ANALISIS DINDING PASANGAN BATU BATA TERHADAP RESPON BEBAN BERULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DINDING PASANGAN BATU BATA TERHADAP RESPON BEBAN BERULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA"

Transkripsi

1 ANALISIS DINDING PASANGAN BATU BATA TERHADAP RESPON BEBAN BERULANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Chritin Remayanti, Sri Murni Dewi, Alwafi Pujiraharjo Juruan Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita Brawijaya Malan Jl. MT. Haryono 167, Malan 65145, Indoneia may_chritin@yahoo.com ABSTRAK Perilaku mekanik dari dindin paanan batu bata atau maonry batu bata dipenaruhi oleh perilaku mekanik bahan penyuunnya yaitu batu bata dan pei yan dapat diperoleh denan melakukan penelitian di laboratorium. Selanjutnya hal terebut dapat diunakan untuk menetahui perilaku mekanik dindin paanan batu bata ecara komputai. Salah atu cara untuk menetahui perilaku maonry batu bata ecara komputai adalah denan menunakan metode elemen hina. Teknik pemodelan denan metode elemen hina terdiri dari dua jeni model yaitu model makro dan model mikro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetahui perbedaan bentuk model mikro dan model makro pada analii dindin paanan batu bata terhadap repon beban berulan, menetahui penaruh penunaan bracin pada dindin paanan batu bata dan penaruh penunaan bambu ebaai bahan alternatif bracin bila dibandinkan denan menunakan bracin dari bahan baja. Penelitian dilakukan pada model makro dan mikro ecara numerik ehia didapatkan perpindahan, reanan dan teanan yan terjadi akibat beban berulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa model makro lebih ederhana daripada model mikro dan jua menunjukkan bahwa denan penambahan bracin baik dari bahan baja maupun bambu pada dindin paanan batu bata dapat meninkatkan kekuatan dan kekakuan dindin terhadap repon beban berulan. Kata kunci : beban berulan, maonry, metode elemen hina, model makro, model mikro, PENDAHULUAN Maonry batu bata atau yan lebih erin dikenal ebaai dindin paanan batu bata merupakan material kompoit yan terdiri dari unit batu bata dan pei ebaai material penikatnya. Perilaku mekanik dari maonry batu bata dipenaruhi oleh perilaku mekanik bahan penyuunnya yaitu batu bata dan pei (P. B Lourenco et al, 006. Perilaku mekanik maonry batu bata dapat dilakukan denan penelitian di laboratorium ehina diperoleh datadata mekanik bahan penyuun (batu bata dan pei. Selanjutnya data terebut dapat diunakan untuk menetahui perilaku mekanik maonry batu bata ecara komputai. Salah atu cara untuk menetahui perilaku maonry batu bata ecara komputai adalah denan menunakan metode elemen hina. Metode ini untuk mendapatkan ambaran yan baik menenai perilaku mekanik maonry yaitu aya-aya dalam yan terjadi pada titik-titik yan diininkan, dimana tidak dapat diketahui melalui penelitian laboratorium. Studi yan edan berkemban aat ini adalah pemodelan maonry untuk material unit batu bata dan pei yan dihomoenkan. Beberapa penelitian yan telah dilakukan adalah analii maonry batu bata denan beban akial (J. Bakhteri et al, 004 dan analii numerik homoen pada maonry batu bata (M. Kuczma et al, 005. Berdaarkan material bahan yan diaumikan homoen, maka dilakukan analii denan metode elemen hina untuk menetahui perilaku maonry. Denan adanya perbedaan penunaan material (batu bata-pei dan material homoen pada metode elemen hina akan diketahui perbedaan perilaku maonry antara kedua material terebut. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

2 Untuk menetahui pemodelan metode elemen hina baik denan material batu bata-pei (dikenal ebaai model mikro maupun material homoen (dikenal ebaai model makro maka dilakukan penelitian analii maonry batu bata pada aat diberi beban berulan. Analii dilakukan untuk menetahui perpindahan, reanan dan teanan yan terjadi pada maonry. Sebelum penelitian analii dilakukan, telah dilakukan penelitian laboratorium denan menunakan model yan ama (L. Suanti, 010. Akan tetapi, penelitian analii ini memiliki kelebihan yaitu melakukan perhitunan aya-aya dalam pada titik-titik penamatan yan lebih banyak daripada penelitian laboratorium. Selain itu pada maonry batu bata akan ditambahkan bracin untuk meninkatkan kemampuan maonry. Pada umumnya bracin menunakan bahan baja, akan tetapi dapat jua diunakan bahan lain yan lebih murah erta dapat memberikan daya dukun yan baik ebaai bahan alternatif. Tujuan yan inin dicapai dari penelitian ini adalah menetahui perbedaan bentuk model mikro dan model makro pada analii dindin paanan batu bata terhadap repon beban berulan, menetahui penaruh penunaan bracin pada dindin paanan batu bata dan penaruh penunaan bambu ebaai bahan alternatif bracin bila dibandinkan denan menunakan bracin dari bahan baja. Adapun bataan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini menunakan model dindin paanan batu bata merah tanpa pei penutup pada dindin.. Bracin dipaan pada arah diaonal dindin. 3. Bahan bracin menunakan material baja dan bambu. 4. Pembebanan menunakan beban iklik (monotonik bolak balik denan menabaikan penaruh waktu. Model Komputai untuk Maonry Maonry merupakan alah atu baian pentin dalam truktur ehina telah dilakukan banyak tudi teori, ekperimen dan perhitunan komputai untuk menambah penetahuan menenai maonry. Tujuan dari banyak penelitian terebut adalah untuk menemukan model kontitutif yan dapat menimulai repon komplek dari truktur maonry yan diberi beban tati dan dinami. Dua macam pendekatan daar telah dikembankan denan tujuan untuk memformulaikan pendekatan yan euai untuk truktur maonry, yaitu dicrete model dan continuou model (P.B Lourenco, Dicrete model dapat diebut jua ebaai model heteroenei dimana pada pemodelan ini, unit dan pei diperhitunkan ecara terpiah. Terdapat dua model pendekatan dimana etiap elemen truktur maonry dipelajari dan ditribui blok dan join dapat diperhitunkan, yaitu (P. G. Rivieccio: 1. Detailed micro-modelin Pada pemodelan ini nilai modulu Youn dan raio Poion dari unit dan pei diperhitunkan.. Simplified micro-modelin Pada pemodelan ini, unit yan diperlebar merupakan elemen kontinum dimana pei dan interface unit-pei menjadi atu ehina terbentuk interface rata-rata. Pada model ini efek Poion dari pei tidak diperhitunkan. Sedankan continuou model dikenal jua ebaai model homoen atau dapat diebut ebaai pemodelan makro (macro-modelin dimana pada pendekatan ini, unit, mortar dan interface unit-mortar dipreentaikan denan kontinum yan ekivalen. Beberapa JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

