanan jadi perumahan sandang kesehatan pendiidkan transportasi Perkembangan Inflasi kenaikan harga di pasar dunia. Kenaikan harga emas dunia yang mencapai 9,45% (qtq) atau menjadi sebesar $1.392/OZ telah memicu pergerakan harga emas lokal sebesar 4,17% (qtq) atau menjadi Rp /gram. Sedangkan kenaikan harga CPO dunia menuju level US$1.168/metric ton diprediksi telah mendorong kenaikan harga minyak goreng di tingkat lokal sebesar 9,52% (qtq) atau menjadi Rp11.500/kg Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan tiap Kelompok Pengeluaran (%, qtq) Trw III Trw IV Sumber: BPS Provinsi Lampung 2.3 Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan, inflasi Lampung pada triwulan IV-2010 mencapai 9,95% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan inflasi triwulan III-2010 sebesar 6,92% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai 6,96 % (yoy). Secara nasional, Lampung menempati urutan ke-5 tertinggi dari 66 kota, sedangkan di wilayah Sumatera inflasi Lampung berada pada urutan ke-3 tertinggi dari 16 kota. Seluruh kelompok pengeluaran secara tahunan mengalami kenaikan harga. Inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi yang mencapai 16,65% (yoy), diikuti kelompok bahan makanan sebesar 12,83% (yoy), dan kelompok sandang sebesar 8,69% (yoy). Gangguan di sisi supply komoditas pangan menjadikan kelompok bahan makanan menjadi penyumbang terbesar bagi inflasi tahun Sumbangan inflasi kelompok bahan makanan mencapai 3,85%, meningkat cukup tinggi dibandingkan andil inflasi kelompok bahan makanan pada tahun 2009 sebesar 0,99%. Berdasarkan survei pemantauan harga Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung, sejumlah komoditas pangan pokok pada tahun 2010 mengalami peningkatan 23

40 Perkembangan Inflasi harga yang tinggi dibandingkan tahun Harga beras asalan meningkat 45% (yoy), harga minyak goreng tanpa merk meningkat 44% (yoy), harga daging sapi dan ayam meningkat 17-18% (yoy), harga cabe melonjak hingga 170% (yoy), sedangkan harga komoditas hasil laut meningkat hampir 50% (yoy). Pada kelompok makanan jadi, sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami kenaikan harga yang signifikan, yaitu mencapai 24,06% (yoy). Perubahan kebijakan harga pada sebagian besar komoditas administered pada subkelompok ini menyebabkan sumbangan inflasi kelompok ini mengalami peningkatan menjadi 2,80% dari 1,98% pada tahun 2009, atau menjadi penyumbang kedua terbesar bagi inflasi tahun 2010 setelah kelompok bahan makanan. Sementara itu, sumbangan terbesar ketiga bagi inflasi tahun 2010 terjadi pada kelompok perumahan yang mencapai 1,64%. Hal ini didorong oleh andil inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air yang masing-masing mencapai 0,94% dan 0,58%. Peningkatan TDL, pemberlakuan harga keekonomian minyak tanah, serta kebijakan peningkatan harga tarif air minum pada tahun 2010 menjadi pemicu tingginya andil inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Sedangkan inflasi pada sub kelompok biaya tempat tinggal didorong oleh kenaikan harga kontrak rumah dan bahan bangunan. Pada hasil survei pemantauan harga oleh TEH Provinsi Lampung, harga material bangunan seperti semen tercatat mengalami peningkatan sebesar 5% dibandingkan tahun Sumber : BPS Provinsi Lampung 24

41 Perkembangan Inflasi Grafik 2.7 Inflasi Tahunan Kelompok Pengeluaran ( %,yoy) Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Sumber : BPS Provinsi Lampung 3. DISAGREGASI INFLASI Disagregasi inflasi menunjukkan bahwa inflasi komoditas volatile foods mengalami inflasi tertinggi pada tahun 2010, yaitu mencapai 12,93% (yoy), selanjutnya diikuti oleh kelompok administered price yang mencapai 9,55% (yoy) dan kelompok inflasi inti sebesar 8,55% (yoy). Bila dibandingkan tahun 2009, seluruh kelompok menunjukkan pergerakan inflasi yang meningkat cukup signifikan. Inflasi kelompok volatile foods, administered price, dan inflasi inti pada tahun 2009 masing-masing tercatat sebesar 3,79% (yoy), 1,08% (yoy), dan 3,79% (yoy). Sepanjang tahun 2010, beberapa komoditas volatile foods yang mengalami gejolak harga tertinggi dan bertahan tinggi hingga akhir tahun adalah beras, daging sapi, cabe, dan minyak goreng. Pada kelompok inflasi inti, pemicunya adalah kenaikan biaya pendidikan pada tengah semester dan kenaikan harga emas dunia yang diikuti kenaikan harga emas di tingkat lokal. Sementara itu, kenaikan harga kelompok administered diakibatkan oleh kenaikan cukai rokok yang tertransmisikan kepada pergerakan harga rokok filter hampir sepanjang tahun 2010, kenaikan Tarif Dasar Listrik yang berlaku pada awal bulan Juli pada pelanggan listrik dengan daya > 1300 VA, penerapan harga keekonomian minyak tanah, serta kenaikan tarif penyebrangan laut Bakauheni-Merak rata-rata sebesar 20,16% yang berlaku per 15 Desember 2010 berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan. 25

42 Perkembangan Inflasi BOX I. PERSISTENSI INFLASI KOTA BANDAR LAMPUNG (HASIL PENELITIAN) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kestabilan inflasi menjadi target yang sangat penting untuk menunjang pembangunan ekonomi suatu wilayah. Untuk itu, dalam rangka mendukung pengambilan keputusan dalam rangka penetapan kebijakan moneter yang dibuat, Bank Indonesia perlu menggali dan memahami faktor yang menjadi penyebab inflasi. economic analogue of inertia in physics whichs is defined as the resistance of a body to changing its velocity. Dengan demikian, lamanya perubahan harga atas suatu komoditas tergantung dari perilaku pelaku usaha dalam merespon suatu fenomena ekonomi yang terjadi. Semakin rendah tingkat persistensi inflasi, maka akan semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk stabilisasi inflasi setelah terjadinya shock. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : a. Mengukur tingkat persistensi inflasi di Kota Bandar Lampung dengan membedakan periode pengamatan, yaitu pra dan pasca penerapan ITF; b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi persistensi inflasi; c. Mengetahui tingkat konvergensi inflasi Kota Bandar Lampung dengan inflasi nasional dan kota lainnya. d. Mengetahui implikasi persistensi inflasi daerah terhadap perekonomian daerah dan kebijakan pemerintah daerah. II. METODOLOGI 2.1 Pengukuran Tingkat Persistensi Inflasi Penelitian ini akan menggunakan pendekatan univariate autoregressive (AR) time series model. Pengukuran tingkat persistensi inflasi dilakukan pada : (i) inflasi IHK total (yoy), (ii) inflasi tujuh kelompok barang (yoy), (iii) disagregasi inflasi (yoy), dan (iv) inflasi komoditas terpilih (yoy). Masingmasing data tersebut diestimasi dengan menggunakan sample: (i) seluruh sampel waktu (inflasi tahunan Kota Bandar Lampung dari tahun Januari 2000 s.d Maret 2008), (ii) sebelum penerapan ITF (Januari 2000 s.d Juni 2005), dan (iii) setelah penerapan ITF (Juli 2006 s.d Maret 2008). Untuk melihat secara jelas perbedaan tingkat persistensi inflasi pada kondisi pra dan pasca penerapan ITF, maka dilakukan uji beda dengan Wald Test. 2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Persistensi Inflasi Daerah Untuk mengidentifikasi penyebab persistensi inflasi daerah, pilihan pendekatan yang digunakan adalah model Hybrid New Keynesian Philips Curve. Penyebab persistensi inflasi dilihat berdasarkan perilaku inflasi yang melihat ke depan (forward looking) dan ke belakang (backward looking) serta output gap. Series data yang digunakan adalah dari Januari 2000 s.d Maret

43 Perkembangan Inflasi 2.3 Konvergensi Tingkat Inflasi Antar Daerah Metode yang digunakan untuk melihat tingkat konvergensi antar daerah di Indonesia adalah dengan test unit root menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) terhadap persamaan diferensial inflasi. Series data yang digunakan adalah Januari 2000 s.d Agustus III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Persistensi Inflasi Pengukuran persistensi inflasi pada penelitian ini mengaplikasikan persamaan univariate pada Levin dan Piger (2004), selain itu untuk menguji kestabilan koefisien parameter dalam rangka melihat perubahan tingkat persistensi inflasi seiring dengan berjalannya waktu digunakan metode rolling regression. Melengkapi uji kestabilan dilakukan juga bootstrap. Persistensi inflasi yang dihitung merupakan inflasi tahunan (yoy) yang meliputi : (i) inflasi IHK total (yoy), (ii) inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran (yoy), (iii) inflasi 41 komoditas (yoy) yang berkontribusi besar bagi inflasi tahunan Kota Bandar Lampung (bobot keterwakilan sebesar 51,95%), dan (iv) disagregasi inflasi. Periode pengamatan dibagi ke dalam 3 periode, yaitu (i) seluruh sampel waktu (Januari 2000 s.d Maret 2008), (ii) periode pra itf (Januari 2000 s.d Juni 2005), dan (iii) periode itf (Juli 2005 s.d Maret 2008). Sumber : BPS Provinsi Lampung (diolah) Persistensi Inflasi pada Periode Pengamatan Seluruh Sampel Dalam perhitungan tingkat persistensi, dilakukan uji Quandt Andrew (asumsi break tidak terjadi pada 15% dari kurun waktu awal dan akhir dari data yang diuji) untuk menghindari estimasi yang berlebihan. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa pada inflasi umum, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar, kelompok transportasi, komoditas bensin, angkutan dalam kota, angkutan antar kota, dan solar terdapat structural break. Hal ini terkait dengan kenaikan harga BBM subsidi pada tahun 2005.Secara umum, hasil uji pada periode pengamatan seluruh sampel menunjukkan bahwa derajat persistensi inflasi Kota Bandar Lampung cukup tinggi, yaitu sebesar 0,89. Kelompok komoditas yang memiliki persistensi inflasi tertinggi secara berturut-turut adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,91) serta kelompok kesehatan (0,90). Dengan mengikuti definisi persistensi inflasi menurut Gujarati (2003), hal ini menunjukkan bahwa 50% shock yang terjadi pada kelompok makanan jadi akan dapat diserap oleh inflasi dalam waktu 10,14 bulan, sedangkan 50% shock lainnya akan diserap secara gradual dan semakin menurun 27

44 Perkembangan Inflasi hingga dampak shock tersebut mengecil dan mendekati nol. Sejalan dengan hal tersebut, estimasi berikutnya menunjukkan bahwa komoditas rokok kretek dan rokok kretek filter termasuk ke dalam komoditas yang memiliki tingkat persistensi tinggi bersama upah PRT, tarif listrik, sewa rumah, pasir, bawang putih, roti manis, nasi, baju muslim, tarif rumah sakit, lemari pakaian, beras, kayu balok, gula pasir, gas elpiji, emas, solar, bensin, dan minyak tanah. Sebagian besar komoditas yang memiliki tingkat persistensi tinggi adalah kelompok administered price. Hal ini diakibatkan karena penyesuaian harga administered tidak dilakukan secara regular dan tidak secara dinamis mengikuti tarikan permintaan dan penawaran barang di pasar (terjadi pada BBM, tarif listrik, gas, minyak tanah, dan rokok kretek) Sebelum dan Selama Penerapan ITF Setelah dilakukan Uji Wald hasilnya menunjukkan bahwa persistensi inflasi umum baik sebelum maupun sesudah penerapan ITF tidak berbeda. Hasil survei manufaktur mengkonfirmasi estimasi ini. 3.2 Faktor Penyebab Inflasi Kota Bandar Lampung Hasil estimasi model hybrid NKPC menunjukkan bahwa perilaku inflasi di Bandar Lampung pada periode tersebut bersifat forward looking dan backward looking. Hal ini terkonfirmasi oleh hasil survei manufaktur (2009). Namun demikian, koefisien backward looking masih lebih besar dibandingkan forward looking. Sementara itu, hasil estimasi juga menunjukkan bahwa variabel outgap yang diestimasi dengan HP Filter menunjukkan hasil yang tidak signifikan. 3.3 Konvergensi Inflasi Bandar Lampung dengan Jakarta dan Riau berada pada tingkat konvergensi terendah, yaitu sebesar 0,14. Konvergensi inflasi Bandar Lampung terbesar adalah dengan Bengkulu, yaitu sebesar 0,31. Sementara itu, tingkat konvergensi inflasi Bandar Lampung dengan inflasi nasional hanya sebesar 0,17. Bahkan bila dibandingkan dengan target inflasi nasional, tingkat konvergensi yang terjadi cukup rendah, yaitu hanya sebesar 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak seluruh pelaku usaha menggunakan angka target inflasi nasional dalam pembentukan harga yang terjadi (sesuai hasil survei manufaktur tahun 2009) Tingkat Konvergensi Pra dan Pasca Penerapan ITF Hasil NKPC Hybrid NKPC Variabel Coef Prob. Independen L F OG Konstanta R-sq Tingkat konvergensi inflasi Kota Bandar Lampung mengalami penurunan pasca penerapan ITF. Pasca penerapan ITF, tingkat konvergensi terendah terjadi antara inflasi Bandar Lampung dengan Palembang dan Jawa Timur, sedangkan tingkat konvergensi yang tertinggi terjadi pada inflasi Bandar Lampung dengan Bengkulu dan Jawa Barat. 28

45 Perkembangan Inflasi Tingkat Konvergensi Inflasi Bandar Lampung Keterangan Tingkat Konvergensi ( r ) Seluruh Sample Pra ITF Penerapan ITF 2000 : : : : : : 8 Bd.Lampung-Nasional Bd.Lampung-Bengkulu Bd.Lampung-Jakarta Bd.Lampung-Jawa Barat Bd.Lampung-Riau Bd.Lampung-Palembang Bd.Lampung-Jawa Timur Implikasi Persistensi Inflasi terhadap Perekonomian Daerah dan Kebijakan Pemerintah Daerah Dampak inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dilihat menggunakan uji Granger Causality. Berdasarkan tes Augmented Dickey Fuller, diperoleh derajat integrasi kedua variabel pada tingkat level. Dengan pengujian lebih lanjut juga diperoleh lag optimum pengujian kedua variabel ( lag 4 dan lag 3). Uji Granger Causality dengan lag 4 menunjukkan bahwa inflasi dan PDRB tidak saling mempengaruhi. Sementara itu, bila menggunakan lag 3 diperoleh bahwa variabel inflasi secara signifikan mempengaruhi PDRB dengan tingkat keyakinan sebesar 96,22%. Namun, pengujian secara kuantitatif untuk melihat hubungan antara variabel tidak dilakukan. Secara teoritis, hubungan antara PDRB dan Inflasi adalah berbanding terbalik. Pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan peningkatan pendapatan yang memicu kenaikan terhadap permintaan sejumlah barang dan jasa. Hal inilah yang akan memberikan pengaruh terhadap kenaikan harga (inflasi). Hasil Uji Granger Causality Lags: 3 Null Hypothesis: Obs Prob. PDRB does not Granger Cause INFLASI INFLASI does not Granger Cause PDRB IV. REKOMENDASI KEBIJAKAN Persistensi inflasi Lampung tergolong tinggi, dibutuhkan waktu selama 8,09 bulan untuk inflasi umum dapat kembali ke rata-ratanya setelah terjadi shock dalam perekonomian. Berdasarkan historisnya, shock terbesar terjadi akibat gangguan supply komoditas dan adanya gejolak pada harga administered goods yang berimplikasi pada harga bahan pokok lainnya. Dalam rangka meredam gangguan supply dan meminimalisir dampak kenaikan harga administered goods, hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah maupun pihak terkait adalah : a. Pengembangan komoditas bahan pangan pokok lokal dan mengatur tataniaga komoditas tersebut. Beberapa komoditas pangan pokok yang perlu diantisipasi kelangkaannya segera adalah beras, bawang merah, cabe, daging, dan kacang-kacangan (beberapa komoditas yang defisit berdasarkan data BKPD Provinsi Lampung). b. Perbaikan sarana dan prasarana tataniaga berupa jalan dan pelabuhan. Selain dapat berguna untuk menstabilkan harga komoditas volatile, investasi fisik tersebut juga berdampak untuk meringankan cost pelaku usaha ketika terjadi perubahan harga komoditas administered. 29

46 Perkembangan Perbankan BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN Kinerja perbankan selama triwulan IV-2010 menunjukkan pergerakan ke arah membaik. Indikator berupa aset, DPK, serta kredit menunjukkan bahwa meningkatnya aktivitas perbankan sejalan dengan relatif stabilnya kondisi perekonomian Lampung. Aset tumbuh sebesar 4,28% (qtq) atau 48,08% (yoy) dengan pertumbuhan triwulanan pada Bank Umum dan BPR masing-masing sebesar 4,1% (qtq) dan 6,3% (qtq), serta pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 52,62% (yoy) dan 16,91% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat mengalami peningkatan sebesar 4,26% (qtq) atau 14,31% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 14,64% (qtq) atau 19,9% (yoy), sementara simpanan berjenis giro dan deposito turun masing-masing sebesar 9,97% (qtq) dan 0,94% (qtq), namun meningkat sebesar 12,73% (yoy) atau 7,63% (yoy) dibanding triwulan IV Penurunan giro terjadi pada giro Pemerintah Daerah dengan persentase mencapai 51,3%, yang disinyalir terjadi akibat pencairan dana APBD-P guna membiayai proyek fisik infrastruktur. No Uraian Trw IV-2009 (miliar Rp) Tabel 3.1 Aset Perbankan Trw III-2010 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV-2010 Pangsa qtq yoy A Jenis Bank 24, , , ,00% 4.3% 48.1% 1 Bank Umum 21, , , % 4.1% 52.6% 2 BPR 3, , , % 6.3% 16.9% B Jenis Usaha Bank 24, , , ,00% 4.3% 48.1% 1 Konvensional 23, , , % 4.0% 47.0% 2 Syariah , , % 11.5% 86.4% Sumber: LBU dan LBUS No Uraian Posisi (miliar Rp) Pangsa qtq yoy A Jenis Bank 15, , , % 4.26% 21.79% 1 Bank Umum 13, , , % 3.88% 19.83% 2 BPR 1, , , % 6.86% 37.09% B Jenis Usaha Bank 15, , , % 4.26% 21.79% 1 Konvensional 15, , , % 3.62% 20.49% 2 Syariah % 24.66% 70.96% C Jenis Simpanan 16, , , % 4.26% 14.31% 1 Giro 2, , , % -9.97% 12.73% 2 Tabungan 7, , , % 14.64% 19.90% 3 Deposito 5, , , % -0.94% 7.63% Sumber: LBU dan LBUS Trw IV 2009 (miliar Rp) Tabel 3.2 DPK Perbankan Trw III 2010 (miliar Rp) Trw IV

47 Perkembangan Perbankan Pada indikator berupa penyaluran kredit perbankan, terjadi peningkatan sebesar 3,08% (qtq) dan 18,91% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan sebesar 2,12% (qtq) pada kredit modal kerja mengindikasikan aktifnya kegiatan produksi selama triwulan laporan. Kondisi ini juga sejalan dengan data impor dimana terjadi peningkatan impor barang modal secara signifikan mencapai 167% (qtq). Berdasarkan sektor ekonomi, kredit mayoritas ditujukan kepada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) setelah sektor lain-lain, meskipun nilai kredit sektor PHR tersebut turun 0,54% (qtq). Pada sektor konstruksi, terjadi penurunan kredit dibanding triwulan lalu, yang disinyalir akibat kenaikan harga properti sebagaimana dinyatakan dalam Survei Harga Properti Residensial, dari indeks harga 161,76 pada triwulan III-2010 menjadi 161,94 di triwulan laporan. Berdasarkan hasil Survei Kredit Perbankan yang dilakukan Bank Indonesia Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa membaiknya prospek usaha nasabah terutama pada sektor industri, jasa umum, dan lain-lain, menjadi alasan terjadinya peningkatan kredit perbankan selama triwulan laporan. Kondisi perbankan yang memiliki permodalan cukup juga membuat responden survei (yaitu perbankan Lampung) meningkatkan penyaluran kreditnya. No Uraian Trw IV 2009 (miliar Rp) Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Perbankan Trw III 2010 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV Pangsa qtq % yoy % A Jenis Bank 17, , , % 3.08% 21.85% 1 Bank Umum 15, , , % 3.09% 21.42% 2 BPR 2, , , % 2.99% 24.68% Jenis B Penggunaan 17, , , % 3.08% 21.85% 1 Modal Kerja 8, , , % 2.12% 21.53% 2 Investasi 2, , , % -5.34% 35.75% 3 Konsumsi 6, , , % 9.35% 16.45% C Sektor Ekonomi 17, , , % 3.08% 21.85% 1 Pertanian 2, , , % -8.69% -3.62% 2 Pertambangan % 13.86% % 3 Industri 1, , , % 9.51% 12.64% 4 Listrik % 54.21% 21.54% 5 Konstruksi % % 4.78% 6 Perdagangan 5, , , % -0.54% 6.82% 7 Angkutan % 20.31% 58.16% 8 Jasa Umum % 8.20% 52.18% 9 Jasa Sosial , % % % 10 Lain-lain 6, , , % 11.67% 34.06% Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih rendah dibanding pertumbuhan penghimpunan DPK membuat indikator intermediasi perbankan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) turun dari 115,28% pada triwulan III-2010 menjadi 113,98% pada triwulan laporan. 31

48 Jan-08 Feb-08 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Perkembangan Perbankan Meski menurun, kualitas penyaluran kredit perbankan tetap terjaga, hal ini tampak dari rasio Non Performing Loan (NPL) Perbankan yang turun dari 3,19% menjadi 2,88% (qtq) Grafik 3.1 NPL Perbankan (%) Grafik 3.2 LDR Perbankan di Lampung (%) Sumber: LBU dan LBUS 2. BANK UMUM 2.1. Kelembagaan Bank Umum Jumlah Bank Umum di wilayah kerja Bank Indonesia Bandar Lampung tercatat berjumlah 32 bank. Adapun rinciannya adalah 1 Bank Pembangunan Daerah, 4 Bank Persero, dan 27 Bank Umum Swasta Nasional dengan 4 diantaranya beroperasi secara syariah dan 1 bank konvensional yang memiliki kantor cabang Syariah. Adapun jumlah kantor cabang (KC) bank umum sebanyak 49 unit yang tersebar di Bandar Lampung (36 unit), Metro (2 unit), Lampung Tengah (4 unit), Lampung Selatan (1 unit), Lampung Utara (4 unit), Tanggamus (1 unit), dan luar provinsi Lampung (1 unit). Penambahan jumlah KC sebanyak 1 bank (qtq) terdapat di Bandar Lampung. Dalam hal mesin ATM, terdapat 306 unit ATM yang tersebar di seluruh wilayah lampung dengan 206 buah diantaranya berada di Bandar Lampung. 32

49 Perkembangan Perbankan Tabel 3.4 Jumlah Kantor dan ATM Bank Umum di Provinsi Lampung per Desember 2010 No Lokasi KP KC KCP KK KU/KF PP KM ATM 1 Bandar Lampung Metro Lampung Tengah Lampung Selatan Lampung Utara Lampung Timur Lampung Barat Tanggamus Tulangbawang Way Kanan Pringsewu Pesawaran 2 13 Luar Provinsi Lampung 1 1 Jumlah Sumber: LBU dan LBUS 2.2 Perkembangan Aset Bank Umum Perkembangan kinerja perbankan disumbang oleh perbaikan pada indikator pada bank umum. Aset tumbuh 4,06% (qtq) atau 52,62% (yoy), dimana Bank Umum Konvensional (BUK) tumbuh sebesar 3,81% (qtq) dan 51,5% (yoy) atau senilai Rp31,34 triliun. Sedangkan aset Bank Umum Syariah (BUS) tumbuh sebesar 11,69% (qtq) dan 92,06% (yoy) atau menjadi Rp1,12 triliun pada akhir triwulan IV Pertumbuhan aset BUS yang sangat signifikan tersebut mengindikasikan apresiasi masyarakat yang cukup tinggi terhadap industri perbankan syariah. Berdirinya sebuah Kantor Cabang Pembantu (KCP) bank umum syariah Tulang Bawang 0.29% Tanggamus 1.45% diprediksi mampu menambah geliat bank umum syariah di Lampung. Menurut wilayah kerja, aset Bank Umum di Bandar Lampung memiliki pangsa sebesar 85,8% dengan nilai sebesar Rp27,86 triliun atau meningkat dibanding triwulan III yang bernilai Rp26,77 triliun. Lampung Utara memiliki aset sebesar Rp1,98 triliun atau tumbuh 5,98% (qtq). Kemudian Metro dengan nilai Rp1,09 triliun atau tumbuh 0,79% (qtq), Lampung Tengah sebesar Rp867,9 miliar atau tumbuh 1,92% (qtq), Tanggamus sebesar Rp471,9 miliar atau tumbuh 10,48%, Tulang Bawang sebesar Rp95,51 miliar atau tumbuh 13,61% (qtq), dan Lampung Selatan sebesar Rp103,1 miliar atau turun 9,3% (qtq). Berdasarkan Wilayah Kerja Lampung Lampung Tengah Selatan 2.67% 0.32% Lampung Utara 6.10% Grafik 3.3 Porsi Aset Bank Umum Bandar Lampung 85.80% Sumber : LBU dan LBUS Metro 3.36% 33

50 Perkembangan Perbankan Pada aktiva produktif, terjadi pertumbuhan sebesar 5,03% (qtq), dari Rp19,2 triliun menjadi Rp20,17 triliun. Peningkatan tersebut terutama disumbang oleh pemberian kredit yang tumbuh sebesar 3,09% (qtq) dengan pangsa 93,9%, serta penempatan pada bank lain yang tumbuh signifikan mencapai 58,99% (qtq). Indikator berupa pendanaan bank umum menunjukkan adanya pergerakan ke arah meningkat, yaitu sebesar 8,02% (qtq) dari Rp16,86 triliun menjadi Rp18,54 triliun (qtq). Sumber utama pendanaan berasal dari Dana Pihak Ketiga dengan pangsa mencapai 90,4%. Sementara itu, indikator berupa Alat likuid juga menunjukkan peningkatan sebesar 0,43% (qtq), dari Rp959,91 miliar menjadi Rp964,04 miliar (qtq). Komponen alat likuid berupa kas tumbuh positif sebesar 0,24% (qtq). Begitu pula dengan komponen berupa giro pada bank lain tumbuh sebesar 5,64% (qtq). Dari kedua indikator tersebut (pendanaan dan alat likuid), dapat disimpulkan bahwa selama triwulan laporan terjadi penurunan rasio likuiditas dari 5,59% menjadi 5,2% (qtq), yang terindikasi dari pertumbuhan pendanaan yang melampaui pertumbuhan alat likuid. Hal tersebut mengindikasikan rasio likuiditas bank umum di Lampung selama triwulan laporan sedikit melemah. No Posisi (miliar Rp) Pangsa qtq A Aset 21, , , B Pendanaan 16, , , Dana Pihak Ketiga 14, , , Kewajiban kepada bank lain 1, , Pinjaman yang Diterima & Setoran Jaminan Surat Berharga yang Diterbitkan C Aktiva Produktif 16, , , Kredit yang Diberikan 16, , , Penempatan pada Bank Indonesia (SBI) Surat Berharga dan Tagihan Lainnya Penempatan pada bank lain , D Alat Likuid Kas Giro pada bank lain Tabungan pada bank lain E Laba / Rugi , F Kinerja (%) Uraian Tabel 3.5 Indikator Bank Umum Trw IV-2009 (miliar Rp) Trw III-2010 (miliar Rp) 1 Akt.Produktif/Total Aset (%) = (C)/(A) Rasio Likuiditas (%) = (D)/(B) Rasio Rentabilitas (%) = (E)/(A) LDR (%) = (C1)/(B1) BO/PO Trw IV-2010 Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 34

51 Perkembangan Perbankan Dari sisi perolehan laba, terdapat penurunan sebesar 23,33% (qtq). Rasio BOPO juga menunjukkan trend menurun, dari 64,8% menjadi 60,1% (qtq). Kondisi ini mengindikasikan upaya bank umum dalam melakukan efisiensi usaha, meski harus mengurangi laba perusahaan. Sementara itu, indikator berupa rasio rentabilitas yang dicerminkan dalam return on asset (ROA) menunjukkan kondisi penurunan dari 3,89% menjadi 2,87% (qtq). Hal ini berarti kemampuan bank untuk menghasilkan keuntungan melemah. 2.3 Perkembangan Dana Masyarakat Bank Umum Dari sisi penghimpunan dana, nilai DPK Bank Umum pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 3,88% (qtq) dan 12,89% (yoy). Berdasarkan jenis simpanan, tabungan menunjukkan peningkatan yang mencapai 14,99% (qtq) dan 20,25% (yoy). Sementara itu, simpanan dalam bentuk giro dan deposito mengalami penurunan masing-masing sebesar 9,97% (qtq) dan 4,23% (qtq) diprediksi akibat pencairan dana untuk membiayai proyek APBD. Meski demikian, pertumbuhan kedua jenis simpanan tersebut secara tahunan meningkat masing-masing sebesar 12,73% (yoy) dan 0,11% (yoy). Tabel 3.6 DPK Bank Umum No Uraian Trw IV 2009 (miliar Rp) Trw III 2010 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV-2010 Pangsa qtq % yoy % A Jenis Simpanan 14, , , % 3.88% 12.89% 1 Giro 2, , , % -9.97% 12.73% 2 Tabungan 7, , , % 14.99% 20.25% 3 Deposito 4, , , % -4.23% 0.11% B Jenis Usaha Bank 14, , , % 3.88% 12.89% 1 Konvensional 14, , , % 3.16% 11.67% 2 Syariah % 25.32% 53.43% Sumber: LBU dan LBUS Menurut wilayah kerjanya, dari total DPK sebesar Rp16,75 triliun, penghimpunan DPK bank umum di kota Bandar Lampung mencapai Rp13,69 triliun atau berpangsa 81,76%. Nilai ini tumbuh 5,85% dibanding triwulan III Dua wilayah lain (Tanggamus, Tulang Bawang) juga mengalami pertumbuhan DPK, sedangkan 4 wilayah (Metro, Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Lampung Utara) mengalami penurunan DPK masing-masing sebesar 2,76% (qtq), 10,71% (qtq), 31,64% (qtq), dan 2,91% (qtq). 35

52 Perkembangan Perbankan Grafik 3.4 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja Lampung Tengah 3.6% Lampung Utara 7.6% Tulang Bawang 0.5% Lampung Selatan 0.4% Metro 4.2% Tanggamus 1.9% Bandar Lampung 81.8% 2.4. Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum Dari sisi penyaluran kredit, terjadi pertumbuhan baik secara triwulanan maupun tahunan. Secara triwulanan, pertumbuhan kredit terjadi untuk keperluan modal kerja maupun konsumsi, sehubungan dengan peningkatan aktivitas pada beberapa sektor ekonomi (pertambangan, industri, listrik, serta pengangkutan) selama triwulan laporan, maupun akibat momen Hari Raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru yang mendorong aktivitas konsumsi masyarakat. Sedangkan jika diamati secara tahunan, pertumbuhan positif terjadi pada ketiga jenis penggunaan, dan delapan sektor ekonomi kecuali sektor pertanian dan konstruksi. Melemahnya kredit sektor pertanian sebesar 0,4% (yoy) disinyalir terjadi akibat menurunnya produksi komoditas pertanian sehubungan dengan cuaca ekstrim yang terjadi di hampir sepanjang tahun Sedangkan penurunan kredit konstruksi, menurut hasil liaison Bank Indonesia, disinyalir akibat keengganan perbankan dalam menyalurkan kredit yang bunganya bersubsidi, padahal permintaan kredit rumah bersubsidi sangat besar. Menurut lokasi wilayah kerja, penyaluran kredit Bank Umum sebagian besar terdapat di Bandar Lampung, dengan pangsa sebesar 81,02%, diikuti kemudian oleh Lampung Utara yang memiliki pangsa sebesar 7,15% atau senilai Rp1,35 triliun. 36

53 Perkembangan Perbankan Tabel 3.7 Kredit Bank Umum No Uraian Trw IV 2009 (miliar Rp) Trw III 2010 (miliar Rp) Posisi (miliar Rp) Trw IV-2010 Pangsa qtq yoy A Jenis Usaha Bank 16, , , % 3.09% 17.76% 1 Konvensional 15, , , % 2.48% 15.74% 2 Syariah % 16.87% 78.94% B Jenis Penggunaan 16, , , % 3.09% 17.76% 1 Modal Kerja 8, , , % 2.53% 22.76% 2 Investasi 2, , , % -5.17% 25.19% 3 Konsumsi 5, , , % 10.70% 5.50% C Sektor Ekonomi 16, , , % 3.09% 17.76% 1 Pertanian 2, , , % -7.64% -0.40% 2 Pertambangan % 13.86% 81.97% 3 Industri 1, , , % 9.25% 8.37% 4 Listrik % 54.21% 25.53% 5 Konstruksi % % % 6 Perdagangan 5, , , % 0.56% 5.87% 7 Angkutan % 20.31% 45.60% 8 Jasa Umum % 11.52% 39.47% 9 Jasa Sosial , % % % 10 Lain-lain 5, , , % 12.47% 28.27% Sumber: LBU dan LBUS Tabel 3.8 Penyaluran Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja (dalam juta Rp) Kabupaten/Kota Nilai Bandar Lampung 15,350, Metro 936, Lampung Utara 1,354, Tulang Bawang 92, Lampung Tengah 713, Lampung Selatan 94, Tanggamus 403, TOTAL 18,946, Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.5. Kualitas Kredit Meningkatnya penyaluran kredit diimbangi dengan perbaikan Kualitas kredit. Hal ini tampak dari indikator Non Performing Loan yang turun dari 3,34% pada triwulan III-2010 menjadi 3,04% di triwulan laporan. Bank Umum Konvensional (BUK) maupun Bank Umum Syariah (BUS) mengalami penurunan rasio NPL dibanding triwulan III-2010, sedangkan jika dibandingkan dengan akhir 2009, rasio NPL BUS sedikit mengalami peningkatan dari 1,47% menjadi 1,68%. 37

54 Mar- 08 Jun-08 Sep- 08 Dec- 08 Mar- 09 Jun-09 Sep- 09 Dec- 09 Mar- 10 Jun-10 Sept- 10 Des- 10 Mar- 08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar- 09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar- 10 Jun-10 Sept- 10 Des-10 Perkembangan Perbankan Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum (%) Sumber: LBU dan LBUS % 10.0 BUK Grafik 3.6 Perkembangan NPL Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah BUS (%) Sumber: LBU dan LBUS 2.6 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Pada suku bunga simpanan, terjadi peningkatan suku bunga tabungan dari 1,55% menjadi 1,56% (qtq). Begitu pula dengan suku bunga deposito yang meningkat dari 5,59% menjadi 5,75% (qtq). Diamati lebih rinci, rata-rata suku bunga deposito berjangka 3 bulan mengalami peningkatan dari 6,07% menjadi 6,64% (qtq), sedangkan suku bunga deposito jangka waktu lainnya mengalami penurunan. Sementara pada suku bunga pinjaman terjadi peningkatan dari 14,07% menjadi 14,9% (qtq). Kondisi tersebut membuat spread suku bunga bank umum ikut meningkat, dari 8% pada triwulan III-2010 menjadi 8,6% di triwulan laporan. Kondisi tersebut mengindikasikan kemampuan yang lebih besar bagi bank umum untuk memupuk laba, namun diharapkan tetap mempertahankan efisiensi usaha. 38

55 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sept-10 Des-10 Perkembangan Perbankan 7.00 Grafik 3.7 Perkembangan Suku Bunga Deposito Bank Umum (%) 20 Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga dan Spread Suku Bunga Bank Umum (%) Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 Rata-rata 1 bulan 3 bulan 12 bulan 6 bulan 24 bulan 0 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Des-10 kredit simpanan spread Sumber: LBU dan LBUS 2.7 Intermediasi Perbankan Bank Umum: LDR dan Kredit Baru Pertumbuhan DPK yang melampaui pertumbuhan kredit membuat rasio LDR (Loan To Deposit Ratio) bank umum turun dari 113,99% pada triwulan III-2010 menjadi 113,12 di triwulan laporan. Meski begitu, realisasi kredit baru tumbuh hingga 81,76% (qtq). Berdasarkan wilayah kerja, kota Metro memiliki rasio LDR tertinggi mencapai 131,7%, meningkat dibanding triwulan III-2010 yang sebesar 128,24%. Sedangkan rasio LDR Bank Umum terendah terdapat di wilayah Lampung Utara yang tercatat sebesar 106,73%, meningkat dibanding triwulan III senilai 101,61%. Miliar Rp Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Bank Umum % 1,600 1,400 1,200 1, Realisasi Kredit baru LDR-axis kanan Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 39

56 Miliar Rp Perkembangan Perbankan Grafik 3.10 Tingkat Intermediasi Bank Umum Berdasarkan Wilayah Kerja (dalam %) Metro Bandar Lampung Tanggamus LDR Tulang Lampung Bawang Utara NPL (axis kanan) Lampung Tengah Lampung Selatan Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 2.8. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Menurut plafon, penyaluran kredit mikro, kecil, menengah tumbuh sebesar 4,37% (qtq) atau 8,87% (yoy). Pertumbuhan triwulanan terjadi pada kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing sebesar 3,45% (qtq) dan 14,72% (qtq). Sementara itu pertumbuhan tahunan dialami oleh kredit modal kerja serta kredit investasi masing-masing sebesar 11,6% (yoy) dan 104,4% (yoy). Dari sisi pangsa, kredit modal kerja berpangsa 47,42%, diikuti kemudian oleh kredit konsumsi (37,68%) dan kredit investasi (14,91%). 14,000 Grafik 3.11 Pertumbuhan Kredit Mikro Kecil Menengah 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Mar 08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Konsumsi 3,430 3,802 4,130 4,029 4,300 4,663 4,856 5,034 4,700 4,750 4,257 4,884 Investasi ,012 1,087 1,216 1,234 2,019 2,222 1,932 Modal kerja 3,307 3,871 4,052 4,331 4,791 5,143 5,323 5,655 5,292 6,034 5,941 6,146 Sumber: LBU dan LBUS 40

57 Perkembangan Perbankan Grafik 3.12 Penyaluran Kredit MKM Berdasarkan 1% Wilayah Kerja 4% 5% 9% 1% Metro 2% Bandar Lampung Tanggamus Tulang Bawang 78% Lampung Utara Lampung Tengah Lampung Selatan umber : LBU dan LBUS Penyaluran kredit MKM paling besar terjadi di wilayah Bandar Lampung dengan pangsa sebesar 78% atau senilai Rp 10,13 triliun. Nilai ini meningkat 5,14% dibanding triwulan III Sementara itu, wilayah yang paling sedikit penyaluran kredit MKM nya adalah Tulang Bawang dengan pangsa sebesar 0,69% atau senilai Rp89,6 miliar. Meski demikian, pertumbuhan kredit MKM di Tulang Bawang ini paling besar dibanding wilayah Lampung lainnya yaitu 14,44% (qtq). Kegiatan intermediasi perbankan juga dilakukan pada instrumen selain kredit reguler. Pemerintah memiliki program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dimana pengusaha sektor MKM dapat memperoleh kredit modal kerja maupun kredit investasi melalui instrumen kredit ini. Secara total, baki debet KUR pada triwulan laporan tumbuh hingga 24,5% dari Rp385,07 miliar menjadi Rp479,3 miliar (qtq). Begitu pula dengan jumlah debitur yang mengalami peningkatan dari nasabah menjadi nasabah (qtq). Penyaluran KUR untuk kebutuhan modal kerja mencapai 87,5% dengan pertumbuhan sebesar 21,92% (qtq). Pertumbuhan kredit tersebut diperkirakan ditujukan terutama untuk sektor pertanian dimana sektor tersebut tumbuh sebesar 24,96% sehubungan dengan musim tanam yang terjadi di akhir triwulan laporan. Pada kredit investasi, meski hanya memiliki pangsa sebesar 12,5%, namun pertumbuhannya mencapai 45,8% (qtq). Diamati berdasarkan sektor ekonomi, baki debet KUR tumbuh positif secara triwulanan pada sektor pertanian, perdagangan, pengangkutan, jasa dunia usaha, serta lain-lain masingmasing sebesar 24,96%, 27,29%, 79,27%, 7,38%, dan 3,22% (qtq). Sementara itu sektor industri, dan jasa sosial mengalami penurunan baki debet masing-masing sebesar 19,16%, dan 4,72% (qtq). Berdasarkan plafon Kredit Usaha Rakyat, terjadi pertumbuhan sebesar 22,9% (qtq) dari Rp442,4 miliar menjadi Rp543,49 miliar (qtq). Peningkatan plafon tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan sebesar 30,6%, namun pangsa plafon tertinggi didominasi oleh sektor pertanian sebesar 65,8% dengan pertumbuhan sebesar 25,4% (qtq). 41

58 Jan Feb Mar Apr May Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Perkembangan Perbankan 600, ,000 Grafik 3.13 Perkembangan KUR (juta Rp) plafon baki debet 200, Sumber : Bank Indonesia 3. BANK PERKREDITAN RAKYAT Industri BPR membukukan kinerja yang menggembirakan Indikator berupa aset, DPK, dan penyaluran kredit menunjukkan perkembangan ke arah meningkat dengan pertumbuhan masing-masing mencapai 6,3% (qtq), 6,86% (qtq), dan 26,85% (qtq). Demikian halnya dengan kualitas kredit yang terindikasi dari penurunan rasio NPL dari 2,19% menjadi 1,8% (qtq). Posisi BPR di Provinsi Lampung dibanding Nasional Menurut data Statistik Perbankan Indonesia, total aset BPR di Indonesia hingga bulan November 2010 mencapai Rp44,73 triliun, tumbuh 4,42% dibanding akhir September Dari 33 Provinsi yang ada, aset BPR Lampung menempati urutan ke-4 setelah Jawa Tengah (Rp10,70 triliun), Jawa Barat (Rp8,4 triliun), dan Jawa Timur (Rp5,52 triliun). Kondisi ini mengindikasikan bahwa industri BPR di Lampung cukup baik perkembangannya dibanding wilayah lain di Indonesia. Perkembangan Kelembagaan BPR Hingga akhir triwulan IV-2010, jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Lampung sebanyak 27 buah. Dari total tersebut, sebanyak 12 BPR berkantor pusat di Bandar Lampung, 3 BPR di Metro, 4 BPR di Lampung Tengah, 3 BPR di Lampung Selatan, 1 BPR di Lampung Utara, 2 BPR di Lampung Timur, 1 BPR di Tanggamus, dan 1 BPR di Tulangbawang. Untuk mendukung operasional BPR, terdapat 5 unit mesin ATM yang tersebar di Bandar Lampung, Metro, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Lampung Timur. 42

59 Perkembangan Perbankan Perkembangan Aset dan DPK BPR Aset BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp3,62 triliun atau tumbuh 6,3% (qtq). Begitu pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 6,86% (qtq) dan 25,03% (yoy), dimana simpanan berjangka memiliki pangsa sebesar 83,67%. Pada BPR Konvensional, pangsa simpanan berjangka mencapai 84,33%. Sedangkan pada BPR Syariah, pangsanya lebih rendah dibanding tabungan, yaitu 40,16%. Tabel 3.9 Asset & DPK BPR No Uraian Trw IV 2009 (miliar Rp) Trw III 2010 (miliar Rp) Trw IV-2010 Posisi qtq (miliar Rp) yoy A Asset 3, , , % 16.91% B DPK 1, , , % 25.03% 1 Konvensional 1, , , % 24.79% 2 Syariah % 43.86% B Jenis DPK 1, , , % 25.03% 1 Tabungan % 12.53% 2 Simpanan Berjangka 1, , , % 27.80% Sumber: LBU dan LBUS Perkembangan Kredit BPR dan Kualitas Kredit BPR Pada triwulan laporan, penyaluran kredit BPR berjumlah Rp2,95 triliun, meningkat sebesar 2,99% (qtq) dan 26,85% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, sebanyak 70,46% kredit BPR digunakan untuk berkonsumsi, atau sebesar Rp2,08 triliun. Kredit untuk modal kerja berjumlah Rp816,26 miliar, sedangkan kredit investasi tercatat sebesar Rp55,39 miliar. Baik kredit modal kerja maupun kredit investasi masing-masing mengalami penurunan sebesar 2,67% (qtq) dan 15,39% (qtq), sedangkan kredit konsumsi tumbuh sebesar 6,03% (qtq) atau 36,87% (yoy). Meningkatnya pangsa maupun pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi, mengindikasikan bahwa industri BPR di Lampung lebih memilih menyalurkan kreditnya untuk kegiatan konsumtif yang memiliki aspek risiko gagal bayar rendah, dibandingkan dengan sektor produktif yang membutuhkan pengawasan lebih tinggi. Jika diperhatikan menurut sektor ekonomi, penyaluran kredit BPR untuk sektor perdagangan memegang pangsa yang besar, setelah kebutuhan lain-lain. Nominal kredit sektor perdagangan ini sebesar Rp423,14 miliar, atau berpangsa 14,34% dari total kredit BPR di triwulan laporan. 43

60 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Perkembangan Perbankan Grafik 3.14 Perkembangan Kredit BPR (miliar Rp) Sumber: LBU dan LBUS Pertumbuhan kredit BPR tersebut diimbangi dengan peningkatan kualitas kredit. Hal ini terindikasi dari rasio NPL yang turun dari 2,19% menjadi 1,8% (qtq). Non Performing Financing (NPF) BPR Syariah tercatat turun secara signifikan dari 6,85% pada triwulan III-2010 menjadi 2,67% di triwulan laporan. Sementara itu NPL BPR Konvensional juga turun dari 2,1% menjadi 1,78% (qtq). Perkembangan LDR dan L/R Tahun Berjalan Sama seperti pada bank umum, tingkat intermediasi BPR sebagaimana tercermin dalam Loan to Deposit Ratio (LDR) mengalami penurunan sehubungan dengan pertumbuhan kredit yang lebih rendah dari pertumbuhan DPK. Pada triwulan III-2010, rasio LDR tercatat sebesar 124,26% kemudian turun menjadi 119,77% (qtq). Rasio diatas 100 tersebut masih mengindikasikan aktifnya industri BPR dalam memenuhi kebutuhan likuiditas nasabahnya. Pada indikator laba/rugi, selama triwulan laporan BPR tercatat mengalami peningkatan laba hingga 35,29% (qtq), dari Rp128,96 miliar menjadi Rp174,48 miliar pada akhir Dengan kondisi aset yang juga tumbuh positif, membuat nilai Return On Aset (ROA) meningkat dari 3,78% menjadi 4,81% (qtq). Hal ini mengindikasikan kemampuan aset BPR untuk menghasilkan laba selama triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan III Peningkatan laba pada industri BPR hanya dialami oleh BPR konvensional, dimana selama triwulan laporan telah membukukan laba sebesar Rp173,8 miliar atau tumbuh sebesar 36,38% dibanding triwulan sebelumnya. Sebaliknya BPR Syariah justru mengalami penurunan laba hingga 55,8% (qtq) sehubungan dengan peningkatan biaya operasional. 44

61 Mar-08 Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Perkembangan Perbankan 200 Grafik 3.15 Perkembangan LDR BPR (%) Sumber: LBU dan LBUS (diolah) 4. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH Kinerja perbankan syariah di Provinsi Lampung menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini tampak dari indikator berupa aset, DPK, pembiayaan, maupun Non Performing Financing (NPF). Pada aset, terjadi kenaikan sebesar 11,55% (qtq) dan 86,42% (yoy) yang disumbang oleh pertumbuhan pada Bank Umum Syariah (BUS) maupun BPR Syariah (BPRS), namun perbandingan pangsa aset antara BUS dan BPRS masing-masing 92,84% dan 7,16%. Untuk komponen DPK, terjadi peningkatan jumlah nominal simpanan dana di bank berjenis syariah ini. Simpanan berupa tabungan masih mendominasi perolehan DPK yaitu sebesar 49,87% atau senilai Rp348,6 miliar, meski demikian simpanan berjangka tercatat tumbuh signifikan mencapai 35,31% (qtq) atau menjadi Rp210,47 miliar pada akhir triwulan laporan. Sedangkan untuk pembiayaan perbankan syariah, pertumbuhannya mencapai 15,59% (qtq) dan 73,54% (yoy), dengan 63,49% dari total pembiayaan diberikan untuk tujuan modal kerja. Sedangkan berdasarkan sektor ekonomi, pembiayaan terbesar diperuntukkan bagi sektor jasa umum sebesar Rp448,5 miliar dengan pangsa sebesar 46,17%. Sektor besar selanjutnya adalah lain-lain sebesar Rp255,95 miliar dengan pangsa 26,35%, dan perdagangan sebesar Rp147,32 miliar atau berpangsa 15,17%. Pertumbuhan DPK yang melampaui pertumbuhan kredit membuat Financing To Deposit Ratio (FDR) Bank Syariah turun dari 149,87% menjadi 138,97% (qtq), Kondisi ini terjadi pada BUS maupun BPRS. Meski begitu, kualitas kredit perbankan syariah menunjukkan peningkatan, yang terindikasi dari penurunan rasio NPF dari 2,4% menjadi 1,73% (qtq). 45

62 Perkembangan Perbankan Tabel 3.10 Indikator Perbankan Syariah No Uraian Trw IV 2009 (miliar Rp) Trw III 2010 (miliar Rp) Trw IV 2010 Posisi (miliar Rp) Pangsa qtq yoy A Asset - Jenis Bank , , % 11.55% 86.4% 1 BUS , , % 11.69% 92.1% 2 BPRS % 9.77% 35.0% B DPK - Jenis Bank % 24.66% 52.9% 1 BUS % 25.32% 53.4% 2 BPRS % 13.75% 43.9% C Pembiayaan - Jenis Bank % 15.59% 73.5% 1 BUS % 16.87% 78.9% 2 BPRS % -3.33% 12.5% D Pembiayaan - Jenis Penggunaan % 15.59% 73.5% 1 Modal Kerja % 11.17% 71.2% 2 Investasi % 0.56% 51.4% 2 Konsumsi % 38.29% 92.3% Sumber: E LBU NPFdan LBUS 2.18% 2.40% 1.73% F FDR % % % 5. ASESMEN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH Asesmen secara umum terhadap stabilitas sistem keuangan daerah dilakukan guna melihat potensi sumber-sumber risiko keuangan daerah yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan di daerah. Asesmen yang dilakukan menyimpulkan bahwa pada triwulan IV- 2010, risiko pada sektor ekonomi sedkit meningkat. Asesmen Keuangan Bisnis dan Rumah Tangga Kondisi keuangan bisnis dan rumah tangga di Provinsi Lampung menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Salah satu indikatornya adalah alokasi kredit perbankan pada triwulan IV-2010 yang tumbuh positif pada kredit modal kerja dan konsumsi. Indikator berupa konsumsi swasta dalam PDRB juga tumbuh positif dan masih menjadi pendorong utama PDRB Lampung. Demikian pula dengan hasil SKDU dimana responden berpendapat situasi bisnis yang dihadapi cukup kondusif. Pada triwulan mendatang, keuangan sektor bisnis dan rumah tangga diperkirakan masih akan tumbuh. Peningkatan UMP Provinsi Lampung diperkirakan mendorong aktivitas konsumsi rumah tangga, begitu pula dengan kondisi ekonomi nasional dan lokal yang cukup kondusif diprediksi menjadi indikator positif aktivitas investasi. Namun belum dimulainya realisasi belanja APBD 2011 membuat pertumbuhan investasi pada triwulan mendatang belum terakselerasi. 46

63 Perkembangan Perbankan Asesmen Risiko Aktiva Produktif Bank Umum Portfolio aktiva produktif bank umum terkonsentrasi pada kredit dengan alokasi sebesar 93,9%, diikuti kemudian oleh penempatan pada bank lain sebesar 5,5%. Sedangkan penempatan pada SBI tercatat memiliki porsi sebanyak 0,3%. Dari sisi kolektibilitas kredit, rasio NPLs gross bank umum mengalami penurunan, yaitu dari 3,34% pada triwulan sebelumnya menjadi 3,04% pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja memiliki risiko tertinggi yang tercermin dari rasio NPL sebesar 3,99%, begitu pula dengan kredit konsumsi dengan rasio NPL sebesar 2,31%. Dengan rasio NPL Bank Umum ini masih dibawah 5%, kondisi portfolio aktiva produktif Bank Umum di Provinsi Lampung masih cukup terjaga. Asesmen Risiko Likuiditas Risiko likuiditas Bank Umum di Provinsi Lampung sedikit meningkat. Hal ini terindikasi dari penurunan rasio likuiditas dari 5,69% menjadi 5,2% (qtq). Peningkatan risiko likuiditas tersebut mencerminkan menurunnya kemampuan bank dalam menyediakan dana jangka pendek. Asesmen Risiko Rentabilitas Risiko rentabilitas perbankan di Provinsi Lampung meningkat. Indikator berupa Return On Aset (ROA) menunjukkan penurunan dari 3,88% menjadi 3,06% (qtq). Kondisi ini mencerminkan menurunnya kemampuan bank umum dan BPR di Lampung dalam memperoleh keuntungan dari pengelolaan asetnya. 47

64 Perkembangan Perbankan BOKS 2. EVALUASI KINERJA KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PROVINSI LAMPUNG 2010 KUR di Provinsi Lampung sampai dengan akhir tahun 2010 telah disalurkan kepada debitur dengan jumlah realisasi sebesar Rp juta atau tumbuh 42,71% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya (20,61%). Fenomena ini didukung dengan dikeluarkannya addendum III pada bulan September 2010 dengan perubahan ketentuan plafon KUR Mikro menjadi s.d Rp20 juta dan pengaturan kelonggaran dalam pengajuan skim KUR mikro yang tidak perlu melampirkan keterangan Sistem Informasi Debitur (SID). Selain itu, terdapatnya skim KUR untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan maksimum penjaminan pemerintah 80% turut mendorong kenaikan realisasi Kredit Usaha Rakyat pada tahun Jumlah net-ekspansi KUR periode September Desember 2010 mencapai 94,21 miliar. 1 Secara nasional pangsa realisasi KUR Provinsi Lampung tidak mengalami perubahan dengan menempati posisi 9 (sembilan) dibawah Provinsi Riau yang mengalami penurunan 2 (dua) peringkat menjadi 8 (delapan) pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, pangsa realisasi KUR Provinsi Lampung terhadap Nasional pada bulan Desember 2010 sebesar 3,10%. Untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan, realisasi KUR Provinsi Lampung menempati peringat 2 (dua) setelah Sumatera Selatan dengan pangsa mencapai ± 39% yang diikuti oleh Provinsi Bengkulu dan Bangka Belitung. Keterangan Perkembangan KUR Provinsi Lampung Posisi Des 09 Des 10 Sumber : 6 Bank Pelaksana KUR Provinsi Lampung, Desember 2010 Pertumbuhan (yoy) Nett Ekspansi Jan-Des 10 Baki Debet (Jt Rp) 335, , % 139,602 Jumlah Debitur (Org) 22,493 27, % 4, % Proporsi Baki Debet KUR Provinsi Lampung 95% 90% 85% 80% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des 12.50% 87.50% 2010 Proporsi KUR Modal Kerja Proporsi KUR Investasi Sumber : 6 Bank Pelaksana KUR Provinsi Lampung, Desember Data 6 Bank Pelaksana KUR Lampung, Desember

65 Perkembangan Perbankan Dalam perkembangannya, pangsa realisasi KUR di Provinsi Lampung masih didominasi oleh kredit jenis modal kerja dengan pangsa sebesar 87,50%. Kondisi ini dapat diindikasikan bahwa KUR banyak direalisasikan untuk unit usaha kategori mikro yang pada umumnya membutuhkan kredit modal kerja. Informasi ini didukung oleh data jumlah debitur terbesar penerima KUR di Provinsi Lampung adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan jumlah mencapai ± 17 ribu debitur. Berdasarkan sektoral, pangsa terbesar plafon KUR di Provinsi Lampung adalah untuk sektor pertanian, perburuan dan sarana pertanian dengan pangsa mencapai 65,86% yang diikuti oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan pangsa plafon mencapai 28,61%. Fenomena tersebut di atas mencerminkan bahwa perbankan pelaksana KUR di Provinsi Lampung mempunyai perhatian yang cukup besar pada sektor pertanian secara holistic yang merupakan sektor fundamental di wilayah Lampung. Pangsa realisasi KUR pada sektor pertanian, perburuan dan sarana pertanian (71,98%) lebih besar daripada plafonnya (65,86%). Kondisi ini menunjukkan bahwa penyerapan KUR pada sektor tersebut lebih cepat dibandingkan dengan sektor perdagangan, restoran dan hotel yang mempunyai pangsa realisasi lebih kecil (23,62%) dibandingkan dengan pangsa plafonnya (28,61%). Hal ini sejalan dengan adanya konsentrasi realisasi kredit KUR Provinsi Lampung pada sektor budidaya pertanian, udang dan kelapa sawit. 2 Sebaliknya, secara nasional pangsa plafon sektor perdagangan, restoran dan hotel (63,66%) lebih besar daripada pangsa realisasi (61,69%). Disisi lain pangsa plafon sektor pertanian (17,08%) lebih kecil dibandingkan dengan pangsa realisasi (18,48%). Fenomena ini menunjukkan bahwa secara nasional penyerapan KUR pada sektor pertanian lebih cepat dibandingkan dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan sebaran per kabupaten/kota, plafon KUR di Provinsi Lampung paling besar di Kota Bandar Lampung dengan pangsa mencapai 45,78% dan realisasi mencapai 43,14%. Pada periode yang sama Kota Metro mempunyai pangsa plafon KUR terbesar kedua dengan pangsa 16,31%dan realisasi 15,08%. Namun, wilayah yang mempunyai jumlah debitur KUR terbesar adalah Kota Metro dengan jumlah unit usaha dengan pangsa 28,86% kemudian peringkat kedua yaitu Kabupaten Lampung Utara-Kotabumi (26,86%), setelah itu Kabupaten Pringsewu (20,99%) dan Kota Bandar Lampung (20,67%). Pangsa Realisasi KUR Per Sektor Ekonomi Sumber : 6 Bank Pelaksana KUR Provinsi Lampung, Desember Sumber : Tempointeraktif, Selasa 4 Januari

66 Perkembangan Perbankan Berdasarkan penyerapan plafon, Kabupaten Lampung Utara (Kotabumi) mempunyai kemampuan yang relatif cepat dalam menyerap plafon KUR dibandingkan dengan wilayah lainnya, hal ini dapat dilihat dari pangsa realisasi (14,96%) yang lebih besar dibandingkan dengan pangsa plafonnya (9,44%). Fenomena ini didukung oleh pangsa debitur penerima KUR mencapai 26,86% atau berjumlah unit usaha yang menempati peringkat 2 (dua) dibawah Kota Metro. Trend Non-Performing Loan KUR Provinsi Lampung Sumber : 6 Bank Pelaksana KUR Provinsi Lampung, Desember 2010 Kecenderungan meningkatnya penyaluran KUR diikuti oleh perbaikan kualitas yang tercermin dari terus menurunnya Non Performing Loan (NPL) dari 0,91% menjadi 0,54% pada akhir tahun Hal ini didukung oleh adanya kebijakan peningkatan share penjaminan KUR dari pemerintah menjadi 80% untuk sektor pertanian, perikanan dan kelautan, kehutanan serta industri kecil. Perkembangan NPL di Provinsi Lampung pada akhir tahun 2010 menunjukkan kinerja yang positif karena masih dibawah nilai NPL KUR nasional yang mencapai 2,31%. Non-Performing Loan KUR Provinsi Lampung Sumber : 6 Bank Pelaksana KUR Provinsi Lampung, Desember 2010 Meskipun realisasi KUR di sektor pertanian mempunyai trend yang meningkat namun kualitas kredit yang diberikan perbankan pelaksana KUR cukup baik. Hal ini tercermin dari nilai NPL pada sektor tersebut hanya sebesar 0,02%. Pada periode yang sama sektor perdagangan, restoran dan hotel mempunyai pangsa NPL yang tinggi (0,50%) dibandingkan dengan sektor lainnya sehingga perlu mendapatkan perhatian dari perbankan pelaksana KUR di Lampung. Berdasarkan sebaran wilayah, NPL KUR di Provinsi Lampung terbesar di Kota Metro kemudian disusul oleh Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Utara. 50

67 Perkembangan Keuangan Daerah BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Perda No. 3 tanggal 6 Oktober 2010 mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) Provinsi Lampung Tahun 2010, anggaran pendapatan ditetapkan sebesar Rp2,040 triliun, sedangkan anggaran belanja ditetapkan sebesar Rp2,115 triliun. Sampai dengan bulan Oktober 2010, realisasi pendapatan telah mencapai 85,59%, sedangkan realisasi belanja baru terealisasi sebesar 65,89% dari anggaran yang direncanakan. Sementara itu dalam RAPBD 2011, anggaran pendapatan direncanakan sebesar Rp2,16 triliun atau meningkat 5,97%, sedangkan anggaran belanja mencapai Rp2,18 triliun atau meningkat 3,11% dibandingkan tahun PENDAPATAN DAERAH 2010 Pada APBD-P 2010, komponen Pendapatan Asli Daerah mendominasi pendapatan daerah dengan nilai mencapai Rp1,02 trilliun atau 50% dari total pendapatan. Bila dibandingkan tahun 2009, porsi PAD meningkat 2,17% sehingga melampaui Dana Perimbangan. Hal ini menunjukan fenomena telah terjadinya shifting sumber utama perolehan pendapatan daerah yang sebelumnya lebih bergantung kepada dana yang dialokasikan dari pemerintah pusat, kini lebih banyak dipenuhi oleh sumber pendapatan murni yang dihasilkan oleh daerah. Grafik 4.1 Porsi Komponen Pendapatan Daerah Tahun 2010 (APBD-P) DAU 31.55% DAK 1.35% Hibah 3.17% Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 1.03% Pajak Daerah 40.94% Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 12.89% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Lain-lain PAD yang Sah 8.11% Retribusi Daerah 0.30% Laba Perusahaan Milik Daerah 0.65% 51

68 Jan Feb Mar Trw I Apr May Jun Trw II Jul Aug Sep Trw III Oct Unit Perkembangan Keuangan Daerah Sampai dengan bulan Oktober 2010, realisasi pendapatan daerah telah mencapai Rp 1,746 triliun atau 85,59% dari target pendapatan. Realisasi tertinggi terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencapai 90,80%, sedangkan realisasi Dana Perimbangan baru mencapai 84,52% dari target. Realisasi yang cukup tinggi pada PAD mayoritas disumbang oleh pajak daerah yang telah terealisasi sebesar Rp784 milyar atau 93,96% dari target yang dianggarkan. Dalam komponen pajak daerah, PKB dan BBN-KB mendominasi dengan porsi masingmasing sebesar 35,77% dan 33,82%. Berdasarkan data Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung, volume kendaraan yang tercatat telah membayar PKB dan BBN-KB hingga Oktober 2010 masing-masing berjumlah unit dan unit. Bila dibandingkan perolehan sampai dengan triwulan III-2010 (hingga September), unit objek pajak yang telah membayar PKB meningkat 12,61%, sedangkan BBN-KB meningkat 11,63%. Grafik 4.2 Realisasi Pembayaran PKB dan BBN-KB Provinsi Lampung Tahun , , , , , , , , , ,000 50,000-53,708 84,070 86,132 PKB BBN-KB Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Komponen Dana Perimbangan sampai dengan Oktober 2010 telah mencapai Rp miliar atau 84,52% dari target. Dana Bagi Hasil Migas menjadi salah satu pendorong tingginya realisasi Dana Perimbangan pada periode ini. Berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Lampung, sampai dengan bulan Oktober 2010 pemerintah daerah telah menerima Rp87,93 miliar DBH Migas atau meningkat 9,16% dibandingkan September 2010 yang mencapai Rp80,55 miliar. Sepanjang tahun 2010, penerimaan migas diperkirakan mencapai Rp379,12 miliar karena terdapat alokasi bayar DBH Migas tahun 2008 sebesar Rp61,44 miliar dan alokasi bayar DBH tahun 2009 sebesar Rp61,47 miliar. Penerima DBH terbesar migas tahun 2010 adalah Kabupaten Lampung Timur yaitu sebesar Rp64,27 miliar. 52

69 Perkembangan Keuangan Daerah Sementara itu, komponen DAU mengalami peningkatan realisasi yang sangat signifikan pada semester II Sampai dengan bulan Oktober 2010, DAU yang merupakan bagian dari penerimaan provinsi telah terealisasi sebesar Rp miliar atau mencapai 91,61% dari target yang ditetapkan sebesar Rp643,75 miliar. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, wilayah yang menerima DAU terbesar di Provinsi Lampung tahun 2010 adalah Kabupaten Lampung Tengah yang mencapai Rp706,86 miliar, sedangkan Kabupaten Mesuji menerima alokasi DAU yang terkecil, yaitu sebesar Rp111,16 miliar. Ulasan tentang DAU selengkapnya dapat dilihat pada Box. 4. Tabel 4.1 Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2010 Uraian APBD - P 2010 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung (Rp) (Rp) (%) A. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 1,020,250,461, ,368,784, Pajak Daerah 835,310,800, ,820,816, Retribusi Daerah 6,131,012,500 5,691,416, Laba Perusahaan Milik Daerah 13,256,302,799 12,869,366, Lain-lain PAD yang Sah 165,552,346, ,987,184, B. DANA PERIMBANGAN 934,379,501, ,769,885, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam Realisasi s.d Oktober ,057,492, ,173,049, Dana Alokasi Umum (DAU) 643,748,209, ,730,449, Dana Tambahan Guru TA ,037,500 - Dana Alokasi Khusus (DAK) 27,573,800,000 20,680,350, C LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 85,772,761,141 30,294,755, Hibah 64,772,761, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 21,000,000, TOTAL 2,040,402,724,069 1,746,433,425, Tabel 4.2 Penerimaan DBH Migas Provinsi Lampung Tahun 2010 Provinsi/Kab/Kota Kurang Bayar 2008 Tahap I TW V/2009 Penerimaan Tw I 2010 (20% PMK 12/2010) Penerimaan Tw II 2010 (20% PMK 12/2010) Kurang Bayar 2008 Tahap II Penerimaan TW III/2010 Penerimaan TW II/2010 ( Tahap I, awal Des 2010) Total Penerimaan Rencana Penerimaan Trw IV/2010 ( Tahap II pertengahan Des) 2010 Rencana Penerimaan 2010 LAMPUNG 20,051,449,057 61,474,768,950 49,920,739,600 49,920,739,600 41,386,814,032 80,552,371,761 66,792,543, ,099,426,365 9,025,606, ,125,032,991 Lampung Barat 5,862,731,215 17,470,528,185 14,491,528,200 14,491,528,200 12,100,859,435 23,522,790,057 16,214,424, ,154,389,989 3,009,518, ,163,908,159 Lampung Selatan 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400 2,476,663,427 3,413,025,101 2,874,357,855 17,429,257, ,720,604 17,858,978,124 Lampung Tengah 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400 2,476,663,427 3,413,025,101 2,874,357,855 17,429,257, ,720,604 17,858,978,124 Lampung Utara 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400 2,476,663,427 3,413,025,101 2,874,357,855 17,429,257, ,720,604 17,858,978,124 Lampung Timur 3,389,475,975 11,436,175,025 8,074,034,200 8,074,034,200 6,995,983,754 12,660,255,391 13,211,466,553 63,841,425, ,720,604 64,271,145,702 Tanggamus 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400 2,476,663,427 3,413,025,101 2,874,357,855 17,429,257, ,720,604 17,858,978,124 Tulang Bawang 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400 2,476,663,427 3,413,025,101 2,874,357,855 17,429,257, ,720,604 17,858,978,124 Way Kanan 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400 2,476,663,427 3,413,025,101 2,874,357,855 17,429,257, ,720,604 17,858,978,124 Bandar Lampung 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400 2,476,663,427 3,413,025,101 2,874,357,855 17,429,257, ,720,604 17,858,978,124 Metro 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400-3,413,025,101 2,874,357,855 13,752,678, ,720,604 14,182,398,934 Pesawaran 1,199,915,763 3,256,806,574 2,104,244,400 2,104,244,400-3,413,025,101 2,874,357,855 10,495,871, ,720,604 10,925,592,360 Peringsewu - - 2,104,244,400 2,104,244,400-3,413,025,101 2,874,357,855 10,495,871, ,720,604 10,925,592,360 Tulang Bawang Barat - - 2,104,244,400 2,104,244,400-3,413,025,101 2,874,357,855 10,495,871, ,720,604 10,925,592,360 Sumber : Distamben Provinsi Lampung 53

70 Perkembangan Keuangan Daerah 2. BELANJA DAERAH 2010 Dalam APBD Perubahan 2010, belanja daerah ditetapkan sebesar Rp2,11 triliun. Sampai dengan bulan Oktober 2010, penyerapan belanja daerah telah mencapai 65,89% dari target atau sebesar Rp1,39 triliun. Bila melihat komponennya, belanja terbesar terjadi pada belanja bantuan keuangan yang realisasinya mencapai 96,42% dari target atau sebesar Rp18,80 miliar, selanjutnya diikuti oleh belanja tak terduga yang terealisasi sebesar Rp23,71 miliar atau mencapai 86,65% dari target. Bila dibandingkan semester I-2010, realisasi belanja sampai dengan bulan Oktober 2010 mengalami peningkatan cukup signifikan. Dalam rentang waktu selama Juli-Oktober 2010 telah terjadi realisasi belanja sebesar Rp726,30 miliar. Sepanjang periode tersebut, realisasi belanja terbesar adalah belanja barang dan jasa serta belanja modal yang mencapai Rp505,99 miliar, diikuti belanja bagi hasil pajak kepada kabupaten/kota yang mencapai Rp114,41 miliar. Tabel 4.3 Belanja Daerah Provinsi Lampung dan Realisasi Tahun 2010 Ket : - Belanja daerah berdasarkan SP2D - (*) : angka diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Akselerasi belanja barang & jasa serta belanja modal berasal dari belanja pelaksanaan pembangunan proyek pemerintah pada semester II-2010 yang cukup banyak. Berdasarkan informasi dari Bappeda Provinsi Lampung, kegiatan pembangunan proyek pemerintah yang telah dilaksanakan sampai semester II-2010, diantaranya adalah : 1. Kota Baru Lampung Pelaksanaan pembangunan badan jalan dan pintu gerbang Kota Baru dari jalan utama. 54

71 Perkembangan Keuangan Daerah 2. Pengembangan Bandara Radin Inten II Pembangunan perpanjangan runway menjadi m, perluasan apron & taxi way, penyesuaian instrument landing system, perbaikan lighting, dan rehab terminal. 3. Bandara Seray di Lampung Barat Pembangunan runway, kantor bandara, dan akses jalan masuk. 3. KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH TAHUN 2010 Sampai dengan akhir triwulan IV-2010, penerimaan negara di Provinsi Lampung mencapai Rp5,78 triliun atau melampaui target dalam DIPA revisi yang mencapai Rp1,22 triliun. Penerimaan negara yang terbesar diperoleh dari pendapatan pajak dalam negeri yang memiliki porsi sebesar 78,34% dari total penerimaan. Dalam penerimaan pajak dalam negeri, pendapatan terbesar berasal dari PPN yang mencapai Rp2,27 triliun dan PPh sebesar Rp1,75 triliun. Sumber penerimaan terbesar lainnya berasal dari pendapatan pajak transaksi perdagangan internasional yang mencapai Rp993,47 miliar, dimana perolehan terbesar berasal dari pendapatan bea masuk yang mencapai Rp500,62 miliar. Bila dibandingkan triwulan III- 2010, telah terjadi peningkatan perolehan bea masuk dan bea keluar masing-masing sebesar sebesar Rp214,63 miliar dan Rp254,38 miliar. Hal ini sejalan dengan nilai transaksi ekspor dan impor Lampung yang mengalami trend peningkatan. Tabel 4.4 Penerimaan Negara di Provinsi Lampung REALISASI PENDAPATAN TARGET (DIPA REVISI) s/d Trw III-2010 s/d Trw IV-2010 % Realisasi I. PENDAPATAN PAJAK DALAM NEGERI 1,037,474,455,181 3,238,604,441,254 4,532,698,049, % Pendapatan Pajak Penghasilan 1,286,143,966,912 1,755,756,324,470 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 1,567,367,821,822 2,270,852,414,483 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 322,157,440, ,737,816,953 Pendapatan BPHTB 27,311,752,010 85,585,967,119 Pendapatan Cukai 99,770, ,025,000 Pendapatan Pajak Lainnya 35,523,689,964 49,614,501,961 II. PENDAPATAN PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONA 0 524,453,999, ,469,292,168 Pendapatan Bea Masuk 285,992,930, ,624,129,811 Pendapatan Bea Keluar 238,461,068, ,845,162,357 III. PENERIMAAN SUMBER DAYA ALAM 27,775,823, ,309, ,079, % Pendapatan Pertambangan Umum 537,309, ,079,676 IV. PENDAPATAN PNPB LAINNYA 153,398,443, ,994,940, ,622,234, % V. PENDAPATAN BADAN LAYANAN UMUM 0 71,904,859,583 TOTAL PENDAPATAN 1,218,648,722,025 3,967,495,549,865 5,785,503,655, % Sumber : Dirjen Perbendaharaan Kanwil Lampung 55

72 Perkembangan Keuangan Daerah Sementara itu, belanja negara di daerah sampai akhir 2010 telah mencapai Rp5,37 triliun atau 102,05% dari target dalam DIPA revisi yang mencapai Rp5,26 triliun. Realisasi belanja bantuan sosial merupakan yang terbesar, yaitu mencapai Rp1,56 triliun, dimana realisasi belanja tertinggi dalam komponen ini diperuntukkan bagi belanja bantuan langsung (block grant) kepada sekolah/lembaga pendidikan/guru yang mencapai Rp963,70 miliar. Selanjutnya, sebagai kompensasi atas potensi pajak yang dimiliki, Provinsi Lampung memperoleh transfer DBH pajak yang mencapai Rp382, 23 miliar, dimana DBH PBB Kabupaten/Kota merupakan yang tertinggi, yaitu sebesar Rp239,84 miliar. Tabel 4.5 Belanja Negara di Provinsi Lampung KOMPONEN BELANJA TARGET (DIPA REVISI) s/d Trw III-2010 s/d Trw IV-2010 % Realisasi BELANJA NEGARA 5,264,255,339,000 3,156,776,703,696 4,989,916,331, % BELANJA PEGAWAI 1,457,966,497,000 1,066,193,331,202 1,435,449,112, % BELANJA BARANG 1,081,955,579, ,922,557, ,883,737, % BELANJA MODAL 1,046,613,459, ,322,903, ,430,558, % BELANJA PEMBAYARAN KEWAJIBAN HUTANG - 4,686,211,836 BELANJA SUBSIDI - - BELANJA HIBAH - - BELANJA BANTUAN SOSIAL 1,557,029,916, ,541,905,539 1,562,499,801, % BELANJA LAIN-LAIN 21,318,011,000 11,034,719,829 20,966,910, % TRANSFER KE DAERAH ,234,439,677 TRANSFER DANA PERIMBANGAN ,234,439,677 TOTAL BELANJA 5,264,255,339,000 3,156,776,703,696 5,372,150,771, % Sumber : Dirjen Perbendaharaan Kanwil Lampung 4. RAPBD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2011 Pada tahun anggaran 2011, APBD Lampung tidak terlalu meningkat signifikan. Anggaran pendapatan ditetapkan sebesar Rp2,16 triliun, sedangkan anggaran belanja mencapai Rp2,18 triliun. Peningkatan APBD 2011 terhadap APBD Perubahan 2010 hanya sebesar 5,97% untuk anggaran pendapatan dan 3,11 % untuk anggaran belanja. Demikian juga dengan proporsi tiap komponen pembentuk APBD yang mengalami perubahan relatif kecil dibandingkan anggaran Komponen terbesar anggaran pendapatan 2011 masih berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan porsi sebesar 50,20% atau berada diatas Dana Perimbangan yang hanya memiliki porsi sebesar 45,69% dari total pendapatan. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah 56

73 Perkembangan Keuangan Daerah Daerah optimis mampu memenuhi kebutuhan belanjanya dengan mengandalkan Pajak Daerah yang memiliki porsi mencapai 40,98% atau sebesar Rp1,08 triliun. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Lampung untuk meningkatkan perolehan pajak adalah dengan memberlakukan pajak progresif yang ditujukan kepada pemilik kendaraan lebih dari satu pada tahun 2011 sebesar 2% dan 3% dari nilai jual kendaraan bermotor untuk masing-masing kepemilikan sebanyak dua dan tiga kendaraan. Selain pemberlakuan pajak progresif tersebut, Dispenda Provinsi Lampung juga akan merencanakan pengenaan pajak terhadap kendaraan dinas (randis) yang ada di lingkungan Pemprov. Pajak randis ini akan dipatok sebesar 0,5 % dari nilai jual kendaraan tersebut. DAU 32.75% Grafik 4.3 Porsi Komponen Pendapatan Daerah 2011 DAK 1.28% Hibah 4.11% Pajak Daerah 40.98% DBH Pajak/Bukan Pajak 11.67% Lain-lain PAD yang Sah 8.07% Retribusi Daerah 0.31% Laba Perusahaan Milik Daerah 0.84% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Sementara itu, komponen Dana Perimbangan tahun 2011 yang mencapai Rp987,94 miliar masih didominasi oleh DAU yang mencapai Rp708,12 miliar atau memiliki porsi sebesar 71,68% dan meningkat 10% dibandingkan Sama seperti DAU tahun 2010, data Departemen Keuangan menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Tengah memperoleh DAU terbesar dengan nilai mencapai Rp785,18 miliar, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Lampung Timur dengan DAU sebesar Rp637,84 miliar. Bila melihat komponen Dana Perimbangan lainnya, DBH 2011 ditetapkan sebesar Rp252,25 miliar atau mengalami penurunan sebesar 4,11% dibandingkan tahun Pada anggaran belanja daerah tahun 2011, belanja modal mendominasi dengan nilai sebesar Rp499,17 miliar atau meningkat 14,87% dibandingkan tahun Peningkatan anggaran belanja tahun 2011 difokuskan pada pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan. Khusus untuk pembangunan infrastruktur, sesuai dengan master plan pembangunan tahun 2010 ditetapkan bahwa pemerintah daerah memiliki 12 program unggulan, dimana 11 program unggulan tersebut merupakan proyek pembangunan 57

74 Perkembangan Keuangan Daerah infrastruktur daerah. Berdasarkan data dari Bappeda Provinsi Lampung, terdapat beberapa proyek infrastruktur yang akan dilanjutkan pengembangannya pada tahun 2011, diantaranya : a. Pembangunan Infrastruktur Kesehatan Mengalokasikan anggaran pada APBD 2011 sebesar Rp216 miliar (11% dari total APBD) yang difokuskan pada penambahan infrastruktur kesehatan dan pelayanan, seperti penambahan Puskesmas Rawat Inap, penambahan puskesmas pembantu dan puskesmas keliling, serta pengadaan puskesmas terapung untuk melayani penduduk di kepulauan. b. Pembangunan jalan tol ruas Terbanggi Besar-Babatan-Bakauheni Pemda akan menyiapkan dana pendamping untuk pembebasan lahan sebesar Rp30 miliar dan mendorong Kementerian PU untuk merealisasikan dana pembebasan lahan. c. Pembangunan Infrastruktur Pendidikan di Sulusuban, Lampung Tengah Pada Tahun 2011, Pemerintah Provinsi merencanakan lanjutan pembangunan fisik gedung sekolah dengan alokasi dana sebesar Rp4 miliar, pembangunan akses jalan dengan alokasi dana sebesar Rp10 miliar, serta pembangunan kompleks SMK dengan kebutuhan anggaran mencapai Rp20 miliar. d. Pembangunan Kota Baru Lampung Tahun 2011, akan dilakukan studi pengembangan Kota Baru di Gedung Wani, pembebasan lahan untuk jalan akses Way Huwi Purwotani, pembangunan jalan Way Huwi - Purwotani, pembangunan jalan utama dalam Kota Baru, pembangunan gerbang Kota Baru, serta pembangunan kantor Gubernur. e. Pengembangan Bandara Radin Inten II Pembebasan lahan untuk perpanjangan run way, pemindahan dan pembangunan jalan desa yang melintas run way, review masterplan, menjajaki kerjasama dengan PT. Angkasa Pura II, perbaikan sarana terminal (lighting) serta studi kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP). f. Bandara Seray Lampung Barat Pembentukan badan apron, perpanjangan runway dan pelapisan runway serta pembangunan akses jalan masuk. 58

75 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.6 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 Uraian APBD - P 2010 APBD 2011 Perubahan (Rp) (Rp) (%) A. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) 1,020,250,461,479 1,085,424,022, Pajak Daerah 835,310,800, ,967,000, Retribusi Daerah 6,131,012,500 6,746,202, Laba Perusahaan Milik Daerah 13,256,302,799 18,244,939, Lain-lain PAD yang Sah 165,552,346, ,465,880, B. DANA PERIMBANGAN 934,379,501, ,944,599, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 263,057,492, ,247,769,773 (4.11) Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam - - Dana Alokasi Umum (DAU) 643,748,209, ,123,029, Dana Tambahan Guru TA Dana Alokasi Khusus (DAK) 27,573,800,000 27,573,800,000 - C LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 85,772,761,141 88,800,000, Hibah 64,772,761,141 88,800,000, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 21,000,000, PENDAPATAN 2,040,402,724,069 2,162,168,622, Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung Tabel 4.7 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 Uraian APBD - P 2010 APBD 2011 Perubahan (Rp) (Rp) (%) A. BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,036,746,936,907 1,090,584,311, Belanja Pegawai 449,917,292, ,303,165, Belanja Hibah 41,642,650,000 36,172,755,120 (13.14) Belanja Bantuan Sosial 105,328,603,207 81,450,000,000 (22.67) Belanja Bagi Hasil 393,000,000, ,000,000,000 (10.18) Belanja Bantuan Keuangan 19,500,000,000 90,300,000, Belanja Tidak Terduga 27,358,391,000 22,358,391,001 (18.28) B. BELANJA LANGSUNG 1,078,607,166,798 1,090,584,311, Belanja Pegawai 83,813,011, ,213,735, Belanja Barang dan Jasa 560,240,144, ,201,592,826 (18.39) Belanja Modal 434,554,010, ,168,982, BELANJA DAERAH 2,115,354,103,705 2,181,168,622, Sumber : Biro Keuangan Provinsi Lampung 5. DANA TUGAS PEMBANTUAN DAN DEKONSENTRASI TAHUN 2011 Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan di daerah. 59

76 Perkembangan Keuangan Daerah Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, sedangkan Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah dan atau Desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, prasarana dan serta sumberdaya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan. Dengan kata lain, penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dibiayai atas beban pengeluaran pembangunan APBD, dimana pencatatan dan pengelolaan keuangan dalam penyelengaraannya dilakukan secara terpisah dari APBD. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan di Provinsi Lampung tahun 2011 masing-masing mencapai Rp451,77 miliar dan Rp353,37 miliar. Alokasi dana dekonsentrasi terbesar terdapat pada bidang pendidikan yang mencapai Rp348,16 miliar, sedangkan alokasi dana tugas pembantuan terbesar terdapat pada bidang pertanian yang mencapai Rp233,19 miliar. 60

77 Perkembangan Sistem Pembayaran BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Secara umum, sepanjang triwulan IV-2010 transaksi sistem pembayaran tunai maupun non tunai di Lampung berjalan lancar dan tidak mengalami hambatan berarti. Transaksi uang tunai antara bank umum di Lampung dengan Bank Indonesia yang tercermin dari transaksi inflow maupun outflow menunjukkan penurunan. Demikian pula transaksi pada sistem pembayaran non tunai yang ditunjukkan oleh penurunan penurunan transaksi kliring, sementara transaksi melalui RTGS cenderung mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. 1. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL Sepanjang triwulan IV-2010 jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke Bank Indonesia sebesar Rp1.35 triliun, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp1,68 triliun. Demikian juga halnya dengan aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) yang mengalami penurunan yaitu dari Rp 1,65 triliun menjadi Rp 1,48 triliun. Dengan demikian selama triwulan IV-2010 aliran uang tunai di Bank Indonesia Lampung menunjukkan posisi netoutflow. Kondisi tersebut dapat mencerminkan aliran uang untuk transaksi yang dilakukan masyarakat sebagian dibelanjakan di wilayah lain sehubungan dengan penerimaan dari penjualan hasil bumi. Selain hal tersebut, kebijakan diskresi yang dikeluarkan Bank Indonesia dalam hal pengelolaan uang memungkinkan terjadinya pengiriman uang oleh perbankan di Lampung untuk kemudian menyetorkan uang ke wilayah kerja Bank Indonesia lainnya inflow Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal outflow I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia 61

78 Perkembangan Sistem Pembayaran Dalam rangka pemenuhan kebutuhan uang pecahan di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan penukaran uang baik melalui kegiatan kas keliling maupun melalui loket penukaran uang di Bank Indonesia. Selama triwulan IV-2010 jumlah nominal penukaran uang tercatat sebesar Rp juta, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar Rp juta. Nilai pecahan tertinggi untuk kebutuhan masyarakat dalam kegiatan penukaran tersebut adalah Rp5000,- Rp10.000,- dan Rp ,- dengan pangsa sebesar 77,71%. Periode Tabel 5.1 Perkembangan Penukaran Uang Triwulan IV-2010 Nominal (Rp Juta) TOTAL Januari , , , ,670.4 Februari , , , , ,615.1 Maret , , , , ,119.2 Total Triwulan I , , , , , ,404.7 April , , , , ,243.1 Mei , , , , ,724.2 Juni , , , , ,861.6 Total Triwulan II , , , , ,828.9 Juli , , , , ,419.3 Agustus , , , , ,898.4 September , , , ,395.9 Total Triwulan III , , , , , ,713.6 Oktober , , , , ,204.7 November , , , ,527.2 Desember , , , ,636.1 Total Triwulan IV , , , , , ,368.0 Sumber : Bank Indonesia 2. PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) Dalam bidang pengedaran uang, Bank Indonesia memiliki kebijakan untuk senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang kartal dalam jumlah nominal yang cukup dengan jenis pecahan dalam kondisi layak edar (fit to circulation). Dalam pelaksanaan kebijakan clean money policy, Bank Indonesia melakukan pemilahan untuk memisahkan uang layak edar dan tidak layak edar, serta melakukan pemusnahan uang yang tidak layak edar melalui Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Pada triwulan IV-2010, PTTB tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan III-2010 yaitu dari Rp1,12 triliun menjadi Rp1,22 triliun. Nilai tersebut tumbuh cukup tinggi dibandingkan periode yang sama dari tahun sebelumnya yaitu 83,11%. Dengan 62

79 Perkembangan Sistem Pembayaran perkembangan tersebut, rasio PTTB terhadap jumlah uang yang masuk (inflow) juga menunjukkan peningkatan dari 66,9% pada triwulan III-2010 menjadi 90,8% di triwulan laporan. Tingginya aktivitas peracikan uang ini mengindikasikan cukup tingginya perputaran uang tunai yang digunakan dalam kegiatan transaksi perdagangan di masyarakat. Grafik 5.2 miliar Rp Perkembangan PTTB dan Inflow di KBI Bandar Lampung % Inflow PTTB rasio PTTB/inflow (axis kanan) Sumber : Bank Indonesia 3. PENEMUAN UANG PALSU Selama triwulan laporan, jumlah temuan uang palsu di Bank Indonesia Bandarlampung tercatat sebanyak 363 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp ,00 atau rata-rata temuan sebanyak 6 lembar per hari kerja. Dibandingkan triwulan III-2010, jumlah temuan uang palsu tersebut mengalami peningkatan baik dalam jumlah lembar maupun nilai nominal masing-masing sebesar 32,48% dan 38,41%. Dengan perkembangan tersebut, rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk sebesar 0,0017%. Dalam upaya meminimalisir tren peningkatan uang palsu di wilayah Bandarlampung, Bank Indonesia senantiasa melakukan upaya penanggulangan secara kontinyu. Upaya preventif yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui program 3-D maupun melalui leaflet, banner. Dari jumlah temuan uang palsu tersebut di atas, lembar pecahan uang Rp50.000, Rp ,- dan Rp20.000,- masih merupakan pecahan tertinggi yang dipalsukan dengan pangsa 98,07%. 63

80 Perkembangan Sistem Pembayaran Grafik 5.3 Komposisi Penemuan Uang Palsu Trw IV 2010 Rp 20, % Rp 10, % Rp 5, % Rp 50, % Rp 100, % Sumber : Bank Indonesia 4. PERKEMBANGAN KLIRING DAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Aktivitas perputaran kliring perbankan merupakan salah satu kegiatan perbankan yang mencerminkan transaksi perekonomian di suatu daerah. Dalam pelaksanaannya, kegiatan kliring di Lampung diikuti oleh 33 kantor/bank peserta. Pada triwulan IV-2010 transaksi perputaran kliring baik secara nominal maupun jumlah warkat mengalami penurunan. Tercatat pertumbuhan nilai transaksi kliring di Lampung mengalami kontraksi sebesar -16,78% (qtq) dengan nilai transaksi sebesar Rp4.771,54 miliar dengan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp75,74 miliar. Sementara itu jumlah warkat yang diproses dalam penyelenggaraan kliring tercatat sebanyak lembar dengan rata-rata harian perputaran sebanyak lembar. Sejalan dengan penurunan transaksi kliring, jumlah tolakan kliring cek dan bilyet giro (BG) kosong juga mengalami penurunan walaupun secara persentase mengalami kenaikan dari triwulan sebelumnya yaitu dari 1,02% menjadi 1,09% di triwulan IV Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Lampung Kliring Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Perputaran Nominal (milyar Rp) 4, , , Lembar 152, , , , , , , ,063 Pengembalian Nominal (milyar Rp) Lembar 2,122 2,195 2,538 2,274 2,402 2,576 2,805 2,219 Sumber : Bank Indonesia 64

81 Perkembangan Sistem Pembayaran Kegiatan penyelesaian transaksi keuangan bernilai besar melalui transaksi RTGS di Lampung pada triwulan IV-2010 baik secara nominal maupun jumlah volume transaksi secara total mengalami peningkatan. Transaksi tersebut meliputi transaksi masuk (incoming) dan keluar (outgoing) Lampung serta transaksi antar nasabah melalui perbankan di wilayah Lampung. Jumlah transaksi RTGS tercatat tumbuh sebesar 3,23% dengan nilai transaksi sebesar Rp miliar, melalui transaksi. Peningkatan nilai transaksi terjadi pada transaksi incoming maupun transaksi antar nasabah di Lampung, sementara transaksi outgoing mengalami penurunan. Peningkatan transaksi incoming selama triwulan IV-2010 dimungkinkan dengan adanya pencairan dana APBD-P maupun kebutuhan untuk melakukan aktivitas investasi di sektor swasta. miliar Rp Grafik 5.4 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Trw IV-2010 Kliring RTGS-Outgoing RTGS-Incoming I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia 65

82 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAERAH Bila dibandingkan tahun 2009, indikator kesejahteraan masyarakat menunjukkan perbaikan. Jumlah penduduk yang bekerja meningkat 10,33%, pengangguran menurun sebesar 8,08%, sedangkan persentase jumlah penduduk miskin menurun 5,03%. Selain itu, daya beli petani yang tercermin melalui NTP juga mengalami peningkatan sebesar 5,87%. 1. KETENAGAKERJAAN Menurut data BPS Provinsi Lampung, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun keatas) di Lampung mencapai 5,82 juta jiwa atau mengalami peningkatan 8,83% dibandingkan tahun Dari jumlah tersebut, penduduk yang bekerja mencapai 3,74 juta jiwa (64,14%), pengangguran mencapai 220,6 ribu jiwa (3,79%), sedangkan bukan angkatan kerja (masih sekolah dan ibu rumah tangga) mencapai 1,87 juta jiwa (32,05%). Bila dibandingkan tahun 2009, jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebesar 10,33%, pengangguran menurun 8,08%, sedangkan bukan angkatan kerja tumbuh 8,23%. Berdasarkan sektoral, mayoritas penduduk Provinsi Lampung masih bekerja pada sektor pertanian, yaitu mencapai 2,11 juta jiwa atau 56,48% dari seluruh penduduk yang bekerja. Jumlah pekerja di sektor ini mengalami peningkatan 15,36% dibandingkan tahun Namun, penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan perkebunan mayoritas adalah pekerja bebas (informal) yang dipekerjakan ketika menghadapi panen raya. Hal ini terindikasi dari jumlah pekerja bebas di sektor pertanian yang tumbuh 25,04% dibandingkan tahun Selain sektor pertanian, peningkatan penyerapan tenaga kerja yang tertinggi lainnya terjadi pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (25,85%) dan sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi (23,67%). Namun demikian, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja pada ketiga sektor tersebut, jumlah penduduk yang bekerja pada sektor perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi dan sektor industri masing-masing mengalami penurunan sebesar 33 ribu jiwa (-5,49%) dan 8 ribu jiwa (-2,91%). 66

83 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Uraian Tabel 6.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung Februari 2009 Agustus 2009 Februari 2010 (dalam ribu jiwa) Agustus 2010 Persentase Perubahan Agt'10 - Feb'10 Agt'10-Agt'09 Penduduk Usia 15 tahun keatas 5, , , , Angkatan Kerja 3, , , , Bekerja 3, , , , Pengangguran Terbuka Bukan Angkatan Kerja 1, , , , Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Sumber : BPS Provinsi Lampung Tabel 6.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Uraian Februari 2009 Agustus 2009 Februari 2010 (dalam ribu jiwa) Agustus 2010 Perdagangan, Rumah Makan, Jasa Akomodasi Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lainnya Sumber : BPS Provinsi Lampung Tabel 6.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Persentase Perubahan Agt'10 - Feb'10 Agt'10-Agt'09 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan 2, , , , Industri Konstruksi Uraian Februari Agustus Februari Agustus Persentase Perubahan Agt'10 - Feb'10 Agt'10-Agt'09 (dalam ribu jiwa) Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/karyawan Pekerja bebas di Pertanian Pekerja bebas non pertanian Pekerja tak dibayar Sumber : BPS Provinsi Lampung Dari 14 kabupaten/kota se-provinsi Lampung, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi berada di Kota Metro, yaitu sebesar 12,46%. Angka tersebut menunjukkan bahwa dari orang angkatan kerja, sebanyak orang merupakan pengangguran. Sementara itu, TPT terendah terjadi di Mesuji, yaitu sebesar 1,17%. Artinya, dari orang angkatan kerja, jumlah pengangguran mencapai orang. Rendahnya tingkat pengangguran terbuka di Mesuji diakibatkan karena mayoritas penduduk bekerja di sektor informal (perkebunan dan pertanian). 67

84 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Namun demikian, secara umum lapangan pekerjaan baik formal maupun non formal di Provinsi Lampung diperkirakan akan terus meningkat. Berdasarkan hasil SKDU, pelaku usaha memperkirakan jumlah karyawan akan mengalami peningkatan (SB seluruh sektor = 8). Sementara itu dari sisi konsumen, optimisme masyarakat Lampung secara umum terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan juga semakin meningkat (hasil Survei Konsumen). Tingginya kebutuhan terhadap lapangan pekerjaan juga mendorong peningkatan arus tenaga kerja ke luar negeri (TKI). Data Dinas Tenaga Kerja Kependudukan dan Transmigrasi Provinsi Lampung memperlihatkan bahwa pada tahun 2010, jumlah Tenaga Kerja Indonesia asal Lampung mencapai orang. Dalam kurun waktu 3 tahun, jumlah TKI meningkat sebanyak orang. Keberadaan TKI asal Lampung ini tersebar di 19 negara, dimana Taiwan merupakan negara tujuan TKI terbesar dengan porsi mencapai 51,83%, diikuti Malaysia (26,96%), dan Singapura (24,25%). Tabel 6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Grafik 6.1 Keyakinan Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Sumber : BPS Provinsi Lampung Sumber : Survei Konsumen KBI Bdl Grafik 6.2 TKI Asal Lampung (orang) Taiwan Malaysia Singapura Saudi Arabia Hongkong Korsel Uni Emirat Arab Brunei Oman Syria Bahrain Qatar Macau Abu Dhabi Jepang Kuwait Gambia Aljazair Afrika ,526 1,373 2,934 Sumber : Disnakertrans Provinsi Lampung 68

85 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah 2. KESEJAHTERAAN 2.1. Kesejahteraan Petani Salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli masyarakat pedesaan adalah melalui Nilai Tukar Petani (NTP). NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayarkan petani. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. NTP Provinsi Lampung pada triwulan laporan mencapai , merupakan yang tertinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa surplus yang diterima oleh petani di Lampung paling besar di Indonesia. Pada triwulan laporan, surplus petani di Lampung tumbuh 0,91% dibandingkan triwulan sebelumnya atau lebih tinggi dibandingkan nasional yang hanya mencapai 0,55% (qtq). Secara tahunan, NTP Lampung tumbuh 5,87% (yoy) dimana sub sektor hortikultura tercatat mengalami peningkatan tahunan tertinggi yang mencapai 13,38% (yoy). Sementara itu, peningkatan surplus tertinggi secara triwulanan terjadi pada petani Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) dan Hortikultura, masing-masing mencapai 1,51% (qtq) dan 1,41% (qtq). Hal ini terkonfirmasi oleh peningkatan harga komoditas di tingkat petani lokal. Pada petani subsektor TPR, tingginya indeks yang diterima ini sejalan dengan peningkatan harga komoditas dunia. Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor 130 Grafik 6.4 Perkembangan Harga Komoditas Hortikultura (Rp/kg) Padi & Holtiku TPR Peterna Perikan I II III IV I II III Sumber : BPS Provinsi Lampung 69

86 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Daerah Tabel 6.5 Perbandingan NTP Tiap Wilayah Sumber : BPS Provinsi Lampung Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Perkebunan Rp/Kg Karet USD cent/kg Rp/Kg TBS & CPO USD /metric ton Di Tingkat Petani Lokal Harga Dunia Di Tingkat Petani Lokal (TBS 10th s.d 20 th) Harga Dunia (CPO) Rp/Kg Kopi Robusta USD cent/pound Di Tingkat Petani lokal Harga Dunia Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung dan Bloomberg (diolah) 70

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Lampung Triwulan IV - 2007 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 23/05/12/Thn. XX, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$831,16 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 41/07/12/Th. XV, 01 Juli 2012 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MEI 2012 SEBESAR US$771,76 JUTA. Nilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Thn.XVIII, 04 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN MARET SEBESAR US$645,79 JUTA. Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci