Gambar 3. Kurva pdf DAS waktu tempuh butir hujan di Sub DAS Cicatih
|
|
- Adi Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rodriguez-Iurbe dan Valdes (1979) dalam Kariwa (2002) yang menyaakan bahwa hidrograf sauan dapa diurunkan dari fungsi kerapaan probabilias (probabiliy densiy funcion/pdf) waku empuh seiap buir hujan dari iik erjauhnya di permukaan DAS sampai iik pelepasan (oule). Model H2U menghiung kurva pdf (kerapaan jaringan sungai) buir hujan berdasarkan dua parameer yang dapa dihiung secara mudah pada pea jaringan sungai yaiu n, order sungai maksimum menuru Srahler (Srahler, 1952) dan L raaan, yaiu panjang raa-raa jalur aliran Parameer model H2U merupakan parameer fungsi ransfer dienukan berdasarkan idenifikasi pea dan juga sudi lieraur. Parameer yang melipui penenuan order sungai maksimum (berdasarkan meode Horon yang dimodifikasi oleh Srahler) dan panjang alur hidraulik dilakukan berdasarkan analisis pea opografi dan jaringan sungai, sedangkan peneapan kecepaan aliran unuk lereng dilakukan berdasarkan sudi lieraur dan uji rial and error. Model simulasi H2U ini sudah digunakan oleh Budi Kariwa dalam Pemodelan Debi Berdasarkan Opimasi Parameer Fungsi Produksi, sudi kasus DAS Mikro Bunder, Gunung Kidul, Yogyakara dan Jonsen dalam Pemodelan Hidrograf Mennggunakan Pendekaan Geomorfologi, sudi kasus Sub DAS Cicaih-Cimandiri, Kabupaen Sukabumi. Parameer-parameer unuk Sub DAS Cicaih sebagai beriku: Tabel 1. Parameer-parameer Sub DAS Cicaih Parameer Fungsi Alihan Simbol Sauan Nilai Lraaan alur hidraulik jaringan sungai Lmax alur hidraulik jaringan sungai m L max m Order sungai maksimum n - 6 Kecepaan aliran pada jaringan sungai V RH m/s 2.05 Lraaan alur hidraulik pada l lereng o m 307 Lmax alur hidraulik pada lereng l max m 1764 Kecepaan aliran pada lereng V v m/s 0,04 Sumber: Jonsen 2006 Orde sungai menunjukkan ingka kerapaan jaringan sungai suau DAS. Salah L ρdas() sau cara penenuan orde sungai dengan menggunakan meode Srahler (1957). Alur hidraulik menunjukkan alur di aas permukaan anah yang dilalui aliran air yang berasal dari suau kejadian hujan. Alur hidraulik diukur dari mulai iik jauh buir hujan hingga iik keluaran DAS. Alur hidraulik dapa berupa cekungan permanen yang eramai secara visual di lapang sehingga dapa dipeakan (alur hidraulik jaringan sungai) maupun alur hidroulik arifisial yang idak eramai sehingga diasumsikan sebagai alur yang memoong garis konur, yang erbenuk karena gerakan mengalir dari air akiba graviasi bumi (alur hidraulik lereng) pdf Sub DAS Cicaih (ρdas) VRH = 2,05m/s; Vv=0,04 m/s; = 1 jam Waku () dalam jam Gambar 3. Kurva pdf DAS waku empuh buir hujan di Sub DAS Cicaih Pdf DAS menunjukkan waku yang dibuuhkan buir hujan yang jauh di iik erjauh permukaan DAS unuk mencapai oule DAS. Pada Sub DAS Cicaih iik puncak kurva pdf waku empuh buir hujan mencapai iga jam (Jonsen 2006). III. METODOLOGI III.1. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan selama bulan Mei-Desember Pengolahan daa dilakukan di Lab. Hidromeeorologi, Deparemen Geofisika dan Meeorologi, IPB. III.2. Bahan dan Ala Bahan yang diperlukan dalam peneliian ini dianaranya adalah : 1. Daa curah hujan per jam Kecamaan Ciemas ahun Daa curah hujan harian Sub DAS Cicaih yang di ukur di enam pos pengukur hujan (Cipeundeuy, Ciuara-Cicurug, Sekarwangi, 4
2 Cibodas, Cikembang dan Cikembar) ahun Daa debi sungai per jam Sub DAS Cicaih ahun 2000 yang diukur di PLTA Ubrug. Ala-ala yang digunakan adalah seperangka kompuer dengan sofware Microsof Office 2003 III.3. Meode Peneliian 1. Penenuan Curah Hujan Wilayah Penenuan curah hujan wilayah dilakukan dengan menggunakan meode Poligon Thiessen dari enam pos pengamaan curah hujan dengan baas poligon dibua menggunakan arc view. Persamaan unuk menenukan curah hujan wilayah sebagai beriku: A1 R1 + A2 R An Rn R = A1 + A An dimana : R = Curah hujan wilayah (mm) n = jumlah pos pengamaan R n =curah hujan di iap pos pengamaan A n =luas daerah pengamaan. Gambar 4. Pea Plo Sasiun dan Pembagian poligon Sub DAS Cicaih 2. Meode Disagregasi Empirik Unuk inpu model H2U dibuuhkan daa hujan jam-jaman, sedangkan di daerah Sub DAS Cicaih idak erdapa daa hujan jam-jaman oleh karena iu pendugaan curah hujan jam-jaman dienukan dengan menggunakan meode disagregasi empirik. Meode ini dilakukan dengan cara meliha pola curah hujan di luar daerah kajian yang memiliki karakerisik yang sama dengan Sub DAS Cicaih. Dalam peneliian ini digunakan Kecamaan Ciemas, karena hanya di pos pengamaan Ciemas yang memiliki daa Curah hujan jam-jaman. Seelah mendapakan pola curah hujan di kecamaan Ciemas, disagregasi curah hujan wilayah di Sub DAS Cicaih dengan menggunakan asumsi dan cara sebagai beriku: 5
3 Gambar 5. Pea Topografi Kabupaen Sukabumi Asumsi : 1. Pola hujan jam-an di Sub DAS Cicaih, dianggap sama dengan pola hujan di pos pengama hujan Ciemas, dimana leak pos ersebu erliha pada Gambar Curah hujan yang di sineis adalah CH > 16 mm, karena di asumsikan bahwa CH < 16 mm idak menghasilkan limpasan. 3. Awal dan lama erjadinya hujan diambil dari kejadian hujan yang paling sering muncul. Pendugaan curah hujan sesaa (perjam) dilakukan dengan meliha pola curah hujan sesaa pada sasiun yang memiliki karakerisik yang hampir mirip dengan daerah kajian. a) Plo grafik inensias dengan waku erjadinya hujan, seiap kejadian hujan. b) Bua grafik normalized rainfall inensiy i() i = J i () = normalize rainfall inensiy J = jeluk hujan i() = inensias hujan c) Curah hujan sineik dienukan berdasarkan grafik normal rainfall inensiy ersebu dengan mengalikan nilai normalized dan curah hujan wilayah di Sub DAS Cicaih. 3. Perhiungan Aliran Permukaan Aliran permukaan dihiung menggunakan model H2U. Model H2U erdiri dari model fungsi produksi dan model fungsi alihan. Model Fungsi Produksi Fungsi produksi dieapkan menggunakan koefisien aliran permukaan, dengan rumus sebagai beriku : Vr * 1000 Kr = S * P dimana: Kr: Koefisien aliran permukaan Vr:Volume aliran permukaan (m 3 ) S : Luas DAS (m 2 ) P : Tinggi hujan oal dalam sau kejadian hujan (mm) Inensias hujan neo dapa diperoleh dengan mengalikan anara koefisien aliran limpasan dengan inggi hujan iap jamnya, dimana : Pn ()= Kr * P() Dengan: Pn () : Inensias hujan neo pada waku P() : Inensias hujan dalam waku Model Fungsi Alihan Fungsi alihan dihiung berdasarkan aplikasi model H2U dengan menghiung kurva pdf (probabiliy densiy funcian) buir 6
4 hujan. Kurva pdf buir hujan unuk sudi kasus Sub DAS Cicaih didapa dari hasil peneliian Jonsen yang berjudul Pemodelan Hidrograf Menggunakan Pendekaan Geomorfologi (Sudi Kasus Sub DAS Cicaih), dengan rumus sebagai beriku: ρ DAS ( ) = ρ ( ) ρ ( ) v RH ρ DAS () :pdf DAS sebagai fungsi waku. ρ v () :pdf lereng sungai sebagai fungsi waku. ρ RH () :pdf jaringan sungai sebagai fungsi [ Pn ( ) ρ ( )] Q ( ) = S DAS Q() : debi aliran permukaan pada waku S : luas DAS Pn() : inensias hujan neo pada waku ρ() : pdf waku empuh buir hujan pada waku (dihiung dari pdf panjang alur hidraulik berdasarkan peneapan kecepaan aliran) : simbol konvolusi Unuk mensimulasi debi digunakan persamaan sebagai beriku : Tabel 2. Conoh hasil dari pdf DAS dan inensias hujan neo. (jam) n pdf DAS (ρ DAS ()) ρ 1 ρ 2 ρ 3... ρ n Pn ()(mm/s) Pn 1 Pn 2 Pn 3... Pn Tabel 3. Meode Perhiungan Konvolusi Debi Sungai Debi ke- Konvolusi Debi (m 3 /deik) Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5... Q Pn 1 *ρ 1 *S ((Pn 2 *ρ 1 ) + (Pn1* ρ 2 ))*S ((Pn 3 *ρ 1 ) + (Pn 2 *ρ 2) + (Pn 3 * ρ 3 ))*S ((Pn 4 *ρ 1 ) + (Pn 3 *ρ 2 ) + (Pn 2 * ρ 3 ) + (Pn 1 *ρ 4 ))*S ((Pn 5 *ρ 1 ) + (Pn 4 *ρ 2 ) + (Pn 3 * ρ 3 ) + (Pn 2 *ρ 4 )+(Pn1* ρ 3 )*S... Pn * ρ n *S 3. Aliran Dasar (Baseflow) Unuk pendugaan aliran dasar dilakukan dengan menggunakan meode koefisien resesi yang didapa dari pemisahan aliran permukaan dan aliran dasar (eknik pemisahan hidrograf). Teknik pemisahan hidrograf dilakukan unuk memisahkan aliran permukaan (direc runoff) dan aliran dasar (base flow). Meode yang digunakan dalam pemisahan ersebu adalah sraigh line mehod (penarikan garis lurus). Analisis dilakukan dalam beberapa ahap, yaiu: Memplo kurva debi (m 3 /s) dengan waku. Menenukan iik mulai erjadinya aliran permukaan dan wakunya sampai iik berakhirnya melalui ujung kurva yang menurun (recession curve) yang dijabarkan dalam persamaan: Q = Qo exp (-k) Q = iik akhir erjadinya aliran permukaan Qo = iik awal erjadinya aliran permukaan k = konsana penurunan (recession consan) Unuk mencari nilai k dari persaman kurva resesi, dengan menurunkan persamaan di aas menjadi : ln Q 0 ln Q k = Masukkan nilai k ke persamaan Q = Q o exp(-k) diperoleh nilai Q dan wakunya. Tarik garis lurus iik Qo dan Q diperoleh persaman garis linier hubungan Qo, o, Q dan dengan y = a-bx dimana sumbu y= base flow dan sumbu x= waku kumulaif 7
5 Masukan nilai waku kumulif pada persamaan linier sehingga diperoleh nilai base flow 4. Pengujian Model Unuk mengevaluasi kualias hasil simulasi, dilakukan uji perbandingan anara debi pengukuran dengan debi simulasi menggunakan koefisien kemiripan F (Nash dan Sucliffe, 1970): F n i= 1 = 1 n ( Qobs ( ) Qsim( ) ) 2 ( Qsim( ) Qobs ) i= 1 2 Curah Hujan F = koefisien Nash dan Sucliffe (F 1; F=1, simulasi sempurna) Q obs () = debi pengukuran pada waku ke (m 3 /s) Q sim () = debi simulasi pada waku ke- (m 3 /s) Q obs = debi pengukuran raa-raa (m 3 /s) Hasil uji F dalam simulasi debi dibagi kedalam iga krieria, yaiu buruk (F<0,5), sedang (0,5>F<0,7) dan baik (F>0,7). Penenuan Kejadian Hujan idak ya Model H2U Hidrograf Model Baseflow Q = Qo exp k*δ Pengukuran Debi Sungai Debi hasil simulasi idak Ya Analisis Gambar 6. Diagram Alur Peneliian 8
6 IV. KEADAAN UMUM DAERAH KAJIAN Sub DAS Cicaih merupakan anak sungai dari DAS Cimandiri. DAS ersebu ermasuk daerah Kabupaen Sukabumi, Provinsi Jawa Bara dan erleak anara BT dan LS dengan luas ha aau 530 km 2. Terdiri dari lima sub-sub DAS yaiu Sub-sub DAS Ciheulang, Sub-sub DAS Cileuleuy, Sub-sub DAS Cicaih Hulu, Subsub DAS Cipalasari dan Sub-sub DAS Cikembar. Sub DAS Cicaih melipui 15 kecamaan, yaiu kecamaan Bojong Geneng, Canayan, Caringin, Cibadak, Cicurug, Cidahu, Cikembar, Cikidang, Cisaa, Kadudampi, Kalapanunggal, Nagrak, Parakansalak, Parungkuda, dan Warungkiara. IV.1. Topografi Keinggian empa Sub DAS cicaih bervariasi mulai dari 200 meer di aas permukaan lau (mdpl) pada daerah hilir sampai mencapai 3000 mdpl pada daerah hulu di Gunung Pangrango. Sub DAS Cicaih merupakan daerah yang bergununggunung, diselingi dengan daaran aau lembah dianara buki dan sungai yang mengalir di sela-selanya. Kemiringan lereng daerah Sub DAS Cicaih berrvariasi dari daerah daar sampai sanga curam. Variasi ersebu dapa diliha pada Tabel 4. Tabel 4. Persenase luas lahan pada berbagai kelas kemiringan lereng Kelas Lereng Luas (ha) Luas (%) Daar (0-8%) Landai (8-16%) Agak curam (16-24%) Curam (24-32%) Sanga curam (32-40%) Sanga curam sekali (40-48%) Toal Sumber: Jonsen 2006 Daerah yang sanga curam sekali dengan kemiringan lebih dari 50 % erleak di daerah hulu sungai dimana erdapa Gunung Salak dan di Sub-sub DAS Ciheulang yang erdapa Gunung Pangrango dan Gunung Gede. Secara keseluruhan Sub DAS Cicaih merupakan daerah yang daar sampai landai seperi di Sub-sub DAS Cikembar. Sekiar 68 % wilayah ini merupakan wilayah yang daar sampai landai dengan kemiringan 0-20 %. Wilayah yang ermasuk kaegori sanga curam sekali (>50 %) sekiar 3 % dari keseluruhan wilayah aau 1589 ha. IV.2. Penuupan Lahan Terdapa ujuh ipe penuupan lahan di Sub DAS Cicaih, yaiu huan, kebun/perkebunan, egalan, sawah, pemukiman, rumpu/anah kosong, semak belukar, dan ubuh air. (Gambar 6.). Tipe penuupan lahan yang mendominasi wilayah ini adalah kebun/perkebunan yang mencapai 28% dari luasan oal aau sekiar ha sedangkan ubuh air hanya menempai luasan 9 ha (0,02%). Luas dan persenase penuupan lahan di Sub DAS Cicaih dapa diliha pada Tabel 5. di bawah ini. Tabel 5. Luas (ha) daerah pada masingmasing ipe penuupan lahan Luas Penuupan Lahan Luas (ha) (%) huan ,58 kebun/perkebunan ,87 pemukiman ,54 rumpu/anah kosong 185 0,35 sawah ,98 semak belukar ,22 egalan/ladang ,44 ubuh air 11 0,02 Toal Sumber: Jonsen 2006 Berdasarkan Gambar 7 daerah huan berada pada daerah hulu yang mempunyai kelerengan curam sampai sanga curam epanya disekiar Gunung Salak dan Gunung Pangrango. Hanya sebagian kecil huan yang berada di daerah engah DAS yaiu yang berada di Gunung Wala. Daerah persawahan sebagian besar berada di wilayah engah dan hulu DAS yang berada pada daerah dengan kemiringan kurang dari 15%. 9
Hidrograf satuan (Unit hydrograph) Hujan titik. Peta Topografi. Hujan DAS. Hujan rancangan. Parameter DAS. Hidrograf satuan sintetik
Meode Bagan HIDROGRAF SATUAN Hidrograf sauan (Uni hydrograph) Adalah hidrograf limpasan langsung (direc runoff) akiba hujan reraa DAS sau sauan selama sau sauan waku (umumnya dalam mm/jam). Hidrograf Limpasan
Lebih terperinciPERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1
PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis
Lebih terperinciSIMULASI DEBIT SUNGAI HARIAN BERDASARKAN MODEL H2U DAN PREDIKSI ALIRAN DASAR SUB DAS CICATIH-CIMANDIRI KABUPATEN SUKABUMI. Lina Handayani G
SIMULASI DEBIT SUNGAI HARIAN BERDASARKAN MODEL H2U DAN PREDIKSI ALIRAN DASAR SUB DAS CICATIH-CIMANDIRI KABUPATEN SUKABUMI. Lina Handayani G241217 DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang
Lebih terperinciBAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan
BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus
Lebih terperinciFaradina GERAK LURUS BERATURAN
GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,
Lebih terperinciBAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,
Lebih terperinciBAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun
43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)
MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1
Lebih terperinciMODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)
Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran
Lebih terperinci=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus
A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik
Lebih terperinciBAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan
BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciFIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI
KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan
Lebih terperinciAplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg
Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang
Lebih terperinciKINEMATIKA GERAK LURUS
Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan
Lebih terperincix 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.
Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.
Lebih terperinciPERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER
PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini
METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya
III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya
Lebih terperinci3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu
daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)
K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis
Lebih terperinciJurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK
PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,
Lebih terperinciGERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL
Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi
Lebih terperinciMODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)
Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode
20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan
BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,
Lebih terperinciPemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun
Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN
PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan
Lebih terperinci(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF
Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD
Lebih terperinciIR. STEVANUS ARIANTO 1
GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA
Lebih terperinciAnalisis Model dan Contoh Numerik
Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab
13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di
Lebih terperinciBAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel
BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah
Lebih terperinciBAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF
BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi
Lebih terperinciJ U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA. TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI. Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB
J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika GERAKAN SATU DIMENSI Dsen: Tim Dsen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Mekanika Kinemaika Mempelajari gerak maeri anpa melibakan
Lebih terperinciBAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131
BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus
Lebih terperinciPEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*
PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design
Lebih terperinciBAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,
BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH, S.Si NIP. 198308202011011005 SMA NEGERI 9 BATANGHARI 2013 I. JUDUL MATERI : GERAK LURUS II. INDIKATOR : 1. Menganalisis besaran-besaran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciFisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang
Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.
Lebih terperinciANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)
hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah
Lebih terperincipost facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan
3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan
Lebih terperinciPERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 PERENCANAAN ULANG SISTEM DRAINASE BANDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG, DALAM PENGEMBANGANNYA DARI STATUS MILITER MENUJU KOMERSIAL Akhlis Fiano Husandani,
Lebih terperinciBab 5 Penaksiran Fungsi Permintaan. Ekonomi Manajerial Manajemen
Bab 5 Penaksiran Fungsi Perminaan 1 Ekonomi Manajerial Manajemen Peranyaan Umum Tenang Perminaan Seberapa besar penerimaan perusahaan akan berubah seelah adanya peningkaan harga? Berapa banyak produk yang
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah horizontal dan vertikal
Hubungan Koefesien Konsolidasi arah Verikal (C v ) dan Horizonal (C h ) Pada Tanah Marine Clay ( sudi kasus : Kawasan Indusri Terboyo - Semarang Uara) Penulis : Daniel Harano 1. Pendahuluan Laar Belakang
Lebih terperinciBAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah
Lebih terperinciAPLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND
APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan
Lebih terperinci1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu
.4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan
Lebih terperinciKLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5)
KLASIFIKASI DATA PRODUKSI PADI PULAU JAWA MENGGUNAKAN ALGORITMECLASSIFICATION VERSION 4.5 (C4.5) Dwi Seyowai, Yuliana Susani, Supriyadi Wibowo Program Sudi Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah
Lebih terperinciYAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka N. 4 Bandung 0. 414714 Fax. 0. 4587 hp//: www.smasanaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yah.c.id MODUL BAB 1 Page 1 f
Lebih terperinciGambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang
METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES
IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya
Lebih terperinciXpedia Fisika. Mekanika 01
Xpedia Fisika Mekanika 01 Doc. Name: XPFI0101 Doc. ersion : 2012-07 halaman 1 01. Manakah pernyaaan di bawah ini yang benar? (A) Perpindahan adalah besaran skalar dan jarak adalah besaran vekor. (B) Perpindahaan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :
Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PERAMALAN VOLUME PENGGUNAAN AIR BERSIH DENGAN METODE WINTERS EPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENENTUKAN VOLUME
Lebih terperinciMODEL HUBUNGAN HUJAN DAN RUNOFF (STUDI LAPANGAN)
MODEL HUBUNGAN HUJAN DAN RUNOFF (STUDI LAPANGAN) Deny Arisa Agusiano Jurusan Teknik Sipil, Universias Sriwijaya Jl. Srijaya Negara, Buki Besar Palembang Sumaera Selaan Email : denymovic_5@ymail.com Absrac
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan
Lebih terperinciHitung penurunan pada akhir konsolidasi
Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup
Lebih terperinciSub Kompetensi. satuan sintetik berdasarkan ketersediaan data karakteristik DAS
REKAYASA HIDROLOGI II HIDROGRAF SATUAN SINTETIK Sub Komeensi Mamu menghiung hidrograf Mamu menghiung hidrograf sauan sineik berdasarkan keersediaan daa karakerisik DAS 1 * H S * S Hidrograf Sauan Sineik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa
BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi
Lebih terperinciKINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan
KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya
Lebih terperinciKAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN
JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya
5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga
Lebih terperinciBab 2 Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini
Lebih terperinci