3 penelitian proedur homoeniai yan telah dilakukan alah atunya adalah proedur homoeniai oleh P.B. Lourenco dan A. Zucchini dimana lankah awal dari teknik ini adalah denan menambil RVE/el daar (P. B Lourenco et al, 006 yan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar dimana el daar terebut terdiri dari komponenkomponen ebaai berikut (P. G. Rivieccio: - Head joint (a dan - Cro joint (c dan e - Unit (b dan f - Bed joint (d Denan menikuti lankah proedur homoeniai Lourenco terebut maka Rivieccio dapat memperoleh matrik properti/bahan dari el homoen ebaai berikut (P. G. Rivieccio: S1111 S11 0 [ S ] = S11 S S 11 (1 denan : x = 1, y = S 1111 = S hl. hl. h + t. Eb E f Ea =. h E ( h+ t (. l + t. l. t. t. t + Ed Ec Ed E e G b = modulu Lamé batu bata h = ½ tini batu bata l = ½ lebar batu bata t = ½ tebal pei Pemodelan Maonry denan Metode Elemen Hina Dalam metode elemen hina perlu ditetapkan funi perpindahan umum dan funi perpindahan interpolai yan dinyatakan dalam perpindahan titik impul. Pada pembebanan in-plane, funi interpolai dinyatakan dalam perpindahan bidan ( u, v dan untuk melakukan analii diunakan model elemen hina ei empat. Gambar 1. Penambilan el daar untuk proe homoeniai (Sumber: Rivieccio, P. G. S 11. c ht.. υa hl.. υb. t υ Ea Eb Ec =. ( l t. t E ( h+ t (. l+ t d. υd. t. υ hl.. υ e f ht.. υ E E E e f S 11 G = a 1 4. = =. G. G xy Gb. Gd. ht.. ( h+ t + Ed.. l( l+ t (. Gd. h+ Gb. t.( h+ t. E. G. l + G ( E.. lt + 4. G. h. ( l+ t d ( d b a d b a..( b.. ( l+ t + Gd.( hl. t.( E. G. l + G. ( E.. lt + 4. G. h. l+ t 4. G hg t. Gd.( h+ t d b a d b ( Eυ ( 1+ υ( 1 υ E = E = E = E = E = modulu Youn c d e pei E = = modulu Youn batu bata b E f υ = υ = υ = υ = υ = raio Poionpei a c d e υ b = υ f = raio Poion batu bata G a = G d = modulu Lamé pei + Gambar. Pembaian pada el daar (R.V.E maonry (Sumber: Rivieccio, P. G.. Gambar 3. Gambaran perpindahan u, v JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

4 Kedelapan derajat beba dapat dilihat pada Gambar 3 dan memiliki medan peralihan teraumi yan berbentuk ebaai berikut: u 1 x y xy = a1 a a3 a4 a5 a6 a7 a8 v x y xy u ( x, y = a1 + a x + a3 y + a4 xy ( v ( x, y = a + a x + a y + a xy { } a1 ampai denan a 8 merupakan kontanta yan menunjukkan bahwa elemen ei empat memiliki empat impul dan tiap titik impul memiliki dua perpindahan ehina elemen memiliki delapan derajat kebebaan (deree of freedom. Hubunan reanan dan perpindahan dalam mekanika kontinum adalah: u ε x x v { ε } = ε y = (3 y γ xy u v + y x Kemudian u dan v diubtitui denan peramaan ( ehina peramaan (3 dapat dituli kembali ebaai berikut: ε = [ B]{ d} (4 Denan matrik [ B ] adalah matrik hubunan reanan-perpindahan yan berukuran 3x8. Hubunan teanan-reanan untuk kondii plane tre dapat dilihat pada peramaan berikut: { σ} = [ E]{ ε} (5 Dimana matrik bahan [ E ] ebaai berikut: 1 υ 0 E [ E ] = υ 1 0 (6 1 υ 1 υ 0 0 Denan: E = modulu Youn υ = raio Poion 8 Sehina matrik kekakuannya dapat dirumukan ebaai berikut : c b T T [ ] = [ B] [ E][ B] dv = [ B] [ E][ ] k B t dxdy (7 c b Sedankan untuk mencari matrik kekakuan elemen maonry homoen maka matrik bahan [ E ] dianti denan matrik bahan [ S ] dari peramaan (1, ehina matrik kekakuannya menjadi: c b T T [ ] = [ B] [ E][ B] dv = [ B] [ S][ ] k B t dxdy (8 c b Pemodelan Bracin denan Metode Elemen Hina Untuk mencari kekakuan bracin maka untuk metode elemen hina diunakan model elemen batan. Elemen batan diaumikan primati, elati linier, mempunyai hubunan endi di ujun-ujunnya dan hanya menalami aya akial. Gambar 4 merupakan ambar batan yan diberi beban T dimana xˆ, ŷ adalah koordinat lokal dan dˆ 1x, d ˆ adalah perpindahan lokal x (Loan, D.L Pada elemen batan, funi perpindahannya diaumikan ebaai perpindahan linier epanjan bidan xˆ pada batan ehina hubunan reanan perpindahan dan teanan reanan dapat dituli denan peramaan ebaai berikut : dˆ u dˆ x dˆ 1x ε x = = (9 dx ˆ L σ x = E ε x (10 Gambar 4. Batan diberi aya T; node perpindahan dan aya-aya (Sumber: Loan, D.L., 1986 JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

5 Setelah dilakukan ubtitui denan peramaan yan lain maka akan diperoleh matrik kekakuan elemen yan dapat dituli denan peramaan berikut: AE 1 1 [ k ˆ] = (11 L 1 1 Kemudian matrik kekakuan elemen akan ditranformaikan untuk mencari matrik kekakuan lobal. Denan menunakan hubunan antara komponen aya lokal dan aya lobal erta hubunan antara komponen perpindahan lokal dan perpindahan lobal maka dapat dicari matrik kekakuan lobal melalui hubunan tranformai. Selanjutnya dapat diketahui matrik kekakuan lobal elemen batan adalah ebaai berikut: [ k ] = ( denan: AE 1 = (coθ L AE = (inθ L AE 3 = (coθ.inθ L A = lua penampan bracin E = modulu elatiita bracin L = panjan bracin θ = udut kemirinan bracin Gambar 5. Model dindin paanan batu bata denan bracin METODE Pada penelitian ini, model dindin maonry memiliki ukuran panjan 134 cm, lebar 114 cm. Sedankan batu bata yan diunakan berukuran panjan 10 cm, lebar 7 cm dan tini 5 cm. Spei yan diunakan mencapai ketebalan 1 cm. Model penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Jumlah nodal yan akan diberi beban adalah yaitu nodal yan berada di ujun ata kanan dan kiri. Beban nodal akan diberikan ecara berantian dari ujun kiri terlebih dahulu kemudian ujun kanan. Beban yan diberikan terdiri dari beberapa tahap. Sebear 0% beban runtuh (diperoleh dari data penelitian untuk tahap 1, Selanjutnya 40% untuk tahap dan eterunya hina mencapai beban runtuh. Sebaai contoh: pada tahap 1, beban awal adalah 0 kemudian diberi beban ½ dari 0% beban runtuh kemudian beban naik menjadi 0% beban runtuh, elanjutnya beban turun kembali menjadi ½ dari 0% beban runtuh dan akhirnya menjadi 0. Seuai denan tujuan penelitian ini yaitu untuk menetahui pemodelan elemen hina maonry baik ecara makro maupun mikro, maka model maonry akan menjadi dua model yaitu model makro dan model mikro. Model akan didikretiai euai denan kondii main-main model yaitu pada model makro, batu bata dan pei menjadi material homoen edankan pada model mikro, batu bata dan pei diperhitunkan main-main. Kemudian analii untuk mencari perpindahan, reanan dan teanan pada dindin paanan batu bata baik tanpa bracin maupun denan bracin dilakukan ecara numerik. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada analii data ecara numerik akan diunakan data-data material yan dapat dilihat pada Tabel 1. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

6 Tabel 1. Data material untuk analii Bahan Modulu Elatiita (Mpa Poion ratio Lua penampan (mm Batu Bata Baja Bambu Beton Spei Sumber : data penelitian, 010 Sedankan data beban yan diunakan diperoleh dari penelitian ebelumnya adalah: - P mak tanpa bracin = 1600 N - P mak denan bracin baja = N - P mak denan bracin bambu =19980 N Analii dindin paanan batu bata dilakukan ecara numerik dan kemudian terjadi jua penambahan bracin pada dindin paanan batu bata denan dua material yan berbeda yaitu baja dan bambu dan pembebanan diberikan pada ujun nodal ecara berantian. Sehina model yan dianalii terdiri dari enam jeni, yaitu model makro tanpa bracin, model makro denan bracin baja, model makro denan bracin bambu, model mikro tanpa bracin, model mikro denan bracin baja dan model mikro denan bracin. Model Makro dan Model Mikro Setelah dilakukan dikretiai pada model benda uji euai denan definii model makro dan model mikro yan telah dijabarkan ebelumnya, maka jumlah elemen dan nodal pada model mikro bertambah bear. Penambahan jumlah elemen terebut akan mempenaruhi hail yan akan keluar (output karena emakin banyak jumlah elemen dan jumlah nodal maka output yan dihailkan akan emakin teliti. Selain itu dibutuhkan waktu dan memori yan lebih banyak untuk menyeleaikan analii model mikro Perbedaan antara model makro dan model mikro etelah dilakukan dikretiai dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Perbedaan model makro dan model mikro etelah dikretiai model benda uji No. Keteranan Model Model JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN Jumlah elemen Jumlah nodal Jumlah derajat kebebaan (d.o.f Sumber: hail analii, 011 makro mikro Analii Model Makro Analii yan pertama kali dilakukan adalah analii denan menunakakan model makro tanpa bracin, model makro denan bracin baja, model makro bracin bambu. Hail analii yan didapat (output merupakan perpindahan, teanan dan reanan yan dihailkan tiap titik nodal. Pada pembahaan ini hanya akan diambil atu titik nodal penamatan aja ebaai perwakilan dari hail analii yan lain. Hail penujian dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 6 dimana menunjukkan bahwa denan adanya penambahan bracin maka kekuatan dan kekakuan dindin paanan batu bata bertambah. Melalui Tabel 3 dapat diketahui bahwa perpindahan arah x model makro tanpa bracin denan beban (P mak 16. KN mencapai mm edankan model makro bracin baja denan P mak KN mencapai mm dan model makro bracin bambu denan P mak KN mencapai mm. Hal ini berarti denan adanya penambahan bracin dan kondii beban yan berbeda maka perpindahan arah x model makro bracin baja 9.38% lebih kecil daripada model makro tanpa bracin baja dan perpindahan arah x model makro bracin bambu lebih bear 6.48% daripada model makro tanpa bracin. Perpindahan arah y model makro tanpa bracin mencapai mm, model makro bracin baja mencapai mm (7.59% lebih kecil daripada perpindahan model makro tanpa bracin

7 dan model makro bracin bambu mencapai mm (lebih kecil 6.91% daripada perpindahan model makro tanpa bracin. Denan bear pembebanan yan ama yaitu 16. KN maka diperoleh hail analii yan dapat dilihat pada Tabel 4. Melalui Tabel 4 dapat dilihat bahwa denan adanya penambahan bracin baja, perpindahan arah x mencapai mm yaitu 38.% lebih kecil daripada perindahan arah x makro tanpa bracin. Sedankan denan menunakan bambu ebaai bahan bracin, perpindahan arah x mencapai mm yaitu 14.19% lebih kecil daripada model makro tanpa bracin. Tabel 3. Hail analii model makro denan beban berulan pada nodal 564 Jeni penujian Model makro tanpa bracin Beban Perpindahan arah x Perpindahan arah y Model makro denan bracin baja Beban Perpindahan arah x Perpindahan arah y Model makro denan bracin bambu Beban Perpindahan arah x Perpindahan arah y Sumber : hail analii, 011 P e r pin da ha n (m m model makro tanpa bracin model makro bracin bambu -1.6 model makro bracin baja Gambar 6. Beban (KN Hail 16. KN mm mm KN mm mm KN mm mm Grafik Hubunan Beban Perpindahan Arah x Model Makro pada Titik Nodal 564 Tabel 4. Hail analii model makro denan beban yan ama pada nodal 564 Jeni penujian Hail Model makro tanpa bracin Beban 16. KN Perpindahan arah x mm Perpindahan arah y mm Model makro denan bracin baja Beban 16. KN Perpindahan arah x mm Perpindahan arah y mm Model makro denan bracin bambu Beban 16. KN Perpindahan arah x mm Perpindahan arah y mm Sumber : hail analii, 011 Pada nodal 564, nilai reanan dan teanannya bernilai 0, ehina untuk menetahui hail analii reanan dan teanan model makro maka diambil nilai reanan terbear yan terjadi pada nodal 4. Nilai reanan dan teanan yan terjadi pada nodal terebut dapat dilihat pada Tabel 5. Penambahan bracin baja memberikan tambahan kekuatan ehina reanan dan teanan yan terjadi pada model makro bracin baja memiliki nilai yan lebih kecil daripada model makro tanpa bracin denan rata-rata ebear 93.64% untuk reanan dan 90.41% untuk teanan. Analii Model Mikro Denan menunakan model mikro maka dapat diketahui aya-aya dalam yan terjadi pada tiap titik pertemuan (interface antara material yan atu denan yan lain. Seperti halnya denan model makro, hail analii model mikro hanya akan diambil atu titik nodal penamatan aja ebaai perwakilan dari hail analii yan lain. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

8 Hail penujian dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 7. Tabel 5. Hail reanan dan teanan model makro pada nodal 4 Jeni penujian Model makro tanpa bracin Beban Reanan arah x Reanan arah y Reanan arah xy Teanan arah x Teanan arah y Teanan arah xy Model makro denan bracin baja Beban Reanan arah x Reanan arah y Reanan arah xy Teanan arah x Teanan arah y Teanan arah xy Hail 16. KN x 10-4 mm x 10-4 mm x 10-4 mm x 10-9 MPa x 10-9 MPa x 10-8 MPa 16. KN x 10-5 mm x 10-5 mm x 10-5 mm x10-10 MPa x10-10 MPa x10-10 MPa Model makro denan 16. KN bracin bambu x 10-4 mm Beban Reanan arah x x 10-4 mm Reanan arah y x 10-4 mm Reanan arah xy x 10-8 MPa Teanan arah x x 10-9 MPa Teanan arah y x 10-8 MPa Teanan arah xy Sumber : hail analii, 011 Denan menunakan model mikro, perpindahan arah x yan terjadi pada model tanpa bracin denan beban 16. KN adalah mm. Sedankan perpindahan yan terjadi pada model mikro bracin baja denan beban KN adalah mm ehina bear perpindahan terebut lebih kecil 19.07% daripada model mikro tanpa bracin. Penunaan bambu ebaai bahan bracin pada model mikro bracin bambu denan beban KN menalami perpindahan ebear mm yaitu 0.39% lebih kecil daripada model mikro tanpa bracin. Tabel 6. Hail analii model mikro denan beban berulan pada nodal 1460 Jeni penujian Hail Model mikro tanpa bracin Beban 16. KN Perpindahan arah x mm Perpindahan arah y mm Model mikro denan bracin baja Beban Perpindahan arah x Perpindahan arah y KN mm mm Model mikro denan bracin bambu Beban KN Perpindahan arah x mm Perpindahan arah y mm Sumber : hail analii, 011 Pemberian beban yan ama yaitu 16. KN pada model mikro maka diperoleh hail analii yan dapat dilihat pada Tabel 7. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

9 Tabel 7. Hail analii model mikro denan beban yan ama pada nodal 1460 Jeni penujian Model mikro tanpa bracin Beban Perpindahan arah x Perpindahan arah y Reanan arah x Reanan arah y Reanan arah xy Teanan arah x Teanan arah y Teanan arah xy Model mikro denan bracin baja Beban Perpindahan arah x Perpindahan arah y Reanan arah x Reanan arah y Reanan arah xy Teanan arah x Teanan arah y Teanan arah xy Model mikro denan bracin bambu Beban Perpindahan arah x Perpindahan arah y Reanan arah x Reanan arah y Reanan arah xy Teanan arah x Teanan arah y Teanan arah xy Hail 16. KN mm mm x 10-6 mm.980 x 10-6 mm x 10-6 mm x 10-6 MPa x 10-6 MPa x 10-6 MPa 16. KN mm mm.086 x 10-7 mm x 10-7 mm x 10-7 mm x10-7 MPa x10-7 MPa x10-7 MPa 16. KN mm mm x 10-6 mm x 10-7 mm x 10-6 mm x 10-6 MPa x 10-6 MPa x 10-6 MPa Model mikro bracin baja menerima tambahan kekuatan dari baja ehina perpindahan yan terjadi mencapai mm yaitu 8.59% lebih kecil daripada perpindahan yan terjadi pada model mikro tanpa bracin. Denan menunakan bambu ebaai bahan bracin maka perpindahan model mikro bracin bambu mencapai mm (19.% lebih kecil daripada perpindahan model mikro tanpa bracin dan hail perpindahan yan diberikan oleh bracin baja dan bambu memiliki perbedaan ebear 13.1%. P e r p in d a h a n (m m Beban (KN Model Makro Tanpa Bracin Model Makro Bracin Baja Model Makro Bracin Bambu Gambar 7. Grafik Hubunan Beban- Perpindahan Arah x Model Mikro pada Titik Nodal 1460 Bracin baja memberikan tambahan kekuatan dan kekakuan ehina reanan yan terjadi lebih kecil 89.83% dan teanan yan terjadi lebih kecil 84.17% daripada model mikro tanpa bracin. Sedankan reanan yan dicapai model mikro bracin bambu lebih kecil 16.67% dan teanannya lebih kecil 1.86% daripada model mikro tanpa bracin. Perbandinan Hail Ekperimen dan Hail Analii Banyak faktor yan menyebabkan perbedaan antara hail ekperimen denan hail analii. Pendekatan yan dilakukan denan cara ekperimen di laboratorium dapat menambarkan perilaku pembebanan berulan yan lebih baik daripada pendekatan hail analii. Pembebanan yan diberikan ecara berulan dapat menyebabkan truktur menalami diipai eneri, kelelahan truktur, perubahan modulu elatiita bahan yan menyebabkan truktur menalami perpindahan lebih bear. Perbedaan hail ekperimen dan hail analii dapat dilihat pada Tabel 8. JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

10 Tabel 8. Perbandinan nilai perpindahan Jeni Perpindahan (mm Raio benda uji Keteranan Pendekatan Pendekatan Analii analii ekperimen Ekperimen Model tanpa 0% P mak (3.4 KN bracin 40% P mak (6.48 KN % P mak (9.7 KN Model bracin 0% P mak (3.67 KN Baja 40% P mak (7.344 KN % P mak ( KN % P mak ( KN Model bracin 0% P mak (3.996 KN bambu 40% P mak (7.99 KN % P mak ( KN % P mak ( KN KESIMPULAN DAN SARAN Keimpulan Dari hail analii maka dapat diambil keimpulan ebaai berikut: 1. Model mikro memiliki jumlah elemen dan derajat kebebaan yan lebih banyak daripada model makro dimana pada model mikro, modulu elatiita dan poion ratio dari batu bata dan pei diperhitunkan, edankan pada model makro diunakan peramaan yan mewakili kedua bahan terebut. Denan adanya jumlah elemen dan derajat kebebaan yan lebih bear daripada model makro, model mikro membutuhkan waktu dan memori yan lebih banyak untuk menyeleaikan uatu analii. Kondii ini menyebabkan model mikro tidak prakti diunakan untuk model denan dimeni bear, ehina dapat diunakan model makro ebaai alternatif model analii. Akan tetapi model mikro jua memiliki keuntunan daripada model makro yaitu hailnya lebih teliti dibandinkan denan model makro dan dapat menetahui aya-aya dalam yan terjadi pada daerah terhubunnya (interface batu bata dan pei.. Penambahan bracin pada dindin paanan batu bata dapat meninkatkan kekuatan dan kekakuan dindin terhadap repon beban berulan. Hal ini terjadi karena bracin yan menunakan bahan baja ataupun bambu memberikan tambahan kekuatan dalam menahan aya tarik yan diebabkan oleh beban berulan. Dindin paanan batu bata memiliki ifat yan ama eperti beton yaitu kuat menahan tekan tapi lemah dalam menahan tarik ehina denan adanya penambahan bracin maka dapat menatai kelemahan terebut. 3. Bambu merupakan bahan yan cukup efektif untuk diunakan ebaai bahan alternatif penanti baja ebaai bahan bracin. Bracin bambu dapat memberikan umbanan kekuatan yan baik ama eperti bracin baja pada dindin paanan batu bata walaupun memiliki perbedaan yaitu pada perilaku teanan-reanan baja dan bambu dimana dalam hal ini baja memberikan tambahan kekuatan yan lebih baik daripada bambu. 4. Nilai perpindahan dari hail penujian beban berulan pendekatan analii dan pendekatan ekperimen pada aat JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

11 beban awal tidak berbeda jauh yaitu perpindahan akibat beban 0% pada hail analii adalah dan hail ekperimen adalah Hal ini diebabkan karena adanya aumi yan hampir ama antara kedua pendekatan yaitu kondii awal truktur yan maih kompak dan denan beban awal kondii terebut belum berubah banyak. Akan tetapi eirin denan bertambahnya beban maka hail antara kedua pendekatan terebut memiliki perbedaan yan anat jauh. Perbedaan bear terebut diebabkan oleh adanya perbedaan kondii ekperimen di laboratorium dan kondii analii dimana kondii model di laboratorium yan udah menerima beban berulan yan emakin bear ehina truktur menalami kelelahan truktur yan dapat menurani kekuatan dan kekompakan model dimana hal terebut tidak dapat diraakan oleh model analii. Saran 1. Perlu adanya kajian teoriti yan lebih banyak dan teliti pada model makro denan bahan batu bata dan pei yan dihomoenkan ehina dapat diketahui perumuan-perumuan homoen lainnya yan dapat diunakan dalam analii.. Penelitian dapat dikembankan denan penunaan bracin ilan ehina dapat diketahui perbedaan penunaan bracin diaonal denan bracin ilan pada dindin paanan batu bata. DAFTAR PUSTAKA Bakhteri J., Makhtar, A. M., Sambaivam S Finite Element Modelin of Structural Clay Brick Maonry Subjected to Axial Compreion. Jurnal Teknoloi. 41(B Kuczma, M., Wybranowka, K Numerical Homoenization of Elatic Brick Maonry. Civil and Environmental Enineerin Report Loan, D.L A Firt Coure In The Finite Element method. PWS Publiher. Boton Lourenco, P. B., Alberto Z., Gabriele M. and Antonio T Homoeniation Approache for Structural Analyi of Maonry Buildin. Structural Analyi of Hitorical Contruction Lourenco, P. B Computational Strateie for Maonry Structure. Delf Univerity Pre. Netherland. Rivieccio, P. G. Homoenization Strateie and Computational Analyi for Maonry Structure Via Micro-Mechanical Approach. Tei. Univerity of Napoli Federico II Suanti, L Penaruh Penunaan Penekan (Bracin Pada Dindin Paanan Batu Bata Terhadap Repon Gempa. Tei. Proram Maiter Univerita Brawijaya, Malan JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 5, No. 011 ISSN

TINJAUAN KUAT GESER KOLOM BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RASIO BEBAN AKSIAL DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL

TINJAUAN KUAT GESER KOLOM BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RASIO BEBAN AKSIAL DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TINJAUAN KUAT GESER KOLOM BETON BERTULANG DENGAN ARIASI RASIO BEBAN AKSIAL DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL Johane Januar Sudjati 1 1 roram Studi Teknik Sipil, Univerita Atma Jaya Yoyakarta, Jl. Babarari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

BAB IV ESTIMASI DIMENSI. elemen yang berulang-ulang. Selain itu estimasi awal dapat memberikan. minimum dari elemen struktur yang akan ditinjau.

BAB IV ESTIMASI DIMENSI. elemen yang berulang-ulang. Selain itu estimasi awal dapat memberikan. minimum dari elemen struktur yang akan ditinjau. BB IV ESTIMSI DIMENSI 4.1. Estimasi Dimensi Sebelum menhitun struktur sebaiknya dilakukan estimasi awal dimensi elemen struktur. Estimasi awal berfunsi untuk menhindari penentuan dimensi elemen yan berulan-ulan.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB I ETODOLOGI ENELITIAN 4.1. INFORASI UU EODELAN STRUKTUR ATAS 4.1.1. emodelan Struktur emodelan sistem struktur-tanah dimodelkan dalam bentuk dua dimensi, seperti terlihat pada ambar 4.1. Sistem struktur

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK PERANCANGAN KOLOM BETON BERTULANG

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK PERANCANGAN KOLOM BETON BERTULANG Doen Pembimbing:. Tavio, ST, MS, Ph.D. Data Iranata, ST, MT, Ph.D. Ir. Iman Wimbadi, MS Ahmad Faa Ami 7 PENGEMBANGAN PERANGKAT UNAK MENGGUNAKAN METODE EEMEN HINGGA UNTUK PERANANGAN KOOM BETON BERTUANG

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan Daftar Notai hatam.an. - 1 DAFTAR NOTASI.:'#, a = bentang geer, jarak antara beban terpuat dan muka dari tumpuan. a = tinggi blok peregi tegangan tekan ekivalen. A = lua efektif beton tarik di ekitar tulangan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Analisis Perkuatan Wire Rope

Analisis Perkuatan Wire Rope Analii Perkuatan Wire Roe dan Tulangan Konvenional Balok Beton Bertulang Tamang T Momen Negatif Menggunakan Metode Layer (Mengabaikan Tulangan Saya) Dima Langga Chandra Galuh Program Studi Teknik Siil,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

TRY OUT SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 011 Waktu: 180 Menit PUSAT KLINIK PENDIDIKAN INDONESIA (PKPI) bekerjaaa denan LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SSCInterolui

Lebih terperinci

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua

Kajian Solusi Numerik Metode Runge-Kutta Nystrom Orde Empat Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Jurnal Gradien Vol. No. Juli 0 : -70 Kajian Solui Numerik Metode Runge-Kutta Nytrom Empat Dalam Menyeleaikan Peramaan Diferenial Linier Homogen Dua Zulfia Memi Mayaari, Yulian Fauzi, Cici Ratna Putri Jelita

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi

Bola Nirgesekan: Analisis Hukum Kelestarian Pusa pada Peristiwa Tumbukan Dua Dimensi Bola Nirgeekan: Analii Hukum Keletarian Pua pada Peritiwa Tumbukan Dua Dimeni Akhmad Yuuf 1,a), Toni Ku Indratno 2,b) 1,2 Laboratorium Teknologi Pembelajaran Sain, Fakulta Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

Analisis Kolom Langsing Beton Mutu Tinggi Terkekang terhadap Beban Aksial Tekan Eksentris. Bambang Budiono 1)

Analisis Kolom Langsing Beton Mutu Tinggi Terkekang terhadap Beban Aksial Tekan Eksentris. Bambang Budiono 1) Budiono Vol. 1 No. 4 Oktober 3 urnal TEKNIK SIPIL Analii Kolom Langing Beton Mutu Tinggi Terkekang terhadap Beban Akial Tekan Ekentri Bambang Budiono 1) Abtrak Studi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG GROUP BAB VII PERENANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG 7. Perenanaan Balok Induk Portal Melintang Perenanaan balok induk meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan geer/ engkang, tulangan badan, dan

Lebih terperinci

STUDI TRANSFORMASI GELOMBANG TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI BEO BARAT KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

STUDI TRANSFORMASI GELOMBANG TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI BEO BARAT KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.3 Maret 06 (55-64) ISSN: 337-673 STDI TRNSFORMSI GELOMBNG TERHDP PERBHN GRIS PNTI BEO BRT KBPTEN KEPLN TLD Satria Putra Tawoeda Hanje.J Tawa, Fuad Halim Fakulta Teknik Juruan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

4 Analisis Struktur Dermaga Eksisting

4 Analisis Struktur Dermaga Eksisting Bab 4 4 Analii Struktur Dermaga Ekiting Penanganan Keruakan Dermaga Studi Kau Dermaga A I Pelabuhan Palembang 4.1 Umum Anali truktur dermaga ekiting dengan menggunakan perangkat lunak Structural Analyi

Lebih terperinci

KENDALA PERENCANAAN DARI PONDASI RAKIT TIANG PANCANG

KENDALA PERENCANAAN DARI PONDASI RAKIT TIANG PANCANG Jurnal item Teknik Indutri Volume 6, No. Oktober 5 KENL PERENCNN RI PONI RKIT TING PNCNG Mawardi ta Pengajar epartemen Teknik ipil FT UU btrak: Kendala dari perilaku pondai rakit-tiang pacang udah banyak

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI

ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI ANALISA PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN TARIK SERAT PELEPAH PISANG EPOKSI Nanang Endriatno Staf Pengajar Program Studi Teknik Mein Fakulta Teknik Univerita Halu Oleo, Kendari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS VARIABEL MEDIATOR BERDASARKAN KONTRIBUSINYA DALAM MODEL MEDIASI SEDERHANA

EFEKTIVITAS VARIABEL MEDIATOR BERDASARKAN KONTRIBUSINYA DALAM MODEL MEDIASI SEDERHANA EFEKTIVITAS VARIABEL MEDIATOR BERDASARKAN KONTRIBUSINYA DALAM MODEL MEDIASI SEDERHANA Deddy A. Suhardi (deddy_a@mail.ut.ac.id) Ifarudi (ifarudi@mail.ut.ac.id) Juruan Statitika, FMIPA, Univerita Terbuka

Lebih terperinci

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN

LINGKARAN PENGUATAN KONSTAN LINGKARAN PENGUATAN KONTAN Kau Uniatera ( 0 Penuatan makimum dieroeh ada kondii : untuk dan maka enuatan G dan G 0. Untuk embaran niai G dan G yan berada diantara no dan niai makimumnya, G -max dan G -max,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT GESER KOLOM BETON BERTULANG YANG MEMIKUL BEBAN LATERAL SIKLIK

PERBANDINGAN KUAT GESER KOLOM BETON BERTULANG YANG MEMIKUL BEBAN LATERAL SIKLIK Konfereni Naional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERBANDINGAN KUAT GESER KOLOM BETON BERTULANG YANG MEMIKUL BEBAN LATERAL SIKLIK Johane Januar Sudjati 1 1 Program Studi Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi, ebagian bear pelaku teknik ipil memanaatkan komputer untuk menyeleaikan pekerjaan analia truktur. Dalam prakteknya pekerjaan analia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam uatu truktur bangunan beton bertulang khuunya pada kolom akan terjadi momen lentur dan gaya akial yang bekerja ecara berama ama. Momen - momen ini yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG TIANG PANCANG TERHADAP AMPLITUDO GETARAN PADA PERENCANAAN PONDASI ALTERNATIF TURBIN GAS

STUDI PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG TIANG PANCANG TERHADAP AMPLITUDO GETARAN PADA PERENCANAAN PONDASI ALTERNATIF TURBIN GAS JURNAL TEKNIK POMITS (204) STUDI PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG TIANG PANCANG TERHADAP AMPLITUDO GETARAN PADA PERENCANAAN PONDASI ALTERNATIF TURBIN GAS Hasby Siddiq Muhammad A.md., Ir. Suwarno M.En., Ir.

Lebih terperinci

BAB III PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN

BAB III PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN BAB III PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN 3.1 PRINSIP PERENCANAAN Pada daarna didalam perencanaan komponen truktur ang dieani lentur, akial atau kominai ean lentur dan akial haru dipenuhi ketentuan ang tertera

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN MODEL KERUNTUHAN PROFIL HEXAGONAL DAN CIRCULAR CASTELLATED BEAM DENGAN PROGRAM FEA

ANALISA PERBANDINGAN MODEL KERUNTUHAN PROFIL HEXAGONAL DAN CIRCULAR CASTELLATED BEAM DENGAN PROGRAM FEA ANALISA PERBANDINAN MODEL KERUNTUHAN PROFIL HEXAONAL DAN CIRCULAR CASTELLATED BEAM DENAN PRORAM FEA Saidul Ulum, Budi Suwanto, ST, MT, P.hD, Ir. Heppy Kritijanto, MS Juruan Teknik Sipil, Fakulta Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah, siswa kelas X semester genap, sebanyak III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah, iwa kela X emeter genap, ebanyak enam kela di SMA Taman Siwa Bandar Lampung tahun pelajaran 010-011. Teknik ampling yang

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM ELEKTROMEKANIKA

MODEL MATEMATIKA SISTEM ELEKTROMEKANIKA MOD MATMATIA SISTM TOMANIA PNGANTA Pada baian ini akan dibaha enenai ebuaan odel aeaika dari ie elekroekanika baik dala benuk eraaan differenial, funi alih auun diara blok Sie elekroekanika eruakan abunan

Lebih terperinci

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2

2 H g. mv ' A, x. R= 2 5 m R2 ' A. = 1 2 m 2. v' A, x 2 SOLUSI. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= H B. Jarak d yan dibutuhkan adalah d=v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik sistem

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

PENGANTAR EKONOMI MIKRO PENGANTAR EKONOMI MIKRO www.febriyanto79.wordpre.com LOGO TEORI ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Elatiita ebagai % perubahan variabel dependen ebagai akibat perubahan variabel independen ebear 1% Teori

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan

Jadi F = k ρ v 2 A. Jika rapat udara turun menjadi 0.5ρ maka untuk mempertahankan gaya yang sama dibutuhkan Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: 1. Sebuah pesawat denan massa M terban pada ketinian tertentu denan laju v. Kerapatan udara di ketinian itu adalah ρ. Diketahui bahwa aya ankat udara pada pesawat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ELEMEN PRACETAK

BAB IV PERHITUNGAN ELEMEN PRACETAK BAB IV PERHITUNGAN ELEMEN PRACETAK 4. PERHITUNGAN PELAT PRACETAK Elemen pelat direncanakan menggunakan beton pracetak prategang dengan peifikai f c40 Mpa untuk beton pracetak dan baja tulangan dengan fy

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY )

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY ) Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 44 52 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konep Daar Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton ang ditulangi dengan lua dan jumlah tulangan ang tidak kurang dari nilai minimum, ang diaratkan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MORTAR TERHADAP DEFORMASI DINDING BATA MERAH LOKAL

PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MORTAR TERHADAP DEFORMASI DINDING BATA MERAH LOKAL PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MORTAR TERHADAP DEFORMASI DINDING BATA MERAH LOKAL Aldi Jaka Asmara Dana, Wisnumurti, Lilya Susanti Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jl.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada 0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.

Lebih terperinci

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI

DEFINISI DAN RUANG SOLUSI DEFINISI DAN RUANG SOLUSI Pada bagian ini akan dibaha tentang bai dan dimeni menggunakan pengertian dari kebebaan linear ( beba linear dan merentang ) yang dibaha pada bab ebelumnya. Definii dari bai diberikan

Lebih terperinci

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987)

p da p da Gambar 2.1 Gaya tekan pada permukaan elemen benda yang ter benam aliran fluida (Mike Cross, 1987) 6.3 Gaya Hambat Udara Ketika udara melewati suatu titik tankap baik itu udara denan kecepatan konstan ( steady ) maupun denan kecepatan yan berubah berdasarkan waktu (unsteady ), kecenderunan alat tersebut

Lebih terperinci

Pengertian tentang distribusi normal dan distribusi-t

Pengertian tentang distribusi normal dan distribusi-t Juruan Teknik Sipil Fakulta Teknik Sipil dan Perencanaan 8 Univerita Mercu Buana MODUL 8 STATISTIKA DAN PROBABILITAS 8.1 MATERI KULIAH : Pengertian umum ditribui normal. 8. POKOK BAHASAN :. Pengertian

Lebih terperinci

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU

BAB VIII ALIRAN DI BAWAH PINTU BAB III ALIRAN DI BAWAH PINTU III TUJUAN PERCOBAAN Menamati aliran didasarkan atas pemakaian persamaan Bernouli untuk aliran di bawah pintu III ALAT-ALAT ANG DIGUNAKAN Flume beserta perlenkapanya Model

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g

! 2 H g. &= 1 2 m 2 SOLUSI OSN A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A= Jarak d yang dibutuhkan adalah d =v 0 g SOLUSI OSN 009. A. Waktu bola untuk jatuh diberikan oleh : t A=! H B.! Jarak d yan dibutuhkan adalah d =v 0 t A =v H 0 i. Karena bola tidak slip sama sekali dan tumbukan lentin sempurna maka eneri mekanik

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK

MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK MODEL MATEMATIK SISTEM FISIK PEMODELAN MATEMATIK Model Matematik Gambaran matematik dari karakteritik dinamik uatu item. Beberapa item dinamik eperti mekanika, litrik, pana, hidraulik, ekonomi, biologi

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Matrik Alih Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Matrik Alih Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Pengantar Dalam Peramaan Ruang Keadaan berdimeni n, teradapat

Lebih terperinci

STUDI KOLOM BIAKSIAL BERPENAMPANG LINGKARAN TANPA PENGEKANGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0

STUDI KOLOM BIAKSIAL BERPENAMPANG LINGKARAN TANPA PENGEKANGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 STUDI KOLOM BIAKSIAL BERPENAMPANG LINGKARAN TANPA PENGEKANGAN MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN VISUAL BASIC 6.0 Oleh 1.Tavio, S.T., M.T., Ph.D Doen /Staf pengajar Juruan Teknik Sipil Intitut Teknologi 10 Nopember

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m)

BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF(5m) BAB III PEMBAHASAN TEOREMA DAN LEMMA YANG DIBUTUHKAN DALAM KONSTRUKSI ARITMETIK GF5m) Teori finite field mulai diperkenalkan pada abad ke tujuh dan abad ke delapan dengan tokoh matematikanya Pierre de

Lebih terperinci

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indra Degree Karimah

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indra Degree Karimah ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON BERPENAMPANG BULAT MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Indra Degree Karimah ABSTRAK Perhitungan raio tulangan pada kolom beton angat ignifikan karena dalam perhitungan raio

Lebih terperinci