BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis di bidang ekonomi, sosial dan sebagainya, diperlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang masa yang akan daang. Kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, dikenal dengan peramalan (forecasing) (Assauri, 984, p). Sedangkan menuru Webser (986, p3), peramalan adalah dugaan yang dibua secara sederhana enang apa yang akan erjadi di masa depan berdasarkan informasi yang ersedia saa ini. Dalam usaha unuk meliha dan mengkaji siuasi dan kondisi di masa depan maka harus dilakukan peramalan. Oleh karena iu perlu diperkirakan aau diramalkan siuasi apa dan kondisi bagaimana yang akan erjadi pada masa depan, karena hal ini dibuuhkan unuk menenukan langkah-langkah yang perlu dilakukan unuk mencapai hasil yang diinginkan. Peramalan diperlukan karena adanya kebuuhan unuk mengeahui apa yang mungkin akan erjadi pada masa yang akan daang. Jadi dalam menenukan langkah-langkah iu perlu diperkirakan hal-hal apa saja yang akan erjadi sehingga dapa mengeahui ancaman yang mungkin erjadi. Kegunaan dari peramalan erjadi pada waku pengambilan kepuusan. Seiap orang selalu dihadapkan pada masalah pengambilan kepuusan. Kepuusan yang baik adalah kepuusan yang didasarkan aas perimbangan-perimbangan yang maang dan perkiraan enang kejadian yang mungkin akan erjadi. Apabila ramalan yang dihasilkan kurang epa, maka kepuusan yang diambil idak akan mencapai hasil yang memuaskan. Dengan meramalkan kejadian yang akan daang, indakan-indakan yang akan daang

2 7 dapa direncanakan dengan maang sehingga dapa mengurangi kerugian aau menambah keunungan sera dapa menganisipasi hal-hal yang idak diinginkan. Dengan demikian dapa diliha bahwa peramalan memiliki peranan yang sanga pening, baik dalam peneliian, perencanaan maupun dalam pengambilan kepuusan. Teapi dapa diperhaikan bahwa peramalan memiliki ujuan unuk memperkecil kemungkinan kesalahan. Baik idaknya suau ramalan sanga erganung pada fakor daa dan meode sera kebenaran asumsi yang digunakan. 2.2 Jenis-jenis Peramalan Pada umumnya peramalan dapa dibedakan dari beberapa segi erganung dari cara melihanya. Apabila diliha dari sifa penyusunannya, maka peramalan dapa dibedakan aas dua macam, yaiu (Assauri, 984, p3) : ) Peramalan yang subjekif, yaiu peramalan yang didasarkan aas perasaan aau inuisi dari orang yang menyusunnya. 2) Peramalan yang objekif, adalah peramalan yang didasarkan aas daa yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan eknik-eknik dan meodemeode dalam penganalisisan daa ersebu. Disamping iu, jika diliha dari jangka waku ramalan yang disusun, maka peramalan dapa dibedakan aas dua macam pula, yaiu (Assauri, 984, p4) : ) Peramalan jangka panjang, yaiu peramalan yang dilakukan unuk penyusunan hasil ramalan yang jangka wakunya lebih dari sau seengah ahun aau iga semeser. 2) Peramalan jangka pendek, yaiu peramalan yang dilakukan unuk penyusunan hasil ramalan dengan waku yang kurang dari sau seengah ahun, aau iga

3 8 semeser. Oleh karena iu, peramalan jangka pendek menggunakan eknik analisa hubungan dimana sau-saunya variabel yang mempengaruhi adalah waku. Dalam peramalan jangka pendek selalu diemui adanya pola musiman. Jadi pada bulan-bulan aau riwulan yang sama seiap ahun mempunyai nilai variabel cukup inggi, dan pada bulan-bulan aau riwulan erenu lainnya mempunyai nilai variabel yang cukup rendah. Oleh karena iu dalam peramalan jangka pendek perlu diinjau dahulu apakah dere daa yang ada memiliki pola musiman. Berdasarkan sifa ramalan yang elah disusun, maka peramalan dapa dibedakan aas dua macam, yaiu (Assauri, 984, p4) : ) Peramalan kualiaif, yaiu peramalan yang didasarkan aas daa kualiaif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibua sanga erganung pada orang yang membuanya, karena dienukan berdasarkan pemikiran yang bersifa inuisi, judgmen aau pendapa, dan pengeahuan sera pengalaman dari penyusunnya. 2) Peramalan kuaniaif, yaiu peramalan yang didasarkan aas daa kuaniaif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibua sanga erganung pada meode yang dipergunakan dalam peramalan ersebu. Menuru Makridakis, Wheelwrigh dan McGee (999, p20), iga kondisi penerapan peramalan ini adalah : ersedia informasi enang masa lalu, informasi ersebu dapa dikuaniaifkan dalam benuk daa numerik dan dapa diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan erus berlanju di masa mendaang. Menuru Reksohadiprodjo (989, p5), peramalan kuaniaif dapa dibagi lagi menjadi dere waku, kausalias dan pemanauan.

4 9 2.3 Langkah-langkah Peramalan Peramalan yang baik adalah peramalan yang dilakukan dengan mengikui langkah-langkah aau prosedur penyusunan yang baik yang akan menenukan kualias aau muu dari hasil peramalan yang disusun. Pada dasarnya ada iga langkah peramalan yang pening, yaiu (Assauri, 984, p5): ) Menganalisis daa yang lalu, ahap ini berguna unuk pola yang erjadi pada masa lalu. 2) Menenukan meode yang dipergunakan. Meode yang baik adalah meode yang memberikan hasil ramalan yang idak jauh berbeda dengan kenyaaan yang erjadi. 3) Memproyeksikan daa yang lalu dengan menggunakan meode yang dipergunakan, dan memperimbangkan adanya beberapa fakor perubahan (perubahan kebijakan-kebijakan yang mungkin erjadi, ermasuk perubahan kebijakan pemerinah, perkembangan poensi masyaraka, perkembangan eknologi dan penemuan-penemuan baru). 2.4 Meode Pemulusan (Smoohing) Eksponensial Meode ini disebu eksponensial karena menggunakan pemboboan menurun secara eksponensial erhadap nilai pengamaan yang lebih lama. Meode pemulusan eksponensial erdiri aas unggal, ganda, dan meode yang lebih rumi lainnya. Semuanya mempunyai sifa yang sama, yaiu nilai yang lebih baru diberikan bobo yang relaif lebih besar dibandingkan nilai pengamaan yang lebih lama.

5 Pemulusan Eksponensial Tunggal Meode pemulusan eksponensial unggal (Single Exponenial Smooing/SES) minimal membuuhkan dua buah daa unuk meramalkan nilai yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Beriku ini rumusan dalam pemulusan eksponensial unggal (Makridakis e al., 999, p0) : X X N F + = F + (2-) N N Jika pengamaan yang lama X idak ersedia maka nilainya harus diganikan dengan N suau nilai pendekaan. Salah sau penggani yang mungkin adalah nilai ramalan periode sebelumnya F. Dengan melakukan subsiusi ini, persamaan (2-) menjadi persamaan (2-2) kemudian diulis kembali menjadi persamaan (2-3) (Makridakis e al., 999, p02). X F F + = F + (2-2) N N F N N + = X + F (2-3) (Perhaikan bahwa jika daanya sasioner, maka subsiusi di aas merupakan pendekaan yang cukup baik, namun bila erdapa rend, meode SES yang dijelaskan di sini idak cukup baik). Dari persamaan (2-3) dapa diliha bahwa ramalan ini ( F + ) didasarkan aas pemboboan pada observasi yang erakhir dengan suau nilai bobo (/N) dan pemboboan ramalan yang erakhir sebelumnya ( F ) dengan suau bobo [-(-N)]. Oleh karena N merupakan suau bilangan posiif, /N akan menjadi suau konsana anara nol (jika N ak erhingga) dan (jika N=). Dengan menggani /N dengan α, persamaan (2-3) menjadi (Makridakis e al., 999, p03) :

6 F ) + = αx + ( α F (2-4) Meode ini banyak mengurangi masalah enang penyimpanan daa, karena kia idak perlu lagi menyimpan semua daa hisoris yang ada sebelumnya. Daa-daa yang perlu disimpan hanya pengamaan erakhir (X ), ramalan erakhir (F ) dan suau nilai α yang harus disimpan. Persamaan pemulusan eksponensial dapa diliha dengan lebih baik bila persamaan (2-4) diperluas dengan menggani F dengan komponennya sebagai beriku (Makridakis e al., 999, p 03) : F F X ( α )[ αx + ( α ) F ] = α + 2 ( α ) X + ( α ) F = X + α α (2-5) Jika proses subsiusi ini diulang dengan menggani F dengan komponennya, F 2 dengan komponennya, dan seerusnya, hasilnya adalah persamaan (3-6) (Makridakis e al., 999, p03) : F + = α α 2 X + α( α ) X + α( α ) X N ( α ) X ( α ) F ( N ) (2-6) Misalkan α =0,2; 0,4; 0,6; 0,8. Maka bobo yang diberikan pada nilai pengamaan observasi masa lalu akan menjadi sebagai beriku :

7 2 Tabel 2. Pemboboan Nilai Pengamaan (Makridakis e al., 999, p03) Bobo yang α =0,2 α =0,4 α =0,6 α =0,8 diberikan pada : X 0,2 0,4 0,6 0,8 X 0,6 0,24 0,24 0,6 X 0,28 0,44 0,096 0,032 2 X 0,024 0,0886 0,0384 0, X (0,2)(0,8) 4 (0,4)(0,6) 4 (0,6)(0,4) 4 (0,8)(0,2) Pengerian Regresi Meode regresi didasarkan pada peneapan suau persamaan esimasi menggunakan eknik leas squares. Hubungan yang ada perama-ama dianalisa secara saisik. Keepaan peramalan dengan meode ini sanga baik unuk peramalan jangka pendek. Meode ini banyak digunakan unuk peramalan penjualan, perncanaan keunungan, peramalan perminaan dan peramalan keadaan ekonomi. Daa yang dibuuhkan unuk penggunaan meode peramalan ini adalah daa kuaralan dari beberapa ahun yang lalu Regresi Linear Sederhana Unuk analisis regresi (Sudjana, 2003, p6) akan dibedakan dua jenis variabel yaiu variabel bebas aau variabel predikor dan variabel ak bebas aau variabel respon. Penenuan variabel mana yang bebas dan mana yang ak bebas dalam beberapa hal idak

8 3 mudah dapa dilaksanakan. Sudi yang cerma, diskusi yang seksama, berbagai perimbangan, kewajaran masalah yang dihadapai dan pengalaman akan membanu memudahkan penenuan. Variabel yang mudah didapa aau ersedia sering dapa digolongkan ke dalam variabel bebas, sedangkan variabel yang erjadi karena variabel bebas iu merupakan variabel ak bebas. Unuk keperluan analisis, variabel bebas akan dinyaakan dengan X,...,, X 2 X k ( ) k sedangkan variabel ak bebas akan dinyaakan dengan Y. Misalnya, unuk fenomena yang melipui hasil panen padi dan volume pupuk yang digunakan, sebaiknya diambil variabel bebas aau predikor X = volume pupuk dan variabel ak bebas aau respon Y = hasil panen. Unuk iga variabel yang melipui perumbuhan bakeri, seperi macam za peranara empa bakeri hidup dan waku, dapa diambil respon Y = perumbuhan bakeri, predikor X = macam za peranara dan predikor X 2 = waku. Teapi unuk dua variabel enang bera dan inggi badan, salah sau dapa dipilih sebagai variabel bebas. Demikian pula jika masalah yang dipelajari iu berhubungan dengan hasil uji unuk maemaika, fisika, biologi dan kimia. Karena anara respon Y sebenarnya dan respon yang diperoleh dari regresi pada umumnya harganya berbeda, maka unuk respon yang didapa dari regresi akan diberi lambang Y dengan opi, yakni Y ). Model aau persamaan regresi linear sederhana Y aas X, secara umum berbenuk : ) Y = a+ bx (2-7) Benuk persamaan diaas akan dicari dengan menggunakan daa hasil pengamaan (epanya pasangan daa X i dan Y i ) sehingga regresi yang diperoleh merupakan benuk hubungan yang paling cocok dengan pola daa pengamaan. Pola ini dapa dikeahui,

9 4 aau diduga dari grafik daa pengamaan yang digambarkan menggunakan sumbu daar X dan sumbu egak Y. Gambar iap pasang daa X i dan Y i pada sisem sumbu ini akan berupa iik-iik sehingga erjadi kumpulan iik-iik yang erpencar. Oleh karena iu, grafiknya sering disebu pula diagram pencar. Apabila leak iik-iik pada diagram pencar iu cenderung mengikui pola lurus, diduga regresi Y aas X akan lurus aau linear dan unuk iu persamaan umumnya seperi dalam persamaan (2-7). Dalam hal lain, yakni bila leak iik-iik pada diagram pencar jauh dari kecenderungan mengikui pola lurus, diduga regresinya non linear dan persamaannya idak berbenuk seperi dalam persamaan (2-7) melainkan benuk lain. 2.6 Meode Thea Dinyaakan { X,..., X n} sebagai daa dere waku univaria yang diamai. Dari {,..., n } dere ersebu dibenuk sebuah dere Y ( ) Y ( ) θ θ sehingga Y "( θ ) = θ X " (2-8) dimana X " adalah selisih kedua dari X dan Y "( θ ) adalah selisih kedua dari ( ) Y θ. Dari persamaan (2-8) merupakan rumus selisih kedua dan menuru Box (994) menghasilkan Y( θ ) = a + b ( ) + θ X (2-9) θ θ dimana a θ dan b θ adalah konsan. Sehingga Y ( θ ) ekuivalen dengan fungsi linear dari X dengan menambahkan sebuah rend linear. Assimakopoulos dan Nikolopoulos (2000) menyaakan Y ( θ ) sebagai sebuah garis hea. Unuk sebuah θ yang eap, dikeahui bahwa nilai dari Y ( θ ) dan Y2( θ ) Y( θ ) yang menyederhanakan selisih jumlah kuadra

10 5 X ( ) 2 ( ) ( ) 2 Y θ = θ X aθ bθ (2-0) i= i= Persamaan ini ekuivalen unuk menyederhanakan jumlah kuadra di aas dengan menginga a θ dan b θ. Sehingga ini menjadi sebuah regresi sederhana anara ( θ ) dengan waku. Oleh karena iu, solusinya adalah ( θ ) $ 6 2 (2-) n bθ, n = X 2 ( n ) X n + n = $ 2 (2-2) dan a$ θ, n = ( θ ) X bθ, n( n ) Diinga bahwa nilai raa raa (nilai engah) dari dere waku yang baru adalah Y = a, + b $, n 2+ θx = X (2-3) ( θ) $ θ n θ n( ) 2 Y + p + Y p = Xkarena Selanjunya, mudah diliha bahwa ( ) ( ) a$ $ + pn, + a pn, = 0 dan b$ + pn, + b$ pn, = 0. X Peramalan dengan meode Thea didapa melalui raa raa bobo dari peramalan dari ( ) Y θ unuk nilai nilai berbeda dari θ. Assimakopoulos dan Nikolopoulos (2000) menjelaskan bagaimana mendapakan nilai ramalan unuk θ = 0 dan θ = 2. Mereka mendefinisikan ( ) ( ) X n+ h= 2 Y n+ h 0 + Y n+ h 2 (2-4) dimana : X n+ h= nilai peramalan (F) ( 0) Y n+ h = nilai peramalan dari hea berbobo 0 ( 2) Y n+ h = nilai peramalan dari hea berbobo 2

11 6 Y n+ h( 0) didapa dengan mengeksrapolasikan linear dari persamaan (2-9) dan Y n+ h( 2) didapa dengan menggunakan meode pemulusan eksponensial unggal (SES) pada dere { } waku Y ( 2). Sehingga, + = + $ + (2-5) ( 0) $ 0, 0, ( ) Y n h a n b n n h Pendekaan Makridakis, e al (999) menyaakan n i n n+ h( 2) = α ( α) n i( 2) + ( α) ( 2) (2-6) i= 0 Y Y Y dimana α adalah koefisien pemulusan unuk SES. Melalui hasil di aas dapa dikombinasikan unuk mendapakan penjelasan sederhana unuk peramalan X n+ h. Dari persamaan (2-5) didapa ( ) n i ( ) ( ) $ n ( ) ( ) $ n+ h 2 = α α 2, n + $ 2, n + 2 n i + α 2, n + 2 i= 0 Y a b n i X a X n = a2, n + b$ 2, n n + + 2X n+ h (2-7) α α $ ( α ) dimana X n+ hadalah peramalan SES unuk dere waku { X }. Dengan menginga bahwa a$ $ 2, n = a0, n dan b $ 2, n = b $ 0, n, maka diperoleh ( α ) n X n+ h= X n+ h+ 2 b$ 0, n h + (2-8) α α Unuk n yang besar, maka dapa diulis menjadi $ 2 ( ) (2-9) X n+ h= X n+ h+ b0, n h + α Sehingga ini adalah SES dengan menambahkan rend dimana slope dari rend ini adalah seengah dari garis rend yang disesuaikan dengan dere waku asli.

12 7 2.7 Auokorelasi (ACF) Auokorelasi di anara nilai-nilai yang beruru-uru dari daa merupakan suau ala penenu aau kunci dari idenifikasi pola dasar yang menggambarkan daa iu. Seperi elah dikeahui bahwa konsep korelasi di anara dua variabel menyaakan asosiasi aau hubungan dianara dua variabel. Nilai korelasi menunjukkan apa yang erjadi aas salah sau variabel, erdapa perubahan dalam variabel lainnya. Tingka korelasi ini diukur dengan koefisien korelasi yang besarnya bervariasi di anara + dan -. Suau nilai koefisien yang mendekai + menunjukkan kuanya hubungan posiif dianara dua variabel iu. Ini berari bahwa bila nilai dari salah sau variabel meningka aau berambah, maka nilai daripada variabel lainnya juga cenderung berambah. Demikian pula halnya dengan nilai koefisien korelasi yang mendekai -, menunjukkan berambahnya nilai salah sau variabel akan mengakibakan urunnya aau kurangnya nilai dari variabel lainnya. Suau nilai koefisien korelasi nol menunjukkan bahwa kedua variabel secara saisik adalah bebas, idak erganung sau dengan lainnya, sehingga idak ada perubahan dalam sau variabel, bila variabel lainnya berubah. Suau koefisien auokorelasi adalah sama dengan suau koefisien korelasi hanya bedanya bahwa koefisien ini menggambarkan assosiasi aau hubungan anara nilai-nilai dari variabel yang sama, eapi pada periode waku yang berbeda. Auokorelasi memberikan informasi yang pening enang susunan aau srukur daa dan polanya. Dalam suau kumpulan daa acak yang lengkap, auokorelasi dianara nilai-nilai daa dari ciri musiman dan siklus akan mempunyai auokorelasi yang kua. Sebagai conoh, informasi yang menunjukkan suau hubungan yang posiif di anara emperaur seiap dua belas bulan beruru-uru merupakan informasi yang diperoleh dengan perhiungan auokorelasi yang dapa dipergunakan dalam pendekaan Box-

13 8 Jenkins unuk mengidenifikasikan model peramalan yang opimal. Dengan mengeahui nilai koefisien auokorelasi dapa dikeahui pula ciri, pola dan jenis daa, sehingga dapa memenuhi maksud unuk mengidenifikasikan suau model enaif aau percobaan yang dapa disesuaikan dengan daa. Menuru Makridakis (Makridakis e al., 999, p ), auokorelasi unuk ime-lag,2,3,4,..,k dapa dicarikan dan dinoasikan sebagai beriku: r k = n k = ( Y Y)( Y+ k Y) n = ( Y Y) 2 (2-20) Dengan koefisien auokorelasi dari daa acak mempunyai sebaran penarikan conoh yang mendekai kurva normal dengan nilai engah nol dan gala sandar 2.8 Saisik Durbin-Wason Uji saisik Durbin-Wason menguji hipoesis bahwa idak erdapa auokorelasi pada nilai sisa/gala. Saisik Durbin-Wason adalah sebagai beriku (Suprano, 200, p270) : D W = n = 2 ( e n = e e 2 ) 2 (2-2) dimana : e adalah X F Disribusi Durbin-Wason adalah simerik di sekiar 2, yaiu nilai engahnya. Dengan demikian selang kepercayaan dapa dibenuk yang melibakan lima wilayah seperi yang diunjukkan pada gambar dibawah ini.

14 9 Tidak ada auokorelasi Ada auokorelasi Tidak dikeahui Tidak dikeahui D L D u D u 4 - D L Gambar 2. Grafik Disribusi Durbin-Wason (Makridakis e al., 999, p 340) Lima selang yang dimaksudkan adalah (Reksohadiprodjo, 989, p 94) :. Kurang dari D L maka ada auokorelasi posiif. 2. Anara D L dan D U maka idak dapa disimpulkan. 3. Anara D U dan 4 D U maka idak ada auokorelasi. 4. Anara 4 D U dan 4 D L maka idak dapa disimpulkan. 5. Lebih dari 4 D L maka ada auokorelasi negaif. Ada auokorelasi 2.9 Pemeriksaan Oulier Walaupun erdapa banyak definisi, oulier biasanya dianggap sebagai sebuah iik daa yang erleak jauh di luar baas normal aau selang kepercayaan dari variabel aau daa populasi. Oulier dapa memberikan pengaruh besar dalam analisa saisika, seperi meningkakan keragaman dan mengurangi kepercayaan saa pengujian. Oulier dapa muncul dari penyebab yang berbeda, misalnya kesalahan pencaaan dan pengukuran sera kesalahan pendugaan.

15 20 Terdapa berbagai macam cara dalam menenukan oulier dari populasi, salah saunya adalah dengan menenukan disribusi normal dari daa. Hal ini dilakukan dengan menenukan selang kepercayaan sebesar 95% dari sandar deviasi daa ersebu, kemudian menambahkan dan mengurangkannya pada raa raa daa sehingga diperoleh baas bawah dan baas aas dari daa. Kemudian jika diperoleh nilai yang berada di luar baas ersebu maka nilai ersebu dapa dinyaakan sebagai oulier. Z α /2 2 X X X ± (2-22) Selain menenukan oulier, dibuuhkan cara mengaasi oulier ersebu. Cara yang mudah dan sering digunakan adalah dengan menggunakan meode raa raa berdekaan yaiu mengubah nilai yang dinyaakan sebagai oulier dengan nilai raa raa dari nilai yang erdapa sesudah (+) dan sebelum (-) dari nilai ersebu. Dalam hal ini erdapa beberapa kasus erenu dimana diperlukan cara mengaasi yang khusus, yaiu apabila oulier erdeeksi berada di daa perama aau daa erakhir. Maka hal ini diaasi dengan mengubah nilai oulier ersebu dengan nilai sesudah oulier (+) apabila erdapa pada daa perama sedangkan apabila erdapa pada daa erakhir maka nilai oulier ersebu digani dengan nilai sebelum oulier (-) 2.0 Keepaan Meode Peramalan Makridakis, Wheelwrigh, dan McGee (999, p 57-58) menyaakan bahwa dalam banyak hal, kaa keepaan (accuracy), menunjuk ke kebaikan suai, yang pada akhirnya penunjukkan seberapa jauh model peramalan ersebu mampu mereproduksi daa yang elah dikeahui. Dalam pemodelan dere berkala, sebagian daa yang dikeahui

16 2 dapa digunakan unuk meramalkan sisa daa berikunya sehingga memungkinkan orang unuk mempelajari keepaan ramalan secara lebih langsung. Bagi pemakai ramalan, keepaan ramalan yang akan daang adalah yang paling pening. Bagi pembua model, kebaikan suai model unuk faka yang dikeahui harus diperhaikan. Beriku akan dijelaskan mengenai beberapa meode yang digunakan unuk mengeahui keepaan sebuah meode peramalan 2.0. Mean Squared Error (MSE) Makridakis, Wheelwrigh, dan McGee (999, p58) mempunyai beberapa ukuran saisik sandar unuk mengukur keepaan hasil peramalan. Ukuran beriku menunjukkan pencocokan suau model erhadap daa hisoris. Perbandingan nilai MSE yang erjadi selama ahap pencocokan peramalan mungkin memberikan sediki indikasi keepaan model dalam peramalan. e = X F (2-22) dimana : e = gala unuk periode ke-. X = daa akual unuk periode ke- F = ramalan unuk periode ke- Jika erdapa nilai pengamaan dan ramalan unuk n periode waku, maka akan erdapa n buah gala dan ukuran saisik sandar beriku yang dapa didefinisikan Nilai Tengah Gala Kuadra (Mean Squared Error) MSE = n 2 e / n (2-23) i=

17 22 2. Aplikasi Rekayasa Perangka Lunak Rekayasa Perangka lunak dapa diaplikasikan ke berbagai siuasi di mana serangkaian langkah prosedural (seperi algorima) elah didefinisikan (pengecualianpengecualian yang dapa dicaa pada auran ini adalah sisem pakar dan perangka lunak jaringan syaraf kecerdasan buaan). Kandungan (conen) informasi dan deerminasi merupakan fakor erpening dalam menenukan sifa aplikasi perangka lunak. Conen mengarah kepada ari dan benuk dari informasi yang masuk dan yang keluar. Pemrosesan informasi bisnis merupakan area aplikasi perangka lunak yang paling luas. Aplikasi dalam area ini menyusun kembali srukur daa yang ada dengan suau cara erenu unuk memperlancar operasi bisnis aau pengambilan kepuusan manajemen. Banyak perangka lunak sisem (misal compiler, edior, dan uilias pengaur file) memproses sukur-srukur informasi yang lengkap namun eap. Aplikasi-aplikasi sisem yang lain (komponen sisem operasi, driver, prosesor elekomunikasi) memproses secara luas daa yang bersifa eap. Di dalam seiap kasus ersebu, area perangka lunak sisem diandai dengan eranya ineraksi dengan perangka keras kompuer, penggunaan oleh banyak pemakai dan srukur-srukur daa yang kompleks. Selanjunya, ada empa ahapan dalam daur hidup perangka lunak, yaiu :. Incepion (kelahiran) Tahapan dimana benih pemikiran membangun sisem mulai dierima, minimal secara inernal organisasi. 2. Elaboraion (perluasan dari rencana semula)

18 23 Tahapan yang menghasilkan visi mengenai produk dan arsiekurnya. Tahapan ini juga menghasilkan sisem requiremens berupa pernyaaaan sederhana mengenai visi, bahkan sampai pada krieria evaluasi unuk iap perilaku fungsional maupun non-fungsional, sehingga masing-masing dapa menjadi basis unuk pengeesan. 3. Consrucion (pembangunan) Pada ahapan ini sofware dibangun, diuji, diperbaiki dan disempurnakan 4. Transiion (peralihan) Dalam ahapan ini sofware diserahkan kepada komunias user. 2.2 Basis Daa (Daabase) Menuru Farhansyah (2004,p7), Basis Daa merupakan salah sau komponen dari Sisem Basis Daa dan erdiri aas 3 hal yaiu kumpulan daa yang erorganisir, relasi anar daa dan objekifnya. Ada banyak pilihan dalam mengorganisasi daa dan ada banyak perimbangan dalam membenuk relasi anar daa, namun pada akhirnya yang erpening adalah objek uama yang harus selalu kia inga yaiu kecepaan dan kemudahan berineraksi dengan daa yang dikelola/diolah. Seperi elah dikemukakan di aas, bahwa Basis Daa hanya merupakan sau komponen dari Sisem Basis Daa, jadi masih ada komponen lainnya yaiu perangka keras, perangka lunak sera pemakai. Keiga komponen ini saling keerganungan. Basis Daa idak mungkin dapa dioperasikan anpa adanya perangka lunak yang mengorganisasikannya. Begiupun pemakai idak dapa berineraksi dengan basis daa anpa melalui perangka lunak yang sesuai.

19 24 Pada program aplikasi yang dibua ini akan menggunakan inpu dari sebuah file Microsof Excel 2003 (eksensi.xls). File ini akan diload 2 kolom perama di dalamnya, yang kolom perama berisi periode dan kolom kedua berisi angka penjualan pada periode ersebu dengan minimal 30 baris di dalamnya agar ercipa peramalan yang baik. 2.3 Unified Modelling Language (UML) 2.3. Pengerian UML UML adalah suau bahasa pemodelan sandar unuk menulis rancangan sofware. UML dapa digunakan unuk visualisasi, spesifikasi, konsruksi dan dokumenasi suau sofware yang inensif dari suau sisem. UML memungkinkan pembangunan sisem unuk membua rencana yang memungkinkan unuk dimengeri dan berkomunikasi dengan yang lain. Komunikasi dalam hal pandangan adalah yang paling pening di dalam pembangunan sisem. Sisem analis akan mencoba unuk memperkirakan kebuuhan dari clien mereka, membua analisis perminaan di beberapa noasi yang dapa dimengeri oleh analis (namun idak selalu dimengeri oleh clien), memberikan hasil analisa ersebu kepada programmer aau kelompok programmer, dan berharap produk erakhir adalah sisem yang diinginkan oleh clien. Dan dengan adanya UML, masalah-masalah di aas dapa diaasi. UML adalah bahasa sandar unuk mebua ceak biru dari pirani lunak. UML dapa digunakan unuk visualisasi dan menenukan, membangun sera mendokumenasikan hasil kerja dari sisem yang dirancang unuk pirani lunak.(booch, Rumbaugh, dan Jacobson, 998, p3). UML memiliki iga unsur uama, yaiu :

20 25 a. Blok-blok bangunan, erdiri dari iga jenis, yaiu Things, Relaionship dan Diagrams. b. Auran yang mengaur bagaimana bok-blok iu dihubungkan. c. Mekanisme yang dapa digunakan. Unuk memahami UML, perlu dikeahui iga karakerisik pening dari UML, yaiu : a. Use case Driven Use case digunakan sebagai awalan unuk membua perilaku, verifikasi dan validasi arsiekur sisem. Selanjunya use case digunakan unuk pengeesan sisem dan sebagai ala komunikasi anara pihak-pihak yang berkepeningan dengan pembangunan sisem ini. b. Archiecure cenric Arsiekur sisem digunakan sebagai pegangan uama unuk membua konsep, mengkonsruksi, mengaur (manage) dan menyusun sisem yang Sedang dikembangkan. c. Ieraive dan Incremenal process Ieraive berari proses iu menyangku pernyaaan/kepuusan yang dapa dikerjakan secara berkelanjuan. Sedangkan incremenal process adalah suau proses yang melibakan inegrasi erus menerus dan arsiekur sisem unuk menghasilkan pernyaaan / kepuusan yang diikui oleh pernyaaan/kepuusan berikunya yang lebih baik dari sebelumnya. Ieraive dan incremenal process adalah risk driven, arinya pernyaaan/kepuusan yang baru difokuskan unuk mengaasi aau mengurangi risiko yang paling besar unuk suksesnya sisem yang dibangun.

21 Diagram-diagram UML UML memiliki beberapa diagram yang digunakan unuk menggambarkan suau sisem. Tujuan pembuaan diagram ini adalah agar sisem mudah dimengeri oleh semua pihak, baik yang eknis maupun non eknis. Beriku diagram dalam UML:. Class Diagram, menggambarkan hubungan anar objek. 2. Objec Diagram, adalah objek dan hubungan sebagai pencerminan dari prooipe. 3. Componen Diagram, adalah komponen dan hubungan yang mengilusrasikan implemenasi sisem. 4. Deploymen Diagram, konfigurasi waku kerja dari node dan objek yang memiliki node. 5. Use case Diagram. Diagram ini digunakan unuk mengorganisasikan use case dan behaviour (sifa). 6. Sequence Diagram. Diagram ini menggambarkan waku uruan message dan objec lifeline. 7. Collaboraion Diagram, menggambarkan waku uruan message dan organisasi objek dalam ineraksi. 8. Flow Diagram, menggambarkan arus kerja dari akivias, difokuskan pada operasi yang dilewakan anar objek. 9. Aciviy Diagram. Merupakan diagram yang menggambarkan life cycle dari objek sebagai perubahan dari sau sae ke sae lain, dibangkikan oleh message. Unuk perancangan ini, ipe UML yang penulis gunakan anara lain:. Use Case Diagram Menggambarkan sekumpulan use case dan acor dan hubungan anara mereka (Booch, Rumbaugh, dan Jacobson, 998, p97). Use case diagram

22 27 mempunyai peranan pening dalam pengorganisasian dan pemodelan behavior dari sisem. Gambar 2.2 Use case diagram dalam UML 2. Aciviy Diagram Merupakan gambaran dari perubahan keadaan (sae) suau objek (Booch, Rumbaugh, dan Jacobson, 998, p98). Gambar 2.3 Aciviy diagram dalam UML

23 28 3. Sequence Diagram Merupakan diagram ineraksi yang menekankan pada uruan waku dari perukaran message. (Booch, Rumbaugh, dan Jacobson, 998, p97). Gambar 2.4 Sequence diagram dalam UML 2.4 Ineraksi Manusia dengan Kompuer Unuk memperbaiki kegunaan suau aplikasi, pening unuk mempunyai sebuah ampilan muka yang direncanakan dengan baik. Delapan Auran Emas Rencana Tampilan Muka Shneiderman adalah sebuah panduan unuk rancangan ineraksi yang baik. Delapan auran ersebu yaiu (Shneiderman, 998, pp74-75) :. Berusaha unuk konsisen. Uruan indakan yang sesuai harus diwajibkan dalam siuasi-siuasi yang sama, isilah serupa harus digunakan secara epa, menu dan layar banu.

24 29 2. Memungkinkan pemakai unuk menggunakan shorcu. Seiring dengan frekuensi penggunaan yang meningka, begiu juga hasra aau keinginan pemakai unuk mengurangi jumlah ineraksi dan unuk meningkakan kecepaan ineraksi. 3. Memberikan umpan balik yang informaif. Unuk seiap indakan pemakai sebaiknya ada beberapa sisem umpan balik. Unuk hal-hal yang sering, responnya bisa bermacam-macam, semenara unuk indakan-indakan yang jarang, responnya harus lebih besar. 4. Merancang dialog unuk hasil akhir. Uruan indakan harus diaur ke dalam kelompok-kelompok dengan sebuah permulaan, perengahan dan akhir. Umpan balik yang informaif dalam penyelesaian indakan-indakan suau kelompok memberikan kepuasan hasil akhir kepada pemakai, sebuah rasa lega. 5. Menawarkan penanganan kesalahan secara sederhana. Sebanyak mungkin, merancang sisem sehingga pemakai idak membua kesalahan yang serius. Jika sebuah kesalahan dibua, sisem harus mampu menemukan kesalahan dan menawarkan cara yang sederhana unuk menangani kesalahan ersebu. 6. Mengizinkan pembalikan indakan yang mudah. Fiur ini meringankan kecemasan, karena pemakai ahu bahwa kesalahankesalahan dapa dilepaskan, jadi hal iu mendorong penyelidikan pilihan-pilihan yang asing. Sauan perubahan mungkin sebuah indakan unggal, sebuah pemasukan daa aau sebuah kelompok indakan yang lengkap. 7. Mendukung pengendalian secara inernal.

25 30 Pemakai-pemakai yang berpengalaman menginginkan bahwa mereka dapa mengendalikan sisem ersebu dan sisem ersebu dapa merespon indakan mereka. Merancang sisem unuk membua pemakai sebagai pengambil indakan. 8. Mengurangi ingaan jangka pendek. Baasan informasi pada manusia dalam memproses ingaan jangka pendek memerlukan ampilan secara sederhana, ampilan halaman-halaman dapa digabungkan, sehingga pergerakan windows dapa dikurangi. Suau program yang inerakif dan baik harus bersifa user friendly. (Shneiderman, 998, p5) menjelaskan 5 krieria yang harus dipenuhi oleh suau program yang user friendly yaiu :. Waku belajar yang idak lama 2. Kecepaan penyajian informasi yang epa 3. Tingka kesalahan pemakaian rendah 4. Penghafalan sesudah melampaui jangka waku 5. Kepuasan pribadi dari user yang menggunakannya Suau program yang inerakif dapa dengan mudah dibua dan dirancang dengan suau perangka banu pengembang sisem user inerface, seperi C# (baca: C Sharp), Visual Basic, Borland Delphi dan sebagainya. Keunungan penggunaan perangka banu unuk mengembangkan user inerface menuru Senosa (997, p7) yaiu :. User inerface yang dihasilkan lebih baik. 2. Program user inerface-nya menjadi mudah diulis dan lebih ekonomis unuk dipelihara.

26 3 2.5 Spesifikasi Perangka Program Aplikasi Program aplikasi yang dirancang dalam peneliian ini adalah unuk menghiung penjualan mobil. Semua daa penjualan erlebih dahulu dimasukkan ke dalam daabase yang dirancang dengan perangka lunak (sofware) Microsof Excel Semua daa dalam daabase iu selanjunya akan dihubungkan ke dalam suau program aplikasi unuk menampilkan perhiungan peramalan penjualan mobil yang dirancang dengan perangka lunak (sofware) bahasa pemrograman Visual C# dari pake Visual Sudio.NET. Unuk perangka keras (hardware) yang mendukung program aplikasi dengan sofware yaiu Processor Inel Penium 4, Memori 52 MB dengan sisem operasi Windows XP Professional, Hardisk 40 GB, Monior 5 inch.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengerian peramalan, kegunaan meode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan eknik dan meode peramalan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. terhadap perbandingan antara kesan kinerja suatu produk serta jasa yang diberikan

BAB 3 LANDASAN TEORI. terhadap perbandingan antara kesan kinerja suatu produk serta jasa yang diberikan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Konsep Kepuasan Konsumen Menuru Gerson, kepuasan konsumen merupakan pandangan konsumen bahwa harapannya elah erpenuhi aau erlampaui (Gerson,999,p3). Sedangkan menuru Koler, kepuasan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pea Proses Operasi Pea Proses Operasi merupakan suau diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai uru-uruan operasi dam pemeriksaan. Sejak

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

BAB IX TEKNIK PERAMALAN

BAB IX TEKNIK PERAMALAN Peramalan 93 BAB IX TEKNIK PERAMALAN Kepuusan persediaan yang dihasilkan dari pembelian cenderung bersifa jangka pendek dan hanya unuk produk yang khas. Peramalan yang mengarah pada kepuusan ini harus

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci